Makalah Diagnosis Kelas 2
Makalah Diagnosis Kelas 2
(201233149)
Sri Pujiati
(201233156)
Ayuk Fitria
(201233177)
Rina Supriatin
(201233184)
Zulaekhah Amimah
(201233186)
Feby Andriani
(201233188)
Muntasiroh
(201233189)
Siti Kumaeni
(201233190)
(201233192)
Kelas : 7D
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta menunjukkan SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia ternyata
sangat lemah. Padahal di era globalisasi dan abad informasi yang penuh
dengan ketidak pastian dan persaingan, hanya SDM berkualitas yang bisa
diandalkan untuk tetap survive (bertahan). Bahkan bangsa ini mengalami
krisis moral, kepercayaan dan identitas. Artinya dunia pendidikan, sebagai
tulang punggung pengelolaan dan pengembangan SDM harus dapat
memecahkan masalah tersebut. Sosok seorang gurulah yang memegang peran
penting untuk menciptakan SDN yang berkualitas unggul.
Guru merupakan sosok yang memiliki peran strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia dimanapun dan sampai kapanpun. Guru
dalam proses pembelajaran di kelas juga berperan penting dalam membangun
peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan
rasa ingin tahu, memdorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual,
serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar. Oleh karena itu
guru dituntut untuk memiliki kompetensi.
Kompetensi guru merupakan kecakapan atau kemampuan yang harus
dikuasai oleh guru baik dalam bentuk pegetahuan (akademik), keterampilan
maupun sikap (non akademik) yang menunjukkan keprofesiannya sebagai
guru. Sehingga guru dapat menjalankan tugasnya untuk mendidik, melatih,
menilai dan mengevalusi yang kaitannya dengan profesinya sebagai seorang
guru agar dapat dilaksanakan dengan tepat dan efektif.
Seorang guru harus memiliki perhatian yang cukup, keahlian dan
wawasan yang luas untuk mengembangkan potensi pada siswa dalam bidang
akademik maupun non akademik. Guru juga harus memperhatikan bagaimana
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, akan mengalami kesulitan belajar
dalam membaca atau menulis untuk siswa kelas rendah. Guru juga harus
mencari solusi yang tepat untu mengatasi kesulitan siswa.
Pada dasarnya, seorang guru hanya terfokus untuk melakukan orientasi
pembelajaran secara akademik atau prestasi belajar. Seorang guru semestinya
tidak hanya terfokus dalam maslah akademik siswa, namun juga harus
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kompetensi Akademik Siswa dan Guru
Kompetensi akademik adalah nilai atau ukuran yang diperoleh
seseorang dalam kelembagaan pendidikan. Nilai tersebut didasarkan menurut
standar atau kriteria tertentu dan merupakan fungsi dari faktor-faktor sekolah
dan faktor-faktor lainnya (Indriyanto, 2005).
1. Kompetensi Akademik Siswa
Merupakan kompetensi dan kemahiran siswa dalam bidang
akademik. Bidang akademik ini meliputi segala ilmu pengetahuan yang
ada di dalam pendidikan formal, dalam kalimat mudahnya adalah berbagai
subjek mata pelajaran yang ada pada pendidikan formal. Kemampuan
akademis ini mengarah pada kemampuan IQ (Intelligence Quotient) yang
dimiliki masing-masing orang. Karakteristik kompetensi akademik siswa
diantaranya sebagai berikut:
a. Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang:
1) Kemampuan Umum
a) Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan
numerikal, hubungan spasial, ingatan, kelancaran kata.
b) Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam
lingkungan eksternal.
c) Automatisasi pemrosesan informasi.
2) Kemampuan Khusus
a) Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap
bidang-bidang yang lebih spesifik (Misalnya; Matematika, Sain,
Seni, kepemimpinan)
b) Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat
sejumlah pengetahuan formal, teknik, dan strategi di dalam
menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
c) Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak
relevan dengan problem atau bidang studi tertentu.
b. Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan
dengan:
1) Kemampuan
yang
tinggi
terhadap
minat,
antusiasme,
dan
kegiatan pembelajaran.
g. Mendengarkan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara/
mengemukakan pendapat.
h. Meminimalkan friksi-friksi di kelas (perbedaan prinsip).
Menurut Bell (1993: 37) guru yang sukses mengajar adalah guru
yang memiliki:
a. POWER WITH :yaitu guru yang senantiasa dapat bekerjasama dengan
siswa (kolaboratif). Guru model ini
a.
b.
c.
d.
a.
untuk
membahas/mendiskusikan
suatu
ekstrakurikuler, untuk
menggali
potensi,
mengasah
pelaksanaan
pembelajaran,
evaluasi
hasil
belajar,
dan
Guilford
(Endang,
2000:10) mengemukakan
karakteristik
orang
yang
kurang
memiliki
kepercayaan
diri
sebagai
perbandingan.
Lauster (2012:13) menyatakan bahwa rendahnya kepercayaan diri
pada seseorang menyebabkan orang menjadi ragu-ragu, pesimis dalam
menghadapi rintangan, kurang tanggung jawab, dan cemas dalam
mengungkapkan pendapat/gagasan.
Menurut Hakim (2002:8), ciri-ciri individu yang tidak memiliki
kepercayaan diri adalah:
1. mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan
tertentu;
2. memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik sosial,
atau ekonomi;
3. sulit menetralisasi ketegangan di dalam suatu situasi;
4. gugup dan kadang-kadang berbicara gagap;
kepribadian
yang
baik
sesuai
dengan
proses
10
diri
yaitu
kemampuan
yang
dimiliki
individu
untuk
11
namun
tetap
memberikan
kebebasan
anak
untuk
13
pada perilakunya yang mengarah pada rasa percaya diri dan rasa
hormat dirinya tersebut.
2. Memberikan pujian yang tepat
Pujian memang baik untuk anak, namun jangan berlebihan.
Jangan mengulang pujian pada anak yang sifatnya membanggabanggakan talenta dirinya. Seperti Kamu adalah anak terpintar di
sekolah. Jangan memberikan pujian yang membuatnya terbebani
untuk selalu menjadi yang terhebat. Berikan pujian pada usahanya
dalam meraih sukses, bukan pada talenta yang dimiliknya. Menurut
penelitian di Columbia University, anak-anak merasa lebih senang
dan mampu menghadapi tantangan ketika mereka mendapatkan
pujian atas usahanya. Seperti dengan mengatakan,kamu bekerja
keras atau hebat, kamu bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
3. Agenda sosialisasi
Sering mengajak anak bermain dan bertemu dengan kerabat,
sepupu, tetangga, bermain di taman bermain dan tempat keramaian
lain juga sangat membantu anak. Siapkan anak untuk menghadiri
acara sosial yang akan segera diselenggarakan dengan menjelaskan
latar belakang, ekspektasi, serta para hadirin yang kira-kira datang ke
acara itu. Kemudian, bantu anak berlatih bagaimana cara bertemu
orang lain, tata krama di meka makan, keterampilan dasar berbicara,
dan bagaimana cara mengucapkan salam perpisahan dengan anggun.
Ini akan sangat membantu anak untuk menjadi lebih percaya diri.
Belajar atau melatihnya untuk peduli dan berbagi terhadap
sesama merupakan cara yang baik untuk melatih kepercayaan diri
anak. Dengan demikian mereka akan mempunyai kepekaan dan
empati yang baik terhadap lingkungan sosialnya, sehingga merasa
akan merasakan betapa hidup ini begitu berarti apabila bisa berbuat
sesuatu yang positif.
4. Kenalkan beragam karakter melalui cerita
Hal ini dapat dilakukan dengan membacakan cerita fiksi,
mengenalkan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut, atau
bisa juga menceritakan pengalaman berteman guru atau orangtua,
14
anak
untuk
menjadi
lebih
terbuka
dalam
15
bermain.
Setelah
itu,
ajaklah
anak
untuk
berlatih
17
dan bunyi, metode kupas rangkai suku kata, metode kata lembaga, metode
global dan eja (Akhadiah dalam Slamet, 2014: 37).
Asessment pada pembelajaran membaca dapat berupa asessment
formal dan informal. Hargrove dan Poteet (dalam Agustin: 59)
menyebutkan berbagai perilaku yang mengindikasikan bahwa anak
berkesulitan membaca di antaranya;
-
berusaha
berarti
memisahkan,
menceraikan,
membagi,
18
sederhana
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Karakteristik kompetensi akademik siswa adalah menunjukkan
kemampuan di atas rata-rata, menunjukkan komitmen yang terhadap tugas,
dan menunjukkan kreativitas yang tinggi. Guru yang professional memiliki
kemampuan professional (professional capacity), upaya professional
(professional effort), waktu yang disediakan untuk kegiatan professional
(time devotion), imbalan atas hasil kerjanya (professional rent).
Kemampuan non akademik siswa dapat mencakup sikap, perilaku,
psikologi siswa, potensi & bakat dan kecerdasan emosional. Kompetensi
non akademik guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Cara mengatasi rasa kurang percaya diri pada anak dapat dilakukan
dengan guru memberikan pengertian untuk mengevaluasi pola asuh orang
tua, memberikan pujian yang tepat, agenda sosialisasi, kenalkan beragam
karakter melalui cerita, bermain peran, dan biarkan kesalahan terjadi
dengan resiko teringan.
B. Saran
Untuk mengatasi kesulitan belajar anak diperlukan peran dari guru
maupun orang tua. sebagai seorang guru yang professional, maka wajib
bagi guru untuk mendidik dan membina siswanya menjadi seseorang yang
lebih baik. Peran serta orang tua juga diperlukan dengan memberi pola
asuh yang sesuai.
20
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Eillen & Sue Ingham. (1998). Changing Places: Children Participation
in Environmental Planning. London: The Children Society.
Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran:
Panduan untuk Guru, Konselor, Psikologi, Orang Tua, dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: PT Refika Aditama
Buku Panduan Kota Layak Anak di Kota Depok, BPPKB,2010
Christencen, Pia & Margaret O Brien (edit.). (2003). Children in the City Home,
Neighbourhood and Community. New York & London: Routledge Falmer.
Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hendricks, Barbara. (2002) Child Friendly Environments in the City. di Brescia:
Ordine degli Achitetti.
Indriyanto, B. 2005. Sumber Daya Pendidikan : Rektualisasi pasal 1 (ayat 10)
Undang-Undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta (www.depdiknas.go.id)
Innocenti Digest. (No.2-Nov.2002). Poverty and Exclusion Among Urban
Children. Florence Italy: UNICEF Innocenti Research Centre.
IULA & UNICEF. (2001). Partnership to Create Child Friendly City:
Programming for Child Rights with Local Authorities. Italy: UNICEF
Innocenti Research Centre
Jamaris,
Martini.
2014.
Kesulitan
Belajar:
Perspektif, Asessment
dan
Penanggulangannya bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Ghalia
Indonesia
Rochman, Chaerul dan Heri Gunawan. 2011. Pengembangan Kompotensi
Kepribadian Guru: Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Siswa.
Bandung: Nuansa Cendika.
Syah,
Muhibbin.2014.Psikologi
Pendidikan
dengan
Pendekatan
21
Slamet, ST. Y. 2014. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah
dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press
Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/rochmat-wahabmpd-ma-dr-prof/mengenal-anak-berbakat-akademik-danmengidentifikasikannya.pdf diunduh tgl 05/11/2015 pukul: 15:15.
http://guraru.org/guru-berbagi/meningkatkan-kemampuan-non-akademis-siswasecara-sederhana diunduh tgl 05/11/2015 pukul 13:10
22