Anda di halaman 1dari 7

Rasio (Nisbah) Jenis Kelamin Parasitoid

dan Pengendalian Biologis

Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Chandra Irsan, M.Si

Dibuat oleh:
Nama

: Eka Nurriza khairunnisa

Semester / kelas : III (tiga)

PROGRAM STUDI BIOLOGI LINGKUNGAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014/2015

BAB XII
Rasio Jenis Kelamin ( Nisbah) Parasitoid dan Pengendalian Biologis

Type Haploid-Diploid pada Serangga Hymenoptera (Parasitoid)


Pada serangga ordo Hymenoptera seperti lebah, semut dan lebah madu,
penentuan jenis kelamin tidak ada hubungannya dengan kromosom
Kelamin. Lebah madu terjadi karena partenogenesis, yaitu terbentuknya
individu baru dari telur tanpa fertilisasi, sehingga lebah madu bersifat
haploid. Sistem ini penentuan jenis kelamin tidak ditentukan oleh
kromosom seks, melainkan kromosom tubuh (autosom). Ditemukan pada
bangsa kelompok semut dan rayap betina berkembang dari sel telur yang
dibuahi sehingga diploid dan Jantan berkembang dari sel telur yang tidak
dibuahi, sehingga haploid. Untuk menghasilkan keturunan, sang ratu
mengkloning dirinya dan menghasilkan keturunan yang tentunya, betina
juga. Spesies yang nama latinnya Mycocepurus smithii itu tak hidup
berpasangan. Untuk berkembangbiak, mereka memiliki organ reproduksi
yang disebut organ mussel.
seks yang

menghasilkan

(sehingga haploid)

dan

Haplodiploid adalah sistem penentuan

jantan
betina

dari

telur

yang

belum

difertilisasi

dari

telur

yang

telah

difertilisasi

(sehingga diploid). Sistem penentuan seks ini dapat ditemui dalam semua
anggota ordo serangga Hymenoptera (lebah, semut, dan tawon).
Perbedaan jenis kelamin pada umumnya dipengaruhi oleh dua
faktor :
1. Faktor lingkungan
Biasanya yang mengambil peranan di sini adalah keadaan fisiologis. Jika
kadar hormone kelamin dalam tubuh tidak seimbang dalam penghasilan
dan peredarannya, maka pernyataan fenotip pada suatu makhluk
mengenai kelaminnya dapat berubah. Akibatnya watak kelaminnya pun
mengalami perubahan.
2. Faktor genetic/herediter

Pada

umumnya

dapat

dikatakan

bahwa

faktor

genetiklah

yang

menentukan jenis kelamin suatu makhluk.Oleh karena bahan genetik


terdapat di dalam kromosom, maka perbedaan jenis kelamin terletak
dalam komposisi kromosom.
Namun pada pada serangga parasitoid (Hymenoptera) bebeda jika dilihat
dari faktor yang mempengaruhi nisbah jenis kelaminnya. Nisbah jenis
kelamin pada parasitoid (Hymenoptera) dipengaruhi oleh faktor intrinsik
dan ekstrinsik.
Faktor yang mempengaruhi Rasio ( Nisbah) jenis kelamin
parasitoid :
Faktor instrinsik :
1. Jumlah telur yang diletakkan pada setiap peletakan inang
2. Banyaknya telur dalam ovari yang siap untuk diletakkan
3. Perbedaan kecenderungan kelamin pada perkembangan
poliembrionik
Faktor ekstrinsik :
1. Perbedaan mortalitas selama masa perkembangan
2. Interval kawin setelah imago muncul dari pupa, terutama
perbandingan telur yang diletakkan sebelum dan sesudah kawin.
3. Terlalu sering kawin
4. Adanya Perbedaan tanggap peletakkan telur sesuai dan sebelum
kawin
5. Adanya unsur pemilihan tempat peletakan telur
6. Kecepatan peletakkan telur

Pengendalian Hayati melalui Nisbah Jenis Kelamin


Hymenopteran parasitoids sangat penting perannya sebagai musuh
alami serangga hama dan sudah

dievaluasi serta digunakan dalam

banyak program pengendalian hama secara biologis. Perbandingan jenis


kelamin parasitoid telah lama dianggap menjadi pertimbangan penting
untuk

program-program

pengendalian

hayati.

Peraturan

tradisional

berpendapat bahwa produksi bias perbandingan jenis kelamin betina

sangat bermanfaat untuk program-program pengendalian hayati karena


betina dewasa bertanggung jawab untuk menyerang (melalui inang
atau oviposisi) individu hama serangga (Chow & Heinz 2006). Bias
terhadap
dapat

perempuan

mungkin

dimanfaatkan,

tetapi

merupakan
bias

keuntungan

laki-laki

yang

yang

mungkin

merupakan masalah produksi.


Parasitoid

dapat menentukan jenis

kelamin

telur

yang akan

diletakkannya, maka parasitoid berpotensi untuk mengatur nisbah (rasio)


kelaminnya. parasitoid hanya meletakkan satu telur pada satu inang.
Nisbah jenis kelamin parasitoid cenderung konstan dengan kisaran
fluktuasi yang yang sempit. Umumnya nisbah kelamin parasitoid 1:1
tetapi

kecenderungan

bias

betina

juga

banyak

ditemukan.

Di

laboratorium, untuk mendapatkan nisbah kelamin bias betina lebih mudah


dibandingkan

dilapangan

karena

kopulasi

dapat

diatur

sehingga

kemungkinan betina tidak bertemu jantan bisa dihindari. Sebaliknya di


lapangan , nisbah kelamin dapat bervariasi. Bila betina tidak bertemu
jantan, maka keturunannya semuanya jantan. Hal seperti itu dapat terjadi
ketika populasi parasitoid sedang rendah. Variasi Nisbah kelamin dapat
juga terjadi karena pengaturan kelamin oleh induk parasitoid. Misalnya
karena pengaruh ukuran inang. Induk akan meletakkan meletakkan telur
jantan pada inang yang berukuran kecil dan akan meletakkan telur betina
pada inang yang besar. Parasitoid yang menunjukkan perilaku seperti itu
adalah parasitoid idiobiont.
Hal ini terutama jelas dalam program augmentatif pengendalian
hayati dimana sejumlah besar individu secara masal dipelihara dalam
insectaries dan dirilis dengan tujuan mengontrol secara cepat populasi
serangga hama sasaran. Parasitoid betina (dikawinkan) yang diperlukan
untuk membangun populasi yang dibudidayakan (Irvin & Hoddle 2006).
Namun, budidaya parasitoid

di insectaries sering menghasilkan lebih

banyak laki-laki dari pada yang biasanya ditemukan dalam populasi yang
alami dan dalam kasus ekstrim bisa mengahasilkan seluruhnya laki-laki,
mengakibatkan pematian budidaya (Johns & Whitehouse 2004, Gambar
12.1)

Ada beberapa hubungan pembatas yang membuat penilaian terhadap


hubungan yang sangat penting antara kebugaran dan ukuran inang
(Karsai et al.2006) :
1. Kebugaran parasitoid

cenderung memiliki banyak komponen, masing-

masing dari komponen tersebut dipengaruhi secara berbeda oleh inang


atau ukuran tubuh inang.
2. Kebugaran betina dan jantan pasti akan memiliki komponen berbeda dan
memerlukan prosedur penilaian yang berbeda.
3. Evaluasi tentang bagaimana kebugaran parasitoid dipengaruhi oleh inang
atau ukuran tubuh inang umumnya akan lebih mudah untuk dilakukan di
laboratorium dibandingkan dengan di lapangan, tapi hubungan estimasi
dari yang dilakukan pada laboratorium tidak akurat dalam mencerminkan
kehidupan alami mereka.

Gambar. 12.1. rasio jenis kelamin dari parasitoids dibesarkan dari insectaries komersial. Parasitoid
dikelompok keluarga hymenopteran, angka-angka di atas kolom menunjukkan jumlah spesies sampel

per keluarga, dan bar menunjukkan kesalahan standar, perhatikan bahwa ada variasi yang cukup besar
inter spesifik dalam perbandingan jenis kelamin dari parasitoids yang digunakan sebagai agen
pengendalian hayati. Digambar ulang, dengan modifikasi, dari gambar 1 oleh heimpel dan lundgren
(2000), dengan izin dari elsevier.

Dari gambar diatas terlihat bahwa proporsi jenis kelamin jantan pada
setiap famili dari ordo hymenoptera memiliki rasio (nisbah) yang berbeda.
Perbedaan pada grafik dilihat dari jumlah keturunan jantan yang berbeda
pula. Pada encirtidae terlihat bahwa rasio jumlah kerurunan jantan pada
setiap 2 keturunan hanya 0,15. Pada famili aphelimidae, rasio jenis
kelamin jantan hanya 0,3 pada setiap 4 keturunan yang dihasilkan.
Begitupun dengan famili yang lain, jumlah keturunan jantan yang
dihasilkan tidak sampai pada rasio 1. Yang seharusnya rasio dari jantan
dan betina adalah 1:1. Terlihat bahwa jumlah betina lebih banyak dari
banyak dari jumlah jantan, Hal ini terjadi karena nisbah jenis kelaminnya
di kendalikan.
Contoh
Trichograma
Trichograma
chilonis (
Hymenoptera
:
Trichogrammatidae)
Parasitoid telurTrichogramma japonicum memiliki panjang tubuh 0,75 mm
dengan tubuh berwarna hitam dan mata merah yang khas (Darmadi,
2008). Tarsus dengan tiga ruas. Sayap depan sangat lebar dengan
rambut-rambut yang membentuk garis, vena marginal dan stignal
membentuk kurva tunggal. Sayap belakang sempit dan berambut apabila
dipelihara pada suhu 30oC dan kelembapan 80% tubuh berwarna cokelat
kehitaman, rambut-rambut pada sayap depan panjang, ovipositor keluar
di ujung abdomen. Imago jantan mempunyai antenna berbentuk clavus
dengan 30-40 rambut, tiap rambut panjangnya 3 kali lebar antenna.
Ovipositor pada betina hampir satu setengah kali lebih panjang daripada
tibia belakang yang memungkinkan betina untuk meletakkan telur ke
dalam telur yang tertutup bulu. Ukuran telur sekitar 0,31mm. rasio jenis
kelamin dewasa jantan dan betina adalah 1:2,3. Parasitoid ini merupakan
parasitoid yang hidup berkelompok (Pracaya , 2008).

Daftar Pustaka:
Chow, A. And Heinz, K.M .2006. Control of Liriomyza langei on
chrysanthemum by Diglyphus isaea produce with a standard or
modified parasitoid rearing technique . Journal of Applied Entomology
130: 113-21
Irvin, N. A. and Hoddle, M.S .2006. The effect of intraspesific competition
on progeny sex ratio in Gonatocerus spp. for Homalodisca acogulata
egg masses: Economic implications for mass rearing and biological
control. Biological control 39: 162-70
Johns, C.V. and Whitehouse, M.E.A. 2004. Mass rearing of two larval
parasitoid of Helicoverpa spp. (Lepidoptera: Noctuidae): Netelia
producta
(Brulle)
and
Heteropelma
scaposum
(Morley)
(Hymenoptera: Ichneumonidae) for field release. Australian Journal of
entomology 43: 83-7.
Karsai, I., Somogyi, K. And Hardy, I.C.W. 2006. Body size, host choice and
sex allocation in a spider hunting pompilid wasp. Biological Journal of
the Linnean Society 87: 285-96.
Pracaya.2008.Hama dan penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai