Anda di halaman 1dari 14

Proteksi Tanaman Perkebunan

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Komoditas Tanaman Cengkeh (S. aromaticum)

2010
Kata Pengantar

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


proteksi tanaman perkebunan

Disusun oleh :
Resti Indah hayati Sukma

150410070004

Pipit Pitria

150410070008

Muhammad Samudra

150410070009

Wenny Hartanti

150410070015

Syahrizal Taqwim

150410070019

Muhammad Rizki

150410070020

Ucu Mutya

1504100700 33

Ferdy Andrian

150410070045

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah


memberikan kesehatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah
Komoditas Cengkeh ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Proteksi Tanaman Perkebunan. Kami juga berterima kasih kepada Fakultas
Pertanian Universitas Winaya Mukti yang telah bersedia menerima kami dan
mengijinkan kami observasi dan mengidentifikasi hama dan penyakit apa
saja yang terdapat pada tanaman perkebunan di sana, terutama komoditas
Cengkeh yang menjadi konsentrasi dari makalah ini. Kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi atau sebagai penambah
wawasan bagi pembaca.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan karena sesungguhnya
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu, kami menerima saran dan
kritik demi kemajuan bersama. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.

Penulis

Kelompok 4

LATAR BELAKANG
Cengkeh, merupakan salah satu bahan baku utama rokok
kretek yang mencakup 80 % produksi rokok nasional. Di samping pengaruh
negatif rokok terhadap kesehatan, peranan rokok kretek dalam perekonomian
nasional sangat nyata, antara lain menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari
perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok. Tenaga kerja yang terkait
baik langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok kretek, yaitu di
sektor pertanian, industri rokok, dan perdagangan, serta sektor informal
sekitar 6 juta tenaga kerja. Sejak tahun 1996 produksi cengkeh Indonesia
mengalami penurunan drastis akibat ketidak pastian harga. Dampak dari
harga jual yang tidak menentu menyebabkan keengganan petani untuk
memelihara tanamannya sehingga pertanaman menjadi rentan terhadap
serangan hama dan penyakit seperti Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh
(BPKC), Cacar Daun Cengkeh (CDC), Gugur Daun Cengkeh (GDC) dan
penggerek batang cengkeh. Pada tahun 1995 produksi cengkeh nasional
mencapai 90.007 ton turun menjadi 52.903 ton pada saat panen kecil tahun
1999 dan hanya mencapai 79.009 pada saat panen besar tahun 2002).
Terjadinya kekurangan pasokan tersebut merupakan tantangan bagi petani
dan pengusaha untuk dapat memenuhinya. Keseimbangan pasokan terhadap
permintaan dapat dilakukan melalui intensifikasi, rehabilitasi, dan
peremajaan tanaman, didukung dengan harga beli yang layak oleh pabrik
rokok. Selain ketidak pastian harga jual, masalah yang dihadapi petani
cengkeh adalah : (1) masa awal produksi cengkeh yang cukup lama yaitu
setelah umur 5 - 7 tahun, (2) fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang dikenal
dengan siklus 2 - 4 tahun, produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu
diikuti dengan penurunan produksi 1 - 2 tahun Cengkeh, merupakan salah
satu bahan baku utama rokok kretek yang mencakup 80 % produksi rokok
nasional. Di samping pengaruh negatif rokok terhadap kesehatan, peranan
rokok kretek dalam perekonomian nasional sangat nyata, antara lain
menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari perkiraan Rp 29 triliun penerimaan
cukai rokok.
Tenaga kerja yang terkait baik langsung maupun tidak
langsung dengan industri rokok kretek, yaitu di sektor pertanian, industri

rokok, dan perdagangan, serta sektor informal sekitar 6 juta tenaga kerja.
Sejak tahun 1996 produksi cengkeh Indonesia mengalami penurunan drastis
akibat ketidak pastian harga. Dampak dari harga jual yang tidak menentu
menyebabkan keengganan petani untuk memelihara tanamannya sehingga
pertanaman menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit seperti
Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC), Cacar Daun Cengkeh (CDC),
Gugur Daun Cengkeh (GDC) dan penggerek batang cengkeh. Pada tahun
1995 produksi cengkeh nasional mencapai 90.007 ton turun menjadi 52.903
ton pada saat panen kecil tahun 1999 dan hanya mencapai 79.009 pada saat
panen besar tahun 20021). Di lain pihak kebutuhan cengkeh untuk rokok
kretek naik menjadi rata-rata 92.133 ton/tahun2). Terjadinya kekurangan
pasokan tersebut merupakan tantangan bagi petani dan pengusaha untuk
dapat memenuhinya. Keseimbangan pasokan terhadap permintaan dapat
dilakukan melalui intensifikasi, rehabilitasi, dan peremajaan tanaman,
didukung dengan harga beli yang layak oleh pabrik rokok. Selain ketidak
pastian harga jual, masalah yang dihadapi petani cengkeh adalah : (1) masa
awal produksi cengkeh yang cukup lama yaitu setelah umur 5 - 7 tahun, (2)
fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang dikenal dengan siklus 2 - 4 tahun,
produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu diikuti dengan penurunan
produksi 1 - 2 tahun berikutnya.

BAB I

tanah lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air.
Jenis tanah yang cocok antara lain Andosol, Latosol, Regosol dan Podsolik
Merah. Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut berperan dalam hal
memacu pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum berkisar
antara 5,5-6,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka
pertumbuhan tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur
hara oleh akar menjadi terhambat. Untuk mengurangi resiko kegagalan dan
biaya tinggi dalam budidaya cengkeh, maka dianjurkan tanaman cengkeh
hanya dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai dan sesuai saja.
Tanaman cengkeh yang berada diluar kriteria tersebut dianjurkan untuk
diganti dengan tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan. Pohon
cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 1020 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucukpucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah
jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang
1,5-2 cm.

TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Budidaya Cengkeh

Kerajaan:Plantae
Filum:Angiosperms
Ordo:Myrtales
Famili:Myrtaceae
Genus:Syzygium
Spesies: S. aromaticum
Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi
memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah
iklim, tinggi tempat dan jenis tanah. Curah hujan yang optimal untuk
perkembangan tanaman cengkeh adalah 1.500 - 2.500 mm/tahun atau 2.500
3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Intensitas
penyinaran 61 60 % dan suhu udara 22 - 28 C serta tidak ada angin
kencang sepanjang tahun. Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih
berproduksi pada ketinggian tempat 0 900 m di atas permukaan laut (dpl).
Namun demikian, makin tinggi tempat maka produksi bunga makin
rendah tetapi pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal
untuk pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl. Tanah yang
sesuai adalah yang gembur, lapisan olah minimal 1,5 m dan kedalaman air

1.1.1

Jenis Varietas
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara
lain Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh
masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi. Ciriciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :
Zanzibar :

Gambar 1. Pohon induk tipe Zanzibar.


Produksi tinggi, Bunga berwarna agak merah dengan jumlah
pertandan >15 bunga, daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan
cabang berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat. Tajuk

rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daun-daun banyak


yang terletak dekat permukaan tanah.
Sikotok

Gambar 2. Pohon induk tipe Sikotok


Produksi cukup tinggi, bunga berwarna kuning dengan jumlah
pertandan >15 bunga, daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan
cabang berwarna merah, daun tua berwarna hijau dengan permukaan
mengkilat, tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut dan
berdaun lebat, kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa.
Siputih :

Gambar 3. Pohon induk tipe Siputih.


Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah
pertandan <15 bunga, daun pucuk atau daun muda berwarna kuning sampai
hijau muda, tangkai dan tulang daun muda berwarna kuning kehijauan,
daun tua berwarna hijau, helaian daun besar dan tidak mengkilat, tajuk tidak
rindang.

1.1.2

Pembibitan
- Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai
kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan

dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat


naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian selatan, intensitas
cahaya 75%.
- Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x 20 cm (untuk
bibit yang akan dipindahkan pada umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x 25 cm
(untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang bagian
bawahnya telah dilubangi 2,5 mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang
digunakan pasir halus, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 :
1, dan berikan Natural GLIO per 20 25 kg pupuk kandang yang telah jadi
dan diperam selama 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah
dengan POC NASA 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun
polybag pada persemaian yang telah disiapkan.
- Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari. Penyiangan dilakukan 2-3
kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas
naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40% saat
bibit dipindahkan ke lapang.
- Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10 gr/pohon/tahun atau
dengan Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 3,5
gr/bibit/tahun . Pupuk tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk
yang didalam polibag diberikan sebanyak 1,5 bulan sekali.
1.1.3 Teknik Identifikasi Varietas
Sistem penyerbukan silang pada cengkeh dan penggunaan biji
sebagai sumber benih telah menyebabkan cengkeh bervariasi dan sulit
ditentukan genotipenya dengan jelas. Secara konvensional untuk
mengidentifikasi kebenaran varietas, diperlukan uji keturunan yang akan
memakan waktu bertahuntahun, mengingat satu siklus membutuhkan 5-7
tahun. Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi tipe dan benih cengkeh
penggunaan marka molekuler memberikan alternatif terobosan yang lebih
cepat. Marka isozim terbukti dapat mengindentifikasi genotipe cengkeh
Zanzibar dan komposit. Tanaman dengan pola pita Mdh-2s/s dan Aap-1s/s
adalah Zanzibar sedangkan tanaman dengan pola pita Mdh-2f/s dan Aap-1f/s
adalah komposit yang terbentuk sebagai hasil penyerbukan terbuka secara
alami antara Zanzibar, Ambon, Siputih, dan Sikotok sedangkan tanaman

dengan pola pita Mdh-2f/f dan AAp-1f/f adalah Ambon, Sikotok, dan
Siputih.
1.1.4

Kesesuaian Lahan
Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi
memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah
iklim, tinggi tempat dan jenis tanah. Curah hujan yang optimal untuk
perkembangan tanaman cengkeh adalah 1.500 - 2.500 mm/tahun atau 2.500
3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Intensitas
penyinaran 61 60 % dan suhu udara 22 - 28 C serta tidak ada angin
kencang sepanjang tahun. Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih
berproduksi pada ketinggian tempat 0 900 m di atas permukaan laut (dpl).
Namun demikian, makin tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah
tetapi pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal untuk
pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl. Tanah yang sesuai
adalah yang gembur, lapisan olah minimal 1,5 m dan kedalaman air tanah
lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air. Jenis
tanah yang cocok antara lain Andosol, Latosol, Regosol dan Podsolik Merah.
Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut berperan dalam hal memacu
pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum berkisar antara 5,56,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka pertumbuhan
tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur hara oleh akar
menjadi terhambat.Untuk mengurangi resiko kegagalan dan biaya tinggi
dalam budidaya cengkeh, maka dianjurkan tanaman cengkeh hanya
dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai dan sesuai saja. Tanaman
cengkeh yang berada diluar kriteria tersebut dianjurkan untuk diganti dengan
tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan.
1.1.5

Pengelolaan Lahan
Rehabilitasi pada tanaman cengkeh merupakan upaya untuk
memulihkan tanaman yang berada dalam kondisi kritis agar dapat
berproduksi kembali secara normal. Upaya ini ditujukan untuk tanaman yang
mempunyai penutupan tajuk antara 50 - 80%. Dengan upaya rehabilitasi ini

secara bertahap kondisi tajuk tanaman cengkeh akan meningkat menjadi >
80% dan produksi menjadi 2-5 kali lipat. Untuk mencapai keadaan demikian
dibutuhkan waktu antara 2-4 tahun, tergantung kondisi penutupan tajuk.
Upaya untuk merehabilitasi tanaman cengkeh.
1.1.6

Pemupukan
Tujuan pemupukan terutama untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman sehingga secara bertahap kondisi tanaman akan pulih kembali
dengan penutupan tajuk menjadi > 80% dan produksinya meningkat.
Penyiangan gulma dan penggemburan tanah sebelum pemupukan. Sebelum
dilakukan pemupukan, di sekitar batang sampai di bawah proyeksi tajuk
terluar harus bersih dari gulma. Penyiangan gulma cukup dicabut dengan
tangan. Pencangkulan hanya dilakukan pada waktu penggemburan tanah di
bawah tajuk dan waktu pembuatan lubang untuk pemupukan. Hindari
pencangkulan yang terlalu dalam agar akar tidak banyak yang putus.
Tujuan pemupukan pada upaya intensifikasi adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman sehabis panen dan mempertahankan
produksi tetap tinggi. Peningkatan pertumbuhan tanaman cengkeh sehabis
panen, terutama panen raya sangat diperlukan karena umumnya tanaman
cengkeh mengalami kerusakan.
Penyiangan gulma dan penggemburan tanah sebelum pemupukan.
Gulma yang berada disekitar pangkal batang sampai di bawah proyeksi tajuk
terluar dibersihkan dengan cara dicabut dengan tangan. Penggemburan tanah
sekitar daerah perakaran cengkeh produktif sangat diperlukan, terutama
sehabis panen. Pada umumnya sehabis panen tanah di sekitar perakaran
cengkeh menjadi padat sehingga akan mengganggu perkembangan akar
karena sirkulasi udara menjadi berkurang.
Pemberian pupuk organik (pupuk kandang sapi, kerbau atau
kambing) dilakukan pada lubang/alur yang dibuat dengan lebar 5 cm dan
kedalaman 20 cm melingkar di bawah proyeksi tajuk dengan dosis 5 -10
kg/pohon dan masukkan secara merata kemudian timbun dengan tanah.
Pupuk organik cukup diberikan setahun sekali pada awal musim penghujan
atau sebulan sebelum pemberian pupuk anorganik.

Pupuk anorganik diberikan dalam bentuk Urea, TSP, KCl dan


Kieserit. Dosis pupuk anorganik yang diberikan untuk upaya intensifikasi
adalah 1,3 kali dosis pupuk anorganik Dua pertiga bagian dosis pupuk
ditaburkan secara merata pada lubang dengan kedalaman 5-10 cm dan lebar
5 cm melingkari batang pokok di bawah proyeksi tajuk. Sepertiga bagian
lagi disebarkan secara merata di bawah proyeksi tajuk.

Umur
Tanaman

Pupuk Tablet
Pupuk Butiran
/(PMLT)
(kg/pohon/tahun)
(kg/phn/th)

(Tahun)
Urea

TSP

KCI

Kieserit

NPKCaMg

0,06

0,045

0,035

0,035

0,02

0,12

0,080

0,075

0,080

0,03

0,25

0,15

0,12

0,10

0,04

0,40

0,25

0,20

0,15

0,05

0,60

0,40

0,40

0,20

0,06

0,90

0,60

0,60

0,25

0,08

1,25

0,90

0,90

0,30

0,10

1,75

1,25

1,10

0,40

0,15

2,00

1,50

1,30

0,50

0,20

Salah satu permasalahan yang terdapat pada pembudidayaan


tanaman cengkeh adalah produksi yang tidak stabil. Panen besar terjadi 2-4
tahun sekali. Salah satu upaya untuk memperkecil resiko tidak stabilnya
produksi cengkeh adalah dengan menanam tanaman lain di antara tanaman
cengkeh. Tanaman cengkeh yang ditanam secara monokultur akan lebih
mudah terserang oleh hama dan penaykit. Telah dilaporkan bahwa ada
hubungan antara penyakit sudden death yang menyerang tanaman cengkeh
di Zanzibar dengan pola tanam monokultur. Dianjurkan agar melakukan pola
tanam campuran antara cengkeh dengan jeruk, kopi, atau tanaman lainnya.
Tanaman cengkeh umumnya ditanam dengan jarak tanam 8 m x 8
m, 8 m x 7 m atau 8 m x 6 m. Peluang untuk menanam tanaman sela di
antara tanaman cengkeh yang mempunyai penutupan tajuk <80% cukup
besar karena sinar matahari yang masuk lebih banyak. Penanaman tanaman
sela di antara tanaman cengkeh akan membantu meningkatkan pendapatan
petani pada saat panen kecil. Jenis tanaman yang dapat ditanam di antara
cengkeh dapat berupa tanaman semusim atau tahunan. Tanaman semusim
yang dapat ditanam antara lain tanaman sayuran (cabai, tomat), pangan (padi
gogo, jagung, ubi kayu, kacang tanah), tanaman obat-obatan (jahe, kunyit,
kencur).
Jenis tanaman tahunan yang dapat ditanam di antaranya lada perdu,
panili, kopi, jeruk, pisang, kapolaga. Apabila yang digunakan sebagai
tanaman sela adalah tanaman tahunan maka, perlu diperhatikan bahwa
tanaman tersebut jangan sampai berkompetisi dengan tanaman cengkeh.
1.1.6

Pemeliharaan Tanaman

Urea
0,5
1
2
3
4
5

PEMUPUKAN UMUR PUPUK MAKRO


TSP
KCl
Dolomit
50
25
35
50
100
50
75
100
150
75
125
150
200
100
150
200
500
200
400
400
750
300
600
500

Dosis Umum Pemupukan Tanaman Cengkeh Muda


Keterangan :
Pupuk Butiran diberikan 2 kali/tahun, awal MH dan akhir
MH, Pupuk PMLT diberikan 1 kali/tahun, awal MH
1.1.6

Pengaturan pola tanam

6
1000
400
800
750
7
1500
500
1000
1000
8
2200
600
1250
2000
9
2600
700
1500
2500
10
3000
800
1750
2900
11
3500
900
2000
3300
12
3500
900
2250
3800
Catatan :
- Bila diberikan dua periode pemberian pupuk pertama dilakukan awal
musim hujan (September-Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan
(Maret-April).
- Siramkan SUPERNASA atau POWER NUTRITION dosis 1 sendok
makan per 10 lt air per pohon setiap 3-6 bulan sekali
- Semprotkan POC NASA dosis 3 4 tutup + HORMONIK dosis 1-2 tutup
pertangki setiap 1-2 bulan sekali hingga umur 5 tahun.
1.18
Panen
Cengkeh dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 6,5 tahun,
untuk memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik,
yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka.
Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat
diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per
tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu
dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat
pengolahan.
1.19

Penanganan Pasca Cengkeh


- Sortasi buah. Lakukan pemisahan bunga dari tangkainya dan
tempatkan pada tempat yang berbeda.
- Pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 hari ini dilakukan
untuk memperbaiki warna cengkih menjadi coklat mengkilat.
- Pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin
pengering yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat
juga dikeringkan dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada

lantai beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman
dari jamur.
- Sortasi. Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan
cara ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dimasukan pada karung
dan dijahit.

BAB II

Klasifiksi

LAPORAN PENGAMATAN

Penyakit Tanaman Cengkeh


1.

Penyakit Bercak daun Besar

Kingdom:Fungi
Phylum:Ascomycota
Class:Sordariomycetes
Subclass:Sordariomycetidae
Order:Diaporthales
Family:Melanconidaceae
Genus:Coniella
Species: C. castaneicola

Gejala Yang Ditimbulkan

Latar Belakang

Penyakit ini umum terdapat di perkebunan cengkeh pada musim


hujan, karena untuk perkembanganya memerlukan kelembaban
yang tinggi, tetapi kerugian yang disebabkanya kurang berarti
secara kualitas maupun kuantitas produksi cengkeh.

Artinya penyakit cacar daun besar (CDB) ini bukan merupakan


penyakit utama di perkebunan cengkeh sehingga tidak diperlukan
uasaha yang khusus untuk mengelolanya.

Pada daun terdapat bercak cokelat bulat, garis tengah bercak 520mm, bagian tepi bercak cokelat tua sampai hitam.

Pada bercak terdapat titik- titik hitam tersebar yang terdiri atas
piknidium jamur.

Sehingga gejala penyakit ini cukup mencolok terlihat secara visual


oleh mata gejala yang di timbulkanya.

mencapai 10-15%. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas syzygii.


Penularan penyakit BPKC dari pohon sakit ke pohon sehat melalui vektor
berupa serangga Hindola fulfa (di Sumatera) dan H. striata (di Jawa). Pola
penyebaran penyakit ini umumnya mengikuti arah angin. Penularan penyakit
ini dapat pula melalui alat-alat pertanian seperti golok, gergaji, sabit yang
digunakan untuk memotong pohon sakit.
Gejala serangan
Tanaman cengkeh yang terserang penyakit BPKC daunnya
gugur secara mendadak kemudian ranting-ranting pada pucuk mati. Kadangkadang percabangan atau seluruh tanaman layu mendadak dan
mengakibatkan daun menjadi kering. Gugurnya daun dapat berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Kematian tanaman cengkeh akibat
penyakit ini dapat berlangsung cepat yaitu antara 3-12 bulan atau lambat
yaitu antara 1-6 tahun. Umumnya pohon dewasa yang terlebih dahulu
terserang.
Pengendalian

Daur Penyakit

Sehabis hujan jika kelembaban tinggi di lingkungan sekitar kebun.


Melalui ostiol piknidium mengeluarkan masa konidium yang di
pencarkan oleh percikan air atau menempel pada badan serangga.

Pengelolaan Penyakit

Seperti di awal sudah di ketahui bahwa penyakit ini tidak


diperlukan usaha yang khusus untuk pengendaliannya

Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC)

Penyakit BPKC merupakan salah satu penyakit yang paling


merusak tanaman cengkeh karena dapat menyebabkan kehilangan hasil

Apabila gejala serangan penyakit BPKC ditandai dengan


gugurnya daun di bagian pucuk pohon, maka pangkal batang atau akar
segera diinfus dengan antibiotika oksitetrasiklin (OTC) sebanyak 6 gr/100
ml air. Jarum infus yang digunakan berdiameter 1 mm. Penginfusan
dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Pengendalian dapat dipadukan dengan
melakukan penyemprotan insektisida dengan sasaran serangga vector
penular penyakit BPKC menggunakan insektisida Matador 25 EC, Akodan
35 EC, Curacron 500 EC dan Dads 2,5 EC dengan interval 6 minggu sekali
sampai serangga vektor tidak ada lagi. Pohon-pohon yang terserang berat
sebaiknya ditebang dan dibakar.
3.

Embun Jelaga

Penyebab penyakit ini adalah jamur Capnodium sp. dan


Limacinula samoensis. Jamur tersebut hidup pada kotoran serangga Coccus

viridis Green (kutu daun) yang menempel pada daun. Serangga dapat
disebarkan oleh semut dari daun satu ke daun yang lain.

3.

Penyakit Cacar Daun Cengkeh (CDC)

Gejala serangan
Pada permukaan daun tampak lapisan berwarna abu-abu
kehitaman. Pada serangan berat, lapisan hitam akan menutup permukaan
daun, tangkai daun dan ranting. Akibat serangan penyakit ini tanaman
menjadi sulit berfotosintesis.
Bioekologi
Terdapat pada setiap tanaman cengkeh terutama bila dijumpai
adanya Aphid yang mengeluarkan embun madu yang mengandung zat gula.
Siklus Penyakit:
Pada saat musim berkembang jamur memproduksi spora, hal
ini menyebabkan spora terbang dan terbawa angin ke embun madu lalu
menutupi permukaan tanaman. Temperatur hangat dan kering mempengaruhi
pertumbuhan embun jelaga. Pada musim kering, populasi aphid meningkat
dan embun madu mereka juga meningkat. Di musim panas sedikit hujan
yang turun untuk menghilangkan embun jelaga secara alami.
Pengendalian
Pengendalian penyakit embun jelaga ini harus seiring dengan
pengendalian kutu-kutu daun, dengan insektisida yang efektif. Pengendalian
dapat dilakukan dengan penyemprotan detergen 5% asal tidak terlalu sering.
Lapisan hitam pada permukaan daun dapat dihilangkan dengan
penyemprotan larutan kapur sirih 1-2%.

Penyakit ini terdapat hampir di semua sentra produksi cengkeh


di Indonesia. Penyakit cacar daun cengkeh dikategorikan sebagai penyakit
utama di samping penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC).
Penyakit cacar daun cengkeh dapat menyerang tanaman cengkeh mulai dari
pembibitan sampai tanaman produksi. Berikut ini beberapa jenis penyakit
yang sering menyerang tanaman cengkeh dewasa. Penyakit ini disebabkan
oleh jamur Phyllostica syzygii. Cara penularan penyakit cacar daun cengkeh
adalah melalui angin dan air hujan atau melalui bibit.
Gejala serangan
Pada permukaan atas daun timbul bercak-bercak yang
menggelembung seperti cacar. Gejala tersebut akan lebih jelas terlihat pada
daun yang masih muda. Pada bercak-bercak tersebut kadang-kadang terdapat
bintil-bintil hitam kecil. Selain pada daun, gejala penyakit gugur akibat
serangan cacar daun cengkeh kadang-kadang terlihat juga pada buah. Daundaun yang terkena penyakit cacar daun cengkeh secara bertahap akan gugur.
Pengendalian
Pengendalian penyakit cacar daun cengkeh dilakukan secara
kimiawi melalui penyemprotan fungisida dengan interval 7-10 hari sekali,
sedangkan untuk pencegahan dapat dilakukan 10-14 hari sekali. Beberapa
jenis fungisida yang dapat digunakan antara lain :

1. Delsen MX- 200 0,2%


2. Maneb Brestan 0,3%
3. Difolatan 0,2%.
Di samping penyemprotan fungisida, sanitasi kebun perlu
mendapat perhatian. Daun, ranting, dan biji dari tanaman sakit yang jatuh ke
tanah sebaiknya dikumpulkan dan dibakar. Pohon-pohon yang terserang
berat sebaiknya ditebang dan dibakar.

berwarna hijau muda. Stadium telur 13-15 hari, larva berbentuk lundi
berwarna putih pucat, ruas pertama toraks menebal berwarna coklat muda,
panjang 3-4 cm. Stadium larva berlangsung 130-350 hari, pupa berwarna
putih, panjang 2,5-3,0 cm. Stadium pupa berlangsung 22-26 hari, imago
mirip kerawai, tungkai belakang panjang, sayap perisai pendek. Ukuran
tubuh 3,5 cm x 0,8 cm, berwarna coklat, panjang antena melebihi panjang
tubuh, stadium imago 14-16 hari (Direktorat Jenderal Perkebunan 1985).
Pengendalian

Hama Tanaman Cengkeh


1.

Nothopeus spp

Ada dua jenis penggerek batang pada tanaman cengkeh,yaitu


Hexamitodera sp. dan Nothopeus spp. (Cerambycidae coleoptera).
Hexamitodera semivallitina menyerang tanaman dengan cara menggerek
batang di bawah permukaan kulit secara melingkar. Akibatnya, aliran
makanan terputus sehingga bagian atas tanaman yang terserang mati. Hama
ini banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi, Maluku,
dan Papua (Wikardi dan Iskandar 1989). Nothopeus spp. menyerang bagian
dalam batang dan empulur. Hama ini banyak ditemukan di daerah Jawa dan
Lampung. Ada dua jenis Nothopeus spp., yaitu N. hemipterus CL. dan N.
fasciatipennis WAT. Gejala serangan kedua jenis hama ini hampir sama,
tetapi bila batang di belah akan terlihat perbedaannya. N. fasciatipennis lebih
berbahaya karena arah lubang gerekan melingkari batang (ring borer),
sedangkan N. hemipterus arah gerekannya memanjang sejajar dengan batang
(stem borer). Pengendalian penggerek batang cengkih sebaiknya dilakukan
dengan cara mencari dan memusnahkan telur yang ditemukan pada batang
dan menutup lubang-lubang gerekan dengan menggunakan pasak dari
bambu sehingga serangga dewasa yang menetas tidak dapat keluar dan
akhirnya mati (Kalshoven 1981). Nothopeus spp. termasuk keluarga
Cerambycidae ordo Coleoptera. Serangga betina dewasa meletakkan telur
pada batang bagian bawah. Telur berbentuk lonjong dengan panjang + 3 mm,

Mekanis :

Memusnahkan telur penggerek dengan mencari secara


langsung atau dengan melakukan pembersihan batang dari lumut kulit mati.
Menutup lubang gerekan dan lubang tempat keluar imago pasak yang
dikombinasikan dengan memasukan insektisida kedalam lubang tersebut

Insektisida sintetik :

Dengan cara dioleskan pada batang, dan ditaburkan pada tanah


dapat menekan serangan Nothopeus spp secara efektif. Dengan memasukkan
insektisida ke dalam lubang dan menutup lubang dengan pasak bambu,
mampu menekan lubang aktif sampai 100%.
2.

Perusak pucuk Kutu tempurung (Coccus viridis)

Kutu tempurung masuk ke dalam ORDO HOMOPTERA


dengan Ciri-ciri :

Alat mulut menusuk menghisap Sayap depan menebal atau seperti selaput,
sayap belakang seperti selaput. Pada waktu istirahat letak sayap dalam posisi
seperti atap rumah di atas tubuhnya Antena pendek, seperti benang atau
rambut kaku, namun pada beberapa famili antena relatif panjang
Metamorfosis: Paurometabola Banyak spesies, yang selain menjadi hama,
juga menjadi vektor virus Banyak spesies yang menghasilkan embun madu.
Kutu tempurung (Coccus viridis) merupakan salah satu jenis hama perusak
pucuk tanaman cengkeh. Serangga berbentuk kutu kecil berwarna hijau dan
umumnya terdapat dipermukaan bawah daun. Menyerang ranting muda dan
daun tanaman cengkeh dengan cara menghisap cairan yang terdapat di
dalamnya. Selain menghisap cairan,
Siklus hidup
Kutu hijau ini ovivipar. Telur yang dihasilkan diletakkan
dibawah betinanya. Setelah beberapa jam kemudian, telur akan menetas.
Jumlah telur bisa mencapai 500 butir. Setelah menetas nimfa tetap tinggal
beberapa dibawah badan induknya. Selanjutnya nimfa menetap dibawah
permukaan daun, tunas, dan buah. Sesudah mulai bertelur, kutu betina tetap
tinggal di tempat sampai mati. Perkembangan dari telur didataran rendah
45 hari, sedangkan didaerah lebih sejuk sekurang kurangnya 65 hari.
Walaupun yang menetas banyak, nimfa yang dapat terus hidup tidak banyak.
Kutu jantan jarang atau tidak ada sehingga reproduksinya dilakukan secara
parthenogenesis. Kutu hijau ini selalu dikunjungi semut yang dapat
melindunginya dari predator. Dengan perlindungan semut tertentu,
perkembangannya lebih pesat. Kutu akan mencapai jumlah yang terbanyak
pada akhir musim kering. Julahnya akan berkurang saat mulai musim hujan
karena timbulnya cendawan patogen.
Tanaman inang
Kopi, jeruk, teh, mangga, jambu, biji, jambu air, dan cengkeh.
Gejala serangan

Daun yang terserang hama ini berubah warna dari hijau menjadi
kuning kemudian mengering dan akhirnya gugur. kutu-kutu ini juga
menghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan
jelaga.
Kutu tempurung hijau dapat menghambat proses fotosintesis
karena hidup menutupi permukaan daun dan batang. Hama ini dapat
menyerang tanaman muda maupun yang produktif. Penyebaran kutu ini
dapat dinantu oleh semut hitam.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong ranting yang
terserang kemudian membakarnya. Penyemprotan dengan insektisida dapat
dilakukan menggunakan Decis 2.5 EC, Marshall, Akodan 35 EC, Curacron
500 EC dan Bestox 50 EC dengan interval 7-10 hari sekali. Kutu sisik hijau
ini berhubungan erat dengan semut, sehingga sebaiknya semut juga ikut
disemprot pestisida Diazinon, Malathion, dan sebagainya agar semutnya
berkurang.
3.

Penggerek cabang dan penggerek ranting

Penggerek cabang

Dua jenis penggerek cabang yang banyak menyerang tanaman cengkeh


adalah Xyleborus sp., dan Ardela sp.
Xyleborus sp. merupakan kumbang berukuran kecil berwarna
hitam. Kumbang jantan tidak mempunyai sayap dan ukurannya lebih kecil
daripada serangga betina. Gejala serangan yang tampak adalah adanya
lubang-lubang gerekan berukuran kira-kira 1 mm pada permukaan kulit
cabang. Akibat serangan hama ini, cabang-cabang tanaman menjadi lemah,
mudah patah, tunas-tunas mati, daun dan ranting mengering dan akhirnya
cabang mati. Pengendalian Cara pengendalian hama penggerek cabang
tersebut sama dengan pengendalian hama penggerek batang.

Ardela sp. Serangga ini berupa ngengat. Ngengat jantan


berwarna cokelat keputihan, sedangkan yang betina berwarna merah muda
keputihan. Larva berwarna putih keabu-abuan. Gerjala serangannya adalah
pada cabang-cabang tanaman terdapat lubang-lubang gerekan berdiameter
12,5-25 mm. Lubang-lubang tersebut tertutup kotoran dan serbuk kayu sisa
gerekan yang dijalin dengan serat halus. Jumlah lubang gerekan pada setiap
cabang dapat mencapai 2-3 buah. Serangan hama ini menyebabkan tanaman
menjadi lemah. Pengendalian hama penggerek cabang ini dapat dilakukan
dengan menusukkan kawat ke lubang gerekan sehingga serangga mati.
Selain itu dapat pula dilakukan penyemprotan insektida ke dalam lubang
gerekan menggunakan Akodan 35 EC 0,5-0,15%, Curacron 500 EC 0,10,2% dan Bestox 50 EC 0,25-0,50%.

Upaya pengendalian yang dilakukan adalah dengan memotong


cabang/ranting yang terserang dan lakukan pembelahan sampai ditemukan
ulat, selanjutnya ulat dimusnahkan atau dikoleksi sebagai spesimen. Apabila
jumlah populasi tanaman banyak (perkebunan yang luas) usaha
pengendalian dapat dilakukan dengan meng-infus tanaman menggunakan
cairan pestisida atau menggunakan pestisida secara sistemik dengan cara
ditaburkan disekeliling tanaman seperti layaknya memupuk, namun
alternatif ini dilakukan apabila populasi serangan melebihi ambang
pengendalian.

Ciri-ciri cabang terserang


Terdapat bekas lubang gerekan pada cabang, Selama ulat
menggerek sebelum kerusakan lanjut daun belum berguguran, setelah
gerekan meluas kerontokan daun mulai terjadi ditandai dengan
menguningnya daun terlebih dahulu, Secara sepintas tidak kelihatan
terserang karena cabang nampak mulus, manakala cabang dipotong dan
dilakukan pembelahan terdapat terowongan didalam jaringan kayu dan
terlihat ulat yang sedang menggerek bagian dalam cabang/ranting. Bekas
lubang gerekan terlihat dari luar dengan ditandai dengan kotoran ulat.
Pengendalian

4.

Penggerek ranting

Penggerek Ranting: Sternochetus goniocnemis (Msh)


Famili
: Curculionidae
Ordo
: Coleoptera
Morfologi/Bioekologi
Pupa ditempatkan di dalam saluran gerekan yang ditutupi
dengan sumbat kayu. Waktu yang dibutuhkan untuk berkembang 6 - 10
minggu, dan penggerek dapat hidup 2 - 5 bulan. Produksi telur di
laboratorium maksimum 15 butir. Kumbang berukuran 6 mm, berwarna
coklat kehitaman dan berkulit keras. Hama tersebut dapat ditemukan di
daerah sentra produksi mangga antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.
Gejala serangan
Larva membuat saluran gerekan tidak lebih dari 2,5 cm
di dalam ujung ranting yang berdiameter kurang lebih 6 mm. Serangan pada

ranting tampak dengan adanya benjolan seperti gumpalan yang merupakan


campuran kotoran serangga dengan getah. Larva aktif pada malam hari,
menggerek bagian dalam kulit kayu yang hijau, pucuk dan ranting. Makanan
utamanya adalah jaringan daun muda.

Pengendalian
Cara biologi

Parasitoid Bruchorida sp. (famili Chalcididae), tetapi masih


kurang efektif.
Cara mekanis
Memotong pucuk dan ranting terserang sampai pada batas bagian
yang sehat, kemudian dibakar atau dimusnahkan.

Anda mungkin juga menyukai