Anda di halaman 1dari 4

peternakan menuju ketahanan pangan dan adaptif dan strategis di era society 5.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Peternakan Menuju Ketahanan Pangdan
Adaptif dan Strategis di Era Society 5.0", Kreator: Yudha Adi Putra

kasus-kasus menuju ketahanan pangan terus bermunculan. ketika perkembangan teknologi dan
masyarakat semakin maju bahkan saat ini muncul era society 5.0. peran peternakan semakin
diperlukan munculnya berbagai metode peternakan akan menjadi jawaban atas perkembangan yang
terjadi. terkuaknya metode peternakan memang menjadi upaya menjawab persoalan ketahanan
pangan. bentuk dari ketahanan pangan tentunya berdasarkan potensi yang dimiliki oleh peternak.
lebih lanjut, peternak menjadi pionir untuk perkembangan menuju ketahanan pangan. realita dan
data memberikan implikasi pada perkembangan pangan. ada semangat yang adaptif dan strategis
bentuknya berimplikasi pada semangat generasi muda untuk beternak. saat ini, minat generasi
muda untuk beternak mungkin menurun. hal itu disebabkan banyak faktor. ada anggapan mengenai
peternak bukan pekerjaan yang bergengsi tidak menjanjikan hingga adanya keuntungan ketika
berada di peternakan penuh dengan spekulasi. ketika generasi menurun dalam minatnya di bidang
peternakan. lalu, bentuk adaptasi seperti apa yang perlu dikembangkan. setidaknya menjadi respon
dari perkembangan dunia sosial, terutama munculnya era society 5.0. era society 5.0 menjadikan
semua terhubung. jadi bisa saja peternak dari jawa menjual hasil ternaknya ke belanda. ada
hubungan lintas benua bahkan dunia hanya menjadi desa kecil yang saling terkait. persoalan akan
muncul ketika tidak mampu beradaptasi. banyak promosi yang bermunculan persaingan harga
hingga kompetensi yang menjadi tolak ukur. ketika diperhatikan hubungan jual beli dalam konteks
peternakan sering masih berdasarkan rasa persaudaraan. ketika menuju society 5.0 adanya relasi
tentu memperhatikan adanya kompetensi tertentu. itu yang perlu dipersiapkan dalam berkembang
menuju kehidupan yang lebih baik. kompetensi untuk adaptif dan strategis dalam mengembangkan
peternakan.
perubahan iklim global dan aspek sistem produksi ternak yang terdampak

di asia tenggara penurunan hasil produksi ternak hingga 20% telah diproyeksikan akan terjadi pada
tahun 2050 sebagai akibat dari perubahan suhu dan curah hujan secara regional, sehingga
berdampak pada pakan dan ketersediaan pakan ternak. dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk asia dan permintaan standard hidup yang lebih tinggi penurunan produksi ternak ini dapat
berdampak buruk pada lebih dari satu miliar orang pada tahun 2050 (hijioka et al., 2014).

hal yang sama berlaku untuk pulau-pulau di negara-negara kepulauan pasifik (oseania) yang sangat
rentan terhadap peristiwa cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut, dan pada tahun 2050
perubahan iklim diproyeksikan akan membatasi sumber daya air tawar, yang merupakan sumber
daya yang sangat penting dalam sistem produksi ternak (nurse et al., 2014).

peternakan di negara berkembang memberikan kontribusi yang jauh lebih tinggi terhadap
pendapatan masyarakat dan memiliki peran sosial ekonomi yang penting (thornton dan gerber,
2010; robinson et al., 2014). selain itu, negara berkembang lebih rentan terhadap dampak
perubahan iklim global dan ternak lebih memungkinkan terkena kejadian ekstrem karena sedikit
infrastruktur dan sumber daya untuk menjaga ternak tetap aman.

di daerah yang lebih kering di amerika tengah dan selatan perubahan iklim diperkirakan akan
memperburuk kondisi kekeringan dan degradasi lahan pertanian menurunkan produktivitas ternak
dan tanaman pakan penting seperti jagung dan kedelai dengan konsekuensi merugikan ketahanan
pangan (magrin et al., 2014).

saat ini sistem produksi ternak secara global berada di bawah tekanan yang besar. meningkatnya
permintaan protein hewani dari produk hasil ternak sebagian besar akibat pertumbuhan penduduk
urbanisasi peningkatan pendapatan dan perubahan pola makan (thornton, 2010; delgado, 2003].
sistem produksi peternakan beroperasi pada berbagai kondisi lingkungan menyebabkan produksi
ternak semakin terpengaruh oleh perubahan iklim.

dampak ekonomi global yang disebabkan oleh iklim ekstrem seperempatnya dialami oleh sektor
pertanian, di mana peternakan adalah subsektor di dalamnya yang mengalami kerusakan besar dan
kerugian total (fao, 2015). tahun 2016, sektor peternakan mengalami peningkatan produksi daging
tahunan yang terendah (1%) (fao, 2016).
Nama : Hizkia Briliant

NIRM : 03.07.23.190

Perbaikan

Kasus-kasus menuju ketahanan pangan terus bermunculan, ketika perkembangan teknologi dan
masyarakat semakin maju bahkan saat ini muncul era society 5.0, peran peternakan semakin
diperlukan munculnya berbagai metode peternakan akan menjadi jawaban atas perkembangan yang
terjadi. Terkuaknya metode peternakan memang menjadi upaya menjawab persoalan ketahanan
pangan, bentuk dari ketahanan pangan tentunya berdasarkan potensi yang dimiliki oleh peternak.
Untuk lebih lanjut, peternak menjadi pionir untuk perkembangan menuju ketahanan pangan. Realita
dan data memberikan implikasi pada perkembangan pangan. Ada semangat yang adaptif dan
strategis yang bentuknya berimplikasi pada semangat generasi muda untuk beternak. Saat ini, minat
generasi muda untuk beternak mungkin menurun. Hal itu, disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya ada anggapan mengenai peternak bukan pekerjaan yang bergengsi, tidak menjanjikan
hingga adanya keuntungan ketika berada di peternakan penuh dengan spekulasi. Ketika generasi
menurun dalam minat di bidang peternakan, lalu bentuk adaptasi seperti apa yang perlu
dikembangkan? Setidaknya menjadi respon dari perkembangan dunia sosial, terutama munculnya
era society 5.0. Era society 5.0 menjadikan semua terhubung. Jadi bisa saja peternak dari jawa
menjual hasil ternaknya ke Belanda. Ada hubungan lintas benua bahkan dunia yang hanya menjadi
desa kecil yang saling terkait. Persoalan akan muncul ketika tidak mampu beradaptasi, banyak
promosi yang bermunculan, persaingan harga hingga kompetensi yang menjadi tolak ukur. Ketika
diperhatikan, hubungan jual beli dalam konteks peternakan masih berdasarkan dengan rasa
persaudaraan. Ketika menuju era society 5.0, relasi tentu memperhatikan kompetensi tertentu. Hal
itu, yang perlu dipersiapkan dalam berkembang menuju kehidupan yang lebih baik. Kompetensi
untuk adaptif dan strategis dalam mengembangkan peternakan.

Perubahan iklim global dan aspek sistem produksi ternak yang berdampak di Asia Tenggara,
penurunan hasil produksi ternak hingga 20% telah diproyeksikan terjadi pada tahun 2050 sebagai
akibat dari perubahan suhu dan curah hujan secara regional, sehingga berdampak pada pakan dan
ketersediaan pakan ternak. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk asia dan permintaan
standar hidup yang lebih tinggi penurunan produksi ternak ini dapat berdampak buruk pada lebih
dari satu miliar orang pada tahun 2050 (Hijioka et al., 2014).

Hal ini, yang sama berlaku untuk pulau di negara kepulauan pasifik (Oseania) yang sangat rentan
terhadap peristiwa cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan pada tahun 2050 perubahan iklim
diproyeksikan akan membatasi sumber daya air tawar. Peristiwa ini merupakan sumber daya yang
sangat penting dalam sistem produksi ternak (Nurse et al., 2014).

Peternakan di negara berkembang memberikan kontribusi yang jauh lebih tinggi terhadap
pendapatan masyarakat dan memiliki peran sosial ekonomi yang penting (Thornton dan Gerber,
2010; Robinson et al., 2014). Selain itu, negara berkembang lebih rentan terhadap dampak
perubahan iklim global dan ternak lebih mungkin terkena kejadian ekstrem karena sedikit
infrastruktur dan sumber daya untuk menjaga ternak tetap aman. Di daerah yang lebih kering, di
Amerika Tengah dan Selatan perubahan iklim diperkirakan akan memperburuk kondisi kekeringan
dan degradasi lahan pertanian, menurunkan produktivitas ternak dan tanaman pakan penting
seperti jagung dan kedelai dengan konsekuensi merugikan ketahanan pangan (Magrin et al., 2014).

Saat ini sistem produksi ternak secara global berada di bawah tekanan yang besar. Meningkatnya
permintaan protein hewani dari produk hasil ternak sebagian besar akibat dari pertumbuhan
penduduk urbanisasi, meningkatnya pendapatan dan perubahan pola makan (Thornton, 2010;
Delgado, 2003]. Sistem produksi peternakan beroperasi pada berbagai kondisi lingkungan, yang
menyebabkan produksi ternak semakin terpengaruh oleh perubahan iklim. Dampak ekonomi global
yang disebabkan oleh iklim ekstrem seperempatnya dialami oleh sektor pertanian, dimana
peternakan adalah subsektor yang di dalamnya mengalami kerusakan besar dan kerugian total (Fao,
2015). Tahun 2016, sektor peternakan mengalami peningkatan produksi daging tahunan yang
terendah (1%) (Fao, 2016).

Anda mungkin juga menyukai