Anda di halaman 1dari 6

1

RF (Reception Facilities) di Lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak


2

Surabaya

Silvia Dewi Kumalasari (4412100012)*, Nur Khumaidah (4412100034)*, Nur Hidayati


Ramadhani (4412100037)*
*Jurusan Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

Abstrak :
Dalam IMO (International Maritime Organization) yang dimandatkan dalam
konvensi MARPOL 73/78, bahwa setiap pelabuhan harus memiliki fasilitas penampungan
limbah (Port Reception Facilities) di setiap pelabuhan dengan tujuan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan akibat buangan limbah dari kapal. Sedangkan Indonesia yang telah
meratifikasi peraturan MARPOL 73/78 Annex I, tidak sepenuhnya mematuhi peraturan
tersebut yaitu membangun fasilitas penanganan limbah. Ketiadaan fasilitas pengolahan
limbah di pelabuhan tersebut dikarenakan tidak ada dukungan secara finansial dari pengelola
pelabuhan. Dalam paper ini berisi tentang penanganan limbah, khususnya limbah minyak dan
limbah sampah padat yang dilakukan oleh PT. Pelindo Marine Services dengan reception
fasilities yang ada di Terminal Nilam, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Penanganan
tersebut dengan mengangkut limbah minyak dari kapal menggunakan kapal pengangkut
limbah yaitu tongkang minyak propulsi mandiri (Self Propelled Oil Barge) dengan kapasitas
40 ton. Limbah tersebut ditampung oleh PT. Pelindo Marine Service yang merupakan anak
perusahaan PELINDO III untuk dikumpulkan menjadi limbah kotor yang kemudian di
berikan kepada pihak ketiga untuk diolah.
Kata Kunci : Reception Facilities, Pelabuhan Tanjung Perak
Pelabuhan merupakan tempat atau fasilitas
2.1

Indonesia
kepulauan
sarana

jasa untuk melayani kapal yang datang di

Pendahuluan
yang

merupakan

negara

dihubungakan

dengan

penghubung

yaitu

pelabuhan.

area dermaga, termasuk fasilitas penanganan


limbah. Pengadaan fasilitas pengelolahan
limbah di Pelabuhan merupakan bagian dari

pelaksanaan Konvensi Internasional tahun

dalam pembangunan fasilitas limbah minyak

1973 tentang pencegahan pencemaran dari

di

kapal yang telah dimodifikasi oleh Protokol

penanganan

limbah

1978

transportasi

laut.

yang

terkait

dalam

MARPOL

setiap

pelabuhan

yaitu

minyak

dengan
dari

Penanganan

segi

limbah

1973/1978 (MARPOL 73/78) dan telah

minyak ini menggunakan moda angkut

diratifikasi

Indonesia

transportasi laut berupa self propelled oil

melalui Keputusan Presiden No. 46 Tahun

barge (tongkang minyak propulsi mandiri).

1986, pada tanggal 9 September 1986. Dan

Pengadaan tongkang ini dimaksudkan untuk

limbah minyak yang berasal dari kapal

mengangkut

tersebut

pelabuhan yang akan dilayani. Selanjutnya

oleh

Pemerintah

harus

Penampungan

dikelolah
Limbah

di

(Port

Fasilitas
Reception

Facilities). Dalam kondisi eksisting


hampir

pelabuhan

di

Indonesia

tidak

Hal ini disebabkan ketidakadanya dukungan


finasial akan pengadaan fasilitas penanganan
limbah di setiap pelabuhan Indonesia.
lain

yang

terjadi

yaitu

terdapat fasilitas penanganan limbah di


pelabuhan tetapi tidak didukung dengan
biaya

operasional

menjalankan
penanganan

yang

tepat

kegiatan
limbah.

dalam

operasional

Setelah

Indonesia

meratifikasi Peraturan MARPOL 73/78


Annex

I,

Indonesia

maka
harus

setiap

pelabuhan

memiliki

di

fasilitas

penanganan limbah sesuai dengan syarat dan


peraturan yang diterapkan di Peraturan
MARPOL 73/78 dengan tujuan untuk
mengurangi pencemaran lingkungan akibat
limbah buangan kapal di pelabuhan. Dalam
penelitian

ini,

menyelesaikan

timbul

solusi

permasalahan

minyak

berakhir

di

di

setiap

pelabuhan

penampungan akhir dan selanjutnya akan

mempunyai fasilitas penanganan limbah.

Permasalahan

pengangkutan

limbah

untuk
finansial

dikelolah di fasilitas penanganan limbah


minyak yang akan dibangun di pelabuhan
utama/pelabuhan penumpukan akhir. Hasil
dari pemisahan limbah akan dijual kepada
pemanfaat minyak olahan dari limbah
minyak.

Dengan

adanya

solusi

dalam

penelitian ini maka tidak perlu dalam


pengadaan fasilitas pelabuhan di setiap
pelabuhan, karena solusi seperti ini sudah
mewakili dalam pencegahan pencemaran
akibat buangan limbah kapal.
2.2

Metode Penelitian
Metode penelitaian yang dipakai

adalah sebagai berikut :


1. observasi lapangan dan wawancara
langsung pada pihak terkait, yaitu
kepada pihak Pelindo Marine Service
(PMS)
2. Studi literatur.

2.3

Analisa Penelitian

2.3.1

Sejarah dan Fasilitas yang Ada di


(Pelindo

Marine

yang

bergerak

Service)

dalam

fasilitas

sektor antara lain :


Shipping,

yang

dibutuhkan oleh pelabuhan

melayani
barang

maupun

training untuk pegawai.


Other Marine Service, yaitu
fasilitas-fasilitas

pemindahan

misalnya pengerukan dan RF

atau

itu sendiri.

penumpang dari jetty ke

bakar, listrik pada kapal.


Crewing, menyediakan jasa
kepegawaian

pelabuhan. PMS ini memeliki beberapa

layanan

pengisian air tawar, bahan

merupakan salah satu Badan Usaha Milik


Negera

Logistics,

menyediakan

PMS
PMS

Marine

kapal, kapal ke kapal baik di

Dari ke sembilan sektor tersebut,

dalam negeri maupun ke luar

Reception Facilities (RF) masuk kedalam

negeri.
Pilotage, yaitu melayani jasa

bagian sektor ke sembilan. RF dibangun

pemanduan kapal yang ingin

tahun 2013. Lokasi RF milik PMS ini

bersandar

sejak tahun 2004 dan baru dikelola pada

pada

dermaga,

berada didekat Terminal Nilam. Menempati

dolphin

ataupun

lahan seluas 1,1 hektare, RF milik PMS ini

fasilitas labuh lainnya.


Tug Assist, yaitu fasilitas jasa

memiliki fungsi untuk pengumpulan limbah

untuk kapal tunda.


Towage, yaitu towing alat

maupun galangan di Pelabuhan Tanjung

jetty,

apung

jasa

pelabuhan,

terminal

maupun

Perak

Surabaya.

Tidak

hanya

fasilitas

mengumpulkan saja, tapi juga memisahkan

lainnya.
Various Ship Provider, yaitu

limbah.Memisahkan limbah disini adalah

menyediakan

fasilitas

menjadi suatu zat tersendiri. Contohnya

untuk

adalah limbah cair yang tercemar dipisahkan

pengiriman
marine

khusus

purpose,

marine

survey, freight logistic in oil

dari penghasil limbah, baik dari kapal

rig dll
Ship Facilities, menyediakan
fasilitas untuk docking kapal
maupun perwatan kapal.

memisahkan limbah yang telah tercampur

dan mengahasilkan minyak kotor dan air.


Fasilitas yang disediakan di RF ada
2, antara lain :
1. OWS ( Oil Water Separator)

OWS
digunakan

adalah

alat

untuk

yang

memisahkan

limbah minyak dan air. OWS ini


dibangun pada tahun 2004.
3. Tanki Penampung
Tanki
penampung

ini

berfungsi untuk menampung limbah


minyak yang dibawa oleh kapal
ataupun galangan kapal. Kapasitas
2. Incenerator
Merupakan

tanki ini adalah 20 ton .


alat

yang

berfungsi sebagai pengolah limbah


padat. Di RF incinerator di bangun
pada tahun 2004. Namun sampai
sekarang

Incenerator

belum

digunakan sama sekali sejak pertama


kali dibangun. Hal ini dikarenakan
masih

belum

pengoprasian

mendapatkan
karena

ijin

beberapa

4. Tanki Air
Tanki air berfungsi untuk
menampung air hasil pemisahan
antara

minyak

dan

air.

Air

fasilitas incenerator masih belum

ditampung dan diuji kualitasnya.

memadai.

untuk

Apabila kualitasnya baik maka air

memasukan limbah masih belum

akan dibuang ke laut.


5. Gudang
Gudang ini berfungsi untuk

Seperti,

tangki

memenuhi daya tampungnya, alat


destilisasi air masih belum memadai.
Proses
menggunakan
incinerator adalah, alat dipompa
dipres dan disemportkan hingga
panas, setalah panas limbah padat
dimasukkan ke dalam alat dan
diproses.

menyimpan
dihasilkan

limbah
oleh

padat

kapal

yang

maupun

galangan. Limbah ini tidak boleh


asal

ditumpuk.

Limbah

harus

dipisahkan berdasarkan jenis dan


sifatnya. Maka dari itu gudang ini
memilki

sekat-sekat

untuk

memisahkan limbah.
6. Tongkang
Tongkang disini berfungsi
untuk mengambil limbah kapal yang

berada di kolam pelabuhan yang


tidak

bisa

merapat

pengolahan

limbah.

ke

2.3.3

tempat

Fasiltas RF

Kapasitas

tongkang ini 120 m3.

Prosedur Untuk Menggunakan


Apabila

ada

kapal

yang

ingin

menggunakan fasilitas RF harus melewati


beberapa prosedur. Yang pertama harus
dilakukan adalah mengajukan surat kepada
PMS, yang didalam surat tersebut beriskan
informasi menganai limbah yang akan
dibuang di RF. Kedua adalah survey, apakah
limbah yang akan diserahkan ke RF

2.3.2

Tarif Penanganan Limbah di

kapsitasnya sesuai dengan yang ditulis di

Fasilitas RF

Surat pengajuan. Ketiga adalah pengambilan

Dari hasil wawancara yang kami

limbah yang diambil oleh pengelola RF .

lakukan kepada pihak pengelola

Setalah diambil maka limbah dikelola dan

fasilitas RF dalam hal ini PT. PMS

masuk

kurang terbuka mengenai besar tarif

pembayaran

yang dikenakan pada kapal yang

berdasarkan fasilatas apa yang dipakai dan

ingin

besarnya limbah yang diatasi.

membuang

limbahnya

di

fasilitas RF. Pihak PMS hanya


memberikan keterangan bahwa tarif

2.3.4

di

prosedur
jasa

ke

empat

pengelolaan

adalah
limbah

Keterangan Lain Mengenai PMS


PMS

sendiri

juga

bekerjasama

pada limbah minyak dan sampah

dengan pihak ketiga untuk pengelolaan lebih

padat berbeda dikarenakan proses

lanjut. Pihak ketiga tersebut adalah CV

pengolahan

berbeda

Harapan Sembilan yang berfungsi sebagai

dengan alat-alat yang berbeda pula.

Transporter dan pengelolaan minyak kotor

Akan tetapi dari pihak PELINDO III

yang telah dipisahkan dari air oleh pihak

memberikan

melalui

PMS. CV Harapan Sembilan sendiri juga

media massa bahwa tarif RF di

bekerjasama denga PT Egypt untuk kegiatan

Pelabuhan Tanjung Perak adalah

pengelolaan lebih lanjut.

limbahnya

informasi

US$ 70 untuk limbah minyak per ton


dan US$ 20 untuk limbah sampah
padatper m3.

RF

jarang

sekali

dioperasikan

dikarenaka, jaranga ada kapal atau galangan


yang menggunakan fasilitas ini. RF hanya
beroprasi pada saat kapal Vann Ord milik
Belanda selama Sembilan bulan. Kapal Vann

Ord ini adalah kapal keruk milik belanda

PELINDO III sebagai operator pelabuhan

yang menjadi satu-satunya kapal yang

Tanjung Perak. PELINDO III menyerahkan

menggukan fasilitas FR ini. Kapal Vann Ord

pengelolaan

membuang limbahnya dua bulan sekali.

perusahaannya yaitu PT. Pelindo Marine

Limbah yang dibuangnya kuarang lebih

Service (PMS). Pengelolaan RF kurang

sekitar 10-60 m3. Kenapa hanya kapal Vann

begitu maksimal karena tersendat masalah

Ord saja yang menggunakan fasilitas ini?

pendanaan maupun perijinan. Banyak kapal

Hal

sadarnya

yang enggan menggunakan fasilitas ini

untuk

dikarenakan adanya tarif yang dikeluarkan

melakukan pengolahan pada limbahnya,

oleh pihak pengelola. Mereka lebih memilih

serta penganganan limbah belum didukung

menjual limbahnya kepada pihak ketiga dan

oleh peraturan yang mewajibkan untuk

mendapatkan uang dari hasil penjualan

pengololaan limbah.

tersebut dibandingkan harus mengeluarkan

ini

dikarenakan

masyarakat

penghasil

kurang
limbah

Pihak PMS sendiri sudah melakukan


MoU kepada pihak KSOP Surabaya untuk
membuat peraturan yang mewajibkan kapal
diseluruh pelabuhan di Jawa Timur untuk
membuang limbah kepada pihak RF. Namun
aturan

tersebut

masih

belum

dibuat

dikarenakan belum adanya sumber aturan


yang

benar-benar

menegaskan

Kesimpulan
RF

(Reception

Facilities)

RF

pada

anak

biaya untuk membuang limbah kapalnya.


Sejauh ini RF yang dikelola PMS hanya
menampung limbah dari kapal karena
terbatasnya alat pengolah limbah maka
proses pengolahan limbah diserahkan pada
pihak ketiga.
2.5

Daftar Pustaka

untuk

masalah pengelolaan limbah.


2.4

fasilitas

di

Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah


satu fasilitas yang disediakan oleh pihak

1. http://www.pelindomarine.com/
company/index/bidang_usaha.h
tml
2. http://surabaya.bisnis.com/read
/20141029/12/75635/otoritaspelabuhan-tertibkanpembuangan-limbah-tanjungperak

Anda mungkin juga menyukai