Tumor Buli Referat
Tumor Buli Referat
Tumor Buli-Buli atau juga bisa disebut tumor vesika urinaria (kandung kemih)
merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih
banyak mengenai laki-laki daripada wanita. Terdapat kasus yang melaporkan, pernah
mengeluhkan kencing yang berwarna merah dan bercampur darah. Tetapi karena
pernah mendengar bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di saluran kemih dan bisa
sembuh atau hilang dengan minum obat tertentu, pasien kemudian menjadi tenang.
Tapi ketahuilah jangan pernah meremehkan kencing berdarah karena itu bukan
hanya berarti infeksi, tapi bisa juga berarti tanda adanya batu saluran kencing
bahkan keganasan atau kanker di saluran kemih. Bila Anda menemui keluhan
kencing darah yang berulang atau menetap dengan atau tanpa rasa sakit, sebelum
dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus dianggap sebagai sebuah masalah
yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.
Buli-buli
Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah
kantung dalam pelvis yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin dialirkan ke
kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Kandung kemih dibagi
menjadi beberapa lapisan, yaitu :
Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisanlapisan otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot
kantung kemih.
Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di
bagian dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar otot
Jessica Ferdi, FK Trisakti
longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada
mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli
kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang
disebut trigonum buli-buli.
berfungsi
menampung
urine
dari
ureter
dan
kemudian
Perjalanan Penyakit
Karsinoma
buli
merupakan
2%
dari
seluruh
keganasan,
dan
Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya
adalah:
Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi antara
bentuk transisional, glandular, skuamosa, dan tidak berdiferensiasi.
Yang tersering adalah campuran bentuk transisional dan skuamosa.
epiteliai
di
buli
ditemukan
dengan
adenoma
villi,
ditemukan
bersama
dengan
feokromositoma,
limfoma,
TNM
Tis
Ta
T1
T2
T3a
T3b
0
0
A
B1
B2
C
Uraian
Karsinoma in situ
Tumor papilari invasif
Invasi submukosa
Invasi otot superfisial
Invasi otot profunda
Invasi
jaringan
lemak
T4
N1-3
D1
D1
prevesika
Invasi ke organ sekitar
Metastasis ke limfonudi
D2
regional
Metastasis hematogen
M1
Marshall
lamina propria, tidak ke dalam dinding otot kantung kemih atau lebih.
Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat. Dapat diatasi dengan cara
transuretral, namun sudah radio-resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik,
cenderung menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor
lebih besar dari Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan dinding
vesika. Sering dapat diatasi dengan reseksi transuretral. Kurang
berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai ke
dalam muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak di
sekitar kantung kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada
organ limfe yang terpengaruh hingga tahap ini. Transuretral dan
sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap
radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah
menyerang hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak
terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :
Stage 0
Palpasi bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum pada saat sebelum dan
sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau
Jessica Ferdi, FK Trisakti
colok vagina, sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli di daerah suprasimfisis
untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.
Gejala klinis
Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit-penyakit
lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,
menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum adalah
adanya darah dalam urin (hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan mata
telanjang, ataupun berada dalam level mikroskopik. Gejala seperti adanya
iritasi pada urinasi juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung kemih,
seperti rasa sakit dan terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai
urinasi, sering urinasi dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal
dengan atau tanpa sakit biasanya menandakan adanya infiltrasi, walaupun
tidak dalam semua kasus.
Waspadai bila pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat:
1. Tanpa disertai rasa nyeri (painless).
2. Kambuhan (intermitten).
3. Terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total).
Seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada
karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak
jarang menunjukkan gejala iritasi bulu-buli.
Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang
meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang
telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema
tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe
oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah
pelvis.terdapat nyeri pinggang jika tumor menyumbat saluran kemih sehingga
terjadi hidronefrosis.
Diagnosis
Walaupun hematuria dan iritabilitas vesikal merupakan gejala yang
paling sering dan menonjol dalam tumor epithelial, kedua gejala tersebut juga
Jessica Ferdi, FK Trisakti
pemeriksaan
tambahan
perlu
dilakukan
untuk
membantu
2. Pemeriksaan Radiologi
Jessica Ferdi, FK Trisakti
keganasan
buli-buli.
Pada
pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek pada buli-buli juga
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum,
dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran
kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Didapatkannya
hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi
tumor ke ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV,
maka dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan
untuk melihat bila ada metastasis ke paru-paru.
10
scanning
merupakan
x-ray
detail
dari
tubuh,
yang
menunjukkan
Diagnosis Banding
Endometriosis
Tumor cervix
Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat
ulserasi tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor
menginvasi leher buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana sering kali
berada dalam tingkat yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari nekrosis dan
ulserasi dari permukaan tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam kasus
Jessica Ferdi, FK Trisakti
11
tumor-tumor yang tidak menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran darah,
tetapi muncul dalam 30 persen kasus dimana tumor menembus. Kantung kemih
yang terkontraksi dengan kapasitas yang sangat kecil dapat mengikuti ulserasi
dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam dinding kantung kemih.
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari
komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama, kemungkinan
hal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional dan kurang layak
pada tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul di tempat lain di dalam kandung
kemih harus berasal dari asal yang berbeda.
Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul karena
disebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut. Hidroneprosis
dan urosepsis, dengan gagal renal, toxemia, cachexia, dan kelelahan fisik dari
iritabilitas vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran yang harus diperhatikan.
Hidronefrosis dapat disebabkan oleh oklusi ureter. Bila terjadi bilateral, terjadilah
uremia.
Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah
reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat ditentukan
luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang
ketat atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli
melalui kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian
secara sistemik. Terapi ini dapat sebagai profilaksis dan terapi,
mengurangi terjadinya rekurensi pada pasien yang sudah dilakukan
reseksi total dan terapi pada pasien dengan tumor buli superfisial yang
mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan
maintenan terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas
Jessica Ferdi, FK Trisakti
12
13
secara berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock
pouch dan Indiana pouch.
d. Diversi urin Orthotopic
Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian
dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis
untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma
yang dipasang di abdomen.
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif
selain sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensi
lokal sering terjadi.
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen sisplatinumSiklofosfamid dan Adriamisin
Stadium
Superfisial
Tindakan
TUR Buli / Fulgurasi
(Stadium 0 A)
Instilasi intravesika
Invasif
TUR Buli
(Stadium B-C-D1)
Sistektomi/ radiasi
Metastasis
Ajuvantivus kemoterapi
(Stadium D2)
Radiasi paliatif
14
Kontrol berkala
Semua pasien karsinome buli harus mendapatkan pemeriksaan secara
berkala, dan secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urin serta sistoskopi.
Jadwal pemeriksaan berkala itu pada:
1. Tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali.
2. Tahun kedua setiap 4 bulan sekali.
3. Tahun ketiga dan seterusnya: setiap 6 bulan.
Prognosis
Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau muncul
papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal
3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul
kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radio
terapi harus dipertimbangkan kemudian.
Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan
reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4,
Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi
pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5 tahun.
Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih.
mereka memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati
proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus
dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna
dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang
setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin. Adalah sangat
penting untuk memeriksa pasien dalam interval reguler. Sehingga adanya tumor
yang kembali datang dapat dikenali lebih awal dan dapat diobati sebagaimana
seharusnya. Jika pemeriksaan ini dilakukan dalam interval tiap enam hingga delapan
bulan pada awalnya, dan perlahan-lahan waktu interval yang dibutuhkan semakin
panjang, maka prognosisnya dapat dikatakan sukses.
Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau lambat
akan bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa kejadian
Jessica Ferdi, FK Trisakti
15
metastasis dan ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah proporsional dengan
tingkat kedalaman sejauh apa tumor tersebut telah menembus dinding kantung
kemih.
Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna
melenyapkan tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat memberikan
tingkat bertahan hidup 5 tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur konservatif,
bukti atas sebuah efisiensi sama dengan yang dicapai dari reseksi segmental atau
sistektomi jelas akan tergantung kepada segregasi pra-operasi dari tumor yang
superfisial yang mana terletak cukup dalam.
Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati muskularis
biasanya tidak lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan hidup 5 tahun
dari kasus-kasus seperti ini setelah sistektomi sederhana hanya 10 persen. Ketika
tumor menembus hingga sangat dalam, muncul kemungkinan kematian yang lebih
tinggi setelah kegagalan untuk membuang semua tumor tersebut dengan sistektomi.
Elektrosisi transurethral dan elektrokoagulasi diketahui memberikan kenyamanan
untuk berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Terkadang radiasi eksternal
dengan kontrol dari hemorrhage dan transplantasi uretral ke dalam kulit akan
mengurangi iritabilitas vesikal. Lebih jauh lagi, pemecahan dari arus urinase dalam
kasus tertentu dapat diikuti oleh penurunan dari masa total dari tumor.
Secara umum, pandangan-pandangan sebagian besar bergantung pada
apakah tumor tersebut terlokasi di kantung kemih saja atau telah menyebar ke
daerah di luar nya. Tumor yang terlokalisasi biasanya telah menginfiltrasi kurang dari
setengah jalan menembus muskularis. Sebuah prognosis yang bagus dapat
diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor
sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasi
lewat pemeriksaam sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.
ILUSTRASI KASUS
16
Seorang pria berusia 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri suprapubik saat BAK
sejak 3 bulan SMRS. Os merasa urin tidak lampias sehingga os harus mengedan.
Urin berwarna kuning keruh, disertai banyak gumpalan darah. Os mengaku susah
BAB sejak 2 bulan SMRS. Frekuensi BAB 2 hari sekali dengan tinja berbentuk bulatbulat kecil, berwarna hitam. Nafsu makan baik, namun setiap habis makan, terasa
nyeri seperti ditonjok-tonjok pada buli. Bila berbaring nyeri berkurang dan hilang.
Nyeri bertambah bila os berjalan atau duduk. Kedua betis terasa pegal sejak 3 bulan
SMRS. Os mengomsumsi rebusan dedaunan sejak 3 bulan SMRS, namun tidak ada
perbaikan. Os mengaku sering duduk dan banyak minum.
RPD: sebelumnya os pernah dua kali dioperasi. Yang pertama operasi batu saluran
kemih (thn 1979). Batu berwarna putih kehitaman sebesar telur ayam. Yang kedua
operasi ginjal kanan (thn 1999) karena os sakit pinggang 1 thn lebih, perut kembung
dan tidak bisa berjalan.
RPK: Tidak terdapat riwayat hipertensi, kencing manis, alergi dalam keluarga.
Kebiasaan: Setiap hari os minum kopi dan menghabiskan 1 bungkus rokok.
Pemeriksaan fisik:
Pada regio suprapubik teraba massa dengan konsistensi keras, berukuran 8x6 cm,
permukaan tidak rata, batas tidak tegas, nyeri tekan (+).
Terdapat hernia skrotalis kiri
Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan penunjang USG abdomen
Hasil USG:
Os post nefrektomi dextra
Ginjal kiri:
Buli-buli:
Tampak massa padat intra buli, lobulated, ukuran +/- 8,2 x 6,4 cm
Prostat:
Jessica Ferdi, FK Trisakti
17
KESIMPULAN
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada penderita
ini mengarah pada diagnosis tumor buli, hidronefrosis sinistra, dan hidroureter
sinistra. Perlu dilakukan tindakan TUR buli untuk mengetahui luas infiltrasi tumor dan
menentukan tindakan selanjutnya
18
PEMBIMBING:
Dr. Asrorudin SpU
DISUSUN OLEH:
Jessica Ferdi
030.04.116
19
Ilustrasi Kasus
20
Anamnesa
Seorang laki-laki 65 tahun datang ke RS dengan keluhan sakit saat kencing. Dari anamnesis
didapatkan pasien mengeluh sakit saat miksi yang dirasakan di suprapubik, keluar air kencing
warna merah terus menerus, saat miksi penderita harus mengejan, dan kencing 10x sehari.
Pada anamnesis juga diketahui bahwa penderita memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi (+)
sering, sebanyak 3x sehari dan merokok 1-2 bungkus tiap hari.
Pemeriksaan fisik
Pada regio suprapubik teraba massa dengan konsistensi keras, berukuran 3 x 3 x 1 cm,
permukaan tidak rata, batas tidak tegas, nyeri tekan (-). Dan didapatkan nyeri ketok di regio
CVA (Costo-Vertebra Angle) kiri.
Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa FPA-UIV dan USG
abdomen. Dari pemeriksaan UIV penderita, tampak filling defect dengan tepi iregular pada
lateral kiri Vesika Urinaria. Dari pemeriksaan UIV juga terlihat gambaran flattening kaliks
minor pada ginjal kanan maupun kiri, yang disertai pelebaran pelvis renis pada ginjal kiri.
Sementara ureter kiri tampak melebar sampai ke ureteropevico junction dan kinking setinggi
vertebra lumbal 4. Hasil pemeriksaan USG pada penderita menunjukkan gambaran massa
intravesika dengan hidronefrosis dan hidroureter kiri. Dari pemeriksaan penunjang, yaitu
USG abdomen dan x-foto thoraks, tidak ditemukan adanya metastasis ke organ intraabdomen
maupun pulmo.
Kesimpulan
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada penderita ini
mengarah pada diagnosis suspek carsinoma buli, hidronefrosis dextra et sinistra, dan
hidroureter sinistra. Perlu dilakukan tindakan TUR buli untuk mengetahui luas infiltrasi tumor
dan menentukan tindakan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
21
22
23
Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat
meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.
dan..
Keluhan-Keluhan yang dirasakan penderita diantaranya :
Hematuri tanpa keluhan nyeri (painless), kambuhan dan seluruh proses miksi.
Retensi urine akibat, bekuan darah.
Udema tungkai, akibat penekanan saluran limfe atau pembesaran kelenjar limfe di pelvis.
Kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit tumor buli-buli menyebabkan tingginya
tingkat kasus yang tidak terdiagnosa. Dalam penegakkan diagnosa, penampakkan klinis tidak
banyak memberikan kontribusi tetapi dibutuhkan beberpa pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium dan biopsi.
24
digunakan dalam industri cat dan karet, fenacetin, cyclophosphamine, cafein, dan pemanis
buatan. Penelitian terbaru juga menyebutkan pada orang yang sering memakai cat rambut
permanen resikonya jadi meningkat. Selain itu iritasi jangka panjang pada selaput lendir
kandung kencing seperti yang terjadi pada infeksi kronis (infeksi yang berlangsung lama),
pemakaian kateter yang menetap dan adanya batu pada buli-buli, juga diduga sebagai faktor
penyebab.
Gejala Dan Diagnosis
Pada seseorang yang memiliki gejala hematuria atau terdapatnya darah dalam air kemih
setelah dilakukan evaluasi lebih lanjut sebagian besar didiagnosis memiliki kanker buli-buli.
Bila ditemukan adanya darah dalam urin, haruslah dilakukan evaluasi yang lebih lanjut untuk
menyingkirkan penyebab yang bersifat keganasan. Hematuri tersebut umumnya bersifat total
yang terjadi mulai awal BAK (buang air kecil) sampai selesai. Ditemukannnya hematuri
mikroskopik (darah hanya ditemukan pada pemeriksaan laboratorium) pada penderita tanpa
disertai rasa sakit, merupakan tanda penting adanya keganasan buli-buli. Rasa nyeri pinggang
terjadi jika tumor meyumbat saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis. (pembesaran ginjal
karena sumbatan). Adanya hematuri juga dapat terjadi pada trauma buli-buli, infeksi saluran
kemih, kelainan parenkim/jaringan ginjal, atau adanya infeksi buli-buli yang disebabkan
infeksi M. tuberculosis. Sehingga pemeriksaan lebih lanjut sangat diperlukan.
Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita kanker buli biasanya jarang ditemui adanya
kelainan. Hal ini disebabkan karena tumor tersebut merupakan tumor epitel transisional
kandung kemih yang letaknya superfisial dari buli-buli.Tumor tersebut baru dapat diraba bila
tumor tersebut sudah tumbuh keluar dari dinding buli-buli. Mengingat pada kanker ini mudah
terjadi metastasis (penyebaran jauh) ke kelenjar limfe regional, hati dan paru-paru.
Beberapa pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
kanker buli-buli , diantaranya :
1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukannya darah dalam air kemih. Tanda adanya
anemia dapat dijumpai bila terjadi perdarahan yang umumnya terjadi pada tumor yang sudah
lanjut atau dapat pula ditemukan tanda adanya gangguan fungsi ginjal berupa peningkatan
kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua
muara ureter (saluran kemih).
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan sebagai pemeriksaan
baku pada penderita yang memiliki persangkaan keganasan saluran kemih termasuk juga
keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defect (kelainan) pada
buli-buli juga dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang
disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Jika penderita alegi terhadap zat yang digunakan
pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Foto toraks
(rongga dada) juga perlu dilakukan untuk melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
3. Sistoskopi dan biopsi
25
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada penderita
dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan
pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan
biopsi (pengambilan jaringan tumor) untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang
menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan ). (mades/daya)
26
Bladder cancer refers to any of several types of malignant growths of the urinary bladder. It
is a disease in which abnormal cells multiply without control in the bladder. The bladder is a
hollow, muscular organ that stores urine; it is located in the lower abdomen. The most
common type of bladder cancer begins in cells lining the inside of the bladder (epithelial
cells) and is called transitional cell carcinoma (TCC).
The greatest risk factor for bladder cancer is a genetic predisposition; it is also associated with
smoking and occupational exposure to aniline-based dyes (such as in textile factories), as well
as with petrol and other chemicals.
Treatment
The treatment of bladder cancer depends on how deep the tumor invades into the bladder
wall. Superficial tumors (those not entering the muscle layer) can be "shaved off" using an
electrocautery device attached to a cystoscope. Immunotherapy in the form of BCG
instillation is also used to treat and prevent the recurrance of superficial tumors. BCG
immunotherapy is effective in up to 2/3 of the cases at this stage. Instillations of
chemotherapy into the bladder can also be used to treat superficial disease.
Untreated, superficial tumors may gradually begin to infiltrate the muscular wall of the
bladder. Tumors that infiltrate the bladder require more radical surgery where part or all of the
bladder is removed (a cystectomy) and the urinary stream is diverted. In some cases, skilled
surgeons can create a substitute bladder (a neobladder) from a segment of intestinal tissue, but
this largely depends upon patient preference, renal function, and the site of the disease.
A combination of radiation and chemotherapy can also be used to treat invasive disease, and,
in many cases, it is not yet known which is the better treatment - radiotherapy or radical
ablative surgery.
27
ransitional cell or urothelial carcinoma is the most common type of bladder cancer,
accounting for more than 90% all bladder cancers. Urothelial carcinomas are separated
clinically into superficial tumors and muscle invasive tumors.
SUPERFICIAL BLADDER CANCER
Superficial tumors are defined as tumors that either do not invade, or those that invade but
stay superficial to the deep muscle wall of the bladder. At initial diagnosis, 70% of patients
with bladder cancers have superficial disease.
Tumors that are clinically superficial are composed of three distinctive pathologic types:
1) Non-invasive papillary urothelial carcinoma:
The majority of superficial urothelial carcinomas present as noninvasive (does not invade
underlying tissue), papillary (finger-like projections) tumors (pathologic stage pTa). 70% of
these superficial papillary tumors will recur over a prolonged clinical course, causing
significant morbidity. In addition, 4-8% of these papillary lesions will eventually progress to
invasive carcinomas. These tumors are pathologically graded as either low malignant
potential, low grade or high grade. High grade tumors have a higher risk of progression.
2) Flat urothelial carcinoma in situ (CIS):
Flat urothelial carcinoma in situ or CIS (pathologic stage pTis) are highly aggressive lesions
and progress more rapidly than the papillary tumors.
3) Superficially invasive urothelial carcinoma:
A minority of tumors invade only superficially into the connective tissue (lamina propria) of
the bladder (pathologic stage pT1); these tumors recur 80% of the time, and eventually invade
the detrusor muscle in 30% of cases.
28
29
The bladder itself is made up of four layers. These layers are important landmarks in
determining how deeply the tumor has invaded and the ultimate stage of the cancer.
1. Epithelium: The epithelium, which lines the bladder and is in contact with the
urine, is referred as transitional epithelium or urothelium. Most bladder
cancers originate from the cells of this transitional epithelium. The urethra,
ureters and the pelvis of the kidney are also lined by this transitional
epithelium, therefore, the same types of cancers seen in the bladder can also
occur in these sites.
2. Lamina propria: Under the epithelium is the lamina propria, a layer of
connective tissue and blood vessels. Within the lamina propria, there is a thin
and often discontinuous layer of smooth muscle called the muscularis
mucosae. This superficial layer of smooth muscle is not to be confused with
the true muscular layer of the bladder called the muscularis propria or detrusor
muscle.
3. Muscularis propria or detrusor muscle: This deep muscle layer consists of
thick smooth muscle bundles that form the wall of the bladder. For purposes of
staging bladder cancer, the muscularis propria has been divided into a
superficial (inner) half and a deep (outer) half.
4. Perivesical soft tissue: This outermost layer consists of fat, fibrous tissue
and blood vessels. When the tumor reaches this layer, it is considered out of
the bladder.
30
1) Radiology
An Intravenous pyelogram (IVP) is a
conventional x-ray test using dye to
examine the pelves of the kidneys (where
urine collects within the kidneys),ureters,
and bladder. This x-ray allows
visualization of the upper and lower
urinary tract to determine the presence of
any abnormality.
4) Cystoscopy
Cystoscopy is performed by the urologist.
It evaluates the bladder by direct visual
Jessica Ferdi, FK Trisakti
31
32