Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem Kekebalan Tubuh
dapat berupa pH asam yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat, asam lambung
yang diproduksi oleh lambung, air susu, dan saliva.
c. Pertahanan Humoral
Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-molekul yang
larut unutk melawan mikroba. Biasanya molekul yang bekerja adalah molekul
yang berada di sekitar daerah yang dilalui oleh mikroba. Contoh molekul larut
yang bekerja pada pertahanan ini adalah Interferon (IFN), Defensin, Kateisidin,
dan Sistem Komplemen.
d. Pertahanan Selular
Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan mikroba.
Sel-sel tersebut ada yang ditemukan pada sirkulasi darah dan ada juga yang di
jaringan. Neutrofil, Basofil, Eusinofil, Monosit, dan sel NK adalah sel sistem
imun non-spesifik yang biasa ditemukan pada sirkulasi darah. Sedangkan sel
yang biasa ditemukan pada jaringan adalah sel Mast, Makrofag dan sel NK.
a. Sel B
Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel
B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk
antibody. Sel B ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis berikut.
1) Sel B plasma, berfungsi membentuk antibody
2) Sel B pengingat, berfungsi mengingat antigen yng pernah masuk
ke dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika
terjadi infeksi kedua
3) Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B
pengingat
b. Sel T
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang dan proses
pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam
pembentukan kekebalan seluler yaitu dengan cara menyerang sel
penghasil antigen secara langsung. Sel T juga ikut membantu produksi
antibody oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi tiga jenis
berikut.
1) Sel T pembunuh, berfungsi menyerang pathogen yang masuk ke
dalam tubuh, sel tubu yang terinfeksi, serta sel kanker secara
langsung.
2) Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan jenis sel T
lainnya dan sel B plasma serta mengakivasi makrofag untuk
melakukan fagositosis
3) Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respon
imun dengan cara menurunkan produksi antibody dan mengurangi
aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah
infeksi berhasil ditangani.
2. Antibodi (immunoglobulin)
Antibody akan dibentuk oleh tubuh ketika ada antigen yang masuk ke
dalam tubuh.
Antigen merupakan senyawa protein yang terdapat pada pathogen sel asing
atau sel kanker. Antibody disebut juga immunoglobulin atau serum protein
globulin, kerena berfungsi melindungi tubuh lewat proses kekebalan
(immune). Antibody merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan
antigen dengan cara mengikatnya. Selanjutnya sel asing yang antigennya
telah diikat oleh antibody akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag.
Suatu antibody bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu.
Contoh antibody cacar hanya bekerja untuk antigen cacar. Oleh karena jenis
antigen pada setiap kuman penyakit bersifat speifik maka diperlukan antibody
yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Dengan demikian, diperlukan
berbagai jenis antibody untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman
penyakit.
Antibody dapat dibedakan menjadi lima tipe, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD,
dan IgE. Karakteristik dari kelima tipe antibody tersebut antara lain :
no
1
Tipe antibodi
IgM
IgG
3.
IgA
4.
IgD
5.
IgE
karakteristik
Antibody ini pertama kali dilepaskan ke aliran
darah pada saat terjadi infeksi yang pertama kali
(respon kekebalan primer)
Antibody ini paling banyak terdapat di dalam
darah dan diproduksi saat terjadi infeksi kedua
(respon kekebalan sekunder). IgG juga mengalir
melalui plasenta dan memberi kekebalan pasif
dari ibu kepada janin.
Antibody IgA dapat ditemukan dalam air mata,
air ludah, keringat, dan membrane mukosa. IgA
berfungsi untuk mencegah infeksi pada
permukaan epitelium. IgA juga terdapat dalam
kolostrum yang berfungsi untuk mencegah
kematian bayi akibat infeksi saluran pencernaan.
Antibody ini ditemukan pada permukaan
limfosit B sebagai reseptor dan befungsi
merangsang pembentukan antibody oleh sel B
plasma.
Antibody ini ditemukan terikat pada basophil
didalam sirkulasi darah dan sel mast (mastofit)
didalam jaringan yang berfungsi memengaruhi
sel untuk melepaskan histamine dan terlibat
dalam reaksi alergi.
b. Sel T
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang dan proses
pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam
pembentukan kekebalan seluler yaitu dengan cara menyerang sel
penghasil antigen secara langsung. Sel T juga ikut membantu produksi
antibody oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi tiga jenis
berikut.
1. Sel T pembunuh,
berfungsi menyerang pathogen yang masuk ke dalam tubuh, sel tubu
yang terinfeksi, serta sel kanker secara langsung.
2. Sel T pembantu,
berfungsi menstimulasi pembentukan jenis sel T lainnya dan sel B
plasma serta mengakivasi makrofag untuk melakukan fagositosis
3. Sel T supresor,
berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun dengan cara
menurunkan produksi antibody dan mengurangi aktivitas sel T
pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil
ditangani.
f. Efek merusak sistem imun
1. Hipersensitivitas atau alergi respons imun yang terjadi pada beberapa orang tertentu
terhadap zat yang walaupun tidak asing, tidak membahayakan tibuh. Individu yang
sistem imunnya berlebihan atau tidak terpat dalam memproduksi perubahan
patologis disebut hipersensitif.
a. Antigen yang mendorong terjadinya respons hipersensitivitas disebut alergen.
Pajanan terhadap alergen akan mengebalkan atau mensensitivitaskan indivudu
sehingga pajanan berikutnya mengakibatkan reaksi alergik.
b. Hiper sensitivitas lansung adalah reaksi alergik yang terjadi dalam satuan
wakyu menit atau jam setelah pajanan ulang terhadap antigen. Ada tiga
subdivisi reaksi hipersensitivitas langsung.
1) Reaksi tipe I (anafilaksis) terjadi dalam beberapa menit setelah pajanan
ulang pada orang yang sensitif dan akibat pengikatan lgE hospes
dengan sel mast dan basofill.
2) Reaksi jenis II (sistoksis) diperanatai oleh komplemen. Reaksi ini
melibatkan penggabungan antibodi (IgG atau IgM) dengan antigen
pada sel darah atau sel jaringan. Contohreaksi jenis II adalah reaksi
tranfusi atau ketidak cocokan Rh (eritoblasosis fetalis)
3) Reaksi jenis III (kompleks imun)diperantai oleh agrerat (kompleks)
antibodi dan antigen yang mengakumulasi dan mengativitas
komplemen, trombosit, dan sel sel fagosit pada area jaringan yang
rusak. Contoh reaksi jenis III meliputi artritis rematoid, systemic lupus
eythematosus, dan serum sickness.
4)Reaksi hipersensitivitas penghamba (reaksi jenis IV) terjadi setelah 24
jam lebih diperantai oleh sel T dan makrofag , bukan oleh sel B dan
2. RANTAI INFEKSI
A. Pengertian Rantai Infeksi
Rantai infeksi adalah sebuah model yang digunakan untuk memahami proses
infeksi. Rantai Infeksi terdiri atas : agen infeksi, reservoir, portalkeluar dari reservoir,
cara penularan, dan portal masuk ke dalam host.Pemahaman karakteristik setiap poin
dalam mata rantai dapat membuat perawat merawat pasien yang rentan dengan infeksi
lebih
baik
lagi.
Sebuah
kesadaran
siklus
ini
juga
menjadikan
perawat
2. RESERVOIR
Tempat di mana mikroorganisme dapat berkembang dan bereproduksi. Sebagai
contoh,mikroorganisme berkembang pada manusia, hewan, dan benda mati seperti
air, permukaan meja, dan gagang pintu.3.
3. PORTAL OF EXIT/portal keluar dari reservoir
Sebuah tempat keluar mikroorganism meninggalkan reservoir. Sebagai
contoh,mikroorganisme dapat meninggalkan reservoir melalui hidung atau mulut
ketikaseseorang bersin atau batuk. Mikroorganisme, terbawa dari tubuh oleh tinja,
juga dapatmeninggalkan reservoir usus yang terinfeksi.4.
4. MODE OF TRANSMISSION/Cara Penularan
dengan perantaraan
benda-benda yang
terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita ataupun bahanbahan yang berasal dari penderita yang mengandung bibit penyakit seperti
feces, urina, darah, muntahan, dan sebagainya.
b. Melalui makanan dan minuman (Food Borne Infections)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang
telah
Mycobacterium tuberculosis.
b) Melalui tetes ludah halus (Droplet infections)
Bibit penyakit yang menular dengan perantaraan percikan ludah pada
penderita batuk atau bercakap-cakap. Misalnya:penyakit diphteri disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphteriae.
Metode transfer oleh organisme yang bergerak atau dibawa dari satu tempat
ke tempatlain. Tangan pekerja kesehatan dapat membawa bakteri dari satu orang
ke orang lain.
5. PORTAL OF ENTRY
Sebuah portal/pintu gerbang/tempat masuk mikroorganisme ke dalam
host/penderita.Portal termasuk lubang tubuh, selaput lendir, atau istirahat di kulit.
Portal juga hasil daritabung yang ditempatkan dalam rongga tubuh, seperti kateter
urin, atau dari tusukan yangdihasilkan oleh prosedur invasif seperti penggantian
cairan intravena.
6. SUSCEPTIBLE HOST
Seseorang/Individu yang tidak bisa menahan invasi mikroorganisme ke dalam
tubuhnyadan mengakibatkan infeksi. Host rentan terhadap penyakit, kurang
kekebalan atauketahanan fisik untuk mengatasi invasi oleh mikroorganisme
patogen.
C. Tanda - Tanda Infeksi
a. Calor (panas)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab
terdapat lebih banyak darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena
panas lokal karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan
hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.
b. Dolor (rasa sakit)
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ionion tertentu dapat merangsang ujung saraf. pengeluaran zat kimia tertentu seperti
histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu
pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
dan menimbulkan rasa sakit.
c. Rubor (Kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan.
Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah
tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir kedalam
mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja
meregang, dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini yang dinamakan
hiperemia atau kongesti.
d. Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah kejaringan interstisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di
daerah peradangan disebut eksudat.
e. Functiolaesa
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit
disrtai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ
tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal.
3. INFEKSI NOSOKOMIAL
A. Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial (infeksi yang diperoleh dari rumah sakit) adalah
infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah
72 jam berada di tempat tersebut. Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen
penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik.
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat
dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien
mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit
selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam
penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus
karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah
sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non
medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara
lain: lama hari perawatan bertambah panjang, penderitaan bertambah, biaya
meningkat
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial
Infeksi pada dasarnya terjadi karena interaksi langsung maupun tidak
langsung antara penderita (host) yang rentan mikroorganisme yang infeksius dan
lingkungan sekitarnya (Environment). Faktor-faktor yang saling mempengaruhi
dan saling berhubungan disebut rantai infeksi sebagai berikut :
1) Adanya mikroorganisme yang infeksius mikroba penyebab infeksi dapat
berupa bakteri, virus, jamur maupun parasit. Penyebab utama infeksi
nosokomial biasanya bakteri dan virus dan kadanga-kadang jamur dan jarang
oleh parasit. Peranannya dalam infeksi nosokomial tergantung antara lain dari
patogenesis atau virulensi dan jumlahnya.
2) Adanya portal of exit/pintu keluar.
Portal of exit mikroba dari manusia biasanya melalui satu tempat,
meskipun dapat juga dari beberapa tempat. Portal of exit yang utama adalah
saluran pernapasan, daluran cerna dan saluran urogenitalia.
3) Adanya porta of entry/Pintu masuk
Tempat masuknya kuman dapat melalui kulit, dinding mukosa, saluran
cerna, saluran pernafasan dan saluran urogenitalia. Mikroba yang terinfesius
dapat masuk ke saluran ceran melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi seperti: E.coli, Shigella. Mikroba penyebab rubella dan
toxoplasmosis dapat masuk ke host melalui placenta.
4) Terdapatnya cara penularan.
Penularan atau transmission adalah perpindahan mikroba dari source ke
host. Penyebaran dapat melalui kontak, lewat udara dan vektor.
Cara penularan yang paling sering terjadi pada infeksi nosokomial adalah
dengan cara kontak. Pada cara ini terdapat kontak antara korban dengan sumber
infeksi baik secara langsung, tidak langsung maupun secara droplet infection.
infeksi
nosokomial.
Infeksi
ini
dapat
disebabkan
oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan
oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan
infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal,
yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau
bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini
kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada
manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang
normal, (Ducel, 2001).
2. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap
mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan
menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya :
a. Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
b. Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit
dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan
infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
c. Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli,
Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan
di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini
bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
d. Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas
jahitan, paru, dan peritoneum.
3. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari
transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV),
rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau
melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum
suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius,
penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi
nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus,
dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan (Wenzel, 2002)
4. Parasit dan jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke
orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama
pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi
dari
Candida
Cryptosporidium.
albicans,
Aspergillus
spp,
Cryptococcus
neoformans,
5. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan
infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit,
infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian infus dan kateter urin lama
yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien
memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa
gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
C. Tanda dan gejala Infeksi
a. Demam
b. Bernapas cepat
c. Kebingungan mental
d. Tekanan darah rendah
e. Urine output menurun
f. Pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakit ketika kencing
dan darah dalam air seni
g. Sel darah putih tinggi
h. Radang paru-paru mungkin
termasuk
kesulitan
bernapas
dan
ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi
dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :
a.
b.
c.
d.
e.
3. Bakterimia
Bakteremia adalah keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu
hidup dalam aliran darah secara sementara, hilang timbul atau menetap.
Bakteremia merupakan infeksi sistemik yang berbahaya karena dapat
berlanjut menjadi sepsis yang angka kematiannya cukup tinggi. Faktor risiko
terjadinya bakteremia pada orang dewasa antara lain lama perawatan di
rumah sakit, tingkat keparahan penyakit, komorbiditas, tindakan invasif,
terapi antibiotika yang tidak tepat, terapi imunosupresan, dan penggunaan
steroid.
Bakteremia yang bersifat sementara jarang menyebabkan gejala karena tubuh
biasanya dapat membasmi sejumlah kecil bakteri dengan segera. Jika telah
terjadi sepsis, maka akan timbul gejala-gejala berikut:
a. Demam atau hipotermia (penurunan suhu tubuh)
b. Hiperventilasi
c. Menggigil
d. Kulit teraba hangat
e. Ruam kulit
f. Takikardi (peningkatan denyut jantung)
g. Mengigau atau linglung
h. Penurunan produksi air kemih.
4. Infeksi Saluran Napas (ISN)
Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi
infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran
napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis,
tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada
bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.
Keadaan rumah sakit yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran
napas atas maupun bawah. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan
baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi
saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan
dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah
otitis, sinusitis, dan faringitis.
5. CUCI TANGAN
6. APD
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN CUCI TANGAN
A. AlatPelindungDiri ( APD )
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan
terhadap
bahaya-bahaya
kecelakaan
(Sumamur,
sesuai
bahaya
dan
risiko
kerja
(engineering)
danadministratiftidakdapatdilakukandenganbaik.Namunpemakaian
APD
bukanlahpenggantidariusahatersebut, namunsebagaiusahaakhir.
AlatPelindungDiriharusmampumelindungipemakainyadaribahayabahayakecelakaan
dipilihsecarahati-hati
yang
agar
mungkinditimbulkan,
olehkarenaitu,
dapatmemenuhibeberapaketentuan
APD
yang
diperlukan.
dikarenakanbentukdanbahayanya
yang
tidaktepatataukarenasalahdalammenggunakannya.
7. Alatpelindungharusmemenuhistandar yang telahada.
8. Alattersebuttidakmembatasigerakandanpersepsisensorispemakainya.
9. Sukucadangnyaharusmudahdidapatgunamempermudahpemeliharaan
nya.
C. Tujuan, Manfaat,JenisdanKegunaandariAlatPelindungDiri
1. Tujuan
1. Melindungitenagakerjaapabilausaharekayasa
danadministratiftidakdapatdilakukan
(engineering)
denganbaik.
2. Meningkatkanefektivitasdanproduktivitaskerja.
3. Menciptakanlingkungankerja yang aman.
2. Manfaat
1. Untukmelindungiseluruh/sebagiantubuhnyaterhadapkemungkinana
danyapotensibahaya/kecelakaankerja.
2. Mengurangiresikoakibatkecelakaan.
D. Jenis Jenis Alat pelindung diri
1. Sarung Tangan
melindungitangandaribahan yang
dapatmenularakanpenyakitdanmelindungipasiendarimikroorganism
eyanberadaditanganpetugaskesehatan.
Sarungtanganmerupakanpenghalang (barrier) fisik paling
pentinguntukmencegahpenyebaraninfeksi.Sarungtanganharusdiga
ntiantarasetiapkontakdengansatu pasiendenganpasienlainnya,
untukmenghidarikontaminasisilang.
A. Persiapanalat
1. Sarungtangansteril
2. Bengkokberisilarutandesinfektan
B. Tahapkerja
1. Mencucitangan
2.
mengambilsarungtangan
3. Memasukkanjarijaritangansesuaidgnjarijarisarungtangan
4. Lakukanjugadengantangan yang lain
5. Melepassarungtangan ,
kmdmasukkankedalambengkokberisilarutandesinfekatan
6. Mencucitangan
C. Sikap
1. Menjagakesterilan sarungtangan
2. Tidakmenyentuhbendabenda lain ( yang tidaksteril )
angan
2. Gunakansarungtanganberbedautksetiappasien
3. Pahamitehnikmemakaidanmelepaskansarungtangan
Celemek
Digunakanuntukmenutupiataumenggantipakaibiasaatauseragamlain,
padasaatmerawatpasien yang
diketahuiataudicurigaimenderitapenyakitmenularmelalui droplet/airbone.
Pemakaincelemekadalahuntukmelindungibajudankulitpetugaskesehatan dari
sekresirespirasi.Ketikamerawatpasien yang
diketahuiataudicurigaimenderitapenyakitmenular tersebut,
petugaskesehatanharusmenggunakancelemek
setiapmasukruanganuntukmerawatpasienkarenaadakemungkinanpercikanat
ausemprotandarahcairantubuh, sekresiataueksresi.
A. Persiapan Alat
1. Celemek
2. Kantongcucian ( ember pakaiankotor )
B. TAHAP KERJA
1. Mencucitangan
2. Memakaicelemek / skortmenutupisemuapakaianluar
3. Melepasskortdgnbagiandlmdisebelahluar
4. Masukkankedlmkantongcucian / ember
5. Mencucitangan
C. SIKAP
1. Skort yang akandipakaibersihdantali/kancingnyalengkap
2. Sesuaidenganukuran
3.
tdkmemakaiskortdiluarkamarpasien
5.
menghindarikontaminasi
6. Skortdipakaihanyasatu kali
PENUTUP KEPALA
MASKER
Harus cukup besa runtuk menutupi hidung, mulut, bagian
bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker digunakan
untuk menahan cipratan yang sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah
percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau
mulut petugas kesehatan.Bila masker tidak terbuat dari bahan yang
tahan dari cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah
kedua hal tersebut.
Memasang masker
1. Memasang masker menutupihidungdanmulut mengikattalitalinya
2. bagianataslewatatastelingakeblkgkpl
3. bag bawah di belakangleher
Menanggalkan masker
1. Menanggalkan masker dg melepaskantalitalinya
2. Masker dilipatdgnkeduapermukaandalamnyabertemu
3. Madkerdimasukkanketempatkhusus / direndam dg larutandesinfektan
Sikap
1. Masker dipakaisatu kali
2. Jika sudah lembab harus diganti tdkefektiflagi
3. Janganmenggantung masker di leherdankmddipakailagi
4. Tidakmemakai masker keluardarilingkunganpasien
untuk
mencegah
atau
mengurangi
transmisi
droplet
Masker
Cara Pelaksanaan :
1.
2.
3.
4.
Cuci Tangan
Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker
Pegang kedua tali masker
Ikatkan pada bagian atas kepala dan belakang leher.
Ikatkan pertama bagian atas pada kepala,sedangkan ikatan
kedua berada pada bagian belakang leher .
Sepatu pelindung
Tujuan : Melindungi kaki petugas dari tumpahan / percikan darah ,
cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tudukan benda
tajam / kejatuhan alat kesehatan
SEPATU
Digunakan untuk melindung kaki dari cedera akibat benda
tajam atau benda berat yang mungk in jatuh secara tidak sengaja ke
atas kaki. Oleh karena itu, sadal, sandal jepit atau sepatu yang
terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot
karet atau sepatu kulit tertutup memiberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi
darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak
diperlukan jika sepatu bersih.Sepatu yang tahan terhadap benda
tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian
menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat
meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes
melalui sepatu dan sering kali digunakan sampai diruang
operasi.Kemudian di lepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi
pencemaran .
Cara Pemakaian :
1. Sepatu digunakan sebelum menggunakan sarung tangan