Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini termasuk


golongan

penyakit

yang

terjadi

akibat

suatu

mekanisme

kompensasi

kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal.


Apabila hipertensi tidak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ-organ
lain yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut. Semakin tinggi tekanan
darah lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler
secara premature. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau
disebut hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil
hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder).
Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder dan sangat
tergantung dimana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien
hipertensi sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%.
Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu gangguan
sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal
dini karena komplikasi jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung hipertensi).
Juga dapat menyebabkan syok, gagal ginjal, gangguan retina mata. Peningkatan
tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat menyebakan bermacammacam perubahan pada struktur miokardial, vaskuler koroner, dan sistem
konduksi dari jantung. Perubahan ini dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri
(LVH) , penyakit arteri koroner, kelainan system konduksi, dan disfungsi sistolik
dan diastolic dari miokardium, yang biasanya secara klinis tampak sebagai angina
atau infark miokard, aritmia (khususnya atrial fibrilasi), dan gagal jantung
kongestif (CHF). Adapun istilah yang digunakan untuk menyebutkan penyakit
jantung

secara

keseluruhan

diatas

adalah

HHD

(Hipertensive

Heart

Disease).HHD merupakan salah satu penyakit serius yang tak boleh dipandang
sebelah mata.
2.

Rumusan Masalah

Dalam makalah ini pembahasan difokuskan kepada teknik pemeriksaan


serta peranan dari duplex sonografi pada pasien dengan diagnosa HHD di unit
vascular Rumah sakit jantung dan pembuluh darah Harapan Kita.

3.

Tujuan penulisan
3.1 Tujuan umum
Tujuan makalah ini adalah untuk memberi gambaran dan memperoleh

informasi tentang peranan duplex sonografi dalam pemeriksaan pada pasien


HHD.
3.2 Tujuan khusus
a.

Mengetahui pengertian HHD

b.

Mengetahui penyebab HHD

c.

Mengetahui Gambaran B-mode, kurva doppler serta colour doppler


pada pasien HHD

d.

Mampu mempersiapkan pasien pada pemeriksaan ultrasonografi

e.

Mampu mengevaluasi hasil pemeriksaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.

Anatomi Pembuluh Darah Carotis dan ekstremitas


1.1

Arteri karotis dan Ekstremitas atas

Arteri karotis terdiri dari aorta ascending, arkus aorta dan aorta descending.
Arkus aorta sendiri bercabang menjadi 3 yaitu:

Percabangan pertama : arteri inominata/brakiosefalika

Percabangan ke2

: arteri karotis kiri / LCA

Percabangan ke3

: arteri subclavia kiri

Percabangan pertama bercabang lagi menjadi 2 yakni arteri subclavia kanan


dan arteri karotis kanan (RCA). RCA akan bercabang lagi menjadi arteri karotis
interna (ICA) dan arteri karotis eksterna (ECA). Daerah percabangan ICA dan
ECA disebut Bifurkasio. Adapun untuk membedakan ICA dan ECA adalah ICA

memiliki Bulbus yaitu daerah pembuluh darah yang melebar dan ICA membantu
menyuplai darah ke otak, sedangkan ECA tidak memiliki Bulbus tetapi memiliki
8 cabang yang memperdarahi daerah leher dan wajah. Adapun cabang ECA
adalah :
a.

Arteri tiroidalis superior

b.

Faringealis asendens

c.

Lingualis

d.

Fasialis

e.

Oksipitalis

f.

Aurikularis posterior

g.

Temporalis

h.

Arteri maksilaris interna

Percabangan selanjutnya dari inominata adalah arteri subclavia kanan. Dari


arteri subclavia kanan keluar arteri vertebralis yang berjalan pada leher kurang
lebih 4-5 cm kemudian memasuki vertebra 6. Arteri subclavia kanan sendiri
berjalan memperdarahi arteri aksilaris yang selanjutnya memperdarahi arteri
brakialis superficial dan arteri brakialis profundus. Dimana kedua arteri ini
bertemu di fossa cubiti lalu bercabang menjadi arteri radialis dan arteri ulnaris.
Arteri radialis akan memperdarahi arkus Palmaris profundus yang selanjutnya ke
Palmaris sedangkan arteri ulnaris akan memperdarahi arkus Palmaris superficialis
yang selanjutnya ke digitalis.
Percabangan ke2 yaitu LCA akan bercabang juga seperti RCA yaitu menjadi
ECA dan ICA dan memiliki kriteria yang sama seperti percabangan di RCA.
Percabangan ke 3 yaitu subclavia kiri akan bercabang juga seperti subclavia
kanan dan akan memperdarahi pembuluh darah yang sama seperti subclavia
kanan. Hanya saja arteri subclavia kiri lebih besar dari pada arteri subclavia kanan
karena arteri subclavia kiri keluar langsung dari arkus aorta.

1.2

Arteri ekstremitas bawah

Arteri ekstremitas bawah berawal dari arteri abdominalis yang merupakan


kelanjutan dari aorta descending. Arteri abdominalis juga memperdarahi arteri
hepatica, arteri gondalis dan arteri renalis. Arteri abdominalis berjalan kebawah
memperdarahi arteri iliaka komunis lalu bercabang menjadi arteri iliaka interna
dan arteri iliaka eksterna. Arteri iliaka eksterna selanjutnya ke arteri femoralis
komunis lalu bercabang dua menjadi arteri femoralis superficialis dan arteri
femoralis profundus dimana kedua arteri ini akan bertemu di arteri poplitea. Arteri
poplitea akan memperdarahi arteri tibialis posterior dan tibialis anterior. Arteri
tibialis

posterior

akan

memperdarahi

plantaris

pedis

yang selanjutnya

memperdarahi arteri plantaris medial dan lateral yang akan membentuk arkus
plantaris yang memperdarahi arteri digitalis. Sedangkan arteri tibialis anterior
akan memperdarahi arteri dorsalis pedis yang dapat teraba di digiti 1 dan 2.

1.3

Vena ekstremitas atas

Dari vena digiti darah dibawa ke arkus dorsalis lalu ke vena basilica dan
vena sefalika. Vena sefalika bertemu dengan vena komintates di vena aksilaris
selanjutnya darah dibawa ke vena subclavia. Sedangkan vena sefalika langsung
membawa darah ke vena subclavia yang selanjutnya darah di bawa ke vena
brakiosefalika lalu masuk ke atrium kanan melalui vena cava superior. Begitu
juga dengan vena vertebralis dan vena jugularis membawa darah langsung ke vena
cava superior.

1.4

Vena ekstremitas bawah

Dari dorsal digiti darah dibawa ke arkus dorsalis lalu masuk ke vena luar
dan vena dalam. Vena luar yaitu safena magna dan safena parva sedangkan vena
dalam yaitu vena poplitia, tibialis dan femoralis.
Dari safena magna darah di bawa langsung ke vena femoralis superficialis
lalu ke femoralis komunis sedangkan safena parva membawa darah ke vena
poplitea. Darah dari vena tibialis posterior dan anterior dibawa ke vena poplitea
yang selanjutnya arteri poplitea akan membawa darah ke vena femoralis
profundus lalu ke vena femoralis komunis. Dari vena femoralis komunis akan
berlanjut ke vena iliaka eksterna. Vena iliaka eksterna bertemu dengan vena iliaka
interna di vena iliaka komunis lalu akan membawa darah ke vena abdominalis
terakhir masuk ke atrium kanan melalui venacava inferior.

2.

Pembuluh Darah

Ada tiga macam pembuluh darah yang berperan dalam proses peredaran
darah. Pembuluh darah tersebut adalah arteri, vena, dan pembuluh kapiler.

A. Pembuluh darah arteri


Arteri berperan dalam pengangkutan darah bersih dari jantung ke
seluruh tubuh, kecuali arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis berperan membawa
darah kotor yang perluoksigenasi. Arteri mempunyai dinding yang tebal dan
elastis. Tentu saja pembuluh arteri ini meninggalkan jantung. Tekanan darahnya
lebih kuat bila dibandingkan dengan tekanan yang dimiliki oleh pembuluh vena.
Pembuluh arteri ini biasanya juga terletak di bagian dalam permukaan tubuh dan
mempunyai satu pangkal (aorta). Diameter pembuluh darah arteri bervariasi ,
mulai dari yang paling besar yaitu aorta 20 mm, sedangkan cabang-cabang yang
paling kecil yaitu arteriol berdiameter 0.2 mm.

B. Pembuluh darah vena


Pembuluh vena ini sering disebut sebagai pembuluh balik. Hal ini karena
pembuluh vena bertugas membawa darah kotor kembali menuju jantung, kecuali
vena pulmonalis yang bertugas membawa darah bersih menuju jantung. Vena
mempunyai klep di sepanjang pembuluh darah. Banyaknya klep pada vena ini
berhubungan dengan tugas vena yang membawa darah yang arah gerakannya
melawan gaya berat. Klep-klep ini bertugas menjaga agar pembuluh darah
mengalir ke jantung tanpa ada aliran darah yang kembali ke arah sebaliknya.
Pembuluh darah vena yang paling besar ialah vena cava superior dan vena
cara inverior yang memiliki diameter 20 mm. Sedangkan vena yang paling kecil
yaitu venula yang berdiameter 0.2 mm.

C. Pembuluh darah kapiler


Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat kecil tempat
arteri berakhir. Pembuluh ini berfungsi sebagai distributor zat-zat penting ke
jaringan yang memungkinkan berjalannya berbagai proses dalam tubuh. Kapiler
memiliki diameter 7 mikron, dimana 1 mikron = 0.001 mm

3.

Lapisan pembuluh darah

Secara umum pembuluh darah tersusun atas tiga lapisan, yaitu :


1. Tunika intima

: Bagian terdalam adalah lapisan endothelium


yang merupakan satu lapis epitel pipih yang
membatasi rongga pembuluh.

2.

Tunika media

: Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan


mengandung banyak serabut elastis

3. Tunika Adventitia

: Lapisan terluar tersusun atas jaringan elastis


yang

memungkinkan

pembuluh

darah

berkontraksi.

4.

HHD (Hipertensive Heart Disease)


4.1

Pengertian HHD

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.(
Smith Tom, 1995 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau
lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144)
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah
(FKUI, 2001 : 453)

Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer


arterior (Mansjoer, 2000 : 144)
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

4.2

Etiologi/Penyebab

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan


besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
a)

Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya.

b)

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit


lain.

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,


sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau


transport Na.

Obesitas:

terkait

dengan

level

insulin

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

Stress karena Lingkungan.

10

yang

tinggi

yang

Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua


serta pelebaran pembuluh darah. Penyebab hipertensi pada orang
dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada :

Elastisitas dinding aorta menurun


Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan

jantung

memompa

darah

menurun

1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung


memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
Kehilangan

elastisitas

pembuluh

darah

Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer


untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,


data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )


11

Kegemukan atau makan berlebihan

Stress

Merokok

Minum alkohol

Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :


a. Ginjal

Glomerulonefritis

Pielonefritis

Nekrosis tubular akut

Tumor

b. Vascular

Aterosklerosis

Hiperplasia

Trombosis

Aneurisma

Emboli kolestrol

Vaskulitis

c. Kelainan endokrin

DM

Hipertiroidisme

Hipotiroidisme

d. Saraf

Stroke

Ensepalitis

SGB

12

e. Obat obatan

Kontrasepsi oral

Kortikosteroid

4.3

Tanda dan gejala

Keluhan hipertensi

Sesak nafas

Nyeri dada

Kardiomegali

Bunyi jantung meningkat

Bising sistolik

5.

Duplex Sonografi
5.1 Pengertian Duplex Sonografi

Duplex Sonografi adalah suatu prosedur pemeriksaan diagnostic

yang

bersifat non invasive untuk menilai struktur dan fungsi pembuluh darah dengan
suara ultra ( ultrasound ), digunakan B-Mode scan, Doppler warna, Analisis
Spektrum.
5.2 Tiga Modalitas Duplex Sonografi
a.

B Mode
Pemeriksaan B-mode memakai probe yang mempunyai resolusi

tinggi kita dapat memeriksa anatomi dan dinding pembuluh darah karotis
maupun

di

tungkai

(perifer).

Dinding

pembuluh

permukaannya. Juga diteliti lapisan adventitia di lapisan luar.


Nilai intima media ticknes (IMT) :

IMT 1

: Normal

IMT > 1 - < 2

: menebal

IMT 2

: Plaque

13

darah

diteliti

b.

Doppler
Kecepatan aliran merupakan parameter utama untuk menilai morfologi

kurva spektrum doppler pada pembuluh darah arteri karotis. Gambaran sepektrum
doppler pada arteri karotis adalah monophasik end diastolik tinggi, karena
menghadapi resisten yang rendah.
Pengukuran yang dilakukan pada gambaran spectrum doppler arteri carotis :
-

Peak Systolic Velocity ( PSV )

pengukuran dilakukan pada fase sistolik.


-

End Diastolic Velocity ( EDV )


Pengukuran dilakukan pada fase diastolik.

Nilai normal IMT, PSV dan EDV arteri carotis

EDV

LOKASI

IMT

PSV

CCA

<1 mm

60-125 cm/det

ICA

<1 mm

54-120 cm/det

ECA

<1mm

77-125 cm/det

<40 cm/det

VERTEBRALIS

<1 mm

19-98 cm/det

6-30 cm/det

c.

>40-80 cm/det

40-65 cm/det

DIAMETER

5-7 mm

4 mm
3 mm
2,5 5 mm

Color Doppler

Digunakan untuk melihat ada atau tidaknya thrombus atau kebocoran dan
membedakan aliran darah arteri & vena.

14

BAB III
PEMBAHASAN

1.

Studi Kasus pemeriksaan carotis

Identitas pasien
Nama

: Tn. xxx

Usia

: 45 Tahun

Medical Record

: 00xxx

Tanggal

: 10/2/2014

Mesin

: Prosound

Diagnosa

: HHD

Pengirim

: xxxx

2.

Persiapan mesin
a.

Menyalakan mesin yang akan digunakan untuk pemeriksaan


carotis

b.

Mengecek alat printer berwarna ( cek kertas berwarna, dan


ribbon pada alat printer, bila sudah habis diganti dengan yang
baru )

3.

c.

Mengecek printer hitam putih ( cek kertas hitam/putih )

d.

Mengecek video rekaman

Persiapan Alat Penunjang

a.

Menyiapkan tempat tidur

b.

Menyiapkan bantal

c.

Menyiapkan selimut diatas tempat tidur

d.

Mengecek jelly, habis atau tidak

15

e.

Mengecek kertas printer yang color dan printer black and


white

f.

4.

Menyiapkan tissue/ Handuk kecil

Persiapan pasien

a.

Mengisi identitas pasien diantaranya :


Nama
Umur
Medical record
Jenis kelamin

b.

Memanggil pasien masuk ke ruangan untuk pemeriksaan

c.

Mengecek ulang identitas pasien ( nama, umur, medical


record) dengan cara menanyakan langsung kepada pasien

d.

Menganjurkan pasien agar membuka kacamata/kalung jika pasien


menggunakannya, sebab akan mengganggu keefektifan pemeriksaan

e.

Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan pemeriksaan dan daerah


mana yang akan dilakukan pemeriksaan

f.

Menganjurkan pasien untuk membuka kancing baju/ melonggarkan


pakaian agar memudahkan dalam pemeriksaan

g.

Menganjurkan pasien untuk berbaring dan memposisikan pasien


dengan sedikit ekstensi kepala

h.

Meletakkan handuk didekat daerah yang akan diperika dengan tujuan


agar tidak mengotori pakaian pasien engan jelly

i.

Menganjurkan pasien menengok kearah berlawanan dengan daerah


yang akan diperiksa

j.

Memberi tahu pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai

16

5.

Prosedure pemeriksaan

a.

Memberi tahu pasien tentang pemeriksaan serta daerah mana saja


yang akan dilakukan pemeriksaan

b.

Memberi tahu pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai

c.

Pasien tidur terlentang dengan posisi pasien menengok ke arah yang


berlawanan dengan daerah yang akan diperiksa

d.

Memilih transduser sesuai dengan daerah yang akan dilakukan


pemeriksaan ( pilih tranduser linear dengan frekuensi 9-10 MHz
untuk pemeriksaan arteri karotis )

Gambar 3.1 Gambar transduser linear 9-10 MHz

e.

Berikan jelly secukupnya pada bagian tranduser

Gambar 3.2 Gambar jelly aquasonic

17

f.

Menilai pembuluh darah karotis secara Short Axis (untuk melihat


apakah terdapat plaque atau tidak pada pembuluh darah.
Transduser diletakkan secara melintang di atas klavikula sehingga
tergambar pembuluh darah CCA
Kemudian dorong transduser ke atas agar terlihat gambar bulatan
yang lebih besar (bifurkasio)
Transduser tetap didorong ke atas sehingga terlihat bulatan pecah
menjadi 2 yaitu pembuluh darah ICA dan ECA.

Gambar 3.3 Gambar peletakan tranduser dan posisi pasien yang tepat pada
pemeriksaan carotis

g.

Mengambil gambaran arteri carotis secara long axis arteri caroted

communis ( CCA )

Rotasi (putar) transduser secara memanjang di atas klavikula

Kemudian ambil gambar Spectrum Doppler dengan menekan tombol


PW

Atur sample volume dengan mengatur angle antara 45o - 60o


18

Posisikan sample volume di bagian tengah pembuluh darah CCA.

Apabila sudah terlihat gambaran spectrum doppler pada pembuluh darah


CCA tekan tombol Freeze dan kemudian ukur IMT, PSV, EDV
gambaran tersebut dengan menekan measure.

h.

Kemudian beri penamaan RT CCA / LT CCA

Kembalikan gambar ke posisi B. Mode (tekan B) untuk memulai


pemeriksaan yang lain.

i.

Mengambil gambaran bifurkasio dan eksternal carotid arteri pada


arteri carotis dengan cara mendorong tranduser ke atas dan ke arah
mandibular.

19

j.

Mengambil gambaran ICA secara long axis dengan cara mengarahkan


tranduser ke arah mastoid (telingga).

k.

Kemudian mengambil gambaran spectrum Doppler dengan menekan


tombol PW.

l.

Atur sample volum dengan angel 400 - 600

m.

Apabila sudah terlihat gambaran spectrum Doppler pada pembuluh


darah ICA tekan tombol freeze dan kemudian ukur IMT,PSV,EDV
gambar tersebut. Lalu beri nama RT ICA / LT ICA .

n.

Mengambil ECA secara long Axis


20

Dari posisi B. Mode CCA, tranduser diarahkan ke atas sehingga


terlihat bifurkasio

Arahkan kembali tranduser kea rah mendibular agar terlihat gambar


pembuluh darah ECA

Kemudian ambil gambar spectrum Doppler dan ukur IMT, PSV dan
EDV.

Beri nama RT ECA / LT ECA

21

o.

Tekan B untuk ke posisi B. Mode

p.

Mengambil gambar arteri vertebralis

Dari posisi CCA arahkan tranduser ke leher luar daerah internal


sehingga terlihat gundukan hitam

Diantara gundukan hitam itu terdapat pembuluh darah arteri


vertebralis

Kemudian ambil gambar Doppler dari pembuluh darah arteri


vertebralis lalu tekan freeze dan ukur PSV, EDV serta diameter lumen
pembuluh darah tersebut

Beri nama RT VERT/LT VERT

22

q.

Setelah itu print hasil gambar pemriksaan

r.

Bersihkan jelly yang masih tersisa pada pasien dan tranduser dengan
handuk kecil yang sudah disediakan

s.

Beritahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan pasien dapat


merapikan bajunya kembali

t.

Beri pasien kertas untuk bukti pengambilan hasil

u.

Rapihkan tempat tidur,selimut,tranduser dan posisikan mesin seperti


keadaan semula( dalam keadaan freeze (NEW PATIENT)

v.

Merapikan gambar yang telah di print.

23

6.

Hasil pemeriksaan

Pada Pemeriksaan DUPLEX SONOGRAPHY CAROTIS didapatkan :


IMT

Lokasi
Rt CCA
Rt ICA
RT ECA
Rt
Bifurcatio
Lt CCA
Lt ICA
Lt
Bifurcatio

PSV

Plaque

EDV

Pengukuran
0,5 mm
0,5 mm
2,6 mm
-

Normal
<1
<1
<1
<1

Pengukuran
111,4 cm/det
116,9 cm/det
78,8 cm/det
-

Normal
<125
<125
<125
<125

Pengukuran
24,9 cm/det
33,9 cm/det
-

Normal
< 40
< 40
< 40
< 40

(-)
(-)
(-)
(-)

0,6 mm
0,6 mm
-

<1
<1
<1

87,8 cm/det
65 cm/det
-

<125
<125
<125

19,4 cm/det
27,7 cm/det
-

< 40
< 40
< 40

(-)
(-)
(-)

Diameter
PSV
Arteri
Vertebrali
s

Current Flow
Pengukuran

Rt
Vertebralis

3,7 mm

Lt
Vertebralis

3,5 mm

Normal

Pengukuran

Normal

48,4 cm/det

19-98

Cephalad

34,2 cm/det

19-98

Cephalad

,5-5
2,5-5

KESIMPULAN :

Normal flow dan anatomi pada arteri carotis kanan kiri

Normal diameter dan flow pada arteri vertebralis kanan kiri

24

7.

Studi Kasus pemeriksaan femoralis

Identitas pasien
Nama

: Ny. xxxx

Usia

: 69 Tahun

Medical Record

: 18xxx

Tanggal

: 28/01/2014

Mesin

: Prosound

Diagnosa

: HHD, Bengkak di kaki kanan bila berdiri lama

Pengirim

: xxxx

8.

Persiapan mesin
a.

Menyalakan mesin yang akan digunakan untuk pemeriksaan


femoralis / ekstremitas bawah

b.

Mengecek alat printer berwarna ( cek kertas berwarna, dan


ribbon pada alat printer, bila sudah habis diganti dengan yang
baru )

9.

c.

Mengecek printer hitam putih ( cek kertas hitam/putih )

d.

Mengecek video rekaman

Persiapan Alat Penunjang

a.

Menyiapkan tempat tidur dengan posisi setengah duduk

b.

Menyiapkan bantal dengan posisi di tegakkan

c.

Menyiapkan selimut diatas tempat tidur

d.

Mengecek jelly, habis atau tidak

e.

Mengecek kertas printer yang color dan printer black and


white

f.

10.

Menyiapkan tissue/ Handuk kecil

Persiapan pasien

25

a.

Mengisi identitas pasien diantaranya :


Nama
Umur
Medical record
Jenis kelamin

b.

Memanggil pasien masuk ke ruangan untuk pemeriksaan

c.

Mengecek ulang identitas pasien ( nama, umur, medical record)


dengan cara menanyakan langsung kepada pasien

d.

Menganjurkan pasien agar membuka celananya

e.

Menjelaskan pada pasien tujuan pemeriksaan dan daerah mana


yang akan diperiksa

f.

Pasien dalam posisi setengah duduk dengan kaki di tengkuk ke


samping

g.

Pasang handuk pada tungkai yang akan diperiksa dan tutupi kaki
pasien dengan selimut yang sudah disiapkan.

h.
11.

Beritahu pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai.

Prosedur pemeriksaan
a.

Sebelum memulai pemeriksaan pemeriksa harus menggunakan


sarung tangan lateks

b.

Pilih tranduser yang sesuai dengan daerah yang di periksa yaitu


linear.

c.

Berikan jelly secukupnya di ujung tranduser

d.

Letakkan transduser di pangkal paha

e.

Ambil gambaran B. Mode arteri dan vena pada femoralis secara


short axis

f.

Setelah mendapatkan gambaran yang sesuai bagi layar menjadi 2


bagian dengan menekan tombol B/B atau L/R

g.

Melakukan cus/ penekanan tranduser, apabila vena koleps berarti


cus (-) tapi apabila cus (+) artinya ada thrombus

26

h.

Ambil gambaran arteri & vena femoralis secara long axis

i.

Mengambil gambaran Doppler pembuluh darah arteri dan vena


femoralis. Tekan PW dan taruh sample volum di tengah-tengah
pembuluh darah

j.

Tekan tombol comment dan beri nama FEM COM DEX/ FEM
COM SIN

k.

Menggunakan color Doppler untuk melihat kebocoran katup


(reflux) pada vena femoralis

27

l.

Klik B mode, pemeriksaan pindah ke poplitea secara short axis.


Setelah mendapatkan gambar yang pas lakukan cus.

m. Pemeriksaan selanjutnya secara long axis. Setelah mendapatkan


gambaran yang bagus lakukan squeeze dengan menekan bagian
distal dari tranduser

28

n.

Tekan tombol comen lalu beri nama POP DEX/ POP SIN

o.

Lalu beri color pada vena untuk melihat kebocoran

p.

Tekan B Mode pemeriksaan selanjutnya di tibialis posterior


secara long axis. Beri color pada pemeriksaan dan lakukan
squeeze lagi.

q.

Beri nama A/V Tib Post Dext atau A/V Tib Post Sin

r.

Lakukan pemeriksaan arteri di tibialis anterior distal

s.

Beri nama A Tib Ant Dex/ A Tib Ant Sin

29

12.

t.

Pemeriksaan dilakukan secara bergantian antara kiri & kanan

u.

Print gambar yang di perlukan

Tindakan selesai
a.

Beritahu pasien pemeriksaan sudah selesai

b.

Bersihkan alat dan pasien dari sisa jelly pada bagian pemeriksaan
dengan handuk yang sudah disiapkan

c.

Pasien memakai celananya kembali

d.

Pasien keluar dari ruangan pemeriksaan dan membawa surat


pengambilan hasil

e.

Rapihkan tempat tidur,selimut,tranduser dan posisikan mesin


seperti keadaan semula( dalam keadaan freeze (NEW
PATIENT)

f.

Merapikan gambar yang telah di print

30

31

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
peranan duplex sonografi dalam pemeriksaan pada pasien HHD adalah kita
mengetahui pada pasien Tn Sudiman yang melakukan pemeriksaan pada carotis
dengan hasil normal flow dan anatomi pada arteri carotis kanan- kiri dan normal
diameter dan flow pada arteri vertebralis kanan- kiri menunjukkkan HHD yang di
diagnosa tidak disebabkan oleh hipertensi skunder pada vaskuler seperti :

Aterosklerosis

Hiperplasia

Trombosis

Aneurisma

Emboli kolestrol

Vaskulitis

Begitu juga dengan Ny. Nuraini yang di diagnosa HHD, pada pemeriksaan
femoralis tidak ditemukan penyebab hipertensi skunder pada vaskuler dengan
hasil pemeriksaan normal flow dan anatomi arteri pada kedua tungkai, DVT (-)
tetapi ada CVI ringan sampai sedang pada vena-vena dalam kedua tungkai yang
dicurigai penyebab bengkaknya kaki di sebelah kanan bila berdiri lama.

32

DAFTAR PUSTAKA

http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-padapenyakit-jantung-hipertensi.html
http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-hipertensi-heart-disease.html
http://refmedika.blogspot.com/
Buku catatan vaskuler

33

Anda mungkin juga menyukai