77 / KPTS / Db / 1990
PETUNJUK TEKNIS
PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN
PROGRAM JALAN KABUPATEN
DAFTAR ISI
Halaman
1.
1.1
1. Tugas yang sangat penting mengenai perencanaan dan persiapan program pekerjaan
tahunan untuk jaringan jalan kabupaten, sudah mulai dilakukan secara sistematis.
Sebelumnya kebanyakan program disusun berdasarkan usulan-usulan `ad-hoc' yang
diajukan oleh kabupaten yang kurang didukung dengan perencanaan yang memadai
atau dengan evaluasi sehingga didapat pilihan alternatif yang prioritas. Persiapan
program lima tahun dengan bantuan konsultan untuk mendapatkan Bantuan Luar
Negeri (BLN), tidak menunjukkan sebagai suatu cara yang efisien dan memuaskan.
Dalam kenyataannya aspirasi dan kemampuan daerah kurang dipertimbangkan
karena terlalu banyaknya petunjuk dari instansi di tingkat pusat yang memaksakan
suatu kerangka kerja yang kaku dan kurang dapat diterima di dalam pemilihan
proyek untuk jangka panjang. Rencana-rencana yang dihasilkan dengan cara ini
cenderung sudah kadaluarsa, bahkan sebelum pelaksanaannya dapat dimulai.
2. Peranan kabupaten dalam mempersiapkan program penanganan jaringan jalan
sendiri jelas diperlukan untuk menjamin adanya keluwesan dalam mengadakan
perubahan-perubahan sesuai kebutuhan daerah dan untuk mengalihkan tanggung
jawab instansi tingkat pusat ke tingkat kabupaten. Pada saat yang sama, Pemerintah
Pusat dan pihak donor memerlukan jaminan bahwa program semacam ini
mempunyai dasar yang rasional dan disusun secara sistimatis. Demikian pula dengan
sumber daya ekonomi nasional yang jumlahnya terbatas, supaya dapat digunakan
seefisien mungkin.
3. Prosedur perencanaan jalan semacam ini perlu diperkenalkan kepada kabupaten.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tidaklah cukup hanya dengan
menyerahkan suatu buku petunjuk begitu saja untuk diterapkan secara bersama.
Untuk memperkenalkan suatu prosedur secara efektif, perlu didukung oleh program
pelatihan, bimbingan dan bantuan teknis di tingkat kabupaten, termasuk pengarahan
yang tegas dari instansi yang tingkatnya lebih tinggi. Kegiatan ini telah mulai
dilakukan sejak tahun 1990 seiring dengan SK No. 77 - Dirjen Bina Marga
4. Keberhasilan juga mungkin dapat lebih dicapai dari pendekatan terpusat yang
menerima kenyataan bahwa untuk mencakup seluruh jaringan jalan sekaligus dalam
sekali studi tidak dapat dilaksanakan. Karena itu perlu dipertimbangkan bahwa
untuk mengalihkan prosedur perencanaan dari tingkat pusat ke daerah harus
dilakukan melalui suatu periode peralihan beberapa tahun, dimana instansi di tingkat
propinsi harus ikut melakukan peranan pemeriksaan dan pengawasan yang dahulu
hampir semuanya dilakukan oleh pusat.
5. Keperluan mendasar dalam proses perencanaan adalah untuk membuktikan bahwa
dari setiap proyek dapat diharapkan suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang
dapat dipertanggung-jawabkan. Tanpa melakukan hal ini paling tidak akan
memboroskan beberapa sumber daya yang disediakan untuk proyek jalan kabupaten.
Untuk memberikan program pekerjaan yang potensial dan melibatkan berbagai
proyek dalam skala besar, diperlukan latihan perencanaan yang cukup banyak
dengan lengkap.
6. Alasan utama diperlukannya masukan perencanaan dalam skala besar bukannya
karena kerumitan metodologi yang diusulkan, namun karena besarnya jumlah
Modul 1 : Gambaran Umum
proyek yang berdiri sendiri yang harus dinilai dan banyaknya jenis proyek yang
terlibat. Pengalaman dari beberapa tahun pelaksanaan studi jalan kabupaten di
Indonesia telah menunjukkan bahwa karena besarnya variasi jenis jalan, mulai dari
jalan aspal yang dilewati beberapa ribu kendaraan per hari sampai dengan jalan
setapak yang tidak dapat dilewati kendaraan, menyebabkan setiap proses
perencanaan harus mempertimbangkan ruas-ruas jalan atas dasar kondisi masingmasing dengan suatu bentuk penaksiran yang sesuai supaya rekomendasi yang
dihasilkan mempunyai kelayakan yang memadai.
7. Bagian pokok dari proses perencanaan ini meliputi suatu kegiatan survai
pengumpulan data yang diperlukan, terutama dalam hal lokasi jalan, panjang dan
kondisinya saat ini, serta informasi mengenai tingkat lalu lintas atau jumlah
penduduk pengguna jalan yang bersangkutan (informasi seperti ini seringkali tidak
tersedia sulit didapatkan).
8. Bagian pokok berikutnya adalah kegiatan evaluasi proyek dengan dengan
menggunakan data hasil survai di atas. Ada beberapa metode penaksiran atau
evaluasi yang dapat dilaksanakan; metode yang paling sederhana yakni penyusunan
peringkat proyek dengan menggunakan cara indeks menunjukkan korelasi yang
lemah dari hasil evaluasi ekonomi. Karena itu pada prosedur ini cara tersebut tidak
digunakan dan dipakai suatu sistim yang tetap berhubungan langsung dengan kriteria
ekonomi konvensional. Sistim ini tidak memerlukan tambahan data survai dan
waktu analisa yang berarti, ataupun tingkat keahlian yang lebih tinggi dari pada
yang dibutuhkan oleh metode yang paling sederhana tadi.
1.2
TUJUAN
1. Tujuan umum dari Prosedur Perencanaan dan Penyusunan Program ini adalah :
Untuk menyusun prioritas penangan jalan sesuai dengan dana yang tersedia
dengan cara yang efisien, agar menunjang pembangunan ekonomi dan sosial
daerah tersebut.
2. Tujuan khusus-nya adalah untuk :
Memberi pengetahuan kepada staf kabupaten di dalam melaksanakan pekerjaan
survai, analisa dan evaluasi, sesuai dengan prosedur yang sistematis dan menuju
ke arah persiapan yang tepat waktu dari program tahunan dalam standar yang
konsisten.
Memberi kepastian bahwa alokasi sumber daya berdasarkan kategori pekerjaan
(yakni, pekerjaan berat, pemeliharaan dan pekerjaan ringan lain) ditentukan
secara rasional.
Memberi kepastian bahwa penentuan pemilihan prioritas pekerjaan berat,
didasarkan atas kriteria ekonomi yang sederhana namun rasional, sehingga dapat
memberikan tingkat kepercayaan yang memadai baik bagi donor maupun
instansi pemerintah bahwa investasi yang diusulkan telah sesuai.
Mendokumentasikan dan membangun `database' dari informasi mengenai
jaringan jalan untuk keperluan pemantauan dan perencanaan lebih lanjut.
Dapat mencakup perencanaan bagi semua pembiayaan jalan kabupaten, tanpa
melihat darimana sumber pendanaannya.
2.1
KELOMPOK TUGAS
1. Prosedur perencanaan dibagi dalam lima komponen utama atau kelompok tugas,
dimana setiap kelompok tercakup dalam bagian terpisah dalam buku petunjuk ini :
Tugas 1
Tugas 2
Tugas 3
Tugas 4
Tugas 5
:
:
:
:
:
2. Bagan alir yang telah disederhanakan pada Gambar 1 menunjukkan rangkaian pokok
kegiatan-kegiatannya. Gambar 2 menunjukkan aliran tugas serta keterkaitannya satu
sama lain secara lebih terinci.
3. Perencanaan harus dilihat sebagai suatu siklus kegiatan yang berkesinambungan
dengan maksud untuk menyusun suatu gabungan informasi mutakhir mengenai
seluruh jaringan jalan. Informasi perencanaan disusun untuk memberikan suatu
program tahunan, namun prosesnya tidak hanya berhenti disitu. Program tahunan
harus merupakan bagian dari suatu strategi untuk jangka yang lebih panjang bagi
seluruh jaringan, yaitu rencana yang bergulir dan mencakup beberapa tahun.
4. Siklus perencanaan dengan pembagian waktunya secara umum digambarkan seperti
di bawah ini.
Kaji Ulang
Program
Des
Jan - Feb
Okt-Nop
Survai
Pemeliharaan
Terinci
Survai
Penjajagan
Kondisi Jalan
S1
Sep -Nop
Apr
Sep
Survai
Disain
Sep-Nop
Penyusunan
Program
Survai
S2 S8
Mei - Jun
Jul - Agu
Analisa dan
Penaksiran
Biaya
Penyaringan
dan
Penyusunan
Peringkat
2.2
1. Prosedur Perencanaan ini dimaksudkan untuk diterapkan pada seluruh jaringan jalan
kabupaten secara sistematis.
2. Data survai terbaru yang dapat diandalkan dari setiap ruas dalam jaringan jalan harus
tersedia sehingga pilihan pekerjaan yang diperlukan dapat dipertimbangkan dan
disusun dalam urutan prioritas. Alokasi dana yang rasional hanya dapat dibuat bila
datanya lengkap untuk seluruh jaringan jalan.
3. Jaringan jalan tersebut dibagi dalam dua bagian :
Jalan mantap (stabil ; selalu dapat diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4
sepanjang tahun), terutama yang kondisinya sudah `baik/sedang' yang hanya
memerlukan pemeliharaan.
Jalan tidak mantap (tidak stabil ; tidak dapat diandalkan untuk dilalui
kendaraan roda 4 sepanjang tahun), terutama yang kondisinya `rusak/rusak berat'
yang memerlukan pekerjaan berat' (rehabilitasi, perbaikan, konstruksi),
termasuk jalan tanah yang saat ini tidak dapat dilewati kendaraan roda-4.
4. Untuk menjaga kemutakhiran data inventarisasi jalan seluruh jaringan (agar umur
datanya selalu tidak akan lebih dari tiga tahun) perlu dilakukan hal berikut :
Pada jalan-jalan yang mantap, setiap tahunnya harus dilakukan `Survai
Penjajagan Kondisi Jalan' (S1)
Pada jalan-jalan yang tidak mantap, setiap tahunnya harus dilakukan Survai
Penyaringan Jalan (S2) pada sepertiga bagian jalan saja, sehingga seluruh
bagian jalan dapat tercakup dan selesai disurvai dalam daur tiga tahun.
Pada jalan-jalan yang tidak mantap, dibagi dalam tiga bagian yang kira-kira
sama, lalu setiap tahun satu bagian harus dicakup dalam `Survai Penyaringan
Jalan' (S2), sehingga seluruh bagian jalan dapat tercakup dan selesai disurvai
dalam daur tiga tahun.
5. Pada prinsipnya semua jalan mantap setiap tahunnya harus mendapatkan prioritas
untuk ditangani dengan pemeliharaan rutin dan/atau berkala. Untuk itu, informasi
survai yang terbaru diperlukan untuk menentukan kebutuhan teknis yang tepat,
karenanya survai tahunan sangat perlu dilaksanakan. Survai S1 digunakan untuk
memperbaharui informasi inventarisasi jalan sebagai bagian dari prosedur
perencanaan yang sekaligus digabung dengan survai penyaringan pemeliharaan
tahap pertama dalam persiapan pemeliharaan tahunan (lihat petunjuk terpisah untuk
Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten).
6. Di banyak kabupaten, jaringan jalan yang tidak mantap masih lebih besar dari
jaringan jalan yang mantap dan dana untuk pekerjaan berat yang diperlukan melebihi
dana yang tersedia. Karenanya diperlukan suatu sistim untuk menyaring dan
menyusun urutan proyek, terutama yang berdasarkan kriteria ekonomi. Survai
penyaringan kondisi jalan (S2) dikaitkan dengan survai-survai lain yang mengukur
permintaan akan angkutan, dilakukan untuk keperluan tersebut.
7. Manfaat peningkatan suatu jalan dapat dihitung dengan cara, membandingkan
kondisi jalan saat ini dengan yang diharapkan, dan dengan memperkirakan jumlah
Modul 1 : Gambaran Umum
lalu lintas yang diharapkan. Manfaat ini kemudian dapat diperbandingkan dengan
perkiraan biaya peningkatan jalan, untuk memberikan tingkat pengembalian
ekonomi proyek (misalnya, Net Present Value = nilai bersih saat ini atau NPV/Km).
Kemudian sejumlah proyek dapat disusun peringkatnya dan proyek yang NPV/kmnya tertinggi harus dipilih untuk dilaksanakan terlebih dahulu.
Dengan cara ini baik kabupaten maupun secara nasional dapat memanfaatkan
dengan sebaik mungkin keadaan kelangkaan dana tersebut.
8. Jaringan jalan yang tidak mantap selanjutnya dapat dibagi lagi kedalam dua
kelompok :
Jalan terbuka yang dapat dilalui kendaraan roda-4 untuk sepanjang tahun.
Jalan tertutup yang tidak dapat dilalui kendaraan roda-4 untuk sepanjang atau
sebagian tahun.
9. Permintaan akan angkutan pada jalan yang terbuka bagi kendaraan roda-4, bisa
diperkirakan dengan baik melalui survai lalu lintas yang ada (S5). Sedangkan pada
jalan yang tertutup lalu-lintas yang ada bukan merupakan suatu ukuran yang baik
bagi permintaan angkutan yang potensial, untuk itu dilakukan perkiraan dari jumlah
penduduk yang terlayani oleh jalan dan dari tingkat hambatan akses yang dialami
sekarang. Data ini diperoleh langsung dari survai penduduk (S7) dan survai
hambatan lalu-lintas (S8).
10. Gambaran bagaimana jaringan jalan kabupaten dicakup oleh studi perencanaan
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.
Tahun ke - 1
Tahun ke - 2
Tahun ke - 3
Wilayah Perencanaan 1
Wilayah Perencanaan 2
Wilayah Perencanaan 3
Jalan Kondisi
Rusak / Rusak Berat
' Tertutup Roda-4 '
Jalan Kondisi
Rusak / Rusak Berat
' Tertutup Roda-4 '
Jalan Kondisi
Rusak / Rusak Berat
' Tertutup Roda-4 '
S2, S7 dan S8
S2, S7 dan S8
S2, S7 dan S8
Jalan Kondisi
Rusak / Rusak Berat
' Terbuka Roda-4 '
Jalan Kondisi
Rusak / Rusak Berat
' Terbuka Roda-4 '
Jalan Kondisi
Rusak / Rusak Berat
' Terbuka Roda-4 '
S2 dan S5
S2 dan S5
S2 dan S5
Jalan Kondisi
Baik /Sedang
T
D
K
M
A
N
T
A
P
M
A
N
T
A
P
11. Karena jaringan jalannya berkembang, maka lebih banyak jalan yang akan pindah
dalam kelompok mantap dan memerlukan survai tahunan untuk pemeliharaan. Data
lalu lintas juga diperlukan untuk kelompok ini, supaya standar teknis dan standar
biaya yang sesuai dapat diterapkan. Target yang harus dicakup adalah paling sedikit
20 % dari jaringan yang mantap dilakukan survai lalu-lintas setiap tahunnya,
sehingga tidak akan ada ruas jalan yang data lalu lintasnya lebih lama dari lima
tahun.
12. Pada saat informasi tentang kebutuhan pemeliharaan dan tingkat lalu- lintas telah
meningkat, sistim prioritas secara ekonomi dilakukan juga terhadap pekerjaan
pemeliharaan berkala yang terpadu dengan sistim untuk pekerjaan berat.
13. Meskipun telah dilakukan pemeliharaan, beberapa jalan yang mantap akan
memburuk ke kondisi `rusak/rusak berat', sementara lainnya mungkin memerlukan
pelebaran atau perkuatan karena lalu-lintasnya meningkat. Karena itu setiap
tahunnya, sejumlah ruas dicakup dalam survai S2, sebagai hasil dari survai
penjajagan (S1) sebelumnya.
14. Pada saat jaringan jalannya berkembang dan menjadi mantap, maka proporsi ruas
jalan yang dievaluasi dengan metode lalu lintas akan bertambah, namun sebagian
besar jalan tanah akan tetap perlu dievaluasi dengan metode kependudukan.
Sebagian kecil ruas, khususnya jalan baru yang menuju wilayah pertanian potensial
yang luas atau jalan-jalan baru yang akan mengalihkan rute lalu lintas, tidak dapat
dicakup oleh metode evaluasi umum dalam prosedur perencanaan ini, sebagai
gantinya diperlukan "studi khusus" yang harus dilaksanakan oleh staf dengan
kemampuan khusus pula.
15. Diagram di bawah ini menggambarkan bagaimana jaringan jalan akan dicakup oleh
jenis-jenis studi yang berbeda.
KATEGORI STUDI PERENCANAAN
JALAN TERBUKA
BAGI KENDARAAN RODA 4
HAMBATAN
HAMBATAN
JALAN AKSES
JALAN AKSES
JALAN AKSES
RENDAH
SEDANG
TINGGI
2.3
1. Untuk keperluan perencanaan dan penyusunan program, pekerjaan jalan ini dapat
dibagi ke dalam tiga kelompok besar sebagai berikut :
a. Pekerjaan pemeliharaan : untuk jalan berkondisi `baik/sedang'
b. Pekerjaan berat
: untuk jalan berkondisi `rusak/rusak berat'
(pembangunan baru, peningkatan, rehabilitasi)
c. Pekerjaan penyangga
: untuk jalan berkondisi `rusak/rusak berat'
2. Ditinjau dari nilainya, pekerjaan berat dapat dibedakan dengan pekerjaan ringan
(yakni pekerjaan pemeliharaan dan penyangga) seperti yang juga ditunjukkan pada
matriks biaya (lihat tugas 4)
PEMBANGUNAN BARU (PB)
PEKERJAAN BERAT (PK)
PENINGKATAN (PK)
REHABILITASI (RE)
PEMEL. PERIODIK (MP)
PEMELIHARAAN (M)
PEMEL. RUTIN (MR)
PEKERJAAN RINGAN
PENYANGGA (H)
DARURAT
10
2.4
2.4.1
KELOMPOK TUGAS 1 :
KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE
11
12
13
14
a. Identifikasi dan penaksiran biaya untuk pekerjaan jalan dan jembatan yang cocok,
dilaksanakan mengikuti tahapan analisa tersebut di atas, dengan menggunakan foto,
ringkasan data jalan (S1/S2) dan `Matriks untuk Pekerjaan dan Biaya yang sesuai',
dikaitkan dengan kondisi jalan dan tingkat lalu lintas yang ada sekarang.
b. Hal ini memungkinkan penaksiran biaya yang ditetapkan secara umum, cukup
memadai untuk keperluan penyaringan pekerjaan berat, pemeliharaan dan pekerjaan
`penyangga'. Perhitungan biaya secara terpisah harus disiapkan pada tahap disain
terinci berikutnya untuk proyek-proyek yang telah dipilih.
c. `Matriks biaya' sementara masih disiapkan di tingkat pusat bagi kabupaten dan
setiap tahun selalu diperbaharui berdasarkan formulir K9 (ringkasan harga material
dan upah buruh setempat), yang dibuat oleh setiap kabupaten dan dikirimkan ke
pusat. Penyiapan matriks biaya ini nantinya diharapkan akan dapat dilakukan oleh
kabupaten sendiri
d. Data pekerjaan dan biayanya dimasukkan dalam lembar A1 untuk setiap proyek.
4A. Penilaian Kondisi Jalan :
Penilaian subyektif terhadap daya dukung tanah dasar (CBR) dan nilai sisa
perkerasan ditentukan dari hasil foto dan data S2.
4B. Penentuan Kelas Rencana Lalu-lintas :
Tingkat lalu-lintas yang diperkirakan terjadi sesudah dilakukannya peningkatan
jalan, dapat dibaca secara grafis dari matrik biaya berdasarkan kondisi jalan dan
lalu-lintas yang ada sekarang.
4C. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Berat :
Biaya pekerjaan berat secara umum per kilometer dapat dibaca dari matriks
biaya, sesuai dengan persediaan kondisi jalan serta penentuan Kelas Rencana
Lalu-lintasnya.
4D. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Pemeliharaan :
Biaya pemeliharaan secara umum yang diutamakan untuk keperluan anggaran
dapat dibaca pada matriks berdasarkan (terutama) pada umur jalan, lalu-lintas
dan jenis/kondisi permukaan.
Kebutuhan biaya pemeliharaan yang sebenarnya akan didapatkan dari prosedur
survai pemeliharaan S1/MS2.
Proyek pemeliharaan periodik akan dievaluasi dengan cara yang sama seperti
pekerjaan berat.
15
16
P1 ini disusun di kantor, pada bulan Juli - Agustus, terutama berdasarkan daftar
induk K1. Penyusunannya harus disertai dengan perbaikannya dan harus
memasukkan jalan-jalan yang sedang dalam peningkatan atau dalam
pemeliharaan, ditambah dengan setiap jalan yang layak dipelihara yang
ditemukan selama survai S2 yang baru dilaksanakan.
Hasilnya akan menjadi dasar bagi Survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) di bulan
September - Oktober dan harus dikaji ulang dan diperbaiki dengan memasukkan
usulan pekerjaan pemeliharaan awal untuk tahun yang akan datang.
P1 terutama digunakan untuk keperluan pendanaan awal, dimana prioritas
pendanaannya diberikan pada kebutuhan pemeliharaan.
5C. Persiapan Daftar Panjang Pekerjaan Berat (P2) :
Semua studi yang dicakup dalam proses analisa perencanaan (A1) harus
didokumentasikan dalam daftar P2, bersama-sama dengan setiap proyek
`luncuran' dari studi selama tiga tahun yang lampau, yang belum dilaksanakan.
Jadi P2 harus memuat data evaluasi proyek yang baru saja dibuat untuk seluruh
bagian dari jaringan yang belum ada pada daftar P1. Proyek-proyek layak harus
diurutkan sesuai dengan NPV/Km.
Daftar P2 akan dibagi ke dalam empat bagian : Bagian A mencakup proyek
`luncuran' yang layak; Bagian B mencakup proyek layak yang baru distudi ;
Bagian C mencakup proyek yang tidak layak atau proyek yang tidak dievaluasi
tidak termasuk pemeliharaan ; Bagian D mencakup bagian jalan yang baru
disurvai yang layak untuk pemeliharaan termasuk hasil evaluasi ekonomi
terhadap proyek pemeliharaan berkala.
5D. Kaji Ulang Kebutuhan Anggaran dan Strategi Pekerjaan (P5) :
Penaksiran kebutuhan anggaran tahunan dengan batasannya dibuat dengan
menggunakan formulir P5, untuk membantu kabupaten dalam menyusun strategi
pembiayaan yang pantas untuk pekerjaan jalan, serta untuk menyediakan
informasi guna membantu pemerintah pusat dalam pengalokasian dana.
5E. Persiapan Daftar Pendek Pekerjaan Berat (P3/P4) :
Kemungkinan kebutuhan anggaran beserta batasannya harus dipertimbangkan
didalam pemilihan ruas untuk `daftar pendek' pendahuluan tentang usulan
pekerjaan berat (P3, UR-1.JK).
Semua proyek dalam P3 harus layak secara ekonomi yang ditunjukkan oleh studi
perencanaan. Namun permasalahan setempat perlu juga diperhitungkan,
termasuk rencana pembangunan kabupaten dan fungsi jalan.
Jalan-jalan berkondisi `rusak/rusak berat' yang terbuka untuk roda-4 tetapi tidak
tercantum dalam P3 karena tidak layak atau karena keterbatasan dana harus
diberi tanda untuk pekerjaan `penyangga' dan dimasukkan dalam daftar P4.
5F. Kaji Ulang Program dan Dokumentasi Anggaran :
Kaji ulang program secara luas dan perbaikannya mungkin diperlukan antara
waktu untuk menyusun program pendahuluan di bulan Juli - September dan
pematangannya pada RAKON di bulan Desember.
Kaji ulang ini meliputi penyaringan lingkungan dan audit studi perencanaan
yang dilakukan oleh staf di tingkat pusat atau propinsi. Kaji ulang juga meliputi
penyesuaian-penyesuaian dengan kriteria kebijaksanaan di tingkat nasional atau
Modul 1 : Gambaran Umum
17
18
KEBUTUHAN SUMBERDAYA
3.1
KEBUTUHAN STAF
a. Diperlukan suatu Tim Perencana Jalan di kabupaten yang terdiri dari empat orang
staf yang dapat diambil dari staf dinas yang terkait dengan penanganan jalan. Tim
akan diminta untuk melaksanakan studi perencanaan selama kurang lebih dua
sampai empat bulan setiap tahunnya, mengikuti prosedur dan jadwal waktu yang
telah ditetapkan. Mereka diperlukan dalam sebuah tim yang bekerja dan
bertanggung jawab kepada Dinas yang secara langsung menangani jalan
(PU/BM/Praswil Kab.), dan secara umum mendapat pengarahan dari Bupati.
b. Angota Tim yang bekerja dalam tugas ini harus diangkat melalui Surat Keputusan
(SK) dari Bupati. Mereka harus tetap pada kedudukannya paling tidak selama dua
tahun, supaya upaya pelatihan dan pengalaman yang telah didapat dapat
dimanfaatkan secara optimal.
c. Staf yang ditunjuk akan ditempatkan pada posisi tugas seperti di bawah ini, berikut
dengan perkiraan waktu yang diperlukan setiap tahun :
Posisi
Koordinator Tim
Transport Planner
Planning Engineer
Koordinator Survai
Lalu Lintas
Kemungkinan
sumber instansi
DPU/BM/PW-Kab.
Bappeda Kabupaten
DPU/BM/PW-Kab.
DPU/BM/PW-Kab
Perkiraan kebutuhan
waktu per tahun
(dalam bulan)
4
2-3
3
1-2
--------10 - 12
d. Salah seorang dari staf di atas, biasanya Planning Engineer atau Transport Planner,
ditetapkan pula sebagai staf yang bertanggung jawab atas masalah lingkungan yang
berkaitan dengan jalan kabupaten.
e. Secara struktural, alternatif usulan kebutuhan staf dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada pokoknya anggota Tim perencana dapat diambil dinas-dinas yang terkait
dengan penangan jalan. Perlu dicatat bahwa tim secara keseluruhan mendapatkan
pengarahan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang secara langsung
menangani jalan.
19
Gambar 4.
STRUKTUR TIM PERENCANA JALAN KABUPATEN
BUPATI
BAPPEDA
Kepala DPU/
BM/PW Kab.
BAGIAN
PEMBANGUN
AN
KOORDINATOR
PLANNING
ENGINEER **
TRANSPORT
PLANNER **
KOORDINATOR
SURVAI LALULINTAS
ASISTEN
SURVAIOR
ASS.TRANSPORT
PLANNER
PENGHITUNG
LALU LINTAS
(diambil dan dilatih
secara setempat)
f. Pengalaman khusus dalam perencanaan umum jalan tidak selalu mutlak diperlukan,
karena diharapkan bahwa masing-masing staf dapat mengenali masalah dan
mengembangkan kemampuannya setelah mengikuti pelatihan di lapangan, serta
berpengalaman dalam menerapkan prosedur.
Koordinator Tim atau Transport Planner, jika memungkinkan harus mempunyai :
latar belakang pengalaman dalam pengetahuan sosial-ekonomi;
kemampuan untuk mengorganisir staf dan melakukan pekerjaan survai serta
analisanya dalam jangka waktu tertentu;
tingkat ketelitian dalam angka dan presisi data yang wajar;
kemampuan berkomunikasi dengan pejabat dan instansi lain dalam
menyampaikan tujuan, hasil dan akibat langsung dari studi perencanaan.
Planning Engineer harus mempunyai latar belakang dibidang teknik dan beberapa
pengalaman pada pekerjaan survai dan prosedur perhitungan biaya pekerjaan jalan.
g. Selain dari empat staf perencanaan yang ditugaskan dalam tim itu, masih diperlukan
beberapa asisten/pembantu yaitu :
Asisten Transport Planner : diperlukan jika jabatan Transport Planner
dirangkap oleh Koordinator Tim.
Asisten Survaior
: 1 - 2 bulan kerja
Staf survai PLL
: minimal 10 orang atau sejumlah 100 hari orang
kerja per tahun (biasanya
diambil
dari
penduduk setempat di sekitar lokasi lalu lintas
untuk jangka waktu tertentu)
20
3.2
TUGAS UTAMA
3. Planning Engineer ; ikut berperan serta dalam Kaji Ulang dan Pemutakhiran
Database, termasuk khususnya Data Sumber Daya (1C) dan Persiapan Program
Tahunan. Tanggung jawab utamanya adalah :
21
Gambar 5.
USULAN PENETAPAN TUGAS & TARGET ALOKASI WAKTU PER TAHUN
TARGET ALOKASI WAKTU ( hari per orang )
Kode KorTim Trp.Pln/ Plan.
EngiTugas / Trnsp. Asstn.
Planner Trp.Pln neer
1A
1B
1C
1D
1E
1F
1G
5
5
2
3
5
2A
2B
2C
2D
2E
2F
10
3A
3B
3C
3D
3E
3F
3G
5
5
3
5
2
5
5
5
10
22
*
1
**
*
15
22
**
6
5
3
3
3
2
7
2
2
5
4A
4B
4C
4D
4E
4F
1
1
5
1
1
2
5A
5B
5C
5D
5E
5F
5
5
5
3
2
5
TOTAL
79
Asumsi
3
2
69
60
21
10
10
10
5
10
5
10
10
10
10
5
5
5
10
20
22
0
15
23
0
6
5
5
5
8
2
7
6
5
5
5
8
2
2
1
2
5
1
1
2
1
2
5
1
1
2
5
10
7
3
2
12
5
10
7
3
2
12
229
148
2
2
18
20
20
20
2
3
13
20
13
***
2-3
Keterangan :
1-2
5
**
2-3
1-2
1-2
81
63
7-12
22
3.3
3.4
PEMBIAYAAN
1. Biaya untuk studi perencanaan jalan ini harus disisihkan sebagai `komponen khusus'
dari Biaya Umum Proyek Jalan Kabupaten*). Kebutuhan dana untuk studi
perencanaan tahunan bagi semua pekerjaan jalan disediakan secukupnya ( 0.25%
dari total biaya proyek).
2. Koordinator Tim bertanggung jawab dalam mengusahakan kebutuhan dana untuk
melaksanakan jadwal perencanaan tahunan dan membahasnya bersama-sama dengan
Kepala Dinas PU/BM/PW-Kab dan Ketua Bappeda Kabupaten. Mereka bersamasama bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dana untuk Tim Perencana Jalan
Kabupaten dapat disediakan agar Tim tersebut dapat melaksanakan kegiatan
perencanaan yang telah dijadwalkan pada waktunya.
23
3.5
1. Diperlukan ruang kerja dengan luas minimal 15 meter persegi yang bersifat
permanen dalam kantor (misalnya di DPU/BM-Kab.) yang kira-kira sesuai bagi
ruang kerja Tim Perencana Jalan.
2. Kelengkapan yang diperlukan adalah dua atau tiga meja kerja, sebuah meja besar
untuk membuka peta atau keperluan rapat, dan tempat penyimpanan dokumen yang
dapat dikunci.
3. Bagi keperluan survai harus disiapkan sekitar 63 hari kendaraan dan 63 hari
pengemudi dengan jatah BBM mencukupi untuk mencakup panjang 50 - 100
kilometer per hari kendaraan. Kemungkinan diperlukan dua buah kendaraan dalam
waktu yang bersamaan. Kendaraan bermotor itu harus terdiri dari jenis jeep dobelgardan dan jenis `kijang' untuk mengangkut anggota survai lalu lintas. Kedua
kendaraan dilengkapi masing-masing dengan pengemudi tetap, serta odometer yang
bekerja baik. Perubahan mengenai keperluan dan penggunaan kendaraan
dimungkinkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing kabupaten.
4. Perlengkapan kantor dan keperluan survai yang diperlukan setiap tahun terdiri atas :
kamera (kalau memungkinkan dengan fasilitas pencatat tanggal)
20 rol film serta keperluan dana untuk memproses dan mencetak film sebanyak
dua salinan tiap potretnya
white board (atau papan penunjuk lokasi foto)
lembaran plastik tembus pandang (70 lembar) atau album sederhana bagi
penyusunan foto beserta spidol
pita ukur (panjang 50 m)
stop watch
alat penjepit lingkar (ordner) dan kotak map
papan penjepit (clip board), pena berwarna dan lain sebagainya
kebutuhan dana photocopy formulir dan peta
24
25
26
DAFTAR ISI
Halaman
1.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
2.
2.1
2.2
2.3
3.
3.1
3.2
3.3
3.4
4.
4.1
4.2
5.
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
6.
6.1
6.2
6.3
6.4
7.
7.1
7.2
1A-1
1A-1
1A-1
1A-7
1A-10
1A-11
1B-1
1B-1
1B-1
1B-5
1C-1
1C-1
1C-1
1C-3
1C-5
1D-1
1D-1
1D-1
1E-1
1E-1
1E-2
1E-5
1E-10
1E-10
1E-15
1E-18
1F-1
1F-1
1F-1
1F-2
1F-3
1G-1
1G-1
1G-1
PEMUTAKHIRAN
DATA RIWAYAT
PEKERJAAN
1B
DOKUMENTASI
STUDI
1G
TUGAS
1A
1B
1C
1D
PEMUTAKHIRAN
DATA SUMBER
DAYA
1C
PEMUTAKHIRAN
DATA JEMBATAN
PEMUTAKHIRAN
PETA
1F
1D
PEMUTAKHIRAN
DATA SOSIAL
EKONOMI
1E
SURVAI
TUJUAN/PROSEDUR
PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN
Memutakhirkan Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten setiap tahunnya
berdasarkan informasi dari hasil survai jalan (S1,S2) dan informasi pekerjaan
(K3, RD-1.JK)
Mengkaji-ulang pilihan ruas dari jaringan jalan yang ditetapkan sebagai
'strategis' untuk mendapatkan prioritas khusus dalam pemeliharan atau studi
untuk peningkatan
PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN
Memutakhirkan data pekerjaan jalan dan jembatan yang telah dilaksanakan
pada setiap ruas, untuk keperluan pemantauan dan penanganan lebih lanjut
Merangkum data pembiayaan jalan dari seluruh sumber dana setiap tahunnya,
untuk keperluan perencanaan dan pemantauan
PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA
Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai sumber-daya yang tersedia
seperti; Tim Perencana jalan dan staf pelaksana, sumber material, harga
bahan/material dan upah pekerja / buruh, untuk mempersiapkan dan
melaksanakan program pekerjaan jalan
pada setiap ruas setiap tahunnya, berdasarkan hasil survai dan informasi
pekerjaan
1F
1G
FORMULIR
K1, K2,
PETA
JARINGAN
JALAN 1 + 2
K3, K4
K7,K8-K9
1E
K10
K11-K12
K13-K14
S6ABC
PETA JJ
1+2+3
PETA TOPO
LAPORAN,
ARSIP
1.1
1. Tugas ini ditujukan untuk memutakhirkan data dalam Daftar Induk Jaringan Jalan
Kabupaten (K1), berdasarkan kondisi terkini dari hasil survai perencanaan tahunan
dan dari informasi pekerjaan jalan yang sedang berjalan.
2. Selain itu juga mengkaji ulang dan mempebaiki data ruas jalan strategis atau ruas
jalan yang menunjang sektor ekonomi prioritas dalam Daftar Usulan Jaringan Jalan
Strategis (K2).
3. Tugas ini sebaiknya dilakukan terutama di bulan Januari Pebruari dengan
mengacu pada hasil survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) dan survai Penyaringan
Ruas Jalan (S2) serta informasi mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
4. Perbaikan data pada daftar K1 dilakukan secara manual, langsung pada formulir K1
yang dihasilkan dari database komputer. Hal ini untuk memudahkan operator
database komputer dalam melakukan perbaikan yang diperlukan
5. Pemutakhiran daftar K1 dilakukan pada tiga (3) bagian, yaitu data ruas, data
segmen dan data lingkungan.
6. Kajiulang dan perbaikan daftar K2 dilakukan secara berkala, hanya jika ada
perubahan yang berarti
1A - 1
1A - 2
d. Bila belum ada kejelasan mengenai status resmi suatu ruas, maka sebagai alternatif
dapat digunakan nomor kode sementara yang dapat dipakai sebagai patokan,
sebagaimana contoh pada tabel berikut :
Kode
Sementara
400
500
600
700
800
900
JN/JP/JT
Keterangan
Jalan Kota (yaitu 401, 402, 403, ... dan seterusnya)
Jalan Irigasi
Jalan Baru
Jalan Transmigrasi
Jalan Perkebunan/PIR atau Jalan Kehutanan/Angkutan Kayu
Jalan Desa
Jalan Negara/Propinsi/Jalan Toll
(gunakan nomor jalan BM/PW yang sudah ditetapkan)
e. Nomor tersebut kemudian dapat diganti dengan nomor yang tetap, bila telah
disetujui secara resmi oleh Kabupaten dan telah dilakukan survai perencanaannnya.
Bersamaan dengan itu, maka data pada peta dan pada semua yang berkaitan dengan
database juga harus diganti.
f. Di dalam database, nomor-nomor ruas telah digabung dengan kode Kabupaten dan
Propinsi yang mengikuti sistim pemberian kode Biro Pusat Statistik (BPS). Kode
tersebut dapat dilihat pada bagian atas formulir K1 di sisi nama Propinsi dan
Kabupaten ; misalnya Propinsi Aceh (11), Kabupaten Aceh Selatan (01).
1.2.2 NAMA RUAS (KOLOM 2 / 3)
a. Setiap ruas jalan harus diberi nama pangkal dan nama ujung yang khas (berbeda),
yang biasanya berdasarkan nama permukiman setempat.
b. Titik pangkal ruas (ditentukan sebagai km 0,0 ruas jalan) biasanya merupakan titik
yang paling sibuk pada ruas tersebut.
c. Penting untuk diperhatikan bahwa sekali nama ruas sudah ditentukan, maka nama
tersebut tidak boleh dirubah kecuali dengan alasan khusus yang dapat diterima.
Perubahan dapat menyebabkan kekacauan dalam database komputer dan dalam
pembacaan peta.
d. Contoh penentuan nama dan nomor ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan
dalam gambar 1A1 di bawah
1A - 3
Gambar 1A1.
CONTOH KESALAHAN DALAM PEMBERIAN NOMOR DAN NAMA RUAS
SALAH
PETA
Alam
Citra
2
Alam
Bisa
Citra
Alam
Bisa
NO
NAMA
RUAS
RUAS
RUAS
RUAS
2.1
Alam-Citra
Alam-Bisa
2.2
Citra-Bisa
Bisa-Alam
Alam-Bisa
45
Dadu-Citra
45
Citra-Dadu
Bisa-Alam
Alam-Bisa
45
Alam-Dadu
45
Citra-Dadu
Dadu
45
Citra
NAMA
Dadu
45
Bisa
BENAR
NO
47
45
46
02
c. Persimpangan dengan ruas jalan Nasional atau Propinsi dinyatakan dengan pal-km
jalan raya yang diukur dari patok kilometer terdekat dengan nama kota acuannya
(biasanya ibukota Propinsi), misalnya : JN. Km 14,5 Medan.
ke Medan
40
Km 14.0
Km 15.0
1A - 4
d. Pada kasus jalan buntu atau ruas jalan tanpa persimpangan; beri tanda pengenal
yang jelas pada titik dimana nomor ruas jalan itu berubah, berdasarkan titik
pengenal yang spesifik dan menetap, seperti pada contoh berikut :
SD Kampung Baru
KC Bayah
MSJ P. Lawas
BTS KAB. A
KD Kulon
:
:
:
:
:
NO
RUAS
NAMA RUAS
(PANGKAL/
UJUNG)
Alam
46
Esa
TITIK PENGENAL
SALAH
BENAR
JN
(Jalan Negara)
JN.KM 20.6
BGR
Jln. Desa
Bts. Desa
Desa Esa
Mesjid Esa
Km 21
Alam
Km 20
Citra
Bogor
Bisa
45
Dadu
46
47
Esa
Kampung Esa
46
2
Citra
Dadu
45
45
Citra
2/2
47
1A - 5
:
:
:
:
:
:
:
Kabupaten
Desa
Perkebunan
Kehutanan/angkutan balok kayu
Transmigrasi
Irigasi/pengairan
Nasional/Propinsi/Toll
1A - 6
:
:
:
:
02
6,6 km
Km 0,0 - 3,5
Km 3,5 - 6,6
aspal baik
aspal rusak
c. Jangan menggunakan pal km yang diukur dari kota Kabupaten atau kota Propinsi.
Sistim ini akan mudah menyebabkan kekacauan bagi ruas jalan kabupaten yang
pendek dan bagi keseluruhan jaringan jalan.
1.3.2 LEBAR PERKERASAN (KOLOM 11)
a. Lebar rata-rata perkerasan suatu ruas harus dicatat dalam `meter' dengan
pembulatan paling kecil 0,5 meter.
b. Bahu jalan tidak dimasukkan kecuali untuk jalan tanpa perkerasan, dimana tidak
jelas seberapa lebar bahunya.
c. Jalan setapak dapat dicatat dengan lebar nominal, yakni satu meter (1,0 m).
1.3.3 TIPE DAN KONDISI PERMUKAAN (KOLOM 12)
a. Tipe permukaan harus ditentukan menurut kategori di bawah ini :
A
B
K
T
C
:
:
:
:
:
Aspal
Batu
Kerikil
Tanah
Beton
:
:
:
:
:
Baik
Sedang
Sedang/Rusak
Rusak
Rusak Berat
1A - 7
0
1
2
3
4
TB
TB/TMH
TMH
TST
TST
KRLL 1
KRLL 2
KRLL 3
KRLL 4
KRLL 5
:
:
:
:
:
LHR < 50
LHR 51 - 200
LHR 201 - 500
LHR 501 - 1500
LHR > 1500
1A - 8
c. Penambahan satu angka di belakangnya (.1, .2 atau .3) menunjukkan bagian dari
jumlah truk sedang dan berat dalam lalu lintas tersebut (lihat tugas 4B).
1.3.9 LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA / LHR ( KOLOM 18)
Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pencatatan total LHR kendaraan roda4 yang ada (17) dan LHR kendaraan roda-4 ekivalen termasuk sepeda motor dan
lalu lintas bukan bermotor (18) yang tercatat dalam penghitungan lalu lintas.
1.3.10 JUMLAH PENDUDUK (KOLOM 19)
Dalam data dasar K1 juga disediakan kolom data untuk mencatat jumlah penduduk
yang dilayani oleh suatu segmen yang terangkum dalam lembar analisa A3.
1.3.11 BULAN TAHUN PERUBAHAN DATA (KOLOM 20)
Merupakan catatan dari database komputer yang menunjukkan kapan (bulan tahun)
terakhir kali data diperbaharui.
1A - 9
1A - 10
1A - 11
j. Bagian ruas jalan negara/propinsi yang berada di dalam kabupaten secara otomatis
merupakan bagian dari jaringan jalan strategis, walaupun pemeliharaan atau
peningkatannya tidak masuk ke dalam program jalan kabupaten.
k. Perlu dicatat, bahwa istilah strategis disini didasarkan atas konsep ekonomi.
Berbeda halnya dengan istilah `strategis keamanan' yang mengacu pada jalan
khusus dengan fungsi keamanan negara, seperti jalan yang berdekatan dengan batas
negara (jalan seperti ini tidak tercakup dalam prosedur ini).
1.5.3 PROSEDUR PENGISIAN
Pada formulir K2 dan Peta Jaringan Jalan 2 (lihat tugas 1F), tentukan ruas jalan
yang akan diusulkan menjadi bagian dari jaringan jalan strategis sesuai langkahlangkah berikut :
KELOMPOK A :
a. Beri tanda di peta dan cantumkan pada formulir K2 semua ruas jalan nasional dan
propinsi, termasuk nomor ruasnya (sesuai dengan nomor Bina Marga).
b. Informasi ini bisa diperoleh dari Dinas PU / Bina Marga/prasana wilayah Propinsi
KELOMPOK B :
a. Beri tanda di peta dan cantumkan pada formulir K2 : ruas jalan terpendek yang
menghubungkan setiap kota kecamatan ke jalan nasional / propinsi dan ke ibukota
kabupaten.
b. Perhatikan: jalur baru secara umum tidak dapat dimasukkan kecuali bila
penghematan jarak tempuhnya ke kota kabupaten mencapai paling sedikit 50
persen dari jarak tempuh lewat jalur yang sudah ada; perhatikan juga bahwa jalur
baru itu memerlukan studi khusus yang justru memperlambat penyertaannya dalam
program.
c. Catat pada formulir K2 nama kota yang dilayani ruas jalan itu, instansi mana yang
bertanggung jawab untuk pemeliharaannya dan data informasi tentang kondisi
perkerasan serta keterbukaan ruas jalan itu (dari formulir K1).
KELOMPOK C :
a. Beri tanda pada satu jalur langsung yang menerus dan wajar, yang merupakan
penghubung antar kota kabupaten dengan ibukota kabupaten di sekitarnya dan
cantumkan nomor ruas jalur itu jika belum tercatat pada kelompok A atau B.
b. Biasanya jalur ini merupakan ruas jalan yang sudah ada; karena jalur baru hanya
akan diterima bila terjadi penghematan jarak tempuh paling sedikit 50 persen dari
yang ada.
c. Ruas-ruas jalan penghubung antar kabupaten yang bertetangga ini harus ditentukan
sebagai jalur strategis.
KELOMPOK D :
a. Beri tanda dan cantumkan kemungkinan pilihan lain untuk dimasukan sebagai
jalur strategis, diantara pilihan berikut ini :
Ruas jalan lain yang melayani lalu lintas tinggi yang secara khusus merupakan
ruas jalan langsung penghubung dua bagian penting di dalam daerah
kabupaten.
1A - 12
Ruas jalan lain ke jalan Nasional / Propinsi atau ke ibukota kabupaten, dari
sumber penyebab lalu lintas tinggi selain dari kota kecamatan (sebutkan
sumber penyebabnya)
b. Periksa bahwa total (B+C+D) tidak lebih atau sama dengan 20 persen dari total
panjang jaringan jalan kabupaten (dari K1). Jangan masukkan ruas jalan
berprioritas rendah bila total tersebut sudah melebihi target.
c. Kaji ulang dan sesuaikan usulan itu seperlunya sewaktu konsultasi dengan instansi
yang terkait dengan penanganan jalan di Propinsi dan kalau ada dengan konsultan
pembimbing, khususnya untuk mendapatkan :
Status yang sebenarnya dari ruas jalan kabupaten yang kemungkinannya dalam
waktu dekat akan menjadi jalan propinsi untuk keperluan perencanaan
pekerjaan, terutama usulan ruas baru.
Pandangan Propinsi terhadap perkembangan yang terjadi pada ruas jalan antar
kabupaten. Sebaiknya dana dan sumber daya kabupaten tidak dialokasikan ke
ruas jalan yang dalam waktu dekat menjadi status propinsi.
d. Cantumkan pada formulir K1 (kolom 7) ruas jalan yang termasuk dalam klasifikasi
jaringan jalan strategis (JJS).
1A - 13
1A - 14
1A - 15
2.1
1. Untuk menyusun dan menjaga tersedianya catatan mengenai pekerjaan yang telah
dilakukan pada setiap ruas dari jaringan jalan setiap tahunnya.
2. Untuk membuat perencanaan yang sistematis, terutama untuk pekerjaan
pemeliharaan dan untuk membantu dalam pemantauan keefektifan program
pekerjaan
3. Sumber data bisa didapat terutama dari data anggaran (RD-1.JK) atau dari data
kontrak yang memuat semua sumber dana untuk jalan kabupaten, termasuk
diantaranya semua pekerjaan jalan yang dibiayai oleh Dana Pembangunan
Kabupaten/Kota (DAK/DAU).
4. Formulir K3 digunakan dalam menyusun rincian per ruas untuk setiap tahun
program.
5. Formulir K4 merupakan rangkuman semua dana untuk jalan kabupaten per tahun
serta cakupan pekerjaannya untuk beberapa tahun.
6. Data riwayat pekerjaan per segmen juga diringkaskan dalam formulir K1 dan P1.
7. Formulir K3 dan K4 harus selalu dimutakhirkan pada bulan Januari setelah
anggaran biaya diketahui dan diperbaiki untuk memperhitungkan pelaksanaan yang
sebenarnya. Prioritas utama harus ditujukan dalam hal pencatatan secara rinci semua
pekerjaan berat dan pemeliharaan berkala.
8. Untuk selanjutnya K3 akan disusun sebagai bagian dari database komputer,
meskipun formulir untuk pemasukkan data secara manual mungkin juga akan
diperlukan.
2.2
1B - 1
1B - 2
KOLOM 1
Pal Km segmen diukur dengan cara yang sama seperti pada K1, namun segmensegmen pekerjaan mungkin berbeda dengan yang tercatat dalam K1 yang ada.
KOLOM 3
Panjang pekerjaan (kolom 2) harus sama dengan selisih antara kolom (3.2) dan
(3.1).
KOLOM 4
=
=
=
=
=
=
=
Lebar perkerasan adalah lebar yang diusulkan dalam pekerjaan tanpa memasukkan
lebar bahu jalan.
KOLOM 7
Jumlah seluruh biaya pekerjaan harus merupakan biaya kontrak termasuk pajak
(diperjelas dengan menyatakan sumber dananya di kolom 14).
KOLOM 8
Biaya pekerjaan jalan/km dihitung secara otomatis oleh komputer dengan membagi
kolom 7 dengan kolom 2.
1B - 3
=
=
=
=
Sebutkan sumber-sumber dana lainnya dan masukkan sumber dana dari Luar
Negeri (BLN) bila ada, misalnya IBRD.
KOLOM 15 & 16 : BULAN/TAHUN PEKERJAAN
Kolom 15 dan 16 harus menunjukkan bulan dan tahun awal dimulai dan selesainya
pekerjaan yang sebenarnya jika diketahui (misalnya 6/94 sampai 3/95); tanggal ini
mungkin berbeda dengan tanggal pada program aslinya. Jangan mengisi tanggal
selesainya pekerjaan sebelum diketahui kebenarannya.
Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database
1B - 4
=
=
=
=
Proyek `Luncuran'
Pekerjaan yang dikerjakan dengan menggunakan dana sisa tender.
Kontrak berlanjut ke tahun berikutnya (multi year)
Proyek Baru
2.3
(A)
(B)
(C)
(D)
:
:
:
:
Catatan :
Pisahkan jumlah (D) dalam komponen dana APBN dan BLN jika ada.
Biaya umum dan lain sebagainya harus dimasukkan dalam sub-total biaya.
1B - 5
b. Bagian bawah formulir membagi TOTAL biaya untuk jalan ke dalam lima
komponen utama dan juga memberikan rangkuman panjang jalan (kilometer) dan
jembatan (meter) :
Pekerjaaan Berat (PK) termasuk Pembangunan Baru (PB) dan Rehabilitasi
(RE)
Pemeliharaan Berkala/Periodik (MP)
Pemeliharaan Rutin (MR)
Pekerjaan lainnya (harus ditentukan misalnya Pekerjaan Penyangga / Darurat)
Biaya umum
Catatan :
Angka TOTAL yang merupakan jumlah pengeluaran dari ke-lima komponen
di atas, harus sama dengan jumlah pengeluaran (D) di bagian atas formulir.
Ke-tiga komponen pekerjaan utama di atas (PK,MP,MR) juga harus
mempunyai jumlah untuk setiap sumber dana utama.
1B - 6
1B - 7
3.1
1. Tugas ini ditujukan untuk mencatat secara sistimatis aspek-aspek sumber daya yang
tersedia di Kabupaten, untuk keperluan persiapan dan pelaksanaan program serta
pengadministrasian dan pemantauan. Sumber daya tersebut mencakup hal-hal
seperti peralatan, kontraktor, sumber-sumber material dan jumlah staf.
2. Beberapa dari aspek sumber daya Kabupaten telah tercakup dalam petunjuk teknis
atau prosedur lain, misalnya data kontraktor (dulu K6) dan data peralatan (dulu K5)
yang tercakup dalam Buku Petunjuk Peralatan yang dikeluarkan oleh Bina Marga
dan Bangda : Sistem Pengelolaan Armada Peralatan Dati II.
3. Aspek-aspek yang masih dicakup dalam prosedur perencanaan sekarang ini adalah :
K7
K8
K9
1C - 1
1C - 2
3.3
3.3.1 PROSEDUR
a. Formulir K8 (yang berkaitan dengan K9) digunakan untuk mencatat sumbersumber utama material lokal untuk pekerjaan jalan di Kabupaten.
b. Cantumkan nama sumber material (quarry / sungai / lainnya) pada peta dasar , lalu
perkirakan jarak ke ruas terdekat dan sebutkan nomor ruasnya.
c. Material yang ada dalam daftar tersebut harus ditentukan dengan kode nomor dan
satuan yang sama dengan yang digunakan di daftar K9.
d. Harga yang dicantumkan harus berdasarkan pada harga di sumbernya tanpa
memasukkan ongkos angkut yang sudah ditentukan secara terpisah dalam K9.
e. Berikan keterangan, misalnya apakah sumber material tersebut sampai saat ini
masih dipakai, juga mengenai kualitas atau kapasitas produksinya.
f. Formulir K8 ini setiap tahun pada bulan Januari harus diperiksa kembali dan
diperbaiki.
1C - 3
1C - 4
3.4
1C - 5
= 15.0 menit
= 10.0 menit
20 km
Waktu u/ perjalanan : 2 x ------------ x 60 menit = 53.3 menit
45 km/jam
------------------ +
Jumlah
= 78.3 menit
(1.3 jam)
= Rp 24.050,-
Biaya angkut / m3
= Rp 8.016,------------------
: Rp 24.050 / 3
Catatan :
Jangan menggunakan perkiraan biaya angkut untuk K9, ataupun untuk Disain
& DURP (misalnya : Rp 75,- per ton per km , dan lain sebagainya)
d. Biaya Total (tanpa pajak)
Biaya total untuk material, bilamana mungkin harus tanpa pajak, tanpa
"pengeluaran tambahan" untuk biaya tak terduga, keuntungan kontraktor,
inflasi dan lain-lain.
e. Pajak
Pajak ini termasuk Pajak Penghasilan, Asuransi Tenaga kerja (Astek) dan 10%
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk material, (perlu di catat bahwa biasanya
hal ini sudah dimasukkan dalam harga material yang dibawa ke kabupaten).
f. Pengesahan
Bila K9 sudah terisi, lengkapi dengan pengesahannya (K9 harus ditanda
tangani oleh kepala DPUK/DPU-BM-K), catat tanggalnya dan nama yang
mengesahkannya.
g. Pengolahan K9 untuk pembuatan matriks biaya
K9 yang telah dilengkapi harus segera dikirimkan ke Jakarta (untuk sementara
kepada Ditjen Prasarana Wilayah atau Konsultannya) paling lambat pada akhir
Januari, supaya pengolahan komputer untuk pembuatan matriks biaya
pekerjaan jalan ( perencanaan ) dapat diselesaikan pada waktunya.
1C - 6
1C - 7
4.1
4.2
1. Untuk setiap ruas harus dibuatkan satu formulir K10 tersendiri. Cantumkan nomor
ruas, nama dan panjangnya di bagian atas K10 persis seperti yang tercantum dalam
K1.
2. Semua bangunan jembatan yang panjangnya 2 meter atau lebih (diukur antara kedua kepala jembatan) harus dicatat. Lokasi lintasan sungai yang tidak berjembatan
juga dimasukkan dan diberi nama.
3. Jembatan dan lintasan sungai harus dicatat dan diberi nomor urut (kolom 1), dimulai
dari titik pangkal ruas yang telah ditentukan pada daftar K1. Lokasinya harus
ditentukan dengan pal km yang telah disesuaikan dari titik pangkal ruas yang telah
ditentukan (kolom 3), dan bila mungkin juga dengan nama-nama sungainya (kolom
2). Bila semua penyeberangan di catat, maka tidak perlu lagi untuk merubah nomor
urut jembatan.
4. Kode-kode yang digunakan pada K10 dapat dilihat bersama-sama dengan contoh
formulir K10 yang telah diisi lengkap.
1D - 1
1D - 2
1D - 3
5. Keterangan untuk beberapa hal khusus yang diisikan ke dalam K10 adalah sebagai
berikut
(1) Tipe Penyeberangan/Lintasan (Kolom 4) :
JN
KA
S
L
=
=
=
=
Penyeberangan Jalan
Penyeberangan Kereta Api
Penyeberangan Sungai
Lain-lain
Bangunan atas
Lantai (dek)
Sandaran (handrail)
Pondasi
Kepala jembatan dan pilar
(kolom 8 - 11)
(kolom 12, 13)
(kolom 14, 15)
(kolom 16 -18)
(kolom 19 -21)
6. Kode rujukan (pada formulir K10L) dan catatan khusus pada uraian komponenkomponen bangunan atas, diberikan secara singkat di bawah ini :
(1) Tipe Bangunan Atas
B
= Gorong-gorong Pipa
1D - 4
= Jembatan Sementara
1D - 5
Bangunan atas
Sistim lantai jembatan
Sandaran (dan pagar pengaman, dll)
Pondasi (dan aliran air)
Kepala jembatan dan pilar-pilar
Penilaian kondisi jembatan menggunakan skala 0-5 seperti yang ditetapkan pada
bagian bawah lampiran formulir K10 (K10L).
7. Bila ruangan pada formulir K10 tidak cukup untuk mendaftar semua jembatan yang
ada pada suatu ruas, gunakan halaman kedua, beri nomor halaman pada formulir
menurut urutannya. Usahakan formulir yang telah di selesaikan selalu tersusun
sesuai dengan urutan nomor ruas.
1D - 6
1E - 1
5.2
1E - 2
Bagi desa yang dilayani oleh beberapa ruas jalan dan pembagian jumlah
penduduknya meragukan, beri tanda silang ( x ) kolom ruas jalan yang sesuai,
dan pada tahap ini jangan mencoba memasukkan jumlah penduduk tersebut
(dalam kasus ini ada desa-desa yang nantinya akan memerlukan studi
tambahan).
e. Minta pada setiap kecamatan untuk menyediakan peta kecamatan dan sket tiap
desa di kecamatan itu dengan skala perkiraan (Formulir S7 bisa digunakan) , yang
menunjukkan :
nama dan lokasi tiap kampung atau pemukiman yang terpisah di dalam
wilayah desa
jumlah penduduk tiap kampung (data registrasi terakhir)
lokasi dan panjang jalan desa, tipe dan kondisi permukaan jalan serta
hambatan aksesnya.
1E - 3
1E - 4
5.3
1E - 5
1E - 6
Pusat-pusat sedang dan kecil biasanya hanya memiliki fasilitas orde sedang
atau lebih rendah, seperti SMP atau Puskesmas, dengan radius pelayanan
kurang dari 25 km dan jumlah penduduk kurang dari 50 ribu jiwa.
Radius
Pelayanan
Maksimum
Indikator
penduduk yang
dilayani (ribu)
III
(lebih tinggi )
> 50 Km
IV
Orde
Kota
Tipe
Pusat
Skor
Kepusatan
> 100
Pusat utama/
Kota Kabupen
> 85
25 - 50 Km
50 - 100
Pusat besar
51 - 85
15 - 25 Km
20 - 50
Pusat sedang
30 - 50
VI
7,5 - 15 Km
5 - 20
Pusat kecil
15 - 29
< 7,5 Km
<5
Pusat terkecil
< 15
b. Tipe Pasar
Pasar dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga kelompok ukuran relatif
yang didasarkan pada perkiraan volume kegiatan mingguan. Apabila data
khusus tidak ada, maka petunjuk di bawah ini dapat dipakai sebagai indikator
ukuran relatif :
Ukuran
Relatif
Status
Admin.
Pasar
Frekuensi
hari
pasar
Tipe
Bangunan
Besar
Kabupaten
Setiap hari
Permanen
(mis :
bang. batu
bata)
Sedang
Kecil
Kabupaten
Berkala
Permanen
Kecamatan
Setiap hari
Permanen /
Semi
permanen
Kecamatan
Berkala
Semi
permanen /
sementara
(mis :
bang. kayu
atau
bambu)
Kegiatan
penjualan eceran /
fasilitas perdagangan
Toko serba ada untuk bahan
pokok (misalnya : Toko pakaian,
toko emas perhiasan, elekronik,
studio foto).
Fasilitas perdagangan untuk
pedagang partai besar
Fasilitas penjualan dengan skala
terbatas, (misalnya : bahan
bangunan dan 9 bahan pokok).
Fasilitas perdagangan dalam
jumlah sedang sampai kecil.
Umumnya berupa toko kecil atau
toko pengecer seperti warung
yang menjual kebutuhan hari-hari
Tidak ada perdagangan dalam
jumlah besar.
Merupakan tempat penukaran
langsung antara penjual / petani
dan pembali.
1E - 7
Pasar "kabupaten" adalah pasar yang secara resmi dikelola oleh kabupaten
(termasuk pemeliharaan fasilitasnya) bagi pemasukan pajak (IPEDA);
sedangkan pasar kecamatan belum memiliki pengaturan bagi pajak pendapatan
pasar dan kebanyakan belum memiliki fasilitas yang permanen.
c. Fasilitas
Ada 15 macam fasilitas yang sudah ditentukan dan dibagi ke dalam 3 kelompok
tipe yang khas sesuai dengan kepentingannya di kabupaten, yaitu :
(1) Fasilitas Biasa :
( kolom 8 )
( kolom 9 )
( kolom 10 )
( kolom 11 )
( kolom 12 )
( kolom 14 )
( kolom 15 )
( kolom 16 )
( kolom 17 )
( kolom 18 )
( kolom 20 )
( kolom 21 )
( kolom 22 )
( kolom 23 )
( kolom 24 )
=
=
=
=
20
10
0
0
1E - 8
= P
SP
S
(Permanen)
(Semi Permanen)
(Sementara)
besar :
sedang :
kecil
:
30
20
10
d. Untuk setiap tipe fasilitas dalam kolom 8-12; 14-18 dan 20-24, isilah dengan
angka 1 bila fasilitas ada atau 0 bila tidak ada. Untuk pusat sedang/kecil,
fasilitasnya harus berada di dalam radius 2 km dari titik pusatnya (misalnya pasar);
untuk pusat utama/besar, fasilitasnya harus terletak dalam radius 5 km.
e. Hitunglah jumlah angka dengan cara `pembobotan' sebagai berikut :
: 51 - 85
Pusat sedang
: 30 - 50
Pusat kecil
: 15 - 29
Pusat terkecil
: < 15
g. Tandai pada peta topo copy-1 dan peta jaringan jalan 2, semua pusat kegiatan yang
telah ditentukan sesuai dengan tanda indikatornya. (lihat tugas 1F).
1E - 9
5.4
5.5
a. Informasi kegiatan pembangkit lalu lintas angkutan berat harus dikumpulkan dalam
dua tahap sebagaimana berikut :
penyusunan daftar ruas jalan yang melayani semua sumber penyebab
meningkatnya lalu lintas angkutan berat di kabupaten (K14)
survai khusus mengenai kegiatan penyebab meningkatnya lalu lintas (S6A)
b. Sebelum survai S2 tetapi setelah survai penjajagan (tugas 2A) dilaksanakan,
mulailah mempersiapkan daftar kegiatan utama yang menjadi penyebab
meningkatnya lalu lintas angkutan berat, dengan menggunakan formulir K14.
c. Daftar ini harus diperluas dan dimutakhirkan sesuai dengan informasi baru yang
tersedia. Jika ruas jalan kelihatannya digunakan oleh lalu lintasnya terbangkit oleh
kegiatan-kegiatan tersebut, maka pertama-tama, informasi studi harus diperoleh
langsung dengan mewawancarai pihak pengelola kegiatan dengan menggunakan
formulir S6A.
d. Survai ini dilaksanakan oleh transport planner pada waktu yang telah ditentukan
bersama-sama dengan survai lainnya (tugas kelompok 2).
1E - 10
1E - 11
1E - 12
f. Masukkan rencana dan proyek pengembangan yang sedang dikerjakan atau yang
sudah diangggarkan. Usaha swasta di dalam wilayah perkotaan sebaiknya tidak
perlu dicatat kecuali kalau membangkitkan lalu lintas yang cukup berarti pada jalan
kabupaten (dibandingkan dengan jalan negara atau propinsi)
g. Survai ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi berikut:
jumlah lalu lintas truk per hari ke / dari lokasi kegiatan berdasarkan tipe truk
dan beban muatan rata-rata.
variasi lalu lintas yang terjadi sesuai dengan kondisi iklim atau musim
kecenderungan volume lalu lintas dimasa datang
h. Formulir S6A tidak dimaksudkan untuk memberikan daftar pertanyaan yang
mendalam; beberapa tambahan pertanyaan mungkin dibutuhkan.
i. Secara khusus, penting untuk memeriksa ulang bahwa perkiraan volume per hari
atau per minggu sesuai dengan perkiraan jumlah perjalanan dikalikan dengan ratarata muatan per truk.
1E - 13
1E - 14
5.6
PROSEDUR
Informasi yang dikumpulkan dengan formulir S6B ini mencakup hal-hal berikut :
a. Nama kecamatan dimana proyek berada dan nama desa / kampung utama terdekat.
b. Nama Proyek, PTP (berapa?) dan nama perusahaan (PT atau lainnya) bila ada
c. Tipe proyek : misalnya PIR/NES; perkebunan besar (swasta atau BUMN);
SKP/WPP Transmigrasi
d. Jenis tanaman pohon untuk ekspor yang telah ditanam atau yang direncanakan,
catat data tiap jenis tanaman kalau lebih dari satu macam
e. Data terbaru dari total luas areal yang sudah ditanami per jenis tanaman (hektar)
f. Rencana atau proyeksi total luas areal yang akan ditanami dalam 5 tahun ini per
jenis tanaman (sebut tahun rencananya).
g. Produktivitas yang ada : data terakhir dari produksi rata-rata (ton / hektar) yang
ada sekarang, sebut jenis produksinya (mis : kelapa segar, minyak kelapa, dsb)
h. Rencana atau proyeksi produktivitas : rata-rata produksi ton per hektar yang
diharapkan dalam 5 tahun ini (sebut tahunnya) ; jelaskan jenis produksinya.
i. Total produksi dalam ton yang ada sekarang ; yaitu data no. (5) x (7)
j. Total produksi dalam ton yang diharapkan ; yaitu data no. (6) x (8)
k. Bila produksi tanaman perlu diolah terlebih sebelum dipasarkan, tanyakan dimana
lokasi pengolahannya (tandai pada peta)
l. Tanyakan juga rencana pembangunan tempat pengolahan dalam 5 tahun (jika ada)
m. Nama lokasi pelabuhan utama dari tanaman yang akan diekspor atau tempat utama
untuk penampungan pertama.
n. Perkirakan panjang jalan penghubung (km) yang berkondisi baik/sedang yang
hanya perlu pemeliharaan dan kondisi rusak/rusak berat untuk perbaikan atau
rehabilitasi; catat total panjang jembatan yang perlu dibangun, diganti atau
diperbaiki; kelompokkan jalan penghubung tadi ke dalam pengertian di bawah ini :
penghubung langsung ke pusat proyek atau disebut Jalan Penghubung
penghubung tak langsung, biasanya jalan kabupaten yang menghubungkan
`Jalan Penghubung' ke jaringan jalan utama
penghubung lokal terpenting atau `Jalan Poros/Utama' yang menghubungkan
lokasi di dalam proyek itu sendiri, seperti ke Satuan Pemukiman (SP) atau
Kampung Utama (pada proyek PIR/NES disebut `Jalan Produksi' )
1E - 15
1E - 16
1E - 17
5.7
1E - 18
1E - 19
6.1
1F - 1
c. Tidak perlu melakukan penggambaran ulang seluruh peta, cukup hanya membuat
koreksi dan perbaikan. Adapun yang perlu diperiksa adalah sebagai berikut :
d. Bila di lapangan ditemukan bahwa peta dasarnya ternyata sama sekali tidak cocok /
salah, maka harus diberi keterangan mengenai hal tersebut pada peta toponya.
6.3
merah
_________
Jalan Kabupaten
- Aspal Baik / Sedang
- Aspal Rusak / Rusak Berat
- Kerikil / Batu Baik / Sedang
- Kerikil /Batu Rusak / Rusak Berat
:
:
:
:
biru
biru
hijau
hijau
_________
______
_________
______
Jalan Tanah
- Terbuka untuk Kendaraan Roda-4
- Tertutup untuk Kendaraan Roda-4
:
:
kuning
kuning
_________
______
1F - 2
Kota Kabupaten :
Kota Kecamatan :
Wilayah Perencanaan :
Pasar Utama
Daerah Perkebunan
Batas Kota
Proyek Transmigrasi
g. Beri kode pewarnaan pada Peta 2 sebagai berikut (lihat juga tugas 1A/3) :
Jalan Toll, Nasional dan Propinsi ( A )
merah
Jalan Kabupaten
Penghubung Kota Kecamatan ( B )
Antar Kabupaten ( C )
Pilihan ( D )
:
:
:
biru
hijau
kuning
h. Beri kode pewarnaan pada Peta 3 sebagai berikut (lihat juga tugas 5E) :
Diusulkan untuk Pekerjaan Pemeliharaan : biru
Layak untuk Pekerjaan Berat
Hasil studi tahun berjalan
: merah
Luncuran
: hijau
Belum Layak untuk Pekerjaan Berat
: kuning
6.4
1F - 3
6.4.2 PROSEDUR
a. Untuk keperluan kegiatan perencanaan jalan di kabupaten dibutuhkan satu set peta
topografi skala 1:50.000 yang mencakup wilayah kabupaten tersebut.
b. Siapkan lima buah fotocopy dari peta topo asli dan gabung menjadi mosaik yang
mencakup setiap wilayah survai. Untuk wilayah yang luas, guna memudahkan
pekerjaan di lapangan, maka dianjurkan untuk memperkecil `copy' peta topo tadi
menjadi skala 1 : 100.000 dengan cara `fotocopy perkecil'.
c. Lima buah copy peta topo tersebut akan digunakan untuk hal-hal berikut ini :
Copy-1. Penentuan batas desa, pemukiman dan pusat kegiatan
(tugas 1E/1 dan 1E/2)
Copy-2. Copy lapangan untuk survai penjajagan
(tugas 2 A , juga untuk di pos penghitungan lalu lintas)
Copy-3. Copy lapangan untuk survai penyaringan ruas jalan
(tugas 2 B dan 2 F)
Copy-4. Copy biasa untuk arsip di kabupaten
Copy-5. Copy biasa untuk dikirim ke Propinsi / Pusat sebagai dokumentasi.
d. Setiap tahun setelah pelaksanaan survai, copy-5 peta topo dari wilayah survai yang
sudah diperbaiki datanya, harus dikirim ke propinsi / pusat untuk keperluan
dokumentasi. Nantinya, setelah peta dari setiap wilayah survai selesai diperbaiki
untuk seluruh kabupaten, maka dimungkinkan untuk membuat peta yang baru
untuk seluruh jaringan jalan di kabupaten dalam berbagai ukuran skala.
e. Dalam pemberian tanda pada setiap copy Peta Topo tersebut, gunakan standar
pewarnaan dan kode-kode berikut ini :
Jalan Toll, Nasional dan Propinsi
merah
Jalan Kabupaten
merah
hijau
kuning
: biru
Persimpangan
Sungai
Pusat Pemukiman
Nomor Ruas
14
X
Penyeberangan
sungai
:
:
1F - 4
7.2 PROSEDUR
1. Semua formulir asli yang telah dilengkapi untuk kerangka studi, hasil dokumentasi
survai, analisa, serta penyaringan proyek dan program (yakni formulir seri K,S, A
dan P), harus diarsipkan dalam `map-odner' atau map-kantong dan disimpan di
kantor.
2. Untuk memudahkan pekerjaan perencanaan jalan kabupaten selanjutnya, maka
disarankan untuk mengelompokkan data & peta, dengan cara sebagai berikut :
Formulir seri S harus disimpan rapi berdasarkan ruas jalannya.
Formulir seri K, A dan P disimpan bersama-sama berdasarkan tahun
programnya.
Peta asli harus dikumpulkan dan disimpan bersama-sama untuk memudahkan
pencariannya , yaitu meliputi :
1G - 1
5. Copy dari ikhtisar dan laporan tadi harus dikirimkan masing-masing kepada :
Instansi
Ikhtisar
Program
Tahunan
Laporan
Dokumentasi
Tahunan
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1G - 2
DAFTAR ISI
Halaman
1.
TUGAS 2 : SURVAI
WAKTU : MARET MEI ( 2B, 2C, 2D, 2E, 2F )
SEPTEMBER - OKTOBER ( 2A )
SURVAI
PENJAJAGAN
KONDISI JALAN
2A
SURVAI
KECEPATAN
SURVAI
PENYARINGAN
RUAS JALAN
2B
SURVAI
LALU LINTAS
2C
SURVAI
KEPENDUDUKAN
2D
2E
ANALISA
TUGAS
2A
SURVAI
HAMBATAN LALU
LINTAS
2F
TUJUAN/PROSEDUR
SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN
Dilaksanakan pada 'seluruh jaringan jalan yang mantap' (kondisi baik/sedang)
setiap tahunnya untuk ;
memutakhirkan data inventarisasi-kondisi jalan
membantu proses penyaringan dalam program pemeliharaan
FORMULIR
S1, S3
2B
S2, S3
2C
SURVAI KECEPATAN
Dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka untuk kendaraan roda-4 dan
telah dilakukan survai S2, untuk membantu penilaian kondisi permukaan jalan.
S4
2D
S5-A/B/C
2E
SURVAI KEPENDUDUKAN
Dilaksanakan pada ruas-ruas jalan yang tidak terbuka (tertutup) untuk
kendaraan roda-4 (TMH, TST) dan telah disurvai S2, untuk mendapatkan data
penyebaran jumlah penduduk yang akan digunakan dalam ;
memperkirakan potensi jumlah penduduk yang akan menggunakan jalan,
jika jalan ditingkatkan
S7, K11
2F
S8
1.1
TUJUAN :
1.2
LINGKUP TUGAS :
1. Survai penjajagan kondisi jalan (S1) dilakukan setiap tahun pada seluruh jaringan
jalan kabupaten yang berkondisi baik dan sedang.
2. Waktu yang disarankan untuk melaksanakan survai S1 adalah bulan September Oktober, karena :
Bagi ruas jalan yang pekerjaan pemeliharaan atau peningkatannya sedang
berlangsung, maka sudah dapat diperkirakan jenis pekerjaan yang diperlukan
pada tahun berikutnya.
Survai lapangan termasuk survai terinci untuk pemeliharaan periodik dapat
diselesaikan pada waktu mempersiapkan perkiraan biaya sebelum RAKON
bulan Desember.
Bagian jalan yang kondisinya rusak bisa diketahui dan dimasukkan ke dalam
survai perencanaan berikutnya.
3. Pemahaman isi formulir S1 :
Kolom-kolom di bagian kiri digunakan untuk mencatat waktu, pal km dari halhal yang perlu dicatat disertai dengan tipe, kondisi dan lebar perkerasan jalan.
Juga kolom untuk mencatat nomor foto jika dilakukan pemotretan pada hal-hal
yang dianggap perlu.
Kolom-kolom di bagian kanan digunakan untuk mencatat rincian karakteristik
kondisi jalan dan jembatan, serta penilaian terhadap kerusakan permukaan dan
bahu jalan yang diperlukan untuk penyaringan program pemeliharaan.
Bagian tengah formulir digunakan untuk mencatat informasi geografis seperti
lokasi-lokasi pemukiman, bangunan umum, pasar, simpang jalan, alinyemen
jalan dan catatan mengenai kebutuhan suatu pekerjaan jalan yang mendesak,
serta catatan tingkat lalu-lintas dan rencana lokasi pos penghitungan lalu-lintas
yang sesuai (jika diperlukan).
Terdapat juga kotak isian di bagian bawah formulir untuk digunakan dalam
penilaian pemeliharaan secara umum.
2A - 1
2A - 2
1.3
1.3.1
PENGORGANISASIAN TIM
PROSEDUR DI LAPANGAN
2A - 3
2A - 4
c. Faktor penyesuaian odometer akan berlainan antara kendaraan yang satu dengan
yang lainnya, dan mungkin akan berbeda dari waktu ke waktu untuk kendaraan
yang sama. Oleh karena itu faktor penyesuai ini harus dilakukan untuk masingmasing kendaraan survai setiap kali survai akan dimulai.
d. Cara yang termudah untuk melakukannya adalah dengan membandingkan hasil
bacaan odometer dengan patok pal km sepanjang 10 km pada ruas jalan negara atau
propinsi yang kondisinya relatif datar.
1.3.3.2 PENYELESAIAN BAGIAN ATAS FORMULIR S1
a. Gunakan selalu formulir S1 yang baru setiap kali memulai survai di suatu ruas
jalan, dan catat pada bagian atas halaman pertama data survai :
titik pengenal pangkal dan ujung sesuai dengan K1
nama kabupaten
nama survaior
tanggal survai
jenis dan nomor polisi kendaraan yang digunakan
faktor penyesuai odometer dan tanggal penyesuaian (formulir S3)
nomor ruas sesuai dengan data K1 dan peta
nama ruas sesuai dengan K1 dan peta
nomor halaman
b. Untuk halaman kedua dan selanjutnya pada ruas yang sama cukup dituliskan
nomor ruas dan nomor halaman saja.
1.3.3.3 CAKUPAN UMUM FORMULIR SURVAI S1
a. Formulir S1 dirancang untuk mensurvai karakteristik jalan yang dilakukan
terutama dari dalam mobil yang bergerak secara perlahan dari pangkal ke ujung
ruas, dimana odometer mobil digunakan sebagai acuan jarak.
b. Secara berkala mobil perlu berhenti untuk melakukan sampel survai berjalan kaki
sepanjang 100 meter guna mengetahui kerusakan permukaan jalan termasuk
pengukuran lebar jalan. Disamping itu mobil juga perlu berhenti untuk mengukur
serta memeriksa jembatan, dan juga untuk memotret kondisi yang mewakili paling
tidak satu kali per 5 km atau pada segmen yang homogen.
c. Tidak diberikan suatu selang jarak yang tetap untuk mencatat informasi di lapangan
selain kerusakan permukaan. Informasi lain beserta bacaan odometernya harus
dicatat pada setiap titik dimana terdapat suatu perubahan dalam segmen yang
homogen, misalnya permukaan jalan yang berubah secara berarti atau pada lokasi
jembatan.
d. Karena untuk keperluan penilaian pemeliharaan diperlukan suatu pendekatan yang
dapat diandalkan, maka disarankan menggunakan setiap baris pada formulir S1
untuk mewakili 100 meter, sehingga setiap formulir dapat mencakup 2 km. Untuk
itu di bagian tengah sudah dicantumkan angka jarak tiap 100 meter berdasarkan
angka odometer kendaraan, yang dapat digunakan sebagai acuan jarak pada saat
survai.
2A - 5
e. Idealnya sampel berjalan kaki pada survai pemeliharaan ini adalah 10% atau 100
meter untuk setiap kilometer. Untuk itu disarankan supaya dilakukan secara
sistimatis, sebagai contoh : antara km 0,5 - 0,6 setiap kilometernya sehingga
sampel diharapkan terhindar dari `bias'. Setelah lebih berpengalaman dalam
melaksanakan survai ini, mungkin lebih tepat jika mengkonsentrasikan sampel
berjalan kaki pada jalan yang sulit sekali untuk dilihat kerusakan permukaannya
dari dalam mobil (misalnya retak-retak). Biasanya akan lebih mudah untuk
menentukan jenis kerusakan pada jalan yang berkondisi baik atau rusak dari
kendaraan yang berjalan.
f. Pengisian data pada formulir S1 dilakukan mulai dari bawah ke atas. Buatlah garis
melintang jika survai pada suatu ruas telah selesai dan gunakan formulir yang baru
untuk memulai dengan ruas berikutnya.
g. Diperlukan waktu sekitar 8 jam per hari untuk mencapai target survai sepanjang 30
- 50 km/hari. Dengan asumsi kecepatan rata-rata kendaraan 15-20 km/jam,
diperlukan sekitar 3 jam untuk survai berkendaraan dan sekitar 3 jam diperlukan
untuk survai berjalan kaki dan berhenti (rata- rata 3-4 menit/km), serta sekitar 2
jam untuk perjalanan pergi-pulang.
1.3.3.4 PENGISIAN BAGIAN UTAMA FORMULIR S1
a. Titik Pengenal Pangkal dan Ujung Ruas
Pada saat di pangkal suatu ruas, periksa apakah titik pengenal pangkal ruas
pada K1 sudah benar dan jelas, lalu catat data tersebut pada kotak yang tersedia
di bawah bagian tengah dari formulir S1.
Jika data di K1 tidak jelas atau salah, tentukan data titik pengenal yang benar di
pangkal ruas dan masukkan datanya di formulir S1 (lihat tugas 1A/1 untuk
keterangan lebih lanjut).
Pada halaman ke dua dan selanjutnya untuk ruas yang sama, abaikan pengisian
kotak titik pengenal pangkal ruas.
Pada saat di ujung ruas, periksa di K1 apakah titik pengenal ujung ruas sudah
benar dan jelas. Jika tidak, perbaiki datanya dan catat pada kotak yang tersedia
di bagian atas formulir S1, hanya pada halaman pertama saja.
b. Waktu Survai
Catat waktu survai pada saat mulai di pangkal ruas dan secara berkala selama
survai, hal ini akan berguna untuk menyusun kembali formulir S1 sesuai
dengan urutannya sewaktu pengolahan di kantor nantinya.
Catatan waktu ini secara khusus dapat digunakan untuk maksud survai
kecepatan.
c. Angka Odometer
Pada saat survai dimulai di pangkal ruas, catat angka odometer secara lengkap
pada kotak di bagian kiri bawah formulir S1 (misal : 45671,3), selanjutnya
angka odometer cukup dicatat secara singkat saja (misalnya 72,5) pada setiap
kotak di kolom angka odom.
Harus diupayakan pembacaan angka odometer secara benar, jika mengalami
kesulitan untuk membacanya minta supir kendaraan untuk membantu.
2A - 6
Jika kendaraan yang dipakai memiliki odometer yang dapat diatur angkanya,
maka setiap mulai survai di pangkal ruas odometer diatur pada angka 0,0, lalu
catat jarak selanjutnya dimulai dari 0,0. Namun demikian, angka odometer
kumulatif (yang tidak dapat diatur) harus tetap dicatat setiap mulai survai di
ruas baru.
d. Tipe dan Kondisi Permukaan Jalan
Catat tipe permukaan jalan hasil pengamatan dengan kode sebagai berikut :
A : Aspal
K : Kerikil
B : Batu
T : Tanah
C : Beton
:
:
SR :
R :
RB :
Untuk jalan tak beraspal, berikan secara sederhana suatu penaksiran yang
didasarkan atas kekasaran jalan dan kualitas kenyamanan berkendaraan
e. Lebar Perkerasan Jalan
Perkirakan dan catat lebar perkerasan jalan setelah melewati bagian 100 m
yang pertama dari ruas dan secara berkala selama survai.
Periksa paling sedikit satu kali dengan meteran sewaktu melaksanakan bagian
survai jalan kaki.
f. Ikhtisar Situasi Jalan
Bagian tengah dari formulir digunakan untuk mencatat informasi penting di
sepanjang jalan dan catatan-catatan mengenai :
Lokasi permukiman dan ciri-ciri bangunan yang mudah dikenali, dilengkapi
namanya (misal SD. Kahuripan)
Lokasi dan nama pasar
Simpangan jalan
Alinyemen jalan : kelokan, tanjakan - turunan
Lokasi pos penghitungan lalu lintas
Survai lalu lintas sambil berkendaraan
Catatan karakteristik dan kebutuhan pekerjaan, khususnya saluran drainase.
Nomor yang menunjukkan setiap pengambilan foto
g. Jembatan dan/atau Gorong-gorong
Masih di bagian ikhtisar situasi jalan ; catat lokasi seluruh jembatan (atau
penyeberangan sungai tanpa jembatan) dengan panjang 2 meter atau lebih,
cantumkan juga nama jembatan atau sungainya.
2A - 7
A.
B.
C.
D.
E.
L.
K.
Jalan Beraspal
Tampak permukaan / tekstur
(tidak digunakan untuk penilaian)
Lubang-lubang
Legokan-legokan / amblas
Retak-retak (tipe buaya)
Alur bekas roda ( + rusak tepi)
Bahu jalan
Kemiringan melintang
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Lubang-lubang
Titik-titik lembek
Erosi permukaan
Alur bekas roda
Bergelombang
Kemiringan melintang
2A - 8
=
=
=
=
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
Lubang-lubang
Legokan / amblas
Retak-retak
Alur bekas roda
Jalan
Tak Beraspal
F
G
H
I
J
Lubang-lubang
Titik-titik lembek
Erosi permukaan
Alur bekas roda
Bergelombang
(1)
Baik
0-1
0-5
0-3
03
(1)
Baik
0-3
0-3
0-3
0-5
0-3
=
=
=
=
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
:
:
:
:
2A - 9
Bahu jalan pada jalan tidak beraspal diasumsikan integral (jadi satu) dengan
perkerasan.
Kondisi permukaan / tekstur (A) tidak termasuk dalam penilaian, tetapi
termasuk di S1 untuk keperluan penilaian kondisi secara umum (lihat bahasan
tipe / kondisi permukaan di atas)
i. Penentuan dan Penilaian Tingkat Kerusakan
Kode angka 1 - 4 harus dimasukkan pada setiap kolom jenis tingkat kerusakan
yang bersangkutan, lalu dijumlahkan untuk memberikan nilai total antara 6 24 pada kolom total penilaian di bagian bawah formulir.
Jika memungkinkan penilaian harus didata dan dijumlah untuk setiap 100 m
bagian sampel, kemudian dirata-ratakan per kilometer, lalu dihitung dengan
menjumlah skor per 100 m dan membaginya dengan 10.
Dalam kasus lain, mungkin lebih praktis untuk mencatat penilaian yang
mewakili pada bagian 100 m sampel jalan kaki dan menggunakannya untuk
menggambarkan satu kilometer atau sepanjang bagian lain yang sesuai.
Suatu pedoman harus dibuat untuk `Petunjuk Teknis Persiapan Program
Pemeliharaan Jalan Kabupaten', guna menunjukkan bagaimana mengenali dan
menilai kerusakan permukaan jalan.
Untuk menaksir tingkat kerusakan secara baik, hanya akan didapat dengan
pengalaman, bagi yang baru pertama kali menggunakan S1 harus
mengawalinya dengan membawa meteran untuk mengukur luas kerusakan
secara langsung pada setiap bagian 100 m sebagai suatu latihan.
Sebagai pedoman, kisaran persentase luas di atas memiliki ukuran dalam meter
persegi per kilometer dengan asumsi lebar perkerasan 4 meter; untuk suatu
bagian 100 m angka-angka tersebut harus dibagi dengan 10; sebagai contoh :
suatu bagian jalan beraspal dengan lubang-lubang seluas 4 - 20 m2 , akan
masuk dalam kategori sedang.
Tipe kerusakan
Jalan Beraspal
B Lubang-lubang
Tingkat Kerusakan ( m2 / km )
Baik
Sedang
Rusak
Rsk Berat
(1)
(2)
(3)
(4)
0 - 40
40 200
200 - 600
> 600
C Legokan / amblas
0 - 200
200 400
400 - 2000
> 2000
D Retak-retak
0 - 100
100 500
500 - 1000
> 1000
0 - 100
(1)
0 - 100
100 200
(2)
100 400
200 - 1000
(3)
400 - 1000
> 1000
(4)
> 1000
G Titik-titik lembek
0 - 100
100 400
400 - 1000
> 1000
H Erosi permukaan
0 - 100
100 400
400 - 1000
> 1000
0 - 200
200 600
600 - 1000
> 1000
0 - 100
100 400
400 - 2000
> 1000
J Bergelombang
2A - 10
j. Drainase
Penilaian terhadap keberadaan drainase/parit samping dilakukan untuk setiap
jarak 1 km, dengan memberi tanda pada kotak (kode M) yang terdapat di
bagian tengah formulir, gunakan kriteria yang serupa dengan formulir MS2,
yaitu :
0
1
2
3
4
5
=
=
=
=
=
=
Hasil penilaian, diberikan pada segmen yang sesuai di bagian bawah formulir.
Catatan mengenai kebutuhan pekerjaan drainase juga perlu dibuat untuk bagian
yang bersangkutan di S1.
k. Pekerjaan Darurat
Catatan dan foto harus dilakukan untuk kebutuhan pekerjaan darurat yang
memungkinkan seperti kerusakan akibat banjir, longsor pada tebing atau jalan.
Kebutuhan akan pekerjaan darurat ini harus segera dilaporkan kepada kepala
DPU/BM Kab.
l. Pemotretan
Pemotretan diperlukan untuk membantu menaksir jenis pemeliharaan yang
diperlukan pada saat pengolahan di kantor nantinya, dan sebagai bukti bahwa
survai telah dilakukan.
Pemotretan terutama dilakukan pada saat sampel survai berjalan kaki, tetapi
juga pada suatu bagian jalan atau jembatan memerlukan penanganan khusus.
Paling tidak harus ada satu foto yang mewakili untuk setiap jarak 5 km dan
tidak lebih dari satu foto per kilometer.
Gunakan papan penunjuk lokasi foto seperti halnya pada survai S2 ; catat
nomor foto pada kolom `no. foto' di baris yang sesuai dengan pal km-nya dan
jika perlu beri catatan dan arah pemotretan.
Lampirkan foto yang telah dicetak bersama-sama formulir S1 untuk ruas yang
sama.
m. Mengakhiri Survai di Ujung Ruas
Di ujung ruas, buat garis melintang pada formulir jika survai di ruas tersebut
sudah selesai, kemudian gunakan formulir S1 baru untuk ruas yang berikutnya.
Kembali ke halaman pertama untuk ruas yang sama dan isi titik pengenal ujung
ruas dan periksa apakah data sudah lengkap.
Hitung perbedaan angka bacaan odometer di pangkal dan ujung ruas dan
masukkan pada kotak di bagian kanan atas halaman pertama. Kalikan angka
tersebut dengan Faktor Penyesuai Odometer (FPO) untuk mendapatkan panjang
ruas yang sudah disesuaikan, kemudian masukkan pada kotak yang tersedia di
bawahnya (KM YSD).
2A - 11
Periksa hasilnya dengan panjang ruas di daftar K1, jika ada perbedaan yang
berarti ( > 10% ), periksa apakah survai berakhir di tempat yang benar ; jika ada
keraguan lakukan survai ulang.
Lengkapi kotak penilaian pemeliharaan di bagian bawah formulir untuk setiap
bagian 2 km. Tentukan, segmen yang homogen dengan pal km; penilaian
untuk drainase; gabungkan penilaian rata-rata untuk kerusakan permukaan; dan
jenis pekerjaan pemeliharaan yang kemungkinan diperlukan dengan cara
memberikan kode 'X' pada satu atau beberapa kotak isian yang sesuai (lihat
penjelasan di bawah untuk petunjuk lebih lanjut).
Berikan komentar mengenai pekerjaan yang disarankan pada bagian bawah dari
formulir S1 sebagai catatan untuk analisa di kantor nantinya.
Jika untuk kembali harus melalui ruas yang sama, periksa kembali hasil
penilaian kerusakan permukaan yang telah dibuat dan perbaiki dimana perlu
penilaian kerusakan permukaan.
Periksa kebenaran penomeran halaman, jika urutannya telah sesuai, satukan
dengan stapler.
2A - 12
2A - 13
1.3.4
1.3.4.1 SEGMENTASI
a. Gunakan FPO (Faktor Penyesuai Odometer) untuk menyesuaikan hasil bacaan
odometer. Masukkan mulai dari titik 0,0 di formulir S1 ; seluruh titik-titik penting
di sepanjang ruas ke dalam km YSD, seperti pada contoh berikut :
Titik-titik penting
Odometer Km Odom
74367,1
68,7
69,5
71,5
0,0
1,6
2,4
4,4
FPO
Km YSD
0,94
0,94
0,94
0,94
0,0
1,5
2,3
4,1
b. Kaji ulang data di formulir S1 untuk membagi ruas dalam segmen-segmen yang
homogen dalam hal tipe permukaan, kondisi dan kerusakan untuk keperluan
penilaian pemeliharaan. Buat segmen seperlunya, hindari untuk membuat banyak
segmen dengan jarak pendek (ratusan meter saja), beberapa pengambilan rata-rata
mungkin diperlukan.
c. Kaji kembali dan perbaiki ringkasan dari segmen, penilaian dan usulan kategori
pekerjaan pemeliharaan di dalam kotak isian penilaian pemeliharaan pada bagian
bawah formulir S1. Suatu penilaian pendahuluan harus sudah dibuat selama survai
lapangan.
d. Masukkan dalam kolom 14/15 pada format P1 yang baru (lihat tugas 5B), pal km
awal dan akhir segmen yang telah diperbaiki. Pastikan kesemuanya mencakup
keseluruhan ruas secara lengkap dan konsisten dengan total panjang ruas; bisa saja
hasilnya berbeda dengan yang sudah ada di P1. Format baru hasil komputer akan
menyediakan tempat / ruang untuk memasukkan hasil rata-rata segmen, sepanjang
jumlah km yang diperlukan.
e. Penilaian umum tipe dan kondisi permukaan yang sudah ada di format P1 kolom
8/9 di P1 harus sesuai atau diperbaiki. Catat bahwa ini adalah penilaian umum dari
kondisi yang mencerminkan kekasaran permukaan dan kualitas pengendaraan. Hal
ini biasanya berkaitan dengan kerusakan permukaan tetapi mungkin juga tidak.
f. Suatu penilaian umum pemeliharaan dari segmen, dibuat dengan menjumlahkan
dan merata-ratakan kode tingkat kerusakan permukaan untuk setiap 100 m segmen.
Jika pengisian kode yang menggambarkan untuk segmen 100 m terlupa atau
terlewat, jangan sampai pengisiannya lalu rancu dengan kondisi kerusakan yang
ditemui pada tempat-tempat lainnya. Sebagai alternatif, penilaian yang mewakili
mungkin sudah dapat ditentukan untuk setiap bagian kilometer dari bagian sampel
berjalan kaki.
g. Masukkan kode tingkat penilaian pemeliharaan S1 (6 - 24) untuk setiap segmen
yang telah ditentukan pada kolom-16 pada P1. Angka-angka penilaian yang sama
seperti pada MS2 (6 - 24) harus diisikan nantinya pada kolom-17 jika survai MS2
juga dilakukan untuk segmen tersebut.
2A - 14
Ringan (R)
Sedang (S)
Berat
(B)
(nilai 16 - 24 )
Pekerjaan /
Penanganan lainnya
b. Harus dicatat bahwa pemilihan pekerjaan pemeliharaan pada tahap ini hanyalah
untuk tujuan penyaringan saja. Survai penegasan yang lebih rinci (MS2) akan
dilakukan untuk seluruh segmen, jika hasil penilaian sesuai untuk pekerjaan
pemeliharaan periodik.
c. Pertimbangan teknis berdasarkan pengalaman diperlukan untuk melakukan
pemilihan ini. Dalam Petunjuk Teknis untuk Persiapan Program Pemeliharaan
Jalan Kabupaten, telah tersedia pedoman bagaimana melakukan pertimbangan ini
dan harus dipelajari dengan seksama oleh survaior S1.
d. Beberapa `aturan umum' mungkin dapat dijadikan pedoman secara hati-hati pada
tahap perencanaan, didasarkan atas penaksiran dari hasil penilaian ;
Engineer harus selalu berupaya untuk menentukan penyebab dari kerusakan
sebagai dasar untuk menyarankan pekerjaan, daripada hanya menangani
gejalanya. Sebagai contoh, tidak seharusnya untuk selalu menambal lubanglubang jika itu terus terjadi, karena disebabkan oleh drainase atau kemiringan
jalan yang buruk.
Pada banyak kasus, kerusakan permukaan dapat
mencerminkan masalah struktur yang lebih jauh, yang memerlukan pekerjaan
berat untuk mengatasinya.
Segmen yang dinilai antara 6 - 10 biasanya akan memerlukan pemeliharaan
rutin saja, hal ini mungkin mencakup umumnya jalan pada 2-3 tahun pertama
setelah pekerjaan berat terakhir, pelapisan aspal atau pengaspalan ulang.
Perbedaan antara kebutuhan pemeliharaan ringan, sedang, berat ditentukan
(terutama) pada luas dari penambalan lubang/legokan yang diperlukan ( baik :
1, sedang : 2, atau rusak 3, secara berurutan), dengan total penilaian tidak lebih
dari 10. Pemeliharaan ringan mungkin hanya diperlukan pada jalan baik (1)
untuk lubang/legokan dan harus mencakup jalan-jalan pada tahun pertama
sejak mendapat pekerjaan berat, pelapisan aspal atau pengaspalan ulang.
Pekerjaan periodik mungkin diperlukan pada segmen dengan penilaian antara
11-16. Pelapisan aspal dan pengaspalan ulang biasanya tidak diperlukan pada
tiga tahun pertama sejak mendapat pekerjaan berat, pelapisan aspal atau
pengaspalan ulang.
2A - 15
2A - 16
d. Panjang km hanya akan dimasukkan ke dalam kolom drainase, jika terdapat bagian
jalan dimana tipe pemeliharaan drainase merupakan pekerjaan yang dominan, dan
tidak terdapat usulan pekerjaan tipe pemeliharaan lainnya yang cukup berarti.
e. Jika pemeliharaan jembatan dibutuhkan, jangan memasukkan panjang km kedalam
kolom jembatan; tetapi masukkan jumlah panjang jembatan yang memerlukan
pemeliharaan berkala dalam `meter', atau bertanda `x' untuk menunjukkan bahwa
terdapat kebutuhan perbaikan yang berarti namun belum diukur.
f. Pilihan tipe pemeliharaan berkala ` campuran' dapat dipilih jika tidak terdapat suatu
tipe pemeliharaan yang dominan. Sebagai contoh : suatu pekerjaan campuran yang
tidak pasti antara penambalan lubang dan bagian 'overlay' yang pendek dengan
perbaikan gorong-gorong dan bahu jalan.
Kolom 19 / 20 (Perkiraan Biaya) :
a. Pada tahap perencanaan ; biaya/km dan total biaya yang telah diperhitungkan
(misalnya dari MS2) dapat dimasukkan ke dalam kolom 19 / 20, untuk tujuan
perkiraan biaya.
b. Jika tidak terdapat dasar yang memadai (dari MS2 / lainnya) untuk perkiraan biaya
pemeliharaan bagi segmen tersebut, biarkan kolom 19 / 20 kosong. Program
komputer akan memberikan perkiraan biaya secara umum untuk setiap tipe
pekerjaan pemeliharan yang didasarkan atas : tipe permukaan, lebar jalan, tingkat
lalu-lintas dan kabupatennya.
c. Perkiraan biaya ini harus diperbaiki setelah MS2 dilakukan, kemudian DURP akan
dilengkapi pada saat penyusunan anggaran terakhir, berdasarkan pada analisa biaya
pekerjaan yang sebenarnya dari hasil pengukuran (disain).
d. Pada segmen-segmen yang disarankan untuk pemeliharaan rutin, alokasi dananya
hanya ditentukan secara umum dan biasanya tidak akan dilakukan survai tertentu
sampai pekerjaan pemeliharaannya sendiri siap untuk dimulai. Bagaimanapun ruasruas ini harus sudah dalam pengawasan dan pemeliharaan secara teratur.
e. Ruas-ruas yang disarankan untuk pemeliharaan periodik perlu disurvai MS2 untuk
menentukan pekerjaan yang dibutuhkan, volume serta biayanya secara lebih rinci.
Kolom 21 / 22 :
a. Bandingkan data K1 dan peta dengan data S1 untuk nomor ruas, nama ruas, titik
pengenal, panjang ruas, lebar perkerasan dan KRLL. Jika data di K1 dianggap
salah, maka perbaiki data tersebut secara manual pada P1 dan beri tanda pada
kolom-21 (kebutuhan revisi K1) untuk mengingatkan bagian perencanaan agar
merubah data K1.
b. Periksa juga (dari K3 atau RD-1.JK) apakah riwayat pekerjaan jalan sudah benar
dan perbaiki kode M1-M10 pada kolom-12 jika perlu.
c. Akhirnya masukkan data bulan dan tahun dari survai S1 yang baru dilengkapi pada
kolom-22.
2A - 17
2.1
TUJUAN
2.2
LINGKUP TUGAS
1. Survai S2 dilaksanakan setiap tahun terhadap (+/-) sepertiga dari total panjang ruas
jalan kabupaten yang berkondisi `rusak/rusak berat'.
2. Pendokumentasian mencakup kegiatan survai/pengamatan langsung dan pembuatan
foto yang biasanya terkait dengan pembacaan odometer kendaraan survai. Semua
hasil pengamatan tersebut dicatat pada formulir S2, dimana satu lembarnya
mencakup satu kilometer (odometer) bagian jalan.
3. Formulir S2 terdiri dari lima bagian yang meliputi: odometer / pal-Km; catatan foto;
penentuan titik pengenal, jembatan dsb. ; kode indikator untuk karakteristik
permukaan jalan, kelandaian jalan, panjang dan lebar jembatan, penggunaan lahan ;
serta catatan mengenai kondisi jalan, foto-foto, dan lain sebagainya.
4. Bila suatu ruas baru untuk pertama kalinya disurvai, maka harus dipastikan bahwa
hasil survai ini akan dipakai untuk memperbaiki data inventarisasi ruas K1,
termasuk titik-titik pengenalnya.
2.3
2.3.1
a. Jaringan jalan kabupaten harus dibagi dalam tiga `wilayah perencanaan' yang
kurang lebih sama luasnya. Selanjutnya, setiap tahun survai S2 harus dilaksanakan
terhadap semua jalan yang kondisinya `rusak/rusak berat' di salah satu wilayah
perencanaan tersebut, secara bergantian selama tiga tahun.
b. Tujuannya adalah untuk dapat mencapai cakupan survai yang sistematis terhadap
seluruh jaringan jalan kabupaten dalam waktu putaran tiga tahun.
c. Pendekatan yang termudah adalah dengan membagi jaringan jalan ke dalam tiga
kelompok kecamatan yang sudah tercatat menurut nomor ruas di formulir K1.
d. Batas wilayah perencanaan (perkiraan) harus diberi tanda pada Peta Jaringan Jalan
1, sebagai bagian dari tugas 1F/2 dan diberi nomor I, II, III untuk menunjukkan
usulan pencakupan tahunannya.
e. Dengan menggunakan K1 dan peta, tentukan dalam wilayah perencanaan yang
telah dipilih, jumlah panjang ruas yang diberi kode warna sebagai yang rusak/rusak
berat termasuk jalan batu dan jalan tanah, untuk dilakukan survai tahunannya.
Gunakan jumlah panjang tersebut untuk merencanakan program survai S2.
2B - 1
2B - 2
2.3.2
CAKUPAN SURVAI
a. Target pencakupan survai S2 pada jalan-jalan yang dapat dilalui kendaraan roda-4
adalah 10 -15 km per hari, termasuk waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
survai kecepatan (pada waktu perjalanan kembali).
b. Rata-rata diperlukan tiga-empat kali berhenti masing-masing selama lima menit
untuk empat kali pemotretan per kilometernya; terdiri dari dua kali wajib berhenti
(foto) dan satu atau dua kali berhenti (foto) jika diperlukan.
c. Waktu rata-rata untuk survai harian yang dibutuhkan akan menjadi 5-6 jam pada
jalan-jalan yang dapat dilalui kendaraan roda-4, ditambah waktu yang diperlukan
untuk perjalanan dan jenis survai-survai lainnya.
d. Untuk jalan-jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan roda-4, akan diperlukan waktu
yang lebih lama, terutama bila harus berjalan kaki dan menggunakan pita ukur
untuk mengukur panjang segmen ruas jalan.
2.3.3
PENGORGANISASIAN TIM
a. Diperlukan suatu tim yang beranggotakan minimum dua orang untuk melakukan
survai.
b. Kepala surveyor bertanggung jawab untuk mencatat semua data serta pengambilan
foto dan asisten surveyor membantu melakukan pengukuran dan menyiapkan
papan lokasi foto untuk mendokumentasikan setiap foto.
2.3.4
PERSIAPAN
2B - 3
2.4
PROSEDUR DI LAPANGAN
2.4.1
PERSIAPAN PENDAHULUAN
nama kabupaten
nomor ruas seperti pada K1
nama pangkal dan ujung ruas seperti pada K1
tanggal dilaksanakannya survai
nama pelaksana survai/survaior
jenis kendaraan untuk survai
nomor (polisi) kendaraan untuk survai
faktor penyesuai odometer (dari survai kalibrasi S3)
tanggal dilakukannya survai penyesuaian odometer
nomor lembar (kanan bawah)
b. Mulailah dengan formulir baru untuk setiap bagian kilometer. Untuk formulir S2
kedua dan seterusnya dalam ruas yang sama, hanya perlu dimasukkan lagi nomor
ruas dan nomor urut lembarnya.
c. Pada ujung ruas, periksa bahwa seluruh formulir S2 telah diberi nomor halaman
yang benar dan pada masing-masing lembar tercatat nomor ruasnya. Susun dalam
urutan yang benar dan satukan dengan stapler.
Kaji Ulang dan Perbaikan Penentuan Ruas
a. Kaji ulang, periksa dan perbaiki sesuai kebutuhan ; rincian penentuan ruas yang
ada pada K1 seperti yang ditentukan dalam Tugas 1A dan 2A.
b. Untuk mendokumentasikan perubahan-perubahannya, gunakan formulir S1 yang
secara khusus untuk perbaikan data seperti:
2.4.2
a. Bila survai dengan kendaraan bermotor, catat angka odometer pada titik pangkal
suatu ruas jalan dan pada tiap interval jarak satu kilometer sepanjang ruas jalan itu
pada kotak di bagian sudut kiri bawah formulir S2.
2B - 4
b. Sebagai kontrol, pada waktu menyusun kembali formulir S2, (catat juga bacaan
angka odometer pada akhir tiap bagian kilometer di sepanjang ruas pada sudut kiri
atas formulir; angka ini kemudian diulang pada lembar berikutnya sebagai awal
bacaan odometer pada bagian kilometer berikutnya.
c. Keterkaitan khusus terhadap ruas jalan (km 0-1, 1-2 dan seterusnya) perlu juga
dicatat pada kotak yang bertanda AWAL KM dan AKHIR KM.
d. Hasil bacaan odometer dicatat juga pada kolom bagian kiri, bilamana dijumpai halhal penting yang dicatat pada kolom lain di formulir itu (misalnya titik pangkal,
jembatan, perubahan tipe permukaan).
e. Titik ujung tiap ruas jalan harus dicatat dengan jelas, pada formulir dengan angka
bacaan odometer dan simpul ruas jalan atau nama lokasi, dan juga pada peta
dengan tanda yang jelas. Juga catat AKHIR RUAS KM yang berkaitan dengan
ruas itu, pada kotak yang tersedia. Kosongkan untuk sementara kotak KM YSD
pada tahap ini.
2.4.3
a. Pemotretan harus dilakukan oleh Survaior sesuai dengan petunjuk sebagai berikut:
Pada titik pangkal, titik ujung, dan tiap 500 meter sepanjang ruas jalan yang
disurvai; pemotretannya dibidik ke arah titik ujung ruas (bila ini menentang
matahari, pemotretan dapat dibidik ke belakang ke arah awal ruas).
Pemotretan jembatan diambil dari sisi jalan yang harus memperlihatkan lantai/
permukaan jembatan, dan bila memungkinkan juga struktur penopang
bangunan bawahnya. Bila jembatan dalam kondisi rusak, dianjurkan untuk
melakukan pemotretan khusus dari samping, terhadap bangunan bawah
jembatan tersebut.
Pemotretan juga perlu dilakukan bila ada hal khusus yang menarik di sepanjang
ruas jalan, misalnya:
simpul utama/persimpangan
bagian ruas jalan yang rusak berat, seperti:
bagian jalan terendam air/banjir
gorong-gorong rusak/putus
tempat longsor
bagian jalan yang terkena erosi
perubahan tipe perkerasan/kondisi
tempat pos PLL
Pemotretan pada sungai yang tidak ada jembatannya dari kedua sisi sungai,
agar dapat memperlihatkan bentuk dan kondisi kedua sisi sungai tersebut
b. Semua pemotretan harus dilengkapi dengan catatan masalah secara rinci pada
kolom CATATAN yang tersedia di bagian kanan formulir S2.
c. Setiap rol film (berwarna, isi-36) harus ditandai dengan nomor tersendiri segera
setelah dibeli. Tanda penomoran ini harus dilekatkan pada rol film, bukan pada
tabung plastiknya.
2B - 5
d. Pada saat memulai survai di sebuah ruas jalan baru, nomor rol film yang dipakai
harus ditulis pada kotak yang tersedia di bagian atas formulir S2. Setiap kali
pemotretan dilakukan, nomor fotonya harus dicatat pada kolom yang tersedia,
sebaris dengan pencatatan angka odometer. Tunjukkan arah pemotretan pada
formulir S2 kalau pemotretannya berlawanan dengan arah survai (pemotretan ke
belakang).
e. Jika memungkinkan, pergunakan alat potret yang dilengkapi dengan fasilitas
tanggal pengambilan. Sebagai tambahan, gunakan sistem yang standar untuk
menunjukkan lokasi pemotretan, berupa `papan lokasi foto' yang akan muncul di
sudut kiri bawah setiap foto yang secara jelas menampilkan nama kabupaten,
nomor ruas, dan angka pal kilometer dengan satu angka di belakang koma.
f. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
Foto permukaan jalan adalah tujuan utama dari pemotretan, namun jika
keadaan memungkinkan ambil jarak sepanjang 100 meter ke depan dengan cara
tidak membungkuk; ini akan memungkinkan terlihatnya bahu jalan, selokan
dan tata guna tanah di sepanjang ruas itu yang akan sangat berarti bagi
engineer. Pada pangkal dan ujung ruas perlu dibuat masing-masing dua foto
yang arahnya saling berhadapan.
Usahakan agar tulisan pada `papan lokasi foto' dapat terlihat dengan jelas,
namun jangan sampai posisi papan tersebut mengganggu obyek pengambilan
foto (yaitu keadaan permukaan jalan). Untuk itu `papan' harus diletakkan
kurang lebih tiga meter dari alat potret. Kendaraan yang dipakai harus
diusahakan agar tidak menghalangi pandangan pada foto. Hindarkan pantulan
sinar matahari bila menggunakan "white board" sebagai papan lokasi foto.
Hentikan pengambilan foto sebelum cuaca menjadi gelap agar hasilnya
memadai.
Jangan lupa untuk mengganti angka pal-km pada papan lokasi foto di setiap
titik pemotretan, dan periksa ulang bahwa angka-angka yang tercantum itu
sesuai dengan angka kilometer pada formulir S2.
g. Setelah survai selesai, film-film yang sudah terpakai harus segera dicuci-cetak
dengan ukuran kartu pos sebanyak dua kali. Tulis nomor film negatifnya pada
formulir S2. Tulis juga nama kabupaten, nomor ruas jalan dan pal kilometer pada
setiap cetakan foto dengan spidol bilamana tulisan pada papan lokasi foto ternyata
kurang jelas.
h. Dua set cetakan foto itu supaya disusun pada lembaran rangkuman yang memuat
beberapa foto per halamannya secara berurutan sehingga akan memudahkan dalam
meneliti dan memperbandingkan secara cepat untuk bagian jalan tertentu (sebagai
contoh, lihat format pada halaman berikut).
i. Sebagai alternatif, album foto dengan lembaran plastik tembus pandang akan cocok
sekali untuk penyusunan ini. Satu set cetakan foto disimpan di kabupaten dan satu
set lainnya diserahkan kepada PP-PPJKK propinsi untuk keperluan pemantauan
selanjutnya.
2B - 6
2B - 7
2.4.4
2.4.5
Pasar Lawan
46
Sojokerto
902
Sp. Lawan
Tidak dapat dilalui
X (gorong-gorong)
2B - 8
2B - 9
c. Kelandaian Jalan
Bedakan kelandaian jalan dalam tiga kategori berikut ini:
D : Datar atau relatif datar
B : Berbukit, bergelombang atau berombak; kelandaiannya sedang, pada
umumnya kendaraan jarang memerlukan pindah gigi persneling.
G : Kelandaian yang curam, umumnya kendaraan sering pindah gigi
persneling
Catat kelandaian jalan yang dominan sesuai dengan kategori di atas pada setiap
jarak 500 meter dan juga catat dimana terdapat perubahan kelandaian yang
berarti, pada suatu titik tertentu.
2.4.7
SURVAI JEMBATAN
a. Berhentilah pada setiap jembatan yang panjangnya 2,0 meter atau lebih, dan ukur
panjang serta lebarnya (dalam meter) dengan pita ukur. Lakukan pula pemotretan
serta catat angka yang terbaca pada odometer.
b. Lebar dan panjang jembatan harus diukur seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut ini:
Lebar Jembatan
Lebar
Sandaran
Jalan kendaraan
2B - 10
Kebutuhan Pekerjaan
Catat tipe pekerjaan jembatan yang kemungkinan diperlukan sebagai berikut,
dengan tambahan keterangan dalam kolom catatan.
PBJ
PAJ
PJJ
B/S
:
:
:
:
2B - 11
2.4.8
a. Catat penggunaan lahan yang utama pada bagian kanan dan kiri jalan setiap 500 m
dan pada setiap titik bila ada perubahan yang mencolok.
b. Gunakan kode standar berikut:
S
T
P
De
Ko
H
TK
:
:
:
:
:
:
:
Sawah (Padi)
Tegalan/Ladang (Tanaman pangan palawija)
Perkebunan (Tanaman keras)
Desa/Perkampungan (Perumahan dengan pekarangan/kebun)
Kota/perkotaan (Perumahan/bangunan tanpa pekarangan)
Hutan (Pepohonan dengan semak-semak)
Tanah Kosong/Padang Rumput
2B - 12
3.1
3.2
3.3
PROSEDUR
1. Tempuh panjang ruas jalan itu sekali saja pada setiap arah, dengan kecepatan
normal yang nyaman sesuai kondisi jalannya. Usahakan untuk mengikuti
kecepatan rata-rata kendaraan lain pada ruas jalan itu.
Bila ini tidak
memungkinkan, pilih kecepatan tertentu yang mendekati kecepatan maximum yang
nyaman dan aman untuk melintasi ruas itu.
2. Jangan mengurangi kecepatan yang sudah dipilih atau berhenti untuk melakukan
aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan kegiatan survai.
3. Catat angka bacaan odometer kendaraan dan waktunya, untuk hal-hal berikut :
pada titik pangkal dan titik ujung perjalanan (catat juga namanya)
pada titik dimana terdapat perubahan tipe perkerasan atau kondisi ruas jalan,
yang harus dicatat dalam formulir.
pada titik dimana kendaraan bergerak kembali atau terpaksa harus berhenti
(catat lama waktu setiap kali berhenti, serta alasannya mengapa berhenti).
pada ruas jalan yang panjang, catat paling tidak setiap 5 kilometer sekali.
4. Jika titik pangkal atau titik ujung ruas jalan terletak di daerah perkotaan, dimana
kecepatan kendaraan terhambat oleh kepadatan lalu- lintas atau faktor lain, mulai
dan akhiri survai pada titik batas daerah perkotaan, sehingga kecepatan yang tercatat
mewakili kondisi yang serupa dari sebagian besar panjang ruas jalan itu. Catat pada
formulir bila hal ini terjadi dan catat pula bila kepadatan lalu lintas atau faktor
penyebab lain di luar kondisi jalan menjadi penghambat kecepatan laju kendaraan
survai di ruas jalan tersebut.
2C - 1
2C - 2
4.1
4.2
2D - 1
4. Untuk menghemat biaya dan keperluan pengaturan angkutan serta akomodasi bagi
tim PLL, disarankan agar tim tersebut ditempatkan di daerah sekitar tempat
tinggalnya atau tempat bekerjanya dan melaksanakan PLL pada semua ruas yang
ada di daerah tersebut. Namun supaya jumlah staf PLL yang perlu dilatih tidak
terlalu banyak, diusulkan agar tiap tim melaksanakan setidak-tidaknya 5 pos
penghitungan, kecuali kalau jaringan jalannya masih jarang dan belum berkembang.
5. Koordinator Survai Lalu lintas harus mengunjungi setiap pos PLL paling tidak dua
sampai tiga kali pada setiap hari penghitungan, guna memeriksa kebenaran dari
pelaksanaan PLL. Setiap kesalahan yang terjadi harus diperbaiki di lokasi pos PLL,
pada saat itu juga.
4.3
PROSEDUR
4.3.1
a. Kriteria yang terpenting ialah ; lokasi pos penghitungan lalu lintas harus dipilih
secara seksama, di tempat yang tingkat lalu lintasnya dianggap dapat
menggambarkan keadaan lalu lintas pada ruas jalan secara keseluruhan, atau pada
bagian ruas jalan yang tercakup dalam survai PLL.
b. Bila memungkinkan, lokasi pos PLL yang sesuai harus sudah ditentukan pada saat
survai (S1/S2) sebelumnya, oleh Koordinator Survai lalu lintas dan bukan oleh tim
PLL.
c. Pilihlah lokasi pos PLL dengan menggunakan petunjuk berikut ini:
Pilih satu pos di setiap ruas jalan atau bagian ruas jalan kalau ruas tersebut
terdiri dari beberapa bagian ruas jalan dengan tipe permukaan yang berbeda.
Suatu ruas atau bagian ruas yang mempunyai panjang 10 km atau lebih, harus
dibagi sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian ruas jalan yang mempunyai
panjang lebih dari 10 km. Titik yang tepat untuk membagi suatu ruas ialah di
suatu kampung atau persimpangan yang dapat menyebabkan tingkat LL nya
berubah. Bila tidak ada tempat semacam itu, bagilah dengan bagian yang sama.
Semua bagian ruas harus dipertimbangkan secara terpisah untuk maksud survai
PLL.
Biasanya lokasi pos PLL ditempatkan pada kurang lebih 1/3 dari titik pangkal
ruas jalan yang dianggap lebih penting / ramai.
Hindari memilih lokasi pos yang letaknya berdekatan dengan pasar, sekolah,
mesjid, pusat desa, atau tempat ramai lainnya. Biasanya sebagian besar arus
lalu lintas tak bermotor akan menggunakan bagian ruas jalan tersebut, sehingga
tidak mewakili gambaran ruas jalan secara keseluruhan.
Pilih lokasi pos PLL yang sekaligus merupakan tempat berteduh, seperti
warung. Lokasi harus ditunjukkan dengan jelas pada gambar peta sket dan foto
di formulir laporan PLL (S5C), yang memungkinkan untuk ditemukan kembali
dalam pelaksanaan PLL berikutnya. Semua pos PLL harus diberi nomor, dan
diusulkan agar nomor ruas dijadikan nomor pos. Kalau ruas terbagi ke dalam
beberapa bagian, nomor pos PLL harus dibedakan atas huruf; contoh 33 A dan
33 B merupakan dua pos PLL di Ruas nomor 33.
2D - 2
2D - 3
4.3.2
a. Penghitungan lalu lintas selama dua hari di setiap pos, sebaiknya dilakukan pada
Hari Pasar (HP) dan Bukan Hari Pasar (BHP) di kota atau kampung yang terletak
dalam wilayah pengaruh ruas jalan. Keragaman lalu lintas dari hari ke hari sangat
dipengaruhi oleh pasar. Tentukan pasar apa yang berpengaruh di setiap ruas jalan
dan pada hari apa pasar tersebut berlangsung (gunakan formulir K12). jika
memungkinkan, lakukan PLL untuk ruas jalan yang bersangkutan pada waktu hari
pasar yang sesuai. Penghitungan lainnya dilakukan pada waktu bukan hari pasar.
Apabila HP yang terjadi itu setiap hari atau tidak ada, maka hari PLL ditentukan
pada saat hari teramai pada pasar yang bersangkutan.
b. Penting sekali untuk meliput keragaman lalu lintas pada hari pasar dan bukan hari
pasar jika hanya terdapat satu hari pasar yang paling berpengaruh dalam seminggu,
dibandingkan jika terdapat dua atau lebih hari pasar.
c. Penghitungan harus tetap dilaksanakan meski jatuh pada hari Jum'at dan Minggu,
kecuali kalau diperoleh informasi bahwa lalu lintas setempat terlalu tinggi atau
terlalu rendah pada hari- hari yang bersangkutan.
d. Penghitungan harus dilakukan selama 12 jam, biasanya antara jam 06.00 (pagi)
sampai jam 18.00 (sore). Penghitungan dapat dimulai setiap saat antara jam 05.00
dan 07.00 (pagi) apabila saat tersebut merupakan waktu yang terbaik untuk
mencatat seluruh lalu lintas harian. Bila telah diputuskan untuk memulai PLL
selain dari jam 06.00 pagi, maka ketetapan waktu tersebut juga harus berlaku untuk
seluruh pos penghitungan di kabupaten yang bersangkutan.
4.3.3
PROSEDUR PENGHITUNGAN
a. Hitung semua kendaraan, pejalan kaki dan pikulan yang melewati pos PLL. Jangan
menghitung binatang yang lewat, kecuali yang menarik gerobak atau dokar dan
yang membawa beban/barang (baris atau tipe nomor 6).
b. Catat lalu lintas untuk setiap satu jam pada satu lembar formulir S5A. Gunakan
formulir baru untuk menghitung LL pada periode jam berikutnya. Pada bagian atas
setiap formulir, harus diisi keterangan mengenai pos PLL dan catat pula waktu dan
keadaan cuacanya. Demikian juga halnya, apabila tidak ada lalu lintas selama jamjam penghitungan, maka waktu dan keadaan cuaca harus tetap ditulis pada formulir
untuk jam yang bersangkutan.
c. Penghitungan lalu lintas untuk masing-masing arah dicatat secara terpisah.
Nyatakan arahnya dengan jelas pada masing- masing kolom dalam satu formulir
(S5A) dan jangan diubah letak kolom arah tersebut. Gunakan nama arah lalu lintas
sama dengan nama ruas, yakni kolom (1) dari pangkal sedangkan kolom (2) dari
ujung. Bila volume LL-nya tinggi, disarankan agar menggunakan formulir S5A
secara terpisah untuk masing-masing arah, dan satu orang dari tim PLL ditunjuk
untuk mencatat arus LL untuk setiap arah. Total kedua arah tersebut dapat dicatat
pada salah satu set formulir.
d. Berikan tanda yang jelas dan benar pada kolom arah dan baris tipe pemakai jalan
untuk setiap kendaraan, pejalan kaki atau pikulan yang melewati pos PLL.
e. Gunakan ballpoint atau pena untuk mengisi formulir S5A, sebab bila diisi dengan
pensil ada kemungkinan nantinya akan ditolak.
2D - 4
f. Kotak-kotak isian data lalu-lintas pada formulir S5A harus diisi dengan tanda ' / '
yang mewakili satu penghitungan, setiap kotak diisi paling banyak dengan 5 buah
tanda, contoh : ////
KODE NOMOR DAN KATEGORI LALU LINTAS :
Kendaraan tidak bermotor :
1. Pejalan kaki; orang yang tidak / sedikit membawa barang, termasuk anak-anak.
2. Pikulan dan penggendong barang; orang yang menggendong / memikul barang,
termasuk pikulan kosong.
3. Sepeda dengan sedikit atau tanpa barang
}
Hitung juga
4. Sepeda dengan muatan barang (bukan orang) }
sepeda dan becak
5. Becak
}
meski didorong
6. Kendaraan lain, seperti gerobak yang ditarik hewan///hewan yang membawa beban.
(Catat di formulir S5C - no.6 : tipe yang paling banyak melalui ruas jalan ini)
Kendaraan bermotor :
7. Sepeda motor, skuter dan kendaraan bermotor roda dua lainnya
8. Microbus atau tipe kendaraan ringan lainnya yang ber-as belakang tunggal dan berroda tunggal, biasanya digunakan untuk angkutan penumpang
9. Pick-up atau tipe kendaraan ringan lainnya yang ber-as belakang tunggal dan berroda tunggal, biasanya digunakan untuk angkutan barang
10. Bis sedang dan bis besar, ber-as belakang tunggal dan ber-roda ganda
11. Truk ringan, dengan daya angkut maksimum antara 4,0 - 8,0 ton, ber-as belakang
tunggal dan ber-roda ganda (mis : Mitsubishi Colt, Toyota Dyna)
12. Truk sedang, dengan daya angkut maksimum antara 6,0 - 12,0 ton, ber-as belakang
tunggal dan ber-roda ganda (mis: Mitsubishi Fuso)
13. Truk berat / besar, dengan daya angkut maks. lebih dari 8 ton, ber-as belakang
ganda dan ber-roda ganda (Truk gandengan termasuk dalam kelompok ini )
14. Sedan dan Jeep
15. Tipe kendaraan khusus yang namanya diberikan pada saat survai.
(jika ada tipe kendaraan khusus yang biasa digunakan di daerah tertentu, seperti
bemo atau traktor roda-4, hitung jumlahnya yang lewat dan tulis namanya pada
setiap formulir dalam kolom tipe - 15, dan catat tipe yang paling banyak lewat di
ruas jalan ini di formulir S5C - No. 7 )
4.3.4
a. Staf PLL harus menjumlahkan total lalu lintas untuk setiap jam dalam formulir
S5A pada hari itu juga, termasuk pemberian nilai 0 (nol) apabila tidak ada lalu
lintas yang terhitung. Koordinator survai harus memeriksa hal tersebut dan
menyelesaikan formulir himpunan LL dua arah (S5B). Kalau volume lalu lintasnya
rendah dan kemampuan staf PLL-nya cukup memadai, maka formulir himpunan
tadi dapat pula dikerjakan oleh staf bersangkutan.
2D - 5
b. Isilah satu formulir S5C untuk setiap pos PLL, segera setelah pekerjaan PLL
selesai. Ini harus dikerjakan oleh koordinator survai berkoordinasi dengan
penghitung lalu lintas.
c. Perlu diperhatikan bahwa lokasi pos harus digambar secara jelas pada peta sket,
sehingga dapat dikenali kembali bila PLL diperlukan lagi di kemudian hari.
Tunjukkan jarak pos PLL dalam kilometer dari titik pengenal yang jelas (misalnya
persimpangan). Lakukan pemotretan terhadap pos PLL selama dilakukan
penghitungan dan lampirkan pada S5C untuk mendokumentasikan pelaksanaan
survai dan letak posnya.
d. Setiap kejadian khusus yang mempengaruhi tingkat lalu lintas selama
penghitungan harus dicatat dalam bagian 4 dari S5C.
e. Perhatian khusus harus diberikan terhadap lalu lintas truk, termasuk catatan pada
S5C ( no. 5 ) mengenai jenis muatannya; mungkin perlu dilaksanakan survai S6
untuk menentukan secara lebih rinci mengenai sumber dan muatan yang meningkat
karena adanya kegiatan khusus setempat, seperti quarry atau perkebunan (lihat
Tugas 1E/4).
f. Penting sekali untuk memeriksa apakah bagian atas formulir S5A dari setiap pos
PLL telah dilengkapi dengan jelas dan dikelompokkan menjadi satu, dan apakah
formulir penghitungan untuk masing-masing pos PLL tetap terpisahkan.
g. Bagian atas dari tiap lembar formulir S5A, S5B dan S5C harus diisi lengkap. Tiap
formulir S5A harus ditanda tangani oleh pelaksana PLL pada saat survai
dilaksanakan. Tiap formulir S5B dan S5C harus ditanda tangani oleh koordinator
survai LL yang juga bertanggung jawab dalam analisa data lalu lintas.
h. Jumlah dan perkiraan waktu kunjungan pos PLL oleh koordinator harus dicatat
pada S5C (bagian 8).
i. Bila fomulir yang digunakan dalam survai lalu lintas tidak diisi dan ditanda tangani
dengan benar, maka hasil tersebut tidak akan diterima sebagai dasar untuk
melakukan analisa.
j. Setelah PLL selesai, isi formulir S5A tidak boleh diubah atau disalin; hanya
formulir S5A asli yang sudah ditanda tangani di lapangan atau foto copynya yang
akan diterima sebagai hasil PLL.
Peranan Koordinator Survai Lalu Lintas
a. Menentukan pos PLL dan jadwal survai
b. Merekrut/mendapatkan dan melatih penghitung lalu lintas.
c. Mengawasi pelaksanaan survai dengan mengunjungi pos PLL paling sedikit dua
atau tiga kali sekali untuk memeriksa apakah penghitung lalu lintas melaksanakan
tugasnya dengan benar, meneliti pola lalu lintasnya dan mengambil alih
penghitungan lalu lintas untuk beberapa waktu guna memberi kesempatan
penghitung lalu lintas untuk beristirahat.
d. Memeriksa bahwa pengisian formulir S5A diselesaikan dengan benar.
e. Menyelesaikan dan menanda-tangani formulir S5B dan S5C, termasuk sket pos
PLL dan foto.
f. Menyusun formulir dan menganalisa datanya (Tugas 3B).
2D - 6
2D - 7
2D - 8
2D - 9
2D - 10
5.1
5.2
PROSEDUR
5.2.1
a. Pada wilayah perencanaan yang sudah ditentukan, mungkin terdapat begitu banyak
jalan setapak untuk dicakup survainya dalam satu tahun. Karena itu survai harus
diprioritaskan untuk ruas-ruas jalan yang dipilih dengan mengikuti kriteria berikut:
Jalan tersebut harus mengalami hambatan akses yang cukup berarti
(terhambat), yaitu tidak dapat dilalui kendaraan bermotor atau tingkat lalu
lintasnya sangat rendah (dibawah normal) yang diakibatkan oleh kondisi
jalannya yang rusak
Masukkan setiap ruas jalan terhambat yang merupakan bagian dari `jaringan
jalan strategis / JJS' (Formulir K2/Tugas 1A/3).
Pilih dari K11 dan prioritaskan ruas-ruas yang melayani paling tidak sekitar
2000 orang.
Bila suatu jalan tingkat lalu-lintasnya rendah namun kondisi jalannya sedang,
maka ruas tersebut tidak perlu disurvai kependudukan, karena usulan pekerjaan
berat tidak dapat dibenarkan bagi jalan tersebut
Bila dari K11 diketahui bahwa suatu (beberapa) desa hanya dilayani oleh satu
ruas jalan saja, maka ruas jalan tersebut tidak perlu disurvai kependudukan.
2E - 1
PERLU DISURVAI
5.2.2
PROSEDUR PENYELESAIAN S7
a. Himpun dan kaji kembali semua ruas jalan yang terpilih untuk studi kependudukan
yang berkaitan dengan kerangka data kependudukan. Hal ini sudah terhimpun
sebelumnya di dalam tugas 1E/1, yakni formulir K11, peta Topo 1 dan peta sket
dari setiap desa jika telah diserahkan sebelumnya oleh tiap kecamatan (formulir
S7).
b. Tentukan desa-desa yang akan disurvai yang memenuhi kriteria tersebut di atas,
dimana sebaran penduduknya kurang jelas atau memerlukan penegasan. Siapkan
program survai, bersama-sama dengan kebutuhan survai dalam tugas 2F.
c. Survaior harus membawa copy K11 untuk kecamatan yang bersangkutan dan copy
peta topo ke setiap kantor desa pada masing-masing desa yang memerlukan survai
ini, kemudian catat pada formulir S7 hal- hal berikut :
nama beserta lokasi setiap pemukiman pada desa itu (kampung, dusun, RK dan
lain sebagainya);
lokasi ruas jalan kabupaten dan desa yang dapat atau tidak dapat dilalui
kendaraan roda-4, dan bila ada tuliskan nomor ruas serta panjangnya, jembatan
utama, penyeberangan sungai yang tidak ada jembatannya;
perkirakan batas desa dan wilayah RK/Kampung;
keadaan alam seperti sungai, danau;
ruas jalan penghubung dan nama desa yang bertetangga; arah dan jarak ke pusat
kegiatan yang terletak di luar desa;
perkiraan skala dari peta sket yang dibuat.
d. Catat pada formulir S7 semua nama pusat pemukiman yang terdapat dalam desa
beserta perkiraan jumlah penduduknya, sambil memeriksa apakah masing-masing
desa sudah ditandai lokasinya pada peta sket dan jumlah total penduduknya sudah
sesuai dengan angka-angka resmi jumlah penduduk desa masing-masing.
Tanyakan kepada kepala desa tentang perkiraan kasar jumlah penduduknya atau
jumlah kepala keluarga dari tiap kampung bila tidak ada catatan resmi.
2E - 2
2E - 3
e. Minta bantuan kepala desa pada waktu penentuan jumlah penduduk yang dilayani
tiap ruas jalan (kecuali jalan desa kecil) pada desa itu; ikuti petunjuk sebagai
berikut :
seluruh penduduk desa harus ditentukan keterlibatannya pada satu ruas jalan
yang paling memungkinkan digunakan untuk mencapai pusat kegiatan di luar
desa tersebut, atau untuk mencapai jaringan jalan utama lainnya;
kelompok penduduk yang sama itu jangan ditentukan pada lebih dari satu ruas
jalan; dan juga jangan sampai ada bagian-bagian tertentu dari kelompok
penduduk yang terlewatkan
penduduk yang dilayani oleh bagian ruas jalan dekat titik simpul (misalnya,
dalam jangkauan 500 meter dari persimpangan dengan ruas jalan yang lebih
penting) harus dipisah dan ditentukan keterlibatannya pada ruas jalan yang
lebih penting tadi, ke arah mana bagian ruas jalan itu bersambung.
Contoh :
E
SKALA
500
1000 M
04
01
02
Penduduk Kampung
Ditentukan keterlibatannya
pada ruas jalan
03
01
02
02
03
04
01
f. Selesaikan atau perbaiki formulir K11 bagi semua desa yang telah dilakukan survai
kependudukan. Catat tanggal dilaksanakannya survai S7 pada K11. Periksa dengan
teliti apakah semua bagian dari desa yang bertetangga di dalam wilayah survai
telah diliput secara benar.
g. Untuk desa-desa yang sangat kecil, dengan peta sket yang sama dalam satu lembar
formulir S7 dapat dicakup beberapa desa sekaligus. Namun setiap desa tersebut
tetap harus dikunjungi.
2E - 4
6.1
1. Ruas jalan yang dipilih untuk studi kependudukan, kemungkinan besar mempunyai
hambatan berupa; tertutup bagi kendaraan roda-4 sepanjang tahun atau sebagian
waktu dalam setahun, atau mempunyai tingkat lalu lintas kendaraan roda-4 yang
rendah sebagai akibat dari kondisi jalannya yang sangat parah. Hal semacam ini
dapat dikatakan sebagai jalan terhambat atau jalan yang tidak dapat diandalkan.
2. Untuk menentukan manfaat dari perbaikan ruas jalan itu diperlukan data tentang;
berapa kali dan untuk berapa hari per tahunnya ruas jalan tersebut tertutup,
kejelasan mengapa dan dimana ruas itu tidak dapat dilalui, adakah ruas jalan
alternatif lain; dan sudah berapa lama ruas jalan itu dalam kondisi demikian.
6.2
PROSEDUR
1. Gunakan formulir S8 untuk keperluan survai ini; untuk setiap pusat pemukiman
yang ada di sepanjang ruas diperlukan satu formulir S8 yang harus diisi berdasarkan
wawancara dengan kepala desa/kampung atau penduduk lainnya.
2. Pelaksanaannya biasanya digabung dalam suatu survai lapangan bersama-sama
dengan survai penyeberangan penduduk (tugas 2E/formulir S7) dan survai
penyaringan (Tugas 2B/ Formulir S2).
3. Pekerjaan survai itu harus dilakukan oleh salah seorang Transport Planner; tidak
dapat dibenarkan untuk memberikan tugas ini kepada staf yang masih muda dan
belum berpengalaman atau kepada pejabat desa.
4. Pada saat melaksanakan survai, survaior harus membawa hal-hal berikut ini :
Copy formulir K12 yang telah dilengkapi datanya
Copy - 3 peta topo
Copy formulir S2 bila telah diselesaikan
5. Pada saat di lokasi survai, survaior harus menyelesaikan setiap pertanyaan sampai
dengan `Jenis Angkutan yang Dipakai Survaior ke Lokasi Survai'.
6. Pertama-tama responden harus ditanya mengenai pusat kegiatan yang paling sering
dikunjungi oleh penduduk, dan berapa jarak antara pusat kegiatan tadi dengan
tempat wawancara.
7. Di dalam wawancara ini yang penting ialah memeriksa bahwa nama pusat kegiatan
dari responden tersebut tercantum dalam K12. Jika namanya tidak ada di K12,
tanyakan secara rinci mengenai pusat kegiatan itu seperti yang diperlukan dalam
K12. Juga tanyakan mengapa pusat kegiatan itu yang lebih disukai dari pada yang
ada di K12, dan catat alasan-alasannya pada ruang kosong di bawah kotak Nama
Pusat Kegiatan di formulir S8.
8. Untuk pertanyaan berikutnya sampai dengan nomor 5.3, jawaban yang diberikan
responden harus dicatat. Jika memungkinkan, survaior harus memeriksa ulang dan
mencoba untuk memperjelas jawaban-jawaban tidak konsisten yang diberikan
responden.
2F - 1
2F - 2
2F - 3
2F - 4
2F - 5
DAFTAR ISI
Halaman
1.
1.1
1.2
1.3
2.
2.1
2.2
2.3
2.4
3.
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
4.
4.1
4.2
4.3
5.
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
7.
7.1
7.2
TUGAS 3 - A N A L I S A
WAKTU : MEI - JUNI
SURVAI
2
ANALISA DATA
RUAS JALAN
3A
ANALISA DATA
LALU LINTAS
3B
ANALISA PROYEK
KEPENDUDUKAN
PENENTUAN
PROYEK
3E
STUDI DAN
PERMASALAHAN
KHUSUS
3F
PENILAIAN
LINGKUNGAN &
KONSULTASI
3G
3C
PENAKSIRAN
MANFAAT
LALU LINTAS
3D
TUGAS
3A
PENAKSIRAN
BIAYA
PEKERJAAN
EVALUASI &
PENYARINGAN
PROYEK
5A
PERSIAPAN
PROGRAM
TAHUNAN
TUJUAN / PROSEDUR
ANALISA DATA RUAS JALAN
Merangkum dan meringkas data-data dari survai S2 dan S4 dalam format standar
pada lembar A1 untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari masing-masing
ruas yang disurvai.
FORMULIR
S2, S4,
A1
3B
3C
PENENTUAN PROYEK
Menentukan bagian proyek yang rasional untuk dievaluasi lebih lanjut berdasarkan ;
tingkat lalu-lintas, jenis permukaan dan kondisi jalan.
A1
A2, TABEL
MANFAAT
L.L
S7, S8,
A3
3D
3E
3F
3G
S5-B/C,
A2
S6A/B/C/A4
FORM/
CEKLIS
KHUSUS
1.1
1.2
3A -1
3A -2
3A -3
1.3
3A -4
2.1
2.2
3B - 1
3B - 2
7. Hitung rata-rata dua hasil penghitungan untuk tiap tipe kendaraan dengan jalan
menjumlahkan angka pada kolom A dan B kemudian dibagi dua. Catat hasilnya di
kolom C. Masukkan dan periksa ulang SUB-TOTAL beserta TOTAL;
8. Sesuaikan angka rata-rata lalu lintas dari penghitungan 12 jam menjadi 24 jam
dengan jalan mengalikan angka di kolom C dengan faktor yang tertera di kolom D.
Masukkan hasilnya di kolom E, kemudian bulatkan angkanya. Masukkan dan
periksa sub total dan nilai manfaat total di kotak pada bagian bawah dari kolom E.
(Faktor penyesuai pada kolom D memberikan kemungkinan bagi lalu lintas malam
hari yang tidak tercatat dan merubah data lalu- lintas ke dalam bentuk `ekivalen
kendaraan roda-4' sebagai dasar bagi keperluan evaluasi proyek);
9. Hitung jumlah lalu lintas rata-rata kendaraan roda-4 saja selama 24 jam dengan
mengalikan sub total kendaraan nomor 8-15 yang ada di kolom C dengan faktor
penyesuai 12/24 jam yang ada. Masukkan segera hasilnya ke dalam kotak KRLL di
bagian bawah kolom C.
10. Hitung proporsi Bauran Kendaraan Berat (BKB) untuk keperluan penaksiran biaya
nantinya (Tugas 4B) ; tambahkan data lalu lintas (yang belum disesuaikan) untuk
jenis 12 + 13 (truk sedang dan berat, bila ada) dalam kolom C, lalu bagi dengan
jumlah total (yang belum disesuaikan) untuk kendaraan roda 4 (total 8-15) ;
kemudian kalikan dengan 100 untuk mendapatkan persentasenya.
2.3
3B - 3
g. Sesuai dengan kriteria lokasi pos PLL yang terdapat pada peta sketsa di formulir
laporan, lokasi itu sangat tidak sesuai untuk melakukan penghitungan lalu
lintas yang mewakili ruas itu.
2.4
3B - 4
3.1
3.2
32
07
002
Tahun Usulan
Konstruksi
(1990/91)
Kode Propinsi
(mis: Jawa
Barat)
Kode Kabupaten
(mis: Garut)
Nomor Ruas
Kabupaten
Kode Sub
Proyek pada
Ruas ybs
3C - 1
4. Proyek `jembatan saja' sebagai proyek yang terpisah dapat pula ditentukan dengan
cara ini ; misalnya, 004.01 menunjukkan proyek jembatan yang terpisah pada ruas
nomor 04.
3.3
Pal Km Awal
(2)
Pal Km Akhir
(3)
008.1
0,0
6,0
6,0
008.2
6,0
14,0
8,0
3. Bila data ruas jalan terdiri dari satu proyek tetapi dicatat pada dua lembar atau
lebih yakni ruas jalan yang panjangnya lebih dari 10 kilometer, lengkapi data
proyek di bagian atas lembar kerja A1 pada halaman pertama, dan biarkan bagian
data proyek pada halaman dua (dan selanjutnya) kosong.
4. Bila suatu ruas jalan mempunyai panjang kurang dari 10 kilometer dan dibagi ke
dalam dua proyek atau lebih, buat copy lembar kerja tadi berikut data ruas jalannya;
gunakan lembar kerja asli untuk memasukkan data proyek yang pertama, lalu
copynya untuk memasukkan data proyek yang kedua. Coret atau buat garis
diagonal pada bagian data ruas jalan yang tidak berhubungan dengan proyek yang
sedang dievaluasi pada lembar kerja yang bersangkutan (asli maupun copynya), lalu
buat garis mendatar yang memotong kolom data ruas jalan pada titik perpotongan
kedua proyek; dengan demikian terdapat lembar kerja terpisah bagi masing-masing
proyek.
5. Bila data suatu ruas jalan terdiri dari dua proyek dan tercatat dalam dua lembar atau
lebih, masukkan data proyek kedua ke dalam lembar kerja asli kedua atau
berikutnya. Buatlah garis mendatar (tanpa menarik garis diagonal) pada kilometer
yang merupakan batas kedua proyek tersebut.
6. Dua ruas jalan yang terpisah jangan digabung menjadi satu proyek untuk
menghindari nomor proyek yang membingungkan.
3C - 2
3.4
KM 0,0 - 5,1
KM1005,1
- 10,0
LHR
50 LHR
5.1
0,0
A
10.0
AS
KM 0,0 - 4,0
0,0
KM
- 10,0
1004,0
LHR
50 LHR
4.0
AS
10.0
BRB
KM 0,0 - 5,6
KM 5,6 - 9,8
0.0
40 LHR
5.6
BR
9.8
TRB
Catatan : perubahan kelandaian jalan tidak cukup mencolok untuk menentukan proyek
KM 0,0 - 5,1
1205,1
LHR
KM
- 9,5
80 LHR
5.1
0,0
AS
9.5
AS
BG
KM 0,0 - 10,0
120 LHR
105 LHR
0,0
10.0
AS
AR
AS
ARB
AS
AR
10.0
BR
BRB
BR
TR
BR
3C - 3
3.5
3.6
3C - 4
3C - 5
d. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk memperoleh penilaian rata-rata secara
menyeluruh dari suatu proyek jalan. Bila terlihat adanya perubahan tipe/kondisi
permukaan yang luas pada suatu ruas jalan, maka ruas jalan harus dibagi ke dalam 2
proyek atau lebih.
e. Gunakan istilah standar pada Gambar 3C1 berikut ini bagi penaksiran tipe/kondisi
permukaan :
Tabel 3C1
PENAKSIRAN KONDISI JALAN BERDASARKAN KECEPATAN
Kecepatan (Km/Jam)
Kisaran
Rata-rata
Aspal (A)
40 +
45
Baik
30 45
40
25 40
35
Sedang
25 35
30
Sedang/Rusak
Sedang
20 30
25
Rusak
Sedang/Rusak
15 25
20
15 20
17
10 20
15
10 15
12,5
5 - 15
10
Kerikil (K)
Batu (B)
Tanah (T)
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
Rusak
Rusak Berat
Rusak
Rusak Berat
Rusak Berat
3C - 6
4.1
3D - 1
7. Nilai manfaat ini dapat diperbandingkan secara langsung dengan biaya peningkatan
jalan untuk mendapatkan nilai kelayakan dari proyek. Nilai kelayakan dari masingmasing proyek, kemudian akan disusun berdasarkan peringkatnya menurut kriteria
ekonomi.
8. Perhitungan nilai manfaat pada tabel penuntun ini sudah mencakup perkiraan untuk
seluruh kategori manfaat yang telah disebutkan di atas. Perkiraan tersebut
didasarkan atas bukti dari banyak studi-studi jalan kabupaten-sebelumnya. Tabel
penuntun tersebut tidak akan seteliti perhitungan terinci yang didasarkan pada
metode program komputer atau manual, tetapi hal tersebut telah mencukupi bagi
prosedur evaluasi penyaringan pada tahap ini.
9. Untuk masing-masing propinsi, telah disiapkan dua tabel penuntun manfaat yang
sudah dilengkapi dengan nilai- nilai yang sesuai dan tingkat pertumbuhannya. Ini
akan diperbaharui setiap tahunnya oleh instansi yang berwenang di tingkat pusat
atau konsultan pendampingnya.
4.2
3D - 2
3D - 3
3D - 4
4.3
PROSEDUR
1. Tentukan kelas tipe/kondisi permukaan jalan yang ada dari lembar data A1.
2. Tentukan pekerjaan yang sesuai, yaitu pekerjaan berat (PK) atau pemeliharaan
berkala (MP atau MS), lalu beri tanda `X' dalam kotak isian yang sesuai pada
bagian kanan lembar A1 di sebelah `TIPE PEKERJAAN JALAN'.
3. Tentukan total LHR (ekivalen roda-4) untuk proyek tersebut dari lembar A1 (yang
telah dipindahkan sebelumnya dari formulir A2)
4. Pilih angka nilai manfaat bruto (gross benefit) yang sesuai dari kotak dalam tabel,
yaitu yang terdekat dengan tingkat lalu lintas yang telah ditentukan jika tingkat lalu
lintasnya terletak di antara dua buah kotak, ambil rata-rata kedua nilai manfaat yang
berdekatan. Alternatif lainnya ; perkiraan bisa dilakukan dengan interpolasi.
5. Masukkan angka nilai manfaat itu ke dalam kotak pada formulir A1 tanpa
penyesuaian (Penyesuaian manfaat untuk kelandaian tidak diperlukan lagi. Bukti
terakhir mengenai Biaya Operasi Kendaraan (BOK/VOC) untuk semua kondisi
jalan kabupaten menunjukkan bahwa : penghematan rata-rata biaya operasi
kendaraan pada jalan-jalan terjal/berbukit sama dengan yang untuk jalan datar).
3D - 5
9. Jika ditemui jalan tanah dengan kondisi `sedang' dan melayani tingkat lalu lintas
yang sangat berarti (misalnya > 20 LHR roda-4), kategori kerikil `rusak' dapat
dipakai sebagai alternatif dari jalan tanah berkondisi `rusak' guna memberikan nilai
penaksiran manfaat yang lebih realistis.
CONTOH :
1. LHR Total
Tipe/kondisi ruas jalan yang ada
Nilai manfaat bruto dari Tabel 1
Biaya proyek (misalkan)
NPV/Km
:
:
:
:
:
70
Aspal Rusak Berat
Rp 173 juta/Km
Rp 78 juta/Km
173 - 78 = + 95
2. LHR Total
:
Tipe/kondisi ruas jalan yang ada :
Nilai manfaat bruto dari Tabel 2 :
Biaya proyek (misalkan)
:
NPV/Km
:
350
Aspal Rusak
Rp 569 juta/Km
Rp 92 juta/Km
569 - 92 = + 477
3. LHR Total
:
Tipe/kondisi ruas jalan yang ada :
Usulan ( 1 )
:
Nilai manfaat bruto PK / K
:
Biaya proyek (misalkan)
:
NPV/Km
:
Usulan ( 2 )
:
Nilai manfaat bruto PK / A
:
Biaya proyek (misalkan)
:
NPV/Km
:
130
Kerikil Rusak
Kerikil
Rp 152 juta/Km ( pada LHR antara 120 - 140 )
Rp 76 juta/Km
152 - 76 = + 76
Aspal
Rp 229 juta/Km ( pada LHR antara 120 - 140 )
Rp 87 juta/Km
229 - 87 = + 142
28
Tanah Rusak Berat
Rp 17 juta/Km
Rp 61 juta/Km
17 - 61 = - 44
80
Aspal Baik / Sedang ( skor MS2 = 10 )
Rp 30 juta/km
Rp 29 juta/km
: 30 - 29 = + 1
3D - 6
5.1
Pergerakan lalu lintas dapat terjadi, yang mana sebelumnya mempunyai nilai
keterhambatan yang lebih mahal ditinjau dari segi biaya dan non-biaya
(misalnya, usaha melewati jalan rusak, resiko keterlambatan, ketidak-nyamanan,
dan sebagainya).
Perjalanan yang sebelumnya harus dilakukan dengan jalan kaki atau dengan
kendaraan tidak bermotor dapat beralih ke alat angkutan bermotor seperti pickup atau truk.
Perkembangan yang lebih cepat pada kegiatan ekonomi lokal dapat terjadi,
karena rangsangan perdagangan dan peningkatan kebutuhan persediaan bahan
pokok.
Tambahan biaya pemeliharaan jalan diperkirakan dapat terus disiapkan.
3. Suatu metode yang disederhanakan telah dikembangkan untuk mengukur suatu
taksiran terhadap manfaat dan biaya tersebut di atas, yang secara langsung akan
dapat dibandingkan dengan perkiraan biaya perbaikan ruas jalan itu, untuk
memberikan ukuran terhadap nilai ekonomis suatu proyek. Pendekatan ini serupa
dengan yang telah dikembangkan bagi manfaat yang berkaitan dengan lalu lintas
(Tugas 3D), meskipun dengan ketelitian yang lebih rendah.
5.2
ANALISA DATA
1. Analisa
3E - 1
3E - 2
5.3
Pusat
kegiatan
luar
Ruas ke pusat
kegiatan luar
C
Proyek distudi
B
C
C
Cabang ruas
jalan
3E - 3
Ruas jalan proyek (B) yang dimaksud adalah ruas jalan yang sedang distudi.
Ruas jalan penghubung ke luar wilayah (A) adalah rute jalan penghubung dari
titik awal proyek (B) ke arah jaringan jalan utama dan terus menuju ke pusat
kegiatan luar yang telah ditetapkan.
Cabang ruas jalan (C) tidak termasuk ke dalam ruas yang distudi, tetapi
merupakan bagian jaringan yang berpengaruh terhadap ruas jalan proyek (B) dan
juga kepada ruas jalan penghubung ke pusat kegiatan (A). Analisa tipe C ini
dikerjakan secara terpisah dengan memakai lembar A3 untuk masing-masing
ruas jalan. Jangan memperhatikan cabang ruas jalan yang panjangnya kurang
dari 2 kilometer atau melayani penduduk jumlahnya kurang dari 250 jiwa.
5.3.3 DATA KEPENDUDUKAN (A3 : BAGIAN KIRI)
a. Gunakan hasil survai kependudukan (formulir S7 dan K11) untuk mengisi data
penduduk yang dilayani proyek ke dalam kotak yang tersedia.
b. Semua nama desa yang terpengaruh oleh proyek harus dicatat jumlah penduduknya,
sedangkan jika desa itu dilayani oleh lebih dari satu ruas jalan, maka yang dicatat
hanya jumlah penduduk kampung yang dilayani oleh proyek itu saja. Jika lebih dari
sepuluh desa terpengaruh oleh hambatan lalu lintas, lanjutkan pencatatannya pada
lembar kedua dari A3 (sementara kolom lainnya biarkan kosong).
c. Pada setiap kasus, isikan jumlah penduduk yang dilayani oleh proyek ke dalam
lembar A3 pada kotak yang diberi tanda (PB).
d. Jumlah penduduk dari tiap desa yang dibagi-bagi berdasarkan ruas jalan, dapat
dilihat dalam formulir K11. Pembagian lebih lanjut terhadap jumlah penduduk
berdasarkan proyek, hanya diperlukan bagi suatu proyek yang merupakan bagian
dari suatu ruas jalan.
e. Isikan data penduduk bagi cabang ruas jalan (C) bersama-sama dengan nomor ruas
jalannya, nomor proyek (kalau sudah ditentukan pada A1) dan panjangnya.
Biasanya harus ada lembar A3 terpisah bagi tiap cabang ruas jalan. Bila ada lebih
dari lima cabang ruas jalan, lanjutkan pencatatan data pada lembar kedua A3.
f. Masukkan (pada lembar A3) jumlah penduduk yang dilayani oleh semua cabang
ruas jalan pada kotak yang diberi tanda (PC). Jika tidak terdapat cabang ruas jalan,
coret seluruh kotak itu.
g. Masukkan ke dalam kotak bertanda (PB + PC) jumlah penduduk yang dilayani
langsung oleh keduanya, yakni oleh ruas jalan proyek (PB) dan oleh cabang ruas
jalan (PC).
5.3.4 PENENTUAN HAMBATAN AKSES (A3 : BAGIAN KANAN ATAS)
a. Pergunakan survai hambatan lalu lintas (S8) untuk menentukan tingkat hambatan
akses pada setiap bagian rute proyek (B).
b. Susun formulir S8 yang sudah diselesaikan untuk ruas tersebut dan kaji kembali
sket diagramnya. Bila ada beberapa formulir S8, maka untuk dapat menafsirkan
hasil keseluruhan survai, sebaiknya gambarkan gabungan diagram akhir untuk
keseluruhan ruas pada formulir S8 cadangan.
3E - 4
c. Tingkat hambatan itu ditentukan dan diberi kode angka sebagai berikut :
1 : TERTUTUP BERKALA ; tertutup bagi kendaraan roda-4 dengan jumlah
periode waktu 2 - 6 minggu dalam setahun (kategori ini bisa juga digunakan
untuk jalan yang sangat kasar/rusak, jika lalu lintasnya ternyata terhambat
oleh kondisi jalan).
2 : TERTUTUP WAKTU MUSIM HUJAN ; tertutup bagi kendaraan roda-4
dengan jumlah periode waktu 6 - 26 minggu dalam setahun.
3 : TERTUTUP PERMANEN ; tertutup bagi kendaraan roda 4 dengan
jumlah periode waktu lebih dari 26 minggu setahun, tetapi biasanya terbuka
bagi sepada motor.
4 : TERTUTUP PERMANEN ; kenyataannya tertutup bagi kendaraan roda 4
dan sepeda motor.
Catatan : untuk kode 3 dan 4, bila tergantung kepada alat transportasi air secara
teratur seperti lalu lintas sungai / pantai beri kode 2; kalau alat transportasi sungai
/ pantai kadang-kadang ada tapi tidak dapat diandalkan, maka beri kode 3
d. Bagilah proyek menjadi beberapa segmen sesuai kode tingkat hambatannya dengan
menggunakan data dari formulir S8. Lokasi dan tingkat hambatan akses diperoleh
dari jawaban nomor 2 dan 6 dari formulir S8. Tentukan segmen proyek berdasarkan
pal kilometer yang sudah disesuaikan (km ysd) dari pangkal ruas (bukan dari pusat
kegiatan luar). Catatlah panjang setiap segmen pada kotak yang tersedia di bagian
atas kotak PERHITUNGGAN MANFAAT PERJALANAN lembar A3. Periksalah
bahwa gabungan panjang setiap segmen merupakan `Panjang Proyek'.
e. Perlu dicatat bahwa panjang ruas jalan yang terpengaruh hambatan lalu lintas itu
mewakili seluruh panjang bagian ruas jalannya, dimana keterhambatan secara
langsung atau tidak langsung itu berpengaruh, bukan hanya pada bagian ruas jalan
yang mempunyai masalah itu saja.
4 Km
2 Km
1 Km
3 Km
1 Km
2 Km
Berlumpur
Berlumpur
3 Km
Pada kasus (1) bagian berlumpur sepanjang satu kilometer secara efektif
menghambat lalu lintas sampai sepanjang 4 kilometer dari jalan penghubung
(feeder roads) yang `buntu' ; sedangkan pada kasus (2), hanya bagian tengah
yang berlumpur menjadi penghambat, namun kemungkinan pencapaian dari
kedua ujung ruasnya masih ada.
3E - 5
<3
3 20
> 20
kilometer
kilometer
kilometer
Lingkari angka tingkat perjalanan yang terpilih (pada kotak E) sesuai dengan
rata- rata jarak perjalanan (RJP) ke pusat kegiatan luar.
3E - 6
3E - 7
3E - 8
3E - 9
g. Cantumkan kode akses dan data jumlah penduduk pada kotak yang tersedia di sudut
kanan bawah A1.
h. Pindahkan data yang berkaitan ke dalam P2 untuk membantu melengkapi pekerjaan
penyaringan dan penyusunan peringkat.
5.4
3. Jika ruas-ruas seperti ini dipertimbangkan akan mempunyai arti yang lebih luas
terhadap jaringan jalan dan memungkinkan untuk menjadi jalan tembus bagi lalu
lintas yang besar setelah jalannya ditingkatkan, maka untuk mengevaluasinya
diperlukan studi non-standar sebagai tambahan terhadap analisa kependudukan.
4. Namun demikian, banyak kasus seperti ini mempunyai potensi lalu lintas lokal dan
sebenarnya dapat ditangani sebagai dua bagian jalan penghubung atau (feeder
roads) yang terpisah. Ruas seperti ini harus dibagi menjadi dua sub-proyek ; setiap
sub-proyek hanya melayani penduduk di sekitarnya saja, lalu memperhitungkan
arah perjalanan yang diinginkan dan pusat kegiatan luar yang dipilih, seperti yang
ditunjukkan dalam survai hambatan lalu lintas (S8).
5. Pada daerah-daerah yang kepadatan penduduknya rendah, prioritas harus diberikan
kepada penyediaan akses dasar bagi jalan penghubung dengan standar yang
memadai; pembuatan rute alternatif, termasuk rute penghubung antar jaringan jalan
seperti di atas, hanya dapat dibenarkan pada tahap pengembangan jaringan jalan di
kemudian hari, terutama jika bagian rute penghubung tersebut memerlukan
pekerjaan jembatan dengan biaya yang besar.
5.5
3 E - 10
2. Dalam kasus seperti ini, disarankan untuk hanya memasukkan saja setengah dari
penduduk di cabang ruas dalam perkiraan penduduk yang akan menggunakan jalan,
untuk menghitung jumlah perjalanan yakni :
PB + PC/2 X TINGKAT PERJALANAN = TOTAL PERJALANAN.
3. Penduduk yang berlokasi di ruas cabang yang belum berkembang dengan lebih dari
10 km dari ruas yang distudi, harus dikeluarkan dari analisa.
5.6
3 E - 11
3 E - 12
3 E - 13
6.1
3. Berikut ini akan diberikan beberapa petunjuk bagaimana studi-studi tersebut harus
dilaksanakan. Meskipun demikian, ini hanya dimaksudkan untuk memperkenalkan
secara umum saja, dan diharapkan bahwa staf tingkat pusat atau tingkat propinsi
yang berpengalaman akan dapat menyelesaikan studi ini. Peranan Tim Perencana
Jalan Kabupaten sementara akan terbatas pada tingkat awalnya untuk melengkapi
survai dan data pendukungnya.
4. Jenis proyek-proyek seperti ini pada umumnya harus diperlakukan dahulu sesuai
dengan prosedur standar ; yaitu untuk mendapatkan data dasar mengenai kondisi
jalan, lalu lintas atau kependudukan, dan bila perlu karakteristik pembangkit lalu
lintas angkutan beratnya (formulir S6).
5. Proyek-proyek dalam kategori ini, yang menunjukkan tidak layak dengan
menggunakan prosedur standar, dapat diserahkan kepada staf tingkat pusat ataupun
tingkat propinsi untuk dikaji-ulang dan kemungkinan untuk diadakannya studi
tambahan. Kabupaten kemudian dapat diminta untuk mengumpulkan tambahan
data khusus untuk membantu dalam analisa.
6.2
3F - 1
e. Suatu contoh yang sangat sederhana dapat dilihat pada diagram di bawah. Contoh
ini dapat digunakan untuk menggambarkan prinsip dari pada pembukaan suatu rute
baru, dan metode dasar perhitungan manfaatnya. Dalam hal ini, ada tiga ruas jalan
yang terlibat dalam analisa ; Ruas 01 adalah jalan Tanah Rusak dan tertutup untuk
lalu lintas sepanjang tahun, Ruas 02 dan 03 adalah jalan Aspal Baik.
Gambaran ruas-ruas tersebut adalah sebagai berikut :
C
Ruas 02 : 7 Km
02
03
01
Ruas 03 : 7 Km
Ruas 01 : 10 Km
Proyek pertama ;
Peningkatan ruas 01 menjadi Aspal Baik yang standar. Bila tidak dilaksanakan,
jalan tersebut akan tetap tertutup untuk segala lalu lintas sehingga harus
menggunakan ruas 02 dan 03.
Manfaat dari proyek ini adalah perbedaan dalam biaya untuk melakukan
perjalanan dari A ke B lewat ruas 01 dibandingkan lewat ruas 02 dan 03, yaitu
perjalanan sepanjang 10 Km dibandingkan 14 Km.
Bila biaya penggunaan jalan pada jalan Aspal Baik adalah Rp 300,- per Km,
maka manfaatnya adalah Rp 1200,- untuk setiap perjalanan, yaitu Rp 300,(biaya perjalanan per Km) x 4 Km (perbedaan jarak antara kedua perjalanan).
Manfaat totalnya dapat dihitung dengan mengalikan angka tersebut dengan LHR
(Lalu lintas Harian Rata-rata), kemudian dikalikan dengan 365 untuk
3F - 2
3F - 3
6.2.3 KRITERIA
a. Penghitungan manfaat pengalihan dapat menjadi rumit dan biasanya hanya akan
dilaksanakan bila kondisi-kondisi berikut ini dipakai :
Sudah jelas bahwa akan terjadi pengalihan
Proyeknya tidak dapat dievaluasi atau tidak layak atau kelayakannya ada pada
batas ambang bila menggunakan prosedur standar.
b. Meskipun proyek itu dinyatakan layak berdasarkan prosedur standar, namun ada
kemungkinan bahwa pengalihan rute akan memperbesar lalu lintas sampai pada
tingkat dimana diperlukan Kelas Rencana Lalu Lintas yang lebih tinggi dari yang
dihasilkan oleh lalu lintas saat ini saja, maka studi pengalihan dapat dilaksanakan
untuk memperoleh perkiraan yang lebih baik mengenai lalu lintas yang akan datang.
c. Prioritas untuk studi pengalihan harus diberikan pada proyek-proyek yang
melibatkan pembukaan suatu rute yang sebelumnya tertutup untuk lalu lintas, atau
meningkatkan jalan tidak beraspal yang kondisinya rusak atau rusak berat menjadi
aspal standar.
6.2.4 PROSEDUR
Semua proyek yang melibatkan pengalihan lalu lintas harus mengikuti langkah-langkah
berikut ini : (untuk kasus proyek jalan dengan jembatan besar atau jembatan saja yang
berkaitan dengan pengalihan lalu lintas, diberikan prosedur tambahan pada bagian
3F/2)
a. Tentukan ruas-ruas dan segmen-segmen yang memerlukan pekerjaan berat dimana
lalu lintas akan dialihkan ke ruas/segmen tersebut. Ini merupakan proyek yang akan
dievaluasi, yang harus diberi tanda pada peta dan dicatat pada bagian atas formulir
A4 (dalam contoh, proyek tersebut adalah ruas 16, antara Km 2,0 - 10,0). Tentukan
lokasi jembatan besar dengan pal km. Jelaskan bila pekerjaan beratnya hanya untuk
jalan saja, untuk jalan dan jembatan, atau hanya untuk jembatan saja.
b. Lakukan evaluasi proyek dengan menggunakan prosedur perencanaan standar yang
sesuai, baik metodologi lalu lintas ataupun kependudukan. Bila hasilnya tidak
layak lanjutkan dengan langkah ke-3 berikut.
c. Gambarkan pada Peta ukuran A4, skets peta jaringan jalan di wilayah tersebut yang
pola lalu lintasnya mungkin akan dipengaruhi oleh adanya proyek pengalihan lalu
lintas ; yaitu yang menunjukkan di ruas-ruas mana lalu lintas akan dialihkan dan
dari ruas mana lalu lintas akan dialihkan. Tunjukkan dalam peta tersebut :
Perbedaan yang mencolok dalam tipe dan kondisi permukaan
Bagian-bagian jalan yang tertutup untuk lalu lintas
Pal km pangkal dan ujung ruas, simpangan, dan titik-titik dimana terjadi
perubahan tipe dan kondisi permukaan.
Lokasi tempat penghitungan lalu lintas.
d. Bila survai perencanaan standar pada tahun program berjalan belum dilaksanakan
untuk ruas-ruas tersebut di atas, lakukan survai secara cepat untuk mengetahui
panjang dan kondisi jalan pada ruas-ruas yang terbuka untuk lalu lintas, kemudian
lakukan survai perhitungan lalu lintas selama dua hari pada semua ruas tadi.
Modul 4 : Tugas 3 Analisa
3F - 4
3F - 5
3F - 6
e. Pada bagian A dari formulir A4 isikan informasi mengenai ruas-ruas yang terlibat
dalam pengalihan lalu lintas, yaitu ruas-ruas yang mungkin kehilangan atau
memperoleh tambahan lalu-lintas sebagai akibat dari adanya pekerjaan berat (dalam
contoh ini semua ruas terlibat kecuali ruas 15 dan 23). Dengan cara yang sama
seperti pembagian proyek dalam prosedur perencanaan standar, bagilah ruas- ruas
ke dalam segmen-segmen bila ada perbedaan mencolok dalam tipe dan kondisi
permukaan jalan atau dalam tingkat lalu lintasnya. Sebagai tambahan, bagilah ruasruas ke dalam segmen-segmen pada simpangan dengan ruas lainnya bila mereka
belum dibagi pada titik tersebut (dalam contoh, ruas 20 harus dibagi menjadi dua
segmen pada km 3,5 dan ruas 22 pada Km 6,0, yang merupakan titik awal dan akhir
Ruas 16). Bila suatu ruas dibagi menjadi beberapa segmen, beri tanda segmensegmen dengan menambahkan ".1", ".2" dan seterusnya pada nomor ruas untuk
memudahkan pengenalannya pada tahap analisa berikutnya. Catat pal Km tiap ruas
atau segmen ruas pada baris yang bertanda "Segmen". Pada bagian kiri dari bagian
A isikan informasi yang berkaitan dengan kondisi yang ada, sedangkan pada bagian
kanan isikan informasi yang berkaitan dengan kondisi setelah proyek pekerjaan
berat dilaksanakan untuk ruas-ruas yang proyeknya sedang dievaluasi (dalam hal ini
ruas 16). Pilih harga VOC/Km yang sesuai dari daftar pada bagian paling kanan.
Kalikan harga ini dengan panjang ruas atau segmen untuk mendapatkan harga VOC
Ruas, lalu catat hasilnya pada kolom yang sudah disediakan (bila suatu ruas atau
segmen tersebut tertutup untuk lalu lintas, seperti halnya pada ruas 16 dalam
contoh, maka informasi mengenai ruas tersebut tidak perlu dicatat).
f. Dari Formulir Analisa Lalu-Lintas A2, catat LHR (ekivalen roda 4 dari kolom E)
untuk Sepeda Motor dan untuk sub-total kendaraan jenis 8 - 15. Catat data tersebut
dalam kolom yang sesuai untuk ruas/segmen dimana dilakukan penghitungan lalulintas. Jumlahkan angka-angka tersebut untuk mendapatkan LHR total kendaraan
bermotor.
g. Tentukan pusat-pusat pemukiman penduduk di wilayah yang tercakup dalam peta
dan juga rute-rute dari wilayah tersebut ke pusat-pusat di luar wilayah tersebut.
Gambarkan ini semua pada peta sebagai A, B, C dan seterusnya. Bila mungkin
batasi jumlah pusat dan rutenya hanya sampai empat (4) saja.
h. Gunakan informasi dari formulir K12, informasi dari penduduk mengenai wilayah
tersebut, serta informasi mengenai rute angkutan umum, untuk memperkirakan
proporsi lalu-lintas yang tercatat dalam penghitungan lalu-lintas yang mungkin
melakukan perjalanan antar setiap pusat. Catat perkiraan ini dalam kolom di bagian
kiri dari bagian B formulir A4 (dalam contoh, penghitungan lalu-lintas
dilaksanakan pada segmen ruas 20.2, 21 dan 22.1). Perjalanan dari kedua arah
harus dimasukkan ; namun tidak perlu memisahkan perjalanan dari A ke B dan dari
B ke A, keduanya dapat dikelompokkan dari A ke B (dalam contoh, 50 persen lalulintas pada ruas 20 diperkirakan mengadakan perjalanan antara titik A dan B, 20
persen antara A dan C dan 30 persen antara A dan D. Dalam hal ini ".5" harus
dicatat dalam baris "A-B", ".2" dalam baris A-C dan ".3" dalam baris "A-D").
Gambaran ini harus berkaitan dengan titik-titik Asal dan Tujuan perjalanan atau
titik-titik Masuk dan Keluarnya dari daerah pengalihan lalu lintas. (dalam contoh,
ruas 15 melayani wilayah di luar titik B. Disini tidak perlu untuk memisahkan lalulintas yang bergerak antara A dan B dari yang bergerak antara A dan titik di ruas 15
atau di luarnya. Keduanya dapat digabung dalam kelompok A-B. Hal yang sama
berlaku bagi lalu-lintas yang bergerak pada titik-titik di ruas 23, dimana ini dapat
Modul 4 : Tugas 3 Analisa
3F - 7
i.
j.
k.
l.
m.
n.
digabungkan dengan lalu-lintas ke atau dari titik D). Untuk beberapa kasus,
memperkirakan proporsi ini agak sukar dan memerlukan pertimbangan yang hatihati. Perkiraan proporsi untuk setiap ruas atau segmen, bila dijumlahkan hasilnya
harus 1 atau 100 %.
Gunakan perkiraan tersebut di atas bersama-sama dengan LHR total di bagian A
untuk memperkirakan LHR total antar setiap pusat, lalu catatlah dalam kolom di
sebelah kanan angka proporsi ini. Bila proporsi yang diperkirakan dalam langkah
sebelumnya sudah tepat, maka perkiraan LHR-nya akan sama walaupun digunakan
pos penghitungan lalu lintas yang manapun. Hitung perkiraan LHR antar setiap
pusat dengan menggunakan data dari semua pos PLL yang relevan. Bila terdapat
perbedaan yang besar dari perkiraan ini, kaji kembali angka proporsinya. Catat
perkiraan LHR akhir yang dipilih. Isikan juga hasil perkiraan LHR tersebut dalam
kolom pertama dari bagian C.
Tentukan rute yang paling mungkin digunakan untuk perjalanan antar setiap pusat
dalam kasus "saat ini" yaitu sebelum proyek peningkatan jalan. Asumsikan bahwa
rute yang digunakan adalah yang terbuka untuk lalu lintas dengan biaya terendah.
Gunakan data VOC (Biaya Operasi Kendaraan) Ruas yang dihitung di Bagian A
untuk menentukan biaya minimum rute antar setiap pusat. Catat semua ruas dan
segmen yang digunakan untuk setiap perjalanan dengan menuliskan nomor
ruas/segmen dalam kolom 1-5 di bawah judul "Rute Tanpa Proyek".
Ulangi latihan ini untuk kasus "Dengan Proyek" yaitu menggunakan VOC Ruas
yang diterapkan dalam situasi sesudah proyek peningkatan jalan dan jembatan.
Catat ruas-ruas yang digunakan, dalam kolom-kolom di bawah judul "Rute Dengan
Proyek".
Bila benar-benar rute yang sama yang digunakan untuk seluruh perjalanan antar
pusat dalam kedua kasus "Tanpa Proyek" dan "Dengan Proyek", maka lalu lintasnya
dapat diabaikan karena hal tersebut tidak akan mempengaruhi hasilnya (dalam
contoh, ini berlaku bagi lalu lintas A-B, A-C, B-C dan C-D). Bila untuk perjalanan
antar dua pusat kegiatan ditemukan adanya perubahan dalam rute, hitunglah jumlah
"Biaya Operasi Kendaraan" untuk perjalanan antara ke dua pusat tersebut. Lakukan
ini dengan mencatat Biaya Operasi Kendaraan Ruas dari bagian A untuk setiap
ruas/segmen, untuk seluruh rute antar pusat. Jumlahkan ini untuk setiap rute dan
kalikan dengan perkiraan hasil LHR untuk lalu lintas antar pusat-pusat tersebut, dan
catat hasilnya dalam Rp. '000,-. Lakukan hal ini dua kali, untuk kasus `tanpa dan
dengan proyek' secara bergiliran.
Hitung jumlahnya untuk mendapatkan jumlah Biaya Operasi Kendaraan untuk
perjalanan antar semua pusat yang rute-rutenya berbeda dalam kasus `dengan dan
tanpa proyek', lalu catat hasilnya dalam baris di bagian paling bawah dari bagian C.
Selesaikan penghitungan dalam bagian D. Biaya (VOC) dalam kasus tanpa proyek
dikurangi biaya dalam kasus dengan proyek memberikan manfaat harian. Hasil ini
kemudian dikalikan dengan faktor manfaat total yang mengubah manfaat harian
menjadi manfaat total yang dijumlahkan selama 10 tahun dan didiskon menjadi
nilai saat ini. Nilai ini dibagi dengan panjang proyek yang melibatkan pekerjaan
berat pada rute dimana lalu lintasnya dialihkan, seperti yang tercatat pada bagian
atas dari formulir A4, untuk mendapatkan gambaran manfaat per km. Ubah angka
ini ke dalam Rp juta, untuk menghasilkan gambaran yang sama dengan apa yang
ada dalam Tabel Penuntun Manfaat yang digunakan dalam prosedur standar.
3F - 8
o. Bila tidak cukup kolom atau baris pada formulir A4, analisanya dapat dilaksanakan
pada lembar kertas terpisah. Dalam beberapa kasus dimungkinkan untuk
mengurangi jumlah ruas dan segmen yang dimasukkan dalam formulir A4 (dalam
contoh, lalu lintas pada segmen 20.1 dan 22.2 tidak dipengaruhi oleh pengalihan,
maka segmen tersebut boleh untuk tidak dimasukkan dalam analisa tanpa
mempengaruhi hasilnya).
6.2.4.1 KAJI ULANG HASIL
Sebelum menggunakan hasil manfaat pengalihan, suatu kaji ulang terhadap situasi
harus dilakukan dengan menggunakan butir-butir berikut ini sebagai acuan.
a. Manfaat pengalihan dapat digunakan pada formulir A1 dengan cara yang biasa.
Bila saat ini lalu lintasnya tidak ada, Kelas Rencana Lalu Lintas (KRLL) harus
didasarkan pada lalu lintas yang akan menggunakan rute setelah pekerjaan
dilaksanakan (asumsikan kondisinya adalah Aspal Baik pada waktu menggunakan
Matrik Biaya untuk menentukan KRLL).
b. Bila suatu proyek telah dievaluasi dengan menggunakan metode lalu lintas atau
kependudukan, maka manfaat pengalihan merupakan tambahan pada manfaat
standarnya. Lalu lintas yang dialihkan dapat ditambahkan pada lalu lintas yang ada
untuk menentukan Kelas Rencana Lalu Lintasnya.
c. Bila rute proyek dalam kondisi yang ada sekarang tertutup secara musiman
sehingga memaksa lalu lintas untuk menggunakan rute yang lebih panjang untuk
sebagian waktu dalam setahun, maka manfaat pengalihan mungkin harus
disesuaikan dengan mempertimbangkan situasi ini. Hitung manfaat pengalihan
untuk dua kasus tanpa proyek yang berbeda dan gunakan rata-ratanya, lalu kalikan
dengan jumlah bulan yang berlaku untuk setiap situasi.
d. Suatu rute yang diperkirakan akan menerima pengalihan lalu lintas mungkin terdiri
dari beberapa ruas. Maka manfaatnya harus dibagi di antara semua ruas yang
memerlukan pekerjaan berat dalam rute ini. Ini akan dilakukan secara otomatis pada
langkah terakhir prosedur bila manfaatnya telah dibagi dengan panjang total proyek
pada rute yang akan menerima pengalihan lalu lintas. Semua segmen jalan yang
belum ditingkatkan harus dimasukkan meskipun tidak ada maksud untuk
meningkatkannya dalam program tahunan yang akan datang. Perlu dicatat bahwa
bila bagian-bagian dari rute telah ditingkatkan, maka panjang bagian-bagian ini
tidak dimasukkan dalam perhitungan akhir untuk menghasilkan manfaat per km.
e. Bila rute pengalihan dibagi dalam proyek-proyek yang terpisah, maka hasil manfaat
pengalihan per km dapat digunakan untuk semuanya tanpa memperhatikan kondisi
permukaan jalan yang ada dari setiap proyek.
f. Seringkali terjadi suatu ketidak-pastian mengenai proporsi lalu-lintas yang
ditentukan antar pusat. Prosedur yang benar untuk mengatasi masalah ini adalah
melaksanakan "survai Asal dan Tujuan" dimana kendaraan diminta berhenti dan
pengemudinya diwawancarai untuk menentukan titik awal dan akhir perjalanan
mereka. Dari informasi ini dimungkinkan untuk mengalokasikan lalu-lintas antara
rute yang satu dengan rute lainnya dengan tepat, baik dalam situasi "Dengan"
maupun "Tanpa" proyek. Namun demikian, ini merupakan jenis survai yang sulit
untuk diorganisir dan dilaksanakan. Survai ini hanya akan dilaksanakan pada kasus
dimana tidak mungkin untuk menunjukkannya dengan cara lain bahwa suatu proyek
Modul 4 : Tugas 3 Analisa
3F - 9
g.
h.
i.
j.
itu secara jelas layak atau tidak layak. Sebelum melaksanakan hal ini, harus dipilih
terlebih dahulu nilai-nilai maksimum dan minimum untuk proporsi tersebut. Hal
ini dapat digunakan bersama dengan data VOC untuk menghitung kemungkinan
tingkat maksimum dan minimum dari manfaat suatu proyek, dan dalam beberapa
kasus untuk menentukan apakah suatu proyek itu benar-benar layak atau benarbenar tidak layak. Misalnya, untuk menentukan manfaat maksimum, tentukan untuk
jalur antar pusat yang mana, pengalihan lalu lintas menghasilkan manfaat tertinggi.
Jumlah total manfaat akan maksimum bila kemungkinan maksimum dari proporsi
lalu-lintas antar pusat ini diasumsikan. Bila dalam kasus ini proyeknya tidak layak,
dapat diasumsikan bahwa proyek ini benar- benar tidak layak.
Jalan-jalan Nasional dan Propinsi harus tercakup dalam studi pengalihan lalu lintas.
Bagaimanapun kaji ulang harus dilakukan dalam kasus dimana terlihat bahwa lalulintas akan beralih dari jalan Nasional/Propinsi ke jalan kabupaten. Rute yang lebih
pendek lewat jalan kabupaten mungkin tidak akan digunakan, bila jalannya lebih
sempit atau alinyemennya di bawah standar dibandingkan alternatif jalan
Nasional/Propinsi, kecuali bila akan menghemat jarak yang cukup panjang.
Biasanya jalan kabupaten tidak boleh dibangun untuk mengalihkan lalu-lintas dari
jalan Nasional/ Propinsi.
Masalah yang sulit adalah bahwa pada beberapa kasus, peningkatan dapat dilakukan
pada ruas-ruas lain dalam jaringan selain pada rute proyek, sehingga dapat
mempengaruhi pilihan rute dan tingkat manfaatnya. Peningkatan jenis ini dapat
terjadi pada setiap waktu selama 10 tahun periode penilaian, dan masih tetap
mempunyai pengaruh terhadap rute yang digunakan serta Biaya Operasi Kendaraan
pada rute alternatif. Tidaklah mungkin untuk memperkirakan semua perubahan
yang akan terjadi, namun pertimbangan yang hati-hati harus diberikan untuk
merencanakan membangun suatu jaringan sebelum membuat suatu rekomendasi
akhir pada proyek yang sedang distudi.
Pengalihan pada suatu rute akan menghasilkan tingkat lalu lintas yang lebih rendah
pada rute alternatifnya. Implikasinya terhadap evaluasi rute lainnya di wilayah
tersebut harus dipertimbangkan. Lalu lintas yang diharapkan akan beralih dari suatu
rute harus dikurangkan dari tingkat lalu lintas pada rute tersebut sebelum
peningkatan pada rute tersebut dievaluasi. Bila tidak, lalu lintas yang sama dapat
digunakan untuk ke dua proyek.
Tidak selalu ada perbedaan yang nyata antara kasus yang melibatkan pengalihan
lalu lintas dengan kasus yang memerlukan analisa dengan menggunakan formulir
A3 berdasarkan hambatan akses, karena dalam mempertimbangkannya tidak ada
rute alternatif. Rute alternatifnya harus cukup pendek untuk menjadi alternatif yang
dapat diterapkan pada rute yang ditingkatkan agar manfaat pengalihannya dapat
dibenarkan. Rute sepanjang 100 km tidak dapat dipertimbangkan sebagai alternatif
bagi rute 5 km dari suatu wilayah menuju ke pasar utama di luar wilayah, namun
dapat dianggap sebagai alternatif nyata untuk rute sepanjang 42 km. Sebagai
patokan umum ialah : bila panjang rute alternatifnya lebih dari lima kali panjang
rute yang akan ditingkatkan, maka yang harus digunakan adalah metode yang
berdasarkan hambatan akses.
3F - 10
6.3
3F - 11
d.
e.
f.
g.
6.3.3 PROSEDUR - A :
TIDAK DIPERLUKAN STUDI JEMBATAN SECARA TERPISAH
a. Kasus-kasus dimana studi jembatan secara terpisah tidak diperlukan, akan
dijelaskan di bawah ini.
b. Bila panjang jembatan tersebut 30m atau lebih, atau gabungan seluruh panjang
proyek jembatan pada suatu ruas jalan adalah 10 meter per km atau lebih, maka
harus dilakukan suatu kaji ulang untuk menentukan apakah ada alternatif
penyelesaiannya.Prosedur kaji ulang berikut ini harus diterapkan pada semua
proyek jembatan.
c. Bila proyek jembatannya merupakan :
Penggantian pada jembatan yang ada,
Panjangnya kurang dari 30 m
Pada bagian jalan dengan jumlah lalu-lintas 500 LHR atau lebih.
Maka jembatannya dapat diasumsikan sebagai layak tanpa tambahan studi lebih
lanjut karena manfaatnya hampir pasti cukup besar untuk membenarkan proyek
jembatan tersebut.
3F - 12
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
Tidak Ada
Rute
Alternatif
Ada Rute
Alternatif
Penyeberangan
Sungai dengan
Ferry
Pelebaran dan
Penguatan
Jembatan
atau
Proyek jalan dan
jembatan, layak
dengan membagi
biaya jembatan
terhadap proyek
lainnya diruas yang
sama
atau
Jembatan
yang ada
terbuka
Jembatan
tidak ada
jalan
tertutup
Jembatan
yang ada
terbuka
Jembatan
tidak ada
jalan tertutp
Lakukan
PLL di
Ferry
Lakukan
PLL di
jembatan
Lakukan
survai
S7
Lakukan
PLL di
jembatan
Lakukan
PLL di
ruas-ruas
lain
Tentukan
biaya
pelayanan
fery
Lakukan
PLL di
jembatan
Lalu-lintas
> 1000
LHR
Lalu-lintas
< 1000
LHR
Penggantian jembatan
dan tingkat lalu lintas >
500 LHR
Tentukan jumlah
perjalanan / tahun dan
manfaat dengan form
A3
Bandingkan
dgn. Biaya
proyek jemb.
Lebar
lantai
jembatan
< 4.0 m
Lebar
lantai
jembatan
> 40 m
Proyek
Jembatan layak
Jembatan
direkomendasikan
untuk desain dan
pembangunan
Proyek
Jembatan tidak layak
3F - 13
Panjang (Km)
Biaya Jalan / Km
Biaya Jalan
Biaya Jembatan
Biaya Total
Biaya Total / Km
Manfaat Total
Manfaat / Km
NPV / Km
Rekomendasi /
Evaluasi
Proyek 2
Penggabungan
Proyek 1
Proyek 2
(tanpa
jembatan)
Proyek
12
65
780
780
65
3
50
150
120
270
90
3
50
150
150
50
80
15
70
-20
70
20
15
930
120
1050
70
1170
78
8
**
NV
**
*/R
h. Bila gabungan proyek mempunyai NPV/Km positif, seperti contoh diatas, kedua
proyek dapat dianggap layak dan kode rekomendasinya didasarkan pada jumlah
NPV/Km.
Modul 4 : Tugas 3 Analisa
3F - 14
3F - 15
4
0,45
3
0,40
2
0,33
1
0,20
i. Bagian dari unsur hambatan akses yang dapat dipakai sebagai manfaat
jembatan perlu untuk dipertimbangkan dengan hati- hati :
pada
Bila setelah pekerjaan jembatan selesai tidak ada lagi hambatan akses yang
diakibatkan oleh kondisi jalan, maka seluruh manfaat dapat dipakai.
Bila masih ada hambatan akses, maka pengurangan daripada manfaat harus
dilakukan. Misalnya ; bila suatu jalan secara total akan tertutup bagi semua jenis
lalu-lintas tanpa adanya jembatan, dan kemudian setelah proyek jembatan
dilaksanakan kode hambatan akses 1 diterapkan pada jalan maka manfaat yang
dapat dipakai pada proyek jembatan adalah manfaat pada hambatan akses 4
dikurangi hambatan akses 1.
3F - 16
j. Gunakan hasil akhir Manfaat per perjalanan per km pada hasil Total Perjalanan
untuk mendapatkan Total Manfaat Perjalanan. Bila yang dievaluasi hanya jembatan
saja, maka tidak perlu untuk mengurangi dengan Biaya Pemeliharaan jalan,
sehingga Manfaat Perjalanan Total adalah Manfaat Total Kotor.
k. Manfaat yang ada pada formulir A3 dijelaskan sebagai manfaat per-km. Karena itu
biaya jembatan harus dirubah menjadi biaya per Km, dengan cara membaginya
dengan panjang bagian jalan yang secara efektip menjadi terbuka bagi lalu-lintas
karena adanya jembatan.
B. Evaluasi Proyek Jalan
a. Bila proyek jembatan merupakan penggantian dari jembatan yang ada dan ada lalulintas pada jalan yang tidak terhambat oleh kondisi jalan, maka jalan tersebut harus
dievaluasi dengan menggunakan metode berdasarkan lalu-lintas. Analisanya
dilakukan dengan cara yang normal tetapi dengan mengeluarkan biaya jembatan.
b. Bila aksesnya terhambat, maka pada waktu dilakukan evaluasi jalan tersebut harus
dinilai secara terpisah dengan menggunakan metode kependudukan atas dasar
penghilangan `sisa' Hambatan Akses yang masih ada sesudah proyek jembatan
dilaksanakan.
c. Bila tidak akan ada hambatan akses setelah pekerjaan jembatan diselesaikan,
sementara saat ini tidak ada lalu lintas karena adanya hambatan pada
penyeberangan sungai, maka tidak ada alasan untuk melakukan evaluasi secara
terpisah terhadap pekerjaan jalan yang diperlukan. Dalam hal seperti ini seluruh
proyek baik pekerjaan jalan maupun jembatan, keduanya dapat dievaluasi bersamasama dengan formulir A3 menggunakan prosedur standar, atau evaluasi jalannya
dapat diundurkan untuk satu atau beberapa tahun sampai sesudah pekerjaan
jembatannya diselesaikan, dengan menggunakan metoda berdasarkan lalu-lintas.
d. Perlu dicatat bahwa bila penyeberangan sungai dan jalan mempunyai tingkat
Hambatan akses yang sama atau bila jalannya mempunyai Tingkat Hambatan akses
yang lebih tinggi dari jembatan, maka tidak ada manfaat yang dapat dipakai pada
jembatan. Dalam hal ini jembatannya tidak dapat dievaluasi secara terpisah ;
keduanya (jembatan dan jalan) harus dievaluasi sebagai satu proyek.
KASUS TIPE-2 : TERSEDIA RUTE ALTERNATIF
A. Penentuan Manfaat Jembatan
a. Bila ada rute alternatif untuk lalu-lintas, maka manfaat pekerjaan jembatan adalah
yang didapat dari pengalihan lalu-lintas. Manfaat tersebut harus ditentukan dengan
menggunakan formulir A4, mengikuti prosedur yang ditetapkan bagi manfaat
pengalihan di Bagian 3F/1. Dalam hal jembatannya, sejumlah faktor perlu untuk
dipertimbangkan dan akan dibahas di bawah ini.
b. Seperti halnya pada situasi Tipe-1, bila ada ferry yang mengangkut kendaraan roda
empat beroperasi pada atau dekat jembatan, maka rutenya harus dianggap terbuka
untuk lalu lintas dan dianggap sebagai situasi Tipe-3 yang akan dibahas di bawah.
Namun demikian bila pelayanan ferry tersebut beroperasi hanya untuk sepeda motor
dan pejalan kaki saja, jalannya dapat dianggap tertutup pada tempat penyeberangan
sungai. Untuk itu digunakan analisa berdasarkan prosedur di bawah ini.
3F - 17
c. Bila tersedia rute alternatif situasi yang ada mungkin (seperti halnya prosedur
berdasarkan kependudukan yang diuraikan untuk kasus tipe-1) ; ada jembatannya
dan rute yang menggunakan jembatan tersebut terbuka untuk lalu-lintas atau
mungkin tidak ada jembatannya dan rutenya tertutup. Untuk setiap kasus prosedur
evaluasinya adalah sama dan didasarkan pada situasi yang akan dipakai bila
pekerjaan jembatan tidak dilaksanakan. Karena itu evaluasinya dapat didasarkan
atas satu situasi dengan asumsi bahwa tanpa pekerjaan jembatan, jembatan yang ada
akan tertutup dan lalu-lintas dipaksa untuk beralih ke rute yang lebih panjang,
sementara pekerjaan jembatan akan memungkinkan lalu lintas untuk melanjutkan
penggunaan rute yang ada sekarang. Dalam situasi yang lain, pekerjaan jembatan
akan memungkinkan lalu-lintas untuk beralih dari rute yang ada ke rute baru yang
lebih pendek. Situasi yang ada tidak mempengaruhi dasar dari pada evaluasi, yaitu
membandingkan biaya penggunaan jalan pada rute yang lebih panjang dengan yang
lebih pendek.
d. Bila proyek jembatan merupakan penggantian dari jembatan yang masih digunakan,
maka suatu penghitungan lalu-lintas yang dilaksanakan pada atau dekat jembatan
biasanya sudah cukup untuk mengenali lalu-lintas yang akan beralih. Hasil dari
pada penghitungan lalu-lintas ini akan menunjukkan tingkat lalu-lintas yang
menggunakan jembatan pada kasus dimana diasumsikan bahwa proyek jembatan
dilaksanakan, sebagai jembatan baru yang akan mempertahankan situasi yang
sekarang. Pada kasus "tanpa proyek jembatan", diasumsikan bahwa jembatan yang
ada tertutup untuk lalu-lintas dan lalu-lintas yang tercatat dalam penghitungan lalulintas akan terpaksa beralih ke rute yang lebih panjang (atau biaya yang lebih
tinggi). Gunakan formulir A4 seperti yang dijelaskan pada bagian 3F/1 untuk ;
memperkirakan biaya dari rute alternatif, mengalokasikan lalu- lintas, dan
menghitung manfaatnya.
e. Proyek jembatan mungkin merupakan penggantian untuk jembatan yang sudah
tidak dapat digunakan atau merupakan jembatan baru. Pada kasus seperti ini,
mungkin tidak ada lalu-lintas yang menggunakan ruas jalan dimana jembatan
tersebut berada. Laksanakan penghitungan lalu- lintas pada semua ruas lainnya di
wilayah itu, ikuti prosedur penggunaan formulir A4 seperti yang dijelaskan pada
bagian 3F/1.
f. Bila ada kemungkinan bagi kendaraan untuk menyeberangi sungai untuk sebagian
waktu dalam setiap tahunnya, maka penghitungan manfaat pengalihan hanya akan
diterapkan untuk bagian waktu dimana sungainya tidak dapat diseberangi.
g. Bila ada pelayanan ferry bagi kendaraan roda-4, maka manfaat pengalihan tidak
dapat diterapkan dan proyeknya harus dievaluasi dengan mengikuti prosedur yang
diberikan untuk kasus tipe-3 di bawah ini. Namun demikian bila ferry yang
beroperasi hanya dapat mengangkut sepeda motor, maka manfaat pengalihan hanya
dihitung untuk lalu-lintas kendaraan roda empat saja, yaitu dengan mengeluarkan
lalu-lintas sepeda motor dari perhitungan hasil lalu- lintas total yang menggunakan
formulir A2.
h. Bila ruas jalan yang ada jembatannya berkondisi baik/sedang, maka semua manfaat
dari pengalihan dapat diberikan pada pekerjaan jembatan.
i. Agar hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil evaluasi lainnya, maka biaya
pekerjaan jembatan dan hasil manfaat pengalihan harus dibagi dengan bagian
3F - 18
panjang jalan yang secara efektif terbuka untuk lalu- lintas oleh adanya jembatan,
untuk mendapatkan angka NPV/Km.
B. Evaluasi Proyek Jalan
a. Bila kondisi jalan juga menyebabkan ruas tersebut sama sekali tertutup bagi lalulintas, maka perlu untuk menggabungkan biaya pekerjaan jalan dan jembatan lalu
mempertimbangkannya secara bersama-sama.
Evaluasi terpisah tidak
dimungkinkan, karena tidak akan didapatkan manfaat sampai pekerjaan jalan dan
jembatan dilaksanakan.
b. Bila proyek jembatan merupakan penggantian dari jembatan yang ada dan terdapat
lalu-lintas pada jalan tersebut, namun kondisi jalannya rusak/rusak berat, maka
pekerjaan peningkatan pada jalan tersebut dapat dievaluasi secara terpisah dengan
menggunakan metode berdasarkan lalu- lintas yang standar. Namun metode yang
terbaik adalah gabungkan proyek tersebut dan gunakan asumsi kondisi jalan yang
sudah ditingkatkan, untuk rute dimana jembatan berada, dalam menghitung
pengalihan dan manfaat.
c. Bila pada waktu dilakukan evaluasi akses jalannya terhambat karena kondisi
jembatannya, maka jalannya harus dinilai secara terpisah dengan menggunakan
lalu-lintas yang diasumsikan beralih ke rute tersebut sesudah jembatannya
dilaksanakan sebagai dasar dari pada metode yang berdasarkan lalu-lintas. Seperti
halnya di atas, evaluasi penggabungan dapat dijadikan pilihan.
d. Bila pekerjaan jalannya akan dilaksanakan dalam tahun program lain sesudah
pekerjaan jembatannya dilaksanakan, maka survai lalu-lintas harus dilaksanakan
sesudah jembatannya selesai dibangun, kemudian gunakan metoda standar
berdasarkan lalu-lintas untuk mengevaluasi pekerjaan jalan. Dalam kasus seperti
ini, ada kemungkinan bahwa tambahan lalu-lintas akan beralih ke ruas tersebut. Ini
harus dinilai seperti yang dijelaskan pada Bagian 3F/1
KASUS TIPE - 3 : PENYEBERANGAN SUNGAI DENGAN FERRY
A. Penentuan Manfaat Jembatan
a. Bila ada pelayanan ferry untuk menyeberangi sungai bagi semua kendaraan, maka
manfaat dari suatu jembatan didapat dari ; penghilangan biaya untuk menyediakan
pelayanan ferry, dan dari keterlambatan waktu kendaraan dan penumpang.
b. Pada sebagian besar kasus, adalah tidak mungkin untuk mendapatkan angka yang
tepat untuk biaya pelayanan ferry, yang mungkin harus memasukkan biaya modal
pokok ferry dan fasilitas lainnya ditambah biaya operasinya. Sementara biaya
keterlambatan waktu kendaraan dan penumpang mungkin hanya kecil dan berbedabeda sehingga dapat diabaikan.
c. Bagaimanapun, penilaian awal terhadap kelayakan jembatannya harus dibuat
berdasarkan ongkos yang diminta untuk menggunakan pelayanan ferry, karena ini
akan menjadi petunjuk mengenai biaya untuk menyediakan pelayanan ferry.
d. Berikut ini suatu contoh prosedur penilaian awal yang dimaksud:
1) Standar penghitungan lalu-lintas selama 12 jam harus dilakukan selama dua
hari untuk mendapatkan Lalu-lintas Harian Rata-rata yang menggunakan ferry.
Tidak perlu untuk menghitung lalu-lintas tidak bermotor. Bila ferrynya
Modul 4 : Tugas 3 Analisa
3F - 19
beroperasi 16 jam sehari atau lebih, kalikan data penghitungan selama 12 jam
untuk setiap jenis kendaraan bermotor (kolom C pada formulir A2) dengan
1,28 untuk memperkirakan lalu-lintas selama 24 jam. Tidak perlu untuk
menghitung lalu-lintas ekivalen roda-4 di kolom E.
2) Kalikan tingkat lalu-lintas harian setiap jenis kendaraan dengan ongkos yang
dikenakan pada masing-masing jenis dalam menggunakan ferry, lalu
jumlahkan hasilnya.
3) Kalikan angka total Hasil Ongkos Harian ini dengan Faktor Manfaat Total
seperti yang digunakan dalam Analisa Pengalihan Lalu-Lintas untuk mengubah
hasil Harian ke hasil Total dalam bentuk nilai saat ini untuk periode waktu
sepuluh tahun.
Jenis
Data 12 jam
Rata-
LHR
Ongkos
Hasil Harian
Kendaraan
Hari 1
Hari 2
rata
(x 1,28)
( Rp.)
( Rp.)
Sepeda Motor
Pick-up Penumpang
Pick-up Barang
Truk Ringan
Truk Sedang
Mobil
38
110
8
75
10
20
32
90
4
51
12
16
35
100
6
63
11
18
45
128
8
81
14
23
200
500
500
1000
1500
500
9.000
64.000
4.000
81.000
21.000
11.500
Total
261
205
233
298
190.500
3000
571
4) Bila angka yang didapat lebih dari pada biaya jembatan untuk menggantikan
ferry, maka proyek jembatan ini layak; NPV-nya adalah total biaya pelayanan
ferry dikurangi biaya jembatan. Jadi bila biaya pekerjaan jembatan yang
diperlukan adalah Rp 400 juta maka proyeknya akan layak dengan NPV Rp
170 juta. Namun demikian angka ini harus dianggap hanya sebagai perkiraan
awal sampai biaya ferry-nya dapat disahkan.
5) Untuk membuat agar hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil evaluasi
lainnya, maka biaya untuk pekerjaan jembatan dan hasil manfaatnya harus
dibagi dengan bagian panjang ruas dimana jembatannya berlokasi untuk
mendapatkan harga NPV/km.
B. Evaluasi Proyek Jalan
Biaya peningkatan jalan pada ruas dengan pelayanan ferry harus dievaluasi dengan
menggunakan metode standar atas dasar lalu-lintas.
3F - 20
3F - 21
6.4
3F - 22
d. Daerah Milik Jalan (DMJ) cukup lebar untuk pelebaran bahu dan perkerasan jalan
di sepanjang ruas jalan, serta tidak ada masalah mengenai pembebasan tanah.
e. Jumlah lalu lintas kendaraan roda empat telah mencapai 500 LHR.
6.4.3 PROSEDUR
a. Lakukan survai lalu lintas standar selama dua hari dan lengkapi Lembar Analisa
Lalu lintas A2.
b. Periksa bahwa perhitungan tingkat lalu lintas-KRLL dalam Kolom C paling sedikit
500.
c. Pilih biaya yang sesuai pada kolom Aspal Baik/Sedang dari Matriks; 3,0 m --> 4,5
m atau 3,5 m --> 4,5 m. Bila lebar yang ada bervariasi antara 3,0 dan 3,5 meter,
hitung biaya rata-rata per Km sesuai dengan panjang masing-masing lebarnya.
d. Tentukan tingkat lalu lintas total ekivalen roda empat dalam Kolom E dari lembar
A2.
e. Pilih tingkat manfaat yang sesuai dari tabel penuntun manfaat, sesuai dengan lebar
perkerasan yang ada dan tingkat lalu lintasnya (ambil tingkat lalu lintas yang
terdekat). Bila suatu biaya rata-rata telah dihitung sesuai dengan langkah ke-3 di
atas, maka hitunglah manfaat rata-rata dengan cara yang sama.
f. Bila manfaatnya lebih besar dari biayanya, maka proyek tersebut layak.
3F - 23
3F - 24
6.5
3F - 25
3F - 26
6.6
3F - 27
6.7
3F - 28
7.1
3G - 1
No
Thn
1 Undang-undang
2 Peraturan Pemerintah
3 Kep.Men.Lingk.Hidup
23
27
17
4 Kep.Men.Lingk.Hidup
42
5 Kep.Men.Lingk.Hidup
41
6 Kep.Men.Lingk.Hidup
7 Kep.Men.Lingk.Hidup
40
05
8 Kep.Men.Lingk.Hidup
9 Kep.Men.Lingk.Hidup
10 Kep.Men.Lingk.Hidup
04
02
30
11 Kep.Men.Lingk.Hidup
12 Kep.Men.Lingk.Hidup
15
13
13 Kep.Men.Lingk.Hidup
12
14 Kep.Men.Lingk.Hidup
15 Kep.Ka.Bapedal
16 Kep.Ka.Bapedal
10
09
08
17 Kep.Ka.Bapedal
18 Kep.Men. PU
56
40
19 Kep.Men. PU
481
20 Kep.Men. PU
21 Kep.Men. PU
377
296
22 Kep.Men. PU
148
23 Kep.Men. PU
24 Kep.Men. PU
58
147
25 Kep.Men. PU
69
Mengenai
3G - 2
3G - 3
3G - 4
3G - 5
3G - 6
Bila studi penilaian lapangan tetap diperlukan, maka anggota Tim Perencana
harus menyertai Tim Penilai Lapangan ke lapangan dan ikut serta dalam diskusi
dan tindakan selanjutnya.
7.1.6 PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
a. Pengelolaan dan pemantauan terhadap saran-saran di dalam `Penilaian sektoral'
serta saran-saran mengenai Engineering di dalam RKL atau UKL yang timbul dari
hasil studi penilaian lingkungan menjadi tanggung jawab dari DPU/BM-Kab.
b. Namun demikian staf lingkungan pada Tim Perencana bertanggung jawab untuk
mengingatkan Pemrakarsa Proyek (Pimpro) atau Kepala Dinas terkait mengenai
kebutuhan RKL/RPL (UKL/UPL) dan menjelaskan mengenai artinya. Demikian
pula, staf lingkungan pada Tim Perencana harus memberi tahu staf-staf dinas yang
terkait, karena saran-saran RKL /RPL memerlukan tindakan staf-staf tersebut.
3G - 7
7.2
3G - 8
3G - 9
3G - 10
DAFTAR ISI
Halaman
1. TUGAS 4 - PENAKSIRAN BIAYA ..................................................................
1.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ..............................................................................
1.2 Bahasan Umum Tentang Matriks Biaya Jalan .................................................
2. TUGAS 4A PENILAIAN TENTANG MATRIKS BIAYA JALAN ............
2.1 Lingkup Tugas ..................................................................................................
2.2 Tipe dan Kondisi Permukaan Jalan ..................................................................
2.3 Daya Dukung Tanah Dasar ...............................................................................
2.4 Nomor Disain Perkerasan .................................................................................
3. TUGAS 4B PENENTUAN KELAS RENCANA LALU LINTAS ..............
3.1 Lingkup Tugas ..................................................................................................
3.2 Kriteria ..............................................................................................................
4. TUGAS 4C IDENTIFIKASI DAN PENAKSIRAN BIAYA PEKERJAAN BERAT ....
4.1 Lingkup Pekerjaan Berat ..................................................................................
4.2 Kriteria ..............................................................................................................
5. TUGAS4D-IDENTIFIKASIDANPENAKSIRANBIAYAPEKERJAAN PEMELIHARAAN ..
5.1 Lingkup Pekerjaan Pemeliharaan .....................................................................
5.2 Strategi Pemeliharaan .......................................................................................
5.3 Perlakuan Pemeliharaan Pada Tahap Perencanaan ..........................................
6. TUGAS 4E-IDENTIFIKASIDANPENAKSIRANBIAYAPEKERJAAN PENYANGGA ..
6.1 Lingkup Pekerjaan Penyangga .........................................................................
6.2 Identifikasi Pekerjaan Penyangga .....................................................................
6.3 Prosedur ............................................................................................................
7. TUGAS 4F IDENTIFIKASIDANPENAKSIRANBIAYAPEKERJAAN JEMBATAN .....
7.1 Lingkup Pekerjaan ............................................................................................
7.2 Pembangunan Jembatan Baru (PJB) ................................................................
7.3 Bangunan Bawah ..............................................................................................
7.4 Penggantian Bangunan Atas Jembatan (PAJ) ...................................................
7.5 Perbaikan/Pemeliharaan Jembatan (PJJ) ..........................................................
7.6 Jembatan Limpas (JL) ......................................................................................
7.7 Prosedur ............................................................................................................
7.8 Contoh ..............................................................................................................
4-1
4-1
4-1
4A-1
4A-1
4A-1
4A-1
4A-2
4B-1
4B-1
4B-1
4C-1
4C-1
4C-1
4D-1
4D-1
4D-1
4D-2
4E-1
4E-1
4E-1
4E-2
4F1
4F-1
4F-1
4F-3
4F-5
4F-5
4F-5
4F-6
4F-7
IDENTIFIKASI &
PENAKSIRAN
BIAYA PEK.
BERAT 4C
4A
IDENTIFIKASI
& PENAKSIRAN
BIAYA PEK.
PEMELIHARAAN
4D
PENENTUAN
KELAS RENCANA
LALU LINTAS
4B
IDENTIFIKASI &
PENAKSIRAN
BIAYA PEK.
PENYANGGA4E
PENILAIAN
KONDISI JALAN
ANALISA
3
EVALUASI &
PENYARINGAN
PROYEK
5A
IDENTIFIKASI &
PENAKSIRAN
BIAYA PEK.
JEMBATAN 4F
TUGAS
4A
TUJUAN/PROSEDUR
PENILAIAN KONDISI JALAN
Menilai secara subyektif terhadap kondisi jalan, daya dukung tanah dasar
(CBR) dan nilai sisa perkerasan, yang didasarkan atas data survai S2 dan
foto.
4B
4C
4D
4E
4F
FORMULIR
A1, S2 +
FOTO
A1,
MATRIK
JALAN
A1,
MATRIK
JALAN
A1,
MATRIK
JALAN
A1,
MATRIK
JEMBATAN
TUGAS 4
- PENAKSIRAN BIAYA
FORMULIR : A1 &
MATRIKS BIAYA JALAN DAN JEMBATAN
1.1
1. Tugas ini dimaksudkan untuk melakukan penaksiran biaya dengan suatu metoda
yang sederhana dan cepat bagi pekerjaan berat (pembangunan baru, peningkatan,
rehabilitasi), pekerjaan pemeliharaan, dan pekerjaan penyangga.
2. Penaksiran biaya pekerjaan didasarkan atas data hasil survai yang terbatas dan
dengan tingkat ketelitian yang juga terbatas, namun memadai untuk keperluan
penyaringan proyek dan penyusunan anggaran pendahuluan. Perhitungan biaya yang
lebih teliti diperlukan kemudian, berdasarkan hasil disain konstruksi dan survai
pemeliharaan yang lebih lengkap.
3. Metode penaksiran biaya ini memerlukan :
Foto-foto hasil survai S2.
Rangkuman data ruas dan proyek dalam formulir A1 (dari formulir S2).
Matriks Biaya untuk Pekerjaan Jalan yang sesuai, dikaitkan dengan Lalu Lintas
dan Kondisi Jalan.
Tabel Biaya Pekerjaan Jembatan.
1.2
4-1
4-2
4-3
4-4
4-5
2.1
LINGKUP TUGAS
Menilai tipe dan kondisi permukaan jalan berdasarkan data hasil survai penyaringan
ruas jalan (S2), foto-foto dan survai kecepatan (S4), mencakup pemeriksaan :
Tipe dan Kondisi Permukaan Jalan.
Daya Dukung Tanah Dasar.
Nomor Disain Perkerasan.
2.2
1. Prosedur penilaian tipe dan kondisi permukaan jalan secara subyektif tercakup
sebagai bagian dari prosedur penentuan proyek (tugas 3C).
2. Bandingkan catatan hasil survai dengan foto-foto ruas jalan secara keseluruhan,
kemudian buat penilaian rata-rata kondisi permukaan jalan untuk tiap bagian proyek
yang telah ditetapkan.
3. Apabila ada perbedaan tipe atau kondisi permukaan jalan yang jelas dan panjang,
maka jalan yang bersangkutan harus dibagi menjadi dua segmen atau lebih.
2.3
1. Diperlukan penilaian yang subyektif terhadap daya dukung tanah dasar di bawah
perkerasan yang ada. Hal ini jangan sampai dikacaukan dengan kondisi perkerasan
yang ada di atasnya.
2. Untuk tiap tipe dan kondisi harus dilakukan pemilihan, umumnya di antara tiga
tingkat daya dukung tanah dasar, dihubungkan dengan taksiran harga CBR
(California Bearing Ratio) sebagai berikut :
Daya Dukung Tanah Dasar (Subyektif )
- Sedang
- Agak lunak
- Lunak atau lunak sekali
CBR
8%
5%
2 - 3%
3. Daya dukung tanah dasar dapat ditaksir dari foto dengan berpedoman kepada :
4A - 1
4. Apabila data di atas tidak jelas atau tidak ada, lakukan penaksiran sebagai berikut:
Jalan aspal/telford (batu)/kerikil, kondisi baik sampai dengan rusak :
Taksir CBR = 5% ;
Jalan aspal/telford (batu)/kerikil, kondisi rusak berat :
Taksir CBR = 5% ; apabila kerusakan jalan secara umum hanya merupakan
kerusakan perkerasan.
Taksir CBR = 3% ; apabila kerusakan jalan terutama disebabkan oleh
kerusakan tanah dasar, yang bisa diidentifikasi dari tempat-tempat yang
amblas.
Jalan tanah, semua kondisi :
Taksir CBR = 8% ; apabila pada umumnya tidak terdapat tempat- tempat
yang amblas pada permukaan jalan, sedangkan kendaraan roda empat selalu
melewati jalan tersebut dan jenis tanah dapat melewatkan air segera setelah
hujan terjadi.
Taksir CBR = 5% ; apabila pada umumnya terdapat sejumlah tempat amblas
yang kecil/dangkal dan jenis tanah melewatkan air agak lama setelah
terjadinya hujan.
Taksir CBR = 3% ; apabila pada umumnya terdapat tempat-tempat amblas
yang besar/dalam dan jenis tanah menahan air untuk waktu yang lama
setelah terjadinya hujan.
Taksir CBR = 2% ; apabila pada umumnya terdapat tempat-tempat amblas
yang besar/dalam dan jalan tersebut terletak di tanah yang basah atau daerah
genangan air (sawah, rawa dan sebagainya)
Taksir CBR = 1,5% atau 1% ; apabila diperlukan peninggian untuk
menghindari banjir, agar mendapatkan ketebalan perkerasan yang
diperlukan.
5. Hati-hati dengan perkiraan yang terlalu rendah terhadap daya dukung tanah dasar
terutama pada jalan yang rusak berat, karena seringkali kerusakan tersebut bukan
disebabkan daya dukung tanah yang lunak, melainkan tergerus oleh kendaraan yang
melewati jalan tanpa perkerasan dan buruknya drainase.
6. Apabila terdapat perbedaan dan perubahan besar dari daya dukung tanah dasar yang
nyata maka proyek harus dibagi menjadi segmen-segmen untuk keperluan
penaksiran biaya.
2.4
4A - 2
3.1
LINGKUP TUGAS
1. Proyek perbaikan jalan yang didisain dan dikerjakan dengan baik akan mempunyai
umur proyek (masa guna) paling sedikit 10 tahun. Proyek tersebut harus didisain
dalam standar minimum yang benar, dengan memperhitungkan lalu lintas yang
diharapkan akan melewati jalan tersebut sepanjang umur proyek.
2. Lalu lintas yang ada tidak bisa menjadi indikator yang cukup baik untuk lalu lintas
yang akan datang, karena volume lalu lintas cenderung bertambah tiap tahun,
sementara tambahan lalu lintas kendaraan bisa timbul apabila biaya perjalanan turun
akibat perbaikan jalan atau apabila pejalan kaki, pikulan dan sebagainya beralih ke
kendaraan bermotor.
3. Karena itu kisaran kasar lalu lintas kendaraan bermotor roda-4, lima tahun setelah
perbaikan jalan harus diperkirakan untuk membantu dalam penentuan Kelas
Rencana Lalu Lintas (KRLL) yang sesuai.
3.2
KRITERIA
1. Kelas Rencana Lalu Lintas dan standar disain yang digunakan, sesuai dengan yang
disetujui oleh Bina Marga adalah sebagai berikut :
KRLL
4*
III C
III B2
III B1
IIIA
0-50
51-200
201-500
> 500
(0-100)
(101-300)
(301-600)
( > 600)
KERIKIL
KERIKIL /
ASPAL
ASPAL
ASPAL
A. STANDAR TRADISIONAL (min) **
- Lebar perkerasan usulan (m)
3,0
3,5
3,5
4,5
5,0
5,5
6,0
7,0
KERIKIL
PEN-MAC /
PEN-MAC
PEN-MAC
- Tipe permukaan
KERIKIL
B. STANDAR TARGET **
- Lebar perkerasan usulan (m)
4,5
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
8,5
KERIKIL
BURDA /
BURDA /
HRS ***
BURTU ***
BURTU ***
- Tipe permukaan
KERIKIL
Catatan :
**
***
4B - 1
2. Standar target dapat dipergunakan apabila anggaran mencukupi dan pekerjaan layak
secara ekonomis. BURDA/BURTU harus dilaksanakan apabila tersedia alat dan
pelaksana berpengalaman yang memadai.
3. Untuk KRLL 2 pilihan antara perkerasan kerikil dan aspal bergantung pada harga
relatif dari material setempat dan perkiraan biaya pemeliharaan. Meskipun
demikian, sebagai petunjuk umum permukaan aspal dapat ditetapkan di kebanyakan
daerah apabila LHR kendaraan bermotor roda 4 melebihi 70 - 100.
3.2.1 PROSEDUR
a. KRLL tertera pada kolom bagian kiri dari matriks lalu lintas/kondisi, dan juga
ditentukan untuk masing-masing kotak pada matriks tersebut. Hal ini sejalan
dengan anggapan standar mengenai pertumbuhan lalu lintas dan tambahan
frekwensi perjalanan sesuai dengan kondisi yang ada.
b. Apabila LHR ekivalen kendaraan bermotor roda 4 yang ada kurang dari 10- 20,
maka penggunaan metode ini kurang tepat. Sebagai gantinya KRLL harus ditaksir
dari jumlah penduduk yang dilayani dengan menggunakan studi kependudukan dan
hambatan akses (Tugas 3E).
3.2.2 PENILAIAN BAURAN KENDARAAN BERAT (BKB)
a. Untuk disain dan perhitungan biaya pekerjaan lebih lanjut, perlu diketahui jumlah
kendaraan berat yang akan menggunakan jalan yang bersangkutan.
b. Sebagian besar jalan kabupaten hanya menampung lalu lintas kendaraan ringan
yang biasanya ber-as ganda dengan bobot terberat `3 - 4 ton' dan berat muatan
kotor tidak lebih dari 7 - 11 ton. Ini diasumsikan dalam matriks untuk tujuan
penaksiran biaya pekerjaan berat dalam tahap penyaringan.
c. Namun ada beberapa ruas jalan yang melayani kegiatan-kegiatan seperti
perkebunan, proyek PIR/NES, pabrik/konsesi penebangan kayu atau lokasi material
; yang menampung sejumlah truk sedang dengan as ganda berkapasitas '6 - 8 ton'
(seperti Mitsubishi 'FUSO' atau 'TOYOTA') dengan berat muatan kotor 12 - 17 ton,
atau yang menampung truk berat dengan as banyak dan mempunyai berat muatan
kotor lebih dari 12 - 20 ton (meski jarang sekali dijumpai).
d. Disain dan taksiran biaya jalan memerlukan penyesuaian lebih lanjut pada tahap
disain dengan memperhatikan muatan as yang lebih berat tadi. Tiga bauran jenis
kendaraan yang dipertimbangkan, dinyatakan dengan bilangan desimal (.1,.2,.3)
yang ditambahkan pada KRLL sebagai berikut :
KODE
BAURAN
KENDARAAN BERAT
(BKB)
PROPORSI KENDARAAN
BERAT TERHADAP
TOTAL LHR
1
2
3
Rendah
Sedang
Tinggi
< 10%
10% - 25%
> 25%
4B - 2
e. Periksa hasil analisa data PLL pada lembar analisa data lalu lintas A2 dan hitung
persentase kendaraan tipe 12 dan 13 terhadap seluruh kendaraan bermotor roda 4
{yaitu (12+13) : total (8 - 15) x 100} pada kotak yang telah tersedia.
f. Tambahkan kode bauran kendaraan berat yang sesuai pada kode KRLL dalam
formulir A1 ; sebagaimana contoh berikut ini :
TIPE KENDARAAN
12
13
5
3
10
1
0
6
TOTAL
8 s/d 15
200
20
60
12 + 13 /
TOT (8 s/d 15)
x 100 (%)
3%
15 %
27 %
KRLL . BKB
2.1
1.2
2.3
4B - 3
4.1
1. Pada umumnya jalan-jalan berkondisi rusak atau rusak berat memerlukan pekerjaan
berat agar mencapai standar minimum yang sesuai untuk lalu lintas yang
diharapkan. Pekerjaan berat dapat berupa pembangunan baru, peningkatan atau
rehabilitasi (penunjangan) dengan umur rencana 10 tahun.
Pembangunan Baru (PB) pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk
meningkatkan jalan tanah atau jalan setapak agar dapat dilalui kendaraan roda 4.
Karena kondisi jalan yang berat ini, biasanya memerlukan biaya yang besar
dengan pekerjaan tanah yang besar pula.
Pekerjaan Peningkatan (PK) dapat dikatakan sebagai peningkatan standar
pelayanan dari jalan yang sudah ada; baik dengan membuat lapisan menjadi
lebih halus (seperti pengaspalan terhadap jalan yang belum diaspal atau
penambahan Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet) pada jalan yang
menggunakan lapen; atau penambahan lapisan struktural yang berarti untuk
memperkuat perkerasannya; maupun pelebaran lapisan perkerasan yang ada.
Pekerjaan Rehabilitasi (RE) diperlukan bila pekerjaan pemeliharaan yang
secara tetap harus dilaksanakan itu diabaikan, atau pemeliharaan berkala
(pelapisan ulang) terlalu lama ditunda sehingga keadaan lapisan permukaan
makin memburuk. Yang termasuk dalam kategori ini ialah perbaikan terhadap
kerusakan lapisan permukaan seperti lubang dan kerusakan struktural seperti
amblas, asalkan kerusakan tersebut kurang dari 15-20% dari seluruh perkerasan
yang biasanya berkaitan dengan lapisan aus baru.
2. Pembangunan kembali secara keseluruhan biasanya diperlukan bila kerusakan
struktural sudah tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan,
kekuatan disain yang tidak sesuai atau karena umur rencana sudah terlewati.
4.2
PROSEDUR
Gunakan Matrik Pekerjaan dan lembar A1 untuk setiap proyek sebagai berikut :
1. Tentukan pada baris-baris bagian atas matriks tipe dan kondisi permukaan jalan
yang ada serta daya dukung tanah dasar (CBR) dari proyek yang bersangkutan
(Tugas 4A), lalu :
Masukkan harga CBR dan Nomor Disain Perkerasan yang sesuai untuk segmen
1 dalam kotak yang tersedia di formulir A1.
Apabila proyek bersangkutan mempunyai dua atau lebih segmen dengan NDP
berbeda, masukkan panjang, CBR dan NDP masing-masing segmen (sampai
dengan 3 segmen) ke dalam masing-masing kotak yang tersedia di formulir A1.
2. Tentukan dari kolom kiri formulir A1 LEBAR PERKERASAN dan LEBAR
TOTAL (gabungan perkerasan dan bahu ) RATA RATA yang ada dari jalan yang
bersangkutan, kemudian masukkan untuk tiap segmen ke dalam kotak yang tersedia
pada bagian kanan formulir A1.
4C - 1
3. Tentukan pada bagian kiri matriks jumlah lalu lintas yang ada dalam LHR
kendaraan roda 4 (8-15) dari rangkuman data PLL pada bagian bawah formulir A1.
4. Tentukan pada matriks daerah atau kotak (dibatasi dengan garis tebal) yang sesuai
dengan kombinasi lalu lintas/kondisi yang telah ditentukan lalu catat :
biaya dasar Pekerjaan Berat yang diperlukan (dalam Rp Juta/km) sesuai dengan
NDP yang dipilih.
tipe permukaan usulan (A / K) dan kelas rencana lalu lintas (KRLL 1, 2, 3, 4)
biaya pelebaran (dalam Rp Juta/km) bila diperlukan (misalnya +4)
lebar minimal perkerasan dan lebar total perkerasan dan bahu yang sesuai untuk
KRLL yang bersangkutan, seperti yang terdapat pada kolom bagian lain dari
matriks.
5. Masukkan pada formulir A1 :
KRLL
usulan tipe permukaan
usulan lebar perkerasan
usulan total lebar perkerasan dan bahu
beri tanda `X' pada kotak isian bertanda `PK' yang menunjukkan tipe usulan
pekerjaan.
6. Bandingkan lebar total perkerasan dan bahu yang ada dengan yang diusulkan :
bila berbeda kurang dari 0,5 m masukkan langsung biaya dasar per kilometer
dalam formulir A1 pada kotak yang tepat (untuk masing-masing segmen)
bila lebar perkerasan atau lebar total berbeda 0,5 m atau lebih, tambahkan biaya
pelebaran per kilometer pada biaya dasar per kilometer, kemudian masukkan ke
dalam formulir A1.
7. Hitung biaya segmen dengan cara mengalikan biaya per kilometer dengan panjang
segmen, apabila hanya ada satu segmen masukkan ke dalam kotak JUMLAH
BIAYA JALAN .
8. Bila ada dua atau tiga segmen, jumlahkan setiap BIAYA SEGMEN dan masukkan
ke dalam kotak JUMLAH BIAYA JALAN.
9. Tambahkan JUMLAH BIAYA JALAN dengan JUMLAH BIAYA JEMBATAN,
bila ada (lihat Tugas 4F) kemudian masukkan ke dalam kotak JUMLAH BIAYA
JALAN + JEMBATAN pada formulir A1.
10. Hitung JUMLAH BIAYA JALAN + JEMBATAN per kilometer dengan jalan
membagi JUMLAH BIAYA JALAN + JEMBATAN dengan panjang proyek,
kemudian masukkan pada formulir A1.
11. Bila jalan yang bersangkutan dinilai berkondisi baik atau sedang, biasanya
pekerjaan pemeliharaan lebih disarankan dari pada pekerjaan berat. Matriks akan
menunjukkan alokasi dana pemeliharaan dengan kodenya, dan suatu prosedur
terpisah akan digunakan untuk mengevaluasi proyek pemeliharaan berkala
sebagaimana yang akan di jelaskan pada Tugas 4D.
12. Alternatif pekerjaan penyangga dapat disarankan bila lalu lintas sangat rendah atau
bila pekerjaan berat tidak bisa dilaksanakan karena keterbatasan dana. Matrik
menyajikan alokasi anggaran rata- rata untuk pekerjaan penyangga dalam kotak
kecil yang akan dijelaskan kemudian pada Tugas 4E.
4C - 2
13. Bila lalu lintasnya rendah, maka studi kependudukan mungkin diperlukan untuk
menentukan kelas rencana lalu lintas yang sesuai berdasarkan data jumlah
penduduk, bukan lalu lintasnya; seperti dijelaskan pada tugas 3E. Selebihnya
matriks dapat dipergunakan dengan cara yang sama untuk jalan-jalan yang
memerlukan studi kependudukan.
14. Gunakan NDP dan KRLL untuk menentukan tipe dan tebal konstruksi perkerasan
yang sesuai pada Tabel Spesifikasi Pekerjaan.
Contoh
1) Karakteristik Jalan yang ada
- Tipe Permukaan
Penetrasi Makadam
- Kondisi Permukaan
Rusak
Sedang (5%)
3,0 meter
5.0 meter
60 LHR
91
103
116
A2 + 18
A (perkerasan Aspal)
2 (KRLL = 2)
Rp 6,0 juta / km
(angka di dalam kotak)
Lap. Permukaan
: 50 mm
4C - 3
5.1
5.2
STRATEGI PEMELIHARAAN
Pemerintah berupaya menggunakan Strategi Pemeliharaan secara Nasional untuk
jalan kabupaten. Strategi tersebut secara rinci dimasukkan dalam Buku Petunjuk
terpisah untuk Persiapan dari Program Pemeliharaan Jalan-Jalan Kabupaten.
4D - 1
5.3
4D - 2
4D - 3
Untuk M5-M7, sesuaikan untuk jenis pelapisan ulang atau pengaspalan ulang
dengan pilihan sebagai berikut:
5 cm
3 cm
2 cm
-
Penmac
Burda
Latasir
Buras
=
=
=
=
PMA
BDA
TAB
BRA
x
x
x
x
1.0
0.5
0.65
0.15
4D - 4
6.1
6.2
4E - 1
Perbaikan sementara untuk lubang dan tempat amblas dengan pengisian agregrat
batu pecah ke dalamnya. Cara ini perlu diperhatikan; batu berukuran besar
dalam agregat dapat mengakibatkan kerusakan areal perkerasan bila tergilas oleh
truk berat di atas. Bila hal ini terjadi, maka alternatif lain misalnya stabilisasi
dengan semen perlu dipertimbangkan.
Penyiapan lapisan tahan segala cuaca untuk jalan tanah berlalu lintas ringan,
untuk memperpendek perioda waktu tertutupnya jalan yang bersangkutan
Stabilisasi dengan pasir pada bagian yang pendek dari jalan tanah.
Peninggian pada bagian yang pendek dari jalan tanah
Penambahan parit pembuangan air untuk menjaga agar air jangan sampai
tergenang di bawah badan jalan
Pembuatan alur melintang pada bahu yang tinggi untuk mengalirkan air dari
permukaan jalan
Pembuatan gorong-gorong baru atau penggantian gorong-gorong yang rusak
atau tidak berfungsi untuk menjaga agar jalan tersebut dapat dilewati kendaraan
bermotor sepanjang tahun
Pembuatan jalan pendek memutar sementara pada bagian jalan tanah atau kerikil
yang tertutup apabila tanah di sekitarnya lebih tinggi.
Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin lain yang belum ada alokasi dananya
5. Pada dasarnya pekerjaan penyangga bersifat sementara dan mungkin perlu diulang
dalam waktu kurang dari 12 bulan. Dalam beberapa kasus hasil pengambilan
kebijaksanaan untuk suatu masalah, tidak tepat bila ditinjau dari segi teknis.
6.3
PROSEDUR
H
biaya per kilometer dalam Rp juta berdasarkan matriks
biaya total dalam Rp juta berdasarkan hasil perkalian biaya per
kilometer dengan panjang proyek.
3. Semua ruas/bagian yang dalam tahap perencanaan ditentukan untuk pekerjaan
penyangga, harus disurvai (engineering) terpisah untuk menentukan secara tepat
pekerjaan yang diperlukan dan biayanya bagi setiap bagian ruas (lihat buku petunjuk
terpisah tentang Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten).
4E - 2
7.1
LINGKUP PEKERJAAN
7.2
PBJ
PAJ
PJJ:
JL :
1. Jika pembangunan jembatan baru diperlukan maka lebar jalur jembatan yang tepat
ditentukan berdasarkan tabel berikut :
Tabel 4F1 : LEBAR JALUR JEMBATAN
Kelas
Rencana
LHR
(Kenda-
Lalu-
Raan
Lintas *)
Roda-4)
< 50
51 200
201 500
> 501
3,5
3,5
3,5
3,5
6,0
6,0
6,0
6,0
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
6,0
6,0
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
6,0
1
2
3
4 **)
Catatan :
4F - 1
2. Setelah lebar jalur jembatan ditentukan, tipe jembatan harus dipilih. Tabel biaya
jembatan yang disajikan pada halaman terakhir dari bab ini memberikan pilihan
berdasarkan tipe berikut :
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
Tipe 5
Tipe 6
4F - 2
Tipe 2
Tipe
3&4
Tipe 5
7.3
BANGUNAN BAWAH
4F - 3
2. Tipe bangunan bawah mana yang harus dipilih oleh perencana, tergantung pada dua
masalah utama, yaitu : tinggi tebing dan kondisi tanah dasar. Tinggi tebing dapat
ditaksir dari foto-foto, apabila dalam tahap survai tidak dilaksanakan pengukuran.
Kondisi tanah dasar lebih sulit untuk ditaksir oleh perencana, meskipun hanya
penyelidikan tanah yang dapat mengungkapkan sifat tanah dasar secara tepat,
namun kondisi tanah lunak masih mungkin untuk diamati dari foto.
3. Bangunan bawah tipe - a dan b hanya dapat digunakan bila kondisi tanah dasar
`baik' yaitu pasir, kerikil, lempung keras atau batuan. Sementara bangunan bawah
tipe - c dapat digunakan untuk semua tipe tanah dasar.
4. Bila menggunakan bangunan bawah tipe c, panjang jembatan yang diperlukan
mungkin harus ditambah karena lereng di depan kepala jembatan akan mengurangi
kapasitas jalur air (penampang di bawah jembatan). Dalam hal ini jembatan yang
mempunyai bangunan bawah tipe c perlu luas penampang pengaliran yang sama
dengan jembatan yang mempunyai bangunan bawah tipe a atau b. Untuk tinggi
yang sama jembatan dengan bangunan bawah tipe c akan lebih panjang dari pada
jembatan dengan bangunan bawah tipe a atau b.
4F - 4
5. Perlu dicatat bahwa harga-harga dalam tabel biaya jembatan, tidak mencakup
harga untuk hal-hal berikut :
7.4
1. Dalam beberapa kasus hanya bangunan atas jembatan yang perlu diganti, karena itu
dalam Total Biaya Jembatan biaya bangunan atas jembatan diberikan secara
terpisah.
2. Biaya bangunan atas jembatan ini sebaiknya digunakan hanya apabila perencana
benar benar yakin bahwa kepala jembatan dan pilar yang ada dapat digunakan untuk
bangunan atas yang baru. Bila pilar dan kepala jembatan yang ada perlu pelebaran
atau penguatan maka biaya jembatan baru dapat dipakai untuk tahap perencanaan.
7.5
7.6
4F - 5
3. Lalu lintas biasanya masih dapat lewat walaupun jembatan limpas ini terendam
luapan air sampai setinggi 30 cm. Jembatan limpas yang digunakan pada sungai
yang memiliki aliran air yang cukup konstan, harus dilengkapi dengan goronggorong.
4. Sebelum memilih jembatan limpas, perencana harus mempertimbangkan hal- hal
berikut
Jembatan limpas umumnya digunakan hanya untuk lalu lintas rendah yaitu
KRLL 1 dan 2 (lihat Tugas 4B)
Berapa kali dan berapa lama jembatan limpas tidak bisa dilewati karena banjir ?
Penutupan 5-7 kali per tahun dengan jangka waktu masing-masing 1-2 hari
(jumlahnya tidak lebih dari 14 hari per tahun), secara normal dapat diterima
(untuk KRLL 1 dan 2).
Jembatan limpas umumnya tidak boleh digunakan pada sungai yang tanah
dasarnya lunak.
Jembatan limpas juga tidak boleh dipilih untuk penyeberangan pada lembah
yang sempit dan dalam (dimana diperlukan banyak pemotongan tebing).
5. Tabel Biaya Jembatan menyajikan biaya untuk dua tipe jembatan limpas :
Tipe 6a : Tinggi tanggul 0-0,5 meter. Bagian atas tanggul dilindungi dengan
beton setebal 20 cm sedangkan lerengnya dengan pasangan batu.
Tipe 6b : Sama dengan tipe 6a, dengan tinggi tanggul 0-2,0 m dan
dilengkapi dengan gorong-gorong untuk memungkinkan sejumlah aliran yang
konstan melewati jembatan limpas tersebut.
7.7
PROSEDUR
1. Masukkan jumlah total dan panjang dari jembatan atau penyeberangan sungai yang
tidak berjembatan pada bagian proyek yang bersangkutan (bukan ruas) di bagian kiri
dari formulir A1.
2. Tentukan tipe pekerjaan jembatan yang diperlukan untuk setiap jembatan.
PBJ :
PAJ :
B/S :
3.
4.
5.
6.
7.
4F - 6
9. Masukkan data untuk pekerjaan jembatan ke tempat yang sesuai di formulir A1:
Pal kilometer lokasi jembatan yang tertera pada bagian kiri dari formulir A1
yang telah dikoreksi dengan faktor penyesuai odometer.
Tipe pekerjaan jembatan yang diusulkan (PBJ, PAJ, JL)
Tipe jembatan yang diusulkan (1, 2a, 2b, 2c, 3a, 3b, 3c, dan seterusnya)
Panjang, lebar, biaya per meter dan biaya total jembatan yang diusulkan.
Catatan : Seluruh jembatan harus dicatat termasuk yang tidak memerlukan
perbaikan (B/S) dengan tidak memberikan biaya ( ' 0 ' )
10. Biaya total jembatan didapat dengan menjumlah biaya total tiap jembatan.
7.8
CONTOH
1. Jembatan no. 23-004 di kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara harus
diganti baru (PBJ : jembatan baru).
2. Panjang jembatan = 20 meter.
3. KRLL 3.1, berdasarkan tabel 4F.1 dipilih lebar jalur jembatan = 6.0 meter.
4. Dipilih jembatan tipe 4 dengan bangunan bawah tipe b.
5. Dalam tabel Biaya Jembatan (contoh Sumatera Utara tahun 1994) didapat harga
satuan Rp. 9,6 juta ( panjang jembatan = 20 meter pada `sumbu mendatar' dan
jembatan tipe 4 dengan bangunan bawah tipe b pada `sumbu tegak'). Biaya
Jembatan baru = 9,6 x 20 = Rp. 192 juta.
6. Misalkan diperlukan jembatan sementara. Biaya bisa diperoleh dengan
menggunakan harga satuan jembatan tipe 1 dalam tabel Biaya Jembatan, dengan
biaya : 0,9 x 20 = Rp. 18 juta.
7. Biaya total jembatan tersebut menjadi 192 + 18 = Rp. 210 juta (yang harus
dimasukkan ke dalam formulir A1).
4F - 7
4F - 8
DAFTAR ISI
Halaman
1. TUGAS 5A PERSIAPAN PROGRAM TAHUNAN .....................................
1.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ...............................................................................
2. TUGAS 5B KAJI ULANG DAN PERSIAPAN DAFTAR PEMELIHARAAN ...........
2.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ...............................................................................
2.2 Penyusunan P1 Pendahuluan ............................................................................
2.3 Prosedur Kaji Ulang P1 .....................................................................................
2.4 Penyelesaian P1 ................................................................................................
3. TUGAS 5C PENYIAPAN DAFTAR PANJANG PEKERJAAN BERAT ...
3.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ...............................................................................
3.2 Penyusunan P2 ..................................................................................................
4. TUGAS5DKAJIULANGKEBUTUHANANGGARANDANSTRATEGIPEKERJAAN ...
4.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ...............................................................................
4.2 Penyelesaian P5 ................................................................................................
5. TUGAS 5E PERSIAPAN DAFTAR PENDEK PEKERJAAN BERAT ......
5.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ...............................................................................
5.2 Kriteria Pemilihan Untuk P3 .............................................................................
5.3 Penyusunan P3 ..................................................................................................
5.4 Penyusunan P4 ..................................................................................................
6. TUGAS 5F KAJI ULANG PROGRAM DAN DOKUMENTASI ANGGARAN .........
6.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ...............................................................................
6.2 Penyaringan Linkungan ....................................................................................
6.3 Pemeriksaan Studi Perencanaan .......................................................................
6.4 Penyesuaian untuk Memenuhi Kriteria Nasional/Propinsi ...............................
6.5 Kaji Ulang Prioritas Kabupaten ........................................................................
6.6 Penyesuaian pada Alokasi Dana .......................................................................
6.7 Kaji Ulang Elijibitas Disain dan Pasca Disain ..................................................
6.8 Proyek-Proyek yang Dianggarkan Kembali ......................................................
6.9 Proses Persetujuan Teknis dan Anggaran .........................................................
6.10 Persiapan Kerangka Program ke Depan ............................................................
5A-1
5A-1
5B-1
5B-1
5B-1
5B-3
5B-4
5C-1
5C-1
5C-1
5D-1
5D-1
5D-1
5E-1
5E-1
5E-1
5E-2
5E-5
5F-1
5F-1
5F-1
5F-2
5F-2
5F-2
5F-2
5F-2
5F-3
5F-3
5F-4
SURVAI
2
PENAKSIRAN
BIAYA
PEKERJAAN
ANALISA
3
EVALUASI DAN
PENYARINGAN
PROYEK 5A
PERSIAPAN
DAFTAR PANJANG
PEK.
5C
BERAT (P2)
KAJI ULANG
PROGRAM DAN
DOKUMENTASI
ANGGARAN
5F
TUGAS
5A
PENGKAJIAN
KEBUTUHAN
ANGGARAN DAN
5D
STRATEGI
PEKERJAAN
PERSIAPAN
DAFTAR PENDEK
PEK. BERAT
(P3/P4)
5E
TUJUAN/PROSEDUR
EVALUASI DAN PENYARINGAN PROYEK
FORMULIR
A1
5B
P1
Daftar pemeliharaan P1 merupakan pekerjaan kantor yang harus disusun pada bulan
Juni - Juli, berisikan semua ruas jalan yang ;
Berkondisi baik/sedang berdasarkan daftar induk jaringan jalan K1
sedang dalam pekerjaan peningkatan atau pemeliharaan pada tahun berjalan
layak untuk dipelihara, yang ditemukan pada saat survai S2 terakhir
Daftar ini akan menjadi dasar bagi Survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) pada bulan
September - Oktober, yang hasilnya akan mengkaji-ulang dan memperbaiki data di P1
dengan memasukkan usulan pekerjaan pemeliharaan untuk tahun program mendatang.
5C
5D
5E
5F
P5
P2
P3 P4
P3,
RD-1.JK,
HR
1.1
1. Tujuan utama dari tugas ini adalah untuk mengkaji ulang, menyelesaikan dan
menggabungkan lembar data proyek A1, termasuk penilaian status evaluasi dari
setiap proyek, sebagai hasil perbandingan antara manfaat (tugas 3D atau 3E) dan
biaya perencanaan (tugas kelompok 4).
2. Suatu proses penyaringan kemudian dilaksanakan, lalu rekomendasi dibuat untuk
proyek- proyek tersebut; apakah harus dipertimbangkan untuk pemeliharaan (daftar
P1), untuk pekerjaan berat (daftar P2/P3), untuk pekerjaan penyangga (daftar P4),
atau untuk pengkajian dan evaluasi lebih lanjut.
1.1.1 PROSEDUR
a. Kaji ulang dan periksa setiap lembar A1 untuk kesesuaian dan kekurangan
pemasukan data, lalu perbaiki sesuai kebutuhan, misalnya :
Apakah penentuan ruas lengkap dan sama seperti yang ada pada K1; jika tidak,
tegaskan bahwa data survai yang baru adalah yang benar.
Apakah ruas tersebut dibagi dalam proyek-proyek yang pantas/bisa diterima;
apakah jumlah panjang proyek sama dengan panjang ruas?
Apakah Kelas Rencana Lalu Lintas dimasukkan dengan benar?
Apakah semua jembatan yang diperlukan sudah dipertimbangkan?
Apakah data lalu lintas dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan? Apakah
sudah dipindahkan dari formulir S5B dan A2 dengan benar?
Apakah riwayat pekerjaan yang terakhir sudah dicatat dalam A1? apakah sesuai
dengan kondisi yang ada dan biaya yang diusulkan?
Apakah informasi mengenai kependudukan/kode akses/jalan baru sudah
dimasukkan dan sesuai?
5A - 1
Kode
***
**
*
NV
NE
Status Evaluasi
Kelayakan tinggi
Kelayakan sedang
Kelayakan rendah
Belum Layak
Tidak di Evaluasi
NPV / Km
> 20 Rp. juta
10 20 Rp. juta
0 9 Rp. juta
< 0 Rp. juta (negatif)
Belum Tersedia
Contoh :
Proyek
NPV/km
Rekomendasi
Kode
Proyek 01
+ 45 Rp. juta
*** / R
Proyek 02
+ 7 Rp. juta
* / LL
Proyek 03
- 10 Rp. juta
Pekerjaan Penyangga
NV / H
g. Untuk keperluan kaji ulang A1 pada proyek `luncuran', gunakan kode berikut ini;
(lihat penjelasannya pada tugas 5C )
C :
X :
5A - 2
2.1
2.2
PENYUSUNAN P1 PENDAHULUAN
5B - 1
Jenis
Permukaan
Kelas Rencana
Lalu lintas
Tahun sejak PK /
PM (pelapisan ulang)
M1
M2
M3
M4
Aspal
Aspal
Kerikil
Kerikil
1, 2, 3 *)
4
1 *)
2
<4
<4
<4
<4
M5
M6
M7
M8
M9
M10
Aspal
Aspal
Aspal
Kerikil
Kerikil
Batu/Telford
1
2, 3 *)
4
1
2
1, 2, 3
>3
>3
>3
>3
>3
>3
*) menunjukkan asumsi yang dapat dipakai bila data lalu lintas hilang.
6. Kolom 13 dari daftar P1 merupakan ringkasan riwayat pekerjaan dari K3 atau dari
sumber- sumber lain, yang menunjukkan tahun terakhir dilaksanakannya pekerjaan
berat (PK) dan/atau pemeliharaan berkala (MP/pelapisan ulang).
7. Pada akhir daftar P1, ada ringkasan yang menunjukkan :
Baris A : Jumlah panjang segmen jalan dalam kilometer menurut kode M- nya.
Baris B : Pengeluaran rata-rata per km menurut kode M-nya untuk pemeliharaan
rutin berdasarkan matriks biaya perencanaan.
Baris C : Jumlah seluruh pengeluaran yang dibutuhkan untuk pemeliharaan rutin
(AxB).
Baris D : Panjang segmen jalan aspal dan kerikil yang memerlukan pemeliharaan
dengan asumsi rata-rata/seperlima jalan aspal dan sepertiga jalan kerikil
membutuhkan pemeliharaan berkala setiap tahunnya.
Baris E : Biaya rata-rata pemeliharaan berkala per kilometer dari matriks biaya.
Baris F : Pengeluaran yang diperlukan untuk pemeliharaan berkala (DxE).
8. Beberapa kotak yang terpisah juga merupakan ringkasan perkiraan biaya yang
diperlukan untuk seluruh pemeliharaan jalan dan jembatan. Hal ini hanya diperlukan
untuk keperluan perhitungan biaya saja dan akan dimodifikasi dalam tahap kaji
ulang.
Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan
5B - 2
2.3
1. Hasil survai penjajagan kondisi jalan (S1) pada bulan September - Oktober, akan
digunakan untuk mengkaji ulang dan memperbaiki daftar P1 (tugas 2A).
2. Kaji kembali hasil survai S1, bagilah ruas jalan ke dalam segmen-segmen yang
homogen untuk jenis permukaan, kondisi dan kerusakannya, bagi keperluan
penilaian pemeliharaan. Hindari membagi ruas dalam banyak segmen yang masingmasing panjangnya hanya beberapa ratus meter saja; penentuan secara rata-rata
mungkin diperlukan.
3. Masukkan pal km awal dan akhir segmen yang telah diperbaiki ke dalam kolom
14/15 dari formulir P1 yang telah dikaji ulang, pastikan semua Pal Km tersebut
mencakup seluruh ruas jalan dan sesuai dengan panjang ruas jalan keseluruhan.
Data-data tersebut dapat saja berbeda dengan data yang sudah ada pada P1. Dalam
format versi komputer yang telah dikaji ulang akan disisakan ruangan yang cukup
untuk memasukkan segmen-segmen secara manual (bila diperlukan).
4. Penilaian kondisi permukaan secara umum yang sudah tertera dalam kolom 8/9
harus ditegaskan atau diperbaiki. Perlu dicatat bahwa ini adalah penilaian umum
mengenai kondisi yang mencerminkan kekasaran permukaan jalan dan kenyamanan
berkendaraan di atasnya. Biasanya hal ini berhubungan dengan kerusakan lapisan
permukaan, namun tidak boleh serupa.
5. Suatu penilaian pemeliharaan secara umum untuk segmen-segmen jalan, dibuat
dengan menjumlah dan menghitung rata-rata kode tingkat kerusakan permukaan
untuk setiap bagian 100 m dalam S1. Berhati-hatilah untuk tidak berat sebelah dalam
memberikan jawaban yang rancu terhadap wilayah-wilayah bila terlupa untuk
memasukkan kode yang mewakili untuk setiap 100m di wilayah tersebut.
6. Masukkan kode penilaian pemeliharaan dari S1 ( 6 - 24 ) untuk setiap segmen yang
telah ditentukan dalam kolom 16 format P1. Angka-angka penilaian yang sama dari
MS2 ( 6 - 24 ) nantinya harus dimasukkan ke dalam kolom 17 bila survai MS2 juga
telah dilaksanakan untuk segmen tersebut.
7. Buatlah rekomendasi pekerjaan untuk setiap segmen dengan menggunakan kodekode berikut ini sebagai panduan (lihat tugas 2A untuk petunjuk tambahan) :
Klasifikasi
Umum
Kisaran
S1
Baik
Baik /
sedang
Sedang
6 - 10
6 - 10
MR
MR
11 - 16
MR
/MS
MP
Sedang
rusak
Rusak
Rusak
berat
11 - 16
16 - 23
> 23
Kode
RE/H
PK
5B - 3
2.4
PENYELESAIAN P1 :
1. Panjang segmen yang akan dipelihara harus dimasukkan ke dalam kolom 18 dalam
km (ketelitian satu angka di belakang koma), dan harus cocok dengan panjang
segmen yang ditentukan dalam kolom 15-14 (km akhir - km awal).
2. Biasanya hanya satu tipe pemeliharaan yang dipilih untuk setiap segmen; ini harus
mencerminkan kebutuhan pemeliharaan yang dominan untuk bagian ruas jalan
tersebut (catat bahwa pemeliharaan periodik juga mencakup biaya yang diperlukan
untuk pemeliharaan rutin).
3. Jika dipertimbangkan bahwa suatu segmen memerlukan dua atau lebih tipe
pemeliharaan yang dominan, maka terdapat dua pilihan yaitu :
Bagi segmen tersebut ke dalam dua atau lebih sub-segmen dengan menentukan km
awal/akhir dikolom 14/15 dan kemudian tentukan pilihan tipe pemeliharaan untuk
tiap segmen; atau
Masukkan panjang km yang terpisah untuk dua atau lebih pemilihan tipe
pemeliharaan untuk segmen yang sama, pastikan bahwa total panjang yang terpisah
tadi cocok dengan total panjang segmen sebagaimana ditentukan pada kolom 15-14.
4. Panjang km hanya akan dimasukkan ke dalam kolom drainase, jika terdapat bagian
jalan dimana tipe pemeliharaan drainase merupakan pekerjaan yang dominan, dan
tidak terdapat usulan pekerjaan tipe pemeliharaan lainnya yang cukup berarti.
5. Jika pemeliharaan jembatan dibutuhkan, jangan memasukkan panjang km kedalam
kolom jembatan; tetapi masukkan jumlah panjang jembatan yang memerlukan
pemeliharaan berkala dalam `meter', atau bertanda `x' untuk menunjukkan bahwa
terdapat kebutuhan perbaikan yang berarti namun belum diukur.
5B - 4
6. Pilihan tipe pemeliharaan berkala ` campuran' dapat dipilih jika tidak terdapat suatu
tipe pemeliharaan yang dominan. Sebagai contoh : suatu pekerjaan campuran yang
tidak pasti antara penambalan lubang dan bagian 'overlay' yang pendek dengan
perbaikan gorong-gorong dan bahu jalan.
7. Biaya/km dan total biaya yang telah diperhitungkan (misalnya dari MS2), dapat
dimasukkan ke dalam kolom 19/20 pada tahap perencanaan untuk tujuan perkiraan
biaya. Jika tidak terdapat dasar yang memadai (dari MS2 /lainnya) untuk perkiraan
biaya pemeliharaan bagi segmen tersebut, biarkan kolom 19 dan 20 kosong. Program
komputer akan memberikan perkiraan biaya secara umum untuk setiap tipe
pekerjaan pemeliharan yang didasarkan atas : tipe permukaan, lebar jalan, tingkat
lalu-lintas, dan kabupatennya. Hal itu harus diperbaiki setelah dilakukannya MS2,
dan kemudian DURP akan dilengkapi berdasarkan pada pekerjaan sebenarnya yang
diperlukan dan sudah diukur pada saat penyusunan anggaran terakhir.
8. Pada segmen-segmen yang disarankan untuk pemeliharaan rutin, alokasi dananya
hanya ditentukan secara umum saja dan biasanya tidak akan dilakukan survai
tertentu sampai pekerjaan pemeliharaannya sendiri siap untuk dimulai.
Bagaimanapun ruas-ruas ini harus sudah dalam pengawasan dan pemeliharaan
secara teratur.
9. Ruas-ruas yang disarankan untuk pemeliharaan periodik memerlukan survai MS2
untuk menentukan pekerjaan yang dibutuhkan, volume serta biayanya secara lebih
rinci.
10. Bandingkan data K1 dan peta dengan data S1 untuk nomor ruas, nama ruas, titik
pengenal, panjang ruas, lebar perkerasan dan KRLL. Jika data K1 benar-benar
dianggap salah, perbaiki data tersebut secara manual pada P1 dan beri tanda pada
kolom kebutuhan revisi K1 (21) untuk mengingatkan bagian perencanaan supaya
merubah database K1.
11. Periksa juga (dari K3 atau RD-1.JK) apakah riwayat pekerjaan jalan sudah benar
dan perbaiki kode M1-M10 pada kolom 12 jika perlu.
12. Akhirnya masukkan data bulan dan tahun dari survai S1 yang baru dilengkapi pada
kolom 22.
5B - 5
5B - 6
5B - 7
3.1
1. Semua proyek yang menjadi sasaran studi perencanaan yang didasarkan pada
formulir analisa A1, harus dimasukkan dalam daftar panjang P2.
2. Proyek-proyek ini akan disusun dalam dua kelompok, yaitu : proyek hasil studi baru
dari studi perencanaan tahun terakhir dan proyek luncuran dari studi-studi sejak tiga
tahun lalu yang belum dilaksanakan. Kedua kelompok tersebut disusun secara
terpisah dan diurutkan berdasarkan NPV/KM.
3. Proyek yang kelayakannya negatif atau tidak dievaluasi (NE) juga dikelompokkan
secara terpisah. Proyek pemeliharaan periodik hasil evaluasi , juga dikelompokkan
secara terpisah.
4. Daftar P2 disiapkan dalam bulan Juli - Agustus segera setelah tahap analisa selesai.
Daftar P2 tersebut dapat dirubah/diperbaiki berdasarkan hasil dari studi-studi
lanjutan yang dilakukan kemudian.
5. Daftar P2 dapat dibuat secara manual maupun dari database komputer, keduanya
hanya mempunyai perbedaan kecil saja dalam formatnya. Semua kolom diisi secara
langsung dari lembar analisa A1.
3.2
PENYUSUNAN P2
Proyek-proyek luncuran dari studi-studi sejak tiga tahun yang lalu namun belum
dilaksanakan (tidak termasuk proyek-proyek dalam program kerja tahun ini).
Proyek-proyek dari studi perencanaan yang baru saja diselesaikan.
5C - 1
c. Untuk penyusunan daftar P2 secara manual, maka kelompok proyek luncuran harus
disusun pada lembar P2 yang terpisah untuk kelompok proyek yang baru. Setiap
proyek dimasukkan kedalam daftar dengan nomor ruas/proyek yang berurutan.
Biaya dan manfaat untuk proyek luncuran harus merupakan biaya dan manfaat yang
digunakan dalam studi aslinya dengan nomor tahun proyek yang sama.
d. Dalam P2 hasil komputer, proyek-proyek disusun secara otomatis berdasarkan
peringkat NPV/Km dan dikelompokkan dalam empat bagian :
A = Proyek-proyek Luncuran
B = Proyek-proyek studi baru : layak
C = Proyek-proyek studi baru lainnya : belum layak atau tidak dievaluasi
(tidak termasuk proyek-proyek pemeliharaan)
D = Proyek-proyek pemeliharaan termasuk proyek pemeliharaan berkala (MP)
yang dievaluasi, dan proyek pemeliharaan rutin (MR)
e. Dalam P2 hasil komputer, proyek `luncuran' secara otomatis diperbaharui ke dalam
tingkat harga tahun yang sedang berjalan dengan perhitungan kembali secara
otomatis juga terhadap NPV/Km-nya.
3.2.2 PROYEK LUNCURAN DAN KONSTRUKSI `BERTAHAP'
PROYEK LUNCURAN
a. Beberapa proyek `luncuran' sebagian mungkin telah dilaksanakan. Ini harus
dipisahkan ke dalam bagian `yang telah dilaksanakan' dan bagian `luncuran'.
b. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan nomor proyek, panjang dan
biayanya pada copy dari lembar A1 asli, namun dengan menggunakan tingkat biaya
dan manfaat per kilometer yang asli.
c. Pastikan bahwa pekerjaan jembatan ditentukan dalam bagian proyek yang benar,
dan bahwa biaya dan NPV/Km-nya dihitung kembali dengan benar.
d. Data proyek pada A1 yang lama dan bagian yang telah dilaksanakan supaya diberi
kode `X' dalam database dan tidak perlu muncul lagi dalam daftar P2 (disimpan
hanya untuk keperluan dokumentasi).
e. Bagian proyek luncuran baru yang telah `dipisahkan' akan muncul pada P2 dan
diberi kode `R' (direkomendasikan) atau `C' (proyek luncuran prioritas) bila
merupakan prioritas tinggi untuk diselesaikan.
PROYEK KONSTRUKSI BERTAHAP
a. Struktur perkerasan dari sejumlah proyek yang pada tahun-tahun awal studi
perencanaan dinyatakan layak, pada prakteknya kadang-kadang dibangun secara
`bertahap' dalam 2 tahun atau lebih. Misalnya, LPB (sub-base) dan/atau LPA (base
course) dihamparkan, dipadatkan dan dibiarkan selama satu tahun, lalu lapisan
permukaannya dihamparkan pada tahun berikutnya.
b. Meskipun hal ini pada umumnya tidak direkomendasikan, namun kadang-kadang
terpaksa dilakukan karena adanya keterbatasan dana yang tidak dapat dihindari,
atau dalam beberapa kasus juga karena alasan teknis ;misalnya karena diinginkan
agar Lapisan Pondasi Atas (LPA) benar-benar mantap dan menjadi cukup
kepadatannya sebelum dilakukan pengaspalan.
Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan
5C - 2
c. Dalam proyek `konstruksi bertahap' ini, penting untuk diperhatikan bahwa `tahap'
kedua akan muncul dalam P2 sebagai proyek `luncuran' yang mendapatkan prioritas
tinggi dengan perkiraan biaya dan manfaat yang benar.
d. Prosedur yang telah disederhanakan untuk menyiapkan data baru bagi proyek
`luncuran' bertahap adalah sebagai berikut :
Perbaiki proyek `luncuran bertahap' dengan kode tahun studi yang sedang berjalan.
Hitung kembali manfaat asli dengan menggunakan tabel manfaat yang baru (tahun
ini), namun berdasarkan pada lalu-lintas/kondisi jalan atau data kependudukan /
hambatan akses yang sama.
Kurangi nilai manfaat hasil perhitungan ulang dengan biaya sebenarnya dari tahap
pertama konstruksi tahun ini, untuk menghasilkan nilai manfaat baru yang telah
diperbaiki.
Ganti tipe/kondisi lapisan permukaan yang ada untuk menggambarkan kondisi
`antara' setelah pelaksanaan konstruksi tahap pertama (misalnya kerikil rusak atau
tanah rusak).
Perkirakan biaya yang sekarang diperlukan untuk menyelesaikan jalan tersebut dari
matrik biaya tahun ini (atau gunakan biaya disain yang sebenarnya bila ada) dan
masukkan data biaya yang baru ke dalam A1.
Hitung kembali secara manual NPV/km yang telah diperbaiki ke dalam A1.
Sesuaikan rekomendasi proyek dengan memberikan kode `C', yakni proyek
luncuran yang harus mendapatkan prioritas tinggi untuk diselesaikan.
Contoh :
Uraian
Manfaat
(Juta
/km)
Biaya
(Juta
/km)
NPV
(Juta
/km)
120
100
20
60
128
128 - 60
= 68
50
68 - 50
= 18
5C - 3
4.1
1. Prosedur perencanaan ini berlaku bagi semua jenis pekerjaan yang dilaksanakan dan
semua dana yang tersedia untuk jalan kabupaten. Kabupaten perlu untuk secara
teratur membuat suatu penaksiran terhadap pekerjaan-pekerjaan dan kebutuhan
anggaran, serta bagaimana cara mengalokasikan dananya di antara kategori-kategori
pekerjaan jalan seperti pemeliharaan, pekerjaan berat dan lain sebagainya.
2. Formulir P5 digunakan untuk membantu kabupaten merumuskan strategi
penggunaan dana untuk pekerjaan jalan yang masuk akal, serta menyiapkan
informasi yang diperlukan.
3. Strategi umum yang disarankan adalah sebagai berikut :
Beri prioritas pertama pada semua pekerjaan pemeliharaan yang telah ditentukan
(P1).
Alokasikan sisa dananya pada pekerjaan jalan yang layak dengan prioritas pertama
pada jalan yang dapat dilewati kendaraan bermotor dan prioritas terendah pada jalan
`baru'.
Sisakan cadangan dana untuk pekerjaan penyangga/darurat.
4. Perlu dicatat bahwa formulir P5 ini dapat diisi secara manual; namun akan
disediakan pula dalam bentuk lembar kerja Komputer yang sederhana untuk
memudahkan percobaan penggunaan asumsi-asumsi.
4.2
PENYELESAIAN P5
b. Bagian pertama :
Baris A : Masukkan jumlah dana yang tersedia Inpres Dati II, BPJK/IPJK dan
sumber-sumber lainnya termasuk Bantuan Luar Negeri (BLN) pada tahun yang
sedang berjalan.
Baris B : Tentukan berapa banyak dari dana tersebut yang telah dialokasikan
untuk pekerjaan jalan dan jembatan kabupaten dalam tahun yang sedang berjalan;
tidak termasuk penggunaan dana untuk pasar, irigasi dan infrastruktur lainnya.
5D - 1
Baris - C/D/E : Tentukan jumlah kilometer, biaya rata-rata per kilometer dan
alokasi dana dari setiap sumber termasuk BLN dalam tahun program yang sedang
berjalan, untuk pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan pekerjaan berat.
Baris - F : Tentukan alokasi dana tahun ini untuk `biaya umum' yang dikaitkan
dengan program jalan, termasuk pemeliharaan untuk alat-alat berat dan bengkel
(workshop). Jelaskan jumlah dana ini sebagai bagian dari jumlah keseluruhan
penggunaan dana untuk pekerjaan jalan.
c. Bagian kedua :
Baris - G/H : Tentukan asumsi kenaikan dana yang tersedia untuk pembangunan
jalan tahun berikutnya dalam persen; asumsikan ini sebesar 10% (x 1.1) dalam
ketiadaan informasi lainnya. Hitung jumlah dana yang diasumsikan akan tersedia
dengan mengalikan angka-angka di deret B dengan faktor inflasi di deret G.
Sebutkan juga perkiraan tingkat kenaikan harga (misalnya, x 1.1).
Baris I : Hitung `biaya umum' yang diperlukan dengan menerapkan persentase
yang sama seperti yang dibuat dalam deret G untuk tahun yang sedang berjalan.
Baris J : Perkirakan dari P1 terakhir, jumlah kebutuhan untuk pemeliharaan
rutin dalam kilometer, jumlah biaya dan biaya rata-rata km; biasanya ini harus
100% dari jalan-jalan aspal dan kerikil yang berkondisi baik/sedang.
Baris K : Perkirakan dari P1 terakhir, jumlah kebutuhan untuk pemeliharan
berkala dalam kilometer, jumlah biaya dan biaya rata- rata/km; panjang jalan yang
memerlukan pemeliharaan berkala dapat diasumsikan sebagai 25% dari panjang
jalan untuk pemeliharaan rutin.
Baris L : Sisihkan sebagian dari jumlah seluruh dana untuk pekerjaan
penyangga/ darurat, dalam deret H (coba antara 0 - 15%); perkirakan jumlah
kilometernya yang dapat dilakukan dengan membagi biaya total dengan biaya
pekerjaan penyangga Km yang mewakili (yang tidak akan lebih besar dari 10%
biaya pekerjaan berat/Km di P2, atau kurang lebih dua kali biaya pemeliharaan rutin
per kilometer).
Baris M : Perkirakan jumlah dana yang tersisa untuk pekerjaan berat (dan
pekerjaan penyangga) dengan mengurangkan biaya total dalam baris (I + J + K + L)
dari seluruh biaya jalan kabupaten dalam kolom (H). Masukkan biaya rata-rata/Km
untuk pekerjaan berat dari P2. Perkirakan jumlah kilometer pekerjaan berat yang
akan dibiayai, dengan membagi seluruh biaya untuk pekerjaan berat dengan biaya
pekerjaan berat rata-rata/Km.
5D - 2
5D - 3
5D - 4
5.1
1. Daftar pendek usulan pekerjaan berat yang dikenal dengan P3 berisikan proyekproyek yang dipilih dari daftar panjang P2, dengan jumlah yang dibatasi sesuai
dengan batas kumulatif anggaran yang tersedia dan ditentukan dalam tugas 5D.
2. Hanya proyek-proyek yang telah distudi dan dinyatakan layak secara ekonomi saja
yang dapat dimasukkan dalam daftar ini.
3. Proyek harus dipilih hanya atas dasar prioritas ekonomis yang ditunjukkan oleh hasil
studi perencanaan. Dalam hal ini masalah-masalah daerah perlu juga diperhitungkan,
termasuk rencana pengembangan kabupaten dan fungsi jalan.
4. P3 pendahuluan harus disiapkan segera setelah P2 selesai dalam bulan Juli - Agustus
untuk dijadikan sebagai usulan pekerjaan berat dalam UR-1.JK yang akan diajukan
dalam RAKORBANG.
5. P3 versi komputer disusun secara otomatis berdasarkan nomor urutan prioritas yang
diberikan pada P2 sampai batas anggaran yang ditentukan (sementara) atau batas
panjang Km tertentu. Formulir P3 ini dapat juga disusun secara manual.
6. Proyek-proyek yang tidak dapat dimasukkan ke dalam P3 karena tidak tersedia
cukup dana atau saat ini belum layak untuk pekerjaan berat, harus dimasukkan ke
dalam daftar pendek untuk usulan pekerjaan penyangga (P4).
7. Jadi semua jalan dalam jaringan jalan kabupaten yang dapat dilalui kendaraan roda4 harus dimasukkan kedalam salah satu dari tiga daftar berikut : P1 untuk pekerjaan
pemeliharaan, P3 untuk pekerjaan berat atau P4 untuk pekerjaan penyangga.
8. Jalan-jalan yang tanpa usulan penanganan, hanyalah jalan tanah yang tidak dapat
dilewati kendaraan bermotor dan jalan setapak yang belum pernah dipilih sebagai
prioritas untuk peningkatan, berdasarkan studi-studi perencanaan.
5.2
1. Proyek-proyek yang diusulkan untuk pekerjaan berat pada P3 hanya dapat dipilih
dari kelompok proyek yang layak pada bagian A dan B daftar panjang P2. Proyekproyek yang belum layak (NV) atau tidak dievaluasi (NE) tidak boleh dipilih.
2. Kolom 29 dalam P2 harus digunakan untuk membuat peringkat prioritas, dengan
memberi urutan nomor mulai dari 1 sebagai prioritas tertinggi. P3 hasil komputer
akan menggunakan urutan nomor ini untuk menyusun P3 secara otomatis sampai ke
batas kilometer tertentu ataupun batas dana tertentu. P3 secara manual harus
menggunakan urutan nomor-nomor di P2 untuk mendaftar proyek pada P3 dalam
urutan yang diperlukan.
3. Kriteria pokok yang dipakai untuk pemilihan prioritas adalah NPV/KM, dengan
memberikan prioritas pertama pada proyek yang NPV/Km-nya tertinggi. Dalam P2
hasil komputer terdaftar proyek-proyek dalam urutan NPV/Km untuk memudahkan
pemilihannya.
Modul 6 : Tugas 5 - Persiapan Program Tahunan
5E - 1
4. Kode evaluasi proyek juga diberikan pada proyek-proyek dengan tanda kisaran
NPV/Km (***/**/*) untuk petunjuk pemilihannya. Petunjuk umum untuk pemilihan
adalah sebagai berikut :
5.3
PENYUSUNAN P3
1. Daftar proyek yang telah dipilih ke dalam P3 disusun dengan urutan prioritas secara
menurun dan menunjukkan biaya secara kumulatif di dalam kolom 17. Sebagian
besar kolom-kolom dalam P3 secara langsung sesuai dengan P2.
Kolom 1 - 4 : menunjukkan ruas
Kolom 5 - 8 : menunjukkan panjang dan lokasi proyek
Kolom 9 -17 : menunjukkan karakteristik proyek dan biaya-biaya untuk
jalan dan jembatan secara terpisah
Kolom 18
: menunjukkan NPV/KM
Kolom 19
: menunjukkan nomor urutan prioritas kabupaten
Kolom 20
: menetapkan sumber dana (misalnya IBRD) bila diketahui
Kolom 21
: memberikan status penilaian lingkungan proyek (bila sudah
diketahui)
Kolom 22
: ruangan untuk catatan, termasuk misalnya kode masalah data,
hasil temuan audit dan lain sebagainya.
2. Informasi lebih lanjut tentang cara mengisi kolom 20-22 diberikan dalam tugas 5F.
5E - 2
5E - 3
5E - 4
5.4
PENYUSUNAN P4
5E - 5
5E - 6
6.1
1. Kaji ulang program dan perbaikannya dilakukan dalam beberapa tahap, antara waktu
merumuskan program pendahuluan dalam bulan Juli - Agustus dan penyelesaiannya
pada RAKON dalam bulan Desember tahun yang sama.
2. Sebagian besar dari kegiatan kaji ulang ini masih dilaksanakan oleh instansi di
tingkat propinsi ataupun pusat, atau oleh konsultan yang membantu instansi tersebut,
namun kabupaten perlu menyadari akan ruang lingkup dan tujuan dari kegiatankegiatan ini.
3. Kegiatan utama untuk pekerjaan berat mencakup :
Penyaringan lingkungan (Tugas 3G)
Audit studi perencanaan dan tindak lanjutnya
Penyesuaian untuk memenuhi kriteria nasional/propinsi.
Kaji ulang prioritas kabupaten
Penyesuaian terhadap alokasi dana
Kaji ulang elijibilitas disain dan pasca disain
Penyediaan untuk proyek-proyek luncuran yang dianggarkan kembali
Proses persetujuan teknis dan anggaran.
Persiapan kerangka program ke depan
4. Daftar pendek P3 yang telah diperbaiki perlu dibuat dalam bulan Agustus September yang mendokumentasi perubahan-perubahan yang timbul dari kegiatankegiatan (1) s/d (5).
5. Dokumen anggaran yang telah selesai (RD-1.JK) yang telah disetujui dalam
RAKON, harus menunjukkan biaya DURP disain (bukan biaya tahap perencanaan)
dan perubahan- perubahan yang timbul dari kegiatan-kegiatan (5) s/d (7).
6.2
PENYARINGAN LINGKUNGAN
5F - 1
6.3
1. Audit atau pemeriksaan terhadap beberapa sampel proyek yang dilaksanakan oleh
instansi di luar kabupaten (pusat, propinsi atau konsultan) telah dilembagakan di
dalam program Pinjaman / Hibah Luar Negeri (PHLN) antara lain IBRD dan telah
diberlakukan untuk seluruh program jalan kabupaten berdasarkan sampel.
2. Kegunaannya adalah untuk memeriksa ketepatan dan keabsahan data hasil studi
perencanaan, sebagai dasar untuk pelaksanaan pemantauan dan sebagai umpan balik
pada proses perencanaan.
3. Kabupaten akan diberitahu mengenai hasilnya bila audit telah selesai dilaksanakan,
termasuk setiap tindak lanjut yang diperlukan. Sebagai hasilnya beberapa proyek
yang diusulkan mungkin harus ditentukan kembali atau dikeluarkan dari program.
6.4
6.5
1. Perubahan dalam prioritas kabupaten sendiri, dapat terjadi selama lima sampai enam
bulan antara usulan program awal dan akhir.
2. Sebenarnya hal ini harus dibuat sesingkat mungkin, agar kegiatan persiapan lainnya
dapat diselesaikan pada waktunya. Namun beberapa perubahan memang tidak dapat
dihindarkan; misalnya bila suatu jalan penting ternyata diketahui kerusakannya lebih
cepat daripada yang diperkirakan.
6.6
1. Besarnya dana secara keseluruhan tidak dapat ditentukan sampai bulan Nopember,
dan alokasinya per kabupaten diumumkan pada bulan Desember.
2. Bila alokasinya lebih tinggi atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, maka
programnya perlu disesuaikan. Dalam hal ini kabupaten harus selalu mempunyai
cadangan proyek yang telah direncanakan dan didisain untuk menampung
perubahan-perubahan tersebut.
6.7
1. Kabupaten harus memulai survai disain terhadap semua proyek yang ada di dalam
P3 pada bulan September - Oktober, (dengan / tanpa bantuan dari instansi Propinsi
atau Konsultan). Disainnya harus sudah selesai untuk dikaji-ulang dan disusun
dalam bentuk DURP paling lambat pada bulan Desember.
5F - 2
:
:
:
:
:
:
:
6. Bila kode ketidak-sesuaian ini digabungkan dengan kode '1' (elijibel), hal ini hanya
sebagai catatan saja untuk keperluan pemantauan dan dokumentasi.
6.8
1. Suatu kaji ulang terhadap kemajuan kerja dari proyek yang sedang berjalan dalam
kwartal terakhir tahun anggaran, dapat mengungkapkan bahwa beberapa proyek
tidak akan selesai pada akhir Desember.
2. Proyek-proyek ini perlu dianggarkan kembali untuk penyelesaiannya dalam program
tahun yang akan datang (`luncuran'). Proyek-proyek tersebut harus mendapatkan
prioritas yang tinggi dalam pengalokasian dana kabupaten, sebelum proyek
perkerjaan berat yang baru dimulai, dan karenanya, proyek yang baru ini harus
dipotong.
6.9
1. Rincian persetujuan teknis harus ditangani selama tahap kaji ulang elijibilitas dalam
bulan Nopember - Desember.
2. Usulan yang sudah elijibel disusun oleh kabupaten dalam format standar di dalam
dokumen RD-1.JK bersama-sama dengan kode elijibilitas. RAKON, dengan
demikian harus dibatasi pada proses formal mengenai persetujuan anggaran.
5F - 3
3. Format RD-1.JK mempunyai kolom- kolom yang hampir sama dengan yang ada
pada P3 sebagai berikut:
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
1
2 - 6
7 - 9
10 - 17
18 - 24
25
26
27
28
29
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kode Proyek
Menunjukkan ruas
Menunjukkan proyek dalam panjang dan pal km
Menunjukkan karakteristik proyek dan biayanya
Menunjukkan sumber pembiayaan
Muncul tidaknya proyek dalam UR-1.JK
Status evaluasi perencanaan
Biaya/Km
Kode elijibilitas perencanaan
Keterangan
MR
MP
PK
H
:
:
:
:
5F - 4
5F - 5
NOMOR
PROYEK
A1
AWAL
KABUPATEN
AKHIR
HAL.
PAL KM
PROYEK
PANGKAL
UJUNG
NAMA RUAS
PANJANG
PROYEK (KM)
KELAN
DAIAN
KRLL
TITIK PENGENAL
YANG ADA
DIUSULKAN
T IPE
FOTO / POS PLL /
LOKASI S-8
KECEPATAN (KM/JAM)
KELANDAIAN JALAN
KM.YSD
PANJANG JEMBATAN
ATAU LEBAR SUNGAI (M)
F.P.O.
LEBAR PERKERASAN+
BAHU JALAN (M)
PERMUKAAN. JALAN
NOMOR
RUAS
KO ND ISI
BAIK
PK
KM. ODOM
PANJANG
SEGMEN (Km)
CBR
MP
NO. DES
HARGA SATUAN
Rp. Jt/Km
PEKERJAAN JEMBATAN
LOKASI
JENIS
JENIS
PANJ
LEB
BIAYA
BIAYA
KM
PKJN
JBT
(M)
(M)
Rp.Jt/m
Rp. Juta
JUMLAH BIAYA
JALAN + JEMBATAN
Rp. Jt./Km
Rp. Juta
Rp. Jt/Km
TOTAL PANJANG
JUMLAH
JEMBATAN (M)
JEMBATAN
PAL. KM
1-6
LOKASI
POS P.L.L.
NO
POS
PAL KM
(YSD)
10
11
PERIKSA
KOORD. TIM
12
TGL.
13
14
TANDA TANGAN
15
KRLL
MANFAAT
KENDARAAN
RODA 4
8-15
TOTAL LHR
EKIVALEN
1-15
KLASIFIKASI
RUAS
PP-PPJKK
PENDUDUK
PJG. (KM)
KONSULTAN
TAHUN
PROSES DATA
YA
TDK
YA
TDK
HUTAN/
CURAM?
C A T A T A N:
SUMBER DANA
JALAN BARU
UNTUK
RODA - 4 ?
TIPE
PEKERJAAN
KODE AKSES
Rp. Jt/Km
A2
A3
NAMA RUAS
LOKASI POS
PERTAMA
WILAYAH
NO.RUAS
NO. POS
KEDUA
A2
RATA -
HARI
RATA
FAKTOR
TANGGAL
DUA HARI
PENYE -
LHR
PERHI -
SUAIAN
EKIVALEN
PASAR * :
TUNGAN
Pejalan Kaki
Pikulan / Gendongan
Sepeda
Sepeda + Barang
Becak
PLL
PLL
A+B
12 Jam
12 Jam
CxD
**
1 -- 6
Sepeda Motor
Pick - up Penumpang
Pick - up Barang
10
Bis
11
Truk Ringan
12
Truk Sedang
13
Truk Berat
14
Sedan / Jeep
15
***
1.28
KRLL
KETERANGAN :
* Tulis Nama Pasar dan
tulis 'HP' kalau Hari Pasar atau 'BHP' kalau Bukan Hari Pasar
** Tulis Nama Tipe Kendaraan Tak Bermotor lainnya
*** Tulis Nama Tipe Kendaraan Bermotor lainnya
MANFAAT
BAURAN KENDARAAN
BERAT ( BKB )
( KOLOM C )
(%)
Indik.
Skr
Kecep.
S1/
Km/Jm
MS2
30-45
SEDANG
SEDANG/
Kondisi
Tipe Usulan
TOTAL LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA (LHR EKIVALEN RODA 4) YANG ADA
Pekjn
Permk
20
30
40
<11
MS
MR
MR
MR
MP
MR
13
12
12
19
26
34
44
54
74
88
110
125
149
171
197
216
246
261
25-40
<15
MP
11
22
21
23
32
41
52
64
76
99
114
139
156
182
207
235
256
288
305
25-35
<17
MP
18
32
36
34
46
59
72
85
99
125
136
163
174
204
232
262
285
322
331
PK
26
44
54
53
69
87
105
125
143
181
203
243
263
305
344
385
421
467
486
RUSAK
15-30
>16
PK
38
62
76
89
112
137
160
185
210
258
275
325
330
377
432
479
529
531
579
RSK BRT
15-20
>20
PK
38
62
104
122
147
173
199
225
251
303
337
390
398
453
506
560
611
606
664
BAIK
30-45
<11
PK
13
20
24
32
40
48
62
74
82
82
83
91
97
103
109
114
SEDANG
25-35
<17
MP
PK
BAIK/
SEDANG
ASPAL
RUSAK
KERIKIL
RUSAK
RSK BRT
RUSAK
15-25
10-20
15-20
>16
>20
MR
MR
MR
-
BATU
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
TANAH
RSK BRT
10-15
PK
PK
RUSAK
10-20
PK
PK
RSK BRT
5-15
PK
PK
15
12
-
71
180
87
102
200
115
220
143
240
163
260
193
280
204
300
231
45
53
56
65
72
77
86
87
94
100
106
112
117
122
140
177
214
251
289
326
363
400
437
474
511
38
52
92
112
132
152
191
232
266
309
343
381
416
451
484
517
27
40
57
71
84
78
96
133
171
208
246
284
322
360
398
436
474
69
89
109
129
149
170
209
249
287
324
361
397
433
471
499
537
45
62
76
88
82
100
136
173
211
248
286
323
361
399
437
475
74
95
114
134
154
174
212
252
287
326
363
398
433
467
500
536
44
59
73
85
77
94
130
165
201
237
273
310
346
383
419
456
73
92
111
130
149
169
205
243
279
316
348
387
420
453
486
517
74
93
114
129
132
155
202
250
298
347
395
444
493
542
591
641
104
128
154
179
205
229
278
326
377
423
472
518
564
608
647
690
29
42
59
73
86
80
98
135
172
210
247
285
323
360
399
437
475
72
91
112
132
152
171
212
250
288
325
359
397
432
466
499
536
32
45
62
76
88
82
100
136
173
211
248
286
323
361
399
437
475
75
95
115
134
154
173
213
251
287
326
362
397
432
465
498
536
62
160
103
52
17
46
140
36
39
120
85
31
14
30
100
23
34
24
90
50
29
18
19
80
16
70
41
14
60
18
-
13
50
WILAYAH : 2
: Kerikil
PK
: Pekerjaan Berat
MP
: 5 Cm Lapen Overlay
NILAI SEKARANG (PV) UNTUK MANFAAT PEKERJAAN BERAT DAN PEMELIHARAAN (Rp Jt/Km)
: Aspal (Lapen)
MS
MR
: Pemeliharaan Rutin
Kondisi
BAIK/
Indik.
Skr
Kecep.
S1/
Km/Jm
MS2
30-45
<11
SEDANG
SEDANG
25-40
<15
ASPAL
SEDANG/
25-35
<17
RUSAK
TOTAL LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA (LHR EKIVALEN RODA 4) YANG ADA
Tipe Usulan
Pekjn
Pmk
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
900
MS
293
324
396
457
529
582
595
621
688
668
834
829
1069
1133
1094
1281
1307
1476
1557
1759
MP
324
368
422
492
554
653
670
713
752
754
878
950
1106
1209
1155
1379
1417
1596
1718
1911
MP
371
418
479
551
618
727
747
689
730
789
922
1048
1164
1291
1263
1402
1511
1612
1825
2340
BW3
85
89
91
95
98
106
101
99
134
133
136
156
176
199
241
278
BW3.5
91
94
95
100
102
111
101
100
135
134
138
160
183
209
263
316
MP
397
440
506
586
655
774
800
1000
1047
871
1015
1084
1220
1379
1323
1481
1590
1701
2276
2446
PK
572
647
733
840
925
1063
1088
1351
1401
1178
1372
1477
1642
1801
1738
1922
2056
2183
2832
3001
15-30
>16
PK
569
634
726
978
1095
1271
1302
1366
1418
1137
1333
1418
1688
1679
1697
1885
2037
2166
2427
2602
RSK BRT
15-20
>20
PK
739
801
930
1059
1172
1370
1391
1449
1494
1114
1314
1346
1507
1607
1617
1787
1949
2087
2357
2543
BAIK
30-45
<11
PK
586
679
751
837
901
1102
1116
1152
1181
1241
1477
1547
SEDANG
25-35
<17
PK
608
691
752
839
902
1102
1116
1152
1181
1241
1476
1546
RUSAK
15-25
>16
PK
615
688
752
838
901
1047
1060
1093
1117
1183
1372
1367
RSK BRT
10-20
>20
PK
615
688
752
838
901
1046
1059
1092
1117
1181
1372
1366
BATU
RUSAK
15-20
PK
577
663
733
817
RSK BRT
10-15
PK
783
898
1006
1107
TANAH
RUSAK
10-20
PK
614
688
750
836
RSK BRT
5-15
PK
613
686
767
834
KERIKIL
RUSAK
WILAYAH : 2
: Aspal (Lapen)
MP
: 5 Cm Lapen Overlay
MS
PK
: Pekerjaan Berat
NILAI SEKARANG (PV) UNTUK MANFAAT PEKERJAAN BERAT DAN PEMELIHARAAN (Rp Jt/Km)
BW : Pelebaran
KABUPATEN
A3
WILAYAH:
NOMOR
PROYEK
NAMA RUAS
NO. RUAS
ODOM
PANJANG RUAS
FPO
PAL KM.
PROYEK
KM (YSD)
KM.
----
PANJANG
PROYEK (KM)
(KM)
Hal: dari:
Ruas ke
pusat kegiatan luar
A
Pusat
kegiatan luar
TERTUTUP
BERKALA
UNTUK
KENDARAAN
RODA 4
2-6 mg
PER th
JUMLAH PEND.
DESA
TINGKAT
HAMBATAN
AKSES
TERTUTUP
PERMANEN
UNTUK KENDARAAN
RODA 4
> 26 mg / th
Proyek distudi
TERLAYANI
PROYEK
KODE AKSES
TERTUTUP
PADA MUSIM
HUJAN
UNTUK
KENDARAAN
RODA 4
6-26 mg
PER th
LOKASI
HAMBATAN
DARI
(PAL KM)
RUAS
KE
TERBUKA
UNTUK
SEPEDA
MOTOR
TERTUTUP
UNTUK
SEPEDA
MOTOR
PANJANG
PROYEK
PANJANG SEGMEN
TERHAMBAT (KM)
MANFAAT
PERJALANAN/
KM (Rp.)
< 5 KM
561
723
802
941
5-15 KM
626
826
966
1168
> 15 KM
638
886
1048
1285
TOTAL
MANFAAT
MANFAAT (Rp.
MANFAAT / PERJALANAN / KM
[D]
Rp.) =
NOMOR PROYEK
PANJANG (KM)
PENDUDUK
TERLAYANI
NAMA PUSAT
KEGIATAN LUAR:
C1
(Contoh: A + B / 2)
RATA-RATA JARAK
PERJALANAN (RJP)
KE PUSAT
KEGIATAN LUAR
C2
< 3 Km
3 - 20 Km
> 20 Km
C3
C4
TINGKAT PERJALANAN [ E ]
C5
*
SUB TOTAL (PC)
TINGKAT
PERJALANAN
TOTAL
= PERJALANAN
X
MANFAAT / PERJALANAN / KM
KRLL
(Juta)
PENDUDUK
1
< 1700
5.0
8.1
8.4
11.7
1.1
1700 - 7000
11.7
17.7
17.7
21.0
2.1
> 7000
16.8
23.5
23.5
27.2
3.1
TOTAL MANFAAT
PERJALANAN / KM
BIAYA
PEMELIHARAAN
- Rp.
TOTAL MANFAAT
BRUTO (KOTOR)
(Ribu)
Rp.
Rp.
Juta / Km
Juta / Km
Contoh - 1
0.0
13.0
Km
Pangkal ruas
Pasar
Pal km
Nama pasar / pusat kegiatan
Ujung ruas
Pal km
B
0.0
Pasar Minggu
8.0
Kp. Opat
Pal km
8.0
Jembatan
Banjir /
Licin
Putus
Tergenang
Dari
Ke
H
Jalan
0.0 - 4.0
4.0
6.0 - 7.0
Pal km
DIMUSIM
UNTUK
HUJAN
KEND. RODA-4
KEND.
UNTUK
TINGKAT
HAMBATAN
RODA-4
AKSES
TERTUTUP
PERMANEN UNTUK
KEND.
TERBUKA
RODA-4
UNTUK
UNTUK
2 - 6 mg
6 - 26 mg
SEPEDA
SEPEDA
per thn
per thn
MOTOR
MOTOR
KODE AKSES
TERTUTUP
LOKASI
DARI
0.0
4.0
KE
4.0
8.0
HAMBATAN
(PAL KM
PANJANG
RUAS)
PROYEK
PANJANG
SEGMEN YANG
4.0
4.0
8.0
TERHAMBAT (KM)
< 5
Km
561
723
802
941
626
826
966
1168
638
886
1048
1285
MANFAAT /
PERJALA -
5-15
NAN / KM
Km
>15
( Rp )
Km
MANFAAT ( Rp )
MANFAAT / PERJALANAN / Km
TOTAL
2244
+
[D]
3764
( Rp )
MANFAAT
6008
751
D, E & M
Contoh - 2
0.0
5.0
Jarak pasar ke pangkal ruas
Km
Pangkal ruas
Ujung ruas
Pal km
Pasar
Pal km
B
0.0
Pasar Rebo
12.0
Kp. Opat
Pal km
12.0
Jalan
Licin
Berlumpur
Tanah
Longsor
Dari
Ke
Jalan
Lima - Onom
1.5 - 3.0
3.5 - 5.5
6.5
Pal km
TERTUTUP
TERTUTUP
TERTUTUP
BERKALA
DIMUSIM
PERMANEN UNTUK
TINGKAT
UNTUK
HUJAN
KEND. RODA-4
KEND.
UNTUK
HAMBATAN
RODA-4
KEND.
TERBUKA
TERTUTUP
RODA-4
UNTUK
UNTUK
2 - 6 mg
6 - 26 mg
SEPEDA
SEPEDA
per thn
per thn
MOTOR
MOTOR
DARI
0.0
3.5
6.5
KE
3.5
6.5
12.0
AKSES
KODE AKSES
LOKASI
HAMBATAN
PANJANG
(PAL KM
RUAS)
PROYEK
PANJANG
3.5
SEGMEN YANG
3.0
5.5
12.0
TERHAMBAT (KM)
< 5
Km
561
723
802
941
626
826
966
1168
638
886
1048
1285
MANFAAT /
PERJALA -
5-15
NAN / KM
Km
>15
( Rp )
Km
TOTAL
1964
MANFAAT ( Rp )
MANFAAT / PERJALANAN / Km
2169
5313
+
[D]
+
( Rp )
D, E & M
MANFAAT
9446
787
A4
KABUPATEN
JALAN SAJA
TIPE PROYEK :
NO.RUAS
NAMA RUAS
PAL KM
JEMBATAN SAJA
PANJANG
LOKASI
NOMOR
PROYEK
JEMBATAN
PROYEK
JUMLAH
VOC
Rp/km
DATA RUAS
DATA RUAS
Aspal
B/S
300
TANPA PROYEK
DENGAN PROYEK
Aspal
S/R
388
NO.RUAS
Aspal
476
SEGMEN
Aspal
RB
602
KONDISI
Kerikil
B/S
341
VOC/Km
Kerikil
S/R
420
PANJANG
Kerikil
476
VOC RUAS
Kerikil
RB
637
Batu
602
LHR S.M
Batu
RB
694
8-15
Tanah
637
JUMLAH
Tanah
RB
781
Tksr.
PROPORSI
LHR
A-B
A-C
A-D
B-C
B-D
C-D
Tksr.
JML.
JML.
C
LHR
JUMLAH
X LHR
JUMLAH
X LHR
A-B
A-C
A-D
B-C
B-D
C-D
TOTAL
TOTAL VOC
TANPA PROYEK
TOTAL VOC
(Rp.'000)
DGN PROYEK
MANFAAT
(Rp.'000)
HARIAN
PANJANG
FAKTOR TOTAL
X
MANFAAT
PROYEK
MANFAAT
(Rp.'000)
per Km
(Rp. juta)
3000
No. Ruas
Pos PLL
Simpul Ruas
Pusat Utama
GAMBAR 3G1
PENYARINGAN LINGKUNGAN UNTUK RUAS JALAN KABUPATEN
PENYARINGAN
PENDAHULUAN
Apakah jalan akan melewati :
- Cagar alam ?
- Suaka margasatwa ?
- Hutan konservasi ?
- Daerah perlindungan
plasma nuftah ?
TIDAK
PENYARINGAN
TAHAP PERTAMA
Jalan baru untuk roda empat ?
YA
TIDAK
TIDAK
Kajian lingkungan ( KL )
Penilaian lingkungan tercakup dalam
Penilaian lingkungan sektoral, sedangkan
pengelolaan lingkungan sektoral
tercakup dalam prosedur operasi
standar yang meliputi proyek-proyek
sebagai berikut :
- Peningkatan jalan dengan pelebaran
(dampak langsung, tipe Dw)
- Peningkatan jalan tanpa pelebaran
(dampak langsung, tipe Dnw)
- Pembuatan jembatan
(dampak langsung, tipe Db)
- Pembuatan jalan baru
(dampak tidak langsung, tipe IDnr)
- Pembuatan jembatan
(dampak tidak langsung, tipe IDb)
- Peningkatan jalan dengan pelebaran
(dampak tidak langsung, tipe IDw)
TIDAK
YA
YA
GAMBAR 3G2
PROSES KONSULTASI MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN PROSEDUR PERENCANAAN SK77
Kajiulang dan
Pemutakhiran
Database
MUSBANG
Tingkat
Desa
MUSBANG
Tahunan
Survai
Perencanaan
Temukarya
Tingkat
Kecamatan
Analisa dan
Evaluasi
Penyusunan
Program
Tahunan
RAKORBANG
Tingkat
Kabupaten
RAKORBANG
Tingkat
Propinsi
KONSULTASI Tk
Regional dan
Nasional
R
A
K
O
N
Pertemuan
LMD
MUSBANG
Khusus
Alir perencanaan
Alir PSD
Konsultasi Masyarakat
KABUPATEN
K1
Titik Pengenal
Pangkal
Nama Ujung
Ruas
Lebar
Klasifi Kode
kasi Status
Ruas
Adm
Titik Pengenal
Ujung
Prmk.Jln.
Panj. Bagian
Panj.
Ruas
Nomor
Ruas
Hal : 6
Termasuk
Kecamatan
Pal Km
Awal
Pal Km
Akhir
(Km)
Tipe
(m)
Tahun
Pekerjaan
Terakhir
Total LHR
K
R
Kend.
Roda 4
Ekivalen
Roda 4
Bulan Tahun
Perubahan
Data
L
PK
MP
(ribu
jiwa)
LINGKUNGAN
Pendud
uk
S
T
22
23
S
12.1
12.2
69
6,8
LU
KP. MESJID
0,0
6,8
3,0
RB
TB
70
1
PARISA
71/SD
11,6
JJS
BM
AEK KANOPAN
0,0
5,0
3,5
TB
5,0
11,6
3,0
RB
TB
3/93
3.1
154
179
12/93
71
SIMANDIANGIN
MANOMPUK
BTS. KAB
13,0
JJS
BM
AEK KANOPAN
0,0
13,0
3,0
RB
TB
3/93
3.1
149
157
12/93
72
TANJUNG MEDAN
9,5
LU
TJ.MEDAN
0,0
3,5
3,0
RB
TMH
2/92
1.1
17
38/KC
DERMAGA
70/SD
MESJID
10.1
10.2
11
13
14
15.1
15.2
3/93
16
3.1
88
17
18
173
19
20
260
21
12/93
1314
10/92
RINGKASAN PANJANG JALAN (km) BERDASARKAN TIPE DAN KONDISI PERMUKAAN JALAN
ASPAL
Status
Admin
K
Baik
100.0
Sedang
BAT U
KERIKIL
80.0
20.0
90.0
60.0
350.0
30.0
30.0
Jumlah
60.0
Baik
50.0
T ANAH
70.0
10.0
140.0
24.6
24.6
34.6
164.6
Baik
Sedang
Tidak Ada
Data
TOTAL
850.0
D
P
H
T
A
BM
Jumlah
100.0
80.0
20.0
90.0
60.0
350.0
30.0
30.0
60.0
50.0
10.0
[12.1]. TIPE
A = Aspal
K = Kerikil
B = Batu
T = Tanah
C = Beton
70.0
[12.2]. KONDISI
B = Baik
S = Sedang
SR = Sedang/Rusak
R = Rusak
RB = Rusak Berat
24.6
300.0
[13]. HAMBATAN LALU LINTAS
TB = Terbuka Untuk Kendaraan
roda 4 sepanjang tahun.
TMH = Tertutup Untuk Kendaraan
roda 4 pada musim hujan.
TST = Tertutup Untuk Kendaraan
roda 4 sepanjang tahun.
874.6
KABUPATEN
SUMATERA UTARA
LABUHAN BATU
K2
1:2
DIISI OLEH
GT. SINAGA
TANGGAL : 5 - 12 - 1998
NO
RUAS
Km
SEGMEN
NAMA RUAS
PANJANG
(Km)
TIPE &
KONDISI
PERMUKAAN
LEBAR
(m)
HAMBATAN
LALU LINTAS
LHR
KEND.
RODA4
/Tahun
STATUS
ADMINIS
TRASI
KOTA UTAMA /
AKTIVITAS
YANG DILAYANI
10
(A) BAGIAN JALAN NEGARA DAN JALAN PROPINSI (YANG BERADA DI KABUPATEN). Data dari DPU/DPU Bina Marga Propinsi / K1 kolom : 1 - 9
TB
JP
20.0
AB
TB
JP
69.0
AS
TB
JP
33.0
AB
TB
JP
TB
JP
TB
JP
AB
(B) RUAS JALAN PENGHUBUNG TIAP KOTA KECAMATAN KE KOTA KABUPATEN (SATU RUTE SAJA). Data sesuai dengan daftar K1 kolom : 1 - 17
0.0 - 8.0
8.0
AR
3.5
TB
11
0.0 - 3.4
3.4
AB
3.5
TB
21
AR
3.5
TB
22
0.0 - 3.4
3.4
AS
3.5
TB
23
0.0 - 7.1
7.1
AS
3.5
TB
24
0.0 - 8.4
8.4
KS
3.5
TB
31
0.0 - 7.6
AR
3.5
TB
37
0.0 - 9.3
KS
3.5
TB
38
0.0 - 9.7
KR
3.5
TB
(C) RUAS JALAN ANTAR KABUPATEN (BAGIAN YANG BERADA DI KABUPATEN). Data sesuai dengan daftar K1 kolom : 1 - 17
70
71
AR
3.5
TB
3.5
TB
: [ 12 ] SUMATERA UTARA
3.1
3.2
PANJANG (Km)
NAMA RUAS
03
8.0
82
85
90
4.5
3.5
8.0
0.0
4.5
0.0
4.5
8.0
8.0
4. PB =
PK =
MP =
MR =
PJ/ =
RE
H =
Pembangunan Baru
Peningkatan
Pemeliharaan Periodik
Pemeliharaan Rutin
Penunjangan /
Rehabilitasi
Pekerjaan Penyangga
Biaya
Rp. Juta
Biaya/Km
Rp. Juta
3
3
4
###
###
519.2
9
13.1
64.9
5. Lihat RD-1.JK / HR
10. PBJ
PAJ
PB LPB
PB LPB
PK PM
A
Hal : 1
NO.RUAS
PROYEK JALAN
TAHUN
PRO - Panjang Panjang Bagian Jenis
Lebar
Tipe
Km.Awal Km.Akhir Pekerj. Permuk. ( m )
GRAM
Km
PJJ
9.1. Nomor Urut Jbt.
---> Lihat K-10
JL
GG
K3
Tgl. Perbaikan : ..
PROYEK JEMBATAN
Waktu Pelaks.
TOTAL
Biaya BIAYA Sumber
Mulai
Selesai
Jembata Jenis Pjng/Lbr
No. Jml. Pekerj. ( m / m ) Rp.Juta Rp.Juta DANA Bln/Thn Bln/Thn
9.1
9.2
= Pembangunan Baru
= Penggantian
Bangunan Atas
= Penunjangan /
Pemeliharaan
= Jembatan Limpas
= Gorong-gorong
10
11
PBJ 8,1/3,
5
14. IJ =
IK =
LL =
LL =
17. L =
ST =
MY =
B =
12
13
21
41
88
519
14
LL
IJ
IJ
15
16
Dari : 1
Status
Pekerjaan
Sumber
Tanggal
Data *
Catatan
17
18
19
K4
PROPINSI
DIISI OLEH
Hal :
KABUPATEN
TANGGAL
Dari :
(A)
(B)
2000
2001
Rp Juta
%
(C)
Rp Juta
Rp Juta
99/00
Rp Juta
98/99
Rp Juta
97/98
Rp Juta
SATUAN
(D)
PENINGKATAN (PK)
Km
- DAK / P2JKK / BPJK / IPJK
Meter **
Rp Juta
Km
Meter **
Rp Juta
Km
- PAD / lainnya :
Meter **
Rp Juta
Km
Jumlah
Meter **
Rp Juta
Km
Rp Juta
Km
Rp Juta
Km
Rp Juta
Km
Rp Juta
Km
Rp Juta
Km
Rp Juta
Km
Rp Juta
Km
Rp Juta
Rp Juta
Rp Juta
( D ) Rp Juta
** Panjang jembatan dalam meter tidak termasuk gorong - gorong
2002
PROPINSI :
K7
Diisi oleh :
JABATAN
Tanggal:
NAMA
BUPATI KDH
KEPALA DPUK/DPU-BM-K
KETUA BAPPEDA KABUPATEN
KEPALA BAGIAN PEMBANGUNAN KABUPATEN
NAMA
KOORDINATOR TIM *
TRANSPORT PLANNER **
PLANNING ENGINEER **
STAF
TEKNIK
SENIOR YUNIOR
STAF
ADMINIS
TRASI
PENGAWAS
OPERATOR
SOPIR
LAIN-LAIN
(SEBUTKAN)
JUMLAH
JUMLAH
STAF
PERMANEN HONORER
SARJANA
BIDANG
LAIN
KEAHLIAN
LAIN
STAF
TEKNIK
STAF
ADMINISTRASI
JUMLAH
STAF
JUMLAH
PERMANEN
HONORER
Disetujui oleh :
KETUA
BAPPEDA
KEPALA BAGIAN
PEMBANGUNAN
KEPALA
DPUK/DPU-BM-K
Kepala DPUK/DPU-BM-K
Nip.
KOORDINATOR TIM *
PLANNING
ENGINEER **
ASISTEN
SURVAIOR
TRANSPORT
PLANNER **
ASISTEN
TRANSPORT
PLANNER
KOORDINATOR
SURVAI LALU-LINTAS
Ketua BAPPEDA
Nip.
PENGHITUNG
LALU - LINTAS
( diambil dan dilatih
di tempat survey )
: SUMATERA UTARA
DI ISI OLEH
K8
: B. SYAFRUDDIN, BE
Hal : 1
TANGGAL SURVAI :
BAHAN / MATERIAL
HARGA SAT.
( Rp. )
M041
M3
6.600
M013
M3
13.200
M014
M3
12.300
M020
M3
17.200
Dari : 1
JARAK **
( Km )
54
10
19
KETERANGAN
Pasir pasangan
M021
M3
17.200
M022
M3
21.600
M023
M3
26.000
M024
M3
37.500
M025
M3
37.500
M026
M3
37.500
M041
M3
6.600
41
15
Pasir pasangan
M041
M3
6.600
20
Pasir pasangan
05. Perdagangan
M050
M3
3.100
28
10
Cadas
PROPINSI
TENAGA KERJA
NO.
1
2
3
4
5
6
7
UPAH
TENAGA KERJA
( Rp. / Hari )
6. 700
12. 400
5. 700
8. 600
7. 600
9. 600
6. 700
L_061
L_071
L_072
L_073
L_079
L_081
L_082
MATERIAL
Batu Gunung atau Quarry
Kerikil dari Galian Bukit
Kerikil Sungai
Batu Kali
Kerikil Sungai Ayak Tanpa Pasir
Batu Pecah 10 - 15 cm
Batu Pecah 7 - 10 cm
Batu Pecah 5 - 7 cm
Batu Pecah 3 - 5 cm
Batu Pecah 2 - 3 cm
Batu Pecah 1 - 2 cm
Batu Pecah 0,5 - 1 cm
Gorong2 Beton diameter 60 cm*
Gorong2 Beton diameter 80 cm*
Gorong2 Beton diameter 100 cm*
Pasir Urug / Timbun
Pasir Ayak untuk Beton
Sirtu ( tak diayak )
Bahan Timbunan Pilihan
Aspal Bitumen
Aspal Buton
Minyak Flux
Minyak Tanah
Kayu Bakar
Semen P C
Kapur Bakar
Batu Kapur
Cat Jembatan
Baja Tralis
Kawat Bronjong
Baut Baja
Besi Galvanisir
Baja Konstruksi
Paku Jembatan
Baja Tulangan Beton
Alat - alat Bantu **
Kayu untuk Perancah
Kayu utk Konstruksi Jembatan
Minyak Diesel / Solar
Bensin / Premium
Minyak Pelumas
* = tak bertulang
[ 12 ]
KODE
Mandor Lapangan
Mekanik
Mekanik Pembantu
Kepala Tukang
Tukang
Operator Terlatih
Operator Kurang Terlatih
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
: SUMATERA UTARA
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m
m
m
m3
m3
m3
m3
kg
ton
ltr
ltr
m3
40 kg
m3
m3
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
set
m3
m3
ltr
ltr
ltr
9. 300
12. 300
12. 300
13. 200
12. 300
17. 200
17. 200
21. 600
26. 000
37. 500
37. 500
37. 500
34. 000
43. 300
58. 800
6. 200
6. 600
11. 300
3. 100
600
300
6. 600
7. 900
150. 200
150. 200
6. 200
3. 100
3. 100
1. 300
3. 100
3. 100
2. 200
1. 300
26. 500
243. 100
331. 500
4. 400
M_010
M_011
M_012
M_013
M_014
M_020
M_021
M_022
M_023
M_024
M_025
M_026
M_031
M_033
M_035
M_040
M_041
M_042
M_050
M_061
M_062
M_063
M_065
M_070
M_080
M_081
M_082
M_090
M_161
M_162
M_163
M_164
M_165
M_166
M_167
M_170
M_180
M_181
M_183
M_184
M_185
NO.
8
9
10
11
12
13
14
K9
[ 05 ]
TENAGA KERJA
UPAH
KODE TENAGA KERJA
( Rp. / Hari )
Pembantu Operator
Supir Truk
Supir Personil
Pembantu Supir
Buruh Lapangan Tak Terlatih
Buruh Lapangan Kurang Terlatih
Buruh Lapangan Terlatih
L_089
L_091
L_092
L_099
L_101
L_103
L_106
JARAK
ANGKUT
RATA-RATA
ONGKOS
ANGKUT
JUMLAH
HARGA
PAJAK
( Rp. )
( Rp. )
( Rp. )
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
45
45
45
45
45
45
45
25.000
25.000
25.000
25.000
500
25.000
25.000
34.300
37.300
37.300
38.200
37.300
42.200
42.200
46.600
51.000
62.500
62.500
62.500
34.000
43.300
58.800
31.200
31.600
36.300
28.100
600
300
6.600
8.400
175.200
175.200
6.200
3.150
3.150
1.350
3.150
3.150
2.250
1.350
26.500
243.100
331.500
4,400
4.800
5.200
5.200
5.400
5.200
5.900
5.900
6.500
7.100
8.600
8.600
8.600
4.500
5.700
7.700
4.400
4.500
5.100
3.900
150
--70
900
1.200
23.400
23.400
800
350
350
150
350
350
250
150
3.500
31.900
43.500
( Km )
45
45
45
45
45
45
45
50
50
50
50
50
50
50
5.
7.
7.
4.
4.
5.
5.
JUMLAH HARGA
( TERMASUK
PAJAK )
( Rp. )
600
39.100
42.500
42.500
43.600
42.500
48.100
48.100
53.100
58.100
71.100
71.100
71.100
38.500
49.000
66.500
35.600
36.100
41.400
32.000
750
370
7.500
9.600
198.600
198.600
7.000
3.500
3.500
1.500
3.500
3.500
2.500
1.500
30.000
275.000
375.000
380
700
5.000
NAMA
JABATAN
DISIAPKAN OLEH :
B.Syafruddin, BE
DIPERIKSA OLEH :
Ir. Dahman M.
TANGGAL
TANDA TANGAN
,
Kasie jalan & Jembatan DPUK
Kadis PUK
700
600
600
800
800
200
700
PROPINSI
KABUPATEN :
K10
NAMA RUAS
NO.
URUT
NAMA JEMBATAN /
SUNGAI
DIISI OLEH :
Hal :
TANGGAL
Dari :
UKURAN
TIPE / KONDISI *
TIPE
LANTAI
SANDARAN
PONDASI
PAL PENYE- PAN - LEBAR (m) JMLH. BANGUNAN ATAS
TOBEN- TI- BA- A- KON- BAHAN KON- BAHAN KON- TI- BAHAN KONKM BERA- JANG JATAL TANG PE HAN SAL DISI
DISI
DISI PE
DISI
NGAN ( m ) LUR
3
6.1
6.2
10
11
12
13
14
15
16
17
18
KEPALA JEMB./PILAR
TIPE
BAHAN
KONDISI
19
20
21
J N : Jalan
TIPE
BANGUNAN ATAS
B :
Y :
T :
W :
G :
M :
L :
E :
P :
R :
S :
FX :
KX :
WX:
U :
K A : Kereta Api
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
A
R
W
L
:
:
:
:
K10-L
S : Sungai
ASAL
BANGUNAN ATAS
Kayu
Pasangan Bata
Pasangan Batu
Bronjong dan Sejenisnya
Pasangan Batu Kosong
Beton Tidak Bertulang
Beton Bertulang
Beton Pratekan
Baja
Lantai Baja Bergelombang
Pipa Baja Diisi Beton
Aluminium
Neoprene / Karet
Teflon
P V C
Geotextile
Tanah Biasa / Lempung
atau Timbunan
Aspal
Kerikil / Pasir
Macadam
Lain - lain
TIPE
PONDASI
:
:
:
:
:
:
TIPE
KEPALA JEMBATAN / PILAR
W : Acrow / Bailey
CA
: Cakar Ayam
KEPALA JEMBATAN
A : Australia
LS
: Langsung
A : Kep ( Cap )
B : Belanda Baru
TP
: Tiang Pancang
B : Dinding Penuh
D : Belanda Lama
PB
: Bore Pile
PILAR
I : Indonesia
SU
: Sumuran
C : Kep ( Cap )
J : Jepang
TU
: Tiang Ulir
P : Dinding Penuh
U : Kalender Hamilton
( Inggris )
S : Austria
( Semi Permanen )
P : Australia
( Semi Permanen )
T : Australia
( Trans Panel )
R : Austria
( Permanen )
E : Spanyol
BR
: Kawat Bronjong
S : Satu Kolom
LL
: Lain - lain
D : Dua Kolom
KONDISI :
0
1
2
3
4
5
L : Lain - lain
Baik Sekali
Rusak Ringan, Memerlukan Pemeliharaan Secara Rutin
Rusak, Perbaikan Berkala
Rusak Berat, Perbaikan Secepatnya Dalam Kurun Waktu 1 Tahun
Kritis, Penanganan Segera
Jembatan Runtuh
No
JIWA
Th.
NO. RUAS
36
39
43
51
K11
Hal : 1
902
PAL - KM
Dari : 1
JL.PROP
(PERIKSA)
/JL.NEG.
JUMLAH
Langga Payung
25,574
25.574
25.574
Sabungan
16,396
16.396
16.396
Lona
Godang
Sukamakmur
2,180
Parimburan
1,177
Jior
1,717
Ranto
1,775
Marsonja
3,720
1,215
10
Binanga Tolu
1,390
1,390
59,200
2.61
4,609
662
662
X
X
1,177
X
X
1,462
1,043
3.720
1.390
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
J U M L A H
Hubban. L
REVISI :
1.04
Hubban. L
Bilah Hulu
10 Kec. S UM
Langga Payung
10 Kec. SP UM
Kota Pinang
10 Kec. P UM
KANTOR POS
STASIUN KA/BIS
SKOR
(2+7+13+19+25)
SMA
APOTIK
10
11
12
13
18
19
20
21
22
23
24
25
26
1 1
5 1 1 1 1
15
24
94
20
1 1
5 0 0 0 0
31
10
0 0
2 0 0 0 0
12
10
1 0
4 0 0 1 0
27
20
1 1
5 1 1 1 1
15
56
Kec. P UM X
X
TOTAL
(20 S/D 24) x 6
X X X X X
RUMAH SAKIT
17
STADION
OLAH RAGA
16
HOTEL &
RESTORAN
Sigambal
15
KANTOR
TELP/TELEGR
14
AKADEMI/
UNIVERSITAS
20 Kab. P UM
TOTAL
(14 S/D 18) x 3
Rantau Prapat
BIOSKOP
PERMANEN
30
6
7
8
9
PERHATIAN
10
11
12
13
14
2.
Kabupaten = 20
Kecamatan = 10
Desa
= 0
4.
P
SP
S
3.
KAB. ( Kabupaten )
KEC. ( Kecamatan )
= Permanen
= Semi
Permanen
= Sementara
5.
7.
UM
IK
HE
SA
=
=
=
=
Umum
Ikan
Hewan
Sayuran
Besar
Sedang
Kecil
= 30
= 20
= 10
8 - 12
14 - 18
20 - 24
Fasilitas
Ada
= 1
Tidak ada = 0
13 , 19 , 25 = Total x Bobot
26.
Dari : 2
FASILITAS UTAMA
TOTAL
(8 S/D 12) x 1
M S S R K
Hal : 1
FASILITAS MADYA
BUUD
UKURAN
RELATIF
TIPE
BANGUNAN
TIPE
KOMODITI
FASILITAS BIASA
BANK DESA
TANGGAL :
PASAR
HARI PASAR
SMP
PUSKESMAS/
PRAKTEK
DOKTER
POS POLISI
DIISI OLEH :
DATA
STATUS ADMIN
PASAR
N0
NAMA
PUSAT
STATUS ADMIN
PUSAT KEGIATAN
K12
Skor
27.
>
85
51
30
15
<
- 85
- 50
- 29
15
=
=
=
=
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Utama atau
Kabupaten
Besar
Sedang
Kecil
Terkecil
TIPE
PUSAT
27
NAMA KECAMATAN
1
KK
JIWA
PS
(%)
KK
5
K13
WILAYAH
( JIWA
KAM-
( Ha )
/ Ha )
PUNG
10
TANGGAL :
Hal : 1
LUAS
SAWAH
TANAH
PERKE-
2x
KERING
BUNAN
11
12
13
14
15
1x
KEBUN
LAHAN
USAHA
HUTAN
LAIN LAIN
16
Dari : 1
HASIL
UTAMA
DAERAH
17
1.
A. Kanopan
17
54.800
13.700
0,6
92.500
0,59
304
4.633
3.431
13.031
21.095
70.855
246
Karet
2.
Tj. Medan
14
87.000
17.400
0,7
78.600
1,11
855
16.135
5.187
11.305
32.627
43.993
1,125
Sawit
3.
Bilah Hulu
30
145.600
29.120
0,9
67.300
2,16
2.571
3.570
2.420
39.282
30
45.302
17.106
2,321
Sawit
4.
Merbau
17
63.400
12.680
0,6
35.400
1,79
1.075
7.414
3.485
14.353
25.252
8.388
685
Padi
5.
Bandar Durian
11
54.600
13.650
0,9
70.600
0,77
412
280
848
18.275
19.403
49.915
870
Padi
6.
Kota Pinang
21
81.500
20.375
1,3
200.300
0,41
1.250
405
2.475
59.945
62.825
133.760
2,465
Karet
7.
Kp. Mesjid
10
56.100
14.025
0,5
73.500
0,76
400
20.314
533
10.304
31.151
38.487
3,462
Palawija
8.
Negri Lama
10
56.700
11.340
2,3
55.400
1,02
190
489
2.969
12.817
16.275
34.070
4,865
Sawit
9.
Teluk Nipah
20
98.000
19.600
0,9
98.000
1,00
422
6.042
3.408
33.524
42.974
48.917
5,687
Palawija
10.
Labuhan Bilik
16
56.300
14.075
2,2
76.000
0,74
1.820
7.360
2.353
5.150
14.863
56.448
2,869
Ikan
11.
Sei. Berombang
36.800
7.360
1,3
34.000
1,08
366
3.731
785
2.503
7.019
22.751
3,864
Ikan
12.
L. Payung
10
59.200
11.840
0,6
48.400
1,22
368
408
1.443
18.940
20.791
24.590
2,651
Karet
184
850.000
185.165
55
1,1
930.000
0,91
10.033
29.387
239.429
30
339.577
549.280
13.
14.
15.
KABUPATEN
8. Kepadatan Penduduk ( K P )
9. Perumahan, Pekarangan,
Stasiun, Pasar, Pabrik, Kuburan
Jml. Penddk 19 . .
PS =
-1
Jml. Penddk 19 . .
x 100 %
70.781
13.
14.
15.
16.
31,110
Karet
Tanaman Campuran
Total Kolom ( 10 + 11 + 12 + 13 )
Hutan ( Termasuk Hutan Lindung )
Semak, Alang-alang, Danau, Kolam,
Rawa, Padang Rumput, Tanah Kritis.
17. Hasil Bumi, Tambang, d l l.
: SUMATERA UTARA
K14
Hal : 1
TANGGAL
Dari : 1
: 14 - 12 - 1993
NO
RUAS
JENIS
AKTIVITAS
JUMLAH
PEGAWAI
KETERANGAN
( SURVAI LENGKAP ? )
21
14 Juni 1993
Pabrik Genteng
Perkebunan Karet
200
13 Sept. 1992
PERHATIAN
Catat perusahaan-perusahaan lainnya yang menggunakan alat
angkutan berat (truk dll) dan dilayani oleh ruas jalan kabupaten.
KETERANGAN :
KABUPATEN
P1
RUAS
PROYEK
PAN-
NO.
NAMA RUAS
KLA-
TAR-
PAL . KM
PERKERASAN
PROYEK
YANG ADA
PAL KM
HASIL
KO
PEKERJAAN JALAN
SEGMEN
PENILAI-
DE
(K3)
JANG
SIFI
GET
RUAS
KASI
PAN-
FUNG-
JANG
T KON- LE-
SI
PRO-
DI
RUAS
YEK
SI
RA
AN
RUAS
AWAL
AKHIR
BAR
(Km)
(Km)
5
HASIL SURVAI S1
USULAN PENDAHULUAN 1995/1996 (KM)
DILAKUKAN SURVAI MS2
AN
PE
KE
10
HARAAN
(M1-M4)
(M5-M10)
RE
SURVAI
RI-
SE-
Be-
VI
S1
S1 MS2 NG
DA
rat)
SI
AN
NG
90
91
92
93
94
95
NASE
(Pek.
BA-
PUR
TAN
AN
ngga)
11
12
13
14
0.0
11.6 A
4.5 4.1 M2
PK
15.2
0.0
15.2 A
4.0 3.1 M1
PK
05
MERBAU - SILUMAN
7.3
JJS
7.3
0.0
7.3 A
3.5 3.1 M1
09
16.1
LU
16.1
0.0
16.1 A
3.5 2.1 M1
11
3.4
JJS
3.4
0.0
3.4 A
3.5 3.1 M1
PK
15
6.9
LU
6.9
0.0
6.9 A
3.0 2.1 M6 PK
MR
22
3.4
JJS
3.4
0.0
3.4 A
4.0 3.1 M6 PK
23
7.1
JJS
7.1
0.0
7.1 A
3.5 3.1 M6
PK
24
8.4
JJS
8.4
0.0
8.4 K
3.5 2.1 M9
PK
37
9.3
JJS
9.3
0.0
9.3 K
3.0 1.1 M8
PK
M1
M2
15
16
17
18
PK
PK
TOTAL KABUPATEN
M7
M8
M9
M10
ASPAL
KERIKIL / BATU
20 % X ASPAL
PEMELIHARAAN
E
BERKALA
33 % X KERIKIL / BATU
JALAN
JEMBATAN
BIAYA/KM (Rp.Juta)
JUMLAH BIAYA (Rp.Juta)
900 = Jalan desa ; 800 = Jalan perkebunan ; 700 = Jalan transmigrasi ; 600 = Jalan kabupaten baru ; 500 = Jalan irigasi ; 400 = Jalan dalam kota
TRAN= Transmigrasi , PIR = Perkebunan Inti Rakyat ; NMG = Ekspor Non Migas ; PAR = Pariwisata ; LU = Layanan Umum ; JJS = Jaringan Jalan Strategis ; JI = irigasi / pusat-pusat beras
8/9
PERKERASAN JALAN
TIPE : A = Aspal ; K = Kerikil ; B = Batu ; T = Tanah ; C = Beton : S=Sedang ; SR=Sedang / Rusak ; R=Rusak ; RR = Rusak / Rusak Berat ; RB = Rusak Berat
11
KRLL 1 = LHR 0-50, KRLL 2 = 51-200 , KRLL 3 = 201 - 500 ; KRLL 4 = 501-1000, KRLL 5 = LHR >1000
12
Angka sesudah titik menunjukkan persentase truk sedang dan berat terhadap total kendaraan roda 4 : (.1) Ringan =< 10% ; (.2) Sedang= 10%-25% ; (.3) Berat=>25% Klasifikasi Ruas
16/17 PENILAIAN SURVAI S1/MS2
(Pek.
K1
(Rp.Jt) (Rp.Jt)
11.6
AYA
LI
HA 89/ 90/ 91/ 92/ 93/ 94/
JJS
JUMLAH
KM
MP
(Periodik + MR)
JJS
TAHUN
BI-
MR
15.2
RUTIN
DAN
AN
PER
PK
BULAN
(Rutin Saja)
11.6
M6
TUH
SURVAI
PALO - SILUMAN
M5
TAL
PEMELI-
M4
AYA
02
M3
BU
01
A
PEMELIHARAAN B
TO-
A
(PK - MP - MR )
(m)
6
S2
BI-
ME
(Pangkal - Ujung)
1
CATATAN RIWAYAT
M1-4 = Pemeliharaan rutin; M5-10= Pemeliharaan rutin, periodik dan perbaikan drainase
Skor hasil penilaian survai S1(16) dan (diisi kemudian) survai MS2 (17)
18
Panjang (Km) sub segmen pekerjaan : MR= Pemeliharaan Rutin ; MP= Pemeliharaan Periodik ; H = Pekerjaan Penyangga ; PK = Pekerjaan Berat
21
KEBUTUHAN REVISI K1
19
20
21
22
KABUPATEN
P1
RUAS
PROYEK
PAN-
NO.
NAMA RUAS
KLA-
TAR-
PAL . KM
PERKERASAN
PROYEK
YANG ADA
PAL KM
HASIL
KO
PEKERJAAN JALAN
SEGMEN
PENILAI-
DE
(K3)
JANG
SIFI
GET
RUAS
KASI
PAN-
FUNG-
JANG
T KON- LE-
SI
PRO-
DI
RUAS
YEK
SI
RA
AN
RUAS
AWAL
AKHIR
BAR
(Km)
(Km)
5
HASIL SURVAI S1
USULAN PENDAHULUAN 1995/1996 (KM)
DILAKUKAN SURVAI MS2
AN
PE
KE
10
11
TO-
BU
AYA
TAL
TUH
DAN
AN
TAHUN
PER
BI-
KM
AYA
SURVAI
MR
MP
PEMELI-
(Rutin Saja)
(Periodik + MR)
LI
HARAAN
(M1-M4)
(M5-M10)
RE
SURVAI
RI-
SE-
Be-
VI
S1
S1 MS2 NG
DA
rat)
SI
AN
NG
90
91
92
93
94
95
NASE
PK
BULAN
A
(PK - MP - MR )
(Pek.
BA-
PUR
TAN
AN
ngga)
(m)
6
S2
BI-
ME
(Pangkal - Ujung)
1
CATATAN RIWAYAT
12
13
14
15
16
17
18
11.6
(Pek.
K1
(Rp.Jt)
(Rp.Jt)
19
20
21
22
01
11.6
JJS
11.6
0.0
11.6 A
4.5 4.1 M2
PK
0.0 11.6
5.4
62.6
10/93
02
PALO - SILUMAN
15.2
JJS
15.2
0.0
15.2 A
4.0 3.1 M1
PK
0.0 15.2
15.2
4.4
66.9
10/93
05
MERBAU - SILUMAN
7.3
JJS
7.3
0.0
7.3 A
3.5 3.1 M1
PK
0.0
7.3
7.3
4.4
32.1
10/93
09
16.1
LU
16.1
0.0
16.1 A
3.5 2.1 M1
PK
0.0 16.1
3.5
56.3
11/93
11
3.4
JJS
3.4
0.0
3.4 A
3.5 3.1 M1
PK
0.0
3.4
10 11
4.4
15.0
10/93
15
6.9
LU
6.9
0.0
6.9 A
3.0 2.1 M6 PK
MR
0.0
6.9
14 14
61.0
329.0
02/94
22
3.4
JJS
3.4
0.0
3.4 A
4.0 3.1 M6 PK
0.0
3.4
16 15
65.0
221.0
10/93
23
7.1
JJS
7.1
0.0
7.1 A
3.5 3.1 M6
PK
0.0
7.1
15 15
65.0
461.5
11/93
24
8.4
JJS
8.4
0.0
8.4 K
3.5 2.1 M9
PK
0.0
8.4
13 14
8.4
28.0
235.2
11/93
37
9.3
JJS
9.3
0.0
9.3 K
3.0 1.1 M8
PK
0.0
9.3
13 13
9.3
22.0
204.6
11/93
M1
M2
16.1
3.4
3.1
3.4
6.9
3.4
7.1
TOTAL KABUPATEN
A
PEMELIHARAAN B
RUTIN
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9
M10
JUMLAH
ASPAL
KERIKIL / BATU
20 % X ASPAL
D
PEMELIHARAAN
E
BERKALA
33 % X KERIKIL / BATU
JALAN
JEMBATAN
BIAYA/KM (Rp.Juta)
JUMLAH BIAYA (Rp.Juta)
900 = Jalan desa ; 800 = Jalan perkebunan ; 700 = Jalan transmigrasi ; 600 = Jalan kabupaten baru ; 500 = Jalan irigasi ; 400 = Jalan dalam kota
TRAN= Transmigrasi , PIR = Perkebunan Inti Rakyat ; NMG = Ekspor Non Migas ; PAR = Pariwisata ; LU = Layanan Umum ; JJS = Jaringan Jalan Strategis ; JI = irigasi / pusat-pusat beras
8/9
PERKERASAN JALAN
TIPE : A = Aspal ; K = Kerikil ; B = Batu ; T = Tanah ; C = Beton : S=Sedang ; SR=Sedang / Rusak ; R=Rusak ; RR = Rusak / Rusak Berat ; RB = Rusak Berat
11
KRLL 1 = LHR 0-50, KRLL 2 = 51-200 , KRLL 3 = 201 - 500 ; KRLL 4 = 501-1000, KRLL 5 = LHR >1000
12
Angka sesudah titik menunjukkan persentase truk sedang dan berat terhadap total kendaraan roda 4 : (.1) Ringan =< 10% ; (.2) Sedang= 10%-25% ; (.3) Berat=>25% Klasifikasi Ruas
16/17 PENILAIAN SURVAI S1/MS2
M1-4 = Pemeliharaan rutin; M5-10= Pemeliharaan rutin, periodik dan perbaikan drainase
Skor hasil penilaian survai S1(16) dan (diisi kemudian) survai MS2 (17)
18
Panjang (Km) sub segmen pekerjaan : MR= Pemeliharaan Rutin ; MP= Pemeliharaan Periodik ; H = Pekerjaan Penyangga ; PK = Pekerjaan Berat
21
KEBUTUHAN REVISI K1
KABUPATEN
P2
PROYEK
PAL - KM
PANNO.
NAMA RUAS
RUAS
KLASI-
NOMER
TARGET
PERKERASAN
PROYEK
PAN-
T KON-
RUAS FUNG-
JANG
SI
PROYEK
AWAL
AKHIR
RUAS
JALAN
YANG ADA
DISI
JUMLAH
LHR
LAH
LE-
NOMER
BIA-
BIA-
LO-
JE-
JE-
PAN-
BAR
RO-
PEND.
BAR
DISAIN
YA
YA
KA
NIS
NIS
JANG
DA 4
YANG
PERKE-
YG
ADA
RASAN
ADA
(Pangkal-Ujung)
1
(Km)
(Km)
JEMBATAN
JUM-
LE-
(m)
10
11
12
12.9
JJS
94/021.00
12.9
0.0
12.9
3.0
163
SI
(Rp. Jt
(Jiwa)
13
(m)
/Km)
(Rp. Jt)
14
15
16
17
18
19
3.1
3.5
94
1,213
21
38
9.7
JJS
94/038.00
9.7
0.0
9.7
3.5
127
21
3.5
80
776
70
PARISA - SIMANDIANGIN
11.6
JJS
94/070.10
5.0
0.0
3.5
173
3.1
3.5
80
400
70
PARISA - SIMANDIANGIN
11.6
JJS
94/070.20
6.6
5.0
11.6
RB
3.5
154
3.1
3.5
95
627
71
SIMANDIANGIN - MANOMPUK
13
JJS
94/071.00
13.0
0.0
13
RB
3.5
149
3.1
3.5
95
1,235
47.2
KODE
20
1.2
5.7
PE-
JEM-
KER
BAT-
JAAN
AN
21
PBJ
PAJ
22
3a
BIAYA
BIAYA
MANFAAT
(Rp. Jt
(Rp. Jt
(Rp. Jt
STA
TUS
KAT
RE-
ALTERNATIF
KOMEN
T
I
PRI-
EVA
DA-
ORI-
LUA
SI
TAS
SI
BIAYA
P
E
KAB.
(Rp. Jt
(Rp. Jt)
(Rp.Jt)
/Km)
/Km)
/Km)
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
1,213
94
109
15
5.3
68
776
80
168
88
***
5.3
51
463
93
118
25
***
5.3
26
627
95
292
197
***
10.6
67
1,261
97
231
134
***
10.6
138
10.2
63
26
/Km)
(Rp.Jt)
4,340
04
04
9.7
LU
95/004.20
3.6
6.1
9.7
3.5
79
08
13.5
LU
95/008.10
3.4
0.0
3.4
RB
3.5
36
31
7.6
JJS
95/031.00
7.6
0.0
7.6
3.5
71
2.1
3.5
91
692
692
91
32
10.9
JJS
95/032.00
10.9
0.0
10.9
RB
3.5
124
3.1
3.5
116
1,264
1,264
116
36
RINTIS - SUKAMAKMUR
13.2
LU
95/036.00
13.2
0.0
13.2
1.0
53
2.1
3.5
115
1,518
1,518
115
39
SUKAMAKMUR - MARSONJA
11.3
LU
95/039.00
11.3
0.0
11.3
RB
3.0
57
2.1
3.5
112
1,266
1,266
112
51
LONA - JIOR
JJS
95/003.00
8.0
0.0
3.5
109
2.1
3.5
2/3
93
742
796
99
99
14
6.9
55
9.7
LU
95/004.10
6.1
0.0
6.1
3.5
79
2.1
3.5
91
555
555
91
108
17
**
37
12.4
LU
95/051.00
12.4
0.0
12.4
1.0
21
1.1
3.5
93
1,153
1,153
77.5
95/008.20
10.1
PERING
(m)
03
08
NPV
PEKERJAAN
13.5
LU
3648
7.7
PBJ
3a
8.1
54
2.1
3.5
116
418
418
116
180
64
***
12
43
2.1
3.5
114
388
388
114
119
11
12
41
95
12
46
247
131
***
LL
15.2
166
117
13
79
120
10
12
136
93
119
26
***
4.5
56
1,812
179
74
-105
NV
NR
8,050
3.4
13.5
RB
1.0
1640
1.1
3.0
169
1,707
3.6
PBJ
2a
5.0
6.1
PBJ
2a
10.0
105
16
LINGGA - HATIRAN
3.1
LU
95/016.00
3.1
0.0
3.1
1.0
1126
1.1
3.0
130
403
403
130
45
-85
NV
4.5
14
43
RANIO - JIOR
7.7
LU
95/043.00
7.7
0.0
7.7
RB
1.0
11
913
1.1
3.0
169
1,301
1,301
169
31
-138
NV
MR
69
20.9
5.4
LU
95/015.00
5.4
0.0
5.4
3.0
47
2.1
3.5
NE
M6
61
329
5.4
18
151.0
3,516
16,106
: 900 = Jalan desa ; 800 = Jalan perkebunan ; 700 = Jalan transmigrasi ; 600 = Jalan kabupaten baru ; 500 = Jalan irigasi ; 400 = Jalan dalam kota
: TRAN= Transmigrasi , PIR = Perkebunan Inti Rakyat ; NMG = Ekspor Non Migas ; PAR = Pariwisata ; LU = Layanan Umum ; JJS = Jaringan Jalan Strategis ; JI = irigasi / pusat-pusat beras
: TIPE : A = Aspal ; K = Kerikil ; B = Batu ; T = Tanah ; C = Beton : S=Sedang ; SR=Sedang / Rusak ; R=Rusak ; RR = Rusak / Rusak Berat ; RB = Rusak Berat
: KRLL 1 = LHR 0-50, KRLL 2 = 51-200 , KRLL 3 = 201 - 500 ; KRLL 4 = 501-1000, KRLL 5 = LHR >1000
22 JENIS JEMBATAN
: BANGUNAN ATAS : 1= Kayu (semi permanen) ; 2 = Kayu ; 3 = Beton (lebar jalan 3.5 m) ; 4 = Beton (lebar jalan 6 m) ; 5 = rangka baja ; 6 = limpas
: *** = Kelayakan tinggi ; ** = Kelayakan sedang ; * = Marjinal ; NV = belum layak ; NE=belum dievaluasi (masalah data)
31 KODE REKOMENDASI
: R= Direkomendasi untuk pekerjaan berat; M=Direkomendasi untuk pemeliharaan; H= Direkomendasi untuk pekerjaan penyangga ; NR = Tidak direkomendasi.
32 PEKERJAAN ALTERNATIF
: M1-5 = Pemeliharaan Rutin ; M5-10 = Pemeliharaan Rutin, Periodik dan Perbaikan Drainase ; H = Pekerjaan Penyangga
Angka sesudah titik penunjukan persentase truk sedang dan berat terhadap total kendaraan roda 4 : (1) Ringan =< 10% ; (2) Sedang= 10%-25% ; (3) Berat=>25% Klasifikasi Ruas
BANGUNAN BAWAH : a=pemasangan batu (kepala jembatan 3 m, pilar 5 m) ; b = pasangan batu (kepala jembatan 5 m, pilar 7 m) ; c= beton bertulang
MASALAH DATA : D = Desain ; LL = Lalu Lintas ; P = Penduduk ; I = Penentuan proyek/panjang proyek; SK = Diperlukan studi khusus ; S=Status/fungsi jalan atau proyek dianggarkan; C= Proyek Luncuran Khusus
P3
PROPINSI
KABUPATEN
Hal : 1
RUAS
NAM A RUAS
PROYEK
PANJANG KLASIFIKASI NOMOR TARGET
RUAS
NO.
RUAS
FUNGSI
PROYEK PANJANG
RUAS
PROYEK
PROYEK
AWAL
(Pangkal - Ujung)
(Km)
JALAN
PAL. KM
KRLL
TIPE
LEBAR
JEMBATAN
BIAYA JUMLAH PANJANG
BIAYA
JUMLAH
JUMLAH
NPV/KM PERINGKAT
USULAN
STATUS
BIAYA
BIAYA
PRIORITAS
SUMBER
PENILAIAN
KUMULATIF
KABUPATEN
DANA
LINGKUNGAN
19
20
21
AKHIR
(Km)
(m)
Rp.Jt
12
10
11
70
PARISA -SIMANDIANGIN
11.6
JJS
94/070.10
5.0
0.0
5.0
3.1
3.5
400
70
PARISA -SIMANDIANGIN
11.6
JJS
94/070.20
6.6
5.0
11.6
3.1
3.5
627
71
SIMANDIANGIN - MANOMPUK
13.0
JJS
94/071.00
13.0
0.0
13.0
3.1
3.5
1235
(m)
Rp.Jt
Rp.Jt
Rp.Jt
Rp.Jt
13
14
15
16
17
18
10.2
63
9.0
26
463
25
APBD 1
627
1090
197
APBD 1
*** / S
1261
2351
134
APBD 1
*** / S
*** / LL
32
10.9
JJS
95/032.00
10.9
0.0
10.9
3.1
3.5
1264
1264
3615
131
APBN
9.7
JJS
94/038.00
9.7
0.0
9.7
2.1
3.5
776
776
4391
88
IBRD
04
9.7
LU
95/004.10
6.1
0.0
6.1
2.1
3.5
555
555
4946
17
IBRD
04
9.7
LU
95/004.20
3.6
6.1
9.7
2.1
3.5
418
418
5364
64
IBRD
51
LONA - JIOR
12.4
LU
95/051.00
12.4
0.0
12.4
1.1
3.5
1153
1153
6517
26
IBRD
21
12.9
JJS
94/021.00
12.9
0.0
12.9
3.1
3.5
1213
1213
7730
15
IBRD
80.2
19.2
89
7730
1.
: 900 = Jalan desa; 800 = Jalan perkebunan; 700 = Jalan transmigrasi; 600 = Jalan kabupaten baru; 500 = Jalan irigasi; 400 = Jalan dalam kota
4.
: TRAN = Transmigrasi; PIR = Perkebunan Inti Rakyat; NMG = Ekspor Non Migas; PAR = Pariwisata; LU = Pelayanan Umum; JJS = Jaringan Jalan Strategis;
9.
: KRLL 1=LHR 0-50; KRLL 2=LHR 51-200; KRLL 3=LHR 201-500; KRLL 4=LHR 501-1000; KRLL 5=LHR>1000
20.
: IBRD=Bantuan Bank Dunia; OECF=Bantuan Jepang; USAID=Bantuan Amerika; ADB=Bantuan Asia; APBN=Murni; APBD 1=Anggaran Propinsi
21.
: D / ID = Tercakup dalam PIL Sektoral; PIL = Perlu Studi PIL; DITLK = Ditolak
22.
KETERANGAN
: *** = Kelayakan tinggi; ** = Kelayakan sedang; * = Marjinal; NV = Belum layak; NE = Belum dievaluasi (masalah data)
: R=Direkomendasi untuk pekerjaan berat; M=Direkomendasi untuk pemeliharaan; H=Direkomendasi untuk pekerjaan penyangga; NR=Tidak direkomendasi
D=Disan; LL=Lalu lintas; P=Penduduk; I=Penentuan proyek/panjang proyek; SK=Diperlukan studi khusus; S=Status/fungsi jalan atau proyek dianggarkan;
C=Proyek Luncuran Khusus
CATATAN
: Biaya sudah termasuk 10% tunjangan overhead kontraktor dan kontingensi phisik; Tanpa PPn
22
463
38
7641
KETERANGAN
*** / S
P4
PROPINSI
: [ 12 ] SUMATERA UTARA
KABUPATEN
: [ 05 ] LABUHAN BATU
R
NO.
RUAS
N A M A
HAL : 1
S
R U A S
PERKERASAN
BIAYA
PROYEK
YANG ADA
PEKERJAAN
PAN-
KLASI
NOMER
TARGET
JANG
FIKA-
PROYEK
PAN-
KENDARA-
BIAYA
RUAS
SI
JANG
AN RODA
KOMULA-
FUNG-
PROYEK
EMPAT
TIF
YANG
AWAL
AKHIR
SI
RUAS
(Pangkal - Ujung)
(Km)
PAL.KM
S
(Km)
JJS
95/003.00
8.0
0.0
8.0
13.5
LU
95/008.10
3.4
0.0
7.6
JJS
95/031.00
7.6
0.0
RINTIS - SUKAMAKMUR
13.2
LU
95/036.00
13.2
39
SUKAMAKMUR - MARSONJA
11.3
LU
95/039.00
16
LINGGA - HATIRAN
3.1
LU
95/016.00
43
RANTO - JIOR
7.7
LU
03
8.0
08
31
36
LEBAR
LHR
JUMLAH
JUMLAH
KETERANGAN
ADA
(m)
11
12
Rpjt/Km
(Rp Jt)
(Rp Jt)
13
14
15
10
3.5
109
6.9
55
3.4
RB
3.5
36
12.0
7.6
3.5
71
6.0
0.0
13.2
1.0
53
11.3
0.0
11.3
RB
3.0
3.1
0.0
3.1
1.0
95/043.00
7.7
0.0
7.7
RB
1.0
54.3
16
55
*/R
41
96
*/R
46
142
*/R
6.0
79
221
*/R
57
12.0
136
357
*/R
4.5
14
371
NV/P
11
9.0
69
440
NV/NR
440
1.
: 900=Jalan desa; 800=Jalan perkebunan; 700=Jalan transmigrasi; 600=Jalan kabupaten baru; 500=Jalan irigasi; 400=Jalan kota
4.
: TRAN=Transmigrasi; PIR=Perkebunan Inti Rakyat; NMG=Ekspor Non Migas; PAR=Pariwisata; LU=Pelayanan Umum; JJS=Jaringan Jalan Strategis
9.
10.
16.
KETERANGAN
: ***=Kelayakan tinggi; **=Kelayakan sedang; *=Marjinal; NV=Belum Layak; NE=Belum dievaluasi; R=Direkomendasi untuk pekerjaan berat;
JI=Irigasi/pusat-pusat beras
KABUPATEN : CONTOH
Rp Jt/Km
Jumlah
A Jumlah Dana
B Untuk Jalan
C Pemeliharaan Rutin
BPJK/
ID II/IK
IPJK
per Kapita
Lain - lain
7600
4000
3400
200
6580
4000
2380
200
400
400
160
2.5
D Pemeliharaan Berkala
40
20
800
800
E Pekerjaan Berat
65
75
4861
3800
1061
200
119
5%
F Biaya Umum
319
Biaya x
1.1
Dana
1.1
5%
Rencana Dana
Tahun :
7238
4400
2618
220
362
220
131
11
J Keperluan untuk
Pemel. Rutin :
100 %
240
2.75
660
660
60
22
1320
1320
K Keperluan Untuk
Pemel. Berkala (25% P1)
L Pekerjaan Penyangga
42%
(Holding Works)
10%
132
724
217
507
51
82
4172
3963
209
Km2
Jumlah Penduduk
Tahun :
1993
Kepadatan Penduduk
Kepadatan Jaringan Jalan
Jiwa
Jiwa / Km2
M / Km2
Jumlah Penduduk
Per Panjang Jalan
Asumsi : - Target % Pemeliharaan
- Alokasi Penyangga
- Alokasi Biaya Umum
Keterangan :
Km
9300 Total Panjang Jalan
100
Jalan Aspal
350
41
200
24
300
35
240
28
310
36
91 Jalan Tanah
91 Jalan Berkondisi
Baik / Sedang
Jiwa/Km
%
850
USULAN DAFTAR RENCANA PROYEK BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA TAHUN 1995/96
No.
No.
(Pangkal)
1
Ruas
(Jenis Kegiatan)
Urut Ruas
Lokasi
Target
Pal Km
Kegiatan
Panjang
Proyek
Fungsi
(Ujung)
(Km)
atau
Jalan
Proyek
(Kecamatan)
(Km)
UR-1.JK
Awal
Akhir
Tipe
Lebar
Perkerasan
Perkerasan
10
Hal : 1 dari 1
Jembatan
Biaya
Jumlah
Panjang
Biaya
Jumlah
Perkiraan Tingkat
Status
Konstruksi
Proyek
(M)
(Rp ribu)
(Buah)
(M)
(Rp ribu)
(Rp ribu)
(Bln)
(Baru/Ljt)
11
12
13
14
15
16
17
18
19
10.2
63,000
70 PARISA -SIMANDIANGIN
11.6
JJS
A. KANOPAN
5.0
0.0
5.0
3.5
400,000
70 PARISA -SIMANDIANGIN
11.6
JJS
A. KANOPAN
6.6
5.0
11.6
3.5
627,000
71 SIMANDIANGIN - MANOMPUK
13.0
JJS
A. KANOPAN
13.0
0.0
13.0
3.5
1,235,000
10.9
JJS
B. HULU
10.9
0.0
10.9
3.5
1,264,000
9.0
26,000
Keterangan
Biaya
463,000
Baru
***
627,000
Baru
***
1,261,000
Baru
***
1,264,000
Baru
***
***
9.7
JJS
KP. MESJID
9.7
0.0
9.7
3.5
776,000
776,000
Baru
9.7
LU
L. PAYUNG
6.1
0.0
6.1
3.5
555,000
555,000
Baru
**
9.7
LU
L. PAYUNG
3.6
6.1
9.7
3.5
418,000
418,000
Baru
***
51 LONA - JIOR
12.4
LU
L. PAYUNG
12.4
0.0
12.4
3.5
1,153,000
1,153,000
Baru
***
12.9
JJS
L. BILIK
12.9
0.0
12.9
3.5
1,213,000
1,213,000
Baru
20
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah
101.5
80.2
7,641,000
TRA
PIR
NMG
PAR
JJS
JI
LU
LL
A = Aspal
K = Kerikil
= Transmigrasi
= Perkebunan inti rakyat
= Ekspor non migas
= Pariwisata
= Jaringan jalan strategis
= Jalan irigasi
= Layanan umum
= Lain-lain
(
Nip
(
Nip
(
Nip
19.2
89,000
7,730,000
(
Nip
: [ 12 ] Sumatera Utara
No.
Urut
No.
Ruas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
70
70
71
32
38
4
Pan
jang
Ruas
(Pangkal - Ujung)
3
(Km)
4
PARISA - SIMANDIANGIN
PARISA - SIMANDIANGIN
SIMANDIANGIN - MANOMPUK
GAPUK - BILAH HULU
KUALA BANGKA - KAMPUNG MESJID
TANJUNG HARAPAN - SUKAMAKMUR
Jumlah
11.6
11.6
13.0
10.9
9.7
9.7
Sasa
ran
atau
Fung
si
Awal
JJS
JJS
JJS
JJS
JJS
LU
66.5
Hal : 1 Dari : 1
Jembatan
Pal. Km
Proyek
Pan
jang
Pro
yek
(Km)
6
5.0
6.6
13.0
10.9
9.7
3.6
0.0
5.0
0.0
0.0
0.0
6.1
Perincian Sumber
Biaya / Dana
Tipe
Per
keras
an
Lebar
Per
keras
an
Biaya
(M)
10
(Rp rbu)
11
5.0
11.6
13.0
10.9
9.7
9.7
A
A
A
A
A
A
4.0
4.0
3.5
3.5
3.5
3.5
Akhir
48.8
Jum
lah
(Bh)
12
482.560
715.630
1,264.050
1,156.810
645.040
423.560
Pan
jang
(M)
13
Biaya
(Rp rbu)
14
10.2
64.300
9.0
35.640
4,687.650
TRA
= Trasnmigrasi
LKP
= Kepatut
TAP
= Latasir
PIR
BRA
= Buras
LAA
= Laston
NMG
BTU
= Burtu
= Aspal
19.2
Jumlah
Biaya
Kontruksi
APBN
BLN
(Rp rbu)
15
(Rp rbu)
16
(Rp rbu)
17
99.940
546.860
715.630
1,299.690
1,156.810
645.040
423.560
348.002
455.401
827.075
1,156.810
645.040
269.538
4,787.590
3,701.866
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
***
***
***
***
***
***
109
108
100
106
66
118
24
25
147
147
18
18
9
1
KETERANGAN
1
1
1
1
0
9
= Proyek luncuran
0 = Tidak elijibel
= Proyek baru
---------------------------------------------
1 = Elijibel
= Proyek pemeliharaan
BDA
= Burda
= Kerikil
= Latasbum
LTA
= Laston Atas
JI
= Jalan Irigasi
BUG
= Lasbutag
JPT
= Japal/Awcas
LU
= Layanan Umum
AAH
= Latasag
LPA
--------------------------------------------
LL
= Lain-lain
PMA
= Lapen
LPB
***
= NPV/Km .Rp.20 Jt
TAB
= Lataston
= Beton
**
= NPV/Rp. 10-20 Jt
3
3
5
4
6
7
Kode
Elijibilitas
BUM
(_______________)
Nip.
19
Komsisten
Dengan
Tahap
Perencanaan
Kons Stat Biaya
D3.5
tus
/Km
Eva
Ya /
lu
Rp.
Tdk
asi
(rbu)
21
22
23
= Pariwisata
(_______________)
Nip.
18
Ko
de
P
r
o
g
r
a
m
20
1,085.724
Tdk
Pa
ket
198.858 IBRD
260.229 IBRD
472.615 IBRD
IBRD
IBRD
154.022 IBRD
JJS
Ya
No
mor
Donor
PAR
RDIJK
1 = Layak
2 = Beda panjang jalan
NV
= Belum layak
8 = Masalah lingkungan
NE
= Belum dievaluasi
(_______________)
Nip.
(_______________)
Nip.
TANGGAL
LABUHAN BATU
10 - 10 - 1993
NAMA RUAS
HAL
WAK
TU
ANGKA
KM
ODOM
KM
YSD
8.1
7.9
1.8
B. SYAFRUDDIN
TIPE KENDARAAN
NO. POLISI
TOYOTA KIJANG
FAKTOR
PENYESUAI
ODOMETER
0.96
9/10
BK 1406 ST
TANGGAL S3
RINTIS
KM. ODOM
7.2
PANGKAL RUAS
UJUNG RUAS
KM. YSD
6.9
DARI
DISURVAI OLEH
SIMPANG RINTIS
01
NO. RUAS
(YANG SUDAH
DISESUAIKAN)
36 / KD.Rintis
PERMUKAAN
No.
JALAN
Kon. Lbar FoA
(m) to
Tipe
.9
.8
.7
.6
7.5
.5
.4
.3
8.1
7.2
1.1
A. Rintis
.2
.1
.0
.9
.8
.7
.6
8.1
6.5
.5
.4
.3
.2
.1
8.1
6,0
14660.0
0,0
31
AWAL
TIPE PERMUKAAN
ODOM
A: Aspal
S: Sedang
KONDISI
PERMUKAAN
( Jalan Aspal )
B Tekstur rapat
S Tekstur
terbuka
R Kasar dan
Terkelupas
RB Pecah-pecah
Mengelupas
A
PAL KM (YSD)
Awal
Akhir
B: Batu
1
2
3
4
Draina.
Krusakn
GG
3.
DRAINASE
PEKERJAAN JEMBATAN
0/1/2/3/4/5
6 - 10 Rutin
R
K KEMIRINGAN
JALAN
1 4%-2%
2 2 % - Flat
3 Datar tdk
merata
4 Tdk berbentuk
PENILAIAN
KONDISI
PENI- JEMBATAN
LAI- Pjng Jenis
AN
(m) Pekj
31 / 03
B: Beton
K: Kerikil T: Tanah
R: Rusak RB: Rusak Berat
BAHU
JALAN
( Jalan Aspal )
Bentuk baik
+ kemiringan
Kemiringan
buruk
Tinggi / Rendah
< 10 cm
>10cm / tdk ada
.0
03
KONDISI PERMUKAAN
B: Baik
S1
: Simpang tiga
: Simpang empat
: Jembatan
: Sungai tanpa
jembatan
: Batas desa
: Jalan neg/prop.
: Jalan lainnya
11 - 16 Periodik
B
As-ul
> 16
Cmpr
PK
B
C
D
E
TIPE
KERUSAKAN
BERASPAL
Lubang-lubang
Legokan
Retak-retak
Alur bekas roda
BAIK
SDNG
RUSAK
RS.BRT
0-1
0-5
0-3
0-3
1-5
5 - 10
3 - 12
3-5
5 - 15
10 - 50
12 - 25
5 - 25
> 15
> 50
> 25
> 25
TDK BERASPAL
F
Lubang-lubang
0-3
3 - 10
10 - 25
> 25
Titik2 lembek
0-3
3 - 10
10 - 25
> 25
Erosi permukaan
0-3
3 - 10
10 - 25
> 25
0-5
5 - 15
15 - 50
> 50
Bergelombang
0-3
3 - 10
10 - 50
> 50
ANGKA
NO
ODOMETER
FOTO
AKHIR
TANGGAL
: 3-2-94
DISURVAI OLEH
: SYAFRUDDIN
KM
F. P. O. ( S3 )
0.97
TANGGAL S3
21-1-
KIJANG
TIPE KENDARAAN :
KM YSD.
NO. POLISI :
PERKERASAN JALAN
Tipe
Kon-
Le -
Le -
Kelan-
Permu
-kaan
disi
Permu
-kaan
RB
3.5
5.5
RB
3.5
5.5
A, B,
K, T
B, S,
R, RB
(m)
(m)
D, B,
G
bar
bar
daian
Perke- Perke- Jalan
rasan rasan
+Bahu
S2
BK 1406 ST KABUPATEN
: LABUHAN BATU
JEMBATAN
NO. RUAS
/ SUNGAI
NAMA RUAS
Panjang
(m) *
Le bar
(m)
PENGGUNAAN
TANAH
Kiri
Kanan
CATATAN :
( Kond. khusus / Kep. Pek. Mendesak /
Penampang Melintang / Tipe Pek. Jmbtn )
1000
900
800
700
600
.5 ,
500
400
300
200
100
2 .3 4
. . 5,
AWAL
KM
0 meter
NAMA SIMPANG
LOKASI PUSAT
JEMBATAN
KM YSD.
( YANG SUDAH
DISESUAIKAN )
* PANJANG
JEMBATAN /
LEBAR SUNGAI
S, P, T, H, TK,
Ko, De
HAL.
DARI
14
KABUPATEN :
HAL :
Jaya
911
ke Kuda
60
A/R
Pasir
Ruas yang disurvai
KD. Pasir
PAL KM
Tgl. Foto :
Perhatian :
- Tulis hal - hal yang tidak jelas dari hasil foto dan lainnya
pada catatan foto disebelah kiri (selain diagram).
- Gunakan formulir ini untuk penempelan foto
Tgl. Foto :
ke Jakarta
Batu
JN. KM 14.3
PAL KM
Tgl. Foto :
ke Kuda
DARI :
S3
KABUPATEN
: LABUHAN BATU
TIPE KENDARAAN
TOYOTA KIJANG
TANGGAL
: 21 JANUARI 94
BK 1406 ST
DISURVAI OLEH
: SYAFRUDDIN
DI RUAS JALAN
058
PROP / NEG.
ANGKA KILOMETER
PADA ODOMETER
KENDARAAN
AWAL ( A )
AKHIR ( B )
TOTAL KILOMETER
TERCATAT (B-A)
FAKTOR
PENYESUAI
ODOMETER
( FPO )
PATOK KILOMETER
PADA JALAN NEGARA / PROPINSI
DARI / KE PAL KILOMETER
14601.2
220
02.2
221
03.3
222
04.3
223
05.4
224
06.4
225
07.4
226
08.5
227
09.5
228
10.5
229
11.5
230
10.3
10.0
( Km )
10,0
------------------------------------------SELISIH ODOMETER (B-A) Km
dari Medan
0.97
PETUNJUK :
Bawa kendaraan survai ke ruas jalan Negara atau Propinsi , di sepanjang bagian ruas jalan
yang kondisi permukaannya rata serta memiliki patok kilometer yang masih terbaca jelas.
Berhentilah pertama kali pada patok kilometer tertentu ( sebagai awal ) dan catat jarak
kilometer ke / dari kota terdekat yang tertera pada patok kilometer di kolom bagian
kanan atas , lalu catat pula angka yang terbaca pada odometer di kolom bagian kiri
atas dalam tabel . Jalankan kendaraan ke arah patok kilometer berikutnya , catat angka
yang tertera pada patok kilometer tersebut bersamaan dengan angka yang terbaca pada
odometer kendaraan . Lanjutkan pencatatan tersebut ( setiap 1 patok kilometer ) dengan
prosedur yang sama, hingga mencapai jarak 10 patok kilometer dari titik awal.
Prosedur berikutnya adalah membagi jarak total patok kilometer ruas jalan Negara / Propinsi
yaitu 10,0 Km, dengan selisih jarak perjalanan berdasarkan angka odometer yaitu B - A ,
untuk mendapatkan Faktor Penyesuai Odometer ( F P O ) .
Faktor ini harus diperiksa ulang berkali - kali ( minimal setiap 2 - 3 minggu ) , karena
hasil pengukuran bisa saja berubah akibat kerusakan kendaraan , misalnya ban kempes
atau lainnya .
SURVAI KECEPATAN
KABUPATEN
NO / NAMA RUAS
WAKTU SURVAI
CUACA *
LABUHAN BATU
3/Sigambal-SP.Rintis
7.17
MENDUNG
:
:
:
:
S4
TANGGAL
JUMLAH PERJALANAN
TIPE KENDARAAN
DISURVAI OLEH
PEKERJAAN DI LAPANGAN
ANGKA
ODOMETER
012,1
JAM
MENIT
07
17
14,3
22
15,5
26
20,4
36
* CUACA
- Cerah
- Gerimis
- Mendung
- Hujan
LOKASI :
DARI
KE
WAKTU
PENCATATAN
**
DETIK
Sp.Rintis
TIPE /
KONDISI
PERMUKAAN
PEKERJAAN DI KANTOR
BERHENTI
TOT. LAMA
WAKTU
BERHENTI
JARAK
WAKTU
PATAN
SAN **
( Dtk )
( Dtk )
( Mtr )
( Dtk )
( Km/Jam )
AR
2.200
300
26,4
ARB
1.200
240
18,0
AR
4.900
600
29,4
Sigambal
- Perbaikan Jalan : PJ
- Lokasi Pasar : LP
- Kecelakaan : KC
:
:
:
:
7.100
AR
ARB
.......... m
........................................
.......... m
........................................
CATATAN :
Catat angka odometer serta waktunya paling tidak tiap 5 Km sekali dan
pada titik tertentu dimana terjadi perubahan tipe dan kondisi permukaan jalan.
3,6
900
1.200
2 . Apabila survai dimulai atau diakhiri tidak pada titik awal / akhir ruas jalan ;
Berapa jarak ruas jalan tidak disurvai tersebut , jika diukur dari :
Titik awal survai
Alasannya
Titik akhir survai
Alasannya
KECE -
ALA -
18 - 1 - 1994
1 X
TOYOTA KIJANG
B. SYAFRUDDIN
:
:
:
:
240
3,6
28,4
18,0
Kecepatan Kendaraan
( Km / Jam )
Jarak (m) x 3,6
------------------------Detik
Tidak
NO. RUAS
HARI
LABUHAN BATU
DISURVAI OLEH
NO. POS :
TANDA TANGAN
08
JUM'AT
08A
TANGGAL :
MARSONJA
WAKTU :
Gerimis
RUSLAN. D
2 - 2 - 1994
Mendung
TIPE
PEMAKAI JALAN
S5A
JUM(1)
LAH
06 07
Hujan
DARI UJUNG RUAS
NAMA : :
B. TOLU
(2)
JUM-
TOTAL
LAH
(1) + (2)
PEJALAN
KAKI
16
23
PIKULAN
SEPEDA
SEPEDA
BARANG
BECAK
12
20
10
11
12
13
14
15
SEPEDA
MOTOR
PICK UP
OPELET
COMBI
(ORANG)
PICK UP
(BARANG)
BIS
SEDAN
JEEP
STATION
WAGON
LAIN-LAIN BERMOTOR
KABUPATEN
: LABUHAN BATU
NO. RUAS
: 08
NO. POS:
08-A
RUMAH
: MARSONJA
KE:
BINANGA TOLU
HARI
: JUM'AT
TANGGAL SURVAI
: 2 - 2 - 1994
: 1,3
PANJANG RUAS
: 13,5
Km (YSD)
SIANG
TIPE PEMAKAI
S5B
(HP/BHP) **
SUB
TANDA TANGAN :
TANGGAL :
MALAM
2/4/1994
SUB
TOTAL
JALAN
06-07 07-08 08-09 09-10 10-11 11-12 12-13 13-14 14-15 15-16 16-17 17-18 TOTAL 18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06 TOTAL
23
19
14
15
23
24
10
11
10
174
174
35
35
40
40
30
30
1 - 6 SUB TOTAL
41
32
26
23
30
32
22
16
12
13
18
14
279
279
20
15
12
12
15
11
130
130
16
16
19
19
10
11
12
13
14
15
8 - 15 SUB TOTAL
35
35
1 - 15 TOTAL
68
50
35
31
37
49
33
23
22
30
37
29
444
444
CUACA *
S5C
1:3
PLL ke 1
Kabupaten
Nama ruas
Nomor ruas
Nomor pos
Lokasi pos
:
:
:
:
:
LABUHAN BATU
MARSONJA - BINANGA 3
08
08A
RUMAH di Km (YSD): 1,3 dari
pangkal ruas: MARSONJA.
Hari
Tanggal
Jam
: JUM'AT
: 2/2/1994
: 06 - 18
PLL ke 2
SABTU
3/2/1994
06 - 18
Beri
tanda (x)
Dari
Pal Km
Ke
Pal Km
0,0
3,5
Di
Pal Km
Nama tempat
(sebutkan secara rinci)
Marsonja - Palas
Jembatan hilang/rusak
Gorong-gorong hilang/rusak
Jalan longsor
Lain-lain (jelaskan) :
Kalau tidak :: - Berapa lama ruas jalan ini tidak dapat dilalui kendaraan roda 4?
Hari pasar *
Langga Payung
27,5
2.
3.
4.
5.
* Tulis angkanya saja: Bila hari pasarnya tidak tetap setiap minggunya, catat frekwensinya (misalnya Pon,
Kliwon dsb, setiap tanggal 5 dan 15 tiap bulan)
Hari pasar: 1 = Senin
2 = Selasa
3 = Rabu
4 = Kamis
5 = Jum'at
6 = Sabtu
7 = Minggu
8 = Setiap hari
LABUHAN BATU
KABUPATEN
DISURVAI OLEH
60, 61 dan 47
G.T. SINAGA
HASIL
per Hari
per Minggu
per Tahun
Ringan
8.000
Berat
Sedang
38
Volume BAHAN
( Ton )
per Hari
per Minggu
Ringan
M e d a n
Rantau Prapat
per Bulan
per Tahun
118
Berat
Sedang
22
per Bulan
154
BAHAN
Dari : 1
Karet Kering
Volume HASIL
( Ton )
Hal : 1
13 - 9 - 92
TANGGAL
S6A
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
16.000
1.302
1.620
1.950
2.200
2.500
2.500
1.000
1.250
1.500
1.750
2.000
2.000
Fuso
Fuso
Fuso
Fuso
290
340
- Perubahan kapasitas
- Luas areal (Ha)
- Jumlah /Jenis Kendaraan
yang digunakan
- Jumlah Pegawai (Orang)
Colt Diesel
200
Colt
250
390
390
LABUHAN BATU
KABUPATEN
GT. SINAGA
DISURVAI OLEH
Dari : 1
Labuhan / A. Naetek.
WPP XI A Naetek, SP IV
Jenis Proyek
Pemukiman Transmigrasi.
( Ha )
Rata-rata Produksi
per Hektar
( Ton / Ha )
Total Produksi
10
( Ton )
Padi
2.
Palawija
558
410
700
700
4.5
4.5
1.680
1.840
2.100
3.150
11
12
13
Huller di A. Nabara
+/-
6 Km.
3.
Kedelai
Gabah
Nama Produksi
Hal : 1
6/26/1992
TANGGAL
1.
S6B
Kondisi
Baik / Sedang
Rusak/Rusak Berat
Perlu Jembatan
( Km )
( Km )
(m)
Kondisi
Jalan Penghubung
dan
Panjang
27
15
Jalan
10
68
15
Jumlah
Kepala
Keluarga
/ Jiwa
17
Yang ada
Sekarang
Rencana
dalam 5 tahun
16
PIR / PERKEBUNAN
500 KK
(KK x 5)
2500 jiwa
700 KK
(KK x 5)
3500 jiwa
Bulan
Tahun : 1977 / 78
: April
Bulan
ke Kabupaten ?
Tahun : 1982 / 83
: Januari
PETA : Lokasi dan Batas Proyek, Nama dan No. Ruas Jalan, Lokasi Pemukiman ( SKP, SP ),
lokasi pengolahan tanaman, emplasemen, dan lain-lain. *
18
Penjelasan tentang masalah lainnya, selain jalan penghubung, yang mempengaruhi kemajuan proyek.
Lampirkan atau catat sket peta , penjelasan , dll di belakang formulir ini
KABUPATEN
NO / NAMA RUAS
1
2
LABUHAN BATU
50
S6C
G. T. SINAGA
DISURVAI OLEH
Hal : 1 Dari : 1
17 Des 1992
TANGGAL
25
Ibukota Kabupaten
Sepanjang Tahun
325
Ibu-kota Propinsi
Sedan
Pick-up
Hari puncak
Bukan Hari puncak
Jumlah
40
5
15
1
Yang ada
Setempat
Ibu-kota Kabupaten
11
Di lokasi tempat
obyek wisata
12
Rencana
550
75
Hari puncak
Bukan Hari puncak
Ibu-kota Propinsi
X
Lainnya
Bis
/ Jeep
10
LHR
Yang ada
150
70
Rencana
400
200
3.
4.
5.
13
14
dsb.
MARSONJA
NAMA DESA :
NAMA
KAMPUNG / DUSUN / RK
LG.PAYUNG
KECAMATAN :
25 - 3 - 1994
TANGGAL SURVAI :
DISURVAI OLEH :
HUBBAN LUBIS
S7
LABUHAN BATU
KABUPATEN :
TANDA TANGAN :
Des. 1993
( * No. Ruas Jalan Utama Yang Digunakan Oleh Penduduk Dusun Ybs.)
JUMLAH
PENDUDUK
NO.
RUAS *
NAMA
KAMPUNG / DUSUN / RK
1.
MARSONJA
1.462
39
10.
2.
PULUT
377
11.
3.
PALAS
588
12.
4.
SIBADAR
250
13.
5.
SIOPUK
500
902
14.
6.
TAROP
543
902
15.
7.
16.
8.
17.
3.720
9.
JUMLAH
PENDUDUK
NO.
RUAS *
J U M L A H ( 1 - 17 )
Ds. B. TOLU
902
SIOPUK
ke B. TOLU
PALAS
SIBADAR
PULUT
KD. MARSONJA
39
ke Lg. PAYUNG
Ds. RANTO
3,5
+-+-+-+-+-
+--+--+--+--+
Kampung / Pemukiman
Kantor Desa
Pasar
S8
Lalu-lintas Rendah dan Jalan Yang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan Bermotor
LABUHAN BATU
KABUPATEN
NO. /
NAMA RUAS
LOKASI SURVAI
(NAMA PEMUKIMAN)
DISURVAI
OLEH
Marsonja
NAMA + PEKERJAAN /
JABATAN RESPONDEN
13,6
JARAK DARI
PANGKAL RUAS (Km)
J. Simanjuntak
Petani / Pekebun
P
Langga Payung
CUACA PADA
SAAT SURVAI
Sepeda motor
3,5
25 - 3 - 1994
PANJANG
RUAS (Km)
Binanga Tolu
Palas
TANGGAL
SURVAI
HUBBAN LUBIS
Hal. 1 : 2
29,7
Cerah
LALU - LINTAS
Berapa banyak kendaraan roda-4 ( Truk, Pick-up,
Cuaca
Kemarau
Hari Pasar
13
Hujan
5
0
Ya
Tidak
0,0
Ke
Pal Km
Di
Pal Km
Nama Tempat
( Sebutkan secara rinci )
3,5
Marsonja - Palas
Gorong - gorong
Hilang / Rusak
Jalan Longsor /
Tergenang banjir
Lain - lain ( jelaskan )
. . . . . . . . . . . . . . .
3
Sepeda
Motor
Jalan kaki /
dgn. Pikulan
Perahu /
Rakit
Sepeda
Kendaraan
ditarik hewan
Tidak
ada
Lainnya
.......
Tidak
ada
RUTE ALTERNATIF
Ketika jalan tertutup untuk kendaraan roda-4
alternatif rute mana yang digunakan ?
Jalan
Setapak
Sungai
/ Laut
S8
5
Hal. 2 : 2
Dari ( bulan )
Sampai ( bulan )
Jumlah bulan
April
Januari
Terus
menerus
5 kali
atau lebih
3 - 4 kali
1 - 2 kali
7 - 10
hari
3 - 4
hari
1 - 2
hari
< 12
jam
IKHTISAR HAMBATAN
X
( satu
saja )
Kode
Tingkat
Hambatan
< 2
minggu / tahun
Tertutup berkala
2 - 6
minggu / tahun
6 - 12
minggu / tahun
musim penghujan
3 - 6
bulan / tahun
Tertutup permanen
> 6
bulan / tahun
biasanya tetap terbuka
untuk sepeda motor
untuk
kendaraan roda - 4
0.0
A
pangkal ruas distudi
Pasar
26,2
Pangkal ruas
Ujung ruas
Pal km
Pal Km
Langga Payung
Palas
Lokasi Hambatan
3,5
Pal Km
Marsonja - Palas
13,6
B
Panjang ruas distudi
0.0
Berlumpur
0,0 - 3,5
2
RIWAYAT JALAN
Pernahkah jalan ini berkondisi baik ?
Jika 'YA' , kapan jalan ini terakhir diperbaiki ?
Dapatkah kendaraan roda - 4 lewat pada waktu itu ?
Mulai kapan jalan ini tak terandalkan /
tidak bisa dilalui kendaraan roda - 4 ?
Ya
Tahun
Tidak
1987
Ya
Tahun
Tidak
1989
S8 - pertama :
0.0
13,0
Km
Pasar
Nama pasar/pusat kegiatan
Pangkal ruas
Pal km
0.0
Pasar Minggu
Ujung ruas
Pal km
Kp. Dua
4,0
Pal Km
Jalan
Licin
Sada - Dua
DariKe
Pal Km
0,0 - 4,0
1
S8 - kedua :
0.0
A
Jarak pasar ke pangkal ruas
Km
Pasar
Nama pasar/pusat kegiatan
Pangkal ruas
Pal km
Ujung ruas
Pal km
0.0
Pasar Minggu
13,0
Kp. Tolu
Sungai Tolu
5,0
Pal Km
Jalan
Licin
Pal Km
Jembatan
Putus
0,0 - 4,0
4,0
S8 - ketiga :
0.0
A
Jarak pasar ke pangkal ruas
Km
Pasar
Nama pasar/pusat kegiatan
P
13,0
Pangkal ruas
Pal km
Ujung ruas
Pal km
0.0
Pasar Minggu
8,0
Kp. Opat
8,0
Pal Km
Pal Km
Jalan
Licin
Jembatan
Putus
Banjir /
Tergenang
0,0 - 4,0
4,0
6,0 - 7,0