Anda di halaman 1dari 10

Strategi Komunikasi Pemasaran Visit Indonesia Year 2008

Profil Singkat Visit Indonesia Year 2008


Visit Indonesia merupakan salah
satu program yang dicanangkan
pemerintah untuk mendongkrak citra
Indonesia di mata dunia, dengan
tujuan meningkatkan kunjungan
wisatawan mancanegara ke
Indonesia. Program pengenalan
wisata dan budaya Indonesia ini telah
digelar sejak tahun 1991 yang berhasil
menarik minat 2.5 juta wistawan mancanegara dan meningkat sebanyak 20% ditahun
berikutnya, yakni menjadi 3.1 juta wisatawan asing. Jumlah wisatawan asing tersebut terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring perkembangan pariwisata Indonesia. Dan di
tahun 2008 kemarin, program Visit Indonesia menjadi sedikit lebih special dari tahun-tahun
sebelumnya. Dengan mengusung tepatnya 100 tahun kebangkitan bangsa Indonesia, pagelaran
Visit Indonesia telah menghabiskan biaya sebesar 17 juta US $ atau sebesar Rp 153 miliar dari
RAPBN tahun 2008. Dimana 15 juta US $ atau sekitar 80% dari dana yang tersedia digunakan
untuk pengadaan advertising blitz baik domestik maupun internasional. Dana tersebut sengaja
dialokasikan dengan nominal yang cukup besar agar kampanye promosi yang dilakukan oleh
pemerintah menjadi efektif dan terlaksana dengan baik.
Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam
yang melimpah dan tempat-tempat wisata yang menakjubkan namun kurang tereksplorasi.
Maka dari itu pagelaran promosi pariwisata dan budaya Indonesia di kancah Internasional ini,
dijadikan langkah yang strategis untuk memperingati 100 tahun kebangkitan nasional.
Bagaimana tidak, dengan semangat kebangkitan nasional, seluruh bangsa Indonesia diharapkan
bersatu dan dengan bangga memperkenalkan Indonesia secara keseluruhan. Dimana semangat
tersebut senada dengan perjuangan perkumpulan Budi Oetomo yang dilontarkan Dr.Soetomo
pada tanggal 20 Mei 1908 yang lalu, yakni gagasan untuk membentuk Indonesia sebagai bangsa
yang tidak terkotak-kotak.
Mentri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, melalui sambutannya pada peringatan
100 Tahun Kebangkitan Nasional di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta, mengungkap bahwa
program Visit Indonesia Year 2008 bukan hanya sekedar program Depbudpar maupun
pemerintah tetapi juga merupakan program seluruh bangsa. Dan semangat keberanian serta
kesadaran untuk bangkit perlu bangsa Indonesia teladani dan terapkan di semua sektor
termasuk sektor pariwisata. Untuk itulah terpampang jargon promosi Visit Indonesia Year 2008
“Celebrating 100 Years of National Awakening” untuk menggambarkan semangat kebangkitan
bangsa tersebut. Jero Wacik juga menambahkan bahwa di tahun 2008 program-program
pariwisata telah berjalan dengan baik, karena telah mendapat dukungan dari seluruh pihak
pemangku kepentingan.
Program yang telah disemarakkan oleh lebih dari 100 event di berbagai daerah ini,
merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam mempromosikan Indonesia di kancah
internasional. Akan tetapi tentu saja, program ini tidak semulus dan selancar dengan apa yang
diharapkan. Tantangan demi tantangan terus memaksa pemerintah untuk memberikan
pelayanan infrastruktur yang terbaik juga memberikan rasa percaya bagi turis manca negara
maupun domestik. Apalagi setelah Indonesia mendapatkan travel warning dari berbagai macam
negara-negara asing seperti Uni Eropa, pemerintah harus benar-benar siap dengan program
yang diusung melalui Visit Indonesia Year 2008 agar turis asing menambah daftar tujuan
perjalanan mereka ke Indonesia. Namun setelah satu tahun berjalan, program yang mengekor
program promosi wisata negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia ini, telah mengalami
beberapa kegagalan yang signifikan, diantaranya adalah:

Apa sebenarnya penyebab ketidaksuksesan penyelenggaraan Visit Indonesia


Year 2008?
1. Diawali dengan slogan yang salah. “Celebrating 100 Years of Nation's Awakening” adalah
slogan yang digunakan untuk perhelatan akbar ini. Diluncurkan pada 1 Januari 2008.
bagi masyarakat awam, apalagi bagai mereka yang memang tidak concern terhadap Tata
Bahasa Inggris, maka akan menganggap slogan itu baik-baik saja. Namun tahukah Anda,
bahwa ternyata salah satu kata penting dalam slogan itu salah.
“Nation's Awakening bisa diartikan kebangkitan bangsa keseluruhan, padahal yang
diinginkan kebangkitan Indonesia,” kata Direktur Jenderal Pemasaran Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata, Thamrin Bhiwana Bachri, ketika dihubungi di Jambi kemarin.
Itu sebabnya, frasa “Nation's Awakening” akan diganti “National Awakening”.1 Tema
merayakan 100 tahun kebangkitan bangsa dinilai tak menjual, tapi momentum
kebangkitan itu yang akan dioptimalkan. “Kesalahan kecil tapi seperti atom bisa
meledak.”
Apa yang mereka khawatirkan pun memang benar-benar terjadi. Kala itu banyak
stasiun televisi swasta yang mengabarkan kesalahan tata bahasa dalam slogan
perhelatan akbar ini. Padahal penggarapan slogan promosi wisata itu dilakukan lembaga
konsultan Branding Octovate sebagai pemenang tender. Pengerjaan paket lengkap
slogan, mulai dari desain sampai persiapan bahan promosi di media, menelan biaya
sekitar Rp 900 juta.
Mau tidak mau masyarakat pun jadi tahu “cacat” yang sudah muncul bahkan bahkan
sebelum acara tersebut diselenggarakan. Tidak dapat dipungkiri bahwa maslah tata
bahasa tidak bisa dianggapa enteng dalam mempromosikan sebuah event, apalagi Visit
Indonesia adalah agenda yang ditujukkan kepada pasar internasional.
2. Promosi yang minim di negara potensial. Ternyata promosi VIY 2008 di Australia
tergolong minim. Padahal Australia adalah salah satu negara yang sangat potensial
untuk berkunjung ke Indonesia dan meramaikan produk wisata tahunan ini. Hala ini
diperkuat dengan statement Konsul Jenderal RI di Melbourne, Budiarman Bahar,
"Meningkatnya minat warga Australia untuk berkunjung ke Indonesia antara lain
terlihat dari kenaikan drastis jumlah penumpang pesawat Garuda Indonesia yang
melayani rute penerbangan Melbourne-Denpasar," Budiarman mengatakan, jika pada
periode Januari-September 2006 jumlah penumpang Garuda Indonesia tercatat 18.177
orang, pada periode yang sama tahun 2007, jumlahnya meningkat drastis menjadi

1
www.tempointeraktif.com, Artikel “Slogan Visit Indonesia 2008 Salah”. 22 Desember 2007.
32.893orang.2 "Hanya saja, selama ini ada kesan bahwa seolah-olah pasar Australia ini
diabaikan (dalam promosi pariwisata Indonesia). Padahal, kenaikan jumlah penumpang
Garuda yang hampir dua kali lipat tahun ini justru harus terus didorong"katanya. Terkait
dengan VIY 2008 misalnya, menurut Budiarman idealnya promosi gencar tentang
berbagai potensi, kemajuan, kalender kegiatan, keuntungan dan kemudahan bagi
wisatawan, maupun paket wisata yang ditawarkan sudah harus dilakukan sepanjang
2007. Namun yang terjadi adalah wacana tentang VIY 2008 justru baru belakangan
diketahui. Padahal, kegiatan promosi VIY 2008 tersebut antara lain sudah bisa dilakukan
melalui partisipasi KJRI Melbourne dan masyarakat Indonesia di berbagai kegiatan
Australia di Victoria dan Tasmania maupun melalui Festival Indonesia yang masuk
kalender tetap kegiatan tahunan KJRI Melbourne, katanya.
3. Minimnya guidline. Bagaimana Indonesia mampu meyakinkan turis mancanegara
tentang pariwisata yang mengagumkan, sejak dari Bandara Soekarno-Hatta saja, selain
kerap disuguhi genangan air bah, banyak wisatawan yang tidak memperoleh layanan
informasi yang memuaskan terkait daerah-daerah (destinasi) wisata mana saja yang
bisa mereka kunjungi, serta ke mana seharusnya mereka pergi. Padahal, bandara
merupakan pintu masuk utama atau main gate yang seharusnya bisa berbicara banyak
mengenai "fitur-fitur" sebuah negara tujuan, di mana para wisatawan akan
menghabiskan uang yang sudah dipersiapkan.3
4. Masalah kenyamanan dan keramahtamahan. Seperti kita ketahui bersama bahwa dua
hal ini masuk kedalam unsur krusial yang harus ada dan terpelihara oleh apa pun dan
siapa pun yang ingin menjual produk, tidak terkecuali komoditas pariwisata. Kenyataan
yang terjadi di negara kita adalah sebaliknya. Dua permasalahan krusial ini hanya
dianggap sebagai sesuatu yang sepele. Budaya suka memberi senyum yang ada di Bali
ternyata tidak menjalar ke kota wisata yanga lain. Jogjakarta sebagai kota wisata kedua
setelah Bali terbukti sebagai daerah yang cuek kepada pendatang. Rata-rata penduduk
lokal ketika melihat ada pendatang hanya sekedar melihat, tanpa mempedulikan
apakah mereka butuh bantuan, merasa tersesat, dsb. Namun kita tidak mampu

2
www. EL JOHN.net, Artikel “Berita Wisata”. 19 Desember 2007
3
Hukumham.info, Artikel “Menakar Kegagalan Visit Indonesia Year 2008”. 20 maret 2009
menyalahkan mereka sepenuhnya karena mungkin keapatisan mereka terhadap turis
asing dikarenakan kemampuan mereka berbahasa internasional yang masih minim
sehingga mereka takut untuk sekedar menegur para pendatang dari negara lain
tersebut.

Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Visit Indonesia Year 2008


Dalam hal ini pemerintah sebagai pihak penyelenggara telah menjalankan strategi
marketing-communication mix dalam kegiatan Visit Indonesia Year 2008, namun tak ayalnya lagi
strategi yang pemerintah jalankan agaknya masih belum optimal. Segala bentuk instrument
pemasaran seperti advertising, kampanye promosi berbagai potensi, kalender kegiatan,
penawaran paket wisata personal selling, publisistas marketing – PR, sponsorship, pemasaran
langsung, trade show, serta pameran niaga telah diaplikasikan oleh pemerintah Indonesia.
Namun seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, kurangnya persiapan serta kendala
infrastruktur telah membuahkan kegagalan perhelatan akbar Visit Indonesia Year 2008.
Strategi komunikasi pemasaran yang telah dilakukan memang bertujuan untuk
menciptakan keunggulan diferensial yang langgeng atas pesaingnya. Namun Indonesia masih
jauh dari kata berhasil jika dibandingkan dengan negara tetangganya seperti Singapura dan
Malaysia. Kurangnya eksplorasi terhadap sumber daya yang ada menjadikan bangsa Indonesia
justru ketinggalan jauh di belakang para pesaingnya.
Memang kelancaran informasi melalui kampanye promosi cukup berjalan dengan baik,
dimana pemerintah telah membuat berbagai macam situs informasi mengenai Visit Indonesia
Year 2008 seperti www.2008visitindonesia.blogspot.com atau www.my-indonesia.info,
keduanya dengan baik telah menginformasikan atribut profil produk, harga serta lokasi
tersedianya produk. Informasi ini menghemat waktu maupun uang para konsumen yang
mengurangi biaya pencarian mereka. Namun sayangnya, kampanye promosi tersebut tidak
dibarengi dengan kenyataan di lapangan. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, justru
navigasi yang ditawarkan di lapangan kurang dapat memandu serta memfasilitasi para
wisatawan asing. Belum lagi kultur masyarakat Indonesia yang tidak mensyaratkan keramahan
alih-alih anarkisme.
Jika dilihat dari konsep pemasarannya, pemerintah melalui Visit Indonesia year 2008 ini
berorientasi pada customer. Hal ini terbukti pada target pemerintah yang mematok jumlah
visitors dari kategori wisatwan asing sebanyak 7 juta wisatawan yang ternyata hanya terealisasi
pada angka 6.4 juta wisatawan. Kurangnya manajemen pemerintah serta peranan front liner
people yang melibatkan masyarakat Indonesia sendiri, menjadi kendala utama dalam
mensukseskan Visit Indonesia Year 2008. Kendala tersebut pun bertambah pelik, ketika
kampanye promosi yang dilakukan secara besar-besaran tidak menyentuh benua Australia yang
justru menjadi benua terdekat dari lokasi Indonesia. Agaknya, kurangnya kordinasi mulai dari
top management hingga the front liner people tidak bersinergi dengan baik.
Oleh itu sangat penting untuk diperhatikan pemerintah Indonesia sebelum melakukan
strategi pemasaran haruslah mepertimbangkan aspek-aspek dibawah ini:
1. Kenali produk-produk Visit Indonesia Year 2008 yang akan disampaikan pada konsumen
2. Kenali calon konsumen yang dalam hal ini adalah wisatawan asing
3. Kenali kekuatan keuangan yang disediakan RAPBN Indonesia dan bagaimana
mengelolanya
4. Kenali alat-alat promosi yang menjadi kekuatan dalam pengenalan produk pada target
sasaran khalayak yang ditentukan
5. Lakukan tindakan, yakni dengan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung
kegiatan Visit Indonesia Year 2008
6. Lakukan evaluasi dalam jangka waktu tertentu, sehingga pemerintah dapat mengetahui
kendala-kendala yang dapat menghalangi kegiatan Visit Indonesia Year 2008 serta
mengantisipasinya.
Ketika pemerintah Indonesia ingin memngadakan kampanye promosi yang sampai pada
tataran kognitif, afektif hingga konatif, maka sebaiknya pemerintah Indonesia memiliki desain
komunikasi pemasaran yang dapat meningkatkan 8 aspek dibawah ini:
1. Kebutuhan kategori (Category Needs), yakni mengacu pada persepsi konsumen tentang
kebutuhan yang bisa dipenuhi produk Visit Indonesia Year 2008. Pada tahap ini
konsumen yang dalam hal ini adalah wisatawan asing semestinya lebih di edukasi
terhadap atribut serta manfaat produk Visit Indonesia Year 2008.
2. Kesadaran Merek (Brand Awareness), dalam tahap ini konsumen berusaha
mengasosiasikan merek dengan kategori produk. Misalnya dalam hal ini Visit Indonesia
Year 2008 diidentifikasi sebagai promosi wisata Indonesia, sehingga secara tidak
langsung peningkatan terhadap brand awareness ini menjadi pengingat wisatawan asing
akan keberadaan pariwisata Indonesia yang sangat beragam. Untuk itulah meskipun
hanya sekedar jargon, pemerintah Indonesia tidak semestinya melakukan kesalahan
yang sangat fatal dalam pembuatan jargon atau brand tertentu.
3. Pengetahuan Merek (Brand Knowledge), yakni kesadaran lanjut terhadap ciri khas,
benefit, dan makna merek Visit Indonesia Year 2008. Hal ini dilakukan dengan
melakukan penekanan diferensiasi pada setiap kesempatan promo.
4. Sikap Merek (Brand Attitude), yakni evaluasi merek dalam kaitannya dengan preferensi
konsumen yang dalam hal ini adalah wisatawan asing terhadap suatu produk. Keyakinan
konsumen yang diartikulasikan tersebut sebaiknya diperkuat dengan adanya
pengenalan-pengenalan produk Visit Indonesia Year 2008 yang sifatnya kontinu.
5. Fasilitas Pembelian, berupa informasi tentang bagaimana dan di mana konsumen bisa
membeli, termasuk lokasi toko dan metode pebayarannya. Jadi bukan hanya sekedar
informasi produk ataupun merek, tetapi lebih menyangkut unsure bauran pemasaran
relevan lainnya yaitu harga dan distribusi. Hal ini sangatlah dibutuhkan konsumen,
mengingat sasaran utama Visit Indonesia Year 2008 adalah konsumen dari kalangan
wisatawan asing yang memiliki budaya yang berbeda.
6. Niatan atau intensi dari konsumen, yakni untuk merencanakan daftar tujuan perjalanan
mereka ke Indonesia berdasarkan kampanye promosi dari Visit Indonesia Year 2008.
7. Perilaku atau pembelian, yang dalam kasus ini merupakan kunjungan para wisatawan
asing untuk mengunjungi Indonesia sebagai tujuan wisata mereka. Sikap dan perilaku
dari tuan rumah sangatlah menjadi pertimbangan utama, karena dari situlah citra
bangsa menjadi terbentuk dalam persepsi wisatawan asing.
8. Kepuasan paska berwisata, meningkatkan kepuasan acapkali menjadi tujuan utama
dalam pemasaran. Selain gencarnya kampanye promosi, pemerintah juga perlu menata
brand knowledge dalam skala jangka panjang, sehingga konsumen akan terus
mendapatkan up-date informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008.
Setidaknya kedelapan aspek yang telah dijabarkan diatas haruslah dipenuhi agar strategi
pemasaran yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap program Visit Indonesia Year 2008
menjadi lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Aminoto. 17 September 2008. Mengapa Perusahaan Anda Harus Memiliki Strategi Komunikasi
Pemasaran. Diakses dari situs www.javaholic.dagdigdug.com pada tanggal 1 Juni 2009
Billah, Harun Mahbub. 22 Desember 2007, Slogan “Visit Indonesia Year 2008” Salah. Diakses
dari situs www.tempointerakif.com pada tanggal 30 Mei 2009
Harry. 19 Desember 2007, Visit Indonesia Year 2008 Belum “Sentuh” Australia. Diakses dari situs
www.ELJHON.net pada tanggal 30 Mei 2009
Styawan, Sulis. 20 Maret 2009, Menakar Kegagalan Visit Indonesia Year 2008. Diakses dari situs
www.hukumhan.info pada tanggal 30 Mei 2009
Uyungs. 7 Desember 2008, Sasaran-sasaran Komunikasi Pemasaran. Diakses dari situs
www.uyungs.wordpress.com pada tanggal 1 Juni 2009
www.2008visitindonesia.blogspot.com
www.my-indonesia.info
Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Komunikasi Pemasaran
Strategi Komunikasi Pemasaran Visit Indonesia Year 2008

Disusun Oleh:

Hilma Nur Aini F1C006004


Andi Nirmalasari F1C006027

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
PURWOKERTO
2008

Anda mungkin juga menyukai