Anda di halaman 1dari 1

Puisi dari @narasibulanmerah

Perkara Mengirim Hujan

/1/
Sambil memeluk kuyup kau bertanya kepadaku: Inikah caramu melipat jarak? Tempias-tempias hujan yang aku kirimkan itu, semoga bisa menggugurkan resah di
dadamu, membalik harapan yang pernah dirampas waktu, untuk dapat
menyelesaikan cerita-cerita yang sempat tertahan di bibir kita.

/2/
Malam itu, aku menulis larik-larik rahasia, dengan kata-kata di dalamnya yang nanti
akan dibahasakan oleh semesta. Aku menulis menggunakan tinta yang terbuat dari
benih-benih hujan, lalu kulipat sebagai sepucuk rindu.

/3/
Sebelum mimpimu benar-benar dituntaskan gigil pagi dan diselesaikan sapa
matahari, lewat doa-doa aku bersekongkol dengan angin, menerbangkan dan
mengaraknya kepada barisan awan-awan yang semoga esok akan mejelma abu-abu
langit kotamu. Menjadikannya hujan, menjatuhkan rintik-rintik yang gemericik;
menterjemahkan aku yang tak selalu bisa menemanimu.

/4/
Kelak, jika jarak sudah benar-benar bisa kita lipat, aku akan mengajakmu menari di
bait-bait antariksa dan tak akan pernah melepas lagi genggam tanganmu.
Sementara, akan aku kembalikan rasi-rasi bintang yang sengaja kucuri, yang dulu
pernah menujukkan arah untuk dapat menemukanmu sekali lagi. Namun sesekali,
akan kuajak kau menziarahi makam penantianku, untuk mengingatkan kita kepada
alur-alur cerita paling rahasia; lalu memanjatkan doa-doa. Di sana, aku memelukmu
di bawah hujan itu, kita bernaung pada satu lengkung payung.

Solo, 16 Maret 2015 (04:18)

Anda mungkin juga menyukai