OLEH:
MUHAMMAD SYAHRIR B1C1 10 065
TOMY ADRIANSYAH
B1C1 10 020
GUSNAWATI
B1C1 10 073
ZUL ASRIANI LA TAHE B1C1 10 063
BAB II
REGULASI KEUANGAN PUBLIK
2.1 DEFINISI REGULASI PUBLIK
Regulasi berasal dari bahasa inggris, yakni regulation atau peraturan. Dalam
kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher, 2008), kata peraturan mengandung arti
kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai menata sesuatu dengan
aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik
adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan
organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai
politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan/tempat peribadatan, maupun organisasi
masyarakat lainnya.
2.2. TEKNIK PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK
Peraturan adalah gambaran tentang kebijakan pengelola organisasi publik.
Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait dengan beberapa hal, dimana yang
pertama,adalah regulasi publik dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait
dengan regulasi tersebut. Kedua, tindakan yang diambil terkait dengan isu yang ada
adalah berbentuk regulasi atau aturan yang dapat diinterpretasikan sebagai wujud
dukungan penuh organisasi publik, ketiga, peraturan adalah hasil dari berbagai aspek
dan kejadian.
Pendahuluan
Mengapa diatur?
Permasalahan dan
Bagaimana
Dengan apa
Diskusi atau
Catatan
PERAGA 2-1
Pendahuluan
Perancang regulasi publik wajib mampu mendiskripsikan latar belakang
perlunya disusun regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena
adanya permasalahan atau tujuan yang ingin dicapai.
Mengapa Diatur
Sebuah Regulasi Publik disusun karena adanya berbagai isu terkait yang
membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah mencari jawaban atas pertanyaan mengapa isu tersebut harus
diatur atau mengapa regulasi publik perlu disusun.
Bagaimana Mengaturnya
Substansi Regulasi publik yang disusun harus dapat menjawab pertanyaan
tentang bagaimana solusi atas permasalahan yang ada akan dilaksanakan.
Dengan Demikian, regulasi publik yang disusun benar-benar merupakan
wujud kebijakan organisasi publik dalam menghadapi berbagai macam
masalah publik yang ada.
Diskusi/Musyawarah
Materi regulasi publik harus disusun dan dibicarakan melalui mekanisme
forum diskusi atau pertemuan khusus publik yang membahas regulasi publik.
Materi tersebut harus dipersiapkan melalui proses penelitian yang
menggambarkan aspirasi publik. Karena itu, materi yang dibahas akan benarbenar menggambarkan permasalahan yang ada dan aspirasi masyarakat.
Forum diskusi penyusunan reguler biasanya telah ditetapkan sebagai bagian
dari proses penyusunan regulasi organisasi publik. Sebagai contoh, di
Pemerintah,
(Musrenbang)
Mekanisme
merupakan
Musyawarah
forum
Perencanaan
diskusi
perumusan
Pembangunan
perencanaan
Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan
sebelumnya. Hasil catatan ini akan menjadi wujud tindak lanjut dari
keputusan organisasi publik yang menyangkut bagaimana regulasi publik akan
dihasilkan dan dilaksanakan.
Dalam istilah teknik, tahapan penyusunan regulasi publik diatur dengan aturan
masing-masing organisasi publik. Aturan tersebut dapat mengatur cara penyusunan
draft regulasi maupun tahapan mulai dari penyusunan, pembahasan, analisis hingga
penetapan regulasi.
2.3 Regulasi Dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan,
baik yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dari dalam organisasi. Oleh karena
itu, setiap organisasi publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan
organisasi dalam menghadapi isu dan permasalahan tersebut.
Semua proses
realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit, serta
pertanggung jawaban publik. Pada setiap tahapan tersebut, isu dan permasalahan
sering kali melingkupi, baik yang terkait secara fungsional maupun prosedural hingga
pada tataran pelaksanaannya sehingga hasil akhir dari setiap tahap dapat dipengaruhi.
Dalam menghadapinya, organisasi publik pun menggunakan regulasi publik sebagai
alat untuk memperlancar jalannya siklus akuntansi sektor publik agar tujuan
organisasi dapat tercapai.
Regulasi Perencanaan Publik
Contoh Hasil
Regulasi Publik
Peraturan Pemerintah No.7/2005 mengenai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM)
Undang-undang
Republik
Indonesia
Regulasi
tentang
Pelaksanaan
Peraturan
Presiden
Republik
2007
Otorisasi Kepala Daerah Dokumen
Pertanggungjawaban Publik
Laporan
Penerimaan
Pertanggungjawaban
Gubernur/Bupati/Walikota
Sebagai Contoh, berikut adalah siklus dan tabel regulasi publik pada masing-
asi Audit Sektor Publikmasing proses akuntansi sektor publik di organisasi pemerintahan.
Regulasi Penganggaran Publik
Regulasi Perencanaan Publik
Regulasi Penganggaran Publik
no
Penyelenggaraan
Musyawarah
Daerah
UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Negara
Pengadaan Barang dan Peraturan Presiden No 32 Tahun 2005 tentang
Jasa Publik
Pelaporan
2003
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Sektor Publik
Audit Sektor Publik
Daerah
SK BPK No.1 Tahun 2008 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara
Pertanggungjawaban
Publik
Pelaporan
Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
Pemerintah
Sebagai sebuah siklus, tahapan dalam akuntansi sektor publik saling terkait
dan mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh, hasil perencanaan yang tidak baik
akan mengakibatkan buruknya tahapan penyusunan anggaran. Karena itu, peran
regulasi publik pada siklus akuntansi sektor publiik ini sangatlah besar. Peran itu akan
menjadi dasar pendukung utama bagi berhasil tidaknya perjalanan siklus akuntansi
sektor publik.
2.4 Penyusunan Regulasi Publik
Regulasi dalam akuntansi sektor publik adalah instrumen aturan yang secara
sah ditetapkan oleh organisasi publik ketika menyelenggarakan pelaporan keuangan,
audit, serta pertanggungjawaban publik.
2.4.1 Perumusan Masalah
Penyusunan regulasi publik diawali dengan merumuskan masalah yang akan
diatur. Untuk itu kita harus menjawab pertanyaan apa masalah publik yang akan
diselesaikan? seorang perancang regulasi publik mampu mendeskripsikan masalah
publik tersebut. Salah satu cara untuk menggali permasalahan ini adalah melakukan
penelitian. Untuk masalah publik yang ada dalam masyarakat, observasi atas objek
permasalahan itu harus dilakukan.
Perumusan masalah publik meliputi hal-hal berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Terkait dengan akuntansi sektor publik, masalah-masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
TABEL 2.3 Contoh Masalah Publik tentang Akuntansi Sektor Publik
Tahapan Siklus ASP
Perencanaan Publik
Permasalahan
Pihak Terkait
Ketimpangan pelayanan Bagian
Perencanaan,
publik
Penganggaran publik
(keshatan, bagian
pendidikan)
Alokasi
stakeholder
anggaran Bagian anggran, bagian
peleyanan
Realisasi
publik keuangan
minimal
anggaran Jumlah pencairan dana Bagian anggran, bagian
publik
tidak
sesuai
anggran
Pengadaan barang dan Informasi
jasa publik
Pelaporan
program,
dengan keuangan
tidak Bagian
transparan
keuangan Ketidaktepatan
pengadaan,
organisasi
penyedia
sektor publik
Audit sektor publik
pelaporan
Kurangnya bukti
Audit
Pertanggungjawaban
Keterbatasan
eksternal
Kepala
publik
pendistribusian informasi
legislatif
internal,
audit
Organisasi,
tidaknya memisahkan antara organ pelaksana peraturan dan organ yang menetapkan
sanksi atas ketidakpatuhan, persyaratan yang mengikat organisasi publik pelaksana,
serta
apa
sanksi
yang
dapat
dijatuhkan
kepada
aparat
pelaksana
jika
larangan atau izin dan kewajiban melakukan hal tertentu atau dispensasi. Penyusunan
draft harus menjelaskan pilihan norma kelakuan yang dipilihnya dengan tujuan yang
hendak dicapai. Norma larangan akan menghasilkan bentuk pengaturan yang rinci
tentang perbuatan yang dilarang. Jika menginginkan perkecualia, maka norma juga
harus dirumuskan. Konsekuesinya adalah berupa perumusan sistem dan syarat
perizinannya.
diterapkan.
Pandangan sosiologi hukum dan psikologi hukum menganjurkan agar tahapan
penyebarluasan (sosialisasi) regulasi publik harus dilakukan. Hal ini diperlukan agar
terjadi komunikasi hukum antara regulasi publik dan masyarakat yang harus patuh.
Pola ini diperlukan agar terjadi internalisasi nilai dan norma yang diatur dalam
regulasi akuntansi sektor publik.
Karena
itu,
ada
tahap
pemahaman
dan
c. Perhitungan Kas dan Pencocokan antar Sisa Kas dan Sisa Perhitungan
di lengkapi dengan lampiran ringkasan perhitungan pendapatan dan
belanja (peraturan pemerintah Nomor 6 tahun1975 dan Keputusan
Mendagri Nomor 3 tahun 1999).
4. Pinjaman, baik pinjaman Pemda maupun BUMD, diperhitungkan sebagai
pendapatan pemerintah daerah, yang dalam sturktur APBD menurut
Kepmendagri NO. 903-057 Tahun 1998 tentang Penyempurnaan Bentuk dan
Susunan Anggaran Pendapatan Daerah masuk dalam pos Penerimaan
Pembangunan.
5. Unsur-Unsur yang terlibat dalam penyusunan APBD adalh Pemerintah Daerah
yang terdiri atas Kepala Daerah dan DPRD saja,
belum melibatkan
masyarakat.
6. Indikator kinerja Pemerintah Daerah mencakup :
a. Perbandingan antara anggaran dengan realisasinya.
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya.
c. Target dan presentase fisik proyek yang tercantum dalam penjabaran
perhitungan APBD (Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 Tentang
Cara Ppenyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan
Penyusunan Perhitungan APBD).
7. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah dan Laporan
Perhitungan APBD, baik yang dibahas DPRD maupun yang tidak di bahas
DPRD, tidak mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan Kepala Daerah.
2.5.2 Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Reformasi
Keuangan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Keuangan
Daerah
dalam
rangka
Pelaksanaan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan
DPRD;
11. Keputusan Presiden Nnomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaga Negara Republik Indonbesia
Nomor 3930);
12. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tanggal 17
November 2000 Nomor 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan
dan Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001;
13. Keputusan Presiden Nomor 28/M Tahun 2002;
14. Kpemendari Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman dan Pengurusan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah - APBD.
2.6. DASAR HUKUM KEUANGAN PUBLIK DI INDONESIA
Pada Sub bab ini akan dibahas tiga dasar hukum yakni dasar hukum keuangan
negara,dasar hukum keuangan daerah,dan dalm hukum keuangan organisasi publik
lainnya.pada bahasan pertama dan kedua akan lebih banyak membahas regulasi yang
berlaku di organisasi pemerintahan indonesia.sementara itu regulasi organisasi publik
non pemerintah lainnya akan dibahas pada hukum keuagan organisasi lainnya.
Penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi pelaksanaan
hak dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan
negara,baik keuangan negara mupun keuangan daerah,sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara profesional,terbuka,dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
2.6.1 Dasar Hukum Keuangan Negara
Keuangan negara dapat di interpretasikan sebagai pelaksanaan dan kewajiban
warga yang bisa di nilai dengan uang dalam kerangka tata cara penyelengaraan
pemerintahan.Wujud pelaksanaan keuangan negara tersebut dapat diidentifikasi
(1) Hak
pelaksanaan
dimaksud,mencakup:
pemerintah
Monopoli
mencetak
tugas-tugas
sesuai
dengan
mengedarkan uang
(2) Hak untuk memungut sumber-sumber
Darah Indonesia
keuangan,seperti pajak,bea dan cukai.
(2) Memajukan kesejahteraan umum
(3) Hak untuk memproduksi barang dan (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
(4) Ikut melaksanakan ketertiban
jasa yang dapat dinikmati oleh khayalan
dunia
yang
berdasarkan
umum ,yang dalam hal ini pemerintah
kemerdekaan,perdamaian
dapat memperoleh (Kontra prestasi)
abadi,dan keadila sosial
sebagai sumber penerimaan negara
Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah dilakukan dalam bentuk
pengeluaran dan diakui sebagai belanja negara.Dalam UUD 1945 Amandemen III,hal
Keuangan Negara,secara khusus diatur,yaitu pada BAB VIII Pasal 23 yang berbunyi
sebagai berikut:
a
kemakmuran masyarakat.
Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 23 C:
Hal-Hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan Undang-Undang
Pasal 23 D:
Negara
memiliki
suatu
bank
susunan,kedudukan,kewenangan,tanggungjawab,dan
sentral
dengan
independensinya
diatur
dengan Undang-Undang.
Berdasarkan
ketentuan
tersebut,Undang-Undang
tentang
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun anggaran yang bersangkutan
akan ditetapkan.penyusunan APBN bukan hanya untuk memenuhi ketentuan
konstitusional yang dimaksud pada Pasal 23 ayat (1) UUD 1945,tetapi juga sebagai
dasar rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan.Karena itu,penyusunannya didasarkan atas Rencana Pembangunan
Jangka Panjang dan rencana Pembangunan jangka Menengah,dan pelaksanannya
dituangkan
dalam
Undang-Undang
yang
dijalankan
oleh
Presiden/Wakil
tentang
APBN,sementara
nota
keuangan
dan
dokumen-dokumen
Kebijakan
umum,APBD
disepakati
dengan
DPRD.
Pemerintah Daerah bersama DPRD mebahas prioritas dan plafon anggaran yang
dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
d. Hubungan
Keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Bank
Pusat
dan
Perusahan
negara.
Gubernur/Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
perusahaan daerah.
Pemerintah pusat dapat melakukan penjualan dan privatisasi perusahaan
daerah setelah
mendapat prsetujuan DPRD.
dan
para
Kepala
Daerah
mempunyai
kewajiban
untuk
dimaksud
dalam
UUD
1945.harus
dilaksanakn
secara
demokrasi,ekonomi,dan
teknologi.Karena
itu,Undang-Undang
Pelaksanaan pemeriksaan:
Penentuan objek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan,
penentuan waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan
pemeriksaan, dilakukan secara bebas dan mandiri oleh BPK. Dalam merencanakan
tugas pemeriksaan, BPK memperhatikan permintaan, saran, dan pendapat lembaga
perwakilan. Dan, untuk melaksanakan hal itu, BPK atau lembaga perwakilan dapat
mengadakan pertemuan konsultasi.
Dalam perencanaan tugas pemeriksaan, BPK dapat mempertimbangkan
informasi dari pemerintah, bank sentral, dan masyarakat. Dalam menyelenggarakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK dapat
memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat penawasan internal pemerintah. Karena itu,
laporan hasil pemeriksaan internal pemerintah wajib disampaikan kepada BPK.
(Deddi Nordiawan, 2006).
Undang-undang No. 25 Tahun 2004 (Tentang Sistem Perencenaan Pembangunan
Nasional)
Sistem Perencenaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan dari tata
cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menegah dan jangka tahunan yang dilaksakan oleh unsur
penyelenggara negara serta masyarakat ditingkat pusat dan daerah. Sistem
Perencenaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk: mendukung koordinasi antar
pelaku pembangunan; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antar pusat
dan daerah; menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; serta
menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif berkedilan, dan
berkelanjutan.
Perencenaan Pembangunan Nasional menghasilkan:
a. Rencana pembangunan jangka panjang;
b. Rencana pembangunan jangka menegah;
c. Rencana pembangunan tahunan.
Politik;
Teknokratik;
Partisipatif;
Atas-bawah (top-down);
Bawah-atas (botton-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/ Kepala Daerah
tersebut
adalah
untuk mendapatkan
aspirasi dan
berhak
menetapkan
peraturan
daerah
dan
peraturan-peraturan
lain
untuk
bagi posisi akuntansi sector public dan manajemen pemerintah dan organisasi sector
public lainnya. Jadi tujuan akuntansi sector public adalah untuk memastikan kualitas
laporan keuangan dalam pertanggungjawaban public.
Sebagai perspektif baru, berbagai prasarana akuntansi sector public perlu di
bangun, seperti:
a. Standar Akuntansi Sector Public untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan organisasi sector public lainnya.
b. Account code untuk Ppemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun
organisasi sector public lainnya.
c. Jenis Buku Besar atau Ledger Yang menjadi pusat pencatatan data primer atas
semua transaksi keuangan Pemerintah.
d. Manual Sitem Akuntansi Pemerintah dan Organisasi lainnya yang menjadi
pedoman atas jenin-jenis transaksi dan perlakuan akuntansinya.
Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas di bidang akuntansi dapat
melakukan pencatatan, peringkasan, dan pelaporan keuangan, baik secara manual
maupun komputasi. Akibat dan tersediannya prasarana di atas, muncul persepsi
bahwa :
a. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit,
b. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang terdidik dalam jangka waktu
panjang.
2.8. BARANG DAN JASA PUBLIK
2.8.1.Barang dan Jasa Publik vs Barang dan Jasa Swasta
Barang public adalah barang kolektif yang seharusnya di kuasai oleh Negara
atau pemerintah. Sifatnya tidak ekslusif dan diperuntungkan bagi kepentingan seluruh
warga dalam skala luas, syukur kalau bisa dinikmati warga secara gratis, misalnya
udara bersih, air bersih, dan lingkungan yang aman. Sedangkan barang swasta adalah
barang spesifik yang dimilik oleh swasta. Sifatnya ekslusif dan hanya bisa dinikmati
oleh mereka yang mampu membelinya, Karena harganya di sesuaikan dengan harga
pasar menurut rumus sang penjual, yaiyu harus untung sebesar-besarnya, misalnya
perumahan mewah, villa, dan hotel.
Ada lagi barang setenga kolektif yang dimiliki oleh swasta atau milik
patungan swasta dan pemerintah. Seharusnya barang ini tidak boleh berifat ekslusif,
dan pemerintah harus ikut menentukan Harga penjualannya, yang biasanya tidak
terjangkau oleh rakyat kecil, misalnya sekolah swasta dan rumah sakit swasta. Pada
dasarnya, swasta hanya akan merasa bertanggungjawab atas biaya dan manfaat yang
menunguntungkan dirinya sendiri. Swasta umumnya tidak peduli terhadap biaya dan
manfaat social, misalnya kerusakan lingkungan, baik local maupun dalam skala
wilayah yang lebih luas lagi, yang di akibatkan oleh proses produksi barang swasta
tersebut. Mereka menganggap biaya dan manfaat social akan mengurangi keuntungan
(opportunity cost), apalagi biaya dan manfaat social ini sulit dihitung dan tidak ada
padanan harganya di pasar. Swasta akan bersedia bertanggungjawab terhadap biaya
dan manfaat social yang telah di atur dalam perundang-undangan/peraturan formal.
Dan, dalam hal ini, pelaksanaan hokum dan moral harus didukung dan
diawasi oleh seluruh warga masyarkat.
2.8.2. Konsep-Konsep Pokok Barang dan Jasa Publik
Siapa yang akan membayar suatu pelayanan ( baik sector swasta maupun
pemerintah ) ditentukan oleh apakah barang itu milik swasta atu pemerintah. Barang (
atau pelayanan ) public (public good ) diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat
luas. Oleh karena itu, pemerintah menjamin mutu barang/ pelayanan public yang
diberikan. Barang (atau pekayanan ) swasta ( private good ) biasanya dipergunakan
hanya oleh konsumen, di mana harga pasar consensus yang ditentukan oleh
konsumen dan produsen.
Suatu barang dikategorikan sebagai barang swasta atau publik dalam
kaitanya dengan tingkat excludability dan persaingannya. Tingkat excludability suatu
barang ditentukan dengan kondisi dimana konsumen dan produsen barang atau
pelayanan tersebut. Apabila tingkat excludability rendah, maka penumpng gratis
dapat diidentifikasikan sebagai permasalahan. Sebagai contoh, penyelengaraan
sebuah konser music ditempat terbuka; dengan mengenakan biaya tertentu dalam
penjualan karcis kepada penonton, penumpang gratis tidak terjadi; namun, ketika
suara music melampaui ruangan, maka warga sekitar menjadi penumpang gratis.
Jika suatu barang memiliki daya saing yang tinggi, barang tersebut
dipergunakan
pelayanan
yang
bias
dimanfaatkan
secara
bersama-sama
cenderung
membutuhkan investasi dalam skala besar, sehingga organisasi sector public mampu
berinvestasi pelayanan semacam itu. Dalam kasus system Build-Operate-Transfer,
organisasi sector public melakukan investasi yang diperlukan , dan organisasi swasta
menjalankannya dengan menggunakan biaya pada pemakai.
Barang yang berdaya saing tinggi , tetapi non excludable, disebut common
pool goods. Contohnya adalah pengadaan air di sebuah desa; meskipun termasuk
barang yang non-excludable, namun penggunaan secara berlebihan akan mengurangi
kesempatan bagi orang lain untuk menggunakannya. Air berkarakter non-excludable,
sehingga tidak dapat dipungut bayaran dan dibutuhkan dana public.
TABEL 2.2 Jenis Barang Menurut Excludability dan Persaingan
Persaingan Rendah
Excludability Rendah
Excludability Tinggi
Barang Publik (biaya Barang Toll (campuran
Persaingan Tinggi
sektor publik)
Common pool
.
2.8.3. Kebijakan Ppengadaan Barang dan Jasa Publik
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) memeberikan prioritas yang tinggi
terhadap berbagai reformasi penyelenggaraan pemerintah secara menyeluruh,
manajemen sektor publik yang lebih mantap, pembinaan kelembagaan, dan
pemberntasan korupsi.
Masyarakat juga memberikan dukungan yang kuat terhadap pelaksanaan
reformasi penyelenggaraan pemerintah. Pemerintah telah mengambil beberapa
inisiatif untuk memperbaiki penyelenggaraan pemerintah, yaitu: (a) reformasi hukum
dan yudikatif, termasuk pembentukan Komisi Ombudsman untuk menanggapi
masalah korupsi dan pembentukan Komisi Reformasi Hukum, (b) perumusan strategi
reformasi pegawai negeri sipil, (c) rancangan undang-undang untuk memantapkan
manajemen keuangan pemerintah, (d) pembentukan Komisi Anti Korupsi, dan (e)
pembentukan Kemitraan bagi pembaruan tata pemertintahan di Indonesia yang di
dukung oleh UNDP, Bank Dunia, dn ADB.
Demikian pula, dalam pengadaan barang dan jasa, pemerintah telah
menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang
dan
Jasa
Instansi
Pemerintah,
sebagai
penyempurnaan dari aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu keppres 80 tahun 2003.
Peraturan-peraturan tersebut merupakan implementasi dari UU No.9 Tahun 1999
tentang Usaha Kecil, UU no.5 Tahun 2000 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usahayng Tidak Sehat, UU no.28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
negara Bersih dan Bersih dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; semua ditujukan untuk
mengatur pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa sesuaio dengan tugas,
fungsi, hak dan kewajiban serta peranan masing-masing pihak dalam proses
pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan Instansi Pemerintah.
Tujuannnya adalah untuk memperoleh barang/jasa Yng dibutuhkan Instansi
Pemerintah dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas dan harga yang dapat
dipertanggungjawabkan, serta dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan
efisien menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku.
Keppres No. 61 Tahun 2004 telah mengatur dengan tegas danjelas mengenai
prosedur pengadaan barang/jasa termasuk pembinaan dan pengawasannya. Peranaan
asosiasi dunia usaha yang telah mengenal dan mengerti tentang pentingnya
manajemen usaha yang profesional perlu dioptimalkan. Asosiasi dunia usaha perlu
berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dalam pembangunan.
2.9.2
ini
selanjutnya
dapat
menimbulkan
berbagai
bawahnya. Dalam banyak kajian, beberapa ayat atau pasal dari Undangundang atau regulasi terkait sering menimbulkan berbagai interpretasi
yang berbeda dalam pelaksanaannya. Di tingkat daerah, substansi dari isi
undang-undang terkait tidak dapat diturunkan dalam peraturan daerah.
Kondisi ini membuat tujuan peraturan pemerintah tidak dapat tercapai
sesuai konsep awalnya.
2.9.4
regulasi pun juga mengikuti perubahan yang ada. Sejumlah besar revisi atau
penyusunan regulasi
yang tanpa sanksi. Dalam kasus ini, sanksi yang di maksud adalah hukuman
jika organisasi publik tidak melaksanakan regulasi tersebut. Dengan tidak
adanya sanksi, organisasi akan seenaknya melaksanakan atau tidak
melaksanakan regulasi tersebut.
Sebuah regulasi disusun dan disahkan dengan tujuan tertentu, yang dalam
konteks ini sudah tentu kesejahteraan publik. Jika organisasi tidak
melaksanakan regulasi tersebut, secara otomatis tujuan kesejahteraan publik
tidak akan dapat tercapai. Karena itu, samksi terhadap organisasi yang tidak
melaksanakan regulasi hendaknya dicantumkan dalam rgulasi publik.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, I. 2005. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik, Edisi IV . Penerbit Andi.
Andayani, W. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Bayumedia Publishing. Malang.
http://lisnachan.blogspot.com