Anda di halaman 1dari 9

0

PEMANFAATAN ENZIM LAKTASE DARI BAKTERI Lactobacillus


acidophilus SEBAGAI SOLUSI TERHADAP PENYAKIT INTOLERANSI
LAKTOSA

MAKALAH

Oleh:
1. ARLINA DWI NUR ISMA

120332400223

2. NIO MAHARANI PUTRI

120332421480

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
April 2015

Judul: Pemanfaatan Enzim Laktase dari Bakteri Lactobacillus acidophilus


Sebagai Solusi terhadap Penyakit Intoleransi Laktosa
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Setiap orang memiliki kemampuan pencernaan yang berbeda-beda di dalam
tubuhnya, misalnya dalam hal mengonsumsi susu. Ada orang yang mengalami
mual, kembung, dan diare setelah mengonsumsi susu. Hal ini disebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mencerna senyawa laktosa yang terdapat dalam
susu tersebut atau lebih dikenal dengan istilah intoleransi laktosa. Data orang yang
terkena diare yakni sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Di Indonesia diperkirakan penderita diare sekitar 60 juta keadaan setiap
tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak-anak dibawah
umur 5 tahun (Suraatmaja, 2007). Hal yang senada juga dibuktikan dengan survei
morbiditas yang telah dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan pada
tahun 2000-2010 cenderung mengalami kenaikan. Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare juga masih sering terjadi. Pada tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang, sedangkan tahun
2010 terjadi KLB diare di 33 Kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan
kematian 73 orang (Kemenkes, 2011). Hal itu menunjukkan tingginya jumlah
orang yang terkena diare, meskipun belum diketahui secara pasti prosentase diare
yang disebabkan penyakit intoleransi laktosa.
Laktosa banyak terdapat pada makanan seperti susu maupun keju. Pada
umumnya penderita intoleransi laktosa akan mengalami ketidaknyamanan ketika
mengkonsumsi susu atau produk makanan lainnya yang mengandung laktosa.
Adapun gejala umum yang sering muncul yakni mual, keram perut, kejang,
kembung, dan diare. Gejala ini muncul kira-kira 30 menit hingga 2 jam setelah
mengkonsumsi produk yang mengandung laktosa.
Pencernaan laktosa di dalam tubuh dibantu oleh enzim laktase. Enzim laktase
ini berfungsi untuk memecah laktosa pada susu menjadi dua bagian yaitu glukosa
dan galaktosa untuk selanjutnya diserap oleh usus halus dan diedarkan melalui

1
20

pembuluh darah. Laktosa yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat dicerna tanpa
adanya bantuan dari enzim laktase ini.
Produksi enzim ini terjadi di dalam usus halus dan mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Disisi lain, ada sejenis bakteri yang
dapat memproduksi enzim laktase yaitu Lactobacillus acidophilus. Lactobacillus
acidophilus merupakan spesies dari bakteri gram positif. Bakteri Lactobacillus
acidophilus ini banyak terdapat pada saluran pencernaan hewan dan manusia.
Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat diisolasi untuk selanjutnya dapat
dimanfaatkan oleh manusia, khususnya bagi orang yang terkena intoleransi
laktosa.
Berdasarkan fakta di atas, maka penulis mengangkat judul Pemanfaatan
Enzim Laktase dari Bakteri Lactobacillus acidophilus Sebagai Solusi terhadap
Penyakit Intoleransi Laktosa sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap
penderita intoleransi laktosa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Mengapa enzim laktase dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit
intoleransi laktase ?
b. Bagaimana pengaruh enzim laktase dari bakteri lactobacillus acidophilus
dalam mengatasi masalah intoleransi laktosa?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai yaitu
a. Untuk mengetahui alasan pemanfaatan enzim laktase untuk menyembuhkan
penyakit intoleransi laktosa pada manusia.
b. Untuk mengetahui pengaruh enzim laktase dalam mengatasi masalah
intoleransi laktosa.

30

2. Pembahasan
2.1 Alasan Pemanfaatan Enzim Laktase Untuk Menyembuhkan Penyakit
Intoleransi Laktosa Pada Manusia
Laktosa banyak terdapat pada susu. ASI mengandung 7% laktosa, sedangkan
susu sapi hanya mengandung 4% (Sinuhaji, 2006). Laktosa tidak dapat diserap
oleh tubuh kecuali jika telah diurai menjadi glukosa dan galaktosa. Senyawa
galaktosa hasil penguraian laktosa ini berperan penting dalam pembentukkan
serebiosa, yakni komponen penting pada perkembangan faal fungsi otak.
Sementara glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh.
Laktosa yang tidak dicerna ini selanjutnya akan masuk ke dalam usus besar
untuk difermentasi oleh bakteri yang terdapat pada usus besar tersebut. Interaksi
bateri dengan laktosa inilah yang menimbulkan reaksi tubuh seperti kram perut,
mual, keluarnya gas H2S (kentut) beberapa saat setelah mengonsumsi produk yang
mengandung susu. Penguraian laktosa di dalam tubuh menjadi glukosa dan
galaktosa dibantu oleh enzim laktase. Hal ini disebabkan laktosa memiliki ikatan
galacotse 1,4 glukosa sementara enzim laktase kerjanya spesifik yakni hanya
memutus ikatan glikosidik 1,4. Adapun mekanisme reaksi enzim laktase dalam
menghidrolisis laktosa yaitu

Gambar 1.1. Proses reaksi penguraian laktosa dengan bantuan enzim laktase.
Enzim laktase merupakan salah satu enzim pencernaan. Enzim ini termasuk ke
dalam kelas enzim -galactosidase. Menurut Barlianto (dalam Thedfreeze, 2011)
menjelaskan bahwa laktase disintesis di retikulum endoplasma sebagai polipeptida

40

tunggal dan mengalami glikosilasi menjadi manosa. Setelah itu, laktase


ditransportasikan dan diinsersikan pada membran mikrovilus. Hal ini senada
dengan penjelasan Tuhuteru (1999) bahwa enzim laktase adalah enzim yang
terdapat dalam usus halus, tepatnya di brush border dari vili usus. Secara alami,
enzim ini sudah ada dalam tubuh manusia. Namun, produksi enzim ini mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya usia seseorang.

Gambar 1.2. Laktase terletak pada brush border vili usus halus

2.2 Pengaruh Enzim Laktase dari Bakteri Lactobacillus acidophilus dalam


Mengatasi Masalah Intoleransi Laktosa
Ada berbagai cara untuk menangani intoleransi laktosa. Beberapa cara untuk
menangani intoleransi laktosa diantaranya membatasi konsumsi produk susu yang
mengandung laktosa, mengonsumsi olahan dari hasil fermentasi susu seperti keju
dan yoghurt sebagai pengganti susu, dan merubah pola makan yang tepat. Hal ini
telah banyak dilakukan oleh beberapa orang yang menderita intoleransi laktosa
dalam pencegahan munculnya gejala-gejala penyakit tersebut. Misalnya
membatasi konsumsi produk susu yang mengandung laktosa. Hal ini dilakukan
secara terus menerus hingga penyebab utama intoleransi laktosanya hilang. Cara
ini sebaiknya dilakukan secara bertahap supaya tidak timbul masalah baru dalam
kesehatan tubuh seseorang.
Seseorang yang terkena intoleransi laktosa dapat mengonsumsi produk susu
fermentasi misalnya keju matang, mentega, dan yogurt. Hal ini dikarenakan
umumnya jenis makanan ini dapat ditoleransi lebih baik dibanding susu. Selain
itu, bisa juga minum susu yang mengandung banyak lemak susu karena lemak
dapat memperlambat transportasi susu dalam saluran pencernaan sehingga dapat

5
0

menyediakan waktu yang cukup untuk enzim laktase memecah gula susu. Namun,
jika meminum susu rendah lemak, justru akan menimbulkan gejala pada orang
yang terkena intoleransi laktosa karena susu rendah lemak mengandung serbuk
susu skim yang mengandung laktosa lebih banyak (Muchlas, 2013)

Gambar 2.1. Makanan Sehat


Upaya pencegahan selanjutnya yaitu merubah pola makan. Pola makan pada
penderita intoleransi laktosa perlu diatur sedemikian rupa. Misalnya mengatur
jumlah konsumsi susu, pemilihan produk-produk susu, dan produk-produk
makanan lain yang rendah laktosa. Hal ini dilakukan supaya penderita tidak
terlalu berlebihan mengonsumsi laktosa. Namun upaya ini kurang efektif karena
banyak orang yang tidak tahu batas laktosanya. Hal ini disebabkan tingkat
intoleransi laktosa tiap orang berbeda.
Selain itu, ada cara lain selain merubah pola makan yaitu terapi
mengkonsumsi enzim laktase yang telah diproduksi dalam bentuk pil. Pil tersebut
telah dijual di beberapa apotek dengan harga yang sangat mahal. Bahkan di
apotek-apotek di Indonesia jarang ada yang menjual pil enzim laktase. Menurut
Bastin (dalam Thedfreeze, 2011) menerangkan Produk-produk enzim telah ada
dalam sediaan tablet ataupun cair dapat digunakan dalam mengatasi intoleransi
laktosa. Sediaan enzim ini dapat dikonsumsi sebelum makan, dapat pula
dicampurkan dalam makanan, atau dicampur ke dalam produk susu untuk
menghidrolis laktosa terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Dengan suplemen
enzim ini diharapkan penderita intoleransi laktosa dapat memperoleh nutrisi yang
cukup dari produk-produk susu tanpa terganggu dengan adanya gejala intoleransi
laktosa.
Berdasarkan pembahasan mengenai cara-cara mengatasi intoleransi laktosa
berserta kelemahannya di atas, penulis menawarkan solusi yang lebih efektif
dalam mengatasi intoleransi laktosa berupa penggunaan enzim laktase yang

60

diisolasi dari bakteri Lactobacillus acidophilus. Hal ini disebabkan keberadaan


bakteri ini mudah ditemui di alam, yaitu di dalam sistem pencernaan hewan dan
manusia. Hal ini sebagaimana pernyataan Alkolkar (dalam Thedfreeze, 2011)
yang menjelaskan bahwa berdasarkan namanya, bakteri ini merupakan bakteri
Lactobacillus yang umumnya ditemukan di dalam gastro intestinal manusia,
hewan, mulut, dan vagina.
Bakteri Lactobacillus acidophilus berbentuk kokus atau batang, bersifat non
motil, dan nonspora. Bakteri Lactobacillus acidophilus dapat hidup secara aerob
maupun anaerob dan dapat hidup di lingkungan yang sangat asam seperti pada pH
4-5 atau dibawahnya. Selain itu, bakteri Lactobacillus acidophilus ini juga dapat
diperoleh dari ragi hasil fermentasi. Adapun langkah-langkah isolasi enzim
laktase dari bakteri Lactobacillus acidophilus meliputi proses fermentasi, isolasi,
dan pengemasan. Pada proses fermentasi akan terjadi perkembangbiakan bakteri
sehingga dapat dihasilkan enzim laktase. Enzim laktase yang dihasilkan ini masih
bercampur dengan bakteri tersebut sehingga perlu dilakukan isolasi dan
pemurnian. Langkah selanjutnya enzim laktase yang telah dimurnikan ini dapat
dikemas dalam bentuk suplemen, kemudian dapat dikonsumsi dengan cara
dicampurkan ke dalam produk makanan atau minuman yang mengandung laktosa.
Suplemen enzim laktase dari hasil isolasi bakteri Lactobacillus acidophilus ini
dapat dijadikan solusi yang lebih efektif untuk menangani masalah intoleransi
laktosa. Hal itu mengingat keberadaan bakteri ini cukup melimpah di alam.

Gambar 2.1 Bakteri Lactobacillus acidophilus

7
0

3. Penutup
3.1 Simpulan
Enzim laktase dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit intoleransi
laktosa karena enzim ini dapat memutus ikatan glikosidik 1,4 yang terdapat pada
laktosa. Pemutusan ikatan glikosidik 1,4 ini mengakibatkan laktosa menjadi
terurai menjadi dua komponen yakni glukosa dan galaktosa. Selanjutnya glukosa
dan galaktosa ini dapat diserap oleh tubuh.
Bakteri Lactobacillus achidopillus dapat mensintesis enzim laktase yang
berfungsi untuk menguraikan laktosa yang terdapat dalam beberapa makanan dan
minuman menjadi glukosa dan galaktosa yang kemudian dicerna oleh tubuh
manusia. Bakteri Lactobacillus achidopillus sendiri dapat diisolasi dari ragi
melalui beberapa tahap, meliputi fermentasi, isolasi, dan pengemasan.
Penggunaan suplemen enzim laktase dari hasi isolasi bakteri Lactobacillus
achidopillus sebagai solusi yang cukup efektif untuk mengatasi masalah
intoleransi laktosa karena bakteri ini keberadaannya melimpah di alam.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas Penulis menyarakan kepada para penderita
intoleransi laktosa agar menggunakan suplemen enzim laktase dari hasil isolasi
bakteri Lactobacillus achidopillus untuk menyembuhkan penyakit intolarensi
laktosa yang dideritanya. Selain itu, Penulis juga menghimbau kepada ahli
farmasi untuk memproduksi suplemen enzim laktase dari bakteri Lactobacillus
achidopillus dalam jumlah besar agar dapat dikonsumsi masyarakat yang
menderita intoleransi laktosa secara luas.
Daftar Pustaka
Thedfreeze. 2011. Isolasi Enzim Laktase pada Bakteri Lactobacillus acidophilus
untuk Penderita Intoleransi Laktase Sekunder, (online), (http://smart
fresh.blogspot.com/2011/12/isolasi-enzim-laktase-pada-bakteri.html?
m=1), diakses 1 Maret 2015.
Fatchurrohman. 2014. Pengertian Makanan Sehat, (online),
(http://www.samishare.com/pengertian-makanan-sehat/), diakses 22 Maret
2015.

80

William, James. 2013. Penyebab, Gejala, & Cara Mengatasi Intoleransi Laktosa,
(online), (http://www.jendelasarjana.com/2013/08/intoleransilaktosa.html?m=1), diakses 22 Maret 2015.
Muchlas, Muhammad. 2013. Yuk Minum Susu, Gak Usah Takut Dengan Laktosa
Intolerant, (online), (https://muchlassains.wordpress.com/2013/06/18/yukminum-susu-gak-usah-takut-dengan-laktosa-intolerant/), diakses 19 Maret
2015.

Anda mungkin juga menyukai