Praktikum Komunikasi Data
Praktikum Komunikasi Data
DATA 1
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Komunikasi Data 1.
Laporan ini merupakan realisasi dari hasil kegiatan perkuliahan berupa praktikum di
laboratorium komputer yang penulis lakukan untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa kepada
dosen mata kuliah komunikasi data.
Penulis menyadari bahwa kami mahasiswa kelas 2 AEC banyak mendapatkan pengalaman dan
ilmu yang bermanfaat. Hal tersebut tidak lain berkat panduan, bimbingan, juga dorongan baik dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung yang membantu pengerjaan serta penyelesaian
laporan ini. Maka melalui kesempatan yang sangat berharga ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum
dan proses penyelesaian laporan ini, terutama kepada :
1.
2.
3.
4.
Bapak DR Ing. Yuliadi Erdani, Msc. selaku dosen mata kuliah komunikasi data.
Ibu Siti Aminah, S.T M.T. sebagai penanggung jawab Laboratorium Komputer AE
Senior Ihsan Saputra sebagai supervisor komunikasi data kelas 2 AEC.
Teman kelas 2 AEC serta berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Dalam penulisan laporan ini, penulis masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan ataupun penyusunan laporan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk lebih
menyempurnakan laporan ini dan menjadi bahan pertimbangan penulisan dan penyusunan laporan yang
selanjutnya.
September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ii
JADWAL KEGIATAN...............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Metoda Praktikum.............................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................................................3
2.1
2.1.2
Penjelasan RS 232.................................................................................................................3
Skew Effect...................................................................................................................................5
2.3
Motor Stepper...............................................................................................................................5
2.4
Bit Parity.......................................................................................................................................8
2.5
2.6
2.6.1
2.6.2
2.7
2.7.1
Hyper Terminal....................................................................................................................22
2.7.2 VB 6.0......................................................................................................................................23
BAB III PERAKITAN KABEL DAN TES FISIK KABEL.....................................................................24
4.1
Perakitan Kabel...........................................................................................................................24
4.1.1
3.1.2
3.1.3
Kabel Paralel........................................................................................................................26
3.2
3.2.1
3.2.2
Program Chatting........................................................................................................................38
BAB V PENUTUPAN..............................................................................................................................80
5.1
Kesimpulan.................................................................................................................................80
5.2
Saran............................................................................................................................................80
JADWAL KEGIATAN
Hari/Tgl
Kegiatan
Waktu
Senin
06.55
07.00
07.00
09.00
Istirahat Pagi
09.00
09.20
09.20
11.40
Istirahat Siang
11.40
12.40
12.40
15.00
15.00
15.20
06.55
07.00
07.00
09.00
Istirahat Pagi
09.00
09.20
09.20
11.40
Istirahat Siang
11.40
12.40
12.40
-15.00
15.00
15.20
Apel Pagi
06.50
07.00
07.00
21 Sep
15
Selasa
22 Sep
15
Rabu
23 Sep
15
09.00
Istirahat Pagi
09.00
09.20
Penyempurnaan Program
09.20
11.40
Istirahat Siang
11.40
12.40
Penyempurnaan Program
12.40
15.00
15.00
15.20
LIBUR
06.50
07.00
Kamis
24 Sep
15
07.00
09.00
09.00
09.20
09.20
11.40
11.40
12.40
12.40
15.00
15.00
15.20
Jumat
25 Sep
15
06.50
07.00
07.00
08.15
Ujian Individu
08.15
10.00
10.00
11.00
Istirahat Siang
11.00
13.20
UKM
13.20
15.00
Apel Pulang
15.00
15.15
BAB I
PENDAHULUAN
Memungkinkan pengiriman data dalam jumalh besar efisien, tanpa kesalahan dan ekomis dari
suatu tempat ketempat yang lain.
Memungkinkan penggunaan sistem komputer dan perlatan pendukung dari jarak jauh (remote
computer use).
Mempermudah kemungkinan pengelolaan dan pengaturan data yang ada dalam berbagai mcam
sistem komputer.
Secara umum, sistem komunikasi dapat digambarkan secara blok diagram seperti gambar dibawah ini.
Sumber informasi
Pengirim
Saluran komunikasi
Sumber noise
Penerima
Tujuan
Berdasarkan uraian tersebut, penting sekali memahami komunikasi data pada jurusan Teknik
Otomasi, maka itulah latar belakang penulis membuat laporan ini.
1.2 Metoda Praktikum
Pada praktikum komunikasi data ini, dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok
terdiri dari 4 orang. Pada setiap kelompok, dipilih ketua kelompok yang bertanggung jawab atas seluruh
berjalannya praktikum dan tugas-tugas/jobdesk kelompok.
Pada kesempatan ini, Penulis mendapatkan amanah sebagai ketua kelompok satu (1) yang
beranggotakan :
1.
2.
3.
4.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Penjelasan RS 232
RS-232 adalah standar komunikasi serial yang didefinisikan sebagai antarmuka antara perangkat
terminal data (data terminal equipment atau DTE) dan perangkat komunikasi data (data communications
equipment atau DCE) menggunakan pertukaran data biner secara serial.
Di dalam definisi tersebut, DTE adalah perangkat komputer dan DCE sebagai modem walaupun
pada kenyataannya tidak semua produk antarmuka adalah DCE yang sesungguhnya. Komunikasi RS232 diperkenalkan pada 1962 dan pada tahun 1997, Electronic Industries Association mempublikasikan
tiga modifikasi pada standar RS-232 dan menamainya menjadi EIA-232.
Standar RS-232 mendefinisikan kecepatan 256 kbps atau lebih rendah dengan jarak kurang dari
15 meter, namun belakangan ini sering ditemukan jalur kecepatan tinggi pada komputer pribadi dan
dengan kabel berkualitas tinggi, jarak maksimum juga ditingkatkan secara signifikan. Dengan susunan
pin khusus yang disebut null modem cable, standar RS-232 dapat juga digunakan untuk komunikasi data
antara dua komputer secara langsung.
3
Biasanya tersedia dua port serial pada CPU, yaitu COM1 dan COM2. Base Address COM1
biasanya adalah 1016 (3F3H) dan COM2 biasanya 760 (2F8H). Alamat tersebut adalah alamat yang
biasa digunakanakan tetapi tergantung dari komputer yang digunakan.
Untuk lebih jelasnya kita bisa melihat pada peta memory tempat menyimpan alamat tersebut, yaitu
memory 0000.0400h untuk base address COM1 dan memory 0000.0402h untuk base address COM2.
Setelah kita mengetahui base addressnya, maka kita dapat menentukan alamat register-register yang
digunakan untuk komunikasi port serial ini.
2.1.3 Penjelasan RS 485
RS485 adalah teknik komunikasi data serial yang dikembangkan di tahun 1983 dimana dengan
teknik ini, komunikasi data dapat dilakukan pada jarak yang cukup jauh yaitu 1,2 Km. Berbeda dengan
komunikasi serial RS232 yang mampu berhubungan secara one to one.maka komunikasi RS485 selain
dapat digunakan untuk komunikasi multidrop yaitu berhubungan secara one to many dengan jarak yang
jauh teknik ini juga dapat digunakan untuk menghubungkan 32 unit beban sekaligus hanya dengan
menggunakan dua buah kabel saja tanpa memerlukan referensi ground yang sama antara unit yang satu
dengan unit lainnya.
Terdapat converter untuk mengubah dari RS485 ke RS232 Sistem komunikasi dengan
menggunakan RS485 ini dapat digunakan untuk komunikasi data antara 32 unit peralatan elektronik
hanya dalam dua kabel saja. Selain itu, jarak komunikasi dapat mencapai 1,6 km dengan digunakannya
kabel AWG-24 twisted pair.
Kelebihan RS485 dibandingkan RS232
2.2
Skew Effect
Pada cara paralel, bit-bit yang membentuk karakter dikirimkan secara bersamaan melalui
sejumlah penghantar yang terpisah. Sistem Pengiriman Paralel hanya ekonomis untuk transmisi data
jarak pendek, jika jaraknya terlalu jauh, maka efek skew akan sering terjadi.
Efek Skew adalah suatu efek yang terjadi pada pengiriman sejumlah bit secara serentak dan tiba
pada tempat yang dituju dalam waktu yang tidak bersamaan. Sehinga terkadang menyebabkan data
rusak. Contoh : transmisi data dgn printer, modem dan disk drive. Efek ini semakin berpengaruh dengan
semakin panjangnya kabel yang digunakan, hal ini dapat menimbulkan kesalahan pada data yang
diterima.
Gangguan yang terjadi dikarenakan pengiriman data yang terlalu banyak dengan rentang waktu
yang terlalu panjang. Salah satu akibat terjadinya skew effect adalah pertukaran data.
2.3
Motor Stepper
Motor Stepper adalah motor DC yang gerakannya bertahap (step per step) dan memiliki akurasi
yang tinggi tergantung pada spesifikasinya. Setiap motor stepper mampu berputar untuk setiap stepnya
dalam satuan sudut (0.75, 0.9, 1.8), makin keil sudut per step-nya maka gerakan per step-nya motor
stepper tersebut makin presisi.
Motor stepper banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang biasanya cukup menggunakan
torsi yang kecil, seperti untuk penggerak piringan disket atau piringan CD. Dalam hal kecepatan,
kecepatan motor stepper cukup cepat jika dibandingkan dengan motor DC. Motor stepper merupakan
motor DC yang tidak memiliki komutator. Pada umumnya motor stepper hanya mempunyai kumparan
pada statornya sedangkan pada bagian rotornya merupakan magnet permanent. Dengan model motor
seperti ini maka motor stepper dapat diatur posisinya pada posisi tertentu dan/atau berputar ke arah yang
diinginkan, searah jarum jam atau sebaliknya.
Kecepatan motor stepper pada dasarnya ditentukan oleh kecepatan pemberian data pada
komutatornya. Semakin cepat data yang diberikan maka motor stepper akan semakin cepat pula
berputarnya. Pada kebanyakan motor stepper kecepatannya dapat diatur dalam daerah frekuensi audio
5
dan akan menghasilkan putaran yang cukup cepat, Untuk mengatur gerakan motor per step-nya dapat
dilakukan dengan 2 cara berdasarkan simpangan sudut gerakannya yaitu full step dan half step.
Pada dasaranya terdapat 3 tipe motor stepper yaitu:
1.
mudah untuk dipahami. Motor ini terdiri atas sebuah rotor besi lunak dengan beberapa gerigi dan sebuah
lilitan stator. Ketika lilitan stator diberi energi dengan arus DC, kutub-kutubnya menjadi termagnetasi.
Perputaran terjadi ketika gigi-gigi rotor tertarik oleh kutub-kutub stator. Berikut ini adalah penampang
melintang dari motor stepper tipe variable reluctance (VR):
2.
atas lapisan magnet permanen yang diselang-seling dengan kutub yang berlawanan dengan adanya
magnet permanen, maka intensitas fluks magnet dalam motor ini akan meningkat sehingga dapat
menghasilkan torsi yang lebih besar. Motor jenis ini biasanya memiliki resolusi langkah (step) yang
rendah yaitu antara 7,50 hingga 150 per langkah atau 48 hingga 24 langkah setiap putarannya. Berikut
ini adalah ilustrasi sederhana dari motor stepper tipe permanent magnet:
3.
stepper sebelumnya. Motor stepper tipe hibrid memiliki gigi-gigi seperti pada motor tipe VR dan juga
memiliki magnet permanen yang tersusun secara aksial pada batang porosnya seperti motor tipe PM.
Motor tipe ini paling banyak digunkan dalam berbagai aplikasi karena kinerja lebih baik. Motor
tipe hibrid dapat menghasilkan resolusi langkah yang tinggi yaitu antara 3,6 0 hingga 0,90 per langkah
atau 100-400 langkah setiap putarannya. Berikut ini adalah penampang melintang dari motor stepper
tipe hibrid:
Berdasarkan metode perancangan rangkain pengendalinya, motor stepper dapat dibagi menjadi
jenis unipolar dan bipolar. Rangkaian pengendali motor stepper unipolar lebih mudah dirancang karena
hanya memerlukan satu switch / transistor setiap lilitannya.
Untuk menjalankan dan menghentikan motor ini cukup dengan menerapkan pulsa digital yang
hanya terdiri atas tegangan positif dan nol (ground) pada salah satu terminal lilitan (wound) motor
sementara terminal lainnya dicatu dengan tegangan positif konstan (V M) pada bagian tengah (center tap)
dari lilitan.
Untuk motor stepper dengan lilitan bipolar, diperlukan sinyal pulsa yang berubah-ubah dari
positif ke negatif dan sebaliknya. Jadi pada setiap terminal lilitan (A & B) harus dihubungkan dengan
sinyal yang mengayun dari positif ke negatif dan sebaliknya.
Karena itu dibutuhkan rangkaian pengendali yang agak lebih kompleks daripada rangkaian
pengendali untuk motor unipolar. Motor stepper bipolar memiliki keunggulan dibandingkan dengan
motor stepper unipolar dalam hal torsi yang lebih besar untuk ukuran yang sama.
2.4
Bit Parity
Bit parity merupakan bilangan biner yang ditambahkan untuk meyakinkan bahwa jumlah bit
yang dikirimkan mempunyai angka satu yang selalu genap atau ganjil. Ada dua varian bit parity, yaitu
even parity bit dan odd parity bit.
Even parity bit diset ke 1 jika jumlah angka 1 yang dikirimkan berjumlah ganjil (berarti membuat total
angka 1 berjumlah genap). Odd parity bit akan diset ke 1 jika jumlah angka 1 yang dikirimkan
berjumlah genap (berarti membuat total angka 1 berjumlah ganjil). Berikut gambaran even dan odd
parity bit:
Jika jumlah bit ganjil (termasuk bit parity) berubah pada waktu transmisi, maka bit parity
menjadi tidak benar dan mengindikasikan adanya kesalahan pada waktu pengiriman. Oleh karena itu, bit
parity merupakan kode pendeteksi kesalahan (error detecting code), dan bukan merupakan kode
9
pengoreksi kesalahan (error correcting code) karena tidak ada cara untuk menentukan bit mana yang
keliru.
Data harus diabaikan seluruhnya dan mengulangi lagi transmisi dari awal. Pada media transmisi
yang terganggu, transmisi yang berhasil akan membutuhkan banyak waktu atau tidak berhasil sama
sekali. Parity mempunyai keuntungan, yaitu hanya menggunakan satu bit saja dan membutuhkan satu
saja gerbang XOR untuk men-generate-nya.
Bit parity checking sering digunakan untuk transmisi karakter ASCII, karena karakter ini hanya
mempunyai 7 bit dan bit ke-8 dapat digunakan untuk bit parity. Sebagai contoh, diasumsikan pengiriman
4 bit dengan nilai 1001, dengan bit parity terletak di sebelah paling kanan. Penjelasan transmisi
menggunakan even parity, sebagai berikut:
Mekanisme ini dapat mendeteksi kesalahan bit tunggal, karena jika satu bit berubah ketika melewati
jalur yang jelek, maka akan terdapat jumlah angka satu yang tidak benar pada saat data diterima. Pada
contoh di atas, B menghitung nilai parity dan mencocokkan dengan bit parity pada nilai yang diterima,
mengindikasikan bahwa tidak ada kesalahan bit tunggal. Pada contoh di bawah ini akan terjadi
kesalahan transmisi pada bit kedua:
10
Pada kasus di atas, B menghitung nilai parity (0) tidak sama dengan bit parity (1) pada nilai yang
diterima. Hal ini mengindikasikan terjadi kesalahan. Di bawah ini contoh yang sama tetapi dengan
kesalahan pada bit parity-nya sendiri.
Sekali lagi, B menghitung keseluruhan odd parity, dan mengindikasikan kesalahan bit. Ada
keterbatasan pada skema parity ini, yaitu ketika ada kesalahan pada pengiriman data dengan bit yang
salah berjumlah genap seperti pada contoh di bawah ini:
dikenal sangat sederhana dalam melakukan deteksi dengan menambahkan parity bit pada frame yang
dikirim. Parity bit digunakan dengan transmisi asynchronous sederhana. Error dideteksi dengan
menambahkan sebuah bit extra yang disebut bit parity, di setiap ujung frame. Bit tambahan ini menjamin
bahwa jumlah bit 1 yang ganjil dan yang genap dikirim di setiap transmisi.
Ada 3 macam parity check :
1) ParityNone
2) Odd Parity (Parity Ganjil)
Jika data direkam dengan menggunakan Odd Parity, maka jumlah 1 bit (yang
merepresentasikan suatu karakter) adalah Ganjil. Jika jumlah 1 bitnya sudah ganjil, maka
parity bit (yang terletak pada track ke-9) adalah 0 bit, tetapi jika jumlah 1 bitnya masih
genap, maka parity bitnya adalah 1 bit.
3) Even Parity (Parity Genap)
11
Bila kita merekam data dengan menggunakan even parity, maka jumah 1 bit (yang
merepresentasikan suatu karakter) adalah Genap.Jika jumlah 1 bitnya sudah genap, maka
parity bit (yang terletak pada track ke-9) adalah 0 bit tetapi jika jumlah 1 bitnya masih
ganjil, maka parity bitnya adalah 1 bit.
2.5
Information Interchange) merupakan suatu standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti
Hex dan Unicode tetapi ASCII lebih bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk karakter "|".
ASCII selalu digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk menunjukkan teks. Kode
ASCII sebenarnya memiliki komposisi bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga
1111 1111. Total kombinasi yang dihasilkan sebanyak 256, dimulai dari kode 0 hingga 255 dalam sistem
bilangan Desimal, berikut dari tabel ASCII :
12
2.6
dengan data. Setiap word disinkronkan dengan start bit, dan sebuah clock internal dikedua sisi
menjaga bagian data saat pewaktuan (timing). Hal penting dalam komunikasi serial adalah konsep
flow control.
Flow control merupakan kemampuan sebuah device untuk memberitahu device lainnya untuk
menghentikan pengiriman data untuk sementara. Secara umum Request to Send (RTS), Clear To
Send (CTS), Data Terminal Ready (DTR) and Data Set Ready (DSR) digunakan untuk mengenablekan flow control.
Ada dua jenis komunikasi data melalui port serial yaitu:
a. Sinkron : Komunikasi sinkron adalah komunikasi data dimana clock dikirim bersamaan dengan
data.
b. Asinkron : Pada asinkron, clock tidak dikirimkan bersamaan dengan data, tetapi dibangkitkan
pada masing-masing sisi pengirim dan penerima.
2.6.2.1
Data Serial
Pada transmisi serial, pada setiap waktu hanya 1 bit data yang dikirimkan. Dengan
kata lain, bit-bit data tersebut dikirimkan secara satu per satu. Model transmisi seperti ini
dijumpai pada contoh seperti seorang pengguna menghubungkan terminal ke host komputer
yang berada pada bangunan yang lain. Mode serial membutuhkan sinkronisasi/penyesuaian
yang berfungsi untuk :
Mengetahui sinyal yang diterimanya membentuk sebuah blok data (sinkronisasi blok)
Selanjutnya, pada transmisi serial dapat berbentuk dua jenis, yaitu transmisi serial sinkron
(synchronous) dan transmisi serial asinkron (asynchronous).
Pada transmisi sinkron, sebelum terjadi komunikasi, diadakan sinkronisasi clock antara
pengirim dan penerima.
Data dikirim dalam satu blok data (disebut Frame) yang berisi bit2 Pembuka (preamble bit),
bit data itu sendiri dan bit2 penutup postamble bit. Ditambahlan juga bit2 kontrol pada blok
tersebut.
Dalam komunikasi sinkron, sbh line 56 kbps mampu membawa data sampai 7000 byte per
detik
Pada transmisi Asinkron, sebelum terjadi komunikasi, tdk diadakan sinkronisasi clock antara
pengirim dan penerima
Data dikirim per karakter dan masing2 karakter memiliki bit start (biasanya 0) dan bit stop
(biasanya 1)
Start bit berfungsi utk menandakan adanya rangkaian bit karakter yang siap dicuplik.
7 bit data
beberapa bit dalam 1 transmisi. Hal ini menyebabkan transmisi parallel lebih cepat
dibanding transmisi serial.
Hal tersebut, yang dipercayai banyak orang tidak sepenuhnya benar. Komunikasi
serial dapat lebih cepat dibanding komunikasi parallel. Yang dibutuhkan hanyalah frekuensi
pengiriman data yang lebih tinggi.
Dalam komunikasi parallel, karena transmisi dilakukan pada waktu yang sama, maka
dibutuhkan kabel lebih banyak. Sementara pada transmisi serial, kabel yang digunakan
tetap dua. Hal ini menyebabkan kabel untuk transmisi serial lebih kompak dibanding kabel
untuk transmisi parallel.
Dengan
semakin
tingginya
frekuensi,
semakin
tinggi
juga
gangguan
elektromagnetik. Setiap kabel dapat diperlakukan sebagai antenna, menangkap noise yang
ada di sekitarnya, dan mengganggu data yang sedang ditransmisikan. Dalam komunikasi
parallel, karena banyaknya kabel yang digunakan, masalah gangguan elektromagnetik
menjadi lebih serius. Di lain pihak, komunikasi serial yang hanya menggunakan dua kabel
lebih mudah mengatasi masalah ini dengan melindungi kedua kabel yang digunakan.
Perbedaan lain, yang juga menguntungkan komunikasi serial adalah walaupun secara
teoritis komunikasi parallel mengirimkan data pada saat yg bersamaan, data tersebut tidak
diterima pada saat yang bersamaan.Kelemahan komunikasi parallel adalah masalah halfduplex. Kabel yang digunakan untuk mengirim dan menerima data adalah kabel yang sama.
Bandingkan dengan serial yang full-duplex, dimana masing masing pengiriman dan
penerimaan data menggunakan 2 kabel berbeda.
2.6.2.2
Port Serial
Serial Port atau biasa disebut dalam bahasa Indonesia adalah port seri merupakan
sebuah port pada personal computer yang berfungsi untuk mentransmisikan satu bit
informasi pada satu satuan waktu. Dalam serial port, pengiriman informasi tidak
memungkinkan untuk melakukan secara banyak sekalius.
Hal ini disebabkan karena dalam melakukan pemindahan data, biasanya serial port
bekerja seri, misalnya COM 1 dan COM 2. Untuk penggunaan port serial sekarang ini sudah
16
berkurang. Penggunaan port serial telah tergantikan dengan port USB dan Firewire.
Sedangkan untuk jaringan (networking) fungsinya sudah tergantikan dengan port Ethernet.
Berikut beberapa fungsi serial port yaitu menghubungkan antara peripheral (alat)
computer lain dengan motherboard, penghubung antara mouse dengan motherboard,
penghubung antara modem dengan motherboard, dan mentransmisikan informasi-informasi
berupa bit-bit dari mainboard ke perangkat lainnya.
Carrier Detect mendeteksi apakah modem terhubung dengan working telephone line
Receive Data Komputer menerima informasi yang dikirmkan dari modem
Transmit Data Komputer mengirimkan data ke modem
Data Terminal Ready Komputer menyatakan flag siap kepada modem
Signal Ground - Pin digroundkan
Data Set Ready Modem menyatakan flag siap kepada computer
Request To Send Komputer meminta modem untuk mengirimkan data
Clear To Send modem menyatakan kepada computer bahwa dia bisa mengirimkan data
Ring Indicator Once a call has been placed, computer acknowledges signal (sent from
modem) that a ring is detected.
17
Kerugiannya adalah efisien pengiriman yang turun karena untuk 8 bit data, minimum ada 2 bit
2.6.2
penggunaan komunikasi Oarallel semua bit dikirim secara bersamaan pada waktu yang sama. Oleh
karena itu, pada komunikasi ini kita membutuhkan banyak kabel. Hal ini memang sering menjadi
kelemahan komunikasi Oarallel akibat banyaknya kabel yang dibutuhkan, dan panjang kabel tidak
boleh lebih dari 20 m, untuk menjaga keaslian data. Namun kelebihan komunikasi Oarallel adalah
lebih cepat dan kapasitas yang dibawa juga banyak serta pemrograman yang lebih mudah.
18
Data Paralel
Pada transmisi paralel, sejumlah bit dikirimkan per waktu. Masing-masing bit
mempunyai jalurnya tersendiri. Dikarenakan oleh sifatnya yang demikian, maka data yang
mengalir pada transmisi paralel jauh lebih cepat pada transmisi serial. Model transmisi
paralel biasanya digunakan untuk melakukan komunikasi jarak pendek. Waktu untuk
transmisi paralel disediakan oleh sinyal clocking konstan dikirim melalui kawat terpisah
dalam kabel paralel; sehingga transmisi paralel dianggap sinkron, Suatu pengiriman data
disebut paralel, jika sekelompok bit data ditransmisikan secara bersama-sama dan melewati
beberapa jalur transmisi yang terpisah.
Sistem ini akan lebih efektif untuk transmisi data yang memiliki jarak tidak terlalu jauh
19
Agar data yang diterima itu benar maka selang waktu yang digunakan oleh pengirim dan
penerima harus sama. Untuk keperluan tersebut maka pengirim dan penerima harus
menambahkan detak (Time Pulse).
Kecepatan tinggi
Masalah SKEW Efek yang terjadi pada sejumlah pengiriman bit secara serempak dan
tiba pada tempat yang dituju dalam waktu yang tidak bersamaan
Interfacing dengan menggunakan pararel port berbeda dengan interfacing dengan
menggunakan serial port. Pada interfacing ini, bit data dikirim secara bersamaan (paralel) dan
tiba secara bersamaan. Pada interfacing ini 8 bit data dikirim secara bersamaan pada satu
waktu.
Printer Control
PC hanya mempunyai 5 bit keluaran dan hanya 4 bit yang mempunyai keluaran ke soket
luar, dimana bit 5 hanya untuk dirinya sendiri. Tiap-tiap bit dari Printer Control di definisikan
sebagai berikut :
20
Printer Control
Nama
Sifat
PC-0
Strobe
Inverting
PC-1
Autofeed
Inverting
PC-2
Init
Normal
PC-3
Select In
Inverting
PC-4
IRQ-7 Enable
Inverting
PC-5
Tidak dipakai
PC-6
Tidak dipakai
PC-7
Tidak dipakai
Printer Status
Tiap-tiap bit dari printer status di definisikan sebagai berikut :
Printer Control
Nama
Sifat
PS-0
Tidak dipakai
PS-1
Tidak dipakai
PS-2
Tidak dipakai
PS-3
Error
Normal
PS-4
Select
Normal
PS-5
Paper End
Normal
PS-6
Acknowledge
Normal
PS-7
Busy
Inverting
Jalur
Sinyal
Kontrol
Strobe
Data
Data
Data
Data
Data
Data
Data
Data
Data
Data
21
Data
Data
Data
Data
Data
Data
10
Status
Ack
11
Status
Busy
12
Status
P Error
13
Status
Select
14
Kontrol
Auto FD
15
Status
Fault
16
Kontrol
Init
17
Kontrol
Select In
18 25
2.6.2.2
Ground
Port Paralel
Parallel port atau biasa disebut dalam bahasa Indonesia adalah port paralel merupakan
sebuah port pada personal computer yang berfungsi sebagai alat komunikasi komputer
(motherboard) dengan perangkat luar yang bersifat paralel. Pada port paralel, pemindahan
informasi dapat dilakukan secara bersamaan sehingga informasi yang terkirim lebih banyak
daripada port seri. Port paralel biasa dikenal dengan Printer Port atau Centronics Port.
Fungsi port paralel adalah sebagai penghubung motherboard dengan Printer jenis
lama, Zip drive, beberapa Scanner, Sound Cards, Web Cams, Gamepads, Joystick,
pemrograman EPROM, peralatan SCSI melalui adapter paralel ke SCSI, percobaan dengan
TTL 12 driver, dan External CD-R atau CD-RW. Selain itu, port paralel juga digunakan
sebagi uji coba sederhana dalam perancangan peralatan elektronika.
22
2.7
2.7.1
Hyper Terminal
Hyper Terminal adalah sebuah program yang dirancang untuk melaksanakan fungsi
komunikasi dan emulasi terminal.Juga dikenal sebagai HyperTerm, program ini telah ditawarkan
sebagai bagian dari sistem operasi Microsoft sejak peluncuran Windows 98. Pada dasarnya,
HyperTerminal memungkinkan pengguna komputer memanfaatkan komputer lainnya untuk
berhubungan antara dua system.
Rancangan aslinya untuk Hyper Terminal memungkinkan anda untuk menggunakan jalur
telepon standar membuat koneksi dial up antara dua komputer. Program ini akan memanfaatkan
modem internal dari host atau komputer utama dan menggunakan layanan seperti Telnet untuk
membuat sambungan ke komputer sekunder. Sambungan ini dapat dimanfaatkan untuk mentransfer
data dan file dari satu sistem ke yang lainnya, tanpa perlu menyimpan data untuk beberapa jenis
perangkat luar dan kemudian memuat data secara manual ke sistem lainnya.
Bersama dengan membuat transfer data antara dua komputer proses yang relatif mudah,
HyperTerminal juga memungkinkan sistem utama untuk mengakses dan memanfaatkan layanan
halaman pemberitahuan yang terletak di sistem kedua. Program ini juga dapat digunakan untuk
memecahkan masalah masalah dengan modem, atau membantu untuk memastikan modem yang baru
dipasang berfungsi dengan benar.
23
Hyper Terminal memanfaatkan port serial dan kontrol yang terkait dengan perangkat
eksternal. Perangkat ini dapat bervariasi dan meliputi opsi sebagai peralatan komunikasi radio, robot,
dan alat-alat yang digunakan untuk pengukuran ilmiah dan usaha serupa. Koneksi yang disediakan
oleh HyperTerminal memudahkan untuk mengambil data dari sumber-sumber ini, serta dapat
mengeksekusi perintah ke perangkat dari sistem komputer utama.
Ketika memeriksa status dari pengoperasian perangkat seperti modem eksterior,
HyperTerminal dapat digunakan untuk memverifikasi bahwa koneksi yang selaras dengan benar dan
bahwa perintah untuk mengaktifkan dialer pada modem berfungsi dengan baik. biasanya
HyperTerminal seolah-olah mengirim perintah ke modem dan perangkat yang bekerja melalui semua
langkah untuk mendirikan konektivitas dengan jaringan. Mengakses HyperTerminal dapat dilakukan
dengan mudah dengan cara menggunakan menu Start dari setiap sistem berbasis Windows.
2.7.2 VB 6.0
VB merupakan sebuah bahasa pemrograman yang menawarkan Integrated Development
Environment (IDE) visual untuk membuat program perangkat lunak berbasis sistem operasi Microsoft
Windows dengan menggunakan model pemrograman. Hubungannya dengan komunikasi data adalah VB
sebagai media interface sekaligus control pengiriman data dengan model pemrograman.
BAB III
PERAKITAN KABEL DAN TES FISIK KABEL
4.1 Perakitan Kabel
4.1.1
3.1.2
:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Mengupas kedua ujung kabel sebanyak 3 jalur saja menggunakan tang potong
untuk Transmitter, reciever, dan ground.
c. Menghubungkan kabel yang telah dikupas tadi ke Plug DB9 menggunakan solder
dengan konfigurasi masing-masing kabel di pin 2, pin 3 dan pin 5.
25
3.1.3
A.
a.
b.
c.
Kabel Paralel
Alat dan Bahan :
DB25 Male 2 buah
Kabel sepanjang 1 meter (minimal 9 jalur)
Solder & Timah
B. Cara Kerja
:
a. Sambungkan kabel dengan DB25M menggunakan solder dan timah seperti gambar di bawah
ini.
26
dengan baik dan benar. Pengujian dilakukan dengan menggunakan hyper terminal dengan langkah
sebagai berikut :
1. Menghubungkan antara satu PC dan PC lain dengan menggunakan kabel serial cross yang
telah dibuat, hubungkan kedua konektor DB9 female pada kabel serial cross dengan DB 9
male yang berada pada kabel USB to serial BAFO. Setelah itu hubungkan kabel USB to
serial BAFO ke port USB pada kedua laptop.
27
USB to serial
BAFO
Kabel Serial
Cross
yang telah dibuat
PORT USB
2. Pada kedua komputer yang akan dipakai klik Start > All Programs > Accesoris >
Communication
> Hyper Terminal. Atau menuju lokasi dimana hyper term di-
extract/install.
28
3. Setelah klik program hyper term, Lalu akan muncul tampilan seperti berikut :
29
Beri nama connection pada kolom yang tersedia , lalu klik ok.
4. Setelah itu memilih koneksi yang akan dipakai.
Pilih jenis COM yang ada. Nomer COM akan tergantung pada port mana yang dipakai oleh
kita, setiap port pada laptop akan memiliki nomer COM yang beda. Untuk mengecek nomer
COM pada port, disarankan memeriksa Device manager pada bagian Port. Untuk
penggunaan kabel USB to serial, kita harus menginstall driver BAFO terlebih dahulu. Jika
tidak, nomer COM pada port yang digunakan tidak akan muncul.
30
5. Setelah menentukan koneksi, Selanjutnya akan muncul tampilan untuk mengatur port yang
akan digunakan. Pada kolom ini kita tidak perlu mengaturnya, hanya klik restore default saja
lalu klik OK.
Setelah diklick Restore Defaults, pengaturan akan berubah menjadi default. Yaitu :
1. Baud rate : 9600
2. Data bits : 8
3. Parity : None
4. Stop Bits : 1
5. Flow control : None
31
Jika kabel serial yang dibuat benar maka jika kita mengetik di komputer yang ke 1 maka
akan muncul pada komputer yang ke 2, begitupun sebaliknya.
Contoh :
Pada gambar di atas, kalimat diketik oleh PC yang ke-2 dan diterima oleh PC yang ke-1.
32
3.2.2
Pada pengujian kabel ini, kami mencoba untuk mengetahui bagaimana bentuk sinyal yang dikirim oleh
PC kita. Sinyal tersebut berupa gelombang output yang dihasilkan oleh PC kami saat kami mengetik
suatu karakter di hyper terminal. Masing-masing karakter akan menghasilkan output yang berbeda
sesuai dengan tabel nilai ASCII karakter-karakter tersebut.
Langkah kerjanya adalah :
1. Siapkan Oscilloscope Digital, dan mengalibrasinya terlebih dahulu.
2. Sambungkan kabel serial lurus dengan PC dan ujung kabel Transmitter dan Ground yang
telah di solder di hubungan ke probe oscilloscope.
3. Lalu buat koneksi menggunakan hyper terminal dengan pengaturan seperti sebelumnya.
4. Pada hyper terminal, ketik suatu karakter dan amati sinyal outputnya di Oscilloscope.
Diusahakan menekan karakter pada keyboard dengan lama agar sinyal mudah diamati.
Karena sinyal output sangat cepat hilang apabila hanya ditekan sekali.
34
35
36
37
Analisa
Contoh pada sinyal output huruf z dengan gambar sinyal diatas.
Pada tabel ASCII, kita ketahui bahwa code biner untuk huruf z kecil adalah :
01111010
Pada oscilloscope akan dibaca secara LSB ke MSB dari nilai biner tersebut. Selain itu, sinyal ini bersifat
Active low. Sehingga ketika sinyal 0, bentuk sinyal akan high.
Pada pembacaan oleh oscilloscope terdapat nilai start bit dan stop bit, yaitu masing-masing bernilai :
Start bit = 0
Stop bit = 1
Selain itu, pada uji coba ini tidak menggunakan parity bit, sehingga grafik sinyalnya seperti ini :
Karena hasil output sinyalnya sesuai dengan teori, maka saya simpulkan bahwa kabel serial yang saya
buat sudah benar dan siap untuk dipakai untuk praktikum/permasalahan berikutnya.
38
BAB IV
PERANCANGAN SOFTWARE KOMUNIKASI DATA
4.1 Program Chatting
4.1.1 Deskripsi Software
Program chatting memungkinkan pengguna untuk mengirim karakter, kata bahkan kalimat dari
PC 1 ke PC 2. Program chatting ini didukung dengan interface yang menyediakan
tombol/keypress untuk mengirim data dan tampilan untuk menampilkan data dari PC lawan.
4.1.2 Hal yang dibutuhkan
1. Tampilan pengguna (User Interface)
2. BAFO usb to serial (Jika antar laptop)
3. Kabel Serial Cross 3 jalur.
4. PC.
1 setiap PC
1 Set
1 Unit
2 Unit
39
Pada form tersebut, terdapat komponen terpenting dalam chatting yaitu komponen MSCom yang
bericon telepon.
Fungsi dari komponen tersebut adalah sebagai penyambung komunikasi antar PC1 ke PC2.
Berikut adalah properties dari Komponem MSComm :
Pada kolom CommPort pada properties, diisi sesuai dengan COM yang aktif di device manager. Dan
RThreshold harus diisi 1.
40
41
42
43
Code Program
Private Sub Command1_Click()
MSComm1.Output = Text1.Text
List1.AddItem (Form3.Text1.Text + " Giga = " + Text1.Text)
Text1.Text = ""
End Sub
Private Sub Command2_Click()
If MSComm1.PortOpen = True Then
MSComm1.PortOpen = False
End If
End
End Sub
Private Sub Command3_Click()
List1.Clear
End Sub
Private Sub Command4_Click()
Form3.Show
Form2.Hide
End Sub
Private Sub Form_Load()
If MSComm1.PortOpen = False Then
MSComm1.PortOpen = True
End If
End Sub
Private Sub MSComm1_OnComm()
List1.AddItem ("Your Friend= " + MSComm1.Input)
End Sub
Private Sub text1_keypress(keyascii As Integer)
If keyascii = 13 Then
Command1_Click
End If
End Sub
Private Sub list1_keypress(keyascii As Integer)
If keyascii = 27 Then
Command2_Click
End If
End Sub
44
Ketika tombol send (Command1) diklick, maka program akan menjalankan perintah :
1. Mengaktifkan MSComm1 dan Mengirimkan output MSComm berupa text yang diberikan pada
Text1 (Text conversation)
2. Dan menambahkan text yang diberikan pada text1 (Text conversation) ke List1 (jendela
conversation)
3. Dan seketika langsung menghapus isi Text pada Text1.
Ketika MSComm1.Output aktif, sinyal akan diterima oleh MSComm1.input yang berada di lawan bicara
(PC 2).
2. Form Load
Private Sub Form_Load()
If MSComm1.PortOpen = False Then
MSComm1.PortOpen = True
End If
End Sub
Ketika PC2 memberikan sinyal dan menyebabkan MSComm1 pada PC1 aktif, program akan melakukan
perintah menambahkan text yourfriend = ditambah dengan input MSComm1 yang merupakan adalah
output MSComm1 dari PC2 berupa teks.
Ketika pengiriman, jenis pengiriman yang terjadi adalah komunikasi secara serial dengan kabel serial
cross. Bit yang dihasilkan oleh PC1 (TX) akan sampai ke (RX) PC2 (dan begitu sebaliknya) dengan
kecepatan 9600 bits /s.
45
46
1 per komputer
1 set
1 unit
1 unit
Pada program ini menggunakan kabel parallel karena data dikirim secara parallel. Untuk
interface program, perlu ada hal-hal seperti ini :
1.
2.
3.
4.
Tombol Start
Tombol Stop
Scroll Pengaturan Kecepatan
List mode pergerakan
Berikut adalah form program yang saya design :
47
48
49
50
51
Code
Dim x As Integer
Dim disp As Double
Dim s, t, u, v As Integer
Private Sub Command1_Click()
Combo1.Visible = True
End Sub
Private Sub Command2_Click()
s = 1
If HScroll1.Value = 1000 Then
x = 0
Else
x = HScroll1.Value
End If
Do Until s = 0
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 1
Tunda (x)
Loop
Out 888, 0
End Sub
Private Sub Command7_Click()
HScroll1.Value = 1000
x = 0
s = 0
t = 0
u = 0
v = 0
End Sub
Private Sub Command8_Click()
Form4.Show
Form6.Hide
End Sub
Private Sub Form_Load()
Combo1.AddItem ("Full Step CW")
52
Combo1.AddItem
Combo1.AddItem
Combo1.AddItem
Combo1.AddItem
End Sub
True
= True
Combo1.Text + " is Ready"
False
True
False
False
False
= False
= True
= False
= False
= False
True
Label8.Visible =
Label7.Visible =
HScroll1.Visible
Label4.Caption =
Label2.Visible =
Label3.Visible =
Label4.Visible =
True
True
= True
Combo1.Text + " is Ready"
False
False
True
53
Label5.Visible =
Label6.Visible =
Command2.Visible
Command3.Visible
Command4.Visible
Command5.Visible
Command6.Visible
False
False
= False
= False
= True
= False
= False
Case 3
Label8.Visible =
Label7.Visible =
HScroll1.Visible
Label5.Caption =
Label2.Visible =
Label3.Visible =
Label4.Visible =
Label5.Visible =
Label6.Visible =
Command2.Visible
Command3.Visible
Command4.Visible
Command5.Visible
Command6.Visible
True
True
= True
Combo1.Text + " is Ready"
False
False
False
True
False
= False
= False
= False
= True
= False
Case 4
Label8.Visible =
Label7.Visible =
HScroll1.Visible
Label6.Caption =
Label2.Visible =
Label3.Visible =
Label4.Visible =
Label5.Visible =
Label6.Visible =
Command2.Visible
Command3.Visible
Command4.Visible
Command5.Visible
Command6.Visible
True
True
= True
Combo1.Text + " is Ready"
False
False
False
False
True
= False
= False
= False
= False
= True
End Select
End Sub
54
Do Until v = 0
Out 888, 9
Tunda (x)
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 12
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 6
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 3
Tunda (x)
Out 888, 1
Tunda (x)
Loop
Out 888, 0
End Sub
Private Sub Command4_Click()
u = 1
If HScroll1.Value = 1000 Then
x = 0
Else
x = HScroll1.Value
End If
Do Until u = 0
Out 888, 1
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 8
Tunda (x)
Loop
55
Out 888, 0
End Sub
Private Sub Command5_Click()
t = 1
If HScroll1.Value = 1000 Then
x = 0
Else
x = HScroll1.Value
End If
Do Until t = 0
Out 888, 1
Tunda (x)
Out 888, 3
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 6
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 12
Tunda (x)
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 9
Tunda (x)
Loop
Out 888, 0
End Sub
Private Sub Command6_Click()
If HScroll1.Value = 1000 Then
x = 0
Else
x = HScroll1.Value
End If
Dim i, a, b As Integer
For i = 1 To 5
For a = 1 To 3
/wiping mode/
Out 888, 1
Tunda (x)
Out 888, 3
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
56
Out 888, 6
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 12
Tunda (x)
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 9
Tunda (x)
Next
For b = 1 To 3
x = HScroll1.Value
Out 888, 9
Tunda (x)
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 12
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 6
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 3
Tunda (x)
Out 888, 1
Tunda (x)
Next
Next
Out 888, 0
End Sub
Private Sub HScroll1_Change()
disp = 1 / HScroll1.Value * 1000
If disp = 1 Then
Label7.Caption = 0
Else
/Display kecepatan/
Label7.Caption = Round(disp, 3)
/Display kecepatan/
End If
End Sub
57
Do Until s = 0
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 1
Tunda (x)
Loop
Out 888, 0
End Sub
Artinya ketika Command 2 di-click, maka nilai variable s=1 dan apabila Nilai HScroll 1000 (Nilai
minimum HSCroll) nilai x menjadi 0, selain itu nilai x akan sama seperti nilai HSCroll.
Nilai x akan menjadi penentu kecepatan tunda. Apabila semakin besar nilai x, akan semakin lama
pergerakan motor. Semakin kecil nilai x, akan semakin cepat dan halus pergerakan motornya.
Perintah tunda di-generate dari module yang telah ada.
Out 888 adalah perintah output pada port parallel.
Urutan Out 888 pada program kami adalah :
8
4
2
1
1000
0100
0010
0001
Pada satu siklus tersebut menghasilkan 30 derajat gerakan arah Clock Wise, sehingga apabila ingin
mengubah arah, kita hanya tinggal mengganti urutannya.
Pada program kami, tidak dibatas pergerakannya, motor akan terus berputar ketika s=1. Dan berhenti
ketika stop (s=0).
58
Half Step CW
Private Sub Command3_Click()
v = 1
If HScroll1.Value = 1000 Then
x = 0
Else
x = HScroll1.Value
End If
Do Until v = 0
Out 888, 9
Tunda (x)
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 12
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 6
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 3
Tunda (x)
Out 888, 1
Tunda (x)
Loop
Out 888, 0
End Sub
Prinsipnya sama seperti full step namun, perpindahannya lebih halus dikarenakan sudut perpindahannya
lebih kecil 2x dibanding full step (3.75 derajat).
Half Step akan bergerak lebih halus namun lebih lamban.
Mode Wiping
Private Sub Command6_Click()
If HScroll1.Value = 1000 Then
x = 0
Else
x = HScroll1.Value
End If
Dim i, a, b As Integer
For i = 1 To 5
For a = 1 To 3
/wiping mode/
59
Out 888, 1
Tunda (x)
Out 888, 3
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 6
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 12
Tunda (x)
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 9
Tunda (x)
Next
For b = 1 To 3
x = HScroll1.Value
Out 888, 9
Tunda (x)
Out 888, 8
Tunda (x)
Out 888, 12
Tunda (x)
Out 888, 4
Tunda (x)
Out 888, 6
Tunda (x)
Out 888, 2
Tunda (x)
Out 888, 3
Tunda (x)
Out 888, 1
Tunda (x)
Next
Next
Out 888, 0
End Sub
Pada program ini adalah campuran dari CW dan CCW, sehingga menghasilkan pergerakan berbolakbalik. Sudut diatur oleh perulangan
For a = 1 To 3
/CW/
For b = 1 To 3
/CCW/
Dan
Dimana 1 siklus adalah 30 derajat maka 3 kali perulangan akan menghasilkan gerakan 90 derajat.
60
4.2.4
Hasil dokumentasi berupa video yang telah diserahkan pada hari Jumat , 25 septermber 2015
pada pembimbing Komunikasi data 1.
61
4.3
Pada form tersebut menampilkan control-kontrol yang diperlukan untuk controller LED.
62
Berikut adalah properties setiap komponen yang penting pada program ini :
Combo box pemilihan mode
63
Tombol START
Command 1-5 berdasarkan combo box
64
65
66
67
Code
Public m As Integer
Private Sub Check1_Click()
If Check1.Value = 1 Then
m = m + 128
Out 888, m
Shape1.BackColor = vbGreen
Else
m = m - 128
Out 888, m
Shape1.BackColor = vbWhite
End If
End Sub
Private Sub Check2_Click()
If Check2.Value = 1 Then
m = m + 64
Out 888, m
Shape2.BackColor = vbGreen
Else
m = m - 64
Out 888, m
Shape2.BackColor = vbWhite
End If
End Sub
Private Sub Check3_Click()
If Check3.Value = 1 Then
m = m + 32
Out 888, m
Shape3.BackColor = vbRed
Else
m = m - 32
Out 888, m
Shape3.BackColor = vbWhite
End If
End Sub
Private Sub Check4_Click()
If Check4.Value = 1 Then
m = m + 16
Out 888, m
Shape4.BackColor = vbRed
Else
m = m - 16
Out 888, m
68
Shape4.BackColor = vbWhite
End If
End Sub
Private Sub Check5_Click()
If Check5.Value = 1 Then
m = m + 8
Out 888, m
Shape5.BackColor = vbYellow
Else
m = m - 8
Out 888, m
Shape5.BackColor = vbWhite
End If
End Sub
Private Sub Check6_Click()
If Check6.Value = 1 Then
m = m + 4
Out 888, m
Shape6.BackColor = vbYellow
Else
m = m - 4
Out 888, m
Shape6.BackColor = vbWhite
End If
End Sub
Private Sub Check7_Click()
If Check7.Value = 1 Then
m = m + 2
Out 888, m
Shape7.BackColor = vbBlue
Else
m = m - 2
Out 888, m
Shape7.BackColor = vbWhite
End If
End Sub
Private Sub Check8_Click()
If Check8.Value = 1 Then
m = m + 1
Out 888, m
Shape8.BackColor = vbBlue
Else
m = m - 1
Out 888, m
69
Shape8.BackColor = vbWhite
End If
End Sub
Private Sub Combo1_Click()
Select Case Combo1.ListIndex
Case 0
Command1.Visible = True
Command1.Caption = Combo1.Text
Command2.Visible = False
Command3.Visible = False
Command4.Visible = False
Command5.Visible = False
Label3.Visible = True
Case 1
Command1.Visible = False
Command2.Visible = True
Command2.Caption = Combo1.Text
Command3.Visible = False
Command4.Visible = False
Command5.Visible = False
Label3.Visible = True
Case 2
Command1.Visible = False
Command2.Visible = False
Command3.Visible = True
Command3.Caption = Combo1.Text
Command4.Visible = False
Command5.Visible = False
Label3.Visible = True
Case 3
Command1.Visible = False
Command2.Visible = False
Command3.Visible = False
Command4.Visible = True
Command4.Caption = Combo1.Text
Command5.Visible = False
Label3.Visible = True
Case 4
Command1.Visible = False
Command2.Visible = False
Command3.Visible = False
Command4.Visible = False
Command5.Visible = True
Command5.Caption = Combo1.Text
Label3.Visible = True
End Select
End Sub
70
Shape5.BackColor
Out 888, 28
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Tunda (X)
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Out 888, 14
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Tunda (X)
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Out 888, 7
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Tunda (X)
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Out 888, 3
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Tunda (X)
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Out 888, 1
Shape8.BackColor
Tunda (X)
Shape8.BackColor
Out 888, 0
Next
End If
End Sub
= vbWhite
= vbRed
= vbYellow
= vbYellow
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbYellow
= vbYellow
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbYellow
= vbBlue
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbBlue
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbBlue
= vbWhite
HScroll1.Value = 1
End If
Dim i As Integer
If Val(Text1.Text) = 0 Then
peringatan = "Mau berapa??!"
MsgBox peringatan
Else
For i = 1 To Val(Text1.Text)
X = HScroll1.Value
Out 888, 128
Shape1.BackColor = vbGreen
Tunda (X)
Shape1.BackColor = vbWhite
Out 888, 192
Shape1.BackColor = vbGreen
Shape2.BackColor = vbGreen
Tunda (X)
Shape1.BackColor = vbWhite
Shape2.BackColor = vbWhite
Out 888, 224
Shape1.BackColor = vbGreen
Shape2.BackColor = vbGreen
Shape3.BackColor = vbRed
Tunda (X)
Shape1.BackColor = vbWhite
Shape2.BackColor = vbWhite
Shape3.BackColor = vbWhite
Out 888, 112
Shape2.BackColor = vbGreen
Shape3.BackColor = vbRed
Shape4.BackColor = vbRed
Tunda (X)
Shape2.BackColor = vbWhite
Shape3.BackColor = vbWhite
Shape4.BackColor = vbWhite
Out 888, 56
Shape3.BackColor = vbRed
Shape4.BackColor = vbRed
Shape5.BackColor = vbYellow
Tunda (X)
Shape3.BackColor = vbWhite
Shape4.BackColor = vbWhite
Shape5.BackColor = vbWhite
Out 888, 28
Shape4.BackColor = vbRed
73
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Tunda (X)
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Out 888, 14
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Tunda (X)
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Out 888, 7
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Tunda (X)
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Out 888, 3
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Tunda (X)
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Out 888, 1
Shape8.BackColor
Tunda (X)
Shape8.BackColor
Out 888, 3
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Tunda (X)
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Out 888, 7
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Tunda (X)
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Shape8.BackColor
Out 888, 14
Shape5.BackColor
= vbYellow
= vbYellow
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbYellow
= vbYellow
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbYellow
= vbBlue
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbBlue
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbBlue
= vbWhite
= vbBlue
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbYellow
= vbBlue
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbYellow
74
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Tunda (X)
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Shape7.BackColor
Out 888, 28
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Tunda (X)
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Shape6.BackColor
Out 888, 56
Shape3.BackColor
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Tunda (X)
Shape3.BackColor
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Out 888, 56
Shape3.BackColor
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Tunda (X)
Shape3.BackColor
Shape4.BackColor
Shape5.BackColor
Out 888, 112
Shape2.BackColor
Shape3.BackColor
Shape4.BackColor
Tunda (X)
Shape2.BackColor
Shape3.BackColor
Shape4.BackColor
Out 888, 224
Shape1.BackColor
Shape2.BackColor
Shape3.BackColor
Tunda (X)
Shape1.BackColor
Shape2.BackColor
Shape3.BackColor
Out 888, 192
Shape1.BackColor
= vbYellow
= vbBlue
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbRed
= vbYellow
= vbYellow
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbRed
= vbRed
= vbYellow
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbRed
= vbRed
= vbYellow
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbGreen
= vbRed
= vbRed
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbGreen
= vbGreen
= vbRed
= vbWhite
= vbWhite
= vbWhite
= vbGreen
75
Shape2.BackColor
Tunda (X)
Shape1.BackColor
Shape2.BackColor
Out 888, 128
Shape1.BackColor
Tunda (X)
Shape1.BackColor
Out 888, 0
Next
End If
End Sub
= vbGreen
= vbWhite
= vbWhite
= vbGreen
= vbWhite
Shape8.BackColor = vbWhite
Out 888, 0
Next
End If
End Sub
Private Sub Command4_Click()
If HScroll1.Value = 0 Then
HScroll1.Value = 1
End If
Dim i As Integer
If Val(Text1.Text) = 0 Then
peringatan = "Mau Berapa??!"
MsgBox peringatan
Else
For i = 1 To Val(Text1.Text)
X = HScroll1.Value
Out 888, 129
Shape1.BackColor = vbBlue
Shape8.BackColor = vbBlue
Tunda (X)
Shape1.BackColor = vbWhite
Shape8.BackColor = vbWhite
Out 888, 66
Shape2.BackColor = vbYellow
Shape7.BackColor = vbYellow
Tunda (X)
Shape2.BackColor = vbWhite
Shape7.BackColor = vbWhite
Out 888, 36
Shape3.BackColor = vbRed
Shape6.BackColor = vbRed
Tunda (X)
Shape3.BackColor = vbWhite
Shape6.BackColor = vbWhite
Out 888, 24
Shape4.BackColor = vbGreen
Shape5.BackColor = vbGreen
Tunda (X)
Shape4.BackColor = vbWhite
Shape5.BackColor = vbWhite
Out 888, 0
Next
End If
End Sub
77
79
4.3.4
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan praktikum komunikasi data penulis mendapatkan banyak pengetahuan dan
pengalaman yang baru, pengalaman yang berkaitan dengan data serial dan pararel, hyperterminal, juga
pemrograman visual basic yang merupakan salah satu bagian dari mata kuliah Teknik otomasi
manufaktur dan mekatronika yaitu tentang komunikasi data, teknologi yang sedang berkembang akhir
akhir ini.
Setelah menyelesaikan laporan praktek, dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1. Komunikasi data digital terbagi menjadi dua yaitu data serial dan data pararel.
2. Kelebihan dari komunikasi data secara serial ialah hanya dengan menggunakan satu jalur
sehingga mempermudah instalasi, jarak komunikasi juga jauh tetapi kekurangannya ialah
penyampaian datanya lebih lambat dibanding parallel jika dalam skala besar, sedangkan
komunikasi parallel kelebihannya penyampaian data lebih cepat hanya saja kelemahannya ialah
menggunakan banyak jalur, jadi otomatis menggunakan banyak kabel, jarak komunikasi nya
pun dekat untuk menjaga keaslian data.
3. Pemrograman .menggunakan visual basic bisa digunakan untuk mengontrol motor stepper,
LED dan selain itu kita bisa menggunakan pemrograman visual basic untuk membuat program
chatting yang bertujuan untuk berkomunikasi.
4. Visual basic adalah program paling standar untuk membuat interface controller apapun.
5.2 Saran
Sesuai dengan praktikum yang telah dilakukan pada minggu ini, penulis mengaku puas dengan
metoda pembelajaran yang diberikan pada penulis. Saran penuli adalah agar untuk mempertahankan
metoda praktikum ini karena metoda ini bukan saja melatih hard skill namun melatih soft skill pelaku
praktikum. Soft skill pelaku praktikum dilatih karena metoda praktikum minggu ini yaitu secara
kelompok dan saling membagi tanggung jawab.
Selain itu saran penulis untuk mahasiswa yang belum dan akan menjalani paraktikum
Komunikasi data, coba untuk melatih kembali/me-review kembali pengetahuan visual basic sebelum
masuk ke komunikasi data. Karena visual basic sangatlah penting untuk membantu perkuliahan
komunikasi data.
81