ATK BAB II Mixing Pengadukan
ATK BAB II Mixing Pengadukan
BAB II
MIXING (PENGADUKAN)
2.1
Umum
Dalam proses pengolahan dibidang Teknik Lingkungan seperti pengolahan air minum
maupun air buangan, hal pengadukan akan sangat penting, karena menyangkut pada
perataan konsentrasi kandungan dalam air olahan dan percepatan kontak antar zat
yang dimaksudkan untuk membentuk reaksi kimia maupun biokimia. Pencampuran
dibedakan atas dua: mixing, merupakan suatu operasi yang dimaksudkan untuk
mencampur dua atau lebih materi hingga mencapai tingkat keseragaman yang
diinginkan biasanya digunakan untuk proses koagulasi. Sedangkan agitasi
dimaksudkan untuk memperoleh turbulensi didalam cairan. Agitasi ditujukan untuk
pertumbuhan flok yang biasa disebut flokulasi.
Pengadukan dapat dilakukan dengan tiga cara: pertama, memanfaatkan pengadukan
alami dengan terjunan air, putaran aliran melewati baffle vertikal maupun horizontal.
Hal ini dikenal dengan pengadukan hidrolis. Kedua dengan cara mekanis,
menggunakan alat-alat pembantu berupa pedal yang digerakan dengan motor. Ketiga
dengan pneumatis, meniupkan gelembung udara ke dalam cairan hingga akan
menyebabkan turbulensi aliran.
Proses yang terjadi saat pengadukan dalam pengolahan air minum:
Pengadukan disini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kontak antara zat
penggumpal/koagulan (biasanya digunakan Aluminium Sulfat, Al2(SO4)3) dengan
partikel yang bersifat koloid atau flokulen yang tersuspensi dalam air olahan,proses
ini disebut dengan koagulasi. Kontak tersebut diharapkan akan membentuk flok yang
akan mengendap akibat gaya beratnya sendiri, proses ini dikenal dengan flokulasi.
Kecepatan suatu partikel berbentuk sferik atau mendekati sferik akan meningkat
sejalan dengan peningkatan ukuran partikel. Karenanya stabilitas suspensi yang
menyebabkan tumbukan antara partikel tersuspensi yang terjadi akan menghasilkan
sedimentasi. Pada gambar 2.1 terlihat bahwa dengan menganggap partikel-partikel
II-1
du
0 ,5
2 r 2 x 2 dx
dq x
dy
..................................................................(2.1)
q 2
0
du
2 r 2 x2
dy
0,5
xdx
1 du
D P1 D P 2 3 ..........................................................................(2.2)
6 dy
1
du
N2
D P1 D P 2 3 ...................................................................(2.3)
6
dy
II-2
1
6
du
dy
...............................................................................................................(2.4)
Dan dalam sistem keseluruhan:
N "
1
6
...............................................................................................................(2.5)
dengan: du/dy = G = gradien kecepatan rata-rata di dalam sistem.
Menurut persamaan (2.5), laju flokulasi berbanding langsung terhadap gradien
kecepatan rata-rata yang terjadi di dalam sistem. Laju mencapai nilai tertinggi untuk
konsentrasi tinggi dan partikel-partikel berukuran besar.
2.2
Pengadukan Hidrolis
Pengadukan alami lebih mudah dalam hal operasional dan biaya, namun biasanya
membutuhkan lahan lebih luas. Pengadukan hidrolis dapat dilakukan dengan 3 cara :
2.2.1
Terjunan Air
h
Q
L
Gambar 2.3 Profil Aliran Dalam Pipa
h f
2.2.3
L.v 2
D.2 g
..........................................................................................(2.6)
du
dy
VL
l
VB
n .v .L.
v
v
h n L (n 1) B m 4 L 3 .....................................................(2.6)
2g
2g
R
Dimana : L
nm
= koefisien manning
= Jumlah saluran
= Jari-jari Hidrolis
VL
VB
P
.
.V
Dimana :
.h.Q
.
.V
.h. ...................................................(2.8)
.
.t d
td
= Waktu detensi
Gradien kecepatan untuk koagulasi (pengadukan cepat) berkisar antara 2001200/dt dan waktu detensinya 90-120 dt, sedangkan untuk proses flokulasi
(pengadukan lambat) berkisar antara 10-900/dt dan waktu detensinya 600-1200 dt.
Contoh soal:
Pada sebuah proses pengadukan, air olahan disalurkan pada baffle channel (45
ft x 2,5 ft x 8 ft) dengan kecepatan 0,5 fps dan kecepatan aliran pada belokan 2
fps. Jumlah belokan dalam bak 19 buah. Tentukan (a) headloss dengan
mengabaikan faktor gesekan saluran, (b) power, (c) gradien kecepatan (G) dan
II-4
Pengadukan Mekanis
2.3.1
Banyak type mekanis yang dapat digunakan dalam operasi mixing dan agitasi ini.
Diantaranya:
1. Paddle
Impeller paddle bervariasi dalam desain. Dari paddle tunggal dan datar pada
shaft vertikal sampai flokulator banyak blade yang dipasang pada shaft
horizontal yang panjang seperti terlihat pada gambar 2.5 berikut ini.
2. Turbine
II-5
II-6
Baffling
Komponen aliran tangensial
yang
diinduksi oleh
rotating impeller
Fluid Regime
Rotating impeller terjadi di dalam suatu pola aliran massa fluida yang
terbentuk tidak hanya akibat bentuk, ukuran dan kecepatan impeller tetapi juga
karena karakteristik kontainer fluida dan adanya baffling. Jika aliran bersifat
viskos, tidak ada mixing yang terjadi di dalam akibat difusi. Namun jika aliran
turbulen, partikel fluid bergerak dalam semua arah dan pengadukan terjadi
terutama
konveksi.
3.
Kurva Daya
Fluida regime yang terjadi akibat rotating impeller, sehingga gaya-gaya mayor
yang terjadi dalam fluida adalah:
-
P.g c
.n 3 .D 5
.........................................................................(2.12)
n.D 2 .
.........................................................................(2.13)
D.n 2
g
.............................................................................(2.14)
N P K .N Re .N Fr .......................................................................(2.15)
Dimana :
K
= konstanta
p, q
= Eksponen
II-8
P.g c
.n 3 .D 5
.........................................................................(2.16)
NP
N Fr
P.g c
.n 3 .D 5
D.n 2
......................................................(2.17)
N P K .N Re p ...........................................................................(2.18)
Berlaku untuk kedua kurva diatas.
Sampai pada bilangan reynold 10, kemiringan kurva daya mendekati sama
dengan 1. Substitusi nilai ini untuk p pada persamaan (2.18)
NP
P
P.g c
......................................................(2.19)
K
3
5
2
.n .D
D. .n.
K
. .n 2 .D 3 ............................................................................(2.20)
gc
II-9
K
. .n 3 .D 5 ............................................................................(2.22)
gc
VISKOS
RANGE
(PERS. 2.20)
41.0
43.5
71.0
70.0
71.0
70.0
36.5
97.5
172.5
TURBULENT
RANGE
(PERS. 2.22)
0.32
1.00
6.30
4.80
4.00
1.65
1.70
1.08
1.12
1
. .C D . A.v 2 ......................................................................(2.10)
2
Contoh soal :
II-10
P
.
.V
P = G2...V
( = 1,1447 x 10-3 N dt/m2 pada T=50oC)
2
-3
P = (50/dt) .(1,1447 x 10 N dt/m2).(2500 m3)
P = 7154,375 N m/dt.
P = FD.v =
1
. .C D . A.v 3
2
2.P
.C D .v 3
2. 7154,375
A
0,9991.1,8. [0,75 x0,6 3
A
A = 87,314 m2
2.
P = FD.v =
P=
1
. .C D . A.v 3
2
1 62,4
.
lb / ft 3 .(1,8).(40 x1x 4 x 2) ft 2 .(1,18 ft / dt ) 3
2 32,2
P = 916,996 lb ft2/dt3
c.
td = V/Q
td =
(100 x 40 x15) ft 3
(20mgd 30,95 ft 3 / dt )
II-11
d.
P
.
.V
= G
916,996lb. ft 2 / dt 3
.
(2,74.10 5 lb. force / ft 2 .60.000 ft 3
G = 23,617 /dt
e.
4. Scale up
Hanya sedikit informasi yang ada hubungannya dengan operasi pengadukan
pada kinerja proses. Maka konsekuensinya, identifikasi fluid regime optimum
untuk mencapai hasil proses yang diinginkan. Sehingga harus didapatkan
informasi berdasarkan percobaan laboratorium atau pilot-plant. Jika fluid
regime optimum teridentifikasi, metode scaling up untuk operasi skala kecil
dapat digunakan untuk mendesain operasi dengan ukuran yang diinginkan
yang memiliki dinamika yang sama. Dua sistem yang sama secara geometrik
jika rasio dimensi dalam satu sistem sama dengan rasio pada sistem yang
lainnya kesamaan kinematik tercapai jika gerakan fluida sama pada kedua
sistem yang secara geometrik sama. Sistem-sistem akan memiliki kesamaan
dinamik jika selain sama secara geometrik dan dinamik, juga mempunyai
rasio-rasio gaya yang sama pada titik tertentu di dalam sistem. Jadi sejauh ini
scale up akan tepat tercapai hanya di dalam sistem yang secara dinamik sama.
Untuk pemakaian daya tertentu, rasio aliran massa-intensitas geser dapat
divariasikan dengan menggunakan impeller dengan ukuran berbeda dan secara
geometrik sama. Sehingga pada tingkat pilot plant, pertimbangkan dengan
baik rasio diameter impeller-tangki yang memberikan hasil proses optimum.
Pengaruh ukuran impeller terhadap laju reaksi pada dua jenis proses dapat
dilihat pada grafik berikut:
II-12
Gambar 2.9 Grafik Pengaruh Ukuran Impeller terhadap Laju Reaksi pada
Input Daya yang Sama
Karena rasio aliran massa terhadap intesitas geser dapat divariasikan pada
input daya sama dengan menggunakan impeller berbeda ukuran yang secara
geometrik sama, hanya sedikit justifikasi yang diperoleh dengan berbagai
variasi bentuk impeller. Seperti telah disinggung sebelumnya, bilangan
Reynold berhubungan dengan intensitas geser yang terjadi pada fluida
turbulen. Jadi, data laju reaksi yang tergantung pada ketebalan film cairan
dapat dikorelasikan dengan bilangan Reynold. Korelasi ini didemonstrasikan
oleh Ruhton. Jika impeller dirotasikan pada kecepatan berbeda dalam kisaran
aliran yang sepenuhnya turbulen (dari C ke D gambar 2.5), data yang
diperoleh akan memberikan hubungan seperti pada gambar 2.10 berikut:
Gambar 2.10 Korelasi Koefisien Laju, Sifat Fluida dan Gerakan Fluida
Bilangan Reynold diplot terhadap :
II-13
h.D c P .
k k
Dimana :
........................................................................(2.23)
c P .
......................................................(2.24)
n1 D2
2 m 1) / m
..........................................................................(2.25)
P1 D2
3 m / m
............................................................................(2.26)
nilai m tergantung pada geometrik khas tangki serta bentuk, ukuran dan lokasi
impeller serta kelengkapan lain di dalam tangki. Plot eksponen ini terhadap
rasio daya input persatuan volume di dalam sistem yang secara geometris
sama sebagai fungsi ukuran tangki dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ;
II-14
Pengadukan Pneumatis
II-15
:
h 34
..........................................................................(2.27)
34
p 8,15.Qu .Log
Dimana :
Qu
= Kedalaman diffuser.
Contoh soal :
Pada sebuah bak koagulasi dasar berbentuk bujursangkar, dengan rasio kedalaman
air terhadap lebar bak = 1,25, debit olahan 2 mgd, gradien kecepatan 790 /dt.
Waktu detensi 40 dt, temperatur air 500F = 2,74 x 10-5 lb. force. sec/ ft2 dan letak
diffuser 0,5 ft diatas dasar bak. Tentukan (a) dimensi bak, (b) power yang
dibutuhkan, (c) debit udara yang dibutuhkan!
Penyelesaian :
(a) V
V
(b) P
(c)
Ga
5,94 34
371,43 ft3/min
log .(
)
34
II-16