dan 1 kasus per 350-400 di Haiti. Tingkat kematian berkisar dari 7-50% dengan sebagian
besar terjadi dalam waktu 3 bulan setelah melahirkan. Penyebab yang umum biasanya adalah
gagal jantung progresif, aritmia, atau tromboemboli. Mortalitas yang berhubungan dengan
kejadian emboli telah dilaporkan terdapat sebanyak 30%.1 C. Etiologi dan Patogenesis
Etiologi kardiomiopati peripartum hingga saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti,
akan tetapi terdapat beberapa hipotesis yang mengemukakan penyebab yang mungkin dari
kardiomiopai ini. Penyebab yang mungkin mengakibatkan terjadinya kardiomiopati
peripartum ini adalah miokarditis, abnormalitas respon imun terhadap kehamilan, respon
maladaptif terhadap stress hemodinamik kehamilan, produksi sitokin, dan tokolisis
berkepanjangan serta peran dari faktor keluarga.2 Abnormalitas respon imun terhadap
kehamilan Beberapa laporan telah mendokumentasikan terjadinya kimerisme dari sel garis
keturunan hematopoiesis dari fetus ke ibu selama kehamilan. Dinyatakan bahwa sel janin
dapat melarikan diri ke dalam sirkulasi ibu dan menetap disana tanpa penolakan, karena
kelemahan imunogenisitas haplotipe sel kimerik paternal, atau memang secara alami terjadi
mekanisme imunosupresif pada ibu, atau kedua hal tersebut dapat terjadi. Jika sel
hematopoeisis kimerik berada pada jaringan jantung selama kehamilan yang imunosupresif
dan pemulihan kemampuan imun berikutnya pada post partum, dikenali sebagai benda asing
oleh sistem imun ibu maka respon autoimun patologi dapat tercetuskan. Eksposur
sebelumnya terhadap kompleks antigen histokompatibilitas paternal yang diekspresikan oleh
spermatozoa ataupun oleh karena imunisasi dari kehamilan sebelumnya, keduanya berperan
dalam menginduksi respon inflamasi jaringan lokal. Dari kejadian tersebut akan dilepaskan
sitokin dan molekul sinyal yang berperan dalam terjadinya miositotoksisitas dan miokarditis
yang nonspesifik. Bukti menunjukkan bahwa kardiomiopati peripartum berhubungan dengan
peningkatan titer autoantibodi yang melawan protein jaringan jantung, mendukung aktifitas
imunologi abnormal sebagai penyebab yang mungkin kardiomiopati peripartum.10 Dalam
laporan lain dikemukakan proses autoimun yang berperan dalam terjadinya kardiomiopati
peripartum. Postulat tersebut menyatakan bahwa setelah melahirkan terjadi degenerasi cepat
dari uterus yang mengakibatkan fragmentasi tropokolagen oleh enzim kolagenolitik yang
melepaskan aktin, miosin, dan metabolitnya. Oleh karena itu dibentuk antibody untuk
melawan aktin yang bereaksi silang dengan miokardium, sehingga sesudah hal itu terjadi
pasien akan menderita kardiomiopati.8 Respon terhadap stress hemodinamik kehamilan 4
Selama kehamilan volume darah (preload) dan cardiac output meningkat dan afterload
menurun. Penilaian ekokardiografi hemodinamik jantung pada kehamilan normal yang
dilakukan oleh Geva, et all menunjukkan peningkatan 10% volume akhir diastolik,
peningkatan 45% pada cardiac output, dan 26-28% penurunan pada tekanan dinding akhir
sistolik. Tambahan lagi terjadi remodeling ventrikel kiri sebagai respon terhadap
hemodinamik kehamilan yang mengakibatkan hipertrofi sementara. Penelitian tersebut
menunjukkan penurunan yang reversibel pada fungsi sistolik ventrikel kiri pada pada
trimester kedua dan ketiga yang menetap sampai awal periode post partum, namun kembali
pada fungsi awalnya setelah itu. Pada kardiomiopati peripartum mekanisme penurunan fungsi
sistolik tersebut mungkin tercetus secara berlebihan.10 Miokarditis Beberapa studi
menunjukkan bahwa etiologi kardiomiopati peripartum mungkin diakibatkan oleh
miokarditis. Hubungan antara kehamilan dan miokarditis virus pertama kali dipublikasikan
pada tahun 1968. Studi pada hewan menunjukkan bahwa tikus yang hamil lebih rentan
terhadap infeksi virus daripada yang tidak hamil. Selain itu, studi Farbor dan Glasgow
menunjukkan bahwa virus bermultiplikasi lebih besar pada jantung tikus yang hamil. Hal ini
mungkin akibat peningkatan kortikosterois adrenal dan penghambatan terhadap antibodi
selama kehamilan normal, yang berperan pada imunosupresi yang relatif. Konsentrasi virus
yang lebih tinggi pada miokardium dihubungkan dengan miokarditis melalui diagnosis
histologi. Studi lain mengatakan bahwa ketika cardiac output meningkat seperti yang terjadi
pada kehamilan normal maka hal tersebut akan menyebabkan lesi virus miokardial
memburuk.8 Tambahan lagi, sejumlah studi telah melaporkan bukti histologi adanya
miokarditis pada sampel biopsi endomiokardium dari pasien dengan kardiomiopati
peripartum. Insiden tersebut bervariasi pada berbagai literatur yang berkisar antara 8,8% 100%. Midei, et all melakukan biopsi pada 18 pasien dengan kardiomiopati peripartum,
diperoleh hasil 14 spesimen positif miokarditis.8 D. Diagnosis Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik Kardiomiopati peripartum atau post partum merupakan penyakit yang serius dengan
etiologi yang belum dimengerti hingga saat ini. Kardiomiopati ini dicirikan dengan cepatnya
onset terjadinya gagal jantung selama minggu akhir kehamilan atau sampai 6 bulan paska
melahirkan. Gambaran kliniknya berhubungan dengan gambaran klinik dari kardiomiopati
dilatasi, tetapi memilki perbedaan dengan bentuk kardiomiopati dilatasi yang lain dalam hal
kesepatan perkembangan penyakitnya.4 Diagnosis kardiomiopati peripartum atau post
partum sebaiknya dipertimbangkan apabila pasien menunjukkan gejala-gejala ringan gagal
jantung pada akhir bulan kehamilan dan pada 5 bulan pertama post partum. Akan tetapi,
pasien yang berada pada akhir bulan kehamilan biasanya juga menunjukkan gejala-gejala
yang pada umumnya memang dicetuskan oleh kehamilan seperti dispnea, kelelahan, dan
edema kaki, sehingga memberikan kesulitan dalam mendiagnosis.6 Penggunaan klasifikasi
NYHA tidak relevan karena pada gejala dan tanda yang terdapat pada klasifikasi NHYA
umumnya terjadi pada kehamilan normal, yang ternyata memilki gejala dan tanda yang
hampir sama dengan kardiomiopati peripartum. Klasifikasi ini tidak dapat mencerminkan
beratnya disfungsi jantung yang terjadi.2 Tidak ada kriteria yang spesifik untuk membedakan
gejala-gejala gagal jantung pada kardiomiopati peripartum dengan gejala-gejala pada masa
akhir kehamilan yang normal, sehingga penting sekali untuk meningkatkan kecurigaan dalam
mengidentifikasi kasus yang jarang seperti kardiomiopati peripartum.10 Gejala yang dapat
timbul pada kardiomiopati peripartum adalah : 8 1. 2. Dispnea Orthopnea 3. 4. 5. Paroxysmal
nocturnal dyspnea Batuk Nyeri dada 5 6. 7. 8. Anoreksia Lelah Edem kaki Adapun tandatanda dari kardiomiopati peripartum adalah : Distensi vena jugularis Takikardi Takipnea
Hepatomegali Refluks hepatojugular Asites Edema perifer Perubahan status mental
Tromboemboli Irama gallop Murmur regurgitasi mitral P2 mengeras Ronki 8 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. EKG menunjukkan sinus normal atau menunjukan sinus takikardi,
tetapi fokus ektopik dan aritmia atrial lainnya dapat juga terlihat seperti fibrilasi atrial.
Hipertrofi ventrikel kiri, T inversi, gelombang Q, dan perubahan segmen ST-T non spesifik
juga dapat terlihat pada rekaman EKG. Pada foto toraks pasien biasanya terdapat pembesaran
jantung dan kongesti pulmonal. 8,11,12 Evaluasi laboratorium biasanya menunjukkan sedikit
atau tidak ada peningkatan pada kreatinin kinase, atau troponin jantung.7 A 6 B Gambar 1.
EKG pasien dengan kardiomiopati peripartum (a) pada ruang pemulihan, menunjukkan sinus
takikardi, dan (b) ketika pasien mengeluh sesak pada dada, menunjukkan sinus takikardi
dengan perubahan ST nonspesifik Sekarang, ekokardiografi adalah standar non invasif untuk
mengukur fungsi jantung, mengukur fungsi ventrikel kiri dan memberikan informasi dalam
menyokong diagnosis untuk menentukan disfungsi ventrikel kiri, oleh karena itu,
ekokarkardiografi merupakan instrumen yang penting dalam mendiagnosis kardiomiopati
peripartum dan memprediksi prognosisnya.6 Ekokardiografi sangat penting untuk
meniadakan penyebab lain dari gagal jantung seperti penyakit katup mitral, miksoma atrium
kiri, dan penyakit perikardium. Ekokardiogram biasanya menunjukkan dilatasi ventrikel kiri,
dengan gangguan penanda dari penampilan seluruh sistolik. Kriteria ekokardiografi yang
memenuhi dalam mendiagnosis kardiomiopati peripartum yaitu fraksi ejeksi ventrikel kiri <
45%, fractional shortening < 30% pada skan ekokardiografi M-mode, atau terdapat 2 kriteria
tersebut, dan dimensi akhir diastolik ventrikel kiri > 2,7 cm/m2 dari area permukaan tubuh.
Secara keseluruhan, gambaran pada ekokardiografi kardiomiopati peripartum tidak dapat
dibedakan dari kardiomiopati dilatasi non-iskemik primer.2,7 Gambar 2. Foto rontgen torak
pada kardiomiopati peripartum, menunjukkan 1 jam setelah seksio sesarea, terlihat edema
paru, efusi pleura dengan kardiomegali E. Kompilkasi 7 Komplikasi yang paling umum
adalah tromboembolisme. Namun kelahiran prematur juga pernah dilaporkan pada
kardiomiopati peripartum sebesar 25%. Dan kardiomiopati post partum telah meningkatkan
insiden seksio sesarea sampai 40%.12 Gambar 3. M-mode ekokardiogram, gambaran pada
pasien dengan diagnosis kardiomiopati peripartum, menunjukkan dilatasi ventrikel kiri,
penurunan yang berat pada penampilan ventrikel dengan takikardi (frekuensi jantung
177x/menit) Gambar 4. Ekokardiogram pada pasien dengan (a) regurgitasi mitral berat
dengan kardiomiopati akut 3 minggu setelah seksio sesarea, dan (b) gambaran normal 5 bulan
setelah terapi bromokriptin. Fraksi ejeksi pada ekokardiogram terukur sebesar 17% pada fase
akut dan 57% setelah 5 bulan F. Penanganan Penanganan kardiomiopati peripartum hampir
sama dengan penanganan kardiomiopati dilatasi non iskemik. Terapi nonfarmakologi8
Diet rendah garam (< 4 g/hari) Pembatasan cairan (< 2 L/hari) Exercise sederhana
(contohnya berjalan, bersepeda) Terapi farmakologi oral8 a. Prepartum 1. Amlodipine 8 2.
Hidralazin/nitrat 3. Digoksin 4. Diuretik 5. Beta blocker b. Post partum 1. ACE inhibitor atau
angiotensin II receptor blocker 2. Digoksin 3. Diuretik 4. Amlodipin 5. Hidralazin/nitrat 6.
Beta blocker Terapi farmakologi intravena pada pasien dengan gejala yang berat8
Tidak berespon terhadap terapi oral di atas Dobutamin Dopamine Milrinon Nitroprusid Pada
umumnya, tujuan penanganan adalah untuk mengurangi kembalinya volume ke jantung
(mengurangi preload), menurunkan resistensi yang melawan pompa jantung (mengurangi
afterload), dan meningkatkan kontraktilitas jantung (inotropik).8 Terapi dengan ACEinhibitor merupakan inti terapi pada wanita post partum, namun merupakan kontraindikasi
selama kehamilan karena berpotensi teratogenik. ACE inhibitor yang digunakan selama
kehamilan khususnya pada trimester kedua dan ketiga berhubungan dengan peningkatan
kehilangan janin dan fetopati yang dicirikan dengan hipotensi janin, oligohidramniosanuria,
dan displasia tubular ginjal.7 Seperti bentuk lain gagal jantung, penyakit ini dapat berperan
dalam terjadinya komplikasi trombosis dan emboli. Pasien dengan adanya emboli sistemik,
atau disfungsi ventrikel kiri yang berat dan terdapat trombus mural, sebaiknya
dipertimbangkan pemberian antikoagulan. Warfarin merupakan kontraindikasi selama
kehamilan dan pada wanita yang membutuhkan antikoagulan, heparin sebaiknya digunakan.
Pada saat post partum, pasien dengan emboli atau dengan ultrasound terdapat pembentukan
trombus, terapi warfarin sebaiknya digunakan selama periode 6 bulan.7 Sebagai salah satu
bentuk dari kardiomiopati dilatasi, aritmia ventrikel merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Obat antiaritmia kelas III merupakan pilihan terbaik untuk aritmia ventrikel.12
Dalam sitasi lain disebutkan manajemen penanganan kardiomiopati peripartum dilakukan
seperti penanganan gagal jantung akut yaitu sebagai berikut:5 1. Oksigen, diuretik, digoksin,
dan vasodilator 2. Penggunaan ACE inhibitor pada awal kehamilan sebaiknya dihindari
karena efek teratogeniknya pada fetus 9 3. Terapi antikoagulan direkomendasikan karena
tingginya insiden tromboemboli pada kardimiopati peripartum Karena penyakit bersifat
reversibel, penggunaan sementara balon pompa intra aorta atau alat bantu ventrikel kiri dapat
membantu menstabilkan kondisi pasien 4. Transplantasi jantung ditawarkan sebagai pilihan
terakhir bagi pasien kardiomiopati peripartum yang tidak membaik atau yang menjadi
memburuk dengan manajemen terapi.6 Penanganan kardiomipati ini hanya secara
simtomatik. Digitalisasi pada gagal jantung memberikan hasil yang cukup baik. Pemakaian
antikoagulan dianjurkan selama ada kardiomegali karena insiden emboli sistemik dan
pulmoner tinggi. Selama kardiomegali masih ada dianjurkan supaya pasien istirahat baring.3
G. Prognosis Prognosis jangka lama bergantung pada cepat kembalinya jantung ke ukuran
normal. Pada setengah kasus kardiomiopati peripartum, ukuran jantung menjadi normal
dalam 6 bulan dan pasien kembali membaik tanpa komplikasi. Tetapi jika kardiomiopati
kongestif menetap setelah 6 bulan, maka akan menjadi ireversibel dan menandakan
kelangsungan hidup yang buruk. Pelebaran ventrikel kiri dan disfungsi sistolik pada saat
diagnosis merupakan indikator prognosis yang berhubungan dengan pemulihan fungsi
ventrikel. Pada studi perbandingan antara yang dapat bertahan hidup dan tidak mampu
bertahan pada kardiomiopati peripartum ditemukan bahwa pada sampel yang mampu
bertahan, ukuran rongga ventrikel kiri lebih kecil dan fraksi ejeksinya lebih tinggi (58 mm
dan 23%) pada waktu diagnosis, sedangkan yang tidak mampu bertahan sebesar 69 mm dan
11%.12 Pasien akan meninggal dalam waktu beberapa tahun. Wanita yang pernah menderita
kardiomiopati peripartal akan mendapatkannya kembali pada kehamilan yang berulang.12 10