TEORI AKUNTANSI
BAG 1
SEBUAH KONSEP DALAM WACANA PENDAHULUAN
Posted by Dani Usmar
Menurut filsapat ilmu, Secara sederhana kita mendeskripsikan ilmu sebagai terjemahan
dari kata science, sedangkan ilmu menurut bahasa arab Al-Ilm berarti Pengetahuan atau
semua hal yang diketahui. Dengan kata lain ilmu sebagai terjemahan dari science merupakan
bagian dari Al-ilm yang berarti knowledge atau pengetahuan.
Pengetahuan (knowledge atau ilmu )adalah bagian yang esensial-aksiden manusia, karena
pengetahuan adalah buah dari "berpikir ".
differentia (atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Dan
sebenarnya kehebatan manusia dan " barangkali " keunggulannya dari spesies-spesies
lainnya karena pengetahuannya.
Sebagai ilustrasi, seseorang pada saat dalam kandungan mungkin dia tidak tahu apa-apa,
tatkala baru dilahirkan pun mungkin dia tidak tahu apa-apa juga, baru ketika bayi beranjak
besar mulai ada pengetahuan dan semakin dia besar semakin bertambah pengalaman hidup
semakin bertambah pula pengetahuannya dan semakin dia banyak pengetahuannya manusia
semakin tidak tahu apa yang telah diketahuinya. Jadi dalam hal ini pengetahuan berkaitan
erat dengan pengalaman hidup dan kemajuan peradaban manusia. Lalu apa yang telah dan
ingin diketahui oleh manusia? Bagaimana manusia berpengetahuan? Apa yang dia lakukan dan
dengan apa agar dia memiliki pengetahuan? Kemudian apakah yang dia ketahui itu benar?
Dan apa yang mejadi tolak ukur akan kebenaran?
Ilustrasi lain, kita menyakini manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna. Dalam
memahami alam sekitar, kita sebagai manusia mengalami proses (fase) yang bertingkat dari
pengetahuan (sebagai hasil tahu manusia), ilmu dan filsafat.
Ilmu sebagai Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar
menjawab pertanyaan "what", misalnya apa air, apa itu manusia, apa botani, apa itu api, apa
itu angin dan sebagainya.
Sedangkan ilmu sebagai (science) bukan sekedar menjawab "what" melainkan akan
menjawab pertanyaan "why" dan "how", misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan,
mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, mengapa manusia perlu makan, mengapa
hujan hujan turun dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa
sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi.
Dari sudut pandang dan latar belakang pengetahuan yang berbeda itulah, manusia paling
tidak, dia akan menganggap penting masalah-masalah di atas sehingga muncul rasa
ketertarikan manusia untuk membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini, ilmu
tidak lagi menjadi satu aktivitas otak, yaitu menerima, merekam, dan mengolah apa yang ada
dalam benak manusia, tetapi ilmu itu adalah objek.
Jadi apabila suatu pengetahuan mempunyai sasaran tertentu, mempunyai metode atau
pendekatan untuk mengkaji suatu objek, sehingga dengan pengetahuan tersebut manusia
memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal maka
pengetahuan tersebut telah menghasilkan suatu disiplin ilmu.
Dari ilustrasi di atas, bila kita sederhanakan, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi
ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai objek kajian
b. Mempunyai metode pendekatan
c. Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum)
Para pemikir mendefinisikan ilmu ini dengan epistemologi (teori pengetahuan atau
nadzariyyah al ma'rifah). Perkembangan epistemologi menjadi sebuah kajian, sebenarnya,
belum terlalu lama, yaitu sejak tiga abad yang lalu dan berkembang di dunia barat.
Sementara di dunia Islam kajian tentang ini sebagai sebuah ilmu tersendiri yang belum
populer. Belakangan ini beberapa pemikir dan filusuf Islam menuliskan buku tentang
epistemologi secara khusus seperti, Mutahhari dengan bukunya "Syinakht", Muhammad
Baqir Shadr dengan "Falsafatuna"nya, Jawad Amuli dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"nya
dan Ja'far Subhani dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"nya.
Untuk sampai pada hakekat pengertian epistemologi, secara historis pembahasan tentang
epistemologi di bahas di sela-sela buku-buku filsafat klasik dan mantiq. Bangsa eropa
sangat menaruh perhatian yang besar terhadap kajian ini, karena situasi dan kondisi yang
mereka hadapi. Dunia barat atau eropa mengalami ledakan kebebasan berekspresi dalam
segala hal yang sangat besar dan hebat yang juga merubah cara berpikir mereka. Mereka
telah bebas dari trauma intelektual. Hal ini Sampai menimbulkan runtuhnya Supremasi dan
dominasi gereja atas ilmu pengetahuan. Dan sebagai akibat dari runtuhnya gereja yang
memandang dunia dangan pandangan yang apriori atas nama Tuhan dan agama, mereka
mencoba mencari alternatif lain dalam memandang dunia (baca: realita).
Maka dari itu, bemunculan berbagai aliran pemikiran yang bergantian dan tidak sedikit yang
kontradiktif. Namun secara garis besar aliran-aliran yang sempat muncul adalah; aliran
rasionalis dan empiris. Dan sebagian darinya telah lenyap. Dari kaum rasionalis muncul
Descartes, Imanuel Kant, Hegel dan lain-lain. Dan dari kaum empiris adalah Auguste Comte
dengan Positivismenya, Wiliam James dengan Pragmatismenya, Francis Bacon dengan
Sensualismenya.
Berbeda dengan barat, di dunia Islam tidak terjadi ledakan seperti itu, karena dalam Islam
agama dan ilmu pengetahuan berjalan seiring dan berdampingan, meskipun terdapat
beberapa friksi antara agama dan ilmu, tetapi itu sangat sedikit dan terjadi karena
interpretasi dari teks agama yang terlalu dini. Namun secara keseluruhan agama dan ilmu
saling mendukung. Malah tidak sedikit dari ulama Islam, juga sebagai ilmuwan seperti : Ibnu
Sina, al Farabi, Jabir bin al Hayyan, al Khawarizmi, Syekh al Thusi dan yang lainnya. Oleh
karena itu, ledakan intelektual dalam Islam tidak terjadi. Perkembangan ilmu di dunia Islam
relatif stabil dan tenang.
Jadi hakekat dari pengertian Epistemologi adalah cara atau upaya mencari dan memperoleh
pengetahuan sain dan cara mengukur benar atau tidaknya pengetahuan sain tersebut.
Definisi lain tentang ilmu dan pengetahuan diungkapkan oleh Soekidjo Notoatmodjo, Suatu
ilmu lahir karena ketidakpuasan para ilmuwan terhadap penemuan kebenaran oleh para
filosof maka dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan bentuk-bentuk perkembangan filsafat.
Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu filsafat merupakan induk dari ilmu. Oleh karena itu masih
menurut Soekidjo Notoatmodjo bahwa, pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang
dari dua cabang utama, yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam
(natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu
sosial (social sciences). Selanjutnya ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok lagi,
yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (biological sciences).
Meskipun filsafat telah berkembang dan malahirkan ilmu-ilmu baru, namun hal ini tidak
menjadikan filsafat tenggelam atau punah dilupakan orang, akan tetapi filsafat ikut
berkembang seirama dengan perkembangan ilmu. Dalam arti yang operasional filsafat adalah
suatu pemikiran yang mendalam sampai ke akar-akarnya terhadap suatu masalah atau objek.
Sesuai dengan perkembangan filsafat dan pengertiannya maka muncul berbagai macam
filsafat, antara lain filsafat alam (metafisika), filsafat ketuhanan (theologia), filsafat
manusia, filsafat ilmu, dan sebagainya.
merupakan
operasionalisasi
metode
ilmiah
dan
norma-norma
moral/profesional?
Dengan perkataan lain, batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat
adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab pertanyaan "why" dan "how"
sedangkan filsafat menjawab pertanyaan "why, why, and why" dan seterusnya sampai
jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia.
Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam taraf peralihan
ini maka bidang pengkajian filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan
sektoral. Disini orang tidak lagi mempermasalahkan moral secara keseluruhan melainkan
mengaitkannya dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi. Namun demikian dengan taraf ini secara
konseptual ilmu masih mendasarkan diri pada norma-norma filsafat.
Sebagai ilustrasi Misalnya ekonomi masih merupakan penerapan etika (appliet ethics) dalam
kegiatan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai adalah normatif dan
deduktif (berpikir dari hal-hal yang umum kepada yang bersifat khusus) berdasarkan asasasas moral yang filsafat.
Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan
bertumpu sepenuhnya pada hakekat alam sebagaimana adanya. Pada tahap peralihan, ilmu
masih mendasari diri pada norma yang seharusnya sedangkan dalam tahap terakhir ilmu
didasarkan atas penemuan-penemuan.
Sehingga dalam menyusun teori-teori ilmu pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka
manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan
kombinasi antara deduktif (berpikir dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang
bersifat khusus) dan induktif (berpikir dari hal-hal yang bersifat khusus kepada hal-hal
yang bersifat umum) dengan jembatan yang berupa pengujian hipotesis sebagai
epistemologinya.
Proses ini dikenal sebagai metoda deducto hipotetico-verivikatif dan metode ini dipakai
sebagai dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih dikenal dengan metode penelitian.
Selanjutnya melalui atau menggunakan metode ilmiah ini akan menghasilkan ilmu.
Menurut
pendapat
pakar
lain,
August
Comte
(1798-1857)
membagi
tingkat
positif.
Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah dimana asas-asas yang
dipergunakan diuji secara positif dalam proses verivikasi yang objektif
(verivikatif).
Secara visual proses perkembangan ilmu pengetahuan tersebut yang selanjutnya merupakan
kerangka-kerangka metode ilmiah dapat digambarkan seperti terlihat dalam skema (lihat
Skema Metode Deducto-Hipotetico-Verivikatif dibawah !).
Berbicara masalah akuntansi sampai saat ini, masih dikelompokan kedalam bagian ilmu social.
Permasalahan yang paling mendasar sekarang adalah pertanyaan tentang apa sebernya yang
dimaksud dengan ilmu itu? Apa saja kriteria ilmu itu? Apa beda ilmu dengan pengetahuan?
Ada berapa kalsifikasi ilmu? Dan yang terpenting apakah akuntansi sudah sesuai dikatakan
sebagai sebuah ilmu pengetahuan murni? Kenapa pula harus diistilahkan dengan teori
akuntansi.
Sebelum kita mengulas secara mendalam apa yang dimaksud dengan ilmu, dan kejadian
peristiwa yang melandasinya, alangkah lebih baik kalau kita memulainya dari pengertian
akuntansi itu sendiri. Banyak definisi telah diungkapkan tentang akuntansi baik yang
diungkapkan oleh para ahli maupun oleh lembaga-lembaga terkait.
Definisi akuntansi menurut
Definisi menurut Accounting Principle board (APB) dalam Statement No.4 akuntansi
didefinisikan sebagai berikut:
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity) fungsinya adalah untuk
memberikan informasi kwantitatif, terutama yang bersifat financial, tentang
entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi, dalam penentuan pilihan-pilihan logis di antara tindakan alternative.
Dari berberapa definisi yang telah disebutkan, dapat kita simpulkan bahwa definisi
yang pertama menerangkan akuntansi sebagai suatu proses pengolahan data transaksi
menjadi informasi. Definisi yang kedua Akuntansi diperlakukan sebagai alat (tools) penyedia
Informasi yang mudah untuk diinterpretasikan oleh pengguna. Definisi ketiga menyebutkan
akuntansi sebagai suatu seni (arts) dalam memperlakukan transaksi mulai pencatatan
sampai kepada pelaporan dan penginterpretasiannya. Definisi keempat penekanan akuntansi
sebagi body of knowledge atau seperangkat pengetahuan yang dihasilkan oleh suatu
proses
pemikiran
yang
menghasilkan
konsep,
prinsip,
standar,
prosedur,
teknik
Sedangkan
Sebuah buku ringkas menampilkan instruksi akuntansi juga diterbitkan di tahun 1588 oleh
John Mellis dari Southwark, yang termuat perkataanya, "I am but the renuer and reviver
of an ancient old copie printed here in London the 14 of August 1543: collected, published,
made, and set forth by one Hugh Oldcastle, Scholemaster, who, as appeareth by his
treatise, then taught Arithmetics, and this booke in Saint Ollaves parish in Marko Lane."
John Mellis merujuk pada fakta bahwa prinsip akuntansi yang dia jelaskan (yang merupakan
sistem sederhana dari masukan ganda/double entry) adalah "after the forme of Venice".
Pada awal abad ke 18, jasa dari akuntan yang berpusat di London telah digunakan selama
suatu penyelidikan seorang direktur South Sea Company, yang tengah memperdagangkan
bursa perusahaan tersebut. Selama penyelidikan ini, akuntan menguji sedikitnya dua buku
perusahaan para. Laporannya diuraikan dalam buku Sawbridge and Company, oleh Charles
Snell, Writing Master and Accountant in Foster Lane, London. Amerika Serikat berhutang
konsep tujuan Akuntan Publik terdaftar pada Inggris yang telah memiiki Chartered
Accountant di abad ke 19.
Teori harus mengandung sekumpulan dasar pikiran yang biasa disebut asumsi atau dalil.
Dasar pikiran ini harus jelas atau dibangun sehingga dapat diuji dengan kesimpulan statistik
dimana dalam kasus biasa disebut hipotesis.
Akuntansi keuangan membahas tentang bagimana prosedur, metoda, dan teknik pencatatan
transaksi keuangan dilakukan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang telah
ditetapkan. Standar akuntansi memberi pedoman ( pendefinisian, pengukuran, penilaian,
pengakuan, dan pengungkapan elemen elemen atau pos pos laporan keuangan ) perlakuan
akuntansi terhadap suatu kejadian.
Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu negara sebenarnya tidak terjadi begitu saja
secara ilmiah namun praktik yang dijalankan dirancang dan dikembangkan secara sengaja
untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Dan praktik akuntansi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan ( sosial, ekonomi, politis ). Karena itu, struktur dan praktik akuntansi akan
berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya ( perbedaan muncul dikarenakan
struktur dan praktik tersebut disesuaikan dengan kondisi negara, tempat dimana akuntansi
tersebut dijalankan ).
D. PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Akuntansi dipandang sebagai pelaksanaaan dan penerapan standar untuk menyusun
seperangkat laporan keuangan. Dari sudut profesi atau praktisi, akuntansi berkepentingan
dengan aspek bagaimana. Prinsip Akuntansi Berterima Umum / PABU ( generally accepted
accounting principles / GAAP ) merupakan pedoman yang lebih luas dari pada standar
akuntansi karena tidak semua perlakuan akuntansi secara eksplisit diatur dalam standar
akuntansi. PABU berisi standar akunatansi ditambah dengan sumber sumber acuan lain
yang didukung berlakunya.
Di lain pihak, sebagai objek pengetahuan di perguruan tinggi. Akademisi memandang
akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Dengan demikian
pendidikan akuntansi di perguruan tinggi harus mampu mengubah praktik akuntansi yang
dijalankan menjadi lebih baik. Namun dalam kenyataannya, proses pengajaran di perguruan
tinggi tidak selalu dapat terlaksana karena berbagai faktor.
E. PERAN RISET AKUNTANSI
Praktik akuntansi akan mengalami perkembangan yang pesat dan memuaskan apabila terjadi
interaksi antara tiga aspek yaitu : riset, pengajaran, dan praktik.
Adapun gagasan gagasan baru yang muncul untuk pengembangan praktik harus merupakan
bahan penelitian dan pembahasan di tingkat akademik sehingga dihasilkan praktik praktik
alternatif yang dapat menjadi solusi bila terjadi masalah dalam praktik.
F. PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Perekayasaan merupakan proses terencana dan sistematis yang melibatkan pemikiran,
penalaran, dan pertimbangan untuk memilih dan menentukan teori, penngetahuan yang
tersedia, konsep, metoda, teknik serta pendekatan untuk menghasilkan suatu produk.
Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi memanfaatkan pengetahuan dan sains
dari berbagai disiplin ilmu. Tujuan akuntansi akan menjadi kekuatan pengarah dalam
merekayasa akuntansi karena tujuan tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi
kebermanfaatan dan keefektifan produk yang dihasilkan.
G. TEORI AKUNTANSI SEBAGAI SAINS
Teori akuntansi sering diartikan sebagai sekumpulan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku
dan harus dianut dalam lingkungan tertentu.
Pengertian teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan.
Teori berisi pernyataan pernyataan asumsi dan hipotesis. Dan tujuan teori sendiri adalah
menjelaskan ( menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta seperti yang
diamati ) dan memprediksi ( memberi keyakinan bahwa asumsi atau syarat yaang diteorikan
besar kemungkinan merupakan suatu fenomena atau kejadian tertentu yang akan terjadi ).
Jika pengertian tersebut diterapkan untuk akuntansi, maka teori akuntansi sering
dimaksudkan sebagai sains yang berdiri sendiri yang menjadi sumber atau induk
pengetahuan dan praktik akuntansi. Oleh karena itu, teori akuntansi berisi keseluruhan
analisis dan komponennya yang menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi
gejala gejala atau peristiwa dalam akuntansi.
Karena teori akuntansi disetarakan dengan sains, maka apa yang dibahas oleh teori ini harus
memenuhi kriteria sains yaitu bebas nilai, koheren, universal, dan dapat diuji secara
empiris.
H. TEORI AKUNTANSI SEBAGAI PENALARAN LOGIS
Teori akuntansi disebut sebagai penalaran logis karena dapat memberikan penjelasan dan
alasan tentang perlakuan akuntansi tertentu ( baik menurut akuntansi atau menurut traadisi
) dan tentang struktur akuntansi yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu.
MODUL 1
BAG 2
A. PENALARAN ( REASONING )
Penalaran marupakan proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan
mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi (assertion).
Penalaran melibatkan proses penurunan konsekuensi logis dan proses penarikan
simpulan / konklusi dari serangkaian pernyataan atau asersi.
B. UNSUR DAN STRUKUR PENALARAN
Struktur dan proses penalaran didasari atas tiga konsep penting, yaitu :
1. Asersi, suatu pernyataan ( biasanya positif ) yang menegaskan bahwa sesuatu (
misalnya teori ) adalah benar. Asersi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu
sebagai elemen pembentuk argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh
penalaran ( berupa kesimpulan ).
2. Keyakinan, merupakan tingkat kebersediaan untuk menerima suatu pernyataan atau
teori ( penjelasan ) mengenai suatu fenomena atau gejala ( alam atau sosial ) adalah
benar.
3. Argumen, merupakan serangkaian asersi beserta keterkaitan ( artikulasi ) daan
inferensi atau penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Dalam
hal ini argumen merupakan unsur yang paling penting karena digunakan untuk
membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
C. JENIS ASERSI
Asersi dapat diklasifikasi menjadi :
1. Asumsi, merupakan asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat
mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan.
2. Hipotesis, merupakan asersi yang kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi
diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya. Agar disebut sebagai
suatu hipotesis maka suatu asersi juga harus mengandung kemungkinan salah, karena
jika asersi adalah benar maka asersi akan menjadi pernyataan fakta.
3. Pernyataan fakta, merupaakan asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini
sangat kuat atau bahkan tidak dibantah.
D. JENIS ARGUMEN
Argumen dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1.
Argumen Deduktif, atau argumen logis merupakan argumen yang asersi konklusinya
tersirat atau dapat diturunkan dari asersi asersi lain yang diajukan.
2. Argumen Induktif, argumen ini lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya. Akan
tetapi dalam argumen ini konklusi tidak selalu benar walaupun kedua premis benar.
Bukti adalah sesuatu yang memberi dasar rasional dalam pertimbangan (judgement) untuk
menetapkan kebenaran suatu pernyataan (to establish the truth). Dalam hal teori
akuntansi, pertimbangan diperlukan untuk menetapkan relevansi atau keefektifan suatu
perlakuan akuntansi untuk mencapai tujuan akuntansi.
Keyakinan yang diperoleh seseorang karena kekuatan atau kelemahan argument adalah
terpisah dengan masalah apakah pernyataan yang diyakini itu benar (true) atau salah
(false). Dapat saja seseorang memegang kuat keyakinan terhadap sesuatu yang salah atau
sebaliknya, menolak suatu pernyataan yang benar (valid).
E. PROPERITAS KEYAKINAN
Pemahaman terhadap beberapa prosperitas (sifat) keyakinan sangat penting dalam
mencapai keberhasilan berargument. Berikut ini prosperitas keyakinan yang perlu disadari
dalam berargumen : keadabenaran, bukan pendapat, bertingkat, berbias, bermuatan nilai,
berkekuatan, veridikal ( tingkat kesesuaian keyakinan dengan realitas ), dan berketempaan (
kelentukan keyakinan berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut diubah dengan
adanya informasi yang relevan ).
F. KECOHAN (FALLACY )
Kecohan merupakan kesalahan dalam menerima suatu asersi yang ada kenyataannya
asersi tersebut membujuk dan dianut banyak orang padahal seharusnya tidak.
G. SALAH NALAR
Kesalahan nalar dapat terjadi jika penyimpulan tidak di dasarkan pada kaidah
kaidah penalaran yang valid. Walaupun salah nalar dapat dipakai sebagai suatu strategem (
pendekatan atau cara cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain
mengajukan argumen yang valid atau masuk akal ), tidak selayaknya jika kaidah penalaran
yang sangat baik ditolak semata mata karena argumen sering di salah gunakan.
MODUL 1
BAG 3
A. PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara saksama untuk pengendalian alokasi
sumber daya secara automatis melalui mekanisme sistem ekonomik yang berlaku. Dalam
pelaporan keuangan, pengendalian secara automatis dicapai dengan ditetapkannya suatu
pedoman pelaporan keuangan yaitu PABU / GAAP, termasuk didalamnya standar akuntansi.
B. PROSES PEREKAYASAAN
Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran logis dan objektif untuk membangun
suatu struktur dan mekanisma pelaporan keuangan dalam suatu negara untuk menunjang
tercapainya tujuan negara.
Alur cerita proses perekayasan pelaporan keuangan sebagai berikut :
1. Tujuan negara dijabarkan dalam tujuan pelaporan keuangan, diharapkan pencapaian
tujuan akuntansi dapat membantu tercapainya tujuan negara.
2. Adapun pertanyaan pertanyaan perekayasaan melibatkan pertimbangan dan
pemilihan berbagai gagasan tentang idoelogi, filosofi, paradigma, dan konsep dasar
untuk menjamin agar tujuan pelaporan tercapai. Gagasan yang dipilih tentunya adalah
gagasan yang cocok dengan lingkungan diterapkannya akuntansi agar hasil
perekayasaan menjadi efektif sebagai alat.
3. Konsep yang dijalannkan harus sesuai dengan standar akuntansi dan acuan lainnya
sehingga membentuk prinsip akuntansi berterima umum ( PABU ).
4. Hasil dari perekayasaan pelaporan keuangan diberitakan melalui media informasi,
agar dapat dimengerti oleh para pemakai informasi laporan keuangan tersebut.
Pada dasarnya proses perekayasaan ini adalah proses untuk menjawab pertanyaan
mendasar yaitu bagimana suatu kegiatan operasi perusahaan disimbolkan dalam bentuk
statemen keuangan sehingga orang yang dituju dapat membayangkan operasi perusahaan
secara finansial tanpa harus menyaksikan secara fisis operasi perusahaan.
Hendrikson menguraikan aspek aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses
perekayasaan untuk menghasilkan rerangka teoritis akuntansi, yaitu :
1. Pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit unit usaha
3. Evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak yang dituju ( pemakai ) dan
kemampuan untuk memahami, menginterpretasi, dan menganalisis informasi yang
disajikan.
4. Penentuan atau pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan
5. Evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untuk mengkomunikasi informasi
tentang perusahaan dan lingkungannya.
6. Penentuan dan evaluasi terhadap kendala kendala pengukuran dan deskripsi unit
usaha beserta lingkungannya.
7. Pengembangan dan penyusunan pernyataaan umum yang dituangkan dalam bentuk
suatu dokumen resmi yang menjadi pedoman umum dalam menyusun standar
akuntansi.
8. Perancang bangunan struktur dan format sistem informasi akuntansi untuk
menciptakan, menangkap, mengolah, meringkas, dan menyajikan informasi sesuai
dengan standar atau pinsip akuntansi berterima umum.
C. SIAPA MEREKAYASA
Badan legislatif pemerintah (dalam hal ini DPR dan MPR) mempunyai peranan penting
dalam proses perekayasaan mengingat rerangka konseptual mempunyai fungsi semacam
undang-undang dasar (konstitusi). Badan legislatif membentuk komite atau tim khusus yang
anggotanya berwawasan dan berpengetahuan akuntansi yang luas dan memadai.
Sebagai alternatif, penyediaan informasi diserahkan kepada profesi dan pelaku
bisnis (disebut dengan pengaturan sendiri-self regulation). Mengasumsikan bahwa profesi
dan pelaku bisnis adalah pihak yang paling tahu akan kebutuhan pemakai informasi keuangan.
D. ASPEK SEMANTIK DALAM PEREKAYASAAN
Proses semantik ini tidak lain adalah memilih dan menyimbolkan objek objek fisis kegiatan
perusahaan yang relevan menjadi objek objek statemen keuangan.
E. KONSEP INFORMASI AKUNTANSI
Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan. Simbol-simbol ( elemen-elemen ) yang
termuat dalam seperangkat statemen keuangan sebenarnya tidak mempunyai makna kalau
tiap elemen di interpretasi sebagai objek yang berdiri sendiri. Artinya, statemen keuangan
berisii rangkaian elemen-elemen baru dapat ditangkap maknanya kalau bentuk, isi dan
susunannya diartikan secara kontekstual dengan pedoman yang disepakati. Informasi
semantik ini harus ditangkap secara kontekstual melalui tiga komponen sebagai satu
kesatuan, yaitu elemen (objects), ukuran dalam unit moneter ( size ), dan hubungan (
relationship ) antar elemen.
F. PROSES SAKSAMA
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses perekayasaan harus dilakukan melalui
tahap - tahap prosedur yang saksama dan teliti. Berikut ini adalah proses saksama ( due
process ) yang dilaksanakan FASB dalam menyusun pernyataan resmi :
a. Mengevaluasi masalah
b. Mengadakan riset dan analisis
c. Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi ( Discussion Memorandum )
d. Mengadakan dengar pendapat umum ( public hearing )
e. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan public atas Memorandum Diskusi
f. Menerbitkan draf awal standard ( Exposure Draft ) yang diusulkan
g. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tentang ED
h. Memutuskan menerbitkan statemen atau tidak
i.
G. RERANGKA KONSEPTUAL
Dalam perekayasaan akuntansi, jawaban atas pertanyaan perekayasaan akan menjadi
konsep-konsep terpilih yang dituangkan dalam dokumen resmi yang disebut rerangka
konseptual.
Tanpa adanya rerangka konseptual sebagai konstitusi akan sangat sulit bagi penyusun
standar untuk mengevaluasi argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik dalam
menggambarkan realitas ekonomi atau untuk menilai bahwa perlakuan akuntansi tertentu
lebih efektif dari pada perlakuan yang lain dalam rangka mencapai tujuan sosial atau
ekonomik.
Kam (1990) menguraikan manfaat rerangka konseptual sebagai berikut:
1. memberi pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggung-jawab dalam
penyusnan atau penetapan standar akuntansi.
2. menjadi acuan dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang di jumpai
dalam praktek yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman
spesifik.
3. menentukan batas-batas pertimbangan ( bounds of judgment ) dalam penyusunan
statemen keuangan.
agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi oleh penyusun dan kesalahan interpretasi
oleh pemakai.
2. Pengukuran / Penilaian, adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada
suatu objek yang terlihat dalam suatu transaksi keuangan.
3. Pengakuan, merupakan pencatatan suatu jumlah rupiah (kos) ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi
dalam laporan keuangan.
4. Penyajian dan Pengungkapan, dalam hal ini penyajian menetapkan tentang cara cara
melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat statemen keuangan agar elemen atau
pos tersebut cukup informatif. Sedangkan pengungkapan berkaitan dengan cara
penjelasan hal hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai
selain apa yang dapat dinyatakan melalui statemen keuangan utama.
J. AUTORITAS RERANGKA KONSEPTUAL
Secara teoritis, rerangka konseptual seharusnya merupakan fondasi rerangka
pedoman PABU. Walaupun demikian, karena rerangka konseptual disusun setelah banyak
standar akuntansi diterbitkan, beberapa versi PABU menemppatkan rerangka konseptual
pada tingkat yang kurang autoratif. Tujuannya adalah agar akuntan publik tidak mengganti
standar yang tidak sesuai dengan rerangka konseptual.
K. STRUKTUR AKUNTANSI
Bila proses perekayasaan telah selesai serta di aplikasi, rerangka pedoman PABU
telah ditentukan, dan secara operasional pelaporan keuangan telah berlangsung, maka
pengertian akuntansi dan teori akuntansi secara luas dapat dilukiskan dalam suatu
diagram yang disebut dengan struktur akuntansi
Perekayasaan
Menyusun &
Menganalisis &
menyajikan sesuai
menginterpretasika
dengan
n sesuai dengan
Auditor
Manajemen
Independen
System Informasi
Keuangan
StaPBU
Investor
Laporan
Kreditor
Auditor
Statemen
Keuangan
Pemerintah
Pelanggan
Masyarakat
Praktik
Tujuan Pelaporan Keuangan tercapai