Cengkeh Hama Dan Penyakit
Cengkeh Hama Dan Penyakit
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
Kata Pengantar
Disusun oleh :
Resti Indah hayati Sukma
150410070004
Pipit Pitria
150410070008
Muhammad Samudra
150410070009
Wenny Hartanti
150410070015
Syahrizal Taqwim
150410070019
Muhammad Rizki
150410070020
Ucu Mutya
1504100700 33
Ferdy Andrian
150410070045
Penulis
Kelompok 4
LATAR BELAKANG
Cengkeh, merupakan salah satu bahan baku utama rokok
kretek yang mencakup 80 % produksi rokok nasional. Di samping pengaruh
negatif rokok terhadap kesehatan, peranan rokok kretek dalam perekonomian
nasional sangat nyata, antara lain menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari
perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok. Tenaga kerja yang terkait
baik langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok kretek, yaitu di
sektor pertanian, industri rokok, dan perdagangan, serta sektor informal
sekitar 6 juta tenaga kerja. Sejak tahun 1996 produksi cengkeh Indonesia
mengalami penurunan drastis akibat ketidak pastian harga. Dampak dari
harga jual yang tidak menentu menyebabkan keengganan petani untuk
memelihara tanamannya sehingga pertanaman menjadi rentan terhadap
serangan hama dan penyakit seperti Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh
(BPKC), Cacar Daun Cengkeh (CDC), Gugur Daun Cengkeh (GDC) dan
penggerek batang cengkeh. Pada tahun 1995 produksi cengkeh nasional
mencapai 90.007 ton turun menjadi 52.903 ton pada saat panen kecil tahun
1999 dan hanya mencapai 79.009 pada saat panen besar tahun 2002).
Terjadinya kekurangan pasokan tersebut merupakan tantangan bagi petani
dan pengusaha untuk dapat memenuhinya. Keseimbangan pasokan terhadap
permintaan dapat dilakukan melalui intensifikasi, rehabilitasi, dan
peremajaan tanaman, didukung dengan harga beli yang layak oleh pabrik
rokok. Selain ketidak pastian harga jual, masalah yang dihadapi petani
cengkeh adalah : (1) masa awal produksi cengkeh yang cukup lama yaitu
setelah umur 5 - 7 tahun, (2) fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang dikenal
dengan siklus 2 - 4 tahun, produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu
diikuti dengan penurunan produksi 1 - 2 tahun Cengkeh, merupakan salah
satu bahan baku utama rokok kretek yang mencakup 80 % produksi rokok
nasional. Di samping pengaruh negatif rokok terhadap kesehatan, peranan
rokok kretek dalam perekonomian nasional sangat nyata, antara lain
menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari perkiraan Rp 29 triliun penerimaan
cukai rokok.
Tenaga kerja yang terkait baik langsung maupun tidak
langsung dengan industri rokok kretek, yaitu di sektor pertanian, industri
rokok, dan perdagangan, serta sektor informal sekitar 6 juta tenaga kerja.
Sejak tahun 1996 produksi cengkeh Indonesia mengalami penurunan drastis
akibat ketidak pastian harga. Dampak dari harga jual yang tidak menentu
menyebabkan keengganan petani untuk memelihara tanamannya sehingga
pertanaman menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit seperti
Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC), Cacar Daun Cengkeh (CDC),
Gugur Daun Cengkeh (GDC) dan penggerek batang cengkeh. Pada tahun
1995 produksi cengkeh nasional mencapai 90.007 ton turun menjadi 52.903
ton pada saat panen kecil tahun 1999 dan hanya mencapai 79.009 pada saat
panen besar tahun 20021). Di lain pihak kebutuhan cengkeh untuk rokok
kretek naik menjadi rata-rata 92.133 ton/tahun2). Terjadinya kekurangan
pasokan tersebut merupakan tantangan bagi petani dan pengusaha untuk
dapat memenuhinya. Keseimbangan pasokan terhadap permintaan dapat
dilakukan melalui intensifikasi, rehabilitasi, dan peremajaan tanaman,
didukung dengan harga beli yang layak oleh pabrik rokok. Selain ketidak
pastian harga jual, masalah yang dihadapi petani cengkeh adalah : (1) masa
awal produksi cengkeh yang cukup lama yaitu setelah umur 5 - 7 tahun, (2)
fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang dikenal dengan siklus 2 - 4 tahun,
produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu diikuti dengan penurunan
produksi 1 - 2 tahun berikutnya.
BAB I
tanah lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air.
Jenis tanah yang cocok antara lain Andosol, Latosol, Regosol dan Podsolik
Merah. Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut berperan dalam hal
memacu pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum berkisar
antara 5,5-6,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka
pertumbuhan tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur
hara oleh akar menjadi terhambat. Untuk mengurangi resiko kegagalan dan
biaya tinggi dalam budidaya cengkeh, maka dianjurkan tanaman cengkeh
hanya dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai dan sesuai saja.
Tanaman cengkeh yang berada diluar kriteria tersebut dianjurkan untuk
diganti dengan tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan. Pohon
cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 1020 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucukpucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah
jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang
1,5-2 cm.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Budidaya Cengkeh
Kerajaan:Plantae
Filum:Angiosperms
Ordo:Myrtales
Famili:Myrtaceae
Genus:Syzygium
Spesies: S. aromaticum
Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi
memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah
iklim, tinggi tempat dan jenis tanah. Curah hujan yang optimal untuk
perkembangan tanaman cengkeh adalah 1.500 - 2.500 mm/tahun atau 2.500
3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Intensitas
penyinaran 61 60 % dan suhu udara 22 - 28 C serta tidak ada angin
kencang sepanjang tahun. Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih
berproduksi pada ketinggian tempat 0 900 m di atas permukaan laut (dpl).
Namun demikian, makin tinggi tempat maka produksi bunga makin
rendah tetapi pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal
untuk pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl. Tanah yang
sesuai adalah yang gembur, lapisan olah minimal 1,5 m dan kedalaman air
1.1.1
Jenis Varietas
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara
lain Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh
masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi. Ciriciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :
Zanzibar :
1.1.2
Pembibitan
- Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai
kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan
dengan pola pita Mdh-2f/f dan AAp-1f/f adalah Ambon, Sikotok, dan
Siputih.
1.1.4
Kesesuaian Lahan
Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi
memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah
iklim, tinggi tempat dan jenis tanah. Curah hujan yang optimal untuk
perkembangan tanaman cengkeh adalah 1.500 - 2.500 mm/tahun atau 2.500
3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Intensitas
penyinaran 61 60 % dan suhu udara 22 - 28 C serta tidak ada angin
kencang sepanjang tahun. Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih
berproduksi pada ketinggian tempat 0 900 m di atas permukaan laut (dpl).
Namun demikian, makin tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah
tetapi pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal untuk
pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl. Tanah yang sesuai
adalah yang gembur, lapisan olah minimal 1,5 m dan kedalaman air tanah
lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air. Jenis
tanah yang cocok antara lain Andosol, Latosol, Regosol dan Podsolik Merah.
Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut berperan dalam hal memacu
pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum berkisar antara 5,56,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka pertumbuhan
tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur hara oleh akar
menjadi terhambat.Untuk mengurangi resiko kegagalan dan biaya tinggi
dalam budidaya cengkeh, maka dianjurkan tanaman cengkeh hanya
dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai dan sesuai saja. Tanaman
cengkeh yang berada diluar kriteria tersebut dianjurkan untuk diganti dengan
tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan.
1.1.5
Pengelolaan Lahan
Rehabilitasi pada tanaman cengkeh merupakan upaya untuk
memulihkan tanaman yang berada dalam kondisi kritis agar dapat
berproduksi kembali secara normal. Upaya ini ditujukan untuk tanaman yang
mempunyai penutupan tajuk antara 50 - 80%. Dengan upaya rehabilitasi ini
secara bertahap kondisi tajuk tanaman cengkeh akan meningkat menjadi >
80% dan produksi menjadi 2-5 kali lipat. Untuk mencapai keadaan demikian
dibutuhkan waktu antara 2-4 tahun, tergantung kondisi penutupan tajuk.
Upaya untuk merehabilitasi tanaman cengkeh.
1.1.6
Pemupukan
Tujuan pemupukan terutama untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman sehingga secara bertahap kondisi tanaman akan pulih kembali
dengan penutupan tajuk menjadi > 80% dan produksinya meningkat.
Penyiangan gulma dan penggemburan tanah sebelum pemupukan. Sebelum
dilakukan pemupukan, di sekitar batang sampai di bawah proyeksi tajuk
terluar harus bersih dari gulma. Penyiangan gulma cukup dicabut dengan
tangan. Pencangkulan hanya dilakukan pada waktu penggemburan tanah di
bawah tajuk dan waktu pembuatan lubang untuk pemupukan. Hindari
pencangkulan yang terlalu dalam agar akar tidak banyak yang putus.
Tujuan pemupukan pada upaya intensifikasi adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman sehabis panen dan mempertahankan
produksi tetap tinggi. Peningkatan pertumbuhan tanaman cengkeh sehabis
panen, terutama panen raya sangat diperlukan karena umumnya tanaman
cengkeh mengalami kerusakan.
Penyiangan gulma dan penggemburan tanah sebelum pemupukan.
Gulma yang berada disekitar pangkal batang sampai di bawah proyeksi tajuk
terluar dibersihkan dengan cara dicabut dengan tangan. Penggemburan tanah
sekitar daerah perakaran cengkeh produktif sangat diperlukan, terutama
sehabis panen. Pada umumnya sehabis panen tanah di sekitar perakaran
cengkeh menjadi padat sehingga akan mengganggu perkembangan akar
karena sirkulasi udara menjadi berkurang.
Pemberian pupuk organik (pupuk kandang sapi, kerbau atau
kambing) dilakukan pada lubang/alur yang dibuat dengan lebar 5 cm dan
kedalaman 20 cm melingkar di bawah proyeksi tajuk dengan dosis 5 -10
kg/pohon dan masukkan secara merata kemudian timbun dengan tanah.
Pupuk organik cukup diberikan setahun sekali pada awal musim penghujan
atau sebulan sebelum pemberian pupuk anorganik.
Umur
Tanaman
Pupuk Tablet
Pupuk Butiran
/(PMLT)
(kg/pohon/tahun)
(kg/phn/th)
(Tahun)
Urea
TSP
KCI
Kieserit
NPKCaMg
0,06
0,045
0,035
0,035
0,02
0,12
0,080
0,075
0,080
0,03
0,25
0,15
0,12
0,10
0,04
0,40
0,25
0,20
0,15
0,05
0,60
0,40
0,40
0,20
0,06
0,90
0,60
0,60
0,25
0,08
1,25
0,90
0,90
0,30
0,10
1,75
1,25
1,10
0,40
0,15
2,00
1,50
1,30
0,50
0,20
Pemeliharaan Tanaman
Urea
0,5
1
2
3
4
5
6
1000
400
800
750
7
1500
500
1000
1000
8
2200
600
1250
2000
9
2600
700
1500
2500
10
3000
800
1750
2900
11
3500
900
2000
3300
12
3500
900
2250
3800
Catatan :
- Bila diberikan dua periode pemberian pupuk pertama dilakukan awal
musim hujan (September-Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan
(Maret-April).
- Siramkan SUPERNASA atau POWER NUTRITION dosis 1 sendok
makan per 10 lt air per pohon setiap 3-6 bulan sekali
- Semprotkan POC NASA dosis 3 4 tutup + HORMONIK dosis 1-2 tutup
pertangki setiap 1-2 bulan sekali hingga umur 5 tahun.
1.18
Panen
Cengkeh dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 6,5 tahun,
untuk memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik,
yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka.
Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat
diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per
tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu
dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat
pengolahan.
1.19
lantai beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman
dari jamur.
- Sortasi. Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan
cara ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dimasukan pada karung
dan dijahit.
BAB II
Klasifiksi
LAPORAN PENGAMATAN
Kingdom:Fungi
Phylum:Ascomycota
Class:Sordariomycetes
Subclass:Sordariomycetidae
Order:Diaporthales
Family:Melanconidaceae
Genus:Coniella
Species: C. castaneicola
Latar Belakang
Pada daun terdapat bercak cokelat bulat, garis tengah bercak 520mm, bagian tepi bercak cokelat tua sampai hitam.
Pada bercak terdapat titik- titik hitam tersebar yang terdiri atas
piknidium jamur.
Daur Penyakit
Pengelolaan Penyakit
Embun Jelaga
viridis Green (kutu daun) yang menempel pada daun. Serangga dapat
disebarkan oleh semut dari daun satu ke daun yang lain.
3.
Gejala serangan
Pada permukaan daun tampak lapisan berwarna abu-abu
kehitaman. Pada serangan berat, lapisan hitam akan menutup permukaan
daun, tangkai daun dan ranting. Akibat serangan penyakit ini tanaman
menjadi sulit berfotosintesis.
Bioekologi
Terdapat pada setiap tanaman cengkeh terutama bila dijumpai
adanya Aphid yang mengeluarkan embun madu yang mengandung zat gula.
Siklus Penyakit:
Pada saat musim berkembang jamur memproduksi spora, hal
ini menyebabkan spora terbang dan terbawa angin ke embun madu lalu
menutupi permukaan tanaman. Temperatur hangat dan kering mempengaruhi
pertumbuhan embun jelaga. Pada musim kering, populasi aphid meningkat
dan embun madu mereka juga meningkat. Di musim panas sedikit hujan
yang turun untuk menghilangkan embun jelaga secara alami.
Pengendalian
Pengendalian penyakit embun jelaga ini harus seiring dengan
pengendalian kutu-kutu daun, dengan insektisida yang efektif. Pengendalian
dapat dilakukan dengan penyemprotan detergen 5% asal tidak terlalu sering.
Lapisan hitam pada permukaan daun dapat dihilangkan dengan
penyemprotan larutan kapur sirih 1-2%.
berwarna hijau muda. Stadium telur 13-15 hari, larva berbentuk lundi
berwarna putih pucat, ruas pertama toraks menebal berwarna coklat muda,
panjang 3-4 cm. Stadium larva berlangsung 130-350 hari, pupa berwarna
putih, panjang 2,5-3,0 cm. Stadium pupa berlangsung 22-26 hari, imago
mirip kerawai, tungkai belakang panjang, sayap perisai pendek. Ukuran
tubuh 3,5 cm x 0,8 cm, berwarna coklat, panjang antena melebihi panjang
tubuh, stadium imago 14-16 hari (Direktorat Jenderal Perkebunan 1985).
Pengendalian
Nothopeus spp
Mekanis :
Insektisida sintetik :
Alat mulut menusuk menghisap Sayap depan menebal atau seperti selaput,
sayap belakang seperti selaput. Pada waktu istirahat letak sayap dalam posisi
seperti atap rumah di atas tubuhnya Antena pendek, seperti benang atau
rambut kaku, namun pada beberapa famili antena relatif panjang
Metamorfosis: Paurometabola Banyak spesies, yang selain menjadi hama,
juga menjadi vektor virus Banyak spesies yang menghasilkan embun madu.
Kutu tempurung (Coccus viridis) merupakan salah satu jenis hama perusak
pucuk tanaman cengkeh. Serangga berbentuk kutu kecil berwarna hijau dan
umumnya terdapat dipermukaan bawah daun. Menyerang ranting muda dan
daun tanaman cengkeh dengan cara menghisap cairan yang terdapat di
dalamnya. Selain menghisap cairan,
Siklus hidup
Kutu hijau ini ovivipar. Telur yang dihasilkan diletakkan
dibawah betinanya. Setelah beberapa jam kemudian, telur akan menetas.
Jumlah telur bisa mencapai 500 butir. Setelah menetas nimfa tetap tinggal
beberapa dibawah badan induknya. Selanjutnya nimfa menetap dibawah
permukaan daun, tunas, dan buah. Sesudah mulai bertelur, kutu betina tetap
tinggal di tempat sampai mati. Perkembangan dari telur didataran rendah
45 hari, sedangkan didaerah lebih sejuk sekurang kurangnya 65 hari.
Walaupun yang menetas banyak, nimfa yang dapat terus hidup tidak banyak.
Kutu jantan jarang atau tidak ada sehingga reproduksinya dilakukan secara
parthenogenesis. Kutu hijau ini selalu dikunjungi semut yang dapat
melindunginya dari predator. Dengan perlindungan semut tertentu,
perkembangannya lebih pesat. Kutu akan mencapai jumlah yang terbanyak
pada akhir musim kering. Julahnya akan berkurang saat mulai musim hujan
karena timbulnya cendawan patogen.
Tanaman inang
Kopi, jeruk, teh, mangga, jambu, biji, jambu air, dan cengkeh.
Gejala serangan
Daun yang terserang hama ini berubah warna dari hijau menjadi
kuning kemudian mengering dan akhirnya gugur. kutu-kutu ini juga
menghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan
jelaga.
Kutu tempurung hijau dapat menghambat proses fotosintesis
karena hidup menutupi permukaan daun dan batang. Hama ini dapat
menyerang tanaman muda maupun yang produktif. Penyebaran kutu ini
dapat dinantu oleh semut hitam.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong ranting yang
terserang kemudian membakarnya. Penyemprotan dengan insektisida dapat
dilakukan menggunakan Decis 2.5 EC, Marshall, Akodan 35 EC, Curacron
500 EC dan Bestox 50 EC dengan interval 7-10 hari sekali. Kutu sisik hijau
ini berhubungan erat dengan semut, sehingga sebaiknya semut juga ikut
disemprot pestisida Diazinon, Malathion, dan sebagainya agar semutnya
berkurang.
3.
Penggerek cabang
4.
Penggerek ranting
Pengendalian
Cara biologi