BAB II Pejkkepulmo
BAB II Pejkkepulmo
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Pleura
Pleura merupakan membran serosa yang berasal dari jaringan selom
intraembrional dan bersifat memungkinkan organ yang diliputinya mampu
berkembang, mengalami retraksi atau deformasi. Pleura terdiri dari dua
bagian yaitu pleura parietal yang membatasi dinding dada serta pleura viseral
yang membatasi permukaan luar parenkim paru termasuk fisura interlobaris.
Kedua bagian pleura ini memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi.
Pleura parietal diinervasi saraf-saraf interkostalis dan nervus frenikus serta
mendapat aliran darah sistemik. Sedangkan pleura viseralis diinervasi sarafsaraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi pulmoner. Pleura
viseral dan pleura parietal dipisahkan olehrongga pleura yang mengandung
sejumlah cairan pleura.
bagian paru atau iga atau kelenjar getah bening paru yang dekat pleura akan
dapat merangsang pleura tersebut untruk mengahasilkan cairan yang
disebut eksudat.
merupakan penyakit rakyat, maka selama itu pula perlu dicurigai sebagai
etiologi pada setiap kasus pleuritis eksudatif, sampai pemeriksaan lengkap
menunjukkan dengan pasti bahwa etiologinya adalah penyakit lain.
SLE (Systemic Lupus Eritomatosus) dapat pula menjadi penyebabnya,
tetapi dalam hal ini biasanya bersifat bilateral dan hamper selalu disertai
dengan pembesaran bayangan jantung (berkisar dari minimal sampai
sedang). Juga rheumatoid arthritis (kebanyakan pada pria, tertama bila
ditemukan nodul-nodul periartikuler) dapat pula menyebabkan pleuritis
b
eksudatif.
Hidrotoraks
Pada keadaan hipoproteinemi berat (sindroma nefrotik, ankilostomiasis
berat, kekuarangan kalori-protein berat) bisa timbul transudsasi (cairannya
encer dengan warna dan konsistensi seperti serum, dan tidak mengandung
protein sehingga tes Rivalta juga akan negatif). Dalam hal ini penyakitnya
disebut hidrothoraks dan biasanya ditemukan bilateral. Sebab-sebab lain
yang mungkin adalah kegagalan jantung kanan, sirosis hati dengan asites,
serta sebagai salah satu trias dari sindroma meig (fibroma ovarii, asites, dan
hidrothoraks).
Hematotoraks
Bila karena suatu trauma thoraks timbul perdarahan dalam rongga
pleura, keadaan ini disebut hematothoraks. Trauma ini bisa karena ledakan
dahsyat didekat penderita (blast-injury) atau trauma tajam (tusukan pisau)
maupun traumatumpul (tendangan karate/tae kwon do), kecelakan lalu
empiema.
e
disebut piopneumothoraks.
Cairan pleura Hemato-sanguinis
Jika cairan patologis ini dihasilkan proses maligna pada pleura, baik
primer maupun sekunder, maka cairan akan berwarna kemerah-merahan
sampai coklat.
D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan
antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan
pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.
Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan
interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam
rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar
pleura. Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/
nanah, sehingga terjadi empiema/ piotoraks. Bila proses ini mengenai
pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain,
bukan primer paru, seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, syndrome
nefrotik, dialysis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan,
perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumotoraks.
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial
8
berubah menjadi bulat atau kuboid dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudatif yang paling sering adalah karena
M. tuberculosis, dan dikenal sebagai pleuritis eksudatif tuberkulosa. Sebab lain
seperti parapneumonia, parasit, jamur, pneumonia atipik, keganasan paru,
proses imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis rematoid, sarkoidosis,
radang sebab lain seperti pancreatitis, absestosis, pleuritis uremia dan akibat
radiasi.
PARAMETER
WarnaBJ
Jumlah set
Jenis set
Rivalta
Glukosa
Protein
Rasio protein T-E/plasma
LDH
Rasio LDH T-E/plasma
TRANSUDAT
EKSUDAT
Jernih
< 1,016
Sedikit
PMN < 50%
Negatif
60 mg/dl (= GD plasma)
< 2,5 g/dl
< 0,5
< 200 IU/dl
< 0,6
tekanan
cairan
intravaskuler
pleura
melalui
dari
pleura
pengaruh
meningkatkan
terhadap
hukum
Starling.Keadaan ini dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal jantung
kiri dan sindroma vena kava superior.
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis,
baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis
3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih
banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura
demam,
ringan dan berat badan yang menurun seperti pada efusi yang lain.
Keluhan berat badan menurun dapat dikaitkan dengan neoplasma dan
tuberkulosis, batuk berdarah dikaitkan dengan neoplasma, emboli paru dan
tuberkulosa yang berat. Demam subfebris pada tuberkulosis, demam
menggigil pada empiema, ascites pada sirosis hepatis.
Nyeri dada
Dapat menjalar ke daerah permukaan karena inervasi syaraf interkostalis
dan segmen torakalis atau dapat menyebar ke lengan. Nyerinya terutama pada
waktu bernafas dalam, sehingga pernafasan penderita menjadi dangkal dan
cepat dan pergerakan pernapasan pada hemithorak yang sakit menjadi
tertinggal.
Sesak napas
Terjadi pada waktu permulaan pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya
dan apabila jumlah cairan efusinya meningkat, terutama kalau cairannya
penuh.
Batuk
Pada umumnya non produktif dan ringan, terutama apabila disertai dengan
proses tuberkulosis di parunya.
F. Diagnosis
Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis serta
pemeriksaan fisik yang teliti, diagnosis yang pasti melalui pungsi percobaan,
biopsi dan analisis cairan pleura.
10
Foto Toraks
Permukaan cairan yang ada dalam rongga pleura akan membentuk
Warna Cairan
11
Transudat
<3
<0,5
Eksudat
>3
>0,5
<200
<0,5
>200
>0,5
<1016
Negatif
>1016
Positif
Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler
hidrostatik dan kolid osmotik manjadi terganggu sehingga
terbentuknya
cairan pada salah satu sisi pleura akan melebihi resorbsi oleh pleura lainnya.
Biasanya hal ini terdapat pada meningkatnya tekanan kapiler sistemik,
meningkatnya tekanan kapiler pulmonal, menurunnya tekanan koloid osmotik
dalam pleura, dan menurunnya tekanan intra pleura.
Adapun penyakit-
abnormal
dan
berisi
protein
berkonsentrasi
tinggi
12
tiga kali. Untuk menentukan etiologi cairan pleura, biopsi pleura memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan sitologi cairan. Biopsi dapat dilakukan
dengan jarum Cope, Vim Silverman atau Abrams. Biopsi yang berulang
sebanyak 2-3 kali akan memberikan angka positif yang lebih tinggi.
7 Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura sangat penting untuk diagnostik
penyakit pleura, terutama jika ditemukan sel-sel patologis atau dominasi selsel tertentu.
infark paru
Sel LE
empiema. Efusi yang purulen dapat mengandung kuman yang aerob atau
anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleur adalah
Pneumococcus, e. colli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter. Pleuritis
tuberkulosa, biakan kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif
20-30%.
h Tata Laksana
1 Pungsi untuk Tujuan Terapi
Pungsi ini bertujuan untuk mengeluarkan sebanyak mungkin
cairan
16