Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

LAPORAN KASUS
OKTOBER 2015

IMPETIGO VESIKO-BULOSA

OLEH :
RISWANDAH AULIA MARUF
10542 0313 11
PEMBIMBING :
Dr. dr. Hj. Sitti Musafirah, Sp.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015

HALAMAN PENGESAHAN
1

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama

Stambuk
Judul Laporan Kasus

Riswandah Aulia Maruf


:

10542 0313 11

Impetigo Vesikobulosa

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Penyakit
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2015

PEMBIMBING

(Dr. dr. Hj Sitti Musafirah, Sp.KK)

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I.

PENDAHULUAN

BAB II.

LAPORAN KASUS

BAB III.

PEMBAHASAN

BAB IV.

KESIMPULAN

12

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

13

BAB I
3

PENDAHULUAN
Bakteri

bersama-sama

dengan

jamur

dan

virus,

dapat

menyebabkan banyak penyakit kulit. Infeksi bakteri pada kulit yang


paling sering adalah pioderma. Manifestasi klinis infeksi bakteri
pada kulit sangat bervariasi, sesuai dengan bakteri penyebabnya,
bagian tubuh yang dikenai, dan keadaan imunologik penderita.1
Sebenarnya infeksi kulit kecuali disebabkan oleh kuman
positif-Gram, misalnya: Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris,
Proteus mirabilis, Escherichia coli, dan Klebsiella. Penyebab yang
umum

ialah

kuman

positif-Gram,

yakni

streptokokus

dan

disebabkan

oleh

stafilokokus.2
Pioderma

adalah

Staphylococcus

penyakit

kulit

yang

dan Streptococcus, atau oleh kedua-duanya.

Penyebab utama ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B


hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan
penghuni

normal

(ui)Stapylococcus

di

kulit

aureus,

dan
suatu

jarang

menyebabkan

bakteri

koagulase

infeksi.
positif,

merupakan kokus patogen paling utama pada kulit. Kokus ini adalah
gram-positif, berbentuk bola, dan bergerombol dalam bundel-bundel
kecil. Kokus ini mudah tumbuh dalam media biakan. Dalam media
padat, dalam 24 jam akan tumbuh koloni koloni berkilat, berwarna
kekuningan, dan besar. Streptokokus adalah bakteri gram positif
juga.1
Bentuk infeksi kulit terbagi atas dua yaitu infeksi bakteri
primer dan infeksi bakteri sekunder. Infeksi bakteri primer adalah
infeksi yang terjadi pada kulit yang sehat, dengan manifestasi klinis
yang khas dan biasanya disebabkan oleh satu jenis bakteri. Infeksi
bakteri sekunder adalah infeksi yang terjadi pada bermacammacam kelainan kulit yang telah ada sebelumnya (seperti erosi, luka
bakar, luka sayat, dermatosis lain, infeksi virus, dan infeksi jamur).
Infeksi

sekunder

dapat

disebabkan

oleh

beberapa

bakteri.
4

Manifestasi klinis yang ditimbulkan tergantung pada kelainan kulit


semula. Pada umumnya infeksi bakteri kulit sekunder ditandai oleh
timbulnya reaksi peradangan tambahan dan oleh keluarnya cairan
purulen. Gambaran klinis tidak khas dan mengikuti penyakit yang
telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder disebut
impetigenisata,

contohnya:

dermatitis

impetigenisata,

skabies

impetigenisata. Tanda impetigenisata, ialah jika terdapat pus,


pustul,

bula

purulen,

krusta

berwarna

kuning

kehijauan,

pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis, dapat pula


disertai demam.1.2
Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada
kulit sangat bervariasi. Infeksi bakteri pada kulit oleh bakteri
piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Bakteri ini dapat
menyerang epidermis seperti pada impetigo, atau jaringan yang
lebih dalam, seperti pada ektima. Penyerangan folikerl rambut
dapat dangkal, seperti pada folikulitis, atau meliputi banyak folikel
dalam satu kelompok, seperti pada karbunkel.1
Impetigo

adalah

penyakit

infeksi

pada

kulit

superfisial.

Terdapat vesikel dan pustul yang terbentuk di atas dari dasar yang
eritematosa dan dapat berkembang menjadi karakteristik yang
warnanya seperti madu. Bagian yang paling sering terlibat yaitu
pada wajah bagian tengah dan pada ekstremitas. Trauma pada kulit
dan berkurangnya pelindung dari kulit akibat adanya dermatosis
yang sudah ada sebelumnya, seperti eksema, dapat menjadi
predisposisi terjadinya impetigo. Faktor predisposisi yang lain yaitu
suhu

yang

hangat,

lingkungan

yang

lembab,

dan

koloni

Staphylococcus. Walaupun dapat terjadi pada pasien dari segala


umur, impetigo ada infeksi kulit yang paling sering terjadi pada
pasien pediatri. Krang dari sepertiga dai kasus impetigo adalah yang
berbentuk bulosa. Jenis ini paling banyak terjadi pada bayi dan pada
kulit yang normal. Dapat terlihat bulla yang ukurannya lebih dari 5
mm.3
5

Impetigo terbagi atas tiga klasifikasi yaitu impetigo krustosa,


impetigo bulosa, dan impetigo neonatorum. Impetigo krustosa
(impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury Fox)
disebabkan oleh infeksi Streptococcus B hemolyticus. Impetigo
bulosa (impetigo vesiko-bulosa,
Staphylococcus

aureus,

cacar monyet) disebabkan oleh

sedangkan

impetigo

neonatorum

merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus. 2

BAB II
LAPORAN KASUS
A. RESUME
Seorang wanita berumur 56 tahun datang ke Balai kulit dengan
keluhan gelembung berisi nanah yang terasa bengkak dan
tegang. Keluhan ini dirasakan sejak 3 minggu terakhir. Lesi awal
muncul pada bagian betis kiri, awalnya gelembung muncul
terasa nyeri ukurannya 0,5 cm sebanyak 2 buah kemudian pecah
dan muncul gelembung lain yang menyerupai gelembung
sebelumnya. gelembung kemudian muncul pada tangan sejak 1
minggu terakhir dan kemudian muncul gelembung pada wajah
dan kepala sejak 3 hari terakhir yang disertai bengkak pada
kelopak mata kiri. Pasien tidak pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya, riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal,
riwayat penyakit sistemik seperti DM dan hipertensi disangkal
namun pasien mempunyai riwayat pemeriksaan GDS 3 bulan
yang lalu dengan hasil pemeriksaanya yaitu 205 mg/dL. Pasien
mengkonsumsi obat paracetamol untuk mengurangi keluhan
6

nyeri. Riwayat alergi tidak diketahui. Keadaan umum sakit ringan,


kesadaran komposmentis, gizi cukup, tanda-tanda vital dalam
batas normal.
B. STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi

: kepala, leher, gluteus, ekstremitas superior

dan inferior.
Ukuran

: kepala ( 0,5 cm 2 cm), leher ( 0,2 cm 1


cm), gluteus ( 2 cm), ekstremitas superior
sinistra ( 0,5 cm 2 cm), ekstremitas superior
dextra ( 2 cm), ekstremitas inferior sinistra (
0,5 cm 2 cm), ekstremitas inferior dextra ( 0,5
cm 2,5 cm).

Jumlah

: kepala (6 buah), leher (3 buah), gluteus (3 buah),


ekstremitas

superior

sinistra

10

buah),

ekstremitas superior dextra (3 buah), ekstremitas


inferior sinistra ( 10 buah), ekstremitas inferior
dextra ( 5 buah).
Efloresensi : eritema, bula hipopion, pustul, krusta, dan fistel.

C. DIAGNOSA BANDING
- Pemfigus vulgaris
- Karbunkel
- Selulitis

D. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Impetigo vesiko-bulosa
disertai infeksi sekunder.
E. PENATALAKSANAAN
- Ciprofloxacin 500 mg (2 x 1), tab No. X
- Metronidazole 500 mg (2 x 1), tab No. X
- Asam mefenamat 500 mg ( 3 x 1), tab No.X
- Kompres NaCl (3 x 1), No. I
- Fuson 2%
F. PROGNOSIS
- Dubia ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN
Impetigo merupakan suatu infeksi superfisial yang menular
yang mempunyai dua bentuk klinis, yaitu non-bulosa dan bulosa.
Impetigo non bulosa disebabkan oleh S.aureus, streptokokus atau
kedua

organisme

tersebut

bersama-sama.

Impetigo

karena

streptokokus lebih banyak terdapat di daerah-daerah dengan iklim


yang

hangat

dan

lembab.

Impetigo

bulosa

disebabkan

oleh

S.aureus. lesi di tubuh bisa timbul di bagian manapun. Pada


impetigo nonbulosa lebih awal berupa pustula kecil, kemudian
pecah hingga memperluas daerah dengan terjadinya eksudasi dan
terbentuknya krusta. Krusta akhirnya lepas dan meninggalkan bekas
daerah yang kemerahan yang akan hilang tanpa timbulnya jaringan
parut. Pada impetigo bulosa, timbul lepuhan lepuhan besar dan
superfisial. Ketika lepuhan tersebut pecah, terjadi eksudasi dan
10

terbentuk krusta, dan stratum korneum pada bagian tepi lesi


mengelupas

kembali.

Dari

hasil

anamnesis

diketahui

bahwa

awalnya hanya terdapat dua buah gelembung pada kaki pasien


yang kemudian pecah dan muncul lesi yang lain yang menyerupai
lesi yang telah pecah. 4,5
Impetigo dapat pada semua umur. Tetapi penyakit ini lebih
sering pada anak berumur 2

- 5 tahun. Cuaca yang hangat dan

lembab serta higiene yang buruk dapat meningkatkan terjadinya


penyakit serta penyebaran dari impetigo.6
Staphylococcus aureus adalah organisme predominan yang
menyebabkan impetigo bulosa. Timbulnya bulla disebabkan oleh
toksin stafilokokal yang menyebabkan terjadinya akantolisis pada
lapisan granular seperti yang terjadi pada staphylococcal scalded
skin syndrome.3
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit
yaitu higiene yang kurang, menurunnya daya tahan yaitu pada
orang dengan kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma
ganas, diabetes melitus. Kemudian faktor predisposisi yang lain
yaitu karena telah ada penyakit lain di kulit yang menyebabkan
terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagi pelindung
akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi. 2,7 Dari
hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien pernah melakukan
pemeriksaan gula darah sementara dan hasilnya menunjukkan
kadar gula darah yang tinggi 3 bulan yang lalu.
Dari status dermatologis ddiapatkan effloresensi berupa bula
hipopion, pustul, krusta, dan fistel yang dimana lesi berukuran
bervariasi dari miliar hingga numular dan lokasi timbul lesi yaitu
kepala, wajah, leher, gluteus, ekstremitas atas, dan ekstremitas
bawah . Pada status dermatologis juga didapatkan tanda tanda
terjadinya infeksi sekunder. Hal

ini sesuai dengan kepustakaan

bahwa gejala klinis impetigo bulosa berupa lepuh yang timbul


mendadak pada kulit sehat, bervariasi mulai miliar hingga lentikuler
dan dapat bertahan sampai 2 3 hari. Berdinding tebal dan ada
hipopion, jika pecah menimbulkan krusta yang coklat datar dan
11

tipis. Selain itu jika atap dari bula dibuka akan tampak bentuk erosi
yang lembab dan dangkal. Distribusi impetigo bulosa lebih umum
pada daerah intertriginosa. Namun lesi juga dapat timbul pada
bagian dada, punggung, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.7,8
Gambaran khas dari impetigo bullosa adalah awalnya berupa
vesikel yang timbul sampai bulla kurang dari 1 cm pada kulit yang
utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya
vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna
keruh.

11, 12

Bulla

yang

utuh

jarang

ditemukan

karena

dalam

satu atau dua hari akan segera pecah. Atap dari bulla pecah dan
meninggalkan

gambaran

collarette

pada

pinggirnya.

Krusta

varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan


memperlihatkan dasar yang merah dan basah. 5, 13
Staphylococcus aureus merupakan organisme penyebab
utama untuk infeksi dari bakteri Gram-positif yang mempunya
banyak faktor faktor virulensi yang membantu mereka untuk
menyebabkan dan mempertahankan infeksi pada manusia. Yaitu
termasuk protease, enterotoksin, toksin sitolitik, protein A dan
toksin eksfoliatif. Toksin eksfoliatif menunjukkan tiga bentuk isoform
yaitu ETA, ETB, dan ETD. Toksin eksfoliatif mempunyai target
spesifik dan memotong ikatan peptida pada desmoglein 1 (Dsg 1)
yang berfungsi memelihara adhesi sel yang terdapat di dalam
lapisan granular pada epidermis. Sehingga dapat menyebabkan

12

akantolisis dan belahan di intra-dermal pada lapisan sel granuler


yang kemudian menunjukkan bentuk bullosa.9
Diagnosa

banding

dari

impetigo

bulosa

yaitu

pemfigus

vulgaris, karbunkel, dan selulitis. Pemfigus ialah kumpulan penyakit


kulit autoimun berbula kronik, menyerang kulit dan membran
mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intraepidermal
akibat proses akantolisis sehingga didapatkan hasil nikolski positif.
Bula yang timbul berdinding kendur, mudah pecahh dengan
meninggalkan kuliit terkkelupas, dan diikuti oleh pembentukan
krusta yang lama bertahan di atas kulit yang terkelupas tersebut.
Bula dapat timbul di atas kulit yang tampak normal atau yang
eritematosa dan generalisata. Namun keadaan umum dari penderita
biasanya buruk.2,7

Karbunkel adalah gabungan dari beberapa furunkel yang


dibatasi oleh trabelua fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan
yang padat. Etiologinya yaitu Staphylococcus aureus. Lokalisasinya
yaitu pada tengkuk, punggung, dan bokong. Effloresensi yang
ttampak yaitu makula eritematosa kemudian menjadi nodula
lentikular hingga numular, regional, bentuk teratur dan tampak
fistula mengeluarkan sekret putih atau kental.6

13

Selulitis adalah radang kulit dan subkutis yang cenderung


meluas ke arah samping dan ke dalam, penyebabnya yaitu
Streptococcus -hemolitikus dan satifilokokus. Lokalisasinya yaitu
pada ekstremitas superior dan inferior serta wajah. Dapat disertai
gejala konstitusi berupa demam dan malaise. Lesi bermula sebagai
makula eritematosa yang terasa panas, selanjutnya meluas ke
samping dan ke bawah sehingga terbentuk benjolan berwarna
merah dan hitam yang mengeluarkan sekret seropurulen.6

Untuk menegakkan diagnosis dari impetigo bulosa yaitu


dibutuhkan

anamnesis

Sedangkan

untuk

dan

pemeriksaan

pemeriksaan

fisik

penunjang

yang

pada

lengkap.

penegakan

diagnosis podermi yaitu pada pemerisaan laboratorik didapatkan


hasil leukosistosis. Jika pada kasus yang kronis dan sukar sembuh
dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya
bukan stafilokokus atau streptokokus melinkan kuman gram negatif.
Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak selalu
sesuai dengan in vitro. Gambaran histopatologi pada epidermis
tampak vesikel subkornea berisi sel sel radang yaitu leukosit. Pada
dermis tampak sebukan sel sel radang ringan dan pelebaran ujung
ujung pembuluh darah.2,6
Pengobatan umum dari impetigo bulosa yaitu memperbaiki
higiene penderita dan lingkungan. Selain itu perlu dicari faktor
predisposisi agar penyebab dapat dihindari. Untuk pengobatan
khusus, dapat diberikan pengobatan topikal dan pengobatan
sistemik. Untuk pengobatan topikal harus membersihkan lesi
dengan antiseptik. Bila basah, lesi dikompres dengan larutan
pemanganan kalikus 1/10.000. jika kering, lesi diolesi dengan salep
yang

mengandung

mupirosin

atau

asam

fusidat

ataupun

gentamisin. Sedangkan penggobatan sistemik dapat diberikan


14

penisilin G prokain dan semisintetiknya seperti penisilin G prokain


dosis 1,2 juta/ hari i.m, ampicilin dosis 4 x 500 mg, amoksisilin 4 x
500 mg obat ini mempunyai keuntungan yang lebih praktis karena
dapat

diberikan

setelah

makan

ddan

juga

cepat

diabsorbsi

dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma


lebih tinggi,dan golongan obat penisilin resisten penisilinase
contohnya kloksasilin 3 x 250 mg/ hari. Selain penisilin G prokain
dapat juga diberikan linkomisin dan klindamisin, dosis linkomisin 3 x
500 mg/ hari dan klindamisin 4 x 150 mg/ hari per oral jika infeksi
berat dosisnya 4 x 300 450 mg/hari. Selain itu dapat diberikan
eritromisin dengan dosis 4 x 500 mg/hari per oral. Dan dapat juga
diberikan sefalosporin jika pada pioderma yang berat atau yang
tidak memberi respons dengan obat obat yang lain, ada empat
generasi yang berkhasiat untuk kuman positif Gram ialah generasi
I, juga generasi IV, contohnya sefadroksil dengan generasi I dengan
dosis untuk orang dewasa 2 x 500 mg atau 2 x 1000 mg/hari.1,2,10
Impetigo bullosa akan sembuh spontan dalam 14 hari, tetapi
pengobatan

dapat

ketidaknyamanan,

bermanfaat

mengubah

mencegah penyebaran

uuntuk

tampakan

menghilangkan

dari

kosmetik,

dan

dari bakteri yang kemungkinannya dapat

menyebabkan efek potensial

dari penyakit medis lainnya seperti

glomerulonephritis, septic arthritis, dan pneumonia.9


Prognosis dari Impetigo Bulosa bergantung pada pemilihan
dan

cara

pemakaian

menghilangkan
penatalaksanaan

faktor
yang

obat,

serta

predisposisi.
diberikan

syarat
Secara

untuk

pengobatan,
umum

dan

mengingat

mengeradikasi

bakteri

penyebab, prognosis penyakit pada pasien ini adalah baik.7

BAB IV
KESIMPULAN
15

1. Impetigo

adalah

pioderma

superfisialis

(terbatas

pada

epidermis).
2. Impetigo dapat terjadi pada semua umur. Tetapi penyakit ini
lebih sering pad anak berumur 2 - 5 tahun.
3. Staphylococcus aureus adalah organisme predominan yang
menyebabkan impetigo bullosa.
4. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya impetigo
yaitu higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, telah
ada penyakit lain di kulit.
5. Gejala klinis impetigo bulosa

berupa

lepuh

yang

timbul

mendadak pada kulit sehat, bervariasi mulai miliar hingga


lentikuler dan dapat bertahan sampai 2 3 hari. Berdinding tebal
dan ada hipopion, jika pecah menimbulkan krusta yang coklat
datar dan tipis. Selain itu jika atap dari bula dibuka akan tampak
bentuk erosi yang lembab dan dangkal. Distribusi impetigo
bulosa lebih umum pada daerah intertriginosa. Namun lesi juga
dapat timbul pada bagian dada, punggung, ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah.Diagnosa banding dari impetigo bulosa yaitu
pemfigus vulgaris.
6. Untuk menegakkan

diagnosis

dari

impetigo

bulosa

yaitu

dibutuhkan anamnesis , pemeriksaan fisik yang lengkap, dan


pemeriksaan penunjang.
7. Pengobatan umum dari impetigo bulosa yaitu memperbaiki
higiene penderita dan lingkungan. Selain itu perlu dicari faktor
predisposisi agar penyebab dapat dihindari. Untuk pengobatan
khusus, dapat diberikan pengobatan topikal dan pengobatan
sistemik.
8. Komplikasi

pada

impetigo

bulosa

dapat

berupa

glomerulonephritis, septic arthritis, dan pneumonia.


9. Prognosis dari impetigo bulosa baik.

DAFTAR PUSTAKA
16

1. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000.


2. Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Ed.7. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 2015.
3. Hall John, Hall Brian. Skin Infections Diagnosis and Treatment.
United States of America: Cambridge University Press, 2009.
4. Koning S, et al. Interventions of Impetigo. Netherlands: John Wiley
and Sons, 2012.
5. Habif T. Vesicular and bullous diseases. In: Habif T, editor. Clinical
Dermatology. 5th ed. Philadelphia: Pa: Mosby Elseiver; 2009. p. 26773.
6. McSweeny S, Sandel M. The Health Care for Homeless Persons
Part I Impetigo. Boston : 2004.
7. Siregar R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta :
EGC, 2004.
8. Wolff K, Johnson R. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology Sixth Edition. USA: McGraw-Hill Medical, 2009.
9. Zakaria, Sockalingam. Jurnal: Peri-oral Bullous Impetigo:

Diagnostic Dilemma for Dentist. Sains Malaysiana, 2013.


10.
Vivier A. Atlas of Clinical Dermatology Fourth Edition. UK:
Elsevier
11. Hay RJ. Bacterial Infections. In: Burns T, editor. Rook's Textbook of
Dermatology. 8th ed. UK: Wiley-Blackwell; 2010. p. 30.14-30.16.
12.
Arena R. Impetigo. Tropical Dermatology. 2001:137-40.
13.
Craft N. Superficial Cutaneus Infections and Pyodermas. In:
Wolf K, editor. Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. 7th ed.
USA: McGrawHill Companies; 2008. p. 1695-8.

LAMPIRAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: HL
17

Jenis kelamin
: wanita
Umur
: 56 tahun
Tanggal Pemeriksaan
: 26 September 2015
Alamat
: Jl. Rappocini Raya Lr.2 No.54
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien pada tanggal 26
September 20155 di Balai Pengobatan Kulit.
Seorang wanita berumur 56 tahun datang ke Balai kulit dengan
keluhan gelembung berisi nanah yang terasa bengkak dan
tegang. Keluhan ini dirasakan sejak 3 minggu terakhir. Lesi awal
muncul pada bagian betis kiri, awalnya gelembung muncul
terasa nyeri ukurannya 0,5 cm sebanyak 2 buah kemudian pecah
dan muncul gelembung lain yang menyerupai gelembung
sebelumnya. gelembung kemudian muncul pada tangan sejak 1
minggu terakhir dan kemudian muncul gelembung pada wajah
dan kepala sejak 3 hari terakhir yang disertai bengkak pada
kelopak mata kiri. Pasien tidak pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya, riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal,
riwayat penyakit sistemik seperti DM dan hipertensi disangkal
namun pasien mempunyai riwayat pemeriksaan GDS 3 bulan
yang lalu dengan hasil pemeriksaanya yaitu 205 mg/dL. Pasien
mengkonsumsi obat paracetamol untuk mengurangi keluhan
nyeri. Riwayat alergi tidak diketahui. Keadaan umum sakit ringan,
kesadaran komposmentis, gizi cukup, tanda-tanda vital dalam
batas normal.

C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Status present
18

2.

Keadaan Umum:
Sakit
: ringan
Kesadaran : composmentis
Gizi
: baik
Hygiene
: sedang
Tanda vital
Tensi
: DBN
Pernafasan : DBN
Nadi
: DBN
Suhu
: DBN
Kepala
Sclera
: ikhterus (-)
Konjungtiva
:
anemia (-)
Bibir
: sianosis (-)
Jantung
: DBN
Abdomen : DBN
Ekstremitas
:
DBN
Kelenjar limfe :
DBN
Status dermatologi

Lokasi

: kepala, leher, gluteus, ekstremitas superior dan

inferior.
Ukuran

: kepala ( 0,5 cm 2 cm), leher ( 0,2 cm 1 cm),


gluteus ( 2 cm), ekstremitas superior sinistra ( 0,5
cm 2 cm), ekstremitas superior dextra ( 2 cm),
ekstremitas inferior sinistra ( 0,5 cm 2 cm),
ekstremitas inferior dextra ( 0,5 cm 2,5 cm).

Jumlah

: kepala (6 buah), leher (3 buah), gluteus (3 buah),


ekstremitas superior sinistra ( 10 buah), ekstremitas
superior dextra (3 buah), ekstremitas inferior sinistra (
10 buah), ekstremitas inferior dextra ( 5 buah).

Efloresensi : eritema, bula hipopion, pustul, krusta, dan fistel.

19

Anda mungkin juga menyukai