Spiritual
Spiritual
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Anggota Kelompok 1 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Arganita T. P.
Eka Septiana
Elisa Setiani
Imroatus Solehah
Irwan Dwi
Nor Sapiah
Meliana Nindigarnis
8. Mita Merlinda
9. Nanang
10.Ratno
11.Slamet Dwi
12.Syah Fardani
13.Tri Septiani
14.Wahyu Imam H.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri
atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Dimensi
spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien. Bahkan, Makhija (2002)
menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam
kehidupan personal individu. Lebih lanjut dikatakannya, keimanan diketahui sebagai
suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik.
Sementara itu, jika kita lakukan analisis situasi saat ini, termasuk di Indonesia,
kenyataannya menunjukan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum diberikan
oleh perawat secara kompeten. Berdasarkan uraian di atas tampak adanya dua
pertentangan antara pentingnya asuhan spiritual di satu sisi dan fakta permasalahan
aplikasi asuhan spiritual oleh perawat di sisi lainnya, sekaligus juga peluang dan
tantangan untuk melakukan studi lebih lanjut terkait dengan spiritualitas dan asuhan
spiritual. Untuk itu perlu direnungkan dan dilakukan pengkajian lebih lanjut
bagaimana persepsi perawat tentang konsep spiritualitas dan asuhan spiritual, sebagai
langkah awal untuk mulai memfokuskan dan mendudukan sama pentingnya aspek
spiritual, seperti juga aspek lainnya (fisik, psiko, dll). Setelah itu perlu pula studi
lanjutan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi asuhan spiritual,
baik faktor pendukung maupun penghambatnya.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian spiritual
2. Mahasiswa mengetahui dimensi spiritual lansia
3. Mahasiswa mengetahui perkembangan spiritual lansia
4. Mahasiswa mengetahui kebutuhan dasar spiritual pada lansia
5. Mahasiswa mengetahui sikap kelompok lansia tentang sakit dan kematian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Spiritual
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.Spiritual adalah
kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa
memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan
fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri.
Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah
dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi,
kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari
Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan
tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan
sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap
orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak
hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002).
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan
kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan system kepercayaan (Dyson, Cobb,
Forman,1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut
dalam hubungan dengan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain dan dengan
Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan
transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan
mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku
serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan (Dossey &
Guazetta, 2000).
Para ahli keperawatan menyimpilkan bahwa spiritual merupakan sebuah
konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek
yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi
spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi
seluruh aspek hidup manusia.
B. Karakateristik Spiritual
Adapun karakteristik spiritualitas menurut Hamid (2000) meliputi :
1. Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance) meliputi:
pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan sikap (percaya
pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri.
menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang
lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006), perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia
antara lain: 1) agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan; 2) lanjut
usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut
Fowler : universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir
dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
E. Konsep Kebutuhan Dasar Spiritual
1. Pengertian kebutuhan dasar spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari
arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan
untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan. dapat disimpulkan kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan
dan mendapatkan maaf. (Hamid, 2000)
Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell
dalam Hawari, 2002), yaitu :
a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terusmenerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah
ibadah.
b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna
hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal)
dan sesama manusia (horisontat) serta alam sekitaraya
c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari.
ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan
kumpul lagi bengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi
kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung
dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang
timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut
usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus
mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan
seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang
iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan demikian
pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan
perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.
Mengingatkan klien lansia apakah sudah beribadah, bagaimana perasaan lansia
setelah beribadah, melakukan hal-hal yang berhubungan dengan beribadah lainnya
(berdoa, pergi ketempat beribadah, berpuasa, berdoa bersama atau pengajian,
membaca kitab suci atau alquran dan lain-lain
Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih
cenderung :
1. Mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama
2. Berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama
yang diyakini oleh generasi muda.
3. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian
orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.
4. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang
tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa
berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat
ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
G. Pemenuhan spiritual dalam kebutuhan cinta mencintai pada lansia
Pada hakekatnya Cinta itu adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud
dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah
SWT, maka ia akan menjadi ibadah. Dan apabila sebaliknya, jika cinta itu tidak sesuai
dengan ridha Allah SWT maka akan menjadi perbuatan maksiat (seperti yang terjadi
pada zaman sekarang ini). Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila
keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah
yaitu kesyirikan.
Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada
Rasulullah, cinta kepada Agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama
makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai
sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istriistri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. ArRuum: 21).
melahirkan
sifat
pemaaf.
Apabila
marah
hendaklah
mengucap
mengambil wuduk dengan air yang dingin. Hal ini kerana kemarahan itu berpunca
daripada api, manakala api itu tidak boleh dipadamkan melainkan dengan air.
|
Mudah memaafkan, penyayang terhadap sesama Muslim dan lapang dada
terhadap kesalahan orang merupakan amal shaleh yang keutamaannya besar dan
sangat dianjurkan dalam Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
Keutamaan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Keutamaan
: Maha Suci Allah dan Maha Terpuji, Maha Suci Allah dan Maha
Agung
Keutamaan
: Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah, Tiada Tuhan Selain Allah
dan Allah Maha Besar
Keutamaan
Keutamaan
: Tiada tuhan selain Allah Yang maha esa, tiada sekutu bagi-Nya,
baginya kerajaan dan pujian, Dia maha kuasa atas segala sesuatu.
Keutamaan
arti
Keutamaan
Rasulullah bersabda:
Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada
Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan
keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan
memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangkasangka.
8.
Keutamaan
DAFTAR PUSTAKA
Govier. (2000). Spiritual care in nursing: A systematic approach. Nursing standard, 1, (1),
diambil
pada
tanggal
20
September
2007
dari
http://www.nursing-
standard.co.uk/archives/ns/vol-14-17/pdfs/res.pdf.
Henderson, V. (2006). The concepts of nursing. Journal of advance nursing, 53, (1), 25-31.
Diambil
pada
24
Desember
2009
dari
jam
20.00
WIB
dari
http://www.journalofadvancednursing.com/docs/jan_1978.pdf.
Makhija (2002). Spiritual nursing. Nursing journal of India. (June, 2002). Diambil pada
tanggal
10
Februari
2008
dari
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa4036/is_
200206/ai_n9120374.
Oswald (2004). Nurses perceptions of spirituality and spiritual care. Diambil pada 27
Desember 2008 jam 14.20 WIB dari http://proquest.umi.com/pqdweb
Rankin & DeLashmutt (2006). Finding spirituality and nursing presence: The students
challenge. Journal of holistic nursing. (Vol 24; number 4). December 2006. Diambil pada
tanggal 21 September 2007 dari http://jhn.sagepub.com/cgi/content/abstract/24/4/282
Rieg, Mason & Preston (2006). Spiritual care: Practical guidelines for rehabilitation nurses.
Nov/Dec
2006.
Vol.
31.
Diambil
pada
tanggal
15
Februari
2008
dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?
index=15&did=1166454341&SrchMode=1&sid=2&Fmt=3&VInst=PROD&VType=PQD&R
QT=309&VName=PQD&TS=1190364522&clientId=45625.
Taylor, Lilis & LeMone. (1997). Fundamentals of nursing: The art and science of nursing
care. (3rd Ed.). Philadelphia: Lippincott.
Xiaohan, L. (Maret 2005). Basic concepts in nursing science. China: School of Nursing
China Medical University. Diambil pada 26 Desember 2009 jam 15.17 WIB dari
www.cmu.edu.cn/course/upl_files/17/200761104241915.doc.