Oleh:
EDI FIRMANSYAH
NIM. 14726251018
PROGRAM STUDIPENDIDIKANFISIKA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia yang Allah SWT berikan, atas limpahan rahmat dan
kasih saying-Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal tesis yang berjudul Pengaruh Problembased Learning Terhadap Kemandirian Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis dan
Hasil Belajar Fisika Siswa SMA .
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada semua pihak, yang telah memberikan bantuan berupa
bimbingan, arahan, motivasi, dan doa selama proses penulisan proposal tesis ini.
Ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Dr. Ali Mustadi,
M. Pd selaku dosen pembimbing proposal tesis yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan motivasinya, sehingga proposal tesis ini dapat
diselesaikan. Selain itu ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan
kepada:
1. Rektor UniversitasNegeri Yogyakarta dan Direktur Program Pascasarjana
beserta staf, yang telah banyak membantu sehingga proposal tesis ini dapat
terwujud
2. Kaprodi pendidikan fisika dan para dosen yang telah menyampaikan ilmu
pengetahuannya
3. Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, Dr. Ali Muhtadi, M. Pd, Dr. Aman, M. Pd selaku
validator yang memberikan penilaian, saran, dan masukan demi perbaikan
instrument dan produk perangkat pembelajaran
4. Dr. Siti Irene Astuti selaku reviewer yang telah memberikan masukan sehingga
terselesaikan propsal tesisini
5. Kepala SMA Negeri 5 Kota Bima, Ibu Hamidah atas doa, keramahan, dan
kerjasamanya
dalam
pelaksnaan
penelitian
sehingga
penulis
dapat
Edi Firmansyah
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Kajian Teori..................................................................................................10
Pembelajaran Fisika.....................................................................................10
Model Problem Based Learning (PBL).......................................................11
Pengertian Model PBL.................................................................................11
Ciri-ciri Model Problem Based Learning....................................................14
Tujuan Model PBL.......................................................................................15
Sintaks Model PBL......................................................................................15
Kelebihan dan Kekurangan Model PBL......................................................18
Implikasi PBL dalam Pembelajaran Fisika..................................................19
Model Pembelajaran Konvensional.............................................................20
Kelebihan Model Pembelajaran Konvensional............................................22
Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional..........................................22
Kemampuan Berpikir Kritis.........................................................................23
Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis.......................................................23
Indikator Berpikir Kritis...............................................................................25
Kemandirian Belajar....................................................................................26
Hasil Belajar Fisika......................................................................................29
Materi Pembelajaran Fluida Statis...............................................................31
Kajian Penelitian yang Relevan...................................................................46
Kerangka Pikir.............................................................................................48
Hipotesis Penelitian......................................................................................52
1.
2.
C.
1.
2.
D.
E.
1.
2.
3.
F.
1.
2.
G.
1.
2.
Tempat Penelitian.........................................................................................54
Waktu Penelitian..........................................................................................54
Populasi dan Sampel....................................................................................54
Populasi........................................................................................................54
Sampel..........................................................................................................54
Variabel Penelitian.......................................................................................55
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...................................................55
Tes Kemampuan Berpikir Kritis..................................................................55
Tes Belajar....................................................................................................55
Angket..........................................................................................................56
Validitas dan Relibialitas Instrumen............................................................56
Uji Validitas..................................................................................................56
Uji Relibialitas.............................................................................................57
Teknik Analisis Data....................................................................................58
Uji Prasyarat.................................................................................................58
Uji Hipotesis................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................61
BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya tentu saja adalah
pembangunan pendidikan, dengan demikian, pendidikan memegang peranan
penting dan strategis dalam menghasilkan SDM yang akan membangun bangsa
Indonesia.
Masalah mendasar
yang
hasil
belajar siswa. Proses belajar yang baik akan mendorong siswa untuk selalu
terlibat secara aktif, kreatif, dan
mencapai hasil
peningkatan
kualitas
pembelajaran,
dan
efektifitas
model
pembelajaran.
Pembaharuan kurikulum yang terus berkelanjutan pada dasarnya bertujuan
untuk memperbaiki proses pendidikan di semua lembaga pendidikan. Perbaikan
proses pendidikan ini akan berdampak pada peningkatan kualitas siswa sebagai
output dari proses pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan yang baik merupakan
tujuan dari setiap kurikulum. Pergantian kurikulum yang sering terjadi bukan atas
kehendak pemangku kebijakan saja, melainkan atas pertimbangan-pertimbangan
berdasarkan hasil dari proses pendidikan di setiap jenjang pendidikan yang ada.
Kesuksesan penerapan kurikulum merupakan tanggung jawab dari semua
pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Salah satunya adalah guru sebagai
implementator kurikulum. Selain guru, keterlaksanaan kurikulum juga merupakan
kewajiban para siswa sebagai acceptor kurikulum. Peran serta guru dan siswa
karena
siswa
dalam
proses
pembelajaran
tidak
dapat
dan
mengembangkan
kemampuan
berpikir,
model
pembelajaran
menemukan,
yang
menyelidiki,
dapat
dan
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang sudah dikemukakan diatas maka
diperoleh beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini, antara
lain:
1. Kecenderungan guru yang selalu menggunakan model konvensional disetiap
materi pembelajaran fisika (pilihan utama dalam pembelajaran fisika) tanpa
melihat kecocokan model dan materi pembelajaran.
2. Dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif, artinya keterlibatan
siswa dalam pembelajaran fisika masih kurang
3. Peranan guru yang lebih dominan dalam proses pembelajaran sehingga
siswa hanya pasif mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan
oleh guru.
4. Siswa kurang diberikan kebebasan untuk belajar mandiri sehingga siswa
kurang termotivasi dan kurang percaya diri.
5. Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa masih rendah. Sebagian
besar siswa hanya menghafal teori dan menghafal rumus-rumus dalam
menyelesaikan soal dengan cepat
6. Siswa jarang diberi kesempatan untuk menyampaikan ide-ide/pemikirannya,
mengeluarkan
pendapat,
serta
mengembangkan
memecahkan masalah
daya
nalar
dalam
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dan mengingat keterbatasan
yang ada pada peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada masalah,
antara lain:
1. Peranan guru yang lebih dominan dalam proses pembelajaran sehingga
siswa hanya pasif mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan
oleh guru.
2. Siswa kurang diberikan kebebasan untuk belajar mandiri sehingga siswa
kurang mampu memaksimalkan kemampuannya.
3. Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa masih rendah. Sebagian
besar siswa hanya menghafal teori dan menghafal rumus-rumus dalam
menyelesaikan soal dengan cepat.
4. Siswa jarang diberi kesempatan untuk menyampaikan ide-ide/pemikirannya,
mengeluarkan
pendapat,
serta
mengembangkan
daya
nalar
dalam
memecahkan masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut maka peneliti memfokuskan
penelitian pada Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemandirian
Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA.
D. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap
Kemandirian Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika
Siswa SMA?
2. Seberapa besarkah pengaruh model Problem Based Learning (PBL)
terhadap Kemandirian Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Fisika Siswa SMA?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh pengaruh model Problem Based Learning (PBL)
terhadap Kemandirian Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Fisika Siswa SMA
2. Mendeskripsikan
pelaksanaan
proses
pembelajaran
fisika
dengan
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:
1. Bagi Guru
Diharapkan hasil penelitan ini bermanfaat untuk memberikan alternatif
kepada guru dalam mengajarkan fisika melalui model pembelajaran aktif seperti
model Problem Based Learning.
2. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemandirian belajar, berpikir
kritis siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam
materi Fluida Statis dan merubah sikap negatif siswa menjadi sikap positif
terhadap pembelajaran fisika.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada peneliti sebagai
calon pendidik dalam penerapan model PBL dalam bidang fisika khususnya
materi fluida statis
4. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan informasi guna mendukung
peningkatan proses pembelajaran yang nantinya berpengaruh terhadapa kualitas
sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk
siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
siswa melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2011). Proses belajar bersifat internal
dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal
yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.
Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari gejala-gejala dan
kejadian alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiyah
yang dibangun atas dasar sikap ilmiyah dan hasilnya berwujud produk ilmiyah
berupa konsep, hukum, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2011).
Mundilarto (2010) menerangkan bahwa sains termasuk fisika merupakan
salah satu bentuk ilmu, sehingga ruang lingkup kajiannya juga terbatas hanya
pada dunia empiris, yakni hal-hal yang terjangkau oleh pengalaman manusia.
Mempelajari fisika adalah belajar mengamati gejala alam yang kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengukuran secara kuantitatif terhadap gejala alam
yang diamati, dan disusul dengan pengolahan data hasil pengamatan dan
pengukuran yang diteruskan dengan penarikan kesimpulan terhadap gejala-gejala
alam yang diamati tersebut. Bidang studi fisika tepat digunakan untuk melatih dan
10
11
masalah,
siswa
merumuskakan
dan
menganalisis
dengan
12
13
dipilih
yang
benar-benar
nyata
sehingga
dalam
14
15
16
seperti rekaman video yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi
yang diusulkan, model-model yang mencakup representasi fisik dari situasi
masalah atau solusinya, dan pemrograman komputer serta presentasi multimedia.
Setelah karya dikembangkan, guru sering memamerkan hasil karya siswa di depan
umum. untuk diobservasi dan dinilai oleh orang lain.
5. Fase 5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah
Fase terakhir PBL melibatkan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri
maupun kemampuan investigatif dan kemampuan intelektual yang mereka
gunakan. Selama fase ini, guru meminta siswa untuk merekontruksikan pikiran
dan kegiatan mereka selama berbagai fase pelajaran.
Pada intinya PBL merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian masalah tersebut
diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah tersebut oleh siswa. PBL
tidak dirancang untuk membantu guru untuk menyampaikan informasi dalam
jumlah yang besar kepada siswa. PBL benar-benar dirancang untuk membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir, kemampuan menyelesaikan
masalah, dan kemampuan intelektualnya untuk mempelajari peran orang dewasa
melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan sehingga siswa akan
menjadi pelajar yang mandiri.
e. Kelebihan dan Kekurangan Model PBL
Setiap model pembelajaran selalu terdapat kelebihan dan kelemahannya.
Demikian juga dengan model pembelajaran PBL .
17
1) Kelebihan
Wina Sanjaya (2011) menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran
PBL memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih
serta
persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa siwa berusaha memecahkan masalah yang
dipelajari. Maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.
f. Implikasi Problem Based Learning dalam Pembelajaran Fisika
Pembelajaran Fisika dengan model Problem Based Learning berorientasi
pada tindakan kongkrit yaitu menggunakan fenomena atau kejadian-kejadia alam
yang terjadi (masalah) sehari-hari. Kebermaknaan kegiatan pembelajaran fisika
akan terjadi jika guru merancang dan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
yang dapat menjembatani aktivitas yang bersifat sosiokultural. Siswa yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran dengan model Problem Based Learning memiliki
kesempatan yang luas untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
menjelaskan, membuat pemodelan, dan kemampuan bernalar. Masalah dalam
pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning merupakan titik awal
untuk memperoleh atau mengintegrasikan pengetahuan baru. Masalah ditampilkan
sebagai sarana yang dapat membantu siswa agar dapat mempelajari pengetahuan
baru. Model Problem Based Learning menempatkan masalah sebagai sarana
untuk membuat latihan menyelesaikan masalah berdasarkan pengetahuan dan
teori yang telah diperoleh sebelumnya. Model Problem Based Learning dapat
dikombinasikan dengan berbagai strategi pembelajaran dan membantu siswa
untuk memahami situasi real yang berkaitan dengan gejala fisika setiap hari.
19
belajar mengajar dilakukan dengan cara yang lama, yaitu dalam penyampaian
pelajaran pengajar masih mengandalkan ceramah. tanya jawab dan pemberian
tugas.
Pendekatan pembelajaran konvensional merupakan pendekatan yang
dilakukan dengan mengkombinasikan bermacam-macam metode pembelajaran.
Dalam prakteknya metode ini berpusat pada guru (teacher centered), guru lebih
mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.
Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang banyak
dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan pemberian
uraian contoh dan latihan (Basuki, Wibawa, Farida Mukti, 1992).
Dalam model konvensional, pengajar memegang peranan utama dalam
menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada
siswa. Sementara siswa mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-pokok
penting yang dikemukakan pengajar sehingga pada pembelajaran ini kegiatan
proses belajar mengajar didominasi oleh pengajar. Hal ini mengakibatkan peserta
bersifat pasif, karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar,
akibatnya siswa mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada pengajar.
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya, karena yang
menjadi tulang punggung kegiatan instruksional di sini adalah pengajar. Pengajar
menyajikan isi pelajaran dengan urutan model, media dan waktu yang telah
ditentukan dalam strategi instruksional. Kegiatan instruksional ini berlangsung
dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber belajar sekaligus
bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pelajaran ini tidak menggunakan bahan
20
ajar yang lengkap, namun berupa garis besar isi dan jadwal yang disampaikan
diawali
pembelajaran,
beberapa
transparansi
dan
formulir
isian
untuk
pembelajaran
membelajarkan
merencanakan
siswanya
kegiatan
konvensional
tanggungjawab
pengajar
dalam
cukup
serta
pengajar
dalam
Subaryana
(2005)
besar,
pembelajaran
sangat
peranan
besar.
21
bertindak,
beragumen
dan
memanfaatkan
intelektualnya
dan
pengetahuannya.
Jones dan Creery (2009) menerangkan bahwa Berpikir kritis mengutamakan
pertanyaan, pengetahuan yang menarik, dan kesiapan, sehingga dapat menguji
gagasan dan informasi objek dan kemudian menanyakannya. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara Mengetahui kekuatan dan
kekurangan dan Menggambarkan pemikiran yang sudah diperbaiki
23
Dari beberapa pendapat para ahli tentang kemampuan berpikir kritis di atas
dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis (critical thinking) adalah proses mental
untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa
didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi.
b. Indikator Berpikir Kritis
Berpikir biasa bukanlah berpikir kritis. Berpikir kritis lebih kompleks dan
mengacu pada standar objek dan konsistensi (moore, 2012).
moore (2012) menjelaskan indikator dalam berpikir kritis antara lain siswa
harus diajarkan untuk mengubah pemikiran mereka dari (1) menebak menjadi
memperkirakan, (2) memilih menjadi mengevaluasi, (3) mengelompokan menjadi
mengklasifikasi, (4) mempercayai menjadi mengasumsikan, (5) menyimpulkan
menjadi menyimpulkan secara logis, (6) menghubungkan konsep menjadi
menyerap prinsip (7) mencatat hubungan menjadi mencatat antar hubungan, (8)
mengandaikan menjadi menghipotesis, (9) memberikan pendapat tanpa alasan
menjadi menawarkan pendapat dengan alasan, dan (10) membuat penilaian tanpa
kriteria untuk membuat penilaian dengan kriteria.
Harder, Callahan, dan Brown (2007) menerangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi juga dikenal dengan berpikir kritis, terdiri dari penerapan dua
tingkat.
Elemen
berpikir
kritis
terdiri
dari
beberapa
butir
yaitu
(1)
24
menarik
6) Menggambarkan kesimpulan apakah pendapat itu valid dan dapat
dipertimbangkan
7) Mempresentasikan pendapat.
Ennis (2013) membagi kemampuan berpikir kritis 12 indikator berpikir
kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu
memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun
keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat
penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy
and tactics). Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub
indikator seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis
N
Kelompok
Indikator
Sub indikator
o
1. Memberikan
Memfokuskan
Mengidentifikasi atau
penjelasan
pertanyaan
merumuskan pertanyaan
sederhana
Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
Menjaga kondisi berpikir
Menganalisis
Mengidentifikasi
argumen
kesimpulan
Mengidentifikasi kalimatkalimat pertanyaan
25
N
o
Kelompok
Indikator
Sub indikator
2.
Membangun
keterampilan
dasar
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
Mempertimbangka
n apakah sumber
dapat dipercaya
atau tidak
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
laporan observasi
3.
Menyimpulka
Mendeduksi dan
26
hasil observasi
Siklus logika Euler
N
o
Kelompok
n
Indikator
mempertimbangkan
hasil deduksi
Menginduksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
Sub indikator
Membuat dan
Menentukan hasil
pertimbangan
4.
Memberikan
penjelasan
lanjut
Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbangkan
suatu definisi
Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
5.
Mengatur
Menentukan suatu
27
Mengkondisikan logika
Menyatakan tafsiran
Mengemukakan hal yang
umum
Mengemukakan kesimpulan
dan hipotesis
Mengemukakan hipotesis
Merancang eksperimen
Menarik kesimpulan sesuai
fakta
Menarik kesimpulan dari
hasil menyelidiki
Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
berdasarkan latar belakang
fakta-fakta
Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
berdasarkan akibat
Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
berdasarkan penerapan
fakta
Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
Membuat bentuk definisi
Strategi membuat definisi
Bertindak dengan
memberikan penjelasan
lanjut
Mengidentifikasi dan
menangani ketidakbenaran
yg disengaja
Membuat isi definisi
Penjelasan bukan
pernyataan
Mengonstruksi argumen
Mengungkap masalah
N
o
Kelompok
strategi dan
taktik
Indikator
Sub indikator
tindakan
Berinteraksi dengan
orang lain
5. Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar disebut juga sebagai self directed learning atau self
regulated learning. Kovalenko dan Smirnova (2015) mendefinisikan Kemandirian
belajar self directed learning difokuskan pada cara menguasai aktivitas kognitif
siswa, sedangkan Cazan dan Schiopca (2014) menjelaskan self directed learning
sebagai proses individu mampu untuk belajar mandiri, akan tetapi tingkat
perkembangannya
masing-masing
bervariasi,
termasuk
motivasi
belajar,
29
30
bukan sekedar meniru orang lain, tidak mengharapkan pengarahan orang lain,
dan adanya tendensi untuk mencoba sendiri, sedangkan Eko & Kharisudin (2010:
79), menyebutkan beberapa indikator kemandirian belajar diantaranya (1)
percaya diri, (2) tidak menyandarkan diri pada orang lain, (3) mau berbuat
sendiri, (4) bertanggung jawab, (5) ingin berprestasi tinggi, (6) menggunakan
pertimbangan rasional dalam memberikan penilaian, mengambil keputusan, dan
memecahkan masalah, serta menginginkan rasa bebas, dan (7) selalu mempunyai
gagasan baru.
Berdasarkan kajian teoritis di atas peneliti merumuskan empat indikator
kemandirian belajar siswa yang digunakan untuk penelitian, yaitu: (1)
percaya diri, (2) tanggung jawab, (3) inisiatif, dan (4) disiplin.
32
Dengan demikian, zat cair dan gas merupakan fluida. Fluida dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu zat cair dan gas. Perbedaan antara keduanya juga bersifat
teknis, yaitu berhubungan dengan akibat gaya kohesi. Zat cair terdiri atas
molekul-molekul tetap dan rapat dengan gaya kohesi yang relatif kuat
dibandingkan dengan gas, sehingga cenderung mempertahankan volumenya dan
akan membentuk permukaan bebas yang rata dalam medan gravitasi. Sebaliknya
gas, karena terdiri dari molekul-molekul yang tidak rapat dengan gaya kohesi
yang cukup kecil (dapat diabaikan), sehingga volume gas dapat memuai dengan
bebas dan terus berubah.
Berdasarkan sifat geraknya, fluida dibagi menjadi dua, yakni fluida statis
dan fluida dinamis. Fluida statis merupakan fluida yang diam sedangkan fluida
dinamis adalah fluida yang bergerak. Fluida dapat juga dibedakan berdasarkan
kekentalannya, yaitu fluida nyata (viscous fluida) dan fluida ideal (non viscous
fluida). Fluida nyata adalah fluida yang memiliki kekentalan, fluida ini dapat kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari contohnya air dan udara. Sedangkan fluida
ideal, tidak ada dalam kehidupan sehari-hari dan hanya dipakai dalam teori dan
kondisi-kondisi khusus.
Fluida statis merupakan fluida yang diam. Ketika diam, fluida memiliki
besaran-besaran fisis seperti massa jenis, tekanan, dan gaya apung. Berikut ini
penjelasan dari tiap-tiap besaran fisis dalam fluida statis.
33
m
V
(1)
Dengan:
34
Bejana yang luas penampangnya A berisi zat cair yang massa jenisnya
setinggi h. Perhatikan gambar berikut.
35
(2)
w m.g .V g
A
A
A
(3)
ph .g .h
(4)
ph
Dengan
-2
36
F
A
Dengan
p A p B pC
pD pE
(7)
37
(misalnya =
), kemudian salah satu kaki dituangi zat cair yang dicari massa
x
jenisnya (
) setinggi
h1
kedua zat cair dan ukur tinggi zat cair mula-mula diatas garis AB (misal
h2
).
p A pB
x .h1.g .h2 .g
Menurut hukum utama hidrostatika:
(8)
px
h2
h1
(9)
Dengan
38
x
3
h1
h2
: tinggi zat
C. Hukum Pascal
Blais Pascal (1623-1662), seorang sarjana Prancis, berkesimpulan bahwa
gaya yang menekankan zat cair di dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala
arah dengan sama rata. Hal ini selanjutnya dinyatakan sebagai hukum pascal, yang
berbunyi sebagai berikut:
Tekanan yang diberikan kepada zat cair didalam ruang tertutup diteruskan
sama besar ke segala arah.
39
F1
A1
diteruskan oleh zat cair lewat pipa penghubung ke penghisap A2 dengan
gaya
F2 p.A2
Dengan:
F1 dan F2: gaya pada penampung (N), A1 dan A2: luas penampang (m2)
Jadi, penekan hidrolik merupakan alat untuk mengandalkan gaya. Gaya yang
kecil dapat dijadikan gaya yang besar.
Dalam pekerjaan teknik banyak sekali dipakai alat-alat yang kerjanya
berdasarkan hukum pascal, misalnya kempa hidrolik dan alat pengangkat mobil
perhatikan gambar 5.
Gambar 5 (a) dongkrak hidrolik, (b) kempa hidrolik, dan (c) alat pengangkat
mobil
(http://slideplayer.info/slide/2810232/#)
D. Hukum Archimedes
a) Gaya Keatas
40
Jika kita mengangkat batu dari dasar kolam, ternyata lebih ringan
dibandingkan dengan apabila kita mengangkatnya di udara bebas.
Perhatikan gambar 6!.Di dalam air, sesungguhnya berat itu tidak berkurang.
Gaya gravitasi batu yang kita angkat besarnya tetap, akan tetapi air melakukan
gaya yang arahnya ke atas. Hal itu menyebabkan berat batu seakan-akan
berkurang, sehingga didalam air batu terasa lebih ringan. Berdasrkan peristiwa
yang ditunjukkan oleh gambar 6 dapat disimpulkan:
wair wud FA
wair m.g FA wud m.g
(11)
(12)
Berdasarkan persamaan tersebut, jelas bahwa wair < wud jadi, berat benda
didalam air lebih kecil daripada di udara. Besarnya gaya keatas dapat dicari
dengan menggunakan konsep tekanan hidrostatik.
41
F2 .g .h2 . A
sisi kubus saling meniadakan sehingga tinggal gaya-gaya pada sisi atas dan bawah
kubus. Jika luas masing-masing bidang sisi kubus A, percepatan gravitasi g,
besarnya gaya-gaya pada sisi atas dan bawah masing-masing adalah:
F1 .g .h1. A
(ke atas)
(ke bawah)
(13)
(14)
Dalam hal ini h2 > h1, sehingga F2 > F1 jadi, benda mendapat kelebihan gaya
keatas besarnya:
FA .g .h2 . A .g .h1. A FA F2 F1
.g .(h2 h1 ) A
(15)
42
Karena
(h2 h1 ) A V
FA .g .V
(volume kubus)
Maka
(16)
Dengan
FA
p h .g .h
adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Dengan
demikian, dapat diartikan bahwa gaya keatas sama dengan gaya fluida yang
dipindahkan oleh benda. Pernyataan itu pertama kali dikemukakan oleh
Archimedes. Bunyi hukum archimedes sebuah benda yang tercelup sebagian atau
seluruhnya di dalam fluida akan mengalami gaya ke atas yang sebenarnya sama
dengan berat fluida yang dipindahkan.
b) Mengapung, Melayang, dan Tenggelam
Apabila suatu benda dimasukkan ke dalam zat cair, kemungkinan yang
terjadi pada benda itu adalah mengapung, melayang, atau tenggelam. Perhatian
gambar 8
43
m B .g Z .g.VC
B .V B .g Z .g .VC
(17)
Karena
Maka
VC < VB
B Z
Jadi benda akan mengapung jika massa jenis benda itu lebih kecil
dibandingkan dengan massa jenis zat cair
44
m B .g Z .g.VC
B .V B .g Z .g.VC
(18)
Karena
Maka
VC = VB
B Z
Jadi benda akan melayang jika massa jenis benda itu sama dengan
massa jenis zat cair
(3) Benda tenggelam
Benda dikatakan tenggelam jika benda berada didasar zat cair, berat
benda > gaya keatas zat cair
wB FA
mB .g Z .g .VC
B .VB .g Z .g .VC
(19)
45
Karena
VB > VC
B Z
Maka
Gambar 9 gaya pada tubuh kapal (a) saat kapal miring (b) saat tubuh kapal tegak
(http://slideplayer.info/slide/2810232/#)
46
Gambar ini melukiskan gaya-gaya yang bekerja pada kapal saat tegak
dan miring. Gambar tersebut menunjukkan gaya berat kapal dan gaya ke atas
sama besar dan berlawanan arah. Garis kerja kedua gaya melalui titik berat
kapal.
Pada Gambar menunjukkan garis kerja gaya ke atas bergeer melalui titik
C. Garis kerja gaya berat dan gaya ke atas menghasilkan kopel yang dapat
mengembalikan kapal ke posisi tegak.
(2) Galangan Kapal
Gambar 10 galangan kapal (a) sebagian galangan kapal tenggelam, (b) galangan
terapung
(http://slideplayer.info/slide/2810232/#)
47
f. Tegangan Permukaan
Apabila pisau, silet, dan jarum diletakan mendatar pada permukaan air
dengan hati-hati, ternyata dapat terapung, meskipun massa jenis pisau, sile dan
48
jarum lebih besar daripada massa jenis air. Demikian juga nyamuk , nyamuk dapat
hinggap pada permukaan air.
Gambar 13 melukiskan sebuah partikel dengan titik yang menjadi pusat bola
(https://iksan35.wordpress.com/)
49
F
l
(20)
Dengan
50
Penelitian yang dilakukan oleh Elnetthra Folly Eldy dan Fauziah Sulaiman,
dengan judul penelitian The Capability of Integrated Problem-Based Learning in
Improving Students Level of Creative Critical Thinking. Penelitian ini bertujuan
untuk menyelidiki pengaruh PBL online terhadap tingkat siswa pada berpikir
kreatif dan kritis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif pada
tingkat berpikir siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Sahar Bayat dan Rohani Ahmad Tarmizi
dengan judul penelitian Effects of problem-based learning approach on
cognitive variables of university students. Penelitian ini bertujuan untuk
menyelidiki keefektivan PBL terhadap variabel kognitif pada mahassiswa yang
menghadiri program pendidikan. Penelitian ini menggunakan dua kelas, kelas
eksperimen (menggunakan PBL) dan kelas control (pembelajaran konvensional).
Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki kinerja, mental, pemahaman konsep
dan efisiensi pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara dua kelas. Diaman kelas yang menggunakan model PBL lebih
efektif dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model konvensional
terhadap kemampuan kognitif mahasiswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Pinar Celik, Fatih Onder dan Ilhan Silay
dengan judul penelitian The effects of problem-based learning on the students
success in physics course . Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh
PBL terhadap kesuksesan siswa pada program fisika Sampel adalah 44 siswa
dipilih secara acak. Kelas eksperimen (20) diterapkan PBL dan kelas control (24)
diterapkan model pembelajaran konvensional. Data dikumpulkan menggunakan
51
C. Kerangka Pikir
Model PBL menjadi salah satu model pembelajaran yang efektif dalam
proses pembelajaran, khususnya pembelajaran fisika karena model PBL memiliki
karakteristik antara lain:(1) belajar dimulai dengan satu masalah, (2) memastikan
bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3)
mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, (4) memberikan tanggung jawab
yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung
proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, (6) menuntut
siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk
atau kinerja. Karakteristik model PBL ini menuntut siswa untuk selalu aktif dalam
setiap proses pembelajaran. Melalui model PBL siswa disajikan masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan fenomena alam atau gejalagejala alam, sehingga mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis tentang
berbagai permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa dilatih untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan menyelesaikan masalah dan
kemampuan intelektualnya dalam mempelajari melalui situasi real atau situasi
yang disimulasikan sehingga menjadi pelajar yang mandiri. Keaktifan siswa
52
dalam model PBL ini memberikan pengaruh yang besar terhadap proses
pembelajaran. Siswa dilatih untuk belajar mandiri, baik itu secara individu
maupun secara berkelompok tanpa bergantung pada guru.
Hal terpenting dalam kemandirian belajar ialah peningkatan kemampuan dan
kemauan siswa dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada
akhirnya siswa tidak tergantung pada pengajar/guru, pembimbing, teman atau
orang lain dalam belajar. Hal tersebut membutuhkan motivasi, keuletan,
kedisiplinan, keseriusan, tanggung jawab, kemauan dan keingintahuan untuk
berkembang dan maju dalam pengetahuan dalam diri siswa.
Masalah klasik yang selalu menjadi masalah dalam proses pembelajaran di
sekolah adalah kecenderungan guru yang selalu memilih model pembelajaran
konvensional sebagai model utama yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran selalu monoton, karena kurang variatifnya guru dalam
menggunakan model-model pembelajaran. Kecenderungan guru memilih model
konvensial sebagai model utama adalah guru tidak ingin bersusah payah dalam
melaksanakan kegiatan belajar, guru lebih menekankan agar materi yang diajarkan
cepat terselesaikan tanpa melihat kebutuhan siswa, sehingga mempengaruhi hasil
belajar siswa yang kurang maksimal.
Oleh karena itu, melalui model PBL ini diharapkan siswa selalu berperan
aktif dalam setiap proses pembelajaran sehingga dapat melatih kemampuan
berpikir kritis dan kemandirian siswa dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran fisika.
53
Beberapa
penelitian
terdahulu
yang
telah
dilakukan
dalam
mengimplementasikan model PBL ini, antara lain penelitian yang dilakukan oleh
beberapa peneliti seperti yang tertera dalam kajian yang relevan, secara umum
dikatakan bahwa model PBL lebih efektif dibandingkan model pembelajaran
konvensional. Sehingga peneliti yakin bahwa model PBL dapat mempengaruhi
kemandirian belajar kearah yang positif dan melatih kemampuan berpikir kritis
siswa sehingga meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMA.
Dampak:
Siswa menjadi cenderung pasif dalam proses pembelajaran, sehingga kemampuan
berpikir siswa rendah dan siswa tidak mampu dalam menumbuhkan kemandirian
belajar, ini mengakibatkan hasil belajar siswa rendah
Solusi:
Dibutuhkan model pembelajaran yang efektif seperti model PBL
Penerapan PBL:
Dengan penerapan model PBL, diharapkan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran,
dan siswa dapat belajar mandiri tanpa bergantung pada guru, serta dapat
meningkatkan kemampuan berpikir krtis
54
Harapan:
Dapat meningkatkan kemandirian siswa, kterampilan
berpikir krtis dan Hasil belajar siswa
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen)
dengan pendekatan kuantitatif karena semua informasi diwujudkan dalam bentuk
angka dan dianalisis berdasarkan analisis statistik, sedangkan desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain Nonequivalent ControlGroup Pre-test Post-test Design. Rancangan uji coba dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2 Desain penelitian Nonequivalent Control-Group Pre-test Post-test
Group
Pre-test
Treatment
Post-test
KE
O1
X1
O2
KK
O1
X2
O2
Dengan:
KE
KK
X1
X2
O1
O2
= Kelompok Eksperimen
= Kelompok Kontrol
= Model Problem Based Learning
= Model Konvensional
= Pretest/ Tes Awal
= Posttest/ Tes Akhir
56
57
D. Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari dua macam antara
lain:
1. Variabel independent (bebas) yaitu model pembelajaran
2. Variabel dependent (terikat) yaitu kemandirian belajar, kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar siwa
3. Variabel Kontrol yaitu guru, lamanya pembelajaran dan materi pembelajaran
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Beberapa teknik dan instrumen pengumpulan data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes Kemampuan berpikir mennggunakan tes uraian dalam penelitian ini.
Jumlah soal dalam tes ini berjumlah 5 butir
2. Tes Belajar
Tes belajar dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil
belajar fisika. Tes yang digunakan berbentuk tes objektif dengan 5 alternatif
jawaban, setiap jawaban benar akan diberikan skor 1 dan jawaban salah diberikan
skor 0.
3. Angket atau Kuesioner
Teknik angket digunakan untuk memperoleh data kemandirian belajar siswa
dalam penelitian ini. Format angket yang digunakan mengikuti skala Likert.
Butir angket berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Penetapkan
skor angket yaitu pemberian skor untuk tiap-tiap alternatif jawaban disesuaikan
dengan kriteria item. Seperti yang disajikan pada tabel berikut
Tabel 4 alternatif jawaban dengan skala likert
Pernyataan
Alternatif jawaban
Skor
Sangat Setujuh (SS)
4
Cukup Setuju (CS)
3
kurang Setuju (KS)
2
Positif (+)
Tidak Setuju (TS)
1
Sangat Setujuh (SS)
Cukup Setuju (CS)
58
1
2
Negatif (-)
3
4
rXY
NX
NXY (X )(Y )
2
NY Y
2
mengetahui apakah alat penelitian yang digunakan sudah tepat atau betul-betul
menilai apa yang seharusnya dinilai. Analisis validitas dilakukan dengan
menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar.
(21)
Dengan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan y
X
: Skor Item
: Jumlah Soal
: Jumlah Sampel
59
k 1
vt pq
r11
vt
(22)
Dengan:
r11
: Reliabilitas Instrument
Vt
: varians soal
pq
i 1
f 0 fe 2
fe
(23)
Dengan:
X2 : Chi kuadrat
fo
fe
61
VariansTer besar
VariansTer kecil
Si
( x x)
n 1
S12 : Varians
x : Nilai siswa
: Rata-rata Kelas
: Jumlah siswa
DAFTAR PUSTAKA
Cazan, A. M., & Schiopca, B. A., (2014). Self-directed learning, personality traits
and academic achievement. Procedia- Social and Behavioral
Sciences,Romania,127,640-644.
Cottrell, S. (2005). Critical Thinking Skills :Developing Effective Analysis and
Argument. New York: Palcrave Macmillan.
Danuari. 1990. Hubungan antara Kemandirian, Motivasi Berprestasi, dan
Intelegensi dengan Prestasi Belajar Siswa SMP di Bantul. Laporan
Penelitian: LPM IKIP Yogyakarta.
Darmayanti, T., Islam, S., & Asandhimitra. 2004. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh:
Kemandirian Belajar pada PTJJ. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Eko, B. & Kharisudin, I. 2010. Improving The Autodidact Learning of Student
On Kalkulus Through Cooperative Learning Student Teams
Acievement Division By Portofolio Programed. Jurnal penelitian
pendidikan, 27(1):78-83. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id [diakses
24-09-2015]
Ennis, R. H. (2013). The Nature of Critical Thinking: Outlines of General Critical
Thinking Dispositions and Abilities. Diambil pada tanggal 25 Juli 2015.
http://www.criticalthinking.net/longdefinition.html
Ersoy,E., & Baser, N.,(2014). The effects of problem-based learning method in
higher education on creative thinking. Procedia - Social and Behavioral
Sciences,Turkey,116,3494-3498.
Gorghhiu, G., Draghicescu, L. M., Cristea, S.,et al.(2015). Problem-Based
Learning - An Efficient Learning Strategy In TheScience Lessons
Context. Procedia - Social and Behavioral Sciences,Romania, 191, 18651870
Hamalik, Oemar. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Harder, O., Callahan.,& Brown, T. (2007). Teaching Strategies: A Guided to
Effective Instruction. New York: Houghton Mifflin Company
Harun, N.F., Yusof, K.M., Jamaludin, M. Z.,et.al.(2012). Motivation in Problembased Learning Implementation. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, Malaysia,56,233-242.
64
65