Anda di halaman 1dari 36

TEKNIK PEMBENTUKAN LOGAM

MODUL PRAKTIKUM

Oleh :

ABRIANTO AKUAN, ST., MT.

LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI


JURUSAN TEKNIK METALURGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2009

PETUNJUK PRAKTIKUM

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum teknik pembentukan logam merupakan penerapan

teori-teori yang pernah diberikan dalam perkuliahan. Tujuan utama


dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

Mengetahui beberapa proses atau teknik pembentukan logam


dalam pembuatan produk logam.

Mengetahui
terlibat

besaran-besaran

dan

berpengaruh

atau

parameter

proses

yang

kualitas

produk

yang

terhadap

dihasilkan.

Merencanakan

dan

membuat

barang

jadi

melalui

teknik

pembentukan logam.

Mengetahui cacat-cacat yang terjadi dalam proses pembentukan


logam.

Mengetahui

cara-cara

pengujian

sifat

mampu

bentuk

(formability) dalam proses pembentukan logam.


Dengan melakukan praktikum ini, diharapkan peserta (praktikan)
memiliki pengalaman praktek dalam proses produksi/manufaktur
melalui proses pembentukan logam.
II.

PERATURAN PRAKTIKUM

2.1

Tata Tertib

Tidak

dibenarkan

memakai

sandal,

sepatu

sandal

dan

sejenisnya.

Tas dan barang-barang yang digunakan selama praktikum harus


disimpan ditempat yang telah disediakan.

Dilarang melakukan praktikum tanpa seijin instruktur yang


bersangkutan.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

Selama berada dilaboratorium dilarang merokok, makan dan


minum.

Praktikum harus menjaga keamanan dan ketenangan selama


berada dilaboratorium.

Diwajibkan memakai jas laboratorium dalam setiap melakukan


praktek.

2.2

Kehadiran
Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap
gagal dan harus mengulang seluruh mata kuliah praktikum pada
kesempatan berikutnya.

Waktu

pelaksanaan

ditentukan

praktikum

kemudian.

Praktikan

diatur

oleh

diharuskan

jadwal

yang

menyerahkan

formulir kehadiran kepada instruktur pada setiap melakukan


praktek.
2.3

Pemakaian Alat

Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan praktek.

Setiap pemakaian alat harus seijin instruktur.

Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab satu


kelompok peserta praktikum.

Setiap akhir praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan


harus dibersihkan.

Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus lapor


pada

instruktur

untuk

memeriksa

alat-alat

yang

telah

digunakan.
2.4

Tugas dan Laporan

Laporan praktikum diisi pada logbook yang telah disediakan.

Sebelum dan sesudah praktikum akan diadakan responsi dan


ujian akhir praktikum. Adapun waktu dan tempat ditentukan
kemudian.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

Setiap praktikum harus mengumpulkan dan mengisi logbook


praktikum

secara

perorangan

setelah

seluruh

praktikum

diselesaikan.

2.5

Logbook praktikum diisi dengan tulisan tangan.


Penilaian
Sistematika penilaian mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Nilai Ujian

= 15 %

2. Nilai Kehadiran

= 25 %

4. Nilai Laporan

= 20 %

5. Nilai Presentasi

= 40 %

III.

KESELAMATAN KERJA

3.1

Ringkasan Umum
Keselamatan kerja merupakan target pertama dalam setiap

proses produksi terutama proses penempaan logam, karena dalam


proses ini kita akan berhadapan dengan bahaya-bahaya yang mungkin
terjadi diantaranya:

Terkena percikan scale dari benda kerja.

Terkena

jilatan

api

atau

panas

dari

pembakaran

tungku

pemanas.

Risiko terjadinya kebakaran.

Bahaya potensial ini diharapkan tidak akan menjadi bahaya riil apabila
semua peraturan keselamatan telah diikuti dengan seksama dan
selalu bekerja menurut prosedur serta tata cara yang aman dan
benar. Dengan demikian kita akan terhindar dari bahaya dan tempat
kita bekerja menjadi tempat yang aman.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

3.2

Ketentuan dan Prosedur Keselamatan


Siapkanlah bahwa keadaan lingkungan kerja dan peralatannya
siap untuk dipakai, dan periksa kembali peralatan sebelum
bekerja.

Pakailah pakaian kerja dengan alat pelindung diri (APD) lainnya


yang diperlukan.

Bekerjalah sesuai petunjuk yang ada.

Tanyakanlah pada instruktur/asistant anda, bila kurang jelas


dalam bekerja.

Berhati-hatilah dalam penggunaan alat-alat perlengkapan serta


posisi dalam bekerja.

Usahakan nyala api dalam kondisi yang baik.

Jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api.

Usahakan benda kerja yang akan ditempa, dalam keadaan


bersih bebas dari air oli dan bahan lainnya yang dapat
menyebabkan percikan atau ledakan.

Bersihkan lantai pasir tempat proses penempaan dari air,


kotoran dan sebagainya.

Jaga jarak aman anda dengan tungku pemanas dan peralatan


lain pada saat penempaan benda kerja.

Gunakan selalu alat pelindung diri (APD): sarung tangan kulit,


apron, helm, kacamata, sepatu kerja, masker tang jepit, ear

plug dan lain sebagainya.

Tidak diperbolehkan memegang peralatan dan produk tempa


tanpa alat pelindung diri (APD) selama proses penempaan
sedang berjalan.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

MODUL 1
PENEMPAAN LOGAM
Menempa adalah suatu pekerjaan membentuk, memendekkan
atau memanjangkan dan melengkungkan benda kerja logam dalam
keadaan panas dengan jalan pemukulan atau dengan cara penekanan
lain. Tujuan dari pemanasan ialah agar benda itu menjadi lunak,
sehingga mudah dibentuk atau dikerjakan. Pada umumnya bahanbahan yang dapat ditempa adalah paduan ferro (besi baja) serta
logam-logam non ferro.
Bahan bakar diperlukan untuk memanaskan benda kerja dalam
Dapur Tempa. Pemakaiannya tergantung dari jenis Dapur Tempa yang
digunakan. Faktor-faktor dalam memilih bahan bakar adalah:
-

Nilai pembakarnya tinggi (lihat tabel).

Debu dari sisa pembakaran yang terjadi sedikit sekali.

Bahan bakar harus ekonomis dan mudah didapat.

Efisiensi dalam melakukan pengerjaan.

Bahan bakar padat yang biasa digunakan adalah arang kayu, batu
bara dan kokas. Sedangkan bahan bakar gas yang sering digunakan
adalah gas elpiji atau gas minyak bumi yang dicairkan.

Tabel nilai kalori bahan bakar.


Bahan Bakar
Arang Kayu
Batu bara
Gas elpiji

Nilai Kalori/gram
Rata-rata: 7.200
5.650-8.200
10.400-10.800

Yang paling utama untuk menimbulkan panas dalam bahan bakar


adalah hidrogen, nilai kalori pembakarannya bisa mencapai 34.000
kalori/gram. Sedangkan Karbon bisa mencapai 5.100 kalori/gram.
Makin banyak kadar Hidrogennya makin besar pula kesempatan untuk
membakar secara cepat.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

Tabel Komposisi unsur bahan bakar.


Karbon
(C), %
56
54
54

Bahan Bakar
Arang Kayu
Batu Bara
Elpiji

Hidrogen
(H), %
12
6
14

Oksigen
(O2), %
2
10
2

Selain bahan bakar, udara merupakan unsur yang penting


dalam proses pembakaran, karena gabungan dari unsur tersebut
merupakan faktor terpenting untuk kelangsungan dari hidupnya nyala
api. Kekurangan ataupun kelebihan udara dapat mengakibatkan
pembakaran

tidak

pembakarannya

sempurna,

juga

dapat

sehingga

nilai

kalori

berkurang.

Oleh

karena

dari
itu

penghembusan udara secara mekanis akan lebih baik karena dapat


memperoleh/menghasilkan udara yang konstan dan bisa diatur sesuai
yang dibutuhkan. Sedangkan yang secara manual, udara yang
dihembuskan kurang dapat menjamin untuk sesuai yang dibutuhkan.
Kalau kita perhatikan pada Tabel komposisi bahan bakar, maka
penghembusan udara secara manual ini kurang cocok/sesuai. Bila
yang digunakan batubara sebagai bahan bakar, karena kadar hidrogen
yang

terkandung

relatif

sedikit,

maka

otomatis

kecepatan

pembakarannya akan berkurang dan api dapat mudah mati/padam.


1.1

Prosedur Percobaan

1. Siapkan bahan baku yang akan digunakan, dengan ukuran


tertentu.
2. Timbang benda kerja sebelum dan setelah proses pemanasan
sehingga akan didapatkan data prosentase kehilangan beratnya.
3. Tentukan temperatur pengerjaannya sesuai dengan jenis benda
kerja dan prosesnya.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

4. Bahan baku dimasukkan kedalam dapur pemanas.

5. Panaskan bahan hingga mencapai temperatur prosesnya.


6. Lakukan penempaan secara bertahap sampai bentuk yang
diinginkan tercapai (lihat subbab rencana kerja).
7. Catat lamanya pemanasan dan besarnya deformasi pada setiap
tahapan proses tempanya.
8. Setelah bentuk tercapai, benda kerja dicelup ke air/oli dan
panaskan

kembali

(temper)

diikuti

pendinginan

di

udara

terbuka.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

1.2

Langkah Pemanasan Benda Kerja


Setelah segala persyaratan keselamatan kerja terpenuhi, serta

semua peralatan-peralatan yang akan dipergunakan telah siap untuk


dipakai, maka pekerjaan menempa sudah dapat dimulai. Dibawah ini
adalah langkah-langkah dalam menyalakan api tungku:

Bila batubara/kokas atau arang kayu yang tersedia dalam


bentuk yang relatif besar, Sebaiknya dipecah menjadi bentuk
yang lebih kecil kurang lebih 1 inch3.

Letakkan majun yang sudah dibatasi minyak tanah ditengah


tungku.

Letakkan arang kayu secukupnya diatas majun tersebut.

Hidupkan blower utama untuk penghisapan asap/debu dan


kemudian api mulai dinyalakan, dengan membakar majun
tersebut.

Hidupkan blower untuk penghembusan udara pada proses


pembakaran kedalam tungku. Buka blower handle serta atur
kebutuhan udara yang diperlukan.

Bila arang kayu telah membara, kita mulai meletakkan kokas


(batubara) diatasnya sambil memperhatikan Udara dengan
mengatur blower handle, karena batubara akan mati atau
padam bila udara terlalu besar ataupun kecil.

Setelah kokas/batubara membara maka kita sudah dapat


memanaskan Benda Kerja pada tungku tersebut.

Hati-hatilah dalam pengambilan dan peletakkan benda kerja


pada tungku Usahakan NYALA API yang KONSTAN !!!.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

Posisi benda kerja

1.3

Temperatur Pemanasan Ideal Benda Kerja


Suhu benda kerja dapat dikira-kira/dibandingkan dengan Tabel

dibawah ini.

Tabel warna nyala benda kerja.


Temperatur (oC)
1300
1200
1100
1000
900
800
600
500

Warna Nyala Benda Kerja


Putih
Kuning keputih-putihan
Kuning kemerah-merahan
Merah terang
Merah Jambu
Merah
Merah gelap
Coklat

Pada dasarnya proses pemanasan benda-benda kerja (baja)


dapat mengakibatkan perubahan struktur didalam baja itu sendiri.
Maka harus betul-betul diperhatikan atau temperatur idealnya. Suhu
terlalu tinggi dapat mengakibatkan benda kerja mengelupas dan

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

retak-retak, sehingga permukaannya akan menjadi kasar. Sebaliknya


bila

suhunya

terlalu

dikerjakan/ditempa,

rendah,

karena

benda

benda

kerja

kerja

akan

sulit

tersebut

masih

dalam

keadaan keras.
1.4

Rencana Kerja

a. Pengerjaan

membentuk silinder dari benda kerja berbentuk segi

empat (balok) dengan menggunakan palu pembulat. Diperlukan


tenaga yang cukup besar untuk pemukulannya.

b. Pengerjaannya dilakukan tanpa palu pembulat.

Benda kerja berbentuk blok dirubah menjadi bentuk octagonal

Dari octagonal, garis-garis sikunya secara halus untuk dibentuk


menjadi silinder.

c.

Langkah-langkah

membentuk

segi

empat

dari

benda

kerja

berbentuk silinder.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

10

d. Pemotongan, untuk memotong logam-logam yang panas pada


benda kerja tempa, biasanya dikerjakan dengan Hardie & Hot set
sedangkan untuk logam-logam yang dingin biasanya menggunakan

Cold set.
1. Hardie
- Lekukkan sekeliling tepinya diatas sisi hardie.
- Selanjutnya dipatahkan diatas sisi anvil.

2. Cold set
- Sudut ketajamannya 60o

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

11

3. Hot set
- Sudut ketajamannya 30o

e. Meregangkan

Biasanya untuk meregangkan bentuk balok. Dikerjakan dengan


menggunakan palu peregang, seperti terlihat dalam gambar.

Perlu diperhatikan yaitu selain tenaga peregangan, penjepitan


juga harus kuat. Dan posisi palu peregang atas dan bawah
harus sejajar berimpit guna mencegah terjadinya loncatan
benda kerja yang diakibatkan oleh gaya kopel.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

12

Untuk menghaluskan permukaannya, dapat dikerjakan dengan


menggunakan palu perata.

f. Perataan

Posisi

palu

perata

waktu

digunakan

untuk

menghaluskan

permukaan yang kasar.

Untuk menghaluskan permukaan batang silinder, bisa juga


digunakan palu pembulat yang diameternya sesuai dengan
diameter batang silindernya.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

13

g. Langkah kerja membuat penitik

Bentuklah ujungnya menjadi segi empat runcing yang pendek.

Perhatikan sudut antara benda kerja dan permukaan anvil.

Bentuk segi empat yang runcing dibuat lebih panjang lagi


(sesuai dengan yang diperlukan).

Untuk membentuk suatu bentuk runcing, cukup dipukul secara


lemah.

Dibentuk menjadi Octagonal.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

14

Dari Octagonal dibentuk menjadi bentuk bulat.

Pecah akibat pemukulan yang salah.

h. Membentuk sebuah lingkaran

Ukur panjang benda kerja sepanjang D yang diminta dari


salah satu ujungnya dan ditandai dengan penitik.

Bengkokkan menjadi sisi persegi panjang.

Lengkungkan sisi ujung atas dari ukuran 1D pada ujung Anvil.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

15

Lengkungkan secara terus menerus.

Lengkungkan

sisi

ujungnya

hingga

membentuk

sebuah

membentuk

sebuah

lingkaran.

Penyambungan

sisi

ujungnya

hingga

lingkaran.

Terbentuklah sebuah lingkaran.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

16

i. Menggulung dan melilit

Setelah benda kerja dipanaskan lalu dipanjangkan diatas tanduk


Anvil.

Lakukan perataan dan ujungnya dilancipkan pada permukaan


Anvil.

Mulailah proses penggulungan dengan melekukkan ujungnya


pada sudut permukaan Anvil.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

17

Selanjtnya penggulungan dapat dilakukan diatas permukaan


Anvil.

Untuk

lebih

lengkap

lagi,

penggulungan

dapat

dikerjakan

dengan cara seperti ini:


Menggunakan Horn

Menggunakan Scroll Tacil

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

18

j. Twisting

Bagian yang akan dikerjakan harus dipanaskan secara merata.

Memulai pengerjaan dengan tekanan memutar seketika.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

19

MODUL 2
PENARIKKAN KAWAT
Penarikkan kawat (wire drawing) adalah salah satu proses
pembentukkan logam untuk memperkecil diameter dengan cara
penarikkan kawat melalui lubang cetakan (dies).

Energi deformasi =Vol . .


F1l1 = A1 . l1 .
Gaya penarikan, F =A1 .
Tegangan Penarikan ,

i = F/Ai = .

Jika gesekan diperhitungkan dan dengan anggapan kondisinya adalah

plane strain, maka besarnya gaya penarikan adalah:


2B
1 B Dk
1
F Ak 0

B Dm

1
.
k m

B = cot
= koefisien gesek
= semi cone angle

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

20

2.1

Prosedur Percobaan:

A.

Persiapan Mesin
1. Bersihkan semua peralatan yang ada dan di daerah sekitar
mesin penarikkan kawat mesin.
2. Periksa

oli

di

semua

gear

box

dan

bagian-bagian

yang

memerlukan oli atau stempet (grease).


3. Pasang dies pada dudukan dies sesuai urutan rencana ukuran

dies.
4. Posisi pemasangan dies adalah bagian sudut yang lebih besar
berada di sebelah datangnya kawat (pay off), seperti gambar
berikut ini:

5. Masukkkan power listrik di panel dan jalankan mesin dalam


keadaan kosong, serta hidupkan lubricant selama 5-10 menit.
6. Periksa konsentrasi dan temperatur lubricant.
B.

Persiapan Bahan
1. Siapkan kawat

(baja/tembaga/alumunium) dengan

panjang

2000 mm untuk percobaan penarikan kawat.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

21

2. Ujung kawat sepanjang kira-kira 20-25cm dilakukan penyerutan


sampai diameter tertentu.
C.

Proses Penarikkan Kawat


1. Siapkan mesin penarikan kawat.
2. Pasang cetakan untuk reduksi yang pertama.
3. Perkecil diameter salah satu ujung kawat (gunakan mesin
serut/roll), sehingga kawat dapat dilewatkan pada cetakan.
4. Ujung kawat yang telah diserut dimasukkan kedalam dies
sampai ujung kawat tersebut muncul dari dies minimal 20 cm.
5. Pasang bagian pengait rantai penarik di capstan ke kawat yang
akan ditarik.
6. Hidupkan mesin, dan lakukan penarikkan pelan-pelan sampai
rantai penarik menjepit kawat dan hidupkan lubricant.
7. Lakukan penarikan hingga 1500 mm, ukur besarnya gaya
penarikan dengan membaca dial indicator pada strain gauge
kemudian dikonversikan dengan menggunakan kurva kalibrasi.
8. Buka rantai penarik dan buka lilitan kawat pada capstan.
10.Ulangi tahap 1 sampai 9 tersebut diatas untuk mencoba reduksi
pada cetakan yang lainnya.

2.2

Standar Kerja Mesin Penarikkan Kawat

1. Mesin penarikkan kawat, mesin serut dan sekitarnya harus


bersih.
2. Oli di gear box dan grease pada mesin serut harus selalu
diperiksa.
3. Semua

coil kawat

harus

diletakkan

ditempat

yang

telah

ditentukan.
4. Bersihkan dies setiap akan mulai penarikan dari geram dan
pengotor lainnya. Perhatikan pemasangan dies jangan sampai
terbalik (sudut yang besar menghadap pay off).

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

22

5. Periksa motor penggerak setiap pertama mau

menjalankan

mesin tarik, terutama shielspring dan karbon brass.


6. Tombol manual (jog) tidak boleh dimatikan sebelum capstan
berjalan satu putaran, terutama waktu mulai proses.
7. Bila

ada

perubahan

bunyi

di

mesin,

mesin

secepatnya

dimatikan, dan mesin diperiksa.


8. Waktu proses penarikan berjalan lubricant harus dihidupkan dan
dipastikan mengenai semua permukaan capstan dan lilitan
batang kawat.
9. Konsentrasi lubricant 8-12% dengan temperatur kerja 35-45oC.
10.Jika ada kawat yang kusut, matikan mesin dan perbaiki serta
rapikan, baru kemudian mesin dapat dijalankan lagi, jangan
sampai dipaksakan mesin jalan terus.
11.Batang kawat yang keluar dari mesin penarikkan kawat harus
bersih dari sisa lubricant.
12.Perhatikan hasil penarikan, baik diameter, bentuk dan kondisi
permukaan batang kawat.
13.Setelah selesai penarikan coil kawat diikat sebanyak beberapa
lilitan, dan beri tanda spesimen.
14.Hati-hati jaga keselamatan kerja terutama waktu memasang
rantai penarik di awal proses dan waktu melepaskan lilitan di
capstan pada akhir proses.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

23

MODUL 3
PEMBENGKOKKAN PELAT
Pada proses pembengkokkan pelat atau lembaran Logam, yang
menjadi ukuran keberhasilannya adalah radius bengkokan minimum
yang belum menimbulkan retakan pada daerah deformasi. Ukuran ini
sangat tergantung pada tebal dan keuletan lembaran tersebut.

Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam proses bending yaitu

spring back. Deformasi yang terjadi pada benda kerja selama ditekan
pada dies terdiri atas deformasi elastis dan plastis. Bila benda kerja
tersebut dikeluarkan dari dies, maka deformasi yang terjadi hanyalah
deformasi plastisnya. Dengan demikian bentuk benda kerja tidaklah
persis sama dengan bentuk dies. Sehingga bentuk dies dan metoda
deformasinya perlu dikoreksi.
Fenomena

spring back secara skematis ditunjukkan pada

Gambar dibawah ini yang besarnya spring back atau pemulihan


deformasi elastis tergantung pada:

Kekuatan luluh dan tegangan alir

Modulus elastisitas

Deformasi total dan tebal pelat

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

24

Mekanisme spring back pada proses bending

Pengaruh kekuatan material yang berbeda terhadap besarnya

spring back yaitu material yang lebih kuat akan memberikan spring
back yang lebih besar. Sedangkan pengaruh modulus elastisitas,

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

25

material yang kurang kaku (modulus elastisitasnya lebih kecil) maka

spring back yang terjadi akan lebih besar, serta pengaruh besarnya
deformasi total dan tebal pelat terhadap spring back yang terjadi,
pelat yang lebih tebal atau proses deformasi yang besar, akan
mengalami deformasi total yang lebih besar dan akan memberikan

spring back yang lebih besar pula.


Prosedur Percobaan:
1. Siapkan spesimen pelat dengan ketebalan tertentu untuk proses

bending, catat geometri dan spesifikasi materialnya.


2. Lakukan proses bending dengan sudut: 45 dan 90.
3. Catat fenomena yang terjadi pada saat benda kerja dikeluarkan
dari cetakan, dan lakukan pengukuran sudut bending-nya.
4. Lakukan tahap 1 sampai 3 tersebut diatas untuk jenis atau
ketebalan pelat yang lainnya.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

26

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

27

MODUL 4
PENGUJIAN DEEP DRAWABILITY
Proses deep drawing adalah proses pembentukan lembaran
logam dari bentuk 2 dimensi menjadi bentuk 3 dimensi melalui
penekanan lembaran pada suatu cetakan.
Geometri proses deep drawing, secara skematis dilukiskan pada
Gambar dibawah ini, proses deep drawing yang murni terjadi bila
ujung punch berbentuk datar sehingga bagian lembaran dibawah
ujung punch tidak mengalami deformasi, sedangkan bagian dinding
mengalami penarikkan. Dilain pihak bila ujung punch membentuk
bagian dari bola, maka proses keseluruhannya adalah gabungan
antara deep drawing dan stretching (Gambar dibawah).

Geometri proses deep drawing.

Tinjauan tahapan deformasi berikut ini didasarkan pada proses

deep drawing murni (Gambar dibawah ini).

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

28

Tahapan deformasi pada proses deep drawing.

Bagian flens (flange) akan mengalami pengecilan diameter. Hal


ini dimungkinkan oleh tegangan tarik dalam arah radial (Gambar
dibawah ini). Selain itu muncul pula dengan sendirinya tegangan
tekan dalam arah tangensial. Tegangan tangensial tekan inilah yang
dapat menimbulkan buckling pada flens. Bila ini terjadi maka
terbentuklah keriput pada flens, dan proses deep drawing akan gagal.
Oleh

karena

itu

maka

keriput

harus

dihindari

dengan

jalan

memberikan tegangan tekan pada permukaan flens. Gaya tekan ini

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

29

diberikan oleh pemegang bakalan (blank holder). Pada saat proses

deep drawing berlangsung, dinding tabung mengalami penarikkan.


Drawability dari suatu lembaran logam dinyatakan dengan
perbandingan diameter bakalan, do maksimum yang masih bisa
diproses menjadi tabung berdiameter, di. Batas proses deep drawing
tersebut dikenal dengan nama LDR (limiting drawing ratio).
LDR = do/dimaks
Besarnya LDR dibatasi oleh gaya penarikan yang dapat ditahan oleh
dinding tabung. Secara teoritis, batas deep drawing adalah:
LDR = do/dimaks = e = 2,7
Jika pengaruh bending dan unbending serta pengaruh gesekan antara
benda kerja dengan perkakas diperhitungkan, maka persamaan diatas
dikoreksi menjadi:
LDR = e
dimana menyatakan faktor efisiensi deformasi, bila radius dies kecil
ataupun koefisien gesekan cukup besar maka akan mengecil. Harga
yang diambil dari kondisi deep drawing yang wajar adalah 0,7.
Dengan angka tersebut maka LDR akan berkisar sekitar dua.
Persamaan lain untuk menyatakan LDR yang dihubungkan
dengan

parameter

rasio

regangan

plastis

material,

yang

menunjukkan nilai ketahanan material terhadap penipisan adalah:


LDR = do/di maks = exp o,w/o,f = exp [(R+1)/2]
atau,
LDR = do/di maks = exp [1/(1+)] . [(R+1)/2]
dimana

tergantung

adalah faktor proses, biasanya sekitar 0,2-0,3 yang


pada

geometri

proses

atau

perkakas

dan

kondisi

gesekannya.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

30

Parameter sifat mampu bentuk lembaran logam adalah strain

hardening coefficient (n) dan plastic strain ratio (R) yaitu sifat-sifat
yang muncul bila logam dikenai deformasi plastis. Cara yang praktis
untuk mengamati sifat logam yang dideformasi plastis adalah dengan
pengujian tarik. Pengujian non simulasi ini hanya bersifat teoritis
karena hanya membandingkan keadaan tegangan dan regangan
material tanpa pendekatan pada kondisi proses yang sesungguhnya.
Harga

strain

hardening

coefficient

dapat

diukur

melalui

pengujian tarik dengan daerah pengukuran yang teliti terletak antara


ys dan uts. Kurva antara ys dan uts dapat didekati dengan
persamaan

Y=aXn

dengan harga n berkisar antara 0-1. Sehingga

bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai: =K n


persamaan

ini

disebut

tegangan

alir

(flow

stress)

yang

memperlihatkan kenaikan kekuatan akibat deformasi plastis. Bila


persamaan tersebut dinyatakan dalam skala log

Vs

log

maka

kemiringannya akan menunjukkan harga n.


log = log K + n log
n = d log / d log
Prosedur untuk mengukur dan menghitung harga n untuk lembaran
baja dapat dilakukan dengan menggunakan standar ASTM E.646-78.
Data elongation (e) dan reduction in area (q) menandakan
bahwa deformasi spesimen yang diuji tarik tidak hanya terjadi pada

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

31

arah memanjang, melainkan juga pada arah lebar dan tebal. Hal ini
berarti dari pengujian tarik, dengan sedikit modifikasi dapat dilakukan
pengukuran harga R. Plastic strain ratio, R diukur dan dihitung pada
daerah antara ys dan uts, harga R dapat dinyatakan sebagai berikut:
R = w/t = ln (wi/wo) / ln (ti/to)
Pengukuran

regangan

dalam

arah

tebal

secara

langsung

akan

memberikan kesalahan yang besar, dan akan lebih teliti jika regangan
dalam arah tebal dihitung dari perubahan bentuk pada arah panjang
dan lebar dengan prinsip volume konstan, dengan demikian dapat
dituliskan:
t = ln (lo wo/li wi)
sehingga:
R = w/t = ln (wi/wo) / ln (lo wo/li wi)
Untuk menghitung harga rata-rata dari R, maka pengukurannya
dilakukan pada spesimen dengan arah 0o, 45o, dan 90o terhadap arah
pengerolan:
Rm = (R0+2R45+R90) / 4
Harga planar anisotropi dinyatakan dengan persamaan:
R = (R0-2R45+R90) / 2
Prosedur untuk mengukur dan menghitung harga R lembaran baja
dapat dilakukan dengan menggunakan standar ASTM E.517-74.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

32

Salah satu orientasi spesimen untuk menentukan R.

Pengujian mampu bentuk lembaran logam, selain dilakukan


melalui pengujian non simulasi, dapat pula melalui pengujian simulasi
yang dilakukan dengan pendekatan terhadap kondisi proses dimana
hasilnya akan lebih memberikan gambaran mengenai mampu bentuk
material.
Berbagai
dimaksudkan

macam
untuk

pengujian

simulasi

mendapatkan

sheet

koreksi

metal

(gambaran)

forming
antara

kenyataan proses sheet metal forming dengan pengujian simulasi


tersebut. Proses sheet metal forming yang dapat dipandang sebagai
gabungan proses bending, stretching dan deep drawing. Oleh karena
itu

banyak

dikembangkan

metoda

uji

yang

diharapkan

dapat

mengungkapkan secara cepat sifat mampu bentuk dalam prosesproses sheet metal forming tersebut.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

33

Uji simulasi untuk deep drawing telah dikembangkan oleh Sachs


dalam pengujian wedge drawing test dan yang lebih sering dipakai
adalah Swift cup drawing test yang skemanya terlihat pada Gambar
dibawah ini.

Swift cup drawing test.

Metoda lainnya yang juga popular adalah Olsen, Erichsen dan


Fukui cup drawing test seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut
ini.

Fukui cup drawing test.


Pada simulasi Swift test, menggunakan punch yang ujungnya
datar yang berarti deep drawing murni, dan pada Fukui test dipakai

punch yang ujungnya merupakan bagian dari permukaan bola, yang


berarti gabungan antara deep drawing dan stretching. Yang menjadi
ukuran deep drawability dalam Swift test adalah LDR. Hal ini berarti
bahwa Swift test menggunakan blank dengan berbagai diameter.
Dalam Fukui test dipakai satu ukuran diameter blank, do. Ukuran yang
dipakai untuk menyatakan deep drawability adalah diameter benda uji
minimal sebelum terjadinya retakan. Dengan uji simulasi tersebut
diatas dapat dengan cepat dihasilkan data sifat mampu bentuk, tetapi

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

34

seringkali tidak memiliki korelasi yang baik dengan kenyataan press

forming di industri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam kondisi


gesekannya atau perbedaan dalam perbandingan tebal pelat atau
lembaran dengan ukuran benda kerja.

Prosedur Percobaan:
1. Siapkan peralatan/cetakan pengujian deep drawability dan
mesin pengujian tarik.
2. Berilah pelumasan pada peralatan/cetakan uji.
3. Buatlah

keping

lembaran

logam

(blank)

dengan

variasi

diameter: 40, 45, 50, 55 dan 60 mm.


4. Lakukan pengujian deep drawability untuk setiap keping yang
telah disiapkan.
5. Amati dan catat hasilnya.

@@ Teknik Metalurgi UNJANI

35

Anda mungkin juga menyukai