Anda di halaman 1dari 17

PENGUJIAN PRODUK CORAN

( KONTROL KUALITAS )

Pengujian Produk Coran Page 1 of 17


8.1 Pendahuluan
Unit ini menjelaskan beberapa metoda pengujian yang digunakan pada produk
coran, seperti pemeriksaan secara visual, pemeriksaan komposisi kimia, pengujian
merusak (destructive test) meliputi pengujian tarik dan pengujian kekerasan serta
pengujian tanpa merusak (non-destructive test) meliputi pengujian dye penerant magnetic
flaw detection, ultarasonic, dan pengujian radiography. Proses pengujian ini
dilaksanakan setelah seluruh rangkaian proses pengecoran selesai dilakukan, tujuannya
adalah untuk memeriksa dan mengontrol kualitas dari produk coran sehingga hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan.

8.2 Proses Pemeriksaan dan Pengujian Logam


Proses pemeriksaan (inspections) atau kontrol kualitas terhadap produk coran
pada umumnya dapat dilakukan dengan dua metoda yaitu dengan metoda pengujian
tanpa merusak dan pengujian merusak. Contoh pengujian tanpa merusak diantaranya
adalah pemeriksaan visual, pengujian dye penetrant, magnetic particle, ultrasonic, dan
radiography Fungsinya adalah untuk mendeteksi jenis cacat yang tampak secara nyata
dipermukaan (jenis-jenis cacat dapat dilihat pada tabel 8.1) dan cacat pada bagian dalam
produk coran. Sedangkan untuk mengetahui sifat mekanik dari produk coran dapat
dilakukan dengan pengujian merusak diantaranya adalah pengujian tarik dan pengujian
kekerasan.
a. Pengujian tanpa merusak (non-destructive test)
Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan visual terhadap produk coran yang rutin dilakukan pada umumnya adalah
pengecekan terhadap bentuk, ukuran, cacat luar (external defect) dan kualitas permukaan.

Bentuk dan ukuran


Pemerikasaan visual terhadap bentuk produk coran dilakukan untuk memastikan bahwa
tidak ada bagian-bagian dari produk coran yang rusak akibat dari kesalahan proses
sebelum pengecoran (contohnya moulding errors), pada saat proses pengecoran
(misalnya short running) atau kesalahan pada saat proses fettling (proses pemotongan sisa
sistem saluran pada produk coran yang telah membeku). Kekasaran dan cacat-cacat
permukaan yang serius pada produk coran dapat diamati pada tahapan ini.

Pengujian Produk Coran Page 2 of 17


Pemeriksaan ukuran/dimensi terhadap produk coran disesuaikan dengan gambar,
biasanya pada gambar tersebut telah dilengkapi ukuran-ukuran toleransi dari produk
coran.

Kualitas permukaan
Untuk mengetahui kualitas permukaan produk coran dapat dilakukan dengan
menggunakan standar kuantitatif (quantitative standards) dan standar numerik
(numerical standards). Pemeriksaan kualitas permukaan dengan menggunakan standar
kuantitatif dilakukan dengan membandingkan bentuk permukaan hasil produk coran
dengan bentuk permukaan yang ada pada standar secara visual. Sedangkan Pemeriksaan
kualitas permukaan dengan menggunakan standar numerik dilakukan dengan
menggunakan alat pengukur kekasaran permukaan.

Tabel 9.1 Bentuk cacat pengecoran dan penanganannya.


Contoh kasus dan fenomena cacat Antisipasi cacat
Cacat Deskripsi
Inklusi pasir  Cacat inklusi pasir ini
terjadi karena pasir cetak 1. keringkan cetakan
yang ada di sekitar bagian dengan baik.
depan ingate terbawa oleh 2. tumbuk pasir dengan
aliran logam cair kedalam cukup kuat
rongga cetak.
 Cacat inklusi pasir ini
terjadi karena cetakan 1. tumbuk pasir dengan
yang rontok pada saat kuat.
cope dan drag dirakit, 2. persiapkan cetakan
bagian yang rontok akan dengan baik.
terangkat kepermukaan 3. posisikan cetakan
coran. dengan hati-hati.

 Cacat inklusi pasir jenis 1. gunakan inti yang kuat.


ini terjadi karena adanya 2. tekan pasir dengan kuat
bagian inti yang rontok dalam core box.

Pengujian Produk Coran Page 3 of 17


dan terangkat 3. pasangkan inti dengan
kepermukaan hingga hati-hati dalam dudukan
bagian kosong inti pada cetakannya
tersebut terisi oleh logam
cair.
Scabs
A. Cacat ini terjadi akibat 1. tumbuk pasir hingga
ada ekspansi bagian ramping dan merata.
cetakan yang terapung
dan menempel ke bagian
atas cetakan. Bagian
cetakan yang terangkat
akan terisi oleh logam
cair.
Lubang gas B. Cacat lubang gas ini 1. lakukan penekanan pasir
terjadi akibat adanya gas cetak hingga kekerasan
yang terbentuk pada saat cetakan cukup merata.
logan cair mengalami 2. membuat lubang
solidifi-kasi hingga gas ventilasi pada cetakan.
tersebut terjebak dalam 3. cetakan harus benar-
coran. Bagian dalam benar kering.
lubang gas ini
permukaanya halus.
Selain itu cacat lubang
gas ini dapat diakibatkan
oleh reaksi bahan
cetakan akibat kontak
dengan logam cair dan
udara bagian dalam
rongga yang bercampur
dengan logam cair yang
mengisinya.

Pengujian Produk Coran Page 4 of 17


Rongga udara
C. Cacat rongga udara ini 1. lakukan penekanan pasir
terbentuk karena adanya cetak hingga kekerasan
keseimbangan antara cetakan cukup merata.
tekanan balik cetakan 2. cetakan harus benar-
terhadap tekanan gas benar kering.
yang terdapat dalam 3. membuat lubang
logam cair. Hal ini juga ventilasi pada cetakan.
disebabkan karena 4. pada saat penuangan
permebilitas yang usahakan tidak mengalir
rendah dan banyaknya kedalam lubang
gas yang terbentuk ventilasi.
dalamwaktu yang
singkat.

Lubang jarum D. Cacat ini berbentuk 1. lakukan penekanan pasir


lubang-lubang kecil cetak hingga kekerasan
yang ada pada cetakan cukup merata.
permukaan dan bagian 2. cetakan harus benar-
dalam coran dengan benar kering.
diameter kurang dari 2-3 3. membuat lubang
mm. Lubang-lubang ini ventilasi pada cetakan.
terbentuk karena adanya 4. keringkan cetakan dan
gas yang terbentuk saat repair dengan baik.
solidifikasi dan gas yang
terbentuk akibat
dokomposisi,penguapan
atau reaksi dari bahan
cetakan dengan logam
cair.

Pengujian Produk Coran Page 5 of 17


Retak regangan
E. Cacat retak ini terjadi 1. tekan pasir dengan kuat
karena pada coran dan merata hingga
terdapat tegangan dalam ramping.
yang terbentuk saat 2. gunakan inti besi yang
solidifikasi. ramping lebih banyak.
Pasir terbakar F. Cacat ini terbentuk dari
campuran antara logam 1. tekan pasir hingga
dan pasir yang kokoh.
menempel pada
permukaan coran akibat
pasir yang digunakan
memiliki titik sinter
yang rendah.
Ekor tikus G. Cacat ini terjadi akibat 1. Tekan pasir hinnga
ekspansi cetakan yang kekerasanya merata.
kontak dengan logam
cair dan terjadi penetrasi
logam cair kedalam
cetakan hingga logam
mengalami solidifikasi
dalam bentuk
penetrasinya tersebut.
Misrun H. Cacat ini terjadi akibat 1. tekan pasir dengan
dimensi coran yang lembut hingga
terlalu tipis, temperatur kekerasanya merata.
poring terlalu rendah 2. lakukan preheat yang
dan dapat disebabkan cukup jika terdapat
juga karena desain chillir/chaplet pada
saluran yang tidak layak. cetakan.

Pengujian Produk Coran Page 6 of 17


Permukaan I. Cacat ini terjadi karena 1. tekan pasir hingga
kasar penetrasi logam cair kokoh.
terhadap permukaan 2. ganti material pencuci.
cetakan secara merata 3. pasir muka harus di
dan kecil-kecil. lakukan pengayakan.
Penyebab terjadinya
antara lain temperatur
logam cair ynag terlalu
tinggi, butir pasir yang
terlalu besar, dan
cetakan yang terlalu
lunak.
Salah dimensi
J. Cacat ini terjadi akibat 1. buat inti besi yang
cetakan yang terlalu ramping.
sempit, hingga coran 2. tekan pasir dengan
tidak menyusut dengan lembut.
bebas dan akibatnya 3. lakukan pemeriksaan
terjadi dimensi yang dan maintenance yang
salah pada produk cor. kontinu terhadap pola.
Salah dimensi dapat
juga disebabkan oleh
pola yang sudah tidak
presisi hingga cetakan
yang dihasilkan tidak
layak.
Pertemuan
dingin K. Cacat ini terjadi karena 1. kondisikan temperatur
adanya logam cair yang dan waktu pouring yang
membeku sebelum tepat.
cairanya menentuh 2. jika mengunakan chaplet
bagian cairan lainya logam maka bersihkan
hingga antara dua karat dan pastikan

Pengujian Produk Coran Page 7 of 17


padatan logam tersebut chaplet itu kering.
memiliki garis batas
permukaan padatanya
atau pada bagian yang
memiliki chaplet dan
tidak terisi dengan baik.
Hal ini desebabkan
karena temperatur
pouring yang rendah dan
waktu pouring yang
terlalu lama.

cetakan geser /
shift L. Cacat ini terjadi akibat 1. pasangkan cope dan
kurang tepatnya drag dengan hati-hati
pemasangan cetakan dan posisikan keduanya
hingga posisinya tidak pada garis sumbu yang
sesuai. Akibatnya sama.
produk cor memiliki 2. gunakan pin pada flask
dimensi yang tidak dengan baik.
sesuai.
Sirip / Fins
M. Cacat ini terjadi akibat 1. kondisikan supaya
posisi inti dan cetakan permukaan cetakan
kurang pas hingga mulus.
terdapat celah antara 2. buat dudukan inti / core
yang akan terisi oleh print yang pas dengan
logam cair dan akan intinya.
terbentuk Fins atau plat
pipih.

Pengujian Produk Coran Page 8 of 17


Moving / Swells N. Cacat ini terjadi akibat 1. tekan pasir hingga
inti terangkat karena cukup kuat untuk
adanya tekanan menahan tekanan
ferrostatic dari logam ferrostatic tersebut.
cair.

Pemeriksaan Komposisi Kimia


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dari produk coran sesuai
atau tidak dengan komposisi kimia yang diinginkan atau ditentukan. Komposisi ini
biasanya ditetapkan berdasarkan batasan-batasan unsur paduan utama dan unsur pengotor.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisa basah atau dengan
menggunakan alat seperti spectrographic.

Dye penetrant
Pengujian ini digunakan untuk mendeteksi cacat permukaan seperti retakan-retakan pada
material yang tidak berpori (non-porous materials) yang tidak terlihat secara visual.
Pengujian ini terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu:
1. Persiapan permukaan pada material yang akan di uji.
2. Mengaplikasikan cairan penetrant di atas permukaan material yang akan di uji.
3. Pembersihan cairan penetrant yang berlebih pada permukaan material.
4. Mengaplikasikan developer.
5. Pemeriksaan visual.

Tahapan proses diatas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pengujian Produk Coran Page 9 of 17


Gambar 9.1 tahapan-tahapan proses pengujian dengan metoda dye penetrant.

Magnetic flaw detection


Pengujian magnetic particle adalah sebuah metoda atau cara untuk mengetahui cacat-
cacat seperti retakan pada permukaan dan di bawah permukaan material logam yang
bersifat ferro-maknetis (ferromagnetic). Prosesnya yaitu dengan cara memberikan
pengaruh medan maknet pada material ferro-maknetis dan menebarkan partikel-partikel
besi di atas permukaan material. Permukaan yang tidak sempurna atau cacat akan
mengubah medan maknet dan partikel-partikel besi akan terkonsentrasi/berkumpul di
dekat daerah yang terputus (cacat). Konsep proses pemeriksaan dapat dilhat pada gambar
di bawah ini.

Gambar 9.2 Contoh pengujian magnetic particle.

Pengujian Produk Coran Page 10 of 17


Ultrasonic
Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui cacat yang yang berada di dalam produk
coran seperti retakan (crack), inklusi dan porositas. Pada umumnya, alat pengujian
ultrasonic terdiri dari 3 komponen dasar yaitu:
Peralatan, tranducers dan standard kalibrasi.

Gambar 9.3 pengujian ultrasonic dengan teknik pulse-echo.

Radiography
Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui cacat yang yang berada di dalam produk
coran dengan menggunakan radiasi sinar-x atau sinar gamma. Sumber radiasi dihasilkan
dari mesin sinar-x atau radioaktif isotope. Radiasi diarahkan langsung pada produk coran
di atas film. Hasilnya diperlihatkan pada film berupa bayangan (Shadowgraph) seperti
pada gambar di bawah ini.

Gambar 9.4 prinsip umum pengujian radiography.

Pengujian Produk Coran Page 11 of 17


b. Pengujian Merusak (Destructive Test )
Pengujian tarik
Pengujian tarik adalah salah satu pengujian mekanik yang bertujuan untuk mengetahui
sifat-sifat mekanik dari suatu logam/paduannya, yaitu meliputi:
 Kekuatan Tarik (Tensile Strength) : Su
 Kekuatan Luluh (Yield Strength) : Sy
 Modulus Elastisitas :E
 Perpanjangan (Elongation) :e
 Reduksi Penampang (Reduction in Area) :q

Selain itu pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui:


 Persamaan tegangan alir :=Kn
 Koefisien pengerasan regangan :n
 Perbandingan regangan plastis :R

Pada umumnya spesimen uji tarik dibuat menurut bentuk dan ukuran yang distandarkan,
misalnya menurut ASTM, JIS, DIN, SNI dan lain-lain.

Pengujian tarik dilakukan dengan menggerakkan balok palang mesin uji (cross head)
dengan kecepatan konstan. Kurva yang langsung diperoleh dari mesin menyatakan
hubungan antara gaya tarik dengan perubahan panjang (Gambar 9.5).
Total perpanjangan
Deformasi seragam
Deformasi
tidak
seragam
Beban, F, kg

Perubahan panjang, Δl,mm

Gambar 9.5 Diagram gaya tarik terhadap perubahan panjang.

Pengujian Produk Coran Page 12 of 17


Dari kurva tersebut kemudian dihitung besarnya tegangan teknis dan regangan teknis
sehingga didapatkan kurva teknis (Gambar 9.6).

Gambar 9.6 Kurva tegangan teknis  regangan teknis.

Dari kurva tegangan teknis–regangan teknis tersebut menghasilkan data sbb:

 Kekuatan Tarik (Tensile Strength) :

FU
SU 
AO

 Kekuatan Luluh (Yield Strength) :

Fy
Sy  Gambar 9.7 Metoda Offset.
AO

Untuk material yang tidak menunjukkan batas luluh yang jelas (material selain baja
karbon rendah) maka kekuatan luluhnya dicari dengan menggunakan metoda offset yaitu:
0,2% atau 0,5% seperti terlihat pada Gambar 9.7.

Pengujian Produk Coran Page 13 of 17


 Perpanjangan (Elongation) :
L f  L0
e x100%
L0

 Reduksi Penampang (Reduction in Area) :


A0  A f
q x100%
A0

 Modulus Elastisitas :
Sy
E  tg  (Daerah Elastis)
e

Necking

Gambar 9.8 Necking (pengecilan setempat).

Secara umum mesin pengujian tarik dibagi dalam 3 kelompok yang didasarkan pada
sistem kendalinya yaitu:
 Mesin uji tarik kendali beban (Mesin Hidrolik)
 Mesin uji tarik kendali gerak (Mesin Ulir Penggerak / Mekanik)
 Mesin uji tarik kendali gerak dan beban (Mesin Servo Hidrolik)

Semua mesin uji selama pengujian tarik berlangsung, kecepatan kepala silang konstan
yang menyatakan laju regang total () dengan kecepatan kepala silang 2 - 5 mm/menit

Pengujian Produk Coran Page 14 of 17


dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap bentuk diagram gaya, perubahan panjang
dan terhadap perilaku perpatahan. Mesin ulir mekanik akan menampilkan titik luluh atas
dan bawah serta titik-titik tersebut tidak akan tampak pada mesin hidrolik, tetapi hanya
besarnya perpanjangan pada beban tertentu dapat ditampilkan (Gambar 9.8).

Gambar 9.9 Mesin uji tarik.

Pengujian Kekerasan
Tujuan dari pengujian kekerasan adalah untuk mengetahui harga kekerasan dari suatu
meterial. Kekerasan merupakan ketahanan suatu meterial terhadap deformasi plastis.
Kekerasan dari suatu material ini merupakan salah satu sifat mekanik yang erat kaitannya
dengan ketahanan aus. Berdasarkan cara pengujian kekerasan, maka ada 3 jenis metoda
kekerasan, yaitu:
 Metoda gores (Scratch)
 Metoda pantulan
 Metoda penekanan (indentation)

Metoda gores banyak dipakai oleh para ahli mineralogi dengan nilai kekerasan 1 sampai
dengan 10 atau dikenal skala Mohs:
1. Talk
2. Gibs
3. Calsite
4. Flourite

Pengujian Produk Coran Page 15 of 17


5. Apatite
6. Orthoclase
7. Quartz
8. Topaz
9. Corundum
10.Intan

Metoda pantulan menggunakan suatu indentor yang dijatuh bebaskan pada permukaan
logam. Nilai kekerasan diperoleh dari tinggi pantulan yang diartikan sebagai energi
tumbukan atau energi yang diserap oleh material untuk berdeformasi plastis. Alatnya
adalah Skleroskop.

Metoda penekanan (indentasi), yaitu pada permukaan yang rata dilakukan penekanan
dengan menggunakan indentor (penekan). Beban yang digunakan untuk setiap jenis
material adalah berbeda dan tergantung pada metoda pengujian yang dilakukan. Ada
beberapa jenis pengujian kekerasan dengan metoda indentasi, yaitu:
 Pengujian kekerasan Brinell (th 1900)
 Pengujian kekerasan Rockwell (1931)
 Pengujian kekerasan Vickers (th 1925)
 Pengujian kekerasan Knoop
 Pengujian Kekerasan Poldi Hammer

Setiap jenis pengujian kekerasan tersebut mempunyai jenis indentor dan beban yang
berbeda-beda seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Kekerasan logam (terutama baja)
mempunyai hubungan dengan kekuatan tarik sehingga pengujian kekerasan ini juga dapat
memperkirakan kekuatan tarik dari suatu material.

Pengujian Produk Coran Page 16 of 17


Tabel 9.2 Jenis pengujian kekerasan dengan metoda indentasi

Pengujian Produk Coran Page 17 of 17

Anda mungkin juga menyukai