Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR

BUSINESS : UNCERTAINTY AND GREEN BUSINESS


(TSTA 256 )
BUSINESS MEGATRENDS

Kelompok 6
Budi Firman Haryono
Erwin Ibor L. Tobing
Ivan Christian Winata
Maryam Afifah
Vima Putri Pratama

0151151012
0151151030
01511510xx
01511510xx
01511510xx

Dosen:
Dr. Y. Arief Rijanto

MAGISTER MANAJEMEN BUSINESS INOVATION


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PRASETIYA MULYA
JAKARTA
2015
MEGATRENDS #1 Perubahan teknologi dalam memenuhi kebutuhan
pangan
Halaman | 1

Laju pertambahan suhu udara di bumi semakin meningkat dewasa ini serta
tidak terelakkan semua aspek kehidupan dan ekonomi akan menerima
dampaknya (Battitsti dan Naylor, 2009). Tidak hanya itu, efek dari globalisasi
juga menyebabkan jumlah kebutuhan air yang semakin meningkat dari segala
aspek kehidupan dan industri sehingga timbul lah krisis air. Khususnya dalam
bidang pertanian, laju pertambahan suhu udara di bumi yang terus meningkat
dan ditambah dengan trend krisis air yang terjadi saat ini hingga dimasa yang
akan datang dapat menyebabkan produktivitas produk pertanian dapat turun.
Turunnya produktivitas serta ditambah jumlah populasi manusia di bumi akan
akan mengancam keamanan dan kedaulatan pangan itu sendiri. Oleh karena itu,
para pelaku industri dibidang pangan dan pertanian mulai tergerak untuk
melakukan sebuah perubahan atau revolusi pangan yang masif untuk menjawab
berbagai kendala dan ancaman krisis pangan yang akan terjadi di masa depan
(Hanjra dan Qureshi, 2010).
Disamping
itu,
selain
semakin bertambahnya populasi
masyarakat dunia. isu kesehatan
dan kebutuhan terhadap asupan
gizi yang cukup merupakan isu
yang saat ini mulai ramai
dibicarakan dan diduga akan
menjadi sebuah trend dimasa
depan bagi masyarakat dunia.
Permasalahan perubahan iklim,
1: Grafik pertumbuhan populasi manusia &
pasokan makanan di dunia
krisis air, pertambahan populasi
(sumber: Khan dan Hanjra, 2009)
dan kebutuhan terhadap asupan
gizi yang cukup membuat para pelaku industri pangan mulai fokus untuk
menciptakan terobosan dalam bidang pangan yang bersifat resource friendly
dan sehat.
Adapun terobosan pangan yang akan menjadi trend dimasa depan
diantaranya adalah serangga, daging buatan, dan alga (Follet, 2009). Serangga
adalah salah satu alternatif pangan karena dapat dijadikan sebagai pengganti
pangan berkarbohidrat dan protein yang tinggi. Di Indonesia, sebagai salah satu
negara tropis di dunia memiliki peluang yang besar untuk melakukan
diversifikasi pangan. Diantara diversifikasi pangan yang dapat dilakukan oleh
pelaku industri pangan dapat memanfaatkan serangga sebagai bahan baku
makanan karena mengandung sumber karbohidrat yang tinggi jika diolah
menjadi tepung serta mengandung protein yang tinggi jika dikonsumsi langsung
tanpa pengolahan sekunder. Selain itu, kebutuhan konsumsi protein juga dapat
digantikan melalui aneka tumbuhan atau fungi. Jamur tiram misalnya, sebgaai
salah satu jenis mikroorganisme jamur memiliki kandungan protein yang tinggi
yang menyerupai daging asli. Kemampuan adaptasi yang tinggi membuat jamur
tiram mudah untuk dibudidayakan. Hanya saja saat ini untuk pengembangannya
masih perlu ditingkatkan khususnya sifat protein pada jamur tiram yang berbeda
dengan daging pada umumnya.

Halaman | 2

Jika berbicara trend pangan masa depan di Indonesia, banyak sekali bahan
yang dapat dijadikan sebagai pembuat terobosan pangan. Serangga dan jamur
tiram adalah segelintir contoh sebagai pengganti karbohidrat dan protein. Selain
bahan baku, industri pangan juga harus terus ditingkatkan. Di masa depan,
pangan yang sehat dan berkelanjutan dapat menjadi sebuah trend dan tuntutan
konsumen. Bahkan diyakin bahwa apa yang kita makan dan cara kita
memakannya dapat dijadikan sebuah ekspresi dari gaya hidup dan bahkan
semakin akan menjadi simbol status.

MEGATRENDS #2 Sustainable Living of Agriculture


Pertanian yang meliputi banyak sektor seperti budidaya tanaman, peternakan,
dan perikanan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang segala
aspek kehidupan. Tetapi, tantangan dalam sektor ini semakin besar pula. Isu
perubahan lingkungan, krisisi air, dan pertambahan jumlah penduduk yang terus
meningkat selalu menjadi hal yang tidak pernah terpisahkan dalam sektor
pertanian. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksikan kebutuhan
pangan pada tahun 2050 akan meningkat sekitar 70%. Tetapi, pada masa yang
akan datang laju pertumbuhan areal bercocok tanam justru akan berkurang yang
diakibatkan oleh populasi penduduk dan konversi lahan pertanian ke arah
industri (Guerrini, 2015) Sehingga, dibutuhkan sebuah terobosan untuk
menjawab tantangan tersebut diantaranya yakni pertanian terpadu atau yang
berkelanjutan. Sektor pertanian ini memiliki konsep manajemen yang berbasis
kepada penggunaan sumberdaya yang efisien, aktivitas budidaya yang ramah
lingkungan, dan yang terpenting adalah penggunaan aspek teknologi dalam
melakukan segala aktivitasnya baik di sektor hulu, on-farm, hingga hilir. Sebagai
contohnya adalah Usaha budidaya pertanian di sektor perkebunan kelapa sawit.
Awal tahun 1980an, sistem budidaya yang dilakukan masih didominasi teknologi
yang terbilang sederhana atau banyak menggunakan tenaga manusia untuk
melakukan aktivitas budidaya. Tetapi, memasuki tahun 2000an perkebunan
kelapa sawit mulai menggunakan input teknologi diantaranya sistem pemupukan
yang menggunakan pesawat terbang, sistem absensi yang menggunakan finger
print system. Pada masa depan, perkebunan kelapa sawit diperkirakan
menggunakan sistem yang terpadu dengan dukungan teknologi yang mumpuni
seperti pemupukan yang menggunakan sistem drip irigasi atau pemupukan
dengan saluran dibawah tanah.

Halaman | 3

DAFTAR PUSTAKA

Khan, S., Hanjra, M.A., 2009. Footprints of water and energy inputs in food
production-global perspectives. Food Policy 34 (2), 130140.
Follett J.R. (2009). Choosing a food future; differentiating among alternative food
options. J Agric Environ Ethics (2009) 22:31-51.
Battisti D.S., Naylor R.L. (2009). Historical warnings of future food insecurity with
unprecedented seasonal heat. Science Vol 323 no. 5911 pp. 240-244.
Hanjra M.A., Qureshi M.E. (2010). Global water crisis and future food security in
an era of climate change. Elsevier: food policy 35 (2010) 365-377
Guerrini F. (2015). the future of agriculture: smart farming. Retrieved from
http://www.forbes.com/sites/federicoguerrini/2015/02/18/the-future-ofagriculture-smart-farming/

Halaman | 4

Halaman | 5

Halaman | 6

Anda mungkin juga menyukai