PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Indonesia didapatkan
dari PT. Jamsostek berdasarkan kasus yang diberikan kompensasi. Pada tahun
2011 tercatat 96.314 kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
dengan korban meninggal 2.144 orang dan mengalami cacat sebanyak 42
orang. (Jamsostek, 2010) Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
tahun 2012 tersebut meningkat menjadi 103.000 kasus. (Jamsostek, 2012).
Penyakit Akibat Kerja harus diminimalisir agar tidak menyebabkan kerugian
bagi perusahaan maupun pekerja agar tidak kearah yang lebih fatal.
Salah satu penyebab pekerja mengalami PAK adalah beratnya beban
kerja. Aktivitas-aktivitas manusia memerlukan energi yang besarnya
tergantung pada besar dari beban kegiatan yang dilakukan dan kemampuan
fisik dari masing-masing individu. Hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan manusia sehingga menyebabkan manusia akan mengalami
fatigue, baik kelelahan fisik maupun kelelahan psikologis, yang akan
berakibat pada penurunan performance kerja. (Ira, 2013)
Ketika manusia melakukan aktivitas yang melebihi kemampuannya
dapat mengakibatkan seseorang mengalami fatigue, baik kelelahan fisik
maupun
work
memperhatikan
pengeluaran
dan
pemulihan
setidaknya
dapat
B. Tujuan
1. Mengukur beban kerja fisik berdasarkan kebutuhan kalori.
2. Mengukur beban kerja mental berdasarkan NASA-TLX.
3. Mengukur denyut nadi berdasarkan ten pulse method.
C. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui beberapa jenis pengukuran beban kerja
2. Mahasiswa mengetahui cara mengukur beban kerja
3. Mahasiswa mampu mengukur beban kerja
BAB II
METODE PRAKTIKUM
D. Metode
1. Pengukuran beban kerja fisik berdasarkan kebutuhan kalori
(SNI 7269:2000)
Mengukur berat badan pekerja
Mengamati dan mencatat setiap aktivitas yang
dilakukan berserta durasinya (menggunakan
stopwatch) 3
selama 1 jam
beban kerja mental dan denyut jantung sebelum dan sesudah aktivitas.
Interpretasi nilai skor beban kerja fisik berdasarkan tingkat kebutuhan
BAB III
ISI
A. Hasil
Perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan pada ruang kelas B301.1
ExA
N = F x LLF x Cu x n
N=
= 7,025
Keterangan
N
: Jumlah lampu yang dibutuhkan
E
: Tingkat Pencahayaan (tergantung desain ruangan)
A
: Luas ruangan
F
: Fluks luminus satu buah lampu
LLF : Light Loss Factor
Cu
: Coeffesien of Utilization
n
: Jumlah lampu dalam 1 titik lampu
Kesimpulan:
Jumlah lampu yang dibutuhkan pada ruang kelas B 301.1 dengan
menggunakan lampu 125 watt, 61 Lm/w adalah sebanyak 7 buah lampu
atau pada 7 titik dengan 1 buah lampu tiap titiknya.
B. Pembahasan
Tingkat pencahayaan ruang kelas berdasarkan SNI 03-6575-2001
tentang Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan
gedung adalah 250 lux. Luas ruang kelas yang berbentuk persegi panjang
dengan panjang 7,8 m dan lebar 12,5 m adalah 97,5 m. Fluks luminus satu
buah lampu (F) didapatkan dari perkalian antara W atau daya lampu
dengan L/w atau Luminous Efficacy Lamp/lumen per watt yang dapat
dilihat pada kotak lampu, lampu yang digunakan adalah lampu dengan
daya 125 watt dan L/w = 61. Ruang kelas B 301.1 adalah ruangan ber-AC
namun terdapat ventilasi yang terbuka sehingga dapat dikategorikan
ruangan bersih dengan LLF 0,7. Biasanya besar Coeffesien of Utilization
ditentukan 65%. Jumlah lampu yang akan dipasang pada tiap titiknya
adalah 1 buah lampu.
Hasil perkalian antara tingkat pencahayaan dengan luas ruangan
dan pembagian dengan fluks luminus satu buah lampu, light loss factor,
Coeffesien of Utilization, dan jumlah lampu pada satu titik adalah 7,025.
Sehingga lampu yang dibutuhkan dalam ruangan tersebut adalah sebanyak
7 buah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beban kerja fisik pada kabag tata usaha termasuk dalam kategori beban
kerja ringan
Beban kerja fisik pada petugas parkir termasuk dalam kategori beban kerja
berat
Beban kerja mental pada kabag tata usaha termasuk dalam kategori beban
kerja berat
Beban kerja mental pada petugas parkir termasuk dalam kategori beban
kerja sedang
Kabag tata usaha memiliki beban kerja mental lebih besar dibandingkan
beban kerja fisik, sedangkan petugas parkir memiliki beban kerja fisik
B. Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih berlatih untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasinya, agar saat melakukan wawancara NASA-TLX
responden mudah mengerti apa yang dimaksud mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
2013.
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=
0CC4QFjAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.usu.ac.id%2Findex.php
%2Fjti%2Farticle%2Fdownload
%2F3699%2Fpdf&ei=8NUfVfiDB4yfugSl3YBo&usg=AFQjCNHHG7T7
w0TVK7BxlLncUqI8xg_Nxg&bvm=bv.89947451,d.c2E. (diakses pada
tanggal 4 April 2015)
Ira.
2013.
http://www.academia.edu/4077106/Beban_Kerja_Fisik_Vs_Beban_Kerja
_Mental (diakses pada tanggal 3 April 2015)
LAMPIRAN