Tugas B Indonesia M Fajar N
Tugas B Indonesia M Fajar N
NIRM : 03.08.23.228
PRODI : TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
KELAS : 1C
MATKUL : BAHASA INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : ASRI WIJAYANTI, S.Pd. MA
peternakan menuju ketahanan pangan dan adaptif dan strategis di era society 5.0
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Peternakan Menuju Ketahanan
Pangdan Adaptif dan Strategis di Era Society 5.0", Kreator: Yudha Adi Putra
di asia tenggara penurunan hasil produksi ternak hingga 20% telah diproyeksikan akan terjadi
pada tahun 2050 sebagai akibat dari perubahan suhu dan curah hujan secara regional,
sehingga berdampak pada pakan dan ketersediaan pakan ternak. dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk asia dan permintaan standard hidup yang lebih tinggi penurunan
produksi ternak ini dapat berdampak buruk pada lebih dari satu miliar orang pada tahun 2050
(hijioka et al., 2014).
hal yang sama berlaku untuk pulau-pulau di negara-negara kepulauan pasifik (oseania) yang
sangat rentan terhadap peristiwa cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut, dan pada tahun
2050 perubahan iklim diproyeksikan akan membatasi sumber daya air tawar, yang
merupakan sumber daya yang sangat penting dalam sistem produksi ternak (nurse et al.,
2014).
peternakan di negara berkembang memberikan kontribusi yang jauh lebih tinggi terhadap
pendapatan masyarakat dan memiliki peran sosial ekonomi yang penting (thornton dan
gerber, 2010; robinson et al., 2014). selain itu, negara berkembang lebih rentan terhadap
dampak perubahan iklim global dan ternak lebih memungkinkan terkena kejadian ekstrem
karena sedikit infrastruktur dan sumber daya untuk menjaga ternak tetap aman.
di daerah yang lebih kering di amerika tengah dan selatan perubahan iklim diperkirakan akan
memperburuk kondisi kekeringan dan degradasi lahan pertanian menurunkan produktivitas
ternak dan tanaman pakan penting seperti jagung dan kedelai dengan konsekuensi merugikan
ketahanan pangan (magrin et al., 2014).
saat ini sistem produksi ternak secara global berada di bawah tekanan yang besar.
meningkatnya permintaan protein hewani dari produk hasil ternak sebagian besar akibat
pertumbuhan penduduk urbanisasi peningkatan pendapatan dan perubahan pola makan
(thornton, 2010; delgado, 2003]. sistem produksi peternakan beroperasi pada berbagai
kondisi lingkungan menyebabkan produksi ternak semakin terpengaruh oleh perubahan iklim.
dampak ekonomi global yang disebabkan oleh iklim ekstrem seperempatnya dialami oleh
sektor pertanian, di mana peternakan adalah subsektor di dalamnya yang mengalami
kerusakan besar dan kerugian total (fao, 2015). tahun 2016, sektor peternakan mengalami
peningkatan produksi daging tahunan yang terendah (1%) (fao, 2016).
Perbaikan :
Perubahan iklim global dan aspek sistem produksi ternak yang berdampak di Asia
Tenggara, penurunan hasil produksi ternak hingga 20% telah diproyeksikan terjadi pada
tahun 2050 sebagai akibat dari perubahan suhu dan curah hujan secara regional, sehingga
berdampak pada pakan dan ketersediaan pakan ternak. Dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk asia dan permintaan standar hidup yang lebih tinggi penurunan produksi ternak ini
dapat berdampak buruk pada lebih dari satu miliar orang pada tahun 2050 (Hijioka et al.,
2014).
Hal ini, yang sama berlaku untuk pulau di negara kepulauan pasifik (Oseania) yang sangat
rentan terhadap peristiwa cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan pada tahun 2050
perubahan iklim diproyeksikan akan membatasi sumber daya air tawar. Peristiwa ini
merupakan sumber daya yang sangat penting dalam sistem produksi ternak (Nurse et al.,
2014).
Peternakan di negara berkembang memberikan kontribusi yang jauh lebih tinggi terhadap
pendapatan masyarakat dan memiliki peran sosial ekonomi yang penting (Thornton dan
Gerber, 2010; Robinson et al., 2014). Selain itu, negara berkembang lebih rentan terhadap
dampak perubahan iklim global dan ternak lebih mungkin terkena kejadian ekstrem karena
sedikit infrastruktur dan sumber daya untuk menjaga ternak tetap aman. Di daerah yang lebih
kering, di Amerika Tengah dan Selatan perubahan iklim diperkirakan akan memperburuk
kondisi kekeringan dan degradasi lahan pertanian, menurunkan produktivitas ternak dan
tanaman pakan penting seperti jagung dan kedelai dengan konsekuensi merugikan ketahanan
pangan (Magrin et al., 2014).
Saat ini sistem produksi ternak secara global berada di bawah tekanan yang besar.
Meningkatnya permintaan protein hewani dari produk hasil ternak sebagian besar akibat dari
pertumbuhan penduduk urbanisasi, meningkatnya pendapatan dan perubahan pola makan
(Thornton, 2010; Delgado, 2003]. Sistem produksi peternakan beroperasi pada berbagai
kondisi lingkungan, yang menyebabkan produksi ternak semakin terpengaruh oleh perubahan
iklim. Dampak ekonomi global yang disebabkan oleh iklim ekstrem seperempatnya dialami
oleh sektor pertanian, dimana peternakan adalah subsektor yang di dalamnya mengalami
kerusakan besar dan kerugian total (Fao, 2015). Tahun 2016, sektor peternakan mengalami
peningkatan produksi daging tahunan yang terendah (1%) (Fao, 2016).