1.1
TUJUAN
Memisahkan komponen zat warna (pigmen plastida) yang terdapat dalam ekstrak brokoli
yaitu karoten, xantofil, klorofil A dan klorofil B dengan menggunakan kromatografi pigmen
plastida.
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
PRINSIP
Berdasarkan Hukum Distribusi Nerst
Berdasarkan proses adsorpsi masing-masing komponen ekstrak daun pada kolom selulosa.
Berdasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi dari suatu zat yang dipisahkan antara dua fase
1.2.4
yaitu selulosa sebagai fase diam dan petroleum benzen sebagai fase gerak.
Berdasarkan Hukum Like disolved like
Dimana senyawa polar akan relatif lebih larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar
relatif lebih larut dalam pelarut nonpolar.
1.3
TEORI
Kromatografi merupakan teknik pemisahan berdasarkan perubahan pada migrasi
(distribusi yang berbeda partisi) dari suatu sampel atau komponen sampel diantara dua fasa
yaitu fasa diam atau stasioner dan fasa gerak atau mobile. Dengan menggunakan
kromatografi sebagai metode pemisahan, maka pemisahan tersebut dapat dicapai jauh lebih
cepat dan efektif daripada sebelemnya. Dalam kromatografi transfer massa antara fasa gerak
dan fasa diam terjadi bila molekul-molekul campuran terserap pada permukaan partikelpartikel atau terserap dalam pori-pori partikel atau terbagi kedalam sejumlah cairan yang
terikat pada permukaan (Khopkar, 1990).
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan
beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan
energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam
fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer
bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya)
disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena
dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah
melalui
kemosintesis,
yang
dilakukan
oleh
sejumlah
bakteri
belerang.
distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fasa, salah satu diantaranya bergerak secara
berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan
mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga masing-masing
zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik.
Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut terdistribusi di
antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase
gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang
tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah
oleh cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau
dapat betindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak
(Anonim, 1995).
Prosedur kromatografi masih dapat digunakan, jika metode klasik tidak dapat
dilakukan karena jumlah cuplikan rendah, kompleksitas campuran yang hendak dipisahkan
atau sifat berkerabat zat yang dipisah.
Kromatografi ada bermacam-macam diantaranya kromatografi kertas, kromatografi
lapis tipis, penukar ion, penyaringan gel dan elektroforesis.
a.
Macam-macam kromatografi :
Kromatografi Lapis Tipis
Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi
dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis
pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
b.
Kromatografi Penukar Ion
Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya, system ini
khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion
sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan
asam amino.
c.
Kromatografi Penyaringan Gel
Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstranmolekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan
Cara ini didasarkan pada penyerapan larutan pada penyerap polar seperti silika gel
atau alumina. Kolom dapat di kemas dengan partikel mikro atau makro.
2. Kromatografi Partisi
Cara ini didasarkan partisi yang larut antara dua pelarut yang tidak bercampur, salah
satunya diam (fasa diam) dan yang lainnya bergerak (fasa gerak).
3. Kromatografi Penukar Ion
Cara ini didasarkan pada pertukaran atau penguapan ion antara fasa gerak dan titik ion
pada kemasan.
4. Kromatografi Eklusi
Cara ini didasarkan pada pemisahan ukuran suatu molekul terlarut.
(Jhonson, 1991).
Kromatografi kolom terbuka biasa dipakai secara luas karena caranya yang sederhana.
Jika memakai silika gel 3 g cuplikan per gram. Penyerap 50-20 mm dan di pisahkan,tetapi
beban yang tinggi ini hanya mungkin jika Rf komponen yang akan dipisahkan berbeda jauh.
Beban 10 mg cuplikan per gram penyerap lebih umum. Pembatasa kromatografi kolom
terbuka klasik adalah :
a. Pemisahan lambat
b. Penyerapan linorut yang tidak bolak-balik
c. Tidak dapat dipakai jika partikelnya kecil
Untuk mengatasi kakurangan tersebut dicoba cara pendekatan lain untuk kromatografi
preparatif salah satunya adalah kromatografi kolom kering cepat dan memerlukan pelarut
yang sedikit. Kromatografi kolom kering berguna untuk fraksionasi awal secar ekstrak
tumbuhan yang mempunyai aktivitas anti tumor (Hostettman & Hostettman, 1995).
Plastida adalah organel khusus di dalam sitoplasma, organel ini dikelilingi oleh dua
membran. Plastida yang nyata dan khas adanya pada sel tumbuhan hijau adalah kloroplas.
Kloroplas menyerap energi sinar dan menggunakannya untuk mereduksi karbondioksida
membentuk karbohidrat seperti pati dengan membebaskan molekul oksigen karena kloroplas
mengandung sejumlah besar pigmen klorofil. Sel fotosintesis umumnya hijau tetapi
mempunyai warna-warna lainnya bergantung pada jumlah relatif pigmen lain di dalam
kloroplasnya yang rumit berlipat-lipat membentuk piringan tilakoid. Pada kloroplas juga
mengandung DNA, RNA, ribosom (Lehninger,1982).
BAB II ISI
2.1 Prosedur
2.1.1
Preparasi ekstrak pigmen plastida
Bunga brokoli dipisahkan dari tangkainya, kemudian bunga brokoli dipotong-potong
hingga kecil-kecil. Lalu, dikeringkan di dalam oven pada suhu 37O C.
2.1.2
Ekstraksi
Bunga brokoli yang sudah dikeringkan, digerus sampai halus dengan menggunakan
stamper dan mortir. Lalu diayak dan serbuk bunga brokoli yang sudah halus ditimbang
sebanyak 3 gram menggunakan neraca analitis di atas kertas timbang. Kemudian dimasukkan
ke dalam mortir lalu ditambahkan 10 ml aseton di atas penangas es. Setelah itu, digerus
hingga serbuk bunga brokoli larut dalam aseton. Lalu, disaring dengan corong saring berisi
kapas selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. Bunga brokoli yang sudah larut dalam aseton
dimasukkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan 20 ml petroleum benzen dan 50 ml air
suling. Kemudian dikocok perlahan-lahan, dibuang gasnya dan dibiarkan selama 20 menit.
Selanjutnya, lapisan bawah dibuang dan lapisan atasnya dicuci dua kali dengan air suling.
Setelah itu, lapisan bawah dibuang dan lapisan atas ditampung pada tabng reaksi yang berisi
kalium sulfat anhidrat.
2.1.3
Kromatografi kolom
Kapas dimasukkan ke dalam kolom gelas, kemudian dijenuhkan dengan
menggunakan petroleum benzen hingga tetesannya konstan. Setelah itu, bubur selulosa
diambil dengan menggunakan pipet tetes, lalu diisikan ke dalam kolom gelas hingga
tingginya 10-11 cm. Kemudian dielusi terus dengan petrolrum benzen sampai diperoleh
massa yang kompak dan tetesan yang konstan. Lalu, dimasukkan 0,5 ml ekstrak bunga
brokoli sampai semuanya meresap ke dalam kolom selulosa. Dielusi terus dengan petroleum
benzen, dijaga jangan sampai bubur selulosa kering. Pigmen warna yang keluar pertama
berwarna kuning tua yaitu karoten, ditampung pada tabung reaksi I. Pigmen warna kedua
berwarna kuning muda yaitu santofil, ditampung pada tabung reaksi II. Kemudian, diganti
eluen dengan petroleum benzen 12 ml dan aseton 1 ml. Lalu, dielusi sampai pigmen berwarna
hijau kebiruan yaitu klorofil a keluar semua, ditampung pada tabung reaksi III. Setelah itu,
dielusi kembali hingga didapatkan pigmen berwarna hijau kekuningan yaitu klorofil b dan
ditampung pada tabung reaksi IV.
2.2 Pembahasan
yang digunakan kurang dari 37o C dikhawatirkan masih terdapat molekul air yang belum
teruapkan seluruhnya pada bunga brokoli.
Selanjutnya, pembuatan ekstrak bunga brokoli. Bunga brokoli yang sudah kering
digerus dengan tujuan untuk memperbesar luas permukaan. Selain itu juga, untuk
mempermudah kontak antara zat dalam pigmen plastida dengan pelarutnya yaitu aseton, serta
mempermudah proses pelarutannya. Kemudian disaring agar didapatkan ukuran yang
homogen sehingga diperoleh ukuran yang lebih kecil agar mempermudah pelarutannya.
Setelah itu, ditimbang menggunakan neraca analitis sebab ketelitiannya lebih tinggi daripada
neraca teknis. Lalu, dilarutkan dengan aseton di atas penangas es. Fungsi aseton yaitu untuk
menarik molekul air yang masih terdapat pada ekstrak juga untuk melarutkan ekstrak. Karena
aseton dan air bersifat polar maka molekul air yang terdapat pada ekstrak dapat ditarik oleh
aseton. Apabila masih terdapat molekul air pada pigmen maka akan mengganggu proses
kromatografi. Penggunaan penangas es bertujuan untuk memperkecil kemungkinan
penguapan aseton karena aseton bersifat volatil. Selain itu juga, untuk menyerap panas yang
dihasilkan dari gesekan antara stamper dan mortir. Kemudian disaring menggunakan corong
saring dan kapas. Digunakan kapas karena kapas memiliki pori-pori yang lebih kecil
dibandingkan dengan kertas saring, sehingga pada proses penyaringan ekstrak terpisah dari
ampasnya. Apabila digunakan kertas saring dikhawatirkan kertas saring akan robek, selain itu
juga ampasnya tidak tersaring. Fungsi penyaringan yaitu untuk memisahkan ekstrak dengan
ampas agar yang didapatkan yaitu ekstrak dari brokolinya saja.
Kemudian, dilakukan proses ekstraksi. Ekstraksi yaitu suatu metode pemisahan dua
atau lebih suatu zat berdasarkan pada kelarutan suatu zat yang tidak saling bercampur. Tujuan
proses ekstraksi yaitu untuk memisahkan ekstrak pigmen dengan aseton. Ekstrak pigmen
bunga brokoli dimasukkan ke dalam corong pisah lalu ditambahkan petroleum benzena.
Tujuannya yaitu untuk menarik ekstrak pigmen yang bersifat non polar sebab petroleum
benzena bersifat non polar. Setelah itu, ditambahkan air suling yang berfungsi untuk menarik
aseton yang bersifat polar. Kemudian, dikocok pelan-pelan agar tidak terbentuk emulsi.
Emulsi adalah koloid yang terbentuk akibat tersuspensinya partikel cairan kecil dalam cairan
lain, sambil membuang gas yang terdapat dalam corong pisah. Pembuangan gas bertujuan
untuk menguranggi tekanan yang ada di dalam corong pisah sehingga tidak mengakibatkan
pecahnya alat karena adanya tekanan yang tinggi. Pengocokan dilakukan sampai tidak
terdapat gas di dalam corong pisah. Setelah itu, didiamkan agar terbentuk dua fase yaitu
lapisan atas dan lapisan bawah. Lapisan atas terdiri dari petroleum benzena dan ekstrak
pigmen sedangkan lapisan bawah terdiri dari air suling dan aseton. Air suling dan aseton
mempunyai berat molekul lebih besar dibandingkan dengan petroleum benzena dan ekstrak
pigmen. Oleh karena itu, air dan aseton berada di lapisan bawah. Setelah itu, lapisan bawah
dibuang dan lapisan atasnya dicuci kembali dengan air suling untuk menarik aseton yang
masih tertinggal sehingga ekstrak yang diperoleh sudah tidak mengandung aseton. Kemudian
ekstrak pigmen ditampung pada tabung reaksi yang telah diisi dengan kalium sulfat anhidrat.
Fungsi kalium sulfat anhidrat yaitu untuk menarik molekul air, karena pada saat melakukan
pencucian menggunakan air suling dikhawatirkan dalam ekstrak pigmen bunga brokoli masih
terdapat kandungan air. Senyawa anhidrat adalah senyawa yang tidak mengandung air tetapi
dapat menyerap molekul air.
Setelah itu, dilakukan proses kromatografi kolom. Pada bagian bawah kolom gelas
disumbat dengan kapas yang berfungsi untuk menahan bubur selulosa. Kapas yang
dimasukkan tidak boleh terlalu padat karena dikhawatirkan cairan tidak akan keluar dari
kolom. Apabila kapas yang dimasukkan terlalu renggang maka sukar diperoleh tetesan yang
konstan. Lalu, dimasukkan bubur selulosa setinggi 11 cm, karena merupakan tinggi optimum.
Apabila pengisian bubur selulosa kurang dari 11 cm maka akan sulit diamati karena ekstrak
belum terpisah dengan sempurna dan bila pengisiannya lebih dari 11 cm maka pemisahannya
membutuhkan waktu yang lebih lama, selain itu juga bubur selulosanya cepat kering.
Pengisian cairan ke dalam kolom gelas harus melalui dinding dalam kolom dan melingkar
agar terdistribusi dengan merata dan strukturnya tidak berongga. Karena apabila terdapat
rongga pada bubur selulosa maka akan mempengaruhi kecepatan migrasi sehingga akan
mengganggu proses pemisahan. Kemudian elusi terus kolom dengan petroleum benzena
sampai diperoleh massa yang kompak dengan tetesan yang konstan. Proses elusi bubur
selulosa dengan menggunakan petroleum benzena agar dapat mengikat ekstrak pigmennya
keluar dari kolom, selain itu juga agar bubur selulosa tidak kering. Setelah itu, ekstrak
pigmen bunga brokoli dimasukkan ke dalam kolom gelas secara perlahan sambil dielusi
dengan petroleum benzena. Pigmen warna yang pertama keluar adalah karoten yang
berwarna kuning tua. Selanjutnya, pigmen warna kedua yaitu xantofil yang berwarna kuning
muda. Karoten dan xantofil merupakan pigmen warna yang bersifat non polar. Namun,
bersifat lebih non polar karoten dibandingkan dengan xantofil. Karena xantofil memiliki
gugus hidroksil yang bersifat hidrofilik atau menyukai air maka xantofil akan berinteraksi
dengan bubur selulosa sehingga agak terhambat keluarnya. Setelah semua fraksi karoten dan
xantofil keluar, eluen diganti dengan campuran petroleum benzena dan aseton. Penambahan
aseton pada petroleum benzena berfungsi untuk menambah kepolaran dari eluen. Selain itu
juga, berfungsi untuk menarik pigmen klorofil a dan klorofil b keluar dari kolom karena
klorofil a dan klorofil b bersifat polar sama seperti aseton. Hal ini sesuai dengan hukum like
disolved like yaitu senyawa polar akan relatif lebih larut dalam pelarut polar dan senyawa
non polar akan relatif lebih larut dalam pelarut non polar. Klorofil a merupakan pigmen yang
berwarna hijau kebiruan dan mempunyai lima gugus hidroksil sedangkan klorofil b berwarna
hijau kekuningan dan mempunyai enam gugus hidroksil. Oleh karena itu, klorofil b bersifat
lebih polar dibandingkan dengan klorofil a. Sehingga ikatan dengan selulosa lebih kuat. Oleh
sebab itu juga klorofil b keluar lebih lama dibandingkan dengan klorofil a. Selulosa
merupakan karbohidrat yang monomernya glukosa dan mempunyai gugus hidroksil sehingga
bersifat hidrofilik atau menyukai air.
Pada percobaan ini petroleum benzena merupakan fase gerak, adapun syarat-syarat
dari fase gerak yaitu bersifat murni, inert atau tidak bereaksi dengan senyawa yang
direaksikannya, memiliki viskositas yang rendah dan dapat memperkolasi atau menyerap
melalui cela-celah fase diam dengan baik. Sedangkan bubur selulosa merupakan fase diam,
adapun syarat-syarat dari fase diam yaitu bersifat murni, inert dan dapat tinggal baik di dalam
sistem. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses migrasi yaitu sifat fase diam dan fase gerak,
sifat dan zat yang akan dipisahkan, jumlah fase gerak, banyaknya ikatan hidrogen dan proses
elusi.
DAFTAR PUSTAKA