PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Spektrofotometri
B. Tujuan Praktikum
1. Membuat grafik standar
2. Menentukan konsentrasi larutan berwarna
3. Menentukan panjang gelombang
II.
TINJAUAN PUSTAKA
untuk
mengukur
energi
secara
relatif jika
energi
tersebut
berfungsi
untuk
memperoleh
sumber
sinar
yang
mendapatkan yang diinginkan. Ada dua tipe prisma yaitu, tipe Cornu
menggunakan sudut 60o dan tipe Litrow dengan sudut 30o (Khopkar, 2003).
Pada pengukuran di daerah tampak, sel absorbsi dipakai dari bahan silika,
kuvet (kuvet yang digunakan adalah kuvet kaca atau kuvet kaca corex), dan
plastik. Pada daerah UV, kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak
tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil
leburan serta seragam keseluruhannya (Khopkar, 2003). Kualitas data absorbans
sangat tergantung pada cara pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak
atau pengendapan zat pengotor pada dinding sel akan mengurangi transmisi
(Skoog, 1971).
Pada komponen spektrofotometer, terdapat juga detektor penerima.
Detektor penerima akan memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai
panjang gelombang. Dalam sebuah detektor untuk suatu spektrofotometer, kita
menginginkan kepekaan yang tinggi dalam daerah spektral yang diminati, respon
linier terhadap daya radiasi, waktu respon yang cepat, dapat digandakan dan
kestabilan tinggi atau tingkat kebisingan yang rendah. Macam-macam deteksi
yang paling meluas, didasarkan pada perubahan fotokimia (terutama fotografi),
efek fotolistrik, dan efek termolistrik (Day, 1996). Terdapat juga rekorder yang
berfungsi untuk mencatat data hasil pengukuran dari detektor, yang dinyatakan
dengan angka (Triyati, 1985).
Menurut Day (1996), komponen yang penting sekali dari suatu
spektrofotometer adalah :
1. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah
spektrum yang mana instrumen itu dirancang untuk beroperasi.
2. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk memencilkan pita sempit
panjang-panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan leh sumber
cahaya .
3. Suatu wadah untuk sampel.
4. Suatu detektor yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya menjadi
suatu isyarat listrik.
menyebabkan intensitas sinar itu berkurang. Sinar itu tidak hanya diserap tetapi
juga dipantulkan dan dihamburkan (Riawan, 1990).
Pada umumnya terdapat beberapa tipe instrument spektrofotometer, yaitu
single-beam , double-beam, dan Gilford spektrofotometri.
1. Single-beam instrument dapat digunakan untuk pengukuran kuantitatif dengan
mengukur absorbsi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument
mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan
mengurangi biaya yang ada. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam
instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang
gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800
sampai 1000 nm (Skoog, 1996).
2. Double-beam instrument digunakan pada panjang gelombang 190-750 nm.
Double-beam instrument mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan
cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati
larutan blanko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel. Dalam
pengukuran absorbansi tidak perlu bergantian antara sampel dan larutan blanko,
tetapi dapat dilakukan secara paralel (Skoog, 1996).
3. Gilford spektrofotometri banyak dipakai di laboratorium biokimia dan
mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan spektrofotometri biasa karena
mampu membaca absorbansi sampai satuan 3 (spektrofotometri biasa 0,1-1,0).
Menurut Day (1996), hukum yang mendasari dalam penerapan
spektrofotometer adalah :
1. Hukum Bouguer
. Bila sebuah medium penyerap yang homogen seperti larutan kimia dibagi
menjadi lapisan-lapisan maya masing-masing dengan ketebalan sama, maka tiaptiap lapisan akan menyerap bagian yang sama dari suatu sinar radiasi
monokromatik yang diarahkan melewati medium tersebut atau tiap lapisan
mengurangi tenaga radiasi sinar dengan bagian yang sama. Penemuan Bouguer
dapat dirumuskan secara matematik sebagai berikut :
-dP/db = k 1P
(Triyati, 1985)
Keuntungan
utama
metode
spektrofotometri
adalah
metode
ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil,
dapat digunakan untuk banyak zat organik dan anorganik (terdapat beberapa zat
yang harus diubah dahulu menjadi senyawa berwarna sebelum dianalisis),
selektif, mempunyai ketelitian tinggi dan dapat dilakukan dengan cepat (Triyati,
1985).
Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara
pasti. Dalam proses pembuatannya digunakan metode titrasi. Terdapat dua jenis
larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer dapat digunakan langsung dalam percobaan, sedangkan larutan
standar sekunder harus distandardisasi lagi (Chang, 2005). Larutan cuplikan
adalah larutan yang belum diketahui konsentrasinya sehingga bisa ditetapkan
konsentrasinya menggunakan larutan standar (Mulyono, 2006).
Larutan blanko adalah larutan yang tidak menyerap atau pelarut yang
belum ditambahkan kompleks warna. Larutan blanko berfungsi sebagai
pengoreksi absorbansi suatu senyawa kimia yang akan diteliti dan sebagai
pengontrol absorbansi dari larutan sampel. Larutan blanko atau pelarut murni
yang biasanya digunakan adalah aquades. Larutan blanko dapat dibagi menjadi 3,
yaitu kalibrasi blanko, reagen blanko, dan metode blanko (Day, 1996).
Panjang gelombang yang digunakan pada CuSO4 adalah 590 nm. Pada
panjang gelombang tersebut, CuSO4 akan mengalami absorbansi maksimal.
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Bila absorbansi A dialurkan
terhadap konsentrasi c untuk contoh yang tebalnya b cm, akan menghasilkan suatu
garis lurus dengan lereng AB dalam daerah di mana hukum Lamber-Beert berlaku
(Skoog, 1971).
Warna
Warna pelengkap
ungu
biru
biru hijau
hijau biru
hijau
hijau kuning
kuning
oranye
merah
hijau kuning
kuning
oranye
merah
merah lembayung
ungu
biru
biru hijau
hijau biru
Panjang gelombang
(mm)
400 - 435
435 - 480
480 - 490
490 - 500
500 - 560
560 - 580
580 - 595
595 - 610
610 - 750
Gambar 4. Perkiraan panjang gelombang warna-warna dalam daerah cahaya tampak (Skoog, 1971).
III. METODE
Bahan:
1.
Tabung reaksi
2.
3.
Spektrofotometer
4.
Kuvet
5.
Pro pipet
6.
Pipet ukur
7.
Labu ukur
7. Larutan Cuplikan A
8.
Kertas label
8. Larutan Cuplikan B
9.
Gelas beker
B. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan CuSO4
Larutan CuSO4 diambil dan ditimbang 0,798 gram dan dimasukkan
ke labu ukur 50 mL. Larutan tersebut ditambahkan aquades hingga
mencapai tanda batas pada labu ukur. Setelah itu, diperoleh konsentrasi
larutan CuSO4 sebesar 0,1 N.
2. Pembuatan larutan standar
Larutan CuSO4 dibuat konsentrasi 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; 0,08
M; dan 0,1 M dengan memakai rumus pengenceran (V1 x N1 = V2 x N2)
(V1= volume awal, V2= volume akhir, N1= normalitas awal, dan N2=
normalitas akhir) dan dimasukkan ke tiap tabung reaksi. Volume akhir
tiap-tiap tabung reaksi adalah 5 ml. Setelah itu, aquades disiapkan
sebagai larutan blanko. Larutan standar dan larutan blanko diukur
absorbansinya
dengan
menggunakan
spektrofotometer.
Panjang
gelombang yang digunakan adalah 590 nm. Hasil dicatat dalam tabel
dan dibuat kurva standar.
kuvet.
Larutan
kemudian
diukur
absorbansinya
dengan
y = a + bx
a=
b=
A. Hasil
Berdasarkan percobaan kelompok, maka diperoleh hasil dalam dua
tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Absorbansi larutan CuSO4
Konsentrasi
(X)
() Absorbansi
(Y)
X2
X.Y
0,02
0,008 A
0,0004 M2
0,00016
0,04
0,018 A
0,0016 M2
0,00072
0,06
0,030 A
0,0036 M2
0,0018
0,08
0,052 A
0,0064 M2
0,00416
0,1
0,055 A
0,01 M2
0,0055
= 0,163 A
= 0,022 M2
= 0,01234
= 0,3 M
Keterangan: X = Konsentrasi
Y = Absorbansi
Absorbansi (Y)
Konsentrasi X
0,048 A
0, 084 M
0,023 A
0,045 M
Cuplikan
B. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan metode yang digunakan untuk mengukur
energi cahaya yang diserap oleh suatu spesimen kimia yang dipengaruhi oleh
panjang gelombang radiasi. Alat yang digunakan dalam spektrofotometri
adalah spektrofotometer. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi
secara relatif jika energi ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer tersusun dari beberapa
bagian, yaitu sumber cahaya, monokromator, sel absorbsi berupa kuvet, dan
detektor sebagai penerima cahaya. Spektrofotometer terdiri dari dua
komponen yaitu spektrometer adalah bagian yang menghasilkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah bagian yang
mengukur intensitas cahaya yang diserap oleh larutan berwarna.
Prinsip dasar spektrofotometri yaitu jika suatu sinar dilewatkan ke
sebuah larutan tertentu dengan panjang gelombang tertentu, senyawa itu akan
menyerap sinar tersebut dengan panjang gelombang tertentu. Hal ini
menyebabkan intensitas sinar berkurang karena sebagian sinar diserap,
dipantulkan dan dihamburkan.
Larutan blanko adalah pelarut yang belum ditambahkan kompleks
warna. Larutan blanko akan berfungsi sebagai pengoreksi absorbansi suatu
senyawa kimia dan sebagai pengontrol absorbansi dari larutan sampel. Pada
percobaan ini, aquades berfungsi sebagai larutan blanko. Aquades digunakan
karena tidak berwarna sehingga tidak menimbulkan energi pantul pada
spektrofotometer. Panjang gelombang aquades harus 0 nm karena fungsinya
sebagai pengontrol absorbansi larutan sampel. Larutan yang semakin banyak
ditambahkan aquades akan semakin encer (konsentrasi kecil) sehingga
absorbansinya semakin kecil.
Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya
dan digunakan sebagai pembanding terhadap intensitas serapan sinar pada
larutan cuplikan sehingga larutan cuplikan dapat ditentukan konsentrasinya.
Pada praktikum ini, larutan standar yang digunakan adalah larutan CuSO4.
Larutan CuSO4 adalah larutan standar yang terdapat logam. Pada semua
kompleks transfer muatan, logam bertindak sebagai akseptor elektron yang
berguna untuk mendapatkan nilai absorbansinya (Khopkar, 1990).
Pada pembuatan larutan CuSO4, CuSO4 diambil sebanyak 0,798 gram
dan dimasukkan ke labu ukur. Setelah itu, aquades ditambahkan ke labu ukur
sampai tanda batas (50 ml) agar terbentuk larutan CuSO4 dengan konsentrasi
0,1 M. Larutan standar yang dipakai sebagai pembanding pada larutan
cuplikan adalah CuSO4 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M dan 0,1 M. Oleh
karena hanya terdapat larutan CuSO4 0,1 M, maka untuk mendapatkan
konsentrasi-konsentrasi tersebut dilakukan metode pengenceran dengan
menambahkan aquades pada larutan berdasarkan rumus V1 N1 = V2 N2.
Keterangan: V1= volume awal, V2= volume akhir, N1= normalitas awal, dan
N2= normalitas akhir.
Setelah memperoleh larutan standar dengan berbagai konsentrasi di
atas, tiap larutan dihitung nilai absorbansinya pada spektrofotometer. Pada
larutan dengan konsentrasi 0,02 M dihasilkan absorbansi sebesar 0,008 A,
pada larutan dengan konsentrasi 0,04 M dihasilkan absorbansi sebesar 0,018
A, pada larutan dengan konsentrasi 0,06 M dihasilkan absorbansi sebesar
0,030 A, pada larutan dengan konsentrasi 0,08 M dihasilkan absorbansi
sebesar 0,052 A, dan pada larutan dengan konsentrasi 0,1 M dihasilkan
absorbansi sebesar 0,055 A. Berdasarkan hasil absorbansi yang didapat,
semakin besar konsentrasi larutan, maka absorbansi yang dihasilkan semakin
besar. Dengan kata lain, nilai konsentrasi suatu larutan berbanding lurus
dengan nilai absorbansi. Hal ini dikarenakan prinsip kerja spektrofotometer,
apabila sinar polikromatis maupun monokromatis mengenai suatu media,
intensitas sinar akan berkurang. Semakin pekat larutan atau tebal media,
semakin besar intensitas sinar yang berkurang sehingga larutan menyerap
sinar yang semakin besar pula dan menghasilkan nilai absorbansi yang besar.
Pada larutan cuplikan A, absorbansi yang diperoleh adalah 0,048 A
dan pada larutan cuplikan B, absorbansi yang diperoleh adalah 0,023 A.
a=
b=
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
percobaan
spektrofotometri,
diperoleh
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Mulyono, HAM. 2006. Membuat Reagen Kimia. Bumi Aksara, Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Basic Concepts of Analytical Chemistry diterjemahkan oleh
Saptorahardjo dalam Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik.UI Press, Jakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik, Edisi Pertama. Binarupa Aksara, Jakarta.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analis.Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Saputra, Y.E. 2009. Spektrofotometri. http://www.chem-istry .org/ artikel _kimia/
kimia_analisis/spektrofotometri/. 10 Mei 2015.
Skoog, D. A. dan D. M. West. 1971. Principles of instrumental analysis. Holt,
Rinehart and Winston, Inc., New York.
Skoog, D.A. 1996. Fundamental of Analytical Chemistry,Seventh Edition.
Saunders College Publishing, USA.
Triyati, E. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya Dalam Oseanologi. Oseana 10 (1): 39-47.
LAMPIRAN
V1xN1 = V2xN2
V1 x 0,1 = 5 x 0,04
V1 x 0,1 = 0,2
V1 = 2 mL
(Aquades 3 mL)
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 0,1 = 5 x 0,08
V1 x 0,1 = 0,4
V1 = 4 mL
(Aquades 1 mL)
V1xN1 = V2xN2
V1 x 0,1 = 5 x 0,10
V1 x 0,1 = 0,5
V1 = 5 mL
(Aquades 0 mL)
a=
. ,
V1xN1 = V2xN2
V1 x 0,1 = 5 x 0,06
V1 x 0,1 = 0,3
V1 = 3 mL
(Aquades 2 mL)
=
= - 0,0058
.
b=
. ,
=
=
,
,
= 0,64
y= a + bx
y= - 0,0058 + 0,64x
Cuplikan A
YA = a + bx
0,048 = -0,0058 + 0,64 . x
x = 0,0538
0,64
x = 0,084 M
Cuplikan II
YB = a + bx
0,023 = -0,0058 + 0,64 . x
x = 0,0288
0,64
x = 0,045 M