Anda di halaman 1dari 9

PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

Virida Martogi Hasiholan, 230110140029,


Kelompok 11, Perikanan A

ABSTRAK
Bekerja di laboratorium memerlukan keterampilan, kecermatan dan ketelitian menggunakan
alat-alat laboratorium supaya memperoleh data yang akurat. Oleh sebab itu, praktikan
dituntut harus mengenal setiap peralatan yang biasa digunakan di laboratorium. Pengenalan
alat secara umum mencakup nama alat, fungsi alat, prinsip kerja alat tersebut dan cara
kerjanya. Tujuan pengenalan alat ini adalah untuk mengetahui dan menguasai alat-alat
laboratorium dengan baik dan benar supaya pada praktikum selanjutnya praktikan tidak
melakukan kesalahan.
Kata kunci: Nama alat laboratorium, fungsi alat laboratorium, prinsip kerja alat
laboratorium, cara kerja alat laboratorium
ABSTRACT
Working in the lab requires skill, accuracy and precision using the tools of the laboratory so
that acquiring accurate result. Thus, the practitioner must know every piece of equipment
commonly used in the laboratory. The tools of introduction in practical work is the name of
the tool, the function of the tool, the work principle and how it works. The purpose of the
introduction of this tool is to know and master the tools of the laboratory with good and right
so didn't wrong.
Keywords: Name, function, principle and method the work of laboratory tools
PENDAHULUAN
Biokimia adalah ilmu yang mempelajari segala bentuk perubahan molekul atau
perubahan struktur kimia yang terjadi pada makhluk hidup. Sedangkan Biokimia Perairan
adalah ilmu yang membahas tentang ruang lingkup dan peranan biokimia di bidang perairan
dengan bahasan mengenai air sebagai media utama dalam proses biokimia, organisasi sel,
asam amino, protein, karbohidrat, lipid, vitamin, mineral, enzim, respirasi, metabolisme
nitrogen, ATP, TVB dan TMAO. Dalam meneliti struktur kimia diperlukan teknik dan cara
khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium tentu diperlukan
adanya pengenalan alat yang akan digunakan serta mengetahui cara penggunaan alat-alat
yang berhubungan dengan penelitian untuk memudahkan dalam melakukan penelitian
(Dwidjoseputro 2003).
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau mengetahui
tentang alat-alat yang akan digunakan dalam melakukan praktkum. Hal ini berguna untuk
mempermudah kita dalam melakukan suatu percobaan sehingga resiko kecelakaan di

laboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan alat sangat penting untuk
bekerja di laboratorium (Day & Underwood 1998).
Jenis peralatan utama yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan praktikum sangat
spesifik, tergantung dari jenis praktikumnya. Secara umum peralatan utama dalam kegiatan
praktikum Biokimia Perairan adalah spektrofotometer, inkubator, hot plate dan lemari
pendingin. Selain itu, peralatan tambahan lainnya untuk menunjang praktikum adalah gelas
ukur, beaker glass, cawan petri, labu ukur, tabung reaksi, rak tabung, dan lain-lain.

METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Oktober 2015 di Laboratorium FHA
Gedung Dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
Adapun alat yang diperkenalkan dalam praktikum Biokimia Perairan adalah
spektrofotometer, inkubator, hot plate, lemari pendingin, water bath, pipet tetes, cawan petri,
batang pengaduk, tabung reaksi, gelas ukur, corong, beaker glass, labu erlenmeyer dan
weighing scoop.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Alat-alat yang diperkenalkan dalam praktikum Biokimia Perairan ini adalah:
Spektrofotometer
Alat ini berfungsi untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi
dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
Prinsip kerjanya yaitu suatu sumber cahaya dipancarkan melalui monokromator.
Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi pita-pita
panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu, dimana gugus
kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda. Dari kromofor
mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda. Dari monokromator, cahaya atau
energi diteruskan dan diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet.
Kemudian jumlah cahaya yang diserap oleh larutan akan menghasilkan signal elektrik yang
sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya signal elektrik ini
yang dialirkan ke pencatat yang tervisualisasi dalam bentuk angka. Hukum Beer menyatakan
absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan atau medium
(Miller J. N 2000).

Prosedur kerjanya adalah sampel dilarutkan dalam pelarut, lalu sampel dimasukkan ke
dalam kuvet, dalam keadaan tertutup, dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik
dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel). Banyaknya
cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang
kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Hadi, 2009). Larutan yang akan diamati melalui
spektrofotometer harus memiliki warna tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat di dalam
larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang diberikan.

Gambar 1. Spektrofotometer
(Sumber: dokumentasi pribadi)

Inkubator
Alat yang memiliki suhu dan kelembaban tertentu. Berfungsi untuk menjaga suhu
tetap stabil. Prinsip kerja inkubator adalah menginkubasi mikroba pada suhu tertentu (dibuat
agar suhunya tetap konstan). Prosedur kerjanya adalah dengan cara menghubungkan stop
kontak dengan sumber tenaga. Lalu, menyalakan alat dengan menekan tombol ON
kemudian atur set waktu dan suhu yang sesuai kebutuhan inkubasi (untuk pertumbuhan
bakteri suhu optimalnya adalah 37 C). Setelah itu, masukkan media yang berisi bakteri.
Inkubasi sampai waktu yang telah ditentukan. Matikan alat dengan menekan tombol OFF
hingga tombol tertekan masuk untuk proteksi terhadap kerusakan.

Gambar 2. Inkubator
(Sumber: dokumentasi pribadi)

Hot plate
Berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Prinsip kerja
hot plate adalah peningkatan homogenisasi larutan dengan pengadukan yang dipengaruhi
oleh medan magnetik dan pemanasan plate. Prosedur kerja dari hot plate adalah
menggunakan bidang magnetik yang berputar untuk membuat stir bar atau batang pengaduk
yang tercelup didalam cairan menjadi berputar dengan sangat cepat sehingga mengaduk
cairan tersebut hingga merata. Bidang berputar tersebut dapat dibuat baik dengan magnet
berputar atau dengan satu set elektromagnet statis yang diletakkan dibawah bejana dengan
cairan. Magnetic stirrer seringkali dilengkapi dengan lempengan pemanas untuk
memanaskan cairan dalam bejana.

Gambar 3. Hot plate


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Lemari pendingin
Berfungsi untuk menjaga media uji coba agar tidak rusak ataupun mengendalikan
aktivitas pertumbuhan mikroba pada media uji coba. Prinsip kerja dari lemari pendingin
adalah mengawetkan media uji coba. Suhu dalam lemari pendingin dapat diatur sesuai
dengan keinginan.
Prosedur kerja dari lemari pendingin adalah dengan adanya penguapan. Untuk
mendapatkan penguapan diperlukan gas (udara) yang mencapai temperature tertentu (panas).
Setelah udara tersebut panas diubah supaya kehilangan panas sehingga terjadi penguapan.
Disaat adanya penguapan, maka timbulah suhu di dalam temperature rendah (dingin).

Gambar 4. Lemari pendingin


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Water bath
Berfungsi sebagai alat untuk pemanas air yang diperlukan untuk organ bath. Prinsip
kerja dari alat ini adalah pada saat dingin mensterilisasi steker dihidupkan, dipilih suhu
(temperature) yang diinginkan (jika memungkinkan) dan atur. Pengaturan harus dilakukan
sesuai dengan pembacaan thermostat (bila tersedia), atau sesuai dengan suatu sistem
pengawasan suhu. Prosedur kerja water bath adalah pasang kabel listrik pada tegangan, lalu
masukkan air ke dalam bejana, atur suhu kemudian hidupkan water bath. Masukkan benda
yang akan dipanskan ke dalam air (untuk tangas uap) letakkan benda pada salah satu lubang
(untuk tangas uap), ingat lubang yang tidak digunakan tetap ditutup dan biarkan hidup sampai
selesai.

Gambar 5. Water bath


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Pipet tetes
Berfungsi untuk mengambil larutan. Prinsip kerjanya adalah meneteskan larutan
sedikit demi sedikit dengan cara menekan pompa karet pada bagian atas. Prosedur kerja pipet
tetes adalah dengan cara pipet dalam keadaan berdiri tegak dengan posisi karet berada diatas,
celupkan ujung pipet kedalam larutan yang akan diambil lalu tekan atas pipet sehingga udara
keluar dan air masuk.

Gambar 6. Pipet tetes


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Cawan petri
Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan suatu objek tertentu. Prinsip kerjanya
adalah medium diletakkan di dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan
penutup cawan. Prosedur kerjanya adalah strelilkan cawan petri kemudian masukkan objek
atau media tertentu dan tutup cawan petri dengan penutupnya secara benar.

Gambar 7. Cawan petri


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Batang pengaduk
Berfungsi untuk mengaduk larutan. Prinsip kerjanya adalah mengaduk larutan secara
sederhana. Prosedur kerjanya adalah dua atau lebih larutan dalam suatu wadah diaduk secara
merata.

Gambar 8. Batang pengaduk


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Tabung reaksi
Berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan larutan. Prinsip kerjanya adalah
mereaksikan dua atau lebih larutan. Prosedur kerjanya adalah mensterilisasikan tabung yang
akan digunakan untuk melakukan percobaan, masukkan tabung reaksi yang telah disterilkan
pada rak tabung reaksi kemudian masukkan bahan yang akan dilarutkan pada tabung reaksi.

Gambar 9. Tabung reaksi


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gelas ukur
Berfungsi untuk mengukur volume larutan. Prinsip kerjanya adalah mengukur volume
larutan berdasarkan skala volume meniskus cekung larutan. Prosedur kerja gelas ukur adalah
sterilkan terlebih dahulu gelas ukur yang akan digunakan kemudian tuangkan larutan yang
akan diukur volumenya dan dilihat sejajar dalam pembacaan skala ukurannya.

Gambar 10. Gelas ukur


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Corong
Berfungsi untuk memindahkan suatu larutan dari suatu wadah ke wadah yang lain dan
menyaring zat cair atau padat. Prinsip kerjanya adalah membantu memasukkan cairan dalam
suatu wadah dengan ukuran mulut kecil. Prosedur kerjanya adalah masukkan ujung corong
pada suatu wadah (usahakan saat menuangkan larutan tidak bersentuhan dengan mulut
wadah, usahakan menjauh sedikit) kemudian tuangkan larutan.

Gambar 11. Corong


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Beaker glass
Berfungsi sebagai tempat untuk menampung zat kimia, sebagai pengukur volume
larutan dan untuk media pemanasan cairan. Prinsip kerjanya berdasarkan pada bentuknya
seperti gelas yang mempunyai skala di dindingnya sehingga mampu menyimpan dan
mengukur zat. Prosedur kerjanya adalah masukkan larutan kedalam beaker glass, lalu ukur
volumenya dan panaskan di atas pemanas.

Gambar 12. Beaker glass


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Labu erlenmeyer
Berfungsi untuk menampung, mengukur dan menghomogenkan larutan. Selain itu,
labu erlenmeyer berfungsi untuk tempat melakukan titrasi. Prinsip kerjanya untuk
pencampuran reaksi dengan cara pengocokkan sehingga dapat mengetahui volume larutan.
Prosedur kerjanya adalah menyiapkan labu erlenmeyer yang sudah disterilkan lalu isi dengan
larutan dan kocok.

Gambar 13. Labu erlenmeyer


(Sumber: dokumentasi pribadi)

Weighing scoop
Berfungsi untuk menimbang dalam kuantitas berat yang sangat kecil. Prinsip kerjanya
adalah mengetahui kuantitas berat yang sangat kecil. Prosedur kerjanya adalah mencedok
bahan-bahan kimia dalam bentuk serbuk.

Gambar 14. Weighing scoop


(Sumber: http://i01.i.aliimg.com/wsphoto/v0/1952129165_3)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, penjelasan dan eksplorasi dari berbagai sumber
mengenai pengenalan alat laboratorium, praktikan kini telah mengenal dan memahami nama
masing-masing alat, fungsi alat, prinsip kerja alat dan cara kerja alat yang baik dan benar
supaya pada praktikum selanjutnya praktikan tidak melakukan kesalahan sehingga dapat
memperoleh data yang valid untuk dianalisa.

DAFTAR PUSTAKA
Aji, A. 2014. Modul Praktikum Kimia Dasar Lingkungan. Malang: Universitas Brawijaya.
Day, R. A. And A. L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Miller, J. N and Miller, J. C. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry.
Edisi Keempat. Prentice Hall: Harlow.
Tim Biokimia. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Ambon: Universitas Pattimura.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet Dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya
Dalam Oseanologi. Jurnal Oseana Volume X, Nomor 1: 39-47.

Anda mungkin juga menyukai