Obat Dan Bentuk Sediaan Obat
Obat Dan Bentuk Sediaan Obat
Untuk menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit, suatu terapi dapat dilakukan
dengan atau tanpa menggunakan obat. Terapi dengan menggunakan obat dikenal
sebagai farmakoterapi atau kemoterapi. Keamanan dan khasiat, serta rasionalitas
pemakaian obat menjadi pertimbangan dalam proses suatu terapi. Namun perlu
diketahui bahwa obat tidak hanya digunakan untuk menyembuhkan (terapi) saja.
Obat merupakan suatu bahan, yang dapat merupakan bahan alam ataupun sintesis,
yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sistem biologis pada tubuh manusia
ataupun hewan, dengan tujuan untuk menyembuhkan, mengurangi/menghilangkan
gejala, mencegah, menegakkan diagnosis, meningkatkan stamina maupun
memperelok badan. Dalam hal ini obat didesain sebagai suatu sistem yang
terintegrasi untuk mencapai tujuan terapi secara aman, efektif dan efisien.
Secara umum, pengertian tentang obat dibedakan sebagai zat aktif (drug) dan
sediaan obat (medicine).
Zat aktif merupakan zat yang memang terbukti memberikan efek farmakologis
pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga dikenal
sebagai drug, active ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API). Suatu
proses penemuan obat (drug discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat aktif
yang dibutuhkan, baik dari bahan alam, semisintesis maupun sintesis penuh. Hal
utama yang perlu diperhatikan dalam menemukan suatu senyawa aktif
farmakologis tersebut adalah terbuktinya keamanan dan khasiatnya. Perlu
dipertimbangkan benefit to risk ratio dari senyawa aktif yang baru tersebut.
Zat aktif sangat beragam dalam memberikan efek farmakologis. Zat aktif yang
poten, hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit untuk memberikan efek
farmakologis yang bermakna, tidak jarang hanya berkisar microgram saja. Untuk
membawa sejumlah kecil zat aktif tersebut, maka dibutuhkan bahan lain yang dapat
membawa zat aktif tanpa memberikan efek farmakologis (inaktif).
Zat inaktif adalah zat yang tidak memberikan efek secara farmakologis, namun
dapat menunjang kinerja penghantaran zat aktif pada aplikasi. Kinerja yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah:
1.
2.
3.
1.
Aman
5.
6.
Berdasarkan wujudnya, BSO dibedakan sebagai BSO solid, BSO liquid dan BSO
semisolid.
Desain BSO memegang peranan penting terutama agar BSO dapat mendukung
timbulnya efek farmakologis suatu zat aktif secara repsodusibel dan agar BSO dapat
diproduksi dalam industry skala besar.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam desain suatu BSO antara lain:
1.
2.
Sistem penghantaran obat merupakan suatu sistem atau cara untuk membawa,
menghantarkan dan melepaskan obat pada tempat aksi / tempat pelepasan dengan
aman, efektif dan efisien.
Pengertian aman dalam hal ini dimaksudkan bahwa efek obat yang tidak
diinginkan (adverse effect) dapat diminimalkan, dan juga bahwa zat aktif dilindungi
dalam perjalanannya menuju lokasi aksi/pelepasan.
Pengertian efektif dalam hal ini terkait dengan khasiat (efficacy) dari obat
tersebut, sedangkan efisien terkait dengan perhitungan dosis, frekuensi
penggunaan obat dan lama waktu terapi yang tepat, yang dapat memberikan imbas
pada jumlah beaya terapi yang ditimbulkan.
1.
2.
3.
Efek farmakologis suatu obat yang dikehendaki pada suatu terapi sebagai akibat
berjalannya sistem penghantaran obat, dapat dibedakan dalam 2 hal, yaitu: efek
local (setempat) dan efek sistemik (terabsorpsi ke- atau langsung melalui peredaran
darah, terdistribusi ke seluruh bagian tubuh). Efek local dapat dicapai terutama
dengan jalur pemberian topical (diaplikasikan pada permukaan kulit dan atau
selaput mukosa) dan jalur parenteral khusus (sub plantar / ginggival selama tidak
terabsorpsi masuk ke pembuluh darah), sedangkan efek sistemik dapat dicapai
terutama dengan jalur oral (telan zat aktif terabsorpsi melalui membrane dinding
usus), parenteral (intravascular atau ekstravaskular) atau transdermal
Pada prinsipnya pembeda dari efek local ataupun sistemik adalah apakah zat aktif
tersebut diarahkan menuju ke pembuluh darah atau tidak. Selama obat tersebut
tidak diberikan secara intra vascular (langsung ke sirkulasi sistemik via pembuluh
darah) atau terabsorpsi melewati pembuluh darah, maka efek yang timbul adalah
efek local.
Bentuk sediaan solid merupakan BSO yang memiliki wujud padat, kering,
mengandung satu atau lebih zat aktif yang tercampur homogen.
Bentuk sediaan solid memiliki suatu keunggulan jika dibandingkan dengan bentuk
sediaan liquid, yaitu bahwa dengan keringnya bentuk sediaan tersebut, maka
bentuk sediaan tersebut lebih menjamin stabilitas kimia zat aktif di dalamnya,
sedangkan kelemahan dari bentuk sediaan ini adalah: pada penggunaan oral
(telan), pemberian bentuk sediaan ini pada beberapa pasien terasa cukup
menyulitkan, perlu disertai dengan cairan untuk dapat ditelan dengan baik.
Banyak ragam bentuk sediaan solid dalam dunia kefarmasian, antara lain: serbuk,
tablet, kapsul, pil, suppositoria.
A. SERBUK
Serbuk, dalam dunia kefarmasian, ada yang berfungsi langsung sebagai bentuk
sediaan, ada yang berfungsi sebagai bahan penolong bagi bentuk sediaan yang
lain.
Yang berfungsi langsung sebaga bentuk sediaan, lebih dikenal dengan istilah
sediaan serbuk. Sediaan serbuk ini dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.
Pulveres biasa diberikan dalam suatu resep racikan. Pulveres merupakan sediaan
padat yang berbentuk serbuk, yang dikemas dalam beberapa bungkus kertas
perkamen, sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep, biasa digunakan untuk
pemakaian oral. Dengan pulveres, dokter dapat lebih leluasa menentukan jenis dan
dosis obat yang dicampurkan. Suatu tanggungjawab bagi apoteker untuk
memastikan bahwa campuran tersebut tidak menunjukkan inkompatibilitas (ke-tak
tercampur-an) yang merugikan. Apoteker dapat menambahkan bahan inaktif
sebagai pengisi atau penyamar rasa pahit, seperti misalnya amylum, saccharum
lactis/lactose, atau saccharum album (gula halus). Namun, yang perlu diperhatikan
adalah sifat higroskopisitas dari saccharum album, mengingat syarat / kriteria
sediaan pulveres adalah : aman, kering, homogen, halus dan mudah mengalir (free
flowing).
a.
Contoh:
R/ A
40 mg
50 mg
Sacch.lact q.s
dtd merupakan singkatan dari pernyataan da tales doses yang berarti berikan
sesuai dengan takarannya.
b.
Contoh:
R/ A
500 mg
100 mg
Sacch.lact q.s
Dengan pemberian ini maka 500 mg A dan 100 mg B dicampur homogen bersama
Sacch lactis secukupnya untuk kemudian dibagi sejumlah bungkus yang diminta
dalam resep.
2.
Pulvis merupakan sediaan serbuk tidak terbagi, yang biasanya dimaksudkan untuk
pemakaian luar / ditaburkan (pulvis adspersorius=serbuk tabur).
Dalam suatu peresepan, hal utama yang dapat dijadikan ciri untuk membedakan
apakah resep tersebut untuk pulveres atau pulvis adalah pada ada tidaknya
No.(numero) pada permintaan pembuatan sediaan.
a.
b.
Homogen
c.
Kerin
d.
e.
f.
Salah satu metode pencampuran yang dilakukan dalam skala peracikan untuk
pulvis adalah geometric dilution. Pada metode ini, bahan yang akan dicampurkan
diambil sama banyak dengan yang telah berada di mortar, dicampur homogeny,
demikian seterusnya sampai semua bahan dipindahkan kedalam mortar.
Ukuran serbuk dinyatakan dengan bilangan yang biasanya diikuti dengan mesh.
Mesh merupakan ukuran pengayak dalam artian bahwa ukuran 100 mesh
menunjukkan bahwa dalam 1 inchi (2,54 cm) panjang kawat pengayak melintang
memuat lobang ayakan sebanyak 100 buah.
Untuk serbuk dengan 2 bilangan ukuran (misal 40/60) maka diartikan bahwa serbuk
tersebut dapat melewati pengayak nomor 40 dan tidak lebih dari 40% melewati
pengayak nomor 60 2.
Arti penting memahami sifat-sifat serbuk ini adalah apabila sekiranya kita meracik
suatu sediaan serbuk, kita harus pastikan sifat-sifat bahan yang kita racik, karena
jika bahan-bahan tersebut memiliki sifat seperti di atas, maka dapat dipastikan
kualitas sediaan kita kurang dapat terjaga dalam penyimpanan.
TABLET
Tablet merupakan sediaan padat yang kompak, mengandung satu atau lebih zat
aktif, mempunyai bentuk tertentu, biasanya pipih bundar, yang dibuat melalui
proses pengempaan atau pencetakan. Kaplet merupakan modifikasi bentuk dari
tablet yaitu tablet yang berbentuk kapsular.
1.
Tablet jenis ini mengalami disintegrasi dan pelepasan zat aktif yang sangat cepat
saat bersentuhan dengan cairan (saliva, jika diletakkan di atas lidah). Tablet ini
didesain untuk mengakomodasi pasien-pasien geriatric yang mengalami kesulitan
dalam menelan tablet biasa (immediate released tablet).Biasa didesain dalam
ukuran yang cukup kecil.
2.
Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah terlebih dulu sebelum ditelan, untuk
membantu mempercepat proses disintegrasi dalam lambung. Biasanya tablet ini
mengandung zat aktif dan atau eksipien dalam jumlah besar sehingga tablet ini
bervolume besar, sehingga tidak memungkinkan untuk ditelan langsung tanpa
dikunyah terlebih dulu. Tablet dipastikan tidak memiliki kekerasan yang terlalu
tinggi untuk memfasilitasi proses penguyahan dengan mudah. Contoh : tablet
antasida
3.
4.
Tablet ini dimaksudkan untuk langsung ditelan dengan bantuan cairan atau
makanan. Tablet ini akan terdisintegrasi dalam lambung selama kurang dari 15
menit untuk dapat segera melepaskan zat aktifnya.
5.
6.
Tablet ini juga langsung ditelan, namun didesain untuk memberikan pelepasan zat
aktif yang tertunda, contoh: enteric coated tablet dan pulsatile released tablet
7.
Dispersed tablets
Tablet ini dimaksudkan untuk didispersikan terlebih dulu dalam sejumlah cairan,
sebelum ditelan. Maksud didispersikan terlebih dulu adalah untuk lebih
memfasilitasi proses disintegrasi dan distribusi zat aktif terlarut dalam cairan
lambung maupun usus.
8.
Effervescent tablets
Disintegrasi tablet ini difasilitasi oleh reaksi saturasi (pendesakan oleh gas CO2
yang terjadi dari reaksi asam lemah (asam sitrat/asam tartrat/asam fumarat) dan
garam berkarbonat (NaHCO3/Na2CO3) yang ada dalam tablet, saat bersentuhan
dengan air). Untuk itu, effervescent tablet tidak boleh langsung ditelan, namun
harus di larutkan dulu dalam segelas air dingin. Gas CO2 yang masih ada dalam
larutan tersebut dapat berfungsi sebagai penyegar (sebagaimana CO2 dalam soft
drink) dan dapat menyamarkan rasa pahit, sehingga effervescent tablet ini biasa
digunakan untuk minuman tonik yang mengandung vitamin atau suplemen
makanan yang larut air
1.
Tablet oral
Tablet oral adalah tablet yang dimaksudkan untuk ditelan, sehingga tablet akan
terdisintegrasi dalam saluran cerna
2.
Tablet buccal
Tablet ini diletakkan pada rongga mulut, antara gusi dan mukosa pipi (diaplikasikan
secara topical pada selaput mukosa mulut) untuk mendapatkan onset yang cukup
cepat dan mengingat bahwa zat aktif mudah terdegradasi oleh asam lambung
3.
Tablet sublingual
Tablet ini diletakkan di bawah lidah secara topical, dengan maksud yang sama
dengan aplikasi tablet buccal. Namun mengingat struktur sel yang lebih renggang,
maka absorpsi obat pada sublingual relative lebih cepat daripada di daerah buccal,
sehingga onset diperkirakan dapat lebih cepat. Kelemahan dari penempatan di
bawah lidah ini adalah kondisi anatomis bawah lidah yang dapat mengakibatkan
resiko cepat hilangnya zat aktif sebagai akibat sekeresi dan mobilisasi saliva.
1.
Tablet ini tidak ada penyalutan sama sekali, sehingga hanya mengandalkan
kelicinan permukaan tablet hasil pengempaan. Jika zat aktif mudah larut air dan
berasa pahit, jika tablet kontak dengan saliva, rasa pahit tidak akan bisa ditutupi.
Hal ini menjadi tidak akomodatif untuk anak-anak.
2.
Dari istilahnya, dapat diketahui bahwa tablet tersebut disalut dengan gula dengan
desain dan proses penyalutan tertentu. Tujuan penyalutan gula lebih pada untuk
menyamarkan rasa dan bau, melindungi terhadap radiasi UV matahari (yang dapat
memberikan reaksi degrdasi pada zat aktif yang peka), selain memberikan rasa
manis dan warna yang menarik yang membantu proses pemberian obat, terutama
untuk anak-anak. Mengingat penyalutan dilakukan berkali-kali, maka tablet salut
gula terlihat bervolume sedikit lebih besar, sebagai akibat tebalnya penyalutan gula
tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tablet salut gula tidak sesuai
jika diberikan kepada pasien yang menderita diabetes maupun pada pasien yang
melakukan diet rendah gula. Selain itu sifat hiroskopisitas dari gula perlu
dipertimbangkan terutama dalam mendesain kemasan maupun memberikan
instruksi penyimpanan, agar terhindar dari lembab.
3.
Saat ini mulai dikembangkan tablet bersalut film sebagai komplemen dari salut
gula. Film penyalut terbuat dari polymer yang aman dimakan (edible), namun tidak
berasa. Penyalutan dengan film menghasilkan tablet yang mengkilap, licin, namun
masih menunjukkan bentuk dan warna asli dari tablet inti. Karena penyalutan tidak
perlu berkali-kali, maka volume tablet salut film tidak berbeda jauh dari tablet
intinya. Tablet (atau kaplet) salut inti sesuai diberikan untuk pasien diabetes
maupun pasien dengan diet rendah gula. Jika salut film transparan, maka
penyalutan tidak dapat menghindarkan tablet dari paparan UV matahari.
4.
Tablet ini dimaksudkan untuk mengalami pelepasan zat aktif yang tertunda. Zat
aktif pada dasarnya tidak boleh terlepas pada saat tablet berada di lambung,
karena kemungkinan bahwa zat aktif tersebut mudah rusak oleh asam lambung
atau memberikan efek iritasi yang tidak dikehendaki pada lambung. Salut enteric ini
dibuat sedemikian rupa sehingga salut tersebut tahan terhadap pH asam (di
lambung), namun akan rusak terhadap pH basa (di usus). Mengingat konsep ini,
maka jika pasien akan mengkonsumsi tablet jenis ini, perlu dipastikan bahwa pasien
tersebut tidak mengkonsumsi tablet ini bersamaan dengan makanan/minuman yang
bersifat basa.
1.
Tablet cetak
Pada tablet cetak, tablet dicetak dari massa bahan yang lembab, lalu dikeringkan.
Metode pembuatan tablet ini tidak melibatkan tekanan yang tinggi. Metode ini
sesuai untuk bahan yang tahan panas dan lembab, yang dimaksudkan untuk skala
kecil pentabletan. Tablet yang dihasilkan memiliki tingkat kekerasan yang rendah.
2.
Tablet kempa.
Untuk tablet kempa, tablet dikempa dari campuran bahan yang kering, dikempa
dalam suatu instalasi mesin pentabletan dengan tekanan kempa yang cukup tinggi.
Metode kempa ini memungkinkan untuk tablet dapat diproduksi delam skala besar
(industry) dengan cepat dan reproducible.
Tablet, terutama tablet kempa, memiliki keunggulan pada keakuratan dosis yang
dihasilkan, mengingat pembuatan tablet dilakukan secara otomatisasi mesin. Selain
itu, stabilitas zat aktif lebih terjaga terkait dengan minimumnya kontak zat aktif
dengan lingkungan/atmosfer. Bentuk dan warna yang atraktif dari tablet
memberikan ciri dan penampilan yang lebih meyakinkan (contoh: tablet hisap
vitamin untuk anak-anak yang berbentuk berbagai macam binatang, dengan warna
yang disukai anak-anak). Bentuk yang kompak dan praktis juga memberikan
keunggulan tersendiri untuk tablet sehingga memudahkan dalam pengemasan
maupun pengeluaran tablet dari kemasan.
Adapun kelemahan dari sediaan tablet adalah tidak sesuai diberikan pada pasien
yang tidak kooperatif dalam menelan sediaan padat kompak (kesulitan menelan
sediaan padat kompak, keadaan pingsan), jika tablet dimaksudkan untuk ditelan.
Pada pembuatan tablet kempa, beberapa sifat fisik campuran yang akan ditablet
perlu dipertimbangkan, yaitu:
1.
Sifat alir
2.
3.
Dua metode dikenal dalam pembuatan tablet kempa, yaitu metode kempa langsung
dan granulasi. Industri cenderung memilih metode kempa langsung karena
kepraktisan dan kecepatannya. Namun, apabila sifat alir ataupun kompresikompaktibilitas bahan campuran yang akan dikempa tidak baik, maka memilih
metode kempa langsung akan menjadi suatu kerugian. Dua sifat utama campuran
tersebut perlu dipastikan atau diusahakan.
Bahan penghancur perlu diberikan, untuk menjamin bahwa tablet tidak hanya
mampu membawa obat dalam bentuknya, namun mampu melepaskan obat di
lokasi pelepasan dengan baik.
Saat ini telah dikembangkan bahan pengisi yang juga berfungsi sebagai pengikat,
dengan sifat alir dan kompaktibilitas yang bagus, dikenal sebagai filler-binder,
sebagai eksipien yang mendukung proses kempa langsung, contoh: Avicel PH 102
Yang perlu mendapat perhatian lebih adalah bahwa tidak semua bahan penolong
tersebut inert. Formulator perlu mewaspadai kejadian inkompatibilitas yang
mungkin terjadi antara eksipient dengan zat aktif.
Jika bahan-bahan yang akan dikempa ternyata memiliki sifat alir atau
kompaktibilitas yang tidak baik, maka jika mencari bahan lain ternyata justru lebih
mahal beaya produksinya, perlu dilakukan usaha untuk memperbaiki sifat alir dan
kompaktibilitas dengan cara melakukan suatu granulasi. Granulasi yang dilakukan
dapat berupa granulasi basah atau granulasi kering (berdasarkan wujud bahan
pengikatnya, apakah cair atau padat).
Granulasi basah dapat dilakukan dengan metode tray, dengan cara mencampur
bahan-bahan yang akan digranul dengan bahan pengikat cair, sehingga didapat
massa yang lembab. Setelah itu massa dibentuk granul dengan cara dilewatkan
pada suatu granulator. Granul basah yang terbentuk lalu ditimbang sesaat sebelum
dikeringkan. Setelah granul mongering, granul tersebut ditimbang untuk dapat
menentukan proporsi penambahan bahan-bahan lain sesuai dengan formula. Selain
itu, granulasi basah juga dapat dilakukan dengan metode fluid bed granulator
dengan menyemburkan serbuk-serbuk bahan padat dari bagian bawah dan
menyemprotkan bahan pengikat cair dari bagian atas granulator, lalu dikeringkan
secara simultan sehingga didapat granul kering yang diinginkan. Metode ini sangat
praktis dilakukan dalam skala industry dengan memperhatikan antara lain kapasitas
granulator, setting tekanan penyemburan dan laju peneyemprotan, ukuran droplet
bahan pengikat, dan viskositas bahan pengikat.
Untuk menjaga kualitas fisik dari tablet kempa maka perlu dilakukan suatu kontrol
kualitas fisik tablet dalam hal:
3.
Kekerasan tablet
4.
Kerapuhan tablet
5.
6.
Disolusi tablet
A. KAPSUL
Yang menjadi ciri khas dari sediaan solid ini ini adalah adanya cangkang yang
terbuat dari gelatin atau selulosa, yang digunakan untuk mewadahi sejumlah
serbuk zat aktif atau cairan obat dan untuk menutupi rasa dan bau yang
ditimbulkan oleh zat aktif.
1.
Kapsul keras
Cangkang kapsul keras terdiri dari dua bagian terpisah yaitu badan dan tutup, yang
dapat disatukan. Kapsul keras digunakan untuk memfasilitasi satu atau lebih zat
aktif dalam bentuk serbuk padat yang tercampur homogen dengan eksipien, yang
dibuat baik dalam skala racikan ataupun industry. Karena cangkang kapsul keras
kebanyakan terbuat dari gelatin maka penyimpanan kapsul harus dihindarkan dari
lembab, dan serbuk yang akan dikapsul perlu dipastikan bukan serbuk yang
higroskopis, atau deliquescent, atau efflorescent.
2.
Kapsul lunak
B. PIL
Pil merupakan sediaan solid yang berbentuk bulat dengan berat sekitar 100-500
mg, biasanya 300 mg, mengandung satu atau lebih zat aktif. Sediaan padat bulat
dengan masaa < 100 mg dikenal dengan istilah granul, sedangkan yang lebih dari
500 mg dikenal dengan istilah boli (untuk hewan ternak).
Sediaan pil masih digunakan dan dikembangkan dalam industri obat tradisional
dalam hal ini jamu dan obat herbal terstandar, serta makanan suplemen. Zat aktif
yang dibuat pil kebanyakan merupakan simplisia tanaman yang telah dihaluskan
atau.sudah berwujud ekstrak. Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan pil ini
adalah: bahan pengikat, bahan pengisi, bahan penghancur dan bahan penyalut.
Kontrol kualitas sediaan pil juga dilakukan dengan aspek yang hamper sama dengan
yang dilakukan untuk sediaan tablet, yaitu penampilan dan ukuran, keseragaman
bobot, kekerasan dan waktu hancur.
C. SUPPOSITORIA
Suppositoria merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang larut ataupun terdispersi pada bahan pembawa, dimaksudkan untuk
pemakaian luar (pada rongga tubuh), berbentuk torpedo (per anal), atau elips (per
vaginal) atau batang (per urethral).
1. terapi dengan efek lokal pada bagian anal (contoh: hemorrhoid) atau vaginal
(contoh: candidiasis)
Untuk pemakaian topical, keunggulan bentuk sediaan liquid, jika dibanding bentuk
sediaan solid maupun semisolid, terletak pada daya sebar dan bioadhesivitasnya,
selama viskositasnya optimum. Namun terkait daya lekat dan ketahanan pada
permukaan kulit, bentuk sediaan liquid relative lebih rendah jika dibanding bentuk
sediaan semisolid. Hal ini terutama berhubungan dengan tingkat viskositas dari
kedua bentuk sediaan tersebut.
Ragam bentuk sediaan liquid yang akan didiskusikan dalam modul ini adalah
larutan, emulsi dan suspensi.
A. LARUTAN
Larutan merupakan sediaan liquid yang mengandung satu atau lebih zat aktif
(solute) yang terlarut dalam medium/pelarut/solvent yang sesuai.
Medium/pelarut/solvent yang universal adalah air. Namun demikian, ada berbagai
jenis solvent lain yang digunakan, antara lain minyak dan etanol.
Kriteria yang berlaku untuk suatu sediaan larutan adalah bahwa sediaan tersebut
harus:
1.
2.
Homogen
3.
Dengan persyaratan yang mendasar dari larutan bahwa semua komponen solute
harus terlarut, maka kelarutan (solubility) suatu bahan dalam medium memegang
peranan penting. Yang dimaksud dengan kelarutan (solubility) adalah ratio sejumlah
solute yang larut dalam pelarut yang sesuai.
4. Tidak boleh ada partikel yang mengapung, melayang, atau mengendap pada
sistem larutan
Dalam larutan oral, dikenal istilah sirup dan elixir. Istilah sirup terkait dengan
penggunaan gula dengan kadar 60-80%, sedangkan elixir terkait dengan
keberadaan etanol (dengan proporsi bervariasi) yang berfungsi sebagai cosolvent1.
Cosolvent merupakan bahan yang dapat membentu kelarutan suatu solute dalam
medium utamanya. Contioh cosolvent selain etanol yang sering digunakan adalah
propylene glycol, isopropyl alcohol. Penggunaan cosolvent selain
mempertimbangkan kadar dan kapasitas cosolvensinya, juga harus
Larutan tidak hanya digunakan untuk keperluan per oral saja, namun juga
parenteral dan topical. Larutan parenteral memerlukan tambahan criteria khusus
yaitu sterilitas dan bebas pyrogen.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam desain sediaan larutan, antara
lain:
1.
a.
b.
c. Zat aktif apa yang sekiranya memberikan efikasi dan keamanan dalam terapi
tersebut.
2.
a.
b.
c.
d.
B. EMULSI
Emulsi dan suspensi tergolong dalam sistem dispersi, yang artinya bahwa bahan
tidak larut dalam medium, namun hanya tersebar merata dalam medium.
Emulsi merupakan sediaan liquid yang mengandung satu atau lebih zat aktif, yang
berada dalam 2 atau 3 jenis cairan yang tidak saling menyatu, namun terdispersi
homogen, yang distabilkan oleh suatu emulgator. Zat aktif dalam sediaan ini dapat
berupa minyak, atau solid yang terlarut dalam salah satu fase dalam sistem dispersi
ini.
Emulgator adalah suatu bahan yang dalam strukturnya memiliki bagian yang lyofilik
maupun lyofobik, yang mampu mengakomodasi droplet-droplet cairan yang tidak
saling campur, untuk dapat terdispersi dengan stabil.
Contoh dari emulgator adalah: Pulvis Gummi Arabicum (PGA), Tween, dan Span
1.
Aman
2.
3.
4.
6.
Dalam emulsi dikenal istilah fase dispers dan medium pendispersi. Ada dua jenis
tipe emulsi secara umum, yaitu:
1.
Tipe A/M berarti air (fase terdispersi) terdispersi dalam minyak (medium)
2.
Tipe M/A berarti minyak (fase terdispersi) terdispersi dalam air (medium)
1. Pemberian pewarna yang larut pada salah satu fase, kemudian dilakukan
pengamatan secara mkiroskopis terhadap kondisi emulsi yang telah terwarnai salah
satu fasenya.
Contoh: semisal digunakan methylen blue yang larut air, apabila diamati melalui
mikroskop, yang terwarnai adalah dropletnya, maka emulsi tersebut bertipe A/M,
begitu juga sebaliknya
Jika digunakan Sudan III yang larut minyak, apabila diamati melalui mikroskop, yang
terwarnai adalah dropletnya, maka emulsi tersebut bertipe M/A, begitu juga
sebaliknya
Catatan: untuk pemastian hasil, emulsi perlu ditest dengan 2 jenis pewarna
tersebut
2. Pengenceran dengan menggunakan cairan salah satu fase. Jika cairan untuk
mengencerkan tersebut bercampur dengan emulsi, maka dapat dipastikan bahwa
cairan tersebut berperan sebagai medium pendispersi.
Catatan: untuk pemastian hasil, emulsi perlu ditest dengan 2 jenis cairan tersebut
1.
Creaming
Creaming merupakan peristiwa pemisahan fase yang terjadi sementara, yang dapat
didispersikan kembali dengan penggojogan ringan
2.
Cracking
Cracking merupakan peristiwa pemisahan fase yang permanen, yang tidak dapat
didispersikan kembali
3.
Inversi
C. SUSPENSI
Suspensi merupakan sediaan yang merupakan sistem dispersi dari partikel zat aktif
solid yang memiliki kelarutan yang rendah pada medium. Yang diharapkan dari
suatu sediaan suspensi adalah bahwa sistem terdistribusi homogen saat digunakan.
1.
Aman
2.
3.
1.
Sistem flokulasi
Dalam sistem ini, saat tidak dilakukan intervensi mekanik apa pun, partikel-partikel
solid saling bergabung perlahan membentuk flok dengan ikatan yang lemah.
Dengan terbentuknya flok ini, maka flok akan cepat mengendap dan
supernatant/medium akan tampak relatif jernih. Namun dengan adanya
kerenggangan dalam struktur flok ini, apabila sistem digojog, maka partikel akan
mudah terdispersi kembali.
2.
Sistem deflokulasi
Dalam sistem ini, partikel-partikel solid tidak membentuk flok, dan sebagai akibat
gravitasi, mengendap perlahan pada dasar. Berhubung partikel tersebut
mengendap perlahan, maka terjadi suatu penataan partikel di dasar botol yang
cenderung membuat endapan menjadi kompak dan keras (terbentuk cake) yang
relative sulit untuk didispersikan kembali dengan penggojogan ringan.
1.
2.
3.
Solid yang memiliki kelarutan yang rendah dalam medium cenderung memiliki
tegangan permukaan yang tinggi. Keperluan menyertakan wetting agent disini
adalah agar tegangan permukaan solid dapat diturunkan, sehingga solid dapat
terbasahi dengan baik, dapat berada dalam medium, tidak terjadi pengapungan
partikel (floating)
4.
Viscocity enhancer
5.
Agen pemflokulasi
6.
Additives
Sebagai additives disini dapat digunakan: gula (yang juga dapat berfungsi sebagai
viscocity enhancer) atau pemanis, pewarna, antioksidant, pengawet (yang
kesemuanya harus larut pada medium)
Suspensi juga dapat digunakan secara oral, topical, maupun parenteral. Namun hal
yang perlu diperhatikan terutama dengan penggunaan parenteral adalah kadar
solid, ukuran partikel solid (micro or nano sized) dan bentuk partikel solid (spheris),
selain sterilitas dan kondisi pyrogen-free. Demikian juga dengan penggunaan
topical yang ditujukan pada mata (ophthalmic suspension), perlu juga melihat
ukuran dan bentuk partikel, sealing sterilitas. Dalam ophthalmic suspension, kondisi
pyrogen free tidak dipersyaratkan, mengingat pemberian dilakukan secara topical.
Bentuk sediaan semisolid memiliki konsistensi dan wujud antara solid dan liquid,
dapat mengandung zat aktif yang larut atau terdispersi dalam pembawa (basis).
Bentuk sediaan semisolid biasanya digunakan secara topical, yaitu diaplikasikan
pada permukaan kulit atau sleput mukosa. Namun demikian sediaan topical tidak
harus semisolid.
Bentuk sediaan semisolid jika dibandingkan dengan bentuk sediaan solid dan liquid,
dalam pemakaian topical, memiliki keunggulan dalam hal adhesivitas sediaan
sehingga memberikan waktu tinggal yang relative lebih lama.Selain itu fungsi
perlindungan terhadap kulit lebih nampak pada penggunaan sediaan semisolid.
Namun, sediaan semisolid tidak umum diaplikasikan dalam area permukaan kulit
yang luas, sebagaimana halnya sediaan solid maupun liquid. Kemudahan
pengeluaran dari kemasan primer juga menjadi pertimbangan yang harus
diantisipasi dalam desain sediaan semisolid, terutama semisolid steril (contoh:
salep mata), terkait dengan viskositas yang dimiliki oleh sediaan tersebut.
Variasi sediaan semisolid yang umum dalam dunia kefarmasian adalah: salep
(unguenta), cream, gel dan pasta.
A. SALEP
Salep merupakan sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif
yang larut atau terdispersi dalam basis salep yang sesuai.
1.
2.
3.
4.
Basis salep mampu membawa zat aktif dan melepaskannya pada tempat aksi
1.
Basis ini merupakan basis dengan karakteristik berminyak, dapat berasal dari
mineral alam, ataupun dihasilkan oleh serangga (lebah) atau tanaman
2.
Basis ini merupakan basis yang mampu menyerap sejumlah air dengan tetap
menunujukkan stabilitas sediaan.
3.
Basis ini merupakan basis dengan sistem emulsi, dimana merupakan sistem
disperse air dan minyak yang ditabilkan dengan emulgator. Sering dikenal sebagai
basis tercuci air (water washable base)
4.
1. Zat aktif yang larut dalam basis, dilarutkan dalam basis, jika perlu dengan
pemanasan rendah
2. Zat aktif yang larut dalam air, dilarutkan dalam air sebanyak yang dapat
diserap oleh basis sale
3. Zat aktif yang tidak larut dalam air maupun basis, diayak dengan ayakan
ukuran 100 sebelum didispersikan dalam basis
4.
Basis yang dibuat dengan cara peleburan, harus diaduj sampai dingin
B. CREAM
Terkait bahwa cream merupakan sediaan semisolid berbasis emulsi, maka kriteria
cream sama dengan kriteria untuk sediaan emulsi.
1.
3.
4.
5.
6.
Dalam pembuatan krim, secara umum ada 2 macam reaksi yang terjadi, yaitu:
1.
Reaksi penyabunan
Reaksi ini merupakan reaksi kimia antara sejumlah asam lemak dalam komposisi
cream yang direaksikan dengan basa kuat, membentuk sabun dan gliserol. Sabun
yang terjadi, merupakan emulgator internal yang digunakan dalam reaksi
selanjutnya
2.
Reaksi emulsifikasi
Reaksi ini merupakan reaksi fisika antara sisa asam lemak yang tidak tersabunkan,
dengan air, dalam kondisi asam lemak yang meleleh, membentuk suatu emulsi
yang distabilkan oleh sabun sebagai emulgator internal. Dalam sediaan cream ini
juga sering ditambahkan emulgator eksternal untuk lebih menjamin stabilitas fisik
dari cream tersebut.
C. GEL
Gel merupakan sediaan semisolid yang mengandung cairan yang terperangkap
dalam suatu matriks 3 dimensi yang terbentuk dari gelling agent yang
mengembang.
1.
a.
Gel organik
Merupakan gel dengan gelling agent yang memiliki rantai atom C, atau merupakan
suatu polymer dengan kemampuan mengembang setelah bersentuhan dengan
cairan. Biasanya terbentuk satu fase, tidak ada batasan antara gelling agent
dengan cairan
Contoh: gel dengan gelling agent CMC-Na, Carbopol
b.
Gel inorganik
Merupakan gel dengan gelling agent suatu bahan inorganic. Biasanya nampak batas
antara gelling agent dengan cairaContoh: bentonit magma, Veegum
2.
a.
Organogel
b.
Hydrogel
c.
Emulgel
1.
Zat aktif
2.
3.
4.
Humektan
5.
Pengawet
6.
Antoksidan
D. PASTA
Pasta merupakan sediaan semisolid yang mengandung banyak partikel solid yang
terdispersi dalam basis. Pasta dapat digunakan sebagai agen pembersih gigi (pasta
gigi, yang mengandung bahan abrasif) ataupun sebagai bahan intermediet
pembuatan salep, sebelum dicampurkan dengan basis yang lain (contoh:
pembuatan pasta ZnO dengan minyak mineral pada peracikan Zinc Oxide ointment,
sesaat sebelum disatukan dengan white ointment dengan metode levigasi).