Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD FAJAR NUGROHO

NIRM : 03.08.23.228
PRODI : TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
KELAS : 1C
MATKUL : BAHASA INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : ASRI WIJAYANTI, S.Pd. MA

peternakan menuju ketahanan pangan dan adaptif dan strategis di era society 5.0
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Peternakan Menuju Ketahanan
Pangdan Adaptif dan Strategis di Era Society 5.0", Kreator: Yudha Adi Putra

kasus-kasus menuju ketahanan pangan terus bermunculan. ketika perkembangan teknologi


dan masyarakat semakin maju bahkan saat ini muncul era society 5.0. peran peternakan
semakin diperlukan munculnya berbagai metode peternakan akan menjadi jawaban atas
perkembangan yang terjadi. terkuaknya metode peternakan memang menjadi upaya
menjawab persoalan ketahanan pangan. bentuk dari ketahanan pangan tentunya berdasarkan
potensi yang dimiliki oleh peternak. lebih lanjut, peternak menjadi pionir untuk
perkembangan menuju ketahanan pangan. realita dan data memberikan implikasi pada
perkembangan pangan. ada semangat yang adaptif dan strategis bentuknya berimplikasi pada
semangat generasi muda untuk beternak. saat ini, minat generasi muda untuk beternak
mungkin menurun. hal itu disebabkan banyak faktor. ada anggapan mengenai peternak bukan
pekerjaan yang bergengsi tidak menjanjikan hingga adanya keuntungan ketika berada di
peternakan penuh dengan spekulasi. ketika generasi menurun dalam minatnya di bidang
peternakan. lalu, bentuk adaptasi seperti apa yang perlu dikembangkan. setidaknya menjadi
respon dari perkembangan dunia sosial, terutama munculnya era society 5.0. era society 5.0
menjadikan semua terhubung. jadi bisa saja peternak dari jawa menjual hasil ternaknya ke
belanda. ada hubungan lintas benua bahkan dunia hanya menjadi desa kecil yang saling
terkait. persoalan akan muncul ketika tidak mampu beradaptasi. banyak promosi yang
bermunculan persaingan harga hingga kompetensi yang menjadi tolak ukur. ketika
diperhatikan hubungan jual beli dalam konteks peternakan sering masih berdasarkan rasa
persaudaraan. ketika menuju society 5.0 adanya relasi tentu memperhatikan adanya
kompetensi tertentu. itu yang perlu dipersiapkan dalam berkembang menuju kehidupan yang
lebih baik. kompetensi untuk adaptif dan strategis dalam mengembangkan peternakan.
perubahan iklim global dan aspek sistem produksi ternak yang terdampak

di asia tenggara penurunan hasil produksi ternak hingga 20% telah diproyeksikan akan terjadi
pada tahun 2050 sebagai akibat dari perubahan suhu dan curah hujan secara regional,
sehingga berdampak pada pakan dan ketersediaan pakan ternak. dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk asia dan permintaan standard hidup yang lebih tinggi penurunan
produksi ternak ini dapat berdampak buruk pada lebih dari satu miliar orang pada tahun 2050
(hijioka et al., 2014).

hal yang sama berlaku untuk pulau-pulau di negara-negara kepulauan pasifik (oseania) yang
sangat rentan terhadap peristiwa cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut, dan pada tahun
2050 perubahan iklim diproyeksikan akan membatasi sumber daya air tawar, yang
merupakan sumber daya yang sangat penting dalam sistem produksi ternak (nurse et al.,
2014).

peternakan di negara berkembang memberikan kontribusi yang jauh lebih tinggi terhadap
pendapatan masyarakat dan memiliki peran sosial ekonomi yang penting (thornton dan
gerber, 2010; robinson et al., 2014). selain itu, negara berkembang lebih rentan terhadap
dampak perubahan iklim global dan ternak lebih memungkinkan terkena kejadian ekstrem
karena sedikit infrastruktur dan sumber daya untuk menjaga ternak tetap aman.

di daerah yang lebih kering di amerika tengah dan selatan perubahan iklim diperkirakan akan
memperburuk kondisi kekeringan dan degradasi lahan pertanian menurunkan produktivitas
ternak dan tanaman pakan penting seperti jagung dan kedelai dengan konsekuensi merugikan
ketahanan pangan (magrin et al., 2014).

saat ini sistem produksi ternak secara global berada di bawah tekanan yang besar.
meningkatnya permintaan protein hewani dari produk hasil ternak sebagian besar akibat
pertumbuhan penduduk urbanisasi peningkatan pendapatan dan perubahan pola makan
(thornton, 2010; delgado, 2003]. sistem produksi peternakan beroperasi pada berbagai
kondisi lingkungan menyebabkan produksi ternak semakin terpengaruh oleh perubahan iklim.

dampak ekonomi global yang disebabkan oleh iklim ekstrem seperempatnya dialami oleh
sektor pertanian, di mana peternakan adalah subsektor di dalamnya yang mengalami
kerusakan besar dan kerugian total (fao, 2015). tahun 2016, sektor peternakan mengalami
peningkatan produksi daging tahunan yang terendah (1%) (fao, 2016).
Perbaikan :

Kasus-kasus menuju ketahanan pangan terus bermunculan, ketika perkembangan


teknologi dan masyarakat semakin maju bahkan saat ini muncul era society 5.0, peran
peternakan semakin diperlukan munculnya berbagai metode peternakan akan menjadi
jawaban atas perkembangan yang terjadi. Terkuaknya metode peternakan memang menjadi
upaya menjawab persoalan ketahanan pangan, bentuk dari ketahanan pangan tentunya
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh peternak. Untuk lebih lanjut, peternak menjadi pionir
untuk perkembangan menuju ketahanan pangan. Realita dan data memberikan implikasi pada
perkembangan pangan. Ada semangat yang adaptif dan strategis yang bentuknya berimplikasi
pada semangat generasi muda untuk beternak. Saat ini, minat generasi muda untuk beternak
mungkin menurun. Hal itu, disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya ada anggapan
mengenai peternak bukan pekerjaan yang bergengsi, tidak menjanjikan hingga adanya
keuntungan ketika berada di peternakan penuh dengan spekulasi. Ketika generasi menurun
dalam minat di bidang peternakan, lalu bentuk adaptasi seperti apa yang perlu
dikembangkan? Setidaknya menjadi respon dari perkembangan dunia sosial, terutama
munculnya era society 5.0. Era society 5.0 menjadikan semua terhubung. Jadi bisa saja
peternak dari jawa menjual hasil ternaknya ke Belanda. Ada hubungan lintas benua bahkan
dunia yang hanya menjadi desa kecil yang saling terkait. Persoalan akan muncul ketika tidak
mampu beradaptasi, banyak promosi yang bermunculan, persaingan harga hingga kompetensi
yang menjadi tolak ukur. Ketika diperhatikan, hubungan jual beli dalam konteks peternakan
masih berdasarkan dengan rasa persaudaraan. Ketika menuju era society 5.0, relasi tentu
memperhatikan kompetensi tertentu. Hal itu, yang perlu dipersiapkan dalam berkembang
menuju kehidupan yang lebih baik. Kompetensi untuk adaptif dan strategis dalam
mengembangkan peternakan.

Perubahan iklim global dan aspek sistem produksi ternak yang berdampak di Asia
Tenggara, penurunan hasil produksi ternak hingga 20% telah diproyeksikan terjadi pada
tahun 2050 sebagai akibat dari perubahan suhu dan curah hujan secara regional, sehingga
berdampak pada pakan dan ketersediaan pakan ternak. Dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk asia dan permintaan standar hidup yang lebih tinggi penurunan produksi ternak ini
dapat berdampak buruk pada lebih dari satu miliar orang pada tahun 2050 (Hijioka et al.,
2014).
Hal ini, yang sama berlaku untuk pulau di negara kepulauan pasifik (Oseania) yang sangat
rentan terhadap peristiwa cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan pada tahun 2050
perubahan iklim diproyeksikan akan membatasi sumber daya air tawar. Peristiwa ini
merupakan sumber daya yang sangat penting dalam sistem produksi ternak (Nurse et al.,
2014).
Peternakan di negara berkembang memberikan kontribusi yang jauh lebih tinggi terhadap
pendapatan masyarakat dan memiliki peran sosial ekonomi yang penting (Thornton dan
Gerber, 2010; Robinson et al., 2014). Selain itu, negara berkembang lebih rentan terhadap
dampak perubahan iklim global dan ternak lebih mungkin terkena kejadian ekstrem karena
sedikit infrastruktur dan sumber daya untuk menjaga ternak tetap aman. Di daerah yang lebih
kering, di Amerika Tengah dan Selatan perubahan iklim diperkirakan akan memperburuk
kondisi kekeringan dan degradasi lahan pertanian, menurunkan produktivitas ternak dan
tanaman pakan penting seperti jagung dan kedelai dengan konsekuensi merugikan ketahanan
pangan (Magrin et al., 2014).
Saat ini sistem produksi ternak secara global berada di bawah tekanan yang besar.
Meningkatnya permintaan protein hewani dari produk hasil ternak sebagian besar akibat dari
pertumbuhan penduduk urbanisasi, meningkatnya pendapatan dan perubahan pola makan
(Thornton, 2010; Delgado, 2003]. Sistem produksi peternakan beroperasi pada berbagai
kondisi lingkungan, yang menyebabkan produksi ternak semakin terpengaruh oleh perubahan
iklim. Dampak ekonomi global yang disebabkan oleh iklim ekstrem seperempatnya dialami
oleh sektor pertanian, dimana peternakan adalah subsektor yang di dalamnya mengalami
kerusakan besar dan kerugian total (Fao, 2015). Tahun 2016, sektor peternakan mengalami
peningkatan produksi daging tahunan yang terendah (1%) (Fao, 2016).

Anda mungkin juga menyukai