Materi Pencinta Alam BWT Pawaska
Materi Pencinta Alam BWT Pawaska
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
II. MOUNTAINEERING................................................................................................. 8
III. MANAJEMEN PERJALANAN & PERALATAN............................... 15
IV. PENGETAHUAN DASAR SURVIVAL...................... 30
V. ROCK CLIMBING..................................................................................................... 39
VI. PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT.................................................... 45
VII. (Susur Gua) CAVING.............................................................................................. 52
Bibliografi......................... 72
I. PENDAHULUAN
Sejarah Pencinta Alam Serta Perkembangannya
Apabila sejenak kita merunut dari belakang, sebetulnya sejarah manusia tidak
jauh jauh amat dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia berburu dan
mengumpulkan makanan, alam adalah "rumah" mereka. Gunung adalah sandaran kepala,
padang rumput adalah tempat mereka membaringkan tubuh, dan gua-gua adalah tempat
mereka bersembunyi. Namun sejak manusia menemukan kebudayaan, yang katanya lebih
"bermartabat", alam seakan menjadi barang aneh. Manusia mendirikan rumah untuk
tempatnya bersembunyi. Manusia menciptakan kasur untuk tempatnya membaringkan
tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk mengangkat kepalanya.
Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya sendiri-sendiri. Ketika keduanya
bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam dimulai : Pada tahun
1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba
memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas
apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun beberapa dekade
kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah
para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang
mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.
Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah
puncak Mount Blanc (4807 m) di Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest setinggi
8840 meter ditemukan. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma
menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui
kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang
tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun
semakin ramai.
Di Indonesia, sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan
Carstensz menemukan "Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di
Papua. Nama orang Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan
Pegunungan Jaya Wijaya yakni Puncak Cartensz.
Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu
"Perkumpulan Pentjinta Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan
perkumpulan Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas
dari 'sifat maniak'yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan
mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam
kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur
panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum
terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Awibowo adalah
pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah
pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang
mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi.
"Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?."
Sejarah pencinta alam kampus pada era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan
politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan
total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep
Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula mula dikemukakan Soe
Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat
setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang
dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan
oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19Agustus 1964 di Puncak gunung
Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu
keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat
menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada
usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung
FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang
yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu
dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan
Mahasiswa Pencinta Alam.
Setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs.
Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap
organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA
PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini diberikan oleh
Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan
Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau
berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang
dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan.
Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi
individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah
muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan
perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar
organisasi.
Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa : Tujuan
Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan
mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan
almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa
patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil.
Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara
menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik. Para mahasiswa
itu, diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, membuang energi mudanya
dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. Mapala atau
Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang
mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan
lingkungan hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini,
hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki mapala baik di tingkat universitas
maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah
ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampung kampung. Seakan-akan
semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta
alam.
Pecinta Alam Warga Analis Kimia (PAWASKA) pun memiliki latar belakang yang
tidak berbeda. Pada mulanya para siswa-siswi SMAK Bogor yang memiliki kesamaan
hoby yaitu menjelajah alam sering melakukan kegiatan bersama. Untuk mengarahkan
hal2 tersebut kearah yang positif maka pada tahun 1993 Bpk ahma Yulius Usman dan
(alm) Pak Sugeng mendirikan kelompok pecinta alam yang menginduk pada PP SMAK
Bogor yang diberi nama PECINTA ALAM WARGA ANALIS KIMIA(PAWASKA)
dengan Natrabu-1 sebagai angkatan pertama.
Apa yang diharapkan dengan mengikuti sebuah organisasi bernama pecinta alam?
Banyak memandang sebelah mata pada organisasi ini dan terkadang mengatakan bahwa
kegiatannya hanya bersifat hura-hura yang menghabiskan uang, anggotanya kurang baik.
Suara itu semakin santer terdengar bila ada pemberitaan mengenai kecelakaan yang
dialami oleh anggota Mapala pada waktu melakukan kegiatan di alam.
Dalam sebuah diskusi (mengutip dalam artikel Kompas, Minggu 29 Maret 1992)
kegiatan Mapala dapat dikategorikan sebagai olahraga yang masuk ke dalam kaliber sport
beresiko tinggi. Kegiatannya meliputi mendatangi puncak gunung tinggi, turun ke lubang
gua di dalam bumi, hanyut berperahu di kederasan jeram sungai deras, keluar masuk
daerah pedalaman yang paling dalam dan lainnya. umumnya kegiatan Mapala berkisar di
alam terbuka dan menyangkut lingkungan hidup. Jenis aktifitas meliputi pendakian
gunung (mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving),
pengarungan arus liar(rafting), penghijauan dan lain sebagainya.
Tak ayal lagi bahwa kegiatan ini beresiko tinggi dan setiap anggotanya harus
memahami konsekuensi resiko yang dihadapi dengan bergabung dengan organisasi ini.
Resiko yang paling berat adalah cacat fisik permanen dan bahkan kematian. Untuk bisa
mempersiapkan diri menghadapi resiko yang tinggi ini, dibutuhkan kesiapan mental, fisik
dan skill yang memadai. Berbagai macam latihan dan pengalaman terjun langsung ke
alam dapat meminimalisir resiko yang akan dihadapi. Tapi, diluar semua itu masih ada
yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang.
MAPALA, Pencinta alam atau Petualang ?
Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan
utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi
kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak
ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat
suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang
sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi
jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun
ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak, perbedaan
itu tidak sebatas lingkup istilah saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang
pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu,
petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti
pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi
kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.
Kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah
dimanakah pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam
sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas mereka berakhir dengan terjadinya
tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan
terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan
dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hurahura belaka. keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola
II. MOUNTAINEERING
I. PENDAHULUAN
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu
kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang
menamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya).
Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian
bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan
aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki
dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus
kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa : aturan-aturan pendakian,
perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lainlain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering. Mendaki gunung
dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :
1. Berjalan (Hill Walking)
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan
yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang
hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol
adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)
2. Memanjat (Rock Climbing)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering,
namun ia tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan
banyak metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara
khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan
hanya memberi pertolongan.
3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah
cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik
pendakian tebing gunung salju. Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya
telah mencakup : Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK
pegunungan, teknikteknik Rock Climbing dan lain-lain.
penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan keterbatasan pada diri kita
sendiri.
IV. LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR PENDAKIAN
Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok
pencinta alam dalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah, yaitu :
1. Persiapan
Yang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :
Menentukan pengurus panitia pendakian, yang akan bekerja mengurus :
Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian,
persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitan
dengan pendakian.
Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan
berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkan
ketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajari
kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-cara
pencegahan/pemecahannya.
2. Pelaksanaan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan
membawa
guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung
tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian. Untuk
memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
-Kelompok pelopor
-Kelompok inti
-Kelompok penyapu
Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan
(penanggungjawab koordinasi). Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang
tersedia di setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru
kunci gunung tersebut. Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu :
Pelopor di depan (disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di
belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan
ini. Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba di puncak
dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena
dengan evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini
menuju perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat).
V. FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN
Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan
segala konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan
pun jelas akan berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas bila
10
dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin
bertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan oksigen udara juga
semakin berkurang. Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap
keselamatan jiwa kita, itulah yang teramat penting kita ketahui dalam mempelajari proses
fisiologi tubuh di daerah ketinggian. Banyak kecelakaan terjadi di pegunungan akibat
kurang pengetahuan, hampa pengalaman dan kurang lengkapnya sarana penyelamat.
1. Konsekuensi Penurunan Suhu
Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian
manusia memiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu
tubuh terhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu ekstrim dapat
membahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akan
terangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh internal
(mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi peningkatan metabolisme kita perlu
banyak makan, karena makanan yang kita makan itulah yang menjadi sumber energi dan
tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.
2. Konsekuensi Penurunan Jumlah Oksigen
Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untuk
menjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuh
biasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi
haemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi
Haemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh karena itu untuk
mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian, kita perlu mengadakan latihan aerobic,
karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan ini juga merangsang memacu
sintesis sel-sel darah merah.
3. Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting
yangditinjau dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare dan neuromusculare.
Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami hal-hal yang kurang
enak, yang disebabkan oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini disebut penyakit gunung
(mountain sickness). Kapasitas kerja fisik akan menurun secara menyolok pada
ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas kerja aerobic akan menurun (dengan
membawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi tubuh akan lambat. Mountain sickness
ditandai dengan timbulnya gejala-gejala :
Merasakan sakit kepala atau pusing-pusing
Sukar atau tidak dapat tidur
Kehilangan control emosi atau lekas marah
Bernafas agak berat/susah
Sering terjadi penyimpangan interpretasi/keinginannya aneh-aneh, bersikap semaunya
dan bisa mengarah kepenyimpangan mental.
Biasanya terasa mual bahkan kadang-kadang sampai muntah, bila ini terjadi maka orang
ini harus segera ditolong dengan memberi makanan/minuman untuk mencegah
kekosongan perut.
Gejala-gejala ini biasanya akan lebih parah di pagi hari, dan akan mencapai puncaknya
pada hari kedua.
11
Apabila diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu secara dini
ditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi. Bilamana sudah
terlanjur parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak peduli lagi nasehat
(keras kepala), maka jalan terbaik adalah membuatnya pingsan. Pada ketinggian lebih
dari 3000 m.dpl, hipoksea cerebral dapat menyebabkan kemampuan untuk mengambil
keputusan dan penalarannya menurun. Dapat pula timbul rasa percaya diri yang keliru,
pengurangan ketajaman penglihtan dan gangguan pada koordinasi gerak lengan dan kaki.
Pada ketinggian 5000 m, hipoksea semakin nyata dan pada ketinggian 6000 m
kesadarannya dapat hilang sama sekali.
4. Program Aerobik
Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik
yang maksimum pada daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan
dengan kelancaran transportasi oksigen dalam tubuh selai respirasi. Kebiasaan melakukan
latihan aerobic secara teratur, dapat menambah kelancaran peredaran darah dalam tubuh,
memperbanyak jumlah pembuluh darah yang mrmasuki jaringan, memperbanyak sintesis
darah merah, menambah kandungan jumlah haemoglobin darah dan juga menjaga
optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal tersebut di atas, maka
mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel sel yang membutuhkan
lebih terjamin. Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus diintensifkan selama
dua bulan sebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga dapat meningkatkan kekuatan
(endurance) dan kelenturan (fleksibility) otot, peningkatan kepercayaan diri (mental),
keteguhan hati serta kemauan yang keras. Didalam latihan diusahakan denyut nadi
mencapai 80% dari denyut nadi maksimal, biasanya baru tercapai setelah lari selama 20
menit. Seorang yang dapat dikatakan tinggi kesegaran aerobiknya apabila ia dapat
menggunakan minimal oksigen per menit per Kg berat badan. Yang tentunya disesuaikan
dengan usia latihan kekuatan juga digunakan untuk menjaga daya tahan yang maksimal,
dan gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihan beban, Untuk baiknya dilakukan
aerobic 25-50 menit setiap harinya.
VI. PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEER
1. Orientasi Medan
A. Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta
Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta. Dengan
menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titik diidentifikasi
tersebut di dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi kita pada peta.
Bila diketahui satu titik identifikasi. Ada beberapa cara yang dapat dicapai:
:1. Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka
perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai
adalah kedudukan kita.
2. Menggunakan altimeter. Perpotongan antara garis yang ditarik dari titik identifikasi
dengan kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka pada altimeter adalah
kedudukan kita.
12
3. Dilakukan secara kira-kira saja. Apabila kita sedang mendaki gunung, kemudian titik
yang berhasil yang diperoleh adalah puncaknya, maka tarik garis dari titik identifikasi itu,
lalu perkirakanlah berapa bagian dari gunung itu yang telah kita daki.
B. Menggunakan kompas
Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat
dipakai dalam satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa.
C. Peta dalam perjalanan
Dengan mempelajari peta, kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan
dilaui atau dijelajahi. Penggunaan peta dan kompas memang ideal, tetapi sering dalam
praktek sangat sukar dalam menerapkannya di gunung-gunung di Indonesia. Hutan yang
sangat lebat atau kabut yang sangat tebal acap kali menyulitkan orientasi.
Penanggulangan dari kemungkinan ini seharusnya dimulai dari awal perjalanan, yaitu
dengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat pertama yang menjadi awal
perjalanan. Gerak yang teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam situasi seperi di atas.
Ada baiknya tanda alam sepanjang jalan yang kita lalui diperhatikan dan dihafal,
mungkin akan sangat bermanfaat kalau kita kehilangan arah dan terpaksa kembali
ketempat semula. Dari pengalaman terutama di hutan dan di gunung tropis kepekaan
terhadap lingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan
alat alat seperti kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukan perjalanan
kepekaan itu bisa diperoleh.
2. Membaca Keadaan Alam
A. Keadaan udara
Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam. Sinar merah pada langit yang tidak
berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktu Matahari terbit
sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari. Apabila
tidak angin gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, maka
diramalkan adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
Awan putih berbentuk seperti bulu kambing. Apabila awan ini hilang atau
hanya lewat saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompok
seperti selimut putih maka datanglah cuaca buruk.
B. Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alam menggunakan bahan-bahan dari alam,
seperti :
-Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk
-Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan
-Sandi dari rumput/semak yang diikat
Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlu
kembali ke tempat semula atau pulang.
3. Tingkatan Pendakian gunung
Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit atau
mudah, maka dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan
setiap medan atau lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karakter tebing
13
atau gunungnya, temperamen dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya
batuan di tebing, dan macam-macam variabel lainnya.
Kelas 1 : Berjalan. Tidak memerlukan peralatan dan teknik khusus.
Kelas 2 : Merangkak (scrambling). Dianjurkan untuk memakai sepatu yang layak.
Penggunaan tangan mungkin diperlukan untuk membantu.
Kelas 3 : Memanjat (climbing). Tali diperlukan bagi pendaki yang belum
berpengalaman.
Kelas 4 : Memanjat dengan tali dan belaying. Anchor untuk belaying mungkin
diperlukan.
Kelas 5 : Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner. Kelas ini
dibagi lagi menjadi 13 tingkatan.
Kelas 6 : Pemanjatan artificial. Tali dan anchor digunakan untuk gerakan naik.
Kelas ini sering disebut kelas A. Selanjutnya dibagi dalam 5 tingkatan.
14
15
16
17
B. Packing
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu
peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya
mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik
menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
1. Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban
harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian]
kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan
beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan
menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat :
Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
2. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya
adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga
keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan
seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan
lainnya.
Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung
untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu
kantung plastik.
Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan
dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan
makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada
saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar
carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan
berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.
Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka
yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali
lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan
diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu
memilih barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya
membawa barang yang benar-benar perlu.
Memilih dan Menempatkan Barang
Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas
selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk
meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk
pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang
penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.
18
Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi
yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan
pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi
jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras
sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan
matrasnya sudah kotor.
Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena
akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun,
baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir
barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian,
makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin
memilih pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu
bungkuspakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak
basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan
tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan
plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet
didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari
makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api
anda selalu kering.
Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat
carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda
hingga memudahkan kaki melangkah.
C. Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko
dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil
musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat
bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan
jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap
mobil formula-1.
Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian
yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko
tersebut dapat ditekan sampai titik paling aman.
19
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan
waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu
dipersiapkan perlengkapan yang memadai.
Salah satu perisai diri ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah
perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam
keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat
melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau
topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik
adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut
kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi
sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk
menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air
ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik
digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya
disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang
kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa
ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat
menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas
dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel
atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang
mencolok agar bisa terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah
diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal
ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat
badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan
dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena
berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan
ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas
dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut
tipis. Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa
juga untuk menyediakan serep ganti.
20
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan
untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan. Jaket yang baik
adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga
biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang
memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan
menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan
air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket
yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak
gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air
hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari
bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan
seharian. Tempat istirahat yang ideal adalah dengan menggunakan slepping bag [kantong
tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin
dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai
dengan cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal
tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari
kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan
cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat
dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan
sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu
yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk
ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bila suatu saat basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga
tidak terlampau kecil, artinya mampu menampung perlengkapan dan peralatan yang
dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong
dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan
carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi
rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada
jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi.
Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan
bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting
menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu
dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar
untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll. Jangan lupa juga siapkan
21
phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis
phipless]. Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan
dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun
yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah
bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi
kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan
juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits.
D. Perencanaan Perbekalan
Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal
yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb)
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan
dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit
air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat
diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :
Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang
perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan. Susun daftar
makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi
dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap
dimakan).
Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada
kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.
Catatan :
Kandungan kalori : - hidrat arang 4 kal/gr
- lemak 9 kal/gr
- protein 4 kal/gr
Kalori paling cepat didapat dari :
1. Hidrat arang
2. lemak
3. protein
Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan (sekitar 45 kg)
22
23
Bila engkau tidak dapat menjadi beringin yang tegak diatas puncak bukit, maka
jadilah saja rumput, tetapi rumput yang tumbuh memperkuat tanggul. Bila engkau tidak
bisa menjadi jalan besar, maka jadilah saja jalan setapak, tetapi jalan setapak yang
menuju ke mata air. Tidak semuanya dapat menjadi nahkoda, tentu harus ada kelasi.
Sebaik-baiknya engkau adalah menjadi dirimu sendiri.
Perjalanan ke alam terbuka pasti mengandung resiko. Tiap perjalanan memiliki
tingkat resiko dan bahaya yang bervariasi.bahaya dan resiko tersebut dapat jauh
diminimalisir dengan berbagai persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang
pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
1. Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur
ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki
harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali
mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan
berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara
rutin sebelum mendaki.
3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan
pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet
atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
4. Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa
banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas.
Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus
bagi penderita penyakit tertentu.
6. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang
kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
7. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan
ragu untuk kembali pulang.
Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah
sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil
perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan
tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya
secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena
tidak ada pula tantangan.
Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap
melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung
memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation
24
seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu yang
didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalamanpengalaman yang
menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem
[kebanggaan /kepercayaan diri].
Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang
dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang
dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan
dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan
faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para
pendaki dalam mendaki gunung.
Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki
merupakan sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya,
sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan
self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam
pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.
Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika,
pengetahuan dan ketrampilan.
Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan
fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching
/perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah
perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan
pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan
kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja situp, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya
melebihi porsi sebelumnya.
Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan
yang akan dituju.
Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi
pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency
medical care] praktis.
Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak
aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
1. Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai
2. Gunung berapi strato
3. Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas
25
26
jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki
4. Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian
Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan
Yossemite Decimal System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak
di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS
dimulai dengan grade 5 dan seterusnya. Pengkatagorian demikian biasanya digunakan
untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu
dan pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek]
Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal,
dimana misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade
selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh]. Peng-angka-an ini menjadi aneh akibat
grade 5.9 lebih rendah dibanding dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya.
YDS sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13
dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14. Perkembangan keanehan pengangka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan pendakian dan panjat tebing
akibat keselahan memprediksikan kemampuan pendakian pada saat system YDS
dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian / panjat hanya
sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan pendakian /
pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.
Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang
terbatas, seiring dengan banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh
kalangan pemanjat, maka grade decimalpun ditambahkan dibelangkannya dengan
alfhabet.
Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c
Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat manusia
dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-jalur pendek. Secara umum grading dengan
YDS dapat dijelaskan sebagai berikut :
5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh
bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari
5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja
perlu keseimbangan [balance] yang baik
5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat
minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade
demikian.
5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling
tidak sama
5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
5.14 ; mulus seperti kaca, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat
jalur pendakian/pemanjatan
Makanan (logistik)
27
28
29
30
4. Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah
persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang
mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air
dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi
lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga
tiga hari, sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah
bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.
5. Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak
manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan
berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan
selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas
terakhir dalam survival. Penghematan energi adalah salah satu cara untuk
mengimbangi kekurangan makanan.
Sikap dalam Survival
Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus
dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan
darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan
keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan
kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi
fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat
membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga
yang
perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental positif
sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.
Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua
persoalan :
1. Kesiapan mendiskusikan dengan jelas "apakah anda ingin hidup ?", ungkapan
yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri.
Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik
ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai
kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang
juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2. Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu
mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum
dengan temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan
penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada
akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya
otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional
berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan
dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh
kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.
31
32
makanan, Cara membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan
binatang, Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan
membuat trap, dll
4. Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
1. Mengkoordinasi anggota
2. Melakukan pertolongan pertama
3. Melihat kemampuan anggota
4. Mengadakan orientasi medan
5. Mengadakan penjatahan makanan
6. Membuat rencana dan pembagian tugas
7. Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
8. Membuat jejak dan perhatian
9. Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam Survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan
fisik dan mental
2. Matahari / panas
Kelelahan panas
Kejang panas
Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru
sembuh dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur, Kelelahan,
Terlalu gemuk, Penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami sengatan udara panas,
Minum alkohol, Dehidrasi.
Pencegahan keadaan panas :
Aklimitasi
Persedian air
Mengurangi aktivitas
Garam dapur
Pakaian : Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong
3. Serangan penyakit
Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah :Demam, Disentri, Typus,
Malaria, Kemerosotan mental Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik,
histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih
Bahaya binatang beracun dan berbisa
4.Keracunan
Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret,
kejang kejang seluruh badan, bisa pingsan.
33
34
f. Kalajengking dan lipan; Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar, Ikatlah
tubuh di sebelah pangkal yang digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di atas
luka, Taburkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka, Taburkan garam di
sekeliling bivouck untuk pencegahan
g. Ular dll ; Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan
binatang berbisa mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care [EMC]
Membaca Jejak
Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan, maksudnya
adalah jejak yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu tanda jejak sebagai
tanda keadaan lingkungan. Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang
lewat dan ada disekitar, arah gerak binatang, besar kecilnya binatang, cepat lambatnya
gerak binatang. Untuk membaca jejak alami [binatang] dapat diketahui dari telapak yang
ditinggalkan, kotoran yang tersisa, pohon atau ranting yang patah, lumpur atau
tanah yang tercecer di atas rumput.
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 30 hari tanpa
makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.
a. Ada air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk memperoleh
air hujan langsung dalam keadaaan sirvive di alam bebas, maka dapat dengan cara
memampung dengan ponco atau daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
[nesting atau phipless]. Air dari tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya,
yaitu potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes
dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut. Selain rotan, bambu dan
tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga (kantung semar) dan lumut.
b. Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air sungai besar, air
sungai tergenang, air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter
dari batas pasang surut). Untuk mendaptkan air di daerah sungai yang kering,
caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
c. Berikutnya air juga dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon
pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya [bongkahnya] lalu buat lubang
ditengahnya maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan.
Makanan / Sosiologi Botani :
Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di
konsumsi, tetapi harus memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut :
Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
dan pepaya.
Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan, bibir
dan atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan.
Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
Peringatan :
35
Hubungan air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan
air yang sedikit, Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan, Makanan
yang mengandung protein butuh air yang banyak.
Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya :
a. Permukaan daun atau batang yang tidak berbulu atau berduri.
b. Tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat
c.Tidak menimbulkan rasa gatal, hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya
pada kulit atau bibir dan tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat [dapat dicoba di
ujung lidah]
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :
Batang pohon pisang (putihnya)
Bambu yang masih muda (rebung)
Pakis dalamnya berwarna putih
Sagu dalamnya berwarna putih
Tebu
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :
Selada air
Rasamala (yang masih muda)
Daun mlinjo
Singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :
Ubi jalar, talas, singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
Jamur merang, jamur kayu.
Tetapi ada beberapa jenis jamur beracun yang ciri-cirinya adalah :
Mempunyai warna mencolok
Baunya tidak sedap
Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
Bila diraba mudah hancur
Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
Tumbuh dari kotoran hewan
Mengeluarkan getah putih
Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga, misalnya
Belalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing, burung, Laron, Lebah, larva,
Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan ekor], Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh
tengahnya], Binatang besar lainnya.
Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :
Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking
Binatang yang mengandung racun : penyu laut
36
37
persaudaran, persahabatan yang kian kental, kemandirian yang kita peroleh, tidak
mudah menyerah, rasa ego yang kian menipis dalam diri, rasa syukur yang makin
tebal.
Mungkin masih teringat dalam benak, disaat kita belum pernah mendaki gunung ..
emosi kita suka meluap, manakala pulang sekolah atau main dari rumah sahabat,
perut lapar. Dirumah hanya dihidangkan oleh ibunda tercinta nasi dengan lauk
alakadarnya, kita marah, kita hilang selera melihat hidangan yang alakadarnya
Setelah mengalami hal yang mengharuskan kita bertahan hidup dalam pendakian
makan apapun yang ada dialam, ataupun makan nasi yang masih kurang matang, atau
lauk yang lebih apa adanya dibanding waktu dirumah di bagi dengan kawan
sependakian. Tentunya menyesal kita telah menyia-nyiakan masakan ibunda tercinta
yang sudah menyiapkan makan untuk anak nya tercinta dengan penuh kasih saying,
hanya karena hidangan yang apaadanya.
Masih terlalu banyak pembelajaran dari mendaki gunung.
Terimakasih Allah engkau telah berikan pelajaran berharga, dari ciptaan Mu gunung
yang begitu indah yang bukan hanya untuk dinikmati oleh mata tetapi harus
dinikmati oleh hati nurani yang paling dalam serta menjaganya agar dapat
memberikan pelajaran bagi generasi yang akan datang.
38
V. ROCK CLIMBING
Pendahuluan
Olah raga rock climbing semakin berkembang pesat pada tahun-tahun terakhir ini
di Indonesia. Kegiatan ini tidak dapat dipungkiri lagi sudah sudah merupakan kegiatan
yang begitu diminati oleh kaula muda maupun yang merasa muda ataupun juga yang
selalu muda. Pada dasarnya, rock climbing adalah teknik pemanjatan tebing batu yang
memanfaatkan cacat batu tebing (celah atau benjolan) yang dapat dijadikan pijakan atau
pegangan untuk menambah ketinggian dan merupakan salah satu cara untuk mencapai
puncak.
Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang digunakan dalam
kegiatan, juga prinsip dan etika pemanjatan. Rock Climbing bukan hanya menjadi
komoditi industri olah raga dan petualangan saja. Tetapi aplikasinya juga telah menjadi
komoditas
industri-industrilainnya
seperti
wisata
petualangan,outbound
training,entertaiment,iklan dan film,serta industri industri lainnya yang membutuhkan
jasa ketinggian.Oleh karena itu perlu ilmu rock climbing yang sangat mendasar sebagai
acuan yang kuat diri dan dunia rock climbing itu sendiri.
Sejarah Rock Climbing
Pada awalnya rock climbing lahir dari kegiatan eksplorasi alam para pendaki
gunung dimana ketika akhirnya menghadapi medan yang tidak lazim dan memiliki
tingkat kesulitan tinggi,yang tidak mungkin lagi didaki secara biasa (medan vertical dan
tebing terjal). Maka dari itu lahirlah teknik rock climbing untuk melewati medan yang
tidak lazim tersebut dengan teknik pengamanan diri (safety procedur).Seiring dengan
perkembangan zaman rock climbing menjadi salah satu kegiatan petualangan dan olah
raga tersendiri.Terdapat informasi tentang sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan
Anthoine de Ville yang mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097mdpl) di kawasan
Vercors Massif pada tahun 1492. Tidak jelas benar tujuan mereka, tetapi yang jelas,
beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing tebing batu di
pegunungan Alpen diketahui adalah para pemburu Chamois (sejenis kambing gunung).
Jadi pemanjatan mereka kurang lebih dikarenakan oleh faktor mata pencaharian.
Pada tahun 1854 batu pertama zaman keemasan dunia pendakian di Alpen
diletakan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3708 mdpl).
Inilah cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga. Kemudian pada tahuntahunberikutnya barulah terdengar manusia-manusia yang melakukan pemanjatan tebing
tebing di seluruh belahan bumi. Lalu pada tahun 1972 untuk pertama kalinya panjat
dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam olimpiade
Munich. Baru pada tahun 1979 olah raga panjat tebing mulai merambah di Indonesia.
Dipelopori oleh Harry Suliztiarto yang memanjat tebing Citatah, Padalarang. Inilah patok
pertama panjat tebing modern di Indonesia.
Teknik Dasar Pemanjatan / Rock Climbing
1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga
yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula
39
40
Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam
pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia
masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang
pendaki diamankan oleh belayer.
Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan
dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak
memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing,
seorangpendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan
pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala
gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan
free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang
dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan
benar-benar professional yang akan melakukannya.
Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor,
stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering
sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau
peluang gerak yang memadai.
Sistem Pendakian
1. Himalaya Sytle
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai
sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian
pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas
beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga
dengan berhasilnya satu orang dari seluruh team, berarti pendakian itu sudah
berhasil untuk seluruh team.
2. Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan
bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil.
Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi
kembali ke base camp (bila kemalaman bias membuat fly camp baru, dan esoknya
dilanjutkan kembali).
Teknik Turun / Rappeling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang
sepeuhnya bergantung dari peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2. Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai
pendorong gerak turun.
3. Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk
mengatur kecepatan.
41
42
43
44
45
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi
dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta.
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat.
Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara
garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai
ada dua macam yaitu :
1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah
garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis
khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar
dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat,
menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis
sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu
karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30
detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan
suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis
vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat
ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada
peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm.
Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung
ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi
menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta.
Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di
peta tersebut.
1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya,
pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta,
tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa
dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga
bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda
peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa
ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
o Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
o Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang
berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya
kawah
46
47
mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang
menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama
puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda
dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan
posisi anda dipeta adalah benar.
Langkah-langkah orientasi peta:
1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat
tanda-tanda medan yang menyolok.
2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai
dengan arah medan sebenarnya
4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan
tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya.
Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara
kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat,
dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua
atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda
medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya
(untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh
misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1. Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
(untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut
pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik
acuan.
6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya,
sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya
sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
48
49
50
Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya
dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan
yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya
sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan
kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah
penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter
block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil
biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
2. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata
jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili
ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa
dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau
diatasnya.
3. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik
tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan
jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda
buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
4. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut
dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak,
turun dan mendatar.
5. Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama
sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan
titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi
pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam
menggunakan penampang yang telah dibuat.
51
52
dalamnya. Bidang ini menyangkut banyak cabang ilmiah dari bidang sains yang lain
seperti Biologi (mikrobiologi), Geologi, Kimia, Meteorologi, Anthropologi, Arkeologi,
Minerologi, Sedimentologi juga bidang ilmu yang bersifat sosial seperti Ilmu Ekonomi,
Geografi, Sosiologi, Sejarah, Turisme bahkan Mistik dan Legenda. Di Indonesia baru ada
pada pertengahan dekade 70-an. Diperkenalkan oleh dr. Robby Ko King Tjoen DV.
melalui media massa. Tahun 1979 bersama Norman Edwin (Alm.) mendirikan
SPECAVINA club Caving pertama di Indonesia. Setelah bubar pada awal dekade 80-an
maka pada Tanggal 23 Mei 1983 dr. Robby mendirikan HIKESPI (Himpunan Kegiatan
Speleologi Indonesia) yang mendapat pengakuan Internasional dengan terdaftar di UIS
(Union Internationale de Speleologie - anggota Kelompok F UNESCO) dengan nama
FINSPAC (Federation of Indonesian Speleological Activities). Dan dari Pemerintah RI
(terdaftar di LIPI sebagai organisasi afiliasi profesi ilmiah) sebagai satu-satunya
organisasi yang mewadahi semua kegiatan speleologi di Indonesia secara resmi.
Kegiatan di alam bebas semakin berkembang. Mendaki gunung sudah sangat
dikenal, meniti tebing terjal, bahkan menginjak puncak gunung es atau salju kini bukan
lagi merupakan suatu impian. Ada satu kegiatan lain di alam bebas yang mulai
berkembang, yaitu Telusur Gua.
Jika bentuk kegiatan di alam bebas kebanyakan dilakukan di alam terbuka, tidak
demikian halnya dengan telusur gua ; kegiatan ini justru dilakukan di dalam
tanah.Aktivitas Caving diterjemahkan sebagai aktivitas penelusuran gua. Setiap
aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan seperti ini
yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang penelusur gua.
Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman tersendiri. Perasaan
ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karenagelap total. Ada apa
dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan disana ? Pertanyaan lebih
jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ? Pertanyaanyang kemudian timbul,
kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang gua danaspeknya, termasuk misteri
yang dikandungnya. Maka dikenal istilah speleologi.
Ruang lingkup ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja,
tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua, bahan tambang, tata lingkungan,
geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya. Kalau sebagian orang merasa enggan untuk
mendekati lubang gelap mengangga, maka para penelusur gua justru masuk
kedalamnya, sampai berkilo-kilometer jauhnya. Lubang sekecil apapun tak luput dari
perhatiannya, jika perlu akan ditelusuri sampai tempat yang paling dalam sekalipun. Mc.
Clurg mencatat, setiap penelusuran gua tidak menginginkan lorong yang ditelusurinya
berakhir, mereka mengharapkan di setiap kelokan di dalam gua dijumpai lorong-lorong
yang panjangnya tidak pernah disaksikan oleh siapapun sebelumnya. Sehingga apabila
orang bertanya, Mengapa mereka memasuki gua ?, barangkali catatan Norman Edwin
adalah jawabannya, Adalah suatu kepuasan bagi seorang penelusur gua bila lampu yang
dibawanya merupakan sinar pertama yang mengungkapkan sebuah pemandangan yang
menakjubkan di bawah tanah.
3. Macam dan Fungsi Gua
Pengertian gua adalah "suatu lorong bentukan alamiah di bawah tanah yang bisa
53
dilalui oleh manusia, yang hanya bisa dilalui hewan saja disebut gua mikro". Dalam hal
ini yang dimaksud adalah gua alam, namun ada juga gua buatan manusia seperti tempat
perlindungan perang dan lain-lain. Gua alam dibagi dalam beberapa jenis
berdasarkan letak dan batuan pembentuknya, yaitu :
Gua lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala
keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda
(endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan yang khas
Gua litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun
di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)
Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70% dari
seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan
batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan
batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping.
Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang terbesar di dunia
Gua pasir, gua batu halit, gua es dsb. : adalah bentukan gua yang sangat
jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia.
Fungsi gua :
Tempat berlindung (primitif) manusia dan hewan
Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano) - tempat perburuan
(walet, sriti, kelelawar)
Obyek wisata alam bebas dan minat khusus
Obyek sosial budaya (legenda, mistik) - gudang air tanah potensial sepanjang
tahun
Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka
Indikator perubahan lingkungan paling sensitif
Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi
kehidupan makro ekosistem di luar gua.
4. Apakah Speleologi Itu ?
Pengertian Kata Speleologi adalah Ilmu mengenai gua atau ilmu yang
mempelajaritentang lingkungan gua dan membahas berbagai aspek fisik dan biologisnya.
Sedang caving adalah kegiatan penelusuran gua. Secara umum menurut ketentuan
internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan ilmiah dan
konservasi (berlaku untuk gua alam bebas). Sedangkan bila untuk tujuan wisata maka
hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka sebagai obyek wisata dan
telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan terpadu.
5. Terjadinya Gua Dan Jenisnya
Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan
cairan. Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai zona lemah, merupakan sasaran bagi
suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan
magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan
mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas
jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau
bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi.
Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi
54
juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyaipermukaan
yang halus dan licin. Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping,
karst, dengan komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu
gamping. Batuan ini sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh
karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah
permukaan.
Tetapi sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di
dalam air, misalnya kuarsa dan mineral lempung. Lazimnya bahan-bahan ini akan
membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang tidak
terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara lain berupa
stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen
gua lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di
bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat
daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah
celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa
rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga yang
terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah
menyusup ke dalam celah yang kecil dan sempit sekalipun.
Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan
pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu
berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak menentu.
Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat
diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek
geologis lainnya.
Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis
batu pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula batuan yang
membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini, biasanya
mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya
adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua
yang terjadi di sini disebut gua laut. Di dalam proses pembentukan lorong ada banyak
sekali kemungkinan bentuk, termasuk juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut
sebagai ornamen gua atau speleothem, beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi
nama; diantaranya;
1. Aragonite : Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.
2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong
gua.
3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan
tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit
yang
terbentuk semakin banyak.
4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya
tarik bumi. Biasanya melingkar.
5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh
panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
55
56
6. Kewajiban
Konservasi lingkungan gua harus menjadi TUJUAN UTAMA kegiatan Speleologi dan
dilaksanakan sebaik-baiknya oleh SETIAP PENELUSUR
Membersihkan gua serta lingkungannya, menjadi kewajiban pertama para
penelusur
Apabila sesama penelusur gua membutuhkan pertolongan darurat para penelusur
gua wajib memberikan pertolongan itu
Setiap penelusur gua wajib menaruh respek terhadap penduduk sekitar gua.
Minta ijin seperlunya, bila mungkin secara tertulis kepada yang berwenang, tidak
membuat onar atau melakukan tindakan-tindakan yang melanggar ketenteraman dan
menyinggung perasaaan panduduk. Jangan merusak pagar, tanaman penduduk atau
menganggu hewan milik penduduk. Sedapat mungkin menghormati dan mematuhi
larangan2
yang diberikan pemuka masyarakat setempat berkaitan dengan gua yang akan
ditelusuri demi menjaga martabat kepercayaan setempat
Bila meminta ijin dari instansi resmi yang berwenang, maka harus dirasakan
sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan menyerahkan hasilnya pada instansi
tersebut. Apabila meminta nasihat pada penelusur atau seorang lainnya, maka wajib
pula menyerahkan laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan itu
Bagian-bagian yang berbahaya dalam suatu gua wajib diberitahukan kepada
kelompok penelusur lain, apabila anda mengetahui adanya tempat-tempat yang
berbahaya
Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, dilarang memamerkan benda-benda mati
atau hidup didalam gua untuk lingkungan NON penelusur gua dan NON Speleologi. Hal
ini untuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul, untuk ikut mengambil
benda-benda itu guna koleksi pribadi atau untuk melakukan penelusuran gua tanpa
pengetahuan teknis dan ilmiah yang cukup. Bila perlu hanya di pamerkan dalam
bentuk foto2 tanpa menyebutkan lokasi
NSS juga tidak menganjurkan usaha mempublikasikan penemuan2 di dalam gua
atau lokasi dari gua sebelum diyakini betul adanya pelestarian oleh yang
berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua oleh orang awam menjadi
tanggung
jawab si penulis berita, apabila mereka mengunjungi gua2 itu sebagai akibat
publikasi dalam media massa
Setiap terjadi musibah diwajibkan untuk di laporkan kepada sesama penelusur
melalui media Speologi yang ada, hal ini perlu supaya jenis musibah yang sama
dapat dihindari
Menjadi kewajiban mutlak bagi penelusur gua untuk memberitahukan kepada
rekan-rekan terdekat lokasi mana akan pergi dan kapan ia akan diharapkan pulang.
Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib memberitahukan penduduk nama dan alamat
para penelusur dan kapan diharapkan selesai menelusuri gua. Wajib memberitahukan
penduduk siapa yang harus dihubungi, apabila penelusur belum keluar dari gua
sesuai dengan waktu yang direncanakan
57
Para penelusur wajib memperhatikan keadaan cuaca. Wajib meneliti apakah ada
bahaya banjir didalam gua waktu turun hujan lebat dan meneliti lokasi2 mana di
dalam gua yang dapat dipergunakan untuk tempat menghindar dari banjir
Dalam setiap musibah setiap penelusur wajib bertindak dengan tenang tanpa
panik dan wajib patuh pada instruksi pemimpin penelusuran
Setiap penelusur dianjurkan untuk melengkapi dirinya dengan peralatan dasar,
untuk kegiatan yang lebih sulit digunakan peralatan yang memenuhi syarat dan ia
wajib mempunyai pengetahuan tentang penggunaan peralatan itu
Setiap penelusur wajib melatih diri dalam berbagai keterampilan gerak
penelusuran gua dan keterampilan menggunakan peralatan sekalipun dalam waktu2 non
aktif
Setiap penelusur gua wajib membaca berbagai publikasi mengenai gua dan
lingkungannya agar pengetahuan tentang Speleologi tetap berkembang, bagi yang
mampu melakukan penyelidikan atau opservasi ilmiah diwajibkan melakukan publikasi
agar sesama penelusur dapat menarik manfaat dari makalah2 itu.
TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA
Penelusuran Gua Horisontal
Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam
kondisi tubuh fit . Malah dalam sebuah buku teks disebutkan, apabila badan terasa
kurang fit, sebaiknya perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran
gua). Hal ini disebabkan karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit
kotoran burung dan kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali
dalam kondisi demikian seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru,
beberapa pioneer penelusur gua menghentikan kegiatan eksplorasinya karena
terserang penyakit ini.
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit
banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat
menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi
kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki
badan relatif kecil meskipun belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur
handal.
Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk,
merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang.
Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.
Peralatan pribadi untuk gua horisontal
1. Helm
2. Caving sling
3. Cover all
4. Caving pack sack
Peralatan tim untuk gua horisontal
1. Perahu karet
2. Tali
3. Kamera
58
4. Kompas
5. Topofil
Penelusuran Gua Vertikal
Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran
gua vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope
Technique (SRT).
SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan
beban ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.
Peralatan Penelusuran Gua Vertikal
Disini hanya akan dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT,
dan sedikit alternatifnya.
A. Peralatan Pribadi
Perlengkapan/peralatan yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan
yang harus melekat pada seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua
vertikal. Secara garis besar peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi 3,
yaitu alat untuk naik, alat untuk turun dan peralatan penunjang.
Peralatan Naik (ascender)
Ada beberapa jenis peralatan yang dapat dikategorikan dalam ascender, yang
memiliki keistimewaan apabila terbeban akan semakin mengunci ke tali.
1. Foot Loop Jammer
Alat ini akan digunakan oleh tangan untuk menarik beban badan, dihubungkan dengan
webbing ke sit harness, sehingga juga menjadi pengaman kita. Pada alat ini
ditempatkan foot-loop (sling injak) dan security link (tali pengaman). Alat ini
menggunakan gigi-gigi runcing untuk mencengkram mantel dari tali, sehingga semakin
terbeban akan semakin mengunci ke tali. Yang biasa digunakan sebagai Foot Loop
Jammer adalah Jumar produksi Petzl, yang memiliki dua warna, kuning untuk tangan
kiri, dan biru untuk tangan kanan. Ada beberapa jenis ascender lain yang memiliki
bentuk dan fungsi hampir sama dengan Jumar Petzl, diantaranya CMI Jammer.
2. Chest Jammer
Alat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan Jumar, namun bentuknya lebih
ringkas (tidak ada pegangan untuk tangan), dan dihubungkan langsung dengan Sit
Harness dan Chest Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga
agar badan tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa disebut
Croll yang memang sudah dirancang untuk kepentingan SRT.
Jumar dan Croll merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT, ketika badan
kita menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian beban kita bergantung di
Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk menambah ketinggian.
Peralatan Turun (Descender)
1. Figure Of Eight
Dapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak dianjurkan,
mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi dengan tali dengan cara membelokkan
arah tali, sementara tali yang digunakan di SRT adalah Tali Statis yang akan lebih
59
60
Delta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel) atau aluminium.
Main attachment merupakan tempat utama untuk berbagai kaitan/sangkutan. Selain untuk
mengunci sit harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan croll, security link, cows tail
dan descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah digunakan carabiner.
7. Cows tail
Sebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan pindah anchor, waktu
menuruni tali atau menaiki tali. Cows tail dapat dibuat dari climbing rope 11mm.
Panjangnya kemudian dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing ujungnya dibuat
figure of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi dua. loop pada
bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.
8. Karabiner
Oval karabiner digunakan untuk cows tail sedangkan oval screw gate karabiner untuk
descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal digunakan oval screw
gate carabiner.
9. Helmet
Merupakan perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur gua. Gunanya
untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau tertimpa batu. Petzl helmet
diperlengkapi dengan lampu karbit.
B. Perlengkapan Tim
1. Tali
Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur kecil dan dapat
menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope yang dipakai
berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari
kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan rope pad (alas tali). Cucilah tali
setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat halus. Jemur tali di
tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas matahari.
2. Webbing
Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness, anchor,
dan lain-lain.
3. Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle bag),
juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan seperti lampu batre, lampu
karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan. Untuk membawa
karbit dapat digunakan ban dalam mobil atau motor. Untuk mengarungi sungai di dalam
gua diperlukan perahu karet khusus.
Tali Temali (Knots)
Merupakan pengetahuan dasar yang wajib diketahui oleh penelusur gua. Simpulsimpulyang biasa digunakan di dalam penelusuran gua, yaitu:
61
1. Bowline
Digunakan untuk membuat anchor karena sifatnya yang semakin mengikat apabila
mendapat beban. Bowline juga digunakan dalam teknik rescue. Waktu membuat simpul
ini, ujung tali harus overhand knot.
2. Figure of eight
Merupakan simpul yang paling penting karena sering digunakan. Mudah membuatnya
dan melepaskannya. Dipakai untuk membuat anchor, sebagai tali belay dan untuk
menyambung tali.
3. Tape knot
Simpul ini digunakan untuk menyambung webbing dengan menggabungkan kedua
ujungnya. Tidak ada simpul lain untuk keperluan tersebut.
4. Butterfly knot
Berfungsi untuk mengikat tali yang patah sehingga tidak terbeban. Simpul ini untuk tali
dengan beban vertikal.
5. Prusik knot
Untuk prusikking (naik tali dengan bantuan prusik)
Sistim Anchor
Anchor merupakan sebuah titik keamanan. Anchor yang baik, menjamin
keselamatan penelusur gua, saat menuruni sumuran (potholing) maupun pada saat
kembali naik. Dalam verical caving dikenal sistim back up dengan menggunakan
beberapa titik (point). Selain untuk keamanan juga agar tali tergantung bebas (hang
belay) , guna menghindari gesekan batu.
Kegunaan lain anchor adalah , untuk membelay dan untuk keperluan tertentu, seperti
hauling, lowering, rescue dll.
Ada dua macam sistim anchor, yaitu :
1. Anchor Alam (Natural Anchor)
Natural Anchor relatif sangat kuat, dengan memanfaatkan batu, pohon dan lain-lain.
Caranya dengan melingkarkan sling pada batu atau pohon. Dapat juga langsung
menggunakan tali, dengan simpul bowline.
2. Artificial Anchor
Dinding gua biasanya tidak mempunyai rekahan, polos dan licin. Karenanya dibuat
anchor buatan. Dalam vertikal caving, dapat menggunakan bolt, sedangkan piton
dan chock jarang digunakan. Dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan :
2. 1 Posisi Anchor : Posisi yang benar akan menghindarkan tali dari gesekan batu
2.2 Periksa keadaan dinding gua sebelum dipasang anchor, dengan cara mengetukkan
hammer ke dinding gua. Bunyi gaung yang hampa menandakan batu yang rapuh.
Abseiling (teknik menuruni tali)
Dengan sistem SRT, teknik menuruni menjadi sangat mudah dan nyaman,
dibandingkan dengan penggunaan tangga gantung yang rumit. Yang harus diingat ialah
ketika melakukan SRT badan kita harus selalu berada dalam kondisi aman, dalam artian
ada paling tidak satu buah pengaman yang menjaga apabila terjadi sesuatu. Dalam hal
ini, pengaman yang paling terakhir dilepas dan paling awal dipasang adalah Cows
Tail.
Cara menuruni tali :
Diktat materi pecinta alam
62
Pertama pasang cows tail pada back up belay, kemudian pasang tali pada descender.
Setelah descender terpasang, lepaskan cows tail dan lakukan abseiling. Tangan kiri pada
descender, sedangkan tangan kanan memegang tali bawah sebagai kontrol laju pada
waktu turun. Kecepatan waktu abseiling sebaiknya konstan, jangan terlalu cepat atau
tersendat sendat selain berbahaya juga akan merusak tali. Untuk mengurangi laju
percepatan gunakan carabiner untuk menambah friksi. Carabiner ini dikaitkan pada main
attachment. Sebelum melakukan abseiling, jangan lupa membuat simpul pada ujung tali.
Pindah Anchor (passing a re-bellay on the descend)
Seringkali pada saat penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk
dapat melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau teknik pindah
anchor.
Teknik pindah atau melewati anchor :
-Pasang cows tail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan anchor.
-Turun lagi sampai beban ada pada cows tail pendek, pasang cows tail panjang
pada hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.
-Buka cows tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.
-Lanjutkan abseiling, lepaskan cows tail panjang dan lepas foot loop jammer.
Pindah Sambungan (Passing a knot on the descend)
Kadang-kadang tali yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup panjang dan harus
disambung dengan tali lain agar dapat mencapai dasar.
Teknik melewati sambungan :
-Turunkan descender hingga menyentuh sambungan tali
-Pasang cows tail pada safety loop figure of eight
-Pasang chest jammer, croll pada tali di atas descender, jangan terlalu jauh atau
terlalu dekat
-Buka descender dan pasang di tali bawah sambungan dengan posisi mengunci
-Buka croll, dengan bantuan foot loop
-Lanjutkan abseiling setelah melepas cows tail dan foot loop jammer.
Prussiking (teknik menaiki tali)
Yaitu bagaimana supaya penelusur gua dapat tiba kembali ke permukaan. Dalam
vertikal caving, telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali dengan kelemahan
dan kelebihannya.
Ada dua system, yaitu :
1. Rope Walking System
Ciri utama dari sistim ini adalah kedua kaki diikat pada ascender yang terpisah, sehingga
setiap kaki dapat bergerak dengan bebas. Gerakan yang terlihat seperti seorang yang
sedang menaiki tangga. Semakin tegak badan seseorang, semakin efisien sistim ini
berjalan. Rope walking system terdiri dari Floating system, Basis Mitchell system, Pigmy
system dan gabungan ketiganya.
63
2. Sit-stand system
Berbeda dengan rope walking system, pada sistim ini tidak menggunakan dua ascender,
tetapi cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama, sehingga beban ditopang
bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai dan mudah untuk istirahat. Sit stand
system terdiri dari frog system, inchworm system, texas system dan a one ascender prusik
system. Dari keempat sistim, frog system paling sering digunakan karena efisien dan
aman. Frog system menggunakan satu jummar dan chest jammer croll di dada. Tangan
kanan mendorong jumar ke atas, sehingga kedua kaki dalam foot loop berada dalam
posisi terlipat. Pada posisi berdiri, croll ikut bergerak ke atas, sampai berada di bawah
jummar. Demikian seterusnya.
Pindah anchor (passing a re-belay on the ascend)
Seperti pada abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda.
Teknik melewati anchor :
-Pasang cows tail pada anchor
-Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri
-Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada tali atas.
-Buka cows tail dan lanjutkan ascending.
Pindahan sambungan (passing a knot in the ascend)
-Pasang cows tail pada safety loops figure of eight knot.
-Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.
-Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali atas.
-Buka cows tail dan lanjutkan ascending.
KEMUNGKINAN KECELAKAAN YANG TERJADI
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si penelusur
sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur melakukan
kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat
dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat ke dalam lobang
tersebut. Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan apapun di dalam gua.
Tertimpa batu, merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat
rapuhnya dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua yang menyebabkan
jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Helm menjadi wajib dikenakan untuk
melindungi kepala.
Jenis kecelakaan yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat
perlengkapan yang dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh karena itu
perawatan dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak dilakukan. Jangan raguragu untuk memotong tali pada bagian yang terkoyak akibat gesekan, misalnya. Bahaya
banjir merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula faktor suhu
udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan eksplorasi di gua
yang basah. Kejadian-kejadian di atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya
tergantung dari persiapan dan pengalaman yang dimiliki oleh penelusur gua.
64
PEMETAAN
Dalam kegiatan penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting,
bahkan pemetaan dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat
petualangan. Meskipun sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di
dalam gua, seperti penelitian Biologi, Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi,
Geografi, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya pemetaan menduduki posisi yang
paling penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak melakukan penelitian
Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan merupakan hal yang wajib
dikerjakan oleh seorang yang berpredikat caver. Begitu penting pemetaan, sampaisampai ada seorang teman dari jurusan Geografi yang menyatakan bahwa sebuah peta
lebih mempunyai banyak arti daripada seribu kata-kata.
Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat perekaman atau
pendokumentasian. Dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan
fisik gua, misalnya bentuk atau denah lorong, panjangnya, tingginya, keletakan ornamen,
apa saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur, sump, dan lain sebagainya.
Pemetaan sebuah gua merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua
tersebut, sehingga peta tersebut akan menjadi informasi untuk penelusur gua lainnya, ia
akan mengetahui denah guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya, dan lain
sebagainya, jauh dari sebelum ia sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan juga
memberikan informasi ilmiah yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua
juga berarti sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu gua.
Peta Gua
Sebuah Peta Gua yang baik, akan dapat memberikan gambaran kepada orang
yang membaca peta tersebut dengan mudah. Sehingga sebuah peta gua harus Informatif,
dan Komunikatif. Dianggap informatif apabila, data-data yang perlu diketahui dapat
ditemukan disini, dalam hal ini data-data yang dibutuhkan untuk sebuah kepentingan
eksplorasi. Tentu akan berbeda dengan peta yang dibuat untuk kepentingan penelitian,
atau wisata misalnya. Dan peta tersebut akan komunikatif apabila dalam hasil akhirnya
tidak membingungkan orang yang membacanya, memiliki alur dan susunan yang jelas
dan sesuai dengan aturan yang telah disetujui bersama. Peta sebuah gua minimal
menerangkan tentang;
1. Penampang Atas, atau denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan
lorong.
2. Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong,
dan kemiringan gua tersebut.
3. Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang
terdapat di dalam gua tersebut.
4. Potongan Stasiun, ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun
digambarkan potongannya.
5. Data Gua, keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan
administratifnya, surveyornya, dan tanggal dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini
termasuk penting mengingat perubahan bentukan gua dapat terjadi setiap saat.
6. Skala, untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena
lebih mudah untuk membayangkan keadaan sebenarnya.
65
66
-Jarak dengan stasiun terakhir sudah menjadi jarak maksimal untuk membuat peta
dengan grade tertentu.
Satu hal yang mutlak diperhatikan adalah bahwa posisi leader harus masih terlihat
oleh pencatat data.
Contoh catatan lapangan
Keterangan :
STS; Adalah nama stasiun, dapat dinamakan sesuai kehendak, misalnya A-B,B-C, atau
1-2,2-3, dll.
Jarak; adalah jarak antara stasiun yang satu dengan yang lainnya
Azim.; adalah sudut yang ditunjukkan oleh kompas antara satu stasiun dengan
stasiun disepannya
Clino; adalah derajat kemiringan antar stasiun, biasanya + apa bila stasiun
didepannya lebih tinggi, dan - bila stasiun didepannya lebih rendah.
Kanan dan Kiri; adalah jarak dari poros orang ke dinding gua kanan dan kiri.
Atas dan Bawah; adalah Tinggi dan kedalaman gua.
Keterangan; diisi dengan hal-hal khusus yang ditemui, seperti ornamen yang unik,
keterangan mengenai bentukan lorong, dll
Selain itu dalam pemetaan, pencatat data juga membuat sketsa lorong dan irisan
stasiun yang akan memudahkan pembuatan peta gua.
Cara Kerja
1. Stasiun A biasanya pada mulut atau pintu masuk gua. Di sini berdiri pencatat
data yang membawa kompas, clinometer dan catatan lapangan.
2. Leader membawa topofil atau rollmeter (ujung benang atau pita meter dipegang oleh
Pencatat data) hingga tempat yang dianggap sebagai stasiun B
3. Pencatat data mencatat hasil pengukuran panjang, azimuth, clino juga mencatat
lebar kiri dan kanan lorong pada stasiun A pada lembar catatan lapangan.
4. Pencatat data juga membuat sketsa denah lorong gua antara stasiun A dan stasiunB.
Pekerjaan ini dapat dibantu dengan adanya benang atau pita meter yang memanjang
antara stasiun A dan stasiun B. Pintu masuk juga dibuat denah dan irisannya.
5. Rekam dan catat juga atau ploting pada sketsa jika dijumpai hal-hal yang istimewa
atau khusus, seperti adanya stalagmit yang besar atau adanya aliran air, flowstone, dsb.
6. Selanjutnya pencatat data menuju stasiun B dan surveyor 2 menuju stasiun C dan
kembali melakukan pengukuran, pemetaan dan pembuatan sketsa denah.
7. Pada prakteknya dapat dilakukan bergantian
8. Jangan lupa membuat gambar potongan / irisan dari lorong-lorong tertentu atau
khusus.
Menyalin data lapangan menjadi sebuah peta gua
Langkah pertama yang harus dilakukan di tahap ini adalah menyalin kembali data
lapangan sesegera mungkin, karena catatan lapangan kita pasti akan kotor, dan
kemungkinan tidak jelas terbaca. Kemudian kita membuat peta gua kasar di kertas
milimeter block. Data Azimuth, Kanan, kiri dan jarak akan berguana dalam membuat
Penampang atas atau denah, sementara data kemiringan, atas dan bawah akan berguna
untuk membuat irisan atau penampang samping. Setelah itu, kita dapat menyalin draft
67
peta yang telah kita buat ke kertas kalkir, dan kemudian ditambahkan kelengkapankelengkapan lainnya.
Hambatan
Berbeda dengan pembuatan / survey pemetaan yang biasanya dilakukan di tempat
terbuka, maka pemetaan gua sepenuhnya dilakukan di dalam gua, jauh di bawah muka
bumi. Kondisi gua yang pastinya gelap total, hanya ada penerangan lampu karbit yang
terbatas cahayanya, belum lagi lantai gua yang penuh lumpur, ruangan yang sempit, dan
waktu yang terbatas dimana kita tidak dianjurkan lupa waktu di dalam gua. Tetapi itu
semua bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan pemetaan gua, lebih-lebih bagi
mereka yang mengaku sebagai caver. Yang ingin digarisbawahi di sini adalah bahwa
apapun kondisinya seorang caver wajib membuat peta gua di dalam
eksplorasinya, khususnya gua-gua yang belum dipetakan.
7. Peralatan
Peralatan itu dapat dibagi menjadi dua katagori :
A. Perlengkapan pribadi :
Lampu, syaratnya harus bisa ditempelkan pada helm
Helm, diusahakan yang tidak mudah pecah. Jika ternyata pecah tidak akan
melukai kepala
Coverall (Werkpak), dengan warna yang menyolok
Sarung tangan, sebaiknya dari kulit yang lemas atau karet
Sepatu, usahakan yang tinggi sehingga dapat melindungi dari gigitan binatang
berbisa atau terkilirnya pergelangan kaki
Sumber cahaya cadangan, bisa berupa lilin senter korek api
Peluit, sebagai alat komunikasi darurat.
Perlengkapan tersebut hanya dapat dipergunakan untuk gua Horisontal (datar), atau
gua yang agak rumit hingga memerlukan keterampilan untuk mendaki dan menuruni
secara bebas tanpa peralatan (Free Climbing). Perlengkapan pribadi ini harus
diperluas apabila hendak melakukan penelusuran dalam jangka waktu yang lama,
banyak terdapat air dan banyak memiliki lorong.
Tempat air minum, dibutuhkan bila penelusuran lebih dari 3 jam, dapat pula
untuk mengisi tabung karbit
Makanan, harap dibawa jika menelusuri gua lebih dari 6 jam
Pakaian, yang kering luar dan dalam
Pelampung, untuk berenang
Masker hidung, ini terutama digunakan untuk gua yang banyak Guano-nya
(penyebab sakit paru-paru)
Alat tulis kedap air, untuk penelusuran yang rumit dan jauh sebagai catatan
perjalanan dan untuk keperluan pemetaan
Peralatan pemetaan, klinometer, rollmeter, kompas prisma, altimeter,
barometer, thermometer dan tripod
Alat penunjuk jalan, alat ini bisa berupa bendera, benang dll. dipergunakan
untuk gua yang banyak lorongnya
68
Jam tangan kedap air, penunjuk waktu yang akurat sangat penting dalam
penelusuran.
Alat fotografi, untuk keperluan dokumentasi diperlukan kamera SLR, lampu
kilat minimum 2 unit, aneka lensa filter, lensa zoom, shutter release, tripod dan
bila ada kamera tahan air.
Untuk melakukan eksplorasi gua vertikal atau sumuran, tentunya peralatan tersebut
diatas tidak memadai. Untuk keperluan tersebut dikenal suatu cara yang disebut SRT
(Single Rope Technique) atau teknik menaiki dan menuruni tali tunggal, maka kita
harus melengkapi dengan alat lainnya yaitu :
Sit Harnes (dada), tali pengaman dada
Harnes duduk, tali pengaman/tambatan pinggang
Buntut sapi (Cow's Tails) atau tali pengaman darurat
Maillon Rapide (Delta), penyambung harnes dan tempat mengait alat
Croll (Chest Jammer) alat menaiki tali
Hand Jammer, alat menaiki tali
Decender, alat untuk menuruni tali
Tali prusik, 2 pasang
Webbing, tali pita.
B. Perlengkapan kolektif :
Peralatan ini sangat dibutuhkan untuk kegiatan bersama (beregu) dan harus ada
seseorang yang bertanggung jawab pada peralatan tersebut. Pemeliharaan barang kolektif
ini sebaiknya dilakukan bersama dan dapat juga ditugaskan kepada satu orang. Sebaiknya
yang memelihara alat tersebut diserahkan pada orang yang mengerti pada peralatan
tersebut, jangan diberikan pada pemula karena sensitifnya peralatan. Namun adakalanya
kecenderungan dalam suatu organisasi untuk melimpahkan tanggung jawab tersebut pada
pemula, dalam hal ini sangatlah tidak tepat.
Tali, dalam hal ini mutlah diperlukan dalam kegiatan penelusuran gua
vertikal. Alat ini sangat sensitif dan nyawa penelusur bergantung pada kualitas
dan cara pemeliharaannya. Untuk penelusuran dipergunakan tali statik atau tali
Speleo dan diperlukan yang berdiameter 9 - 11 mili. Untuk panjang tali disesuaikan
dengan kebutuhan
Tangga kawat baja, sangat fleksibel dalam penggunaannya dan mudah dibawa.
Sangat aman untuk melintasi air terjun terurtama jika rombongan sebagian besar
kurang mampu menggunakan peralatan SRT. Tiap penggunaan tangga baja ini harus
menggunakan pengaman (Safty line) tali dinamis
Tas besar (speleo bag), untuk tempat tali atau peralatan yang lainnya
Perahu karet, untuk mengarungi sungai atau danau
Pulley, sering disebut dengan katrol dan bermanfaat untuk Rescue
8. Bahaya-bahaya
Survival dalam caving tidaklah dimungkinkan, oleh karena itu kecelakaan di
dalam gua selalu berakibat fatal. Karena dilakukan dalam keadaan gelap total maka
tingkat kesulitan dan resiko setiap aktifitas adalah 2 kali lipat daripada di luar gua.
69
Apalagi di Indonesia belum ada (belum mampu) membentuk suatu tim rescue (SAR) gua
baik secara lokal maupun nasional walaupun telah banyak gua dibuka sebagai
obyek wisata. Di luar negeri fasilitas SAR adalah sarana mutlak bagi penyelenggaraan
suatu obyek wisata gua.
NSS USA menyebutkan usia minimum penelusur gua (profesional dan amatir)
adalah 20 tahun sebagai batas psikologis (kecuali beberapa gua wisata khusus
mengijinkan siswa SD masuk). Alasan utamanya karena 90% kejadian kecelakaan
menimpa mereka dengan klasifikasi "Young (Teenager) Male Unafiliated Novice"
(Remaja/anak laki laki belasan tahun yang tidak terlatih dan tidak terdaftar pada
kelompok speleologi resmi). Namun di Indonesia tidak ada ketentuan batasan umur,
bahkan di daerah tertentu seperti di Karang Bolong Jawa Barat remaja belasan tahun
telah memasuki gua untuk menambang kapur atau sarang burung walet dengan peralatan
tradisional. Maka jelas sekali bahwa kestabilan emosional dan keterlatihan/keterampilan
yang memadai adalah syarat utama keselamatan penelusuran. Bahkan secara
internasional syarat keterampilan ini seharusnya dinyatakan dalam bentuk sertifikasi yang
dikeluarkan melalui kursus / pelatihan resmi oleh Federasi Speleologi setempat (di
Indonesia adalah HIKESPI).
Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila kalangan penelusuran gua memiliki
motto keselamatan "SEDIA PAYUNG SEBELUM MENDUNG" sehingga tidak cukup
bersiaga dikala ada gejala bahaya namun justru jauh sebelum itu. Maka estimasi
perubahan situasi harus senantiasa diperhatikan. Tingginya jam terbang, pengetahuan,
keterampilan dan senioritas tidak cukup dijadikan patokan keamanan karena apa yang
bakal dihadapi di dalam gua tidak seorangpun dapat memastikan. Etika pencegahan
kecelakaan adalah :
Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan kurang sehat
Keterampilan kurang terutama pada gua vertikal
Peralatan tidak lengkap, kurang terawat dan sudah uzur
Kesiapan mental kurang (sedang patah hati atau stress)
Anggota terlemah adalah patokan standar penelusuran, apabila anggota
terlemah mengalami gangguan maka saat itu juga penelusuran harus dihentikan tanpa
dapat ditawar lagi
Jumlah anggota kelompok tidak kurang dari 4 orang
Jangan masuk gua di musim hujan, seorang penelusur gua pada masa ini
biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam
pengetahuan
Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah setempat dan instansi terkait sekaligus
berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan, perhatikan dengan
cermat serta patuhi segala wejangan atau nasihat mereka
Tinggalkanlah pesan sebagai berikut :
o Hari, tanggal
o Nama pemimpin kelompok, alamat, no. telepon
o Nama, alamat, telepon anggota lain
o Tujuan memasuki gua : ILMIAH/OLAH RAGA/WISATA
o Nama gua, lokasi : (dukuh, desa, kecamatan, kabupaten) - Mulai masuk gua
pukul, rencana keluar pukul APABILA SAMPAI PUKUL ..... BELUM KELUAR GUA
MAKA
70
71
Bibliografi
Budworth, Geoffrey. The Knot Book, Great Britan : Paerfronts
Judson, David. Caving Practice and Equipment, London : British Cave Research
Association, 1984.
Lyon, Ben. Venturing Underground, London : EP Publishing Ltd, 1983.
Mc Clurg, Dain. Exploring Caves : A Guide to The Underground Wilderness,
Ontario : Thomas Nelson & Sons Ltd, 1980.
Meredith, Mike, Vertikal Caving, Paris , 1982.
Montgomery, R.Neil. Single Rope Technique : A guide for vertical cavers, Sydney
: The Sydney Speleological Society, 1977.
Edwin, Norman, Etika Dasar Penelusuran Gua, Jakarta : Paper Kursus Dasar III
1983.
Edwin, Norman, Caving : Menelusuri Kegelapan, Jakarta : Paper Kursus Dasar III
1983.
Soemarno, Sidarta Ir, Gua ditinjau dari segi Geologi, Jakarta : Paper Kursus
Dasar III 1983.
. Williams, Tony Lewis, Manual of US Cave Rescue Techniques, Alabama : National
Cave Res
72