PROSPEK
PRTANIAN
DIMASA DEPAN
AHMAD FAUZI 23.141.0010
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
2023
PERTANIAN
Pertanian adalah mata pencaharian utama bagi sebagian orang di
negara berkembang, selain itu penduduk miskin didaerah
pedesaan di negara berpenghasilan rendah dan menengah yang
secara langsung maupun tidak langsung bergantung pada
pertanian untuk mata pencaharian mereka (Waddington et al.,
2012). Di negara berkembang sektor pertanian memiliki peran
yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi dibandingkan dengan perekonomian negara maju yang
memiliki perekonomian yang lebih terverifikasi (Meyer, 2019).
SEKTOR PERTANIAN
Perubahan iklim yang signifikan dapat dilihat dari adanya pemanasan global.
Pemanasan global yang terjadi di wilayah Sumatra Selatan dapat dirasakan
dari adanya peningkatan suhu bumi yang terus terjadi. Terjadinya perubahan
iklim terbukti dapat menurunkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman,
munculnya hama dan penyakit pada komoditi, penurunan kapasitas air irigasi,
perubahan kesesuaian lahan dan tanaman, serta terjadi kegagalan panen,
Terjadinya kegagalan panen ini dapat diakibatkan dari perubahan suhu udara,
kelembaban dan ketersediaan air tanah, radiasi matahari, dan angin yang dapat
mempengaruhi proses metabolisme tanaman baik di lapangan maupun di
ruang penyimpanan
Pada periode 2020-2050, Indonesia diprediksikan akan mengalami peningkatan suhu udara dan perubahan curah hujan.
Peluang curah hujan yang ekstrim pun diproyeksikan cenderung meningkat dibandingkan sebelumnya. Adanya perubahan
iklim yang sangat tinggi ini memicu dampak pada pertumbuhan komoditas tanaman, khususnya hortikultura. Sehingga
kajian proyeksi iklim dengan berbagai skenario seperti, langkah adaptasi dan perencanaan untuk kedepannya perlu terus
dikembangkan untuk meminimalisir dampak yang terjadi akibat perubahan iklim ini
PERSAINGAN GLOBAL
World Economic Forum (WEF) Global Competitivenes Report 2013-2014 meliris
data yang menempatkan daya saing Indonesia berada di peringkat 38 dunia,
melompat naik 12 peringkat dari tahun sebelumnya. Lompatan ini oleh banyak pihak
dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa di tengah kompetisi global yang semakin
ketat. Sementara Bank Dunia juga menyatakan bahwa Indonesia naik 8 peringkat
dalam aspek daya saing ‘doing business’ (kemudahan mulai bisnis) pada tahun 2013.
Indonesia sekarang berada pada peringkat 120 dari 189 negara di dunia. Data dan
fakta itu tentu menggembirakan karena bisa menjadi indikasi adanya perbaikan
dalam banyak aspek di negeri ini, terutama dalam berbagai hal yang menjadi
variabel peningkatan daya saing. Namun secara obyektif kita juga harus mengakui
bahwa peringkat yang sudah dicapai itu masih jauh dari memuaskan. Apalagi
peringkatkan itu justru menegaskan bahwa kita masih berada jauh dari beberapa
negara tetangga terdekat, seperti Malaysia, Thailand, apalagi Singapura. Artinya,
lompatan peringkat itu sesungguhnya hanyalah indikator adanya perbaikan, namun
juga menegaskan bahwa daya saing kita masih kalah dibandingkan negara-negara
lain. Bukti dari ‘kekalahan’ itu adalah daya saing di sektor pertanian, yang
merupakan tulang punggung perekonomian nasional dan menjadi gantungan hidup
sebagian besar rakyat. Fakta menunjukkan, hampir semua produk pertanian kita
kalah bersaing di pasar global. Jangankan bisa menguasai pasar global, negara
dengan penduduk lebih dari 250 juta ini justru menjadi serbuan berbagai produk
pertanian asing. Negeri ini tercatat sebagai salah satu pengimpor produk pangan
terbesar di dunia.
Minimnya Generasi Muda
Anak-anak milenial saat ini terlihat enggan menjadi petani, mereka lebih cenderung memilih untuk kerja di industri
dan supermarket Dibanding bercocok tanam. Hal ini pun terjadi dengan tetanggaku yang lebih memilih untuk
merantau di kota menjadi seorang kasir di sebuah toko sembako dibanding dengan bercocok tanam di kampung
bersama kedua orang tuanya, alasannya bahwa menjadi petani belum bisa memberikan jaminan yang layak bagi
kehidupannya. Banyak generasi milenial yang enggan atau tak bertahan dalam bertani saat ini. Peneliti
mengatakan hal ini disebabkan kemudahan teknologi dan pendapatan petani yang kurang memuaskan. Peneliti
indef, mirah midadan mengatakan, masyarakat beralih ke sektor non pertanian ketika umur mereka masih muda.
Banyak dari mereka yang memiliki usaha sampingan di luar sektor non pertanian.
Selain itu presiden Joko Widodo pernah mengatakan bahwa kebanyakan sarjana pertanian yang bekerja di bidang
perbankan pada sidang terbuka. Padahal notabanenya adalah sarjana pertanian, kenapa bisa masuk di
perbankan. Hal ini memang sering terjadi, salah satunya di tempat lahir saya!, ya, betul kampung saya, Konawe
Utara, Sulawesi Tenggara. Dimana sarjana pertanian malah terjun ke dunia pertambangan sehingga petani di
kampung saya hanyalah orang-orang tua yang dimana mereka sudah lahir pada masa jabat pemimpin soekarno
hatta. Seharusnya generasi muda saat ini mau menggantikan posisi orang-orang ini hanya dengan alasan ingin
memiliki taraf hidup yang lebih baik dibanding harus bertani.
Prospek Sektor Pertanian
di Masa Depan
Peningkatan Kesadaran Akan Pentingnya
Kelestarian Lingkungan
Pembangunan berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan
kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan
mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak
melampui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Permasalahan
muncul beberapa dekade proyek pembangunan berjalan banyak
ketidaksesuaian dan ketimpangan yang muncul dalam
pelaksanaannya. Kemiskinan, kelaparan dan kerusakan lingkungan
serta kekerasan tetap menjadi bagian yang terus melekat pada negara-
negara berkembang. Pembangunan yang seharusnya digunakan
sebagai proses untuk membangun kesejahteraan umat manusia secara
merata, ternyata berkembang menjadi sebuah proses
pengonsentrasian kesejahteraan kepada sekelompok orang
(Hadiwijoyo dan Anisa, 2019; Saragih, 2008).
Kelestarian sumberdaya lahan pertanian dan mutu lingkungan serta keberlanjutan sistem produksi merupakan hal
yang kritikal bagi usaha pertanian di negara tropis, termasuk Indonesia. Curah hujan yang besar pada musim hujan
berdampak terhadap kerusakan lahan sebagai akibat erosi permukaan, menjadikan lahan pertanian kehilangan
lapisan olah dan hara tanah, terutama pada lahan brerbukit dan berlereng. Praktik usahatani yang sangat intensif
juga menghalangi terjadinya proses pengembalian sisa tanaman dan bahan organik ke dalam tanah, disamping
mengakibatkan terjadinya penambangan hara tanah. Penggunaan sarana agrokimia yang berdosis tinggi telah
mengubah keseimbangan ekosistem, mencemarkan air dan tanah, serta meningkatkan intensitas gangguan
hamapenyakit. Hal-hal tersebut mengancam kerberlanjutan sistem produksi pertanian (Sumarno, 2018)
Mengembangkan Sumber Daya Manusia
Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan mulai dari
pendidikan dasar dan menengah hingga ke perguruan tinggi
adalah kunci untuk mampu mengikuti perkembangan Revolusi
Industri 4.0 (Lase 2019: 29). Pembelajaran abad ke-21 ini
menerapkan kreativitas, berpikir kritis, kerjasama, pemecahan
masalah, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan
keterampilan karakter. Terampil dalam memecahkan masalah
berarti mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dalam
proses belajar-mengajar apabila peserta didik yang dapat
memecahkan masalah tersebut berarti peserta didik tersebut dapat
berpikir kritis. Dimana semuanya itu akan saling berkaitan satu
sama lain. Abad 21 juga ditandai dengan banyaknya (1) informasi
yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja; (2)
komputasi yang semakin cepat; (3) otomasi yang menggantikan
pekerjaan-pekerjaan rutin; dan (4) komunikasi yang dapat dilakukan
dari mana saja dan kemana saja.
Menerapkan Pertanian Berkelanjutan
Sampai saat ini dukungan pemerintah dalam mendorong penerapan
sistem pertanian berkelanjutan dapat dilihat dalam hal layanan
pendidikan dan latihan (diklat) petani tentang pupuk organik,
pengendalian hama, penyakit secara hayati, dan layanan konsultasi
(penyuluhan) tentang good agriculture practices (Kementerian
Pertanian RI 2009). Dukungan dalam bentuk penyediaan
infrastruktur seperti green house, teknologi pascapanen, teknologi
pengolahan limbah pertanian, serta sistem informasi pertanian
berkelan-jutan belum sepenuhnya tersedian Untuk itu, petani di empat
wilayah penelitian diminta menilai kebutuhan terhadap dukungan
pemerintah dalam penerapan sistem berkelanjutan, yaitu pemberian
dorongan atau motivasi oleh pemerintah kepada petani responden
untuk menerapkan kegiatan usaha tani berkelanjutan dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang usaha tani
tersebut. Seperti, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi,
kelancaran pema-saran (terjual dengan harga layak), ketersediaan
modal usaha, ketersediaan energi (bahan bakar minyak dan listrik),
jaminan harga sarana produksi usaha tani, dan jaminan harga
pasar hasil usaha tani.
Untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan prospek tersebut, diperlukan upaya dari berbagai pihak,
baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.Upaya-upaya tersebut antara lain:
Lagiman, ‘Pertanian Berkelanjutan : Untuk Kedaulatan Pangan Dan Kesejahteraan Petani’, Porsiding Seminar
Nasional , 2020, 365–81
Lagiman, ‘Pertanian Berkelanjutan : Untuk Kedaulatan Pangan Dan Kesejahteraan Petani’, Porsiding Seminar
Nasional , 2020, 365–81
Ratri Virianita, Tatie Soedewo, and others, ‘Farmers’ Perception to Government Support in Implementing Sustainable
Agriculture System’, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 24.2 (2019), 168–77 <https://doi.org/10.18343/jipi.24.2.168>
TERIMA KASIH
Ahmad Fauzi (23.141.0010)
fauziahmad260502@gmail.com
+62 8314 7717 650
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
2023