Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TEORI HUKUM

(Prof. Yohanes Usfunan )


Peranan Teori Hukum Dalam Menjustifikasi
Peraturan Perundang-Undangan Tentang Fungsi
Notaris

Nama : Putra Billianto Bagus


NIM: 1192461033

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2011

I.

Latar Belakang

Teori Hukum adalah ilmu yang menjembatani antara pemikiran Filsafat dan
Dogmatika Hukum. Teori Hukum merupakan kelanjutan dari Ajaran Hukum
Umum sebagai disiplin ilmu Hukum yang bersifat ilmiah-positif. Teori Hukum
sebagai bagian dari disiplin ilmu Hukum bertumpu pada dua macam fungsi,
yakni klarifikasi dan justifikasi.
Fungsi klarifikasi artinya adalah dengan Teori Hukum kita dapat melakukan
klarifikasi terhadap suatu masalah hukum yang ada.
Fungsi Justifikasi dari Teori Hukum adalah memberikan pembenaran
sehingga seorang ahli hukum dapat mempertahankan argumentasinya.
Peraturan perundang-undangan tentang fungsi Notaris diatur dalam UndangUndang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Fungsi Notaris secara garis besar adalah sebagai pejabat umum yang
diangkat oleh Negara dan memiliki kewenangan untuk membuat akta
otentik.
Adapun

berdasarkan

fungsi

Notaris

tersebut,

maka

ada

beberapa

kewenangan Notaris menurut UUJN, antara lain :


1. Membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangan dan/atau

yang dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam


akta

otentik,

menajmin

kepastian

tanggal

pembuatan

akta,

menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,


semuanya sepanjang pembuatan akta tersebut tidak ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang undang.
2. Mengesahkan tanda tangan dan menetapakan kepastian tanggal
pembuatan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus (legalisasi).
3. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus (waarmerking).
4. Membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat
yang bersangkutan.
5. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya
(legalisir).
6. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
7. Membuat akta yang berhubungan dengan pertanahan.
8. Membuat akta risalah lelang.
9. Membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat
pada minuta akta yang telah di tanda tangan, dengan membuat berita
acara (BA) dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada minuta

akta asli yang menyebutkan tanggal dan nomor BA pembetulan, dan


salinan tersebut dikirimkan ke para pihak (pasal 51 UUJN).
Sementara berkaitan dengan kewenangan, dalam UUJN juga diatur mengenai
kewajiban-kewajiban seorang Notaris, yakni dalam pasal 16 UUJN. Kemudian
ada pula larangan-larangan bagi seorang Notaris dalam menjalankan
fungsinya, yakni diatur dalam pasal 17 UUJN

II.

Pembahasan

Peranan Teori Hukum untuk menjustifikasi peraturan perundang-undangan


yang terkait dengan fungsi Notaris adalah ketika Notaris menjalankan
tugasnya sebagai Pejabat Publik. Dimana Teori Hukum dapat mendasari dalildalil yang berkenaan dengan wewenang Notaris tersebut, yakni sebagai
pembuat akta otentik.
Teori Hukum dapat membedah dan menganalisis lebih jauh tentang hal-hal
yang terkait dengan fungsi seorang Notaris. Dalam menjalankan fungsinya,
seorang

Notaris

terikat

kepada

Peraturan

Perundang-Undangan

yang

mengatur profesinya. Substansi dari Undang-Undang tersebut jelas tidak


hanya mengatur tentang wewenang saja. Terkait dengan fungsi, ada aspekaspek lain yang diatur dalam Undang-Undang tersebut, seperti kewajiban,
hak dan larangan-larangan.
Aspek-aspek tersebut dapat dikaji dengan mendalam oleh Teori Hukum
sehingga dapat diklasifikasikan dengan jelas apa-apa saja yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh seorang Notaris dalam menjalankan fungsinya.
Hal ini tentu dapat memberikan jalur bergerak yang nyaman untuk seorang
Notaris.
Pembenaran Teori Hukum terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang
mengatur tentang fungsi dari seorang Notaris juga akan membatasi
kewenangan Notaris tersebut dalam menjalankan fungsinya. Dari sudut
pandang netral, Teori Hukum akan menempatkan seorang Notaris pada porsi

yang semestinya, dengan menelaah hak, kewajiban, serta larangan-larangan


bagi seorang Notaris sebagai pejabat publik
Dengan kata lain, Teori Hukum akan menjadi suatu dasar bagi penerapan
peraturan

Perundang-Undangan

mengenai

fungsi

Notaris,

sehingga

peraturan tersebut dapat dilaksanakan dan menjadi landasan bagi seorang


Notaris dalam menjalankan fungsinya.
Dengan Teori Hukum, kita dapat melakukan pembenaran tentang wewenang
seorang Notaris terkait dengan fungsinya, salah satunya dapat dilihat
melalui aspek Teori Kewenangan. Kewenangan merupakan kekuasaan formal
yang berasal dari undang-undang, artinya barang siapa (subyek hukum)
yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang untuk
melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.
Kewenangan diperoleh oleh seseorang melalui 2 (dua) cara yaitu dengan
atribusi atau dengan pelimpahan wewenang.
1. Atribusi
Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Dalam tinjauan
hukum tata Negara, atribusi ini ditunjukan dalam wewenang yang dimiliki
oleh organ pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan
kewenangan yang dibentuk oleh pembuat undang-undang. Kewenangan
tersebut terus menerus dan dapat dilaksanakan atas prakarsa sendiri setiap
waktu diperlukan, sesuai dengan batas-batas yang diberikan

Atribusi ini menunjuk pada kewenangan asli atas dasar konstitusi (UUD) atau
peraturan perundang-undangan.

2. Pelimpahan wewenang
Pelimpahan wewenang adalah penyerahan sebagian dari wewenang pejabat
atasan kepada bawahan tersebut membantu dalam melaksanakan tugastugas kewajibannya untuk bertindak sendiri. Pelimpahan wewenang ini
dimaksudkan untuk menunjang kelancaran tugas dan ketertiban alur
komunikasi yang bertanggung jawab, dan sepanjang tidak ditentukan secara
khusus oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain secara atribusi, wewenang juga dapat diperoleh melalui proses
pelimpahan yang disebut :
a. Delegasi :
Pendelegasian diberikan biasanya antara organ pemerintah satu dengan
organ pemerintah lain, dan biasanya pihak pemberi wewenang memiliki
kedudukan lebih tinggi dari pihak yang diberikan wewenang.
b. Mandat :
Umumnya mandat diberikan dalam hubungan kerja internal antara atasan
dan bawahan

Setelah menelaah mengenai Teori Kewenangan dan unsur-unsurnya di atas,


maka dapat ditelaah bahwa menurut Teori Kewenangan, wewenang seorang
Notaris

dalam

menjalankan

fungsinya

lahir

secara

Atributif,

karena

wewenang seorang Notaris melekat pada jabatannya. Kewenangan seorang


Notaris juga tidak dapat dilepaskan dari Undang-Undang yang mengaturnya,
yakni Undang Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Wewenang seorang Notaris juga bersifat mandiri dan otonom, sebagai
Pejabat

Publik

yang

diangkat

oleh

Negara,

seorang

Notaris

dapat

menjalankan fungsinya kapan saja, tanpa harus memperoleh ijin dari


pemerintah pusat, Notaris bebas menjalankan fungsi dan wewenangnya
selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
mengaturnya.
Dari seluruh

pembahasan tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan

bahwa Teori Hukum memiliki peran yang besar dalam menjustifikasi


peraturan berkenaan dengan Peraturan Perundangan tentang fungsi Notaris.
Teori Hukum dapat menemukan aspek-aspek mendasar dari kewenangan
seorang Notaris dalam menjalanakan fungsinya, sehingga menjadi jelas
darimana kewenangan tersebut berasal.

Anda mungkin juga menyukai