Anda di halaman 1dari 36

FR : The Power of Body Language

Part 1 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/04/28/the-power-of-body-language
Part 2 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/17/body-language-basics
Part 3 : https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/18/vibe-body-language-part-3
Masih banyak perdebatan sekitar komunikasi antar manusia, dimana yang satu
mengatakan 90% komunikasi dari seseorang ditentukan oleh body language (bahasa
tubuh), dan tonality (nada bicara) kemudian sisanya ditentukan oleh pesan yang
disampaikan. Namun ada juga yang mengatakan 75%, 60% atau bahkan 95%.

Penemuan saya secara pribadi mengenai hal ini terjadi secara tidak sengaja, ketika saya makan di
sebuah restoran fast food. Saya sedang keluar sendiri saat itu dan saya langsung ke kasir.
Saya tak menyadari, saya hanya mencoba mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari dari buku
Body Language oleh Allan Pease dan beberapa tips dari komunitas seduction serta kombinasi dari
apa yang saya pelajari dari buku-buku Dale Carnegie.
Kebetulan si kasir adalah wanita yang imut dan cantik, senyumannya adalah senyuman pemalu.
Saya merentangkan tangan saya secara lebar di depan kasir, saya tetap berdiri tegak namun saya
agak mencondongkan tubuh saya ke depan. Saya menaikkan senyuman saya perlahan-lahan, dan
tetap menahan kontak mata saya selama saya memesan makanan.

Entah ini hanya perasaan saya atau bukan, namun si kasir terlihat lebih bersemangat dan tanggap
atas semua perkataan saya. Dan kadang-kadang dia melakukan kesalahan sambil tertawa kecil dan
meminta maaf eh maaf pak dan menutupi mulutnya dengan malu-malu.
Ketika seorang tamu selesai makan disitu tak lupa dia mengucapkan terima kasih pak, datang
kembali namun terlihat semua itu adalah rutinitas yang harus dia jalankan sehingga dia
melontarkan itu apa adanya.
Selesai saya memesan makanan saya, saya duduk sendiri sambil browsing dan mengecek kabarkabar di internet. Rutinitas yang dia lakukan sama. Seolah-olah dia mengerjakannya karena dia
harus mengerjakannya terima kasih pak, datang kembali
Selesai saya menyantap habis makanan saya, saya berjalan ke tempat mencuci tangan, dan saya
menangkap dia menatap saya dengan senyuman. Kontak mata terus berlanjut sampai saya ke
wastafel dan mencuci tangan saya.
Ketika saya membereskan barang-barang saya, dia melakukan rutinitas dia itu kembali kepada saya.
Namun, kali ini dia mengeraskan suaranya untuk memastikan saya mendengarkannya sambil
tersenyum sangat lepas dan energik. Alhasil, seluruh pengunjung restoran mengarahkan pandangan
mereka ke saya dan mereka tetap melakukannya sampai saya keluar dari mal tersebut.
Kejadian itu sungguh memalukan, dan waktu itu saya belum cukup percaya diri untuk menerima
perhatian sebesar itu. Tetapi ada rasa bahagia juga yang saya rasakan, setidaknya saya mebuat hari
si kasir lebih berwarna.
Pengalaman itu saya catat dalam jurnal saya secara detail dan saya memperhatikan dan mengingatngingat kembali apa saja yang saya lakukan pada waktu itu. Beberapa lama kemudian, saya bertekad
mencobanya lagi.
Kali ini di sebuah toko baju. Setelah saya selesai membeli baju, saya lakukan hal yang saya. Tangan
saya rentangkan lebar-lebar di meja kasir, badan saya tegapkan namun sedikit saya condongkan ke
si kasir. Selama kami berbicara, saya tidak pernah melepas kontak mata dengan dia dan saya tetap
tersenyum.
Tak disangka si kasir memberikan petunjuk kapan dia akan selesai bekerja. Hari itu juga saya
mengajak dia makan bareng di sebuah fast food. Tak disangka semudah itu mengajak cewek untuk
makan bareng. Kami sempat saling SMSan selama beberapa minggu namun hubungan ini tidak
berlanjut kemana-mana. Karena setelah itu dia pindah ke kota lain dan tidak pernah terlihat lagi di
toko baju tersebut.
Kejadian lain yang cukup memalukan, saya sedang berjalan-jalan di mall dan saya sempat
menggodai seorang penjaga toko DVD. Reaksinya sangat lucu sehingga sepanjang perjalanan saya
pulang saya menahan ketawa di dalam.

Sampai saya di sebuah toko roti, para penjaganya adalah 2 orang wanita. Mereka menangkap sinyal
tertawa saya yang saya tahan-tahan di dalam, dan mereka mulai tersenyum dan cekikikan tidak
jelas.
Akhirnya saya tidak dapat menahan tawa saya sendiri, dan kami bertiga pun tertawa lepas dan
panjang tanpa kami menyadari apa yang kami ketawakan. Hasilnya seluruh lantai mal tempat stand
roti tersebut mengarahkan perhatiannya kepada 3 orang bodoh yang tertawa lepas tanpa sebab yang
jelas.
Beberapa minggu kemudian ketika saya mampir di stand roti tersebut, mereka langsung teringat
kepada saya dan memberikan servis yang sangat luar biasa. Mereka sangat sigap dan tersenyum
lebar ketika melayani saya. Namun saya tidak melakukan langkah lebih jauh terhadap mereka.
Body language bekerja pada tingkat insting dan intuisi. Hal-hal kecil yang Anda lakukan atau Anda
proyeksikan dalam body language Anda akan sangat memberikan impact yang sangat besar.
Body language dapat dilatih dengan dua cara :
1.

2.

fake it till you make it; dalam arti Anda dapat membenahi body language Anda, dan pada
akhirnya otak Anda mulai percaya percaya bahwa body language Anda memproyeksikan apa yang
terjadi di dalam diri Anda. Saya dulunya menggunakan cara ini. Ketika body language Anda sudah
benar, Anda akan mulai mendapatkan feedback positif dari sekeliling Anda, dan secara otomatis rasa
percaya diri Anda akan meningkat.
fix inner then go to outer; kebalikan dari cara diatas, benahi semua negativity dalam diri
Anda, berdamai dengan diri sendiri dan tingkatkan percaya diri Anda alhasil apa yang terjadi di dalam
diri Anda akan terproyeksikan ke bahasa tubuh Anda.

Teknik saya lebih banyak mengandalkan body language dibandingkan dengan berbicara, karena
pada dasarnya saya adalah seorang introvert. Saya aslinya adalah orang yang pendiam, tidak banyak
bicara dan saya lebih suka to the point tanpa berbasa-basi.
Body language akan saya kupas secara lebih mendalam nantinya.
Untuk kali ini, Anda boleh mencoba taktik diatas kepada para kasir dan lihat bagaimana reaksi
mereka kepada Anda.

Body Language Basics


Part 1 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/04/28/the-power-of-body-language
Part 2 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/17/body-language-basics
Part 3 : https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/18/vibe-body-language-part-3
Kayaknya post gue tentang body language selalu muncul di bagian Top Post, dan yang udah gue
janjikan berkali-kali gue akan ngebahas Body Language secara mendalam. So, inilah dia artikel
pertama yang spesifik soal body language.
Sebelumnya liat dulu gambar-gambar anjing di bawah ini :
1.

2.

3.

Tebak emosi apa yang sedang dirasakan anjing-anjing pada gambar-gambar tersebut, apa yang
sedang dikomunikasikan oleh mereka. Simpan dulu jawaban elu di dalam pikiran elu. Atau tulislah
di kertas.
Kayak yang gue udah bilang, para ilmuan itu banyak meneliti soal komunikasi antar manusia. Yang
mengejutkan itu adalah bahwa komunikasi antar manusia lebih didominasi oleh non-verbal
(tonality/nada bicara dan body language).
Semua orang terlahir dengan kemampuan membaca bahasa tubuh, karena itu adalah insting/naluri
alami yang diberikan oleh alam. Wanita secara alami dan secara kodrat lebih peka terhadap bahasa
tubuh, karena mereka bertugas untuk mengasuh anak-anak.

Sebab, kalau misalnya mereka membesarkan seorang bayi yang baru lahir, dan mereka tidak mampu
membaca bahasa tubuh, bisa fatal akibatnya. Bayi yang baru lahir ya jelas engga bisa ngomong, dan
mereka hanya bermodalkan bahasa tubuh dan tangisan untuk mengkomunikasikan apa yang mereka
rasakan.
Sedangkan pria pada dasarnya harus melatih kemampuan ini karena secara naluri dan kodrat, pria
diciptakan sebagai pemburu (hunters) dan tidak terlalu terasah seperti yang dimiliki wanita.
Inilah juga sebabnya, pria memiliki kemampuan navigasi yang lebih tinggi dari wanita, karena
apabila di hutan ketika para pria berburu mereka tidak dapat menemukan jalan kembali, bisa
berabe.
Pria memiliki sudut pandang yang lebih sempit dari wanita, karena wanita harus menjaga tempat
tinggal dan para keturunannya. Sudut pandang yang lebih sempit lebih efektif dalam berburu,
sedangkan sudut pandang yang lebar lebih efektif dalam mengawasi area sekitar.
Ini sebabnya, pria sering ketauan kalo mereka ngelirik cewek lain atau kalau lagi ngobrol mata
jelalatan ke susu lawan bicara. Bukan berarti cewek engga melakukan hal-hal tersebut, melainkan
mereka lebih subtle atau benar-benar tidak kentara.
Perbedaan antara wanita dan pria ini gue dapat dari buku Why Men Dont Listen and Women
Cant Read Maps

Serta buku Men are from Mars and Women are from Venus

Buku ini bagus, karena menceritakan tentang perbedaan cara wanita dan pria dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Kedua buku ini sepertinya udah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, so kalo
lagi ke toko buku lokal, bisa elu cari kedua buku ini.
Hanya saja, kekurangan kedua buku ini, khususnya dalam hal relationship, keduanya masih
mengacu kepada sistem masyarakat, dimana para wanita diberi value yang lebih tinggi.
Mereka ga mengacu kepada value system dalam dunia seduction, which is understandable, karena
gue rasa penulis kedua buku ini bukanlah seducer. Nasihat-nasihat relationship yang dibeberkan di
buku ini lebih bakal kepake kalo elu udah berada dalam hubungan yang stabil (menikah misalnya).
Anyway, balik ke body language, coba bayangin kata yang simple aja, yang pendek misalnya
KAMU! dan bayangin foto-foto orang di bawah ini yang melontarkan kata-kata tersebut, satu per
satu :

Udah dibayangkan? Gimana menurut elo?


Gambaran yang mau gue sampaikan adalah, kata yang simple seperti KAMU yang secara verbal
berarti menunjuk ke orang kedua/lawan bicara saat ini, memiliki 3 arti yang berbeda.
Gambar 1 : Kalo bagi gue, apabila orang yang diatas ini yang melontarkan kata tersebut, dia
mengkomunikasikah bahwa dia sedang menyalahkan gue atau memarahi/mengomeli gue.
Gambar 2 : Sedangkan ini bagi gue, dia mengkomunikasikan rasa kecewa/frustrasinya terhadap gue.
Gambar 3 : Sedangkan orang ini sedang mengkomunikasikan pujian, dengan gesture jempol yang
dikeluarkan ke atas.

Gue yakin, yang ngebaca artikel ini belum pernah belajar mengenai body language sama sekali,
namun kurang lebih bisa menebak dengan yakin apa emosi yang diproyeksikan dari foto-foto
tersebut.
Kenapa? Karena pengenalan body language itu lebih berada kepada level insting. Ini adalah berkah
yang diberikan oleh alam kepada kita. It was hardwired into our brains kayak kata Mystery, dalam
arti program ini sudah dipasang oleh alam, untuk kelangsungan hidup kita.
Terus kenapa body language sekarang perlu dipelajari lagi? Inget aja, kita hidup di masyarakat
pemuja otak. Which means, kemampuan akademik dan analitik lebih banyak disegani
dibandingkan kemampuan-kemampuan yang lebih bersifat insting atau naluri. Padahal,
kemampuan pengenalan body language itu sangat penting, untuk karir maupun dalam kehidupan
sosial.
Heres the harsh reality : orang-orang yang menjadi businessman atau memiliki perusahaan,
biasanya yang prestasi akademiknya sangat kurang. Mark Zuckerberg misalnya.
Dia memutuskan untuk berhenti dari Harvard, karena dia merasa Facebook bakal jadi the next big
thing. Dalam arti, gut feeling dan intuisinya bekerja. Tapi tak cukup hanya dengan modal gut feeling
aja tentunya. Setelah dia memfokuskan diri ke Facebook, dia bekerja lebih keras dari semua orang
yang pernah elu kenal, bahkan mungkin dari para buruh panci atau buruh pabrik sweatshop.
He took the risk, and he DID IT. Elu-elu yang baca blog ini gue yakin pasti punya facebook, atau
at least udah pernah denger tentang facebook. Dan sekarang Facebook jadi kambing hitam, selalu
disalahkan sebagai penyebab utama produktivitas di kantor menurun.
Seringkali juga, orang-orang yang justru jenius malah disingkirkan karena mereka tidak mendapat
prestasi akademik yang baik. Contoh : Albert Einstein yang ternyata disekolahnya dianggap bodoh.
Anyway, udah agak melenceng dari body language. Sekarang gimana caranya memanfaatkan body
language? Kayak yang gue udah bilang berkali-kali, seduction is about continuous effort to build
your better self. Banyak taktik di luar sana, dari Mystery Method, Juggler, Gunwitch, Sleazy dst.
Tapi semua metode outer game itu, ga akan berarti kalo inner game elu, yang mana inner game itu
lebih ke apa yang terjadi dalam diri elu (seperti rasa percaya diri, believe system, congruency dan
sejenisnya) masih belum fix.
However, ketika elu membenahi body language elu, efek yang bakal terasa sangat luar biasa.
Terutama karena feedback yang dulunya elu terima dari orang sekitar terkesan biasa, tapi sekarang
menjadi terkesan positif atau bahkan luar biasa.
Contohnya, ketika gue udah membenahi body language dan coba-coba peacocking ala Mystery,
salah seorang cewek sengaja nyegat gue khusus buat muji rambut gue. What the F. Its true, it
happened, and its awkward.

Anyway, kita bahas soal game lagi sedikit. Kali ini kita bahas soal Sid Meiers Pirate.

Well, game ini bagus, dan gue lumayan suka. Intinya sih game ini mirip seperti game-game Sid
Meiers lainnya (Civilizations & Railroad Tycoon) yang lebih ke sandbox game, seperti Sim City. Ga
ada ending dan elu bisa bermain selama yang elu mau. Dan lumayan addictive, karena elu bermain
sebagai bajak laut. Dan terserah mau ngapain di dalam game ini, mau jadi mercenary, mau ngejer
cewek, mau ngejer kekayaan atau malah jadi bajak laut tulen ngerampok semua kota dan kapal laut
yang elu temuin.
Anyway, gue engga bakal bahas game ini sedalem artikel sebelumnya. Kalo elu tertarik, boleh aja
cari gamenya. Walo graphicnya sekarang udah termasuk ketinggalan jaman. Cuma ada satu bagian
dari game ini yang bagus banget, dan bisa dijadikan pelajaran : difficulty select screen.
Game ini punya 5 tingkat kesulitan; Apprentice, Journeyman, Adventurer, Rogue dan Swashbuckler.
Apprentice itu tingkat kesulitan paling mudah, sampai ke Swashbuckler yang merupakan tingkat
kesulitan paling tinggi. Nah, disampingnya ada gambar tokoh utamanya yang menunjukkan tingkat
kesulitan tersebut. Tiap-tiap tingkat kesulitan dipresentasikan dengan body language karakter
utamanya :

Apprentice (tingkat kesulitan paling mudah) :

Journeyman (tingkat kesulitan sedikit diatas Apprentice) :

Adventurer (tingkat kesulitan medium) :

Rogue (tingkat kesulitan tinggi) :

Swashbuckler (tingkat kesulitan tertinggi) :

Nah, semua gambar diatas menggunakan tokoh virtual yang sama. Penggambaran karakter yang
ganteng dan bertubuh ideal, typical hero-hero dalam komik, film atau game.
Tapi ketika elu memperhatikan gambar tokoh ini pada tingkat kesulitan Apprentice, apa yang
elu rasakan terhadap tokoh ini? Berlanjut ke Journeyman, apa yang lu rasakan? Perhatikan kata
yang gue gunakan disini, Apa yang elu RASAKAN, bukan apa yang elu pikirkan.
Bisakah elu membeberkan perbedaan postur tokoh ini pada tiap tingkat kesulitan? Apa yang
menyebabkan gambar tiap tingkat kesulitan TERASA berbeda, ketika elu melihatnya, padahal tokoh
virtual yang digunakan sama.
Udah mulai menangkap idenya?
Itu teorinya. Gimana dengan prakteknya?
Sewaktu gue baru memulai hal ini, body language gue berantakan banget. Gue berjalan dengan
kepala menunduk dan postur gue cenderung membungkuk. Ketika mentor gue mendatangi gue dan
mengkritik postur gue tersebut alasan yang keluar dari gue ini postur gue yang nyaman atau kalo
ga ngeliat ke jalan di bawah ntar kesandung dong
Kita selalu menolak perubahan, apalagi perubahan itu terkesan menyerang keadaan kita yang
sekarang. Inilah yang bahaya. Akibatnya, postur yang gue miliki itu bertahan selama beberapa bulan
sampai akhirnya gue tersadar sendiri ketika gue mulai membaca buku-buku mengenai Body
Language.
Untuk ini gue sarankan buku-buku Allan Pease. Allan Pease mengeluarkan banyak buku dan bagi
gue dia ini termasuk penulis yang oke. So buku-bukunya cukup worth it untuk dikoleksi.

Satu lagi buku yang cukup bagus, I Can Read You Like a Book oleh Gregory Hartley, yang
merupakan mantan interogator professional yang bekerja di Angkatan Darat Amerika. Profesinya
sebagai interogator menuntut dia agar memiliki kemampuan mendeteksi petunjuk-petunjuk yang
sangat kecil dari bahasa tubuh subjek yang sedang diinterogasi.

Buku ini membosankan, karena terlalu teknikal dan banyak teori. Tapi pelajaran-pelajaran di
dalemnya bener-bener keren. So, gue rekomen banget.
Nah diatas itu mengenai pengenalan body language. Tapi sekarang gimana dengan cara
memperbaiki body language?
Rule of thumbnya : orang yang percaya diri selalu berpostur tegap, memandang lurus ke depan,
berbicara dengan perlahan dan JELAS (tidak harus keras, tapi JELAS), tangan selalu bebas di bawah
dan posisi kaki ketika berdiri selalu lebar.
Ada dua cara memperbaiki body language :
1.
2.

inner to outer, yaitu elu memperbaiki inner game elu, rasa percaya diri elu, optimisme dan
mood hati, maka semua itu akan terproyeksikan keluar di bahasa tubuh elu.
outer to inner, yaitu elu memperbaiki body language elu terlebih dahulu, niscaya karena
feedback positif dari sekitar elu, rasa percaya diri elu meningkat, mood membaik yang mana pada
akhirnya akan mendongkrak hal-hal seperti optimisme diri elu.

Cara yang gue pakai adalah cara yang kedua. Pertama-tama ini latihan yang gue jalankan :

Jangan ketawa dulu. Latihan ini sepertinya udah jadi standard latihan senyuman untuk para
hospitality professional, seperti pramugari misalnya :

So, pulpen/sumpit/pensil, taruh di mulutlu secara melintang ke dalam, sampai ke gigi gerahamlu
dan gigit kuat-kuat. Latihan ini gue lakukan setiap hari, secara terus menerus. Nontstop, bahkan
ketika gue kerja dan ketika gue di rumah. Udah banyak pulpen menjadi korban latihan gue. Tapi
satu keuntungan utamanya adalah, orang-orang di kantor yang suka minjem pulpen tanpa ijin jadi
males asal comot pulpen gue karena udah terlumuri oleh ludah gue. lol.
Salah satu kritik yang bener-bener nancep ke gue, orang-orang sering bilang Lu tuh badannya gede,
tampanglu serem, jadi orang takut sama elu haha. Yayaya. So gue mulai melatih senyuman, supaya
mengurangi tampilan gue yang sangat intimidatif. However, terlalu banyak senyum bisa berarti
approval seeking juga. So hati-hati dalam memberikan kadar senyuman.

Perlu diliat asal-usul senyuman itu darimana. Pada sepupu terdekat kita, simpanse dan primataprimata lainnya, senyuman itu bisa berarti beberapa hal :
1.
2.

Gue bukan ancaman bagilu


Gue submissive ke elu

Bisa dibaca sejarahnya dari wikipedia bahwa senyuman itu berasal dari expresi rasa takut.
Khususnya dari para primata lainya.
Setelah evolusi yang berlangsung selama puluhan juta tahun, senyuman itu memiliki banyak fungsi,
seperti sex appeal , expresi rasa bahagia dan juga terkadang bisa menandakan dominasi.
Pernah ga elu didatengin orang yang tersenyum tapi elu masih merasa risih dengan dia? Means, elu
menangkap sinyal-sinyal yang dia sembunyikan dibalik senyumannya, mungkin dia memberikan
senyuman palsu dan senyuman itu karena dia ada maunya. Ada udang dibalik batu, istilahnya.
So, berhati-hati dalam menggunakan senyuman. Body language juga perlu kalibrasi secara terusmenerus sampai elu mendapatkan kombinasi yang pas. Micro Calibrations istilahnya. Dan ini bukan
sesuatu yang bisa dilakukan dalam sehari dua hari.
Untuk postur sendiri, ini latihan yang gue lakukan : gue menempelkan punggung gue ke tembok,
sampai belakang kepala gue juga menyentuh tembok tersebut, dan mencoba mempertahankan
postur tersebut. Ya, memang awalnya berasa culun dan aneh, tapi ketika elu sudah terbiasa dan
nyaman dengan postur tersebut, lama-kelamaan ini akan menjadi postur elu yang default dan
nyaman bagilu.
Lalu waktu itu banyak iklan di TV mengenai alat yang bisa digunakan untuk memperbaiki postur
tubuh, seperti gambar-gambar dibawah ini :

Cuma, waktu itu gue berpikir, kok mirip sama tas ransel yah? So inilah yang gue lakukan. Gue
pakai tas ransel gue, dan tarik kedua tali bahunya sampai benar-benar menarik kedua bahu gue ke

belakang. Dan gue berjalan setiap hari sejauh 15 kilometer dengan kondisi ransel yang sangat ketat
itu.
Setelah terbiasa, secara ga sadar postur gue pun ternyata membaik.
However, ini cara yang ga gue sarankan, karena ini alternatif murah dari alat-alat yang
diatas, dan so far sepengetahuan gue, baru gue aja yang nyobain cara tersebut.
Hati-hati, karena mungkin tulang bahu bisa tergeser dan postur elu malah jadi rusak. It works for
me tho, so kalo mau coba, boleh, tapi resiko tanggung sendiri, karena tas ransel bukan didesain
untuk memperbaiki postur, melainkan didesain untuk membawa barang. Duh?
Nah, lalu gimana dengan tonality? Ga banyak sih latian khusus yang gue lakukan. Cuma gue rutin
berlatih storytelling sama temen-temen ngerokok gue. Jadi di kantor itu ada smoking area, dan kita
selalu nongkrong di tempat yang sama. Awal-awal berasa malu-malu dan ragu-ragu kalo mau
menyumbang cerita dan pendapat. Tapi lama-lama, seiring waktu gue jadi mendominasi
percakapan.
Ada latihan yang disarankan oleh beberapa sumber, yaitu baca buku, kalo bisa buku cerita, bayangin
elu mendongeng ke anak-anak, rekam suara elu. Terus playback ulang, dengarkan sendiri rekaman
suara elu. Kalo elu sendiri engga ngerti elu ngoceh apa disitu, gimana dengan orang lain?
Hasilnya bisa lu liat dari gambar di page about :

Walaupun latihan bahasa


tubuh ini hanya secuil dari latihan-latihan yang gue lakukan. Semua elemen disatukan sehingga gue
merasa menjadi pribadi yang lebih baik dari diri gue yang sebelumnya.
Ini salah satu manfaat body language dan ini artikel originalnya di mASF
Ini pengembangan gue soal senyum yang gue post di mASF
Oke, sekarang balik lagi ke quiz awal. Gue sedari kecil, selalu memelihara anjing. Jadi kurang lebih
gue bisa mendeteksi sinyal-sinyal yang paling subtle sekalipun dari anjing. Anyway ini jawabannya :
1.
2.
3.

marah/siap menyerang
takut/terancam
senang/mengajak bercanda

Gue yakin sebagian besar orang yang baca artikel ini mendapat jawaban yang benar. So sekarang
percaya kalo body language itu bekerja pada level insting dan bersifat cross-species?
Omong-omong tentang anjing, ada satu program yang bagus di National Geographic, yang berjudul
Dog Whisperer. Entah masih ada atau engga, tapi lu bisa lirik youtube channelnya.
Cesar Millan yang menjadi host show tersebut, dan dia mengatasi masalah-masalah para pemilik
anjing. Entah dari anjing yang sangat agresif atau yang mengalami masalah-masalah lainnya. Apa
yang dia selalu sampaikan adalah : sifat negatif anjing itu selalu berasal dari majikannya. Dan solusi
yang dia berikan selalu ditujukan ke pemiliknya, bukan kepada anjingnya. Termasuk di dalamnya
adalah body language para majikannya.

Show ini wajib tonton, terutama bagi yang pengen memperbaiki non-verbal communicationnya.
Contoh FR gue yang 100% ngutamain non-verbal communication bisa lu liat disini :
https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/02/berisik/
https://lakitulen.wordpress.com/2013/06/27/fr-makeout-sama-stripper-mancanegara/

Vibe Body Language Part 3


Part 1 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/04/28/the-power-of-body-language
Part 2 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/17/body-language-basics
Part 3 : https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/18/vibe-body-language-part-3
Vibe
Vibe, atau getaran, atau mungkin gue lebih suka menyebutnya dengan aura (walaupun engga tepat
secara sepenuhnya), bisa dibilang adalah semua kombinasi komunikasi non verbal yang elo
pancarkan ke dunia.

Aura sendiri gue ga gitu percaya, dalam konteks arti aslinya. Tapi sejauh pemahaman gue, konsep
aura itu masih mendekati dengan vibe
Kadang gue merefer vibe ini sebagai aura, karena orang lebih familiar dengan kata aura.
Agak sulit menjelaskan vibe secara mendetail. Tapi pernah ga elo deket sama orang tertentu dan
elo ngerasa risih/ga nyaman?
Misalnya coba liat foto ini :

Kalau perlu klik gambarnya supaya elo bisa fokus terhadap masing-masing foto.
Mana yang menimbulkan perasaan engga enak, dan mana yang menimbulkan perasaan nyaman?
Kayak yang udah disebut sebelumnya, apabila banyak orang yang ga memberikan reaksi/respon
positif ke elo, kemungkinan besar itu karena DIRI ELO yang perlu dibenahi.
Mungkin biar lebih mudah, coba tonton 2 youtuber dibawah ini :
Coba tebak mana yang memiliki subscriber lebih banyak?
Kripparian memiliki 260.000 subscriber
Sedangkan PewDiePie hampir 30.000.000 subscriber
Nah, gue mo tanya, ketika elo menonton video milik Kripparian, apa yang elo RASAKAN?
Apa juga yang elo RASAKAN ketika elo menonton video milik PewDiePie?
Gue ga mengatakan bahwa elo harus meniru PewDiePie 100%, mengkopi kepribadiannya dan
sejenisnya.
Blueprint atau istilahnya cetakan tiap-tiap orang itu beda. Tapi yang jelas, body language dan
vibe itu bersumber dari pandangan elo terhadap diri elo sendiri.
Contoh video lainnya, salah satu motivator yang punya kekurangan fisik :

Nah untuk ini, coba minimize browser elo, cukup dengerin dia ngomong. Energi apa yang elo
dapatkan dari cara dia berbicara? Tonality orang ini sangat bagus. Dan dia bisa mengekspresikannya
dengan sangat mudah. Berbeda dengan kebanyakan orang yang takut mengekspresikan emosinya,
contohnya :
Nada bicaranya datar, membosankan, dan menyampaikan fakta, sebagai fakta.
Kemungkinan besar, dia terlalu menahan diri, memikirkan reaksi apa yang bakal dia dapatkan, dan
mungkin terlalu keras berusaha menyenangkan audiencenya
https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/12/getting-in-touch-with-emotion/
Bandingkan lagi dengan :
Steve Jobs
Steve Ballmer
Berasa ga energinya?
Untuk kasus Steve Jobs sendiri, dia banyak ngucapin kata-kata INCREDIBLE, AMAZING,
AWESOME, dengan cara yang khas, sehingga bisa menghipnotis para peserta seminarnya.
Atau salah satu contoh favorit gue, dimana apa yang elo KATAKAN itu engga ada pengaruhnya, elo
bisa menyampaikan hal-hal yang kurang ajar dan sangat menyinggung (dalam hal ini rasis). Ini
stand up comedian yang namanya Russel Peters, joke-jokenya dia rasis semua, tapi tetep jutaan
audience berebutan buat dapetin seat untuk nonton pertunjukan dia.
Gue sendiri udah membawakan seminar/workshop, dan jelas buat menghipnotis penonton itu
bukan sesuatu yang mudah.
Satu pengalaman terpahit gue ketika awal-awal membawakan seminar adalah semua peserta walk
out keluar dari ruangan, dan tersisa 2 orang di dalam ruangan tersebut. It sucks. Tapi jelas, kalo gue
ga mengalami hal tersebut, gue ga bakalan bisa belajar dari pengalaman.
Waktu itu kebetulan gue lagi flu, dan beberapa rentetan kejadian membuat mood gue sangat jelek.
Walopun gue berusaha membawakan yang terbaik, apa yang gue pancarkan atau broadcast itu
sangat negatif. Maka orang pun ngerasa negatif tentang diri gue. Dari sekitar 100-200an
pengunjung, cuma tersisa 2 orang.

Selanjutnya, ga masalah, ketika gue membawakan seminar di tempat lain, atau di kampus, kini gue
bisa berinteraksi dengan audience dengan benar. Rasa grogi, demam panggung dan sebagainya
masih muncul, tapi karena gue udah mengalami yang terburuk, jadi gue tau bahwa semua emosi
negatif tersebut bisa diabaikan, dan ngebiarin semuanya mengalir kayak air.
Inner Game
Kalau apa yang ada di otak elo negatif melulu, pesimistis, pendendam, atau semacamnya, itu juga
yang bakal elo broadcast atau siarkan dari vibe elo ke orang lain, maka dari itu orang akan
memberikan feedback negatif kembali ke elo juga.
Engga perlu banyak menonton video soal body language, vibe itu sendiri bisa dilihat dari foto. Gue
kasih contoh foto-foto lain.
Misalnya, kedua orang dibawah ini bakal meminta bantuan elo, atau mungkin elo berlaku sebagai
investor, siapa yang bakal elo percaya?

Satu contoh lagi :

Bahkan dengan mengubah penampilan, reaksi orang terhadap elo bakal berubah banyak.
Penampilan pengaruh ato engga?
Gue udah sampaikan tentang hal ini. Pengaruh, liat lagi contoh-contoh diatas. Walaupun tidak
sebesar yang elo pikirkan.
Baca lagi disini
https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/23/mitos-mitos-umum-yang-beredar-mengenaicewek-part-1/
Atau di halaman 1 Kaskus Lair yang lebih updated :
http://www.kaskus.co.id/thread/51ebd4926012437a73000000/pua-kaskus-lair/
Misalnya :

Ga banyak yang bisa dia lakukan buat mengubah wajahnya. Pengaruh? Gue tetep bersikukuh pada
jawaban yang sama : YA dan TIDAK.
Perlu lu inget juga, ini soal permainan kuantitas. Jelas Andika kangen band punya ribuan,
mungkin jutaan fans, dibandingkan dengan orang yang social circlenya sempit.
Dari situ dia tinggal pilih aja, dari semua yang tergila-gila sama dia.
Nah, gimana kalo orang-orang biasa seperti elo dan gue? Ya, keseluruhan blog ini dari awal sudah
memaparkan salah satu caranya.
Kalo elo lebih prefer dikenalkan dari temen ke temen, unless emang temen elo segitu banyaknya,
dan elo jadi tergantung sama opsi yang diberikan teman, ya itu hak elo.

Tapi gue orang yang Introvert


Atau tapi gue ga pinter ngomong, gue ga pinter ngelucu, dll.
Contoh alasan-alasan yang paling sering gue dengar.
Masih belon sadar, bahwa gue udah menunjukkan contoh yang ga berbicara sama sekali? Coba liat
lagi keatas, liat contoh foto-fotonya.
Gue juga sering ngelihat playboy yang aslinya pendiam, dan sampe sekarang gue garuk-garuk kepala
gimana caranya dia bisa ngumpulin gerombolan cewek segitu banyak yang selalu ngikutin dia
kemana-mana.
So, alasan-alasan tersebut ga relevan gue rasa. Dan lebih sering lagi, kebanyakan orang sepertinya ga
mengerti tentang introvert tapi sering menggunakannya sebagai alasan.
Bedanya introvert dan extrovert cuma sedikit, dua-duanya sama-sama manusia. Dan menjadi
introvert BUKANLAH kekurangan, apalagi alasan.
Jadi kalau elo membuat introvert sebagai alasan elo untuk TIDAK bersosialisasi, maka ga ada
buku, ga ada coach, ga ada wingman ato apapun di dunia ini yang bisa ngerubah diri elo.
Faktanya gue sendiri termasuk orang yang introvert, tapi gue ga masalah menjadi salesman
dadakan. Gue juga kalo ngomong seperlunya, kalo bisa ga perlu ngomong apa-apa kalo emang ga
ada yang perlu diomong.
Itulah sebabnya kenapa juga gue lebih prefer Night Game (walo belakangan gue udah jarang),
karena vibe elo dan tindakan elo lebih banyak berpengaruh dibandingkan kata-kata yang elo
ucapkan, dibandingkan di day game.
Selama elo berfokus mencari solusi, pasti bakal ketemu jalan keluarnya.
Selama elo berfokus kepada permasalahan, ya selamanya juga elo bakal berputar disitu-situ aja.

Anda mungkin juga menyukai