Anda di halaman 1dari 12

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia

Vol. 2, No. 5, Edisi Desember


2011
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM
PENANGANAN DISMENOREA DI AMIK IMELDA
MEDAN
Rinawati Sembiring
ABSTRAK

Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki
pengetahuan, kesadaran, sikap kehidupan reproduksi sehat dan bertanggungjawab terhadap keturunan.
Kesehatan reproduksi ini tidak saja bebas dari penyakit dan kecacatan, namun juga sehat mental dan sosial
dari alat, sistem, fungsi serta proses reproduksi. Pemahaman tentang dismenorea sangat diperlukan untuk
dapat mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi atau dismenorea agar mengetahui dan
mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang di alami, karena tidak sedikit
remaja yang belum mengetahui tentang dismenorea, sehingga akan berpengaruh terhadap remaja dalam
menjalankan masa kedewasaannya. Jenis Penelitian ini merupakan survey yang bersifat analitik kuantitatif
dengan rancangan penelitian cross sectional yang tujuannya untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea di AMIK Medan Pulo Brayan Darat. Dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel dependen dan independen secara bersama. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh remaja putri di AMIK Imelda tingkat I dan II Medan Pulo Brayan Darat
sebanyak 120 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang
diambil dengan cara simple random sampling. Data yang diperlukan peneliti yaitu dengan menggunakan
data primer yang diperoleh dari responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan
kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disiapkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja puteri dalam penanganan
dismenorea dengan nilai P value = 0,025. untuk itu disarankan kepada remaja putri di Amik Imelda agar
dapat meningkatkan pengetahuan tentang penanganan dismenorea melalui mencari informasi baik media
massa, serta petugas kesehatan yang lebih mengerti tentang penanganan dismenorea dan diharapkan
kepada pengelola yayasan Amik Imelda untuk mengadakan buku-buku bacaan tentang kesehatan
reproduksi dan pengadaan kegiatan penyuluhan tentang dismenorea baik secara individu maupun
kelompok yang bekerja sama dengan tenaga instansi kesehatan setempat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penanganan Dismenorea.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan reproduksi remaja
adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses
reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata
mata berarti bebas penyakit atau bebas
dari kecacatan namun juga sehat secara
mental serta sosial cultural. Program
kesehatan reproduksi remaja merupakan
upaya untuk membantu remaja agar
memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap
dan perilaku kehidupan reproduksi sehat
dan
bertanggungjawab.
Kesehatan

reproduksi ini tidak saja bebas dari


penyakit dan kecacatan, namun juga
sehat mental dan sosial dari alat, sistem,
fungsi serta proses reproduksi. Masalah
kesehatan reproduksi remaja menjadi
kepedulian Nasional karena disadari
bahwa
remaja
dalam
hidupnya
menghadapi berbagai masalah khusus
yang membutuhkan perhatian yang
khusus pula. Kebutuhan terhadap
kesehatan reproduksi remaja sebenarnya
merupakan permasalahan dunia, akan
tetapi di negara kita hal ini tidak
mendapatkan perhatian yang memadai
(Pinem, 2009).

57

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
Permasalahan
kesehatan
reproduksi remaja saat ini masih
menjadi masalah yang perlu mendapat
perhatian. Kesehatan reproduksi remaja
tidak hanya masalah seksual saja tetapi
juga menyangkut segala aspek tentang
reproduksinya, terutama untuk remaja
putri yang nantinya menjadi seorang
wanita yang bertanggung jawab
terhadap keturunannya. Pemahaman
tentang menstruasi sangat diperlukan
untuk dapat mendorong remaja yang
mengalami gangguan menstruasi agar
mengetahui dan mengambil sikap yang
terbaik
mengenai
permasalahan
reproduksi yang mereka alami berupa
kram, nyeri dan ketidaknyamanan yang
dihubungkan dengan menstruasi yang
disebut dismenorea (Widyaningsih,
2007).
Adapun jenis-jenis dismenorea
yaitu berdasarkan nyeri dan ada
tidaknya penyebabnya. Dismenorea
berdasarkan nyerinya yaitu dismenorea
spasmodik dimana nyeri yang dirasakan
dibagian bawah perut berawal sebelum
masa haid atau segera setelah masa haid
mulai ditandai dengan mual muntah dan
pingsan, dimenorea kongestif yaitu
nyeri haid yang dirasakan sejak
beberapa hari sebelum datangnya haid
ditandai dengan sakit pada buah dada,
perut kembung, sakit kepala, sakit
punggung , mudah tersinggung,
gangguan tidur dan muncul memar di
paha dan lengan atas. Sedangkan
dismenorea berdasarkan ada tidak
penyebabnya yaitu dismenorea primer
yaitu nyeri haid yang timbul tanpa ada
sebab yang dapat diketahui, dan
dismenorea sekunder yaitu terjadi
karena adanya kelainan pada organ
genetalia
dalam
rongga
pelvis
(Liewellyn, 2005).
Masalah
menstruasi
sering
membuat remaja cemas, was-was dan
kurang percaya diri. Remaja putri pada
umumnya belajar tentang menstruasi

dari ibunya, tapi sayang tidak semua ibu


memberikan informasi yang memadai
kepada putrinya bahkan sebagian
enggan membicarakan secara terbuka.
Menghadapi hal ini menimbulkan
kecemasan pada anak, bahkan sering
tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu
sesuatu yang tidak menyenangkan atau
serius. Mereka juga mengembangkan
sikap negatif tentang menstruasi. Ia
mungkin merasa malu dan melihatnya
sebagai penyakit. Khususnya jika ketika
mengalaminya ia merasa letih atau
terganggu. Pandangan negatif tentang
menstruasi berlanjut sampai menjelang
dewasa (Liewellyn ,2005).
Panjang siklus menstruasi yang
normal atau dianggap sebagai siklus
menstruasi yang khas ialah 28 hari,
tetapi variasinya cukup luas, bukan saja
antara beberapa wanita tetapi juga pada
wanita yang sama. Juga pada kakak
beradik bahkan saudara kembar,
siklusnya tidak terlalu sama. Rata-rata
panjang siklus menstruasi pada gadis
usia 12 tahun ialah 25,1 hari. Lama
menstruasi biasanya antara 3-8 hari,
pada setiap wanita biasanya lama
mentruasi (Kathleen, 2005).
Angka kejadian nyeri haid
didunia sangat besar. Rata rata dari
50% disetiap Negara mengalaminya. Di
Amerika Prevalensi nyeri haid berkisar
45-95%, di swedia angka kejadian
sekitar 72%, sementara di Indonesia
angka kejadiannya 55% remaja yang
mengalami dismenorea. Adapun faktor
penyebab dismenorea yaitu, faktor
kejiwaan, fakor konstitusi (Harun,
2002).
Remaja putri yang secara
emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan
yang baik tentang proses menstruasi,
mudah sekali timbul dismenorea.
Menghadapi menstruasi tersebut para
remaja diharapkan mengetahaui tentang
menstruasi yang normal. Tidak sedikit

58

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
para remaja yang belum mengetahui
tentang menstruasi, sehingga akan
berpengaruh terhadap remaja dalam
menjalankan masa kedewasaannya.
Apalagi
pokok bahasan
tentang
menstruasi tidak di bahas, meskipun
tentang kesehatan reproduksi sudah di
bahas namun belum mengupas secara
mendalam (Sarwono, 2002).
Berdasarkan
hasil
study
pendahuluan yang dilakukan terhadap
remaja putri mahasiswa tingkat I dan II
Amik Imelda Medan 30 remaja putri
yang mengalami sakit atau nyeri perut
saat menstruasi. Menghadapi menstruasi
tersebut mereka merasa resah, cemas,
was-was dan terganggu.Sindroma pramenstruasi
yang
sering
dialami
mahasiswi
ialah
mudah
marah,
pusing,mual dan payudara terasa sakit
dalam menghadapi menstruasi tersebut
mereka tidak tahu apa yang harus
dilakukan, bahkan untuk berbicara
kepada orang tua mereka malu, serta
mereka mengatakan belum pernah
mendapatkan
penyuluhan
tentang
menstruasi.
Berdasarkan uraian di atas
pentingnya pengetahuan remaja putri
tentang menstruasi sejak dini, sudah
dapat diberikan khususnya para remaja
putri tingkat 1 dan II Amik Imelda.
Mengingat masih banyak remaja putri
yang
belum
mengerti
tentang
menstruasi, maka penulis tertarik
melakukan penelitian untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan dan sikap
remaja putri tentang menstruasi dengan
prilaku menghadapi dismenorea.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap remaja putri
AMIK Imelda tingkat I sebanyak 30
remaja putri dan tingkat II sebanyak 90
remaja
putri
dalam
penanganan
dismenorea Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan
remaja putri AMIK Imelda
Medan
tentang
penanganan dismenorea
2. Untuk mengetahui sikap remaja
putri AMIK Imelda Medan tenta
ng penanganan dismenorea.
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja Putri AMIK Imelda
Medan
Sebagai bahan informasi dalam
usaha meningkatkan
pengetahuan dan sikap dalam
penganganan dismenorea.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk
peneliti selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengaplikasian ilmu
kesehatan yang diperoleh selama
perkuliahan di PSIKM-B Kespro
Mutiara Medan dan berguna
untuk meningkatkan wawasan
penulis
tentang
Hubungan
pengetahuan dan sikap remaja
putri di AMIK Imelda Medan
dalam penanganan dismenorea
Maret Agustus Tahun 2011.
TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Perumusan Masalah


Perumusan
masalah
dalam
penelitian ini adalah Bagaimanakah
Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Remaja Putri Dalam Penanganan
Dismenorea di AMIK Imelda Medan
Maret - Agustus 2011?

2.1. Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil
dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan, melalui panca
indra. Pengetahuan merupakan domain
yang penting akan terbentuknya

59

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
tindakan
seseorang
(Notoatmodjo,
2007).
Pengetahuan diperoleh dari
informasi baik secara lisan ataupun
tertulis dari pengalaman seseorang.
Pengetahuan diperoleh dari fakta atau
kenyataan dengan mendengar radio,
melihat televisi, dan sebagainya. Serta
dapat diperoleh dari pengalaman
berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto,
2002).
Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Dengan kata lain
pengetahuan mempunyai pengaruh
sebagai motivasi awal bagi ang dalam
berperilaku. Namun perlu diperhatikan
bahwa perubahan pengetahuan tidak
selalu menyebabkan perubahan perilaku,
walaupun hubungan positif antara
variabel pengetahuan dan variabel
perilaku telah banyak diperlihatkan.
2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek . Manifestasi sikap dapat langsung
dilihat , tetapi hanya dapat ditafsirkan
dari perilaku yang tertutup. Sikap belum
merupakan
suatu
tindakan
atau
aktivitas , akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku.
(Notoadmodjo, S 2005).
2.2.1. Komponen Pokok Sikap
Sikap mempunyai 3 komponen
pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan
konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak
ketiga komponen ini secara
bersama-sama membentuk sikap
yang utuh. Dalam penentuan sikap
yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang
peranan penting.

2.2.2 Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap menurut Azwar
(2005) antara lain:
1)
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil
tahu, hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu
objek, individu mempunyai dorongan
untuk mengerti, dengan pengalamannya
memperoleh
pengetahuan.
Sikap
seseorang
terhadap
suatu
objek
menunjukkan
pengetahuan
orang
tersebut
terhadap
objek
yang
bersangkutan.
2)

Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi
harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi melibatkan
faktor emosional.
3)
Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
Pada
umumnya,
individu
cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap
orang
yang
dianggap
penting.
Kecenderungan
ini
antara
lain
dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi
dan
keinginan
untuk
menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
4)
Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan
telah
mewarnai
sikap
anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah
yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya
2.3. Dismenorea
2.3.1. Pengertian Dismenorea

60

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
Dismenorea atau nyeri haid
merupakan gejala, bukan penyakit.
Gejalanya terasa nyeri di perut bagian
bawah. Pada kasus dismenorea berat,
nyeri terasa sampai seputaran panggul
dansisi dalam paha. Nyeri terutama pada
hari pertama dan kedua 12 menstruasi.
Nyeri akan berkurang setelah keluar
darah menstruasi yang cukup banyak
(Manuaba, 2005).
Dismenorea atau nyeri haid
adalah gejala-gejala ginekologik yang
paling sering dijumpai. Bahkan wanitawanita dengan dismenorea cenderung
untuk mendapat nyeri haid rekurens
secara periodik yang menyebabkan
pasien mencari pengobatan darurat
(Greenspan. B, 2003).
2.3.2. Jenis Dismenorea
1. Berdasarkan jenis nyerinya,
dismenorea dibagi menjadi:
a. Dismenorea Spasmodik
Dismenorea spasmodik yaitu nyeri
yang dirasakan dibagian bawah
perut dan berawal sebelum masa
haid atau segera setelah masa haid
mulai. Beberapa wanita yang
mengalami dismenorea spasmodik
merasa sangat mual, muntah
bahkan pingsan. Kebanyakan yang
menderita dismenorea jenis ini
adalah wanita muda, akan tetapi
dijumpai pula kalangan wanita
berusia diatas 40 tahun yang
mengalaminya (Mansjoer, 2002).
b. Dismenorea Kongestif
Dismenorea kongestif yaitu nyeri
haid yang dirasakan sejak beberapa
hari sebelum datangnya haid.
Gejala ini disertai sakit pada buah
dada, perut kembung, sakit kepala,
sakit
punggung,
mudah
tersinggung, gangguan tidur dan
muncul memar di paha dan lengan
atas. Gejala tersebut berlangsung
antara dua atau tiga hari sampai
kurang dari dua minggu sebelum
datangnya menstruasi.

2. Berdasarkan ada tidaknya penyebab


yang dapat diamati, dismenorea dapat
dibagi
menjadi :
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer yaitu nyeri haid
yang timbul tanpa ada sebab yang
dapat diketahui. Dismenorea primer
terjadi sejak usia pertama kali
datangnya haid yang disebabkan
oleh faktor intrisik uterus dan
berhubungan erat dengan ketidak
seimbangan hormone steroid seks
ovarium, yaitu karena produksi
hormon prostaglandin yang berlebih
pada fase sekresi yang menyebabkan
perangsangan pada otot-otot polos
endometrium (Badziad, 2003).
b. Dismenorhea sekunder
Dismenorhea
sekunder
terjadi
karena adanya kelainan pada organ
genetalia dalam rongga pelvis.
Dismenorea ini disebut juga sebagai
dismenorea
organik,
dapatan
(akuisita) atau ekstrik.Kelainan ini
dapat timbul setiap saat dalam
perjalanan hidup wanita, contohnya
pada wanita dengan endometriosis
atau penyakit peradangan pelvik,
penggunaan alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim, dan tumor
atau polip yang berada di dalam
rahim. Nyeri terasa dua hari atau
lebih sebelum menstruasi dan nyeri
semakin bertambah hebat pada akhir
menstruasi (Llewellyn, 2001).
2.3.3. Tingkatan Dismenorea
Setiap menstruasi menyebabkan
rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan kadar nyeri
yang berbeda-beda. Dismenorea secara
siklik dibagi menjadi tiga tingkat
keparahan, yaitu:
1. Dismenorea ringan

61

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
Dismenorea
yang
berlangsung
beberapa saat dan klien masih dapat
melaksankan aktifitas sehari-hari.
2. Dismenorea sedang
Dismenorea ini membuat klien
memerlukan
obat
penghilang
rasanyeri dan kondisi penderita
masih dapat beraktivitas.
3. Dismenorea berat
Dismenorea berat membuat klien
memerlukan istirahat beberapa hari
dan dapat disertai sakit kepala,
migrain, pingsan, diare, rasa
tertekan, mual dan sakit perut.
(Manuaba, 2009).
(Kartono K, 2006).
2.3.5. Penanganan Dismenorhea
Setelah seseorang mengetahui
stimulus,
kemudian
mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa
yang
telah
di
ketahui
untuk
dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu
sikap belum otomatis tewujud dalam
suatu tindakan. Agar terwujud sikap
menjadi
suatu
perbuatan
nyata
diperlukan faktor pendukung berupa
fasilitas dan dukungan dari pihak lain.
Ada banyak hal yang dapat
dilakukan
untuk
menangani
dismenorea sehingga menurunkan
angka kejadia dismenorea dan
mencegah keadaan dismenorea tidak
bertambah berat, diantaranya:
a. Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita
bahwa dismenorea primer adalah
gangguan siklus menstruasi yang tidak
berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya
dalam masalah ini diadakan penjelasan
dan diskusi mengenai informasi
dismenorea, penanggulangan yang
tepat
serta
pencegahan
agar
dismenorea tidak mengarah pada
tingkat yang sedang bahkan ke tingkat
berat.

Penerangan tentang pemenuhan


nutrisi yang baik perlu diberikan,
karena dengan pemenuhan nutrisi yang
baik maka status gizi remaja menjadi
baik. Dengan status gizi yang baik
tersebut maka ketahanan tubuh
meningkat dan ganggauan menstruasi
dapat dicegah. Nasehat menegenai
makan bergizi, istirahat dan olah raga
cukup dapat berguna dan terkadang
juga diperlukan psikoterapi.
b. Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering
digunakan adalah preparat kombinasi
aspirin, fenastin dan kafein. Contoh
obat paten yang beredar dipasaran
anatara lain ponstan, novalgin,
acetaminophen.
c. Pola hidup sehat
Penerapan pola hidup sehat
dapat
membantu
dalam
upaya
menangani ganggaun menstruasi,
khususnya dismenorea. Yang termasuk
dalam pola hidup sehat adalah olah
raga
cukup
dan
teratur,
mempertahankan diit seimbang seperti
peningkatan
pemenuhan
sumber
nutrisi yang beragam.
d.
T erapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah
menekan ovulasi. Tindakan ini hanya
bersifat sementara dengan maksud
untuk membuktikan bahwa gangguan
benar berupa dismenorea primer,
sehingga
wanita
dapat
tetap
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tujuan ini dapat dicapai dengan
pemberian pil kombinasi dalam
kontrasepsi (Wiknjosastro, 2002).
e. Terapi dengan obat nonsteroid
antiprostaglandin
Obat ini memegang peranan
penting terhadap dismenorea primer.
Termasuk di sini indometasin, ibu
profen dan naproksen. Kurang lebih
70% penderita mengalami perbaikan.
Hendaknya
pengobatan
diberikan
sebelum haid mulai, satu sampai tiga

62

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
hari sebelum haid dan pada hari pertama
haid (Wiknjosastro, 2002).
Beberapa cara di atas, ada cara
pengobatan lain yang dapat dilakukan
untuk membantu mengurangi rasa nyeri
haid yaitu:
1. Perut bagian bawah karena dapat
membantu merilekskan otot-otot dan
sistem Ketika nyeri haid datang,
lakukan
pengompresan
menggunakan air hangat di saraf.
2. Meningkatkan taraf kesehatan untuk
daya tahan tubuh, missal melakukan
olah raga cukup dan teratur serta
menyediakan waktu yang cukup
untuk beristirahat. Olah raga yang
cukup
dan
teratur
dapat
meningkatkan
kadar
hormon
endorfin yang berperan sebagai
natural pain killer. Penyediaan
waktu dapat membuat tubuh tidak
terlalu rentan terhadap nyeri.
3. Apabila
nyeri
haid
cukup
mengganggu aktivitas maka dapat
diberikan obat analgetik yang bebas
dijual di masyarakat tanpa resep
dokter,
namun
harus
tetap
memperhatikan
efek
samping
terhadap lambung.
4. Apabila
dismenorea
sangat
mengganggu aktivitas atau jika nyeri
haid muncul secara tiba-tiba saat
usia dewasa dan sebelumnya tidak
pernah
merasakannya,
maka
periksakan kondisi Anda untuk
mendapatkan pertolongan segera,
terlebih jika dismenorea yang
dirasakan mengarah ke dismenorea
sekunder (Taruna, 2003).
Nyeri haid dapat diatasi dengan:
a. Melakukan posisi knee chest, yaitu
menelungkupkan badan di tempat
yang datar. Lutut ditekuk dan di
dekatkan ke dada.
b. Mandi dengan air hangat.
c. Istirahat cukup untuk mengurangi
ketegangan.

d. Mengurangi konsumsi harian pada


makanan dan minuman yang
mengandung kafein yang dapat
mempengaruhi kadar gula dalam
darah.
e. Menghindari
makanan
yang
mengandung kadar garam tinggi.
f. Meningkatkan konsumsi sayur,
buah, daging dan ikan sebagai
sumber makanan yang mengandung
vitamin B12 (Akatri S, 2003).
Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian
maka
kerangka
konsep
dapat
digambarkan sebagai berikut :
Pengetahuan

Penanganan

Sikap

METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan
penelitian survei analitik dengan
menggunakan penelitian cross sectional
yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap remaja
putri dalam penanganan dismenorea di
AMIK Imelda Medan Pulo Brayan
Darat.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu
Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di
AMIK Imelda Medan pada bulan Maret
- Agustus Tahun 2011.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh remaja putri di AMIK
Imelda tingkat I sebanyak 30 orang dan
tingkat II sebanyak 90 orang. Sampel
adalah sebagian dari populasi. Sampel
penelitian sebanyak 30 orang yang

63

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
diambil dengan cara simple random
sampling, menurut Arikunto (2006) jika
jumlah populasi lebih dari 100 dapat
diambil 10-15% atau 20-25%.
3.4 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dilakukan
dalam penelitian ini dibuat dalam
bentuk keusioner dan disusun oleh
peneliti berdasarkan tinjauan pustaka
dan kerangka konsep.
Untuk
mengukur
aspek
pengetahuan remaja putri, diberikan 10
pertanyaan ,dimana jika memilih
jawaban benar diberi skor 1, dan jika
memilih jawaban yang salah diberi skor
0.maka skor jawaban yang trtinggi 10
dan skor jawaban terendah 0.
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

4.1

Gambaran
Umum
Lokasi
Penelitian
Kampus Amik Imelda Medan
yang berada di Jalan Bilal no 24 Pulo
Brayan Darat, Medan Timur. Penelitian
ini mengenai hubungan pengetahuan
dan sikap remaja putri dalam
penanganan dismenorea yang dilakukan
terhadap 30 remaja putri.
Di kampus Imelda remaja putri banyak
mengalami dismenorea, akan tetapi
tidak pernah ada penyuluhan tentang
dismenorea.
4.2 Analisa Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur dan
Sumber Informasi Responden
Di Amik Imelda Medan
Tahun 2011
No
1

karakteristik
Umur
<20 tahun

Frekuensi
(F)

Persentase
( %)

15

50

20-21 tahun
>21 tahun
Jumlah
Sumber
informasi
Pengalaman
pribadi
Teman atau
orangtua
Jumlah

9
6
30

30
20
100

21
9

70
30

30

100

Dari Tabel 4.1 diatas dapat


dilihat bahwa mayoritas umur kurang
dari 20 tahun sebanyak 15 orang (50%),
dan minoritas berumur 22 tahun
sebanyak 6 orang (20%). Berdasarkan
sumber informasi mayoritas dari
pengalaman pribadi sebanyak 21 orang
(70%), dan minoritas dari teman atau
orang tua sebanyak 9 orang (30%).
4.2.2. Distribusi Frekuensi
Pengetahuan Remaja Putri
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Remaja Putri Dalam Penanganan
Dismenorea Di Amik Imelda Tahun
2011
No

Pengetahuan

1
2
3

Baik
Cukup
Kurang
Total

Frekuensi
(F)
10
7
13
30

Persentase
(%)
33.3
23,3
43,4
100

Dari Tabel 4.2 diatas dapat


dilihat bahwa mayoritas pengetahuan
remaja putri adalah kurang sebanyak 13
orang (43,4%).
4.2.3. Distribusi Frekuensi Sikap
Remaja Putri
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Remaja
Putri Dalam Penanganan
Dismenorea
Di Amik Imelda Tahun 2011

64

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
No

Sikap

1
2

Baik
Tidak
baik
Total

Frekuensi
(F)
4
26

Persentase
(%)
13,3
86,7

30

100

Dari Tabel 4.3 diatas dapat


dilihat bahwa mayoritas sikap remaja
putri dalam penanganan dismenorea
tidak baik sebanyak 26 orang (86,7%).

4.3 Analisa Bivariat


Tabel 4.4
Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan
Dismenorea Di Amik Imelda Tahun 2011
Sikap
No

Pengetahuan

1
2
3

Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Baik
N
1
3
0
4

Total

Tidak baik
%
3,3
10
0
13,3

Dari Tabel 4.4 diatas dapat


dilihat bahwa remaja putri yang
memiliki pengetahuan baik dalam
penanganan dismenorea sebanyak 10
orang (33,3%), dan yang bersikap baik 1
orang (3,3%) dan sikap tidak baik
sebanyak 9 orang (30%), yang
berpengetahuan cukup sebanyak 7 orang
(23,3%) yang bersikap baik 3 orang
(10%) dan yang bersikap tidak baik 4
orang
(13,3%)
sedangkan
yang
berpengetahuan kurang sebanyak 13
orang (43,3%), tidak ada yang bersikap
baik dan yang bersikap tidak baik
sebanyak 13 orang (43,3%). Dan dari
hasil uji chi-square di peroleh nilai P =
0,025 (<0,05) hal ini menunjukkan
bahwa
ada
hubungan
antara
pengetahuan yang dimiliki remaja putri
dengan penanganan dismenorea.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Pengetahuan dan
Sikap
Remaja
Dalam
Penanganan Dismenorea
Berdasarkan hasil uji chi
square
dalam
penelitian
ini

n
9
4
13
26

%
30
13,3
43,3
86,7

n
10
7
13
30

%
33,3
23,3
43,3
100

0, 025

menunjukkan bahwa ada hubungan


antara pengetahuan dan sikap remaja
putri dalam penanganan dismenorea
dengan nilai P = 0,025. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa penanganan
dalam dismenorea masih belum di
pahami dengan baik oleh remaja putri.
Remaja putri
di
Amik Imelda memiliki pengetahuan ku
rang tentang dismenoreaea remaja
putri tidak mampu
mengetahui
memahami
mengaplikasi,
menganalisis,
mensintesis dan mengevaluasi mengenai
pengertian, dan klasifikasi, penyebab
dan penanganan dismenorea, yang
ditunjukkan
dengan
kemampuan responden
menjawab
jawaban benar. Hal itu sesuai dengan
teori
yang dikemukakan
oleh
Notoatmodjo
(2007),
bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari tahu
untuk terbentuknya tindakan seseorang
yang mencakup kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Pengetahuan
yang dilihat dari kemampuan kognitif
seseorang mencakup kemampuan untuk
mengetahui, memahami, mengaplikasi,

65

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
menganalisis,
mensintesis
dan
mengevaluasi suatu hal.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan
remaja putri di Amik Imelda Medan
mengenai dismenorea, yaitu usia, dan
sumber informasi yang didapatkan
remaja putri. Hasil penelitian tersebut
didukung oleh pendapat Meliono
Irmayanti (2007), yang menyebutkan
bahwa, pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu usia, tingkat
pendidikan dan sumber informasi.
Dalam hasil penelitiannya yang berjudul
Beberapa Faktor yang Berpengaruh
terhadap
Tingkat
Pengetahuan
Mengenai Kesehatan Reproduksi pada
Remaja Putri di Desa Bancak
Kecamatan
Bringin
Kabupaten
Semarang, Wijayati (2000) juga
menjelaskan bahwa terdapat hubungan
antara umur, pendidikan, komunikasi
anak orang tua dan sumber informasi
dengan tingkat pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi. Semakin banyak
usia remaja, maka tingkat pengetahuan
yang dimilikinya akan semakin baik.
Dengan pengetahuan yang baik
tentang
dismenorea,
dapat
mengembangkan
kemampuan
mengambil keputusan untuk menangani
dismenorea yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah
dan etik yang bertolak dari dismenorea
sebagai masalah nyata yang dialami
oleh para remaja.Hal tersebut sesuia
dengan teori Meliono Irmayanti (2007)
yang
menyatakan
bahwa
usia
mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Dengan usia yang lebih
banyak, maka pengalaman yang dimiliki
juga akan semakin banyak dan beragam.
Pengalaman dapat dijadikan cara untuk
menambah pengetahuan seseorang
tentang suatu hal. Selain itu usia juga
akan mempengaruhi daya tangkap dan
pola
pikir
seseorang.
Semakin
bertambah
usia
akan
semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola


pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin baik.
Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan,
pengalaman diri sendiri, pengalaman
orang lain, media massa maupun
lingkungan. Pengetahuan atau koqnitif
dominasi sangat penting untuk terbentuk
tindakan seseorang disebut dengan over
behavior (Notoatmodjo, 2005).
Sedangkan
semakin
baik
pengetahuan tentang dismenorea yang
dimiliki remaja putri maka sikap yang
ditunjukkan
untuk
menangani
dismenorea juga semakin baik. Dengan
pengetahuan
yang
baik
akan
mempengaruhi sikap remaja putri untuk
menangani dismenorea dengan tepat.
Menurut Azwar (2003), hal tersebut
karena pengetahuan seseorang tentang
sesuatu hal akan mempengaruhi
sikapnya. Sikap positif maupun negatif
tergantung dari pemahaman individu
tentang suatu hal tersebut, sehingga
sikap ini selanjutnya akan mendorong
ndividu melakukan perilaku tertentu
pada saat dibutuhkan, tetapi kalau
sikapnya
negatif,
justru
akan
menghindari untuk melakukan perilaku
tersebut.
Beragam
cara
penanganan
dismenorea telah dilakukan oleh
sebagian besar siswi. Dari hasil
wawancara
dengan
responden,
penanganan
dismenorea
dilakukan
untuk mengurangi rasanya nyeri agar
tidak semakin parah sehingga tidak
mengganggu
aktifitas
keseharian
mereka. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Kartono (2006), bahwa
penanganan yang kurang tepat membuat
remaja putri selalu mengalaminya setiap
siklus menstruasinya. Berdasarkan hasil
penelitian, remaja putri Amik Imelda
telah melakukan perilaku penanganan

66

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
dismenorea. Sikap dalam penanganan
dismenorea didasarkan oleh cara berfikir
dan bersikap positif tentang keluhan
dismenorea yang dialaminya, sehingga
terbentuk perilaku berupa pemberian
kompres hangat, olah raga teratur dan
istirahat, pengkonsumsian makanan
bergizi, pengkonsumsian obat analgetik.
Hal itu sesuai pendapat Wiknjosastro
(2007) bahwa, untuk menurunkan angka
kejadian dismenorea dan mencegah
keadaan dismenorea tidak bertambah
berat, beberapa usaha dapat dilakukan
seperti
penerangan
dan
nasihat,
pemberian obat analgesik, pola hidup
sehat, terapi hormonal dan terapi obat
nonsteroid antiprostaglandin sesuai
dengan petunjuk dokter.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktik
Ed. Revisi VI.Jakarta :
Rineka Cipta.
Azwar S. 2005. Sikap Manusia, Teori
Dan
Pengukurannya.
Yogyakarta; PustakaPelajar.
Badziad, A. 2003. Endokrinologi dan
Ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas.
Chandranita, A.I.2008.Gawat Darurat
Obstetri
Ginekologi
dan
Obstetri Ginekologi
Sosial
Untuk Profesi Bidan. Jakarta
:EGC.

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Ada
hubungan
antara
pengetahuan dan sikap remaja
putri
dalam
penanganan
dismenorea dengan nilai p value
= 0,025
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada remaja putri
di Amik Imelda agar dapat
meningkatkan
pengetahuan
tentang penanganan dismenorea
melalui mencari informasi baik
dari media massa, serta petugas
kesehatan
yang
lebih
mengerti tentang penanganan
dismenorea.
2. Diharapkan kepada remaja putri
untuk memiliki sikap yang baik
dalam penanganan dismenorea,
dengan
mau merespon dan
menerima informasi yang di
dapat dari media massa maupun
petugas kesehatan lainnya.

Carey, C. S. 2001. Obstetri dan


Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Henderson,
C
(2006).
Kebidanan,Jakarta, EGC.

Konsep

Hurlock,
E.B.
2007.
Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan
Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Indriastuti, Dian Putri. 2009. Hubungan
antara
Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi dengan
Perilaku Higienis Remaja
Putri Pada saat Menstruasi.
Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Surakarta.
Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita
Mengenal Gadis Remaja dan
Wanita Dewasa. Jilid I.
Bandung: Mandar Maju.

DAFTAR PUSTAKA

67

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia


Vol. 2, No. 5, Edisi Desember
2011
Llewellyn, D dan Jones. 2001. DasarDasas Obstetri dan Ginekologi. Edisi
VI.
Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, I.G.B. 1999. Memahami
Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Mujaddid. 2004. Buku Ajar Penyakit
Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia.
Notoatmodjo.
2005.
Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
.,
2007.
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.

68

Anda mungkin juga menyukai