A. Latar Belakang
Sistem ekonomi Islam memberikan kesempatan kepada umatnya
untuk
beribadah
dan
bermuamalah
dalam
rangka
memenuhi
Al-Quran
surat
Lukman
34
Allah
secara
tegas
2 Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmuul Fatawaa (21/144) menyebutkan bahwa mencari
kekayaan itu bisa jadi hukumnya adalah wajib, yaitu berlaku pada perkara-perkara yang
harus dilakukan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban. Para ulama ushul mengatakan,
Maa Laa Yatimmul waajibu illa bihi, fa huwa waajib.. Ketika suatu kewajiban tidak
dapat sempurna (terlaksana) kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain
itu menjadi wajib hukumnya.
harta,
hendaklah
dia
menggunakannya
berbisnis
4 Dalam Q.S Luqman ayat 34 Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya Allah,
hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun
yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-quran in word 2010).[1187] Maksudnya:
manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok
atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka diwajibkan berusaha.
Ayat tersebut menjadi dasar pemikiran konsep risiko dalam Islam, khususnya kegiatan
usaha dan investasi. Selanjutnya dalam surat Al Hasyr ayat 18, Allah berfirman yang
artinya Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-quran
in word 2010).
5 Meskipun hadits ini tergolong dlaif, sehingga muncul perbedaan pendapat mengenai
kewajiban zakat atas harta anak yatim yang belum baligh, tetapi pendapat yang kuat
menyatakan bahwa anak yatim yang kekayaannya telah mencapai satu nishab, mungkin dia dapatkan dari warisan atau lainnya- maka walinya wajib mengeluarkan
zakat atas harta itu. http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/kecerdasan-finansial/188investasi-dalam-pandangan-al-qur-an-sunnah. Accesed 20 Oktober 2015.
Bahkan
dalam
tingkat
makro,
sebuah
negara
juga
6 Anugerah Allah Swt yang tiada terhingga Allah Swt berfirman dalam (QS. AnNahl [16]:14): Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (Alquran in word 2010).Dalam (QS. Al-Hijr [15]:19-20) Allah berfirman yang artinya Dan
Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan
untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhlukmakhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. (Al-quran in word
2010).
Ayat ini menjelaskan diperbolehkannya manusia untuk memanfaatkan hasil
bumi, baik pertanian, pertambangan, bahkan hewan dan tumbuhan untuk kebutuhan
manusia. Manusia bisa memanfaatkannya untuk kemakmuran hidup atau jalan
memperoleh kekayaan.
7 http://www.yarsi.ac.id/web-directory/kolom-dosen/70-fakultas-ekonomi/196-risiko-danspekulasi-dalam-investasi-syariah.html
Return
PEMBAHASAN
A. Risiko dalam Pandangan Konvensional
8 Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syariiyyah Modern.
Yogyakarata: Andi Offset.
Risiko
dapat
dikatakan
sebagai
suatu
peluang
terjadinya
dari
sebuah
masalah
keuangan
yang
secara
ekstrim
jawabannya.
Perkiraan
atas
risiko
ini
hanya
munculnya
memiliki
sistem profit-share (bagi hasil) tidak terdapat suatu fixed and certain
return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan loss and profit sharing
berdasarkan produktifitas nyata dari dana tersebut. Meskipun nisbah
bagi hasil disepakati pada saat awal, tetapi perolehan riil dari bagi
hasil ini baru diketahui setelah dana benar -benar menghasilkan.
Sehingga yang bersifat pasti dari sistem ini adalah nisbah bagi
hasilnya, bukan nilai riil bagi hasilnya. Terdapat kemungkinan fluktuasi
dalam bagi hasil yang nyata, tergantung pada produktifitas nyata dari
pemanfaatan dana10. Menurut Jones, ada dua tipe risiko, yaitu11:
1. Risiko sistematik (systematic Risk)
Adalah risiko yang berkaitan dengan kondisi yang terjadi di
pasar secara umum, yaitu risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko
inflasi, risiko nilai tukar, dan risiko pasar. Disebut pula risiko tidak
diversifikasi.
2. Risiko non-sistematik (non-systematic risk)
Adalah risiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan yang
terjadi secara individual, yakni risiko bisnis, risiko laverage, dan
risiko likuiditas. Disebut pula risiko diversifikasi, risiko residual,
risiko unik, atau risiko khusus perusahaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa risiko
adalah
kemungkinan
risiko
adalah
kehilangan
miliknya
1. Risiko yang wajib adalah risiko dalam investasi yang tidak bisa
dihindarkan sebagai konsekuensi bisnis secara alami. Dalam
investasi risiko harus berbanding lurus dengan keuntungan, jika
ada risiko maka ada hak atas keuntungan dan sebaliknya, jika
tidak ada risiko maka tidak ada hak atas keuntungan. Dalam
bisnis risiko memiliki tiga kriteria:
a. Dapat diabaikan ( al-gharar al-yasir)
Untuk suatu torelabe risk kemungkinan dari kegagalan
haruslah
lebih
kecil
daripada
kemungkinan
tingkat
keberhasilannya.
b. Tidak dapat dihnarkan (inevitable/ la yumkinu at-taharruz
anhu)
Mengindikasi bahwa tingkat penambahan nilai dari suatu
aktivitas transaksi tidak dapat di wujudkan tanpa adanya
kesiapan untuk menanggung risiko.
c. Tidak diinginkan dengan sengaja (unintentional/ ghairu
maqshud)
Mengisyaratkan
bahwa
tujuan
dari
suatu
transaksi
seseorang
yang
membeli
barang
dengan
maksud
adalah
munculnya
sebuah
hasil
kondisi
yang
lebih
dimana
dari
terdapat
satu,
tetapi
0,0
Hasil
horizontal
menyatakan
hasil
kejadian.
Gambar
ini
0,0
Hasil
A
sepeda
motor
Suzuki
Shogun-125-nya,
Ali
adalah
Rp.13.000.000,00.
Motor
tersebut
akan
ini
terjadi
ketidakpastian
menyangkut
waktu
12
dalam
karena
kontrak
ini
adalah
kontrak-kontrak
kontrak-kontrak
investasi
secara
keuantungan.
Di
sini
keuntungan
dan
karakter
aksi
spekulasi,
suatu
pertukaran
akan
memperoleh
keuntungan,
permainan
tersebut
awal
untuk
melakukan sharing
terhadap
risiko
dan
akan
menghadapi
Dalam
menanggungnya
menghadapi
secara
risiko
individual
ini,
dan
manusia
dapat
pula
dapat
secara
bersama-sama. Dalam hal menanggung risiko secara bersamasama, mereka dapat melakukan kerjasama yang bersifat saling
menolong (non-komersial), yaitu setiap individu mendonasikan
dananya (tabarru`)untuk digunakan membantu diantara mereka
yang tertimpa musibah.
D. Return dalam Pandangan Konvensioanal dan Islam
Return atau pengembalian adalah keuntungan
yang
yang
akan
diperoleh
di
masa
mendatang.
Return
23 Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Teori Portofolio dan Analisis
Investasi Teori dan Soal Jawab, 2009, hal. 151-152.
24 Namora, Perbandingan Market Performance dan Karakteristik Keuangan Perusahaan
Sektor AnekaIndustri dengan Sektor Properti Real Estat, Tesis, Program Studi Magister
Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Pelita Harapan Jakarta (2006), hal 13.
diperoleh
secara
periodik
dari
suatu
investasi.
Jika
atau
obligasi),
yang
bisa
memberikan
keuntungan
return
ekspektasi.
realisasi
ini
yang sifatnya
sifatnya
sudah terjadi,
belum
return
terjadi.
27 Yang artinya Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang
dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih, (35) pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada
mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Quran in word 2010).
28 Abdullah Lam bin Ibrahin, Fiqih Financial; Referensi Lengkap Kaum Hartawan dan Calon Hartawan
Muslim untuk Mengelola Hartanya Agar Menjadi Berkah, (diterjemahkan oleh Abu Sarah, Taufiq Khudlori
Setiawan), (Solo : Era Intermedia; 2005), Hlm. 31
18
Dari perumpamaan tersebut, dapat pula dikatakan menurut paham Abu Dzar,
bekerja dalam Islam diwajibkan, namun mengambil return atas investasi melebihi
kebutuhan pokoknya diharamkan. Kelebihan harta atas kebutuhan pokok harus
didistribusikan dalam instrumen-instrumen keuangan. Namun bila ditinjau lebih
jauh, tidak terdapat unsur kuantitas dalam ayat tersebut. Artinya, hukuman Allah
diperuntukkan hanya bagi (harta untuk dirinya
sendiri) tanpa mempertimbangkan kemaslahatan umat. Dalam hal ini bisa dikatakan
sebagai perilaku penimbunan (ikhtikar).
Secara kontekstual, hukuman Allah di atas tidak termasuk didalamnya bagi
para penabung (iddtikar) untuk persiapan hari esok. Kehidupan di dunia bersifat
fluktuatif, kebutuhan manusia-pun sifatnya labil. Bisa berarti kebutuhan tersier hari
ini merupakan kebutuhan pokok di masa mendatang. Untuk itulah menabung sangat
perlu guna berjaga-jaga (precantionary motive) di hari esok. Menurut jumhur ulama
dinyatakan bahwa tidak ada batasan maksimal kepemilikan harta sejauh menjaga
kaidah-kaidah dalam berusaha dan menggunakan harta benda sesuai syariat.
Manusia tidak bersalah dan tidak akan dihisab karena mengumpulkan harta benda
yang tidak terkira dan tidak terhitung tersebut29.
E. Kaidah Fikih dan Mitigasi Risiko
Konsep ketidakpastian dalam ekonomi islam menjadi salah
satu pilar penting dalam proses manajemen risiko islami 30. Kaidah
syariah tentang imbal hasil dan risiko adalah Al ghunmu bil ghurmi,
artinya risiko akan selalu menyertai setiap ekspektasi return atau
imbal hasil.
Para ulama telah bersepakat bahwa terdapat dua kaidah
penting yang harus diperhatikan dalam menjalankan bisnis dan
setiap transaksi usaha, yaitu kaidah al-kharaj bidh dhaman
(pendapatan adalah imbalan atas tanggungan yang diambil) dan al
ghunmu bil ghurmi (keuntungan adalah imbalan atas kesiapan
19
mengambil
menanggung
keuntungan
potensi
kerugian.
atas
kesedian
Seorang
seseorang
pedagang
berhak
usaha
modal
karena
dan
setiap
mudharib
pihak
menanggung
menanggung
risiko,
risiko
maka
20
tidak
memiliki
risiko
apa
pun
atas
dana
yang
32 Prinsip ini sesuai dengan kaidah al jazu min jinsil al amal, bahwa
balasan itu tergantung dari perbuatannya. Maka setiap laba yang
dihasilkan melalui melalui sumber yang diharamkan atau proses transaksi
bisnis yang ilegal tidak diakui oleh syariah. Hal ini bisa dilihat melaui
model-model bisnis yang dikembangkan oleh Rasulullah dalam meraih
laba yang benilai materil serta keberkahan.
33 Rosly. (2005). Critical Issue on Islamic Banking and Financial Markets. Dinamas Publishing, Kuala
Lumpur, Malaysia.
21
Pembeli
berhak
atas
barang
dan
berisiko
berisiko
mengganti
manfaat
jika
barangnya
rusak
di
35 Ibid, 30/235
22
kelaparan
suatu
yang
mengancam
pengelolaan
risiko
negeri
yang
Yusuf
tersebut.
sempurna.
Proses
37 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cet. Ke-V, hal.
471-472.
23
Dalam
Hadits
juga
dikisahkan,
salah
seorang
sahabat
s.a.w.
bertanya:
"Mengapa
tidak
kamu
ikatkan?"
Ia
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko
merupakan
suatu
kejadian
dimana
muncul
ukuran
melalui
ukuran
ketidakpastian yang
dapat
diamati
dari
menunjukkan suatu
risiko
mutlak
di
perlukan
agar
tujuan
menuju
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim,. 2010. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, edisi
4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
__________________. 2007. Ekonomi Mikro Islami, Edisi Ketiga, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
__________________.2006.
Bank
Islam:
Analisis
Fiqih
dan
Keuangan,
26
Dr. Oni sahroni, MA, Ir. Adiwarma A. Karim, SE, MBA, MAEP, 2015.
Maqashid Bisnis Dan Keuangan Islam, Sintesis Fikih Dan Ekonomi,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada).
27