Pedoman-Pedoman Teknis Di Bidang Bangunan & Sarana RS
Pedoman-Pedoman Teknis Di Bidang Bangunan & Sarana RS
DI BIDANG BANGUNAN
DAN SARANA RUMAH SAKIT
PEDOMAN-PEDOMAN TEKNIS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK
DAN SARANA KESEHATAN
TAHUN 2012
DI BIDANG BANGUNAN
DAN SARANA RUMAH SAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK
DAN SARANA KESEHATAN
TAHUN 2012
PEDOMAN-PEDOMAN TEKNIS
DIBIDANG BANGUNAN DAN
SARANA RUMAH SAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK
DAN SARANA KESEHATAN
TAHUN 2012
DAFTAR ISI
iii
PEDOMAN PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
RUMAH SAKIT
DAFTAR ISI
BAB - I
1.1
1.2
1.3
1.4
PENDAHULUAN
Umum
Dijelaskan mengenai hasil-hasil survey (kesimpulan)
Maksud dan Tujuan
Ruang Lingkup
Pengertian
BAB - II
2.1.
2.2.
PERSIAPAN
Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan Data Sekunder
BAB - III
3.1.
3.2.
ANALISIS SITUASI
Aspek Eksternal
Aspek Internal
BAB - IV
4.1.
4.2.
ANALISIS PERMINTAAN
Lahan dan Lokasi
Klasifikasi Kelas RS
BAB - V
ANALISIS KEBUTUHAN
BAB - VI
ANALISIS KEUANGAN
BAB - VII
BAB - VIII
PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
UMUM
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 Bagian H ayat
(1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian
dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Undang Undang nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan pada pasal 19 menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau.
Dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat (1) menyebutkan
Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. Pada pasal 8 ayat (1) disebutkan bahwa persyaratan lokasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit, demikian juga pada ayat (3) disebutkan bahwa
ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Kemudian
dalam Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9 butir (b) menyebutkan bahwa persyaratan teknis
bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat,
anak-anak, dan orang usia lanjut. Hal ini sejalan dengan Undang Undang nomor 28 tahun 2002
tentang Bangunan Gedung dimana pada pasal 7 ayat (3) disebutkan bahwa persyaratan teknis
bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan yang
meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Rencana membangun atau mengembangkan suatu Rumah Sakit akan dilakukan setelah
mengetahui Jenis layanan Kesehatan Rumah Sakit serta kapasitas Tempat Tidur (TT) yang akan
dilakukan dan disediakan untuk masyarakat sesuai dengan Hasil Kajian Studi Kelayakan
(Feasibility Study).
Dalam mendirikan atau mengembangkan rumah sakit diperlukan suatu proses atau langkahlangkah yang sistematis dengan melakukan suatu penelitian atau studi yang benar, karena setiap
proses saling berkaitan satu sama lainnya dan dilakukan secara bertahap.
Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Hasil Analisis dan Penjelasan Kelayakan dari segala
aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan suatu Rumah Sakit, terkait dengan
penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit yang baru akan dilakukan maupun
lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana pengembangan atau peningkatan kelas
dari suatu Rumah Sakit.
Dari kondisi Laju Pertumbuhan Demografi, Pengembangan Pembangunan dan Peningkatan
Kehidupan di suatu wilayah, Pola Penyakit dan Epidemiologi, dan lain-lain, dapat dipahami bahwa
suatu Rumah Sakit itu secara relatif akan berada di daerah Urban atau Semi-Urban. Dimana hal ini
pula yang dapat menentukan bahwa Sarana dan Prasarana suatu Rumah Sakit akan berbeda
sesuai dengan Layanan Kesehatan Rumah Sakit yang akan diberikannya kepada masyarakat
dimana Rumah Sakit tersebut berada.
1.2.
Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini dimaksudkan agar dalam
mendirikan atau mengembangkan rumah sakit dapat mendeterminasi fungsi layanan yang tepat
dan terintegrasi sehingga sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan (;health
needs), kebudayaan daerah setempat (;cultures), kondisi alam daerah setempat (;climate), lahan
yang tersedia (;sites) dan kondisi keuangan manajemen RS (;budget).
Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini akan dijadikan dasar acuan dalam
mewujudkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan suatu Rumah Sakit agar baik dan
benar yang akan menjadi acuan bagi pengelola rumah sakit maupun bagi konsultan perencana
sehingga masing-masing pihak dapat memiliki persepsi yang sama. Pedoman ini akan
menjelaskan langkah-langkah atau proses yang perlu dilakukan dalam menyusun suatu Studi
Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit.
1.3.
RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Studi Kelayakan (Feasibility Study) suatu Rumah Sakit meliputi pembahasan
Analisis Lingkungan/ Situasi Kecenderungan Aspek Internal dan Eksternal, Analisis Permintaan
terkait Kelayakan dari Aspek-aspek yang dapat mempengaruhinya, Analisis Kebutuhan dan
Analisis Keuangan serta Rekomendasi Kelayakan dari Rencana Pendirian atau Pengembangan
Rumah Sakit tersebut.
Pelaksanaan Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) sesuai lingkupnya akan dilakukan
dalam suatu proses atau langkah-langkah secara bertahap yang akan diuraikan selanjutnya sesuai
Tahapannya dan dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
PROSES PENYUSUN
NAN STUDI KELAYAKA
AN
1.4
PENGERTIAN
1.4.1
Rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
mengembangkan Rumah Sakit.
BAB II
PERSIAPAN
Persiapan pada Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Tahapan melakukan
Kompilasi Data dari seluruh Data yang didapat dari hasil Pengumpulan Data yang terdiri dari Data
Primer dan Data Sekunder.
2.1.
Pengumpulan Data Primer, dapat dilakukan dengan melalui proses Pengamatan atau Observasi
langsung / Pengamatan atau Observasi Lapangan sehingga akan didapat seluruh Informasi atau
Data secara visual pada wilayah Perencanaan. Pengumpulan Data Primer dapat pula dilakukan
dengan cara Wawancara atau Tanya Jawab kepada Instansi-instansi dan pihak-pihak lain yang
berkaitan dengan pekerjaan penyusunan ini dan atau dengan langsung kepada masyarakat umum
selaku salah satu Pelanggan dari Rumah Sakit. Sifat wawancara bersifat terbuka artinya
pengambilan data tidak terpatok pada kuesioner namun dapat dikembangkan secara lisan dengan
responden.
Secara garis besar Data yang didapat dari Pengumpulan Data Primer adalah :
1.
2.
Informasi langsung lainnya yang terkait dengan Kondisi dan Potensi yang ada terkait dengan
Standar/ Pedoman dan Ketentuan yang berlaku serta Sasaran dari Rencana Pembangunan/
Pengembangan Rumah Sakit serta informasi keinginan yang ada
2.2.
Pengambilan Data Sekunder, dapat dilakukan dengan mendatangi pula masing-masing Instansi
lainnya yang berkaitan sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam pekerjaan penyusunan ini. Jika
pada salah satu Instansi ternyata Data tidak dipunyai, atau sedang dalam proses pembuatan, atau
sedang digunakan untuk keperluan lain maka konsultan dapat mencari pada Instansi lain yang
terkait sesuai dengan kebutuhan data atau mencarinya pada Literatur mengenai KeRumah Sakitan
lainnya.
Untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan Data Internal/ Data Dalam dari rumah sakit yang ada
dan atau rumah sakit di wilayah sekitarnya, yang terdiri dari :
1.
Angka Kelahiran
Data Asal Pasien Rawat Jalan, Rawat Gawat Darurat dan Rawat Inap
2.
3.
4.
Data Lokasi
-
Bentuk dan Luas Lahan serta Lantai Bangunan yang ada serta rencana perluasannya
Jaringan Listrik, Air Minum, Telkom, Air Kotor/Limbah, Pemadam Kebakaran, Jaringan
Gas dan Pembuangan Sampah
Data Finansial/Keuangan
-
b.
Data Kesehatan
-
Jumlah dan Jenis tenaga dokter umum dan Spesialis di wilayah kerja.
Jalan Pencapaian dan Kondisinya serta Klasifikasi Jalan Lingkungan berupa Jalan
Utama maupun Jalan Penghubung lainnya.
5.
6.
Utilitas bangunan sesuai yang ada apakah wilayah ini sudah memiliki jaringan
telepon, listrik, air bersih dan saluran pembuangan serta data kondisinya.
7.
8.
9.
Data Demografi
-
Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
Angka Kepadatan
Agama
Peranan Masyarakat
Suku Bangsa
Data Ekonomi
-
Mata Pencarian
Tingkat Pendapatan
BAB III
ANALISIS SITUASI
Analisis Situasi dalam Studi Kelayakan (Feasibility Study) dilakukan suatu analisis dari seluruh
aspek-aspek baik dari aspek Eksternal sebagai peluang ataupun ancaman maupun aspek Internal
yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan sehingga aspek-aspek tersebut dapat
menjadikan Kecenderungan suatu Rumah Sakit dalam melakukan pembangunan baru atau
melakukan pengembangan berupa peningkatan status layanan Rumah Sakit tersebut.
Untuk menganalisis aspek Ekternal dan aspek Internal perlu dilakukan proyeksi berupa forcasting,
kecuali data-data yang tidak memungkinkan tetap disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang
atau pun diagram pie untuk melihat kecenderungannya.
Aspek-aspek yang dikaji sebagai analisis situasi diharapkan mendapatkan suatu kecenderungan
Rumah Sakit setelah melakukan segmentasi dan posisioning, aspek-aspek tersebut antara lain:
3.1.
Aspek Esternal
Aspek Eksternal yang akan dianalisis guna melihat peluang yang dapat menjadikan Rumah Sakit
untuk terus berkembang di masa mendatang serta melihat ancaman yang perlu diantisipasi oleh
Rumah Sakit agar tidak menjadi suatu hambatan di dalam operasional Rumah Sakit kedepannya.
1.
Kebijakan
Melakukan kajian berupa menganalisis kebijakan dan Pedoman serta Peraturan baik
kebijakan dan pedoman yang terkait dengan pendirian atau pengembangan suatu Rumah
Sakit dari berbagai aspek Ekternal maupun Peraturan - peraturan Daerah setempat dimana
lokasi Rumah Sakit tersebut berada.
2.
Demografi
Pertumbuhan Demografi suatu wilayah dimana lokasi Rumah Sakit tersebut berada dapat
merupakan segmentasi pasar dari layanan kesehatan yang akan diberikan oleh Rumah Sakit
tersebut. Untuk melihat kecenderungan demografi perlu diproyeksikan hingga maksimum 20
tahun mendatang dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya. Proyeksi demografi
yang dimaksud berupa proyeksi :
3.
a.
b.
Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan jenis kelamin.
c.
Geografi
Letak Rumah Sakit secara Geografis sangat berpengaruh tehadap posisioning suatu Rumah
Sakit. Posisi lahan Rumah Sakit terhadap Kondisi Wilayah disebelah Utara, Selatan, Barat
dan Timur beserta Kondisi Sarana Prasarananya baik sarana kesehatan, perumahan,
pendidikan, aksesibilitas dll, yang merupakan penentu posisioning Rumah Sakit yang akan
dibangun maupun dalam melakukan pengembangan peningkatan layanan kesehatan.
4.
Sosial Ekonomi
Pada kajian ini melihat proyeksi Sosial Ekonomi pada wilayah dimana lokasi Rumah Sakit
berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun mendatang dengan dasar
data series minimal 3 tahun sebelumnya terkait dengan kondisi perekonomian penduduk
dan perekonomian daerah setempat, berupa proyeksi :
b.
1)
2)
3)
Jumlah sarana pendidikan di wilayah tertentu dimana lokasi Rumah Sakit berada.
4)
Sosial Budaya
Kajian ini melihat proyeksi Sosial Budaya pada wilayah dimana lokasi Rumah Sakit
berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun mendatang dengan dasar
data series minimal 3 tahun sebelumnya terkait, berupa proyeksi Jumlah penduduk
secara keseluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan agama, serta kajian terhadap
kebiasaan atau budaya wilayah terkait dengan pola hidup masyarakat sekitar.
5.
6.
a.
b.
Tenaga keperawatan
c.
Tenaga kefarmasian
d.
e.
Tenaga nonkesehatan
Derajat Kesehatan
Derajat Kesehatan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) perlu dilakukan
kajian dengan tujuan melihat kecenderungan derajat kesehatan pada wilayah tertentu
sehingga dalam menyiapkan fasilitas kesehatan Rumah Sakit sesuai dengan kecenderungan
di wilayah dimana lokasi Rumah Sakit berada. Kajian derajat kesehatan yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
a.
Angka Kematian
b.
Angka Kelahiran
c.
Angka Kesakitan
d.
e.
f.
3.2.
Aspek Internal
Aspek Internal yang akan dianalisis guna melihat kekuatan bagi Rumah Sakit untuk dapat survive
dalam melaksanakan operasional yang akan mengurangi ancaman yang terjadi, serta melihat
kelemahan yang perlu diantisipasi oleh Rumah Sakit agar tidak menjadi suatu hambatan di dalam
operasional Rumah Sakit kedepannya.
1.
Sarana Kesehatan
Kajian Sarana Kesehatan di sekitar wilayah jangkauan pelayanan Rumah Sakit yang akan
dibangun atau pengembangan dimaksud untuk mendapatkan kecenderungan dalam hal
pangsa pasar serta pola penentuan Sistim Tarif di wilayah tertentu.
2.
3.
Teknologi
Kajian terhadap Kemajuan Teknologi berupa peralatan kesehatan yang terus menerus
mengalami perkembangan tentunya sangat berpengaruh terhadap Layanan Kesehatan serta
kesiapan SDM Rumah Sakit tersebut.
4.
5.
Organisasi
Organisasi di Rumah Sakit tentunya akan berpengaruh terhadap Kegiatan Operasional
Rumah Sakit yang berdampak kepada Kinerja suatu Rumah Sakit. Bentuk Organisasi akan
disesuaikan dengan Jenis Layanan dan Klasifikasi Rumah Sakit.
6.
10
BAB IV
ANALISIS PERMINTAAN
Analisis Permintaan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) akan membahas
tentang Analisis Posisi Kelayakan Rumah Sakit dari 5 (lima) aspek. Berdasarkan Analisis Aspek
Eksternal dan Aspek Internal yang telah dilakukan pada Analisis Situasi maka dilakukan analisis
yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta
peluang dan ancaman yang secara sistematis akan menjadi pertimbangan tehadap kelayakan
pembangunan Rumah Sakit tersebut. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan Kekuatan (strength)
dan memanfaatkan Peluang (opportunity) serta secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan
Kelemahan (weakness) dan mengatasi Ancaman (threat).
Aspek-aspek Kelayakan pada Analisis Permintaan ini akan diuraikan berikut ini.
4.1.
Kelayakan lahan dan lokasi tentunya terkait dengan kecenderungan Letak Geografis yang terletak
pada wilayah dimana kondisi wilayah disekitarnya sangat mendukung dari aspek penggunaan
lahan, infrastruktur dan aksesibilitas serta kecenderungan demografi di wilayah dimana Rumah
Sakit berada.
4.2.
KLASIFIKASI KELAS RS
Kelayakan Klasifikasi Kelas Rumah Sakit akan ditinjau dari kecenderungan data penyakit sehingga
dapat memperoleh gambaran Klasifikasi Kelas Rumah Sakit sesuai dengan jenis layanannya serta
kesiapan SDM yang dimiliki.
1.
2.
Jenis Layanan
Jenis layanan yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya akan disesuaikan dengan
klasifikasi kelas Rumah Sakit yang akan disiapkan. Jenis layanan tersebut berupa pelayanan
medik, penunjang medik, administrasi dan servis.
3.
Layanan Unggulan
Dari jenis layanan yang akan diberikan tentunya perlu adanya suatu layanan unggulan yang
akan disiapkan atas dasar kecenderungan pola penyakit yang terjadi di Rumah Sakit dan di
wilayah tempat Rumah Sakit tersebut berada.
11
BAB V
ANALISIS KEBUTUHAN
Analisis kebutuhan merupakan analisis mengenai kebutuhan yang harus disediakan oleh Rumah
Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar analisis permintaan yang telah dilakukan.
Analisis kebutuhan ini dapat memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari
Rumah Sakit tersebut dilihat dari aspek :
1. KEBUTUHAN LAHAN
Kebutuhan lahan Rumah Sakit dapat dihitung berdasarkan Program Ruang Rumah Sakit serta
kebijakan Pemerintah Daerah setempat mengenai Intensitas Bangunan berupa Koefisien
Dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB)
dan Koefisien Dasar Bangunan (KDH), serta Peruntukan Lahan yang mengizinkan digunakan
sebagai Lahan yang dapat dibangun Rumah Sakit.
2. KEBUTUHAN RUANG
Kebutuhan Ruang secara keseluruhan dari Rumah Sakit dapat dihitung 1TT sebesar 80 m2
110 m2 disesuaikan dengan Bentuk dan Klasifikasi Rumah Sakitnya.
12
BAB VI
ANALISIS KEUANGAN
Analisis Keuangan memberikan gambaran tentang rencana penggunaan sumber anggaran yang
dimiliki, sehingga dapat diketahui tingkat pengembalian biaya yang akan diinvestasikan. Dengan
demikian maka pihak pemilik/ investor dapat melihat tingkat keuntungan yang mungkin akan
diperoleh.
Adapun aspek keuangan yang akan dianalisis terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
Analisis Keuangan : Break Event Point (BEP), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Present
Value (NPV)
13
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KELAYAKAN
7.1.
KESIMPULAN
Bagian kesimpulan dari studi kelayakan (;feasibility study) akan memberikan perspektif dari 4
sudut pandang, yaitu analisis situasi, analisis permintaan, analisis kebutuhan dan analisis
keuangan.
1.
Analisis Situasi
Analisis situasi memberikan informasi tentang aspek eksternal dan aspek internal sebagai
suatu kecenderungan Rumah Sakit. Aspek eksternal terdiri dari Kebijakan, Demografi,
Geografi, Sosial Ekonomi dan Budaya, SDM Kesehatan, Derajat Kesehatan sedangkan
aspek internal terdiri dari Sarana kesehatan, Pola penyakit dan Epidemiologi, Teknologi,
SDM Kesehatan di RS, Organisasi, Kinerja dan keuangan
2.
Analisis Permintaan
Analisis permintaan menggambarkan posisi kelayakan rumah sakit dari berbagai aspek
berdasarkan analisis aspek eksternal dan aspek internal yang telah dilakukan pada analisis
situasi maka dilakukan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang secara sistematis akan
menjadi pertimbangan tehadap kelayakan pembangunan Rumah Sakit tersebut. Hasil
analisis tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya dalam upaya memaksimalkan kekuatan (strength) dan memanfaatkan peluang
(opportunity) serta secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan (weakness)
dan mengatasi ancaman (threat).
3.
Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan menggambarkan mengenai kebutuhan yang harus disediakan oleh
Rumah Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar analisis permintaan yang telah
dilakukan.
Analisis kebutuhan ini dapat memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari
rumah sakit tersebut dilihat dari aspek kebutuhan lahan, kebutuhan ruang, peralatan medis &
non medis, SDM, organisasi & uraian tugas.
4.
Analisis Keuangan
Mengetahui secara keseluruhan analisis keuangan dari segi :
7.2.
a.
b.
c.
d.
Analisis Keuangan : BEP, Internal Rate of Return, dan Net Present Value
REKOMENDASI
14
BAB VIII
PENUTUP
8.1
Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan oleh pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, penyedia jasa perencanaan,
Pemerintah Daerah, dan instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan dan
pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan fasilitas pelayanan kesehatan,
guna menjamin kesehatan penghuni bangunan dan lingkungan terhadap bahaya penyakit.
8.2
Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif, serta
penyesuaian Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini oleh masingmasing daerah disesuaikan dengan kondisi daerah.
8.3. Dalam penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit dapat berkoordinasi
dan berkonsultansi dengan Sub Direktorat Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
15
16
PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA INDUK (MASTER PLAN)
RUMAH SAKIT
DAFTAR ISI
BAB - I
BAB - II
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Dijelaskan mengenai hasil-hasil survey (kesimpulan)
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Pengertian
1
1
2
2
4
PERSIAPAN
2.1. Pengumpulan Data Primer
2.2. Pengumpulan Data Sekunder
5
5
5
9
9
11
12
BAB - V
14
14
15
16
16
19
PROGRAM FUNGSI
5.1. Aktivitas Kerja
5.2. Hubungan Fungsional
5.3. Pengelompokan/ Zonasi
5.4. Pola Sirkulasi Kegiatan Rumah Sakit
5.5. Kebutuhan Pembiayaan
20
20
20
21
22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
UMUM
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 Bagian H ayat
(1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian
dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Undang Undang nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan pada pasal 19 menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau.
Dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat (1) menyebutkan
Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. Pada pasal 8 ayat (1) disebutkan bahwa persyaratan lokasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit, demikian juga pada ayat (3) disebutkan bahwa
ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Kemudian
dalam Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9 butir (b) menyebutkan bahwa persyaratan teknis
bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat,
anak-anak, dan orang usia lanjut. Hal ini sejalan dengan Undang Undang nomor 28 tahun 2002
tentang Bangunan Gedung dimana pada pasal 7 ayat (3) disebutkan bahwa persyaratan teknis
bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan yang
meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Rencana membangun atau mengembangkan suatu Rumah Sakit akan dilakukan setelah
mengetahui Jenis layanan Kesehatan Rumah Sakit serta kapasitas Tempat Tidur (TT) yang akan
dilakukan dan disediakan untuk masyarakat sesuai dengan Hasil Kajian Studi Kelayakan/
Feasibility Study.
Rencana ini selanjutnya akan disusun dalam suatu Kajian berupa Penyusunan Rencana Induk/
Master Plan yang menggambarkan Rencana Pembangunan dan atau Pengembangan serta
Rencana Pentahapan Pelaksanaannya yang dilihat dari semua aspek secara komprehensif dan
berkesinambungan serta utuh sebagai satu kesatuan Fasilitas Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit.
Pembangunan Fasilitas Sarana Prasarana Rumah Sakit diperlukan adanya suatu perencanaan
yang terpadu secara keseluruhan dalam jangka waktu maksimal 20 tahun mendatang dan dapat
dilakukan pengkajian ulang sesuai kebutuhan, yang walaupun dilaksanakan secara bertahap
perencanaan ini akan menjadi dasar acuan penyusunan perencanaan detail desain bangunan
Rumah Sakit tersebut, yang selanjutnya akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan
konstruksi fisik guna memperoleh hasil yang maksimal nantinya dalam satu kesatuan yang terpadu
dan berkesinambungan.
Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk/ Master Plan adalah salah satu tahapan atau bagian dari
pekerjaan yang dilakukan pada Tahap Awal Pekerjaan Perencanaan dan Perijinan, yang disusun
dengan berdasarkan hasil Studi Analisis terhadap Kondisi Potensi, Kebijakan dan Batasan yang
ada sehingga dapat dihasilkan suatu perencanaan Rencana Induk/ Master Plan yang terintegrasi.
1.2.
Pedoman Master Plan Rumah Sakit ini dimaksudkan agar dalam menyusun rencana secara
keseluruhan yang berkesinambungan dan terpadu untuk melaksanakan fungsi sepenuhnya
sebagai Rumah Sakit yang terus berkembang dalam peningkatan layanannya secara terinci dalam
tahapan-tahapan pengadaan sumber daya manusia, pembiayaan, maupun prasarana dan sarana
fisik bangunannya, yang tersusun dalam suatu Rencana Induk/ Master Plan Rumah Sakit.
Pedoman Master Plan Rumah Sakit ini akan dijadikan dasar acuan dalam mewujudkan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan suatu Rumah Sakit agar baik dan benar yang akan menjadi
acuan bagi pengelola rumah sakit maupun bagi konsultan perencana sehingga masing-masing
pihak dapat memiliki persepsi yang sama. Pedoman ini akan menjelaskan langkah-langkah atau
proses yang perlu dilakukan dalam menyusun suatu Rencana Induk/ Master Plan Rumah Sakit.
1.3.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Penyusunan Rencana Induk/ Master Plan ini meliputi Pembahasan Kecenderungan
Eksternal dan Internal, Master Program, Program Fungsi, Rencana Block Plan dan Konsep Utilitas
serta Rencana Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan Fisik Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit dari semua aspek secara komprehensif dan berkesinambungan, yang Tahapan prosesnya
dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
1.4.
PENGERTIAN
1.4.1
Rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
BAB II
PERSIAPAN
Persiapan pada Penyusunan Rencana Induk/ Master Plan adalah suatu Tahapan pekerjaan
dimana dilakukan Kompilasi Data yang didapat dari hasil Pengumpulan Data, yang terdiri dari Data
Primer maupun Data Sekunder. Pengumpulan Data untuk penyusunan Rencana Induk
Pembangunan Rumah Sakit Baru dan Rencana Induk Pengembangan Rumah Sakit disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi.
2.1.
Pengumpulan Data Primer, dilakukan dengan pengamatan atau observasi langsung/ pengamatan
lapangan sehingga akan didapat informasi atau data secara visual pada wilayah perencanaan.
Pengumpulan Data Primer dapat pula dilakukan dengan cara Wawancara atau Tanya Jawab
kepada Instansi terkait, Pihak yang berkaitan dengan pekerjaan penyusunan ini dan atau dengan
Masyarakat Umum selaku Pelanggan dari Rumah Sakit. Sifat wawancara yang dilakukan terbuka,
dimana pengambilan data tidak terpatok hanya pada kuesioner saja namun dapat dikembangkan
secara lisan dengan responden.
Secara garis besar data yang didapat dari Data Primer adalah :
1.
Kondisi Lahan/ Lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan sebagai Fasilitas Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit.
2.
Informasi lainnya yang terkait dengan rencana dari Manajemen Rumah Sakit.
3.
2.2.
Angka Kelahiran
Data Asal Pasien Rawat Jalan, Rawat Gawat Darurat dan Rawat Inap di Rumah
Sakit
2. Data Lokasi
-
Data Kondisi Lahan Rumah Sakit yang ada dan rencana pengembangannya
Bentuk dan Luas Lahan dan Lantai Bangunan yang ada serta rencana
perluasannya
Batas lokasi lahan sebelah Utara/ Selatan/ Timur/ Barat atau Depan/ Belakang/ Kiri/
Kanan lokasi Lahan
Jaringan Listrik, Air Minum, Telepon, Air Kotor / Limbah, Pemadam Kebakaran,
Jaringan Gas dan Pembuangan Sampah
d. Jumlah dan Jarak merata Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP dan Puskesmas
Keliling dengan Rumah Sakit di wilayah kerja
e. Jumlah Rumah Sakit di wilayah kerja termasuk Rumah Sakit Swasta
f.
Jumlah Tenaga Para Medik Perawatan, Para Medik Non Perawatan dan Tenaga
Non Medik diwilayah kerja
2)
3)
4)
5)
6)
5. Data Demografi
a. Luas Wilayah
b. Jumlah Penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dll
c.
Angka Kepadatan
Suku Bangsa
7. Data Ekonomi
a. Mata Pencarian
b. Tingkat Pendapatan
c.
BAB III
ANALISIS KONDISI UMUM
Analisis Kondisi Umum dalam Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk/ Master Plan adalah
melakukan analisiis dari seluruh aspek-aspek baik dari aspek Eksternal maupun aspek Internal
sehingga aspek-aspek tersebut dapat menjadikan rumusan Kecenderungan suatu Rumah Sakit
dalam melakukan pembangunan baru atau melakukan pengembangan berupa peningkatan status
layanan Rumah Sakit, yang disebut Perumusan Kecenderungan atau Master Program.
Analisis ini dilakukan untuk mengkaji ulang Data yang ada walaupun di dalam Analisis Situasi
pada Studi Kelayakan telah dilakukan, dan hasil dari Analisis Kondisi Umum pada penyusunan
Rencana Induk/ Master Plan adalah untuk perumusan Master Program.
Untuk menganalisis Aspek Ekternal dan Aspek Internal perlu dilakukan proyeksi berupa forcasting,
kecuali data yang tidak memungkinkan tetap disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang atau
pun diagram pie untuk melihat kecenderungannya.
Aspek-aspek yang dikaji sebagai Analisis Kondisi Umum diharapkan mendapatkan suatu
kecenderungan Rumah Sakit, aspek-aspek tersebut antara lain:
3.1.
ASPEK EKSTERNAL
Aspek Eksternal yang akan dianalisis guna melihat peluang yang dapat menjadikan Rumah Sakit
untuk terus berkembang di masa mendatang serta melihat ancaman yang perlu diantisipasi oleh
Rumah Sakit agar tidak menjadi suatu hambatan di dalam operasional Rumah Sakit kedepannya.
1.
Kebijakan
Melakukan Kajian berupa menganalisis Kebijakan dan Pedoman serta Peraturan, baik
Kebijakan dan Pedoman yang terkait dengan pembangunan baru atau pengembangan suatu
Rumah Sakit dari berbagai aspek ekternal maupun peraturan-peraturan Pemerintah Daerah
setempat dimana lokasi Rumah Sakit tersebut berada.
2.
Geografi
Letak Rumah Sakit secara geografis sangat berpengaruh tehadap posisioning suatu Rumah
Sakit. Posisi lahan Rumah Sakit terhadap kondisi wilayah disebelah utara, selatan, barat dan
timur beserta kondisi sarana prasarananya baik sarana kesehatan, perumahan, pendidikan,
aksesibilitas dll, merupakan penentu posisioning Rumah Sakit yang akan dibangun maupun
melakukan pengembangan peningkatan Layanan Kesehatan Rumah Sakit.
3.
Demografi
Pertumbuhan Demografi suatu wilayah dimana lokasi Rumah Sakit tersebut berada dapat
merupakan segmentasi pasar dari layanan kesehatan yang akan diberikan oleh Rumah Sakit
tersebut. Untuk melihat kecenderungan Demografi perlu diproyeksikan hingga maksimal 20
tahun mendatang dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya. Proyeksi
Demografi yang dimaksud berupa proyeksi:
a. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan kecamatan.
b. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan jenis kelamin.
c. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan usia.
4.
2)
3)
Jumlah sarana pendidikan di wilayah tertentu dimana lokasi Rumah Sakit berada.
4)
b. Sosial Budaya
Kajian ini melihat proyeksi Sosial Budaya pada wilayah dimana lokasi Rumah Sakit
berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun mendatang dengan dasar
data series minimal 3 tahun sebelumnya terkait, berupa proyeksi Jumlah penduduk
secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan agama, serta kajian terhadap
kebiasaan atau budaya wilayah terkait dengan pola hidup masyarakat sekitar.
5.
6.
Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan dalam penyusunan Rencana Induk/ Master Plan perlu dilakukan Kajian,
dengan tujuan melihat kecenderungan derajat kesehatan pada wilayah tertentu sehingga
dalam menyiapkan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit sesuai dengan kecenderungan di
wilayah dimana lokasi Rumah Sakit tersebut berada.
Kajian Derajat Kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Angka Kematian
b. Angka Kelahiran
c. Angka Kesakitan
d. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
e. Jumlah Tempat Tidur tersedia
f.
10
3.2.
ASPEK INTERNAL
Aspek Internal yang akan dianalisis guna melihat kekuatan bagi Rumah Sakit untuk dapat
melaksanakan operasional secara berkesinambungan dengan mengantisipasi ancaman yang
kemungkinan terjadi, serta melihat kelemahan yang perlu diantisipasi oleh Rumah Sakit agar tidak
menjadi suatu hambatan di dalam operasional Rumah Sakit kedepannya.
1.
Bangunan Kesehatan
Kajian bangunan kesehatan di sekitar wilayah jangkauan pelayanan Rumah Sakit yang akan
dibangun atau pengembangan dimaksud untuk mendapatkan kecenderungan dalam hal
pangsa pasar serta pola tarif di wilayah tertentu.
2.
3.
Teknologi
Kajian terhadap kemajuan Teknologi berupa Peralatan Kesehatan/ Sumber Daya Alat (SDA)
yang terus menerus mengalami perkembangan tentunya sangat berpengaruh terhadap
Layanan Kesehatan serta kesiapan SDM Rumah Sakit tersebut.
4.
5.
Organisasi
Organisasi di Rumah Sakit tentunya akan berpengaruh terhadap kegiatan operasional
Rumah Sakit yang berdampak kepada kinerja suatu Rumah Sakit. Bentuk organisasi akan
disesuaikan dengan jenis layanan dan tipe Rumah Sakit.
6.
11
BAB IV
MASTER PROGRAM
Dalam melaksanakan pembangunan baru atau pengembangan suatu Layanan Kesehatan Rumah
Sakit, tentunya dilakukan dengan melalui berbagai macam tahapan baik mulai dari Studi
Kelayakan, Studi Lingkungan, Penyusunan Master Plan, Perencanaan Fisik hingga Pelaksanaan
Pembangunan Fisik. Pada Tahap Awal Studi yang telah dilakukan adalah Penyusunan Studi
Kelayakan (;Feasibility Study) Rumah Sakit, dimana pada tahap ini telah dapat menentukan
Master Program Rumah Sakit. Namun Master Program juga dapat ditentukan melaui Analisis
Kondisi Umum yang dilakukan pada Analisis Rencana Induk/ Master Plan ini.
Master Program merupakan perumusan kecenderungan Rumah Sakit yang menggambarkan
secara umum Layanan Kesehatan Rumah Sakit yang akan dapat diberikan kepada masyarakat.
Hasil Studi Kelayakan ataupun Analisis Kondisi Umum pada Analisis Rencana Induk/ Master Plan
ini sangat menentukan Master Program berupa perumusan kecederungan karena telah mengkaji
seluruh aspek baik Aspek Eksternal yaitu yang telah memberi gambaran mengenai segmentasi
baik dari aspek geografi, demografi, sosesbud, derajat kesehatan dan ketenagakerjaan serta
Aspek Internal yang memberikan gambaran mengenai kondisi Rumah Sakit dilihat dari aspek
lahan, lokasi, SDM dan organisasi, Teknologi hingga kemampuan dari Pendanaan/ Pembiayaan.
Master Program dalam Rencana Induk/ Master Plan, dapat terdiri dari:
1.
2.
3.
12
4.
5.
13
BAB V
PROGRAM FUNGSI
Program Fungsi merupakan suatu penjelasan secara rinci dari Master Program atau Perumusan
Kecenderungan Rumah Sakit dalam bentuk-bentuk kegiatan pada Rumah Sakit, berupa :
5.1.
AKTIVITAS KERJA
Aktivitas Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh Kinerja Rumah Sakit. Aktivitas Rumah Sakit dapat
dipengaruhi oleh penempatan fungsi-fungsi ruangan yang harus berkaitan atau berhubungan
dengan akses yang mudah dan cepat antara fungsi-fungsi yang berkaitan.
Secara umum Pola akitifitas di Rumah Sakit terdiri dari aktivitas-aktivitas:
1.
Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis yang terbentuk akibat adanya kegiatan
Medis dan penunjangnya.
d. Pelayanan dan Asuhan Keperawatan yang terbentuk adanya kegiatan Tenaga, Peralatan
Medis dan Non Medis, Pasien dan keluarganya serta pengunjung lainnya pada rawat
Jalan dan Rawat Inap.
e. Pelayanan Rujukan yang terbentuk akibat adanya persyaratan dari yang melakukan
perujukan terhadap Rumah Sakit dalam pelayanan Medis dan Non Medis
f.
2.
14
a. Pola yang terbentuk dari adanya arus bolak-balik pasien baik yang menggunakan
kendaraan pribadi maupun ambulans.
b. Pola yang terbentuk dari adanya arus bolak-balik pasien yang berjalan kaki.
c.
Pola yang terbentuk dari jumlah pengunjung yang harus setara dengan penyediaan
fasilitas parkir.
d. Pola yang terbentuk dari adanya aktifitas staf/karyawan Rumah Sakit yang dalam
pelaksanaannya membutuhkan fasilitas parkir.
e. Menyediakan fasilitas yang aksesibel.
f.
5.2.
HUBUNGAN FUNGSIONAL
Hubungan Fungsional Rumah Sakit adalah hubungan antar Fungsi kegiatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang saling berkaitan satu sama lain guna menghasilkan pelayanan yang
sesuai dengan standar dan dengan memperhatikan faktor efisiensi dan efektifitas dalam segala
bidang. Rencana Fisik Bangunan dari sebuah Rumah Sakit pada dasarnya menjelaskan segala
hal yang terkait dengan upaya penetapan lokasi kerja setiap unit pekerjaan dalam bentuk Rencana
Zonasi / Rencana Kelompok Peruntukan Ruang dan atau Rencana Blok Bangunan Rumah Sakit
sesuai dengan luasan lantai dan fungsinya bangunan guna memenuhi kebutuhan utama dan
penunjangnya.
15
5.3.
PENGELOMPOKKAN/ ZONASI
Pengelompokkan/ zonasi rumah sakit pengkategoriannya yaitu zonasi berdasarkan tingkat risiko
terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan.
(1) Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari:
area dengan risiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis.
area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non-penyakit menular, rawat jalan.
area dengan risiko tinggi, yaitu ruang isolasi, ruang ICU/ICCU, laboratorium,
pemulasaraan jenazah dan ruang bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, IGD, ruang bersalin, ruang patologi.
area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar rumah
sakit, misalkan poliklinik, IGD, apotek).
area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langsung dengan
lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang menerima beban kerja dari
area publik, misalnya laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik.
area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit, umumnya area
tertutup, misalnya seperti ICU/ICCU, instalasi bedah, instalasi kebidanan dan penyakit
kandungan, ruang rawat inap.
5.4.
Zona Pelayanan Medik dan Perawatan yang terdiri dari : Instalasi Rawat Jalan (IRJ),
Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA), Instalasi Perawatan Intensif
(ICU/ICCU/PICU/NICU), Instalasi Bedah, Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM), Instalasi
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Unit Hemodialisa, Instalasi Radioterapi, Instalasi
Kedokteran Nuklir, Unit Transfusi Darah (Bank Darah).
Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari : Instalasi Farmasi, Instalasi
Radiodiagnostik, Laboratorium, Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT), Instalasi Sterilisasi
Pusat (;Central Sterilization Supply Dept./CSSD), Dapur Utama, Laundri, Pemulasaraan
Jenazah dan Forensik, Instalasi Sanitasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS).
Zona Penunjang Umum dan Administrasi yang terdiri dari : Bagian Kesekretariatan dan
Akuntansi, Bagian Rekam Medik, Bagian Logistik/ Gudang, Bagian Perencanaan dan
Pengembangan (Renbang), Sistem Pengawasan Internal (SPI), Bagian Pendidikan dan
Penelitian (Diklit), Bagian Sumber Daya Manusia (SDM), Bagian Pengadaan, Bagian
Informasi dan Teknologi (IT).
Pada dasarnya jalur sirkulasi adalah jalur yang menjadi titik hubung antara satu pola aktifitas
dengan aktifitas lainnya, baik itu kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan medis, penunjang
medis dan administrasi.
Sirkulasi dalam Bangunan, kemudahan dalam mencapai lokasi layanan perlu mendapatkan
perhatian sepenuhnya baik secara horizontal maupun vertikal secara langsung maupun tidak
langsung dengan pemakaian petunjuk arah yang dapat membantu. Terjadi sirkulasi silang antara
16
fungsi-fungsi di dalam bangunan tidak terjadi dengan baik, untuk pemecahan masalah sirkulasi di
dalam bangunan dapat diatasi dengan cara pengelompokan fungsi secara baik dan teratur.
Kondisi sirkulasi di luar bangunan dilihat dari besaran, kenyamanan, dan pencapaian serta jarak
pencapaian antar fungsi perlu diatur dengan baik untuk pejalan kaki, maupun untuk kendaraan.
Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya konflik sirkulasi pencapaian ke dalam fungsi
layanan.
Fungsi-fungsi layanan tertentu memerlukan akses cepat dan mudah ditemukan sehingga perlu
dipertimbangkan :
-
Tata letak fungsi bangunan, jarak antar massa bangunan dan luasannya.
Pengaturan sirkulasi, jarak, dan besaran baik untuk pejalan kaki dan kendaraaan.
Jarak Pencapaian dari halte kendaraan umum menuju ke pintu utama lokasi Rumah Sakit
harus dekat dan aman bagi pejalan kaki.
Perencanaan jalur sirkulasi dari dan menuju bangunan harus memperhatikan hal sebagai berikut:
-
Tersedia fasilitas parkir yang memadai dan parkir khusus bagi penyandang cacat.
Pintu Masuk RS minimal 3 pintu, yaitu pintu utama, pintu khusus ke Instalasi Gawat Darurat
dan pintu ke area servis.
Komponen-komponen yang membentuk jalur sirkulasi dalam dan luar bangunan, yaitu:
1.
Akses Horisontal yaitu Koridor/Selasar, terdiri dari koridor/Selasar yang beratap dan tidak
yang harus dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya, khusus untuk lantainya
digunakan material bangunan yang tidak licin. Koridor/ Selasar juga harus
mempertimbangkan aksesibilitas untuk evakuasi, orang yang berkebutuhan khusus,
termasuk penyandang cacat. Ukuran koridor/selasar yang aksesibilitas minimal 2,4 meter.
2.
Akses Vertikal
a.
Tangga
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang
memadai.
Persyaratan tangga adalah sebagai berikut :
(1)
Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi
masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 17 cm.
(2)
(3)
Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat,
untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau ancaman bom
(3)
(4)
17
b.
(5)
(6)
(7)
Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada
air hujan yang menggenang pada lantainya.
Ramp
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai
alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Fungsi dapat digantikan
dengan lift (fire lift). Persyaratan ramp adalah sebagai berikut :
c.
(1)
Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70, perhitungan
kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ramp (curb ramps/landing).
(2)
Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari
900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
(3)
(4)
Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan
datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda/
stretcher, dengan ukuran minimum 160 cm.
(5)
Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga
tidak licin baik diwaktu hujan.
(6)
Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi roda
dari kursi roda atau stretcher agar tidak terperosok atau ke luar dari jalur ramp.
(7)
(8)
Lift (;elevator)
Lift merupakan fasilitas lalu lintas vertikal baik bagi petugas RS maupun untuk pasien.
Oleh karena itu harus direncanakan dapat menampung tempat tidur pasien. Persyaratan
lift adalah sebagai berikut :
18
(1)
Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar pintunya tidak kurang
dari 1,20 m untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan stretcher bersamasama dengan pengantarnya.
(2)
5.5.
(3)
Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif sebagai sarana hubungan vertikal dalam
bangunan gedung harus mampu melakukan pelayanan yang optimal untuk
sirkulasi vertikal pada bangunan, sesuai dengan fungsi dan jumlah pengguna
bangunan RS.
(4)
Setiap bangunan RS yang menggunakan lift harus tersedia lift kebakaran yang
dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor).
(5)
Lift kebakaran dapat berupa lift khusus kebakaran/lift penumpang biasa/lift barang
yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat
digunakan khusus oleh petugas kebakaran.
KEBUTUHAN PEMBIAYAAN
2.
Persiapan
Pekerjaan Standar
3.
4.
Operasional Awal
Perijinan-perijinan
19
BAB VI
RENCANA BLOK BANGUNAN
DAN KONSEP UTILITAS RUMAH SAKIT
6.1.
Perencanaan Blok Plan Rumah Sakit di rencanakan secara keseluruhan sesuai dengan kebutuhan
Rumah Sakit mendatang atas dasar jenis layanan, jumlah SDM, Struktur Organisasi, Kapasitas
TT, kelas Rumah Sakit yang telah dihitung dalam peritungan kebutuhan luas ruang bangunan
Rumah Sakit dengan mempertimbangkan pedoman serta kebijakan Daerah setempat.
Perencanaan Blok Plan secara keseluruhan ini dapat dibangun secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan Sumber Daya (Keuangan, Manusia dan Peralatan) yang
tersedia.
6.2.
Kebutuhan Pelayanan Jaringan Utilitas bagi kawasan Rumah Sakit merupakan suatu keharusan,
karena keberadaannya akan sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan Rumah Sakit. Kebutuhan
Jaringan Utilitas di kawasan Rumah Sakit ini meliputi:
-
Air bersih
Telepon/Komunikasi
Listrik
Gas
Saluran drainase
Pemadam kebakaran
Rencana penataan jaringan utilitas di kawasan Rumah Sakit pada dasarnya mengikuti pola
jaringan yang telah ada. Penyediaan ini akan berkaitan langsung dengan beberapa instansi yang
berwenang menangani permasalahan ini. Secara teknis, pembangunan jaringan utilitas tersebut
dilakukan secara hirarkis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
20
BAB VII
RENCANA INDUK/ MASTER PLAN
RUMAH SAKIT
Pentahapan pembangunan Rumah Sakit ini adalah bagian utama dari Rencana Induk/ Master Plan
Rumah Sakit, karena pada bagian ini akan didapat bagaimana rencana dan langkah-langkah dari
tahapan yang harus dilakukan oleh pihak Penentu (Pemilik/Penyandang Dana ataupun Pengelola
Rumah Sakit) dalam rangka mewujudkan target dan sasarannya dalam membangun dan
mengembangkan Rumah Sakit dari aspek-aspek penentunya.
Perencanaan dan Pentahapan pembangunan Rumah Sakit ini diuraikan dalam suatu Rencana
Induk/ Master Plan Rumah Sakit yang mencakup aspek-aspek penentunya, yaitu:
1. Rencana Pentahapan Penyediaan Fisik Rumah Sakit
2. Rencana Pentahapan Penyediaan Sumber Daya Manusia/ SDM Rumah Sakit
3. Rencana Pentahapan Penyediaan Sumber Daya Alat/ SDA Rumah Sakit
4. Rencana Pentahapan Penyediaan Pembiayaan Pembangunan Rumah Sakit
Yang disusun dengan mengkaitkannya kepada kesiapan dana/ keuangan/ pembiayaan dan target
waktu serta sasaran Rencana Strategi dan Rencana Bisnis yang akan dicapai.
21
BAB VIII
PENUTUP
8.1
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola fasilitas pelayanan
kesehatan, penyedia jasa perencanaan, Pemerintah Daerah, dan instansi yang terkait
dengan kegiatan pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan
fasilitas pelayanan kesehatan, guna menjamin kesehatan penghuni bangunan dan
lingkungan terhadap bahaya penyakit.
8.2
Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif, serta
penyesuaian Pedoman Master Plan Rumah Sakit oleh masing-masing daerah disesuaikan
dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan daerah.
8.3
Dalam penyusunan Master Plan Rumah Sakit dapat berkoordinasi dan berkonsultansi
dengan Sub Direktorat Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
22
Kata Pengantar
Rumah sakit umum (RSU) diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang didasari oleh beban kerja dan
fungsi rumah sakit yaitu rumah sakit kelas A, kelas B, Kelas C dan Kelas D. Dari ke 4 kelas
tersebut yang akan dibahas dalam pedoman ini adalah rumah sakit kelas B yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik
terbatas. Dalam rangka mencapai kualitas dan kemampuan pelayanan medis pada Rumah Sakit
Kelas B ini, maka harus didukung dengan sarana dan prasarana rumah sakit yang terencana, baik
dan benar. Oleh karena itu lingkup dari pedoman teknis ini meliputi sarana (gedung),dan
prasarana rumah sakit kelas B.
Rumah sakit harus memenuhi, persyaratan teknis sarana dan prasarana rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan secara paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus
direncanakan sesuai dengan standard dan kaidah-kaidah yang berlaku. Adapun secara umum
yang dimaksud dengan sarana adalah segala sesuatu hal yang menyangkut fisik gedung/
bangunan serta ruangan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang membuat sarana
tersebut dapat berfungsi seperti pengadaan air bersih, listrik, instalasi air limbah dan lain-lain.
Persyaratan rumah sakit disarankan memenuhi kriteria pemilihan lokasi rumah sakit dengan
mempertimbangkan aspek sosio-ekonomi masyarakat, aksesibilitas dan luas lahan untuk
bangunan rumah sakit; serta persyaratan teknis lainnya.
Persyaratan teknis sarana rumah sakit meliputi persyaratan atap, langit-langit, dinding, lantai,
struktur dan konstruksi, pintu dan toilet.
Persyaratan teknis prasarana rumah sakit meliputi persyaratan, ventilasi, listrik, air bersih,
drainase, pengolahan limbah, sistem proteksi terhadap bahaya kebakaran, sistem komunikasi,
sistem tata suara, pencahayaan, sistem gas medis, sarana transportasi vertikal (ramp dan tangga
serta lift),dan sebagainya.
Penyusunan Pedoman Teknis Fasilitas Rumah Sakit Kelas B ini diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan oleh pengelola fasilitas pelayanan kesehatan setingkat rumah sakit kelas B, para
pengelola rumah sakit, para pengembang rumah sakit (Yayasan, Badan Usaha maupun Konsultan
Perencanaan dan Perancangan) yang akan merencanakan, sehingga masing-masing pihak dapat
mempunyai kesamaan persepsi mengenai fasilitas rumah sakit.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan pedoman ini.
Jakarta,
Desember 2010
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Pendahuluan
BAGIAN - I
BAGIAN - II
iii
xi
KETENTUAN UMUM
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Pengertian
1
2
2
5
7
8
9
66
71
74
74
74
75
76
81
82
BAGIAN - V
BAGIAN - VI PENUTUP
KEPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Lampiran Gambar
84
85
94
95
98
100
101
103
105
107
107
113
113
114
115
116
DAFTAR GAMBAR
1
Gambar 2.3
Gambar 2.4.1.1
Gambar 2.4.1.2
Gambar 2.4.1.3
Gambar 2.4.1.4
Gambar 2.4.1.5
Gambar 2.4.1.6
Gambar 2.4.1.7
Gambar 2.4.1.8
10
Gambar 2.4.2.1
11
Gambar 2.4.2.2
12
Gambar 2.4.2.3
13
Gambar 2.4.2.4
14
Gambar 2.4.2.5
15
Gambar 2.4.2.6
16
Gambar 2.4.2.7
17
Gambar 2.4.2.8
18
Gambar 2.4.2.9
19
Gambar 2.4.2.10
20
Gambar 2.4.2.11
21
Gambar 2.4.3
22
Gambar 3.1.3.a
23
Gambar 3.1.3.b
24
Gambar 3.2.3-a
25
Gambar 3.2.3-b
26
Gambar 3.2.3-c
27
Gambar 4.6.1
Pintu kamar mandi pada ruang rawat inap harus terbuka ke luar.
28
Gambar 4.7.2
29
Gambar 5.11.1.a
Tipikal ramp
30
Gambar 5.11.1.b
Bentuk-bentuk ramp
31
Gambar 5.11.1.c
Kemiringan ramp
32
Gambar 5.11.1.d
33
Gambar 5.11.1.e
vii
34
Gambar 5.11.1.f
35
Gambar 5.11.2.a
Tipikal tangga
36
Gambar 5.11.2.b
37
Gambar 5.11.2.c
38
Gambar 5.11.2.d
39
Gambar 5.11.2.e
viii
DAFTAR TABEL
1
Tabel 2.4.1.1
Tabel 2.4.1.2
Tabel 2.4.1.3
Tabel 2.4.1.4
Tabel 2.4.1.5
Tabel 2.4.1.6
Tabel 2.4.1.7
Tabel 2.4.1.8
Tabel 2.4.1.9
10
Tabel 2.4.1.10
11
Tabel 2.4.2.1
12
Tabel 2.4.2.2
13
Tabel 2.4.2.3
14
Tabel 2.4.2.4
15
Tabel 2.4.2.5
16
Tabel 2.4.2.6
17
Tabel 2.4.2.7
18
Tabel 2.4.2.8
19
Tabel 2.4.2.9
ix
20
Tabel 2.4.2.10
21
Tabel 2.4.2.11
22
Tabel 2.4.3
23
Tabel 3.1.4
24
Tabel 5.5.2
25
Tabel 5.6
26
Tabel 5.9
27
Tabel 5.6
Pendahuluan
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakt agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Rumah sakit adalah bangunan gedung atau sarana kesehatan yang memerlukan perhatian
khusus dari segi keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan,
dimana berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
3 menyebutkan bahwa pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :
a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
rumha sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;
Mengingat hal tersebut diatas, maka suatu pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit
harus memiliki suatu standar acuan ditinjau dari segi sarana fisik bangunan, serta
prasarana atau infrastruktur jaringan penunjang yang memadai.
Dalam rangka memenuhi suatu standar acuan tersebut diperlukan suatu pedoman
perencanaan rumah sakit yang memadai, salah satunya adalah Pedoman Teknis Fasilitas
Rumah Sakit Kelas B , agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan dan
perencanaan bangunan rumah sakit kelas B.
xi
BAGIAN I
KETENTUAN UMUM
1.1
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakt agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Rumah sakit adalah bangunan gedung atau sarana kesehatan yang memerlukan
perhatian khusus dari segi keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan, dimana berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit pasal 3 menyebutkan bahwa pengaturan penyelenggaraan
Rumah Sakit bertujuan :
a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;
Undang-undang tentang bangunan gedung nomor 28 tahun 2002 juga
menyebutkan bahwa bangunan gedung penting sebagai tempat manusia
melakukan kegiatan, maka perlu diperhatikan keamanan, keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Pengkategorian rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis penyelenggaraan
pelayanan, yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU) yaitu rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit, sedangkan rumah sakit
khusus (RSK), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada suatu
jenis penyakit tertentu berdasarkan ke khususannya.
Rumah sakit umum (RSU) diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang didasari oleh
beban kerja dan fungsi rumah sakit yaitu rumah sakit kelas A, kelas B, Kelas C
dan Kelas D. dari ke 4 kelas tersebut yang akan dibahas dalam pedoman ini
adalah rumah sakit kelas B yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas, lingkup
dari pedoman teknis ini meliputi sarana (bangunan) dan prasarana (utilitas) rumah
sakit kelas B.
Pedoman ini di susun sebagai panduan teknis penyelenggaraan bangunan
gedung rumah sakit kelas B yang merupakan perkembangan dari pedoman teknis
bangunan gedung rumah sakit kelas C, ini membahas tentang persyaratan umum
bangunan rumah sakit kelas B, persyaratan teknis sarana rumah sakit kelas B,
persyaratan teknis prasarana rumah sakit kelas B, dan uraian bangunan rumah
sakit kelas B.
Dari pembahasan pedoman ini diharapkan dapat memberikan arahan, referensi
cara-cara pengembangan dan perencanaan bangunan rumah sakit kelas B, yang
diperlukan oleh investor, pemilik rumah sakit, pemberi ijin rumah sakit.
Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit |
1.2
Tujuan
Tujuan umum dari diterbitkannya buku pedoman ini adalah :
Sebagai pedoman dalam pengembangan dan perencanaan bangunan rumah sakit
kelas B
Tujuan khusus dari diterbitkannya buku pedoman ini adalah :
1. Menjadi pedoman dalam pengembangan dan perencanaan bangunan gedung
rumah sakit kelas B.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang tata cara pengembangan dan
perencanaan bangunan gedung rumah sakit kelas B
3. Meningkatkan pengetahuan bagi manajemen RS dalam pengambilan
keputusan pada pemilihan tata letak pengembangan dan perencanaan
pengembangan dan perencanaan bangunan gedung rumah sakit kelas B.
1.3
Pengertian.
1.3.1
Bangunan gedung.
Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang berada di atas tanah/perairan,
ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian maupun tempat tinggal, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya
maupun kegiatan khusus.
1.3.2
Rumah sakit.
Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
1.3.9
Fasilitas.
Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut Sarana, Prasarana maupun
Alat (baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit
dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.
1.3.10 Sarana.
Segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi mata maupun teraba oleh
panca indra dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya)
merupakan bagian dari suatu gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.
1.3.11 Prasarana.
Benda maupun jaringan / instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa
berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
1.3.12 Instalasi Rawat Jalan.
Fasilitas yang digunakan sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan
dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang disediakan
untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak
memerlukan pelayanan perawatan.
1.3.13 Instalasi Gawat Darurat.
Fasilitas yang melayani pasien yang berada dalam keadaan gawat dan terancam
nyawanya yang membutuhkan pertolongan secepatnya.
1.3.14 Instalasi Rawat Inap.
Fasilitas yang digunakan merawat pasien yang harus di rawat lebih dari 24 jam
(pasien menginap di rumah sakit).
1.3.15 Instalasi Perawatan Intensif (Intensive Care Unit = ICU).
Fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan sakit berat sesudah operasi
berat atau bukan karena operasi berat yang memerlukan pemantauan secara
intensif dan tindakan segera.
1.3.16 Instalasi Kebidanan dan penyakit kandungan.
Fasilitas menyelenggarakan kegiatan persalinan, perinatal, nifas dan gangguan
kesehatan reproduksi.
1.3.17 Instalasi Bedah.
Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan/operasi secara elektif maupun akut, yang membutuhkan
kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.
1.3.18 Instalasi Farmasi.
Fasilitas untuk penyediaan dan membuat obat racikan, penyediaan obat paten,
serta memberikan informasi dan konsultasi perihal obat.
BAGIAN II
PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI
RUMAH SAKIT KELAS B
2.1
Umum
Pengklasifikasian rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis penyelenggaraan
pelayanan, yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU), yaitu rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan jenis penyakit dan rumah
sakit khusus (RSK), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada
suatu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan kekhususannya.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum adalah pengelompokan Rumah Sakit Umum
berdasarkan perbedaan tingkatan menurut kemampuan pelayanan kesehatan,
ketenagaan, fisik dan peralatan yang dapat disediakan dan berpengaruh
terhadap beban kerja, yaitu rumah sakit kelas A, B, C dan D.
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan umum dan 2 (dua)
pelayanan medik spesialis dasar.
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik 4 (empat)
spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan penunjang medik.
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat)
spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis
lainnya dan 2 (dua) subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan
apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat)
spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis
lainnya dan 13 (tiga belas) subspesialis serta dapat menjadi RS pendidikan
apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit
Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. Pelayanan
Spesialis Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik,
Patologi Anatomi, Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik. Pelayanan
Medik Spesialis lain adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan
Tenggorokan, Mata, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut,
Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah
satu atau lebih pelayanan yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis.
Pelayanan Medik Sub Spesialis dasar adalah pelayanan subspesialis yang
berkembang dari setiap cabang medik spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik
Sub Spesialis lain adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap
cabang medik spesialis lainnya.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas B meliputi pelayanan medik umum,
pelayanan gawat darurat, Pelayanan Medik Spesialis dasar, Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis
Gigi Mulut, Pelayanan medik subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik
Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24
jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal
kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan
standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan spesialis penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
Pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga
belas) pelayanan meliputi: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi,
bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik.
Pelayanan medik spesialis gigi mulut terdiri dari pelayanan bedah mulut,
konservasi / endodonsi, dan periodonti.
Pelayanan medik subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang
meliputi: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/linen, Dapur
Utama, Pemulasaraan Jenazah, Instalasi Pemeliharaan Fasilitas, Sistem
Fasilitas Sanitasi (Pengadaan Air Bersih, Pengelolaan Limbah, Pengendalian
Vektor, dll), Sistem Kelistrikan, Boiler, Sistem Penghawaan dan Pengkondisian
Udara, Sistem Pencahayaan, Sistem Komunikasi, Sistem Proteksi Kebakaran,
Sistem Instalasi Gas Medik, Sistem Pengendalian terhadap Kebisingan dan
Getaran, Sistem Transportasi Vertikal dan Horizontal, Sarana Evakuasi,
Aksesibilitas Penyandang Cacat, dan Sarana/ Prasarana Umum.
2.2
2.
3.
4.
Instalasi Perawatan
Intensif
(ICU/ICCU/PICU/NICU)
Instalasi Farmasi
2.
Instalasi Radiodiagnostik
3.
Laboratorium
4.
3. Unsur pelayanan
penunjang medik
5.
Instalasi Diagnostik
Terpadu (IDT)
Pemulasaraan Jenazah
dan Forensik
5.
Instalasi Bedah
6.
6.
7.
Instalasi Rehabilitasi
Medik (IRM)
B. Penunjang Non-Medik
8.
Unit Hemodialisa
9.
Instalasi Radioterapi
4. Pelayanan keperawatan
5. Unsur pendidikan dan
pelatihan
6. Administrasi umum dan
keuangan
7. SDM
8.
9.
Laundri
7.
8. Komite medik
2.3
PENDAFTARAN/ADMINISTRASI
INSTALASI LABORATORIUM
INSTALASI RADIOLOGI
INSTALASI
GAWAT
DARURAT
INSTALASI
KEBIDANAN DAN
KANDUNGAN
INSTALASI BEDAH
Selanjutnya apabila harus dirawat inap akan dikirim ke ruang rawat inap.
Selanjutnya akan didiagnosa lebih mendetail ke instalasi radiologi dan atau
laboratorium. Kemudian jika pasien harus ditindak bedah, maka pasien akan
dijadwalkan ke ruang bedah. Pasca bedah, untuk pasien yang kondisinya
belum stabil akan dikirim ke ruang Perawatan Intensif, pasien yang kondisinya
stabil akan dikirim ke ruang rawat inap. Selanjutnya pasien meninggal akan
dikirim ke instalasi pemulasaraan jenazah. Setelah pasien sehat dapat pulang
3. Pasien melalui instalasi gawat darurat akan diberikan pelayanan medis sesuai
dengan kondisi kegawat daruratan pasien.
-
2.4
2.4.1
2.4.1.1
Ruang Administrasi :
x Area Informasi
x Area Pendaftaran
Pasien.
x Area Pembayaran/Kasir
Ruang Pengendali
ASKES
10
Fungsi
Kebutuhan
No.
Ruang/Luas
Kebutuhan Fasilitas
Ruang Tindakan
Kebidanan dan Penyakit
Kandungan
Klinik Mata :
- 1 Ruang Tindakan Poli
Mata
- 3 ruang konsultasi/
periksa
10
Klinik THT
11
12
13
Klinik Syaraf
14
15
Ruang Laktasi
16
24 m2/ poli
24 m2/ poli
12 m2
12 m2
Sesuai kebutuhan
6~12 m2
Sesuai kebutuhan
11
18
19
Klinik Jiwa
Toilet (petugas,
pengunjung)
12 m2
@ KM/WC pria/
wanita luas +2 3
m2 (min.untuk
pasien dapat
berjalan & maks.
untuk pasien
berkursi roda)
KM/WC
3.
Persyaratan Khusus
Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut :
1. Letak Poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari
bagian administrasi, terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan
dekat dengan apotek, bagian radiologi dan laboratorium.
2. Ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas. Ada pemisahan ruang
tunggu pasien untuk penyakit infeksi dan non infeksi.
3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasi masuk
dan keluar pasien pada pintu yang sama).
4. Klinik-klinik yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.
5. Klinik anak tidak diletakkan berdekatan dengan Klinik Paru, sebaiknya
Klinik Anak dekat dengan Kllinik Kebidanan.
6. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan.
7. Pada tiap ruangan harus ada wastafel (air mengalir).
8. Letak klinik jauh dari ruang incenerator, IPAL dan bengkel ME.
9. Memperhatikan aspek gender dalam persyaratan fasilitas IRJ.
4.
Alur Kegiatan
Alur kegiatan pada instalasi rawat jalan dapat dilihat pada bagan alir
berikut :
Penunjang Medik:
- Laboratorium
- Radiologi dll
Pendaftaran
Pasien baru / Ulang
Rekam Medik
Kasir
R. Periksa
Poliklinik
Dirujuk ke klinik
spesialis lain
Dirawat di
Inst. Rawat
Inap
Pendaftaran
Rawat Inap
Ruang Tindakan
Rehab. Medik
Pulang
12
Apotik
2.4.1.2
No.
A.
Nama Ruangan
Fungsi
Luas
Kebutuhan Fasilitas
RUANG PENERIMAAN
Ruang Tunggu
Pengantar Pasien
Besaran Ruang /
Sesuai kebutuhan
13
14
Ruang Triase
Ruang Persiapan
Bencana Massal
B.
RUANG TINDAKAN
Sesuai kebutuhan
Min. 25 m2
R. Resusitasi Bedah
Min. 36 m2
Min. 36 m2
R. Tindakan Bedah
10
11
R.Dekontaminasi
12
R.Khusus / Isolasi
C.
RUANG OBSERVASI
13
R. Observasi
D.
RUANG KHUSUS
14
Ruang Plester
E.
15
16
17
18
R. Radiologi Cito
(Jika diperlukan)
Ruang
untuk
membersihkan/
dekontaminasi pasien setelah drop off
dari ambulan dan sebelum memasuki
area triase.
Ruang untuk khusus untuk perawatan
isolasi pasien
Min. 6 m2
Min. 9 m2
Min. 12 m2
Min. 3 m2
Lemari obat
Min. 4 m2
Lemari
Min. 8 m2
Lemari instrument
Min. 6 m2
19
20
R. Dokter Konsulen
22
R. Diskusi
23
24
Ruang Perawat
Min. 4 m2
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
25
26
Gudang Kotor
(Spoolhoek/Dirty Utility).
27
Toilet (petugas,
pengunjung)
KM/WC
28
R. Sterilisasi
(jika diperlukan)
Min. 4 m2
29
R. Gas Medis
Min. 3 m2
30
R. Loker
Sesuai kebutuhan
Loker
31
Pantri
Sesuai kebutuhan
32
R. Parkir Troli
33
R. Brankar
@ 2 m2 3m2
Min. 2 m2
Troli
Min. 3 m2
Tt pasien
3. Persyaratan Khusus
1. Area IGD harus terletak pada area depan atau muka dari tapak RS.
2. Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar tapak rumah
sakit (jalan raya) dengan tanda-tanda yang sangat jelas dan mudah
dimengerti masyarakat umum.
3. Area IGD harus memiliki pintu masuk kendaraan yang berbeda dengan
pintu masuk kendaraan ke area Instalasi Rawat Jalan/Poliklinik, Instalasi
rawat Inap serta Area Zona Servis dari rumah sakit.
4. Untuk tapak RS yang berbentuk memanjang mengikuti panjang jalan
raya maka pintu masuk kearea IGD harus terletak pada pintu masuk
yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk masuk kearea
RS.
5. Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat banyak
(Super Block Multi Storey Hospital Building) yang memiliki ataupun tidak
memiliki lantai bawah tanah (Basement Floor) maka perletakan IGD
harus berada pada lantai dasar (Ground Floor) atau area yang memiliki
akses langsung.
6. IGD disarankan untuk memiliki Area yang dapat digunakan untuk
penanganan korban bencana massal (Mass Disaster Cassualities
Preparedness Area).
7. Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan pasien
(Ambulance Drop-In Area) memiliki sistem sirkulasi yang memungkinkan
ambulan bergerak 1 arah (One Way Drive / Pass Thru Patient System).
Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit |
15
TIDAK GAWAT
GAWAT DARURAT
REGULAR TRIAGE
Resusitasi &
Stabilisasi
Triase Obyektif
Darurat
Observasi
Maks 24 jam
OK
PULANG
ICU
Rawat Inap
Meninggal
16
Nama Ruangan
1.
Ruang Perawatan
2.
3.
Ruang Konsultasi
4.
Ruang Tindakan
5.
Fungsi
Ruang
untuk
pasien
yang
memerlukan asuhan dan pelayanan
keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam.
Ruang utk melakukan perencanaan,
pengorganisasian
asuhan
dan
pelayanan keperawatan (pre dan
post-confrence, pengaturan jadwal),
dokumentasi
sampai
dengan
evaluasi pasien.
Ruang untuk melakukan konsultasi
oleh profesi kesehatan kepada
pasien dan keluarganya.
Besaran Ruang /
Kebutuhan Fasilitas
Luas
Tergantung Kelas &
keinginan desain,
kebutuhan ruang 1
tt min. 7.2 m2
3~5 m2/ perawat
(Ket : perhitungan
1 stasi perawat
untuk melayani
maksimum 25
tempat tidur)
Sesuai kebutuhan
12-20 m2
R. Administrasi/ Kantor
6.
R. Dokter Jaga
Sesuai kebutuhan
7.
Ruang pendidikan/
diskusi
Sesuai kebutuhan
8.
Ruang Perawat
Sesuai kebutuhan
9.
Sesuai kebutuhan
10.
Ruang Loker
Sesuai kebutuhan
11.
12.
13.
Gudang Kotor
(Spoolhoek/Dirty Utility).
14.
KM/WC (pasien,
petugas, pengunjung)
15.
Min. 4 m2
Lemari
Min. 4 m2
4-6 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
Sesuai kebutuhan
17
16.
Gudang Bersih
17.
18.
19.
Sesuai kebutuhan
Lemari
Min. 4-6 m2
Lemari/rak
Min. 9 m2 /tt
Min. 12 m2/tt
3. Persyaratan Khusus
Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya hubungan
antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat
berhubungan/ membutuhkan.
Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara
linier/lurus (memanjang).
Konsep Rawat Inap yang disarankan Rawat Inap Terpadu (Integrated
Care) untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang.
Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka harus
ada tangga landai (;Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai ruangan
tersebut.
Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang tenang
(tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan
aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap.
Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan.
Alur petugas dan pengunjung dipisah.
Masing-masing ruang Rawat Inap 4 spesialis dasar mempunyai ruang
isolasi.
Ruang Rawat Inap anak disiapkan 1 ruangan neonatus.
Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai, mudah
dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar.
Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang
debu/kotoran.
Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran lain.
Tipe R. Rawat Inap adalah Super VIP, VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III
Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti :
- Pasien yang menderita penyakit menular.
- Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit
tumor, ganggrein, diabetes, dsb).
- Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan)
Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat
dapat mengawasi pesiennya secara efektif, maksimum melayani 25
tempat tidur.
18
4. Alur Kegiatan
Alur kegiatan pada instalasi rawat inap dapat dilihat pada bagan alir berikut :
Gambar 2.4.1.3 Alur Kegiatan Pasien, Petugas dan Alat Pada Instalasi
Rawat Inap.
2.4.1.4
No.
Nama Ruangan
Fungsi
Besaran Ruang
Kebutuhan Fasilitas
/ Luas (+)
1.
2.
Ruang Perawat
Sesuai kebutuhan
3.
Sesuai kebutuhan
R. Dokter
Sesuai kebutuhan
4.
Sesuai kebutuhan
Loker
19
5.
20
6.
Sentral monitoring/nurse
station.
7.
8.
9.
Gudang Kotor
(Spoolhoek/Dirty Utility).
10.
pengantar
pasien
11.
Ruang Administrasi
12.
13.
Toilet (petugas,
pengunjung)
KM/WC
14.
R. Penyimpanan Silinder
Gas Medik
15.
R. Parkir Brankar
Min. 12 m2 /tt
Ruang isolasi
min. 16 m2 /tt
(belum termasuk
ruang antara)
4-16 m2 (dengan
memperhatikan
sirkulasi tempat
tidur pasien
didepannya)
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Lemari/kabinet alat
4-6 m2
Sesuai kebutuhan
4-6 m2
Lemari/rak
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3m2
4 8 m2
2-6 m2
3. Persyaratan Khusus
1. Letak bangunan instalasi ICU harus berdekatan dengan instalasi bedah
sentral, instalasi gawat darurat, laboratorium dan instalasi radiologi.
2. Harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan tahan terhadap
getaran.
3. Gedung harus terletak pada daerah yang tenang.
4. Temperatur ruangan harus terjaga tetap dingin.
5. Aliran listrik tidak boleh terputus.
6. Harus tersedia pengatur kelembaban udara.
7. Sirkulasi udara yang dikondisikan seluruhnya udara segar (;fresh air).
8. Ruang pos perawat (;Nurse station) disarankan menggunakan pembatas
fisik transparan/ tembus pandang (antara lain kaca tahan pecah, flexi
glass) untuk mengurangi kontaminasi terhadap perawat.
9. Perlu disiapkan titik grounding untuk peralatan elektrostatik.
10. Tersedia aliran Gas Medis (O2, udara bertekanan dan suction).
11. Pintu kedap asap & tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap bila
terjadi kebakaran.
12. Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak
instalasi ICU tidak pada lantai dasar.
13. Ruang ICU/ICCU sebaiknya kedap api (tidak mudah terbakar baik dari
dalam/dari luar).
14. Pertemuan dinding dengan lantai dan pertemuan dinding dengan dinding
tidak boleh berbentuk sudut/ harus melengkung agar memudahkan
pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan kotoran.
4. Alur kegiatan.
Alur Kegiatan di Instalasi ICU ditunjukkan pada bagan alir berikut :
21
2.4.1.5
No.
Nama Ruangan
R. Pendaftaran
Ruang Tunggu
Ruang persiapan
(;Preparation room)
Ruang Induksi/anaestesi
(;Induction room)
5
Fungsi
Ruang untuk menyelenggarakan
kegiatan administrasi khususnya
pelayanan
bedah.
Ruang
ini
dilengkapi loket pendaftaran.
Ruang untuk pengantar pasien
menunggu selama pasien menjalani
proses bedah.
Ruang tempat mengganti brankar
pasien dengan brankar instalasi
bedah
Ruang yang digunakan untuk
mempersiapkan pasien sebelum
memasuki kamar bedah. Kegiatan
dalam ruang ini yaitu :
Penggantian pakaian penderita,
Membersihkan/mencukur
bagian
tubuh yg perlu dicukur,
Melepas semua perhiasan dan
menyerahkan ke keluarga pasien
Ruang yang digunakan untuk
persiapan
anaestesi/pembiusan.
Kegiatan yang dilakukan di kamar
ini adalah sebagai berikut :
x Mengukur tekanan darah pasien,
x Pemasangan infus,
x Memberikan kesempatan kepada
pasien untuk menenangkan diri,
x Memberikan penjelasan kepada
pasien mengenai tindakan yang
akan dilaksanakan,
Ruang untuk cuci tangan dokter ahli
bedah, asisten dan semua petugas
yang akan mengikuti kegiatan dalam
kamar bedah.
Besaran Ruang
Kebutuhan Fasilitas
/ Luas
3~5 m2/ petugas
(min.9 m2)
1~1,5 m2/ orang
(min. 12 m2)
Sesuai kebutuhan
Min. 9 m2
Min. 9 m2
Min. 3 m2
Suction Unit
Sphygmomanometer
Thermometer
Trolley Instrument
Infusion stand
22
+ 36 m2
1)
2)
3)
Min. 42 m2
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Ruang
pembedahan
yang
digunakan
untuk
tindakan
pembedahan yang membutuhkan
peralatan besar dan memerlukan
tempat
banyak,
termasuk
diantaranya untuk bedah Neuro,
bedah orthopedi dan bedah jantung.
1 meja operasi,
1 set lampu operasi, terdiri dari
lampu utama dan lampu satelit.
2 set Peralatan Pendant, masingmasing untuk pendan anestesi dan
pendan bedah.
1 mesin anestesi,
Film Viewer.
Jam dinding.
Instrument Trolley untuk peralatan
bedah.
Tempat sampah klinis.
Tempat linen kotor, dll
Min. 50 m2
Peralatan
kesehatan
utama
yang
diperlukan, antara lain 1 (meja operasi
khusus), 1 (satu) lampu operasi, 1 (satu)
ceiling pendant untuk outlet gas medik
dan outlet listrik, 1 (satu) ceiling pendant
untuk monitor, mesin anestesi, dll
Min. 36 m2
R. Tindakan Kateterisasi
Jantung
9
Ruang Monitor (Ruang
Kontrol)
Ruang Mesin
Ruang Perlengkapan
(;Equipment Room)
10
Ruang Resusitasi
Neonatus
11
tergantung meja
monitor yang ada.
tergantung mesin
prosesor yang ada.
Mesin-mesin prosesor
Tergantung
kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Perlengkapan katerisasi
Min. 9 m2/tt
13
14
Gudang Steril
(;clean utility)
Ruang Sterilisasi
(TSU = Theatre
Sterilization Unit)
Ket : boleh ada/tdk
Ruang untuk
pasca bedah
perawatan
singkat
Ruang
tempat
penyimpanan
instrumen yang telah disterilkan.
Instumen berada dalam Tromol
tertutup dan disimpan di dalam
lemari instrument.
Bahan-bahan lain seperti linen, kasa
steril dan kapas yang telah
disterilkan juga dapat disimpan di
ruangan ini.
Tempat
pelaksanaan
sterilisasi
instrumen dan barang lain yang
diperlukan untuk pembedahan.
Di kamar sterilisasi harus terdapat
lemari instrumen untuk menyimpan
instrumen yang belum disterilkan.
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
23
ganti
pakaian/
15
Ruang
loker
16
Depo Farmasi
17
Ruang dokter
18
Ruang perawat
19
20
21
Spoolhoek
22
KM/WC (petugas,
pengunjung)
KM/WC
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
23
Parkir brankar
Sesuai kebutuhan
Brankar/ stetcher
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Lemari obat
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Container
4-6 m2
3. Persyaratan Khusus
1.
2.
3.
24
(4) Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter,
Medium Filter, Hepa Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone
ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah
35.200 partikel dengan dia. 0,5 m (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom
standards Tahun 1999).
4.
5.
Harus disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor
yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.
6.
25
4. Alur kegiatan.
Alur Kegiatan Pada Instalasi Bedah Sentral ditunjukkan pada bagan alir
berikut :
2.
3.
4.
5.
26
Pelayanan persalinan.
Pelayanan persalinan meliputi : pemeriksaan pasien baru, asuhan
persalinan kala I, asuhan persalinan kala II (pertolongan persalinan),
dan asuhan bayi baru lahir.
Pelayanan nifas.
Pelayanan nifas meliputi : pelayanan nifas normal dan pelayanan nifas
bermasalah (post sectio caesaria, infeksi, pre eklampsi/eklampsi).
Pelayanan KB (Keluarga Berencana).
Pelayanan gangguan kesehatan reproduksi/penyakit kandungan,
Fetomaternal, Onkologi Ginekologi, Imunoendokrinologi, Uroginekologi
Rekonstruksi, Obgyn Sosial.
Pelayanan tindakan/operasi kebidanan
Pelayanan tindakan/operasi kebidanan adalah untuk memberikan
tindakan, misalnya ekserpasi polip vagina, operasi sectio caesaria,
operasi myoma uteri, dll.
Dan pelayanan sub spesilistik lainnya di bidang kebidanan dan
penyakit kandungan.
Fungsi
No.
1.
R. Administrasi dan
pendaftaran
2.
3.
4.
Besaran
Ruang / Luas
Min. 3 m2
Min. 12 m2/
tempat tidur
bersalin
Min. 12 m2/
tempat tidur
bersalin
5.
7.
(memiliki area
membersihkan/
memandikan bayi)
(Minimal RS yg memiliki 3
tempat tidur, harus memiliki
1 KM/WC)
Ruang Bersalin dengan
Komplikasi
8.
(memiliki area
membersihkan/
memandikan bayi)
Kebutuhan Fasilitas
27
(Minimal RS yg memiliki 1
tempat tidur, harus memiliki
KM/WC)
9.
Min. 20 m2/
tempat tidur
Sesuai
kebutuhan
Min. 12 m2/
tempat tidur
(jika diperlukan)
10.
11.
Ruang Tindakan
Ruang Pemulihan
(;Recovery)
12.
(Minimal 4 tempat tidur,
harus memiliki KM/WC)
13.
Sesuai
kebutuhan
14.
Sesuai
kebutuhan
15.
Sesuai
kebutuhan
16.
Sesuai
kebutuhan
17.
Ruang Laktasi
Sesuai
kebutuhan
18.
19.
Min. 12 m2/
tempat tidur
20.
Gudang Steril
(;clean utility)
Sesuai
kebutuhan
Ruang Sterilisasi
21.
22.
28
Tempat
pelaksanaan
sterilisasi
instrumen dan barang lain yang
diperlukan untuk kegiatan di ruang
kebidanan dan penyakit kandungan.
Tempat ganti pakaian, sepatu/alat
kaki sebelum masuk ke- dan
sebaliknya setelah keluar dari ruang
kebidanan dan kandungan,/ suatu
ruangan yang diperuntukkan bagi
Min. 6 m2
Sesuai
kebutuhan
23.
24.
Ruang dokter
25.
26.
27.
Pantri
28.
Gudang Kotor
(Spoolhoek/Dirty Utility).
29.
30.
Janitor
31.
Parkir Brankar
Min. 3 m2
Lemari/rak
Sesuai
kebutuhan
Sesuai
kebutuhan
Sesuai
kebutuhan
Sesuai
kebutuhan
4-6 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas
2 m2 3 m2
Min. 3 m2
Min. 2 m2
Brankar
3. Persyaratan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak
instalasi kebidanan dan penyakit kandungan tidak pada lantai dasar.
7.
Harus disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor
yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.
8.
9.
29
4. Alur kegiatan.
Alur Kegiatan Pada Instalasi Kebidanan
ditunjukkan pada bagan alir berikut :
Dokter, Bidan
& Perawat
dan
Penyakit
Kandungan
Pengantar
Pasien
Ruang Tunggu
Pasien
Ruang Tindakan
Ruang Persiapan
Ruang Bersalin
Ruang Operasi
Ruang Pemulihan
Ruang Rawat Inap
Ruang Bayi
Pulang
30
Fungsi Ruangan
No.
1.
2.
Ruang Administrasi,
Keuangan dan Personalia
3.
4.
Ruang Pemeriksaan/
Penilaian Dokter
5.
RUANG TERAPI
PSIKOLOGI
Besaran Ruang /
Luas
12~25 m2
12~25 m2
Kebutuhan Fasilitas
FISIOTERAPI
6.
Miin. 12 m2/
tempat tidur traksi
Min. 50 m2
Min. 25 m2/kolam
4-12 m2 (untuk
ruang ganti
pakaian)
b. Ruang Hidroterapi
(Dilengkapi ruang
ganti pakaian,
KM/WC, terpisah
antara pasien wanita
& pria)
Perlengkapan hidroterapi
TERAPI OKUPASI
7.
Ruang
tempat
terapis
okupasi
melakukan terapi kepada pasien
Ruang Relaksasi /
Perangsangan AudioVisual
@ jenis okupasi
6-30 m2
Tergantung
peralatan SI yang
disediakan
Sesuai kebutuhan
Tergantung
peralatan yang
disediakan
31
TERAPI WICARA
Ruang Terapi Wicara
/Vokasional
9.
Ruang Terapi Wicara
Audiometer.
Ruang
tempat
terapis
wicara
melakukan terapi kepada pasien
Ruangan tempat Terapis Wicara
melakukan pengujian kemampuan
pendengaran kepada pasiennya secara
individual (dengan operator Audiometer
sebagai asisten terapis). Terdiri dari 2
ruang : ruang operator & ruang pasien.
12-30 m2
Min. 3 m2/ ruang
pasien
Min. 4 m2 / ruang
operator
10.
@ 4-12 m2
Bengkel Halus
Ruang
tempat
menghaluskan,
merangkai, menyetel barang yang akan
diserahkan kepada pasien.
Min. 9 m2
Bengkel Kasar
Min. 36 m2
Ruang Jahit/Kulit
baku
Min. 12 m2
Min. 9 m2
Sesuai Kebutuhan
Lemari
Sesuai Kebutuhan
Lemari, rak
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai Kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai Kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai Kebutuhan
11.
RUANG PSM
12.
Gudang Peralatan RM
13.
14.
Gudang Kotor
15.
16.
Ruang Petugas RM
Sesuai Kebutuhan
17.
Sesuai Kebutuhan
18.
KM/WC petugas/pasien
KM/WC
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
3. Persyaratan Khusus
Pada dasarnya tata ruang Unit Rehabilitasi Medik ditetapkan atas dasar:
1. Lokasi mudah dicapai oleh pasien, disarankan letaknya dekat dengan
instalasi rawat jalan/ poliklinik dan rawat inap.
2. Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket
pendaftaran, pembayaran dan administrasi.
32
3. Disarankan akses masuk untuk pasien terpisah dari akses masuk staf.
4. Disarankan menggunakan sistem sirkulasi udara/ ventilasi udara alami.
5. Apabila ada ramp (tanjakan landai), maka harus diperhatikan
penempatan ramp, lebar dan arah bukaan pintu dan lebar pintu untuk
para pemakai kursi roda serta derajat kemiringan ramp yaitu maksimal
70.
6. Untuk pasien yang menggunakan kursi roda disediakan toilet khusus
yang memiliki luasan cukup untuk bergeraknya kursi roda.
4. Alur kegiatan.
Unit Hemodialisa
1. Lingkup Sarana Pelayanan
Pelayanan bagi pasien yang membutuhkan fasilitas cuci darah akibat
terjadinya gangguan pada ginjal.
2. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas
Tabel. 2.4.1.8
Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas
Pada Unit Hemodialisa
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
No.
1.
2.
Ruang Tunggu
Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
33
Tt pasien, mesin HD
4.
Min. 9 m2/
tempat tidur
Tt pasien, mesin HD
5.
Ruang
utk
melakukan
perencanaan,
pengorganisasian
asuhan
dan
pelayanan
keperawatan
(pre
dan
postconfrence, pengaturan jadwal),
dokumentasi
sampai
dengan
evaluasi pasien.
6.
Ruang Konsultasi
7.
8.
9.
10.
Gudang
11.
12.
13.
14.
KM/WC petugas/pasien
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
1 mesin RO
memiliki dimensi +
1,5 x 0,6 m2
Tergantung
kapasitas tanki air.
Min. 4-6 m2
alat
alat
Sesuai kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai kebutuhan
4-6 m2
Sesuai kebutuhan
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
3. Persyaratan Khusus
1. Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien dilengkapi dengan minimal inlet
air steril dan outlet pembuangan air dari mesin dialisis.
2. Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien juga dilengkapi dengan bed
head unit, minimal terdiri dari outlet suction, Oksigen, stop kontak listrik
dengan suplai Catu Daya Pengganti Khusus(CDPK = UPS) dan 2 buah
stop kontak biasa, tombol panggil perawat (nurse call).
3. Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-warna
yang menyilaukan.
4. Memiliki sistem pembuangan air yang baik.
34
4. Alur kegiatan.
Pasien & Pengantar
Pasien
Pengantar
Pasien
Administrasi dan
Pendaftaran
Ruang Tunggu
Pasien
Ruang Konsultasi
Pulang
2.4.1.9
Instalasi Radioterapi
1. Lingkup Sarana Pelayanan
Pelayanan radioterapi meliputi :
1. Pelayanan radioterapi eksternal, yaitu pelayanan radioterapi dengan
menggunakan sumber radiasi yang berada di luar tubuh atau ada jarak
antara pasien dengan alat penyinaran.
2. Pelayanan brakiterapi, yaitu pelayanan radioterapi dengan menggunakan
sumber yang didekatkan pada tumor.
3. Pelayanan radioterapi interstisial adalah pelayanan radioterapi dengan
menggunakan sumber yang dimasukkan dalam tumor.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan radioterapi mengacu pada
Permenkes No. 1427/MENKES/SK/XII/2006 tentang Standar Pelayanan
Radioterapi di Rumah Sakit.
2. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas
Tabel. 2.4.1.9
Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas
Pada Instalasi Radioterapi
No.
Nama Ruangan
1.
Ruang Penerimaan,
Pendaftaran, pembayaran
dan pengambilan hasil
2.
3.
Fungsi Ruangan
Ruang tempat pasien melakukan
pendaftaran, tempat pembayaran dan
sebagai tempat mengambil hasil
pemeriksaan
Ruangan untuk staf melaksanakan tugas
administrasi dan personalia dan ruangan
untuk penyimpanan sementara berkas film
pasien yang sudah dievaluasi.
Ruangan pemeriksaan klinis, baca film dan
konsultasi pasien oleh dokter spesialis
Radiologi.
Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
Sesuai Kebutuhan
35
4.
5.
3.
Ruang Moulding
4.
Ruang Kemoterapi
5.
Ruang Simulator
6.
7.
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Tergantung
peralatan terapi
yang digunakan.
Sesuai Kebutuhan
8.
9.
Ruang Petugas
10.
Pantri
11.
12.
Ruang Diskusi
Sebagai
tempat
untuk
menyiapkan
makanan dan minuman bagi mereka yang
ada di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit.
Ruang untuk ganti pakaian petugas
sebelum petugas masuk ke area tindakan.
Ruang ganti petugas pria dan wanita
dipisah.
Jelas, sesuai nama ruangan
13.
KM/WC
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
3. Persyaratan Khusus
Persyaratan teknis mengenai bangunan untuk menyelenggarakan pelayanan
radioterapi harus mengacu pada persyaratan yang ditetapkan oleh
BAPETEN.
2.4.1.10 Instalasi Kedokteran Nuklir
Pelayanan Kedokteran Nuklir adalah pelayanan penunjang dan/atau terapi
yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disinegrasi inti radionuklida
yang meliputi pelayanan diagnostik in-vivo dan in-vitro melalui pemantauan
proses fisiologi, metabolisme dan terapi radiasi internal.
2. Lingkup Sarana Pelayanan
1. Pelayanan diagnostic in-vivo adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap pasien dengan cara pemberian radionuklida dan/atau
radiofarmaka, kemudian dengan menggunakan alat pencacah atau
kamera gamma dilakukan pengamatan terhadap radionuklida dan/atau
radiofarmaka tersebut selama berada dalam tubuh. Hasil yang diperoleh
dari pengamatan tersebut dapat berupa citra atau non-citra.
2. Pelayanan diagnostik in-vitro adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap specimen yang diperoleh dari pasien menggunakan teknik
Radio Immuno Assay (RIA) atau Immuno Radiometric Assay (IRA).
3. Pelayanan pemeriksaan in-vivtro adalah gabungan antara pemeriksaan
in-vivo dan in-vitro.
4. Pelayanan terapi radiasi internal adalah suatu cara pengobatan dengan
menggunakan radionuklida dan/atau radiofarmaka.
36
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
I.
1.
2.
3.
Loket Pendaftaran,
pembayaran dan
pengambilan hasil
4.
Sesuai Kebutuhan
5.
Sesuai Kebutuhan
6.
Sesuai Kebutuhan
Sofa, washtafel
7.
8.
9.
Ruang Dekontaminasi
10.
Min. 12 m2
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
11.
KM/WC
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
12.
Ruang penyimpanan
sementara limbah
radioaktif padat
Sesuai Kebutuhan
II.
37
1.
2.
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Kontainer khusus
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Treadmill
Sesuai Kebutuhan
3.
Laboratorium RIA
4.
Ruang Sampling
5.
6.
III.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
7.
Ruang Penyiapan
Radiofarmaka
Ruang Hot Lab.
(dilengkapi dengan ruang
dekontaminasi petugas)
8.
Ruang Cyclotron
9.
10.
Ruang Up-Take
11.
Ruang Pemulihan
12.
13.
14.
15.
16.
Ruang penyimpanan
sementara limbah
radioaktif padat
Ruang Istirahat dan
Diskusi Dokter dan
Petugas
Ruang Kontrol Kualitas
(Quality Control)
Ruang pengolahan
/penanganan limbah cair
pencitraan
IV.
6.
38
Ruang Pencacahan In
Vivo
Ruang penyimpanan
sementara limbah
radioaktif padat
pencitraan
Min. 12 m2
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Loker,
elevise
baju
bersih
baju kotor
petugas, elevise
petugas, dilengkapi toilet.
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
PET-CT,
Mesin,
Perlengkapan
monitor dan elevise operator, dll
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Kontainer khusus
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
3. Persyaratan Khusus
Dinding/pintu mengikuti persyaratan khusus sistem labirin proteksi
radiasi.
Persyaratan teknis mengenai bangunan untuk menyelenggarakan
pelayanan radioterapi harus mengacu pada persyaratan yang ditetapkan
oleh BAPETEN.
Persyaratan pengkondisian udara :
a. Suhu sejuk dan nyaman lingkungan ialah pada 22 ~ 26 OC dengan
tekanan seimbang.
b. Kelembaban udara pada ruang radiasi/pemeriksaan/penyinaran ialah
antara 45~60%.
Tersedia penanganan/ pengelolaan limbah radioaktif khusus.
2.4.2
2.4.2.1
No.
Nama Ruangan
4
5
Fungsi
Ruang
tempat
melaksanakan
peracikan obat oleh asisten apoteker.
Ruang tempat penyimpanan bahan
baku obat.
Ruang tempat penyimpanan obat jadi
Ruang tempat penyimpanan
perbekalan dan alat kesehatan
Ruang tempat penyimpanan obat
khusus seperti untuk obat yang
termolabil, narkotika dan obat
psikotropika, dan obat berbahaya.
Ruang untuk melaksanakan kegiatan
administrasi kefarmasian RS, meliputi
kegiatan pencatatan keluar masuknya
obat, penerimaan dan distribusi obat.
Besaran Ruang
/ Luas
Min. 6 m2/ asisten
apoteker
(min. 36 m2)
Kebutuhan Fasilitas
Peralatan farmasi untuk persediaan,
peracikan dan pembuatan obat, baik
steril maupun non steril.
Sesuai kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Ruang
untuk
menyelenggarakan
kegiatan penerimaan resep pasien,
penyiapan obat, pembayaran, dan
pengambilan obat
Sesuai kebutuhan
Lemari loker
Ruang Rapat/Diskusi
Sesuai kebutuhan
10
Sesuai kebutuhan
Ruang
tempat
melaksanakan
kegiatan pertemuan dan diskusi
farmasi.
Ruang menyimpan dokumen resep
dan buku-buku kefarmasian.
39
11
Sesuai kebutuhan
12
Ruang Staf
Sesuai kebutuhan
13
Ruang Tunggu
14
15
KM/WC (pasien,
petugas, pengunjung)
Sesuai kebutuhan
KM/WC
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
Ruang
tempat
melaksanakan
peracikan obat oleh asisten apoteker.
Sesuai kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai kebutuhan
Lemari/rak
Ruang Apoteker
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Lemari loker
16
Ruang Tunggu
Konter Apotek
Ruang Administrasi
(Penerimaan dan
Distribusi Obat)
Ruang Staf
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
3. Persyaratan Khusus
x Lokasi instalasi farmasi harus menyatu dengan sistem pelayanan RS.
x Antara fasilitas untuk penyelenggaraan pelayanan langsung kepada
pasien, distribusi obat dan alat kesehatan dan manajemen dipisahkan.
x Harus disediakan penanganan mengenai pengelolaan limbah khusus
sitotoksis dan obat berbahaya untuk menjamin keamanan petugas,
pasien dan pengunjung.
x Harus disediakan tempat penyimpanan untuk obat-obatan khusus seperti
Ruang untuk obat yang termolabil, narkotika dan obat psikotropika serta
obat/ bahan berbahaya.
x Gudang penyimpanan tabung gas medis (Oksigen dan Nitrogen) Rumah
Sakit diletakkan pada gudang tersendiri (di luar bangunan instalasi
farmasi).
x Tersedia ruang khusus yang memadai dan aman untuk menyimpan
dokumen dan arsip resep.
x Mengingat luasnya area RS kelas B, maka untuk memudahkan
pengunjung RS mendapatkan pelayanan kefarmasian, disarankan
memiliki apotek-apotek satelit dengan fasilitas yang sama dengan apotek
utama.
40
4. Alur kegiatan.
1. Alur Pasien dan pengunjung
Pasien/
Pengunjung
Pulang
Loket Penerimaan
Resep
Loket Pembayaran
Pengambilan Obat
Ruang Tunggu
Loker
Ruang
Peracikan
Ruang Administrasi,
Penerimaan & Distribusi Obat
3. Alur Barang
Obat / Barang
Perbekalan Masuk
Depo Bahan
Baku
Ruang
Peracikan
Konter
Apotek
R. Administrasi,
(Distribusi Obat
dan Barang
Perbekalan)
Gudang Penyimpanan
Tabung gas medis
Obat / Barang
Perbekalan Keluar
41
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
1.
2.
3.
Loket Pendaftaran,
pembayaran dan
pengambilan hasil
4.
5.
6.
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Min. 12 m2
b. Tomografi
Min. 12 m2
c.
Min. 12 m2
Min. 9 m2
e. Angiografi
f.
Min. 12 m2
Min. 18 m2
Min. 4 m2
Fluoroskopi
CT-Scan
g. MRI (; Magnetic
Resonance Imaging)
42
Min. 4 m2
Min. 4 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
Transformator/genetaor/CPU
tomografi unit
Lemari baju bersih, kontainer baju
kotor, kaca, hanger
Kloset, wastafel, bak air
7.
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Lemari arsip
Sesuai Kebutuhan
Perlengkapan dapur
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
8.
9.
Gudang penyimpanan
berkas
10.
11.
KM/WC petugas
KM/WC
3. Persyaratan Khusus
Lokasi ruang radiologi mudah dicapai, berdekatan dengan instalasi gawat
darurat, laboratorium, ICU, dan instalasi bedah sentral.
Sirkulasi bagi pasien dan pengantar pasien disarankan terpisah dengan
sirkulasi staf.
Ruang konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca film.
Dinding/pintu mengikuti persyaratan khusus sistem labirin proteksi
radiasi.
Ruangan gelap dilengkapi exhauster.
Persyaratan pengkondisian udara :
a. Suhu sejuk dan nyaman lingkungan ialah pada 22 ~ 26 OC dengan
tekanan seimbang.
b. Kelembaban udara pada ruang radiasi/pemeriksaan/penyinaran ialah
antara 45~60%.
Tersedia pengelolaan limbah radiologi khusus.
4. Alur kegiatan.
1. Alur Pasien
PASIEN
-
Poliklinik
Bagian/Inst. Lain
Dr. Praktek
Puskesmas
Umum
ASKES/
Jamsostek/JPS
Loket Pendaftaran
Pasien Umum
Loket Pendaftaran
Pasien ASKES
Loket Pembayaran
Pasien Umum
Loket Pembayaran
Pasien ASKES
Ruang Tunggu
Loket
Pengambilan
Hasil
Ruang Pemeriksaan
Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit |
43
2. Alur Film
Pengambilan Foto
(R. Pemeriksaan)
Processing Film
(Kamar Gelap/ AFP)
Identifikasi Foto
Hasil
Interpretasi
(R. Konsultasi Dokter)
Instalasi Laboratorium
1. Lingkup Sarana Pelayanan
Laboratorium direncanakan mampu melayani tiga bidang keahlian yaitu
patologi klinik, patologi anatomi dan forensik sampai batas tertentu dari
pasien rawat inap, rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain,
Puskesmas atau Dokter Praktek Swasta.
Pemeriksaan laboratorium pada Rumah Sakit Kelas B adalah :
1. Patologi klinik dengan pemeriksaan :
- Hematologi sederhana
- Hematologi lengkap
- Hemostasis penyaring dan bank darah
- Analisis urin dan tinja dan cairan tubuh lain
- Serologi sederhana/ immunologi
- Parasitologi dan mikologi
- Mikrobiologi
- Bakteriologis air
- Kimia Klinik
2. Patologi Anatomi
- Histopatologi lengkap
- Sitologi lengkap
- Histokimia
- Imunopatologi
- Patologi Molekuler
3. Forensik, yaitu melakukan pelayanan kamar mayat dan bedah mayat
forensik
- Otopsi forensik
- Perawatan/pengawetan mayat
- Visum et repertum mayat
- Visum et repertum korban hidup
- Medikolegal
- Pemeriksaan histopatologi forensik
- Pemertiksaan serologi forensik
- Pemeriksaan forensik lain
- Toksikologi forensik
Pelayanan laboratorium tersebut dilengkapi pula oleh fasilitas berikut :
x Blood Sampling
x Administrasi penerimaan spesimen
x Gudang regensia & bahan kimia
x Fasilitas pembuangan limbah
x Perpustakaan, atau setidaknya rak-rak buku
44
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
Sesuai Kebutuhan
A.
1.
2.
3.
Ruang Pengambilan/
Penerimaan Bahan/
Sample
4.
Bank Darah
Sesuai Kebutuhan
5.
Ruang Konsultasi
Sesuai Kebutuhan
6.
Laboratorium Sero
Imunologi
Sesuai Kebutuhan
dan jenis alat yang
dipergunakan
7.
Sesuai Kebutuhan
dan jenis alat yang
dipergunakan
8.
Laboratorium Hematologi
Sesuai Kebutuhan
dan jenis alat yang
dipergunakan
9.
Laboratorium Mikrobiologi
Sesuai Kebutuhan
dan jenis alat yang
dipergunakan
Sesuai Kebutuhan
dan jenis alat yang
dipergunakan
Laboratorium Urinalis
10.
45
11.
Sesuai Kebutuhan
dan jenis alat yang
dipergunakan
12.
Sesuai Kebutuhan
dan jenis alat yang
dipergunakan
13.
Sesuai Kebutuhan
Rak/Lemari
14.
Sesuai Kebutuhan
Lemari, sink
15.
Sesuai Kebutuhan
16.
Ruang Kepala
Laboratorium
Sesuai Kebutuhan
17.
Ruang Petugas
Laboratorium
Sesuai Kebutuhan
18.
Sesuai Kebutuhan
loker
19.
Sesuai Kebutuhan
20.
KM/WC pasien
21.
KM/WC petugas
KM/WC
B.
C.
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
3. Persyaratan Khusus
Letak laboratorium/sub laboratorium mudah dijangkau, disarankan untuk
gedung RS bertingkat, laboratorium terletak pada lantai dasar, dan dekat
dengan instalasi rawat jalan, instalasi bedah, ICU, Radiologi dan
Kebidanan. Untuk laboratorium forensik letaknya di daerah non publik
(bukan area umum).
Dinding dilapisi oleh bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin dan
kedap air setinggi 1,5 m dari lantai (misalnya dari bahan keramik atau
porselen).
Lantai dan meja kerja laboratorium dilapisi bahan yang tahan terhadap
bahan kimia dan getaran serta tidak mudah retak.
Akses masuk petugas dengan pasien/pengunjung disarankan terpisah.
Pada tiap-tiang ruang laboratorium dilengkapi sink (wastafel) untuk cuci
tangan dan tempat cuci alat
Harus mempunyai instalasi pengolahan limbah khusus.
46
4. Alur kegiatan.
Alur kegiatan pada Instalasi laboratorium adalah sebagai berikut :
Pasien Rawat Inap
Pendaftaran
Pasien Umum
Loket Pembayaran
ASKES/ Jaminan
Lengkapi Berkas
Tim Pengendali
Pengambilan Sample/
Pemeriksaan
Nota Persetujuan
Ruang Tunggu
Hasil
47
Besaran Ruang /
Fungsi Ruangan
Luas
No.
Ruang ini digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan :
1. Pendataan persediaan darah,
permintaan dan pengambilan
darah untuk pasien.
2. Loket tempat pengisian formulir
permintaan darah oleh keluarga
pasien.
3. Loket tempat pengambilan darah
4. Loket tempat pembayaran.
Ruang di mana keluarga pasien/
pendonor menunggu. Ruang ini perlu
disediakan tempat duduk dengan
jumlah yang sesuai aktivitas
pelayanan.
Ruang tempat meletakkan lemari
pendingin
untuk
penyimpanan
kantong darah.
1.
Ruang Administrasi
x Loket Permintaan
Darah
x Loket Pengambilan
Darah
x Loket Pembayaran
2.
Ruang Tunggu
3.
Ruang Penyimpanan
Darah (Blood Bank Room)
4.
Laboratorium Skrining
Darah (Blood Screening
Lab.)
Ruang
tempat
penyaringan/
penapisan/ penyeleksian kualitas dan
keamanan darah.
5.
Ruang tempat
darahnya.
6.
Ruang Pemberian
Makanan Pasca Donor
7.
8.
Gudang
9.
KM/WC petugas
KM/WC
10.
KM/WC pendonor
KM/WC
pendonor
diambil
Kebutuhan Fasilitas
Tergantung
Kebutuhan
Tergantung jenis
dan jumlah
parameter alat
screening darah
Tergantung tempat
tidur pendonor
yang disediakan.
Tergantung
kebutuhan
Tergantung
kebutuhan
Lemari penyimpanan
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
3. Persyaratan Khusus
1. Laboratorium skrining darah dilengkapi bak pencuci (sink) untuk
membersihkan peralatan laboratorium.
48
Persediaan
Darah ada/
tidak
Ya
Tidak
Pemeriksaan Darah
Pendonor
Pengambilan Darah
dari Pendonor
Loket Pembayaran
Penyimpanan Darah
(Blood Bank)
49
Nama Ruangan
1.
2.
3.
Loket Pendaftaran,
pembayaran dan
pengambilan hasil
4.
5.
Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
e. Endoscopy
(Dilengkapi ruang kontrol
dan ruang mesin)
Sesuai Kebutuhan
Endoscopy unit
f. Electroenchepalograph
(EEG)
EEG unit
Sesuai Kebutuhan
h. Treadmil
Sesuai Kebutuhan
treadmil
Ruang Petugas
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Lemari arsip
Sesuai Kebutuhan
Perlengkapan dapur
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
6.
7.
Fungsi Ruangan
9.
Ruang Arsip
10.
11.
KM/WC petugas
3. Persyaratan Khusus
Lokasi IDT mudah dicapai, berdekatan dengan instalasi rawat jalan.
Ruang konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca film.
Persyaratan pengkondisian udara :
a. Suhu sejuk dan nyaman lingkungan ialah pada 22 ~ 26 OC dengan
tekanan seimbang.
b. Kelembaban udara pada ruang radiasi/pemeriksaan/penyinaran ialah
antara 45~60%.
50
4. Alur kegiatan.
1. Alur Pasien
PASIEN
-
Umum
ASKES/
Jamsostek/JPS
Loket
Pengambilan
Hasil
Ruang Tunggu
Ruang Pemeriksaan
No.
1.
2.
3.
4.
Nama Ruangan
Ruang Administrasi
Ruang Tunggu Keluarga
Jenazah
Ruang Duka
(dilengkapi toilet)
Fungsi Ruangan
Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
Ruang
tempat
menyemayamkan
jenazah sementara sebelum dibawa
pulang. Dilengkapi dengan ruang hias,
ruang tidur penunggu keluarga.
Gudang perlengkapan
Ruang Duka
Min. 9 m2
51
5.
Ruang
tempat
memandikan/
dekontaminasi serta pemulasaraan
jenazah (pengkafanan untuk jenazah
muslim/ pembalseman & pemulasaraan
lainnya untuk jenazah non-muslim) .
6.
Laboratorium Otopsi
Ruang
tempat
dokter
forensik
melakukan kegiatan otopsi jenazah
7.
8.
9.
10.
11.
12.
KM/WC petugas/
pengunjung
Min. 18 m2
Min. 24 m2
1 lemari pendingin
min. 21 m2
Sesuai Kebutuhan
Min. 6 m2
12 m2
Min. 9 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
KM/WC
3. Persyaratan Khusus
1. Kapasitas ruang jenazah minimal memiliki jumlah lemari pendingin 1%
dari jumlah tempat tidur (pada umumnya 1 lemari pendingin dapat
menampung r4 jenazah)/ tergantung kebutuhan.
2. Ruang jenazah disarankan mempunyai akses langsung dengan
beberapa instalasi lain yaitu instalasi gawat darurat, Instalasi Kebidanan
dan Penyakit Kandungan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral,
dan Instalasi ICU/ICCU.
3. Area tertutup, tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.
4. Area yang merupakan jalur jenazah disarankan berdinding keramik,
lantai kedap air, tidak berpori, mudah dibersihkan.
5. Akses masuk-keluar jenazah menggunakan daun pintu ganda/ double.
6. Disediakan garasi ambulan koroner/ mobil jenazah.
7. Disarankan disediakan lahan parkir khusus untuk pengunjung rumah
duka, jumlah disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Alur kegiatan.
Alur kegiatan pada Instalasi Pemulasaraan Jenazah adalah sebagai berikut :
Keluarga
Pasien
Administrasi
Ruang
Tunggu
Non-Infeksius
Jenazah RS
Infeksius
Jenazah yang
Dirujuk untuk di
Otopsi
Area
Dekontaminasi
Laboratorium
Otopsi
Area
Pemulasaraan
Ruang
Duka
R. Pendingin
Jenazah
52
Jenazah
Keluar
2.4.2.7
No.
Nama Ruangan
1.
Ruang Dekontaminasi
2.
Fungsi Ruangan
Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
8-25 m2
Min. 30 m2
53
Min. 9 m2
Ruang Prosesing /
Produksi
Min. 16 m2
5.
Ruang Sterilisasi
6.
Gudang Steril
7.
Gudang Barang/Linen/
Bahan Perbekalan Baru
3.
4.
8.
9.
Ruang Dekontaminasi
Kereta/Troli :
a. Area Cuci
b. Area Pengeringan
Ruang pencucian
perlengkapan
10.
11.
12.
13.
14.
15.
KM/WC petugas
Sesuai kebutuhan
12-25 m2
4-16 m2
Min. 6 m2
Min. 6 m2
9-25 m2
Min. 6 m2
Min. 9 m2
Loker
Min. 9-16 m2
Min. 6 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
3. Persyaratan Khusus
54
Lantai tidak licin, mudah dibersihkan dan tidak mudah menyerap kotoran
atau debu.
4. Alur kegiatan.
Alur kegiatan pada Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) adalah sebagai berikut:
Instrumen dan Linen
Bekas Pakai (;Reuse)
Barang/Linen/Bahan
perbekalan baru Masuk
Penerimaan
Dan
Pencatatan
Penerimaan &
Pencatatan
Barang Baru
Sortir (pencatatan
volume dan jenis barang)
Pengemasan &
Pelabelan
Perendaman
STERILISASI
Pencucian
Pengeringan
Kontrol Indikator
Sortir (Layak
disterilkan/ tidak)
Tidak
Kembalikan ke unit
pengiriman instrument/linen
Ya
Tidak
Ya
Gudang
Steril
Distribusi
Barang Keluar
55
2.4.2.8
No.
56
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
Besaran Ruang /
Kebutuhan Fasilitas
Luas
1.
+ 16 m2
2.
Min. 6 m2
3.
Min. 9 m2
4.
Ruang/Area Persiapan
Min. 18 m2
5.
Ruang Pengolahan/
Memasak dan
Penghangatan Makanan
Min. 18 m2
6.
Ruang Pembagian/
Penyajian Makanan
Ruang menyajikan/
mempersiapkan makanan
matang pada plato (piring
pasien) yang akan dikirimkan
dengan troli gizi
Min. 9 m2
7.
Ruang menyajikan/
mempersiapkan susu ke dalam
botol susu.
Min. 4 m2
8.
Ruang Cuci
@ min. 9 m2
Min. 6 m2
10.
Ruang Penyimpanan
Peralatan Dapur
Ruang penyimpanan
perlengkapan dapur bersih
Min. 9 m2
11.
Min. 6 m2
12.
Ruang Administrasi
13.
14.
Ruang Pengaturan/
Manifold Gas Elpiji
Ruang Penyimpanan
Tabung Gas Elpiji
Ruang
petugas
dapur
mengenakan APD (Sarung
tangan, celemek, sepatu, tutup
kepala, masker, dll)
Ruang
para
Petugas
melaksanakan kegiatan teknis
medis
gizi
klinik
serta
administrasi, keuangan dan
personalia
pada
instalasi
dapur.
Ruang tempat kepala lnstalasi
bekerja
dan
melakukan
kegiatan perencanaan dan
manajemen.
Ruang
tempat
diskusi/pertemuan
Ruang
penyimpanan
perlengkapan kebersihan
Ruang untuk pengendalian dan
pendistribusian uap
Ruang sentral pengendalian
listrik
Ruang untuk pengaturan
pemakaian gas elpiji
Untuk menyimpan tabung gas
elpiji
20.
Gudang Alat
21.
Ruang PKL
22.
23.
Ruang Nutrisionis
15.
Janitor
16.
Ruang Pengaturan/
Manifold Uap
17.
18.
19.
24.
KM/WC petugas
Min. 6 m2
Min. 9 m2
Min. 3 m2
3 m2 (sesuai
kebutuhan)
3 m2 (sesuai
kebutuhan)
4 m2 (tergantung
kebutuhan)
3 m2
Min. 16 m2
rak
+ 32 m2
+ 12 m2
+ 10 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
3. Persyaratan Khusus
1. Mudah dicapai, dekat dengan Instalasi Rawat Inap sehingga waktu
pendistribusian makanan bisa merata untuk semua pasien.
2. Letak dapur diatur sedemikian rupa sehingga kegaduhan (suara) dari
dapur tidak mengganggu ruangan disekitarnya.
3. Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah dan kamar jenazah.
4. Lantai harus dari bahan yang tidak berpori dan tidak licin.
5. Mempunyai area masuk bahan makanan mentah yang tidak bersilangan
dengan alur makanan jadi.
6. Harus mempunyai pasokan air bersih yang cukup dan memenuhi
persyaratan baku mutu air minum.
7. Pada area pengolahan makanan harus mempunyai langit-langit yang
tinggi dilengkapi ventilasi untuk pembuangan udara panas selama proses
pengolahan.
8. Pada dapur bangunan bertingkat harus disediakan fan pembuangan
(exhaust fan) dengan kapasitas ekstraksi minimal 60 Liter/detik yang
hanya boleh dioperasikan pada waktu memasak.
9. Harus dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran.
57
4. Alur kegiatan.
Alur kegiatan pengelolaan makanan pada Instalasi Dapur Utama dan Gizi
Klinik RS adalah sebagai berikut :
Ruang Penerimaan Bahan
Makanan
R. Penyimpanan
Bahan Makanan
Kering
Ruang Persiapan
Ruang Pengolahan
dan Penghangatan
Bahan Makanan
R. Penyajian Makanan
R. Penyimpanan
Perlengkapan
Ruang Pencucian
Peralatan
Distribusi Makanan,
Dan Minuman
Area untuk Wadah
Pembuangan Sementara
Sampah Dapur
Alur Peralatan
Alur Makanan
58
4.
5.
6.
7.
8.
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
1.
2.
3.
4.
Ruang Dekontaminasi/
perendamani Linen
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
KM/WC petugas
Besaran Ruang /
Luas
3~5 m2/ petugas
(min. 9 m2)
9-12 m2
Kebutuhan Fasilitas
Meja, kursi, lemari
berkas/arsip,
intercom/telepon, safety box
Meja, kursi, lemari
berkas/arsip,
intercom/telepon, safety box
Min. 12 m2
Min. 20 m2
Min. 16 m2
Min. 30 m2
Min. 8 m2
Min. 20 m2
Rak/lemari
Min. 6 m2
Keran,
pengering
selang,
alat
Min. 8 m2
Min. 8 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
lemari
Kloset, wastafel, bak air
59
3. Persyaratan Khusus
1. Tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran yang
memadai, air panas untuk desinfeksi dengan desinfektan yang ramah
terhadap lingkungan. Suhu air panas mencapai 700C dalam waktu 25
menit (/ 950C dalam waktu 10 menit) untuk pencucian pada mesin cuci.
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci
jenis-jenis linen yang berbeda.
3. Tersedia saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan pengolahan
awal (; pre-treatment) khusus laundry sebelum dialirkan ke IPAL RS.
4. Untuk linen non-infeksius (misalnya dari ruang-ruang administrasi
perkantoran) dibuatkan akses ke ruang pencucian tanpa melalui ruang
dekontaminasi.
5. Tidak disarankan untuk mempunyai tempat penyimpanan linen kotor.
6. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 103 spora spesies Bacillus per inci persegi.
4. Alur kegiatan.
Alur kegiatan pada Instalasi Pencucian Linen adalah sebagai berikut :
Troli Kotor
Linen Kotor
Ruang Dekontaminasi
Pencucian
Linen
Bak Pembilasan
Awal
Pengeringan
Linen
Bak Desinfeksi
(Perendaman)
Melipat Linen
Bak Pembilasan
Akhir
R. Dekontaminasi Troli
& Pengeringan
Penyetrikaan
Linen
R.Penyimpanan
Linen Bersih
R. Penyimpanan Troli
Bersih
CSSD
(Resterilisasi)
Tanpa Sterilisasi
60
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
Besaran Ruang /
Luas
1.
2.
Ruang Laboratorium
Kesehatan Lingkungan
3.
Sesuai kebutuhan
4.
Area Incenerator
Sesuai kebutuhan
5.
Area TPS
6.
KM/WC petugas
KM/WC
Sesuai kebutuhan
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
Kebutuhan Fasilitas
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
intercom/telepon, safety box
Bak cuci peralatan lab., gelas
ukur, ph meter, DO meter,
spektrofotometer, reagen,
bahan-bahan kimia, pipet, dll
Pompa, Bak ekualisasi, kolam
aerasi, bak pengendap, bak
desinfeksi, blower, kolam ikan,
dll
Alat pengeruk sampah, troli
sampah, sapu, incenerator
Alat pengeruk sampah, troli
sampah, sapu
Kloset, wastafel, bak air
3. Persyaratan Khusus
1. Lokasi incenerator dan IPAL jauh dari area pelayanan pasien dan
instalasi dapur rumah sakit.
2. Lingkungan sekitar incenerator dan IPAL harus dijaga jangan sampai
orang yang tidak berkepentingan memasuki area tersebut.
3. Segera dilakukan pembakaran limbah padat medis.
4. Pembuangan abu hasil pembakaran incenerator harus dilakukan secara
periodik.
5. Area Penampungan sementara limbah padat non-medis harus dijaga
kebersihan dan kerapihannya.
6. Bagi rumah sakit yang pemusnahan limbah padat medisnya di luar
rumah sakit, harus mengikuti persyaratan sebagai berikut :
a. Menyediakan tempat penampungan sementara limbah padat medis
dan limbah tersebut harus setiap hari diangkut dan dibuang keluar
rumah sakit.
b. Bila pengangkutan dan pembuangan limbah padat medis dilakukan
lebih dari 1 hari maka pewadahan dan area penampungan
sementaranya harus tertutup/ terisolasi. Waktu toleransi limbah padat
medis dengan kondisi tersebut maksimal 3 hari.
c. Area penampungan sementara limbah padat medis harus senantiasa
dijaga kebersihan dan kerapihannya.
61
4. Alur kegiatan.
Alur kegiatan pada Instalasi Sanitasi adalah sebagai berikut :
Instalasi Pengolahan
Air Limbah
Ruang Bedah
Ruang ICU
Laboratorium
KesLing
Instalasi Sanitasi
Instalasi Rawat Inap
Incenerator
Inst. Pemeliharaan
Sarana
Instalasi Dapur
Utama
No.
1.
62
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
Ruang tempat kepala Instalasi bekerja dan
melakukan
kegiatan
perencanaan
dan
manajemen.
Besaran Ruang /
Luas
Min. 8 m2
Kebutuhan Fasilitas
Meja, kursi, lemari
berkas/arsip,
intercom/telepon, safety box
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ruang
Administrasi
(pencatatan) dan Ruang
Kerja Staf
Ruang Rapat/ Pertemuan
Teknis
Ruang Studio Gambar dan
Arsip Teknis
Bengkel/ Workshop
Bangunan/Kayu
Bengkel/ Workshop metal/
logam
9.
Bengkel/
Workshop
Peralatan Medik (Optik,
Elektromedik, Mekanik)
Bengkel/
Workshop
penunjang medik.
Ruang Panel Listrik
10.
11.
Gudang
8.
12.
KM/WC petugas/
pengunjung
Min. 9 m2
Perlengkapan
metal/ logam
bengkel
Min. 16 m2
Perlengkapan
bengkel
peralatan elektromedik
Min. 9 m2
Perlengkapan
bengkel
peralatan mekanikal
Perlengkapan listrik, panel,
dll
Lemari/rak
Min. 9 m2
Lemari/rak
Min. 16 m2
Min. 8 m2
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
3. Persyaratan Khusus
Terletak jauh dari daerah perawatan dan gedung penunjang medik,
sebaiknya diletakan di daerah servis karena banyak menimbulkan
kebisingan.
4. Alur kegiatan.
Alur kegiatan pada Bengkel Mekanikal dan Elektrikal adalah sebagai berikut :
Gudang Spare Part
Spare Part
Ruang Pencatatan
Barang Masuk
Bengkel/ Workshop
Ruang
Pencatatan
Barang Keluar
Barang Rusak
Gudang
Barang Keluar
63
2.4.3
2.4.3.1
No.
64
Nama Ruangan
Fungsi Ruangan
Besaran Ruang /
Luas
1.
Ruang Direksi
Sesuai Kebutuhan
2.
Sesuai Kebutuhan
3.
Sesuai Kebutuhan
4.
Sesuai Kebutuhan
5.
Sesuai Kebutuhan
6.
Sesuai Kebutuhan
7.
Sesuai Kebutuhan
8.
Sesuai Kebutuhan
9.
Sesuai Kebutuhan
10.
Sesuai Kebutuhan
11.
Sesuai Kebutuhan
12.
Sesuai Kebutuhan
13.
Sesuai Kebutuhan
14.
Sesuai Kebutuhan
15.
Sesuai Kebutuhan
16.
Sesuai Kebutuhan
Kebutuhan Fasilitas
Meja, kursi, sofa, computer,
printer, lemari, lemari arsip, dan
peralatan kantor lainnya.
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja rapat, kursi, LCD projector,
layar, dll
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon, safety box
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
Meja, kursi, lemari berkas/arsip,
komputer, printer,
intercom/telepon
17.
Sesuai Kebutuhan
18.
Sesuai Kebutuhan
19.
Sesuai Kebutuhan
20.
Sesuai Kebutuhan
21.
22.
Ruang Tunggu
23.
Janitor
24.
25.
KM/WC
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Lemari/rak
Sesuai Kebutuhan
Perlengkapan
meja, sink
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3 m2
dapur,
kursi,
3. Persyaratan Khusus
Penempatan area penunjang umum dan administrasi sedapat mungkin
mudah dicapai.
65
BAGIAN III
PERSYARATAN UMUM BANGUNAN RUMAH SAKIT
3.1
3.1.1
Pemilihan lokasi.
(1)
(2)
Kontur Tanah
kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur,
dan harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu
kontur tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase,
kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain.
(3)
Fasilitas parkir.
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS sangat penting,
karena prasarana parkir dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak
lahan. Perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya adalah 1,5
s/d 2 kendaraan/tempat tidur (37,5m2 s/d 50m2 per tempat tidur)1 atau
menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi daerah setempat. Tempat
parkir harus dilengkapi dengan rambu parkir.
(4)
(5)
66
(6)
(7)
3.1.2
Massa Bangunan.
(1) Intensitas antar Bangunan Gedung di RS harus memperhitungkan jarak
antara massa bangunan dalam RS dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut ini :
a. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
b. Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
c. Kenyamanan;
d. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;
(2)
(3) Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang berlaku).
67
3.1.3
Zonasi.
Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit adalah zonasi
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan
privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan.
(1)
(2)
(3)
68
area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit,
umumnya area tertutup, misalnya seperti ICU/ICCU, instalasi bedah,
instalasi kebidanan dan penyakit kandungan, ruang rawat inap.
69
3.1.4
Kebutuhan luas lantai untuk rumah sakit umum ini disarankan + 80 m2.
(2)
Sebagai contoh, rumah sakit umum dengan kapasitas 300 tempat tidur,
kebutuhan luas lantainya adalah sebesar 80 (m2/tempat tidur) x 300 tempat
tidur = + 24.000 m2 .
(3)
70
Administrasi
3 ~ 3,5
1 ~ 1,5
Poliklinik
1 ~ 1,5
Pelayanan social
0,1
Pendaftaran
0,2
Dapur makanan
2,5 ~ 3,0
10
Fasilitas petugas
0,5 ~ 0,8
11
12
13
Rumah tangga/kebersihan
0,4 ~ 0,5
14
Manajemen material
0,4 ~ 0,5
15
Gudang pusat
2,5 ~ 3,5
16
Pembelian
17
Laundri
18
Rekam medis
0,5 ~ 0,8
19
0,2 ~ 0,3
20
21
Pengobatan nuklir
0,4 ~ 0,5
22
Ruang anak
0,4 ~ 0,5
23
Petugas
0,3 ~ 0,4
24
Farmasi
0,4 ~ 0,6
25
Ruang public
26
27
Therapi radiasi
0,8 ~ 1
28
Therapi fisik
1 ~ 1,2
29
Therapi okupasi
2,5 ~ 3
1,2 ~ 1,5
3~4
0,5 ~ 1
0,1
0,2
1 ~ 1,5
5~6
1 ~ 1,5
0,1 ~ 0,2
0,3 ~ 0,5
30
Ruang bedah
3,5 ~ 5
31
Sirkulasi
10 ~ 15
32
25 ~ 35
3.2
3.2.1
Prinsip umum.
(1)
(2)
(3)
(4)
3.2.3
Prinsip khusus.
(1)
(2)
71
GEDUNG
E
GEDUNG
C
GEDUNG B
GEDUNG
D
GEDUNG A
(4)
Pintu masuk dan lobi disarankan dibuat cukup menarik, sehingga pasien
dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama.
(5)
(6)
(7)
Koridor publik dipisah dengan koridor untuk pasien dan petugas medik,
dimaksudkan untuk mengurangi waktu kemacetan. Bahan-bahan, material
dan pembuangan sampah sebaiknya tidak memotong pergerakan orang.
Rumah sakit perlu dirancang agar petugas, pasien dan pengunjung mudah
orientasinya jika berada di dalam bangunan.
(8)
(9)
Alur pasien rawat jalan yang ingin ke laboratorium, radiologi, farmasi, terapi
khusus dan ke pelayanan medis lain, tidak melalui daerah pasien rawat
inap.
(10) Alur pasien rawat inap jika ingin ke laboratorium, radiologi dan bagian lain,
harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan.
72
IPAL
SERVICE
UTILITAS
MASJID
73
BAGIAN IV
PERSYARATAN TEKNIS SARANA RUMAH SAKIT
4.1.
Atap.
4.1.1
Umum.
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
4.1.2
Persyaratan atap.
(1)
(2)
4.2.
Penutup atap.
(a)
(b)
(c)
Rangka atap.
(a)
(b)
Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang baik
dan kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap.
(c)
Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang tidak
mudah berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat.
Langit-langit.
(1)
Umum.
Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
(2)
Persyaratan langit-langit.
(a)
(b)
(c)
4.3.
4.3.1
Umum.
Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, tahan api,
kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
74
4.3.2
Persyaratan dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(a)
(b)
lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung poripori) sehingga dinding tidak dapat menyimpan debu.
(c)
(d)
(e)
(f)
khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah
yang mudah terpicu api, maka dinding harus dari bahan yang tahan api,
cairan kimia dan benturan.
(g)
(h)
4.4.
Lantai.
4.4.1
Umum.
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
4.4.2
Persyaratan lantai.
Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
(a)
(b)
(c)
(d)
memiliki pola lantai dengan garis alur yang menerus keseluruh ruangan
pelayanan.
(e)
pada daerah dengan kemiringan kurang dari 70, penutup lantai harus dari
lapisan permukaan yang tidak licin (walaupun dalam kondisi basah).
75
(f)
khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah
yang mudah terbakar, maka bahan penutup lantai harus dari bahan yang
tahan api, cairan kimia dan benturan.
(g)
(h)
4.5.
Struktur Bangunan.
4.5.1
76
Umum.
(a)
(b)
Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruhpengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin
bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap
maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin,
pengaruh korosi, jamur, dan serangga perusak.
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(2)
4.5.2
Persyaratan Teknis.
(a)
(b)
2)
Struktur Atas
(1)
Umum.
Konstruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat dari konstruksi beton,
konstruksi baja, konstruksi kayu atau konstruksi dengan bahan dan
teknologi khusus
(2)
Persyaratan Teknis,
(a)
Konstruksi beton
Perencanaan konstruksi beton harus memenuhi standar teknis yang
berlaku, seperti :
(b)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Konstruksi Baja
Perencanaan konstruksi baja harus memenuhi standar yang berlaku
seperti :
1)
2)
3)
77
4)
(c)
Konstruksi Kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus memenuhi standar teknis yang
berlaku, seperti:
(d)
(e)
1)
2)
3)
4)
2)
78
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
4.5.3
Struktur Bawah
(1)
Umum.
Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa pondasi langsung
atau pondasi dalam, disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi
didirikannya rumah sakit.
(2)
Persyaratan Teknis.
(a)
(b)
Pondasi Langsung
1)
2)
3)
4)
Pondasi Dalam
1)
2)
3)
4)
5)
79
(c)
(d)
6)
7)
8)
9)
Keselamatan Struktur
1)
2)
3)
Keruntuhan Struktur
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak
diharapkan, pemeriksaan keandalan bangunan harus dilakukan
secara berkala sesuai dengan pedoman/petunjuk teknis yang
berlaku.
(e)
80
Persyaratan Bahan
1)
2)
3)
4)
4.6.
Pintu.
4.6.1
Umum.
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan
tempat untuk masuk dan ke luar dan pada umumnnya dilengkapi dengan
penutup (daun pintu).
4.6.2
Persyaratan.
(1)
(2)
(3)
Pintu Darurat
(4)
Pintu khusus untuk kamar mandi di rawat inap dan pintu toilet untuk
aksesibel, harus terbuka ke luar (lihat gambar 3.9.1), dan lebar daun pintu
minimal 85 cm.
81
4.7.
4.7.1
Umum.
Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas
umum lainnya
4.7.2
Persyaratan.
(1)
Toilet umum.
(a)
Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar oleh pengguna.
(b)
(c)
Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh
menggenangkan air buangan.
(d)
(e)
82
(b)
Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
(c)
(d)
(e)
Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering
tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh
orang yang memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa
dijangkau pengguna kursi roda.
(f)
Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh
menggenangkan air buangan.
(g)
(h)
(j)
83
BAGIAN V
PERSYARATAN TEKNIS
PRASARANA RUMAH SAKIT
5.1
5.1.1
(2)
(3)
(a)
(b)
(c)
Proteksi Bukaan
Seluruh bukaan harus dilindungi, dan lubang utilitas harus diberi penyetop
api (fire stop) untuk mencegah merambatnya api serta menjamin
pemisahan dan kompartemenisasi bangunan.
5.1.2
(2)
Hidran Halaman
Hidran halaman diperlukan untuk pemadaman api dari luar bangunan
gedung. Sambungan slang ke hidran halaman harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh instansi kebakaran setempat.
84
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Tanda Arah.
Bila suatu eksit tidak dapat terlihat secara langsung dengan jelas oleh
pengunjung atau pengguna bangunan, maka harus dipasang tanda
penunjuk dengan tanda panah menunjukkan arah, dan dipasang di koridor,
jalan menuju ruang besar (hal), lobi dan semacamnya yang memberikan
indikasi penunjukkan arah ke eksit yang disyaratkan.
(9)
5.2
85
5.2.1
(2)
Umum.
(a)
(b)
(c)
(d)
2)
3)
(c)
2)
3)
86
1)
(b)
(d)
(3)
5.2.2
(b)
(c)
(d)
(e)
2)
5.2.2.1 Umum
(1)
(2)
Nomor ruang.
(ii)
Kamar.
(iii)
Tempat tidur.
(iv)
Prioritas panggilan.
87
j)
88
Peralatan
Komunikasi
pada
Communication Equipment).
1)
(c)
Kabinet
Bedside
(;Beside
microphone/speaker.
b)
c)
tombol reser
d)
2)
3)
Pos darurat.
1)
2)
b)
c)
89
(d)
(e)
d)
e)
2)
b)
c)
(f)
Cordset.
1)
Umum.
Setiap cordset, harus :
a) panjangnya 1,8 meter atau 2,4 meter, jenis kabel fleksibel.
b) tidak korosif.
c) apabila cordset dilepas, panggilan darurat harus secara
otomatis memberitahukan panel kontrol SPP. Sinyal audible
dan visual harus tetap diaktifkan sampai cordset disisipkan
kembali, atau alat lain disisipkan yang secara teknis dapat
mematikan fitur panggilan otomatis.
d) gaya tarikan untuk mengaktifkan cordset sebesar 0,5 kg (1 lb).
e) tidak berubah warna.
2)
(g)
Sistem distribusi.
Setiap kabel yang digunakan dalam SPP harus asli dan bersertifikat,
diberi label pada setiap rel dan disetujui oleh instansi terkait.
90
(h)
Perlengkapan Instalasi.
1) Kabel.
Kabel harus termasuk semua penyambung, tali pengikat,
penggantung, klem dan sebaginya yang dibutuhkan untuk
melengkapi kerapihan instalasi.
2) Konduit.
Perlengkapan harus termasuk konduit, duct (saluran) kabel, rak
kabel, kotak penyambung, roset, plat penutup dan perangkat keras
lain yang diperlukan untuk melengkapi kerapihan dan keamanan,
dan memenuhi SNI 04-0225-2000, tentang Persyaratan Umum
Instalasi Listrik (PUIL 2000).
(3) Label.
Setiap komponen dari sub sistem harus diberi label.
(2).
Pengiriman.
Pengiriman bahan-bahan ke lokasi harus dalam kontainer asli tertutup,
jelas terlabel nama pengirim, model peralatan dan nomor erie
identifikasi, dan logo standar. Pengawas akan meneliti peralatan SPP
pada saat itu dan akan menolak terhadap item yang tidak memenuhi
syarat.
(b)
Penyimpanan.
Peralatan SPP harus disimpan dengan benar sebelum dipasang,
terlindung terhadap kerusakan.
(c)
Pemasangan.
1)
Umum.
a)
b)
c)
d)
e)
91
2)
f)
g)
h)
i)
lokasi
b)
92
setiap
Konduit.
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
3)
4)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Kotak outlet.
Kotak sinyal, kotak daya, kotak interface, kotak sambungan,
kotak distribusi, kotak persimpangan harus disediakan
seperti dipersyaratkan oleh rancangan sistem.
93
b)
Kotak belakang.
Kotak belakan harus disediakan langsung dari manufaktur
seperti dipersyaratkan oleh rancangan sistem yang disetujui.
c)
5)
Konektor.
Setiap konektor haru dirancang untuk ukuran kabel khusus yang
digunakan dan dipasang dengan perkakas yang disetujui
manufaktur.
6)
7)
Pembumian.
a)
Umum.
Semua peralatan yang dipasang harus dibumikan untuk
mengurangi bahaya kejutan. Total tahanan pembumian
maksimal harus 0,1 Ohm.
b)
(i)
Jika tidak ada netral arus bolak balik, salah satu panel
daya atau kotak kontak outlet, digunakan untuk kontrol
sistem, atau acuan pembumian.
(ii)
Kabinet/lemari.
Pembumian yang umum menggunakan kabel tembaga solid
berukuran #10 AWG harus digunakan pada seluruh
kabinet/lemari peralatan dan dihubungkan ke sitem
pembumian. Perlu disediakan sambungan pembumian yang
terpisah dan terisolasi dari setiap pembumian kabinet/lemari
peralatan ke sistem pembumian. Jangan mengikat kabel
pembumian peralatan bersama-sama.
5.3
5.3.1
(2)
Protektor Head
Protektor Head ada 2 macam :
1. Franklin
2. Elektrostatik
94
5.3.2
Konduktor
1. Konduktor biasa (menggunakan kabel DC)
2. Menggunakan kabel tri aksial
5.3.3
Pembumian
Impedansi pembumian RS yang menggunakan peralatan elektronik minimum 0,2
ohm.
Pembumian untuk peralatan medik dipisahkan dari pembumian instalasi
bangunan.
Jenis pembumian :
1. Pembumian langsung
2. Pembumian tidak langsung
5.4
Sistem Kelistrikan
Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah dioperasikan, diamati,
dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu dan tidak merugikan
lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta perancangan dan
pelaksanaannya harus berdasarkan PUIL/SNI.04-0225 edisi terakhir dan
peraturan yang berlaku
5.4.1
(2)
(3)
2)
Sistem instalasi listrik pada rumah sakit harus memiliki sumber daya
listrik darurat yang mampu melayani kelangsungan pelayanan
seluruh atau sebagian beban pada bangunan rumah sakit apabila
terjadi gangguan sumber utama.
2)
3)
95
Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyak
dan/atau busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan.
Tipe dari penghantar listrik harus disesuaikan dengan sistem yang dilayani.
5.4.3
5.4.4
2)
Peralatan pada papan hubung bagi seperti pemutus arus, sakelar, tombol,
alat ukur dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga
memudahkan pengoperasian dan pemeliharaan oleh petugas.
3)
4)
Bagian jaringan yang disebut pada butir (3) di atas, pasokan daya listriknya
harus dijamin dan mempunyai sumber/pasokan daya listrik darurat sesuai
ketentuan yang berlaku.
Panel-panel listrik
Instalasi Listrik
(1)
Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik, jaringan distribusi,
papan hubung bagi dan beban listrik.
Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati, dilakukan
peliharaan dan perbaikan, tidak membahayakan, mengganggu atau
merugikan bagi manusia, lingkungan, bagian bangunan dan instalasi
lainnya.
(2)
Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 220/380 Volt,
dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam
gedung adalah 20 KV, dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan
yang berlaku.
Untuk Rumah Sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari
PLN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan
listrik Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai
pedoman bahwa Rumah Sakit Kelas B mempunyai Kapasitas daya listrik r
1000 KVA, dengan perhitungan 2,75 KVA per Tempat Tidur (TT).
(3)
96
(4)
(5)
tersedia pada
(6)
(7)
(8)
Transformator Distribusi
1) Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan
dalam ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan
lantai yang kokoh, dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh
petugas.
2) Ruangan transformator harus diberi ventilasi yang cukup, serta
mempunyai luas ruangan yang cukup untuk perawatan dan perbaikan.
3) Bila ruang transformator dekat dengan ruang yang rawan kebakaran,
maka diharuskan mempergunakan transformator tipe kering.
(9)
5.4.5
5.4.6
Pemeliharaan
1)
Pada ruang panel hubung bagi, harus terdapat ruang yang cukup untuk
memudahkan pemeriksaan, perbaikan dan pelayanan, serta diberi ventilasi
cukup.
2)
3)
Persyaratan Teknis
Persyaratan sistem kelistrikan harus memenuhi:
1)
2)
97
3)
SNI 04-7018-2004 atau edisi terbaru; Sistem pasokan daya listrik darurat
dan siaga.
4)
SNI 04-7019-2004 atau edisi terbaru; Sistem pasokan daya listrik darurat
menggunakan energi tersimpan.
5)
Dalam hal masih persyaratan lainnya, atau yang belum mempunyai SNI,
dapat digunakan standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh
instansi yang berwenang.
5.5
5.5.1
(2)
98
Umum.
(a)
(b)
Persyaratan Teknis
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Udara segar harus dimasukkan langsung dari luar dan bukan udara
yang berasal dari lobi atau koridor tertutup.
(f)
(g)
Untuk sistem tata udara individu, seperti unit jendela dan unit split,
udara segar boleh dimasukkan langsung ke dalam ruangan.
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
Ruang pengolahan bahan obat, proses foto, dan proses kimia lainnya
yang dapat mencemari lingkungan, pembuangan udaranya harus
melalui penyaring dan pemroses untuk menetralisir bahan yang
terkandung di dalam udara buangan tsb sesuai ketentuan yang
berlaku.
5.5.2.
1)
2)
Umum.
(a)
Operasi
Suhu
(0C)
19 24
Kelembaban
(%)
45 60
Positif
Bersalin
24 26
45 60
Positif
Pemulihan/perawatan
22 24
45 60
Seimbang
Observasi bayi
21 24
45 60
Seimbang
Perawatan bayi
22 26
35 - 60
Seimbang
Perawatan premature
24 26
35 - 60
Positif
ICU
22 23
35 - 60
Positif
Jenazah/Otopsi
21 24
Negative
Penginderaan medis
19 24
45 60
Seimbang
No.
1
Tekanan
10
Laboratorium
22 26
35 - 60
Positif
11
Radiologi
22 26
45 60
Seimbang
12
Sterilisasi
22 30
35 - 60
Positif
13
Dapur
22 30
35 - 60
Seimbang
14
Gawat Darurat
19 24
45 60
15
Administrasi, pertemuan
21 24
16.
24 26
35 - 60
Positif
Seimbang
Positif
99
(b)
(2)
2)
3)
Persyaratan Teknis.
Untuk kenyamanan termal pada bangunan gedung harus memenuhi SNI
03-6572-2001 atau edisi terbaru; Tata cara perancangan sistem ventilasi
dan pengkondisian udara pada bangunan gedung.
5.6
Sistem Pencahayaan
(1)
Umum.
Setiap rumah sakit untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan
harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan/
mekanik, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
(2)
Persyaratan Teknis.
(a)
(b)
(c)
(d)
Tabel 5.6 Tabel Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruang atau Unit
N
o.
Ruang
atau Unit
Ruang
Intensitas Cahaya
(lux)
Warna
pasien
1
Ketera
ngan
- saat tidak
100 200
cahaya
tidur
maks. 50
sedang
- saat tidur
2
100
R. Operasi
umum
Meja
operasi
300 500
Warna
10.000 20.000
cahaya
sejuk
atau
sedang
tanpa
bayang
an
4
5
Anastesi,
pemulihan
Endoscopy,
lab
300 500
75 100
Sinar X
minimal 60
Koridor
Minimal 100
Tangga
Minimal 100
Administrasi
/kantor
Ruang
alat/gudang
1
1
1
2
1
3
1
4
Malam
hari
Minimal 100
Minimal 200
Farmasi
Minimal 200
Dapur
Minimal 200
Ruang cuci
Minimal 100
Toilet
Minimal 100
R. Isolasi
1
khusus
penyakit
Warna
0,1 0,5
cahaya
biru
Tetanus
1
Ruang luka
baker
100 200
5.7
5.7.1
Persyaratan Sanitasi
Persyaratan Sanitasi Rumah Sakit dapat dilihat pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
5.7.2
101
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Penyediaan Fasilitas air panas dan uap terdiri atas Unit Boiler, sistem
perpipaan dan kelengkapannya untuk distribusi ke daerah pelayanan.
Dalam rangka pengawasan kualitas air maka RS harus melakukan
inspeksi terhadap sarana air minum dan air bersih minimal 1 (satu) tahun
sekali.
Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 (dua)
kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan),
titik sampel yaitu pada penampungan air (;reservoir) dan keran terjauh dari
reservoir.
Kualitas air yang digunakan di ruang khusus, seperti ruang operasi.
RS yang telah menggunakan air yang sudam diolah seperti dari PDAM,
sumur bor dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan
pengolahan tambahan dengan cartridge filter dan dilengkapi dengan
desinfeksi menggunakan ultra violet.
Ruang Farmasi dan Hemodialisis : yaitu terdiri dari air yang dimurnikan
untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam
hemodialisis.
Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku.
Sistem Plambing air bersih/minum dan air buangan/kotor mengikuti
persyaratan teknis sesuai SNI 03-6481-2000 atau edisi terbaru, Sistem
Plambing 2000.
5.7.3
5.7.4
Umum
Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah,
dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
(2)
102
Persyaratan Teknis.
5.8
(a)
(b)
(c)
(d)
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan
cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
(e)
(f)
2)
3)
Umum.
Sistem gas medik yang dimaksud meliputi O2, N2O, Udara tekan Medik,
CO2, dan vakum medik. Sistem Instalasi Gas Medik harus direncanakan
dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
Sistem Instalasi Gas Medik :
1. Sistem Sentral Gas Medik
a)
b)
c)
(b)
103
khusus atau vakum, maka ketentuan tersebut hanya berlaku bagi gas
tersebut.
(c)
(d)
(j)
silinder
tanpa
warna
dan
104
(k)
(l)
5.9
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
2)
(b)
105
(c)
(d)
(e)
(f)
No.
Ruang pasien
1
45
- saat tidur
40
R. Operasi umum
45
Anastesi, pemulihan
45
Endoscopy, lab
65
Sinar X
40
Koridor
40
Tangga
45
Kantor/Lobi
45
45
10
Farmasi
45
11
Dapur
78
12
Ruang Cuci
78
13
Ruang Isolasi
40
14
80
106
5.10
(2)
Umum.
(a)
(b)
(c)
Persyaratan Teknis.
(a)
(b)
5.11
(c)
(d)
Umum.
Setiap bangunan RS bertingkat harus menyediakan sarana hubungan
vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi
bangunan RS tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga
berjalan/eskalator, dan/atau lantai berjalan/travelator.
(2)
Persyaratan Teknis.
(a)
(b)
(c)
107
5.11.1
Ramp.
(1)
Umum.
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan
tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan
tangga. Fungsi dapat digantikan dengan lift (fire lift)
UU RI No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung bagian ketiga pasal 18 perihal persyaratan keselamatan
(2)
Persyaratan Ramp.
(1)
(2)
Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 70) tidak boleh
lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih
rendah dapat lebih panjang.
(3)
(4)
Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk
memutar kursi roda dan stretcher, dengan ukuran minimum 160 cm.
108
109
Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur
sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
(6)
Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi
roda dari kursi roda atau stretcher agar tidak terperosok atau ke luar dari
jalur ramp.
Apabila berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau
persimpangan, harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan
umum.
4.11.2
(7)
(8)
Tangga.
(1)
Umum.
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang
dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan
dengan lebar yang memadai.
110
(2)
Persyaratan.
(1)
(2)
(3)
(3)
(4)
111
(5)
(6)
Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujungujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.
(7)
112
Umum.
Lift merupakan fasilitas lalu lintas vertikal baik bagi petugas RS maupun
untuk pasien. Oleh karena itu harus direncanakan dapat menampung
tempat tidur pasien.
(2)
5.12
Persyaratan.
(1)
Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar pintunya
tidak kurang dari 1,20 m untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur
dan stretcher bersama-sama dengan pengantarnya.
(2)
(3)
(4)
(5)
Sarana Evakuasi
(1)
Umum.
Setiap bangunan RS harus menyediakan sarana evakuasi bagi orang yang
berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat yang meliputi :
(2)
5.13
(a)
(b)
(c)
Persyaratan Teknis.
(a)
(b)
Umum.
Setiap bangunan RS, harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk
menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia
masuk dan keluar ke dan dari bangunan RS serta beraktivitas dalam
bangunan RS secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.
113
(2)
5.14
Persyaratan Teknis.
(a)
(b)
Prasarana/Sarana Umum.
(1)
(2)
Umum.
(a)
(b)
Persyaratan Teknis.
Perencanaan sarana dan prasarana dalam bangunan RS mengikuti:
114
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
Jumlah
Fasilitas
dan
BAGIAN VI
PENUTUP
6.1
Pedoman teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola
fasilitas pelayanan kesehatan, penyedia jasa konstruksi, Pemerintah Daerah, dan
instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan dan pengendalian
penyelenggaraan pembangunan bangunan fasilitas pelayanan kesehatan, guna
menjamin kesehatan penghuni bangunan dan lingkungan terhadap bahaya
penyakit.
6.2
Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatip, serta
penyesuaian Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B oleh
masing-masing daerah disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan
daerah.
6.3
115
KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ernst Neufert (Alih Bahasa : Sjamsu Amril), Data Arsitek, Edisi kedua, Jilid 1,
Penerbit Erlangga, 1995.
12.
Departemen
Kesehatan
RI,
Ditjen
Bina
Pelayanan
116
Medik,
Pedoman
PEDOMAN BANGUNAN RS :
RUANG OPERASI RUMAH SAKIT
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB - I
iii
Ketentuan Umum
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.3 Sasaran
1.4 Pengertian
1.5 Lingkup Materi Pedoman
1
1
2
2
11
BAB- II
Pedoman Teknis Arsitektur Dan Struktur Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
2.1 Umum
12
2.2 Alur Sirkulasi Kegiatan Ruangan Operasi
12
2.3 Pembagian Zona Pada Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit
15
2.4 Aksesibilitas Dan Hubungan Antar Ruang
17
2.5 Kebutuhan Ruang
18
2.6 Sarana Evakuasi Dan Aksesibilitas Penyandang Cacat
31
2.7 Persyaratan Struktur Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
32
BAB - III
33
33
33
41
47
Penutup
Kepustakaan
51
52
BAB - IV
iii
BAB I
KETENTUAN UMUM
1.1
Latar belakang.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 Bagian H,
ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan,
kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari
sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya
merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya upaya
kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional.
Dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 10 ayat (2) menyebutkan,
bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas ruang: .
d. ruang operasi; . .
Dalam Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9 butir (b) menyebutkan bahwa Persyaratan teknis
bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat,
anak-anak, dan orang usia lanjut.
Dalam rangka mendukung Undang-Undang No. 44 tersebut, maka perlu disusun pedoman teknis
bangunan rumah sakit ruang operasi yang memenuhi standar pelayanan,
keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Disamping itu pula, ruang operasimerupakan tempat diselenggarakannya tindakan pembedahan
secara elektif maupun akut, hal mana membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya yang
harus dicapai sesuai pedoman teknis ini.
1.2
PedomanTeknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi ini, dimaksudkan sebagai acuan teknis
penyediaan fasilitas fisikbangunan dan utilitasnya agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang memadai sesuai kebutuhan.
PedomanTeknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi bertujuan memberikan petunjuk agar
suatu perencanaan, perancangan dan pengelolaan bangunan ruang operasi di rumah sakit
memperhatikan kaidah-kaidah pelayanan kesehatan, sehingga bangunan ruang operasi yang akan
dibuat memenuhi standar keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bagi pasien dan
pengguna bangunan lainnya serta tidak berakibat buruk bagi keduanya.
1.3
Sasaran.
PedomanTeknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi iniakan menjadi acuan bagi pengelola
rumah sakit, khususnya pengelola ruang operasi dan dapat menjadi acuan bagi konsultan
perencana dalam membuat perencanaan bangunan ruang operasi, sehingga masing-masing pihak
dapat memiliki persepsi yang sama.
1.4
Pengertian.
1.4.1
Bangunan gedung.
konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu lingkungan, di atas tanah/perairan,
ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk tempat
tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya.
1.4.2
1.4.3
Prasarana
Benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu bangunan yang ada bisa berfungsi sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
1.4.4
suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan
pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus
lainnya.
1.4.5
Ruang Pendaftaran.
(1)
(2)
Ruang ini berada pada bagian depan Ruang OperasiRumah Sakit dengan dilengkapi loket,
meja kerja, lemari berkas/arsip, telepon/interkom.
(3)
Pasien bedah dan Pengantar (Keluarga atau Perawat) datang ke ruang pendaftaran.
(4)
(5)
(a)
(b)
(c)
1.4.6
Ruang di mana keluarga atau pengantar pasien menunggu. Di ruang ini perlu disediakan tempat
duduk dengan jumlah yang sesuai aktivitas pelayanan bedah. Bila memungkinkan, sebaiknya
disediakan pesawat televisi dan ruangan yang dilengkapi sistem pengkondisian udara.
1.4.7
(1)
(3)
1.4.8
Ruang tunggu pasien dimaksudkan untuk tempat menunggu pasien sebelum dilakukan pekerjaan
persiapan (preparation) oleh petugas Ruang Operasi Rumah Sakit dan menunggu sebelum masuk
ke kompleks ruang operasi. Apabila luasan area Ruang Operasi Rumah Sakit tidak
memungkinkan, kegiatan pada ruangan ini dapat di laksanakan di Ruang Transfer.
1.4.9
(1)
Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah sebelum memasuki ruang
operasi.
(2)
(3)
Petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengganti pakaian pasien bedah dengan pakaian
khusus pasien bedah.
(4)
Selanjutnya pasien bedah dibawa ke ruang induksi atau langsung ke ruang operasi.
Anastesi dapat dilakukan pada ruangan ini.Apabila luasan area Ruang Operasi Rumah Sakit tidak
memungkinkan, kegiatan anastesi dapat di laksanakan di kamar bedah.
1.4.12 Kamarbedah.
(1)
Kamarbedah digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan operasi dan atau
pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling
peralatanbedah.Kamarbedah harus dirancang dengan faktor keselamatan yang tinggi.
(2)
(3)
(4)
Setelah pasien bedah tidak sadar, selanjutnya proses bedah dimulai oleh Dokter Ahli Bedah
dibantu petugas medik lainnya.
Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan kamarbedah dan diawasi oleh perawat.
Pasien bedah yang ditempatkan di ruang pemulihan secara terus menerus dipantau karena
pasien masih dalam kondisi pembiusan normal atau ringan. Daerah ini memerlukan
perawatan berkualitas tinggi yang dapat secara cepat menilai pasien tentang status :
jantung, pernapasan dan physiologis, dan bila diperlukan melakukan tindakan dengan
memberikan pertolongan yang tepat.
(2)
Setiap tempat tidur pasien pasca bedah dilengkapi dengan minimum satu outlet Oksigen,
suction, udara tekan medis, peralatan monitor dan 6 (enam) kotak kontak listrik,
(3)
Kereta darurat (emergency cart) secara terpusat disediakan dan dilengkapi dengan
defibrillator, saluran napas (airway), obat-obatan darurat, dan persediaan lainnya.
(4)
Di beberapa rumah sakit, ruang pemulihan sering juga dinamakan ruang PACU(Post
Anaesthetic Care Unit).Komunikasi ruang pemulihan atau ruang PACUlangsung ke ruang
dokter bedah dan perawat bedah dengan perangkat interkom.Tombol panggil darurat
ditempatkan diseluruh Ruang Operasi Rumah Sakit.
Loker atau ruang ganti pakaian, digunakan untuk Dokter dan petugas medik mengganti
pakaian sebelum masuk ke lingkungan ruang operasi.
(2)
Pada loker ini disediakan lemari pakaian/loker dengan kunci yang dipegang oleh masingmasing petugas dan disediakan juga lemari/tempat menyimpan pakaian ganti dokter dan
perawat yang sudah disteril. Loker dipisah antara pria dan wanita.Loker juga dilengkapi
dengan toilet.
Ruang kerja.
(2)
1.4.18 ScrubStation.
(1)
Scrub station atau scrub up, adalah bak cuci tangan bagi Dokter ahli bedah dan petugas
medik yang akan mengikuti langsung pembedahan di dalam ruang operasi.
(2)
Bagi petugas medik yang tidak terlibat tidak perlu mencuci tangannya di scrub station.
(3)
(4)
Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus dipenuhi, antara lain :
(a)
Terdapat kran siku atau kran dengkul, minimal untuk 2 (dua) orang.
(b)
(c)
(d)
(e)
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan.
Spoolhoek terdiri dari :
(a)
(b)
(2)
(3)
Barang-barang kotor ini selanjutnya dikirim ke ruang Laundri dan CSSD (Central Sterilized
Support Departement).untuk dibersihkan dan disterilkan.
(4)
Ruang Laundri dan CSSD berada diluar Ruang Operasi Rumah Sakit.
Slop Sink
Service Sink
Ruang tempat penyimpanan instrumen yang telah disterilkan. Instrumen berada dalam
Tromol tertutup dan disimpan di dalam lemari instrumen. Bahan-bahan lain seperti kasa steril
dan kapas yang telah disterilkan juga dapat disimpan di ruangan ini.
(2)
Persediaan harus disusun rapih pada rak-rak yang titik terendahnya tidak lebih dari 8 inci (20
cm) dari lantai dan titik tertingginya tidak kurang dari 18 inci (45 cm) dari langit-langit.
Persediaan rutin diperiksa tanggal kadaluarsanya dan di bungkus secara terpadu.
(3)
Gam
mbar 1.4.25 Mesin an
nesthesi den
ngan 3 vapo
orizer dileng
gkapi ventila
ator dan mo
onitor
1.4.26 Ventilator.
Ventilator umumnya digunakan di ruang operasi
o
dan
n di ruang ICU untuk mengalirka
an ventilasii
mekanis ke
e paru-paru
u.
Ventilator berfungsi sebagai
s
alat bantu perrnapasan pada
p
pasien
n yang dala
am kondisi fisik cukup
p
lemah. Pe
enggunaannya di ka
amar bedah
h bersama
a sama de
engan mesin aneste
esi, sepertii
ditunjukkan
n pada gam
mbar 1.4.26..
Ventilator dioperasika
an dengan pemipaan sentral gas (oksigen atau udara
a tekan) attau silinderr
oksigen, atau dengan
n kompreso
or udara listrik yang diletakkan di mana saja, jika tersed
dia tekanan
n
sebesar 3,,5 bar samp
pai 4 bar. Sistem
S
ini cukup
c
aman
n di mana sirkit
s
aliran gas dan sirkit gas ke
e
pasien sep
penuhnya te
erpisah, dan tidak ada
a aliran gas bertekanan
n tinggi diallirkan ke pa
asien. Jeniss
alat ini sep
perti ditunjukkkan pada gambar
g
1.4
4.26
Gamb
bar 1.4.26 : Ventilator dengan
d
sum
mber pengg
gerak sentra
al gas.
Penempata
an ceiling pendant untuk memo
onitor kond
disi pasien diletakkan berhadapa
an dengan
n
Dokter bed
dah dan yan
ng lainnya ditempatkan
d
n dekat den
ngan mesin anestesi,
1.4.28 Alat
A Monito
or
Alat monittor yang umum terda
apat di rua
ang operasi berfungsi untuk me
erekam aktiivitas listrikk
jantung. Selain
S
itu alat
a
ini juga
a dilengkap
pi dengan perlengkapa
p
an untuk m
memonitor parameter-parameter tubuh lainn
nya.
1.4.30 Aspirator.
A
Aspirator yang
y
digunakan dalam
m kamar be
edah dapatt dibagi dallam 2 jeniss, yaitu asp
pirator yang
g
digunakan oleh dokte
er bedah untuk
u
meng
ghisap dara
ah, atau za
at lain dari tubuh pasien selama
a
han disebut aspirator bedah
b
(lihatt gambar 1..4.30), dan aspirator yyang diguna
akan dokterr
pembedah
anestesi untuk
u
menghisap lendir di tenggo
orokan pasie
en disebut aspirator te
enggorokan
n. Aspiratorr
tenggoroka
an selain digunakan di
d kamar be
edah, juga digunakan
d
di ruang IC
CU/ICCU da
an di ruang
g
rawat inap.
1.4.31 Suction Un
nit.
Suction Un
nit adalah alat
a yang digunakan
d
u
untuk
memperoleh daya hisap dengan mela
alui pompa
a
suction/vakkum, yang menyatu dengan un
nit aspirato
ornya. Peng
ggunaannya
a terutama
a di kamarr
bedah, ata
au dilokasi la
ain, seperti ICU/ICCU dan ruang perawatan.
p
10
1.5
Lingkup Materi
M
Pe
edoman.
Lingkup materi
m
Pedo
oman Teknis Banguna
an Ruang Operasi Ru
umah Sakit ini melipu
uti sebagaii
berikut :
(1)
uan Umum..
Bab I : Ketentu
mem
mberikan ga
ambaran umum yang
g meliputi latar
l
belaka
ang, maksud dan tujjuan, serta
a
lingkkup materi pedoman.
p
(2)
Bab II :Pedom
man Teknis
s Arsitektu
ur dan Stru
uktur Bang
gunan Rua
ang Opera
asi Rumah
h
Sakit.
mberikan ga
ambaran m
mengenai alur kegiatan pada ba
angunan Ru
uang Opera
asi Rumah
h
mem
Sakitt, kebutuhan ruang, zo
oning dan persyaratan umum kom
mponen ban
ngunan insta
alasi bedah
h
.
(3)
R
Ope
erasi Ruma
ah Sakit.
Bab III :Pedoman Teknis Prasarana (Utilitas) Ruang
mberikan gambaran
g
an yang memenuhii
mem
mengenai persyarattan utilitass banguna
persyyaratan kesselamatan bangunan,
b
k
kesehatan
bangunan,
b
k
kenyamana
an dan kemudahan.
(4)
Bab IV : Penutu
up.
11
BAB II
PEDOMAN TEKNIS
ARSITEKTUR DAN STRUKTUR
BANGUNAN RUANG OPERASI RUMAH SAKIT
2.1
Umum.
(1)
Setiap bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan
kondisi khusus lainnya.
(2)
Fungsi bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dikualifikasikan berdasarkan tingkat sterilitas
dan tingkat aksesibilitas.
2.2
12
Alur sirkulasi (pergerakan) ruang pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit ditunjukkan pada
gambar 2.2, dan dijelaskan sebagai berikut :
(1)
(2)
Pasien.
(a)
Pasien, umumnya dibawa dari ruang rawat inap menuju ruang operasi menggunakan
transfer bed.
(b)
Perawat ruang rawat inap atau perawat ruang operasi, sesuai jadwal operasi,
membawa pasien ke ruang pendaftaran untuk dicocokkan identitasnya, apakah sudah
sesuai dengan data yang sebelumnya dikirim ke ruang administrasi ruang operasi dan
sudah dipelajari oleh dokter bedah bersangkutan.Pengantar pasien dipersilahkan untuk
menunggu di ruang tunggu pengantar.
(c)
Dari ruang pendaftaran, pasien dibawa ke ruang transfer, di ruang ini, pasien
dipindahkan dari transfer bed ke transfer bed ruang bedah menuju ruang persiapan.
(d)
Di ruang persiapan pasien dibersihkan, misalnya dicukur pada bagian rambut yang
akan dioperasi, atau dibersihkan bagian-bagian tubuh lain yang dianggap perlu,
(e)
Apabila, pada saat pasien selesai dibersihkan ruang operasi masih digunakan untuk
operasi pasien lain, pasien ditempatkan di ruang tunggu pasien yang berada di
lingkungan ruang operasi.
(f)
Setelah tiba waktunya, pasien dibawa masuk ke ruang induksi (bila ada), yang mana,
pasien diperiksa kembali kondisi tubuhnya, menyangkut tekanan darah, detak jantung,
temperatur tubuh, dan sebagainya.
(g)
Apabila kondisi tubuh pasien cukup layak untuk dioperasi, pasien selanjutnya masuk
ke ruang bedah, untuk dilakukan operasi pembedahan.
(h)
Selesai dilakukan pembedahan, pasien yang masih dipengaruhi oleh bius dari zat
anestesi, selanjutnya dibawa ke ruang pemulihan (recovery room). Ruang ini sering
juga dinamakan ruang PACU (Post Anesthesi Care Unit).Bila dianggap perlu, pasien
bedah dapat juga langsung dibawa ke ruang perawatan intensif (ICU).
(i)
Apabila bayi yang dioperasi, setelah dioperasi bayi tersebut selanjutnya dibawa masuk
ke ruang resusisitasi neonatal (dibeberapa rumah sakit, jarang ruang resisutasi
neonatal ini berada di ruang operasi, biasanya langsung dibawa ke ruang perawatan
intensif bayi (NICU), yang berada di bagian melahirkan (Ginekologi).
(j)
Apabila pasien bedah kondisinya cukup sadar, pasien dibawa ke ruang rawat inap,
Paramedis.
1)
2)
13
(b)
(3)
3)
4)
Setelah siap, Dokter bedah akan memeriksa kembali seluruh peralatan bedah
yang diperlukan, dan mengujinya bila diperlukan.
5)
Dokter.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Dokter, staf yang membantu operasi selanjutnya masuk ke ruang operasi untuk
melakukan pembedahan. Sebelum melakukan operasi, Dokter biasanya
melakukan penyesuaian posisi meja operasi dan lampu operasi yang lebih
nyaman, demikian pula dengan posisi troli peralatan operasi.
7)
Alur Material/bahan.
(a)
Material/bahan bersih/steril.
Material/bahan bersih untuk kebutuhan kamar bedah diambil dari :
14
1)
2)
3)
(b)
Material kotor/bekas.
1)
2.3
b)
2.3.1
Ruangan-ruangan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dapat dibagi kedalam
beberapa 5 zona (lihat gambar 2.3.1).
Gambar 2.3.1Pembagian zona pada bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit
Keterangan :
1=
2=
3=
4=
5=
(1)
(2)
15
Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 3.520.000 partikel dengan dia.
0,5 m (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).
(3)
(4)
Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter, Hepa
Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini mempunyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 m (ISO 7 - ISO
14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).
(5)
2.3.2
Alasan mempunyai sistem zona pada bangunan ruang operasi rumah sakit adalah untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi (infection control) oleh micro-organisme dari rumah sakit
(area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi.
2.3.3
Konsep zona dapat menimbulkan perbedaan solusi sistem air conditioning pada setiap
zona, Ini berarti bahwa staf dan pengunjung datang dari koridor kotor mengikuti ketentuan pakaian
dan ketentuan tingkah laku yang diterapkan pada zona.
2.3.4
Aliran bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi Rumah Sakit juga harus
memenuhi ketentuan yang spesifik.
2.3.5
Aspek esensial/penting dari zoning ini dan layuot/denah bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim anestesi, pasien dan setiap pengunjung dan aliran
bahan steril dan kotor.
2.3.6
Dengan sistem zoning ini menunjukkan diterapkannya minimal risiko infeksi pada paska
bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh :
(1)
(2)
mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien mempunyai
kelainan dari apa yang akan dibedah.
(b)
(c)
16
Denah (layout) sarana Ruang Operasi Rumah Sakit. Jalur yang salah dari aliran
barang bersih dan kotor dan lalu lintas orang dapat dengan mudah terjadi infeksi
silang.
(b)
Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi silang yang disebabkan oleh alur
sirkulasi barang bersih dan kotor dan alur sirkulasi orang, maka harus dilengkapi
dengan standar-standar prosedur operasional.
(c)
(d)
Aliran udara. Udara dapat langsung (melalui partikel debu pathogenic) dan tidak
langsung (melalui kontaminasi pakaian, sarung tangan dan instrumen) dapat
menyebabkan kontaminasi.Oleh karena itu, sistem pengkondisian udara mempunyai
peranan yang sangat penting untuk mencegah kondisi potensial dari kotaminasi yang
terakhir.
2.4
2.4.1
Aksesibiltas.
Umumnya, sarana Ruang Operasi Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan aksesibilitas tempat
tidur.Ini berarti bahwa ruang operasi, area persiapan dan lain-lain, dan area lalu lintas yang
bersebelahan dengannya harus aksesibel untuk tempat tidur.
Selanjutnya, kebutuhan tempat tidur harus dapat melalui area jalur lalu lintas.
Tabel 2.4.1 menunjukkan kesimpulan persyaratan dasar yang berhubungan dengan aksesibilitas
dari sarana Ruang Operasi Rumah Sakit, dimana sejauh ini mempunyai konsekuensi terhadap
lebar ruang/area atau lorong ke ruangan/area.
Tabel 2.4.1 - Persyaratan dasar aksesibilitas
Keterangan area
Persyaratan minimum
2,30 m
2,40 m
1,10 m
2.4.2
Persyaratan dasar berikut diterapkan untuk hubungan antar ruang dalam bangunan (sarana)
instalasi bedah.
(1)
Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit harus bebas dari lalu lintas dalam lokasi
rumah sakit, dalam hal ini lalu lintas melalui bagian Ruang Operasi Rumah Sakit tidak
diperbolehkan.
(2)
Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit secara fisik disekat rapat oleh sarana airlock di lokasi rumah sakit.
(3)
Kompleks ruang operasi adalah zone terpisah dari ruang-ruang lain pada bangunan (sarana)
Ruang Operasi Rumah Sakit.
(4)
Petugas yang bekerja dalam kompleks ruang operasi harus diatur agar jalur yang
dilewatinya dari satu area steril ke lainnya dengan tidak melewati area infeksius.
17
2.5
Kebutuhan Ruang
2.5.1
Denah (Layout).
Ruang operasi untuk bedah minor atau tindakan endoskopi dengan pembiusan lokal,
regional atau total dilakukan pada ruangan steril.
Ruang Induksi dan ruang penyiapan alat untuk bedah minor dapat dilakukan di ruang
operasi dan bak cuci tangan (scrub-up) ditempatkan berdekatan dengan bagian luar ruangan
ruang operasi ini.
Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor, 36 m2, dengan
ukuran ruangan panjang x lebar x tinggi adalah 6m x 6m x 3 m.
18
(b)
Meja Operasi.
(2)
(3)
Mesin Anestesi dengan saluran gas medik dan listrik menggunakan pendan anestesi
atau cara lain.
(4)
Peralatan monitor bedah, dengan diletakkan pada pendan bedah atau cara lain.
(5)
Film Viewer.
(6)
Jam dinding.
(7)
(8)
(9)
Denah (Layout)
Kamar operasi umum menyediakan lingkungan yang sterile untuk melakukan tindakan
bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total.
Kamar operasi umum dapat dipakai untuk pembedahan umum dan spesialistik termasuk
untuk ENT, Urology, Ginekolog, Opthtamologi, bedah plastik dan setiap tindakan yang tidak
membutuhkan peralatan yang mengambil tempat banyak.
19
Gambar 2.5.1.2.B Contoh suasana ruang operasi umum (general) (42 m2)
Contoh denah (layout) dari ruang operasi umum ini seperti ditunjukkan pada gambar
2.5.1.2.A, dan suasananya seperti ditunjukkan pada gambar 2.5.1.2.B.
Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan umum minimal 42 m2,
dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7mx6mx3m.
(b)
(3)
Peralatan kesehatan utama minimal yang berada di kamar ini antara lain :
1)
2)
1 (satu) set lampu operasi (Operation Lamp), terdiri dari lampu utama dan lampu
satelit.
3)
2 (dua) set Peralatan Pendant (digantung), masing-masing untuk pendan anestesi dan
pendan bedah.
4)
5)
Film Viewer.
6)
Jam dinding.
7)
8)
9)
10)
dan lain-lain.
Denah (layout).
Kamar Besar menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan tindakan bedah
dengan pembiusan lokal, regional atau total.
Ruang operasi besar dapat digunakan untuk tindakan pembedahan yang
membutuhkan peralatan besar dan memerlukan tempat banyak, termasuk diantaranya
untuk bedah Neuro, bedah orthopedi dan bedah jantung.
20
Kebutuhan area ruang operasi besar minimal 50 m2, dengan ukuran panjang x lebar x
tinggi adalah 7.2m x 7m x 3m.
(b)
(4)
2)
3)
1 (satu) ceiling pendant untuk outlet gas medik dan outlet listrik,
4)
5)
dan sebagainya.
Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan dan tahan
terhadap api.
2)
Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan anti
bakteri.
3)
Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik.
21
22
4)
Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan bertambahnya
umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu tingkat tahanan listrik
lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan harus memenuhi persyaratan
yang berlaku.
5)
Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman basah.
6)
7)
8)
(b)
Komponen dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(c)
1)
2)
Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3)
4)
Hubungan/ pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk melancarkan arus
aliran udara.
5)
Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya
sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
6)
7)
Alternatif lain bahan dinding yaitu dinding sandwich galvanis, 2 (dua) sisinya dicat
dengan cat anti bakteri dan tahan terhadap bahan kimia, dengan sambungan
antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga memberikan dinding
tanpa sambungan (;seamless).
8)
Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
(d)
1)
harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti
bakteri.
2)
memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu.
3)
4)
5)
Pintu masuk ruang operasi atau pintu yang menghubungkan ruang induksi dan
ruang operasi.
a)
disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka
tutup secara otomatis.
23
2)
3)
4)
24
b)
Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup
dengan menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau
menggunakan sensor, namun dalam keadaan listrikpenggerak pintu rusak,
pintu dapat dibuka secara manual.
c)
d)
e)
Lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jeniscat anti bakteri
& jamur dengan warna terang.
f)
b)
c)
Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan dicat
jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
d)
b)
c)
Lebar pintu/jendela 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system)
dan dicat jenis duco dengan cat anti bakteri/ jamur dengan warna
terangdan dicat jenis duco dengan warna terang.
d)
b)
2.5.2.
c)
Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil dan dicat jenis duco dengan cat anti
bakteri/ jamur dengan warna terang.
d)
Denah (layout).
Contoh denah (layout) ruang induksi atau sering juga disebut sebagai ruang anastesi
ditunjukkan pada gambar 2.5.2.1.
Pasien bedah menunggu di ruangan ini, apabila belum siap. Pembiusan lokal, regional dan
total dapat dilakukan diruangan ini. Ruangan harus tenang, dan ruangan ini terbebas dari
bahaya listrik.
Area ruang induksi (preoperatif) yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 15 m2.
(2)
Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/gesekan peralatan dan tahan
terhadap api (vinil anti gores).
2)
3)
Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik.
4)
Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan bertambahnya
umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu tingkat tahanan listrik
lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan harus memenuhi persyaratan
yang berlaku.
25
(b)
5)
Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman basah.
6)
7)
8)
Komponen dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(c)
1)
Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak
berjamur.
2)
Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3)
4)
5)
Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, disarankan tidak
punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
(d)
1)
harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti
bakteri.
2)
memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu.
3)
26
disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka
tutup secara otomatis.
b)
Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup
dengan menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau
menggunakan sensor, namun dalam keadaan listrik penggerak pintu rusak,
pintu dapat dibuka secara manual.
c)
d)
e)
Lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti
bakteri & jamur dengan warna terang.
f)
2)
b)
c)
Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan dicat
jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
d)
Denah (layout).
Denah ruang penyiapan peralatan/instrumen untuk kebutuhan pembedahan pasien
ditunjukkan pada gambar 2.5.2.2.
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan bahan-bahan bersih dan steril
yang dipakai serta peralatan/instrumen untuk pembedahan pasien, penyimpanan dan
penyiapan obat terjamin keamanannya, termasuk cairan suntik.
27
Ruangan ini juga berfungsi sebagai area penyimpanan alternatif trolley obat.Ruangan
menyediakan tempat penyimpanan obat-obat berbahaya, sesuai ketentuan yang berlaku.
Hanya petugas yang berkepentingan boleh masuk ke dalam ruaangan ini.Luas area ruangan
ini sebaiknya 14 m2.
(2)
(b)
Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan dan tahan
terhadap api (vinil anti gores).
2)
3)
Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan bertambahnya
umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu tingkat tahanan listrik
lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan harus memenuhi persyaratan
yang berlaku.
4)
Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman basah.
5)
Komponen dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(c)
1)
Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak
berjamur.
2)
Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3)
4)
Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat dan mudah
dibersihkan.
Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
(d)
1)
harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur.
2)
memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu.
3)
Pintu.
1)
28
b)
c)
Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil dan dicat jenis duco dengan cat anti
bakteri/ jamur dengan warna terang.
d)
2)
b)
Pintu tidak boleh dibiarkan sering terbuka, untuk itu pintu dilengkapi
dengan alat penutup pintu (door closer).
2.5.2.3 Airlock.
Jika dibuat menggunakan airlock yang menyediakan akses ke ruang operasi, area yang
digunakan sekurang-kurangnya 20 m2.
2.5.2.4 Ruang Pemulihan
Ruang pemulihan minimal mempunyai kapasitas tempat tidur 1,5 kali jumlah ruang operasi. Area
yang digunakan per tempat tidur sekurang-kurangnya 15 m2. Jarak antara tempat tidur pemulihan
sekurang-kurangnya 1,50 m.
2.5.2.5 Ruang Scrub Up
Ruang/area scrub stationminimal membutuhkan luas + 6 m2.
2.5.2.6 Ruang Resusitasi Bayi/ Neonatus
Ruang ini minimal mempunyai luas yang dapat menampung minimal 2 inkubator bayi beserta
perlengkapan resusitasi bayi, yaitu + 12m2.
2.5.2.7 Ruang Linen
Ruang ini mempunyai luas + 6 m2.
2.5.2.8 Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah
Ruang ini terdiridari :
(1)
(2)
(3)
2.5.3.
29
2.5.4.
30
2.6
2.6.1
Sarana evakuasi.
(1)
Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi
sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur evakuasi yang dapat
dijamin kemudahan pengguna bangunan rumah sakit untuk melakukan evakuasi dari
dalam bangunan rumah sakit secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan
darurat.
(2)
Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur evakuasi
disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, jumlah dan kondisi
pengguna bangunan rumah sakit, serta jarak pencapaian ke tempat yang aman.
(3)
Sarana pintu eksit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda arah yang mudah
dibaca dan jelas.
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan sarana evakuasi mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
2.6.2
2.7.
Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk
menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk ke
dan ke luar dari bangunan rumah sakit serta beraktivitas dalam bangunan rumah sakit
secara mudah, aman nyaman dan mandiri.
(2)
Fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud meliputi toilet, telepon umum, jalur
pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi penyandang cacat dan
lanjut usia.
(3)
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas dan ketinggian
bangunan rumah sakit.
(4)
(1)
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan
stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan
konstruksinya.
(2)
(3)
Dalam perencanaan struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit terhadap pengaruh
gempa, semua unsur struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, baik bagian dari sub
struktur maupun struktur bangunan, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa
rancangan sesuai dengan zona gempanya.
31
(4)
Struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus direncanakan secara detail sehingga
pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan,
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit menyelamatkan diri.
(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa dan/atau angin,
dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
32
BAB III
PEDOMAN TEKNIS
PRASARANARUANG OPERASI RUMAH SAKIT
3.1.
Umum.
(1)
Setiap prasarana Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan pekerjaan instalasi dan jaringan
yang menyatu dengan bangunan dan lingkungannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang bertujuan memfungsikan bangunan sebagai
tempat perawatan pasien.
(2)
Keandalan operasional dari prasarana di dalam ruang operasi bangunan rumah sakit
menjadi dasar perancangan dan pemeliharaan dari instalasi utilitas rumah sakit.
3.2
Prasarana.
3.2.1
Prasarana yang dibutuhkan pada ruang operasi bangunan rumah sakit, meliputi :
(1)
Instalasi Mekanikal;
(2)
Instalasi Elektrikal;
(3)
3.3
Instalasi Mekanikal.
(2)
(3)
(4)
3.3.1
(2)
Instalasisanitasi; dan
(3)
Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air
bersih dan sistem distribusinya.
(2)
Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya
yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3)
Air bersih yang akan digunakan untuk cuci tangan di scrub up (scrub station), harus di filter,
dengan menggunakan 3 jenis filter :
(a)
prefilter;
33
(4)
(b)
medium filter yang menyaring air bersih sampai dengan 5 micron; dan
(c)
micro filter (fine) filter yang menyaring air bersih sampai dengan 2 micron.
Perencanaan sistem distribusi air bersih pada bangunan ruang operasi harus memenuhi
debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
Instalasi pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
(2)
Pertimbangan jenis air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem
pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan.
(3)
Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk sistem
pengolahan dan pembuangannya. Air kotor dan/atau air limbah yang berasal dari buangan
kamar bedah dan dibuang melalui slope sink atau service sink, diproses terlebih dahulu
sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
(4)
Air kotor berasal dari toilet, dapat langsung di salurkan ke instalasi pengolahan air limbah.
Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
(2)
(3)
Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan
dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan
lingkungannya.
(4)
Kotoran kamar bedah ditempatkan dalam bentuk wadah kontainer, ditutup rapat, dan di
bakar di tempat pembakaran (incinerator).
3.3.2
(1)
(2)
Gas Oksigen;
(b)
(c)
(d)
(c)
Dalam sentral gas medik, Oksigen, Nitrous Oksida, Carbon dioksida, udara tekan medik dan
udara tekan instrumen disalurkan dengan pemipaan ke ruang operasi.
Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada langit-langit, atau digantung di langit-langit
(ceiling pendant).
34
(3)
Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang lain, sebuah
lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel berbunyi, pasokan oksigen dan
nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari panel-panel yang berada di koridor-koridor,Bel
dapat dimatikan, tetapi lampu indikator yang memonitor gangguan/kerusakan yang terjadi
tetap menyala sampai gangguan/kerusakan teratasi.
(4)
Selama terjadi gangguan, dokter anestesi dapat memindahkan sambungan gas medisnya
yang semula secara sentral ke silinder-silinder gas cadangan pada mesin anestesi.
3.3.3
Sistem Ventilasi
(1)
Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan terkontrol.
Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah pengumpulan gasgas anestesi dalam ruangan.
(2)
disarankanpertukaran udara di ruang bedah dua puluh lima kali per jam.
(3)
Filter microbial dalam saluran udara pada ruang bedah tidak menghilangkan limbah gas-gas
anestesi. Filter penyaring udara praktis hanya menghilangkan partikel-partikel debu.
(4)
Jika udara pada ruang bedah disirkulasikan, kebutuhan sistem buangan gas anestesi
(scavenging) untuk gas (penghisapan gas) adalah mutlak, terutama untuk menghindari
pengumpulan gas anestesi yang merupakan risiko berbahaya untuk kesehatan anggota tim
bedah.
(5)
(6)
Sistem pengaliran udara searah dibuat dalam satu kotak dalam kamar operasi. Udara
disaring dengan menggunak high efficiency particulate filter (HEPA Filter).
(7)
Sistem ventilasi dalam ruang operasi harus terpisah dari sistem ventilasi lain di rumah sakit.
(8)
Tekanan dalam setiap ruang operasi harus lebih besar dari yang berada di koridor-koridor,
ruang sub steril dan ruang pembersih (daerah scrub) (tekanan positip).
(9)
Tekanan positip diperoleh dengan memasok udara dari diffuser yang terdapat pada langitlangit ke dalam ruangan. Udara dikeluarkan melalui return grille yang berada pada + 20 cm
diatas permukaan lantai.
(10) Organisme-organisme mikro dalam udara bisa masuk ke dalam ruangan, kecuali tekanan
positip dalam ruangan dipertahankan.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
mengikuti SNI 03 6572 2001, Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian
udara pada bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
35
3.3.4
Studi sistem distribusi udara ruang operasi menunjukkan bahwa penyaluran udara dari
langit-langit, dengan gerakan ke bawah menuju inlet pembuangan yang terletak di dinding
yang berlawanan, merupakan aliran udara yang paling efektif untuk menjaga pola gerakan
konsentrasi kontaminasi pada tingkat yang dapat diterima.
Langit-langit yang sepenuhnya berlubang, langit-langit sebagian berlubang dan diffuser yang
dipasang di langit-langit telah diterapkan dengan sukses.
(2)
Penggunaan rata-rata kamar operasi di rumah sakit tidak lebih dari 8 sampai 12 jam per hari
(kecuali kondisi darurat). Untuk alasan ini dan untuk penghematan energi, sistem
pengkondisian udara harus memungkinkan pengurangan pasokan udara ke beberapa atau
ke semua ruang operasi.
(3)
Tekanan positif pada ruang harus tetap dipertahankan pada saat volume berkurang untuk
memastikan kondisi steril tetap terjaga. Konsultasi dengan staf bedah rumah sakit akan
menentukan kelayakan penyediaan fasilitas ini.
(4)
Sebuah sistem pembuangan udara atau sistem vakum khusus harus dipasang untuk
menghilangkan buangan gas anestesi.
Sistem vakum medis telah digunakan untuk menghilangkan gas anestesi yang tidak mudah
terbakar. Satu atau lebih outlet mungkin diletakkan di setiap ruang operasi untuk
memungkinkan penyambungan ke slang buangan gas anestesi dari mesin anestesi.
36
Gambar 3.3
3.4.1.(4) Scavenging
S
g
(5)
(6)
Kond
disi berikut direkomend
dasikan untuk ruang operasi,
o
cattherisasi, cyystoscopy, dan bedah
h
tulan
ng:
(1)
mpu menca
apai temperratur 200 sam
mpai 240C;
harus mam
(2)
kelembaban relatif ud
dara harus dijaga
d
antara 50% ~ 60
0%;
(3)
u
harus dijaga po
ositif yang berhubung
gan dengan
n ruang dis
sebelahnya
a
tekanan udara
dengan memasok
m
ud
dara lebih da
ari 15%;
(4)
pembacaa
an perbeda
aan tekana
an di ruan
ng harus dipasang u
untuk mem
mungkinkan
n
pembacaa
an tekanan udara dala
am ruang. Menyekat seluruh
s
dinding, langitt-langit dan
n
tembusan (penetrasi) pada lan
ntai dan pintu untuk menjaga kkondisi tekanan yang
g
terbaca.
(5)
an thermom
meter haruss ditempatkkan pada lokasi yang
g
Indikator kelembaban udara da
mudah observasi (pengamatan).
memperm
(6)
(7)
menuhi kete
entuan yang
g berlaku.
selurruh instalasi harus mem
(8)
semu
ua udara harus di suplai
s
dari langit-lang
git dan dib
buang atau
u dikembalikan pada
a
seku
urang-kurangnya 2 loka
asi dekat de
engan lanta
ai (lihat tabe
el 3 untuk la
aju ventilasi minimum)..
Bagian bawah dari
d outlet pembuanga
p
n harus settidaknya 75
5 mm di atas lantai.Sup
plai diffuserr
haruss dari jeniss tidak lang
gsung.Induksi yang tinggi pada difuser lan
ngit-langit atau
a
difuserr
dindiing harus diihindari.
(9)
baha
an akustik tiidak boleh digunakan sebagai lap
pisan ductin
ng kecuali d
dipasang filtter terminall
deng
gan effisienssi minimum 90% arah hilir dari lap
pisan.
Bagian dalam isolasi
i
unit terminal dapat
d
dikem
mas dengan
n bahan ya
ang disetuju
ui.Peredam
m
suara
a yang dipa
asang pada
a ducting harus
h
dari je
enis tidak terbungkus
t
atau memiliki lapisan
n
film polyester
p
ya
ang diisi den
ngan bahan
n akustik.
37
(10) Setiap penyemprotan yang diterapkan pada insulasi dan kedap api harus ditangani dengan
zat penghambat pertumbuhan jamur.
(11) Panjang kedap air dibuat secukupnya, ducting pengering udara dari bahan baja tahan karat
harus dipasang arah hilir dari peralatan humidifier untuk menjamin seluruh uap air menguap
sebelum udara masuk ke dalam ruangan.
Pusat kontrol yang memantau dan memungkinkan penyesuaian tekanan, temperatur dan
kelembaban udara, berada dilokasi meja pengawas ruang bedah.
Tabel 3.3.4.1.(6) Effisiensi Filter
Effisiensi filter untuk Ventilasi sentral dan Sistem Pengkondisian Udara di Rumah Sakit Umum.
Jumlah
minimum
dudukan
filter.
Tujuan Area
Ruang operasi Orthopedic.
Ruang operasi transplantasi tulang belakang.
Ruang operasi transplantasi Organ
Ruang operasi prosedur umum.
Ruang melahirkan.
Ruang anak.
Unit Perawatan Intensif.
Ruang Perawatan Pasien.
Ruang Tindakan.
Diagnostik dan area terkait.
Laboratorium.
Penyimpanan Sterile.
Area Persiapan Makanan.
Laundri.
Area Administrasi.
Penyimpanan besar
Area Kotor.
aDidasarkan
bDidasarkan
cHEPA
38
Filter Efficiencies, %
Dudukan filter
No. 1a
No. 2a
No. 3b
25
90
99.97c
25
90
80
25
39
Fungsi Ruang
15c
5
15
5
2
5
5
Pilihan
P
P
E
P
P
Pertukaran
udara dari luar
per jam
minimuma
P
P
Hubungan tekanan
terhadap area
bersebelahan
15
25
6
12
12
8
15
25
Total
pertukaran
udara per jam
minimumb
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Ya
Ya
Pilihan
Seluruh udara di
buang langsung
ke luar
bangunan
Tabel 3.3.4.1 Hubungan Tekanan dan Ventilasi secara umum dari area tertentu di rumah sakit
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Resirkulasi
udara di dalam
unit ruangan
Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam ruang operas, harus
dipertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.
(2)
Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat
dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan :
(a)
fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan
bahan bangunan.
(b)
(c)
(3)
(4)
Uap air memberikan suatu medium yang relatip konduktif, yang menyebabkan muatan listrik
statik bisa mengalir ke tanah secapat pembangkitannya. Loncatan bunga api dapat terjadi
pada kelembaban relatip yang rendah.
(5)
(6)
Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur, unit pengkondisian
udara bisa menjadi sumber micro-organisme yang datang melalui filter-filternya. Filter-filter
ini harus diganti pada jangka waktu yang tertentu.
(7)
(8)
Ruang operasi dilengkapi dengan sistem aliran laminar ke bawah dengan hembusan udara
dari plenum (8 sampai 9 m2). Pada kondisi kerja dengan lampu operasi dinyalakan dan
adanya tim bedah, suplai udara dan profil hembusan udara dipilih sedemikian rupa sehingga
aliran udara tidak lewat melalui setiap sumber kontaminasi sebelum mengalir kedalam area
bedah atau diatas meja instrumen.
(9)
Jika pada area penyiapan instrumen/ peralatan steril tidak dilakukan di bawah aliran udara
aliran udara ke bawah dari langit-langit, preparasi steril dengan sistem aliran laminar
kebawah harus dibuat sendiri dalam area preparasi steril atau tempat dimana preparasi steril
dilakukan (contoh di koridor kompleks bedah).
(10) Sebaiknya dipastikan bahwa tidak ada emisi debu dari bagian bawah langit-langit pada area
preparasi dan ruang operasi ke dalam ruangan. Langit-langit dengan bagian bawah yang
rapat sebaiknya digunakan atau ruangan di bagian bawah langit-langit sebaiknya dapat
menahan tekanan khususnya di area preparasi dan ruang operasi.
(11) Penting untuk memilih perletakan lubang ducting udara masuk dan keluar dari sistem
ventilasi guna mencegah terkontaminasinya udara buang terisap kembali jika angin meniup
dalam arah tertentu.
(12) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
kenyamanan kondisi udara pada bangunan rehabilitasi medik mengikuti SNI 03 6572
2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
3.3.5
40
Kebisingan
(1)
(2)
Indeks kebisingan maksimum pada ruang operasi adalah 45 dBA dengan waktu pemaparan
8 jam.
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan terhadap
kebisingan pada bangunan instalasibedah mengikuti pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
3.3.5
Getaran.
(1)
Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit, pengelola bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus mempertimbangkan
jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/ atau sumber getar lainnya baik yang berada
pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit maupun di luar bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan terhadap
getaran pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
3.4
Instalasi Elektrikal.
(2)
Sistem kelistrikan;
(3)
(4)
Sistem komunikasi.
3.4.1
(1)
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk,
ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir, harus dilengkapi dengan
instalasi proteksi petir.
(2)
Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara nyata
risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya.
(3)
41
3.4.2
Sistem Kelistrikan.
Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa digerakkan, harus
dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang sepanjang rak kabel, untuk mencegah
terjadinya retakan-retakan dan kerusakan-kerusakan pada kabel.
(2)
(3)
Sambungan listrik pada outlet-outlet harus diperoleh dari sirkit-sirkit yang terpisah. Ini
menghindari akibat dari terputusnya arus karena bekerjanya pengaman lebur atau suatu
sirkit yang gagal yang menyebabkan terputusnya semua arus listrik pada saat kritis.
3.4.2.3 Terminal.
(1)
(2)
Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu kutub pembumian
terpisah yang mampu menjaga resistans yang rendah dengan kontak tusuk
pasangannya.
(b)
Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari udara dan akan
menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak kontak listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5
m) di atas permukaan lantai, dan harus dari jenis tahan ledakan.
Sakelar.
Sakelar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus memenuhi SNI 04 0225 2000,
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
3.4.2.4 Pembumian.
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas.Sistem harus memastikan bahwa
tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain
peralatan yang disebut dengan sistem penyamaan potensial pembumian(Equal potential
grounding system).Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak melalui pasien.
3.4.2.5 Peringatan.
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik membawa akibat
bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan bahaya kebakaran.Kesalahan dalam
instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas.
Bahaya ini dapat dicegah dengan :
(1)
Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk kamar operasi. Peralatan harus
mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk
menghindari beban lebih.
(2)
Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan sistem pembumian
yang benar sebelum digunakan.
42
(3)
Segera menghentikan pemakaian dan melaporkan apabila ada peralatan listrik yang tidak
benar.
SNI 03 7011 2004, atau edisi terakhir, Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan.
(2)
SNI 04 7018 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga.
(3)
SNI 04 7019 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik darurat menggunakan
energi tersimpan.
(4)
3.4.3
Sistem pencahayaan.
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
(2)
(3)
(4)
Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara
otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
(5)
Semua sistem pecahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat,
harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada
tempat yang mudah dibaca dan dicapai, oleh pengguna ruang.
(6)
(7)
(8)
(9)
(10) Untuk mengurangi kelelahan mata (fatique), perbandingan intensitas pencahayaan ruangan
umum dan di ruang operasi, jangan sampai melebihi satu dibanding lima, disarankan satu
berbanding tiga.
(11) Perbedaan intensitas pencahayaan ini harus dipertahankan di koridor, tempat pembersihan
dan di ruangannya sendiri, sehingga dokter bedah menjadi terbiasa dengan pencahayaan
tersebut sebelummasuk ke dalam daerah steril. Warna warni cahaya harus konsisten.
3.4.3.2 Pencahayaan tempat operasi/bedah.
43
(1)
Pencahayaan tempat operasi/bedah tergantung dari kualitas pencahayaan dari sumber sinar
lampu operasi/bedah yang menggantung (overhead) dan refleksi dari tirai.
(2)
Cahaya atau penyinaran haruslah sedemikian sehingga kondisi patologis bisa dikenal.
Lampu operasi/bedah yang menggantung (overhead), haruslah :
(a)
Membangkitkan cahaya yang intensif dengan rentang dari 10.000 Lux hingga 20.000
Lux yang disinarkan ke luka pemotongan tanpa permukaan pemotongan menjadi silau.
Harus memberikan kontras terhadap kedalaman dan hubungan struktur anatomis.
Lampu sebaiknya dilengkapi dengan kontrol intensitas. Dokter bedah akan meminta
cahaya agar lebih terang jika diperlukan. Lampu cadangan harus tersedia.
(b)
(c)
Hilangkan bayangan. Sumber cahaya yang majemuk (banyak) atau reflektor yang
majemuk (banyak) mengurangi terjadinya bayangan. Pada beberapa unit
hubungannya tetap; yang lain mempunyai sumber sumber cahaya yang terpisah yang
bisa diatur untuk mengarahkan cahaya dari sudut pemusatan.
(d)
Pilihlah cahaya yang mendekati biru/putih (daylight). Kualitas cahaya dari tissue yang
normal diperoleh dengan energi spektral dari 1800 hingga 6500 Kelvin (K).Disarankan
menggunakan warna cahaya yang mendekati warna terang (putih) dari langit tak
berawan di siang hari, dengan temperatur kurang lebih 5000 K.
(e)
Kedudukan lampu operasi/bedah harus bisa diatur menurut suatu posisi atau sudut.
Pergerakan ke bawah dibatasi sampai 1,5 m di atas lantai kalau dipergunakan bahan
anestesi mudah terbakar.
Jika hanya dipergunakan bahan tidak mudah terbakar, lampu bisa diturunkan seperti
yang dikehendaki.
Umumnya lampu operasi/bedah digantung pada langit-langit dan armatur/fixturenya
bisa digerakkan/digeser-geser.
Beberapa jenis lampu operasi/bedah mempunyai lampu ganda atau track ganda
dengan sumber pada tiap track .
Lampu operasi direncanakan untuk dipergunakan guna memperoleh intensitas cahaya
yang cukup dan bayangan yang sekecil mungkin pada luka pembedahan.
Armatur/fixture disesuaikan sedemikian hingga dokter bedah bisa mengarahkan sinar
dengan perantaraan pegangan-pegangan yang steril pada armatur/fixture tersebut.
Fixture/armature harus digerakkan seperlunya untuk mengurangi tersebarnya debu.
44
(f)
(g)
Lampu operasi/bedah menghasilkan kurang dari 25.000 microwatt per cm2 energi
penyinaran (radiant energy).
Jika mempergunakan banyak lampu (multi bulb), secara kolektip penyinaran tidak
boleh melebihi limit tersebut pada satu tempat.
Diluar jangkauan tersebut, energi penyinaran yang dihasilkan oleh sinar infra merah
berubah menjadi panas di dekat permukaan jaringan yang terbuka.
Sebagian gelombang infra merah dan gelombang panas diserap oleh mangkok filter
yang menutupi bola lampu pijar.
(3)
(h)
Lampu operasi harus mudah dibersihkan. Track (jalur) yang masuk ke dalam langitlangit dapat mengurangi akumulasi debu. Track yang tergantung atau suatu
fixture/armatur yang terpasang terpusat, harus mempunyai permukaan-permukaan
yang halus yang mudah dicapai untuk pembersihan.
(i)
Suatu lampu tambahan mungkin diperlukan untuk lokasi kedua di tempat operasi/bedah.
Beberapa rumah sakit memiliki unit lampu satelit yang menjadi bagian dari armature lampu
gantung.
Lampu ini hanya bisa dipakai untuk lokasi kedua kalau pembuatnya menyatakan bahwa
intensitas tambahannya masih dalam batas radiant energi yang aman jika digunakan
bersamaan dengan sumber cahaya utama.
(4)
Suatu sumber cahaya yang berasal dari sirkit yang berlainan harus ada yang dapat
dipergunakan pada saat sumber listrik utama terganggu.
Ini memerlukan sumber daya listrik darurat yang terpisah.Terbaik jika lampu operasi
dilengkapi sedemikian rupa sehingga suatu sakelar otomatik dipasang untuk sumber daya
lampu darurat tersebut, jika sumber listrik yang normal terganggu.
(5)
Umumnya dokter bedah menyukai bekerja dalam kamar yang digelapkan dengan hanya
pencahayaan yang kuat di tempat operasi/bedah.
Kondisi ini terutama untuk dokter bedah dengan instrumen endoscopy dan mikroskop
operasi.
45
(6)
Jika ruangannya berjendela, tirai yang tidak tembus cahaya boleh ditutup untuk
menggelapkan ruangan jika peralatan tersebut sedang dipergunakan. Kemungkinan
jatuhnya debu bisa terjadi pada rumah sakit yang mempunyai jendela dengan tirai-tirai
tersebut.
(7)
Meskipun kondisi ruang operasi digelapkan, perawat atau dokter anestesi harus dapat
dengan baik mengenali warna kulit pasien dan memonitor kondisinya. Jika pembiusan hanya
menggunakan zat anestesi yang tidak mudah terbakar, semacam lampu tambahan bisa
dipasang di lantai.
SNI 03 2396 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung,
(2)
SNI 03 6575 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan
gedung,
(3)
SNI 03 6574 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan darurat, tanda arah dan
tanda peringatan,
(4)
Tingkat
pencahayaan
(Lux)
Kelompok
renderasi
warna
Warm <
3300
Kelvin
Warm
White 3300
Kelvin ~
5300Kelvin
Ruang tunggu
Ruang rawat inap
Ruang Operasi &
Ruang bersalin
Laboratorium
Ruang Rehabilitasi
Medik
Koridor siang hari
Koridor malam hari
Kantor Staf
Kamar mandi & toilet
pasien
46
Cool Day
light > 5300
Kelvin
3.4.4
Instalasi Komunikasi.
3.5
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran, meliputi :
(1)
(2)
3.5.1
3.5.1.1 Umum.
(1)
(2)
proteksi struktur bangunan yang dinyatakan dengan Tingkat Ketahanan Api (TKA); dan
(b)
Proteksi pasif terutama untuk menahan dan membatasi penjalaran api, asap dan panas,
dengan demikian akan memberikan lingkungan yang aman untuk evakuasi dan
penyelamatan.
47
G
Gambar
3.5.1.1.(2) Pe
enjalaran ap
pi internal dalam
d
gedun
ng
(3)
Ketentuan komp
partemen api dengan periode
p
ting
gkat ketahan
nan api (TK
KA), untuk memastikan
m
n
bahw
wa kebakarran tidak akan
a
menja
alar ke kom
mpartemen lain di da
alam period
de tertentu,,
artinyya membole
ehkan peng
ghuni untuk meninggalkan bangun
nan yang te
erbakar.
Pada
a sisi lain tingkat keta
ahanan api terhadap struktur
s
ban
ngunan aka
an memastikan bahwa
a
strukktur stabil jika terpapa
ar ke api, dan pengh
huni serta regu
r
pema
adam kebak
karan tidakk
terpa
apar ke risikko akibat ke
eruntuhan sttruktur bang
gunan.
48
(4)
Siste
em pengend
dalian asap
ppada suatu
u komparte
emen akan memaksa a
asap meng
galir ke luarr
bang
gunan baik secara
s
alam
miah atau mekanis.
m
Siste
em presurisasi udara diterapkan
d
p
pada
tangga
a eksit untu
uk menahan
n asap tidak
k masuk ke
e
jalur utama pe
enyelamatan
n, dan jug
ga memberrikan waktu
u lebih ban
nyak untuk
k penghunii
meniinggalkan bangunan.
b
Pada
a komplekss ruang ope
erasi, banya
ak terdapatt peralatan--peralatan m
medik (lamp
pu operasi,,
mesiin anestesi, ceiling pen
ndant, meja operasi, instrumen-insstrumen bedah, monito
or, mobile x
ray, dan
d sebaga
ainya, yang tidak diinginkan untuk
k disiram airr pada saat terjadinya kebakaran.
k
(2)
Sesu
uai ketentua
an yang be
erlaku, siste
em springkle
er otomatikk, boleh tida
ak digunaka
an, asalkan
n
selurruh dinding
g, lantai, la
angit-langit dan bukaa
an-bukaan (pintu, jend
dela dan sebagainya))
meng
ggunakan bahan/mate
b
erial yang mempunyai
m
Tingkat
T
Ketahanan Api minimal 2 (dua) jam.
(3)
Apab
bila komple
eks ruang operasi
o
berrada menya
atu dengan ruang lain
n di dalam bangunan,,
maka
a komplekss ruang ope
erasi harus dianggap sebagai satu
u kompartemen, sehingga segala
a
keten
ntuan yang menyangku
ut tingkat ke
etahanan apistrukturnyya harus dip
penuhi.
49
SNI 03 1736 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan sistem proteksi pasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung,
3.5.2
Di seluruh komplek ruang operasi yang merupakan satu kompartemen, harus dilengkapi
dengan detektor asap pada seluruh ruangannya.
(2)
Bilamana terjadi kebakaran di ruang operasi, peralatan yang terbakar harus segera
disingkirkan dari sekitar sumber oksigen dan mesin anestesi atau outlet pipa yang
dimasukkan ke ruang operasi. Hal ini untuk mencegah terjadinya ledakan.
(3)
Bilamana terjadi kebakaran, semua pasien harus segera dipindahkan dari tempat
berbahaya, semua petugas harus memahami ketentuan tentang cara-cara melakukan
pemadaman kebakaran, mereka harus mengetahui secara tepat tata letak kotak alarm
kebakaran dan mampu menggunakan alat pemadam kebakaran yang disediakan untuk itu.
(4)
Alat pemadam kebakaran jenis APAR dengan isi gas netral yang ramah lingkungan di
gunakan untuk pemadaman api bila terjadi kebakaran, dan diletakkan di lokasi yang tepat di
luar kamar bedah.
SNI 03 3988 1990, atau edisi terakhir, Pengujian kemampuan pemadaman dan penilaian
alat pemadam api ringan.
(2)
SNI 03 1745 2000, atau edisi terakhir,Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
(3)
SNI 03 3985 2000, atau edisi terakhir,Tata cara perencanaan, pemasangan dan
pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
(4)
SNI 03 3989 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
50
BAB IV
PENUTUP
4.1
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Operasi ini diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan oleh pengelola bangunan rumah sakit, penyedia jasa konstruksi, instansi Dinas
Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait dengan kegiatan pengaturan dan
pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan rumah sakit dalam pencegahan dan
penanggulangan serta menjamin keamanan dan keselamatan bangunan rumah sakit dan
lingkungan terhadap bahaya penyakit.
4.2
Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau bersifat alternatif serta penyesuaian
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Operasi oleh masing-masing daerah
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
4.3
Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan pedoman dan standar teknis
terkait lainnya.
51
KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
4.
American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, HVAC Design
Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.
5.
G.D. Kunders, Hospitals, Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited, 2004.
52
PEDOMAN BANGUNAN RS :
RUANG PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kita dapat menyusun Pedoman Teknis Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit.
Ruang Perawatan Intensif (ICU=Intensive Care Unit) adalah bagian dari bangunan rumah
sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan instalasi gawat darurat, sehingga
perlu dilakukan pengelolaan bangunan Ruang Perawatan Intensif dengan baik, terpadu dan
memenuhi persyaratan teknis bangunan. Pedoman teknis ini, dimaksudkan sebagai upaya
menetapkan acuan mengenai perencanaan untuk pembangunan dan pengembangan fasilitas fisik
Ruang Perawatan Intensif yang dapat menampung kebutuhan pelayanan dengan memperhatikan
aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan baik bagi pasien maupun pengguna
rumah sakit lainnya.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 9(b)
menyatakan bahwa persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan usia lanjut.
Dengan demikian kami sangat mengharapkan peran bersama dari stake holder terkait, yaitu
asosiasi profesi, pengelola rumah sakit, konsultan perencanaan rumah sakit dan pihak lainnya
dalam membantu Kementerian Kesehatan mendukung amanat Undang-Undang tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu diterbitkannya Pedoman Teknis Ruang Perawatan Intensif Rumah
Sakit. Diharapkan Pedoman Teknis ini dapat menjadi petunjuk agar suatu perencanaan
pembangunan atau pengembangan Ruang Perawatan Intensif di rumah sakit dapat menampung
kebutuhan pelayanan yang memperhatikan aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan baik bagi pasien maupun pengguna rumah sakit lainnya.
Demikian sambutan kami, selamat dengan telah diterbitkannya Pedoman Teknis Ruang
Perawatan Intensif Rumah Sakit ini, dan semoga dapat meningkatkan mutu fasilitas rumah sakit di
Indonesia.
Jakarta,
Maret 2012
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
KaruniaNya buku Pedoman Teknis Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit dapat diselesaikan
dengan baik.
Ruang Perawatan Intensif (ICU = Intensive Care Unit) di rumah sakit merupakan salah satu
fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan medik di fasilitas pelayanan
kesehatan. Fungsi bangunan Ruang Perawatan Intensif dikualifikasikan berdasarkan tingkat
privasi, tingkat kebersihan ruangan serta tingkat aksesibilitas, sehingga perlu dilakukan
pengelolaan bangunan Ruang Perawatan Intensif dengan baik, terpadu dan memenuhi
persyaratan teknis bangunan.
Penyusunan Persyaratan Teknis Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit ini merupakan
salah satu upaya untuk mendukung Undang-Undang No. 44 tahu 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu
dalam rangka memenuhi standar pelayanan dan persyaratan mutu, keamanan dan keselamatan
(life safety) bagi pengguna Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit.
Persyaratan ini disusun dengan partisipasi berbagai pihak termasuk rumah sakit, organisasi
profesi serta instansi terkait baik Pembina maupun pengelola bangunan Ruang Perawatan Intensif
di rumah sakit. Pedoman teknis ini merupakan acuan bagi para pengelola rumah sakit, praktisi
pengelola Ruang Perawatan Intensif di rumah sakit, para perencana atau pengembang rumah
sakit dan pihak lain untuk dapat mengembangkan Ruang Perawatan Intensif di rumah sakit yang
bermutu.
Pedoman teknis ini dimungkinkan untuk dievaluasi dan dilakukan penyempurnaanpenyempurnaan terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta hal-hal lainnya yang tidak
sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu diterbitkannya Pedoman Teknis Ruang Perawatan Intensif Rumah
Sakit. Diharapkan Pedoman Teknis Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit ini dapat menjadi
petunjuk agar suatu perencanaan pembangunan atau pengembangan Ruang Perawatan Intensif
di rumah sakit dapat menampung kebutuhan pelayanan yang memperhatikan aspek keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kemudahan baik bagi pasien maupun pengguna rumah sakit lainnya.
Jakarta,
Maret 2012
DAFTAR ISI
SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN
BAB I
KETENTUAN UMUM
A. Latar belakang
B. Maksud dan tujuan
C. Sasaran
D. Pengertian
iii
v
vii
viii
1
1
2
2
2
3
3
11
12
12
12
17
21
22
23
LAMPIRAN
24
DAFTAR PUSTAKA
30
vii
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab :
Ketua
Ir. Azizah
Wakil Ketua
Ir. Hanafi, MT
Penyusun :
1.
2.
3.
RSUD Tangerang
4.
5.
6.
dr. Anwarul
7.
Sekjen IKABI
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
KEMKES
17.
Erwin Burhanuddin, ST
KEMKES
18.
KEMKES
19.
Romadona, ST
KEMKES
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28
Bagian H, ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan
bahwa salah satu sumber daya di bidang kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan,
dimana pasal 1 poin 7 mendefinisikan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan suatu alat dan/
atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilaukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan
merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit pasal 5 menyebutkan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi
penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang merupakan tugas
pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Untuk optimalisasi hasil
serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya upaya kesehatan
sebagai asas pokok program pembangunan nasional.
Selanjutnya undang-Undang No. 44 tahun 2009 pasal 7 menyebutkan bahwa
rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian dan peralatan.
Ruang Perawatan Intensif (;ICU=Intensive Care Unit) adalah bagian dari bangunan
rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan instalasi gawat
darurat. Ruang Perawatan Intensif merupakan instalasi pelayanan khusus di rumah sakit
yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24 jam.
Dalam rangka mewujudkan Ruang Perawatan Intensif yang memenuhi standar pelayanan
dan persyaratan mutu, keamanan dan keselamatan perlu didukung oleh bangunan dan
prasarana (utilitas) yang memenuhi persyaratan teknis.
B.
C.
SASARAN
Pedoman teknis ini diharapkan menjadi acuan bagi pengelola, pelaksana dan
konsultan perencana rumah sakit dalam membuat perencanaan Ruang Perawatan Intensif
sehingga masing-masing pihak dapat mempunyai persepsi yang sama.
D.
PENGERTIAN
1. Sarana/bangunan
Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang berada di atas tanah/perairan, ataupun
di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian
maupun tempat tinggal, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan
khusus.
2.
Prasarana
Benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi
sesuai dengan tujuan yang diharapkan
3.
4.
Bangunan instalasi.
Gabungan/kumpulan dari ruang-ruang/kamar-kamar di unit rumah sakit yang saling
berhubungan dan terkait satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan pelayanan
kesehatan.
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS
BANGUNAN RUANG PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT
A.
PERSYARATAN ARSITEKTUR .
1.
KEBUTUHAN RUANG
Kebutuhan ruang pada daerah rawat pasien, terdiri dari :
a.
Ruang administrasi.
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan
pendaftaran dan rekam medik internal pasien di Ruang Perawatan Intensif.
Ruang ini berada pada bagian depan Ruang Perawatan Intensif dengan
dilengkapi loket atau Counter, meja kerja, lemari berkas/arsip dan
telepon/interkom.
b.
(1)
Ruang tempat tidur berfungsi untuk merawat pasien lebih dari 24 jam,
dalam keadaan yang sangat membutuhkan pemantauan khusus dan terusmenerus.
(2)
(3)
Luas lantai yang digunakan untuk setiap tempat tidur pasien dapat
mengakomodasi kebutuhan ruang dari semua peralatan dan petugas yang
berhubungan dengan pasien untuk kebutuhan perawatan.
(4)
(5)
Tombol alarm harus ada pada setiap bedside di dalam ruang rawat pasien.
Sistem alarm sebaiknya terhubung secara otomatis ke pusat
telekomunikasi rumah sakit, pos sentral perawat, ruang pertemuan ICU,
ruang istirahat petugas ICU, dan setiap ruang panggil. Perletakan alarm ini
harus dapat terlihat.
(6)
(7)
(8)
Daerah rawat pasien harus teduh, dan tidak silau, harus mudah
dibersihkan, tahan api, bersih debu dan kuman, dan dapat digunakan
sebagai peredam suara dan dapat mengontrol tingkat pencahayaan.
(9)
(b)
c.
(2)
(3)
Pintu dan partisi pada ruang isolasi terbuat dari kaca minimal setinggi 100
cm dari permukaan lantai agar pasien terlihat dari pos perawat.
(4)
e.
f.
(2)
(3)
(4)
(5)
Ruang kerja dan istirahat Dokter dilengkapi dengan sofa, wastafel, dan
toilet
(2)
Ruang istirahat petugas medik dilengkapi dengan sofa, wastafel, dan toilet.
(2)
Ruang istirahat petugas medik harus berada dekat dengan ruang rawat
pasien ICU.
(3)
(4)
memberikan
keleluasaan,
kenyamanan,
dan
g.
Pantri.
Daerah untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk petugas, dilengkapi
meja untuk menyiapkan makanan, freezer, bak cuci dengan kran air dingin dan
air panas, microwave dan atau kompor, dan lemari pendingin.
h.
i.
dengan
bahan
tanpa
sambungan
untuk
l.
Parkir troli.
Tempat untuk parkir trolley selama tidak ada kegiatan pelayanan pasien atau
selama tidak diperlukan.
m. Ruang Ganti Penunggu Pasien dan Ruang Ganti Petugas (pisah pria
wanita) (termasuk di dalamnya Loker).
(1) Tempat ganti pakaian, meletakkan sepatu/alas kaki sebelum masuk daerah
rawat pasien dan sebaliknya setelah keluar dari ruang rawat pasien, yang
diperuntukkan bagi staf medis maupun non medis dan pengunjung.
(2) Fasilitas mencuci tangan untuk pengunjung pasien dan untuk petugas harus
disediakan, lengkap dengan sabun antiseptik (;general prequotion).
(3) Kontainer/wadah khusus baju pelindung bekas pakai harus disediakan,
karena baju pelindung tidak boleh digunakan lebih dari sekali.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
2.
b.
c.
(2)
(3)
Alur Pasien :
(1)
Pasien masuk ICU berasal dari Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Bedah.
(2)
(b)
(c)
Alur Alat/Material :
(1)
(2)
(3)
Linen kotor dikirim ke ruang cuci/ laundry dan kemudian dikirim ke CSSD
(Central Sterilized Support Departement).
(4)
(5)
3.
b.
Komponen dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(1) dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
(2) lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung poripori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.
(3) warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
(4) Hubungan/pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan.
c.
Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
(1) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air,
tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, serta tidak
berjamur.
(2) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga
tidak menyimpan debu.
(3) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
10
B.
UMUM
(1) Setiap sarana Ruang Perawatan Intensif merupakan pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
perawatan pasien dalam kondisi kritis/belum stabil yang memerlukan
pemantauan khusus dan terus menerus (intensif).
(2) Fungsi sarana bangunan Ruang Perawatan Intensif dikualifikasikan berdasarkan
tingkat privasi, tingkat sterilitas serta tingkat aksesibilitas.
2.
11
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS
PRASARANA RUANG PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT
A.
B.
UMUM
(1)
(2)
b.
12
(2)
Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi
secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap
bangunan Ruang Perawatan Intensif dan peralatan yang diproteksinya, serta
melindungi manusia di dalamnya.
(3)
(2)
(3)
c.
(4)
(5)
(6)
Sistem kelistrikan.
1)
2)
Jaringan.
(1) Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa
digerakkan, harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang
sepanjang track, untuk mencegah terjadinya retakan-retakan dan
kerusakan-kerusakan pada kabel.
(2) Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik, menghindari bahayabahaya tersebut.
(3) Sambungan listrik pada kotak kontak harus diperoleh dari sirkit-sirkit yang
terpisah. Ini menghindari akibat dari terputusnya arus karena bekerjanya
pengaman lebur atau suatu sirkit yang gagal yang menyebabkan
terputusnya semua arus listrik pada saat kritis.
3)
Terminal.
(1) Kotak Kontak (stop kontak)
(a)
(b)
Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari
udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak
kontak listrik harus dipasang + 1,25 m di atas permukaan lantai, dan
harus dari jenis tahan ledakan.
(c)
13
(2) Sakelar.
Sakelar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus memenuhi SNI 04
0225 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4)
Pembumian.
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem harus
memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui
tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan
sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding system).
Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak melalui pasien.
5)
Peringatan.
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik
membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan bahaya
kebakaran. Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung
singkat, tersengatnya pasien, atau petugas.
Bahaya ini dapat dicegah dengan :
6)
d.
(a)
(b)
(c)
14
Outlet dan inlet untuk gas medik atau vakum harus untuk jenis gas
tertentu, yaitu outlet dan inlet dengan sambungan ulir atau kopel cepat
yang tidak dapat dipertukarkan.
(b)
Setiap outlet harus terdiri dari satu katup primer dan sekunder.
(c)
(d)
Katup sekunder (atau katup unit) harus menutup secara otomatik untuk
menghentikan aliran gas medik bila katup primer dilepaskan.
(e)
Katup primer (atau katup unit) harus menutup secara otomatik untuk
menghasilkan aliran vakum bila katup primer (atau katup unit) dilepaskan.
2)
3)
(f)
Setiap outlet/inlet harus diberi identitas yang mudah dibaca dengan nama
atau simbol kimia untuk gas medik atau vakum tertentu yang
disediakannya.
(g)
Setiap Outlet dan inlet berulir harus dari jenis sambungan yang tidak
dapat dipertukarkan, sesuai ketentuan yang berlaku.
(h)
(i)
(j)
(k)
Komponen inlet yang tidak khusus untuk vakum tidak harus ditandai.
(l)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Pipa, katup, fiting, outlet, dan komponen pemipaan lainnya dalam sistem
gas medik harus telah dibersihkan untuk layanan oksigen oleh pabrik
pembuat sebelum dilakukan pemasangan sesuai ketentuan yang
berlaku.
(b)
(c)
15
(d)
Pipa harus dari jenis hard-drawn seamless copper, SNI 03-7011 tahun
2004 atau pipa yang setara untuk medical gas.
Pipa gas medik dari tipe L, kecuali jika tekanan kerja di atas tekanan
relatif 1275 kPa (185 psig), maka jenis K harus digunakan untuk ukuran
yang lebih besar dari DN 80 (NPS 3) (diameter luar = 3 18 inci)
(e)
(f)
5)
Fiting.
(a)
(b)
(c)
Tabel- 1
Standar penandaan warna dan tekanan kerja untuk sistem gas medik dan vakum
(Sumber: Pedoman Instalasi Gas Medis Rumah Sakit, DEPKES-RI, Ditjen Yanmed, Dit. Instalmed, 1994)
Layanan gas
Udara tekan medik
Karbon dioksida
Nitrogen
Nitrous Oksida
Oksigen
Oksigen/campuran
karbon dioksida
Vakum medik/
Suction
Buangan Sisa Gas
Anestesi
16
Singkatan
nama
Udara tekan
medik
CO2
N2
N2O
O2
O2/CO2n% ( n
adalah % dari
CO2)
Med Vac
BSGA
Warna tabung
Hijau
Hitam
Abu-abu
Biru
Putih
Hijau/putih
Kuning
Violet (warna
lembayung)/putih.
Standar ukuran
tekanan
345 ~ 380 kPa
(50~55 psi)
345 ~ 380 kPa
(50~55 psi)
1100 ~ 1275 kPa
(160 ~ 185 psi).
345 ~ 380 kPa
(50~55 psi)
345 ~ 380 kPa
(50~55 psi)
345 ~ 380 kPa
(50~55 psi)
380 mm sampai
760 mm ( 15 in
sampai 30 in) HgV.
Bervariasi sesuai
tipe sistem.
(a)
(b)
(c)
6)
7)
Penerapan.
(a)
Bila terdapat istilah gas medik atau vakum, ketentuan tersebut berlaku
wajib bagi semua sistem perpipaan untuk oksigen, udara tekan medik
dan vakum medik.
(b)
8)
C.
Silinder dan kontainer yang boleh digunakan hanya yang telah dibuat,
diuji dan dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak
berwenang.
(b)
Isi silinder harus diidentifikasi dengan suatu label atau cetakan yang
ditempel, menyebut isi tabung sesuai ketentuan yang berlaku.
(c)
Label tidak boleh dirusak, diubah atau dilepas, dan fiting penyambung
tidak boleh dimodifikasi.
Sistem ventilasi.
(a) Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan Ruang Perawatan
Intensif harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/ buatan
sesuai dengan fungsinya dan tingkat kontaminasi oleh lingkungan sekitar
bangunan Ruang Perawatan Intensif.
17
(b) Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat
memenuhi syarat. Misalkan tingkat kontaminasi oleh lingkungan sekitar
bangunan Ruang Perawatan Intensif tinggi, jarak antar bangunan tidak
memungkinkan udara bersih untuk masuk.
(c)
Minimal enam kali pertukaran udara per jam di bangunan Ruang Perawatan
Intensif yang disarankan.
(g) Sistem ventilasi dalam Ruang Perawatan Intensif harus terpisah dari sistem
ventilasi lain di rumah sakit.
(h) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan
Ruang Perawatan Intensif mengikuti SNI 03 6572 2001, Tata cara
perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
2.
Sistem pencahayaan.
(a) Bangunan Ruang Perawatan Intensif harus mempunyai pencahayaan alami
dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya.
(b) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan dan
fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan Ruang Perawatan Intensif.
(c)
18
Tabel-2
Tingkat pencahayaan rata-rata, renderasi dan temperatur warna yang direkomendasikan.
Temperatur warna
Cool
Warm
white
white
3300 K
<3300
~ 5300
K
K
Fungsi ruangan
Tingkat
pencahaya
an (lux)
Kelomp
ok
rendera
si warna
250
1 atau 2
Ruang istirahat
Dokter dan perawat
250
Ruang administrasi
350
1 atau 2
Ruang Sterilisasi
250
1 atau 2
Gudang
150
1 atau 2
Pantri
200
Toilet
250
1 atau 2
Ruang pertemuan
250
1 atau 2
Ruang tunggu
200
Spoelhok
250
1 atau 2
Dayli
ght
>530
0K
X
X
Tabel-3
Daya listrik maksimum untuk pencahayaan
Lokasi
15
Daerah penunjang
15
(i)
(j)
(k) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem pencahayaan pada bangunan Ruang Perawatan Intensif
mengikuti pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
19
3.
Sistem Sanitasi.
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan Ruang Perawatan
Intensif harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor
dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
a.
b.
c.
(2)
(3)
(2)
d.
Sistem pembuangan limbah padat medis dan non medis harus terpisah
pewadahannya dan tertutup sesuai jenis limbahnya mengacu pada
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 /MENKES/SK/X/ Tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
20
D.
fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan
penggunaan bahan bangunan.
(2)
(3)
(b) Kelembaban relatif yang dianjurkan adalah 60%, untuk lokasi anestesi yang
mudah terbakar tidak kurang dari 50%.
(c) Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 680F sampai 800F (220C sampai
260C) di buku hijau.
(d) Meskipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur, unit
pengkondisian udara bisa menjadi sumber mikro-organisme yang datang
melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus dibersihkan dan/atau diganti secara
berkala.
(e) Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur.
(f)
2.
Kebisingan
(a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan
Ruang Perawatan Intensif, pengelola bangunan Ruang Perawatan Intensif
harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau
sumber bising lainnya baik yang berada pada bangunan Ruang Perawatan
Intensif maupun di luar bangunan Ruang Perawatan Intensif.
(b) Penjelasan lebih lanjut mengenai tingkat kenyamanan terhadap kebisingan
pada bangunan rumah sakit dapat dilihat pada Pedoman Sarana Dan
Prasarana Rumah Sakit Kelas C Tahun 2009, Pedoman Fasilitas Rumah Sakit
Kelas B Tahun 2010.
3.
Getaran.
(a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan
Ruang Perawatan Intensif, pengelola bangunan Ruang Perawatan Intensif
harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau
sumber getar lainnya baik yang berada pada bangunan Ruang Perawatan
Intensif maupun di luar bangunan Ruang Perawatan Intensif.
(b) Penjelasan lebih lanjut mengenai tingkat kenyamanan terhadap getaran pada
bangunan rumah sakit dapat dilihat pada Pedoman Sarana Dan Prasarana
Rumah Sakit Kelas C Tahun 2009, Pedoman Fasilitas Rumah Sakit Kelas B
Tahun 2010.
21
E.
2.
3.
Sarana evakuasi.
(a) Penjelasan mengenai sarana evakuasi dapat dilihat pada Pedoman Sarana
Dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C Tahun 2009, Pedoman Fasilitas Rumah
Sakit Kelas B Tahun 2010.
4.
Aksesibilitas.
(a) Penjelasan mengenai aksesibilitas bagi penyandang cacat dapat dilihat pada
Pedoman Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C Tahun 2009, Pedoman
Fasilitas Rumah Sakit Kelas B Tahun 2010.
22
BAB IV
PENUTUP
(1)
Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi ICU ini diharapkan dapat
digunakan sebagai rujukan oleh pengelola bangunan rumah sakit, penyedia jasa konstruksi,
instansi Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait dengan kegiatan
pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan rumah sakit dalam
pencegahan dan penanggulangan dan guna menjamin keamanan dan keselamatan
bangunan rumah sakit dan lingkungan terhadap bahaya penyakit.
(2)
Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau bersifat alternatif serta penyesuaian
Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi ICU pada bangunan rumah
sakit oleh masing-masing daerah disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di
daerah.
(3)
Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan pedoman dan standar teknis terkait
lainnya.
23
LAMPIRAN 1
CONTOH MODEL DENAH RUANG ICU
24
25
26
LAMPIRAN 2
Matriks Kebutuhan Ruang, Fungsi, Besaran Ruang dan Peralatan
Dalam Bangunan ICU
Besaran
No.
Nama Ruangan
Fungsi
Ruang /
Kebutuhan Alat
Luas (+)
Daerah rawat Pasien
ICU.
(a) Ruang untuk tempat
tidur pasien
16 20 m2 /tt
Ruang
untuk
melakukan
perencanaan,
pengorganisasian,
asuhan
dan
pelayanan
keperawatan selama 24 jam (pre
dan post conference, pengaturan
jadwal), dokumentasi s/d evaluasi
pasien. Pos perawat harus terletak
di pusat blok yang dilayani agar
perawat dpt mengawasi pasiennya
secara efektif.
Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian :
R. Dokter Jaga
1. Ruang kerja.
2. Ruang istirahat/ kamar jaga.
station.
2
8 - 16 m2 (dengan
memperhatikan
sirkulasi tempat
tidur pasien
didepannya)
8 - 16 m2
wastafel,
27
Pantri
9 - 25 m2
Tergantung
kebutuhan
6 - 16 m2
6 - 12 m2
10
Ruang Administrasi
Min. 2 m2/
petugas
11
Parkir Troli
12
4 - 16 m2/ ruang
ganti
(tergantung
kebutuhan)
13
14
Tempat
keluarga/
pasien menunggu.
15
16
Toilet
pengunjung)
KM/WC
17
R. Penyimpanan Silinder
Gas Medik
28
(petugas,
pengantar
Tergantung
kebutuhan
2 - 6 m2
4 - 6 m2
Lemari/kabinet/ rak
dan
troli
Lemari/rak
@ KM/WC
pria/wanita luas 2
m2 3m2
4 8 m2
berkas/arsip
Gas Medis
untuk
baju
LAMPIRAN 7
CONTOH RUANG PERAWATAN INTENSIF DAN PERALATANNYA
Gambar L5A
Peralatan di ruang rawat pasien ICU,
menggunakan ceiling pendant
Gambar L5B
Peralatan di ruang rawat pasien ICU
menggunakan bedhead
Gambar L5C
Contoh Model Peralatan di ruang ICU Neonatal menggunakan bedhead
Gambar L1 Contoh Model Ruang Rawat Pasien ICU dengan ceiling pendant
29
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers, HVAC Design
Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.
8.
30
PEDOMAN BANGUNAN RS :
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
KATA PENGANTAR
Bangunan ruang rawat inap di rumah sakit merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan, sehingga perlu
dilakukan pengelolaan bangunan instalasi rawat inap dengan baik dan terpadu.
Penyusunan buku Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit : Ruang Rawat Inap ini
merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan profesional pengelola
instalasi rawat inap di rumah sakit.
Dengan dibakukanya buku Pedoman Teknis ini, maka saat ini tersedia pedoman sebagai
bahan acuan pelaksanaan bagi mereka yang menyelenggarakan pengelolaan dan
perencanaan bangunan instalasi rawat inap di rumah sakit.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu diterbitkannya buku Pedoman Teknis
ini, kami ucapkan terima kasih.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
iii
v
BAGIAN - I
1
1
2
2
2
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
1.2. Maksud dan tujuan
1.3 Sasaran
1.4 Batasan dan pengertian
5
5
6
6
7
7
7
9
9
9
9
10
11
11
14
17
18
BAGIAN - V Penutup
Lampiran
Kepustakaan
21
22
26
BAB - I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang.
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja
keras dari sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta
konstribusi positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28
Bagian H, ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai
tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki
makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam
meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi
positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya upaya kesehatan sebagai asas pokok
program pembangunan nasional.
Dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 10 ayat (2)
menyebutkan, bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas ruang: b. ruang rawat inap; Dalam Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9
butir (b) menyebutkan bahwa Persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai
dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat,
anak-anak, dan orang usia lanjut.
Dalam rangka mendukung Undang-Undang No. 44 tersebut, maka harus disusun
pedoman teknis fasilitas ruang rawat inap rumah sakit yang memenuhi standar
pelayanan, keamanan, keselamatan, kemudahan dan kenyamanan. Ruang rawat inap
yang aman dan nyaman merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan pasien, oleh karena itu dalam merancang ruang rawat inap harus
memenuhi persyaratan tertentu yang mendukung terciptanya ruang rawat inap yang
sehat, aman dan nyaman.
Perencanaan dan pengelolaan bangunan instalasi rawat inap rumah sakit pada dasarnya
adalah suatu upaya dalam menetapkan fasilitas fisik, tenaga dan peralatan yang
diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat sesuai dengan
kebutuhan.
1.2.
1.3
Sasaran.
Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai pegangan dan acuan bagi
Pengelola Rumah Sakit, Dinas Kesehatan dan perencana dan pengembang bangunan
rumah sakit sehingga masing-maing pihak dapat mempunyai persepsi yang sama.
1.4
1.4.1
1.4.2
1.4.3
Ruang Konsultasi.
Ruang untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan
keluarganya.
1.4.4
Ruang Tindakan.
Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan
maupun non-invasive.
1.4.5
Ruang administrasi.
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di
ruang rawat inap. Ruang ini berada pada bagian depan ruang rawat inap dengan
dilengkapi loket/counter, meja kerja, lemari berkas/arsip, dan telepon/interkom.
Kegiatan administrasi meliputi :
(a).
Pendataan pasien.
(b).
(c)
1.4.6
Ruang Dokter.
Ruang Dokter terdiri dari 2 ruangan, yaitu kamar kerja dan kamar istirahat/kamar jaga.
Pada kamar kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan furnitur. Sedangkan
pada kamar istirahat hanya diperlukan sofa dan tempat tidur. Ruang Dokter dilengkapi
dengan bak cuci tangan (wastafel) dan toilet.
1.4.7
Ruang perawat.
Ruang untuk istirahat perawat/petugas lainnya setelah melaksanakan kegiatan pelayanan
pasien atau tugas jaga.
Ruang perawat harus diatur sedemikian rupa untuk mempermudah semua pihak yang
memerlukan pelayanan pasien sehingga apabila ada keadaan darurat dapat segera
diketahui untuk diambil tindakan terhadap pasien.
1.4.8
Ruang Loker.
Ruang ganti pakaian Dokter, perawat dan petugas rawat inap.
1.4.9
1.4.10
1.4.11
1.4.12
Spoolhoek.
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khusnya yang berupa cairan.
Spoelhoek dala, bentuk bak atau kloset dengan leher angsa (water seal). Pada ruang
spoehoek juga harus disediakan kran air bersih untuk mencuci tempat cairan atau cuci
tangan. Ruang tempat spoelhoek ini harus menghadap keluar/berada di luar area rawat
inap ke arahj koridor kotor. Spoelhoek dihubungkan ke septic tank khusus atau jaringan
IPAL.
1.4.13
Kamar mandi/Toilet.
Fasilitas diatur sesuai kebutuhan, dan harus dijaga kebersihannya karena dengan kamar
mandi/toilet yang bersih citra rumah sakit khususnya ruang rawat inap akan baik. Terdiri
dari toilet pasien dan toilet staf.
1.4.14
Pantri.
Tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka yang ada di ruang rawat
inap rumah sakit.
1.4.15
Ruang Janitor.
Ruang tempat menyimpan dan mencuci alat-alat pembersih ruangan rawat inap.
1.4.16
Gudang bersih.
Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-barang/bahan-bahan dan peralatan
untuk keperluan ruang rawat inap.
1.4.17
Gudang kotor.
Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-barang/bahan-bahan bekas pakai.
1.4.18
Bangunan gedung.
adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu lingkungan, di atas
tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya.
1.4.19
BAB II
KEGIATAN DI BANGUNAN RUANG RAWAT INAP
2.1
Alur kegiatan
Alur kegiatan di bangunan rawat inap seperti ditunjukkan pada gambar 2.1.
Kamar
Mayat
Laundri
Dokter
Perawat
Ruang Linen
Bersih
Meninggal
Dunia
Gudang
Bersih
Ruang
Dokter
Ruang
Perawat
Ruang
Konsultasi
Pos Perawat
Ruang
Linen
Kotor
Ruang Tunggu
Pengantar
Instalasi
Gawat
Darurat
Instalasi
Bedah
Instalasi
Rawat
Jalan
Instalasi ICU
Pasien+Pengantar
Pasien+Pengantar
Pasien+Pengantar
Pasien+Pengantar
2.2.
(b).
Akan bertugas.
(1).
(2).
(3).
2.3.
Alur Pasien.
(a).
(b).
Pasien masuk ruang rawat inap dari IGD/COT/Rawat jalan melalui admisi.
(2).
(3).
(4).
(5).
(2)
BAB - III
PERSYARATAN TEKNIS
BANGUNAN RUANG RAWAT INAP
2.1
2. 2
Lokasi.
(a)
Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan nyaman,
tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari sarana
penunjang rawat inap.
(b)
Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran, dan
bising dari mesin/generator.
Denah.
(a).
Persyaratan umum.
(1).
(2)
(3)
(4).
(5)
(6)
(7).
(8)
Tabel 2.2.a.8
Kebutuhan minimal luas ruangan pada bangunan rawat inap
Nama ruang
Luas (+)
Satuan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Ruang Perawatan :
VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Ruang Pos perawat
Ruang Konsultasi.
Ruang Tindakan.
Ruang administrasi
Ruang Dokter.
Ruang perawat.
Ruang ganti/Locker
Ruang kepala rawat inap.
Ruang linen bersih.
Ruang linen kotor.
18
12
10
7.2
20
12
24
9
20
20
9
12
18
9
m2/tempat tidur
m2/tempat tidur
m2/tempat tidur
m2/tempat tidur
m2
m2
m2
m2
m2
m2
m2
m2
m2
m2
12
13
14
15
16
17
Spoelhoek
Kamar mandi/Toilet
Pantri.
Ruang Janitor/service
Gudang bersih
Gudang kotor
9
25
9
9
18
18
m2
m2
m2
m2
m2
m2
(b).
Persyaratan khusus.
(1)
(2).
b)
c)
d)
Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3).
b)
c)
(c)
2.3.
2.4.
Lantai.
(a).
(b).
Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan tidak berpori, seperti vinyl yang rata
atau keramik dengan nat yang rapat sehingga debu dari kotoran-kotoran tidak
mengumpul, mudah dibersihkan, tidak mudah terbakar.
(c)
Langit-langit.
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu atau kotoran
lain.
2.5
2.6
Pintu.
(a)
Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing dengan
lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm, dilengkapi dengan
kaca jendela pengintai (observation glass).
(b)
(c)
Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1 kamar
mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.
(d)
(e)
Kamar mandi.
(a)
Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak cuci tangan
(wastafel).
(b)
Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti pedoman atau
standar teknis yang berlaku.
(d)
Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiap kelas.
(e)
Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel).
(f)
Disediakan 1 (satu) toilet umum untuk penyandang cacat di lantai dasar, dengan
persyaratan sebagai berikut :
(a)
(b)
Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar pengguna kursi roda.
(c)
(d)
Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna
kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki
bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna
kursi roda.
(e)
Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapanperlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
(f)
Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh
menggenangkan air buangan.
(g)
Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda.
(h)
Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat.
(j)
Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
disarankan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
2.7
Jendela.
Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya, dan
cukup rapat.
10
BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS
PRASARANA BANGUNAN RUANG RAWAT INAP
4.1
4.1.1
4.1.2
Struktur bangunan.
(a)
(b)
(c)
(d)
Struktur bangunan instalasi bedah harus direncanakan secara detail sehingga pada
kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjai keruntuhan,
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan instalasi rawat
inap menyelamatankan diri.
(e)
Bangunan instalasi rawat inap yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk,
ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir, harus dilengkapi
dengan instalasi proteksi petir.
(b)
Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara
nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan
instalasi rawat inap dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di
dalamnya.
11
(c)
4.1.3
4.1.4
Bangunan instalasi rawat inap, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan
sistem proteksi pasif dan proteksi aktif.
(b)
(c)
Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian,
volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan instalasi
rawat inap.
(d)
Bilamana terjadi kebakaran di ruang rawat inap, peralatan yang terbakar harus
segera disingkirkan dari sekitar sumber oksigen atau outlet pipa yang dimasukkan
ke ruang rawat inap untuk mencegah terjadinya ledakan.
(e)
Api harus dipadamkan di ruang rawat inap, jika dimungkinkan, dan pasien harus
segera dipindahkan dari tempat berbahaya. Peralatan pemadam kebakaran harus
dipasang diseluruh rumah sakit . Semua petugas harus tahu peraturan tentang
cara-cara proteksi kebakaran. Mereka harus tahu persis tata letak kotak alarm
kebakaran dan tahu menggunakan alat pemadam kebakaran.
(f)
Sistem kelistrikan.
(a)
(b)
12
Jaringan.
(1)
Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa
digerakkan, harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang sepanjang
track, untuk mencegah terjadinya retakan-retakan dan kerusakan-kerusakan
pada kabel.
(2)
(3)
(c)
Sambungan listrik pada kotak hubung singkat harus diperoleh dari sirkit-sirkit
yang terpisah. Ini menghindari akibat dari terputusnya arus karena bekerjanya
pengaman lebur atau suatu sirkit yang gagal yang menyebabkan terputusnya
semua arus listrik pada saat kritis.
Terminal.
(1)
(2)
b)
Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari
udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak kontak
listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di atas permukaan lantai, dan harus
dari jenis tahan ledakan.
c)
Jumlah kotak kontak untuk setiap tempat tidur minimal 2 titik untuk
melayani peralatan kesehatan yang membutuhkan suplai listrik. Pada
ruang tindakan yang merupakan ruang pelayanan kritis minimal harus
dilengkapi 5 titik kotak kontak.
Sakelar.
Sajekar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus memenuhi SNI 04
0225 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau
Permenkes 2306/Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana
Instalasi Elektrikal RS.
(d)
Pembumian.
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem harus
memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui tahanan
yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan sistem
penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding system). Sistem ini
memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak melalui pasien.
(e)
Peringatan.
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik
membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan bahaya
kebakaran.
Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung singkat,
tersengatnya pasien, atau petugas.
Bahaya ini dapat dicegah dengan :
(1)
Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk instalasi rawat inap.
Peralatan harus mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus mempunyai
kapasitas yang cukup untuk menghindari beban lebih.
(2)
Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan sistem
pembumian yang benar sebelum digunakan.
13
(3)
(f)
4.1.5
Vakum, udara tekan medik dan oksigen disalurkan dengan pemipaan ke ruang
instalasi rawat inap. Outlet-outletnya dipasang pada bed-head pasien. Pada ruang
perawatan minimal dilengkapi 1 (satu) outlet oksigen tiap tempat tidur pasien,
sedangkan pada ruang tindakan dilengkapi minimal 1 (satu) outlet oksigen, 1 (satu)
outlet vakum dan 1 (satu) outlet udara tekan medik pada bed-head tempat tidur
tindakan.
(d)
4.2
4.2.1
Sistem ventilasi.
14
(a)
Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan instalasi rawat inap harus
mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/ buatan sesuai dengan
fungsinya.
(b)
Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada
pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan
ventilasi alami.
(c)
(d)
Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan prinsipprinsip penghematan energi dalam bangunan ruang rawat inap.
(e)
Pada ruang perawatan pasien dan koridor di ruang rawat inap, minimal 4 (empat)
kali pertukaran udara per jam, untuk ruang perawatan isolasi infeksius, minimal 6
(enam) kali pertukaran udara per jam.
(f)
4.2.2
4.2.3
Sistem pencahayaan.
(a)
(b)
Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(i)
(j)
(2)
(3)
(4)
Sistem Sanitasi.
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan instalasi rawat inap harus
dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah,
kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
(a)
dengan
(2)
Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau
sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
15
(b)
(c)
16
(3)
Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan instalasi rawat inap
harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
(4)
Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
(2)
(2)
(3)
(4)
(d)
(2)
(3)
Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diserapkan ke dalam tanah
pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke
jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(4)
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat
diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang
dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
(5)
(6)
4.3
Persyaratan kenyamanan.
4.3.1
(b)
fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan
penggunaan bahan bangunan.
(2)
(3)
(c)
(e)
Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 680F sampai 800F (200C sampai 260C).
(f)
17
(h)
4.3.2
4.3.3
Kebisingan
(a)
(b)
Getaran.
(a)
(b)
4.4
Persyaratan kemudahan.
4.4.1
18
(a)
(b)
Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan
besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.
(c)
Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan fungsi
ruang dan aspek keselamatan. Terkait dengan sarana keselamatan pada bangunan
rumah sakit, maka pintu ruang perawatan disarankan membuka keluar, dengan
tanpa mengganggu akses pengguna koridor.
(d)
4.4.2
4.4.3
(b)
Jumlah, ukuran dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan fungsi
bangunan rumah sakit, luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang, serta
keselamatan pengguna bangunan rumah sakit.
(c)
Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lif, harus menyediakan lif
kebakaran.
(d)
Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumpang biasa atau lif
barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat
digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran.
(e)
yang
1.
2.
3.
4.
Bangunan rumah sakit harus dapat menjamin bahwa jumlah eksit cukup, dan
eksit memiliki konfigurasi untuk memberikan perlindungan terhadap bahaya
kebakaran.
5.
Pintu jalan ke luar tidak boleh dikunci yang bisa menghalangi jalur
penyelamatan.
6.
Sarana jalan ke luar termasuk koridor, tangga kebakaran, dan pintu-pintu yang
memungkinkan setiap orang meninggalkan bangunan atau bergerak di antara
ruang-ruang khusus dalam bangunan.
7.
8.
9.
19
(b) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana keselamatn jiwa mengikuti Pedoman
Teknis Sarana Keselamatan Jiwa Pada Bangunan Rumah Sakit, yang disusun oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2012.
4.4.3
20
Aksesibilitas.
(a)
Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk
menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk
ke dan ke luar dari bangunan rumah sakit serta beraktivitas dalam bangunan rumah
sakit secara mudah, aman nyaman dan mandiri.
(b)
(c)
(d)
BAB V
PENUTUP
5.1
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit : Ruang Rawat Inap ini diharapkan dapat
digunakan sebagai rujukan oleh pengelola bangunan rumah sakit, penyedia jasa
konstruksi, instansi Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait dengan
kegiatan pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan rumah
sakit dalam pencegahan dan penanggulangan dan guna menjamin keamanan dan
keselamatan bangunan rumah sakit dan lingkungan terhadap bahaya penyakit.
5.2
Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau bersifat alternatif serta penyesuaian
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit : Ruang Rawat Inap pada bangunan rumah
sakit oleh masing-masing daerah disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan
di daerah.
5.3
21
LAMPIRAN
22
23
24
Saf
Toilet
Ruang perawat
Ruang peralatan
Ruang perlengkapan
Pos Perawat
Ruang peralatan
Ruang panel listrik
9
10
11
12
13
14
15
Ruang Dokter
Ruang Pantri
Saf
Ruang tindakan
Gudang kotor.
Tangga darurat
Atrium
25
KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
4.
American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, HVAC Design
Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.
5.
26
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (6) UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan
Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit;
Mengingat
1.
2.
3.
Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
2003
tentang
iii
4.
5.
Undang-Undang
Nomor
30
Tahun
2009
tentang
7.
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3394)
iv
10. Peraturan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
Nomor
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/Menkes/
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Pasal 1
Pengaturan persyaratan prasarana instalasi elektrikal rumah sakit bertujuan untuk
memberikan acuan kepada Rumah Sakit dalam mewujudkan instalasi listrik yang
berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, efisien, serasi dan selaras dengan
lingkungan.
Pasal 2
Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
(1)
(2)
Dalam hal Daerah belum mempunyai peraturan daerah sebagaimana pada ayat
(1) maka pelaksanaan persyaratan teknis prasarana Instalasi Elektrikal Rumah
Sakit berpedoman pada Peraturan ini.
(3)
(1)
(2)
Dalam
melaksanakan
pengendalian,
penyelenggaraan
prasarana
instalasi
vi
(4)
(2)
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ...............................
MENTERI KESEHATAN,
vii
DAFTAR ISI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2306/MENKES/PER/XI/2011, TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA
INSTALASI ELEKTRIKAL RUMAH SAKIT
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
B Pengertian
1 Lokasi Medik
2 Pasien
3 Perlengkapan Listrik Medik
4 Bagian Terapan
5 Kelompok Lokasi
6 Prosedur Intrakardiak
7 Sistem Listrik Medik
8 Lingkungan Pasien
9 Panel Distribusi Utama
10 Sistem IT Medik
C Maksud Dan Tujuan
D Ruang Lingkup
ASESMEN KARAKTERISTIK UMUM
A Asesmen Karakteristik Umum
B Kebutuhan, Suplai Dan Struktur
1 Kebutuhan Maksimum Dan Keragaman
2 Susunan Konduktor Dan Pembumian Sistem
3 Suplai
4 Pembagian Instalasi
C Kompabilitas
1 Kompabilitas Karakteristik
2 Kompatibilitas Elektromagnetik
D Kemampupeliharaan
E Pelayanan Keselamatan
1 Umum
2 Klasifikasi
F Kontinuitas Pelayanan
G Asesmen Pada Lokasi Medik
1 Jenis Sistem Pembumian
2 Suplai Daya
iii
1
1
4
5
6
6
28
29
29
30
31
ix
BAB III
BAB IV
BAB V
32
33
34
33
33
33
33
34
35
35
35
35
35
36
36
36
36
37
38
39
44
45
46
46
46
47
47
53
53
BAB VI
BAB VII
BAB VIII
BAB IX
VERIFIKASI
A Verifikasi
B Verifikasi Awal
C Verifikasi Periodik
CARA PENGKAWATAN DAN PERLENGKAPAN
A Cara Pengkawatan Dan Perlengkapan
B Kabel Yang Dicabang
C Tindakan Proteksi
D Tindakan Proteksi Terhadap Bahaya Ledakan Dan Kebakaran
1 Proteksi Terhadap Ledakan
2 Proteksi Terhadap Kebakaran
E Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK)
F Menguji Instalasi
55
55
55
57
58
59
70
71
74
77
77
PENUTUP
PENYUSUN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
79
81
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dengan
semakin
berkembangnya
teknologi
peralatan
kesehatan
yang
B.
Pengertian
1.
Lokasi medik,
adalah lokasi yang dimaksudkan untuk keperluan diagnosis, perawatan
(termasuk perawatan kosmetik), pemantauan dan perawatan pasien.
Untuk memastikan proteksi pada pasien terhadap kemungkinan bahaya
listrik, tindakan proteksi tambahan perlu diterapkan dalam lokasi medik. Jenis
dan
uraian
bahaya
ini
dapat
bervariasi
menurut
perawatan
yang
Pasien,
adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di rumah sakit.
Orang yang dirawat untuk keperluan kosmetik dapat dianggap sebagai
pasien, sepanjang berkaitan dengan standar ini.
3.
b.
c.
Bagian terapan,
adalah bagian perlengkapan listrik medik yang dalam penggunaan normal :
a.
5.
b.
c.
Kelompok lokasi.
a.
b.
c.
ruang
operasi/bedah
dan
perawatan
vital
jika
6.
Prosedur intrakardiak,
adalah prosedur dengan konduktor listrik ditempatkan di dalam jantung
pasien atau mungkin kontak dengan jantung, konduktor tersebut dapat
diakses di luar tubuh pasien. Dalam konteks ini, konduktor listrik mencakup
kawat berinsulasi seperti elektrode pemacu jantung atau elektrode
intrakardiak, EKG, atau tabung berinsulasi diisi dengan cairan konduktif.
7.
8.
Lingkungan pasien,
adalah setiap ruang dimana dapat terjadi sentuh sengaja atau tak sengaja
antara pasien dan bagian sistem atau antara pasien dan orang lain yang
menyentuh bagian sistem. [untuk ilustrasi lihat gambar I.B.8]
CATATAN Hal ini berlaku jika posisi pasien ditentukan sebelumnya, jika tidak, semua posisi
pasien sebaiknya dipertimbangkan.
CATATAN Dimensi yang terlihat tidak sebenarnya
G
Gamb
barr I.B
B.8
8 Co
onttoh lin
ngk
kun
nga
an pas
p sien
9..
Pan
P nel dis
strribu
usii uttam
ma,
adalah
h panel da
alam
m ged
g dun
ng yan
y g me
meme
enu
uhi se
em
mua
a fu
ung
gsi disstribusi listtrikk
utam
ma un
ntu
uk are
a ea ba
ang
gun
nan
n, sup
s plaii ya
ang
g dig
d unaka
an un
ntu
uk itu
i da
an dim
ma
ana
a
drop
p volta
ase
e diuk
d kurr un
ntuk me
m ngo
ope
era
asik
kan
n la
aya
ana
an kesselam
mattan.
10
0. Sist
S tem
m IT
Tm
medik
k,
adalah
h sis
s tem
m lisstrik
k IT yyang mem
mpu
unyyai per
p sya
ara
atan
n sp
pes
sifikk unt
u tukk
penera
apa
an me
edik.
C.
M ksud
Mak
dd
dan
nT
Tujjua
an
n
1..
Pers
P sya
ara
atan
n
dima
akssud
dka
an
Te
ekn
nis
P
Pra
asa
aran
na
sseb
bag
gai
acu
a uan
n
Insttala
asii
da
alam
m
Ele
ektrika
al
pe
em
men
nuh
han
n
R
Rum
mah
h
Sa
akit
pe
ersy
yarrata
an
inii
niss
tekn
prassarrana insttala
asi ele
ekttrik
kal untukk mew
m wujjud
dkan pra
p asaran
na ins
stalas
si e
elekktrikall
Rum
R mah
h Sa
S kit ya
ang
g berku
ualiitass, se
esuai de
eng
gan
n ffungsinyya, anda
al, se
era
asi,,
se
ela
arass den
d nga
an ling
gku
ung
gan
nnyya.
2.
D.
Ruang Lingkup
1.
2.
3.
Bab I
: Pendahuluan;
b.
Bab II
c.
d.
d.
Bab V
e.
Bab VI : Verifikasi;
f.
g.
h.
Bab IX : Penutup.
BAB II
ASESMEN KARAKTERISTIK UMUM
A.
B.
2.
1).
2)
a)
Dalam hal susunan fase tunggal 2-kawat yang didapat dari susunan
trifase 4-kawat, dua konduktor adalah dua konduktor lin atau konduktor
lin dan konduktor netral atau konduktor lin dan konduktor PEN.
b)
Konduktor PEL dan PEM bukan konduktor aktif, walaupun konduktor tersebut
menghantarkan arus operasi. Oleh karena itu, berlaku penamaan susunan 2kawat atau 3-kawat.
b.
2)
Garis titik-titik menunjukkan bagian sistem yang tidak dicakup dalam ruang
lingkup persyaratan, sedang garis menunjukkan bagian yang dicakup
persyaratan.
3)
Untuk sistem privat, sumber dan/atau sistem distribusi dapat dianggap sebagai
bagian instalasi dalam cakupan pengertian persyaratan ini. Untuk hal ini,
gambar tersebut dapat lengkap digambarkan dengan garis.
4)
= semua bagian aktif diisolasi dari bumi; atau satu titik dihubungkan ke
bumi melalui impedans tinggi.
1)
S
Sis
stem
m TN
TN
a
a)
S
Sis
stem sumb
berr tu
ung
gga
al
S
Sisstem
m da
aya
a TN
T me
m mp
pun
nya
ai sattu tittik ya
ang
g dib
bum
mik
kan
n
langsung
g pad
p da su
umber, BK
KT ins
stalassi dih
d ubungka
an ke
e titikk
ttersseb
butt mel
m alu
ui kon
k ndu
ukttor prrote
ekssi. Tig
ga je
eniss sist
s tem
m TN
TN
d
diperttimbangkan
n se
esu
uai sus
s unan kon
k ndu
ukto
or netrral dan
d n
p
pro
otek
ksi, se
eba
aga
ai ber
b riku
ut:
((1)
Sis
S stem
m TN-S
S, digu
d una
aka
an ko
ond
duk
kto
or prrote
ekssi ya
ang
g
ter
t pis
sah
h
pa
ada
a
sselu
uruh
ssisttem
m.
Lih
L at
ga
amb
barr
B.2.b.1)a
a).((1) 1.
II.B
Cat
C tata
an :
Unt
U tuk sim
mbo
ol, lihatt pe
enje
elasan yan
ng d
dibe
erik
kan pad
da b
butir II.B.2
2.b.
G mb
Gam
bar II.B
B.2
2.b.1).a).(1) - 1
Sist
S tem
m TNT -S den
d nga
an ko
ond
dukktorr ne
etra
al d
dan
n kondukto
or pro
p tek
ksi terrpis
sah
h pada selu
s uru
uh
ssisttem
m.
CA
ATA
ATA
AN gam
mbar II.B
I B.2.b
b.1)).a)).(1)) 1 : Pem
mbum
mia
an ta
amb
bah
han da
ari PE
P pad
p da in
nsta
alassi dapa
at dibe
d erika
an.
10
Gambar II.B.2.b.1).a).(1) - 2
Sistem TN-S dengan konduktor lin dibumikan dan konduktor proteksi terpisah pada
seluruh sistem
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(1) 2 : Pembumian tambahan dari PE pada distribusi dan pada instalasi
dapat diberikan.
Gambar II.B.2.b.1).a).(1) - 3
Sistem TN-S dengan konduktor proteksi dibumikan dan tanpa konduktor netral
didistribusikan, di seluruh sistem
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(1) 3 : Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.
11
(2)
proteksi
pada
digabungkan
sebagian
sistem.
dalam
Lihat
konduktor
gambar
II.B.2.b.
Gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 1
Sistem TN-C-S trifase, 4-kawat, dengan PEN terpisah menjadi PE dan N di tempat lain
pada instalasi
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(2) 1 : Pembumian tambahan dari PEN atau PE pada instalasi dapat
diberikan.
Konduktor netral dan konduktor proteksi digabungkan dalam konduktor tunggal pada sebagian sistem.
12
Gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 2
Sistem TN-C-S trifase, 4-kawat dengan PEN terpisah menjadi PE dan N di awal instalasi
(lazim di Indonesia)
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 2 : Pembumian tambahan dari PEN pada distribusi dan PE pada
instalasi dapat diberikan.
Gambar II.B.2.b.1).a).(2) - 3
Sistem TN-C-S fase tunggal, 2-kawat dengan PEN terpisah menjadi PE dan N
di awal instalasi
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(2) 3 : Pembumian tambahan dari PEN pada distribusi dan PE pada
instalasi dapat diberikan.
Fungsi netral dan konduktor proteksi digabungkan dalam konduktor tunggal di sebagian
sistem.
13
(3)
Gambar II.B.2.b.1).a).(3) - 1
Sistem TN-C dengan fungsi konduktor netral dan konduktor proteksi digabungkan dalam
konduktor tunggal di seluruh sistem
CATATAN gambar II.B.2.b.1).a).(3) 1 : Pembumian tambahan dari PEN dalam instalasi dapat diberikan.
b)
Sistem multisumber
Catatan:
Sistem multisumber diperlihatkan pada sistem TN dengan tujuan unik
untuk memberikan EMC (electromagnetic compatibility kesesuaian
elektromagnetik KEM).
Sistem multisumber tidak diperlihatkan dalam sistem TT dan IT karena
sistem tersebut biasanya kompatibel berkaitan dengan EMC.
14
bagian
sistem
TN
dengan
multisumber,
kebakaran;
(2)
korosi;
(3)
interferens elektromagnetik.
Gambar II.B.2.b.1).b) - 1
Sistem multisumber TN-C-S dengan konduktor proteksi dan konduktor netral terpisah ke
perlengkapan pemanfaat listrik
Catatan gambar II.B.2.b.1).b) - 1 :
(1)
15
(2)
(3)
(4)
Pada bangunan industri dengan hanya beban 2-fase dan beban 3-fase antara konduktor
fase, tidak perlu dilengkapi dengan konduktor netral. Lihat gambar II.B.2.b.1).b) - 2. Dalam
hal ini, konduktor proteksi sebaiknya mempunyai multi hubungan ke bumi.
Gambar II.B.2.b.1).b) - 2
Sistem multisumber TN dengan konduktor proteksi dan tanpa konduktor netral di seluruh
sistem untuk beban 2- atau 3-fase.
Catatan gambar II.B.2.b.1).b) 2 :
16
(1)
(2)
Konduktor interkoneksi antara titik-titik netral trnsformator atau titiktitik bintang generator harus diinsulasi. Fungsi konduktor ini adalah
seperti PEN, namun konduktor tersebut tidak boleh dihubungkan
ke perlengkapan pemanfaat listrik.
(3)
(4)
2)
Sistem TT
Sistem TT hanya mempunyai satu titik yang dibumikan langsung
dan
BKT
instalasi
dihubungkan
ke
elektrode
bumi
yang
Gambar II.B.2.b.2) - 1
Sistem TT dengan konduktor netral dan konduktor proteksi terpisah di seluruh instalasi
CATATAN gambar II.B.2.b.2) - 1 : Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.
17
Gambar II.B.2.b.2) - 2
Sistem TT dengan konduktor proteksi dibumikan dan tanpa konduktor netral
didistribusikan, di seluruh instalasi
CATATAN gambar II.B.2.b.2) 2 : Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.
3)
Sistem IT
Sistem daya IT mempunyai semua bagian aktif diisolasi dari bumi
atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui impedans. BKT
instalasi listrik dibumikan secara independen atau secara kolektif
atau ke pembumian sistem. Lihat gambar II.B.2.b.3) - 1 dan
gambar II.B.2.b.3) - 2.
18
Gambar II.B.2.b.3) - 1
Sistem IT dengan semua BKT diinterkoneksi dengan konduktor proteksi yang secara
kolektif dibumikan
CATATAN gambar II.B.2.b.3) 1 : Pembumian tambahan dari PE pada
instalasi dapat diberikan.
(1)
(2)
19
Gambar II.B.2.b.3) - 2
Sistem IT dengan BKT dibumikan dalam kelompok atau secara individual
CATATAN gambar II.B.2.b.3) 2 : Pembumian tambahan dari PE pada
instalasi dapat diberikan.
4)
(1)
(2)
Sistem a.s.
Jenis pembumian sistem untuk sistem arus searah (a.s.).
Jika gambar II.B.2.b.4).a) - A hingga gambar II.B.2.b.4).a) - B
berikut memperlihatkan pembumian kutub spesifik dari sistem a.s.
2-kawat, keputusan apakah membumikan kutub positif atau
negatif harus didasarkan pada keadaan operasional atau
pertimbangan lain, misalnya menghindari efek korosi pada
konduktor lin dan susunan pembumian.
a)
Sistem TN-S
20
Jenis (A)
Gambar II.B.2.b.4).a) - A
CATATAN 1 Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat diberikan.
Jenis (B)
21
b)
Sistem TN-C
Fungsi konduktor lin dibumikan misalnya L dan konduktor
proteksi pada jenis (A) digabungkan dalam satu konduktor
tunggal PEL di seluruh instalasi, atau konduktor titik tengah
dibumikan M dan konduktor proteksi digabungkan pada jenis
(B) dalam satu konduktor tunggal PEM di seluruh instalasi.
Jenis (A)
Gambar II.B.2.b.4).b) - A
CATATAN 3 Pembumian tambahan dari PEL pada instalasi dapat diberikan.
Jenis (B)
22
c)
Sistem TN-C-S
Fungsi konduktor lin dibumikan misalnya L pada jenis (A)
dan fungsi konduktor proteksi digabungkan dalam satu
konduktor tunggal PEL di sebagian instalasi, atau konduktor
kawat-tengah dibumikan M pada jenis (B) dan konduktor
proteksi digabungkan dalam satu konduktor tunggal PEM di
sebagian instalasi.
Jenis A
23
Jenis B)
d)
Sistem TT
Jenis (A)
24
Jenis (B)
e)
Sistem IT
(1)
25
Jenis (A)
26
3.
Suplai
a.
Umum
Karakteristik berikut dari suplai, dari sumber mana saja, dan julat
normal dari karakteristik tersebut jika sesuai, harus ditentukan dengan
perhitungan, pengukuran, investigasi atau inspeksi:
1)
voltase nominal
2)
3)
4)
5)
6)
27
4.
Pembagian instalasi
a.
2)
3)
4)
5)
6)
b.
C.
Kompabilitas
1.
Kompabilitas karakteristik
Asesmen harus dilakukan pada setiap karakteristik perlengkapan yang
mungkin mempunyai efek merusak terhadap perlengkapan listrik lain atau
pelayanan lain atau mungkin mengganggu suplai, misalnya untuk koordinasi
dengan fihak terkait. Karakteristik tersebut mencakup, misalnya:
28
a.
b.
voltase kurang;
c.
d.
e.
arus asut;
f.
arus harmonik;
2.
g.
h.
i.
j.
k.
Kompatibilitas elektromagnetik
Semua perlengkapan listrik harus memenuhi persyaratan EMC yang sesuai,
dan harus sesuai dengan standar EMC yang relevan.
Harus dipertimbangkan oleh perencana dan desainer instalasi listrik untuk
tindakan mengurangi efek gangguan voltase yang diinduksikan dan
interferens elektromagnetik (electromagnetic interference - EMI).
Tindakan diberikan pada PUIL.
D.
Kemampupeliharaan
Asesmen harus dilakukan dari seringnya dan mutu pemeliharaan instalasi yang
diharapkan dapat diterima selama usia instalasi yang dimaksudkan. Jika ada yang
berwenang bertanggung jawab terhadap operasi instalasi, maka yang berwenang
tersebut harus dikonsultasi. Karakteristik tersebut harus diperhitungkan dalam
menerapkan persyaratan Bab IV hingga Bab VI sedemikian sehingga berkaitan
dengan seringnya dan mutu pemeliharaan yang diharapkan:
1.
2.
3.
E.
Pelayanan keselamatan
29
1.
Umum
CATATAN 1 Keperluan pelayanan keselamatan dan sifatnya sering diatur oleh otoritas
pemerintah yang persyaratannya harus diobservasi.
CATATAN 2 Contoh pelayanan keselamatan adalah: lampu keluar darurat, sistem alarm
kebakaran, instalasi untuk pompa kebakaran, lift pemadam kebakaran, perlengkapan
pengeluaran asap dan bahang.
batere
b.
sel primer;
c.
d.
2.
Klasifikasi
a.
b.
2)
F.
2)
3)
4)
5)
Kontinuitas pelayanan
Asesmen harus dilakukan pada setiap sirkit untuk setiap keperluan kontinuitas
pelayanan yang dianggap perlu selama umur instalasi yang dimaksudkan.
Karakteristik berikut sebaiknya dipertimbangkan:
30
G.
1.
2.
3.
jumlah sirkit;
4.
multisuplai daya;
5.
2.
Suplai Daya.
Dalam lokasi medik, sistem distribusi sebaiknya didesain dan dipasang untuk
memfasilitasi tukar alih otomatis dari jaringan distribusi utama ke sumber
keselamatan listrik yang menyuplai beban esensial (lihat PUIL
atau IEC
710.3131.1).
CATATAN 1 Klasifikasi lokasi medik sebaiknya berkaitan pada jenis kontak antara bagian
terapan dan pasien, maupun untuk keperluan apa lokasi tersebut digunakan.
31
BAB III
SUMBER DIESEL GENERATOR
A.
Pertimbangan Rancangan
Dua sumber untuk daya normal harus dipertimbangkan tetapi bukan merupakan
sumber daya pengganti seperti dijelaskan dalam pasal ini.
1.
2.
b.
c.
d.
e.
f.
Susunan
pintas
(bypass)
untuk
mengijinkan
pengujian
dan
32
B.
Perlengkapan Pengindera.
Perlengkapan pengindera arus, fasa dan bumi, harus dipilih untuk meminimalkan
perluasan interupsi ke sistem kelistrikan karena arus abnormal yang disebabkan
oleh beban lebih dan / atau sirkit hubung singkat.
C.
Sirkit Pelindung.
Sirkit pelindung beban generator dirancang untuk tujuan mengurangi beban atau
sistem prioritas beban, tidak harus memelindungi keselamatan jiwa beban
cabang/, beban cabang kritis yang melayani daerah pelayanan kritis, kompresor
udara medik, pompa vakum bedah medik, pompa menjaga tekanan (jockey) untuk
sistem proteksi kebakaran yang berbasis air, pompa bahan bakar generator, atau
perlengkapan generator lainnya.
D.
normal
terinterupsi.
E.
F.
G.
33
2.
H.
2.
3.
34
I.
Ruang pembangkit.
1.
2.
J.
K.
Pengangkatan beban.
Generator set harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengangkat beban
dan memenuhi persyaratan frekuensi dan tegangan yang stabil dari sistem darurat
di dalam waktu 10 detik setelah hilangnya daya normal.
L.
Menjaga temperatur
Ketentuan harus dibuat untuk menjaga ruang generator tidak kurang dari 10 oC
(50 oF) atau temperatur selimut air mesin tidak kurang dari 32 oC (90 oF).
M.
Ventilasi udara
Ketentuan harus dibuat untuk menyediakan udara yang cukup untuk pendinginan
dan untuk melengkapi lagi udara pembakaran mesin.
35
N.
O.
P.
Q.
Motor bakar
Motor bakar yang melayani generator set harus dilengkapi dengan :
a.
b.
2)
3)
c.
36
1)
2)
kecepatan lebih.
d.
3)
4)
Alarm bunyi untuk memberi peringatan adanya kondisi satu atau lebih
alarm awal atau alarm.
2.
3.
2)
b.
Sinyal
visual
individu
ditambah
sinyal
visual
biasa
yang
2)
37
3)
4)
2.
5)
6)
Kecepatan lebih.
Apabila tempat kerja regular tidak selalu terjaga, sinyal bunyi dan visual yang
menunjukkan kekacauan, yang terlabel dengan tepat, harus ditentukan pada
lokasi yang terus menerus termonitor.
Sinyal yang menunjukkan kekacauan ini harus bekerja apabila setiap kondisi
pada butir III.R.1 dan butir III.R.2 terjadi, tetapi kondisi ini tidak ditunjukkan
secara individu.
S.
Batere.
Sistem batere harus memenuhi seluruh persyaratan yang berlaku SNI 04-02252000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
38
BAB IV
PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN
A.
(misalnya
luminer
ruang
operasi/bedah),
harus
Rintangan
Proteksi dengan rintangan tidak diizinkan.
2)
c.
Umum
(1)
Diskoneksi suplai
Dalam lokasi medik dari kelompok 1 dan kelompok 2,
berlaku yang berikut:
39
(a)
untuk
sistem
sentuh
untuk
sistem
TN
dan
IT,
berlaku
Tabel
IV.A.1.c.1).a).(1).(b).
Tabel IV.A.1.c.1).a).(1).(b)
Sistem
50 V < Uo 120 V
Uo > 400 V
detik
detik
detik
detik
a.b.
a.s.
a.b.
a.s.
a.b.
a.s.
a.b.
a.s.
TN
0,8
Catatan 1
0,4
0,2
0,4
0,1
0,1
TT
0,3
Catatan 1
0,2
0,4
0,07
0,2
0,04
0,1
Jika dalam sistem TT, diskoneksi dilaksanakan oleh gawai proteksi arus lebih (GPAL) dan ikatan
ekuipotensial proteksi dihubungkan dengan semua BKE di dalam instalasi, dapat digunakan
waktu diskoneksi maksimum yang berlaku untuk sistem TN.
U0 adalah voltase lin ke bumi a.b. atau a.s. nominal.
CATATAN 1 Diskoneksi dapat disyaratkan untuk alasan selain proteksi terhadap kejut listrik.
CATATAN 2 Jika diskoneksi dilakukan dengan GPAS lihat butir IV.A.1.c.2) dan butir IV.A.1.c.3).
CATATAN Diskoneksi suplai ketika terjadi kondisi beban lebih
atau hubung pendek, dapat dicapai dengan metode desain yang
berbeda dalam prosedur aturan umum untuk memenuhi tingkat
keselamatan yang disyaratkan.
2)
Sistem TN
Pada sirkit akhir kelompok 1 dengan nilai pengenal hingga 32 A,
harus digunakan gawai proteksi arus sisa (GPAS) dengan arus
operasi sisa maksimum 30 mA (proteksi tambahan).
Pada lokasi medik kelompok 2, proteksi dengan diskoneksi
otomatis suplai dengan sarana GPAS dengan arus operasi sisa
tidak melebihi 30 mA hanya harus digunakan untuk sirkit berikut:
a)
b)
c)
d)
40
3)
Sistem TT
Pada lokasi medik kelompok 1 dan kelompok 2, persyaratan
sistem TN berlaku dan dalam semua hal harus menggunakan
GPAS.
4)
Sistem IT medik
CATATAN 1 Di Amerika Serikat sistem tersebut dikenal sebagai Sistem Daya
Terisolasi
a)
b)
(2)
(3)
41
(4)
c)
(2)
(3)
(4)
5)
42
(1)
konduktor proteksi;
(2)
(3)
(4)
(5)
b)
c)
harus
ekuipotensial
dilengkapi
tambahan
yang
dengan
harus
busbar
ikatan
dihubungkan
ke
Proteksi kebakaran
Peraturan nasional atau SNI yang memberikan persyaratan tambahan dapat
berlaku.
43
BAB V
PEMILIHAN DAN PEMASANGAN PERLENGKAPAN LISTRIK
A.
Kondisi operasi
a.
b.
2.
Pengaruh eksternal
CATATAN Jika sesuai, sebaiknya diberikan perhatian untuk pencegahan interferens
elektromagnetik.
a.
44
Risiko ledakan
Gawai listrik (misalnya kotak kontak dan sakelar) harus dipasang pada
jarak horizontal sekurang-kurangnya 0,2 m (titik tengah ke titik tengah)
dari setiap outlet gas medik, sedemikian sehingga meminimalkan risiko
penyulutan gas mudah terbakar.
B.
diagram blok yang memperlihatkan sistem distribusi suplai daya normal dan
suplai daya untuk pelayanan keselamatan dalam gambar lin tunggal.
Diagram ini harus memuat informasi mengenai lokasi dari panel subdistribusi
di dalam bangunan;
2.
3.
gambar arsitektur;
4.
5.
6.
7.
45
8.
buku catatan yang berisi rekaman semua pengujian dan inspeksi yang perlu
dilengkapi sebelum komisioning.
C.
Sistem perkawatan
Setiap sistem perkawatan dalam lokasi medik kelompok 2 harus khusus untuk
penggunaan perlengkapan dan fiting di lokasi tersebut.
D.
E.
Perlengkapan lain
1.
Sirkit pencahayaan
Pada lokasi medik kelompok 1 dan kelompok 2, sekurang-kurangnya harus
dilengkapi dengan dua sumber suplai berbeda untuk beberapa luminer
dengan 2 sirkit. Salah satu dari dua sirkit harus dihubungkan ke pelayanan
keselamatan.
Untuk rute penyelamatan, luminer selang-seling harus dihubungkan untuk
pelayanan keselamatan.
2.
Sirkit kotak kontak pada sistem IT medik untuk lokasi medik kelompok
2.
a.
2).
46
b.
Jika sirkit disuplai dari sistem lain (sistem TN-S atau TT) pada lokasi
medik yang sama, kotak kontak yang dihubungkan ke sistem IT medik
harus:
1).
2).
F.
Pelayanan keselamatan
1.
Sumber
Klasifikasi pelayanan keselamatan diberikan dalam Tabel V.F.1.
Kelas 0
(tanpa pemutusan)
Kelas 0,15
(pemutusan sangat singkat
Kelas 0,5
(pemutusan singkat)
Kelas 15
(pemutusan menengah)
Kelas >15
(pemutusan lama)
CATATAN 1 : Biasanya tidak diperlukan untuk menyediakan suplai daya tanpa pemutusan
untuk perlengkapan listrik medik. Namun perlengkapan dikendalikan mikroprosesor dapat
mensyaratkan suplai tersebut.
CATATAN 2 : Pelayanan keselamatan disediakan untuk lokasi yang mempunyai klasifikasi
berbeda sebaiknya memenuhi klasifikasi yang memberikan keamanan suplai tertinggi.
Mengacu ke Tabel V.G untuk pedoman keterkaitan klasifikasi pelayanan keselamatan dengan
lokasi medik
CATATAN 3 : Pengertian di dalam berarti
G.
47
Tabel V.G Kelompok dan Klasifikasi untuk pelayanan keselamatan di lokasi medik.
Fungsi ruang
Kelompok
0
1
2
3
4
Ruang Triage
Ruang Observasi
Ruang Resusitasi
Ruang Tindakan
5
6
7
8
Ruang Pendaftaran
Ruang Tunggu
Ruang Periksa
Ruang Tindakan
9
1
0
1
1
Kamar Pasien
0,5 detik
Ruang Tindakan
Ruang Isolasi
Kelas
> 0,5 detik 15
detik
X
INSTALASI KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
Ruang Periksa
48
Ruang Pendaftaran
Ruang Persiapan
Ruang Induksi/Anestesi
Scrubstation
X
X
Kamar Bedah
Ruang Spoolhuok
Gudang Anestesi
X
X
Gudang Peralatan
Gudang Obat
9
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7
3
8
Gudang Linen
Ruang Rawat Intensif
X
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF (ICU)
a
X
X
Gudang Obat
LABORATORIUM
3
9
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
4
6
4
7
4
8
4
9
5
0
5
1
Laboratorium, bacteriology
Laboratorium, biochemistry
Laboratorium, cytology
Laboratorium, hematologi
Laboratorium, histology
Laboratorium, Microbiology
Laboratorium, pathology
Laboratorium, serology
X
X
Bank darah
Ruang otopsy
Farmasi
INSTALASI DIAGNOSTIK
5
2
5
3
5
4
5
5
5
6
5
Ruang Pemeriksaan
Ruang Laparascopy
Ruang Endoscopy
49
7
5
8
Ruang Bronchoscopy
X
INSTALASI RADIOLOGI
5
9
6
0
6
1
6
2
6
3
6
4
Radiologi Diagnostik
Ruang CT Scan
Ruang MRI
Ruang Angiografi
Ruang Panoramik
Ruang Radioterapi
X
INSTALASI REHABILITASI MEDIK
6
5
6
6
6
7
6
8
Gymnasium Mats
Treatment
Ruang Hidroterapi
Ruang Pemeriksaan
X
INSTALASI LAUNDRY
6
9
7
0
7
1
7
2
7
3
Laundri, umum
Ruang Setrika
X
STERILISASI DAN SUPLAI
7
4
7
5
7
6
7
7
Ruang Disassembly
Ruang Assembly
Gudang Steril
X
DAPUR
7
8
7
9
8
0
8
1
8
2
Ruang Penerimaan
Walk in Freezer
Walk in Refrigerator
Gudang
a
b
50
Luminer dan perlengkapan listrik medik penunjang hidup yang memerlukan suplai daya
dalam 0,5 detik atau kurang.
Bukan merupakan ruang bedah.
a.
2)
4)
b.
51
2)
3)
Sumber suplai daya dengan periode tukar alih lebih lama dari
15 detik.
Perlengkapan selain dari yang dicakup dalam butir V.F.1.b.1) dan
butir V.F.1.b.2) , yang disyaratkan untuk pemeliharaan pelayanan
rumah sakit, dapat dihubungkan secara otomatis atau manual ke
sumber
suplai
daya
mempertahankannya
ke
selama
selamatan
periode
yang
minimum
mampu
24
jam.
perlengkapan sterilisasi;
b)
52
c)
perlengkapan pendingin;
d)
perlengkapan masak;
e)
pengisi aki.
H.
Pencahayaan keselamatan
Saat kegagalan daya jaringan, iluminans minimum yang diperlukan harus
disediakan dari sumber pelayanan keselamatan untuk lokasi berikut. Periode
tukar alih ke sumber keselamatan tidak boleh melebihi 15 detik:
a.
rute penyelamatan;
b.
c.
lokasi PHBK untuk set generator darurat dan untuk panel distribusi
utama suplai daya normal dan untuk sumber daya untuk pelayanan
keselamatan;
d.
e.
ruangan lokasi medik kelompok 1. Dalam setiap ruangan sekurangkurangnya satu luminer harus disuplai dari sumber suplai daya untuk
pelayanan keselamatan;
f.
CATATAN Nilai untuk iluminans minimum dapat diberikan dalam peraturan nasional atau
daerah.
I.
Pelayanan lain
Pelayanan
selain
pencahayaan
yang
mensyaratkan
suplai
pelayanan
keselamatan dengan periode tukar alih tidak melebihi 15 detik dapat mencakup,
misalnya yang berikut:
1.
2.
3.
sistem pemanggilan;
53
4.
5.
6.
54
BAB VI
VERIFIKASI
A.
Verifikasi
Tanggal dan hasil setiap verifikasi harus direkam.
B.
Verifikasi awal
Pengujian yang ditentukan di bawah pada butir 1 hingga butir 5 sebagai tambahan
pada persyaratan PUIL, kedua-duanya harus dilakukan sebelum komisioning dan
setelah perubahan atau perbaikan dan sebelum komisioning ulang.
1.
Uji fungsional GMI dari sistem IT medik dan sistem alarm akustik/visual.
2.
3.
4.
5.
C.
Verifikasi periodik
Verifikasi periodik butir 1 hingga butir 5 dari bab V.B harus dilakukan sesuai
dengan peraturan daerah/nasional. Jika tidak terdapat peraturan daerah/nasional,
direkomendasikan interval berikut:
1.
2.
3.
4.
55
5.
6.
b.
7.
c.
d.
56
a.
b.
BAB VII
CARA PERKAWATAN DAN PERLENGKAPAN
2.
3.
4.
5.
6.
Hanya inti dari sirkit utama yang boleh dipasangkan pada kabel berinti
banyak, atau dalam satu pipa untuk kabel berinti tunggal. Berbagai sirkit
bantu hanya boleh dipasangkan pada sirkit utamanya dalam satu jalur
konduktor (misalnya pipa), jika semuanya terhubung pada satu perlengkapan
dan disuplai dari sumber yang sama.
7.
57
B.
PHBK harus dipasang di luar ruang pelayanan kesehatan dan harus mudah
dicapai.
CATATAN : Kotak hubung dan terminal yang menjadi satu dengan perlengkapan (misalnya
pipa pesawat sinar X), tidak termasuk PHBK seperti yang dimaksud di sini.
2.
b.
Dalam hal ini harus dipasang konduktor proteksi tersendiri pada konduktor
yang menyalurkan daya pada PHBK cabang.
3.
PHBK untuk kedua ruang itu dipisahkan oleh dinding dan mempunyai
tutup masing-masing;
b.
4.
Bagian PHBK yang terhubung pada aparat catu daya pengganti dan segala
konduktornya dipisahkan oleh dinding dengan tutup tersendiri.
5.
Pengujian insulasi untuk tiap sirkit harus dapat dilaksanakan tanpa membuka
terminal konduktor netral, misalnya dengan memasang terminal pemisah
pada PHBK tersebut.
58
6.
C.
Tindakan proteksi
Untuk menghindari bahaya sentuh tak langsung harus dilakukan dengan cara
yang cocok tiap kelompok ruang pelayanan kesehatan. Ruang yang pada saat
yang sama, atau untuk sementara, dapat digolongkan dalam berbagai kelompok,
izin proteksinya hanya diberikan untuk satu kelompok saja.
1
Cara proteksi tersebut dalam butir VII.C.1 di atas harus dipilih yang cocok
dengan ruang, ditambah syarat untuk tiap kelompok sebagai berikut :
a
2)
3)
4)
2)
3)
4)
59
b)
c)
d)
3
Insulasi di tempat kaki berpijak saja tidak diizinkan sebagai insulasi proteksi
(lokasi nonkonduktif).
Sistem IT
Untuk sistem IT harus diperhatikan hal-hal berikut :
a.
b.
c.
1)
2)
60
d.
Sebagai proteksi hubung pendek dan beban lebih dari sirkit beban
hanya boleh digunakan pemutus sirkit arus lebih. Pemutus sirkit ini
harus bekerja secara selektif dengan gawai proteksi yang dipasang di
depannya.
e.
Voltase nominal pada sisi sekunder tidak boleh lebih dari 230 V;
hal itu berlaku juga untuk voltase antara fase pada voltase fase
tiga.
2)
a)
b)
f.
2)
3)
61
a)
b)
c)
d)
4)
dengan :
I'N
b.
GPAS harus mempunyai proteksi arus operasi sisa pengenal tidak lebih
dari 30 mA.
7.
Konduktor proteksi
a.
62
b.
2).
c.
1)
2)
Dalam PHBK dan pada rel konduktor proteksi, setiap konduktor proteksi
harus diberi tanda yang jelas sesuai dengan gambar instalasi.
d.
8.
Ekuipotensial khusus.
63
2)
3)
4)
5)
b.
64
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b)
CONTOH :
Sebagai contoh pelaksanaan ekuipotensial dengan rel penyama voltase lihat
Gambar VII.C.8.a.8) - 1 dan gambar VII.C.8.a.8) - 2 .
65
66
2.
Aparat rontgen
3.
Aparat elektromedik
4.
Lampu operasi
5.
Pencahayaan ruang
6.
7.
8.
Panel dengan tanda-tanda akustis dan optis, tombol uji coba, dan tombol PE
9.
67
68
1.
2.
3.
4.
Lampu operasi
5.
Meja operasi
6.
Pelindung konduktor
7.
8.
9.
Gambar VII.C.8.a.8) - 3
Daerah (zone) rawan di ruang operasi yang menggunakan anastetik mampu bakar berupa
campuran gas anastetik dan bahan pembersih
Catatan keterangan gambar VII.C.8.a.8) 3 :
1.
2.
3.
Perlengkapan medik
4.
Lampu operasi
5.
Penderita
6.
Sakelar injak
7.
Zone M
69
2)
b.
Bila dalam hal luar biasa di ruang fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan fungsinya dapat timbul zone bahaya ledakan yang lain dari
zone G dan M, di zone tersebut berlaku ketentuan dalam PUIL, butir
VII.D.1.a.1) tentang Ruang dengan bahaya kebakaran dan ledakan.
c.
2.
70
Bila konduktor listrik dan pipa untuk gas yang memudahkan terjadinya
kebakaran dipasang bersama-sama dalam satu jalur, pipa, atau kotak,
maka konduktor listrik harus minimum memenuhi syarat untuk jenis
NYM.
Untuk kabel telepon hanya diperlukan tindakan pencegahan, bila hasil
perkalian dari voltase tanpa beban dan arus hubung pendek melebihi
10 VA.
Bila aliran listrik terputus dalam ruang pelayanan kesehatan Kelompok 1 dan
2, perlengkapan seperti yang disebutkan dalam butir VII.E.2 harus dapat
bekerja terus dengan daya dari suatu CDPK, dengan mengindahkan
ketentuan di bawah ini:
CDPK tidak dapat mengganti CDP seperti yang disyaratkan, sebaliknya CDP
yang sesuai tidak dapat menggantikan CDPK.
CONTOH :
CDPK dalam sistem distribusi instalasi listrik pada fasilitas pelayanan
kesehatan diberikan dalam butir VII.E.1.
CATATAN : Dalam hal ini masing-masing ketentuan yang berlaku dalam persyaratan
pembangunan rumah sakit harus dipenuhi.
71
Gambar VII.C.4
Contoh sistem distribusi instalasi listrik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2
Menghubungkan perlengkapan
a
Dalam setiap ruang bedah atau ruang kegiatan medis lain yang dapat
digolongkan pada Kelompok 1 dan 2, sekurang-kurangnya harus ada
seperangkat lampu bedah yang dapat dinyalakan dengan tenaga dari
CDPK, misalnya dari baterai.
Waktu pindah beban paling lambat 0,5 detik.
Padamnya
satu
lampu
dari
seperangkat
lampu
tidak
boleh
72
CDPK dapat juga dihubungkan dengan sirkit lain dari sistem konduktor
proteksi dari ruang Kelompok 2 sesuai dengan butir VII.C.5, bila CDPK
tersebut memang sudah direncanakan untuk itu. Jika tidak semua kotak
kontak tersambung pada CDPK, kotak kontak yang tersambung
padanya harus diberi tanda yang jelas dan permanen.
Persyaratan umum
a.
b.
2)
Tindakan
proteksi
terhadap
sentuh
tak
langsung
harus
tetap
d.
e.
73
f.
g.
Bila CDPK harus melayani lebih dari satu sirkit, selektivitas proteksi
arus lebih harus terjamin bila terjadi hubung pendek.
h.
b.
hanya
jenis Ni-Cd atau batere Pb dengan permukaan kutub positif yang luas.
Batere kendaraan bermotor tidak boleh digunakan.
c.
2)
3)
Menguji instalasi
1
Agar instalasi listrik dapat digunakan dengan baik, instalasi itu perlu diulang
uji secara berkala dan pengguna instalasi harus mempunyai dokumen
berikut:
74
a)
b)
c)
d)
buku uji atau berita acara pengujian mengenai hasil semua pengujian
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.
3.
b.
c.
4.
b.
Untuk itu, instalasi harus diuji sesuai dengan butir VII.F.2 dan butir
VII.F.2.b. Gambar instalasi listrik dan diagram PHBK harus diperbaiki
jika terjadi perubahan atau penambahan pada instalasi.
75
5.
Pengujian berkala
a
Hasil pengujian harus dicatat dalam buku uji sesuai dengan butir
VII.F.1.
2).
3).
Uji coba CDPK harus dilakukan dengan pembebanan sekurangkurangnya 50 % daya nominal : selama 15 menit untuk catu daya
statis dan konverter berputar dan 60 menit untuk catu daya
dinamis, dilaksanakan oleh petugas sekurang-kurangnya sebulan
sekali sesuai dengan petunjuk pembuat perlengkapan catu daya.
76
BAB VIII
KETENTUAN UNTUK PROTEKSI DASAR
CATATAN Ketentuan untuk proteksi dasar memberikan proteksi pada kondisi normal dan diterapkan jika
ditentukan sebagai bagian tindakan proteksi yang dipilih
Bagian Aktif harus tertutup seluruhnya dengan insulasi yang hanya dapat dilepas dengan
merusaknya.
Untuk perlengkapan, insulasi harus memiliki standar relevan untuk perlengkapan listrik
CATATAN Penghalang atau selungkup dimaksudkan untuk mencegah sentuh dengan bagian aktif
77
kestabilan
dan
daya
tahan
yang
memadai
untuk
atau
selengkup
tersebut,
pemulihan
suplai
hanya
78
BAB IX
PENUTUP
Persyaratan teknis prasarana instalasi elektikal rumah sakit ini diharapkan dapat
digunakan sebagai rujukan oleh pengelola rumah sakit, penyedia jasa kontruksi,
pemerintah daerah, dan instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan dan
pengendalian penyelenggaraan pembangunan prasarana instalasi elektrikal guna
menjamin keselamatan rumah sakit dan lingkungan terhadap bahaya elektrikal.
Persyaratan teknis yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif serta penyesuaian
persyaratan prasarana instalasi elektikal pada rumah sakit oleh masing-masing daerah
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
Sebagai pedoman/petunjuk kelengkapan dapat digunakan Standar Nasional Indonesia
(SNI) terkait lainnya.
MENTERI KESEHATAN,
79
80
Pengarah
Ir Bartien Sayogo
Ir. Sukarno
Konsultan Listrik
Konsultan Perencana
Ir. Nurfulela, MT
Akademisi
81
DAFTAR ISI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Penggunaan
Sifat bahaya dari sistem gas dan vakum
Sumber
Katup
Stasiun outlet I inlet
Rakitan buatan pabrik
Rel gas medik (RGM) yang terpasang pada permukaan
Indikator tekanan dan vakum
Sistem peringatan
Distribusi
Penamaan dan identifikasi
Kriteria dan uji kinerja (gas, vakum medik-bedah, dan BSGA)
Pengoperasian dan manajemen
1
1
1
37
41
42
44
45
45
50
60
63
75
iii
Penggunaan.
1.1
Ketentuan ini berlaku wajib untuk Rumah sakit yang menggunakan sistem instalasi gas
Bila terdapat istilah gas medik atau vakum, ketentuan tersebut berlaku bagi semua sistem
perpipaan untuk oksigen, nitrous oksida, udara medik, karbon dioksida, helium, nitrogen, vakum
medik untuk pembedahan, pembuangan sisa gas anestesi, dan campuran dari gas-gas tersebut.
Bila terdapat nama layanan gas khusus atau vakum, maka ketentuan tersebut hanya berlaku bagi
gas tersebut.
1.3
Suatu sistem yang sudah ada yang tidak sepenuhnya memenuhi ketentuan ini boleh tetap
digunakan sepanjang pihak yang berwenang telah memastikan bahwa penggunaannya tidak
membahayakan jiwa.
gas medik dan sistem vakum bedah-medik harus dipertimbangkan dalam perancangan, pemasangan,
pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan dari sistem ini.
Sumber.
3.1
3.1.1
Silinder dan kontainer yang boleh digunakan hanya yang dibuat, diuji, dan dipelihara
Isi silinder harus diidentifikasi dengan suatu label atau cetakan yang ditempelkan pada
silinder dan kontainer yang menyebutkan isi silinder sesuai ketentuan yang berlaku.
3.1.3
3.1.4
Label tidak boleh dirusak, diubah, atau dilepas, dan fiting penyambung tidak boleh
dimodifikasi.
3.1.5
Pintu ruangan yang berisi gas medik selain dari oksigen dan udara medik harus berlabel
sebagai berikut:
AWAS
Gas Medik
Dilarang Merokok atau Menyalakan Api
Oksigen Dalam Ruangan Mungkin Tidak Cukup
Buka Pintu dan Biarkan Ruangan Terventilasi Sebelum Masuk
3.1.6
Pintu ruangan yang berisi sistem pasokan sentral atau silinder yang hanya berisi oksigen
3.2
3.2.1
Dilarang penggunaan adaptor atau fiting konversi untuk menyesuaikan fiting khusus suatu
3.2.3
Hanya silinder gas medik dan kontainer yang dapat diisi ulang, serta kelengkapannya
Dilarang menyimpan bahan mudah menyala, silinder berisi gas mudah menyala atau
kontainer berisi cairan mudah menyala, dalam ruangan bersama silinder gas medik.
3.2.5
3.2.6
Bila silinder dibungkus pada saat diterima, pembungkus tersebut harus dibuang sebelum
disimpan.
3.2.7
Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila silinder sedang tidak
digunakan.
3.2.8
Dilarang menggunakan silinder tanpa penandaan yang benar, atau yang tanda dan fiting
Unit penyimpan cairan kriogenik yang dimaksudkan memasok gas ke fasilitas dilarang
3.3.
3.3.1
Penempatan sistem pasokan sentral harus memenuhi kriteria dalam butir 3.3.1.1 sampai
3.3.1.10.
3.3.1.1 Setiap sistem berikut boleh ditempatkan bersama dalam satu konstruksi pelindung di luar
bangunan (outdoor) :
(1)
manifol untuk silinder gas tanpa sumber cadangan. (lihat butir 3.4.9);
(2)
(3)
(4)
3.3.1.2 Setiap sistem berikut ini boleh ditempatkan bersama dalam satu konstruksi pelindung di
dalam bangunan (indoor) :
(1)
manifol untuk silinder gas tanpa sumber cadangan. (lihat butir 3.4.9);
(2)
(3)
(4)
(5)
3.3.1.3 Setiap sistem berikut ini boleh ditempatkan bersama dalam satu ruangan :
(1)
(2)
(3)
(4)
3.3.1.4 Setiap sistem dalam butir 3.3.1.3 dilarang ditempatkan dalam satu ruangan yang sama
dengan setiap sistem dalam butir 3.3.1.1 atau 3.3.1.2, kecuali bila header cadangan untuk udara
medik atau udara instrumen memenuhi butir 3.4.13
3.3.1.5 Lokasi sistem pasokan sentral harus dipilih untuk memudahkan akses kendaraan
pengantar dan pengelolaan silinder (sebagai contoh: kedekatan dengan landasan bongkar-muat,
akses ke lif, pengangkutan silinder melalui daerah umum).
3.3.1.6 Lokasi dalam bangunan untuk gas oksigen, nitrous oksida, dan campuran dari gas-gas ini
tidak boleh berhubungan dengan yang berikut ini :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
3.3.1.7 Silinder yang sedang digunakan dan yang tersimpan harus dicegah agar tidak mencapai
temperatur melampui 54oC (130oF).
3.3.1.8 Sistem pasokan sentral untuk nitrous oksida dan karbon dioksida harus dicegah agar
tidak mencapai temperatur yang lebih rendah dari rekomendasi pabrik pembuat sistem pasokan
sentral, tetapi sama sekali tidak boleh lebih rendah dari 7oC (20oF) atau lebih tinggi dari 54 oC
(130oF).
3.3.1.9 Sistem pasokan sentral untuk oksigen dengan kapasitas terpasang dan tersimpan
seluruhnya 566 kiloliter (20 000 ft3) atau lebih, pada temperatur dan tekanan standar, harus
memenuhi ketentuan yang berlaku.
3.3.1.10 Sistem pasokan sentral untuk nitrous oksida dengan kapasitas terpasang dan tersimpan
seluruhnya 1451 kg (3200 lb) atau lebih pada temperatur dan tekanan standar harus memenuhi
ketentuan yang berlaku.
3.3.2
Lokasi sistem pasokan sentral dan penyimpanan gas-gas medik harus memenuhi persyaratan
berikut:
(1)
Dipasang dengan akses yang mudah untuk memindahkan silinder, peralatan, dan
sebagainya, keluar dan masuk lokasi.
(2)
Dijaga keamanannya dengan pintu atau gerbang yang dapat dikunci atau diamankan
dengan cara lain.
(3)
Jika di luar bangunan, ruangan harus dilindungi dengan dinding atau pagar dari bahan
yang tidak mudah terbakar.
(4)
Jika di dalam bangunan, harus dibangun dan menggunakan bahan interior yang tidak
mudah terbakar atau sulit terbakar sehingga semua dinding, lantai, langit-langit, dan
pintu sekurang-kurangnya mempunyai tingkat ketahanan api 1 jam.
(5)
Jika peralatan listrik ditempatkan pada atau lebih tinggi dari 150 cm (5 ft) di atas lantai
untuk menghindari kerusakan fisik, harus memenuhi ketentuan atau standar yang
berlaku.
(6)
Jika diperlukan pemanasan, harus dipanaskan dengan cara tidak langsung, (misalnya
dengan uap air atau air panas).
(7)
Dilengkapi dengan rak, rantai, atau pengikat lainnya untuk mengamankan masingmasing silinder, baik yang terhubung maupun yang tidak terhubung, penuh atau
kosong, agar tidak roboh.
(8)
Dipasok dengan daya listrik yang memenuhi persyaratan sistem kelistrikan esensial.
(9)
Apabila disediakan rak, lemari, dan penyangga, harus dibuat dari bahan tidak mudah
terbakar atau bahan sulit terbakar.
3.3.3
Ventilasi
Sistem pasokan sentral dalam bangunan harus mempunyai katup relief tekanan
(pressure release valve) yang melepaskan tekanan menurut butir 3.4.5.1 (5) hingga
(9).
(b)
Bila volume total dari gas medik yang terhubung dan tersimpan lebih besar dari 85
kiloliter (3000 ft3), pada tekanan dan temperatur standar, lokasi pasokan sentral dalam
bangunan harus dilengkapi dengan sistem ventilasi mekanik khusus yang menyedot
udara pada ketinggian 300 mm (1 ft) dari lantai finis dan bekerja secara terus menerus.
(c)
Sumber daya listrik untuk fan ventilasi mekanik harus memenuhi persyaratan sistem
kelistrikan esensial.
(d)
Ventilasi alami dapat digunakan bila volume total dari gas medik yang tersambung dan
tersimpan lebih kecil dari 85 kiloliter (3000 ft3), pada tekanan dan temperatur standar,
atau gas bertekanan dalam ruang hanya udara medik.
(e)
Bila ventilasi alami diperbolehkan, ventilasi tersebut harus terdiri dari dua bukaan
dengan kisi-kisi (louver), masing-masing mempunyai luas bebas minimum 465 cm2 (72
in2), satu ditempatkan dalam jarak 300 mm (1 ft) dari lantai finis dan yang lainnya lagi
dalam jarak 300 mm (1 ft) dari langit-langit.
(f)
Bukaan dengan kisi-kisi untuk ventilasi alami tidak boleh diletakkan pada koridor akses
menuju eksit.
(g)
Ventilasi mekanik harus disediakan jika persyaratan butir 3.3.3.1.(f) tidak dapat
dipenuhi.
(2)
(3)
(4)
3.3.4
Penyimpanan
3.3.4.1 Silinder gas medik penuh atau kosong yang tidak tersambung dengan sistem distribusi
harus disimpan di tempat yang memenuhi butir 3.3.2 sampai 3.3.3 dan boleh berada dalam
ruangan bersama dengan sistem pasokan sentralnya.
3.4
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
3.4.1
Sistem pasokan sentral dibolehkan dipasang sesuai petunjuk suplier yang memahami
Sistem pasokan sentral untuk oksigen, udara medik, nitrous oksida, karbon dioksida,
nitrogen dan semua gas medik lainnya tidak boleh disalurkan ke, atau digunakan untuk keperluan
apapun, selain untuk pelayanan pasien.
3.4.3
Bahan yang digunakan pada sistem pasokan sentral harus memenuhi persyaratan
berikut:
(1)
slang penghubung pada bagian sistem yang dimaksudkan untuk menangani oksigen
pada tekanan relatif lebih besar dari 2070 kPa (300 psig), tidak boleh mengandung
bahan polimer;
(2)
pada bagian sistem yang dimaksudkan untuk menangani oksigen atau nitrous oksida
pada tekanan relatif kurang dari 2070 kPa (300 psig), bahan konstruksi harus cocok
dengan oksigen pada tekanan dan temperatur terhadap mana komponen-komponen
tersebut terekspos dalam pewadahan dan penggunaan oksigen, nitrous oksida,
campuran gas-gas tersebut, atau campuran gas yang mengandung oksigen lebih dari
23,5 persen;
(3)
(4)
bahan yang dimaksudkan untuk pemakaian di luar bangunan, harus dipasang menurut
persyaratan pabrik pembuat.
3.4.4
3.4.4.1 Semua sistem pasokan sentral bertekanan positip harus dilengkapi dengan regulator
tekanan saluran akhir jenis ganda (dupleks), yang dipasang paralel dengan katup isolasi/penutup
sebelum regulator tekanan, untuk memungkinkan perbaikan pada salah satu regulator tekanan
tanpa mengganggu pasokan. (gambar 3.4.4.1)
3.4.5
3.4.5.1 Semua sistem pasokan sentral bertekanan positip harus dilengkapi dengan sekurangkurangnya satu katup relief tekanan yang memenuhi persyaratan berikut :
(1)
(2)
(3)
ditempatkan antara katup outlet regulator saluran akhir dan katup sumber;
(4)
di set pada 50 % di atas tekanan operasional normal sistem (lihat tabel 2); (hal.70)
(5)
disalurkan ke bagian luar bangunan gedung, kecuali katup relief tekanan untuk sistem
udara tekan yang kurang dari 85 kiloliter ( 3000 ft3), pada tekanan dan temperatur
standar, boleh dilepas setempat;
(6)
(7)
bila banyak katup relief tekanan disalurkan ke dalam pipa ven bersama, pipa tersebut
harus mempunyai luas penampang dalam sama atau lebih besar dari jumlah luas
penampang dalam dari semua katup relief tekanan yang dilayani;
(8)
bila disalurkan ke luar bangunan, dilepas ke daerah yang jauh dari bahan mudah
menyala dan bukan ke tempat mungkin membahayakan orang lewat;
(9)
bila disalurkan ke luar bangunan, diarahkan ke bawah dan ujungnya dipasang saringan
untuk mencegah masuknya air atau binatang kecil yang mengganggu.
3.4.5.2 Bila dibuang keluar bangunan, bahan untuk pipa ven katup relief tekanan harus mengikuti
butir 10.1.
3.4.6
Tekanan berbeda
Bila sistem pasokan sentral tunggal memasok dua jaringan pipa distribusi yang bekerja pada
tekanan yang berbeda, maka setiap jaringan pipa distribusi harus dilengkapi dengan semua
elemen dalam butir 3.4.
3.4.7
Sinyal lokal
3.4.7.1 Sistem berikut harus mempunyai sinyal lokal pada peralatan sumbernya :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(2)
(3)
3.4.8
Header
Setiap header yang dipasang pada sistem pasokan sentral menggunakan silinder yang berisi gas
atau cairan, harus mencakup:
(1)
(2)
satu slang penghubung (cylinder lead) untuk setiap silinder sesuai butir 3.4.3. dan
dilengkapi dengan fiting ujung yang dipasang permanen mengikuti ketentuan yang
berlaku;
(3)
suatu filter dari bahan sesuai butir 3.4.3 untuk mencegah masuknya kotoran ke dalam
pengendali manifol;
(4)
katup penutup header yang dipasang di bagian hilir dari sambungan silinder terdekat,
tetapi dipasang di bagian hulu titik sambungan header ke sistem pasokan sentral;
(5)
(6)
katup penahan balik untuk mencegah aliran balik ke dalam header dan untuk
memungkinkan pemeliharaan header;
(7)
katup penahan balik pada setiap sambungan slang penghubung silinder dalam butir
3.4.8.(2), dimaksudkan untuk pemeliharaan silinder gas, untuk mencegah kehilangan
gas jika terjadi kerusakan pada slang penghubung silinder atau bekerjanya satu katup
relief tekanan;
(8)
(9)
.
Gambar 3.4.8(a) Header untuk Silinder Gas.
3.4.9.1 Manifol dalam katagori ini harus ditempatkan sesuai butir 3.3.1 dan ketentuan berikut :
(1)
jika ditempatkan di luar bangunan, harus dipasang dalam konstruksi pelindung dan
ditempatkan mengikuti ketentuan yang berlaku;
(2)
3.4.9.2 Tempat manifol dalam katagori ini harus sesuai butir 3.3.2
3.4.9.3 Tempat manifol dalam katagori ini harus diberi ventilasi sesuai butir 3.3.3
3.4.9.4 Manifol dalam katagori ini harus terdiri dari:
(1)
Dua header yang sama sesuai butir 3.4.8, masing-masing dilengkapi dengan
sambungan silinder gas dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan rata-rata harian
tetapi tidak kurang dari dua, dan dengan header disambungkan ke regulator tekanan
pipa akhir sedemikian hingga salah satu header dapat memasok sistem.
(2)
Sebuah Katup relief tekanan antara disambungkan ke luar sesuai butir 3.4.5.1 (5)
sampai (9), yang melindungi pemipaan antara regulator tekanan header dan regulator
tekanan pipa, dan melindungi regulator tekanan pipa
10
(1)
satu header sebagai header primer, dan lainnya sebagai header sekunder, dan
keduanya dapat bertukar peran;
(2)
bila header primer sedang memasok sistem, header sekunder dicegah memasok
sistem;
(3)
bila header primer menipis, header sekunder harus otomatik mulai memasok sistem.
3.4.9.6 Manifol dalam katagori ini harus membangkitkan sinyal lokal dan harus mengaktifkan
suatu indikator pada semua panel utama alarm, sebelum header sekunder mulai memasok sistem,
yang menunjukkan peralihan telah atau akan terjadi.
3.4.9.7 Jika manifol ditempatkan di luar bangunan, maka harus dipasang mengikuti persyaratan
pabrik pembuatnya.
jika ditempatkan di luar bangunan, harus dipasang dalam konstruksi pelindung dan
ditempatkan mengikuti ketentuan yang berlaku;
(2)
11
3.4.10.2 Header primer dan sekunder dalam katagori ini harus ditempatkan dalam konstruksi
pelindung yang sama.
3.4.10.3 Header cadangan ditempatkan dalam konstruksi pelindung yang sama seperti header
primer dan sekunder atau dalam konstruksi pelindung lain mengikuti butir 3.4.10.1.
12
Dua header yang sama sesuai butir 3.4.8, masing-masing dilengkapi dengan
sambungan silinder gas dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan rata-rata harian
tetapi tidak kurang dari dua, dan dengan header disambungkan ke regulator tekanan
pipa akhir sedemikian hingga salah satu header dapat memasok sistem.
(2)
Suatu header cadangan, tersebut di butir 3.4.8 mempunyai cukup sambungan silinder
gas untuk kebutuhan rata-rata harian tetapi tidak kurang dari tiga sambungan,
dihubungkan di bagian hilir header primer/sekunder dan di bagian hulu dari regulator
tekanan pipa akhir.
(3)
Katup pelepas tekanan dipasang di bagian hilir dari sambungan header cadangan dan
di bagian hulu regulator tekanan pipa akhir dan tekanannya di set pada 50 % di atas
tekanan masukan maksimum yang diperkirakan.
3.4.10.5 Manifol dalam katagori ini harus dilengkapi sarana otomatik pengendalian tiga header
agar dalam operasi normal dapat dicapai hal berikut:
(1)
Satu header untuk cairan kriogenik, header primer dan lainnya sebagai header
sekunder, dan keduanya dapat saling tukar fungsinya.
(2)
Bila header primer sedang memasok sistem, header sekunder dicegah memasok
sistem.
(3)
Bila header primer menipis, header sekunder harus otomatik mulai memasok sistem .
3.4.10.6 Manifol dalam katagori ini harus dilengkapi dengan sarana untuk konservasi gas yang
dihasilkan dari penguapan cairan kriogenik dalam header sekunder. Mekanisme ini harus melepas
gas tersebut ke dalam sistem di bagian hulu regulator tekanan pipa akhir.
3.4.10.7 Manifol dalam katagori ini harus dilengkapi pula dengan sarana manual dan otomatik
untuk memfungsikan satu header sebagai header primer dan lainnya sebagai header sekunder.
3.4.10.8 Manifol dalam katagori ini harus dilengkapi dengan sarana otomatik untuk mengaktifkan
header cadangan bila header primer dan sekunder tidak berfungsi memasok sistem oleh sebab
apapun.
3.4.10.9 Manifol dalam katagori ini harus membangkitkan sinyal lokal dan harus mengaktifkan
suatu indikator pada semua alarm dengan persyaratan berikut :
(1)
bila pada titik set tertentu, sebelum header sekunder mulai memasok sistem, yang
menunjukkan peralihan fungsi.
(2)
bila pada titik set tertentu, sebelum header cadangan mulai memasok sistem, yang
menunjukkan cadangan sedang berfungsi.
(3)
bila pada titik set tertentu, sebelum isi header cadangan tinggal untuk kebutuhan ratarata satu hari, yang menunjukkan cadangan rendah.
13
Gambar 3.4.11 Sumber Pasokan Tipikal untuk Cairan Kriogenik dalam Bentuk Curah.
14
3.4.11.1 Sistem cairan kriogenik curah harus ditempatkan diluar bangunan dengan ketentuan
sebagai berikut :
(1)
(2)
dalam konstruksi pelindung yang dibuat tersebut di butir 3.3.2 (1) sampai (3) dan (5),
(8) dan (9);
(3)
(4)
3.4.11.2 Sistem cairan kriogenik curah harus ditempatkan sesuai butir 3.4.11.2 (a) sampai (f).
(a)
sistem pasokan harus diangker dengan kuat pada plat beton, yang sesuai dengan
beratnya, beban permukaan, dan persyaratan gempa setempat;
(b)
lokasi harus tertutup rapat tersebut pada butir 3.3.2. (3) dengan pelat beton mengisi
seluruh lantai ruangan diantara dinding pembatas;
(c)
(d)
(e)
drainase landasan peralatan dan landasan kendaraan harus jauh dari bangunan,
kendaraan yang di parkir atau sumber berpotensi menyala lain;
(f)
drainase tidak boleh ditempatkan di dalam batas landasan atau lebih dekat dari 2,45 m
(8 ft) terhadap tepi landasan.
satu atau lebih bejana pasokan utama, yang kapasitasnya harus ditentukan setelah
mempertimbangkan jadwal pengiriman, kedekatan fasilitas dari sumber pasokan
pengganti, dan rencana penanggulangan keadaan darurat;
(2)
(3)
pasokan cadangan yang ditentukan ukurannya lebih besar dari rata-rata pemakaian
harian, dengan ukuran yang tepat dari bejana atau jumlah ditentukan setelah
mempertimbangkan jadwal pengiriman, kedekatan fasilitas dari sumber pasokan
pengganti, dan rencana penanggulangan keadaan darurat untuk fasilitas tersebut.
3.4.11.4 Sumber cairan kriogenik curah harus termasuk suatu pasokan cadangan meliputi salah
satu atau keduanya sebagai berikut :
(1)
15
(2)
sebuah header silinder sesuai butir 3.4.8 yang mempunyai sambungan silinder gas
yang cukup untuk pasokan rata-rata harian tetapi tidak kurang dari tiga dan termasuk
sakelar tekanan isi.
3.4.11.5 Sumber cairan kriogenik curah harus beroperasi untuk terlaksananya fungsi-fungsi berikut
:
(1)
apabila pasokan utama sedang memasok sistem, pasokan cadangan harus dicegah
agar tidak memasok sistem sampai pasokan utama gagal atau habis, pada saat itu
pasokan cadangan harus secara otomatik mulai memasok sistem;
(2)
apabila terdapat lebih dari satu bejana pasokan utama, sistem harus beroperasi seperti
diuraikan dalam butir 3.4.10 untuk operasi primer, sekunder atau cadangan;
(3)
dua bejana kriogenik atau lebih boleh bergantian fungsi primer, sekunder, dan
cadangan, dengan ketentuan urutan operasi (primer sekunder cadangan) seperti
dipersyaratan dalam butir 3.4.10.4 dan dipertahankan setiap waktu;
(4)
dalam hal bejana kriogenik digunakan sebagai cadangan, bejana cadangan tersebut
harus dilengkapi sarana konservasi gas yang dihasilkan oleh penguapan cairan
kriogenik dalam bejana cadangan dan untuk melepas gas ke dalam pipa di bagian hulu
dari regulator tekanan pipa akhir seperti dipersyaratan dalam butir 3.4.10.6.
3.4.11.6 Sistem curah harus membangkitkan sinyal lokal dan alarm pada alarm utama yang
dipersyaratakan dengan ketentuan sebagai berikut :
(1)
bila atau pada titik set tertentu sebelum pasokan utama mencapai pasokan rata-rata
harian, yang menunjukkan isi sedikit;
(2)
bila atau pada titik set tertentu sebelum pasokan cadangan mulai memasok sistem,
menunjukkan cadangan sedang digunakan;
(3)
bila atau pada titik set tertentu sebelum isi pasokan cadangan turun sampai pasokan
rata-rata sehari, menunjukkan isi cadangan sedikit;
(4)
bila cadangan adalah bejana kriogenik, bila atau pada titik set tertentu sebelum
tekanan internal cadangan menurun terlalu rendah untuk pengoperasian yang tepat,
yang menunjukkan kegagalan cadangan;
(5)
bila terdapat lebih dari satu bejana pasokan utama, bila atau pada titik set tertentu
sebelum bejana sekunder mulai memasok sistem, menunjukkan pergantian.
apabila sistem pasokan sentral cairan kriogenik curah diluar dan jauh dari bangunan
yang dilayani pasokan oksigen;
16
(2)
apabila tidak ada dalam bangunan suatu cadangan oksigen yang tersambung cukup
untuk memasok rata-rata harian (lihat butir 3.4.13 untuk cadangan seperti itu);
(3)
apabila bangunan mandiri dilayani dari sumber oksigen tunggal sedemikian sehingga
kerusakan pada pipa interkoneksi oksigen dapat menyebabkan hilangnya pasokan
oksigen pada satu atau lebih bangunan. Dalam situasi ini setiap bangunan harus
dilengkapi dengan suatu sambungan darurat terpisah.
pada bagian luar bangunan yang dilayani di lokasi yang dapat dijangkau oleh
kendaraan pasokan darurat pada setiap waktu dan kondisi cuaca;
(2)
disambungkan ke pasokan utama langsung di bagian hilir dari katup penutup utama.
proteksi fisik untuk mencegah pengrusakan dari orang yang tidak berwenang;
(2)
lubang inlet betina DN (NPS) untuk penyambungan sumber oksigen darurat yang
kapasitasnya 100 % dari kebutuhan sistem pada tekanan gas sumber darurat;
(3)
(4)
dua katup penahan balik, satu di bagian hilir dari SPOD dan satu di bagian hilir dari
katup penutup jalur utama, dan keduanya di bagian hulu dari sambungan T untuk
kedua pipa;
(5)
sebuah katup relief tekanan yang ukurannya ditentukan untuk memproteksi sistem
pemipaan dan peralatannya di bagian hilir, terhadap tekanan melebihi 50% di atas
tekanan normal pipa;
(6)
17
di dalam suatu ruangan atau konstruksi pelindung yang dibuat sesuai butir 3.3.2;
(2)
di dalam suatu ruangan atau konstruksi pelindung yang diberi ventilasi sesuai butir
3.3.3
3.4.13.3 Cadangan darurat di dalam bangunan harus terdiri dari salah satu sebagai berikut :
(1)
header silinder gas sesuai butir 3.4.8 dengan sambungan silinder yang cukup untuk
menyediakan sekurang-kurangnya pasokan rata-rata harian;
(2)
3.4.13.4 Cadangan darurat dalam bangunan harus dilengkapi katup penahan balik pada jalur
utama yang ditempatkan pada sisi sistem distribusi dari katup jalur utama sumber yang biasa,
untuk mencegah aliran gas cadangan darurat dari sumber yang biasa.
3.4.13.5 Cadangan darurat dalam bangunan harus membangkitkan sinyal lokal dan alarm pada
semua alarm utama bila atau sesaat sebelum mulai melayani sistem.
3.5
3.5.1
Dipasok dari silinder, kontainer curah, sumber kompresor udara medik, atau diperoleh
dari rekonstitusi oksigen dan nitrogen kering, bebas minyak;
(2)
(3)
(4)
(5)
kadar partikulat permanen, yang berukuran 1 mikron atau lebih, sama atau kurang dari
5 mg/m3
3.5.2
Sumber udara medik harus dihubungkan hanya ke sistem distribusi udara medik, dan
harus digunakan hanya untuk respirasi pasien, dan kalibrasi dari alat medik untuk respirator.
3.5.3
3.5.3.1 Sistem kompresor udara medik harus ditempatkan sesuai butir 3.3 sebagai berikut :
(1)
18
(2)
(3)
(4)
Untuk peralatan yang didinginkan dengan udara, dalam ruangan yang dirancang untuk
mempertahankan rentang temperatur ambien seperti yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat.
komponen yang mengikuti butir 3.5.4 sampai 3.5.10, dirangkai sesuai butir 3.5.11;
(2)
sarana otomatik untuk mencegah aliran balik dari semua kompresor yang bekerja
terhadap semua kompresor yang berhenti;
(3)
pemipaan
sentral dan dari kompresor lain untuk pemeliharaan atau perbaikan tanpa kehilangan
tekanan dalam sistem;
(4)
(5)
3.5.3.3 Sistem kompresor udara medik harus mencegah kondensasi uap air dalam sistem
distribusi dengan memasang peralatan pengering udara.
3.5.4
3.5.4.1* Kompresor udara medik harus dirancang untuk mencegah masuknya pencemar atau
cairan ke dalam pipa dengan salah satu dari metoda berikut :
(1)
menghilangkan
minyak
di
mana
saja
dalam
kompresor;
direkomendasikan
(b)
3.5.4.2 Untuk kompresor dengan cincin cairan, kualitas air dan sekat air harus yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat kompresor.
3.5.4.3 Kompresor dibuat dari bahan mengandung feros dan/atau non-feros.
3.5.4.4 Dudukan anti getaran harus dipasang pada kompresor yang diperlukan oleh dinamika
kompresor atau lokasi peralatan dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.
3.5.4.5 Sambungan fleksibel harus dipasang pada intake dan outlet kompresor ke sistem
pemipaan.
19
3.5.11.6
Gambar 3.5 - Elemen Tipikal Sistem Sumber Udara Medik Duplek dengan Kompresor.
3.5.5
Alat pendingin akhir apabila diperlukan, harus dilengkapi perangkap kondensat (condensate traps)
individual. Penampung (receiver) tidak boleh digunakan sebagai alat pendingin akhir (aftercooler)
atau perangkap alat pendingin akhir (aftercooler trap).
3.5.5.1
Alat pendingin akhir dibuat dari bahan feros (mengandung Fe) dan / atau non-feros.
3.5.5.2 Dudukan anti getaran harus dipasang pada alat pendingin akhir yang diperlukan oleh
dinamika atau lokasi peralatan dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.
20
3.5.6
(2)
(3)
Dilengkapi dengan katup relief tekanan, pengering otomatik (otomatik drain), pengering
manual (manual drain), manhole, dan penunjuk tekanan.
(4)
3.5.7
Dirancang untuk menyediakan udara pada titik embun maksimum di bawah titik beku
00C (32 0F) pada setiap tingkat kebutuhan.
(2)
Kapasitasnya 100 % dari kebutuhan puncak sistem yang dihitung pada kondisi
perancangan.
(3)
(4)
Dipasang dengan dudukan anti getaran sesuai yang diperlukan oleh dinamika atau
lokasi peralatan dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.
3.5.8
(2)
(3)
Kapasitasnya 100 % dari kebutuhan puncak sistem yang dihitung pada kondisi
perancangan, dan dengan efisiensi minimum 98% pada 1 mikron atau lebih besar.
(4)
Dilengkapi dengan indikator visual yang terus menerus menunjukkan status umur
elemen filter.
(5)
3.5.8.1 Kompresor yang mengikuti butir 3.5.4.1 (2) harus dilengkapi dengan:
(1)
(2)
3.5.9
Kapasitasnya 100 % dari kebutuhan puncak sistem yang dihitung pada kondisi
perancangan.
(2)
(3)
21
Komponen harus disusun untuk memungkinkan pelayanan dan pasokan udara medik
yang terus menerus jika terjadi kegagalan akibat satu kesalahan.
(2)
Gambar.3.5.11.6 Alternatif Pemasangan Deretan Katup untuk Pengontrolan Saluran dalam Udara
Medik.
3.5.11.2 Kompresor udara medik harus berkapasitas cukup untuk melayani kebutuhan puncak
yang dihitung dengan satu kompresor terbesar tidak bekerja. Dalam keadaan apapun jumlah
kompresor tidak boleh kurang dari dua.
22
3.5.11.3 Bila dilengkapi alat pendingin akhir, kapasitasnya harus cukup untuk melayani
kebutuhan puncak yang dihitung dengan sebuah alat pendingin akhir terbesar tidak bekerja dan
dilengkapi katup yang memadai untuk memindahkan sistem tanpa menutup pasokan udara tekan
medik.
3.5.11.4 Penampung udara medik harus dilengkapi dengan bypass tiga katup untuk
memungkinkan pemeliharaan penampung tanpa mematikan sistem udara medik.
3.5.11.5 Pengering, filter dan regulator sekurang-kurangnya dibuat ganda dengan setiap
komponen berkapasitas untuk melayani kebutuhan puncak yang dihitung dengan salah satu
komponen terbesar tidak bekerja.
3.5.11.6 Pengering, filter dan regulator harus dilengkapi dengan katup manual di bagian hulu,
dan dengan katup manual atau katup penahan balik di bagian hilir untuk memudahkan
pemeliharaan komponen tanpa menghentikan sistem dengan salah satu cara berikut :
(1)
dipasang untuk setiap komponen di bagian hulu dan hilir dari setiap komponen untuk
memudahkan setiap komponen diisolasi secara individual, atau,
(2)
dipasang di bagian hulu dan hilir dari komponen yang dipasang seri sehingga
membuat redundansi cabang paralel dari komponen.
3.5.11.7 Katup dengan lubang penuh, tiga arah, berindeks aliran, boleh dipakai untuk
mengisolasi satu cabang atau komponen untuk tujuan 3.5.11.6.
3.5.11.8 Dalam pengoperasian normal hanya satu alat pendingin akhir harus dibuka untuk
mengalirkan udara dengan menutup katup alat pendingin akhir lainnya.
3.5.11.9 Dalam pengoperasian normal hanya satu urutan alat pengering-filter-regulator
dibuka
23
Sakelar pemutus arus khusus yang dipasang di sirkuit listrik sebelum setiap starter
motor listrik.
(2)
(3)
(4)
Apabila sistem kompresor mempunyai dua atau lebih kompresor yang, menggunakan
trafo pengendali atau pengendali tegangan daya, sekurang-kurangnya dipasang dua
alat seperti itu.
(5)
Sirkuit pengendali disusun sedemikian agar bila satu kompresor dihentikan tidak
mengganggu operasi kompresor lainnya.
3.5.12.4 Instalasi listrik dan pengawatan harus sesuai persyaratan SNI 0225-edisi terakhir
tentang Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL).
3.5.12.5 Layanan listrik darurat untuk kompresor harus memenuhi persyaratan sistem kelistrikan
esensial.
Sumber pengganti pasokan udara ini harus tersedia terus-menerus 24 jam per hari, 7
hari per minggu.
24
(2)
Harus dilarang penggunaan sistem ventilasi yang mempunyai fan dengan penggerak
motor atau belt (sabuk karet) yang ditempatkan pada aliran udara sebagai sumber
intake udara medik.
3.5.13.4 Pemipaan intake kompresor harus dari bahan yang disetujui untuk pemipaan vakum
menurut butir 10.2.1, yang tidak akan menambah bahan kontaminan yang berbentuk partikel kecil,
bau, atau gas-gas lain.
3.5.13.5 Intake udara untuk beberapa kompresor terpisah boleh digabungkan menjadi satu intake
gabungan bila dipenuhi kondisi berikut:
(1)
Ukuran intake gabungan dirancang untuk meminimalkan tekanan balik sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuat.
(2)
Masing-masing kompresor dapat diisolasi oleh katup manual atau katup penahan balik,
flens penutup, atau penutup lubang, untuk mencegah inlet pemipaan yang terbuka jika
kompresor dilepas untuk perawatan dan pengaruh aliran balik dari udara ruangan ke
dalam kompresor lainnya.
25
(1)
temperatur pada lubang keluaran terdekat dari setiap silinder kompresor harus
dimonitor oleh sensor temperatur tinggi yang akan menghentikan kompresor dan
mengaktifkan indikator alarm lokal [lihat butir 9.4.4 (9)]. Pengaturan temperatur kerja
sensor harus sesuai rekomendasi pabrik pembuat kompresor;
(2)
(3)
(4)
hidrokarbon cair harus dimonitor secara terus menerus dengan indikator pigmen atau
instrumen permanen jenis lainnya yang dipasang di bagian hilir dari setiap kompresor
dan harus diperiksa dan didokumentasikan setiap hari;
(5)
3.5.14.5 Bila kompresor cadangan tidak bekerja, suatu alarm lokal harus diaktifkan.
titik embun harus dimonitor dan mengaktifkan alarm lokal dan semua panel alarm
utama jika titik embun pada sistem melebihi + 40C (+ 39 0F);
(2)
karbon monosikda harus dimonitor dan mengaktifkan alarm lokal jika level CO melebihi
10 ppm [ lihat butir 9.4.4. (2)]
3.6
3.6.1
3.6.1.1 Sentral vakum bedah-medik harus ditempatkan sesuai butir 3.3 sebagai berikut :
(1)
(2)
(3)
(4)
untuk peralatan yang didinginkan dengan udara, dalam ruangan yang dirancang untuk
mempertahankan rentang temperatur ambien seperti direkomendasikan oleh pabrik
pembuat peralatan.
dua atau lebih pompa vakum yang cukup untuk melayani perhitungan kebutuhan
puncak dengan satu pompa vakum tunggal terbesar tidak bekerja;
(2)
sarana otomatik untuk mencegah aliran balik dari setiap pompa vakum yang sedang
bekerja terhadap pompa vakum yang sedang berhenti;
26
(3)
katup penyetop atau sarana isolasi lainnya untuk mengisolasi setiap pompa vakum dari
sistem pemipaan sentral dan pompa vakum lain guna pemeliharaan atau perbaikan
tanpa kehilangan vakum di dalam sistem;
(4)
(5)
pemipaan antara pompa vakum dan katup penyetop sumber yang memenuhi butir 10.2
kecuali bahwa baja tahan karat boleh digunakan sebagai bahan pemipaan.
(6)
27
3.6.2
Pompa vakum
3.6.2.1 Pompa vakum boleh dibuat dari bahan feros atau non-feros
3.6.2.2 Dudukan anti getaran harus dipasang untuk pompa vakum seperti yang dipersyaratkan
oleh dinamika peralatan atau lokasinya dan sesuai rekomendasi pabrik pembuat.
3.6.2.3 Hubungan pompa vakum dengan pipa masukan dan pipa keluaran harus menggunakan
sambungan fleksibel.
3.6.3
(2)
(3)
mampu menahan tekanan relatif 415 kPa (60 psi) dan 760 mm (29,9 inci) HgV;
(4)
(5)
3.6.4
Alarm lokal yang memenuhi butir 9.4 harus disediakan untuk sumber vakum.
3.6.5
pemipaan harus disusun untuk memungkinkan pelayanan dan pasokan vakum bedahmedik yang terus menerus bila terjadi satu kegagalan;
(2)
(3)
bila hanya tersedia satu set pompa vakum untuk melayani kombinasi antara sistem
vakum bedah-medik, laboratorium analisa, riset, atau pendidikan, maka laboratoriumlaboratorium seperti itu harus disambungkan secara terpisah dari sistem bedah-medik,
langsung ke tangki alat penampung melalui katup isolasi tersendiri dan unit perangkap
cairan yang ditempatkan pada alat penampung. Antara katup isolasi dan unit
perangkap cairan, boleh dipasang alat pembersih.
3.6.5.2 Penampung vakum bedah-medik harus dapat dirawat tanpa mematikan sistem vakum
bedah-medik dengan cara sebagai berikut :
(1)
(2)
3.6.5.3 Sumber sistem vakum bedah-medik harus dilengkapi dengan katup penutup sumber
sesuai butir 4.4.
28
3.6.6
3.6.6.1 Pompa tambahan harus secara otomatik diaktifkan bila pompa yang sedang beroperasi
tidak cukup mampu mempertahankan vakum yang dibutuhkan.
3.6.6.2 Pergantian pompa secara otomatik atau manual harus memungkinkan pengaturan waktu
operasi. Jika tidak disediakan pergantian otomatik dari pompa, petugas fasilitas harus menyusun
jadwal pergantian secara manual.
3.6.6.3 Setiap motor pompa harus disediakan dengan komponen listrik, tetapi tidak dibatasi,
sebagai berikut :
(1)
sakelar pemisah khusus yang dipasang pada sirkuit listrik di depan setiap alat/panel
start motor listrik ;
(2)
(3)
(4)
bila sistem pompa mempunyai dua atau lebih pompa yang dioperasikan dengan suatu
trafo pengendali atau alat pengendali tegangan listrik lainnya, sekurangnya diperlukan
dua alat jenis tersebut ;
(5)
sirkuit pengendali disusun sedemikian sehingga bila mematikan (OFF) satu pompa
tidak akan mengganggu pengoperasian pompa lainnya.
3.6.6.4 Instalasi listrik dan pengawatan harus memenuhi persyaratan SNI 0225-edisi terakhir
tentang Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL).
3.6.6.5 Layanan listrik darurat untuk pompa harus memenuhi persyaratan sistem kelistrikan
esensial.
3.6.7
3.6.7.1 Pompa vakum bedah-medik harus membuang sumber vakum medik dengan cara
membuangnya ke lokasi yang akan meminimalkan bahaya kebisingan, kontaminasi dan
lingkungannya.
3.6.7.2 Pembuangan harus berada di lokasi sebagai berikut:
(1)
di luar ruangan;
(2)
sekurangnya 3 m (10 ft) dari setiap pintu, jendela, intake udara, atau bukaan lainnya
pada bangunan;
(3)
(4)
3.6.7.3 Ujung saluran buangan harus dibengkokkan ke bawah dan dilengkapi kisi atau dilindungi
terhadap masuknya binatang kecil, benda kecil, atau tetesan hujan dengan kisi yang dibuat atau
disusun dari bahan yang tidak berkarat.
29
3.6.7.4 Pipa saluran buangan harus dari bahan yang dibolehkan untuk pemipaan pompa vakum
bedah-medik menurut butir 10.2
3.6.7.5
Pipa saluran buangan harus bebas dari lekukan atau lengkungan yang akan menjebak
kondensat atau minyak. Bila titik rendah seperti itu tidak dapat dihindarkan, harus dipasang suatu
pipa tetes dan pipa yang dilengkapi katup pengering.
3.6.7.6
Pipa pembuangan vakum dari banyak pompa boleh digabungkan ke dalam satu pipa
ukuran pipa buang gabungan ditentukan untuk meminimisasikan tekanan balik sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa;
(2)
masing-masing pompa dapat diisolasi dengan katup manual atau katup penahan balik,
flens buntu atau penutup pipa untuk mencegah pipa buang yang terbuka bila pompa
dilepaskan guna perbaikan dan selanjutnya mencegah mengalirnya udara buangan ke
dalam ruangan.
3.6.8
Alarm pengoperasian
Sistem vakum bedah-medik harus mengaktifkan suatu alarm lokal apabila pompa cadangan atau
pompa utama tidak dapat beroperasi menurut 9.4
3.7*
3.7.1* Sistem
Sistem BSGA ditentukan bersama dengan petugas medik yang memahami persyaratan untuk
menentukan; jenis sistem, jumlah, penempatan terminal, alat-alat pengoperasian dan keselamatan
lain yang diperlukan.
3.7.1.1
BSGA dihasilkan oleh suatu peralatan khusus, dialirkan melalui sistem vakum bedah-
Bila BSGA dialirkan melalui sistem vakum bedah-medik, berlaku ketentuan berikut:
(1)
(2)
bahan anesthesi mudah terbakar atau uap mudah terbakar lainnya harus diencerkan
terlebih dahulu sampai di bawah batas penyalaannya sebelum dibuang ke dalam
sistem vakum bedah-medik tersebut;
(3)
3.7.1.3 Bila BSGA dihasilkan oleh suatu peralatan khusus, berlaku ketentuan berikut:
(1)
sistem BSGA harus ditempatkan pada lokasi sesuai dengan butir 3.3.3;
(2)
sistem BSGA harus berada dalam bangunan, dalam suatu daerah yang dikhususkan
untuk peralatan mekanik;
30
(3)
sistem BSGA harus dalam ruang yang dibangun dengan mengikuti butir 3.3.2;
(4)
(5)
untuk peralatan berpendingin udara, sistem BSGA harus ditempatkan pada lokasi
sedemikian
rupa
guna
menjaga
rentang
temperatur
udara
ambien
yang
dua atau lebih peralatan BSGA yang cukup untuk melayani kebutuhan puncak dengan
peralatan BSGA tunggal terbesar tidak beroperasi;
(2)
suatu sarana untuk mencegah aliran balik dari setiap peralatan BSGA yang sedang
bekerja terhadap peralatan BSGA yang sedang tidak bekerja;
(3)
suatu katup penyetop untuk mengisolasi masing-masing peralatan BSGA dari sistem
pipa terpusat dan dari peralatan BSGA lainnya guna pemeliharaan atau perbaikan
dengan tanpa hilangnya tekanan vakum bedah-medik dalam sistem;
(4)
pemipaan antara peralatan BSGA dan katup penyetop sistem yang memenuhi butir
10.2, selain itu bahan tahan karat boleh dipakai sebagai bahan pipa;
(5)
dudukan anti getaran harus dipasang pada peralatan BSGA seperti yang disyaratkan
dinamika peralatan atau lokasinya, dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat;
(6)
sambungan fleksibel yang menghubungkan peralatan dengan pipa intake dan pipa
outlet seperti yang disyaratkan oleh dinamika peralatan atau lokasinya, sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuat penghasil BSGA.
3.7.1.6 Bila BSGA dihasilkan oleh suatu pipa venturi, berlaku ketentuan berikut:
(1)
pipa venturi bukan dari jenis yang mudah diubah-ubah oleh pengguna (misal harus
memerlukan suatu alat khusus);
(2)
pipa venturi harus memperoleh sumber daya dari gas mulia, udara instrumentasi, atau
sumber udara khusus lainnya;
(3)
3.7.2
udara medik tidak boleh digunakan untuk memberikan daya tabung venturi.
Peralatan BSGA khusus harus dirancang dengan menggunakan bahan dan pelumas, yang tidak
mengikat oksigen, nitrous oksida, dan bahan anestesi halogen.
3.7.3
Alarm BSGA
Bila sistem BSGA dilayani oleh suatu sumber terpusat, suatu alarm lokal yang memenuhi.9.4
harus disediakan untuk sistem BSGA.
3.7.3.1 Suatu sistem BSGA harus mengakifkan suatu alarm lokal bila peralatan BSGA cadangan
atau peralatan BSGA lambat bekerja.
31
3.7.4
3.7.4.1 Bila peralatan BSGA yang sedang beroperasi tidak mampu mempertahankan tekanan
vakum yang diperlukan, peralatan BSGA tambahan secara otomatik aktif.
3.7.4.2 Pergantian peralatan BSGA secara manual atau secara otomatik harus diatur dengan
adanya pembagian waktu kerja. Bila pergantian otomatik dari peralatan BSGA tidak disediakan,
petugas kesehatan tersebut harus mengatur jadwal untuk pergantian secara manual.
3.7.4.3 Dengan tidak bertujuan untuk membatasi, setiap motor dari peralatan BSGA harus
dilengkapi dengan komponen listrik yang meliputi:
(1)
suatu sakelar pemutus hubungan khusus yang dipasang pada jaringan listrik didepan
alat/panel start dari setiap motor;
(2)
(3)
(4)
bila sistem BSGA mempunyai dua atau lebih peralatan BSGA yang dioperasikan oleh
suatu trafo pengendali atau alat pengontrol tegangan listrik, sekurangnya diperlukan
dua buah alat jenis tersebut;
(5)
Jaringan pengendali harus ditata sedemikian sehingga penghentian satu dari peralatan
BSGA tidak akan memutuskan pengoperasian peralatan lainnya.
3.7.5
3.8
3.8.1
3.8.2
(1)
memenuhi persyaratan yang berlaku untuk udara instrumentasi atau standar lain;
(2)
(3)
bebas dari cairan (misal udara, hidrokarbon, bahan pelarut dan sebagainya);
(4)
(5)
Umum
3.8.2.1 Udara
instrumen
boleh
digunakan
untuk
dukungan
medik
(misalnya
untuk
mengoperasikan peralatan, batang (boom) penopang yang digerakkan udara, alat penggantung,
dan pemakaian sejenis lainnya) dan untuk digunakan dalam laboratorium.
32
3.8.2.2 Sesuai dengan 3.3, sistem pasokan udara instrumen harus ditempatkan pada lokasi
sebagai berikut:
(1)
dalam bangunan, pada suatu ruang khusus peralatan mekanik, yang berventilasi
cukup dan dilengkapi utilitas yang diperlukan;
(2)
(3)
(4)
untuk instrumen berpendingin udara, dalam suatu ruangan yang dirancang untuk
mempertahankan rentang temperatur udara lingkungan seperti yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat peralatan.
3.8.2.3 Sistem udara instrumen disarankan untuk tidak yang berikut ini:
(1)
(2)
penggunaan untuk setiap maksud dimana udara tidak sengaja dapat terisap oleh
pasien atau staf.
33
3.8.3
3.8.3.1 Sumber udara instrumen harus menghasilkan udara pada tekanan relatif keluaran tidak
kurang dari 1380 kPa (200 psig).
3.8.3.2 Sumber udara instrumen harus menyediakan udara yang memenuhi definisi Udara
instrumentasi.
3.8.3.3 Sumber udara instrumen diperbolehkan terdiri dari sekurangnya dua kompresor, atau satu
kompresor dengan header siaga yang memenuhi 3.8
34
3.8.3.4 Sumber udara instrumen harus memenuhi 3.5.3 dengan perkecualian seperti yang
ditentukan dalam 3.8
3.8.4
Kompresor udara instrumen boleh dari jenis yang mampu memberikan tekanan udara keluaran
sekurangnya 1380 kPa (200 psig) dan mampu menyediakan udara yang memenuhi definisi udara
instrumen.
3.8.5
3.8.5.1 Bila sistem udara instrumen disediakan dengan suatu header siaga, header tersebut
harus memenuhi persyaratan berikut;
(1)
memenuhi 3.4.8, kecuali bahwa jumlah tabung silinder yang tersambung harus cukup
untuk pengoperasian selama satu jam;
(2)
menggunakan konektor seperti untuk udara medik sesuai ketentuan yang berlaku;
(3)
memasuki sistem di bagian hulu dari regulator pada saluran akhir (final-line);
(4)
3.8.6
Udara intake
Udara intake untuk kompresor udara instrumen boleh diambil dari lokasi peralatan.
3.8.7
3.8.7.1 Sumber udara instrumen harus disaring dengan filter karbon aktif yang memenuhi
persyaratan berikut:
(1)
(2)
ukurannya ditentukan untuk 100 persen beban puncak sistem terhitung pada kondisi
perancangan;
(3)
ditempatkan di hulu dari regulator tekanan saluran akhir dan di hilir dari filter karbon;
(2)
ukurannya ditentukan untuk 100 persen beban puncak sistem terhitung pada kondisi
perancangan;
(3)
(4)
dilengkapi dengan indikator visual kontinyu yang memperlihatkan status dari umur
elemen filter;
(5)
3.8.7.3 Filter yang mengkombinasikan fungsi dari 3.8.7.1 dan 3.8.7.2 boleh digunakan.
35
3.8.8
Kelengkapan yang digunakan untuk sumber udara instrumen harus memenuhi butir sebagai
berikut:
(1)
(2)
(3)
(4)
3.8.9
Sumber udara instrumen harus memenuhi 3.5.11, kecuali untuk yang berikut ini:
(1)
sistem yang menggunakan header siaga dapat mempunyai pendingin akhir dan
pengering udara jenis simpleks;
(2)
sistem yang menggunakan header siaga tidak memerlukan suatu katup bypas
penampung jenis three-valve;
(3
Header siaga, bilamana disediakan, harus diisolasi dari kompresor dengan suatu katup
penahan balik untuk mencegah aliran balik melalui kompresor.
alarm lokal yang aktif pada atau sesaat sebelum kompresor cadangan (bila disediakan)
aktif, menandakan bahwa kompresor lag sedang beroperasi;
(2)
alarm lokal dan alarm pada semua panel alarm utama yang aktif bila titik embun pada
sistem tekanan melampaui -30 oC (-22 oF), yang menandakan titik embun tinggi.
3.8.10.2 Untuk sumber dengan header siaga, kondisi tambahan berikut ini harus mengaktifkan
suatu alarm lokal di ruang kompresor, suatu sinyal lokal pada lokasi header, dan alarm pada
semua panel alarm utama:
(1)
suatu alarm yang aktif pada atau sesaat sebelum cadangan memasok sistem,
menandakan cadangan sedang digunakan;
(2)
suatu alarm yang aktif pada atau sesaat sebelum sumber cadangan turun di bawah
suatu pasokan rata-rata jam, menandakan sumber cadangan rendah.
36
Katup
4.1
Katup penyetop harus disediakan untuk mengisolasi bagian dari sistem pemipaan guna
pemeliharaan, perbaikan, atau kebutuhan ekspansi yang direncanakan kelak, dan untuk
memudahkan pengujian fasilitas.
4.2
Aksesibilitas
Semua katup, kecuali katup dalam rakitan kotak katup zona, harus ditempatkan pada lokasi yang
aman, seperti misalnya dikunci terhadap pipa locked piped chases , dikunci atau digrendel pada
posisi pengoperasian, dan ditandai dengan label berisi jenis pasokan gas dan ruangan yang
dikendalikan oleh katup tersebut.
4.2.1
Katup penyetop yang dapat diakses oleh selain petugas berwenang harus dipasang
dalam suatu lemari katup dengan pintu yang dapat dibuka atau dipecahkan yang cukup lebar
untuk mengijinkan pengoperasian katup secara manual.
37
4.2.2
Katup penyetop yang digunakan pada daerah tertentu, seperti pada ruang psikiatrik atau
pediatrik, boleh diamankan dengan persetujuan dari pihak yang berwenang untuk mencegah
akses yang tidak sesuai.
4.2.3
Katup untuk gas medik yang tidak mudah terbakar dan katup gas mudah terbakar tidak
4.3
Jenis katup
4.3.1
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Katup untuk gas bertekanan positif untuk layanan oksigen harus dibersihkan oleh pabrik
pembuat.
4.3.2
Katup untuk layanan tekanan vakum atau BSGA boleh dari jenis katup bola atau katup
4.4
Katup sumber
Suatu katup penyetop harus dipasang pada hubungan antara masing-masing sistem sumber ke
pipa - pipa distribusi untuk dibolehkan mengisolasi keseluruhan sumber, termasuk semua
kelengkapannya (misal pengering udara, regulator tekanan saluran akhir, dan sebagainya) dari
fasilitas tersebut.
4.4.1
Katup sumber harus ditempatkan pada lokasi yang cukup dekat dari peralatan sumber.
4.4.2
4.5.
Suatu katup penyetop harus disediakan pada saluran utama pasokan di dalam bangunan bila
katup penyetop sumber tidak dapat diakses dari dalam bangunan.
4.5.1
Katup saluran utama harus ditempatkan pada lokasi yang mengijinkan akses hanya bagi
petugas berwenang (misal dengan menempatkannya di atas langit-langit atau dibelakang suatu
pintu akses yang terkunci).
4.5.2
Katup saluran utama harus ditempatkan pada lokasi pada sisi fasilitas dari katup sumber
dan diluar ruang sumber, konstruksi pelindung sumber atau di tempat di mana saluran utama
mula-mula menembus bangunan.
4.5.3
38
4.5.4
Suatu katup saluran utama tidak diperlukan bila katup penyetop dapat diakses dari dalam
bangunan
4.6
Setiap saluran tegak yang dipasok dari saluran utama harus dilengkapi dengan sebuah katup
penyetop pada saluran tegak dekat dengan saluran utama
4.6.1
Katup saluran tegak boleh ditempatkan di atas langit-langit, tetapi tetap harus dapat
4.7
Katup pemeliharaan
Katup pemeliharaan harus dipasang untuk pemeliharaan atau pengubahan dari saluran cabang
dari suatu saluran utama atau dari saluran tegak tanpa mematikan keseluruhan saluran utama,
saluran tegak atau fasilitas.
4.7.1
Hanya satu katup pemeliharaan yang diperlukan untuk masing-masing pencabangan dari
suatu saluran tegak, tanpa memandang jumlah kotak katup zona yang terpasang pada cabang
tersebut.
4.7.2
Katup pemeliharaan harus ditempatkan pada pipa cabang sebelum kotak katup zona
Katup pemeliharaan harus ditempatkan menurut satu dari yang berikut ini:
(1)
(2)
(3)
4.7.4
4.7.5
Sensor untuk panel alarm wilayah seperti yang dipersyaratkan dalam 9.3.4 boleh
4.8
Katup zona
Semua stasiun outlet/inlet harus dipasok melalui suatu katup zona sebagai berikut:
(1)
katup zona harus dipasang sedemikian sehingga suatu dinding berada diantara katup
dan inlet/oulet yang dikontrolnya;
(2)
4.8.1
katup zona hanya boleh melayani inlet/outlet yang ditempatkan pada lantai yang sama
Katup zona harus segera dapat dioperasikan dari suatu posisi berdiri di koridor pada
Katup zona harus ditata sedemikian sehingga penghentian pasokan gas medik atau
vakum ke satu zona tidak akan mempengaruhi pasokan gas medik atau vakum ke zona lainnya
atau bagian lainnya dari sistem.
39
4.8.3
Suatu indikator tekanan/vakum harus disediakan pada sisi stasiun inlet/outlet dari setiap
katup zona.
4.8.4
Kotak katup zona harus dipasang ditempat yang terlihat dan dapat diakses setiap waktu
4.8.5
Panel katup zona tidak boleh dipasang di belakang pintu yang secara normal terbuka atau
secara normal tertutup, atau dengan kata lain terhalang dari pandangan biasa.
4.8.6
Panel katup zona tidak boleh ditempatkan dalam ruang, daerah, atau lemari yang tertutup
atau terkunci
4.8.7
Suatu katup zona harus ditempatkan, pada saluran gas medik dan/atau vakum, langsung
diluar setiap lokasi mesin vital life-support, perawatan pasien kritis, dan lokasi anestesi, dan
ditempatkan di lokasi sedemikian rupa sehingga dapat segera diakses untuk suatu keadaan
darurat.
4.8.7.1 Semua kolom penyaluran gas, gulungan slang, saluran langit-langit, panel kontrol,
penggantung (pendant), dan tiang (boom) atau instalasi khusus lainnya harus ditempatkan di
bagian hilir dari katup zona
4.8.7.2 Katup zona harus ditata sedemikian sehingga penutupan pasokan gas ke satu dari ruang
operasi atau lokasi anestesi tidak akan mempengaruhi lainnya
4.8.8
4.9
Katup jalur
Katup jalur optional boleh dipasang untuk mengisolasikan atau menutup pipa guna pemeliharaan
ruang atau daerah individual.
4.9.1
Katup penyetop jalur yang ditujukan untuk mengisolasi pipa guna pemeliharaan atau
(2)
(3)
4.9.2
Sensor untuk panel alarm wilayah seperti yang dipersyaratkan dalam 9.3.4 boleh
4.10
Katup penutup yang disediakan untuk sambungan dari pipa mendatang harus memenuhi
persyaratan berikut:
(1)
(2)
(3)
4.10.1
Katup sambungan mendatang harus diberi label dari isi kandungan gas yang boleh
dihubungkan
40
4.10.2
Pemipaan di bagian hilir harus ditutup dengan tutup yang dipatri dengan panjang pipa
5.1
Masing-masing stasiun inlet/outlet untuk gas medik atau vakum harus untuk jenis gas
tertentu, baik inlet/outlet tersebut berulir, atau berupa suatu kopel cepat yang tidak dapat
dipertukarkan.
5.2
Setiap stasiun outlet harus terdiri dari suatu katup (atau rakitan katup) primer dan
sekunder.
5.3
Setiap stasiun inlet hanya terdiri dari satu katup (atau rakitan katup) primer.
5.4
Katup sekunder (atau katup unit) harus menutup secara otomatik/manual untuk
menghentikan aliran gas medik atau vakum bila katup primer (atau katup unit) dilepaskan.
5.5
Setiap inlet/outlet harus diberi identitas yang mudah dibaca sesuai 11.3
5.6
Inlet/outlet berulir harus dari jenis sambungan yang tidak dapat dipertukarkan, sesuai
Setiap stasiun inlet/outlet, termasuk yang dipasang pada kolom, gulungan slang, saluran
langit-langit, atau instalasi khusus lainnya, harus dirancang sedemikian sehingga bagian atau
komponen yang dipersyaratakan untuk jenis gas tertentu guna pemenuhan persyaratan 5.1 dan
5.9 tidak dapat dipertukarkan antara stasiun inlet/outlet untuk jenis gas yang berbeda.
5.8
Penggunaan komponen bagian bersama pada inlet/outlet, seperti pegas, ring cincin, baut
Komponen dari suatu stasiun inlet vakum yang diperlukan untuk pemeliharaan dari
kekhususan vakum harus diberi tanda yang mudah dibaca untuk mengidentifikasikannya sebagai
suatu komponen atau bagian dari sistem vakum atau sistem pengisapan.
5.10
Komponen inlet yang tidak khusus untuk vakum tidak harus ditandai
5.11
Pipa yang dipasang oleh pabrik pembuat pada stasiun outlet dan menonjol tidak lebih dari
21 cm (8 inci) dari badan terminal harus berukuran tidak kurang dari DN 8 (NPS ) ( 3/8 inci
diameter luar), dengan diameter dalam minimum 8 mm (0,3 inci)
5.12
Pipa yang dipasang oleh pabrik pembuat pada stasiun inlet dan menonjol tidak lebih dari
21 cm (8 inci) dari badan terminal berukuran tidak boleh kurang dari DN 10 (NPS 3/8) ( inci
diameter luar), dengan diameter dalam minimum 10 mm (0,4 inci)
5.13
Stasiun inlet/outlet boleh melekuk kedalam dinding atau dilindungi dari kerusakan dengan
cara lain.
5.14
Bila terpasang banyak inlet/outlet pada dinding, inlet/outlet tersebut harus diberi jarak
untuk mengijinkan penggunaan secara serempak dari inlet/outlet yang bersebelahan dengan
berbagai jenis peralatan terapi.
41
5.15
Stasiun outlet dalam sistem yang mempunyai tekanan operasi tidak standar harus
(2)
untuk tekanan tertentu di mana satu gas tunggal dipipakan pada lebih dari satu
tekanan pengoperasian (misal suatu stasiun outlet untuk oksigen 550 kPa (80 psi)
tidak boleh menerima suatu adapter untuk oksigen 345 kPa (50 psi));
(3)
bila dioperasikan pada suatu tekanan di atas 550 kPa (80 psi), harus berupa
sambungan D.I.S.S (diameter index safety sistem)/SIS (Screw index sistem). atau
yang memenuhi butir 4;
(4)
bila dioperasikan pada tekanan relatif antara 1380 kPa (200 psig) dan 2070 kPa (300
psig), stasiun outlet tersebut harus dirancang sedemikan untuk mencegah pencopotan
adapter sampai tekanan telah dilepaskan, guna mencegah adapter mencelakakan
pengguna atau orang lain ketika dilepaskan dari outlet tersebut.
Perakitan pabrik
42
6.1
Sebelum tiba di lokasi pemasangan, terminal-terminal perakitan pabrik harus diuji, oleh
(2)
(3)
(4)
uji daya tahan tekanan sesuai 12.2.6 atau 12.2.7, kecuali seperti yang diijinkan di
bawah 6.2.
6.2
Uji daya tahan tekanan menurut 6.1 (4) boleh dilaksanakan dengan setiap metoda
pengujian yang akan memastikan suatu penurunan tekanan kurang dari satu persen selama 24
jam.
6.3
Pabrik pembuat rakitan harus menyediakan dokumentasi yang resmi menyatakan kinerja
Rakitan buatan pabrik yang menggunakan slang fleksibel harus menggunakan slang dan
konektor yang mempunyai tekanan ledak minimum sebesar 6895 kPa (1000 psig)
6.5
Rakitan buatan pabrik harus mempunyai peringkat penyebaran api tidak lebih dari 200
Rakitan buatan pabrik yang menggunakan slang atau pipa fleksibel harus disambungkan
Rakitan buatan pabrik yang menggunakan slang atau konektor fleksibel, di mana stasiun
inlet/outlet yang terhubung ke pemipaan tidak segera dan sepenuhnya dapat diakses (misal tidak
dapat dimanipulasi tanpa melepas panel, pintu dan sebagainya), harus mempunyai stasiun
inlet/outlet dengan karakteristik tambahan berikut ini:
(1)
merupakan konektor jenis D.I.S.S; (diameter index safety sistem)/SIS (crew index
sistem)/Screw
(2)
(3)
6.8
Rakitan buatan pabrik yang disambungkan dengan saluran pemipaan dengan pematrian
43
7.1
Rakitan RGM boleh dipasang bila diperkirakan dan diperlukan ada banyak pemakaian
Rakitan RGM harus sepenuhnya terlihat dalam ruangan, tidak menembus atau melewati
7.3
(1000 oF)
7.4
7.5
Stasiun inlet atau outlet tidak boleh ditempatkan pada ujung-ujung dari rakitan RGM
7.6
Bukaan untuk stasiun inlet/outlet dalam rakitan RGM harus untuk jenis gas tertentu
7.7
Bukaan pada RGM yang tidak digunakan oleh stasiun inlet/outlet (misal untuk
penggunaan mendatang) harus ditutup atau disumbat sedemikian sehingga diperlukan alat khusus
untuk melepasnya (misal tidak dapat dibuka dengan kunci pas, kunci inggris, obeng, atau alat
umum lainnya)
7.8
Rakitan RGM harus dihubungkan ke pipa saluran melalui fiting yang dipatri ke pipa
saluran tersebut
7.9*
Bila pipa saluran dan rakitan RGM terbuat dari metal yang tidak sama, penyambungan
harus digalvanis atau dilindungi dari interaksi dua metal dengan cara lainnya.
7.10
8.1
Umum
8.1.1
Indikator tekanan dan relatif untuk sistem pemipaan gas medik harus dibersihkan untuk
layanan oksigen
8.1.2
8.1.3
Rentang skala tekanan positif dari indikator analog harus sedemikian sehingga
Rentang skala dari indikator digital tidak boleh lebih dari dua kali tekanan kerja dari sistem
pemipaan
8.1.5
Rentang skala indikator vakum harus berupa 0 ~ 760 mm (0 ~ 29,9 in) HgV relatif, kecuali
untuk indikator dengan rentang tampilan normal yang menunjukkan kondisi normal hanya di atas
300 mm (12 inci) HgV relatif.
8.1.6
Indikator yang ada di sebelah aktuator alarm utama dan alarm wilayah harus diberi label
untuk mengidentifikasikan nama atau simbol kimia dari sistem pemipaan khusus yang dimonitor.
8.1.7
Tingkat akurasi indikator yang digunakan dalam pengujian harus 1 persen (dari skala
44
8.2
Lokasi penempatan
8.2.1
Indikator tekanan dan vakum harus dapat dibaca dari suatu posisi berdiri.
8.2.2
Indikator tekanan dan vakum sekurangnya harus disediakan pada lokasi berikut:
(1)
di sebelah alat penginisiasi alarm, untuk alarm tekanan dan vakum pipa saluran utama
pada sistem alarm utama;
(2)
pada atau dalam panel alarm wilayah guna mengindikasikan tekanan/vakum pada alat
pengaktivasi alarm untuk masing-masing sistem yang dimonitor oleh panel;
(3)
8.2.3
dari katup sumber harus dilengkapi dengan suatu fiting pemeriksa kebutuhan gas tertentu guna
memudahkan penggantian dan pengujian layanan.
8.2.4
Sistem peringatan.
9.1
Umum
Semua sistem alarm utama, wilayah, dan lokal yang digunakan untuk sistem gas medik dan
vakum harus meliputi yang berikut ini:
(1)
indikator visual yang terpisah untuk masing-masing kondisi yang dimonitor, kecuali
untuk alarm lokal dan yang ditampilkan pada panel alarm utama seperti yang diijinkan
dalam 9.4.2;
(2)
indikator visual yang tetap menandakan alarm hingga situasi yang menyebabkan alarm
telah diatasi;
(3)
suatu indikasi audio yang dapat dibatalkan (dimatikan) dari masing-masing kondisi
alarm, yang menghasilkan bunyi dengan level minimum 80 dBA pada jarak 92 cm (3
ft);
(4)
(5)
indikasi visual dan audial bahwa hubungan kabel ke suatu alat penginisiasi alarm
dilepaskan;
(6)
pemberian label pada setiap indikator, yang menandakan kondisi yang dimonitor;
(7)
(8)
inisiasi ulang sinyal bunyi bila kondisi alarm lainnya terjadi sementara alarm bunyi
sedang dimatikan;
daya dari cabang life safety sistem kelistrikan darurat seperti dijelaskan pada sistem
kelistrikan esensial;
45
(10) pengabelan dari berbagai sakelar atau sensor yang disupervisi atau diproteksi
sebagaimana dipersyaratkan atau sesuai dengan SNI 04-0225 edisi terakhir,
Persuaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL);
(11) jaminan dari pihak fasilitas yang berwenang memberikan label pada alarm, di mana
digunakan nomer ruang atau kegunaannya, adalah akurat dan mutakhir;
(12) kelengkapan untuk start ulang secara otomatik setelah matinya aliran daya, selama 10
detik (misal selama penyalaan generator) tanpa menghasilkan suatu alarm palsu atau
memerlukan reset secara manual.
9.2
Alarm utama
Suatu sistem alarm utama harus disediakan untuk memonitor pengoperasian dan kondisi dari
sumber pasokan, sumber cadangan (bila ada), dan tekanan dalam saluran utama dari masingmasing sistem pemipaan gas medik dan vakum.
9.2.1
Sistem alarm utama harus terdiri dari dua atau lebih panel alarm yang ditempatkan
satu panel alarm utama harus ditempatkan di ruang kantor atau ruang kerja dari
petugas yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan sistem pemipaan gas medik
dan vakum;
(2)
untuk memastikan pengawasan secara kontinyu terhadap sistem gas medik dan
vakum ketika fasilitas sedang dalam pengoperasian, panel alarm utama sekunder
harus ditempatkan dalam daerah yang diamati secara kontinyu (misal ruang telepon,
kantor Satpam, atau lokasi lainnya yang dijaga staf secara kontinyu);
9.2.2
Suatu komputer terpusat (misal sistem manajemen bangunan) tidak boleh menggantikan
setiap panel yang dipersyaratkan dalam 9.2.1, tetapi boleh digunakan sebagai suplemen dari
sistem alarm gas medik dan vakum.
9.2.3
Panel alarm utama yang dipersyaratkan dalam 9.2.1 harus berhubungan langsung
sinyal alarm utama tidak boleh direle dari satu panel alarm utama ke panel alarm
lainnya;
(b)
bila digunakan rele alarm banyak kutub untuk mengisolasi sinyal penginisiasi alarm ke
panel alarm utama, sumber daya untuk mengontrol rele harus tidak bergantung pada
salah satu dari panel-panel alarm utama.
9.2.4
Panel alarm utama untuk sistem gas medik dan vakum masing-masing harus meliputi
46
(1)
suatu indikasi alarm pada atau sesaat sebelum pergantian terjadi dalam sistem gas
medik yang dipasok oleh suatu manifol, atau jenis pengganti sistem curah sebagai
suatu bagian dari pengoperasian normalnya, suatu pergantian dari satu bagian dari
pasokan kerja ke bagian lainnya;
(2)
suatu indikasi alarm untuk sistem cairan kriogenik curah ketika pasokan utama
mencapai pasokan rata-rata harian, yang mengindikasikan kandungan rendah;
(3)
suatu indikasi alarm pada atau sesaat sebelum pergantian ke pasokan cadangan
terjadi pada suatu sistem gas medik yang terdiri dari satu atau lebih unit yang secara
kontinyu memasok sistem pemipaan, sementara lainnya tetap sebagai pasokan
cadangan dan beroperasi hanya dalam kasus keadaan darurat ;
(4)
bila suatu penyimpan cairan kriogenik digunakan sebagai suatu cadangan untuk
sistem pasokan curah, suatu indikasi alarm ketika isi dari cadangan berkurang menjadi
satu kali pasokan rata-rata harian;
(5)
bila suatu penyimpan cairan kriogenik digunakan sebagai suatu cadangan untuk
sistem pasokan curah, suatu indikasi alarm ketika tekanan gas yang tersedia dalam
unit cadangan dibawah tekanan yang diperlukan agar suatu sistem gas medik
berfungsi;
(6)
suatu indikasi alarm ketika tekanan dalam saluran utama dari masing-masing sistem
gas medik yang terpisah meningkat 20 persen atau turun 20 persen dari tekanan kerja
normal;
(7)
suatu indikasi alarm ketika tekanan relatif vakum bedah-medik dalam saluran utama
dari masing-masing sistem vakum turun hingga atau di bawah 300 mm (12 inci) HgV ;
(8)
suatu indikasi dari panel alarm lokal seperti yang dijelaskan dalam 9.4.2 untuk
mengindikasikan satu atau lebih dari kondisi yang dimonitor di lokasi kerja memberikan
alarm;
(9)
suatu alarm titik pengembunan tinggi dari masing-masing lokasi kompresor untuk
memberikan indikasi ketika titik embun dalam saluran tekanan lebih besar dari + 4 oC
(39 oF)
(10) suatu alarm BSGA ketika tingkat vakum atau aliran BSGA di bawah batas efektif
pengoperasian;
(11) suatu alarm titik embun udara instrumen tinggi dari masing-masing lokasi kompresor
untuk mengindikasikan titik embun saluran tekanan lebih besar dari 30 oC (-22 oF).
9.2.5
Indikasi alarm yang dipersyaratkan dalam 9.2.4.(6) dan (7) harus berasal dari sensor yang
dipasang pada saluran utama dekat daerah hilir (pada sisi fasilitas) dari katup sumber. Bila perlu
memasang suatu katup saluran utama sebagai tambahan terhadap katup sumber (lihat 4.5 dan
4.5.4), sensor harus ditempatkan di bagian hilir (pada sisi fasilitas) dari katup utama.
47
9.3*
Alarm wilayah
Panel alarm wilayah harus disediakan untuk memonitor semua gas medik, vakum bedah-medik,
dan sistem BSGA yang dipipakan memasok lokasi tindakan anestesi, dan mesin/peralatan
keselamatan jiwa (life support) penting lainnya serta daerah kritis seperti ruang pemulihan paska
anesthesi, ruang ICU, bagian UGD, dan seterusnya.
9.3.1
Alarm wilayah harus ditempatkan pada pos perawat, atau lokasi lainnya yang akan
Panel alarm wilayah untuk sistem gas medik harus memberikan indikasi jika tekanan
dalam saluran di wilayah yang sedang dimonitor meningkat atau turun hingga 20 persen dari
tekanan normal saluran.
9.3.3
Panel alarm untuk sistem vakum bedah-medik harus memberikan indikasi bila vakum
relatif dalam wilayah tersebut jatuh hingga atau di bawah 300 mm (12 in) HgV.
9.3.4
yang
dipasang pada sisi keluaran dari setiap rakitan individual kotak katup zona
(2)* daerah untuk pemberian gas anesthesi harus mempunyai sensor yang dipasang pada
sisi sumber dari setiap rakitan kotak katup zona dari ruangan individual, sehingga
penutupan satu atau lebih dari katup zona ruang anestesi tidak akan menyebabkan
suatu alarm.
(3)
penempatan sensor tidak boleh dipengaruhi oleh katup yang ditempatkan di daerah
yang hanya dapat diakses oleh petugas yang berwenang, seperti katup layanan (lihat
4.7) atau katup dalam jalur (lihat 4.9)
9.4*
Alarm lokal
Alarm lokal harus dipasang untuk memonitor fungsi sistem kompresor udara, sistem pompa vakum
bedah-medik, sistem BSGA, dan sistem udara instrumen.
9.4.1
pada atau dalam panel kontrol untuk peralatan mesin yang dimonitor;
(2)
di dalam suatu alat pemonitor (misal pemonitor titik embun atau pemonitor karbon
dioksida);
(3)
9.4.2
dengan panel alarm utama untuk mengindikasikan bahwa terdapat masalah dengan peralatan
sumber pada lokasi tersebut.
48
9.4.3
Bila terdapat lebih dari satu sistem kompresor udara medik dan/atau lebih dari satu sistem
pompa vakum medik/bedah pada lokasi yang berbeda dalam fasilitas, atau bila kompresor udara
medik dan/atau pompa vakum medik/bedah terdapat pada lokasi yang berbeda dalam fasilitas,
masing-masing lokasi perlu mempunyai alarm yang terpisah pada panel alarm utama.
9.4.4
Fungsi berikut ini harus dimonitor pada masing-masing lokasi alarm lokal:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Untuk sistem kompresor yang menggunakan kompresor cincin cairan atau kompresor
dengan komponen berpendingin air, air dalam tangki penampung tinggi :
untuk mengindikasikan ketika permukaan air dalam tangki penampung telah mencapai
suatu tinggi permukaan yang ditetapkan dapat merusakkan pengoperasian sistem
(8)
(9)
49
10
10.1
positip yang
dipasang di lokasi.
10.1.1
Pipa, katup, fiting, stasiun outlet, dan komponen pemipaan lainnya dalam sistem gas
medik harus telah dibersihkan untuk layanan oksigen oleh pabrik pembuat sebelum dilakukan
pemasangan sesuai ketentuan yang berlaku, kecuali fiting boleh dibersihkan oleh suplier atau
agen selain dari pabrik pembuat.
10.1.2
disumbat oleh pabrik pembuat dan tetap tersegel hingga siap untuk pemasangan
10.1.3
Fiting, katup, dan komponen lainnya harus diangkut dalam keadaan tersegel, diberi label,
Pipa gas medik yang memenuhi persyaratan yang berlaku harus diidentifikasikan atau
disertifikasi oleh pabrik pembuat dengan tanda OXY, MED, OXY/MED, OXY/ARC atau
ACR/MED dengan warna biru (tipe L) atau hijau (tipe K)
10.1.6
Pemasang harus menyerahkan dokumen resmi yang menyatakan bahwa semua bahan
10.2
10.2.1
Pipa vakum harus dari jenis hard-drawn seamless copper, baik pipa gas medik ASTM B
819/BSEN 13348 , pipa air (water cube) ASTM B 88 (tipe K, L, M), atau pipa ACR ASTM B 280.
10.3
Fiting
10.3.1
Belokan, pergeseran (offset) atau perubahan arah lainnya pada pemipaan gas medik dan
vakum harus dibuat dari fiting kapiler tembaga tempa dipatri, atau fiting patri , atau hanya untuk
fiting vakum yang diijinkan menggunakan fiting khusus sesuai butir 10.5.8 (4) hingga 10.5.8 (7).
10.3.2
10.3.3 Hubungan pencabangan pada sistem pemipaan boleh dilakukan dengan menggunakan
sambungan T (tee) yang dibuat secara mekanik, di bor, dan dikempa (extruded) yang dibentuk
sesuai dengan instruksi pabrik pembuat peralatan, dan dipatri.
50
10.4
Sambungan berulir
Sambungan berulir pada pipa distribusi gas medik dan vakum harus memenuhi persyaratan
berikut:
(1)
dibatasi hanya untuk hubungan ke indikator tekanan/vakum, peralatan alarm, dan peralatan sumber;
(2)
(3)
Dilapis dengan pita polytetrafluoroethylene (misal Teflon) atau perapat ulir lain yang
direkomendasikan untuk layanan oksigen, dengan bahan perapat dilapiskan hanya
pada ulir jantan saja.
10.5
Sambungan patri
logam jenis tembaga-phosphor atau tembaga-phospor perak ( Seri BcuP ) tanpa bahan pengalir
patri (fluks).
10.5.1.6 Sambungan yang akan dipatri di
10.5.3
10.5.3.1 Permukaan bagian dalam dari pipa, sambungan dan komponen lainnya yang telah
dibersihkan untuk layanan oksigen harus disimpan dan dijaga untuk mencegah kontaminasi
sebelum perakitan dan pematrian.
51
10.5.3.2 Permukaan luar dari ujung pipa harus dibersihkan sebelum pematrian untuk
menghilangkan oksida logam dari permukaan.
10.5.3.3 Bila membersihkan permukaan luar dari ujung pipa, benda apa pun tidak boleh masuk
kedalam pipa.
10.5.3.4. Bila permukaan dalam fiting sambungan telah terkontaminasi sebelum pematrian,
mereka harus dibersihkan kembali untuk layanan oksigen sesuai dengan 10.5.3.10 dan
dibersihkan dengan sikat kawat yang bersih dan bebas dari minyak guna pematrian.
10.5.3.5. Lap yang tidak abrasif harus digunakan untuk membersihkan permukaan luar dari ujung
pipa.
10.5.3.6 Penggunaan sabut baja atau dan kain ampelas harus dilarang.
10.5.3.7 Proses Pembersihan tidak boleh menghasilkan Alur Goresan pada Permukaan yang
disambung.
10.5.3.8. Sesudah diampelas, permukaan harus dilap dengan kain putih yang bersih dan tidak
berbulu.
10.5.3.9. Bagian dalam dari pipa, fiting, katup, dan komponen lain harus diperiksa secara visual
sebelum disambung untuk memastikan bahwa mereka tidak terkontaminasi untuk layanan oksigen
dan bahwa mereka bebas dari hambatan atau kotoran.
10.5.3.10 Permukaan dalam dari ujung pipa, fiting, dan komponen lain yang telah dibersihkan
untuk layanan oksigen oleh pabrik pembuat, tetapi telah terkontaminasi sebelum pemasangan,
dapat dibersihkan kembali di lapangan oleh pemasang dengan menggosok seluruh permukaan
dalam dengan menggunakan kain dan larutan air panas mengandung alkalin seperti sodium
karbonat atau trisodium phospate 450 g dalam 11 liter air layak minum dan dibilas bersih dengan
air panas layak minum.
10.5.3.11 Larutan air pembersih lainnya boleh digunakan untuk pembersihan ulang di lokasi dalam
10.5.3.10. asalkan mereka direkomendasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
10.5.3.12 Bahan yang telah terkontaminasi bagian dalamnya dan tidak dibersihkan untuk layanan
oksigen tidak boleh dipasang.
10.5.3.13 Sambungan harus sudah dipatri dalam waktu satu jam sesudah permukaan dibersihkan
untuk pematrian.
Bahan pengalir patri harus digunakan dengan hemat untuk mengurangi kontaminasi
52
10.5.4.4 Bahan pengalir patri dapat digunakan secara merata pada permukaan yang telah
dibersihkan dan akan disambung dengan menggunakan sikat untuk
memastikan penutupan
dengan yang
lebih kecil , batang patri berlapis bahan pengalir boleh digunakan sebagai pengganti pemakaian
bahan pengalir patri pada permukaan yang akan disambungkan.
53
dan
penyambungan horisontal, vertikal dan penyambungan pipa berdiameter besar harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
bahan pengalir patri atau sisanya (bila digunakan bahan pengalir atau bahan patri BAg
berlapis bahan pengalir dalam pematrian dua logam pipa yang berbeda);
(2)
(3)
(4)
kerusakan dari logam bahan patri terlihat secara nyata disekeliling sambungan pada
celah antara pipa dan soket sambungan;
(5)
(6)
(7)
kerusakan sambungan untuk menahan tekanan uji ketika dilakukan uji tekanan awal
oleh pemasang (12.2.3.) dan uji kemampuan mempertahankan tekanan (12.2.6. atau
12.2.7.).
10.5.7.5 Sambungan patri yang teridentifikasi gagal menurut kondisi-kondisi dalam 10.5.7.4. (2)
atau (5) harus diganti.
10.5.7.6 Sambungan patri yang terindikasi gagal menurut kondisi-kondisi dalam 10.5.7.4. (1), (3),
(4), (6) atau (7) boleh diperbaiki , kecuali bahwa sambungan boleh dipanaskan satu kali sebelum
diganti.
54
kopling sambungan yang mempunyai tingkat temperatur dan tekanan sambungan tidak
kurang dari suatu sambungan patri;
(2)
bila fiting pipa gas dibuat dari logam yang terdaftar atau yang disetujui, menghasilkan
suatu sambungan permanen yang mempunyai sifat mekanik, sifat thermal, dan tingkat
penyekatan (sealing integrity) setara dengan sambungan patri;
(3)
fiting dielektrik, bila dipersyaratkan oleh pabrik pembuat peralatan medik khusus, untuk
mengisolasi peralatan dari kelistrikan yang berasal dari sistem pipa distribusi;
(4)
kopling dan fiting yang telah diuji oleh pabrik pembuat fiting/kopling untuk layanan
vakum dan yang mempunyai sambungan tekan secara mekanik teruji yang meliputi
sekat cincin elastik (O-ring seal) untuk penggunaan dengan bahan anesthesi;
(5)
sambungan beralur yang telah diuji oleh pabrik pembuat kopling/fiting untuk layanan
vakum terdiri dari pipa dengan ujung beralur-gulir dan kopling sambungan-mekanik
dengan gasket elastik yang telah diuji untuk penggunaan dengan bahan anestesi;
(6)
pipa tembaga tidak boleh disambungkan dengan alur-guling bila ukuran pipa lebih kecil
daripada DN50 ( NPS 2 in);
(7)
penyambungan tipe kompresi dan kerucut, termasuk sambungan ke outlet dan inlet,
peralatan alarm, dan komponen lainnya;
(2)
10.6
55
10.6.1.5 Pipa keluar yang menuju panel alarm,dan pipa sambungan ke indikator tekanan dan
peralatan alarm boleh berukuran DN 8 ( NPS ) ( in.O.D.).
56
Jarak penyangga
Cm
Ft
152
183
183
213
244
274
305
10
457
15
10.6.4.6. Bila dipersyaratkan, pemipaan gas medik dan vakum harus tahan gempa sesuai dengan
peraturan bangunan yang ada.
57
10.6.5.10 Bila pipa bawah tanah yang dipasang menembus dinding, ujung-ujung bagian yang
tertembus harus diberi sekat penutup untuk mencegah air permukaan masuk kedalam bangunan.
10.6.9
10.6.9.1. Pemasangan komponen individual harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuat.
10.6.9.2 Instruksi seperti itu harus memuat arahan dan informasi yang oleh pabrik pembuat
dipandang cukup untuk melaksanakan pengoperasian, pengujian dan pemeliharaan yang tepat
dari sistem gas medik dan vakum.
10.6.9.3 Fotocopy dari instruksi pabrik pembuat harus diserahkan kepada pemilik sistem.
58
10.6.11.2 Pelaksana pemasangan sistem gas medik dan vakum harus memenuhi ketentuan yang
berlaku. (Standar kualifikasi profesional pelaksana pemasangan sistem instalasi gas medik dan
vakum.)
10.6.11.3 Pematrian harus dilakukan oleh seseorang yang cakap menurut ketentuan 10.6.12.
10.6.11.4 Sebelum suatu pekerjaan instalasi dilakukan, pelaksanan pemasangan pemipaan gas
medik dan vakum medik harus menyediakan dan menyimpan dokumentasi, di tempat pelaksanaan
pekerjaan, tentang kualifikasi prosedur pematrian dan kualifikasi masing-masing tukang patri
seperti yang dipersyaratkan pada 10.6.12.
10.6.11.5 Personil dari organisasi pelayanan kesehatan boleh memasang sistem pemipaan bila
semua persyaratan pada 10.6.11 dipenuhi selama pemasangan.
(2)
(3)
59
10.6.12.6 Seorang pemberi tugas boleh menerima catatan uji kualifikasi tukang patri dari pemberi
tugas sebelumnya di bawah kondisi berikut :
(1)
tukang patri tersebut telah diuji kecakapannya dengan menggunakan sebuah prosedur
yang sama atau setara dengan yang digunakan oleh pemberi tugas yang baru.
(2)
pemberi tugas yang baru memperoleh sebuah salinan rekaman kinerja uji kecakapan
tukang patri tersebut dari pemberi tugas sebelumnya dan menandatangani dan
memberi penanggalan pada rekaman ini, dengan demikian menerima tanggung jawab
untuk uji kualifikasi yang dilaksanakan oleh pemberi kerja sebelumnya.
10.6.12.7 Uji kualifikasi kinerja dari tukang patri harus tetap berlaku selamanya kecuali jika tukang
patri tersebut tidak melakukan pekerjaan pematrian, dengan prosedur yang telah dibakukan,
dalam waktu lebih dari 6 bulan, atau ada alasan khusus untuk mempertanyakan kemampuan dari
tukang patri tersebut.
11
Lihat tabel 2.
11.1
Penamaan pipa
11.1.1
penandaan yang ditempelkan guna menunjukkan sistem gas medik atau vakum.
11.1.2
Label pipa harus menunjukkan nama gas/sistem vakum atau simbol kimia.
11.1.3
Untuk gas nitrogen, bila sistem pemipaan gas bertekanan positif bekerja pada tekanan
selain dari tekanan relatif standar dari 345 sampai 380 kPa (50 sampai 55 psig) atau tekanan
relatif dari 1100 sampai 1275 kPa (160 sampai 185 psig), label pipa harus mencantumkan tekanan
operasional tidak standar ini sebagai tambahan pada nama gas.
11.1.4
(1)
(2)
(3)
(4)
setidaknya satu pada setiap tingkat ketinggian yang dilewati oleh pipa tegak (riser).
11.2
Katup penyetop
11.2.1
(1)
nama atau simbol kimia untuk gas medik atau sistem vakum yang spesifik;
(2)
(3)
sebuah peringatan untuk tidak menutup atau membuka katup kecuali dalam keadaan
darurat.
60
11.2.2
Untuk gas Nitrogen atau udara instrumen, bila sistem pemipaan gas bertekanan positif
bekerja pada tekanan selain dari tekanan relatif standar dari 345 sampai 380 kPa (50 sampai 55
psig) atau tekanan relatif dari 1100 sampai 1275 kPa (160 sampai 185 psig), identifikasi katup
harus juga mencakup tekanan operasional tidak standar tersebut.
11.2.3
Katup sumber harus diberi label pada bagian dasarnya sebagai berikut:
KATUP SUMBER
UNTUK (NAMA SUMBER)
11.2.4
Katup saluran utama harus dinamai pada bagian dasarnya seperti berikut:
11.3
11.3.1
Stasiun outlet dan inlet harus diidentifikasikan dengan nama atau simbol kimia untuk gas
Untuk gas Nitrogen, bila sistem gas medik bekerja pada tekanan selain dari tekanan
relatif standar dari 345 sampai 380 kPa (50 sampai 55 psig) atau tekanan relatif dari 1100 sampai
1275 kPa (160 sampai 185 psig), identifikasi stasiun outlet
operasional yang tidak standar tersebut sebagai tambahan pada nama gas.
11.4
Panel alarm
Penamaan panel alarm harus memenuhi persyaratan butir 5.1.9.1 (6) dan (7)
61
62
Campuran lain
Layanan gas
Udara Medik
Karbon dioksida
Helium
Nitrogen
Nitrous oksida
Oksigen
Oksigen/campuran
karbon dioksida
Vakum medikbedah
Limbah anastetik
buangan gas
345 ~ 420 kPa (50 ~ 55psi)
Hijau/putih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1100-1475 kPa (160-185 psi)
Tidak ada
BSGA
Gas A% / Gas B%
Kuning/hitam
Warna (latar/tulisan)
Hijau/hitam
Hitam/putih
Coklat/putih
Abu-abu/putih
Biru/putih
Putih/hijau
Med Vac
Singkatan nama
Udara tekan medik
CO2
He
N2
N2O
O2
O2/CO2n% (n adalah % dari
CO2)
Tabel 2 - Standar penandaan warna dan tekanan operasional untuk sistem gas dan vakum
12
12.1
Umum
12.1.1
Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan pada semua sistem gas dalam pipa yang
baru, penambahan, renovasi, instalasi sementara, atau sistem yang sedang diperbaiki, untuk
memastikan fasilitas tersebut, dengan prosedur yang didokumentasikan, bahwa semua ketentuan
yang berlaku dari dokumen ini telah ditaati dan integritas sistem tercapai atau terjaga
12.1.2
Pemeriksaan dan pengujian harus mencakup semua komponen atau bagian sistem
tetapi tidak membatasi pada, sumber gas curah, manifol, sistem sumber udara bertekanan (seperti
kompresor, pengering, saringan, regulator), alarm sumber dan pengawasan keamanan, alarm
utama, jalur pipa, katup isolasi, alarm wilayah, katup zona, dan stasiun inlet (vakum) dan stasiun
outlet (gas bertekanan).
12.1.3
penambahan, perbaikan, atau penggantian (seperti sumber gas baru: curah, manifol, kompresor,
pengering, alarm) harus diperiksa dan diuji.
12.1.4
Sistem-sistem harus dipandang telah dibuka/ditembus pada titik penyusupan dalam jalur
pipa oleh pemisahan fisik atau oleh pelepasan, penggantian, atau penambahan komponen sistem.
12.1.5
Bagian dari sistem yang dibuka/ditembus yang mengalami pemeriksaan dan pengujian
harus dibatasi hanya pada zona spesifik yang telah diubah dan komponen dalam zona atau
daerah yang berhubungan langsung, dan berada di hulu dari sistem vakum dan di hilir dari gas
bertekanan pada titik atau area penyusupan.
12.1.6
Laporan pemeriksaan dan pengujian harus diserahkan langsung pada pihak yang
dikontrak untuk pengujian, dan harus menyerahkan laporan melalui jalur-jalur pelaporan kepada
otoritas fasilitas yang bertanggung jawab dan fihak lain yang dipersyaratkan.
12.1.7
Laporan harus berisikan daftar rincian semua temuan dan hasil pemeriksaan dan
pengujian.
12.1.8
Otoritas fasilitas yang bertanggung jawab harus meninjau ulang catatan pemeriksaan dan
pengujian ini sebelum penggunaan semua sistem untuk menjamin bahwa semua temuan dan hasil
pemeriksaan dan pengujian telah diselesaikan dengan baik.
12.1.9
Semua dokumentasi yang mengacu pada pemeriksaan dan pengujian harus disimpan
63
12.1.11
Untuk tujuan pengujian, pencopotan komponen dalam suatu sistem sumber untuk
perbaikan dan pemasangan kembali, atau penggantian komponen yang serupa, harus
diperlakukan seperti pekerjaan baru, bila pekerjaan seperti itu melibatkan pemotongan dan/atau
pematrian pipa baru.
12.1.12.1 Bila tidak ada pipa yang diubah, pengujian fungsional harus dilaksanakan seperti
(1)
(2)
untuk menjamin bahwa tidak ada peralatan lain dalam sistem terkena pengaruh yang
merugikan.
12.1.12.2 Bila tidak ada pipa yang diubah, sebagai tambahan pada pengujian fungsi umum
seperti dipersyaratkan pada 12.1.12.1, pengujian harus dilaksanakan seperti berikut:
(1)
sumber gas bertekanan harus diuji sesuai 12.3.14.2 tergantung jenis peralatan;
(2)
sumber udara medik dan sumber udara instrumentasi harus diuji menurut 12.3.14.2(A).
(3)
(4)
(5)
Semua komponen yang berpengaruh harus diuji, sesuai dengan komponen spesifik
tersebut (misal alat monitor titik embun - dew point), pengganti harus diuji menurut
3.5.15).
12.2
12.2.1 Umum
12.2.1.1 Pengujian yang dipersyaratkan oleh 12.2 harus dilaksanakan dan didokumentasikan oleh
pelaksana pemasangan sebelum melaksanakan pengujian yang tercatat pada 12.3, Pemeriksaan
sistem.
12.2.1.2 Pengujian gas harus menggunakan Nitrogen NF kering, bebas minyak.
12.2.1.3 Bila rakitan peralatan buatan pabrik akan dipasang, pengujian yang dipersyaratkan oleh
12.2 harus dilaksanakan sebagai berikut :
(1)
(2)
sebelum pemasangan rakitan peralatan buatan pabrik yang disuplai dipasok melalui
pipa slang atau pipa fleksibel;.
(3)
pada semua stasiun outlet/inlet pada rakitan buatan pabrik terpasang yang dipasok
melalui pipa tembaga.
64
(2)
setelah pemasangan stasiun outlet/inlet dalam seluruh rakitan, tutup pipa pengujian
boleh digunakan;
(2)
12.2.3.3 Katup penyetop sumber harus tetap tertutup selama pengujian ini.
12.2.3.4 Tekanan uji untuk gas bertekanan harus 1,5 kali tekanan kerja sistem tetapi tidak kurang
dari tekanan relatif 1035 kPa (150 psig).
12.2.3.5 Tekanan uji untuk vakum harus tidak kurang dari tekanan relatif 415 kPa (60 psi).
12.2.3.6 Pengujian tekanan harus dijaga sampai setiap sambungan telah diuji kebocoran dengan
menggunakan air sabun atau cara pendeteksi kebocoran lain yang setara efektifitasnya, dan aman
digunakan bersama oksigen.
12.2.3.7 Kebocoran, jika ada, harus ditetapkan lokasinya, diperbaiki (jika dibolehkan), diganti (jika
dibutuhkan), dan diuji ulang.
Sumber gas uji harus diputuskan dari semua sistem pemipaan kecuali untuk satu-
65
12.2.4.4 Setelah pemasangan masing-masing muka panel dengan adaptor yang tepat dan yang
sesuai dengan label outlet/inlet, setiap outlet/inlet pada setiap sistem pemipaan gas medik dan
vakum yang terpasang harus diperiksa untuk menentukan bahwa uji gas disalurkan hanya dari
sistem pemipaan yang sedang diuji.
12.2.4.5 Pengujian sambungan silang yang dimaksud dalam 12.2.4 harus diulangi untuk setiap
sistem pemipaan gas medik dan vakum yang terpasang.
12.2.4.6 Penamaan dan identifikasi yang tepat pada outlet/inlet sistem harus dikonfirmasikan
selama pengujian ini.
66
12.2.7.2 Sistem pemipaan harus dikenai pengujian kemampuan mempertahankan tekanan vakum
selama 24 jam.
12.2.7.3 Tekanan relatif pengujian uji tidak boleh kurang dari 300 mm (12 in) HgV.
12.2.7.4 Selama pengujian, hubungan sumber tekanan vakum uji harus dilepas dari sistem
pemipaan.
12.2.7.5 Pada akhir pengujian harus tidak terdapat perubahan vakum uji selain dari pada yang
disebabkan oleh perubahan temperatur udara ambien, seperti yang diijinkan dalam 12.2.7.6.
12.2.7.6 Perubahan vakum uji yang disebabkan oleh pemuaian atau pengerutan harus boleh
dihitung dengan metoda hubungan tekanan-temperatur seperti berikut:
(1)
tekanan absolut akhir yang dihitung sama dengan tekanan absolut awal dikalikan
dengan temperatur absolut akhir dan dibagi dengan temperatur absolut awal;
(2)
tekanan absolut adalah pembacaan tekanan relatif ditambah 101,4 kPa (14,7 psi);
(3)
(4)
pembacaan tekanan relatif akhir yang diijinkan sama dengan pembacaan tekanan
absolut akhir dikurangi tekanan relatif sebesar 101,4 kPa (14,7 psi).
12.2.7.7
Kebocoran, bila ada, harus ditentukan tempatnya, diperbaiki (bila dibolehkan) atau
12.3
Verifikasi sistem
12.3.1. Umum
12.3.1.1 Uji verifikasi harus dilakukan hanya setelah lulus semua uji yang dipersyaratkan dalam
12.2 uji yang dilakukan pelaksana pemasangan.
12.3.1.2 Gas uji haruslah bebas minyak, dari jenis Nitrogen NF kering atau gas sistem bilamana
diijinkan.
12.3.1.3 Pengujian pengujian harus dilakukan oleh pihak yang secara teknis berkompeten dan
berpengalaman di bidang pengujian saluran pipa gas medik dan vakum dan memenuhi
persyaratan yang berlaku.
12.3.1.4 Pengujian harus dilakukan oleh pihak lain, bukan dari kontraktor pemasangan.
12.3.1.5 Bila sistem belum pernah dipasang oleh personil setempat dari fasilitas, pengujian harus
boleh dilakukan oleh personil organisasi tersebut yang memenuhi persyaratan 12.3.13
12.3.1.6 Semua pengujian yang dipersyaratkan dalam 12.3 harus dilakukan setelah pemasangan
dari setiap rakitan peralatan buatan pabrik yang dipasok melalui slang atau pipa lentur.
12.3.1.7 Bila terdapat banyak titik penyambungan yang mungkin untuk terminal-terminal, setiap
posisi yang mungkin harus diuji secara independen.
5.1.12.3.1.8 Bila diijinkan oleh instansi berwenang, dimana penggunaan nitrogen tidak
memungkinkan, gas sumber harus boleh dipergunakan untuk pengujian berikut:
67
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
setelah sistem diisi dengan nitrogen atau gas sumber, katup sumber dan semua katup
zona harus ditutup;
(2)
(3)
Setiap kebocoran yang ditemukan harus ditandai lokasinya, diperbaiki dan diuji
kembali menurut 12.2.6.
tekanan dalam semua sistem pemipaan gas medik dan vakum harus diturunkan
sampai tekanan atmosfir;
(b)
semua sumber gas uji dari semua sistem gas medik dan vakum, dengan perkecualian
sistem yang sedang diuji, harus diputuskan hubungannya;
(c)
sistem yang sedang diuji harus diberi tekanan sampai tekanan relatif 345 kPa (50 psi);
(d)
dengan adapter yang sesuai dan dengan label-label keluaran, setiap stasiun (pos)
inlet/outlet dari semua sistem gas medik dan vakum yang terpasang harus diperiksa
untuk menentukan bahwa gas uji hanya dikeluarkan dari lubang masukan/keluaran dari
sistem pemipaan yang sedang diuji;
(e)
sambungan sumber gas uji harus diputuskan dan sistem yang diuji diturunkan
tekanannya hingga tekanan atmosfir;
(f)
dilanjutkan menguji setiap sistem pemipaan lainnya hingga semua sistem pemipaan
gas medik dan vakum bebas dari sambungan silang.
68
12.3.3.2
(a)
tekanan dalam semua sistem gas medik harus diturunkan sampai tekanan atmosfir
(b)
tekanan gas uji dalam semua sistem pemipaan gas medik harus dinaikkan hingga
harga-harga yang ditunjukkan dalam tabel 3, bersama sama mempertahankan tekanan
nominal ini hingga keseluruhan pengujian.
(c)
sistem dengan tekanan kerja yang tidak standar harus diuji pada suatu tekanan relatif
sekurangnya 70 kPa (10 psig) lebih tinggi atau lebih rendah dari setiap sistem lainnya
yang sedang diuji.
(d)
setiap sistem vakum harus dalam kondisi beroperasi sehingga sistem vakum ini diuji
pada waktu yang sama dengan sistem gas medik yang sedang diuji.
Tabel 3 - Berbagai tekanan pengujian.
Gas medik
Tekanan
Tekanan Relatif
Campuran gas
Nitrogen/Udara instrumen
Nitro oksida
Oksigen
Udara Medik
Sistem pada tekanan tidak standar
Vakum
BSGA
(e)
Setelah pengaturan tekanan sesuai dengan 12.3.3.2.(b) dan (c), setiap stasiun outlet
untuk sistem gas medik harus diuji dengan menggunakan sambungan gas-khusus
untuk
setiap
sistem
dengan
pengukur
tekanan
pengujian
terpasang,
untuk
memverifikasikan bahwa tekanan uji/vakum yang benar telah diperoleh pada setiap
inlet/outlet dari masing-masing sistem yang terdaftar dalam tabel 3.
(f)
Setiap pengukur tekanan pengujian yang digunakan dalam pelaksanaan pengujian ini
harus dikalibrasikan dengan indikator tekanan yang digunakan pada regulator saluran
tekanan yang dipakai untuk menyediakan (indikasi) tekanan sumber.
(g)
Setiap stasiun (pos) outllet harus diidentifikasikan dengan suatu label (dan penandaan
dengan warna, bila digunakan), dan tekanan yang diindikasikan pada pengukur
tekanan uji harus seperti yang terdapat dalam tabel 3 untuk sistem yang sedang diuji.
69
Informasi dalam daftar tersebut harus digunakan untuk membantu dan memeriksa
Semua sistem peringatan untuk setiap sistem gas medik dan vakum harus diuji untuk
memastikan bahwa semua komponen berfungsi dengan tepat sebelum menempatkan
sistem ke dalam pemakaian;
(b)
(c)
Sistem peringatan yang merupakan bagian tambahan pada suatu sistem pemipaan
yang telah ada harus diuji sebelum penyambungan dari pemipaan yang baru ke sistem
yang telah ada.
(d)
Pengujian dari sistem peringatan untuk instalasi baru (pengujian awal) harus dilakukan
setelah
pengujian
sambung-silang
(12.3.3),
tetapi
sebelum
penggelontoran
(pembersihan) dari pemipaan (12.3.6) dan melakukan uji verifikasi lainnya yang tersisa
(belum dilakukan) (12.3.7 hingga 12.3.14)
(e)
Pengujian awal dari suatu sistem peringatan, yang dapat dimasukkan ke dalam suatu
penambahan atau perluasan kepada suatu sistem pemipaan yang telah ada, harus
diselesaikan sebelum penyambungan dari sistem tambahan tersebut kepada sistem
yang telah ada.
(f)
Gas uji untuk pengujian awal harus bebas minyak, nitrogen NF kering, gas peruntukan
sistem, atau vakum kerja.
Pengujian sistem alarm induk harus dilakukan untuk setiap sistem pemipaan gas
medik dan vakum.
(b)
Catatan permanen dari pengujian-pengujian ini harus disimpan dan dipelihara seperti
yang dipersyaratkan dalam 12.1.7
(c)
Sinyal bunyi dan sinyal visual yang tidak dapat dibatalkan menurut 12.9. harus
mengindikasikan bilamana tekanan dalam saluran pipa utama mengalami kenaikkan
atau mengalami penurunan sekitar 20 persen dari tekanan kerja normal.
70
(d)
Pengoperasian dari seluruh sinyal alarm induk yang diacu dalam 9.2.4. harus
diverifikasikan.
Sekurangnya 1000 liter ( 35 ft3) harus difilter melalui filter yang bersih, berwarna putih,
berukuran 0,45 mikron pada sebuah laju aliran minimum 100 NIiter/min (3,5 SCFM)
(b)
25% dari zona-zona harus diuji pada lubang outlet yang paling jauh dari sumbernya.
(c)
Filter tersebut harus memperoleh tidak lebih dari 0,001 g (1 mg) bahan (endapan) dari
setiap lubang keluaran yang diuji.
(d)
Bilamana ada satu lubang outlet gagal dalam tes ini, lubang outlet yang terjauh dari
setiap zona harus diuji.
(e)
Pengujian ini harus dilakukan dengan menggunakan nitrogen kering atau gas sistem,
yang bebas minyak,
71
Pengujian ini harus dilakukan dengan nitrogen kering atau gas dari peruntukan sistem,
yang bebas minyak.
(b)
Pengujian ini digunakan untuk menghitung jumlah total hidrokarbon (seperti metan)
dan hidrokarbon dihalogenisasi, dan dibandingkan dengan gas sumber.
(c)
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan pada lubang outlet terjauh dari sumber
(d)
Perbedaan di antara kedua pengujian, untuk satu kasus pun, harus tidak melebihi
batasan sebagai berikut:
(e)
(1)
(2)
Suatu pengujian titik embun harus dilakukan pada lubang keluaran yang terjauh dari
sumber dan titik embun harus tidak lebih 500 ppm pada 120C (53,6 oF).
dengan 13.8.1.
72
12.3.10.2 Seluruh lubang keluaran dengan tekanan relatif sebesar 345 kPa (50 psi), termasuk tapi
tidak terbatas pada oksigen, gas nitrous oksida, udara medik dan karbon dioksida, harus
mengalirkan 100 Nl/menit (3.5 SCFM) dengan penurunan tekanan tidak lebih dari 35 kPa (5 psi)
dan tekanan statik sebesar 345 - 380 kPa (50-55 psi).
12.3.10.3 Lubang outlet harus mengalirkan 140 Nl/menit (5.0 SCFM) dengan penurunan tekanan
relatif tidak lebih dari 35 kPa (5 psi) dan tekanan statis sebesar 1100 hingga 1275 kPa (160 - 180
psi).
12.3.10.4 Lubang inlet (tekanan) vakum bedah-medik harus mengisap 85 Nl/menit (3 SCFM) tanpa
mengurangi tekanan vakum di bawah 300 mm (12 inci) HgV pada setiap pos (stasiun) lubang inlet
terdekat.
12.3.10.5 Lubang outlet oksigen dan udara yang melayani ruang perawatan (pasien) kritis
dibolehkan laju aliran transiennya sebesar 170 Nl/Menit (6 SCFM) selama 3 detik.
setiap sumber gas bertekanan dan lubang keluaran harus dianalisa untuk konsentrasi
gas per volumenya;.
2)
analisa harus dilakukan dengan alat yang dirancang untuk mengukur gas tertentu yang
dikeluarkan.
3)
Nitro Oksida
Nitrogen
Udara tekan medik
Gas lain
Konsentrasi
> 94% oksigen
Karbon dioksida < 5 Vpm
Karbon monoksida < 5 Vpm
H2O < 25 Vpm
> 99 % Nitro Oksida
> 99% Nitrogen atau
< 1% Oksigen
19,5 23,5 % Oksigen
Seperti yang ditentukan oleh labelnya
r1%, kecuali ditentukan dengan cara lain
73
12.3.12.2 Contoh uji harus diambil untuk pengujian sistem udara - pada lubang pengambilan
contoh uji pada sistem.
12.3.12.3. Hasil pengujian harus tidak melebihi parameter dalam tabel 12.3.12.3 .
Tabel 12.3.12.3 - Parameter pencemar dalam udara medik
Parameter
Titik embun
Karbon Monoksida
Karbon Dioksida
Gas-gas Hidrokarbon
Gas Hidrokarbon
dihalogenisasi
2 ppm
Sebelum sistem peralatan mulai digunakan, peralatan sistem tersebut harus diuji
ketepatan fungsinya, termasuk pergantian dari pasokan primer ke pasokan
sekundernya (dengan sinyal pergantiannya) dan pengoperasian pasokan cadangan
(dengan sinyal cadangan-sedang-digunakan).
(b)
Jika sistem mempunyai tombol aktuasi dan sinyal untuk memonitor isi cadangan,
fungsi tombol tersebut harus diuji terlebih dahulu sebelum sistem mulai digunakan
(c)
Jika sistem mempunyai tombol aktuasi dan sinyal untuk memonitor tekanan dari unit
cadangan, fungsi tombol tersebut harus di tes terlebih dahulu sebelum sistem mulai
digunakan.
(d)
Pengujian dari sinyal asokan curah dan pemasangan panel sinyal utama harus diatur
bersama
dengan
pemilik
atau
organisasi
yang
bertanggung
jawab
untuk
pengoperasian dan pemeliharaan sistem pasokan untuk pengujian dari sinyal pasokan
curah guna memastikan identifikasi dan aktivasi yang tepat dari panel sinyal induk agar
fasilitas dapat memonitor status (keadaan) dari sistem pasokan dengan pasti.
(e)
Semua uji yang dipersyaratkan dalam butir 12.3.14.2 (d) harus di lakukan lagi jika unit
penyimpanan diubah atau diganti.
74
(b)
Pengujian harus dilakukan di lubang pengambilan sampel uji dari sistem kompresor
udara medik
(c)
Pengoperasian sensor pengendali sistem, seperti titik embun, temperatur udara, dan
semua sensor pemonitor dan pengendali kualitas udara, harus di periksa ketepatan
fungsi dan kerjanya sebelum sistem tersebut dioperasikan.
(d)
Kualitas dari udara yang dikeluarkan oleh sistem ini harus dipastikan terlebih dahulu
sebelum digunakan oleh pasien.
(e)
Pengujian kualitas udara seperti pada butir 12.3.14.(d) harus dilakukan minimum
setelah 24 jam pengoperasian sesuai dengan 12.3.14.3.(f) tentang hal mesin
(kompresor).
(f)
Suatu kebutuhan kira-kira sebesar 25 persen dari kapasitas rata-rata kompresor harus
dihasilkan agar kompresor itu terus menerus berotasi hidup dan mati dan pengering
beroperasi selama periode 24 jam.
13
13.1
Administrasi
Pihak yang berwenang dalam menata organisasi pelayanan kesehatan harus menyediakan
peraturan dan langkah-langkah untuk keselamatan dalam praktek.
13.1.1
(a)
(b)
(c)
sambungan yang cocok dari tabung silinder yang dipasok untuk fasilitas (pelayanan
kesehatan).
13.1.2
(1)
75
(2)
penggunaan dan pengangkutan peralatan serta penanganan yang tepat dari tabung
silinder, kontainer, gerobak tangan, penopang, dan katup serta tutup (topi) pelindung
katup;
(3)
penggunaan yang tepat dari sistem vakum bedah-medik dalam upaya mengeliminasi
praktek-praktek
yang
dapat
mengurangi
keefektifan
sistem
tersebut,
seperti
meninggalkan ujung isap dan pipa kateter terbuka saat tidak sedang mengisap
(menyedot), dan menggunakan rangkaian (tatanan) peralatan yang dilengkapi unit
perangkap (cairan dari udara) yang terpasang dengan tidak benar atau tidak dilengkapi
dengan unit perangkap.
13.1.3
(1)
(2)
(3)
evaluasi dari setiap sinyal peringatan dan seluruh upaya cepat yang diperlukan untuk
mengembalikan fungsi yang benar dari sistem gas medik dan vakum.
(4)
kemampuan organisasi dan sumber untuk mengatasi terhentinya (hilangnya) total dari
setiap sistem gas medik atau sistem vakum.
(5)
semua pengujian yang dipersyaratkan dalam 12.3 harus terlaksana dengan sukses
sebelum penggunaan dari setiap sistem pemipaan gas medik atau vakum guna
perawatan pasien.
13.2
Penanganan tabung silinder oksigen dan pipa manifol harus berdasarkan ketentuan yang berlaku.
13.2.1
Tabung silinder oksigen, kontainer, dan peralatan yang terkait harus dilindungi dari kontak
terhadap minyak atau gemuk. Langkah khusus pencegahan bahaya harus mencakup yang berikut
ini:
(1)
minyak, gemuk atau bahan yang mudah menyala harus tidak boleh mempunyai kontak
dengan tabung silinder oksigen, katup, regulator, atau penyambung;
(2)
regulator, kelengkapan (fiting, sambungan), atau alat ukur tidak boleh dilumasi dengan
minyak atau bahan mudah terbakar lainnya;
(3)
tabung silinder oksigen atau peralatannya tidak diperkenankan untuk ditangani dengan
tangan, sarung tangan, kain lap yang berminyak atau mengandung pelumas.
76
13.2.2
partikel debu dan kotoran harus dibersihkan dari lubang bukaan katup silinder dengan
sedikit membuka dan menutup katup, sebelum memasang setiap perlengkapan
(sambungan) ke silinder;
(2)
katup tekanan tinggi pada silinder oksigen harus dibuka sebelum membawa peralatan
ke pasien atau pasien ke peralatan;
(3)
tabung silinder oksigen tidak diperkenankan untuk dihiasi dengan bahan apapun
seperti pakaian rumah sakit, masker, atau tutup kepala;
(4)
tutup pelindung katup silinder, jika disediakan, harus disimpan di tempatnya dan
dikencangkan dengan tangan, kecuali jika silinder sedang dipakai atau terhubung
untuk pemakaian;
(5)
katup harus ditutup pada semua silinder yang kosong yang berada dalam tempat
penyimpanan (gudang).
13.2.3
Tabung silinder harus dilindungi dari kerusakan. Langkah khusus pencegahan bahaya
tabung silinder oksigen harus dilindungi dari goncangan yang tidak normal, yang bisa
menimbulkan kerusakan pada silinder, katup atau alat pengaman;
(2)
tabung silinder oksigen tidak diperkenankan untuk disimpan di dekat lif, lorong, atau di
lokasi di mana benda yang bergerak mungkin akan menabrak silinder atau barang
tersebut akan menimpanya;
(3)
tabung silinder harus dijaga dari perusakan oleh orang-orang yang tidak berwenang;.
(4)
(5)
alat relief pengaman (pelepas tekanan lebih) yang terdapat pada katup atau tabung
silinder tidak diperkenankan untuk dirusak;
(6)
lubang keluaran katup yang tersumbat es dihilangkan dengan air hangat, bukan yang
mendidih;
(7)
suatu obor api menyala tidak boleh, dalam keadaan apapun, mendekati dan
mempunyai kontak dengan katup silinder atau peralatan pengaman;
(8)
(9)
meskipun tabung-tabung ini dipandang kosong, silinder tidak boleh digunakan sebagai
landasan guling (roda, roller), landasan, atau untuk kegunaan lain selain dari kegunaan
yang dirancang oleh suplier silinder;
(10) tabung silinder berukuran besar (lebih dari ukuran E) dan kontainer yang lebih berat
dari 45 Kg (100 lb) harus dibawa dengan truk tangan atau kereta yang tepat;
(11) silinder yang berdiri bebas harus di rantai dengan baik atau ditopang oleh dudukan
silinder atau oleh kereta yang tepat;
77
(12) silinder tidak boleh diberdirikan diatas radiator (pemanas ruangan), pipa uap, atau
pembuang panas.
13.2.4. Silinder dan isinya harus ditangani dengan seksama. Peringatan (keselamatan kerja)
spesifik harus meliputi yang berikut ini :
(1)
kelengkapan (sambungan), katup, regulator, atau alat ukur untuk gas oksigen harus
belum pernah dipergunakan untuk gas lain selain oksigen;
(2)
gas jenis apapun harus tidak pernah dicampur di dalam suatu silinder oksigen atau
dalam silinder lainya;
(3)
(4)
katup slinder harus dibuka secara perlahan, dengan muka indikator dari regulator
menghadap ke petugas atau orang lain;
(5)
oksigen harus diacu dengan nama sebenarnya yaitu oksigen bukan udara dan oksigen
cair pun harus diacu sesuai namanya yaitu oksigen cair bukan udara cair;
(6)
oksigen harus tidak boleh digunakan sebagai pengganti bagi udara bertekanan (yang
dimampatkan);
(7)
tanda yang dicetak pada silinder tidak diperkenankan untuk dirusak karena hal tersebut
melanggar peraturan negara jika mengganti tanda tersebut tanpa ijin tertulis dari biro
yang berwenang;
(8)
tanda yang digunakan untuk menandakan isi dari tabung silinder tidak boleh ditutup
atau dilepas, termasuk instruksi pemasangan, kartu, tanda yang dicetakkan pada
badan silinder, dan bagian atas dari kartu pengangkutan;
(9)
pemilik silinder harus diberitahu jika terjadi suatu kondisi telah terjadi yang bisa
mengakibatkan masuknya benda asing ke dalam tabung atau katup dengan
memberikan detail dan nomer dari silinder;
(10) tabung silinder atau kontainer harus dijauhkan dari radiator (pemanas ruangan), pipa
uap, cerobong (dakting) panas atau sumber panas lainnya;
(11) silinder yang sangat dingin harus ditangani dengan hati-hati untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
13.2.5
Peralatan oksigen yang rusak tidak boleh digunakan sampai salah satu butir berikut ini
terpenuhi :
(1)
telah diperbaiki oleh petugas yang kompeten dalam menangani peralatan tersebut;
(2)
(3)
telah diganti.
13.2.6
Regulator yang memerlukan perbaikan atau tabung silinder yang mempunyai katup yang
78
13.3
13.3.1
terapi pernapasan tidak disyaratkan dari jenis yang tidak menimbulkan percikan.
13.3.2
Katup silinder harus dibuka dan disambungkan sesuai dengan langkah-langkah berikut
ini.
(1)
pastikan bahwa peralatan, sambungan katup silinder, katup silinder bebas dari benda
asing;
(2)
jauhkan keluaran katup silinder dari petugas dan orang sekitar. Petugas berdiri di
sebelah sisi bukan di depan dan juga bukan di bagian belakang. Sebelum
menyambungkan alat-alat ke katup silinder, buka katup silinder sebentar untuk
menghilangkan debu;
(3)
sambungkan alat ke katup silinder, kencangkan baut (mur) sambungan dengan hatihati dengan kunci inggris;
(4)
lepaskan sekrup pengatur tekanan rendah dari regulator sampai terbuka penuh.
(5)
(6)
putar sekrup pengatur tekanan rendah di regulator sampai tekanan yang tepat
diperoleh;
(7)
13.3.3
produsen tabung.
79
(1)
terhadap cuaca ekstrim dan tanah di bawahnya untuk menghindari timbulnya karat;.
(2)
(3)
13.3.5.5 Selain dari yang tersambung ke peralatan anesthesi, silinder berisi oksigen atau nitrous
oksida dilarang disimpan di lokasi pelaksanaan tindakan anesthesi.
Sistem gas medik tidak mudah terbakar yang digunakan memasok gas untuk terapi
13.6.4
Penggunaan sistem vakum bedah-medik sebagai saluran balik kondensat uap vakum
13.7
13.7.1
Isi gas dalam sistem pemipaan gas medik dan vakum harus diberi label sesuai dengan
11.1
13.7.2
Label untuk katup penyetop harus sesuai dengan 11.2 dan harus diperbaharui ketika
13.8
13.8.1
Catatan permanen dari semua uji yang diperlukan dalam 12.3.1 sampai 12.3.14 harus
Suatu prosedur pengujian periodik untuk gas/vakum medik yang tidak mudah terbakar
Ketika modifikasi yang dibuat atau perawatan yang dilakukan membuka sistem, uji
verifikasi yang ditentukan pada 12.3 harus dilakukan pada bagian hilir dari sistem pemipaan gas
medik
13.8.4
(1)
(2)
fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat suatu prosedur kalibrasi dan pengujian
yang dapat memastikan alat monitor karbon monoksida terkalibrasi sekurangkurangnya sekali setahun atau lebih sering lagi bila direkomendasikan pabrik pembuat;
80
(3)* Sistem pemipaan vakum bedah-medik dan peralatan sekunder yang terpasang pada
stasiun inlet vakum bedah-medik untuk memastikan berlanjutnya kinerja yang baik dari
seluruh sistem vakum bedah-medik;
(4)
13.8.5
(1)
diuji secara periodik untuk memeriksa bahwa alat-alat tersebut berfungsi dengan baik.
(2)
mempunyai catatan pengujian yang telah disimpan sampai pengujian yang berikutnya
dilakukan.
13.8.6
Kinerja terminal stasiun inlet vakum bedah-medik, seperti yang disyaratkan dalam
pada suatu jadwal reguler pemeliharaan pencegahan seperti yang ditentukan oleh staf
pemeliharaan fasilitas
(2)
berdasarkan pada aliran udara bebas (NI/menit atau SCFM) ke dalam sebuah stasiun
inlet sementara secara bersamaan diperiksa.
81
KATA PENGANTAR
Instalasi Tata Udara Rumah Sakit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pelayanan medik.
Dalam rangka mendukung Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, maka perlu
disusun Pedoman Teknis Prasarana Instalasi Tata Udara pada Bangunan Rumah Sakit yang
memenuhi standar pelayanan Keselamatan dan Kesehatan.
Sistem Tata Udara di rumah sakit berfungsi untuk pengaturan temperatur, kelembaban udara
relatif, kebersihan udara dan tekanan udara di dalam ruang serta dalam rangka mencegah
berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme, terutama di ruangan-ruangan khusus
seperti di ruang operasi, ruang isolasi, dan lain-lain.
Pedoman Teknis ini disusun dengan partisipasi berbagai pihak termasuk rumah sakit, organisasi
profesi serta instansi terkait.
Dengan diterbitkannya Pedoman Teknis ini, maka penyelenggaraan sistem Tata Udara di seluruh
rumah sakit di Indonesia diharapkan dapat mengacu pada Pedoman Teknis Prasarana Instalasi
Tata Udara pada Bangunan Rumah Sakit ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Pedoman Teknis ini, kami
ucapkan terima kasih.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB - I
BAB - II
BAB - III
iii
v
Ketentuan Umum
1.1 Latar Belakang
1.2 Pengertian
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Ruang Lingkup
Fasilitas Perawatan Kesehatan
2.1 Pendahuluan
2.2 Pengkondisian Udara (Air Conditioning) untuk pencegahan
dan tindakan terhadap penyakit.
Fasilitas Rumah Sakit
3.1 Fasilitas Rumah Sakit
3.2 Kualitas Udara
3.3 Gerakan Udara
3.4 Temperatur dan Kelembaban Udara
3.5 Perbedaan Tekanan dan Ventilasi
3.6 Pengendalian Asap
3.7 Kriteria Rancangan Spesifik
3.8 Kontinuitas Layanan dan Konsep Energi
3.9 Perawatan
3.10 Penunjang
3.11 Kontinuitas Layanan Dan Konsep Energi
1
2
5
5
6
7
9
10
12
15
16
17
17
18
21
28
36
40
40
40
40
42
42
46
53
53
56
66
66
67
BAB - V
68
69
81
KEPUSTAKAAN
82
BAB I
KETENTUAN UMUM
1.1
Latar Belakang.
1.1.1
Bangunan rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang membutuhkan perhatian
sangat khusus dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya terutama
pada prasarana instalasi tata udara.
1.1.2
Bangunan rumah sakit mempunyai kekhususan yang sangat berbeda dan tidak ditemui di
bangunan gedung umum lainnya.
Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit (dengan bermacam-macam penyakit) didiagnosa,
diterapi, dirawat, dan dilakukan tindakan medik. Tindakan medik ini dimulai dari pemeriksaan
biasa, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan dengan sinar radioaktif, pemeriksaan dengan
ultrasonic, tindakan pembedahan ringan, tindakan pembedahan berat dan sebagainya.
1.1.3
Pasien datang dengan beragam penyakit dan masalah kesehatan seperti : sakit biasa
atau sakit khusus yang membutuhkan dokter dan tindakan khusus, seperti sakit jantung, penyakit
dalam, pasien luka bakar, pasien luka terbuka atau tertutup, pasien menular dan sebagainya.
Dengan kondisi tersebut, faktor-faktor yang membedakan rumah sakit dengan bangunan gedung
biasa terletak pada peralatan dan instalasi tata udaranya.
Jam kerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, berarti membutuhkan pengkondisian yang terus
menerus dilakukan oleh sistem tata udara.
1.1.4
Mengingat rumah sakit bisa dikatakan sebagai pusat sumber dari berbagai jenis
mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik kepada petugas,
perawat, dokter serta pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut, maka pengaturan
temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan secara keseluruhan perlu mendapatkan
perhatikan khusus.
Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme tersebut, terutama di
ruangan-ruangan khusus seperti: ruang operasi, ruang Isolasi, dan lain-lain,
diperlukan
pengaturan :
(1)
temperatur;
(2)
(3)
(4)
(5)
1.1.5
Sistem redudansi menjadi masalah pokok pada sistem tata udara dan diperlukan pada
ruang-ruang tertentu, hal ini mengingat bahwa ada tindakan-tindakan medik yang menginginkan
tidak boleh berhentinya sistem tata udara untuk melindungi pasien dan peralatan medik yang
harus selalu dikondisikan oleh sistem tata udara.
Untuk itu sistem tata udara harus mempunyai cadangan yang cukup untuk mengantisipasi
kerusakan (breakdown) ataupun pada saat dilakukan tindakan pemeliharaan yang diperlukan pada
sistem tata udara.
1.1.6
Rumah sakit adalah bangunan yang penuh dengan sumber penyakit dan sumber infeksi.
Bakteri, virus, mikroorganisme yang berada di udara (airborne microorganism), jamur, dan
sumber-sumber penyakit lainnya yang dapat menular merupakan hal yang harus menjadi
perhatian pada sistem tata udara.
Belum lagi, bahan kimia yang berbahaya (misalnya gas anestesi atau di laboratorium), bahanbahan radioaktif harus diperlakukan secara benar untuk menghindari bahaya yang mungkin timbul
pada pasien, petugas medis atau pengunjung rumah sakit.
1.1.7
Rumah sakit terdiri dari berbagai ruang dengan fungsi yang berbeda beda tergantung
pada jenis penyakit atau tingkat keparahan pasiennya, dan juga tergantung pada perbedaan
tindakan medisnya.
Perbedaan fungsi tersebut mengakibatkan setiap fungsi ruangan membutuhkan pengkondisian
udara yang berbeda-beda tingkat kebersihannya.
Sistem tata udara khusus diperlukan untuk menghindarkan penularan penyakit dan memperoleh
tingkat kenyamanan termal seperti kondisi temperatur dan kelembaban yang tepat untuk penyakit
yang berbeda.
1.2
Pengertian.
1.2.1
barbiturat,
sebagai obat depresi sistem saraf terpusat, barbiturat menghasilkan efek spektrum yang luas dari
sedasi ringan sampai total anestesi. Barbiturat juga efektif sebagai anxiolytik, sebagai hipnotik, dan
sebagai antikonvulsan. Barbiturat memiliki potensi kecanduan, baik fisik dan psikologis.
1.2.2
HEPA filter terutama digunakan di kamar bedah dari kompleks ruang operasi. Filter udara ini harus
dapat menyaring partikel udara lebih besar dari 0,3 mikron yang melewatinya dengan effisiensi
99,97% udara.
hipertermia,
peningkatan temperatur tubuh manusia yang biasanya terjadi karena infeksi. Hipertermia juga
dapat didefinisikan sebagai temperatur tubuh yang terlalu panas atau tinggi.
Umumnya, manusia akan mengeluarkan keringat untuk menurunkan temperatur tubuh. Namun,
pada keadaan tertentu, temperatur dapat meningkat dengan cepat hingga pengeluaran keringat
tidak memberikan pengaruh yang cukup.
Hipertermia cenderung lebih sering terjadi pada bayi dan anak di bawah usia 4 tahun dan orang
tua yang berumur 65 tahun ke atas.
Orang yang kelebihan berat badan, sedang sakit atau berada dalam pengobatan tertentu juga
memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami hipertermia.
Temperatur tubuh yang terlalu tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Pada penderita
hipertermia parah, gejala yang akan timbul meliputi kondisi mental kelelahan, cemas, tubuh
kejang, dan dapat mengakibatkan koma.
1.2.4
infiltrasi,
laju aliran udara tak terkendali dan tidak disengaja masuk ke dalam gedung melalui celah dan
bukaan lainnya dan akibat penggunaan pintu luar gedung. Infiltrasi disebut juga sebagai
kebocoran udara luar ke dalam gedung.
1.2.5
perbandingan antara jumlah uap yang dikandung oleh udara tersebut dibandingkan dengan jumlah
kandungan uap air pada keadaan jenuh pada temperatur udara ruang tersebut.
1.2.6
sistem tata udara yang dapat bekerja dengan hemat energi tanpa mengurangi persyaratan
fungsinya.
1.2.7
konservasi energi,
upaya mengeffisienkan pemakaian energi untuk suatu kebutuhan agar pemborosan energi dapat
dihindarkan.
1.2.8
usaha mengolah udara untuk mengendalikan temperatur ruangan, kelembaban relatif, kualitas
udara, dan penyebarannya.
1.2.9
sistem tata udara yang mengendalikan temperatur bola kering dalam suatu ruangan dengan
mengatur laju aliran udara yang masuk ke dalam ruangan tersebut.
1.2.10
keseluruhan sistem yang mengkondisikan udara di dalam gedung dengan mengatur besaran
termal seperti temperatur dan kelembaban relatif, serta kesegaran dan kebersihannya, sedemikian
rupa sehingga diperoleh kondisi ruangan yang nyaman.
1.2.11
trakeostomi,
suatu tindakan dengan membuka dinding depan/interior trakea untuk mempertahankan jalan nafas
agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas. Selain itu,
trakeostomi merupakan prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat jalan nafas didalam
trakea servikal.
1.2.12
Filter udara yang dapat menyaring udara sekurang-kurangnya 99,999 % debu, serbuk sari, jamur,
bakteri, dan semua partikel berukuran 120 nanometer (0,12 micron) atau lebih besar di udara.
alat yang digunakan untuk mengkondisikan dan mensirkulasikan udara, pada sistem pemanasan,
ventilasi dan pengkondisian udara (Heating, Ventilating, Air Conditioning = HVAC).
Unit pengolah udara biasanya berupa kotak besar berisi blower, koil pemanas atau pendingin, rak
filter atau chamber, peredam suara, dan damper.
Unit pengolah udara biasanya disambungkan ke sistem ducting (saluran udara) ventilasi dan
mendistribusikan udara yang telah dikondisikan melalui terminal-terminal dan balik ke Unit
Pengolah Udara.
Kadang-kadang UPU (AHU) menyemburkan udara ke dan dari ruangan yang dilayani kemudian
balik langsung tanpa menggunakan ducting.
1.2.14
pemasukan udara segar dari luar ke dalam gedung dengan sengaja, untuk menjaga kesegaran
atau kualitas udara.
1.3.
1.3.1. Pedoman teknis ini dimaksudkan sebagai ketentuan minimal bagi semua pihak yang
terlibat dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan instalasi tata udara pada bangunan
rumah sakit.
1.3.2. Pedoman teknis ini bertujuan untuk memperoleh kondisi termal dan kualitas udara sesuai
fungsi ruang yang dibutuhkan bagi pasien, tenaga medis dan pengunjung di rumah sakit.
1.4
Ruang Lingkup.
1.4.1
Pedoman teknis ini diberlakukan terhadap kinerja instalasi tata udara sesuai kriteria
penggunaan energi yang efektif.
1.4.2.
Ruang lingkup pedoman teknis prasarana instalasi tata udara rumah sakit ini, meliputi :
Bab - I
Ketentuan Umum.
Bab - II
Bab - III
Bab - IV :
Bab - V
Bab - VI :
Bab - VII :
Penutup
Lampiran.
BAB II
FASILITAS PERAWATAN KESEHATAN
2.1
Pendahuluan.
2.1.1
Kemajuan terus menerus dalam bidang kedokteran dan teknologi membutuhkan evaluasi
ulang kebutuhan pengkondisian udara (air conditioning) pada fasilitas medik rumah sakit.
Bukti medis menunjukkan bahwa pengkondisian udara yang tepat sangat membantu dalam
pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit.
Biaya yang relatif tinggi dari instalasi pengkondian udara menuntut perancangan dan
pengoperasian yang effisien untuk menjamin manajemen energi yang ekonomis.
2.1.2
Klasifikasi hunian perawatan kesehatan, didasarkan pada pedoman hunian terbaru dari
NFPA, harus dipertimbangkan pada awal dari tahap perancangan proyek, terutama karena hunian
perawatan kesehatan penting untuk mengadaptasi proteksi kebakaran terhadap hunian (zona
asap, pengendalian asap) lebih ketat kedepan dengan sistem tata udara.
2.1.3
Fasilitas kesehatan menjadi semakin beragam dalam menanggapi kecenderungan
menuju layanan rawat jalan.
Klinik pada jangka panjang mungkin merujuk bangunan tempat kerja dokter dan menjadi pusat
pengobatan khusus kanker.
Pemeliharaan kesehatan prabayar yang disediakan oleh organisasi kesehatan regional yang
terintegrasi merupakan model seperti untuk perawatan medis melahirkan.
Organisasi ini, sepanjang berdirinya rumah sakit, merupakan bangunan yang terlihat tidak seperti
rumah sakit dan lebih seperti gedung perkantoran.
2.1.4
Untuk tujuan bab ini, fasilitas kesehatan dibagi dalam katagori berikut :
(1)
(2)
(3)
2.1.5
Kondisi lingkungan spesifik yang berbeda dengan apa yang ada pada bab ini, tergantung
pada standar lingkungan apa yang digunakan oleh instansi yang berwenang.
2.1.6
Instansi berwenang mungkin memiliki standar fasilitas kesehatan yang berbeda, seperti
yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan setempat, atau Organisasi Komisi
Bersama Akreditasi Kesehatan Rumah Sakit (JCAHO = Joint Commission on Acreditation of
Healthcare Organization).
Dianjurkan instansi-instansi tersebut dapat mendiskusikan tentang tujuan pengendalian infeksius
bersama Komite Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
2.1.7
Butir 2.1.4.(1) menjelaskan rumah sakit umum sebagai dasar uraian dimana berbagai
layanan yang disediakan.
Kondisi lingkungan dan kriteria rancangan berlaku untuk daerah fasilitas kesehatan lainnya yang
sebanding.
Rumah sakit umum untuk perawatan akut memiliki ruang perawatan kritis, termasuk kamar
operasi, kamar persiapan melahirkan, kamar melahirkan, dan kamar bayi.
Biasanya fungsi radiologi, laboratorium, pusat steril, dan farmasi terletak dekat dengan ruang
perawatan kritis.
Ruang perawatan inap, termasuk perawatan intensif, ruang gawat darurat, ada di dalam kompleks
ruang perawatan.
Fasilitas penunjang, termasuk layanan dapur, makan dan makanan, kamar mayat, dan dukungan
kebersihan terpusat.
2.1.8
Butir 2.1.4.(2) menjelaskan kriteria untuk fasiltas rawat jalan. Tindakan operasi harian
(One day care) dilakukan dengan antisipasi bahwa pasien tidak akan tinggal bermalam.
Fasilitas rawat jalan mungkin termasuk bagian dari fasilitas akut, unit berdiri sendiri, atau bagian
lain dari fasilitas medik.
2.1.9
Butir 2.1.4.(3) membahas Rumah Perawatan/Panti jompo yang secara terpisah
persyaratan fundamentalnya sangat berbeda dari fasilitas medis lainnya.
2.2
untuk
tindakan
2.2.1
Pengkondisian udara di rumah sakit mempunyai peran yang lebih penting dari sekedar
promosi kenyamanan. Dalam banyak kasus, pengkondisian udara yang tepat merupakan faktor
terapi pasien dan dalam beberapa kasus merupakan pengobatan utama.
2.2.2
Studi menunjukkan bahwa pasien dalam lingkungan terkendali umumnya memiliki
penyembuhan fisik lebih cepat daripada orang-orang di lingkungan yang tidak terkendali.
Pasien dengan tirotoksikosis tidak menghendaki kondisi lembab atau gelombang panas yang
sangat tinggi. Suatu lingkungan yang sejuk, dan kering disukai, hilangnya panas radiasi dan
penguapan dari kulit dapat menyelamatkan jiwa pasien.
2.2.3
Pasien jantung mungkin tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang diperlukan untuk
memastikan kerugian panas normal. Oleh karena itu pengkondisian udara di ruang rawat jantung
dan ruang pasien jantung, terutama mereka yang gagal jantung diperlukan dan dianggap terapi.
2.2.4
Seseorang dengan cedera kepala, dan mengalami operasi otak, dan yang keracunan
barbiturat mungkin memiliki hipertermia, terutama dilingkungan yang panas, karena adanya
gangguan di pusat pengatur panas otak.
2.2.5
Faktor penting dalam pemulihan lingkungan, pasien dapat mengurangi panas oleh radiasi
dan penguapan pada ruangan yang sejuk serta udara kering.
2.2.6
Suatu lingkungan yang panas dengan temperatur 320C bola kering dan kelembaban relatif
35% telah berhasil digunakan untuk merawat pasien radang sendi.
2.2.7
Kondisi kering juga dapat merupakan bahaya untuk yang sakit dan lemah dengan
berkontribusi terhadap infeksi sekunder atau infeksi total yang tidak terkait dengan kondisi klinis
yang menyebabkan perlu rawat inap.
2.2.8
Area klinis yang ditujukan untuk pengobatan penyakit pernapasan atas dan perawatan
akut, serta area klinis umum dari seluruh rumah sakit, harus dipertahankan pada kelembaban
relatif 30% sampai 60%.
2.2.9
Pasien dengan penyakit paru-paru kronis sering memiliki lendir kental pada saluran
pernapasannya. Lendir menumpuk dan meningkatkan viskositas, pasien bertukar dari panas dan
air. Dalam keadaan ini menghirup udara lembab dan hangat, sangat penting untuk mencegah
dehidrasi.
2.2.10 Pasien yang memerlukan terapi oksigen dan pasien dengan tracheostomy memerlukan
perhatian khusus untuk menjamin kehangatan dan pasokan udara lembab.
Dingin, oksigen kering atau melalui mucosa nasopharyngeal menyajikan situasi yang ekstrem.
Teknik pernapasan untuk anestesi dan tertutup dalam inkubator adalah sarana khusus menangani
kehilangan gangguan panas di lingkungan terapeutik.
2.2.11 Pasien luka bakar membutuhkan lingkungan yang hangat dan kelembaban relatif tinggi.
Bangsal untuk korban luka bakar harus memiliki kontrol temperatur yang memungkinkan
penyesuaian temperatur ruangan sampai 320C bola kering dan kelembaban relatif hingga 95%.
BAB III
FASILITAS RUMAH SAKIT
3.1
3.1.1
Meskipun pengkondisian udara (air conditioning) yang tepat sangat membantu dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit, penerapan pengkondisian udara untuk fasilitas kesehatan
menunjukkan bahwa masih banyak masalah dihadapi yang tidak dijumpai pada sistem
pengkondisian udara yang nyaman.
3.1.2
Perbedaan dasar antara pengkondisian udara untuk rumah sakit (dan fasilitas kesehatan
yang terkait) dan jenis bangunan lainnya antara lain :
(1)
kebutuhan untuk membatasi pergerakan udara di dalam dan antara berbagai bagian di
rumah sakit;
(2)
persyaratan khusus ventilasi dan filtrasi untuk melarutkan dan menghilangkan kontaminasi
dalam bentuk bau, mikroorganisme udara, virus, kimia berbahaya dan zat radioaktif;
(3)
temperatur dan kelembaban udara yang berbeda untuk berbagai area; dan
(4)
perancangan yang canggih dibutuhkan untuk memungkinkan kontrol secara akurat dari
kondisi lingkungan.
3.1.3
Contoh bakteri yang sangat menular dan terbawa dalam campuran udara atau udara dan air
adalah Mycobacterium tuberculosis dan Legionella pneumaphia (penyakit legionnaire).
(2)
Well (1934) menunjukkan bahwa tetesan atau zat infeksius berukuran 5 m atau kurang,
dapat tetap diudara tanpa batas.
(3)
Isoard (1980) dan Luciano (1984) telah menunjukkan bahwa 99,9% dari semua bakteri yang
berada di rumah sakit dapat dihilangkan oleh filter dengan effisiensi 90% sampai 95%
(ASHRAE Standar 52.1).
(4)
Hal ini disebabkan bakteri biasanya ada dalam unit pembentuk koloni yang besarnya lebih
dari 1m.
(5)
Beberapa otoritas merekomendasikan penggunaan filter HEPA yang mempunyai test filter
Dioctyl phthalate (DOP) dengan effisiensi penyaringan 99,97% di area tertentu.
Contoh virus yang terbawa oleh udara dan mematikan, seperti Varisela (cacar air/herpes
zoster), Rubella (Campak, Jerman) dan Rubeola (campak biasa).
(2)
Pembuktian epidemiologis dan studi lain menunjukkan bahwa banyak virus di udara yang
membawa infeksi berukuran sub mikron, dengan demikian tidak ada metode yang layak
dikenal untuk secara efektif menghilangkan 100% dari partikel-partikel.
(3)
Saat ini tersedia filter HEPA dan/atau filter ULPA yang memberikan effisiensi terbesar.
(4)
Upaya untuk menonaktifkan virus dengan sinar ultra violet dan semprotan kimia belum
terbukti dapat diandalkan atau cukup efektif untuk direkomendasikan sebagai tindakan
pengendalian infeksi primer.
(5)
Oleh karena itu isolasi ruang dan isolasi ruang antara (ante room) dengan perbedaan
tekanan dan ventilasi yang tepat merupakan sarana utama digunakan untuk mencegah
penyebaran virus di lingkungan rumah sakit.
3.1.3.3 Jamur.
Bukti menunjukkan bahwa beberapa jamur seperti Aspergillis bisa berakibat fatal untuk leukimia,
transplantasi sumsum tulang, dan pasien immunocompromis lainnya.
3.1.3.4 Ventilasi Udara Luar.
(1)
Jika intake (lubang masuk) udara luar diletakkan dan dijaga dengan benar, area dan intake
udara luar dibuat dengan pertukaran udara yang cukup besar, dapat membuat area tersebut
hampir bebas dari bakteri dan virus.
(2)
Masalah kontrol infeksi sering melibatkan sumber bakteri atau virus di dalam rumah sakit.
Ventilasi udara melarutkan kontaminasi virus dan bakteri dalam rumah sakit.
(3)
Jika sistem ventilasi dirancang dengan benar, dibangun dan dipelihara untuk menjaga
perbedaan tekanan korektif antara area fungsional, maka dapat menghapus zat infeksius
dari lingkungan rumah sakit.
Kondisi termal ini dapat menghambat atau mendorong pertumbuhan bakteri dan
mengaktifkan atau menonaktifkan virus.
(2)
Beberapa bakteri seperti Legionella pneumophila pada dasarnya tetap bertahan dalam air
dan dalam lingkungan yang lembab.
(3)
3.2
Kualitas Udara.
Sistem harus memberikan udara yang hampir bebas dari debu, bau, kimia dan polutan radioaktif.
Dalam beberapa kasus, udara luar berbahaya untuk kondisi pasien yang menderita
cardiopulmonary, pernapasan dan paru-paru.
Dalam hal demikian, sistem yang memberikan udara selang seling (intermittent) dari resirkulasi
maksimum yang diijinkan perlu dipertimbangkan.
3.2.1
3.2.1.1 Intake ini harus ditempatkan sejauh mungkin (pada paparan yang berbeda secara terarah
bila memungkinkan), tetapi tidak kurang dari 9 m dari cerobong outlet (lubang ke luar) buangan
dari : peralatan pembakaran, outlet buangan ventilasi rumah sakit atau bangunan yang
berdekatan, sistem vakum bedah medis, menara pendingin, cerobong ven plambing, dan area
yang dapat mengumpulkan gas buang kendaraan dan asap berbahaya lainnya.
3.2.1.2 Apabila Inlet udara luar berada dekat dengan outlet yang cocok untuk pembuangan udara
resirkulasi, pembuangan udara harus tidak terjadi hubung pendek ke intake udara luar atau sistem
kipas yang digunakan untuk pengendalian asap.
10
3.2.1.3 Letak intake udara luar yang melayani sistem sentral harus ditempatkan praktis tidak
kurang dari 1,8 m di atas permukaan lantai, atau jika dipasang di atas atap pada 0,9 m di atas
permukaan atap.
3.2.2
3.2.2.1 Outlet pembuangan ini harus ditempatkan minimal 3 m di atas permukaan lantai dan jauh
dari pintu, area yang dihuni, dan pengoperasian jendela.
Lokasi yang lebih baik dari outlet pembuangan berdiri tegak keatas atau horizontal jauh dari intake
udara luar.
3.2.2.2 Kehati-hatian perlu dilakukan dalam menempatkan buangan yang terkontaminasi tinggi
(misalnya dari mesin, tudung asam, lemari keselamatan biologi, tudung dapur, dan ruang
pengecatan).
Umumnya angin, bangunan yang berdekatan, dan kecepatan pelepasan harus diperhitungkan.
Dalam aplikasi kritis studi terowongan angin atau pemodelan komputer mungkin diperlukan.
3.2.3
Filter Udara.
3.2.3.1 Untuk menghilangkan partikel dari aliran udara, sejumlah metode telah tersedia untuk
menentukan effisiensi filter yang akan digunakan.
3.2.3.2 Semua ventilasi atau sistem pengkondisian udara terpusat harus dilengkapi dengan filter
yang memiliki effisiensi tidak lebih rendah dari yang ditunjukkan dalam tabel 1.
3.2.3.3 Apabila diperlukan digunakan dua dudukan filter, dudukan filter no.1 harus terletak di hulu
dari peralatan pengkondisian udara dan dudukan filter no.2 harus di hilir fan pasok bila sistem
resirkulasi menggunakan percikan air untuk humidifier
3.2.3.4 Tindakan pencegahan yang tepat harus diamati untuk mencegah filter media menjadi
basah oleh kelembaban uap air dari humidifier.
Apabila hanya satu dudukan filter diperlukan, harus terletak di hulu dari peralatan pengkondisian
udara. Semua effisiensi filter didasarkan pada standar ASHRAE 52.1.
3.2.3.5 Berikut ini adalah panduan untuk instalasi filter :
1).
Filter HEPA yang mempunyai effisiensi uji DOP 99,97% harus digunakan pada sistem
pasokan udara yang melayani ruang untuk pengobatan klinis dengan kerentanan tinggi
terhadap infeksi dari penderita leukimia, luka bakar, transplantasi sumsum tulang,
transplantasi organ atau immunodeficiency sindrom (AIDS).
Filter HEPA juga harus digunakan pada aliran udara lemari asam atau lemari penyimpanan
di mana bahan menular atau sangat radioaktif diproses.
Sistem filter harus dirancang dan dilengkapi untuk mengizinkan pemindahan, pembuangan
dan penggantian filter dengan aman.
2).
Semua filter harus dipasang dengan tepat untuk mencegah kebocoran antar segmen filter
dan antara dudukan filter dan rangka pendukungnya.
Suatu kebocoran kecil memungkinkan udara terkontaminasi melalui filter, hal ini dapat
menghancurkan kegunaan filter sebagai pembersih udara terbaik.
3).
Sebuah manometer harus dipasang dalam sistem filter untuk mengukur penurunan tekanan
di setiap kelompok filter. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan untuk mengetahui secara
akurat kapan filter harus diganti.
11
4).
Filter dengan effisiensi tinggi harus dipasang dalam sistem dengan fasilitas yang memadai,
disediakan untuk pemeliharaan tanpa memasukkan kontaminasi ke dalam sistem penyaluran
atau area yang dilayani.
5).
Karena filter effisiensi tinggi harganya mahal, rumah sakit harus memproyeksikan umur
dudukan filter dan biaya penggantiannya serta memasukkan ini ke dalam anggaran
operasional rumah sakit.
6).
Selama konstruksi, bukaan pada ducting dan diffuser harus ditutup untuk mencegah intrusi
debu, kotoran dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Kontaminasi tersebut sering permanen
dan menjadikan media untuk pertumbuhan zat infeksius. Filter yang ada atau baru mungkin
cepat menjadi terkontaminasi oleh debu konstruksi.
Tabel 1
Effisiensi filter untuk Ventilasi sentral dan Sistem Pengkondisian Udara di Rumah Sakit Umum.
Jumlah
minimum
dudukan
filter.
Tujuan Area
Ruang operasi Orthopedic.
Ruang operasi transplantasi tulang belakang.
Ruang operasi transplantasi Organ
Ruang operasi prosedur umum.
Ruang melahirkan.
Ruang anak.
Unit Perawatan Intensif.
Ruang Perawatan Pasien.
Ruang Tindakan.
Diagnostik dan area terkait.
Laboratorium.
Penyimpanan Sterile.
Area Persiapan Makanan.
Laundri.
Area Administrasi.
Penyimpanan besar
Area Kotor.
Filter Efficiencies, %
Dudukan filter
No. 1a
No. 2a
No. 3b
25
90
99.97c
25
90
80
25
a Didasarkan
3.3
Gerakan Udara
3.3.1
Data yang diberikan dalam tabel 2 menggambarkan sejauh mana kontaminasi dapat
tersebar ke udara dan lingkungan rumah sakit dengan salah satu kegiatan rutin yang banyak
dilakukan untuk perawatan pasien normal.
3.3.2
Penghitungan bakteri di lorong jelas menunjukkan penyebaran kontaminasi ini. Karena
penyebaran bakteri yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, sistem pengkondisian udara harus
menyediakan pola gerakan udara yang meminimalkan penyebaran kontaminasi
12
Table 2
Tabel 2 Pengaruh penggantian sprei terhadap hitungan bakteri di udara dalam rumah sakit.
(Influence of Bedmaking on Airborne Bacterial Count in Hospitals)
Hitungan per m3
Item
Kebersihan ruangan
Selama penggantian sprei
Setelah 10 menit
Setelah 30 menit
Kebersihan ruangan (background)
Penggantian sprei normal (Normal
bedmaking)
Penggantian sprei dengan
bersemangat (Vigorous bedmaking)
1200
4940
2120
1270
560
1060
2260
1470
950
3520
6070
3.3.3
Aliran udara yang tidak diinginkan antara ruangan dan lantai sering sekali sulit untuk
dikontrol, hal tersebut terjadi karena adanya pintu yang terbuka, gerakan petugas dan pasien,
perbedaan temperatur, dan efek cerobong, terutama ditekankan pada bukaan vertikal seperti
tempat peluncuran, saf lif, tangga, dan saf yang umumunya untuk kebutuhan mekanikal rumah
sakit.
Sementara beberapa dari faktor ini di luar kendali praktis, efek lain mungkin diminimalkan dengan
menutup bukaan saf di ruang tertutup dan dengan merancang dan menyeimbangkan sistem udara
untuk menciptakan tekanan udara positif atau negatif dalam ruang dan area tertentu.
3.3.4
Sistem yang melayani area sangat terkontaminasi, seperti ruang otopsi dan ruang isolasi
pasien menular atau immunocompromise, tekanan udara positif atau negatif harus dijaga terhadap
ruang sebelah atau koridor.
Tekanan diperoleh dengan memasok udara sedikit lebih ke area terhadap udara yang dibuang dari
area. Hal ini akan menyebabkan udara mengalir ke area sekitar perimeter pintu dan mencegah
aliran udara dari luar.
3.3.5
Ruang operasi menunjukkan kondisi yang berlawanan. Ruangan ini membutuhkan udara
yang bebas dari kontaminasi, harus bertekanan relatif positip terhadap ruang sebelah atau koridor
untuk mencegah aliran udara masuk dari area yang relatif sangat terkontaminasi.
3.3.6
Suatu perbedaan tekanan udara dapat dijaga hanya di ruangan yang seluruhnya tertutup.
Oleh karena itu penting untuk mencegah kebocoran udara dari semua pintu atau pembatas antara
area yang berdekatan.
3.3.7
Paling penting dilakukan adalah dengan menggunakan penahan cuaca dan penutup
bawah pada pintu. Pembukaan atau penutupan pintu antara dua area secara cepat dapat
mengurangi perbedaan tekanan di antara area tersebut.
Apabila terjadi bukaan, suatu pertukaran udara alami berlangsung karena adanya arus termal
yang ditimbulkan dari perbedaan temperatur antara dua area tersebut.
13
3.3.8
Untuk area kritis yang
g membutuhkan peme
eliharaan te
ekanan pad
da ruang-rruang yang
g
berdekatan
n dan gerrakan petu
ugas antara area krritis dan ruang berd
dekatan, diindikasikan
n
penggunaa
an kunci udara (air lockk) atau ruan
ng antara.
3.3.9
Gambar 1, menunjukka
m
an jumlah bakteri di ruang operasi dan ru
uang sebellah selama
a
prosedur operasi
o
norm
mal. Penghitungan bakkteri dilakuk
kan secara bersamaan
b
. Jumlah ba
akteri relatiff
rendah dii ruang op
perasi diba
andingkan dengan petugas
p
ya
ang berada
a di ruang
g sebelah,,
disebabkan oleh tingkkat yang le
ebih rendah aktivitasny
ya dan teka
anan tinggi udara di da
alam ruang
g
operasi.
Gambar 1 - Tipikal
T
Penccemaran ud
dara dalam Area
A
Bedah
h dan area bersebelahan
3.3.10 Se
ecara umum
m, outlet su
uplai udara ke area-are
ea sensitif dan
d area ulttra bersih yang sangatt
terkontaminasi harus ditempatka
an pada lang
git-langit, da
an inlet bua
angan dekatt dengan lantai.
usunan ini memberika
an gerakan udara bers
sih ke bawa
ah melalui zzona perna
apasan dan
n
3.3.11 Su
zone kerja pada luas lantai yang terkontaminasi untuk dibuang.
Bagian baw
wah bukaan
n balik atau buang harus setidakn
nya 75 mm di
d atas lanta
ai.
3.3.12 Aliran
A
udarra laminarr
3.3.12.1
Aliran uda
ara laminarr konsep yang
y
dikembangkan untuk pengg
gunaan industri ruang
g
bersih telah menarik minat
m
dari beberapa
b
ottoritas medis.
Adanya sistem pend
dukung baikk aliran uda
ara laminarr vertikal da
an horizonttal terpisah
h
3.3.12.2
unan, menyu
ulitkan kerja
a tim bedah
h.
dari bangu
3.3.12.3
Beberapa otoritas me
edis tidak menganjurka
m
an aliran ud
dara lamina
ar seperti bu
utir 3.3.12.2
2
untuk ruan
ng operasi, tetapi
t
mend
dorong siste
em udara ya
ang mirip dengan yang
g dijelaskan
n pada butirr
3.3.12.(2).
Aliran uda
ara laminarr di ruang operasi
o
bed
dah didefinisikan seba
agai aliran udara
u
yang
g
3.3.12.4
ak terhalan
ng. Pola aliran udara laminar sea
arah biasan
nya dicapaii
secara dominan searrah dan tida
etik.
pada kecepatan 0,46 0,10 m/de
14
3.4
Rekomendasi khusus untuk rancangan temperatur dan kelembaban udara diberikan pada bab
selanjutnya. Persyaratan kriteria rancangan khusus, temperatur dan kelembaban udara untuk area
rawat inap lain yang tidak tercakup harus 220C atau kurang dan 30% sampai 60%.
15
3.5
3.5.1
Tabel 3 mencakup standar ventilasi untuk kenyamanan, aseptis, dan kontrol bau di area
perawatan akut rumah sakit yang secara langsung mempengaruhi perawatan pasien.
3.5.2
Jika kriteria instansi tertentu harus dipenuhi maka merujuk pada literatur ventilasi sesuai
dengan ASHRAE 62, Standar Kualitas Udara Ventilasi untuk Bagian Dalam Bangunan (Ventilation
for acceptable Indoor Air Quality) harus digunakan untuk standar tempat-tempat khusus.
3.5.3
Apabila kebutuhan udara luar lebih tinggi dari yang disebut pada standar ASHRAE 62 di
tabel 3, nilai yang lebih tinggi harus digunakan.
3.5.4
Area khusus pasien termasuk untuk transplantasi organ dan unit luka bakar, harus
memiliki ketentuan tambahan untuk ventilasi pengendalian kualitas udara yang sesuai.
Perancangan sistem ventilasi harus sebanyak mungkin memberikan pergerakan udara dari bersih
ke area kurang bersih.
3.5.5
Di area perawatan kritis, sistem volume konstan harus digunakan untuk menjamin
perbedaan tekanan dan ventilasi yang tepat, kecuali di ruang kosong. Di area perawatan non kritis
dan ruang petugas, sistem volume udara variabel (Variable Air Volume = VAV) dapat
dipertimbangkan untuk konservasi energi.
3.5.6
Bila menggunakan sistem VAV dalam rumah sakit, perawatan khusus harus dilakukan
untuk memastikan bahwa tingkat ventilasi minimal (seperti yang dipersyaratkan oleh persyaratan
teknis yang berlaku) dan perbedaan tekanan antara di berbagai bagian dipertahankan.
Dengan sistem VAV, metode penelusuran volume udara antara pasokan dan pembuangan/balik
dapat digunakan untuk mengontrol perbedaan tekanan.
Dalam tabel 3, area yang memerlukan kontrol terus menerus diberi notasi P untuk tekanan positip,
N untuk tekanan negatip dan E untuk tidak ada perbedaan tekanan. Apabila notasi digunakan
berarti tidak ada persyaratan untuk mengontrol terus menerus arah aliran.
16
3.5.7
Jika ketentuan ini dibuat jumlah pertukaran udara dapat dikurangi sampai 25% dari nilai
yang ditunjukkan pada saat ruangan kosong,
Untuk memastikannya maka :
(1)
jumlah pertukaran udara yang diindikasikan dikembalikan ke posisi semula setiap kali ruang
ditempati; dan
(2)
3.5.8
Di area yang tidak memerlukan kontrol arah aliran yang terus menerus, sistem ventilasi
dapat dimatikan apabila ruang tidak berpenghuni dan jika ventilasi tidak dibutuhkan.
3.5.9
Karena kesulitan pembersihan dan potensi penumpukan kontaminasi, unit resirkulasi
ruang tidak boleh digunakan di area yang ditandai Tidak. Perhatikan bahwa standar resirkulasi
ruang juga dapat untuk mengontrol di mana gas buang keluar diperlukan.
3.5.10 Di kamar yang mempunyai tudung, tambahan udara harus disediakan untuk pembuangan
udara pada tudung sehingga perbedaan tekanan yang diinginkan dipertahankan.
3.5.11 Untuk konservasi energi maksimum, penggunaan resirkulasi udara lebih disukai. Jika
sistem udara digunakan semuanya dari luar, metode pemanfaatan kembali panas yang effisien
harus dipertimbangkan.
3.6
Pengendalian Asap.
3.6.1
Sebagai rancangan ventilasi yang dikembangkan, strategi pengendalian asap yang tepat
harus dipertimbangkan. Sistem proteksi kebakaran pasif mengandalkan pada mematikan fan,
partisi asap dan api, dan pengoperasian jendela. Pemeliharaan yang tepat dari tembusan
(penetrasi) ducting harus diperhatikan.
3.6.2
Sistem pengendalian asap aktif yang menggunakan sistem ventilasi menciptakan area
tekanan positif dan negatif dan bersama dengan partisi api dan asap membatasi penyebaran asap.
Cara menghilangkan asap dari hasil produk pembakaran dapat menggunakan sistem ventilasi
mekanis. Sebagai rancangan, sistem pengendalian asap aktif terus berkembang, otoritas
keinsinyuran dan persyaratan teknis harus hati-hati merencanakan sistem operasi dan
konfigurasinya.
3.7
3.7.1
Terdapat tujuh prinsip pembagian rumah sakit umum untuk pelayanan akut, yaitu :
(1)
(2)
perawatan;
(3)
penunjang;
(4)
administrasi;
(5)
(6)
(7)
pelayanan.
3.7.2
Persyaratan lingkungan dari setiap bagian/ruang di dalam pembagian ini berbeda satu
sama lain sesuai fungsinya dan prosedur melakukannya. Bab ini menjelaskan fungsi dari setiap
bagian/ruang dan lingkup uraian dari persyaratan perancangan.
17
3.7.3
Kerja sama yang erat perencana perawatan kesehatan dengan spesialis peralatan medik
dalam perancangan mekanikal dan konstruksi fasilitas kesehatan penting untuk mencapai kondisi
yang diinginkan.
3.8
3.8.1
Tidak ada persyaratan rumah sakit yang tidak memerlukan kehati-hatian lebih dalam
pengendalian kondisi aseptik dari lingkungannya selain kamar bedah.
Sistem yang melayani ruang operasi, termasuk cystoscopic dan ruang bedah tulang,
membutuhkan kehati-hatian dalam perencanaan untuk mengurangi seminimum mungkin
konsentrasi organisme di udara.
3.8.2
Sejumlah besar bakteri terdapat dalam ruang operasi yang datangnya dari tim bedah dan
hasil daripada kegiatan selama pembedahan.
Selama operasi, banyak anggota tim bedah berada disekeliling meja operasi, menciptakan situasi
terjadinya konsentrasi pencemaran yang tidak diinginkan di area yang mempunyai sensitif tinggi.
3.8.3
Kamar Operasi.
3.8.3.1 Studi sistem distribusi udara ruang operasi dan observasi instalasi di kamar bersih industri
menunjukkan bahwa penyaluran udara dari langit-langit, dengan gerakan ke bawah menuju inlet
pembuangan yang terletak di dinding yang berlawanan, merupakan aliran udara yang paling efektif
untuk menjaga pola gerakan konsentrasi kontaminasi pada tingkat yang dapat diterima.
Langit-langit yang sepenuhnya berlubang, langit-langit sebagian berlubang dan diffuser yang
dipasang di langit-langit telah diterapkan dengan sukses.
3.8.3.2 Penggunaan rata-rata kamar operasi di rumah sakit tidak lebih dari 8 sampai 12 jam per
hari (kecuali kondisi darurat). Untuk alasan ini dan untuk penghematan energi, sistem
pengkondisian udara harus memungkinkan pengurangan pasokan udara ke beberapa atau ke
semua ruang operasi.
3.8.3.3 Tekanan positif pada ruang harus tetap dipertahankan pada saat volume berkurang untuk
memastikan kondisi steril tetap terjaga. Konsultasi dengan staf bedah rumah sakit akan
menentukan kelayakan penyediaan fasilitas ini.
3.8.3.4 Sebuah sistem pembuangan udara atau sistem vakum khusus harus dipasang untuk
menghilangkan buangan gas anestesi.
Sistem vakum medis telah digunakan untuk menghilangkan gas anestesi yang tidak mudah
terbakar. Satu atau lebih outlet mungkin diletakkan di setiap ruang operasi untuk memungkinkan
penyambungan ke slang buangan gas anestesi dari mesin anestesi.
3.8.3.5 Metode disinfeksi udara dengan penyinaran (irradiation) di ruang operasi telah dilaporkan
dengan hasil baik, namun ini jarang digunakan.
Keengganan untuk menggunakan irradiasi disebabkan: instalasinya memerlukan rancangan
khusus, diperlukan proteksi bagi pasien dan petugas, perlu memonitor effisiensi lampu dan
pemeliharaan.
3.8.3.6 Kondisi berikut direkomendasikan untuk ruang operasi, catherisasi, cystoscopy, dan
bedah tulang:
(1)
(2)
18
(3)
tekanan udara harus dijaga positif yang berhubungan dengan ruang disebelahnya dengan
memasok udara lebih dari 15%;
(4)
(5)
Indikator kelembaban udara dan thermometer harus ditempatkan pada lokasi yang
mempermudah observasi (pengamatan).
(6)
(7)
(8)
semua udara harus di suplai dari langit-langit dan dibuang atau dikembalikan pada
sekurang-kurangnya 2 lokasi dekat dengan lantai (lihat tabel 3 untuk laju ventilasi minimum).
Bagian bawah dari outlet pembuangan harus setidaknya 75 mm di atas lantai. Suplai diffuser
harus dari jenis tidak langsung. Induksi yang tinggi pada difuser langit-langit atau difuser
dinding harus dihindari.
(9)
bahan akustik tidak boleh digunakan sebagai lapisan ducting kecuali dipasang filter terminal
dengan effisiensi minimum 90% arah hilir dari lapisan.
Bagian dalam isolasi unit terminal dapat dikemas dengan bahan yang disetujui. Peredam
suara yang dipasang pada ducting harus dari jenis tidak terbungkus atau memiliki lapisan
film polyester yang diisi dengan bahan akustik.
(10) Setiap penyemprotan yang diterapkan pada insulasi dan kedap api harus ditangani dengan
zat penghambat pertumbuhan jamur.
(11) Panjang kedap air dibuat secukupnya, ducting pengering udara dari bahan baja tahan karat
harus dipasang arah hilir dari peralatan humidifier untuk menjamin seluruh uap air menguap
sebelum udara masuk ke dalam ruangan.
Pusat kontrol yang memantau dan memungkinkan penyesuaian tekanan, temperatur dan
kelembaban udara, berada dilokasi meja pengawas ruang bedah.
3.8.4
Obstetrik (Obsterical-kebidanan).
Tekanan udara di bagian kebidanan harus positif atau sama terhadap area lain.
3.8.5
Perancangan ruang melahirkan harus sesuai dengan persyaratan teknis ruang operasi.
3.8.6
Ruang pemulihan paska operasi digunakan dalam hubungannya dengan ruang operasi,
temperaturnya harus dipertahankan 240C dan kelembaban relatif antara 50% dan 60%.
Karena bau sisa anestesi kadang-kadang menimbulkan masalah di ruang pemulihan, ventilasi
menjadi penting, dan tekanan udara relatif seimbang terhadap tekanan udara area sekitarnya perlu
disediakan.
3.8.7
3.8.7.1 Ruang perawatan bayi di lingkungan rumah sakit, yang terpenting AHU menyediakan
temperatur dan kelembaban udara konstan.
19
Pola pergerakan udara di ruang bayi dirancang hati-hati untuk mengurangi kemungkinan
semburan. Semua suplai udara untuk ruang ini harus berada pada atau dekat langit-langit dan
dibuang dekat lantai bagian bawah dengan bukaan buangan terletak setidak tidaknya 75 mm di
atas lantai.
3.8.7.2 Effisiensi sistem filter udara harus sesuai dengan tabel 1.
Bentuk radiasi pemanasan konveksi menggunakan tabung dan fin (fin and tube) tidak boleh
digunakan di ruang bayi.
3.8.8
3.8.8.1 Temperatur 240C dan Kelembaban relatif dari 30% sampai 60% direkomendasikan untuk
ruang bayi yang tinggal lama, ruang pemeriksaan dan ruang kerja.
Seksi perawatan ibu hamil harus dikontrol serupa seperti untuk proteksi bayi baru lahir selama
berada dekat dengan ibunya.
3.8.8.2 Ruang bayi harus mempunyai tekanan udara positif sampai ke ruang kerja dan ruang
pemeriksaan, dan setiap ruangan antara ruang bayi dan koridor harus serupa seperti tekanan
relatif terhadap koridor. Hal ini mencegah infiltrasi kontaminasi udara dari area luar.
3.8.9
Kondisi perancangan untuk ruang perawatan bayi membutuhkan rentang temperatur variabel yang
mampu mencapai 240C sampai 270C dan kelembaban relatif 30% sampai 60%.
Ruang perawatan bayi biasanya dipasang dengan incubator individual untuk mengatur temperatur
dan kelembaban. Hal ini diinginkan untuk menjaga kondisi yang sama di dalam ruang perawatan
bayi dan untuk mengakomodasi bayi yang dipindahkan dari incubator dan setelah tidak
ditempatkan dalami incubator. Tekanan pada ruang perawatan bayi ini harus sesuai dengan ruang
perawatan bayi biasa.
20
3.9
Perawatan.
3.9.1
Ruang pasien.
3.9.1.1 Apabila sistem sentral digunakan untuk kamar pasien, rekomendasi pada tabel 1 dan
tabel 3 untuk filtrasi udara dan laju pertukaran udara harus diikuti untuk mengurangi infeksi silang
dan mengontrol bau.
3.9.1.2 Ruangan yang digunakan untuk isolasi pasien terinfeksi, semua pasokan udara harus
dibuang keluar. Untuk rancangan temperatur 240C bola kering dengan kelembaban relatif udara
50% direkomendasikan.
3.9.1.3 Setiap kamar pasien harus memiliki kontrol temperatur individu. Tekanan udara di ruang
pasien harus netral dalam kaitannya dengan area lain.
3.9.1.4 Kebanyakan kriteria rancangan dan persyaratan teknis yang dikeluarkan instansi terkait
mengharuskan semua udara dari ruang toilet seluruhnya dibuang keluar ruangan.
Persyaratan ini didasarkan pada kontrol bau. Dalam menganalisa bau dari sentral sistem
pembuangan toilet (pasien) rumah sakit, ditemukan bahwa sistem pembuangan sentral yang besar
umumnya mempunyai pelarut yang cukup untuk untuk membuat buangan toilet tidak berbau.
3.9.1.5 Apabila sistem unit ruang digunakan (sistem unitary), pembuangan udara umumnya
dilakukan melalui ruang toilet.
3.9.1.6 Jumlah udara yang dibuang sama dengan jumlah udara luar yang disuplai masuk ke
ruang untuk ventilasi. Ventilasi toilet, kloset, kamar mandi, dan semua kamar interior harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3.9.2
3.9.2.1 Unit ini melayani pasien sakit serius, pasca operasi untuk pasien jantung koroner.
21
22
Ruang Traumad
Gudang anestesi
Ruang Pasiene
Ruang bayi
PERAWATAN
Ruang Pemulihan
Ruang Melahirkan
Ruang Operasi:
Fungsi Ruang
Hubungan tekanan
terhadap area
bersebelahan
Pilihan
15
15c
Pertukaran
udara dari luar
per jam
minimuma
12
12
25
15
25
15
Total
pertukaran
udara per jam
minimumb
Pilihan
Ya
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Ya
Seluruh udara di
buang langsung
ke luar
bangunan
Tabel 3 Hubungan Tekanan dan Ventilasi secara umum dari area tertentu di rumah sakit
Pilihan
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Resirkulasi
udara di dalam
unit ruangan
23
P
P
E
E
Perawatan intensif
Isolasi protektifg
Isolasi Infeksiusg
Kala/melahirkan/pemulihan/postpartum
(LDRP)
Koridor pasiene
N
P
N
N
Laboratorium, Bacteriologi
Laboratorium, biochemistry
Laboratorium, Cytology
Ruang gelap
N
Laboratorium, Umum
Radiologi :
PENUNJANG
Ruang Toiletf
Pilihan
Pilihan
10
10
15
10
15
10
Ya
Ya
Pilihan
Ya
Pilihan
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Yai
Ya
Pilihan
Tidak
Pilihan
Pilihan
Tidak
Tidak
Pilihanh
Tidak
Tidak
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Ya
Ya
Ya
Pilihan
Ya
24
Laboratorium, serologi.
Laboratorium, sterilisasi
Autopsy
Farmasi
Ruang Pemeriksaame
Ruang Pengobatan
Ruang Tindakane
Laboratorium, pathologi
ADMINISTRASI
Laboratorium, histology
Pilihan
Pilihan
10
10
12
10
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Ya
Ya
Pilihan
Ya
Ya
Pilihan
Ya
Pilihan
Ya
Ya
Ya
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihan
Pilihanh
Pilihanh
Pilihan
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
N
P
Gudang peralatan
N
N
P
N
N
N
N
Tempat cuci
Laundri, umum
Linen dan
Ruang bedpan
Kamar mandi
Kloset Janitor
PELAYANAN
25
10
10
Pilihan
10
10
10
10
10
10
10
10
Pilihan
Pilihan
Pilihan
2 (Pilihan)
Pilihan
Pilihan
Pilihan
2 (Pilihan)
Pilihan
Tidak
Tidak
Pilihanf
Pilihan
Tidak
Tidak
Pilihan
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Pilihan
Pilihan
Tidak
Tidak
Pilihan
Tidak
Ya
Ya
Pilihan
Ya
Ya
Pilihan
Ya
Ya
Pilihan
Pilihan
Ya
Ya
Pilihan
Ya
a)
Ventilasi sesuai standar ASHRAE 62-1989, ventilasi untuk kualitas udara di dalam
bangunan yang dapat diterima, harus digunakan untuk area yang laju ventilasi spesifiknya
tidak diberikan. Apabila persyaratan udara luar lebih tinggi seperti yang disebut pada
standar 62 dari yang ada pada tabel 3, nilai yang tertinggi harus diambil.
b)
Total pertukaran udara yang ditunjukkan harus dipasok atau apabila disyaratkan harus
dibuang.
c)
Untuk ruang operasi, 100% udara luar harus digunakan hanya jika ketentuan yang ada
mempersyaratkan dan hanya jika alat pemulihan panas digunakan.
d)
Istilah ruang trauma yang digunakan disini adalah ruang bantuan pertama dan/atau ruang
darurat yang digunakan tindakan awal dari korban kecelakaan. Ruang operasi di dalam
pusat trauma yang secara rutin digunakan untuk bedah darurat dianggap sebagai ruang
operasi.
e)
Meskipun kontrol langsung secara terus menerus tidak dipersyaratkan, perbedaan harus
diminimalisir, dan dalam tidak adanya kontrol arah, tidak boleh ada penyebaran infeksi
dari satu area ke area lain.
f)
Untuk diskusi pertimbangan untuk sistem pembuangan udara sentral di toilet, lihat pada
ruang pasien.
g)
Ruang isolasi infeksius yang dijelaskan dalam tabel ini mungkin digunakan untuk pasien
infeksius pada komunitas rumah sakit rata-rata. Ruangan bertekanan negatif, Beberapa
ruang isolasi mungkin mempunyai ruang antara terpisah. Lihat pembahasan dalam bab ini
untuk informasi lebih rincil. Apabila penyakit menular yang sangat infeksius terhirup
seperti tuberkulosis, harus diisolasi. peningkatan laju pertukaran udara perlu
dipertimbangkan.
Ruang
isolasi
protektif
yang
digunakan
untuk
pasien
immunosuppressed. Ruang bertekanan positip untuk memprotek pasien. Ruang antara
umumnya dipersyaratkan dan harus bertekanan negatif dengan ruang pasien yang ada.
h)
Resirkulasi diizinkan dalam ruangan pasien isolasi pernapasan jika udara difilter denga
HEPA filter.
i)
Semua udara yang dibutuhkan tidak perlu dibuang jika peralatan ruang gelap dilengkapi
ducting saluran pembuangan (scavenging exhaust) dan memenuhi standar NIOSH,
OSHA, dan petugas yang terpapar terbatas.
j)
Tubuh yang didinginkan di ruangan hanya ada fasilitas untuk melakukan otopsi di lokasi
dan menggunakan ruang untuk jangka pendek sambil menunggu tubuh yang akan
dipindahkan.
k)
Pusat persiapan makanan harus mempunyai kelebihan pasokan udara untuk tekanan
positif jika tudung tidak dioperasikan. Jumlah pertukaran udara dapat dikurangi atau
bervariasi untuk mengontrol bau jika ruangan tidak digunakan. Total pertukaran udara per
jam minimal harus dipersyaratkan untuk memberikan udara tambahan yang tepat ke
sistem pembuangan dapur.
26
3.9.2.2 Temperatur dengan kemampuan rentan variabel dari 200C sampai 300C, kelembaban
relatif udara minimum 30% dan maksimum 60%, serta tekanan udara positif direkomendasikan.
3.9.3
3.9.3.1 Pasien imonosupresi (termasuk sumsum tulang belakang atau transpantasi organ,
leukimia, luka bakar, dan pasien AIDS) sangat rentan terhadap penyakit.
3.9.3.2 Beberapa dokter lebih memilih isolasi dengan menggunakan unit laminar udara untuk
melindungi pasien.
3.9.3.3 Dokter lainnya berpendapat bahwa kondisi sel laminar memiliki pengaruh psikologis yang
merugikan pada pasien dan menjadi merah bila keluar ruangan dan mengurangi spora di udara,
3.9.3.4 Distribusi udara dengan 15 kali pertukaran udara per jam disuplai melalui sebuah diffuser
tanpa bunyi sering direkomendasikan. Udara steril dihembuskan melintasi pasien dan kembali
dekat lantai, di atau dekat pintu ruang.
3.9.3.5 Dalam kasus pasien imunosupresi yang tidak menular, tekanan positip harus
dipertahankan antara ruang pasien dan area yang berdekatan.
Beberapa ketentuan dapat mempersyaratkan ruang antara yang mempertahankan perbedaan
tekanan negatif dengan ruang isolasi yang berdekatan dan perbedaan tekanan yang sama dengan
koridor, pos perawat atau area umum.
Ruang pemeriksaan dan ruang pengobatan harus dikontrol dengan cara yang sama.
Tekanan positif juga harus dipertahankan antara seluruh unit dan area yang berdekatan untuk
menjaga kondisi steril.
3.9.3.6 Apabila seorang pasien imunosupresi yang menular, ruang isolasi mungkin dirancang dan
diseimbangkan untuk menyediakan perbedaan tekanan yang sama atau negatif permanen yang
berhubungan dengan area berdekatan atau ruang antara.
Atau, bila ketentuan mengizinkan, ruang isolasi tersebut dapat dilengkapi dengan kontrol yang
memungkinkan ruangan menjadi positif, sama atau negatif dengan area yang berdekatan.
3.9.3.7 Namun, dalam kasus seperti ini, kontrol terhadap area yang berdekatan atau ruang antara
harus menjaga perbedaan tekanan yang benar dengan kamar yang berdekatan lainnya.
3.9.3.8 Secara terpisah, sistem pengkondisian udara terdedikasi untuk melayani unit isolasi
protektif menyederhanakan kontrol tekanan dan kualitas.
3.9.4
3.9.4.1 Ruang isolasi menular digunakan untuk melindungi penghuni di rumah sakit dan pasien
berpenyakit menular. Terakhir untuk menghindari penularan tubercolosis, di dalam ruang pasien
dapat dilakukan perancangan distribusi udara, tekanan, laju pertukaran udara, dan filtrasi.
Temperatur dan kelembaban relatif udara harus sesuai dengan ketentuan untuk ruang pasien.
3.9.4.2 Perencana harus bekerja sama dengan perencana perawatan kesehatan dan instansi
berwenang setempat untuk menentukan perancangan ruang isolasi yang sesuai.
3.9.4.3 Kondisi ini dimungkinkan dengan pengontrolan yang lebih lengkap, menggunakan sebuah
ruangan terpisah yang digunakan sebagai kunci udara (air lock) untuk meminimalkan potensi
partikel di udara dari area pasien mencapai area-area yang berdekatan.
27
Beberapa perancang telah menyediakan ruang isolasi yang memungkinkan fleksibilitas ruang
maksimum dengan menggunakan pendekatan dengan membalikkan arah aliran udara dan
memvariasikan laju aliran gas buang.
Pendekatan ini berguna hanya jika diperlukan penyesuaian yang tepat untuk berbagai jenis
prosedur isolasi.
3.9.5
3.9.5.1 Persyaratan ventilasi untuk area ini tergantung pada jenis makanan yang disediakan oleh
rumah sakit. Apabila makanan massal dibagikan dan fasilitas pencuci piring disediakan di area
pantri, dianjurkan penggunaan tudung pembuangan ke luar di atas peralatan pencuci.
3.9.5.2 Pantri kecil yang digunakan untuk menyiapkan makanan kecil di antara jam makan tidak
memerlukan ventilasi khusus. Tekanan udara di ruang pantri harus seimbang dengan area
sekitarnya untuk mengurangi gerakan udara ke dalam atau ke luar ruang pantri.
3.9.6
Sebelum
Melahirkan/Melahirkan/Pemulihan/Pasca
melahirkan
(Labor/
3.10
Penunjang.
3.10.2 Laboratorium.
3.10.2.1 Pengkondisian udara diperlukan di laboratorium untuk kenyamanan dan keselamatan
para teknisi. Asap kimia, bau, uap, panas dari peralatan, dan bukaan jendela yang tidak diinginkan
semuanya berkontribusi terhadap kebutuhan pengkondisian udara.
28
3.10.2.2 Perhatian khusus harus diberikan untuk ukuran dan jenis peralatan yang menambah
panas dan digunakan dalam berbagai laboratorium.
Peralatan yang memerlukan panas, biasanya merupakan bagian utama dari beban pendinginan.
3.10.2.3 Distribusi udara dan sistem pembuangan secara umum harus terbuat dari bahan
konvensional mengikuti rancangan standar untuk jenis sistem yang digunakan.
Sistem pembuangan yang melayani tudung bahan radioaktif, pelarut yang mudah menguap, dan
oksidator kuat seperti asam perklorat yang digunakan harus dibuat dari baja tahan karat (stainless
steel).
Fasilitas membasuh harus disediakan untuk tudung dan ducting yang menangani asam perklorat.
Tudung asam perklorat harus dilengkapi fan pembuangan khusus.
3.10.2.4 Tudung yang digunakan menentukan bahan ducting lainnya. Tudung di mana bahan
radioaktif atau infeksi akan digunakan, harus dilengkapi dengan filter yang effisiensi ultra tinggi
pada lubang outlet buangan dan memiliki prosedur dan peralatan untuk penggantian dengan aman
filter yang terkontaminasi.
3.10.2.5 Jalur ducting pembuangan harus sependek mungkin dengan meminimalkan kerugian
horizontal. Hal ini terutama berlaku untuk tudung asap perklorat karena sifatnya sangat berbahaya
dapat menimbulkan ledakan.
3.10.2.6 Menentukan sistem ventilasi yang efektif, ekonomis dan aman membutuhkan penelitian
yang cukup lama.
3.10.2.7 Apabila perkiraan kuantitas ventilasi udara ruang laboratorium untuk ventilasi tudung
dapat diperkirakan, sistem pembuangan dengan tudung dapat digunakan untuk pembuangan
semua udara ventilasi dari area laboratorium.
3.10.2.8 Dalam situasi di mana tudung pembuangan melebihi suplai udara, pasokan udara
tambahan dapat digunakan untuk menambah udara pada tudung. Penggunaan VAV untuk sistem
pasokan/pembuangan di laboratorium dapat diterima tetapi membutuhkan perawatan khusus
dalam rancangan dan instalasi.
3.10.2.9 Pasokan udara tambahan yang tidak perlu dikondisikan harus disediakan oleh sistem
terpisah dari sistem ventilasi normal.
Sistem tudung pembuangan individu harus saling berkaitan dengan sistem udara tambahan.
Sistem tudung pembuangan harus tidak dimatikan jika sistem udara tambahan gagal.
Ruang penyimpanan bahan kimia harus memiliki sistem pembuangan udara yang terus beroperasi
dengan fan terminal.
3.10.2.10 Fan pembuangan yang melayani tudung harus terletak diujung aliran dari sistem
pelepasan untuk mencegah kemungkinan hasil pembuangan memasuki bangunan.
3.10.2.11 Udara pembuangan dari tudung di unit untuk biokimia, histologi, sitologi, patologi,
pencuci gelas/sterilisasi, dan serologi-bakteriologi harus dibuang keluar dengan tanpa resirkulasi.
3.10.2.12 Biasanya, pembuangan dari fan pembuangan berdiri tegak dengan jarak minimum 2,1 m
di atas atap dengan kecepatan sampai 20 m/detik. Unit bakteriologi-serologi harus bertekanan
relatif terhadap area sekitarnya untuk mengurangi kemungkinan infiltrasi aerosol mencemari
spesimen yang sedang diproses.
3.10.2.13 Area seluruh laboratorium harus di bawah tekanan sedikit negatif untuk mengurangi
penyebaran bau atau kontaminasi ke area rumah sakit lainnya. Temperatur dan kelembaban harus
berada dalam batas kenyamanan.
29
30
3.10.5.7 Penggunaan Xenon 133 untuk mempelajari pasien, melibatkan instrumen khusus yang
memungkinkan pasien menghirup gas dan menghembuskan nafas kembali ke instrumen.
3.10.5.8 Gas dihembuskan lewat melalui perangkap arang yang dipasang paling depan dan sering
(tapi tidak selalu) dilepaskan keluar. Proses ini menunjukkan beberapa potensi gas untuk lepas ke
dalam lingkungan internal.
3.10.5.9 Karena keunikan ini, operasi dan peralatan khusus yang terlibat, dianjurkan perancang
sistem menentukan instrumen tertentu yang akan digunakan dan menghubungi produsen untuk
memperoleh petunjuk.
3.10.5.10 Panduan lain tersedia di US Nuclir Regulatory Commission, Regulatory Guide 10.8
(NRC 1980). Secara khusus prosedur darurat yang harus diikuti dalam kasus lepasnya xenon 133
harus mencakup evakuasi sementara dari area dan/atau meningkatkan laju ventilasi area tersebut.
3.10.5.11 Rekomendasi tentang perbedaan tekanan, filtrasi suplai udara, volume suplai udara,
resirkulasi dan atribut lain dari sistem suplai dan aliran udara untuk laboratorium histologi, patologi,
dan sitologi juga relevan dengan laboratorium kedokteran nuklir.
Namun demikian, beberapa persyaratan sistem ventilasi khusus dikenakan oleh NRC apabila
bahan radioaktif digunakan.
3.10.5.12 Sebagai contoh, NRC (1980) memberikan prosedur perhitungan untuk memperkirakan
aliran udara yang diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi gas xenon 133 pada atau di
bawah tingkat yang ditentukan.
3.10.5.13 NRC juga berisi persyaratan khusus untuk jumlah radioaktif yang dapat dilepaskan ke
atmosfer, metode pembuangan pilihan adalah dengan penyerapan menggunakan perangkap
arang.
31
3.10.8 Farmasi.
Ruang farmasi harus dikondisikan untuk kenyamanan dan tidak memerlukan ventilasi khusus.
Distribusi udara ruangan harus dikoordinasikan dengan setiap meja yang mungkin membutuhkan
aliran udara laminar.
3.10.9 Administrasi.
Bagian ini meliputi lobi utama, kantor dan ruang rekam medis.
Area pendaftaran dan ruang tunggu adalah area di mana risiko potensi penularan penyakit melalui
udara tidak terdiagnosis.
Penggunaan sistem pembuangan lokal yang membuang udara terhadap pasien yang mendaftar
harus dipertimbangkan.
Sistem pengkondisian udara terpisah yang tepat diinginkan untuk memisahkan area ini karena
biasanya rumah sakit kosong pada malam hari.
Ruangan ini berpotensi tinggi karena adanya pembuangan sejumlah besar tetesan air yang
infeksius ke dalam udara ruangan.
(2)
Beban pendinginan dari bagian elektroterapi dipengaruhi oleh gelombang pendek diatermi,
infra merah, ultra violet dan peralatan yang digunakan di area ini.
(2)
Seksi Hidroterapi.
Seksi ini terdiri dari berbagai pengobatan dengan pemandian air, umumnya temperatur
dipertahankan sampai 270C. Panas laten yang potensial di area ini tidak boleh diabaikan.
32
(3)
Seksi latihan tidak memerlukan perlakuan khusus, temperatur dan kelembaban harus berada
dalam zona kenyamanan. Udara dapat diresirkulasikan pada area ini, dan sistem kontrol bau
disarankan.
Ruang bagian ini digunakan untuk kegiatan seperti menenun, mengepang, karya seni dan
menjahit, tidak memerlukan ventilasi khusus.
Resirkulasi udara dalam sistem ventilasi di area ini diperbolehkan menggunakan filter kelas
menengah.
Rumah sakit yang lebih besar dan yang mengkhususkan diri dalam rehabilitasi memiliki
keragaman yang lebih besar dari keterampilan dan kerajinan, termasuk pertukangan, logam,
fotografi, keramik dan lukisan.
(2)
Persyaratan pengkondisian udara dan ventilasi dari berbagai bagian harus sesuai dengan
praktek yang normal untuk area tersebut dan untuk ketentuan yang berkaitan dengan
mereka. Temperatur dan kelembaban harus dipertahankan dalam zona kenyamanan.
Ruang kerja bersih (clean utility) yang berfungsi sebagai pusat penyimpanan dan distribusi
persediaan bersih harus dipertahankan pada tekanan udara positif relatif terhadap koridor.
(2)
Ruang kerja kotor (dirty utility) terutama berfungsi sebagai tempat pengumpulan peralatan
dan material kotor.
Ruang ini dianggap sebagai ruangan yang terkontaminasi dan harus memiliki tekanan udara
negatif relatif terhadap area sekitarnya.
Temperatur dan kelembaban udaranya harus berada dalam batas kenyamanan.
Peralatan yang telah digunakan dan terkontaminasi seperti instrumen dan alat, dibawa ke
unit ini untuk dibersihkan dan disterilisasi sebelum digunakan kembali.
(2)
Unit biasanya terdiri dari area pembersihan, area sterilisasi dan area penyimpanan di mana
persediaan disimpan sampai dipesan untuk digunakan.
Jika area ini berada dalam suatu ruangan yang besar, udara harus mengalir dari
penyimpanan bersih dan area steril ke area bersih yang terkontaminasi.
(3)
Perbedaan tekanan udara harus sesuai seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.
Temperatur dan kelembaban harus berada dalam rentang nyaman.
(4)
Pedoman berikut ini penting untuk unit pusat sterilisasi dan persediaan :
(a)
33
(b)
Ventilasi pada lemari peralatan sterilisasi harus cukup untuk menghilangkan kelebihan
panas.
(c)
Apabila alat Ethylene Oksida (ETO) gas sterilisasi digunakan, dilengkapi sistem
pembuangan yang terpisah dengan terminal fan, dilengkapi perangkap buangan
dengan kecepatan yang memadai disekitar sumber kebocoran ETO
(d)
Memasang pembuangan di pintu alat sterilisasi dan di atas pengering alat sterilisasi.
Aerator pembuangan dan ruang layanan, sensor konsentrasi ETO, sensor aliran
buangan, dan alarm juga harus disediakan.
(e)
(5)
Menjaga tempat penyimpanan untuk persediaan steril pada kelembaban relatif tidak lebih
dari 50%.
3.10.10.9 Pelayanan.
(1)
Daerah layanan termasuk dietary, rumah tangga, mekanikal, dan fasilitas karyawan.
(2)
Daerah ini udaranya dapat dikondisikan atau tidak. Ventilasi yang memadai penting untuk
menyediakan sanitasi dan lingkungan yang sehat. Ventilasi daerah ini tidak dapat dibatasi
pada sistem pembuangan saja, ketentuan untuk suplai udara harus terkait dalam
perancangan. Udara tersebut harus disaring dan dialirkan pada temperatur yang terkendali.
(3)
Sistem pembuangan yang dirancang dengan baik menjadi tidak effektif tanpa suplai udara
yang memadai. Pengalaman menunjukkan bahwa ketergantungan pada jendela yang
terbuka hanya menghasilkan ketidak puasan terutama selama musim panas.
(4)
(5)
Fasilitas Dietary.
34
(a)
Area ini biasanya mencakup dapur utama, pembuatan roti, kantor ahli gizi dan ruang
makan.
(b)
Karena berbagai kondisi dihadapi (yaitu panas yang tinggi, kelembaban dan bau
masakan), perhatian khusus dalam perancangan diperlukan untuk menyediakan
lingkungan yang dapat diterima.
(c)
Kantor ahli gizi ini sering berada di dalam atau berdekatan dengan dapur utama.
Biasanya benar-benar tertutup untuk memastikan privatisasi dan pengurangan
kebisingan. Pengkondisian udara dianjurkan untuk pemeliharaan kenyamaan dalam
kondisi normal.
(d)
Ruang cuci piring harus tertutup dan berventilasi pada tingkat minimum yang sama
dengan tudung buangan untuk mesin cuci piring. Hal yang tidak biasa adalah membagi
area pencucian piring ke dalam area kotor dan area bersih. Bila ini dilakukan, area
yang kotor harus dibuat bertekanan negatif terhadap area bersih.
(6)
(b)
(7)
(8)
Ventilasi dari ruang ini harus sesuai dengan persyaratan teknis setempat, dengan
tambahan pertimbangan sebagai berikut ;
1)
ventilasi udara 220 liter/detik per kilowatt kompressor harus digunakan untuk unit
yang diletakkan di dalam dapur;
2)
3)
apabila temperatur udara atau sirkulasi udara kecil, kombinasi udara dan unit
kondensing yang didinginkan air harus ditentukan.
Hal ini sering untuk menggunakan kondensor berpendingin air dimana kondensor
diletakkan jauh. Perolehan kembali panas dari kondenser berpendingin air harus
dipertimbangkan.
Ruang Makan.
(a)
Ventilasi dari ruang ini harus sesuai dengan persyaratan teknis setempat. Penggunaan
kembali udara dari ruang makan untuk ventilasi, dan pendinginan area persiapan
makanan di rumah sakit disarankan asalkan udara balik dilewatkan melalui filter
dengan effisiensi 80%.
(b)
Apabila layanan kantin disediakan, area layanan dan meja yang menggunakan uap
biasanya dilengkapi tudung. Kapasitas AHU dari tudung ini harus minimal 380
liter/detik per m2 luas.
Dari fasilitas ini, hanya ruang penyimpanan linen kotor, ruang sortir linen kotor, ruang
utilitas kotor, dan area proses laundri yang memerlukan perhatian khusus.
(b)
Ruang yang disediakan untuk penyimpanan linen kotor sebelum diambil oleh laundri,
umumnya bau dan terkontaminasi. Untuk itu ruang ini harus berventilasi baik dan
dipertahankan pada tekanan udara negatif.
(c)
Ruang utilitas kotor yang disediakan untuk layanan rawat inap dan biasanya
terkontaminasi dengan bau yang berbahaya harus langsung dibuang ke luar dengan
cara mekanis.
(d)
Dalam area proses linen, mesin cuci (washer), alat pengering (tumbler), alat seterika,
dan sebagainya udaranya harus dibuang langsung ke atas untuk mengurangi
kelembaban.
(e)
Sebuah kanopi di atas alat seterika dan lubang pembuangan udara yang terbaik
diletakkan di dekat peralatan penghasil panas untuk diambil dan dibuang panasnya.
(f)
Sistem pembuangan udara dari alat seterika dan alat pengering harus terpisah dari
sistem pembuangan udara umum dan dilengkapi dengan filter kain.
Udara harus dibuang di atas atap atau di mana tidak mengganggu penghuni di area
lain. Reklamasi panas dari udara buangan laundri mungkin tidak praktis dan tidak
diinginkan.
35
(g)
(9)
Fasilitas Mekanikal.
(a)
Suplai udara untuk ruang boiler harus disediakan baik untuk kondisi kerja yang
nyaman dan kuantitas udara yang dibutuhkan untuk laju pembakaran dari bahan bakar
khusus yang digunakan.
Boiler dan kemampuan burner menentukan laju pembakaran maksimum, jadi kuantitas
udara dapat dihitung sesuai jenis dari bahan bakarnya.
Udara yang cukup harus disuplai ke ruang boiler untuk mensuplai fan buangan selain
untuk boiler.
(b)
Di tempat kerja, sistem ventilasi harus membatasi temperatur udara sampai 320C.
Apabila temperatur udara luar ambient lebih tinggi, temperatur di dalam ruang mungkin
naik sampai maksimum 360C untuk melindungi motor dari panas
3.11
3.11.1 Zoning.
3.11.1.1 Zoning dimaksudkan adalah menggunakan sistem udara terpisah untuk berbagai bagian,
dapat dimaksudkan untuk :
(1)
kompensasi paparan, karena orientasi atau untuk kondisi lain yang dikenakan oleh
konfigurasi bangunan tertentu;
(2)
(3)
(4)
(5)
menghemat energi.
3.11.1.2 Dengan ducting suplai udara dan beberapa unit pengolah udara (air handling unit) ke
sebuah planum, sistem sentral dapat mencapai ukuran kapasitas siaga.
Apabila satu unit dimatikan, udara dapat dialihkan dari area non kritis atau area yang sebentarsebentar dioperasikan untuk mengakomodasi area-area kritis yang harus beroperasi secara terus
menerus.
Proteksi siaga dengan cara ini atau cara lain sangat penting agar pasokan udara tidak terganggu
oleh pemeliharaan rutin atau kegagalan komponen.
36
3.11.1.3 Pemisahan sistem pasokan, antara yang balik dan yang dibuang oleh bagian sering
diinginkan, khususnya untuk bagian bedah, kebidanan, patologi, dan laboratorium.
3.11.1.4 Keseimbangan relatif diinginkan dalam area kritis, Harus dijaga saling mengunci antara
pasokan dan fan (misalnya pembuangan harus berhenti apabila pasokan aliran udara dihentikan).
klinis,
(2)
(3)
(4)
3.11.2.2 Pompa pengisi boiler, pompa sirkulasi air panas, pompa kondensat balik, dan pompa
bahan bakar minyak harus dihubungkan dan dipasang untuk menyediakan layanan normal dan
siaga.
3.11.2.3 Pipa utama pasokan dan balik dan pipa tegak untuk pendinginan, pemanasan dan proses
sistem uap, harus dilengkapi dengan katup untuk mengisolasi berbagai bagian.
3.11.2.4 Setiap peralatan harus dilengkapi dengan katup pada pipa suplai dan pipa balik.
3.11.2.5 Beberapa sistem pasokan dan pembuangan untuk ruang melahirkan dan ruang operasi
harus dirancang independen dari sistem fan lain dan pada kejadian kegagalan daya listrik normal,
beroperasi dari sistem listrik darurat rumah sakit.
3.11.2.6 Ruang operasi dan ruang bersalin harus berventilasi sehingga fasilitas rumah sakit tetap
dapat mempertahankan kondisi ruang bedah dan ruang melahirkan dalam kasus-kasus kegagalan
sistem ventilasi.
3.11.2.7 Uap dari boiler sering memerlukan perlakuan dengan bahan kimia yang tidak bisa
dibuang oleh unit pengolah udara yang melayani area kritis.
Dalam kasus ini, sistem uap bersih harus dipertimbangkan digunakan untuk humidikasi.
untuk
3.11.4 Insulasi.
3.11.4.1 Semua pipa panas, ducting dan peralatan yang terbuka harus diinsulasi untuk menjaga
effisiensi energi dari semua sistem dan melindungi penghuni bangunan.
37
3.11.4.2 Untuk mencegah kondensasi, ducting, selubung, pipa dan peralatan dengan temperatur
permukaan luar di bawah titik embun ambien harus ditutupi dengan insulasi yang memiliki
pembatas uap eksternal.
3.11.4.3 Insulasi, termasuk finis dan perekat pada permukaan luar ducting, pipa dan peralatan
harus memiliki tingkat penyebaran api 25 atau kurang dan tingkat pengembangan asap 50 atau
kurang sebagaimana ditentukan oleh laboratorium pengujian independen sesuai standar NFPA
255, dan seperti yang dipersyaratkan oleh NFPA 90A.
3.11.4.4 Tingkat pengembangan asap untuk insulasi pipa tidak boleh melebihi 150.
3.11.4.5 Lapisan internal ducting dan peralatan harus memenuhi metode uji erosi seperti
dijelaskan dalam UL standar 181 (Underwriters Laboratories).
3.11.4.6 Lapisan internal ini termasuk pelapis, perekat dan insulasi pada permukaan luar dari pipa
dan ducting di ruang bangunan gedung yang digunakan sebagai pasokan udara ventilasi, harus
memiliki tingkat penyebaran api 25 atau kurang dan peringkat pengembangan asap 50 atau
kurang, sebagaimana ditentukan oleh laboratorium pengujian independen sesuai dengan standar
ASTM E.84.
3.11.4.7 Lapisan internal duct tidak boleh digunakan dalam sistem suplai ruang operasi, ruang
bersalin, ruang pemulihan, ruang bayi, unit perawatan luka bakar atau unit perawatan intensif,
kecuali terminal filter dengan effisiensi minimal 90% dipasang di hilir lapisan.
3.11.4.8 Lapisan internal duct harus digunakan hanya untuk perbaikan akustik. Untuk tujuan
termal, insulasi ekternal harus digunakan.
Apabila sistem yang ada dimodifikasi, bahan asbes harus tidak digunakan dan dibuang sesuai
ketentuan yang berlaku.
3.11.5 Energi.
3.11.5.1 Perawatan kesehatan membutuhkan energi intensif, sumber energi tergantung pada
perusahaan pensuplai energi.
3.11.5.2 Fasilitas rumah sakit berbeda dari bangunan lainnya, rumah sakit beroperasi 24 jam per
hari sepanjang tahun, memerlukan sistem cadangan yang canggih dalam kasus utilitas normal
padam, penggunaan sejumlah besar udara luar untuk memerangi bau dan pelarutan
mikroorganisme, dan harus berhubungan dengan masalah infeksi dan pembuangan limbah padat.
3.11.5.3 Sejumlah besar energi dibutuhkan untuk sumber daya diagnostik, teraputik, dan peralatan
pemantau serta dukungan layanan seperti penyimpanan, persiapan dan pelayanan makanan dan
fasilitas laundri.
3.11.5.4 Penghematan energi di rumah sakit dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti
menggunakan tangki penyimpanan energi yang lebih besar dan menggunakan perangkat
konservasi energi yang mentransfer energi dari udara panas atau dingin dari pembuangan panas
bangunan atau udara dingin yang masuk.
3.11.5.5 Pemanasan pipa, berjalan sekitar loop dan bentuk lain pemulihan panas memperoleh
perhatian yang meningkat.
3.11.5.6 Insinerator limbah padat menghasilkan buangan uap panas yang dapat digunakan untuk
laundri dan air panas perawatan pasien menjadi semakin umum.
3.11.5.7 Komplek perawatan kesehatan yang besar menggunakan sistem mesin sentral yang
mungkin termasuk penyimpanan panas, economizer hidronik, pompa primer/sekunder, kogenerasi
panas boiler, pemulihan energi, dan pemulihan panas insinerator.
38
3.11.5.8 Rancangan pembangunan fasilitas baru, termasuk perubahan dari dan penambahan
bangunan yang sudah ada, memiliki pengaruh besar pada jumlah energi yang dibutuhkan untuk
layanan tersebut terutama disediakan untuk pemanas, pendingin dan pencahayaan.
3.11.5.9 Pemilihan komponen bangunan dan sistem untuk penggunaan energi yang efektif
memerlukan perencanaan yang cermat.
Integrasi bangunan limbah panas ke dalam sistem dan penggunaan sumber energi terbarukan
(misalnya, surya dibawah beberapa kondisi iklim) akan memberikan penghematan substansial
(Setty 1976).
39
BAB - IV
FASILITAS RAWAT JALAN RUMAH SAKIT.
4.1
Umum.
4.1.1
Fasilitas rawat jalan dapat menjadi unit yang berdiri sendiri, bagian dari fasilitas
perawatan akut, atau bagian dari fasilitas medis seperti bangunan medis (klinik).
4.1.2
Beroperasinya dilakukan tanpa mengantisipasi pasien bermalam (yaitu, fasilitas
beroperasinya dari 8 jam sampai 10 jam per hari).
Jika secara fisik terhubung ke fasilitas rumah sakit dan dilayani oleh sistem tata udara rumah sakit,
ruang fasilitas rawat jalan harus sesuai dengan persyaratan fasilitas rumah sakit.
4.1.3
Apabila fasilitas rawat jalan benar-benar terpisah dan memiliki sistem tata udara sendiri,
maka fasilitas perawatan kesehatan ini dapat dikatagorikan sebagai klinik diagnostik atau klinik
pengobatan.
4.2
Klinik Diagnostik.
4.2.1
Klinik diagnostik adalah fasilitas di mana pasien secara teratur berada pada bagian rawat
jalan untuk layanan diagnostik atau pengobatan ringan, tetapi tidak dilakukan pengobatan yang
memerlukan anestesi umum atau operasi.
4.2.2
Fasilitas klinik diagnostik memiliki kriteria rancangan seperti yang ditunjukkan pada tabel
4 dan tabel 5 (lihat bagian tentang fasilitas panti jompo).
4.3
Klinik Pengobatan.
Klinik pengobatan adalah fasilitas yang menyediakan rawat jalan, pengobatan besar atau kecil
untuk pasien yang tidak mampu berbuat untuk melindungi dirinya dalam kondisi darurat tanpa
bantuan orang lain.
4.4
Kriteria Rancangan.
4.4.1
Perancang sistem harus mengacu pada paragraf berikut dari bagian fasilitas rumah sakit :
(1)
(2)
kualitas udara;
(3)
gerakan udara;
(4)
temperatur;
(5)
(6)
pengendalian asap.
4.4.2
Persyaratan pembersihan udara untuk ruang operasi sesuai dengan yang ada di tabel 1.
40
Laju ventilasi minimal, perbedaan tekanan, kelembaban relatif, dan rentang temperatur yang
diinginkan dirancang mirip dengan persyaratan untuk rumah sakit seperti ditunjukkan pada tabel 3,
kecuali untuk ruang operasi, yang mungkin memenuhi ketentuan untuk kamar trauma.
4.4.3
Area fungsi berikut dalam fasilitas klinik pengobatan memiliki kriteria rancangan mirip
dengan yang di rumah sakit:
(1)
(2)
penunjang;
(3)
(4)
(5)
4.4.4
4.4.4.1 Beberapa pengelola mungkin menginginkan bahwa pemanas, pengkondisian udara, dan
sistem pelayanan air panas selalu siaga melayani dalam kondisi darurat dan sistem ini dapat
berfungsi setelah bencana berlalu.
4.4.4.2 Untuk mengurangi biaya utilitas, fasilitas harus mencakup langkah-langkah konservasi
energi seperti perangkat pemulihan, volume udara variabel, beban peneduh, atau sistem untuk
mematikan atau mengurangi ventilasi area tertentu saat kosong. Ventilasi mekanik harus
memanfaatkan udara luar dengan menggunakan siklus ekonomizer, untuk mengurangi beban
pemanasan dan pendinginan.
4.4.4.3 Sub bagian pada layanan kontuinitas dan konsep energi bagian fasilitas rumah sakit juga
mencakup informasi mengenai zonasi dan isolasi yang berlaku untuk klinik pengobatan.
41
BAB V
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
5.1
Pendahuluan.
5.1.1
Fungsi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rumah sakit dan klinik dapat dijelaskan
dengan cara-cara yang berbeda.
Banyak fasilitas mempunyai petugas pemeliharaan sendiri yang menyediakan pemeliharaan
minimum sampai yang mahal, sering juga sangat canggih dan sistem dengan teknik yang
kompleks.
5.1.2
Beberapa fasilitas menunjukkan pekerjaan pemeliharaan minimum yang dikerjakan
sendiri (biasanya keselamatan jiwa yang terkait dengan fungsinya) dan pada fungsi lainnya
dikerjakan oleh sumber luar (outsourcing).
5.1.3
Model lain adalah seluruhnya dilakukan oleh bagian pemeliharaan dari sumber lain
(oursourcing). Beberapa bagian dilakukan oleh serikat pekerja yang mempunyai keahlian praktis,
dan beberapa bagian lain tidak dilakukan oleh serikat kerja.
5.1.4
Bab ini tidak ditujukan untuk membicarakan penilaian dari beragam sistem pemeliharaan
yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menunjukkan pentingnya fungsi pemeliharaan dalam
fasilitas pelayanan kesehatan.
5.1.5
Untuk tugas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh petugas, perlu dipertimbangkan untuk
menggunakan kontraktor atau konsultan. Pastikan bahwa kontraktor yang digunakan mampu
melakukan pemeliharaan yang terbaik dan mempunyai pelatihan khusus. Untuk menghemat waktu
dan mencegah masalah komunikasi, yakinkan kontraktor dapat memberikan layanan diagnostik
dan perbaikan. Akhirnya untuk memastikan bahwa semua masalah dapat tertangani, tentukan
kontraktor yang berpandangan holistik pada fasilitas.
5.1.6
Program pemeliharaan dan pengoperasian yang baik harus diimplementasikan untuk
memastikan bahwa bangunan fasilitas pelayanan kesehatan dan sistem operasi dapat
memberikan pelayanan yang andal kepada pasien.
5.2
Pemeliharaan.
5.2.1
Umum.
5.2.1.1 Sesuatu bagian yang bergerak akhirnya akan patah atau rusak. Sebuah rumah sakit
membutuhkan pemeliharaan seperti fasilitas lainnya.
5.2.1.2 Pada suatu saat, biaya pemeliharaan menjadi komponen terbesar yang tidak terkontrol
dari pengoperasian rumah sakit. Karenanya pemeliharaan harus secara hati-hati ditinjau ulang.
5.2.1.3 Pelaksanaan jadwal pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang benar, seperti
pemeliharaan pencegahan atau perbaikan chiller yang didasarkan secara sederhana dan
dilakukan dalam jangka waktu pendek, dapat menjadi sangat mahal.
Hal sebaliknya bila pemeliharaan dilakukan hanya pada saat peralatan/komponen tidak berfungsi
(pemeliharaan reaktif) dapat menyebabkan kerugian fungsi yang besar dan sulit diterima.
5.2.1.4 Empat (4) pendekatan umum untuk pemeliharaan : reaktif, preventif, prediktif, dan proaktif
- berevolusi setiap tahun sebagai progres dalam sistem diagnostik telah dilakukan.
Penjelasan lebih detail tentang pendekatan pemeliharaan diberikan dibawah ini.
42
5.2.2
Pemeliharaan reaktif.
(2)
(3)
Bahaya keselamatan.
Kegagalan peralatan, khususnya fan jenis vane-axial, dapat mencelakakan petugas yang
berada didekatnya.
Untuk contoh bagian dari kipas fan dapat merobek saluran udara (ductwork).
5.2.3.
5.2.3.1 Pemeliharaan pencegahan berhubungan dengan jadwal pemeliharaan atau tugas pada
jangka waktu tertentu.
Untuk contoh, penggantian minyak pelumas pada kendaraan setiap 5000 km atau penggantian
timing belt setiap 100.000 km.
5.2.3.2 Dalam sistem tata udara, hal tersebut termasuk tugas untuk mengganti minyak, filter dan
pembersihan peralatan.
43
Sering boros.
Pemeliharaan pencegahan mungkin mengganti peralatan yang masih mempunyai umur
pakai kedepan yang panjang.
Timing belt sebuah kendaraan, umurnya 100.000 km, tetapi penggantiannya pada 60.000
km untuk mencegah kerusakan mungkin menjadi pemborosan.
Serupa, sebuah chiller dibongkar yang jadwalnya tidak perlu, mungkin memboroskan Rp.
150 juta atau lebih dan mungkin akhirnya harus mengganti bantalan yang masih baik.
(2)
(3)
selama
Kedua kejadian tersebut akan menuju kerusakan yang lebih cepat daripada jika mesin
beroperasi menggunakan komponen yang asli.
(4)
5.2.4
44
Dalam suatu fasilitas, pemeliharaan predictive membolehkan manager untuk menghapus jadwal
pembongkaran (overhaul) jika predictive secara teknis menunjukkan bahwa peralatan masih dalam
kondisi baik.
Pertimbangan pemeliharaan prediktif ada tiga: Pertama, mengungkap masalah sebelum
menyebabkan kerusakan, Kedua, memperpanjang waktu layanan untuk peralatan yang dalam
kondisi baik. Akhirnya, tentukan kondisi peralatan pada saat beroperasi-tanpa mengganti mesin
secara terpisah.
5.2.4.5 Teknik pemeliharaan prediktif dapat mengurangi biaya dengan mengungkapkan waktu
optimal untuk pemeliharaan.
5.2.4.6 Teknik prediktif berikut digunakan dan akan dijelaskan lebih detail pada bagian 6.3.
(1)
Analisis getaran.
(2)
(3)
(4)
Analisis minyak.
(5)
Analisis refrigeran.
5.2.5
Pemeliharaan proaktif.
5.2.5.1 Pemeliharaan proaktif mengandalkan pada metode prediktif (seperti analisis getaran)
untuk menunjukkan komponen-komponen yang cenderung memburuk.
Tidaklah cukup mengetahui kapan komponen akan rusak, pemeliharaan proaktif juga akan
mengeliminasi sumber kegagalan.
5.2.5.2 Untuk contoh, bukan pekerjaan sederhana mengganti bantalan yang aus, pemeliharaan
proaktif mencari untuk mengeliminasi penyebab keausan.
5.2.5.3 Dengan memperoleh akar permasalahan kerusakan fan dan pompa (contoh ketidak
seimbangan dan kesalahan penyetelan), proaktif berbicara mengurangi biaya mengganggur,
mengeliminasi masalah-masalah yang berulang, memperpanjang usia penggunaan mesin,
mengurangi biaya energi, dan mengidentifikasi pendekatan operasional yang tidak effektif.
5.2.6
5.2.6.1 Komputer dapat berguna dalam mengimplementasi salah satu pendekatan pemeliharaan
di atas. Sebagian besar rumah sakit modern memiliki beberapa jenis perintah kerja dengan sistem
komputerisasi yang berguna dalam menerapkan pemeliharaan dan diperlukan pada sistem tata
udara, pengendalian inventarisasi suku cadang, mengalokasikan tenaga kerja yang tersedia
dengan effisien untuk tugas yang diperlukan, dan lain-lain.
5.2.6.2 Ada beberapa perangkat lunak komputerisasi sistem manajemen pemeliharaan yang
sangat baik dan komputer sistem manajemen dilengkapi fasilitas yang tersedia (CAFM).
45
5.3
5.3.1
Analisis Getaran.
(2)
Analisis getaran adalah salah satu teknik yang paling efektif untuk menganalisis kondisi
peralatan berputar. Hal tersebut merupakan landasan program pemeliharaan prediktif karena
mendeteksi berbagai masalah sebelum peralatan menyebabkan kerusakan.
(a)
Penyetelan yang salah dan ketidak seimbangan (60% ~ 80% disebabkan oleh masalah
kipas dan pompa).
(b)
(c)
(d)
(e)
(g)
(h)
Dalam lingkungan yang kritis, manfaat terbesar dari analisis getaran adalah dapat
memperkirakan waktu yang paling tepat untuk memperbaiki masalah mesin, dan
menghilangkan waktu menganggur yang tidak terjadwal.
Analisa getaran berhubungan dengan pemasangan sensor kecil di lokasi yang telah
ditentukan pada peralatan yang dipilih.
Teknisi sensor ini menghubungkan accelerometer untuk mengumpulkan data dan
mengkonversi gerakan mekanikal (getaran) menjadi sinyal listrik. Memplot sinyal-sinyal ini
untuk menghasilkan grafik yang disebut grafik getaran dan memberitahu teknisi komponenkomponen yang bergetar dan berapa banyak.
46
(2)
Gambar 6.3.1.2 menunjukkan grafik getaran yang khas untuk chiler. Amplitudo dan frekuensi
adalah dua karakteristik getaran yang digunakan untuk mendiagnosa masalah pada
peralatan.
(3)
(4)
Gambaran besar gejala-gejala yang ada adalah mengukur tingkat getaran dari waktu ke
waktu dan membantu menentukan lebih tepat jika sebuah mesin akan gagal. Suatu
pengukuran getaran tunggal memberikan potret dari kondisi mesin, mempelajari gejala dan
memberikan gambaran penuh dari kinerja peralatan.
(2)
Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6.3.1.3, getaran mesin 0,13 ips, yang masih berada
sesuai spesifikasi.
(3)
Jika hanya berdasar pada pengukuran saja, maka mesin tidak memiliki masalah.
(4)
Pada grafik apabila menunjukkan gejala bahwa tingkat getaran naik pada laju yang
meningkat, merupakan tanda akan ada masalah di waktu mendatang,
47
(2)
5.3.2
Dalam inspeksi thermografik, peralatan dalam bangunan secara sistematis dipindai untuk
memperoleh profil temperatur dalam rangka menemukan dan memperbaiki masalah
sebelum terjadi berkembangnya kerusakan peralatan.
(2)
Analisa dapat mengisolasi daerah sumber masalah panas yang berlebihan atau lainnya.
Anomali temperatur dalam peralatan - baik tempat-tempat panas dan tempat-tempat dingin dapat diselidiki. Tingkat keparahan relatif dari tempat panas dapat ditentukan, dan akar
masalahnya dapat diisolasi dan diidentifikasi.
48
Inspeksi listrik adalah salah satu dari banyak aplikasi teknologi thermografik.
(2)
5.3.3
Pikirkan sistem listrik sebagai suatu jaringan. Tegangan menyebabkan sambungan putus
pada sambungan terlemah. Dalam sistem listrik, tempat panas yang disebabkan kenaikan
temperatur yang kecil dapat melemahkan sambungan. Ketika komponen mengalami
kerusakan, temperaturnya naik, dan akhirnya membakar atau terjadi hubung arus pendek
pada sambungan.
5.3.3.1 Analisa arus listrik motor digunakan untuk mendiagnosa masalah rotor, termasuk :
(1)
Patah atau retaknya batang rotor atau cincin terhubung singkat (kortsluit).
(2)
Sambungan buruk mengakibatkan tahanan tinggi antara batang rotor dan cincin yang
terhubung singkat (kortsluit).
(3)
(4)
Batang rotor longgar atau terbuka, tidak membuat kontak yang baik dengan ujung cincin.
5.3.3.2 Analisa arus listrik menghilangkan kebutuhan pengujian untuk mendiagnosa masalah
tanpa mematikan dan membongkar peralatan.
5.3.3.3 Analisa arus listrik motor umumnya dapat dilakukan sementara peralatan sedang
berjalan. Satu pengecualian adalah mesin bertegangan tinggi, ini harus dimatikan untuk
menghindari risiko bahaya listrik.
5.3.3.4 Bagaimana analisa arus listrik motor ditunjukkan.
(1)
Suatu analisa arus listrik motor dilakukan dengan multimeter dan klem penjepit arus listrik
motor yang mengukur arus listrik yang ditarik oleh motor.
(2)
Arus listrik motor dapat diukur baik pada fase utama arus listrik atau pada sirkit kontrol
sekunder. Sirkit sekunder aman;
(3)
Gunakan selalu tegangan lebih dari 600 Volt untuk mengukur arus listrik utama peralatan.
Apabila melakukan analisis arus listrik motor, ukur ujung jalur listrik tiga fase. Kemudian
analisa dengan membandingkan arus listrik disetiap fase.
(4)
Beda arus listrik disetiap fase harus tidak lebih dari 3% satu sama lain. Perbedaan lebih
tinggi dari 3% dapat terjadi masalah pada stator.
5.3.4
Analisis Minyak.
5.3.4.1 Analisis minyak adalah salah satu teknologi prediktif tertua, yang paling umum, dan
berguna.
5.3.4.2 Analisis ini membantu mencegah kegagalan dan waktu menganggur yang tak terjadwal
dengan menampilkan jumlah keausan logam dan jenis kontaminan dalam minyak.
5.3.4.3 Jumlah keausan logam menunjukkan apakah peralatan mengalami keausan yang tidak
biasa.
5.3.4.4 Jenis kontaminan dalam minyak, serta karakteristik fisik minyak, menentukan apakah
jangka waktu penggantian minyak dapat diperpanjang.
5.3.4.5 Umumnya metode untuk menentukan kualitas minyak meliputi analisis spectrochemical,
test fisik, dan ferrography.
49
Analisis spectrochemical mengidentifikasi partikel yang dipakai (logam seperti, seng, alumunium,
nikel, tembaga dan chromium) dalam minyak.
5.3.4.6 Jumlah yang tinggi dari kontaminen logam menunjukkan komponen aus. Tes fisik
menunjukkan seberapa baik pelumas melakukan tugasnya. Pelumas yang terkontaminasi dapat
diganti sebelum keausan komponen terjadi.
5.3.4.7 Tes fisik yang paling umum meliputi :
(1)
Viskositas.
Viskositas adalah resistansi internal pelumas untuk mengalir. Ini sifat fisik satu-satunya yang
paling penting dari minyak. Perubahan viskositas pelumas menunjukkan kerusakan,
pencemaran, atau perawatan yang tidak benar. Masing-masing kejadian menyebabkan
kerusakan prematur komponen.
(2)
(3)
5.3.5
(a)
Angka total keasaman adalah tingkat asam dalam bahan pelumas. Angka ini
menunjukkan kontaminasi asam atau oksidasi dalam minyak meningkat. Keduanya
meningkatkan potensi keausan karena karat.
(b)
(c)
Keausan logam dan partikel kontaminan dipisahkan dari minyak dan disusun menurut
ukuran dan komposisinya. Pembacaan dapat dilakukan langsung dengan monitor
ferrography (DR) dan mengukur gejala konsentrasi keausan dari partikel besi.
(d)
(e)
Analisis Refrigeran.
5.3.5.1 Analisis refrigeran memeriksa sifat-sifat fisik, kontaminasi fase uap, dan kontaminasi fase
cair untuk menentukan kondisi refrigeran.
5.3.5.2 Uap air dan keasaman adalah dua hal yang paling penting untuk dipantau.
5.3.5.3 Uap air yang tinggi dapat meningkatkan kadar asam, yang pada gilirannya menyebabkan
insulasi motor memburuk dan tabung logam terkikis.
50
5.3.5.4 Apabila asam dalam sistem bermigrasi ke dalam minyak, asam mempercepat keausan
komponen yang berputar seperti bantalan dan roda gigi. Hal ini menyebabkan kerusakan prematur
dari komponen. Suatu analisis refrigerant juga dapat memverifikasi bahwa refrigeran yang dibeli
memenuhi standar ARI 700-99 (ARI 1999b) dan biasanya digunakan untuk menilai kondisi
refrigeran.
5.3.5.5 Analisa harus dilakukan setelah memperbaiki kebocoran, menambah refrigeran atau
melakukan perbaikan besar yang memiliki potensi tinggi terjadinya kontaminasi uap air.
5.3.5.6 Keakuratan tes refrigeran tergantung pada teknik pengambilan sampel. Hal ini penting
untuk tidak mencemari sampel dengan uap air dari luar karena kadar uap air merupakan indikator
penting dari kondisi refrigeran.
5.3.6
Kesejajaran Poros.
5.3.6.1 Kesejajaran yang tidak tepat umumnya dapat menyebabkan tingginya getaran dan
kerusakan prematur dari peralatan.
5.3.5.2 Tingkat getaran yang tinggi menyebabkan keausan yang berlebihan pada bantalan, bos
(bushing), kopling, sekat poros, dan roda gigi.
5.3.6.3 Kesejajaran yang tepat dapat memperlambat kemunduran dari peralatan. Kesejajaran
berarti penyesuaian sebuah peralatan sehingga poros sesuai dengan mesin yang disambungkan.
5.3.6.4 Apabila mesin penggerak dan yang digerakkan dihubungkan melalui kopling yang biasa,
dan berputar bersama pada keseimbangan operasi, putaran unit sepanjang sumbu bersama dari
putaran, sebagai unit secara terus menerus tanpa getaran yang berlebihan.
5.3.6.5 Ada tiga jenis kesejajaran yang umum, yaitu :
(1)
Paralel, dimana muka pusat kopling paralel, tetapi dua garis pusat poros seimbang, jarak
dua garis pusat poros menjadi penting.
(2)
Menyudut, dimana muka pusat kopling tidak paralel dan garis pusat poros tidak konsentris.
(3)
Sempurna, dimana muka pusat kopling paralel dan garis pusat poros konsentris.
5.3.7
Apabila prosedur kesejajaran dan getaran dilakukan, penyetelan dilakukan hanya untuk satu
mesin. Mesin ini adalah unit penggerak.
Mesin yang tidak disetel (karena keterbatasan ukuran dan fisik), biasanya mesin yang dipasang
tetap atau unit yang digerakkan.
Cara terbaru kesejajaran dan perkakas yang membuat kesejajaran relatif lebih cepat dan mudah,
terdiri dari cara :
(a)
Indikator terbalik.
(b)
Laser.
(c)
Optik;
(d)
Kesejajaran.
Setiap kesejajaran, juga kesejajaran tepi lurus, lebih baik dilakukan daripada tidak dilakukan sama
sekali.
51
5.3.8
Kesimbangan dinamis.
5.3.8.1 Ketidak seimbangan terjadi jika pusat massa dari sistem yang berputar tidak tepat dengan
pusat putaran. Massa yang berlebihan pada satu sisi dari motor menimbulkan ketidak
seimbangan. Gaya sentrifugal yang bekerja pada sisi terberat melebihi gaya sentrifugal yang
ditentukan.
5.3.8.2 Besarnya getaran akibat kecepatan berputar menimbulkan ketidak seimbangan dan
secara langsung berbanding dengan jumlah ketidak seimbangan. Ketidak seimbangan dapat
disebabkan oleh beberapa hal, termasuk konstruksi yang tidak betul, bahan yang dibuat, atau rotor
yang longgar.
5.3.8.3 Ketidak seimbangan rotor menyebabkan meningginya tingkat getaran dan menaiknya
tegangan pada komponen yang berputar. Peninggian tingkat getaran dalam rotor dari konstruksi
berpengaruh pada keseluruhan mesin dan menyebabkan keausan yang berlebihan pada struktur
pendukung, bantalan, bos (bushing) poros dan roda gigi.
5.3.8.4 Kondisi ketidak seimbangan dapat terjadi pada satu bidang (ketidak seimbangan statik)
atau multi bidang (ketidak seimbangan gabungan).
5.3.8.5 Kombinasi yang disebut ketidak seimbangan dinamis dan menimbulkan suatu vektor yang
berputar dengan poros dan menghasilkan satu per putaran tanda getaran.
5.3.8.6 Unit keseimbangan dinamis :
(1)
(2)
mengurangi getaran sampai tingkat yang dapat diterima yang tidak akan mempercepat
kemunduran peralatan.
(3)
(4)
(5)
6.3.9
6.3.9.1 Ketidak seimbangan perlu dibedakan dari sumber getaran lain sebelum memulai prosedur
menyeimbangkan. Suatu puncak getaran pada atau dekat kecepatan berputar rotor dapat memiliki
beberapa penyebab, seperti ketidak sejajaran, poros bengkok atau retak, eksentrisitas, batang
rotor terbuka atau ketidak seimbangan
5.3.9.2 Periksa adanya ketidak seimbangan sebelum melanjutkan prosedur menyeimbangkan.
Teknik menganalisa seperti spectrum bentuk gelombang atau analisa fase dapat mengisolasi
ketidak seimbangan seperti yang menyebabkan getaran.
5.3.9.3 Ketidak seimbangan ini ditandai oleh :
(1)
(2)
Getaran yang tertinggi pada bidang radial dan vertikal dan terendah tingkat getarannya pada
bidang aksial.
(3)
Amplitudo dan sudut fasa dari getaran yang berulang dan mantap.
(4)
52
5.4
Pengoperasian.
5.4.1
5.4.1.1 Rumah sakit tidak pernah tutup. Rumah sakit beroperasi 24 jam sehari, 7 hari per minggu.
Fasilitasnya harus dirancang untuk memungkinkan berhenti untuk pemeliharaan dan menambah
fitur ke sistem. Filosofi rancangan dapat disimpulkan secara mudah dengan dua kata : isolasi dan
redundansi.
5.4.1.2 Prosedur yang ditunjukkan pada fasilitas rawat jalan dan klinik meningkatkan
kompleksitas. Meskipun rumah sakit digolongkan sebagai bukan hunian bisnis, seorang manajer
fasilitas harus melihat dengan hati-hati persyaratan untuk setiap fungsi sesuai jenis bangunan.
Banyak rumah sakit sederhana yang beroperasi kurang dari 24 jam per hari.
5.4.2
Kebutuhan berkolaborasi.
5.4.2.1 Kerjasama yang erat dan tim kerja dibutuhkan antara departemen pemeliharaan dan
lembaga lain rumah sakit. Lembaga ini termasuk bagian pengendalian infeksius, terapi
pernapasan, teknik biomedikal, polisi dan keamanan, dan/atau layanan lingkungan.
5.4.2.2 Untuk contoh, kerjasama bagian pemeliharaan dengan lainnya untuk memastikan bahwa
sistem bangunan beroperasi dengan benar untuk mengurangi infeksius.
Penggunaan yang kurang tepat ruang isolasi bertekanan negatif dapat memungkinkan zat
infeksius dari ruangan masuk koridor dan menginfeksi pekerja, pasien-pasien lain, atau
pengunjung.
5.4.2.3 Ketidaktepatan temperatur air panas dapat memungkinkan pertumbuhan mikrobial.
Ketidak tepatan pemakaian filter atau pemeliharaannya dapat menimbulkan masalah pengendalian
infeksius.
5.5
Bagian pemeliharaan bekerja sama erat dengan departemen lain dan komite keselamatan fasilitas
untuk memperoleh pemenuhan Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organization (JHAHO) Area kunci berikut relatif menjadi perhatian untuk pemenuhan tersebut.
5.5.1
Pernyataan Kondisi
53
5.5.2
petugas medik;
(2)
(3)
(4)
keamanan/komunikasi;
(5)
hubungan publik.
(6)
(7)
laboratorium;
(8)
radiologi;
(9)
terapi pernapasan.
5.5.3
5.5.3.1 Menciptakan lingkungan bangunan yang aman adalah sasaran persyaratan teknis
keselamatan jiwa dan standar yang mencakup: jalan ke luar, tangga, alat deteksi api, dan hunian
umum.
5.5.3.2 Sepanjang perencanaan bangunan tetap tidak berubah, perencanaan terpadu sistem
keselamatan jiwa juga tidak berubah.
5.5.3.3 Namun demikian, fasilitas perawatan kesehatan selalu berubah, seperti bangunan yang
sedang mengalami renovasi dan konstruksi (baik yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan), keterpaduan sistem keselamatan jiwa dapat berkurang.
5.5.3.4 Oleh karena itu, potensial untuk menciptakan sistem keselamatan jiwa sementara untuk
mengatasi penurunan keselamatan jiwa tersebut.
Keselamatan jiwa sementara umumnya diabaikan selama perancangan renovasi dan sering tidak
ditangani sampai dengan konstruksi sebenarnya dimulai.
5.5.3.5 Tidak pernah terlambat membuat penyesuaian yang diperlukan untuk proses
perancangan dan konstruksi. Jika tidak, pasien dan pengunjung mungkin terkena bahaya. Bagian
pemeliharaan dapat dipanggil untuk menyelenggarakan tambahan latihan pemadaman kebakaran
dan evakuasi dan menjalankan pengawasan pada pekerjaan pemotongan, solder, dan
penggunaan api dalam proses konstruksi.
5.5.3.6 Beberapa masalah bagian pemeliharaan adalah dalam mengeluarkan ijin internal
penggunaan api untuk kontraktor luar dan keamanan zona alarm kebakaran seperti yang
diperlukan untuk pembangunan di bangunan yang sudah ada. Setelah pembangunan selesai,
sistem alarm dikembalikan ke kondisi pengoperasian normal.
54
5.5.4
Manajemen Utilitas.
5.5.4.1 Manajemen utilitas mempunyai fungsi kompleks dalam fasilitas perawatan kesehatan.
Peningkatan kualitas diperlukan dengan kecenderungan munculnya sistem utilitas dan peralatan
yang baru.
5.5.4.2 Manajer utilitas harus mencatat semua kebutuhan dan menyadari masalah keterbatasan
ruang lingkup yang berhubungan dengan ketentuan pemeliharaan, keselamatan dan persyaratan
teknis (contoh OSHA).
5.5.5
5.5.5.1 Masalah kualitas udara dalam ruangan berasal dari banyak sumber yang berbeda di
dalam fasilitas. Sumber ini dapat terkait dengan sistem bangunan, proses dan prosedur, praktek
manajemen, karyawan, dan pengaruh luar.
5.5.5.2 Bagian pemeliharaan biasanya memperoleh panggilan pertama yang berhubungan
dengan masalah ini, dan bagian ini mengikuti sistematik proses investigasi yang dibutuhkan.
5.5.6
5.5.6.1 Fasilitas perawatan kesehatan dapat rentan terhadap wabah Legionella. Bagian
pemeliharaan merupakan pertahanan baris depan terhadap masalah ini. ASHRAE
menyelenggarakan diskusi yang sangat baik dari masalah ini dan potensial solusinya.
5.5.6.2 Legionella adalah bakteri. Nama penyakit ini berasal dari wabah terkenal pada tahun
1976, di bahas pada Konvensi Legiun di Philadelphia Amerika Serikat, dan berkaitan dengan
sebuah menara pendingin. Legionella terjadi pada sumber-sumber air alami dan sistem air
perkotaan dalam konsentrasi rendah atau tidak terdeteksi.
5.5.6.3 Dalam kondisi tertentu konsentrasi dapat meningkat secara dramatis dalam proses yang
dinamakan amplification (penguatan). Kondisi amplification yang disukai termasuk :
(1)
(2)
(3)
(4)
biofilm;
(5)
keberadaan amuba.
(6)
5.5.6.4 Penularan ke manusia terjadi ketika air yang mengandung organisme ini dalam bentuk
tetesan aerosol terhirup (1 ~ 5 mikron) dan dihirup oleh pemilik rumah yang rentan. Infeksi pada
awalnya terjadi pada saluran pernapasan atas atau bawah. Risiko terbesar untuk orang tua,
mereka yang merokok, mereka yang memiliki penyakit paru-paru kronis dan mereka yang
mengalami imunosupresi.
5.5.6.5 Teknologi menjanjikan untuk peredaan Legionella atau mengendalikannya meliputi
pengobatan dengan klorin dioksida, chloramines, atau mengijeksikan ion tembaga-perak dalam
pasokan air domestik.
55
5.5.6.6 Telah lama diketahui bahwa menara pendingin merupakan penyebab potensial
Legionellosis. Rekomendasi yang merupakan kunci untuk meminimalkan risiko dari menara
pendingin mengaitkan permukaan yang bersih dan program biosida. Bantuan profesional dengan
pengobatan kimia dianjurkan.
5.5.6.7 Filtrasi mekanik harus dipertimbangkan untuk meminimalkan kekotoran (fouling). Drift
eliminator harus secara teratur diperiksa, dibersihkan dan diperbaiki sesuai kebutuhan.
5.5.6.8 Secara praktis untuk pilihan biocides digunakan untuk pengolahan air dalam rangka
menghindari berkembangnya jenis yang resistan dengan mikroba.
5.5.6.9 Direkomendasikan pergantian secara mingguan.
5.5.6.10 Menghentikan dan menjalankan menara pendingin memerlukan perhatian khusus. Ketika
sebuah sistem dimatikan selama lebih dari 3 (tiga) hari, pengeringan sistem keseluruhan untuk
membersihkan limbah dianjurkan.
Apabila tidak praktis untuk melakukannya, air yang diam harus diolah ulang dengan biosida
regimen sebelum menara pendingin tersebut dijalankan.
Sirkulasi air sampai 6 (enam) jam disarankan untuk sistem dengan pengeringan, dan untuk yang
tidak dikeringkan setelah penambahan biocide dan sebelum fan menara pendingin dioperasikan.
5.5.7
5.5.7.1 NIOSH merekomendasikan pemeriksaan suatu tabung asap arah aliran udara untuk
pemeriksaan kualitatif kalibrasi tekanan diferensial.
5.5.7.2 Jika sistem monitor tekanan terpasang, direkomendasikan kalibrasi kuantitatif dilakukan
pada jangka waktu tertentu untuk memastikan bahwa sistem ini akurat untuk memantau tekanan.
5.5.8
Tanggap pertama
5.5.8.1 Koordinasi untuk persiapan terjadinya penghentian tak terduga dan kegagalan sistem
adalah penting.
5.5.8.2 Perencanaan yang matang bagi mereka yang ada dan menangani bagaimana mereka
akan berkomunikasi dengan petugas perawatan kesehatan adalah penting.
5.5.8.3 Jalur keputusan manajemen harus didefinisikan secara jelas, dan kontigensi harus
dibangun untuk petugas yang absen
5.6
Konstruksi.
5.6.1
Umum
5.6.1.1 Banyak bagian pemeliharaan melakukan sendiri pekerjaan jasa konstruksi di bangunan
untuk renovasi atau proyek konstruksi baru.
5.6.1.2 Jika dikelola dengan baik, biasanya dapat memberikan konstruksi dengan biaya yang
lebih rendah dari kontraktor luar.
5.6.1.3 Bagian pemeliharaan memiliki keuntungan dengan memanfaatkan waktu menganggur
dan jika diperlukan mereka dapat bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain dalam waktu singkat.
5.6.1.4 Konstruksi dan fungsi pemeliharaan harus didefinisikan secara jelas dan terpisah. Selalu
ada bahaya bahwa pekerjaan konstruksi yang terlalu banyak dapat mengalihkan sumber daya
manusia dari fungsi bagian perawatan.
56
5.6.1.5 Penilaian risiko infeksi oleh kelompok kontrol infeksi fasilitas perawatan kesehatan harus
menjadi bagian intergral dari proses konstruksi. Bagian pemeliharaan selalu termasuk dalam
kelompok pengendalian infeksi pada pertemuan meninjau rencana dan pertemuan perhitungan
awal konstruksi.
5.6.1.6 Menugaskan perwakilan pemilik untuk semua proyek konstruksi sangat dianjurkan. Dalam
kebanyakan kasus, ini merupakan kunci untuk menentukan apakah pemilik uang mempunyai
cukup uang dan seberapa baik tim perancang/konstruksi melakukan tugasnya.
5.6.1.7 Wakil ini harus memahami konstruksi, perdagangan, harus memahami kontrak yang
diberikan, dan cukup fleksibel untuk bekerja menyelesaikan masalah koordinasi antara kontraktor
dan pemilik.
5.6.1.8 Waktu menganggur, kerja malam dan mencari peluang untuk kegiatan yang bising
(seperti memotong dan memalu) dikoordinasikan melalui wakil ini, yang mungkin juga bertanggung
jawab untuk pengelasan dan ijin kerja yang berhubungan dengan panas.
5.6.1.9 Suatu tim kecil dari departemen pemeliharaan bersama wakil pemilik dapat
mengidentifikasi masalah kinerja dan pemeliharaan sebelum langit-langit dan dinding yang tertutup
diinspeksi ditempat oleh kelompok pemelihara sangat dianjurkan. Pemeriksaan ini harus dikontrol
dan dijadwalkan oleh wakil pemilik atau kantor pemeliharaan.
5.6.2
Bagian pemeliharaan biasanya diminta untuk terlibat dalam meninjau proyek-proyek konstruksi
yang baru dan renovasi. Uraian berikut dapat membantu selama proses ini:
5.6.2.1 Ruang peralatan mekanikal dan elektrikal.
(1)
(2)
Ruang mekanikal.
(a)
(b)
Fitur ini praktis, minimal lokasi ruang mekanikal harus dapat meminimalkan gangguan
dari petugas pemeliharaan ke lantai medik.
(c)
Peralatan yang dipasang di atap secara umum harus dihindari untuk pemakaian pada
kondisi kritis karena akses biasanya sulit dan kondisi kerja yang tidak aman untuk
petugas pemeliharaan.
(b)
Namun demikian peralatan tata udara yang dipasang di atap adalah pilihan biaya yang
sangat efektif untuk klinik.
(c)
Juga fan buang (Exhaust fan), menara pendingin, dan peralatan pelepas kalor lainnya
sering ditempatkan di atap.
(d)
Setiap kali digunakan peralatan yang dipasang di atap, perlu disediakan jalan akses
untuk petugas yang tidak merusak atap, Sebuah tangga tetap dan atau catwalk harus
dipertimbangkan untuk setiap peralatan yang memerlukan akses untuk perawatan
(termasuk katup) dan tidak mudah diakses dari tangga portabel tinggi 6 ft (2 m).
57
(e)
(3)
(4)
Kabel dan kotak kontak untuk layanan listrik harus termasuk dan berada didekat
peralatan.
Tata letak ruang mekanikal harus mencakup ruang yang cukup untuk akses ke
peralatan untuk pengoperasian, pemeliharaan dan termasuk catwalk permanen atau
tangga untuk akses ke peralatan yang tidak dapat dijangkau dari lantai.
(b)
(5)
(6)
(7)
58
Sarana yang aman dan praktis dari akses petugas harus disediakan. Jarak minimum 2
ft (0,6 m) dari peralatan mekanikal umumnya dibutuhkan pada semua titik layanan ke
peralatan mekanikal untuk akses petugas dan ruang kerja.
(b)
Ruangan yang lebih besar mungkin dibutuhkan untuk peralatan khusus dan pekerjaan
pemeliharaan. Selama tinjauan, kemampuan kebutuhan layanan peralatan untuk ruang
peralatan mekanikal, koridor, ruang berpenghuni, dinding belakang, langit-langit atas,
dan/atau ditanam dalam tanah harus diperiksa.
Jika air sejuk, air hangat, atau generator uap diletakkan dalam bangunan energi
terpisah di luar untuk fasilitas primer, pemasangan jalur utilitas penghubung dalam
terowongan atau ruang tertutup yang mudak diakses lain untuk menyediakan akses
pemeliharaan dan pemeriksaan dan proteksi dari unsur-unsur yang sangat tidak
diinginkan.
(b)
(c)
Aksesibilitas yang aman dan nyaman penting untuk unsur-unsur yang memerlukan
pemeriksaan berkala atau layanan, termasuk katup isolasi, perangkap pengering
kondensate, pompa pengering dan fan ventilasi.
Menara pendingin.
(a)
(b)
Tentukan jarak terdekat masukan (intake) dari alat pengkondisian udara. Jangan
menerima angin yang terlalu kuat, cukup beralasan jika terlalu dekat untuk
dipindahkan.
(c)
Baki baja tahan karat disarankan untuk umur pakai yang panjang dan membantu
menghambat pertumbuhan mikrobial.
(8)
(9)
(d)
(e)
Lihat perbedaan pilihan untuk bak pemanas, termasuk kontrol untuk pemanas. Hatihati menara pendingin tidak berjalan sepanjang tahun.
(b)
Pipa yang kotor menciptakan biaya energi dan dapat menyebabkan effisiensi sistem
lebih rendah dan menimbulkan ketidak nyamanan pada penghuni. Pengolahan air
yang tidak benar pada sisi air kondenser dapat menyebabkan air yang berlebihan
tumpah dan terbuang.
(c)
(d)
Label uji ditempatkan di lokasi-lokasi strategis harus dilakukan dan diperiksa secara
rutin.
(e)
Pemasukan zat kimia harus terletak di daerah yang mudah diakses dan dapat dicuci.
Panci unit pengkondisian udara harus diperlakukan secara teratur dengan tablet
biocida. Produk dengan wadah drum beratnya 60 lbs (28 kg), berarti untuk itu
diperlukan alat menggerakkan dan mengangkatnya.
Koil pendingin.
(a)
Ketebalan koil tidak boleh melebihi 6 (enam) baris untuk memudahkan pembersihan.
Koil dengan fin (sirip) yang lebih halus dari 14 fin per inci semakin sulit untuk
dibersihkan dengan pembersih koil. Pembersih ini biasanya diterapkan pada sisi hulu
dari koil dan diizinkan untuk menembus ke dalam deretan koil.
(b)
(c)
Bila koil lebih dari 6 (enam) baris yang digunakan untuk efek dehumidifier, koil dapat
dipisahkan menjadi unit 4 atau 6 baris dengan akses yang disediakan untuk muka koil
baik dari hulu dan hilir. Biasanya ruang antara setebal 24 inci (610 mm) cukup
memadai.
Proteksi terhadap pembekuan adalah fitur yang sangat penting. Anti beku dirancang
untuk melindungi peralatan pengkondisian udara dan koil dari pembekuan. Jika sistem
ini tidak dirancang dan dipasang dengan benar, peralatan pengkondisian udara akan
sering trip (mati) dan berhenti.
59
(b)
Gangguan trip menyebabkan kehilangan kontrol aliran udara dan juga bisa menjadi
bahaya keselamatan. Banyak petugas pemelihara berupaya untuk mengimbangi
situasi ini dengan meningkatkan temperatur udara suplai. Temperatur tinggi yang
dihasilkan akan menyebabkan kesulitan dalam menyediakan pendinginan.
Untuk fasilitasi pemecahan masalah atau balansing sistem di masa depan, periksa alat
ukur dan damper balansing pada semua peralatan tata udara.
(b)
Termasuk lubang untuk mengukur temperatur dan tekanan atau alat pada sambungan
inlet dan outlet ke semua koil, serta katup balansing. Kelengkapan untuk mengukur
aliran dan lubang ukur temperatur atau alat pada bermacam-macam lokasi pada unit
pengolah udara. Lubang tekanan atau alat ukur arah hulu dan arah hilir dari fan dan
lubang untuk melintasi pitot dan aliran udara harus disediakan.
(c)
Untuk fasilitas balansing ulang secara periodik atau modifikasi kedepan, damper
balansing manual harus disediakan pada semua cabang ducting, dan diletakkan
sejauh mungkin ke hulu dari fixture terminal (diffuser, register), sebagai cara untuk
mengurangi kebisingan udara yang dihasilkan.
(b)
60
(a)
Meskipun masalah ini mungkin menjadi bagian dari komisioning, penting untuk
menyatakan kembali bahwa pengujian yang dilakukan untuk memastikan bahwa
sistem pengendalian asap beroperasi seperti yang diinginkan.
(b)
Bagian pertama dari pengujian meliputi aspek-aspek fungsional dari sistem yang
melibatkan dua area.
(c)
Pertama, sistem proteksi pasif (kelengkapan dan integritas dari konstruksi tahan api,
penyetop api, pintu tahan api, dan lain-lain) harus dievaluasi.
(d)
Kemudian sub sistem harus diuji sejauh mana mereka dapat mempengaruhi operasi
dari sistem pengendalian asap :
1)
2)
3)
Peralatan listrik.
4)
5)
6)
7)
8)
9)
(e)
Bagian kedua, pengujian serah terima adalah pengujian berorientasi pada kinerja.
Bagian dari pengujian ini adalah apakah seluruh sistem telah memenuhi kinerja sistem
sesuai seluruh mode yang disyaratkan.
(f)
(g)
Selain itu ANSI/NFPA 92B dan 92B berisi pedoman teknis untuk pengujian.
(h)
(i)
Pengujian dan pemeliharaan berkala sangat penting untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian asap bekerja sebagaimana dimaksud dalam skenario api. Komponen
termasuk perangkat menginisiasi (initiate), fan, damper, kontrol dan pintu-pintu harus
diuji secara terjadwal.
(j)
2)
ANSI/NFPA 93B, 2000, Guide for smoke management system in Malls, Atria, and
Large Area, National Fire Protection Association, Quincy, MA.
(b)
Operasi ini membutuhkan sambungan lebur (fusible link). Setelah sambungan (link)
dilepas, pegas damper harus segera jatuh. Gerakkan kembali damper pada posisinya,
biasanya agak sulit dan memerlukan dua orang.
(c)
Oleh karena itu, akses ke panel harus dipasang pada setiap sisi dari sebuah damper
api. Biasanya satu orang memegang satu sisi damper dan bersama-sama mereka
mendorong damper kembali ke posisi semula menggunakan kayu atau tuas serupa,
kemudian sambungan lebur dipasang kembali. Ini cukup sulit dan membutuhkan
tenaga kerja secara intensif.
61
(d)
Upaya meminimalkan jumlah damper api dan damper asap melalui proses
perancangan. Tunjukkan dan lengkapi akses di kedua sisi damper bila memungkinkan.
Memisahkan sambungan pada ducting yang tegak umumnya diabaikan untuk akses.
Pintu akses yang memadai harus disediakan untuk saf utilitas.
Sebelum memulai suatu proyek pembersihan ducting, hati-hati menyelidiki biaya dan
manfaat terhadap risikonya. Konsultasikan kebersihan dan kirimkan sampel dari bahan
yang menempel pada ducting ke laboratorium untuk dianalisa.
(b)
(18) Pompa-pompa.
(a)
Ada beberapa konfigurasi untuk pompa: end suction, vertical split case, vertical inline,
dan lain-lain. Keterbatasan ruang, biaya, tata letak ruang mekanikal, dan effisiensi
pompa menentukan semua konfigurasi.
(b)
Pompa dilengkapi lubang tekanan dan katup untuk pancingan air sehingga petugas
pemelihara dapat memeriksa kinerja pompa.
(c)
Lakukan pelatihan bagi petugas perawatan untuk setiap jenis pompa. Jika motor listrik
penggerak pompa sangat besar (lebih dari 15 HP = 11kW) dan pompa dipasang,
lengkapi balok atau sistem rel untuk memindahkan barang-barang yang berat masuk
atau keluar dari ruang mekanikal.
(b)
Pipa bypass dengan meter aliran adalah pilihan yang baik dan menghemat sejumlah
besar air untuk pengujian sistem, karena pengujian sistem di rumah sakit harus
dilakukan setiap minggu.
62
(a)
(b)
Knalpot mesin diesel di permukaan tanah hampir selalu menjadi masalah terutama
bau. Letakkan knalpot diesel di atap bila memungkinkan. Louver (kisi-kisi) pendingin
harus ditempatkan di area bebas yang direkomendasikan oleh manufaktur.
(c)
(b)
Hal ini tidak jarang menemukan bahwa penyimpanan bahan bakar tidak cukup untuk
menjalankan kebutuhan daya bangunan untuk periode yang lebih panjang.
(c)
Lokasi yang tidak tepat kisi-kisi (louver) udara luar di dekat sumber kontaminasi dapat
menyebabkan masalah kualitas udara dalam ruang.
(b)
Jangan biarkan arsitek untuk menempatkan kisi-kisi udara segar di dekat dok bongkar
muat. Demikian pula, jangan biarkan arsitek menempatkan kisi-kisi udara segar di
dekat diesel generator. Gas buang diesel terdeteksi oleh manusia dalam konsentrasi
rendah 6 ppm .
(c)
Pompa vakum medik banyak digunakan. Tentukan lokasi aman untuk pelepasan dari
vakum medik yang biasanya selalu diabaikan.
Kualitas unit pemanas air terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi bahan tahan panas
dengan lapisan kaca yang effisien.
(b)
Alat ukur temperatur dan tekanan harus dipasang pada inlet dan outlet dari unit
pemanas air. Aliran air harus benar dan seimbang. Ventilasi harus menjadi perhatian
pada unit yang menggunakan bahan bakar gas. Unit yang berbahan bakar gas harus
tidak berada satu ruang dengan peralatan refrigerasi.
(25) Redudansi.
(a)
Beberapa layanan listrik dan sistem tata udara di rumah sakit direkomendasikan
menggunakan 100% redudansi.
(b)
Pada saat yang sama, ruang untuk pengembangan kedepan diperlukan karena
perkembangan tidak dapat dihindari.
(c)
63
(d)
Sistem melingkar (loop) dapat digunakan secara efektif untuk gas dan cairan. Perlu
diperiksa persyaratan yang berlaku dan juga biayanya.
(26) Katup-katup.
(a)
Jumlah katup tidak pernah cukup. Marilah kita lihat pernyataan yang mengatakan
bahwa katup jarang di tempatkan di lokasi yang tepat untuk mengisolasi peralatan
untuk kebutuhan pemeliharaan.
(b)
Katup lebih murah dibandingkan dengan penggantiannya. Katup stop darurat (atau
penutup jalur darurat) biasanya lebih mahal 100 kali daripada katup di lokasi yang
sama. Hal ini tipikal untuk menyediakan sebuah katup antara setiap bagian dari
peralatan pada loop atau header tetapi hampir tidak pernah pada header.
(b)
Peryaratan yang pertama dibuat pada tahun 1947 di bawah undang-undang HillBurton. Setelah 50 tahun lebih sejak itu, persyaratan telah dimodifikasi sesuai teknologi
saat ini untuk filtrasi dan pengendalian pencemaran mikroba.
(c)
Guidelines for the Design and Construction of Hospitals and Health Care Facilities (AIA
2001) menerbitkan persyaratan untuk tingkat minimum effisiensi filtrasi udara.
Persyaratakan juga mendefinisikan filtrasi oleh area dan catatan tambahan seperti
pertukaran udara yang dibutuhkan per jam, temperatur yang direkomendasikan,
kelembaban relatif yang dianjurkan dan tekanan relatif ruang terhadap seluruh fasilitas.
64
(d)
Sistem tata udara untuk fasilitas medis yang tidak umum direkomendasikan
menggunakan 2 buah filter, salah satu ditempatkan di hulu dari koil dan lainnya di
kelompok hilir pada akhir dari koil.
(e)
(f)
Dalam ruang transplantasi ortopedi, transplantasi sumsum tulang belakang dan organ
dan ruang pemulihan, tahap penyaringan tambahan HEPA dianjurkan pada outlet
udara. Filter HEPA juga direkomendasikan untuk ruang isolasi TB dimana resirkulasi
digunakan untuk mempertahankan persyaratan pergantian udara yang tinggi atau
dimana 100% di buang keluar tidak mungkin.
(g)
(h)
Apabila kantong filter runtuh selama pemeliharaan normal alat pengolah udara, partikel
debu pada permukaan luar dari media filter dilepaskan ke aliran udara. Filter kaku
secara alamiah tidak mempunyai masalah ini. Biasanya filter arang digunakan untuk
mengendalikan bau dari sumber eksternal seperti knalpot diesel. Arang aktif juga dapat
digunakan untuk mengendalikan bau dalam sistem pasokan udara dimana diperlukan
dalam fasilitas perawatan medis.
(i)
Effisiensi terdaftar sebagai effisien debu setempat karena dinilai di bawah standar
ASHRAE 52, 1-992. Sebagai standar ASHRAE 52.2 (yang berkaitan dengan pengujian
filter berdasarkan pada ukuran partikel dibandingkan effisiensi) menjadi metodologi
umum, filter untuk aplikasi khusus akan memiliki nilai peringkat effisiensi minimum
(MERVs) dari MERV 7 sebelum koil dan MERV 14 sebagai akhir atau filter sekunder.
(j)
Selain itu, pedoman AIA merekomendasikan lokasi inlet udara dan outlet udara yang
disyaratkan.
(k)
Inlet udara luar harus diletakkan sejauh mungkin di atas tanah pada ketinggian
minimum 6 ft (1,8 m). Ketinggian inlet di atas atap sekurang-kurangnya 3 ft (0,9 m) di
atas atap.
(l)
Inlet udara dari luar juga harus sekurang-kurangnya 25 ft (7,6 m) dari knalpot atau
peralatan pembakaran (venting). Suplai udara ke ruangan harus diletakkan pada atau
dekat ketinggian langit-langit.
(b)
5.6.2
Frekuensi penggantian filter adalah fungsi biaya penggantian filter, kurva fan
pengkondisian udara, biaya listrik lokal, biaya tenaga kerja, dan tekanan statik
terminal dari filter yang digunakan.
2)
Seiring dengan peningkatan tekanan statik, biaya menjalankan unit fan juga
meningkat. Biaya harus diukur terhadap biaya tenaga kerja dan biaya material
penggantian filter. Beban optimal untuk jenis filter tertentu tersedia dari
manufaktur filter.
HEPA.
1)
Membuka kantong dan menutup kantong rumah filter dan filter harus dilakukan
oleh teknisi yang terlatih dan bersertifikat dalam pengendalian infeksi dan teknik
membuka dan menutup rumah filter dan sekat yang digunakan.
2)
5.6.2.1 Konstruksi jalur cepat tampaknya menjadi norma dan bukan pengecualian, dalam dunia
konstruksi saat ini, bagian pemeliharaan lebih sering diminta untuk menerima proyek yang belum
selesai sebelum pengguna mulai bergerak masuk.
5.6.2.2 Kadang-kadang terjadi kebingungan mengenai tanggal dimana pemilik sebenarnya
mengambil alih kepemilikan gedung, kapan perawatan dimulai dan kapan periode garansi yang
diberikan kontraktor berakhir.
5.6.2.3 Jika keputusan untuk awal bangunan dibuat, pemilik harus meninjau konsekuensi dan
pengaturan kontrak dengan kontraktor dan mendengarkan masukan-masukan dari tim perencana.
5.6.2.4 Proyek bertahap sangat sulit untuk diselesaikan. Sebuah kontrak harus menguraikan
secara jelas apa yang akan diselesaikan pada akhir setiap tahap.
5.6.2.5 Proyek bertahap dapat berjalan selama bertahun-tahun, sehingga perlu gambar-gambar
telah terpasang (as built drawing), manual operasi dan pemeliharaan, dan bahan cadangan untuk
setiap tahapan disampaikan kepada pemilik sebagai penyelesaian dari masing-masing tahapan.
5.6.2.6 Akhirnya dengan mempertahankan kepentingan perusahaan dalam membangun akan
meningkatkan kepercayaan pemilik, antara lain dengan melakukan inspeksi perdagangan, saran
operasional, pemeriksaan peralatan dan bahan yang dibeli untuk proyek.
65
5.7
Pertimbangan Pemeliharaan
Udara/Peralatan.
Khusus
untuk
sistem
Tata
Deskripsi berikut diberikan sebagai pertimbangan pemeliharaan khusus untuk peralatan perawatan
kesehatan dan sistem.
5.7.1
5.7.1.1 Setiap unit fan koil dengan suatu koil pendingin mempunyai nampan pengering (drain
pan) yang dapat menjadi reservoir untuk pertumbuhan mikrobial.
5.7.1.2 Inspeksi periodik dari nampan kondensat penting untuk mencegah berhentinya aliran dan
dapat menyebabkan bahan disekitarnya menjadi basah, dengan demikian menciptakan tambahan
luas untuk amplikasi mikrobial.
Karena unit ini secara tipikal diletakkan didalam ruangan yang dilayani, petugas pemeliharaan
membutuhkan akses untuk area yang dihuni.
5.7.2
Unit ini juga membutuhkan pembersihkan yang sering untuk meminimalkan pengumpulan debu
dan puing-puing. Peralatan ini juga membutuhkan akses untuk area yang dihuni.
5.7.3
Daya listrik terminal unit membutuhkan inspeksi dan pemeliharaan. Akses ke filter dibutuhkan. Unit
ini mempunyai fan motor dan fan yang mungkin membutuhkan penggantian. Ventilasi udara
terpisah dan masukan udara primer mungkin disediakan dan sebaiknya secara periodik diperiksa.
5.7.4
Suatu contoh dari tipe sistem ini adalah sistem aliran laminer dalam kamar operasi orthopedik atau
unit resirkulasi filter HEPA untuk unit transplantasi sumsun tulang. Ini dapat disediakan dengan
filter yang membutuhkan penggantian, seperti sebuah motor yang mungkin membutuhkan service
periodik atau penggantian.
5.8
Komisioning Bangunan.
5.8.1
Komisioning adalah proses yang difokuskan pada kualitas yang dicapai, pengesahan dan
mendokumentasikan bahwa fasilitas yang direncanakan, dirancang, dipasang, diuji dan mampu
dioperasikan dan dipelihara untuk melakukan sesuatu sesuai dengan maksud perancangan.
5.8.2
Proses komisioning meluas melalui semua tahapan dari suatu proyek yang baru atau
renovasi ke hunian dan pengoperasian, dan telah diperiksa pada setiap tahap proses untuk
menjamin keabsahan kinerja untuk memenuhi persyaratan rancangan dari pemilik.
5.8.3
(1)
Untuk membuktikan dan menyusun dokumen dokumentasi yang menyatakan bahwa kinerja
fasilitas dan sistem telah memenuhi syarat seperti yang diminta pemilik.
(2)
(3)
Untuk membuktikan dan melaporkan bahwa kinerja sistem di dalam bangunan telah
memenuhi maksud perancangan.
66
5.8.4
Partisipasi aktif dan berkelanjutan petugas pemeliharaan dan operasi dalam proses
komisioning sangat penting untuk keberhasilannya.
5.9
5.9.1
Bagian pemeliharaan bertanggung jawab untuk penyusunan anggaran kegiatan
peningkatan infrastruktur fasilitas. Perhatian harus dibayar untuk mengakses kebutuhan fasilitas
untuk perkembangan di masa depan seperti yang disajikan dalam anggaran modal.
5.9.2
Bagian pemeliharaan juga meminta dana untuk memperbaiki dan/atau mengganti barangbarang mekanik dan listrik yang harus diganti secara teratur.
5.9.3
5.9.4
Misalnya penggantian pada unit transplantasi tulang belakang memerlukan pasien
dipindahkan ke area lain dan mengembalikannya lagi.
5.9.5
Ini jenis biaya sekunder yang sering diabaikan, tetapi mereka harus disertakan pada saat
penganggaran.
67
BAB VI
PENUTUP
(1)
Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola rumah
sakit, penyedia jasa konstruksi, Dinas Kesehatan Daerah, dan instansi yang terkait dengan
pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan rumah sakit dalam prasarana
sistem tata udara, guna menjamin kesehatan dan kenyamanan rumah sakit dan
lingkungannya.
(2)
Ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik atau yang bersifat alternatif serta penyesuaian
pedoman teknis prasarana sistem tata udara oleh masing-masing daerah disesuaikan
dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
(3)
68
LAMPIRAN
LAMPIRAN - 1
PERGERAKAN UDARA DAN PERBEDAAN TEKANAN
L1.1
L1.1.1. Pergerakan udara harus diusahakan untuk meminimalkan sumber penyakit agar tidak
menyebar ke udara (airborne) yang memperbesar kemungkinan terjadinya penularan diantara
pasien, tenaga medis dan pengunjung.
69
Gambar L1.1.2a
a - Mengurrangi mikro
oorganisme
e yang menyebar
Gamb
bar L1.1.2b - Aliran lam
miner, memb
batasi konta
aminasi mikkroorganism
me yang menyebar
T
A
Antar
Ru
uang.
L1.2. Tekanan
T
Tabel
L1.2.1 Contoh
h gerakan udara dan
n presurisa
asi
Ukuran
pintu
Kondisi
41,,2 m x 1,8 m
30%
terbuka
60%
terbuka
Luas
bukaan
0,67
1,33
(m2)
Tekanan
statik
15,625 15,625
(inch.W.G))
Q (CFM)
7344
14688
1/16 ko
olom air = 0,0625
Ukuran
pintu
Kondisi
30%
terbuka
60%
terbuka
Ke
edua pintu
1
100%
te
erbuka
0%
30
terb
buka
%
60%
terbuk
ka
100%
terbuka
30%
terbuka
60%
terbuka
100%
terrbuka
2,22
1,53
3,11
5,18
2,22
4,26
4,63
4
15,625
15,625
15,62
25
15,625
15,625
15,625
15
5,625
2
24480
171
136
34272
57120
24480
48960
81600
4 ft x 6 ft
Luas
bukaan
7,2
14,4
(ft2)
Tekanan
statik
0,0625 0,0625
(inch.W.G))
Q (CFM)
4320
8640
1/16 ko
olom air = 0,0625
70
2,1 m x 2,4
2 m
7 ft x 8 ft
Ke
edua pintu
1
100%
te
erbuka
0%
30
terb
buka
%
60%
terbuk
ka
100%
terbuka
30%
terbuka
60%
terbuka
100%
terrbuka
24
16
6,5
33,6
6
56
24
46
50
0
0,0625
0,0625
0,062
25
0,0625
0,0625
0,0625
0,0625
1
14400
100
080
20160
33600
14400
28800
48
8000
L1.2.1 Perbedaan tekanan antar ruang fungsi tertentu dengan ruang disebelahnya harus
direncanakan dengan benar untuk menghindari adanya migrasi dari sumber penyakit atau bahanbahan berbahaya yang dapat dihirup oleh pengunjung rumah sakit lainnya, mencegah infiltrasi
udara yang kurang bersih ke dalam ruangan yang lebih bersih, sehingga diusahakan ruangan lebih
bersih, tekanan udaranya juga lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan kurang bersih.
Tabel L1.2.1 dan gambar L1.2.1 menunjukkan contoh gerakan udara dan presurisasi dari ruanganruangan yang bersebelahan.
Pada gambar L2.1.1 dan tabel L2.1.1 menunjukkan gerakan udara dan presurisasi
Gambar L1.2.1 Perbedaan tekanan udara antara ruangan dengan ruangan sebelahnya.
L1.2.2 Tekanan positip diruang tertentu direncanakan agar sumber penyakit dari luar ruangan
tidak masuk/infitrasi ke dalam ruangan tersebut yang di dalamnya terdapat pasien dalam keadaan
darurat, atau dengan luka terbuka.
L1.2.3. Ruang dengan tekanan negatif diperlukan agar pasien yang mempunyai penyakit menular
dan berbahaya tidak membahayakan pengunjung dan pasien yang lain.
71
x Tekanan positif
x Tanpa asap dan zat bio
x Tanpa dibutuhkan
penghalang / penahanan
x Tekanan negatif
x Ada kontaminasi dari
asap dan zat bio
x Dibutuhkan
penghalang/penahan
x Tekanan negatif
x Ada kontaminasi dari
asap dan zat bio
x Dibutuhkan
penghalang/penahan
x Tekanan negatif
x Ada asap beracun atau
zat bio yang berbahaya
atau mempunyai potensi
gabungan unsur
x Dibutuhkan
penghalang/penahan
x Proteksi petugas
dibutuhkan
Pemilihan
airlock
Cascading
Bubble
Sink
(Dual
Compartment)
Kompartemen
ganda
Fungsi airlock
x Mencegah ruang bersih
terkontaminasi dari udara luar
yang kotor
x Mencegah udara bersih
terkontaminasi dari ruang
sekelilingnya melalui retakan
Ruang bersih + + +
Airlock
++
Koridor
+
Ruang bersih
Airlock
++
Koridor
+
Udara bersih
Airlock negatif
Airlock positif + +
Koridor
72
Hubungan tekanan
relatif
Ruang bersih
Airlock
Koridor
+
LAMPIRAN 2
PENGUKURAN, PENGUJIAN, PENGOPERASIAN DAN
PEMELIHARAAN SISTEM TATA UDARA
L2.1. Pengukuran
L2.1.1. Tidak semua Rumah Sakit yang telah berdiri sebelum standar ini diberlakukan telah
direncanakan dengan pertimbangan akan dilakukan pengukuran pemakaian energi di kemudian
hari. Oleh karena itu, pengukuran energi dan pengukuran beban pendingin perlu dilakukan dengan
tidak mengorbankan ketelitian dan kebenaran prinsip pengukuran.
L2.1.2. Berikut ini adalah petunjuk untuk sistem tata udara yang umum digunakan pada gedung:
(1)
Pengukuran untuk menghitung COP dilakukan pada mesin refrigerasi. Untuk mesin
refrigerasi yang evaporatornya menghasilkan air sejuk (chilled water), dilakukan pengukuran
kapasitas pendingin pada sisi air sejuk. Sedang untuk mesin refrigerasi yang evaporatornya
menghasilkan udara sejuk dilakukan pada sisi udara. Daya listrik yang dipakai mesin
refrigerasi untuk perhitungan COP adalah daya kompresor saja.
(2)
(3)
Dalam beberapa kondisi dapat dilakukan pengukuran tidak langsung. Misalnya apabila
sistem tata udara atau peralatannya relatif masih baru, diharapkan peralatan tersebut masih
bekerja sesuai dengan karakteristik yang dijamin pabriknya. Dengan demikian misalnya
pada pompa air dapat diukur beda tekanan sisi masuk dan keluar pompa, diukur kecepatan
putarnya, dan kemudian membaca besarnya laju aliran air pada kurva karakteristik yang
diterbitkan oleh pabrik pompa tersebut. Prinsip yang sama dapat dilakukan pula kepada fan
yang karakteristiknya diketahui dari pabrik pembuatnya dan kondisinya relatif masih baru,
sehingga dapat dianggap masih beroperasi mengikuti kurva karakteristik tersebut.
(4).
Seluruh analisa energi bertumpu pada hasil pengukuran, sehingga semua hasil pengukuran
harus dapat diandalkan dan mempunyai kesalahan (error) yang masih dapat diterima. Oleh
karena itu penting untuk menjamin bahwa alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan
telah dikalibrasi dalam batas waktu sesuai ketentuan yang berlaku. Kalibrasi harus dilakukan
oleh pihak yang diberi wewenang hukum untuk itu.
L2.2. Pengujian
L2.2.1. Prosedur pengukuran berbagai besaran harus mengikuti ketentuan yang relevan terutama
dalam SNI 05-3052-1992 Cara Uji Unit Pengkondisian Udara, khususnya mengenai pengukuran
temperatur, kecepatan aliran udara dalam duct, laju aliran air sejuk dalam pipa.
L2.2.2. Pengujian effisiensi dapat dilakukan pada sesuatu sub sistem atau sesuatu peralatan
dalam sistem tata udara, untuk memeriksa apakah sub sistem atau peralatan tersebut masih
bekerja dengan effisiensi yang dijamin pabrik. Kalau hasil pengujian menunjukkan effisiensinya
telah berkurang cukup besar, perlu diperiksa untuk mencari kemungkinan perbaikan atau
modifikasi agar dapat diperoleh effisiensi yang lebih baik.
73
L2.3.
Pengoperasian
Jangka waktu operasi mesin refrigerasi dapat dikurangi, misalnya dengan memanfaatkan
besarnya masa air sejuk yang berfungsi sebagai semacam penyimpan energi dingin.
(2)
Selain jangka waktu beban parsial perlu dicari kombinasi operasi unit jamak (multiple units)
yang akan menuntut masukan energi yang paling rendah (multi chiller, atau multi
compressor pada satu chiller).
(3)
Dengan memperhatikan karakteristik pompa distribusi air sejuk, dicari setting laju aliran air
keluar chiller minimum yang masih diijinkan sesuai ketentuan pabrik pembuat chiller,
sekaligus dengan memperhatikan rentang kenaikan suhu dalam chiller.
Pada sistem tata udara dengan air sejuk, perlu dicari upaya agar laju aliran air sejuk minimal,
kalau pompa distribusi air sejuk menunjukkan karakteristik daya masukan rendah pada laju
aliran air rendah.
(2)
Secara umum. infiltrasi udara luar perlu dicegah karena akan sulit mengendalikan kondisi
ruang sesuai yang direncanakan.
Menaikkan setting temperatur ruang sampai batas maksimum yang masih berada di dalam
zona nyaman (comfort zone).
(2)
Berdasarkan rekaman pemakaian energi dicari jam pengoperasian AHU dan FCU yang
paling hemat energi.
(3)
Beban dalam ruangan yang dapat dimatikan tanpa mengganggu fungsi ruangan merupakan
salah satu peluang penghematan energi yang paling mudah, misalnya mematikan lampu
pada zona eksterior siang hari jika pencahayaan alami sudah cukup memadai.
L2.4. Pemeliharaan.
L2.4.1. Umum
L2.4.1.1 Pemeliharaan Sistem Tata Udara yang dimaksud adalah kegiatan yang berkaitan dengan
upaya untuk mempertahankan kinerja mesin berikut komponennya agar dapat beroperasi secara
aman dan tidak mengganggu keselamatan kerja dan kenyamanan penghuni gedung.
L2.4.1.2 Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan yang terencana dan terjadwal dapat mengurangi
kerusakan mesin serta dapat mempertahankan umur mesin sesuai dengan ketentuan pabrik.
L2.4.1.3 Sebelum pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, diperlukan informasi lengkap tentang
(1)
Gambar sistem Tata Udara lengkap dengan data-data teknis, petunjuk operasi mesin dan
petunjuk pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat mesin pendingin.
(2)
Dokumen sejarah operasi mesin dan komponennya yang berisi keterangan tentang
(3)
(4)
Jenis kerusakan dan penggantian komponen yang pernah dilakukan sebelumnya serta
penyebab kerusakan yang dialami.
74
(5)
Pembersihan/pencucian/penggantian filter udara di Air Handling Unit (AHU) dan atau Fan
Coil Unit (FCU) di tiap lantai.
(2)
Pembersih/pencucian cooling coil di Air Handling Unit dan atau Fan Coil Unit di tiap lantai
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Pemeriksaan/penambahan refrijeran.
(b)
(c)
(2)
(3)
(4)
(5)
75
L2.4.4.1 Bearing
(1)
(2)
Pada saat mulai dioperasikan temperatur bearing akan naik akibat gesekan, namun
beberapa saat kemudian akan kembali normal.
(3)
Pemeriksaan/pelumasan/penggantian bearing.
L2.4.4.2 Motor
(1)
(2)
Pemeriksaan/perbaikan terhadap arus listrik yang tidak sesuai dengan data name plate atau
dari brosur.
(3)
Pemeriksaan/perbaikan coupling
(4)
L2.4.4.3 V-belt
(1)
(2)
L2.4.4.4 Pompa
(1)
(2)
Pemeriksaan/perbaikan terhadap arus listrik yang tidak sesuai dengan data name Plate atau
dari brosur
(3)
(4)
Pemeriksaan/perbaikan kebocoran
(5)
Pemeriksaan/pembersihan kotoran yang terbawa oleh air dan mengendap di rumah pompa
(6)
Pemeriksaan/pembersihan karat
(7)
(8)
Ventilasi :
AHU, Cooling, Dehumidification, Sound Attenuation, Louver Flaps
(2)
76
Mesin refrigerasi
Sistem Kendali :
Switching Circuit, Indicator, Safety Equipment,
(4)
Fungsi Dari : Ventilasi and Control, Refrigeration, Condensing Unit, Chilled Water System.
(2)
(b)
(c)
Inlet/outlet air :
Pemeriksaan/perbaikan/penyetelan grille/diffuser tiap titik lokasi
(2)
(3)
(4)
(5)
Isolasi duct
(2)
(3)
Flexible duct
(4)
Vibration damper
(5)
77
Tabel - L2.
DAFTAR SIMAK
PERAWATAN RUTIN MESIN-MESIN TATA UDARA (TIPIKAL)
No
Frekuensi
D
12
26
52
a.
b.
Motor listrik
9
a.
b.
1
0
b.
c.
1
1
78
LAMPIRAN 3
CONTOH SISTEM TATA UDARA PADA RUANG BEDAH - 1
79
80
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab
Ir. Azizah.
IAFBI/PII
Prof.DR.Ir. RM Soegijanto,
Anggota
IAFBI/PII/ITB
Anggota
IAFBI/PII/ITB
Anggota
ITB
Anggota
ITB
Anggota
IAFBI/UI
Anggota
IAFBI
10
Ramadhona, ST
Anggota
Penjelasan :
IAFBI = Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia.
PII
ITB
UI
= Universitas Indonesia.
81
KEPUSTAKAAN
(1)
(2)
ASHRAE, HVAC Design Manual for Hospitals and Clinics, 2003, Chapter 14 Operation and
Maintenance.
82
KATA PENGANTAR
Indonesia, letak geografi berada pada lempeng samudra hindia australia. Sehingga dampak
negatif yang bisa terjadi adalah patahnya lempengan tersebut akibat pergeseran lapisan bumi
yang disebut dengan istilah sesar. Akibat terjadinya patahan ini terjadilah bencana gempa, atau
yang lebih dahsyat lagi disebut dengan tsunami.
Indonesia, terdiri dari banyak gunung-gunung yang masih aktif, dimana sewaktu waktu dapat
meletus dan akibat bencana ini mengancam jiwa terhadap manusia dan kerugian harta benda.
Indonesia, terutama di kota-kota besarnya mempunyai sistem drainase yang kurang memadai,
sehingga dengan terjadinya hujan lebat berdampak pada bencana banjir.
Kecerobohan manusia disertai bangunan dan prasarana yang kurang atau tidak memadai sesuai
ketentuan yang berlaku juga dapat mengakibatkan terjadinya bencana kebakaran.
Empat kondisi tersebut di atas merupakan bentuk kondisi bencana dan situasi darurat yang harus
dihadapi rumah sakit.
Rumah Sakit harus tetap kokoh berdiri dengan aman terhadap bentuk bencana apapun yang
terjadi, dan rumah sakit harus tetap mampu melayani masyarakat dalam bidang kesehatan.
Untuk memberikan arahan terhadap pembangunan rumah sakit yang aman terhadap bencana dan
kondisi darurat, Kementerian Kesehatan menyusun buku Pedoman Teknis Bangunan Rumah
Sakit yang aman dalam situasi darurat dan bencana, dengan harapan dapat menjadi pedoman
untuk pembangunan rumah sakit yang berada di daerah rawan bencana.
Buku Pedoman teknis ini juga merupakan salah satu petunjuk pelaksanaan dari sub bagian dari
pasal 11 ayat (g) tentang petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat
pada Persyaratan Teknis Prasarana Rumah Sakit, yang merupakan turunan dari UndangUndang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Buku pedoman teknis ini merupakan bentuk adopsi modifikasi dari buku Safe Hospitals in
Emergencies and Disasters, Structural, Non Structural and Function Indicators, yang diterbitkan
oleh World Health Organization Regional Office for the Western Pacific 2009, bersama Europian
Commision.
Dengan diterbitkannya buku ini semoga bermanfaat bagi pembacanya.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
iii
v
BAB I
KETENTUAN UMUM
1.1 Latar Belakang
1.2 Penilaian Kelemahan Bangunan Rumah Sakit
1.3 Sasaran Pengguna
1.4 Tujuan
1.5 Bangunan Menggunakan Pedoman Teknis Ini
1.6 Ruang Lingkup
1
1
1
1
1
2
2
BAB II
3
3
3
5
15
BAB III
26
28
29
PEDOMAN TEKNIS
BANGUNAN RUMAH SAKIT YANG AMAN
DALAM SITUASI DARURAT DAN BENCANA
BAB - I : KETENTUAN UMUM.
1.1
Latar belakang
WHO menganggap perlu untuk membangun rumah sakit yang aman, terutama pada situasi
bencana dan keadaan darurat, yang mana rumah sakit tersebut harus mampu untuk
menyelamatkan jiwa dan dapat terus menyediakan pelayanan kesehatan esensial bagi
masyarakat. Karenanya dibutuhkan kampanye untuk mengurangi kerugian pada bangunan rumah
sakit yang diakibatkan situasi darurat dan bencana.
Kampanye mengurangi kerugian diakibatkan bencana dimaksudkan untuk :
(1)
melindungi jiwa pasien dan petugas kesehatan dengan memastikan ketahanan struktural
dari fasilitas kesehatan;
(2)
memastikan bahwa akibat bencana dan kondisi darurat fasilitas kesehatan dan layanan
kesehatan mampu tetap berfungsi; dan
(3)
meningkatkan kemampuan manajemen darurat dari petugas kesehatan dan instansi terkait.
1.2
Bangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan mempunyai peranan penting pada situasi terjadinya
bencana dan keadaan darurat. Struktur bangunan rumah sakit harus tetap kokoh dan tetap dapat
beroperasi pada kondisi tersebut. Untuk memastikan bahwa bangunan rumah sakit dan fasilitas
kesehatan dapat bertahan pada kondisi darurat dan bencana, penilaian terhadap kelemahannya
sangat perlu. Kelemahan tersebut mungkin dari sisi struktural (sistem beban bearing),
nonstruktural (elemen arsitektur, instalasi dan peralatan) dan sistem operasinya.
1.3
Sasaran Pengguna,
Keselamatan bangunan rumah sakit dalam situasi darurat dan bencana ditujukan terutama untuk
petugas yang memahami peran penting rumah sakit dan fasiltas perawatan kesehatan selama
situasi darurat dan bencana. Petugas dimaksud termasuk petugas administrasi dan manager
sebagai pengguna utama dari pedoman teknis ini, pengunjung dan pasien sebagai klien yang
harus diprioritaskan keselamatannya.
1.4
Tujuan.
Pedoman Teknis ini bertujuan dapat menjadi panduan dan acuan untuk :
(1)
menilai kelemahan struktural, nonstruktural dan fungsional bangunan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan yang ada;
(2)
memberikan saran dalam membangun rumah sakit dan fasilitas kesehatan baru yang
mampu bertahan dalam kondisi darurat dan bencana; dan
(3)
1.5
memeriksa rencana renovasi dan retrofit dari bangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan
untuk memastikan ketahanan, keselamatan dan keberlangsungan operasi selama keadaan
darurat dan bencana.
1.5.1
Rumah sakit yang ingin menggunakan pedoman teknis ini harus memahami bangunan,
persyaratan teknis struktur, persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran, persyaratan teknis
kelistrikan, dan pedoman teknis lainnya yang terkait dengan struktur, fungsi rumah sakit dan
fasilitas kesehatan.
1.5.2
Untuk memastikan rumah sakit dapat menerapkan pedoman ini sesuai dengan
kebutuhannya, daftar acuan disediakan diakhir pedoman ini untuk memberikan tambahan
informasi untuk pembaca.
1.5.3
Rumah sakit juga diharapkan membentuk kelompok kerja teknis yang dapat meninjau
ulang petunjuk-petunjuk yang ada dalam daftar apakah masih berlaku atau perlu diperbaiki sesuai
ketentuan bangunan rumah sakit itu sendiri. Kelompok ini dapat terdiri dari koordinator kesehatan
darurat rumah sakit, arsitek, insinyur, petugas keamanan dan petugas administrasi.
1.5.4
Pedoman teknis ini menjelaskan berbagai petunjuk dan penjelasannya. Penjelasanpenjelasan disampaikan sebelum daftar petunjuk penggunaan pedoman teknis ini. Diharapkan
penjelasan yang disampaikan dibaca dengan hati-hati untuk memastikan bahwa petunjuk
dipahami secara jelas.
1.5.5
Pedoman teknis ini tidak dimaksudkan untuk dibandingkan dengan peraturan-peraturan
lokal. Sebaliknya, pedoman ini digunakan sebagai penilaian internal untuk memperbaiki struktur
dan fungsi bangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan untuk kesiapan tanggap darurat.
1.5.6
Beberapa petunjuk mungkin perlu disesuaikan dengan peraturan lokal. Untuk contoh,
pedoman tentang peralatan, pengobatan/tindakan, protokol dan ketentuan darurat harus
didasarkan pada jenis/kelas rumah sakit dan mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku.
Perbaikan dapat dilakukan lebih lanjut terhadap pedoman teknis ini bila diperlukan.
1.5.7
Petunjuk yang tercantum dalam pedoman ini perlu ditinjau dan diuji lebih lanjut untuk
penerapannya di rumah sakit.
1.5.8
Pedoman ini tidak dimaksudkan untuk menjadi panduan mengajukan klaim dan hanya
untuk memastikan keselamatan bangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan apabila terjadi
keadaan darurat dan bencana.
1.6
Ruang lingkup.
(1)
Ketentuan umum;
(2)
(3)
Pendahuluan.
2.1.1
Selama keadaan darurat dan bencana, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya harus
tetap aman, mudah didatangi dan berfungsi pada kapasitas maksimum dalam usaha membantu
keselamatan jiwa.
2.1.2
Rumah sakit harus terus menyediakan layanan penting seperti layanan medik, perawatan,
laboratorium dan layanan kesehatan lainnya serta merespon persyaratan- persyaratan yang
berhubungan dengan keadaan darurat.
2.1.3
Bangunan rumah sakit yang aman harus tetap terorganisir dengan rencana kontigensi di
tempat dan tenaga kesehatan terlatih untuk menjaga jaringan operasional.
2.1.4
Membangun rumah sakit yang aman melibatkan banyak faktor pengetahuan yang
berkontribusi terhadap kelemahan bangunan selama keadaan darurat atau bencana, seperti lokasi
gedung, spesifikasi desain dan bahan yang digunakan serta memberikan kontribusi pada
kemampuan bangunan rumah sakit dalam menahan untuk tidak runtuh apabila terjadi peristiwa
alam yang merugikan.
2.1.5
Dengan munculnya keadaan darurat atau bencana, kerusakan elemen nonstruktural
dapat memaksa rumah sakit menghentikan operasinya. Keadaan ini memungkinkan timbulnya
peningkatan kasus-kasus darurat yang membutuhkan rumah sakit. Keadaan ini menjadi
tantangan ketika petugas medis dan petugas pendukung juga terpengaruh, sehingga kapasitas
respon rumah sakit menjadi terbatas.
2.1.6
Rumah sakit yang aman memerlukan visi dan komitmen untuk memastikan bahwa rumah
sakit berfungsi penuh, terutama selama keadaan darurat dan bencana. Untuk itu perlu melibatkan
berbagai sektor, seperti perencanaan pengoperasian rumah sakit, keuangan, pelayanan publik,
arsitektur dan rekayasa dalam menentukan kelemahan bangunan rumah sakit dan menangani
perbaikannya.
2.1.7
Desain dalam pembangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan harus mengikuti
persyaratan teknis proteksi kebakaran, keselamatan dan langkah-langkah pengurangan risiko.
Kelemahan fasilitas nonstruktural dan fungsional yang ada harus dikurangi.
2.2
2.2.1
Umum.
2.2.1.1 Elemen-elemen struktur bangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan seperti lokasi
bangunan dan pertimbangan desain struktur penting untuk bangunan dalam menghadapi peristiwa
yang merugikan.
2.2.1.2 Elemen-elemen struktur harus sesuai dengan lokasi bangunan dan bahaya alam yang
umum di lokasi itu.
2.2.1.3 Letak dimana bangunan rumah sakit atau fasilitas kesehatan mengindikasikan adanya
ancaman seperti banjir di lembah atau tanah longsor di sepanjang lereng harus dihindari.
2.2.1.4 Identifikasi lokasi dan setiap potensi bahaya harus ditangani dengan langkah-langkah
yang tepat untuk meminimalkan kerusakan struktur.
2.2.1.5 Harus ada ketentuan untuk drainase air hujan yang tepat di daerah rawan banjir.
2.2.1.6 Menggunakan bahan atap yang lebih ringan dan aman untuk zona gempa.
2.2.1.7 Menggunakan bahan yang kokoh untuk lokasi rawan topan.
2.2.1.8 Standar struktur lainnya seperti akses untuk penyandang cacat harus selalu ada.
2.2.1.9 Ram harus berada dilokasi yang tepat untuk membawa pasien yang berbaring di tempat
tidur atau duduk dikursi roda.
2.2.1.10 Kegagalan dalam melakukan hal-hal terebut di atas, dapat membahayakan keselamatan
penghuni rumah sakit.
2.2.1.11. Pertimbangan-pertimbangan elemen struktur yang berbeda, umumnya disebabkan
adanya persyaratan atau peraturan yang diberlakukan pada pembangunan rumah sakit di
kota/kabupaten.
2.2.1.12 Administrator rumah sakit perlu memahami persyaratan teknis bangunan, persyaratan
teknis proteksi kebakaran dan persyaratan teknis struktur bangunan lainnya, untuk memastikan
bahwa rumah sakit melaksanakan pembangunan mengikuti persyaratan-persyaratan teknis
tersebut.
Kurangnya kepatuhan, seperti penggunaan standar bahan atau pemilihan lokasi yang tidak sesuai
untuk bangunan rumah sakit atau fasilitas kesehatan dapat membatasi operasi rumah sakit selama
keadaan darurat dan bahkan dapat menyebabkan sebuah tragedi.
2.2.1.13 Perubahan struktur bangunan atau renovasi dalam upaya untuk menciptakan ruang baru
atau membangun struktur atau instalasi baru, juga dapat mengakibatkan struktur melemah jika
desain asli tidak diperhitungkan.
2.2.1.14 Peraturan tentang izin bangunan dan izin struktur yang baru atau yang sudah ada
penting untuk memastikan keamanan bangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
2.2.2
Lokasi.
(2)
(3)
tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi.
(4)
tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif (kurang dari 10 meter)
(5)
(6)
(7)
(8)
2.2.2.2 Bangunan memiliki infra struktur yang memadai untuk mengatasi bahaya terkait lokasi
seperti drainase air hujan dan tanggul.
2.2.3
Desain.
2.2.3.1 Bangunan rumah sakit memiliki bentuk yang sederhana dan simitris di kedua sumbu
lateral dan longitudinal (misalnya persegi atau persegi panjang), sehingga tahan ketika mengalami
gaya seperti yang ditimbulkan oleh gempa bumi.
2.2.3.2 Elemen struktur bangunan (pondasi, kolom, balok, lantai lembaran, gulungan) dan elemen
nonstruktural diperhitungan sesuai dengan persyaratan untuk angin kencang (faktor penting angin
1,15) dan gempa bumi (faktor penting seismik 1,25)
2.2.3.3 Dinding kaca, pintu dan jendela mampu menahan kecepatan angin antara 200 ~ 250
km/jam.
2.2.3.4 Jumlah lantai bangunan (lantai) untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan kurang dari
lima, terutama di daerah yang rawan terhadap gempa.
2.2.3.5 Sudut atap 300 ~ 400 (optimal untuk menahan kekuatan angin) untuk bangunan di daerah
rawan topan.
2.2.4
Struktur.
2.2.4.1 Tidak ada keretakan pada struktur utama. Keretakan kecil atau retak rambut harus
diselidiki oleh tenaga ahli struktur yang kompeten dan diperbaiki di lokasi.
2.2.4.2 Struktur dibangun dengan bahan tahan api dan tidak beracun.
2.2.4.3 Struktur dibangun dengan kompetensi teknis yang memadai. Inspeksi dan kontrol mutu
bangunan dilaksanakan dengan tepat.
2.2.4.4 Lemari, rak, peranti, peralatan, diangkur dengan benar
2.2.4.5 Ram berada pada area yang tepat untuk pergerakan tempat tidur pasien dan untuk
digunakan penyandang cacat.
2.2.5
Perizinan.
2.2.5.1 Lengkapi set gambar konstruksi sesuai yang dibangun dan selalu tersedia bila diperlukan.
2.2.5.2 Lengkapi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diperlukan dan Izin Penggunaan
Bangunan (IPB) atau Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
2.2.5.3 Selama konstruksi, bahan konstruksi secara menyeluruh diperiksa dan dikontrol mutunya
oleh tenaga ahli yang kompeten.
2.2.5.4 Perubahan bangunan dilakukan dengan meninjau/ memperhatikan rencana asli bangunan
dan dilakukan bersama tenaga ahli yang kompetent.
2.3
2.3.1
Umum.
2.3.1.1 Elemen non struktural termasuk elemen-elemen arsitektur (seperti langit-langit, jendela
dan pintu), peralatan medik, peralatan laboratorium, jalur penyelamatan jiwa (mekanikal, listrik dan
instalasi pipa), keselamatan dan masalah keamanan. Elemen ini penting untuk beroperasinya
rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Jika rusak, maka rumah sakit menjadi tidak berfungsi dan
dapat menyebabkan kecelakaan fisik pada pasien dan petugas.
2.3.1.2 Pertimbangan dasar mengenai elemen arsitektur, mirip dengan petunjuk struktur, yaitu
struktur bangunan harus dapat menahan setiap tegangan fisik yang disebabkan oleh bahaya alam
seperti topan, banjir, tanah longsor dan gempa bumi.
2.3.1.3 Rumah sakit setiap saat harus memiliki dan selalu tersedia :
(1)
(2)
gambar terpasang (as built drawing) bangunan yang menunjukkan seluruh denah, potongan,
instalasi yang telah terpasang, serta petunjuk (manual) untuk pengoperasian dan
pemeliharaan.
(3)
pembaharuan gambar terpasang atau catatan renovasi dan referensi dokumen untuk
perubahan hasil desain dan renovasi; dan
(4)
2.3.1.4 Pertimbangan yang berkaitan dengan peralatan dan keselamatan jiwa difokuskan pada
lokasi dan apakah peralatan tersebut telah diangkur/dipasang dengan benar. Adanya peralatan
berat atau mesin dapat merubah integritas struktur bangunan.
Peralatan seperti ini jangan ditempatkan di lantai atas atau di lantai yang strukturnya lemah,
karena dapat mengakibatkan runtuhnya struktur, seperti misalnya dengan sedikit gerakan yang
disebabkan oleh gempa bumi atau keausan normal bangunan selama bertahun-tahun.
Peralatan dan mesin yang berat juga harus diangkur ke elemen struktur bangunan atau pada
pondasinya. Hal ini dimaksud untuk mencegah bergeraknya peralatan, seperti meluncur atau jatuh
yang bisa menyebabkan kerusakan struktural atau cedera fisik pada pasien dan petugas.
2.3.1.5 Masalah keselamatan terkait dengan penanganan dan penyimpanan unsur bahan kimia
dan berpotensi berbahaya. Penanganan dan penyimpanan bahan kimia dan zat berbahaya yang
tidak tepat dapat menyebabkan cedera disebabkan toksisitas yang melekat atau menyebabkan
reaksi kimia yang dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan.
Harus ada pelatihan yang tepat bagi petugas dalam menangani bahan kimia dan zat berbahaya.
Petunjuk keselamatan untuk penangan dan penyimpanan harus disebar luaskan dan
diimplementasikan. Misalnya pengaturan yang tepat dan pengelompokan bahan kimia harus diikuti
secara ketat untuk mencegah bahan kimia disengaja bereaksi.
Label yang tepat dengan peringatan dari produsen dan menyediakan instruksi sesuai apa yang
harus dilakukan jika terjadi kontak disengaja dengan zat ini merupakan aspek penting dari
pedoman keselamatan.
Penggunaan lembar data keselamatan juga harus didorong, meskipun peraturan yang berbeda
mengenai penggunaannya. Dokumen-dokumen resmi tentang informasi keselamatan terhadap
kimia yang digunakan harus disebar luaskan kepada para petugas, responden darurat dan publik.
2.3.1.6 Keamanan bangunan dan keselamatan umum dari semua pasien dan petugas dalam
rumah sakit dan fasilitas kesehatan juga harus ditangani.
2.3.2
Dokumen bangunan/gambar/perencanaan.
2.3.3
Elemen arsitektur,
atap dirancang tahan terhadap kecepatan angin 175 ~ 250 kph dalam area rawan topan.
(2)
seluruh bahan atap terpasang dengan aman, dilas, dikeling atau disemen.
(3)
sistem drainase atap mempunyai kapasitas yang cukup dan dirawat dengan benar.
(4)
(2)
penurunan langit-langit yang dibuat dari bahan selain beton, dipasang dengan aman.
(3)
bahan langit-langit seperti papan fibre semen, fibreglass, papan gipsum akustik, bahan kayu,
dilapis atau diolah dengan cat tahan api.
(4)
langit-langit lurus atau armatur lampu dipasang dengan benar dan ditunjang (support)
(5)
Lengkungan kebawah, balkon atau emperan, bebas dari keretakan struktur dan plester
semen yang jatuh.
(2)
(3)
pintu-pintu di ruang yang jumlah orangnya kurang dari 50 harus mempunyai lebar pintu
sekurang-kurangnya 112 cm; pintu-pintu di ruang yang jumlah orangnya lebih dari 50 orang
(ruang konfrensi, ruang fungsional) harus mempunyai lebar pintu sekurang-kurangnya 122
cm, pintu yang letaknya jauh satu sama lain harus membuka keluar.
(4)
pintu utama menggunakan pintu ganda, pintu kamar mandi membuka keluar
(5)
pintu eksit kebakaran tahan api, terbuka keluar, dengan perangkat menutup sendiri dan
dilengkapi batang panik.
(6)
pintu partisi asap diletakkan sepanjang lorong dan koridor, harus dua pintu ayun pada setiap
kelompok ruangan atau bagian untuk kompartemenisasi.
(7)
pintu yang digerakkan dengan daya listrik dapat dioperasikan secara manual ke ruangan
yang dibolehkan pada peristiwa kegagalan daya listrik.
(8)
(9)
ruangan seperti ruang operasi, unit perawatan intensif, ruang pemulihan, ruang melahirkan,
ruangan sebelum melahirkan, ruang isolasi, dan area steril mempunyai pintu yang menutup
secara manual.
(10) bangunan tinggi, tangga eksit vertikal bagian dalam bangunan mempunyai eksit kebakaran
bertekanan atau eksit kebakaran kedap asap yang sesuai disekat terhadap asap, panas dan
api.
(11) kunci yang dipasang di ruang tidur dapat dikunci hanya dari koridor untuk memungkinkan
eksit dari ruangan dengan mengoperasikan secara sederhana tanpa sebuah kunci.
(12) pintu yang dirancang untuk selalu tertutup sebagai jalan keluar, seperti pintu tangga atau
eksit horizontal, dilengkapi dengan mekanisme menutup sendiri yang handal.
(13) sebuah pintu yang dirancang untuk selalu tertutup harus diberi tanda seperti : EKSIT
KEBAKARAN, PINTU DIJAGA TERTUTUP.
2.3.3.4 Keselamatan jendela dan tirai luar jendela (shutter).
(1)
(2)
jendela memiliki fitur untuk mengamankan keselamatan pasien (misalnya kisi-kisi, pagar)
yang juga disediakan dengan eksit kebakaran dan sistem proteksi kebakaran.
(3)
(4)
(2)
(3)
Kompartemen antara plat lantai ke plat lantai tertutup (lantai ke lantai) dan dinding ke dinding
tahan api.
(4)
Ruangan dapat dibagi lagi asalkan susunannya memungkinkan untuk langsung dan secara
visual konstan disupervisi oleh petugas perawatan
(2)
(3)
(1)
Material lantai anti slip tanpa celah-celah dalam seluruh area layanan dan klinik dan bahan
lantai mudah dibersihkan dalam semua area non klinik lainnya.
(2)
(3)
(4)
Finis interior dinding dan langit-langit pada setiap ruangan atau eksit harus Kelas A sesuai
dengan Cara pengujian karakteristik terbakarnya permukaan dari material bangunan.
(5)
Material finis lantai Kelas A atau Kelas B seluruh rumah sakit, panti jompo, perumahan
atau fasilitas penyandang cacat.
2.3.4
(2)
Voltase distribusi yang lebih tinggi, seperti sistem 380/220V-3 phase, 4 kawat
dipertimbangkan terhadap biaya awal rendah dan nilai tambah yang lebih besar untuk
effisiensi jangka panjang.
(3)
Rumah generator atau rumah sumber daya (Power House) di proteksi dari bencana alam
dan bencana yang dibuat manusia; dibuat dari beton yang diperkuat; ketinggian lantainya
lebih tinggi dari tanah.
(4)
Generator dan peralatan lainnya yang bergetar harus dipasang dengan pengikat (bracket)
khusus yang memungkinkan gerakan tetapi mencegahnya dari terjungkir.
(5)
mempunyai generator yang tidak berisik dan tidak bergetar; sistem buangan harus dibuat
dalam bentuk silencer jenis kritis, atau kualitas rumah sakit dan unit dilengkapi dengan
isolator getaran jika generator berada di dalam bangunan.
(6)
(7)
menggunakan sistem pendingin transformer yang tidak mudah terbakar (yaitu jenis kering,
resin epoxy atau minyak silikon atau minyak temperatur tinggi)
(8)
menggunakan sistem proteksi bio (BPS), kawat mempunyai sertifikat standar, lebih disukai
dengan insulasi thermoplastik nilon tahan panas tinggi dan kabel dipasang erat dan
dikencangkan pada pemutus arus (CB) atau sakelar atau pengaman kawat.
(9)
Pemutus beban, kontaktor magnetic, pengaman lebur, atau sakelar tanpa pengaman lebur
yang terpasang dalam panel control harus terproteksi.
(10) Dalam kamar mandi dan dalam area basah atau lembab, kotak kontak harus dilengkapi
dengan pemutus kegagalan sirkit pembumian (GPAS = Gawai Proteksi Arus Sisa).
(11) kotak kontak (stop kontak, outlet) dilengkapi dengan kutup pembumian.
(12) bagian-bagian metalik dari sistem elektrikal yang bukan konduit arus, dibumikan dengan
benar, termasuk penutup elektrikal, kotak, selokan, duct dan tray.
(13) panel kontrol diproteksi, sakelar pemutus arus dan kabel mengikuti standar SNI 0225-2000,
Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan diproteksi dengan electrical surge suppressor.
(14) semua sistem elektrikal dan ruangan-ruangan diproteksi dengan unit pemadam api kimia
ringan.
(15) sistem ducting - polyvinyl chloride (PVC) untuk daya dan pencahayaan; konduit baja kaku
atau konduit metal menengah untuk sistem deteksi dan alarm; PVC untuk telepon, intekom,
CCTV, kabel TV, jaringan data komputer.
(16) menggunakan pencahayaan fluorecent kompak hemat energi dan tabung merkuri tanpa
merkuri.
(17) pencahayaan yang cukup dalam seluruh area rumah sakit, termasuk halaman.
(18) sistem listrik ekterior dipasang dibawah tanah.
(19) listrik fungsional dan lampu darurat dengan batere cadangan dalam seluruh area ktiris.
antena dan batang terminal proteksi petir dijepit dan ditumpu untuk keselamatan.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
sistem alarm yang secara otomatis mengirimkan alarm ke pos kebakaran terdekat atau
seperti bantuan dari luar lain tersedia.
(8)
untuk kebutuhan rumah sakit, tangki penyimpan air mempunyai cadangan yang cukup
minimal (tiga) hari setiap waktu.
(2)
(3)
sumber air pengganti tersedia (contoh air sumur dalam, air dari PDAM, mobil tangki
penyimpan air atau truk kebakaran).
(4)
(5)
sistem distribusi air (katup, pipa, sambungan) bebas dari kebocoran dan zat berbahaya.
(6)
pipa tegak basah harus mengalirkan tidak kurang 132 liter air per menit dengan tekanan sisa
tidak kurang dari 1,8 kg per cm2 pada setiap dua (2) kran (outlet) yang mengalir serempak
dalam waktu 30 menit.
gas medik disimpan dengan benar dan dipasang dalam area berventilasi cukup area
penyimpanan dengan kompartemen.
(2)
(3)
untuk penggunaan di rumah sakit gas medik harus dalam pipa, minimum penyimpanan
selama minimum 7 (tujuh) hari.
(4)
untuk rumah sakit yang menggunakan silinder individual, penyimpanan minimum untuk 3
(tiga) hari.
(5)
(6)
pipa gas medik yang dipasang di dinding dilengkapi dengan penyangga pipa.
(7)
(8)
keselamatan sistem distribusi gas medik (katup, pipa dan sambungan) terjamin.
(9)
10
sistem alarm, deteksi dan pemadaman harus dihubungkan dengan sistem alarm kebakaran
otomatis, sistem deteksi panas dan/atau sistem pemadam kebakaran otomatik.
(2)
(3)
sistem alarm kebakaran di monitor oleh pos pemadam kebakaran atau agen monitor yang
terakreditasi.
(4)
deteksi panas dan asap dipasang di koridor rumah sakit, panti jompo, dan fasilitas
penyandang cacat.
(5)
detektor asap harus tidak dipasang terlalu jauh dari 9 (sembilan) meter dari titik pusatnya
dan lebih dari 4 (empat) dan 6 (enam) sampai 10 meter dari setiap dinding.
(6)
menggunakan zat pemadaman yang ramah lingkungan, effektif dan kerusakan yang
diakibatkannya kecil.
(7)
(8)
direkomendasikan alat pemadam api ringan; untuk peralatan elektrikal dan elektronik
menggunakan carbon dioksida, untuk layanan umum menggunakan alat pemadam api
ringan jenis ABC.
(9)
(b)
(c)
(d)
(e)
11
(f)
tersedia gambar eksit kebakaran dan gambar ketentuan evakuasi melalui eksit
kebakaran di tempat yang menyolok pada setiap tingkat lantai.
lantai balok dari jalan keluar diterangi pada semua titik termasuk sudut dan persimpangan
dari koridor dan lorong, bordes tangga dan pintu eksit dengan lampu yang mempunyai lumen
minimal 0,001 lumen per cm2.
(2)
sumber pencahayaan mudah diakses dan andal, seperti layanan listrik PLN.
(3)
fasilitas pencahayaan darurat dijaga dengan tingkat iluminasi tertentu pada kejadian
kegagalan pencahayaan normal untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 1 jam.
(4)
tanda arah EKSIT diterangi, dengan warna khusus, dengan sumber yang andal, 0,005
lumen per cm2.
(5)
tinggi huruf dari tanda arah 15 cm dengan huruf yang menonjol dengan lebar tidak kurang
dari 19 mm.
(6)
lengkapi luminous (armature) penunjuk arah eksit pada dinding dan diletakkan 30 cm atau
lebih lebih rendah dari permukaan lantai.
2.3.4.7 Sistem Pemanas, Ventilasi dan Pengkondisian Udara dalam Area Kritis.
(1)
pengikat cukup memadai untuk duct dan tinjau ulang fleksibilitas duct dan pemipaan yang
menyilang pada sambungan ekspansi.
(2)
(3)
(4)
(5)
keselamatan yang memadai diberikan untuk ruang tertutup yang dilengkapi dengan alat
pemanasan, ventilasi dan pengkondisian udara.
(6)
peralatan dapat dioperasikan setiap saat (boiler, sistem pengkondisian udara, fan
pembuangan)
2.3.5
peralatan dalam ruang operasi dipasang dengan roda atau troli beroda harus stabil, di
angkur dan dikencangkan dekat meja operasi selama prosedur pembedahan dan dapat
dipindahkan setelah itu.
(2)
peralatan pada troli beroda harus mempunyai sistem angkur yang tepat menggunakan kait
dan rantai dan dapat dipasang pada tempat tidur atau dinding (ECG, monitor, suction unit,
ventilator, incubator, Blood pressure monitor, peralatan resusitasi).
(3)
lampu-lampu, peralatan untuk anestesi dan meja bedah terpasang dengan aman dan roda
meja dikunci.
12
(1)
peralatan yang berat dan bergerak diangkur atau dibaut pada lantai (contoh mesin X-Ray),
atau ke dinding (tabung X-Ray).
(2)
tersedia rangka baja untuk pemasangan peralatan (contoh unit X-ray, CT Scanner, MRI
Scanner).
(3)
ruangan cukup terlindung (proteksi terhadap radiasi, frekuensi radio, medan magnit).
(4)
(5)
(6)
kotak kontak listrik yang dipasang pada dinding dan sistem pembumiannya aman.
(7)
(8)
persediaan dan isi laboratorium disimpan dalam lemari dan rak-rak (contoh lemari dipasang
ke dinding dan pengikat rak).
(2)
lantai-lantai tanpa celah, ubin di grout (mortar atau pasta untuk mengisi celah) dan lapisan
dijaga secara regular.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
tempat tidur harus dilindungi di tempat tetapi juga dapat digerakkan jika dibutuhkan.
(2)
(3)
baut angkur disediakan pada dinding dalam lokasi yang tepat sehingga peralatan dapat
dipindahkan dan dipasang di tempat yang aman jika tidak digunakan.
(4)
(5)
persediaan dan isi lemari medik terlindung dalam rak/rak susun yang diangkur/diikat ke
dinding.
(6)
peralatan di atas troli beroda mempunyai sistem angkur yang tepat menggunakan pengait
dan rantai dan dapat dipasang ke tempat tidur atau dinding (ECG, Monitor, Suction Unit,
Ventilator, incubator, BP monitor, peralatan resusitasi).
persediaan dan isi lemari farmasi disimpan dalam rak susun dan rak-rak yang diangkur ke
dinding.
(2)
(3)
(4)
13
persediaan dan isi untuk sterilisasi dilindungi pada rak susun dan rak yang diangkur ke
dinding.
(2)
peralatan yang berat dan bergerak diangkur dan dibaut ke lantai atau ke dinding (contoh
otoklaf).
(3)
(4)
2.3.5.7 Peralatan dan alat penunjang lain dalam bagian pengobatan nuklir dan unit therapi
radiasi.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
pasokan daya listrik yang cukup (kira-kira 24 kW/unit) dengan pemutus arus tersendiri,
sistem dibumikan.
(7)
tempat tidur harus terlindung di tempat dan dapat juga digerakkan jika dibutuhkan.
(8)
(9)
monitor area lengkap dengan alarm, meter radiasi permukaan dengan peringatan suara.
(10) penyimpanan dan pemisahan yang tepat, penangan dan pembuangan kimia, radioaktif, dan
material berbahaya lainnya.
(11) fasilitas terpisah terpisah untuk pemrosesan reagent dan unsur kimia, radio pharmasi, dan
diagnosa kit.
(12) air bekas dibuang ke instalasi pengolahan air limbah.
(13) adanya peralatan keselamatan sebagai berikut :
2.3.6
(a)
pelindung;
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
kit darurat.
14
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
informasi komunikasi material yang mendidik dan papan informasi untuk pasien dan petugas
tentang apa yang harus dilakukan selama kondisi darurat dan bencana
(2)
baut angkur di dalam dinding pada lokasi yang tepat sehingga peralatan dapat dipindahkan
dan dipasang dalam tempat yang aman jika tidak digunakan.
(3)
persediaan dalam laboratorium, farmasi, penyimpanan umum dalam unit CSSD dan ruang
operasi cukup aman dalam lemari dan di dalam rak.
(4)
(5)
tidak ada perlengkapan yang menggantung atau ornamen dekoratif; tidak ada perlengkapan
menggantung diatas tempat tidur pasien.
(6)
tersedia petunjuk (manual) instruksi untuk pengguna dan mudah diakses untuk semua jenis
peralatan.
(7)
pemisahan dan penyimpanan yang benar dari material dan kimia berbahaya.
(8)
tersedia lembar data keselamatan material yang berisi informasi sebagai berikut :
(a)
(b)
(c)
bahaya kesehatan;
(d)
(e)
(f)
proteksi petugas;
(g)
reactivity;
(h)
2.4
2.4.1
Umum.
2.4.1.1 Fungsi rumah sakit dan fasilitas kesehatan selama keadaan darurat atau bencana sangat
penting. Perlu dipastikan bahwa layanan kesehatan harus tersedia karena sangat dibutuhkan.
Kelompok petunjuk fungsional meliputi :
(1)
(2)
15
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2.4.1.2 Lokasi dan aksesibilitas rumah sakit dan fasilitas kesehatan merupakan aspek penting
dalam menentukan kelemahan fungsional.
(1)
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan harus berada di dekat jalan yang baik dengan sarana
transportasi yang memadai.
(2)
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan juga harus dekat dengan fasilitas kelembagaan yang
lain, seperti pusat pendidikan, agama dan komersial.
(3)
Sebagai contoh, jika fasilitas berada dekat sungai atau sungai yang rawan banjir atau dekat garis
patahan aktif, keselamatan struktural akan terancam, mengakibatkan tidak dapat diakses oleh
orang-orang yang mencari bantuan.
Standar harus menetapkan bahwa fasilitas kesehatan yang berada dekat jalan utama yang
menghubungkan daerah-daerah berkembang atau kota, dalam beberapa kasus harus mempunyai
jalur alternatif sebagai jalan akses yang mudah untuk evakuasi dalam keadaan darurat.
2.4.1.3 Aspek fungsional lain rumah sakit dan fasilitas kesehatan adalah sirkulasi internal dan
interoperabilitas.
Zonasi yang tepat dari berbagai area rumah sakit dan fasilitas kesehatan, mengingat keterkaitan
diantaranya, membantu menjaga tingkat optimal operasi selama kondisi normal dan selama
keadaan darurat atau bencana. Dalam kondisi buruk, beberapa titik masuk dapat tertutup untuk
membatasi dan mengontrol jumlah orang yang memasuki fasilitas. Hal ini untuk menghindari
berdesak desakan yang tidak perlu, mencegah lalu lalang masuk keluar dan melindungi petugas
dari kekuatan eksternal yang bermusuhan.
Beberapa area mungkin juga diperlukan untuk diubah menjadi ruang pasien jika terjadi
peningkatan jumlah pasien atau jika ada ruangan di rumah sakit yang perlu dikosongkan. Area ini
perlu memiliki utilitas dasar seperti listrik, pemanas air, ventilasi atau unit pendingin udara dan
sistem komunikasi.
Penggunaan lorong dan koridor tidak dianjurkan karena dapat menghambat aliran pasien, petugas
dan layanan.
2.4.1.4 Ada juga peralatan dan persediaan vital untuk keberlangsungan operasi dari fasilitas.
Suatu sistem harus diatur untuk persediaan reguler dari item ini untuk memastikan bahwa
manajemen pasien tidak tertunda karena tidak adanya peralatan diagnostik dan theraputik. Hal ini
juga penting bahwa peralatan secara berkala diperiksa untuk memastikan peralatan tersebut siap
digunakan selama keadaan darurat.
2.4.1.5 Standar prosedur operasi dan pedoman harus mencakup kondisi yang berkaitan untuk
keadaan darurat dan bencana, termasuk pedoman fasilitas dan prosedur untuk mengatasi
banyaknya pasien yang masuk dan terbatasnya sumber daya.
16
17
Masyarakat harus diberitahu tentang jenis-jenis bencana yang mungkin terjadi dan menyampaikan
bagaimana mereka harus bereaksi selama keadaan darurat. Cara ini akan membantu pemerintah
untuk mengurangi dampak dari bencana.
2.4.1.12 Sumber daya manusia tetap yang paling penting diantara sumber daya yang tersedia
dalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan. Petugas harus cukup siap untuk situasi darurat dan
bencana. Ada juga yang harus mengorganisir kelompok-kelompok orang atau komite yang
bertanggung jawab untuk perencanaan dan merespon jika ada keadaan darurat atau bencana.
Komite perencanaan darurat harus jelas mendefinisikan situasi yang menjamin kegiatan
perencanaan bencana. Fasilitas kesehatan dapat membentuk tim tanggap bencana, tergantung
pada ketersediaan fisik dan sumber daya manusia. Persyaratan dasar untuk petugas di tim ini
adalah bahwa mereka benar-benar terlatih untuk melakukan pertolongan pertama dan memiliki
sarana untuk segera bergerak ke lokasi bencana. Pelatihan penting lainnya termasuk sarana
keselamatan jiwa dasar, cara menyelamatkan jiwa penderita penyakit jantung lanjutan dengan
sistem komando bencana, latihan pemadaman kebakaran dan latihan simulasi dilakukan sekali
atau dua kali per tahun.
2.4.1.13 Pemantauan dan evaluasi juga diperlukan, termasuk evaluasi pasca bencana atau
bencana yang telah direspon untuk latihan simulasi pemadaman kebakaran untuk memastikan
rumah sakit dan fasilitas kesehatan aman pada keadaan darurat kesehatan.
2.4.2
2.4.2.1 Lokasi.
(1)
dilokasi sepanjang atau dekat jalan raya yang baik dan sarana transportasinya memadai
mudah diakses oleh masyarakat.
(2)
cukup bebas dari kebisingan yang tidak semestinya, asap, bau busuk, banjir dan tidak
terletak berdekatan dengan jalur kereta api, angkutan umum, taman bermain anak-anak,
bandara, pabrik industri, pabrik pengolahan sampah.
(3)
2.4.2.2 Aksesibilitas
18
(1)
(2)
Memiliki akses ke lebih dari satu jalan (jalur alternatif) dan memiliki pintu masuk lokasi dan
pintu keluar lokasi terpisah
(3)
Memiliki jalan akses yang diaspal (semen atau aspal) yang diidentifikasi dan diberi label
dengan benar.
(4)
Tersedia tanda arah, dipasang dengan benar dan mudah dibaca dalam keadaan gelap.
(5)
Koridor, lorong dan gang harus mempunyai lebar 2,4 ~ 2,5 meter.
(6)
Menggunakan ram sebagai akses ke lantai dua dan yang lebih tinggi.
(7)
Jalur tangga yang aman dan dipasang dengan rel pegangan tangga dengan lebar tangga
sekurang-kurangnya 112 ~ 120 m, setiap anak tangga harus mempunyai ketinggian kurang
dari 17 cm dan dibuat dari beton.
(8)
Setiap bukaan pada dinding diproteksi dengan pintu tahan api atau jendela tetap dengan
kaca kawat.
(9)
Setiap pintu ke tangga, ram, saf lif, pencahayaan, saf ventilasi atau parasut di jalur tangga
tertutup harus menutup sendiri dan dalam keadaan normal dijaga selalu tertutup.
2.4.3
Perawat di ruang pos perawat dapat melihat keluar rawat inap dan mempunyai akses ke
pasien.
(2)
(3)
(4)
(a)
Departemen yang paling erat hubungannya dengan masyarakat diletakkan dekat pintu
masuk Rumah Sakit (Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Administrasi,
perawatan kesehatan primer).
(b)
Departemen yang menerima beban kerja dari instalasi rawat inap atau zona bagian
dalam harus diletakkan dekat dengan bagian ini (radiologi, laboratorium)
(c)
Pintu masuk yang aman dan terkontrol dilengkapi dengan peta area.
2.4.3.2 Interoperabilitas.
(1)
Area penunjang, seperti pembangkit listrik, boiler, fasilitas penyimpanan air, area laundri dan
rumah pompa diletakkan pada bangunan terpisah.
(2)
Area yang akan diubah menjadi ruang pasien selama situasi bencana benar-benar
teridentifikasi dengan pencahayaan yang memadai, kotak kontak, persediaan air dan kloset
atau kamar mandi.
(3)
Kamar mayat diletakkan terpisah dari area layanan, sebaiknya dilengkapi dengan pagar atau
pintu gerbang.
(4)
Area diagnostik dengan menggunakan peralatan yang berat sebaiknya diletakkan di lantai
dasar, akan tetapi aman terhadap banjir.
(5)
(6)
2.4.4
Peralatan dasar harus tersedia di setiap instalasi rawat inap atau area pengobatan/tindakan.
(2)
Diagnostik dasar dan peralatan theraputik adalah fungsional dan dilabel dengan benar.
(3)
Obat-obat untuk situasi darurat harus tersedia di dalam instalasi gawat darurat dan di dalam
area layanan kritis (ruang operasi, ruang pemulihan, ruang rawat intensif, ruang rawat
intensif bayi).
(2)
(3)
Gas medik
19
(4)
(5)
(6)
(7)
2.4.5
(2)
(3)
(4)
2.4.5.2 Prosedur.
(1)
(2)
Prosedur untuk mobilisasi sumber daya (dana, logistik, sumber daya manusia), termasuk
penggiliran tugas selama bencana dan darurat
(3)
Prosedur memperluas layanan, ruangan dan tempat tidur dalam kejadian lonjakan jumlah
pasien.
(4)
(5)
Prosedur untuk pemeriksaan keselamatan regular peralatan oleh otoritas yang sesuai dan
pemeliharaan pencegahan.
(6)
(7)
(8)
(9)
Prosedur merespon selama malam hari, hari libur dan giliran libur.
2.4.5.3 Pedoman
20
(1)
Pedoman untuk makanan dan persediaan untuk petugas rumah sakit selama situasi darurat.
(2)
Pedoman dan tindakan untuk memastikan mobilisasi penambahan petugas selama situasi
darurat secara baik.
(3)
(4)
(5)
Pedoman seperti memorandum atau perintah rumah sakit untuk semua petugas rumah sakit
untuk berpartisipasi dalam latihan dan pelaksanaan simulasi.
(6)
Pedoman untuk menangani sukarelawan, khususnya selama situasi darurat dan bencana.
(7)
Pedoman tentang senjata api untuk polisi yang datang dan pergi mengunjungi rumah sakit,
atau menjaga pasien terhukum.
2.4.6
(2)
(3)
Pengaturan khusus dengan penjual dan pemasok untuk pembelian dalam situasi darurat .
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Fasilitas bank darah yang memadai dengan SOP dan pedoman untuk penyimpanan yang
benar dan penanganan darah dan penghasil darah dan pengadaan yang cepat dalam situasi
darurat
Kebutuhan air minum dalam situasi darurat 5 (lima) liter per hari untuk pasien rawat jalan,
dan 60 ~ 100 liter per hari untuk pasien rawat inap dan ditambah liter untuk laundri,
pengelontoran toilet, dan utilitas lain.
(2)
(3)
Identifikasi agen yang bertanggung jawab untuk perbaikan setiap saat layanan air, sistem
pompa tambahan jika sistem gagal atau layanan terhenti atau untuk pasokan air pengganti.
Sistem tentang bagaimana daya listrik dipasok ke rumah sakit, voltase tinggi distribusi
seperti 380V/220V, menggunakan sistem 3 phase 4 kawat untuk biaya rendah dan effisiensi
lebih besar.
(2)
Pasokan listrik rumah sakit, dalam istilah amper, cycle atau kiloWatt.
(3)
Transformer menggunakan sistem pendinginan yang tidak mudah terbakar, yaitu jenis
kering, epoksi resin, atau minyak silikon atau minyak R-Temp bertemperatur tinggi.
(4)
Lokasi panel kontrol dan jalur distribusi daya harus ditunjukkan pada perencanaan lantai.
(5)
Adanya generator sebagai daya darurat atau daya pengganti untuk pencahayaan darurat
dan operasi peralatan penting.
(6)
Generator set harus diletakkan pada ditempat yang tidak berdekatan dengan ruang operasi
atau area rawat inap.
(7)
Pencahayaan :
1)
2)
3)
ruang bayi, laboratorium, unit perawatan intensif, pos perawat, ruang sebelum
melahirkan, dan farmasi;
21
(b)
(c)
4)
lokasi generator set, lokasi panel utama listrik dan ruang boiler;
5)
6)
7)
ruang komputer,
Peralatan :
1)
2)
3)
pompa kebakaran.
4)
5)
6)
7)
8)
peralatan penting untuk memelihara layanan telepon dan sistem dasar radio dua
arah.
(8)
Lampu darurat tersedia dengan batere cadangan untuk digunakan selama periode antara
terputusnya pasokan daya dan sambungan ke generator set untuk di area penting di dalam
rumah sakit seperti tangga, lorong, ruang operasi, ruang gawat darurat, unit perawatan
intensif, ruang pemulihan, unit perawatan intensif bayi baru lahir, pos perawat dan area kasir.
(2)
(3)
(4)
2.4.7
22
(1)
Tanda arah di dalam rumah sakit yang menunjukkan lokasi jalur penyelamatan dan letak
peralatan pemadam kebakaran.
(2)
diagram tata letak bangunan disediakan untuk memudahkan identifikasi; menunjukkan lokasi
evakuasi untuk setiap rawat inap rumah sakit.
(3)
Detektor asap pada jarak cakupan yang tepat pada seluruh bangunan.
(4)
pemeriksaan regular dari detektor asap untuk memastikan fungsinya dan mempunyai
pasokan daya listrik yang cukup.
(5)
Peralatan terlihat dan mudah dijangkau untuk mengendalikan api setempat, termasuk slang
kebakaran dan alat pemadam api ringan yang harus ditempatkan pada tempat yang strategis
di koridor, pada jalur eksit, dan pada pintu masuk untuk ruangan berisiko tinggi seperti
laboratorium.
(6)
Pemeliharaan regular dari alat pemadam api ringan, isinya yang sudah kadaluarsa dan
harus diganti secara regular,
(7)
Memenuhi pedoman untuk penempatan detektor api yang benar dan peralatan pemadam
kebakaran.
(8)
(9)
Kewaspadaan rumah sakit untuk selalu siap dan memobilisasi sumber daya dalam
merespon tanda peringatan awal atau sinyal.
(10) Sistem panggilan petugas dan posisinya untuk kemungkinan memanggilnya dalam situasi
darurat.
(11) Sistem mengaktifkan dan menonaktifkan isyarat waspada.
2.4.7.2 Sistem Keamanan.
(1)
(2)
SOP yang ketat pada area berisiko tinggi tertentu seperti pintu masuk utama dan pintu
keluar, area yang menyimpan zat dan kimia mudah menguap dan area yang berisi peralatan
medik yang bernilai tinggi.
(3)
Tempat penyimpanan senjata api saat memasuki rumah sakit (tidak diperbolehkan ada
senjata api di dalam rumah sakit).
(4)
Ketentuan untuk mengingatkan dan memanggil penjaga untuk bertugas selama situasi
darurat dan bencana.
(5)
Koordinasi dengan pejabat setempat untuk membantu rumah sakit selama situasi darurat
dan bencana.
2.4.8
Fasilitas komunikasi cadangan (telepon seluler, radio jinjing, fasilitas komunikasi satelit).
(2)
Dilengkapi ambulans untuk transportasi korban dari lokasi ke rumah sakit, untuk
memindahkan pasien untuk dirujuk ke rumah sakit lain atau memindahkan pasien ke rumah
sakit lain karena rumah sakit sudah penuh dan untuk evakuasi dan relokasi pasien.
(3)
Daftar ambulans yang tersedia dan dapat digunakan dalam situasi darurat dan bencana.
(4)
Daftar peralatan, persediaan medik, obat-obatan untuk kondisi darurat, dan petugas terlatih
untuk ambulans.
Pusat informasi publik dimana orang bisa memperoleh informasi tentang anggota
keluarganya.
(2)
Pusat informasi publik yang dikoordiner oleh pekerja sosial dan dikelola oleh petugas atau
relawan.
(3)
23
(4)
Kesadaran publik dan kampanye mendidik publik dengan pesan-pesan peringatan dan risiko
komunikasi.
(5)
Persiapan sensus pasien yang dirawat, dan yang dirujuk ke rumah sakit yang lain.
(2)
(3)
(4)
Sistem manajemen informasi selama pemantauan kejadian dalam situasi darurat dan bencana.
2.4.9
Kepala Rumah Sakit sebagai pemegang komando insiden darurat dan staf lain mengisi
kelompok komando insiden.
(2)
(3)
(4)
Mudah diakses, diuji, diperbaharui dan disebar luaskan kesiapan rumah sakit menghadapi
situasi darurat, rencana merespon dan memulihkan termasuk pencegahan bahaya dan
rencana penanggulangan, rencana mengurangi kelemahan dan rencana pengembangan
kapasitas. Rencana ini termasuk sistem, pedoman, SOP dan protokol untuk manajemen
darurat.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Rencana darurat untuk tindakan medik yang dibutuhkan selama bencana yang berbeda,
termasuk bencana dengan potensi epidemik.
24
(1)
(2)
(3)
(4)
Gas medik
(5)
(6)
(7)
(8)
Pemadam kebakaran.
Komite Manajemen Krisis dengan tenaga ahli teknis yang dapat memberi nasehat komite
eksekutif berkaitan dengan krisis, manajemen bencana dan darurat.
(2)
Tim respon darurat yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, petugas teknisi manajemen
darurat yang terlatih, paramedik dan pengemudi ambulans yang terlatih.
(3)
(4)
(5)
Pusat Operasional Rumah Sakit yang dipimpin oleh koordinator manajemen darurat rumah
sakit yang bertanggung jawab memantau situasi darurat atau bencana, pengiriman tim yang
merespon, memobilisasi sumber daya lain untuk situasi darurat, operasional 24 jam sehari, 7
(tujuh) hari per minggu. Memiliki kantor atau unit dengan petugas yang dilengkapi fasilitas
komunikasi, sistem komputer, directori dan sistem komunikasi pengganti jika sistem gagal.
(2)
Petugas medik di ruang gawat darurat dilatih dalam hal membantu penyelamatan jiwa
penyakit jantung lanjutan dan penyelamatan jiwa penyakit jantung anak-anak lanjutan.
(3)
Responden rumah sakit yang dilatih mengikuti kursus teknis medik dalam situasi darurat,
yaitu Sistem Komando Insiden dan untuk Insiden kecelakaan masa.
(4)
Manajer rumah sakit harus dilatih dalam hal sistem komando insiden darurat.
(2)
(2)
(3)
Evaluasi latihan simulasi darurat atau pemadaman sekurang-kurang sekali dalam setahun.
25
lokasi bangunan;
(2)
(3)
3.4
Petunjuk nonstruktural penting untuk operasi harian rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
Jika nonstruktural ini rusak, maka rumah sakit tidak akan mampu untuk berfungsi dan kejadian ini
dapat menyebabkan kecelakaan pada pasien. Nonstruktural ini termasuk :
(1)
(2)
(3)
(4)
3.5
Petunjuk fungsional penting untuk kelangsungan operasi rumah sakit dan fasilitas
kesehatan. Fungsional ini termasuk :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
3.6
Setelah identifikasi kelemahan-kelamahan, langkah selanjutnya adalah merencana kan
aksi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kelemahan.
(1)
26
(2)
(3)
3.7
Rumah sakit yang aman harus tetap menyuarakan struktural, organisir dengan baik dan
dapat beroperasi penuh dalam keadaan darurat dan bencana. Dukungan terhadap rumah sakit
dan fasilitas kesehatan untuk membuatnya aman dalam kondisi darurat menjadi kewajiban setiap
orang.
27
KEPUSTAKAAN
(1)
(2)
WHO/PAHO (2003), Protecting new health facilities from natiral disasters; guidelines for the promotion
of disaster mitigation. Washington,D.C
28
APENDIKS
Tabel 2.2.14 - PETUNJUK STRUKTUR UNTUK KESELAMATAN RUMAH SAKIT
Petunjuk : Dalam kolom kedua, isi dengan Y, bila sesuai, atau X bila tidak sesuai.
Gunakan kolom terakhir untuk komentar. Masukkan TB (tidak berlaku) dalam kolom
terakhir jika kondisi tidak ada dalam peraturan pemerintah pusat atau lokal.
A LOKASI
3
4
Bangunan rumah sakit memiliki bentuk yang sederhana dan simitris di kedua
sumbu lateral dan longitudinal (misalnya persegi atau persegi panjang),
sehingga tahan ketika mengalami gaya seperti yang ditimbulkan oleh gempa
bumi.
Elemen struktur bangunan (pondasi, kolom, balok, plat lantai, rangka batang)
dan elemen nonstruktural diperhitungan sesuai dengan persyaratan untuk
angin kencang (faktor keutamaan angin 1,15) dan gempa bumi (faktor
keutamaan seismik 1,4)
Dinding kaca, pintu dan jendela mampu menahan kecepatan angin antara
200 ~ 250 km/jam.
Jumlah lantai yang digunakan untuk pelayanan kesehatan pada bangunan
rumah sakit harus kurang dari 5 (lima) lantai, terutama di daerah yang rawan
gempa.
STRUKTUR
1
2
3
4
5
Catatan
DESAIN
1
Y
atau
X
Tidak ada keretakan pada struktur utama, keretakan kecil atau retak rambut
harus diselidiki oleh tenaga ahli struktur yang kompeten dan diperbaiki di
lokasi.
Struktur dibangun dengan bahan tahan api dan tidak beracun.
Struktur dibangun dengan kompetensi teknis yang memadai. Dilaksanakan
inspeksi dan pengawasan bangunan secara tepat.
Lemari, rak, peranti, peralatan, diangker dengan benar
Ramp berada pada area yang tepat untuk memindahkan tempat tidur pasien
dan untuk digunakan oleh penyandang cacat.
PERIZINAN
1
2
Harus dilengkapi set gambar terpasang (as built drawing) sesuai yang
dibangun dan selalu tersedia bila diperlukan.
Harus dilengkapi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diperlukan dan
Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
29
3
4
30
ELEMEN ARSITEKTUR.
1
Y
atau
X
Catatan
g
h
i
j
k
l
m
kompartemenisasi.
pintu yang digerakkan dengan daya listrik dapat dioperasikan secara
manual ke ruangan yang dibolehkan pada peristiwa kegagalan daya
listrik.
pintu otomatik dapat dijalankan secara manual.
ruangan seperti ruang operasi, unit perawatan intensif, ruang pemulihan,
ruang melahirkan, ruangan sebelum melahirkan, ruang isolasi, dan area
steril mempunyai pintu yang menutup secara manual.
Pada bangunan tinggi (5 lantai ke atas), tangga eksit vertikal bagian
dalam bangunan mempunyai eksit kebakaran bertekanan positif, kedap
asap, tahan panas dan api.
kunci yang dipasang di ruang perawatan pasien dapat dikunci hanya dari
koridor untuk memungkinkan eksit dari ruangan dengan mengoperasikan
secara sederhana tanpa sebuah kunci.
pintu yang dirancang untuk selalu tertutup sebagai jalan keluar, seperti
pintu tangga atau eksit horizontal, dilengkapi dengan mekanisme
menutup sendiri yang handal.
pintu yang dirancang untuk selalu tertutup harus diberi tanda, antara lain
seperti: EKSIT KEBAKARAN, PINTU DIJAGA TERTUTUP.
Sistem Kelistrikan.
a. Generator darurat mempunyai kapasitas memenuhi kebutuhan prioritas
rumah sakit (ketentuan untuk sistem cadangan kelistrikan, termasuk
31
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
n
o
p
q
r
s
t
2
32
Sistem Komunikasi
a antena dan batang terminal proteksi petir dijepit dan ditumpu untuk
keselamatan.
b terminal proteksi petir dengan fitur proaktif operasional lebih disukai,
mengikuti SNI proteksi petir.
c dilengkapi dengan proteksi petir.
d radio mempunyai sumber arus listrik cadangan (batere).
e tersedia sistem komunikasi cadangan (a.l handy talky).
f
peralatan utama komunikasi dan kabel dipasang dengan angker dan
g
h
penjepit.
sistem alarm kebakaran mengirimkan alarm secara otomatis ke pos
pemadam kebakaran terdekat atau bantuan dari luar lainnya.
Sistem komunikasi di luar bangunan dipasang di dalam tanah.
33
b
c
d
e
f
g
h
i
j
34
35
Peralatan dan alat penunjang lain dalam bagian pengobatan nuklir dan unit therapi
radiasi.
a perlindungan yang memadai terhadap bahaya radiasi.
b menggunakan iluminasi dengan sistem cadangan pencahayaan dalam
kasusu kegagalan daya listrik normal.
c aman dari banjir.
d tersedia area dekontaminasi standar (tetap/bergerak).
e ventilasi, air conditioning dan humiditi kontrol yang baik.
f
pasokan daya listrik yang cukup (kira-kira 24 kW/unit) dengan pemutus
arus tersendiri, sistem dibumikan.
g tempat tidur harus terlindung di tempat dan dapat juga digerakkan jika
dibutuhkan.
h peralatan dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk pengobatan /tindakan
diletakkan dekat penunjang tempat tidur, dipasang tetap dan diangkur.
i
Area monitor dilengkapi dengan alarm, meter survey radiasi dengan
peringatan suara.
j
penyimpanan dan pemisahan yang tepat, penangan dan pembuangan
kimia, radioaktif, dan material berbahaya lainnya.
k fasilitas terpisah terpisah untuk pemrosesan reagent dan unsur kimia,
radio pharmasi, dan diagnosa kit.
l
air bekas dibuang ke instalasi pengolahan air limbah.
m adanya peralatan keselamatan sebagai berikut :
x pelindung;
x peralatan proteksi petugas;
x perkakas untuk penangan jarak jauh;
x kontainer untuk material radioaktif;
x monitor nilai dose dengan alarm;
x tanda arah, label, rekaman/catatan.
x kit darurat.
36
peralatan di atas troli beroda diangkur dengan sistem yang tepat dengan
menggunakan pengait dan rantai dan dapat dipasang ke tempat tidur
atau dinding (ECG, Monitor, Suction Unit, Ventilator, incubator, BP
monitor, peralatan resusitasi).
e
f
g
Y
atau
X
Catatan
Lokasi.
a dilokasi sepanjang atau dekat jalan raya yang baik dan sarana
transportasinya memadai mudak diakses oleh masyarakat.
b Cukup bebas dari kebisingan yang tidak semestinya, asap, bau busuk,
banjir dan tidak terletak berdekatan dengan jalur kereta api, angkutan
umum, taman bermain anak-anak, bandara, pabrik industri, pabrik
pengolahan sampah.
c Mematuhi semua peraturan zonasi lokal.
Aksesibilitas
a Tidak ada penghalang di jalan menuju rumah sakit.
b Memiliki akses ke lebih dari satu jalan (jalur alternatif) dan memiliki pintu
masuk lokasi dan pintu keluar lokasi terpisah
37
c
d
e
f
g
h
i
j
k
B
Sirkulasi Internal.
a Perawat di ruang pos perawat dapat melihat keluar rawat inap dan
mempunyai akses ke pasien.
b Ruang rawat dan sanitasi toilet.
c Zona area layanan yang tepat :
x Departemen yang paling erat hubungannya dengan masyarakat
diletakkan dekat pintu masuk Rumah Sakit (Instalasi Rawat
Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Administrasi, perawatan
kesehatan primer).
x Departemen yang menerima beban kerja dari instalasi rawat inap
atau zona bagian dalam harus diletakkan dekat dengan bagian ini
(radiologi, laboratorium)
x
Departemen rawat inap harus berada di zona bagian dalam.
d Pintu masuk yang aman dan terkontrol dilengkapi dengan peta area.
Interoperabilitas.
a Area penunjang, seperti pembangkit listrik, boiler, fasilitas penyimpanan
air, area laundri dan rumah pompa diletakkan pada bangunan terpisah.
b Area yang akan diubah menjadi ruang pasien selama situasi bencana
benar-benar teridentifikasi dengan pencahayaan yang memadai, kotak
kontak, persediaan air dan closet atau kamar mandi.
c Kamar mayat diletakkan terpisah dari area layanan, sebaiknya dilengkapi
dengan pagar atau pintu gerbang.
d Area diagnostik dengan menggunakan peralatan yang berat sebaiknya
diletakkan di lantai dasar, akan tetapi aman terhadap banjir.
e Di identifikasi area evakuasi dan tempat berkumpul.
f Fasilitas Laboratorium, radiologi dan radiotherapi adalah area terbatas.
38
Memiliki jalan akses yang diaspal (semen atau aspal) yang diidentifikasi
dan diberi label dengan benar.
Tersedia tanda arah, dipasang dengan benar dan mudah dibaca dalam
keadaan gelap.
Koridor, lorong dan gang harus mempunyai lebar 2,4 ~ 2,5 meter.
Menggunakan ram sebagai akses ke lantai dua dan yang lebih tinggi.
Jalur tangga yang aman dan dipasang dengan rel pegangan tangan
dengan lebar tangga sekurang-kurangnya 112 ~ 120 m, setiap anak
tangga harus mempunyai ketinggian kurang dari 17 cm dan dibuat dari
beton.
Setiap bukaan pada dinding diproteksi dengan pintu tahan api atau
jendela tetap dengan kaca kawat.
Setiap pintu ke tangga , ram, saf lif, pencahayaan, saf ventilasi atau
parasut di jalur tangga tertutup harus menutup sendiri dan dalam
keadaan normal dijaga selalu tertutup.
Tangga keluar bangunan harus tertutup dan bukaan yang terproteksi.
Tersedia parkir yang aman dan pencahayaannya baik.
Prosedur.
a Prosedur administrasi khusus untuk tanggap darurat dan bencana.
b Prosedur untuk mobilisasi sumbr daya (dana, logistik, sumber daya
manusia), termasuk penggiliran tugas selama bencana dan darurat
c Prosedur memperluas layanan, ruangan dan tempat tidur dalam kejadian
lonjakan jumlah pasien.
d Prosedur proteksi rekam medik pasien.
e Prosedur untuk pemeriksaan keselamatan regular peralatan oleh otoritas
yang sesuai dan pemeliharaan pencegahan.
f Prosedur pengawasan epidemiologic rumah sakit.
g Prosedur untuk menyiapkan lokasi untuk penempatan sementara untuk
pemeriksaan forensik.
h Prosedur untuk pengangkutan dan persediaan logistik.
i Prosedur merespon selama malam hari, hari libur dan giliran libur.
Pedoman
a Pedoman untuk makanan dan perediaan untuk petugas rumah sakit
selama situasi darurat.
b Pedoman dan tindakan untuk memastikan mobilisasi penambahan
petugas selama situasi darurat secara baik.
c Pedoman untuk kesehatan jiwa dan dukungan psychosocial.
d Pedoman tindakan/pengobatan atau protokol.
e Pedoman seperti memorandum atau perintah rumah sakit untuk semua
petugas rumah sakit untuk berpartisipasi dalam latihan dan pelaksanaan
simulasi.
f Pedoman untuk menangani sukarelawan, khususnya selama situasi
darurat dan bencana.
g Pedoman tentang senjata api untuk polisi yang datang dan pergi
mengunjungi rumah sakit, atau menjaga pasien terhukum.
Sistem Logistik.
a Sistem untuk memperkirakan kebutuhan obat, menjaga persediaan,
penyimpanan, penyaluran, mengeluarkan dan mengontrol penggunaan obat.
b Penyimpanan persediaan yang berhubungan dengan medik untuk situasi
darurat.
c Pengaturan khusus dengan penjual dan pemasok untuk pembelian dalam
situasi darurat .
39
d
e
f
g
h
40
Sistem Kelistrikan.
a Sistem tentang bagaimana daya listrik dipasok ke rumah sakit, voltase
inggi ditribusi seperti 380V/220V, menggunakan sistem 3 phase 4 kawat
untuk biaya rendah dan effisiensi lebih besar.
b Pasokan listrik rumah sakit, dalam istilah amper, cycle atau kiloWatt.
c Transformer menggunakan sitem pendinginaan yang tidak mudah
terbakar, yaitu jenis kering, epoksi resin, atau minyak silikon atau minyak
R-Temp bertemperatur tinggi.
d Lokasi panel kontrol dan jalur distribusi daya harus ditunjukkan pada
perencanaan lantai.
e Adanya generator sebagai daya darurat atau daya pengganti untuk
pencahayaan darurat dan operasi peralatan penting.
f Generator set harus diletakkan pada ditempat yang tidak berdekatan
dengan ruang operasi atau area rawat inap.
g Direkomendasikan sirkit untuk daya darurat harus disediakan untuk:
Pencahayaan :
x semua eksit, termasuk tanda arah eksit, tangga dan koriddor;
x kamar bedah, kebidanan, ruang pemulihan, dan ruang gawat
darurat;
x ruang bayi, laboratorium, unit perawatan intensif, pos perawat,
ruang sebelum melahirkan, dan farmasi;
x lokasi generator set, lokasi panel utama listreik dan ruang boiler;
x satu atau dua elevator, jika dibutuhkan untuk situasi darurat;
x ruang operator telepon;
x ruang komputer,
Peralatan :
x Sistem panggil perawat;
x sistem alarm, termasuk alarm kebakaran;
x pompa kebakaran.
x refrigerator untuk bank darah;
x peralatan untuk operasi, pemulihan, perawatan intensif, dan
ruang melahirkan;
x satu unit sterilisasi yang menggunakan listrik, jika dipasang;
x sistem pengolahan air limbah, dan sistem pompa angkat.
x peralatan penting untuk memelihara layanan telepon dan sistem
dasar radio dua arah.
Pemanasa, Pendinginan dan sistem ventilasi:
x ruang operasi, ruang melahirkan, ruang sebelum melahirkan,
ruang pemulihan, unit perawatan intensif, ruang bayi, unit
perawatan intensif bayi baru lahir, dan ruang pasien.
Sistem Keamanan.
a Tersedia unit pengaman (swasta atau organik).
b SOP yang ketat pada area berisiko tinggi tertentu seperti pintu masuk
utama dan pintu keluar, area yang menyimpan zat dan kimia mudah
menguap dan area yang berisi peralatan medik yang bernilai tinggi.
c Tempat penyimpanan senjata api saat memasuki rumah sakit (tidak
diperbolehkan ada senjata api di dalam rumah sakit).
d Ketentuan untuk mengingatkan dan memanggil penjaga untuk bertugas
selama situasi darurat dan bencana.
e Koordinasi dengan pejabat setempat untuk membantu rumah sakit
selama situasi darurat dan bencana.
41
c
d
42
43
KATA PENGANTAR
Peningkatan kualitas rumah sakit, ditentukan oleh 2 (dua) faktor utama, yaitu Pelayanan oleh
petugas rumah sakit, dan bangunan serta prasarana dari rumah sakit itu sendiri.
Banyak masyarakat Indonesia khususnya di daerah perbatasan dengan negara tetangga lebih
menyukai untuk berobat di negara tetangga tersebut. Hal ini bukan disebabkan karena kualitas
layanan petugas medik kita rendah, akan tetapi lebih disebabkan bangunan dan prasarana rumah
sakit kita masih sangat minim atau boleh dikatakan memprihatinkan, sehingga kepercayaan
masyarakat untuk berobat di rumah sakit di negara kita sendiri sangat berkurang.
Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang R.I. No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
merupakan payung hukum untuk seluruh pihak mendukung dibangunnya rumah sakit yang
minimal memenuhi persyaratan.
Karena rumah sakit merupakan bentuk bangunan, maka dalam ketentuan pembangunannya,
rumah sakit harus mengikuti persyaratan teknis yang tertuang dalam Undang-Undang R.I No. 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Persyaratan tersebut meliputi 2 (dua) faktor utama, yaitu :
(1)
(2)
Di dalam Persyaratan Keandalan bangunan gedung, ada 4 (empat) faktor yang harus diperhatikan,
yaitu : keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Faktor Keselamatan bangunan gedung meliputi :
(1)
(2)
(3)
Undang-Undang R.I. No. 44 tentang rumah sakit, pada Pasal 11 ayat (1).g, mengamanatkan faktor
yang harus diperhatikan pada prasarana rumah sakit adalah adanya petunjuk, standar dan sarana
evakuasi saat terjadinya keadaan darurat.
Pada Undang-Undang R.I No. 28 tahun 2002, sarana evakuasi saat terjadinya keadaan darurat
masuk dalam kelompok Sistem proteksi Kebakaran, sehingga persyaratan-persyaratan teknis
yang ada padanya harus diterapkan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan
teknis Prasarana Rumah Sakit.
Sebagai petunjuk pelaksanaan dari Persyaratan Menteri tersebut, maka perlu diterbitkan Pedoman
teknis ini.
Pedoman Teknis ini, terdiri dari 2 (dua) buku, meliputi :
(1)
(2)
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit yang Aman terhadap bencana dan situasi darurat.
Untuk pemenuhan pedoman teknis ini disesuaikan dengan kemampuan daerah masing-masing.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
iii
v
KETENTUAN UMUM
1.1 Pendahuluan
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.3 Pengertian
1.4 Ruang Lingkup
1
1
1
2
4
BAB I
BAB II
BAB III
Penutup
Kepustakaan
APENDIKS
25
26
27
KETENTUAN UMUM
1.
Pendahuluan.
Menyusun pedoman sebagai sarana akreditasi bangunan dan prasarana rumah sakit dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara pilihan.
Cara pertama, disusun berdasarkan hasil penelitian dimana sebelum diterbitkan, terlebih dahulu
dipublikasikan kepada masyarakat terkait, untuk dimintai pendapat dan keberatannya. Cara ini
membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak kecil.
Cara kedua, disusun berdasarkan adopsi dari standar akreditasi yang dilakukan oleh negara lain
dan telah digunakan di banyak negara sebagai sarana akreditasi bangunan dan prasarana rumah
sakit.
Pada pedoman teknis sarana keselamatan jiwa bangunan rumah sakit ini memilih standar
akreditasi yang dikeluarkan oleh JCI (Joint Commission International), sebagai acuan adopsi dari
pedoman teknis ini.
Standar JCI telah digunakan untuk mengakreditasi beberapa rumah sakit di Indonesia, baik rumah
sakit pemerintah maupun swasta, dengan maksud agar kualitas bangunan dan prasarana rumah
sakitnya setara dengan standar internasional.
JCI, dalam penyusunannya banyak mengacu pada standar NFPA (National Fire Protection
Association), dimana standar ini telah digunakan juga sebagai Standard Nasional Indonesia (SNI),
dan yang telah diterbitkan sebagai SNI juga telah diwajibkan pula penggunaannya oleh Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 26/Tahun 2008.
Untuk penyesuaian dengan pedoman teknis ini, tidaklah mudah, mengingat telah banyak rumah
sakit yang dibangun di Indonesia saat ini dari tingkat kota Metropolitan, Kota Besar dan Kabupaten
belum banyak yang memenuhi syarat.
Untuk itu, perlu ada suatu kebijakan dari Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) dan
Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten dan Kota), untuk menerapkannya secara bertahap,
sesuai kemampuan daerahnya masing-masing.
Dalam penerapannya, untuk konsultasi lebih lanjut, Pemerintah Daerah dapat menghubungi
Kementerian Kesehatan R.I, Sub Dit Sarana dan Prasarana Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
2.
Pedoman teknis sarana keselamatan jiwa bangunan dan prasarana rumah sakit ini, dimaksudkan
sebagai upaya memberikan acuan teknis fasilitas fisik agar rumah sakit menyediakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang memadai sesuai kebutuhan.
Pedoman teknis sarana keselamatan jiwa bangunan dan prasarana rumah sakit ini bertujuan
memberikan petunjuk agar suatu perencanaan dan pengelolaan sarana keselamatan jiwa
bangunan dan prasarana di rumah sakit memperhatikan kaidah-kaidah pelayanan kesehatan,
sehingga dapat digunakan oleh mereka-mereka yang terkait.
3.
Pengertian.
3.1
Akses eksit
3.2
kemampuan untuk bergerak ke arah tangga tetapi tidak dapat menggunakan tangga.
3.3
satu tingkat dalam bangunan, dimana bangunan tersebut diproteksi menyeluruh oleh sistem
springkler otomatik yang terawasi dan disetujui serta dipasang sesuai SNI 03-3989-2000
tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, dan mempunyai paling sedikit dua
ruangan atau tempat yang dapat dicapai dan terpisah satu sama lain oleh partisi yang tahan
asap, atau
(b)
satu tempat, di dalam satu jalur lintasan menuju jalan umum yang diproteksi dari pengaruh
kebakaran, baik dengan cara pemisahan dengan tempat lain di dalam bangunan yang sama
atau oleh lokasi yang baik, sehingga memungkinkan adanya penundaan waktu dalam
lintasan jalan ke luar dari tingkat manapun .
(c)
suatu tempat berlindung yang pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan
yang berlaku.
3.4
Eksit horisontal
suatu jalan terusan dari satu bangunan ke satu daerah tempat berlindung di dalam bangunan lain
pada ketinggian yang hampir sama, atau suatu jalan terusan yang melalui atau mengelilingi suatu
penghalang api ke daerah tempat berlindung pada ketinggian yang hampir sama dalam bangunan
yang sama, yang mampu menjamin keselamatan dari kebakaran dan asap yang berasal dari
daerah kejadian dan daerah yang berhubungan.
3.5
Eksit
bagian dari sebuah sarana jalan ke luar yang dipisahkan dari tempat lainnya dalam bangunan
gedung oleh konstruksi atau peralatan sesuai butir 4.1.2 untuk menyediakan lintasan jalan yang
diproteksi menuju eksit pelepasan.
3.6
Eksit pelepasan
bagian dari sarana jalan ke luar antara batas ujung sebuah eksit dan sebuah jalan umum.
3.7
bagian dari akses eksit yang dilintasi sebelum dua jalur lintasan terpisah dan berbeda menuju dua
eksit yang tersedia. Jalur yang tergabung adalah jalur lintasan bersama.
3.8
Lobi lif
sebuah tempat dari mana orang langsung memasuki kereta lif dan ke mana orang langsung ke
luar dari kereta lif.
3.9
sebuah pintu diantara lif lobi dan satu tempat pada bangunan yang bukan saf lif.
3.10
Ram
3.11
sebuah ruang tertutup untuk tangga dirancang untuk membatasi pergerakan dari hasil
pembakaran.
3.12
suatu jalur lintasan yang dapat digunakan oleh seseorang dengan cacat mobilitas yang menuju
jalan umum atau suatu daerah tempat berlindung.
3.13
suatu jalan lintasan yang menerus dan tidak terhambat dari titik manapun dalam bangunan gedung
ke jalan umum, terdiri dari tiga bagian yang jelas dan terpisah; akses eksit, eksit dan eksit
pelepasan.
3.14
sebuah sistem, termasuk sederetan vertikal lobi lif, meliputi pintu lobi lif, saf lif dan ruangan mesin
yang menyediakan proteksi dari pengaruh kebakaran bagi penumpang lif, orang yang menunggu
lif, dan peralatan lif, untuk dapat menggunakan lif sebagai jalan ke luar.
4.
Ruang Lingkup.
Lingkup materi Pedoman Teknis Sarana Keselamatan Jiwa Bangunan dan Prasarana
Sakit ini adalah sebagai berikut :
(1)
Rumah
Ketentuan Umum.
memberikan gambaran umum yang meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, serta
;lingkup materi pedoman.
(2)
Bab I : Pedoman Teknis Sarana Keselamatan Jiwa Pada Bangunan Rumah Sakit.
(3)
(4)
(5)
Bab IV : Penutup.
BAB I
PEDOMAN TEKNIS SARANA KESELAMATAN JIWA PADA
BANGUNAN RUMAH SAKIT.
1.1.1
Rumah sakit menugaskan perseorangan atau tim untuk menilai apakah kelengkapan
dokumen Persyaratan Teknis Keselamatan Jiwa telah terpenuhi dalam bentuk Pernyataan
Kondisi Fisik Bangunan dengan format elektronik (PK-e), dan mengatasi kekurangannya.
(2)
Rumah sakit harus memelihara dokumen Pernyataan Kondisi Fisik Bangunan elektronik
(PK-e) sampai saat ini.
Catatan :
Pernyataan Kondisi Fisik Bangunan elektronik (PK-e) selalu tersedia untuk setiap rumah
sakit dan dapat di akses melalui sambungan situs extranet.
(3)
(4)
Untuk Rumah sakit yang menggunakan Akreditasi Rumah Sakit untuk tujuan menyatakan
status: rumah sakit harus menyimpan dokumentasi dari setiap inspeksi dan persetujuan
yang dibuat oleh instansi terkait.
1.2.1
Rumah sakit memasang tanda arah yang menunjukkan lokasi alternatif Eksit untuk setiap
orang yang berada di area itu. (Lihat juga butir 1.1.1. ayat 3).
(3)
Rumah sakit memiliki kebijakan tertulis tindakan keselamatan jiwa sementara (ILSM =
Interim Life Safety Measure) yang mencakup situasi dimana sarana keselamatan jiwa
terdapat kekurangan yang tidak dapat secara langsung diperbaiki atau selama periode
konstruksi. Kebijakan termasuk evaluasi jika dan untuk perluasan apa dari rumah sakit
berikut langkah khusus untuk kompensasi dari peningkatan risiko keselamatan jiwa. (Lihat
juga butir 1.1.1.1 ayat 3).
(4)
Apabila rumah sakit teridentifikasi adanya kekurangan yang tidak dapat segera diperbaiki
atau selama jangka waktu konstruksi, rumah sakit perlu melakukan sebagai berikut :
memeriksa Eksit di daerah yang terkena dampak setiap hari, Kebutuhan untuk
pemeriksaan ini didasarkan pada kriteria langkah ILSM (Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3).
(5)
Apabila rumah sakit menemukan adanya kekurangan yang tidak dapat segera diperbaiki
atau selama periode konstruksi, rumah sakit perlu melakukan sebagai berikut : Melengkapi
sementara tetapi setara sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk digunakan jika sistem
kebakaran terganggu. Kebutuhan untuk peralatan ini didasarkan pada kriteria ILSM (Lihat
juga butir 1.1.1.1 ayat 3)
(6)
Apabila rumah sakit menemukan adanya kekurangan-kekurangan yang tidak dapat segera
diperbaiki atau selama periode konstruksi, rumah sakit perlu melakukan sebagai berikut :
Melengkapi peralatan pemadam api tambahan. Kebutuhan untuk peralatan ini didasarkan
pada kriteria ILSM. (Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3)
(7)
Apabila rumah sakit menemukan adanya kekurangan yang tidak dapat segera diperbaiki
atau selama periode konstruksi, rumah sakit perlu melakukan sebagai berikut : Penggunaan
konstruksi partisi sementara tahan asap, atau dibuat tidak mudah terbakar atau bahan
mudah terbakarnya terbatas, yang tidak akan menambah berkembangnya atau menjalarnya
api. Kebutuhan partisi ini didasarkan pada kriteria ILSM. (Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3)
(8)
Apabila rumah sakit menemukan adanya kekurangan pada sarana keselamatan jiwa yang
tidak dapat dengan segera diperbaiki atau selama periode konstruksi, rumah sakit perlu
melakukan sebagai berikut : Meningkatkan pengawasan bangunan, pekarangan, peralatan,
memberikan perhatian khusus pada area konstruksi dan gudang, penggalian dan kantor
lapangan. Kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan didasarkan pada kriteria ILSM.
(Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3).
(9)
Apabila rumah sakit menemukan kekurangan sarana keselamatan jiwa yang tidak dapat
segera diperbaiki atau selama periode konstruksi, rumah sakit perlu melakukan sebagai
berikut : Menyediakan gudang konstruksi, kerumahtanggaan, dan secara praktis membuang
puing-puing yang dapat mengurangi bahan mudah terbakar pada bangunan dan beban api
yang mudah terbakar sampai tingkat serendah mungkin. Kebutuhan penerapan ini
didasarkan pada kriteria ILSM (Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3)
(10) Apabila rumah sakit menemukan adanya kekurangan yang tidak dapat segera diperbaiki
atau selama periode konstruksi, rumah sakit perlu melakukan sebagai berikut : Menyediakan
latihan tambahan untuk mereka yang bekerja di rumah sakit tentang penggunaan peralatan
pemadam kebakaran. Kebutuhan akan pelatihan tambahan didasarkan pada kriteria ILSM.
(Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3)
(11) Apabila rumah sakit menemukan kekurangan sarana keselamatan jiwa yang tidak dapat
segera diperbaiki atau selama periode konstruksi, rumah sakit perlu melakukan hal berikut :
Melakukan satu latihan kebakaran tambahan per shif per kuartal. Kebutuhan latihan
tambahan didasarkan pada kriteria ILSM. (Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3)
(12) Apabila rumah sakit menemukan kekurangan sarana keselamatan jiwa yang tidak dapat
segera diperbaiki atau selama periode konstruksi, rumah sakit perlu melakukan hal berikut :
Memeriksa dan menguji sistem sementara setiap bulan. Tanggal penyelesaian pengujian
dicatat. Kebutuhan untuk pemeriksaan dan pengujian berdasarkan kriteria ILSM (Lihat juga
butir 1.1.1.1 ayat 3)
(13) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran akan
kekurangan
bangunan,
bahaya
konstruksi,
dan
langkah-langkah
sementara,
diimplimentasikan untuk menjaga keselamatan terhadap bahaya kebakaran. Kebutuhan
pendidikan didasarkan pada ILSM (Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3)
(14) Rumah sakit melatih mereka yang bekerja di rumah sakit untuk mengkompensasi gangguan
struktural atau fitur kompartemen keselamatan kebakaran. Kebutuhan pelatihan berdasarkan
kriteria ILSM (Lihat juga butir 1.1.1.1 ayat 3).
Catatan :
Kompartemenisasi adalah konsep menggunakan berbagai komponen bangunan (misalnya,
dinding dan pintu tahan api, penghalang asap, plat lantai tahan api) untuk mencegah
penyebaran api dan produk pembakaran sehingga memberikan sarana jalan ke luar yang
aman yang disetujui. Kehadiran fitur ini bervariasi, tergantung pada klasifikasi penghuni
bangunan.
BAB II
BANGUNAN DAN FITUR PROTEKSI KEBAKARAN
2.1.10 Bangunan dan fitur proteksi kebakaran dirancang dan dipelihara untuk
meminimalkan pengaruh api, asap dan panas.
Penjelasan 2.1.10 :
Bangunan harus dirancang, dibangun dan dipelihara untuk meminimalkan bahaya dari pengaruh
api, termasuk asap, panas dan gas beracun. Karakteristik struktural bangunan dan juga umurnya,
menentukan tipe fitur proteksi kebakaran yang dibutuhkan. Fitur yang dicakup dalam standar ini
termasuk struktur, sistem sprinkler otomatik, pemisahan bangunan, dan pintu-pintu.
Catatan :
Bila renovasi atau merancang sebuah bangunan baru, rumah sakit juga harus memenuhi
pedoman teknis dan standar (lokal, propinsi, kabupaten/kota) yang mungkin lebih ketat daripada
persyaratan teknis sarana keselamatan jiwa. Juga pedoman teknis yang mencakup pertimbangan
khusus untuk renovasi kecil dan besar.
Elemen-elemen kinerjanya dapat diuraikan sebagai berikut :
(1)* Bangunan memenuhi persyaratan ketinggian dan tipe konstruksi sesuai dengan NFPA 1012000: 18/19.1.6.1
(2)* Bangunan baru dan bangunan eksisting yang dilengkapi dengan sistem sprinkler otomatis
yang disetujui, dipersyaratkan untuk setiap jenis konstruksi
(Untuk teks lengkap dan setiap pengecualiannya, lihat NFPA 101-2000; 18.3.5.1 dan
19.1.6.2)
(3)* Tingkat Ketahanan Api dinding 2 jam (seperti dinding bersama antara bangunan dan dinding
pemisah hunian di dalam bangunan) meluas dari plat lantai ke lantai atau lantai atap di atas
dan meluas dari dinding luar ke dinding luar
(Untuk uraian lengkap dan setiap pengecualiannya, lihat NFPA 101-2000, 8.2.2.2)
(4)* Tingkat ketahanan api bukaan 1 jam pada dinding yang mempunyai tingkat ketahanan api
2 jam (Lihat juga butir 2.1.20 ayat 3; butir 2.1.30 ayat 1)
(Untuk uraian lengkap dan setiap pengecualiannya, lihat NFPA 101-2000, 8.2.3.2.3.1).
(5)* Pintu-pintu dipersyaratkan mempunyai tingkat ketahanan api yang mempunyai fungsi
perangkat keras, termasuk kunci yang menempel dan alat menutup otomatis atau yang
menutup sendiri. Celah antara ujung pertemuan dari sepasang pintu tidak boleh lebih dari
1/8 inci lebarnya, dan potongan di bawah tidak boleh lebih besar dari inci. (Lihat juga butir
2.1.30 ayat 2; butir 2.1.34 ayat 2)
(Untuk teks lengkap dan setiap pengecualiannya, lihat NFPA 101-2000, 8.2.3.2.3.;
8.2.3.2.3.1 dan NFPA 80-1999; 2.3.1.7 dan 1.11.4)
(6)* Pintu tahan api tidak perlu memiliki plat pelindung yang tidak disetujui, yang dipasang lebih
tinggi dari 16 inci di atas bagian bawah pintu.
Catatan : Pintu untuk ruang berbahaya mungkin mempunyai plat pelindung tidak tahan api
yang ditempatkan tidak lebih tinggi dari 48 inci dari bagian bawah pintu
(Untuk uraian lengkap dan setiap pengecualian, mengacu NFPA 80-1999, 2-4.5 dan NFPA
101-2000,19.3.2.1).
(7)* Pintu-pintu membutuhkan tingkat ketahanan api jam atau lebih lama, bebas dari bendabenda pelapis, dekorasi, atau benda lainnya yang dilekatkan pada permukaan pintu, kecuali
tanda-tanda informasi.
(Untuk uraian lengkap dan setiap pengecualiannya, lihat NFPA 80-1999, 1-3.5)
(8)* Ducting yang menembus dinding pemisah yang mempunyai tingkat ketahanan api 2 jam
diproteksi dengan damper yang mempunyai tingkat ketahanan api 1 jam
(Untuk kalimat penuh dan setiap pengecualiannya, mengacu NFPA 101-2000; 8.2.3.2.4.1
dan NFPA 90A-1999: 3-3.1).
(9)* Ruang sekitar pipa, konduit, busduct, kabel, kawat, saluran udara, atau tabung pnumatik
yang menembus dinding dan lantai tahan api diproteksi dengan material tahan api yang
disetujui.
Catatan :
Busa jenis Polyurethane tidak bisa diterima sebagai bahan tahan api.
(Untuk uraian lengkap dan setiap pengecualian, mengacu NFPA 101-2000; 8.2.3.2.4.2)
(10)* Rumah sakit harus memenuhi semua persyaratan lain dari sarana keselamatan jiwa
berkaitan dengan Persyaratan umum. (NFPA 101-2000; 18/19.1)
Catatan :
Persyaratan Keselamatan Jiwa (Life Safety Code) membolehkan memilih pintu-pintu mana yang
dikunci apabila ada sebab-sebab klinis yang membatasi gerakan pasien.
10
11
(17)* Ruang-ruang atau ruang-ruang besar (yang tidak digunakan sebagai ruang tidur pasien)
berukuran lebih besar dari 230 m2 harus memiliki 2 (dua) pintu-pintu akses eksit yang
lokasinya berjauhan satu sama lain
(Untuk uraian selengkapnya dan tiap pengecualian, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.2.5.3).
(18)* Ruang-ruang besar (suites) untuk tempat tidur pasien dibatasi sampai 460 m2, dan ruangruang besar untuk keperluan lain dibatasi hingga 930 m2. Ruang-ruang besar tersebut harus
diatur sedemikian hingga tidak ada ruang-ruang antara yang merupakan area berbahaya
(Lihat pula LS.02.01.30, EP2).
(Untuk uraian selengkapnya dan tiap pengecualian, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.2.5.7).
(19)* Dalam ruang-ruang besar untuk ruang tidur pasien, jarak tempuh ke pintu akses eksit dari
setiap titik dalam ruang besar adalah 30 m atau kurang
(Untuk uraian lengkap dan tiap pengecualian, mengacu ke NFPA 101-2000 : 18/19.2.5.8).
(20)* Dalam ruang-ruang besar yang tidak digunakan untuk tempat tidur pasien yang memiliki 1
(satu) ruang antara, jarak tempuh ke pintu akses eksit dari setiap titik di ruang besar adalah
30 m atau kurang, dan dalam ruang-ruang besar yang memiliki 2 (dua) ruang-ruang antara
adalah 15 m atau kurang.
(Untuk uraian selengkapnya dan tiap pengecualian, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.2.5.8)
(21)* Ruang-ruang tempat tidur pasien membuka langsung ke koridor eksit.
(Untuk uraian selengkapnya dan tiap pengecualian, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.2.5.1)
(22)* Pintu-pintu yang mengarah ke ruang-ruang tidur pasien tidak dikunci.
(Untuk uraian selengkapnya dan tiap pengecualian, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.2.2.2.2).
(23)* Jarak tempuh ke pintu ruangan dari setiap titik di ruang tidur pasien adalah 15 m atau kurang
(Untuk uraian selengkapnya dan dan tiap pengecualian, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.2.6.2.3)
(24)* Pada bangunan eksisting, jarak tempuh, antara tiap pintu ruang ke eksit adalah 30 m atau
kurang (atau 45 m atau kurang apabila dipasang sistem sprinkler otomatis). Pada bangunan
baru, jarak tempuh antara tiap titik dalam ruangan dan ke eksit adalah 45 m atau kurang
(Untuk uraian selengkapnya dan tiap pengecualian mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.2.6.2.1)
(25)* Pada bangunan eksisting, jarak tempuh antara setiap titik dalam ruangan dan eksit adalah
45 m atau kurang (atau 60 m atau kurang apabila dilengkapi dengan sistem sprinkler
otomatis). Pada bangunan baru, jarak tempuh antara tiap titik dalam ruangan ke eksit adalah
60 m atau kurang
(Untuk uraian selengkapnya dan tiap pengecualian, mengacu ke NFPA 101-2000 : 18/19.
2.6.2.2).
(26)* Pada bangunan baru, tidak ada ujung buntu yang lebih panjang dari 9 m
12
13
Bangunan rumah sakit dirancang dan dipelihara sedemikian rupa agar bukaan-bukaan tersebut
mampu membatasi penjalaran api ke kompartemen atau ke lantai-lantai lainnya.
Elemen-elemen kinerjanya dapat diuraikan sebagai berikut :
(1)
Bukaan-bukaan vertikal yang ada (di luar tangga-tangga eksit) dilindungi dalam konstruksi
tahan api 1 jam. Pada konstruksi yang baru, bukaan vertikal (di luar tangga-tangga eksit)
dilindungi dalam konstruksi dinding tahan api 1 jam apabila menghubungkan 3 lantai atau
kurang; dan dalam konstruksi dinding tahan api 2 jam apabila menghubungkan 4 lantai atau
lebih. (Lihat juga butir 2.1.10 ayat 4).
(2)
Semua area berbahaya dilindungi dengan dinding-dinding dan pintu-pintu yang memiliki
ketahanan api sesuai dengan NFPA 101-2000 : 18/19.3.2.1 (Lihat juga butir 2.1.10, ayat 5,
butir 2.1.20, ayat 18). Area atau lokasi berbahaya termasuk, tetapi tidak terbatas, pada
elemen elemen berikut :
(a)
(b)
(c)
(d)
14
2)
2)
Ruang Londri baru, berukuran lebih dari 9 m2 yang dilindungi sistem sprinkler
dan memiliki dinding tahan api 1 jam dan pintu tahan api jam
Ruang-ruang penyimpanan cairan mudah terbakar (Lihat NFPA 30-1996: 4-4.2.1 dan
4-4.4.2)
1)
Ruang tangki cairan mudah menyala eksisting, yang dilindungi dengan dinding
tahan api 2 jam dan pintu tahan api 1,5 jam
2)
Ruang tangki cairan mudah menyala baru, dilindungi sistem sprinkler dan
memiliki dinding tahan api 2 jam dan pintu tahan api 1,5 jam
Laboratorium eksisting yang bukan area sangat berbahaya, yang memiliki sistem
sprinkler, mampu menahan penjalaran asap, dan memiliki pintu yang dapat
menutup sendiri atau diberi alat penutup pintu otomatis; atau laboratorium
tersebut memiliki dinding tahan api 1 jam dengan pintu tahan api jam
2)
Laboratorium baru yang bukan termasuk area sangat berbahaya, memiliki sistem
sprinkler, mampu menahan jalaran asap dan memiliki pintu yang dapat menutup
sendiri atau diberi alat pentutup pintu otomatis
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
3)
Laboratorium eksisting yang termasuk area sangat berbahaya (Lihat NFPA 991999 : 10-3.1.1) yang memiliki dinding tahan api 2 jam dan pintu tahan api 1,5
jam. Apabila dilindungi dengan sistem sprinkler maka dinding cukup bertahan api
1 jam dan pintu tahan api jam
4)
Laboratorium baru yang termasuk area sangat berbahaya (Lihat NFPA 99-1999 :
10-3.1.1) harus memiliki sistem sprinkler dan dinding tahan api 1 jam dan pintu
tahan api jam.
5)
6)
2)
Bengkel perawatan dan pemeliharaan yang baru yang diproteksi sistem sprinkler
harus memiliki dinding tahan api 1 jam dan pintu tahan api jam.
Ruang-ruang suplai tangki oksigen yang menggunakan pipa (Lihat NFPA 99-1999 : 43.1.1.2)
1)
Ruang suplai tangki oksigen eksisting harus diproteksi dinding tahan api 1 jam
dan pintu tahan api jam
2)
Ruang suplai tangki oksigen baru yang diproteksi system sprinkler harus memiliki
dinding tahan api 1 jam dan pintu tahan api jam
2)
Bengkel pengecatan baru yang bukan area sangat berbahaya yang memiliki
system sprinkler harus diproteksi dinding tahan api 1 jam serta pintu tahan api
jam.
Ruang-ruang linen kotor eksisting harus diproteksi sistem sprinkler dan harus
mampu menahan penjalaran asap, dan memiliki pintu yang dapat menutup
sendiri atau dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis; atau ruang-ruang
tersebut memiliki dinding tahan api 1 jam dan pintu tahan api jam.
2)
Ruang-ruang linen kotor yang baru harus diproteksi system sprinkler dan
mempunyai dinding tahan api 1 jam serta pintu tahan api jam
15
(j)
1)
2)
3)
2)
(3)* Toko mainan yang menyimpan atau memajang benda-benda mudah terbakar dalam jumlah
yang termasuk berbahaya harus dipisahkan dengan dinding-dinding tahan api 1 jam dan
pintu-pintu tahan api jam. Pada bangunan eksisting, kombinasi dinding-dinding dan pintupintu untuk menghambat penjalaran asap dan sistem sprinkler otomatis boleh digunakan
untuk toko mainan yang menyimpan atau memajang benda-benda mudah terbakar dalam
jumlah yang dapat dikategorikan berbahaya
(Untuk uraian lengkap dan tiap pengecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 : 18/19.3.2.5)
(4)* Bahan pelapis interior dinding dan plafon eksisting harus memiliki rating klas A atau B untuk
membatasi perkembangan asap dan penyebaran nyala api. Bahan pelapis interior dinding
dan plafon yang baru dipasang memiliki rating klas A
(Untuk uraian selengkapnya dan pengecualiannya mengacu ke NFPA 101-2000 : 19.3.3.2).
(5)* Bahan pelapis lantai yang baru dipasang di koridor kompartemen asap tanpa sistem
sprinkler harus memiliki daya fluks radiasi Klas I
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 : 19.3.3.3)
(6)* Partisi koridor eksisting dari konstruksi tahan api jam dipasang menerus dari pelat lantai
ke lantai atau pelat atap di atas, hingga melalui tiap ruang-ruang tersembunyi (seperti ruangruang yang terdapat di atas plafon gantung dan ruang-ruang antara), harus ditutup rapat dan
dikonstruksi untuk membatasi penjalaran asap.
Catatan-1 :
Ruang-ruang yang tidak tertutup rapat berukuran 1/8 inci atau kurang yang terletak sekeliling
pipa, saluran udara dan pengkawat di atas plafon diperbolehkan
Catatan-2 :
16
Di dalam kompartemen asap yang dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler yang
disetujui, partisi koridor diperbolehkan berakhir pada langit-langit apabila langit-langit
tersebut dikonstruksi untuk membatasi penjalaran asap.
Penjalaran asap dapat dibatasi dengan langit-langit yang memiliki lembaran akustik gantung
yang terbuka (exposed, suspended-grid acoustical tile ceiling).
Fitur langit-langit berikut ini juga mampu membatasi penjalaran asap, sistem pemipaan
sprinkler dan sprinkler yang menembus langit-langit, pemanasan saluran udara, ventilasi,
dan suplai pengkondisian udara (HVAC) dan difuser udara balik; pengeras suara dan
kelengkapan pencahayaan yang dipasang masuk (recessed).
(Untuk uraian lengkap dan perkecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 : 19.3.6.2 dan
19.3.6.2.2)
(7)* Pada bangunan baru, dinding koridor dikonstruksi untuk membatasi penjalaran asap
(Untuk uraian persyaratan lengkap dan pengecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18.3.6.2)
(8)* Pada kompartemen asap tanpa sistem sprinkler, jendela-jendela kebakaran yang terpasang
tetap, berukuran 25% atau kurang dari ukuran dinding-dinding koridor dimana jendelajendela tersebut terpasang.
Catatan :
Pemasangan jendela eksisting yang sebelumnya memenuhi kriteria Life Safety Code (seperti
luasan 0,8 m2 atau kurang, dipasangi kaca berkawat (wire glass), atau kaca tahan api, dan
dipasang pada rangka metal yang disetujui).
(Untuk uraian lengkap dan setiap perkecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 : 19.3.6.3.8
dan 8.2.3.2 (2).
(9)* Pada bangunan-bangunan eksisting, semua pintu-pintu koridor dibuat dari panel kayu padat
atau yang setara setebal 4.4 cm atau lebih dan tidak memiliki lubang ventilasi atau gril
(dengan pengecualian pada kamar mandi, toilet dan bak benam yang tidak mengandung
bahan mudah terbakar atau menyala)
(Untuk uraian persyaratan lengkap dan pengecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 :
19.3.6.3.1 dan 19.3.6.4)
(10)* Pintu-pintu koridor yang tidak memiliki plat pelindung dipasang lebih tinggi dari 125 cm di
atas bagian bawah pintu
(Untuk uraian persyaratan lengkap dan pengecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.3.6.3.5)
(11)* Pintu-pintu koridor dilengkapi dengan alat pengunci positif, diatur untuk membatasi gerakan
asap, dan ber-engsel sehingga mampu berayun. Celah antara sisi pertemuan pasangan
pintu tidak lebih dari 0.3 cm, dan undercuts tidak lebih dari 2.5 cm. Pengunci jenis gulung
tidak diperkenankan.
Catatan :
Untuk pintu-pintu eksisting, disarankan untuk menggunakan suatu alat yang bisa
mempertahankan pintu tetap tertutup bila mendapatkan tekanan seberat 22 N pada sisi
pintu.
(Untuk uraian selengkapnya bisa mengacu ke NFPA 101-2000 : 18/19.3.6.3.1 dan 7.2.1.4.1)
17
lantai-lantai yang bukan untuk ruang-ruang tidur yang memiliki penghuni dengan kapasitas
50 orang atau lebih.
(16)* Penghalang-penghalang asap membatasi ukuran maksimum dari kompartemen asap hingga
2100 m2. Jarak tempuh dari setiap titik dalam kompartemen ke dinding penghalang asap
tidak lebih dari 60 m
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 : 18/19.3.7.1)
(17)* Ukuran kompartemen-kompartemen asap memenuhi persyaratan yang berlaku (NFPA 1012000 : 18/19.3.7.4)
18
(18)* Penghalang-penghalang asap membentang dari pelat lantai ke lantai atau pelat atap di
atasnya, melalui setiap ruang-ruang tersembunyi (seperti ruang-ruang di atas langit-langit
gantung dan ruang-ruang antara), dan memanjang menerus dari dinding luar ke dinding luar.
Semua penembusan ditutup rapat.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu ke NFPA 101-2000 : 18/19.3.7.3)
(19)* Pada bangunan-bangunan eksisting, penghalang-penghalang asap memiliki ketahanan api
jam dan pada bangunan baru, penghalang api memiliki ketahanan api 1 jam
(Untuk uraian persyaratan lengkap dan pengecualiannya mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.3.7.3)
(20)* Pada bangunan-bangunan eksisting, saluran-saluran udara yang menembus penghalangpenghalang asap harus diproteksi damper-damper asap yang disetujui yang akan menutup
saat detektor asap beroperasi. Detektor ditempatkan di dalam sistem saluran udara atau di
area yang melayani kompartemen asap.
Catatan :
Pada bangunan-bangunan eksisting dengan dua kompartemen bersebelahan yang
dilengkapi dengan sistem sprinkler otomatis, tidak diperlukan damper-damper pada
penghalang-penghalang asap
(Untuk uraian persyaratan lengkap dan pengecualiannya mengacu ke NFPA 101-2000 :
18/19.3.7.3 dan 8.3.5.2)
(21)* Damper-damper asap yang disetujui harus melindungi bukaan aliran udara yang dipasang
sepanjang penghalang-penghalang asap di ruang-ruang plafon yang digunakan sebagai
plenum tanpa saluran udara baik untuk udara suplai maupun balik
(Uraian lengkap dan pengecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 : 8.3.5.1).
(22)* Susunan jendela api terpasang tetap pada dinding-dinding atau pintu-pintu penghalang asap
atau pintu-pintu yang memiliki ketahanan api 20 menit dan luasannya 25% atau kurang dari
ukuran penghalang asap.
Catatan :
Instalasi dinding eksisting yang memiliki kaca patri atau kaca tahan api, dan memiliki luas 0.8
m2 atau lebih kecil, serta dibuat pada rangka metal dapat diterima
(Untuk uraian persyaratan lengkap dan pengecualiannya, mengacu ke NFPA 101-2000 :
18.3.7.7, 19.3.7.5 dan 8.2.3.2.2)
(23)* Pintu-pintu pada penghalang-penghalang asap dapat menutup sendiri atau menutup secara
otomatis, dibuat dari bahan panel kayu padat atau yang setara, berukuran 4.4 cm atau lebih,
dan dipasang untuk menahan penjalaran asap.
Celah di antara sisi-sisi pertemuan pasangan pintu tidak boleh lebih lebar dari 0.3 cm, dan
potongan bawah (undercuts) tidak boleh lebih besar dari inci.
Pintu-pintu harus tidak memiliki lapisan papan pelindung tidak tahan api dengan ketinggian
lebih dari 125 cm di atas bagian bawah pintu
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu kepada NFPA 101-2000 : 18/19.3.7.5,
18/19.3.7.6, dan 8.3.4.1).
19
(24)* Dalam bangunan, pintu eksit yang menghubungkan tiga lantai atau kurang harus memiliki
ketahanan api 1 jam; eksit yang menghubungkan empat lantai atau lebih harus memiliki
ketahanan api 2 jam
(Untuk uraian persyaratan lengkap dan pengecualiannya mengacu ke NFPA 101-2000 :
7.1.3.2.1)
(25)* Bangunan rumah sakit memenuhi semua persyaratan proteksi asap dan api sesuai
ketentuan yang berlaku (NFPA 101-2000 : 18/19.3)
Catatan :
Sesuai ketentuan Komisi Bersama sejumlah tertentu pembersih tangan (hand-rub) berbasis
alkohol boleh digunakan dalam kompartemen asap tunggal.
Sistem stasiun dengan supervisi dari pengelola seperti yang dijelaskan dalam
ketentuan yang berlaku atau suatu metoda yang disetujui Komisi bersama untuk
suatu sistem transmisi manual (NFPA 72 - 1999; 5.3).
(d)* Suatu stasiun sistem alarm kebakaran dengan supervisi jarak jauh seperti yang
diuraikan dalam ketentuan yang berlaku (NFPA 72 - 1999; 5.4).
(2)* Kontrol panel utama alarm kebakaran terletak pada daerah yang terproteksi (suatu area
yang tertutup dan berdinding tahan api selama 1 jam dengan pintu kebakaran tahan api
selama jam) yang setiap saat harus dijaga atau di dalam ruangan yang dilengkapi dengan
detektor asap. (Lihat juga butir 2.1.10, ayat 5).
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 9.6.4 dan
NFPA 72 - 1999; 1.5.6 dan 3.8.41).
(3)* Panel pendukung yang dipasang pada jarak jauh yang mengeluarkan suara dan
pengumuman terletak di lokasi yang disetujui Otoritas Berwenang Setempat atau setara
dengannya.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 9.6.4).
(4)
Rumah sakit harus memenuhi persyaratan deteksi, alarm kebakaran dan system komunikasi
sesuai persyaratan keselamatan jiwa (NFPA 101 - 2000; 18/19.3.4).
20
(1)* Sistem alarm kebakaran memonitor komponen sistem sprinkler otomatis yang disetujui.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/19.3.5.2
dan 9.7.2.2).
(2)* Sistem alarm kebakaran disambungkan pada alarm aliran air,
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 9.7.2.2).
(3)* Gantungan pemipaan untuk sistem sprinkler otomatik yang disetujui tidak boleh longgar atau
rusak.
(Untuk uraian lengkap & pengecualiannya mengacu pada NFPA 25 - 1998; 2.2.3).
(4)* Pemipaan untuk sistem sprinkler otomatik yang disetujui tidak boleh digunakan untuk
menggantung peralatan lainnya.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 25 - 1999; 2.2.2).
(5)* Kepala springkler tidak dalam keadaan rusak, bebas korosi, bebas material lain, dan bebas
cat.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 25 - 1999; 2.2.1.1).
(6)* Perlu selalu dijaga area yang bebas dengan jarak 18 (45 cm) atau lebih, dari titik di bawah
deflektor kepala sprinkler ke titik tertinggi dari barang yang disimpan.
Catatan :
Dinding perimeter dan ketinggian rak boleh memanjang sampai ke langit-langit apabila tidak
terletak tepat di bawah kepala sprinkler.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 13 - 1999; 5.8.5.2.1).
(7)* Sistem sprinkler area terbatas yang memproteksi area terisolasi dan berbahaya harus
disambungkan ke sistem pemipaan air domestik mempunyai katup yang dapat ditutup dan
mempunyai titik kepala sprinkler tidak lebih dari 6 (enam) buah. Deteksi aliran air harus
terpasang pada instalasi baru apabila dua atau lebih sprinkler melayani satu area.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 9.7.1.2).
(8)* Jarak tempuh terjauh untuk mencapai APAR (Alat Pemadam Api Ringan) terdekat adalah 75
ft (23 m) atau kurang.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/19.3.5.6
dan NFPA 10 - 1998; 3.1.1).
(9)* APAR Kelas K diletakkan di dalam jarak 30 ft (9 m) dari suatu peralatan peralatan dapur
yang mengeluarkan cairan berminyak seperti penggorengan dengan tempat minyak yang
dalam, kompor, wajan atau alat pemanggang.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000;18/19.3.5.6
dan NFPA 10 - 1998; 2.3.2.).
(10)* Alat mengeluarkan cairan berminyak pada peralatan dapur seperti penggorengan dengan
tempat minyak yang dalam, kompor, wajan atau alat pemanggang harus mempunyai kanopi
atau tudung, sistem saluran udara udara buang (exhaust duct), juga alat penangkap lemak
tanpa saringan.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/19.3.5.6
dan NFPA 96 - 1998; 1.3.1).
21
(11)* Sistem pemadaman kebakaran otomatis untuk peralatan dapur yang mengeluarkan cairan
berminyak harus seperti berikut: Dapat mengaktifkan sistem alarm kebakaran gedung.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/19.3.2.6,
NFPA 96 - 1998; 7.1.1 dan 7.6.2).
(12)* Sistem pemadaman kebakaran otomatis untuk peralatan dapur yang mengeluarkan cairan
berminyak harus seperti berikut : Dapat mematikan aliran minyak/bahan bakar.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/19.3.2.6,
9.2.3, NFPA 96 - 1998; 7.1.1 dan 7.4.1).
(13)* Sistem pemadaman kebakaran otomatis untuk peralatan dapur yang mengeluarkan cairan
berminyak harus seperti berikut : Dapat mengontrol fan buang (exhaust fan) sesuai desain.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.3.2.6,
NFPA 96 - 1998; 7.1.1 dan 8.1.5).
(14) Rumah sakit harus memenuhi semua persyaratan lainnya terkait dengan keselamatan jiwa
(NFPA 101 - 2000; 18/19.3.5).
22
(b)
(c)
Kunci untuk operasi darurat yang digunakan khusus untuk petugas pemadam
kebakaran.
(d)
(e)
Lift eksisting yang memiliki jarak tempuh (jarak dari lift eksisting ke eksit) 25 ft (7,62 m) atau
lebih, di atas atau di bawah level/lantai yang dapat memberikan pelayanan terbaik bagi
kebutuhan operasi pemadam kebakaran juga harus memenuhi persyaratan ini.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.5.3
dan 9.4.3).
(5)* Saf peluncur pembuangan sampah (refuse chute) harus dibuang menuju tempat
penampungan yang tidak digunakan untuk keperluan lain.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.5.4.3).
(6)* Pada suatu bangunan rumah sakit yang baru, sampah linen dan kotak sampah harus
mempunyai bukaan vent melalui atap yang membuka langsung ke udara luar.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18.5.4.1 dan
NFPA 82 - 1999; 3.2.2.4).
(7)* Pada bangunan yang lebih dari dua tingkat, sistem sprinkler otomatis yang disetujui harus
dipasang di atas puncak bukaan-bukaan layanan pada saf buangan linen dan sampah yang
melayani seluruh tingkat bangunan.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.5.3).
(8)* Pada bangunan eksisting, konstruksi pintu masuk yang melayani buangan sampan linen dan
saf sampah mempunyai tingkat ketahanan api jam (atau 1 jam bila pintunya terbuka ke
arah koridor). Pada bangunan baru, konstruksi pintu masuk saf sampah harus mempunyai
tingkat ketahanan api 1 jam (atau 1 jam pada tempat peluncuran sampah bangunan
empat tingkat atau lebih).
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.5.4.1).
(9)* Semua saf peluncuran untuk sampah linen dan sampah serta bukaan pintu mempunyai
engsel positip yang dapat menutup sendiri.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.5.4.1
dan 8.2.3.2.3.1 dan NFPA 82.1999; 3.2.2.9).
(10)* Semua saf peluncuran untuk sampah linen dan sampah serta bukaan pintu harus
mempunyai tingkat ketahanan api 1 jam.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.5.4.1
dan 8.2.3.2.3.1).
(11)* Saf peluncuran sampah linen dan sampah yang menuju pada suatu ruangan penampungan
khusus harus dipisahkan dari koridor dengan tingkat ketahanan api konstruksi dinding
selama 1 jam.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.5.4.1
dan 18/19.3.2.1; NFPA 82 - 1999; 3.2.6.1).
23
(12)* Rumah sakit harus memenuhi semua persyaratan operasi keselamatan jiwa (NFPA 101 2000; 18/19.5).
2.1.70 Rumah sakit menyediakan dan memelihara fitur yang memenuhi persyaratan
pencegahan kebakaran api dan asap.
Uraian elemen-elemen kinerjanya dijelaskan sebagai berikut :
(1)* Rumah sakit harus melarang penggunaan semua bahan dekorasi mudah terbakar yang
bukan penghambat api.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 7.5.4).
(2)* Tempat penyimpanan linen kotor dan sampah yang lebih besar dari 121,12 liter (32 gallon)
(termasuk kontainer daur ulang) harus diletakkan dalam ruangan yang terproteksi sebagai
area yang berbahaya.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.7.5.5).
(3)* Rumah sakit harus melarang alat pemanas portabel (ringan) di dalam kompartemen asap
yang berada dalam ruang perawatan dan ruang tindakan.
(Untuk uraian lengkap dan pengecualiannya mengacu pada NFPA 101 - 2000; 18/ 19.7.8).
(4)
24
Rumah sakit harus memenuhi semua persyaratan lain mengenahi fitur operasi terkait
keselamatan jiwa (NFPA 101 - 2000; 18/19.7. Lihat juga butir 2.3.3. ayat 1).
BAB III
PENUTUP
3.1
Pedoman Teknis Sarana Keselamatan Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit ini
diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola bangunan rumah sakit, penyedia jasa
konstruksi, instansi Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait dengan kegiatan
pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan rumah sakit dalam
pencegahan dan penanggulangan serta guna menjamin keamanan dan keselamatan bangunan
rumah sakit dan lingkungan terhadap bahaya penyakit.
3.2
Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau bersifat alternatif serta penyesuaian
Pedoman Teknis Sarana Keselamatan Jiwa Bangunan dan Prasarana rumah sakit oleh masingmasing daerah disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
3.3
Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan pedoman dan standar teknis
terkait lainnya.
25
Kepustakaan
26
NFPA 96 - 1998
APENDIKS
NFPA 10 - 1988
CHAPTER 2
2.3.2 Pemadam api yang disediakan untuk melindungi peralatan memasak yang menggunakan
media memasak mudah terbakar (minyak tumbuhan atau minyak daging binatang dan lemak)
harus terjamin kualitasnya dan memperoleh label untuk kebakaran Klas K.
Pengecualian :
Pemadam api yang dipasang khusus untuk mengatasi bahaya kebakaran ini sebelum Juni, 1998.
CHAPTER 3
3.1.1 Sejumlah minimum APAR yang diperlukan untuk melindungi bangunan harus ditentukan
sebagaimana diuraikan secara garis besar dalam Bab ini. Secara berkala, tambahan APAR harus
dipasang untuk untuk menghasilkan proteksi yang lebih baik. APAR yang memiliki rating / daya
padam lebih rendah dari yang ditetapkan pada Tabel 3-2.1 and 3-3.1 dapat dipasang, asalkan
peralatan tersebut tidak dimaksudkan untuk memenuhi pesyaratan perlindungan minimum yang
ditentukan di Bab ini.
27
NFPA 13 - 1999
CHAPTER 5
5.8.5.2.1 Rintangan baik kontinyu maupun diskontinyu kurang atau pun sama dengan 18 in. (457
mm) dibawah deflector kepala sprinkler yang mencegah corak pancaran dari pengembangan
penuh harus memenuhi butir 5-8.5.2. Apapun yang ditentukan oleh Sub.Bab ini, rintangan padat
kontinyu harus memenuhi persyaratan 5-8.5.1.2.
28
NFPA 25 1999
CHAPTER 2
2.2.1.1 Sprinkler-sprinkler harus diperiksa dari mulai level lantai setiap tahunnya. Sprinkler harus
bebas korosi, benda-benda asing, cat, dan kerusakan fisik dan harus dipasang dengan arah yang
benar (misal menghadap ke atas, menghadap kebawah, atau arah sisi dinding). Setiap kepala
sprinkler yang kena karat, kena cat, rusak atau terbebani dan salah arah, harus diganti.
Pengecualian :
1*
Pipa dan sambungan-sambungan yang dipasang di ruang-ruang tersembunyi seperti di atas langit-langit
gantung, tidak perlu dilakukan pemeriksaan.
2.
Pipa yang dipasang di area-area yang sulit dijangkau, untuk pertimbangan keamanan dan operasi proses,
dilakukan pemeriksaannya saat penutupan operasi sementara (shutdown).
2.2.2
Pipa dan sambungan-sambungan sprinkler harus diperiksa setahun sekali dari mulai level lantai.
Selain itu pipa dan sambungan-sambungan tersebut harus dalam kondisi baik dan bebas dari
kerusakan mekanik, kebocoran, korosi dan salah penyambungan. Pemipaan sprinkler tidak
menjadi sasaran beban berat eksternal, baik terhadap pipa maupun tergantung di pipa.
Pengecualian
1*
Pipa dan sambungan-sambungan yang dipasang di ruang-ruang tersembunyi seperti di atas langit-langit
gantung, tidak perlu dilakukan pemeriksaan.
Pipa yang dipasang di area-area yang sulit dijangkau, untuk pertimbangan keamanan dan operasi proses,
dilakukan pemeriksaannya saat penutupan operasi sementara (shutdown).
2.2.3
Gantungan pipa sprinkler dan kait seismik harus diperiksa setiap tahun dari level lantai. Gantungan
dan kait seismik tidak boleh rusak atau hilang. Gantungan dan kait seismik yang rusak atau hilang
harus segera diganti atau dikencangkan.
Pengecualian
1*
Gantungan pipa dan kait seismik yang dipasang di ruang-ruang tersembunyi seperti di atas langit-langit gantung,
tidak perlu dilakukan pemeriksaan.
Gantungan-gantungan pipa yang dipasang di area-area yang sulit dicapai karena pertimbangan keselamatan
terkait operasi proses, harus diperiksa selama waktu penutupan sementara (shutdown) yang dijadwalkan.
29
NFPA 30 1996
CHAPTER 2
4.4.2.1 Semua area penyimpanan harus dikonstruksikan untuk memenuhi tingkat ketahanan api
yang ditentukan dalam tabel 4.4.2.1. Konstruksi tersebut harus memenuhi spesifikasi pengujian
sesuai ketentuan yang berlaku (NFPA 251, Standard Methods of Tests of Fire Endurance of
Building Construction and Materials).
Tabel 4.4.2.1 Tingkat Ketahanan Api untuk area penyimpanan cairan di dalam gedung
Tingkat Ketahanan Api, Jam
Dinding di dalam1,
langit-langit,
diantaranya
Atap
Dinding luar
--
--
--
--
12
--
23
44
--
Di dalam ruangan :
Gudang cairan
25 or 46
Antara area penyimpanan cairan dan setiap area yang berdekatan tidak diperuntukkan untuk
penyimpanan cairan.
Atap dari bangunan pada gedung, satu lantai tingginya, harus dimungkinkan untuk dari bahan
konstruksi ringan tidak mudah terbakar jika pemisah bagian di dalam dinding mempunyai minimum
parapet 3 ft (0,9 m).
Untuk dinding terekspos yang diletakkan lebih dari 10 ft (3 m) tetapi kurang dari 50 ft (15 m) dari
bangunan penting atau jalur properti yang berdekatan yang dapat dibangun.
6
Untuk dinding terekspos yang diletakkan 10 ft (3 m) tetapi kurang dari 50 ft (15 m) dari bangunan
penting atau jalur properti yang berdekatan yang dapat dibangun.
4.4.4.2 Penyimpanan di dalam ruangan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
tabel 4.4.4.2. Sebagai tambahan, kontainer dengan kapasitas di atas 113,5 Liter (30 galon) yang
berisi cairan kelas I atau kelas II harus tidak disimpan pada ketinggian lebih dari tinggi satu
kontainer di dalam ruangan.
30
>150 and500
Ya
Tidak
42
Ya
10
Sistem proteksi kebakaran harus sistem springkler otomatik, menyemprotkan air, carbon
dioksida, kimia kering, atau sistem lain yang disetujui (lihat sub bagian 4.8).
2
Kuantitas total yang diijinkan dari cairan Klas 1A dan 1B harus tidak melebihi kuantitas yang
diijinkan dalam tabel 4.4.4.1 atau yang diijinkan oleh butir 4.4.4.4.
31
NFPA 45 1996
CHAPTER 2
2.3
2.3.1
Area kerja suatu laboratorium harus dipertimbangkan jika berisi bahan berbahaya ledakan
jika jumlah bahan yang dapat meledak atau konsentrasi bahan dalam butir (a) sampai (e) di bawah
ini dapat menimbulkan kecelakaan yang serius pada petugas di dalam area kerja
laboratorium.(lihat apendiks C).
(a)
(b)
(c)
(d)
Menggunakan bentukan dari bahan yang struktur kimianya menunjukkan potensi bahaya,
tetap sifat-sifatnya tidak stabil, seperti triple bond, epoxy radical, nitro dan nitroso compound,
dan peroxide.
(e)
2.3.2
Suatu unit laboratorium harus tidak diperhitungkan berisi bahan berbahaya ledakan
kecuali area kerja laboratorium di dalam unit berisi bahan dengan bahaya ledakan cukup besar
yang sampai dapat menyebabkan kerusakan benda-benda atau kecelakan serius diluar area kerja
laboratorium.
2.3.3
32
NFPA 72 1999
CHAPTER 1
1.5.6
Dalam area yang tidak dihuni terus menerus, deteksi asap otomatis harus disediakan
pada lokasi dari setiap unit kontrol alarm kebakaran untuk memberikan pemberitahuan kebakaran
pada lokasi itu.
Pengecualian :
Apabila kondisi lingkungan melarang instalasi deteksi asap otomatis. deteksi panas otomatik harus dimungkinkan.
CHAPTER 3
3.8.4.1 - Pemberitahuan ke penghuni.
Sistem alarm kebakaran yang disediakan untuk evakuasi atau merelokasi penghuni bangunan
harus mempunyai satu atau lebih alat pemberitahu yang dijamin berfungsi untuk setiap lantai dan
diletakkan sedemikian sehingga alat tersebut memiliki sifat-sifat sebagaimana diuraikan dalam Bab
4 untuk keperluan umum atau pribadi, sesuai yang diperlukan.
Zona-zona notifikasi harus konsisten dengan rencana respons emergensi atau evakuasi untuk
bangunan yang dilindungi. Batas-batas zona notifikasi harus sama dengan dinding-dinding luar
bangunan, batas-batas kompartemen kebakaran atau asap bangunan, pemisahan lantai atau
pembagian lainnya terkait keamanan terhadap bahaya kebakaran.
CHAPTER 5
5.2
Persyaratan bab 1 dan 7 dan bagian 5.5 harus diterapkan untuk sistem alarm kebakaran eksklusif,
kecuali adanya konflik dengan persyaratan bagian ini.
5.3
Persyaratan bab 1 dan bab 7 dan bagian 5.5 harus diterapkan untuk sistem alarm eksklusif,
kecuali ada konflik dengan persyaratan dari bagian ini.
5.4
Persyaratan bab 1 dan 7 dan bagian 5.5 harus diterapkan untuk sistem alarm kebakaran stasiun
supervisi jarak jauh, kecuali ada konflik dengan persyaratan bagian ini.
CHAPTER 6
6.16. Perlengkapan sistem alarm kebakaran.
Persyaratan bab 1, 3 dan 7 harus diterapkan untuk perlengkapan sistem alarm kebakaran, kecuali
ada konflik dengan persyaratan bagian 6.16. Jika dimungkinkan oleh otoritas berwenang
setempat, penggunaan sistem yang dijelaskan dalam bab 6 harus dimungkinkan untuk melengkapi
laporan fungsi dari atau di dalam tempat pribadi.
33
NFPA 80 1999
CHAPTER 1
1.3.5
Tanda Arah
Tanda arah dipasang pada permukaan pintu kebakaran dan harus memenuhi sub seksi.
1.3.5.1 Tanda arah informasi diperbolehkan dipasang pada permukaan pintu kebakaran sesuai
dengan sub seksi ini.
1.3.5.2 Area total yang ditempel tanda arah harus tidak melebihi 5% dari area muka pintu
kebakaran untuk yang ditempel.
1.3.5.3 Tanda arah harus ditempel ke pintu kebakaran menggunakan perekat (lem). Penempelan
secara mekanis seperti dengan sekrup atau paku tidak diijinkan.
1.3.5.4 Pintu kebakaran dari bahan kaca tidak boleh dipasang tanda arah.
1.3.5.5 Tanda arah tidak boleh dipasang pada permukaan pintu kebakaran yang dapat merusak
atau mengganggu pengoperasian pintu kebakaran.
Pintu ayun
dengan
peralatan pintu
kebakaran
Pintu geser
horizontal
Pintu geser
Vertikal.
Pintu geser
akordion
horizontal
khusus atau
pintu lipat
inci
mm
inci
mm
inci
mm
inci
mm
inci
mm
9.5
9.5
9.5
9.5
9.5
19.1
19.1
19.1
19.1
15.9
Pelapis lantai
12.7
12.7
12.7
12.7
CHAPTER 2
2.3.1.7 Jarak celah antara tepi pintu pada sisi tarikan dan rangka pintu, dan tepi-tepi pertemuan
pintu yang berayun berpasangan pada sisi tarikan adalah 1/8 in. 1/16 in. (3.18 mm 1.59 mm)
untuk pintu-pintu baja dan tidak melampaui 1/8 in. (3.18 mm) untuk pintu-pintu kayu.
2.4.5
Pelat jaminan perlindungan pabrik pembuat harus dipasang sesuai listing pintu
kebakaran. Pelat tersebut harus diberi label dan dipasang sesuai dengan listing-nya.
Pengecualian :
Pemberian label tidak dipersyaratkan apabila bagian ujung pelat perlindungan tidak lebih dari 16 in. (406 mm) di atas
alas / dasar pintu.
34
NFPA 82 1999
CHAPTER 3
3.2.2.4 Ventilasi saluran pembuangan.
Saluran pembuangan kotoran atau linen kotor harus memanjang (ukuran penuh) sekurangkurangnya 3 ft (0.92 m) di atas atap bangunan. Saluran atau corong tersebut harus terbuka ke
udara luar dengan ukuran penampang bukaan sama dengan saluran pembuangan tsb.
Pengecualian :
Saluran pembuangan bisa kurang dari 3 ft (0.92 m) di atas atap bangunan dari konstruksi Tipe I, Tipe II-222, atau Tipe
II-111 sesuai persetujuan OB.
35
Ruang-ruang toilet, kamar mandi, kamar mandi pancuran, bak rendam dan ruang-ruang tambahan semacam itu
harus memiliki bukaan yang langsung menuju koridor penyelamat..
Apabila lebar celah pintu tidak melampaui persyaratan yang ditentukan dalam NFPA 80, Standar pintu dan
jendela kebakaran (Standard for Fire Doors and Fire Windows), pengaliran udara lewat perbedaan tekanan dapat
diperbolehkan.
Penggunaan koridor penyelamat sebagai bagian dari sistem kontrol asap yang dirancang secara teknis.
Di hunian penahanan untuk penyembuhan dengan pemisahan-pemisahan koridor dari konstruksi yang terbuka
(contoh, pintu-pintu atau partisi bentuk kisi-kisi).
CHAPTER 3
3.3.1
3-3.1.1* Damper api yang disetujui harus dipasang apabila saluran-saluran udara menembus atau
berhenti pada bukaan-bukaan di dinding atau partisi yang disyaratkan memiliki ketahanan api 2
jam atau lebih.
Pengecualian*:
Damper-damper api tidak disyaratkan apabila bukaan-bukaan lain melalui dinding tidak disyaratkan untuk diproteksi.
3-3.1.2 Damper-damper api yang disetujui harus dipasang di semua bukaan-bukaan pemindah
udara di partisi-partisi yang disyaratkan memiliki TKA dan yang bukaan-bukaan lainnya
disyaratkan untuk dilindungi.
36
NFPA 96 - 1998
CHAPTER 1
1.3.1 Peralatan memasak yang digunakan dalam proses-proses yang menghasilkan asap atau
uap yang mengandung lemak harus dilengkapi dengan system pembuangan yang memenuhi
semua persyaratan peralatan dan kinerja sebagaimana ditentukan dalam standar ini, dan
peralatan serta kinerjanya harus tetap dipertahankan selama perioda operasi peralatan memasak
tersebut. Secara spesifik, peralatan berikut harus dijaga tetap dalam kondisi kerja yang baik :
(a)
Peralatan memasak
(b)
(c)
(d)
Kipas-kipas angin
(e)
(f)
Semua aliran udara harus dipelihara. Pemeliharaan dan perbaikan harus dilakukan terhadap
semua komponen pada setiap perioda yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi-kondisi
semacam ini.
CHAPTER 7
7.1.1
Peralatan pemadam api untuk melindungi alat pembuang lemak, perangkat sungkup
pembuang asap, dan system saluran udara buang harus disediakan.
7.4.1 Saat aktivasi system pemadam kebakaran untuk opeasi memasak, maka semua sumbersumber bahan bakar dan tenaga listrik yang menghasilkan panas ke semua peralatan yang
memerlukan perlindungan harus dimatikan secara otomatis.
Pengecualian
1
2
7.5.2.2 Akses ke eksit dan pintu-pintu eksit harus dirancang dan diatur agar mudah diketahui
secara jelas. Barang-barang gantungan atau barang-barang tenun tidak boleh dipasang di atas
pintu-pintu eksit atau diletakkan sehingga menyembunyikan atau mengaburkan setiap eksit. Kaca
hias tidak boleh diletakkan di pintu eksit, juga tidak boleh diletakkan disebelah tiap eksit
sedemikian rupa sehingga membingungkan arah eksit.
Pengecualian :
Tirai-tirai boleh dipasang melintang bukaan sarana jalan ke luar di dinding tenda apabila kriteria berikut dipenuhi :
(a)
Tirai-tirai tersebut diberi bertanda jelas dengan warna kontras dengan dinding tenda sehingga dapat dikenali
sebagai sarana jalan ke luar .
(b)
(c)
Tirai-tirai tersebut digantung pada gelang luncur atau perangkat yang setara sedemikian sehingga dapat dengan
segera dipindahkan ke sisi lain untuk memperoleh bukaan tak terhalangi di dinding tenda dengan lebar minimum
yang diperlukan untuk bukaan pintu.
37
7.6.2 Apabila system pensinyalan alarm kebakaran melayani hunian yang terdapat didalamnya
system pemadam kebakaran, maka aktivasi system pemadam kebakaran otomatik harus
mengaktivasi pula system pensinyalan alarm kebakaran.
CHAPTER 8
8.1.5
Sungkup pembuang asap yang dijamin kualitasnya harus dioperasikan sesuai dengan
persyaratan surat keterangan jaminan dan instruksi perusahaan pembuatnya.
38
NFPA 99 - 1999
CHAPTER 2
10.3
Sistem sirkulasi harus disediakan dengan interlok dari semya komponen kritis dan beroperasi
seperti ditunjukkan dalam butir 10.3.1 sampai 10.3.4, sehingga jika setiap interlok ini diputus,
perangkat memasak harus tidak mampu untuk beroperasi.
10.3.1 Semua panel tertutup yang dialiri aliran udara harus mempunyai interlok (saling
mengunci) untuk memastikan panel ditempatkan dan tersekat penuh.
10.3.2 Setiap komponen filter (lemak dan bau) harus mempunyai interlok untuk memastikan
komponen berada di tempatnya.
10.3.3
Setiap ESP harus mempunyai sensor untuk memastikan kinerja seperti yang
direncanakan, dengan tidak terputus dari daya tidak melebihi 2 menit. Sensor ini harus dilengkapi
dengan peralatan reset manual atau sirkit.
10.3.4 Saklar aliran udara dari transducer harus disediakan setelah komponen akhir filter untuk
memastikan bahwa aliran udara minimum dipelihara. Alat ini membuka sirkit interlok jika aliran
udara turun 25% di bawah operasi aliran normal sistem atau 10% di bawah tingkat minimum
terdaftar, yang mana lebih rendah. Saklar atau transducer ini harus dilengkapi alat reset manual
atau sirkit.
39
40
Gambar 7.6 Ruang sela tak dihuni dengan bukaan ke tangga eksit tertutup
Pengecualian
1
Pada bangunan rendah eksisting, ruang penutup tangga eksit eksisting harus mempunyai TKA tidak
kurang dari 1-jam.
Pada bangunan-bangunan eksisting yang diproteksi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang
disetujui sesuai dengan Sub.Bab 9.7, ruang penutup tangga eksit eksisting harus mempunyai TKA tidak
kurang dari 1-jam.
Pengecualian No. 3: Ruang-ruang pelindung dengan TKA 1-jam sesuai dengan ketentuan 28.2.2.1.2,
29.2.2.1.2, 30.2.2.1.2, dan 31.2.2.1.2 sebagai alternatif.
(c)
(d)
(e)
Bukaan-bukaan di jalan terusan eksit di bangunan-bangunan mall tertutup sebagaimana diatur dalam Bab
36 dan 37 diperbolehkan.
Di bangunan-bangunan konstruksi Tipe I atau Tipe II, pintu-pintu tahan api eksisting masih diperbolehkan
ke ruang-ruang antara asalkan bahwa ruang tersebut memenuhi kriteria berikut ini :
(a)
Ruang tersebut digunakan semata mata untuk distribusi pipa, saluran udara dan saluran kabel.
(b)
(c)
Ruang tersebut dipisahkan dari ruang pelindung eksit sesuai ketentuan 8.2.3.
Penembusan kedalam dan bukaan-bukaan lewat susunan ruang pelindung eksit tidak
diperbolehkan kecuali untuk hal-hal berikut :
(1)
(2)
(3)
Saluran udara dan peralatan yang diperlukan untuk pemberian tekanan lebih secara
independen pada tangga
41
(4)
Pipa air atau uap yang diperlukan untuk pemanasan atau pendinginan ruang pelindung
eksit
(5)
Pipa-pipa sprinkler
(6)
Pipa-pipa tegak
Pengecualian
(f)
Penembusan-penembusan untuk sirkit alarm kebakaran diperbolehkan di dalam ruang pelindung asalkan
sirkit alarm kebakaran dipasang dalam saluran kabel metal dan penembusan tersebut dilindungi sesuai
ketentuan 8.2.3.2.4.
berhubungan
tidak
7.1.10.1 Sarana jalan ke luar harus secara kontinyu dipelihara, agar senantiasa tidak terhalangi
atau bebas gangguan sehingga dapat digunakan secara penuh saat terjadi kebakaran atau
keadaan darurat lainnya.
7.2.1.4.1 Setiap pintu di sarana jalan keluar harus dari tipe engsel sisi, atau berayun terpusat.
Pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari tiap posisi ke posisi kelebaran
penuh dari pintu tersebut.
Pengecualian :
1
Pintu-pintu luncur sebagaimana diuraikan dalam Bab 22 dan 23, serta pintu-pintu sebagaimana diuraikan dalam
Bab-bab 24, 32, and 33.
Apabila diperbolehkan sesuai ketentuan di Bab 12 sampai dengan Bab 42, kisi-kisi pengaman gulungan vertikal
atau kisi-kisi luncur horisontal yang merupakan bagian dari sarana jalan ke luar yang disyaratkan, diperbolehkan
dipasang asalkan memenuhi kriteria berikut :
(a)
Kisi-kisi atau pintu-pintu semacam itu harus tetap aman dalam posisi terbuka penuh selama masa oleh
penggunaannya
(b)
Pada atau berdekatan dengan kisi-kisi atau pintu, harus terdapat tanda yang dapat langsung terlihat jelas,
dengan tulisan berukuran tinggi tidak kurang dari 1 in. (2.5 cm) dengan warna latar belakang yang kontras
terbaca sebagai berikut :
PINTU INI TETAP TERBUKA
SAAT BANGUNAN DIHUNI
42
(c)
Pintu-pintu atau kisi-kisi tidak boleh dalam keadaan posisi tertutup saat ruangan dihuni atau digunakan.
(d)
Pintu-pintu atau kisi-kisi harus bisa dioperasikan dari dalam ruangan tanpa harus menggunakan alat atau
cara-cara lain.
(e)
Apabila disyaratkan dua atau lebih sarana jalan ke luar, tidak lebih dari separuh jumlah sarana tersebut
dilengkapi dengen kisi-kisi luncur horisontal atau gulungan vertikal atau pintu-pintu.
Pintu-pintu ke garasi pribadi, area niaga, area industri dan area pergudangan dengan beban penghunian tidak
melebihi 10, dan garasi pribadi, area niaga, area industri dan area pergudangan tersebut mengandung bahanbahan bersifat bahaya ringan atau biasa, dibebaskan dari persyaratan ini.
Pintu-pintu kebakaran eksisting dari tipe luncur horisontal dioperasikan lewat sambungan timah yang mudah
melebur atau pintu kebakaran jenis gulungan vertikal diperbolehkan digunakan sesuai dengan ketentuan di Bab
12 sampai 42.
7.2.1.4.2 Pintu-pintu yang disyaratkan harus dari tipe pintu engsel sisi atau pintu ayun poros harus
membuka ke arah jalan ke luar bilamana melayani ruangan atau area dengan beban penghunian
50 orang atau lebih.
Pintu-pintu di eksit horizontal tidak diharuskan berayun ke arah jalur penyelamatan apabila dibebaskan sesuai
ketentuan 7.2.4.3.6.
Pintu-pintu penghalang asap tidak diharuskan berayun ke arah jalur penyelamatan sebagaimana diberikan di Bab
19.
Pada tangga-tangga eksisting, pegangan tangga harus disediakan dalam jarak 44 in. (112 cm) dari semua
bagian lebar tangga penyelamatan yang disyaratkan.
Apabila tangga atau ramp tunggal merupakan bagian dari suatu curb yang memisahkan jalur jalan kaki dengan
jalan kendaraan, maka tidak diperlukan pegangan tangga.
Tangga eksisting, ramp eksisting, tangga-tangga di dalam unit hunian dan dalam ruang tamu, dan ramp di dalam
unit-unit hunian dan kamar-kamar tamu diperbolehkan memiliki pegangan tangga hanya di satu sisi.
43
Gambar A.7.2.2.4.2 Diasumsikan jalur lintasan biasa pada tangga monumental dengan beragam
lokasi pegangan tangga.
44
Gambar 7.32
Pandangan atas tangga dengan
pegangan tangga dengan
pencapaian lebar maksimum 76
cm (30 inci)
Gambar 7.33
Lebar maksimum yang disyaratkan dimungkinkan tanpa
pegangan tangga tengah pada tangga yang baru
45
46
47
Pengecualian
1
Tangga-tangga luar yang melayani balkon akses eksit luar yang mempunyai dua tangga luar atau ramp yang
berjauhan diperbolehkan tidak dilindungi.
Tangga-tangga luar yang melayani tidak lebih dari dua lantai-lantai yang berdekatan, termasuk lantai pelepasan
eksit, diperbolehkan tidak dilindungi karena ada eksit kedua yang letaknya berjauhan.
Pada bangunan-bangunan eksisting, tangga-tangga luar eksisting yang melayani tidak lebih dari tiga lantai-lantai
yang berdekatan, termasuk lantai pelepasan eksit, diperbolehkan untuk tidak dilindungi, karena ada eksit kedua
yang lokasinya berjauhan..
Tingkat ketahanan api kontruksi pemisah yang memanjang 3 m (10 ft) dari tangga-tangga tidak diharuskan
melebihi 1-jam dengan bukaan-bukaan yang memiliki tingkat ketahanan api tidak kurang dari 3/4-jam..
Lantai-lantai yang tidak memerlukan penghalang api dipisahkan dari lantai yang ada eksit horizontalnya dengan
konstruksi tahan api yang tingkat ketahanan apinya sekurang-kurangnya sama dengan penghalang api eksit
horizontal tsb.
(b)
Bukaan-bukaan vertikal antar lantai dengan eksit horizontal dan lantai area kebakaran terbuka (open fire area
story) dilindungi dengan kontruksi tahan api dengan tingkat ketahanan api sekurang-kurangnya sama dengan
penghalang api eksit horizontal..
(c)
Semua eksit-eksit yang disyaratkan di luar eksit-eksit horizontal, harus melepas langsung ke arah luar..
Gambar 7.52 Bangunan dengan eksit horizontal hanya berupa tirai lantai.
7.2.4.3.2 Apabila penghalang-penghalang api yang melayani eksit-eksit horisontal, di luar eksiteksit horisontal eksisting, berakhir pada dinding-dinding luar dan dinding-dinding luar berada pada
sudut kurang dari 180 derajat untuk jarak 10 ft (3m) pada tiap sisi eksit horisontal, maka dindingdinding luar harus memiliki tingkat ketahanan api tidak kurang dari 1-jam dengan tingkat
ketahanan api pelindung bukaan tidak kurang dari 3/4 jam untuk jarak 10 ft (3m) pada tiap sisi
eksit horisontal.
48
Gambar 7.53 Proteksi dinding luar bangunan dengan pembatas horizontal eksit.
7.5.2.2 Akses ke eksit dan pintu-pintu eksit harus dirancang dan diatur agar mudah diketahui
secara jelas. Barang-barang gantungan atau barang-barang tenun tidak boleh dipasang di atas
pintu-pintu eksit atau diletakkan sehingga menyembunyikan atau mengaburkan setiap eksit. Kaca
hias tidak boleh diletakkan di pintu eksit, juga tidak boleh diletakkan disebelah tiap eksit
sedemikian rupa sehingga membingungkan arah eksit.
Pengecualian :
Tirai-tirai boleh dipasang melintang bukaan sarana jalan ke luar di dinding tenda apabila kriteria berikut dipenuhi :
(a)
Tirai-tirai tersebut diberi bertanda jelas dengan warna kontras dengan dinding tenda sehingga dapat dikenali
sebagai sarana jalan ke luar .
(b)
(c)
Tirai-tirai tersebut digantung pada gelang luncur atau perangkat yang setara sedemikian sehingga dapat dengan
segera dipindahkan ke sisi lain untuk memperoleh bukaan tak terhalangi di dinding tenda dengan lebar minimum
yang diperlukan untuk bukaan pintu.
49
7.5.4
7.5.4.1* Area-area yang dapat dicapai oleh orang-orang yang memiliki ketidakmampuan mobilitas
yang sangat, yang bukan di bangunan-bangunan eksisting, harus mempunyai tidak kurang dari
dua sarana jalan ke luar yang dapat diakses.
Akses harus disediakan ke tidak kurang dari satu area pengungsian yang dapat di akses atau ke
satu eksit yang dapat diakses yang menyediakan rute yang dapat dicapai ke suatu pelepasan eksit
dan harus tetap dalam jarak tempuh yang diperbolehkan.
50
Pengecualian :
1
Akses eksit yang ada sepanjang sarana jalan ke luar yang dapat diakses diperbolehkan menjadi untuk umum
atau bersama untuk jarak yang diperbolehkan sebagai jalan atau jalur perjalanan yang biasa.
Sarana jalan ke luar tunggal yang dapat dicapai, diperbolehkan dari bangunan-bangunan atau area-area dalam
bangunan yang diperbolehkan memiliki eksit tunggal.
Persyaratan ini tidak berlaku bagi hunian-hunian perawatan kesehatan yang dilindungi seluruhnya dengan sistem
sprinkler otomatis yang diawasi dan disetujui sesuai dengan ketentuan Sub.Bab 9.7.
7.5.4.2 Apabila disyaratkan dua sarana jalan ke luar yang dapat dicapai, maka eksit-eksit yang
melayani jalur-jalur ini harus ditempatkan pada suatu jarak satu sama lain tidak kurang dari
setengah panjang ukuran diagonal maksimum dari bangunan atau area yang dilayani, diukur
dalam garis lurus antara sisi terdekat dari pintu-pintu eksit atau pintu-pintu akses eksit.
Apabila ruang-ruang pelindung eksit disediakan sebagai eksit yang disyaratkan dan dihubungkan
oleh koridor dengan ketahanan api tidak kurang dari 1-jam, maka pemisah eksit diperbolehkan
diukur sepanjang garis perjalanan di dalam koridor.
Pengecualian:
1
Persyaratan ini tidak berlaku pada bangunan-bangunan yang dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler yang
diawasi dan disetujui sesuai ketentuan Sub.Bab 9.7.
Persyaratan ini tidak berlaku apabila penataan atau pengaturan fisik sarana jalan ke luar mencegah
kemungkinan bahwa akses ke kedua sarana jalan keluar yang dapat diakses akan dihalangi oleh salah satu dari
kondisi kebakaran atau keadaan darurat lainnya sebagaimana disetujui oleh OB.
7.5.4.3 Tiap sarana jalan ke luar yang dapat diakses dan disyaratkan, harus menerus atau
kontinyu dari tiap area hunian yang dapat diakses ke jalan umum, atau area pengungsian sesuai
dengan ketentuan dalam 7.2.12.2.2.
7.5.4.4 Apabila suatu tangga eksit digunakan di suatu sarana jalan ke luar yang dapat di akses,
maka tangga tersebut harus memenuhi persyaratan 7.2.12.2.3 dan harus menjadi satu kesatuan,
apakah dengan suatu area pengungsian dalam landasan level lantai yang diperluas, atau harus
dapat diakses dari suatu area pengungsian.
7.5.4.5 Agar bisa dianggap sebagai bagian dari sarana jalan ke luar yang dapat diakses, maka
suatu elevator harus memenuhi persyaratan 7.2.12.2.4.
7.5.4.6 Untuk bisa diperhitungkan sebagai bagian dari sarana jalan keluar yang dapat diakses,
penghalang asap sesuai dengan Sub.Bab 8.3 dengan ketahanan api tidak kurang dari 1-jam, atau
suatu eksit horisontal sesuai ketentuan 7.2.4, harus melepas atau membuang ke arah area
pengungsian sesuai dengan 7.2.12.
7.5.4.7 Lantai-lantai yang dapat diakses yakni empat lantai atau lebih di atas atau dibawah lantai
pelepasan eksit harus memiliki tidak kurang dari satu elevator yang memenuhi ketentuan 7.5.4.5.
7.7
Eksit Pelepasan.
7.7.1* Eksit harus berakhir langsung di jalanan umum/publik atau di eksit pelepasan eksterior.
Halaman, lapangan, ruang terbuka atau bagian-bagian lain dari pelepasan eksit harus memenuhi
syarat kelebaran dan ukuran untuk menyediakan akses aman bagi semua penghuni bangunan ke
jalanan umum.
Pengecualian
51
Persyaratan ini tidak berlaku bagi pelepasan eksit interior sebagaimana diuraikan dengan cara lain di ketentuan
7.7.2.
Persyaratan ini tidak berlaku untuk pelepasan eksit di puncak atap sebagaimana diuraikan dengan cara lain lewat
ketentuan 7.7.6.
Sarana jalan ke luar diperbolehkan untuk berakhir di area pengungsian luar sebagaimana diuraikan di Bab 22
dan 23..
7.7.2
Tidak lebih dari 50% jumlah eksit yang disyaratkan, dan tidak lebih dari 50% kapasitas
jalan ke luar yang disyaratkan, diperbolehkan untuk melepas melalui area-area pada level
pelepasan eksit, asalkan memenuhi kriteria 7.7.2(1) sampai (3) :
(1)
Pelepasan tersebut harus mengarahkan ke jalan yang aman dan tidak terhalangi menuju ke
luar bangunan, dan jalan semacam itu langsung nampak dan dapat dikenali dari titik
pelepasan di eksit.
(2)
Permukaan pelepasan harus dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang
disetujui sesuai dengan ketentuan Sub.Bab 9.7, atau bagian dari permukaan pelepasan
harus dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang disetujui sesuai Sub.Bab
9.7 dan harus dipisahkan dari bagian lantai yang tidak dilindungi sistem sprinkler dengan
konstruksi tahan api yang memenuhi persyaratan untuk konstruksi pelindung eksit (Lihat
7.1.3.2.1).
52
Pengecualian :
Persyaratan 7.7.2(2) tidak berlaku apabila area pelepasan adalah suatu pendopo atau foyer yang memenuhi halhal berikut :
(3)
(a)
Kedalaman eksterior bangunan tidak boleh lebih dari 10 ft (3 m) dan panjangnya tidak boleh lebih dari 30
ft (9.1 m).
(b)
Foyer harus dipisahkan dari bagian tingkatan pelepasan lewat konstruksi yang memiliki proteksi tidak
kurang dari kawat kaca di kerangka baja.
(c)
Foyer melayani hanya sebagai sarana jalan ke luar termasuk eksit langsung ke halaman luar.
Seluruh area pada level pelepasan harus dipisahkan dari area-area dibawahnya dengan
konstruksi yang mempunyai tingkat ketahanan api tidak kurang dari yang dipersyaratkan
untuk ruang penutup eksit.
Pengecualian :
Level atau tingkatan dibawah level pelepasan diperbolehkan terbuka ke arah level pelepasan di suatu atrium sesuai
ketentuan 8.2.5.6.
1
Seratus persen eksit eksit diperbolehkan untuk melepas pengguna melewati area-area pada tingkat pelepasan
eksit sebagaimana diberikan di Bab 22 dan 23.
Pada bangunan eksisting, batas 50% kapasitas jalan ke luar tidak berlaku apabila telah memenuhi batas 50%
jumlah eksit yang disyaratkan.
7.7.3
Pintu pelepasan eksit harus diatur dan diberi tanda agar arah jalan ke luar ke jalanan
umum menjadi jelas. Tangga-tangga harus diatur pula sedemikian rupa agar arah ke jalanan
umum menjadi jelas. Tangga-tangga yang Stairs that menghubungkan lebih dari satu setengah
lantai di luar tingkat pelepasan eksit harus dibatasi pada tingkat pelepasan eksit dengan partisi,
pintu-pintu atau sarana lainnya yang efektif.
53
7.7.4
Pintu-pintu, tangga-tangga, ramp, koridor, lintasan-lintasan eksit, jembatan, balkon,
eskalator, ban berjalan, dan komponen-komponen pelepasan eksit lainnya harus memenuhi
persyaratan rinci yang dimuat dalam Bab ini.
7.7.5
Tanda-tanda penunjuk.
Konstruksi atap bangunan memiliki TKA tidak kurang dari yang disyaratkan untuk ruang
pelindung eksit.
(2)
7.8.1.4 Pencahayaan yang disyaratkan harus diatur sedemikian sehingga sekiranya ada
gangguan pada satu sumber cahaya tidak sampai mengakibatkan tingkat pencahayaan pada area
yang dituju menjadi kurang dari 0.2 ft-candle (2 lux).
7.10.5
Pencahayan Tanda-tanda.
7.10.5.1* Umum.
Setiap tanda yang disyaratkan oleh butir 7.10.1.2 atau 7.10.1.4, selain ruang-ruang operasi dan
proses yang memerlukan level pencahayaan yang rendah, harus diberi pencahayaan yang cukup
dari sumber cahaya yang handal. Tanda-tanda yang diterangi secara eksternal maupun internal
harus dapat dibaca baik dalam kondisi normal maupun darurat.
54
Persyaratan ini tidak berlaku terhadap tanda-tanda yang sudah ada yang mempunyai susunan kata-kata yang
disyaratkan dalam huruf jelas dapat dibaca berukuran tinggi tidak kurang dari 10 cm. (4 inci).
Persyaratan ini tidak berlaku terhadap penandaan sebagaimana disyaratkan oleh 7.10.1.3 dan 7.10.1.5.
CHAPTER 8
8.2.2.2 Kompartemen api harus dibentuk dengan penghalang api yang menerus dari dinding luar
ke dinding luar, dari satu penghalang api ke lainnya, atau kombinasi daripadanya, termasuk
kontiunitas melalui semua ruang yang tersembunyi, seperti yang terdapat di atas langit-langit,
termasuk ruang celah. Dinding yang digunakan sebagai penghalang api harus memenuhi Bab 3
dari NFPA 221, Standard for Fire Walls and Fire Barrier Walls. NFPA 221 yang membatasi
persentase lebar bukaan tidak harus diterapkan.
Pengecualian : Suatu penghalang dinding yang dipersyaratkan untuk suatu ruangan yang dihuni di bawah celah
ruangan tidak dipersyaratkan untuk diperpanjang melalui celah ruang, asalkan bentuk konstruksi dari dasar celah ruang
mempunyai tingkat ketahanan api tidak kurang dari penghalang apinya.
55
Pintu-pintu kebakaran harus bisa menutup sendiri atau dipasang penutup pintu otomatis
sesuai ketentuan 7.2.1.8 dan, apabila digunakan di dalam ruangan sarana jalan ke luar
harus memenuhi persyaratan 7.2.1.
8.2.3.2.2. Susunan jendela kebakaran diperbolehkan dipasang pada pembatas api yang memiliki
tingkat ketahanan api 1 jam atau kurang dan harus dari tipe yang disetujui dengan tingkat
ketahanan api sesuai dengan lokasi terpasangnya jendela tersebut. Jendela kebakaran harus
dipasang sesuai dengan NFPA 80, Standar Pintu Kebakaran dan Jendela kebakaran, dan harus
memenuhi yang berikut ini :
(1)* Jendela kebakaran yang digunakan di penghalang api, yang bukan instalasi jendela
kebakaran eksisting dari kawat kaca dan yang bukan dari bahan kaca tahan api dalam
kerangka metal, harus dirancang dan telah diuji memenuhi kondisi penerimaan sesuai NFPA
257, Standard Uji untuk Susunan Jendela dan Blok Kaca.
56
(2)
Jendela-jendela kebakaran yang digunakan dalam penghalang api, yang berbeda dengan
instalasi jendela kebakaran eksisting dari kawat kaca dan berbeda dengan bahan kaca tahan
api dalam kerangka metal yang disetujui, harus tidak boleh melebihi 25% dari luas
penghalang api dimana jendela tersebut dipasang.
Pengecualian :
Bahan kaca tahan api boleh dipasang pada kerangka eksisting yang disetujui
Penghalang api dengan TKA 2 jam Pelindung bukaan dengan TKA 11/2-jam
(2)
Penghalang api dengan TKA 1-jam pelindung bukaan dengan TKA 1-jam bila digunakan
untuk bukaan atau ruang penutup eksit vertikal, atau pelindung bukaan dengan TKA 3/4-jam
apabila digunakan bukan untuk bukaan atau ruang penutup eksit vused for other than
vertical openings or exit enclosuresrtikal sebagaimana diuraikan secara khusus pada Bab 7
atau Bab 11 sampai 42
Pengecualian :
(3)
Apabila dipasang penghalang api sebagimana diuraikan pada butir 8.2.3.2.3.1(2) sebagai konsekwensi
dari persyaratan bahwa dinding koridor atau penghalang asap harus dari kontruksi tahan api 1-jam, maka
pelindung bukaan boleh memiliki TKA kurang dari 20-menit bila diuji sesuai dengan NFPA 252, Standard
Methods of Fire Tests of Door Assemblies, tanpa uji pancaran air.
Persyaratan butir 8.2.3.2.3.1(2) tidak berlaku apabila memenuhi persyaratan khusus pintu dengan TKA 1jam pada dinding koridor dan TKA 1-jam pada penghalang asap sebagaimana diuraikan pada bab 18
sampai 21.
Pintuk-pintu eksisting yang memiliki TKA 3/4-jam diperbolehkan terus digunakan di bukaan-bukaan
vertikal dan di ruang-ruang penutup atau pelindung aksit sebagai pengganti TKA 1-jam sebagaimana
disyaratkan oleh butir 8.2.3.2.3.1(2).
Penghalang dengan TKA 1/2-jam Pelindung bukaan dengan TKA 20-menit.
Pegecualian :
Pintu-pintu dengan TKA 20-menit harus dibebaskan dari uji pancaran air deras sebagimana diatur
dalam NFPA 252, Standard Methods of Fire Tests of Door Assemblies.
8.2.3.2.3.2 Apabila pintu dengan TKA 20-menit disyaratkan dipasang pada bangunan eksisting,
pintu eksisting padat berukuran tebal 13/4-in. (4.4-cm), pintu inti kayu, atau pintu kayu eksisting
lapis baja (tin-clad), atau pintu baja inti padat eksisting dengan alat pengunci dan penutup positif,
boleh digunakan.:
Pengecualian :
Persyaratan ini tidak berlaku kecuali apabila dipersyaratkan lain dalam Bab 11 sampai 42.
8.2.3.2.4.1 Bukaan pada penghalang api untuk saluran (ductwork) pengendali udara (Air Handling)
atau pergerakan udara harus diproteksi sesuai butir 9.2.1.
57
Gambar 8.6 Persyaratan damper api sesuai NFPA 90A untuk tembusan partisi
8.2.3.2.4.2 Pipa-pipa, konduit, busduct, kabel, kawat, saluran udara (ducting) dan peralatan
layanan bangunan serupa yang lewat melalui penghalang api harus diproteksi sebagai berikut :
(1)
(2)
(3)
Ruang antara tembusan dan penghalang api harus memenuhi satu dari kondisi berikut:
(a)
harus diisi dengan material yang mampu menjaga ketahanan api dari penghalang api;
(b)
harus diproteksi dengan alat yang disetujui dan dirancang untuk tujuan khusus.
Apabila tembusan menggunakan selongsong (sleeve) untuk menembus penghalang api, dan
ruang diantaranya harus memenuhi satu dari kondisi berikut :
(a)
harus diisi dengan material yang mampu menjaga ketahanan api dari penghalang api;
(b)
harus diproteksi dengan alat yang disetujui dan dirancang untuk tujuan khusus.
Insulasi dan penutup untuk pipa dan saluran udara harus tidak lewat melalui penghalang api,
kecuali satu dari kondisi berikut dipenuhi :
(a)
(b)
material harus diproteksi dengan alat yang disetujui dan dirancang untuk tujuan
khusus.
8.3.4.1 Pintu-pintu di penghalang asap harus mampu menutup bukaan, hanya meninggalkan
celah berukuran minimum yang diperlukan untuk ketepatan operasi dan tidak boleh ada
pemotongan bagian bawah, lubang angin atau kisi-kisi.
8.3.5.1 Suatu damper yang disetujui yang dirancang untuk menahan penjalaran asap harus
disediakan untuk setiap bukaan pemindahan udara atau penembusan saluran udara dari
penghalang asap yang disyaratkan, kecuali apabila secara spesifik dibebaskan menurut Bab 12
sampai 42.
Pengecualian :
58
Persyaratan ini tidak berlaku terhadap saluran udara atau bukaan pemindah udara yang merupakan bagian dari
sistem kontrol asap yang dirancang sesuai ketentuan di Sub.Bab 9.3.
Persyaratan ini tidak berlaku terhadap saluran-saluran udara yang udaranya tetap bergerak dan sistem pengolah
udara yang dipasang diatur untuk mencegah resirkulasi udara buang atau udara balik saat kondisi darurat.
Persyaratan ini tidak berlaku apabila bukaan-bukaan pintu masuk dan pintu keluar udara di saluran-saluran udara
dibatasi hanya untuk kompertemen asap tunggal.
Persyaratan ini tidak berlaku apabila saluran-saluran udara menembus lantai-lantai yang berfungsi sebagai
penghalang-penghalang asap.
Detektor-detektor saluran udara tidak disyaratkan apabila saluran-saluran udara menembus penghalang asap di
atas pintu-pintu penghalang asap dan detektor pelepas pintu menjalankan damper.
Instalasi detektor asap yang disetujui yang terletak dalam saluran udara pada instalasi eksisting dibebaskan dari
persyaratan NFPA 72, National Fire Alarm Code.
CHAPTER 9
9.4.3 Layanan Pemadam Kebakaran.
9.4.3.1 Semua elevator baru harus memenuhi Persyaratan layanan Dinas Pemadam Kebakaran
seperti ASME/ANSI A17.1, Peraturan Keselamatan untuk Elevator dan Eskalator.
9.4.3.2 Semua elevator eksisting yang mempunyai jarak tempuh 25 ft (7.6 m) atau lebih di atas
atau dibawah level terbaik terkait kebutuhan personel keadaan darurat untuk tujuan pemadaman
kebakaran atau penyelamatan harus memenuhi Persyaratan Layanan Dinas Pemadam Kebakaran
dari ASME/ANSI A17.3, dan Peraturan Keselamatan untuk Elevator Eksisting dan Eskalator.
59
9.6.1.8 Apabila sistem alarm kebakaran sedang dalam perbaikan untuk jangka waktu 4 jam dari
24 jam, Otoritas Berwenang Setempat (OBS) harus diberitahu dan gedung harus dikosongkan
atau pengamat kebakaran yang disetujui harus disediakan untuk semua pihak yang dilindungi
selama sistem dimatikan sampai sistem alarm kebakaran dikembalikan kelayanan.
(2)
(3)
(4)
Pengecualian : Untuk instalasi eksisting yang tidak satupun dari yang disebut dalam butir 9.6.4(1)
sampai (4) ada, maka suatu rencana untuk pemberitahuan ke pemadam kebakaran yang dapat
diterima atau disetujui oleh OB, diperbolehkan.
9.7.1.2 Pemipaan sprinkler yang melayani tidak lebih dari 6 kepala sprinkler untuk setiap area
berbahaya diperbolehkan dihubungkan langsung dengan system suplai air domestic yang
mempunyai kapasitas cukup untuk menyediakan suplai air sebesar 6.1 lpm/m2 (20.15 gpm/ft2) per
luas lantai untuk seluruh area yang dilindungi. Suatu katup penutup yang terindikasi harus
dipasang di lokasi mudah dijangkau terletak antara sprinkler-sprinkler dengan sambungan ke
suplai air domestik.
60
CHAPTER 11
11.7
11.7.1 Aplikasi.
Persyaratan Sub.Bab 11.1 berlaku.
11.7.3 Persyaratan Khusus untuk Struktur Tanpa Jendela atau Bawah Tanah.
11.7.3.1 Suatu struktur atau bagian dari struktur tidak dapat diperhitungkan sebagai tanpa jendela
apabila memenuhi kriteria berikut ini:
(1)
Struktur adalah struktur satu lantai atau bagian dari struktur yang lantainya dilengkapi
dengan pintu-pintu level dasar atau bukaan-bukaan akses darurat pada 2 sisi bangunan,
berjarak satu sama lain tidak lebih dari 38 m (125 ft) di dinding luar.
(2)
Struktur adalah struktur bangunan atau bagian-nya dengan tinggi lebih dari satu lantai yang
harus memenuhi kriteria berikut :
a.
b.
Tiap lantai di atas lantai pertama dilengkapi dengan bukaan-bukaan akses darurat
pada dua sisi bangunan, berjarak tidak lebih dari 9 m (30 ft) satu sama lain.
11.7.3.2 Suatu struktur atau bagian dari suatu struktur tidak dipertimbangkan sebagai struktur
bawah tanah apabila lantai disediakan pada tidak kurang dari dua sisi dengan tidak kurang dari 2
m2 (20 ft2) bukaan akses emergensi seluruhnya di atas level tingkat yang bersebelahan di tiap 15
lineal m (50 lineal ft) area dinding luar yang dilindungi.
61
11.7.3.3 Apabila struktur tanpa jendela atau struktur bawah tanah memiliki beban penghunian
lebih dari 50 orang di struktur tanpa jendela atau porsi bagain bawah struktur, maka bagian tanpa
jendela atau bagian bawah tanah dan semua area dan level-level lantai dalam perjalanan ke
pelepasan eksit harus dilindungi sistem sprinkler otomatik yang diawasi sesuai ketentuan dalam
Sub.Bab 9.7.
Pengecualian :
1
Persyaratan ini tidak berlaku bagi struktur-struktur tanpa jendela eksisting atau struktur bawah tanah eksisting
dengan beban penghunian 100 orang atau kurang di bagian struktur tanpa jendela atau bagian struktur bawah
tanah.
Persyaratan ini tidak berlaku terhadap struktur tanpa jendela lantai tunggal yang diperbolehkan memiliki eksit
tunggal per Bab 12 sampai 42 dan dengan suatu langkah umum perjalanan tidak melebihi 15 m (50 ft).
11.7.3.4 Bagian tanpa jendela atau bagian bawah tanah bangunan dan semua area yang dilintasi
dalam perjalanan ke pelepasan eksit, diluar atau yang bukan satu dan dua hunian keluarga, harus
disediakan lampu atau pencahayaan darurat sesuai dengan ketentuan Sub.Bab 7.9.
(2)
Eksit harus disediakan dengan fasilitas ventilasi asap luar atau sarana lain untuk mencegah
eksit menjadi termuati dengan asap dari setiap kebakaran di area-area yang dilayani eksit.
11.7.4.4 Bagian bawah tanah dari struktur bawah tanah, yang bukan struktur bawah tanah
eksisting, harus dilengkapi dengan ventilasi asap yang disetujui sesuai dengan ketentuan Sub.Bab
9.3, yang struktur bawah tanah tersebut mempunyai hal-hal berikut :
(1)
Bagian struktur bawah tanah-nya mempunyai beban penghunian lebih dari 100 orang
(2)
Satu level lantai yang digunakan untuk hunian, lebih dari 9 m (30 ft) atau lebih dari satu level
dibawah level terendah dari pelepasan eksit.
(3)
Isi bahan mudah terbakar, bahan lapis intrior mudah terbakar atau konstruksi mudah
terbakar.
11.7.4.5 Ruang pelindung tangga eksit di struktur bawah tanah memiliki satu level lantai yang
digunakan untuk hunian (orang) lebih dari 9 m (30 ft) atau lebih dari satu level dibawah level
terendah dari pelepasan eksit harus dilengkapi dengan tanda-tanda penunjuk sesuai ketentuan
7.2.2.5.4 yang diletakkan pada setiap landasan level lantai yang dilintasi dalam perjalanan ke
pelepasan eksit.
Tanda-tanda penunjuk tersebut harus terdiri atas indikator berbasis tanda-pangkat (chevronbased) untuk menunjukkan arah ke pelepasan eksit.
62
11.8
11.8.1 Umum.
11.8.1.1
Apabila disyaratkan oleh Bab 12 hingga 42, persyaratan Sub.Bab 11.8 harus
diberlakukan pada bangunan bertingkat tinggi sebagaimana didefinisikan pada butir 3.3.101.
11.8.1.2 Menambah persyaratan di Sub.bab 11.8, maka pemenuhan terhadap semua persyaratan
lainnya dalam Peraturan ini harus disyaratkan.
Gambar 11.4 Penentuan jika bangunan tinggi sesuai dengan kriteria 23 m (74 ft)
63
Gambar 11.5 Sistem kombinasi tipikal pipa tegak/springkler dengan 2 inci katup sambungan
pemadam kebakaran.
64
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Tidak kurang dari satu elevator melayani semua lantai, dengan daya siaga yang dapat
dialirkan ke setiap elevator.
(6)
(7)
(2)
Panel-panel dan kontrol layanan komunikasi telepon, dua arah, departemen pemadam
kebakaran, apabila disyaratkan oleh Sub.Bab lainnya dalam Peraturan ini.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kontrol untuk setiap sistem pembuka kunci pintu sumur tangga otomatis.
(8)
(9)
Telepon untuk digunakan bagi departemen pemadam kebakaran dengan akses terkendali ke
system telepon umum.
65
CHAPTER 18
18.1
Persyaratan Umum.
18.1.1 Aplikasi.
18.1.1.1 Umum.
18.1.1.1.1 Persyaratan pada Bab ini berlaku untuk kondisi berikut:
(1)
(2)
(4)
Pengecualian*: Fasilitas yang telah dilengkapi dengan kelengkapan keselamatan yang memiliki
tingkat keselamatan yang setara sebagaimana ditetapkan oleh OB sesuai Sub.Bab 1.5.
18.1.1.1.2 Bab ini menetapkan persyaratan keselamatan jiwa untuk rancangan semua bangunan
rumah sakit, rumah perawatan dan fasilitas kesehatan terbatas yang baru. Istilah rumah sakit yang
digunakan dalam peraturan ini mencakup rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, dan rumah sakit
khusus. Istilah rumah perawatan, yang digunakan dalam peraturan ini, mencakup rumah
perawatan dan penyembuhan, fasilitas perawatan terlatih, fasilitas perawatan sementara dan dan
rumah sakit untuk orang tua. Karena bervariasinya persyaratan, untuk setiap hunian perawatan
kesehatan spesifik, maka terdapat paragraf-paragraf khusus mengenai hal tersebut. Bab 20
menetapkan persyaratan keselamatan jiwa untuk semua fasilitas perawatan kesehatan rawat
jalan, sedangkan Sub.bab 18.7 menetapkan persyaratan fitur-fitur operasi untuk semua hunian
perawatan kesehatan.
18.1.1.1.3 Fasilitas perawatan kesehatan yang diatur dalam Bab ini memberikan kelengkapan
ruang tidur bagi penghuninya dan dihuni oleh orang-orang yang umumnya tidak mampu mengurus
dirinya karena faktor usia, karena ketidakmampuan fisik atau mental, atau karena tindakan
keamanan di luar kontrol penghuni.
18.1.1.1.4 Bangunan atau bagian-bagian bangunan, yang dikhususkan untuk menampung
pasien-pasien yang, menurut pendapat pengurus dan pihak pemerintah, mampu memutuskan atau
bertindak tepat secara fisik untuk mengurus dirinya sendiri pada kondisi darurat, diperbolehkan
memenuhi ketentuan Bab-bab dalam Peraturan ini selain dari bab 18.
18.1.1.1.5 Harus diperhatikan bahwa, dalam bangunan yang menampung tipe-tipe pasien tertentu
atau memiliki ruang-ruang penahanan atau bagian sekuriti, perlu untuk mengunci pintu-pintu dan
jendela ber-jeruji untuk membatasi dan melindungi penghuni dan penunjung bangunan.
66
Dalam hal ini OB harus membuat modifikasi yang tepat terhadap ketentuan-ketentuan dalam subsub bab Peraturan ini atau apakah sarana jalan ke luar tetap di biarkan tidak terkunci.
18.1.1.1.6 Bangunan-bangunan, atau bagian-bagian bangunan, yang dihuni oleh orang-orang tua
dan yang memberikan aktivitas untuk memelihara ketidaktergantungan mereka secara kontinyu,
tetapi tidak diberikan pelayanan berbeda terkait dengan hunian perawatan kesehatan (lihat 18.1.3)
sebagaimana ditentukan dalam 3.3.98, diperbolehkan memenuhi persyaratan pada bab-bab lain
dari Peraturan ini, seperti pada Bab 30 atau Bab 32.
18.1.1.1.7 Fasilitas yang tidak menampung penghuninya selama 24-jam harus diklasifikasikan
sebagai hunian lainnya dan di atur persyaratannya dalam Bab-bab lain dari Peraturan ini.
18.1.1.1.8* Persyaratan-persyaratan yang diatur dalam bab ini didasarkan atas asumsi bahwa staf
selalu ada di semua area yang dihuni pasien untuk melaksanakan fungsi penyelamatan tertentu
terhadap kebakaran sebagaimana disyaratkan pada paragraf lain dari Bab ini.
(2)
(3)
18.1.1.4 Penambahan-penambahan,
konstruksi.
konversi,
pembaharuan,
renovasi
dan
18.1.1.4.1 Penambahan-penambahan.
Penambahan-penambahan harus dipisahkan dari setiap struktur eksisting yang tidak memenuhi
persyaratan dalam bab 19 oleh penghalang api yang mempunyai TKA tidak kurang dari 2-jam dan
dikonstruksi dari bahan yang disyaratkan (Lihat 4.6.11 dan 4.6.6.)
18.1.1.4.2 Bukaan-bukaan untuk komunikasi dalam pembagian penghalang-penghalang api
sebagaimana disyaratkan oleh 18.1.1.4.1 hanya boleh di koridor-koridor dan harus dilindungi
dengan alat penutup pintu otomatis yang disetujui. (Lihat pula Sub.Bab 8.2.)
18.1.1.4.3 Pintu-pintu di penghalang yang dipersyaratkan pada 18.1.1.4.1 harus dalam keadaan
normal tertutup.
Pengecualian :
Pintu-pintu boleh dibiarkan terbuka apabila memenuhi persyaratan 18.2.2.2.6.
67
Perubahan dari rumah sakit ke rumah perawatan atau dari rumah perawatan ke rumah sakit tidak harus
dipertimbangkan sebagai perubahan dalam penghunian atau sub-klasifikasi penghunian.
Perubahan dari rumah sakit atau rumah perawatan ke fasilitas perawatan terbatas tidak harus dipertimbangkan
sebagai perubahan hunian atau perubahan sub-klasifikasi hunian.
Perubahan dari rumah sakit atau rumah perawatan ke fasilitas perawatan kesehatan rawat jalan tidak harus
dipertimbangkan sebagai perubahan hunian atau perubahan dalam sub klasifikasi hunian.
68
(2)
Bagian-bagian tersebut dipisahkan dari area hunian perawatan kesehatan dengan konstruksi
yang memiliki TKA tak kurang dari 2-jam.
18.1.2.2* Fasilitas rawat jalan, klinik medis, dan fasilitas sejenis yang berdekatan dengan hunian
perawatan kesehatan tetapi utamanya dimaksudkan untuk memberikan layanan luar rumah sakit
(outpatient) dapat diklasifikasikan sebagai hunian bisnis atau fasilitas perawatan kesehatan rawat
jalan (ambulatory) dengan syarat bahwa fasilitas tersebut dipisahkan dari hunian perawatan
kesehatan dengan konstruksi tahan api tidak kurang dari 2-jam dan fasilitas tersebut tidak
dimaksudkan untuk memberikan layanan simultan untuk 4 orang pasien atau lebih yang
litterborne.
18.1.2.3
Hunian perawatan kesehatan dalam bangunan yang menampung hunian-hunian
lainnya harus benar-benar dipisahkan melalui konstruksi dengan TKA tidak kurang dari 2 jam
sebagaimana diberikan untuk penambahan-penambahan dalam ketentuan 18.1.1.4.
18.1.2.4
Semua sarana jalan ke luar dari hunian perawatan kesehatan yang melintas melewati
ruang-ruang bukan perawatan kesehatan harus memenuhi persyaratan Peraturan ini.
Pengecualian:
Eksit melalui eksit horisontal kedalam hunian berdekatan lainnya yang tidak memenuhi persyaratan jalan ke luar untuk
perawatan kesehatan, tetapi masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk hunian lainnya yang diatur dalam
Peraturan ini, bisa diizinkan, asalkan hunian tersebut tidak mengandung muatan bahaya tinggi. Eksit horisontal harus
memenuhi persyaratan pada butir 18.2.2.5.
69
18.1.2.5 Persyaratan jalan ke luar untuk area perawatan kesehatan yang berhubungan dengan
hunian lainnya harus memenuhi persyaratan keterkaitan yang diatur dalam Peraturan ini. Apabila
hunian klinis untuk keperluan pasiennya memerlukan penguncian sarana jalan ke luar, maka harus
ada pengaturan staf untuk mengawasi keluarnya pasien selama waktu-waktu pemakaian nya.
18.1.2.6 Auditorium, tempat peribadatan, area rumah tinggal staf, atau hunian-hunian lainnya
yang disediakan terkait dengan fasilitas perawatan kesehatan harus memiliki sarana jalan ke luar
yang memenuhi ketentuan dalam Sub.Bab lainnya dalam Peraturan ini.
18.1.2.7 Setiap area yang mengandung muatan berbahaya dan diklasifikasikan lebih tinggi dari
hunian perawatan kesehatan dan berada dalam lokasi yang sama harus diproteksi sesuai
ketentuan 18.3.2.
18.1.2.8 Hunian-hunian yang tidak terkait dengan perawatan kesehatan dan diklasifikasikan
mengandung bahan-bahan bahaya tinggi, dilarang berada dalam bangunan-bangunan yang
digunakan untuk hunian-hunian perawatan kesehatan.
70
(a)
Penutup atap memenuhi persyaratan Klas A sesuai dengan standar NFPA 256, Standard Methods of Fire Tests
of Roof Coverings.
(b)
Atap terpisah dari bagian-bagian bangunan yang dihuni dengan menggunakan pasangan lantai dari bahan tidak
mudah terbakar dengan TKA tidak kurang dari 2-jam dibuat dari beton atau lapis gipsum setebal tidak kurang dari
21/2 in. (6.4 cm).. Untuk ini diperlukan elemen struktur untuk menopang pasangan lantai dengan TKA 2-jam
untuk memperoleh tingkat ketahanan api yang diperlukan bangunan.
Lapis bangunan
1
2
3
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
NP
NP
X
NP
NP
NP
NP
NP
X
NP
NP
X
NP
NP
NP
NP
NP
X : Tipe konstruksi yang diijinkan
NP: Tidak diijinkan
4 atau lebih
X
X
X
NP
NP
NP
NP
NP
NP
NP
18.1.6.3 Semua dinding-dinding dan partisi interior dalam dengan Konstruksi Tipe I atau Tipe II
harus dari bahan-bahan tidak mudah terbakar atau terbakar terbatas.
18.1.6.4 Semua bangunan yang memiliki lebih dari satu tingkatan dibawah tingkatan pelepasan
eksit harus memiliki tingkatan yang lebih rendah yang dipisahkan dari tingkatan pelepasan eksit
dengan konstruksi Tipe II (111).
Gambar 18/19.2 Penetuan jumlah lantai untuk penerapan persyaratan minimum konstruksi.
71
18.2.1 Umum.
Setiap jalan masuk, jalan terusan, koridor, pelepasan eksit, lokasi eksit dan akses ke eksit harus
sesuai dengan Bab 7.
Pengecualian :
Sebagaimana ditentukan oleh pasal 18.2.2 hingga 18.2.11.
18.2.2.2 Pintu-pintu.
18.2.2.2.1 Hanya pintu-pintu yang memenuhi ketentuan 7.2.1 diperbolehkan.
18.2.2.2.2 Kunci-kunci tidak diperkenankan dipasang pada pintu-pintu ruang tidur pasien.
Pengecualian
1
Peralatan pengunci yang menghalangi akses ke ruangan dari koridor yang hanya dapat dioperasikan oleh staf
dari sisi koridor diperbolehkan. Peralatan semacam itu tidak boleh menghalangi jalur penyelamatan dari dalam
ruangan.
Pengaturan penguncian pintu diperbolehkan pada hunian perawatan kesehatan atau bagian dari hunian
perawatan kesehatan yang kebutuhan klinis pasiennya memerlukan upaya sekuriti khusus untuk
keselamatannya, dengan syarat bahwa kunci-kunci dibawa setiap saat oleh staf.
18.2.2.2.3 Pintu-pintu yang terletak dalam sarana jalan ke luar yang disyaratkan diperbolehkan
dikunci.
18.2.2.2.4 Pintu-pintu di dalam sarana jalan ke luar yang disyaratkan tidak boleh dipasangi palang
pintu atau kunci yang memerlukan penggunaan alat atau anak kunci untuk membukanya dari sisi
jalan ke luar.
Pengecualian
1
Pengaturan penguncian pintu tanpa menunda waktu penyelamatan dibolehkan pada hunian perawatan
kesehatan atau bagian dari hunian perawatan kesehatan yang kebutuhan klinis pasiennya memerlukan upaya
penp membuka pintu-pintu tersebut. (Lihat 18.1.1.1.5 dan 18.2.2.2.5.)
2*
Kunci-kunci penunda penyelamatan yang memenuhi ketentuan 7.2.1.6.1 diperbolehkan dengan syarat tidak lebih
dari satu alat semacam itu ditempatkan di tiap jalur penyelamatan.
Pintu-pintu penyelamatan yang dikendalikan aksesnya yang memenuhi ketentuan 7.2.1.6.2 diperbolehkan.
18.2.2.2.5 Pintu-pintu yang terletak di sarana jalan ke luar yang diperbolehkan dikunci sesuai
ketentuan lain dalam Bab ini harus memiliki kelengkapan untuk bisa memindahkan secara cepat
penguna atau penghuni bangunan dengan cara seperti kontrol jarak jauh pengunci, mengubah
penguncian pintu yang dapat dibuka oleh kunci-kunci yang dibawa staf setiap saat, atau cara
lainnya yang handal yang bisa dijangkau atau digunakan oleh staf setiap saat. Hanya satu alat
pengunci diperbolehkan pada setiap pintu.
72
Pengecualian:
Pengunci sesuai dengan Kekecualian No. 2 dan 3 hingga 18.2.2.2.4.
18.2.2.2.6* Setiap pintu di jalan terusan eksit, ruang pelindung tangga, eksit horisontal,
penghalang asap atau ruang pembatas area berbahaya (kecuali ruang-ruang boiler, ruang-ruang
pemanas, dan ruang-ruang peralatan mesin) diperbolehkan terbuka hanya dengan peralatan
pelepas otomatis yang memenuhi ketentuan 7.2.1.8.2. Sistem-sistem sprinkler otomatis, alarm
kebakaran dan sistem-sistem yang disyaratkan menurut ketentuan 7.2.1.8.2 harus diatur untuk
meng-inisiasi gerak menutup dari semua pintu-pintu di seluruh kompartemen asap atau di semua
fasilitas.
18.2.2.2.7 Apabila pintu-pintu di dalam ruang pelindung tangga dalam kondisi terbuka oleh
peralatan pembuka otomatis sebagaimana diperbolehkan oleh ketentuan 18.2.2.2.6, inisiasi gerak
menutup pintu pada setiap level harus bisa membuat semua pintu pada semua level di ruang
pelindung tangga menutup.
18.2.2.2.8 Hunian perawatan kesehatan bertingkat tinggi harus memenuhi persyaratan re-entry
sebagaimana diatur dalam 7.2.1.5.2.
18.2.2.2.9 Pintu-pintu luncur horisontal sebagaimana diperbolehkan berdasarkan pasal 7.2.1.14,
yang tidak menutup secara otomatis harus dibatasi hanya untuk pintu daun tunggal dan harus
memiliki pengunci atau mekanisme lain yang dapat menjamin bahwa pintu-pintu tersebut tidak
akan memantul kembali ke posisi terbuka sebagian apabila ditutup secara keras saat terjadi
keadaan darurat.
18.2.2.3 Tangga-tangga.
Tangga-tangga yang memenuhi ketentuan 7.2.2 diperbolehkan.
73
18.2.2.5.4 Suatu eksit horisontal yang terdiri atas sebuah koridor yang lebarnya 8 ft (2.4 m) atau
lebih melayani sebagai sarana jalan ke luar dari kedua sisi jalur pintu harus mempunyai bukaan
yang dilindungi dengan pasangan pintu-pintu ayun yang diatur untuk bisa berayun dalam arah
yang berlawanan satu sama lain, dengan setiap pintu memiliki lebar bersih tidak kurang dari 41.5
in. (105 cm), atau oleh pintu luncur horisontal yang memenuhi 7.2.1 dan memberikan lebar bersih
tidak kurang dari 83 in. (211 cm).
18.2.2.5.5 Suatu eksit horisontal yang terdiri atas koridor dengan lebar 6 ft (1.8 m) atau lebih
melayani sebagai sarana jalan ke luar dari kedua sisi jalur pintu harus mempunyai bukaan yang
dilindungi oleh sepasang pintu-pintu ayun, yang diatur untuk berayun dalam arah yang berlawanan
satu sama lain, dengan setiap pintu mempunyai lebar bersih tidak kurang dari 32 in. (81 cm), atau
oleh pintu luncur horisontal yang memenuhi ketentuan 7.2.1.14 yang memberikan lebar bersih
tidak kurang dari 64 in. (163 cm).
18.2.2.5.6 Suatu panel penglihat yang disetujui disyaratkan pada setiap eksit horisontal. Tiang
jendela di tengah-tengah dilarang.
Gambar 18/19.3(a) Eksit horizontal pada rumah sakit yang baru atau rumah jompo.
74
Gambar 18/19.3(b) Eksit horizontal pada fasilitas perawatan terbatas atau rumah sakit jiwa.
75
18.2.2.6 Ramp.
18.2.2.6.1 Ramp yang memenuhi 7.2.5 diperbolehkan.
18.2.2.6.2 Ramps terlindung sebagai eksit harus memiliki kelebaran yang cukup untuk
memberikan kapasitas penyelamatan sesuai dengen ketentuan 18.2.3.2.
76
Lebar bersih pintu jalan masuk, koridor, dan ramp di area yang bersebelahan yang tidak digunakan untuk
menampung, merawat atau menggunakan untuk pasien rawat inap harus tidak boleh kurang dari 44 in. (112 cm),
dan tidak terhalangi.
2*
Akses ke eksit di dalam suatu ruangan atau ruangan besar harus memenuhi persyaratan 18.2.5.
18.2.3.4 Lebar bersih pintu masuk utama, koridor, dan ramp yang disyaratkan untuk akses ke eksit
pada fasilitas perawatan terbatas atau rumah sakit bagi perawatan sakit jiwa harus tidak boleh
kurang dari 6 ft (1.8 m) dan tidak terhalangi. Apabila ramp digunakan sebagai eksit, lihat ketentuan
18.2.2.6.
Pengecualian
1*
Lebar bersih pintu masuk utama, koridor, dan ramp di area-area bersebelahan yang tidak dimaksudkan untuk
menampung, merawat atau menggunakan untuk keperluan rawat inap pasien harus tidak boleh kurang dari 44 in.
(112 cm) dan tidak terhalangi.
2*
Akses eksit di dalam suatu ruangan atau ruangan utama harus memenuhi persyaratan 18.2.5.
18.2.3.5 Lebar bersih minimum untuk pintu-pintu di sarana jalan ke luar dari ruang-ruang tidur,
area diagnostik dan perawatan seperti sinar-X, pembedahan atau terapi fisik dan ruang perawatan
harus sebagai berikut :
(1)
(2)
Rumah sakit jiwa dan fasilitas perawatan terbatas 32 in. (81 cm)
Pengecualian :
1
Lebar bersih pintu-pintu yang dipasang sedemikian sehingga tidak digunakan oleh penghuni rumah sakit harus
tidak boleh kurang dari 32 in. (81 cm)..
Lebar bersih pintu-pintu di ruang-ruang pelindung tangga eksit tidak boleh kurang dari 32 in. (81 cm).
Lebar bersih pintu-pintu yang melayani perawatan bagi yang baru melahirkan tidak boleh kurang dari 32 in. (81
cm.
Apabila disediakan suatu pasangan pintu, maka sekurang-kurangnya satu pintu harus memiliki bukaan dengan
lebar bersih tidak kurang dari 32-in. (81-cm) dilengkapi dengan alur pintu, lereng atau astragal pada pinggir
pertemuan daun pintu. Bagian daun pintu yang tidak aktif harus dipasang pasak sembul otomatis untuk
membentuk pengunci yang kencang.
77
Gambar 18/19.4(a) Akses eksit koridor dalam fasilitas perawatan kesehatan baru
Gambar 18/19.4(b) Akses eksit koridor dalam fasilitas perawatan kesehatan eksisting.
78
(2)
Tangga
(3)
(4)
Ramp
(5)
Tiap ruang pembatas api yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan ini harus dipertimbangkan
sebagai bagian dari zona yang berdekatan. Jalur penyelamatan tidak disyaratkan kembali
melewati zona asal api.
Gambar 18/19.6 Susunan eksit untuk kompartemen api dibentuk oleh eksit horizontal dengan
penghalang api.
79
Gambar 18/19.7 Susunan eksit untuk kompartemen asap yang dibentuk oleh penghalang asap.
18.2.4.3* Tidak kurang dari dua eksit dari tipe sebagaimana diuraikan dalam pasal 18.2.2.2
sampai pasal 18.2.2.10 harus dapat dicapai dari tiap kompartemen asap. Jalan keluar
diperbolehkan lewat kompartemen bersebelahan, tetapi tidak boleh kembali melewati
kompartemen asal api.
Apabila terdapat pintu eksit yang membuka langsung ke luar dari ruangan di tingkat dasar.
Akses eksit dari ruangan tidur pasien dengan tidak lebih dari 8 tempat tidur pasien diperbolehkan jalan melewati
ruangan antara untuk mencapai ke koridor akses eksit.
Akses eksit dari ruang utama perawatan khusus diperbolehkan melewati satu ruang antara, untuk mencapai
koridor akses eksit, apabila dari pengaturan memungkinkan dilakukanya supervise visual langsung dan konstan
oleh personel perawatan.
Akses ke eksit dari ruang-ruang utama, selain ruang-ruang tidur pasien diperbolehkan melewati tidak lebih dari
dua ruang-ruang berdekatan, untuk mencapai koridor akses eksit apabila jarak tempuh didalam ruang utama
tersebut memenuhi ketentuan 18.2.5.8.
18.2.5.2 Setiap ruangan tidur pasien, atau setiap ruang utama yang terdapat didalamnya ruangruang tidur pasien, berukuran lebih dari 000 ft2 (93 m2) harus memiliki sekurang-kurangnya dua
pintu akses eksit yang lokasinya berjauhan satu sama lain.
18.2.5.3 Setiap ruangan atau setiap ruang utama, selain ruang-ruang tidur pasien, yang luasnya
lebih dari 2500 ft2 (230 m2) harus memiliki sekurang-kurangnya dua pintu akses eksit yang
letaknya berjauhan satu sama lain.
80
81
82
83
84
85
86
Pemisah /proteksi
1 jam
1 jam
Lihat 18.3.6.3.4
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
Lihat 18.3.6.3.4
1 jam
1 jam
Membagi setiap lantai yang digunakan bagi pasien rawat inap untuk tidur atau mendapat
perlakuan kedalam kurang dari dua kompartemen asap.
(2)
Membagi setiap lantai yang mempunyai beban penghunian 50 orang atau lebih, tidak
tergantung dari pemakaiannya, ke dalam tidak kurang dari dua kompartemen asap.
(3)
Membatasi ukuran setiap kompartemen asap yang disyaratkan oleh (1) dan (2) menjadi area
yang ukurannya tidak melebihi 22,500 ft2 (2100 m2)
Pengecualian :
Area atrium yang dipisahkan mengikuti ketentuan 8.2.5.6 tidak boleh dibatasi ukurannya.
(4)
Membatasi jarak tempuh dari setiap titik untuk mencapai pintu di penghalang api yang
disyaratkan ke suatu jarak yang tidak melebihi 200 ft (60 m).
Pengecualian
1
Lantai-lantai yang tidak terdapat didalamnya hunian perawatan kesehatan dan terletak sepenuhnya di atas
hunian perawatan kesehatan.
Area yang tidak terdapat didalamnya hunian perawatan kesehatan dan dipisahkan dari hunian perawatan
kesehatan dengan penghalang api yang memenuhi ketentuan 7.2.4.3.
Lantai-lantai yang tidak terdapat didalamnya hunian-hunian perawatan kesehatan dan terletak lebih dari satu
lantai dibawah hunian perawatan kesehatan.
Konstruksi parkir udara terbuka yang dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang disetujui dan
diawasi sesuai dengan ketentuan Sub.Bab 9.7.
18.3.7.2.
Penghalang-penghalang asap harus disediakan pada lantai-lantai yang dapat
dimanfaatkan namun tidak dihuni.
Bukaan-bukaan vertikal yang tidak dilindungi sesuai dengan ketentuan 8.2.5.8 diperbolehkan.
Kekecualian No. 1 untuk 8.2.5.6 (1) tidak berlaku pada ruang-ruang tidur pasien dan ruang-ruang perlakuan
untuk pasien.
Area-area tidur pasien bertingkat banyak (multilevel) di fasilitas perawatan sakit jiwa diperbolehkan tanpa proteksi
pelindung antar tingkat, dengan syarat kondisi-kondisi berikut memenuhi :
(a)
Seluruh area yang dihuni termasuk semua level lantai yang berhubungan, cukup terbuka dan tak
terhalangi sehingga kebakaran atau kondisi berbahaya lainnya di setiap bagian akan terlihat jelas bagi
penghuni atau personel pengawas di area tsb.
87
(b)
Kapasitas jalan ke luar cukup untuk menampung semua penghuni secara simultan dari semua tingkat dan
area yang berhubungan, dengan semua tingkat yang berhubungan di area kebakaran yang sama
dipertimbangkan sebagai area lantai tunggal untuk penentuan kapasitas jalan ke luar yang disyaratkan.
(c)
Beda ketinggian antara tingkat lantai teratas dan terbawah tak boleh melebihi 13 ft (4 m); jumlah tingkat
tidak harus dibatasi.
18.3.1.2 Pintu di ruang pelindung eksit harus bisa menutup sendiri dan harus dalam posisi tertutup
pada keadaan normal.
Pengecualian:
Pintu-pintu di ruang pelindung tangga dijaga tetap terbuka dibawah kondisi-kondisi sebagaimana diuraikan dalam
ketentuan 18.2.2.2.6 dan 18.2.2.2.7.
18.3.2.4 Gas-Medis.
Area penyimpanan gas medis dan administrasinya harus dilindungi sesuai dengan standar NFPA
99, Standard for Health Care Facilities.
88
Toko-toko souvenir harus dilindungi sebagai area-area berbahaya apabila penggunaannya untuk
penyimpanan maupun pemajangan bahan-bahan mudah terbakar ada dalam jumlah yang
dianggap membahayakan. Toko-toko souvenir yang dipertimbangkan tidak berbahaya dan
mempunyai gudang terpisah dan dilindungi, diperbolehkan untuk sebagai berikut :
(1)
Membuka ke arah lobi atau koridor apabila toko souvenir luasnya tidak lebih dari 500 ft2
(46.5 m2)
(2)
Dipisahkan dari lobi atau koridor dengan dinding-dinding yang tidak harus tahan api
Pemisahan/proteksi
1-jam
1-jam
1-jam
1-jam
89
Dinding-dinding dan langit-langit diperbolehkan memiliki bahan pelapis Klas A, Klas B, atau Klas C di dalam
kamar-kamar individu yang mempunyai kapasitas tidak melebihi 4 orang..
Bahan pelapis dinding koridor yang tingginya tidak lebih dari 4 ft (1.2 m) yang dibatasi hanya untuk separuh
bagian bawah dinding, diperbolehkan dari bahan Klas A, Klas B atau Klas C..
18.3.4.2* Inisiasi.
Inisiasi sistem alarm kebakaran yang disyaratkan berasal dari sarana manual sesuai dengan
ketentuan 9.6.2 dan dengan alarm aliran air dari sistem sprinkler, alat deteksi atau sistem deteksi.
Pengecualian :
Kotak-kotak alarm kebakaran manual di area tidur pasien tidak diperlukan pada eksit, apabila terletak pada semua
stasion kontrol perawat atau lokasi lainnya yang mendapat perhatian kontinyu staf, asalkan kotak-kotak alarm manual
tersebut mudah dilihat dan dapat dijangkau serta jarak tempuh yang disyaratkan oleh ketentuan 9.6.2.4 tidak dilampaui.
90
Sebagai pengganti sinyal alarm dengar, peralatan penunjuk alarm yang dapat dilihat atau tampak, diperbolehkan
digunakan di area-area perawatan kritis.
18.3.4.5 Deteksi.
18.3.4.5.1 Sistem-sistem pendeteksian apabila disyaratkan harus memenuhi Sub.Bab 9.6.
Sistem-sistem koridor tidak disyaratkan apabila setiap ruang tidur pasien dilindungi dengan sistem deteksi asap
yang disetujui.
Sistem-sistem koridor tidak disyaratkan apabila pintu-pintu ruang pasien dilengkapi dengan alat penutup pintu
otomatis, dilengkapi dengan dengan detektor-detektor asap integral pada sisi ruangan yang dipasang sesuai
dengan jaminan-nya, dengan syarat detektor-detektor integral tersebut memberikan notifikasi ke penghuni.
91
18.3.5.5* Sprinkler di area-area yang tirai kubikasi dipasang harus memenuhi ketentuan dalam
standar NFPA 13, standar pemasangan instalasi sistem sprinkler (Standard for the Installation of
Sprinkler Systems).
18.3.5.6 Alat pemadam api ringan (APAR) harus disediakan di semua hunian perawatan
kesehatan sesuai dengan ketentuan 9.7.4.1.
18.3.6 Koridor-koridor.
18.3.6.1 Koridor-koridor harus dipisahkan dari area-area lainnya dengan partisi-partisi yang
memenuhi ketentuan butir-butir 8.3.6.2 sampai 18.3.6.5. (Lihat pula 18.2.5.9.)
Pengecualian
1
Ruang-ruang diperbolehkan tidak dibatasi luasnya dan membuka ke koridor, dengan syarat kriteria berikut ini
dipenuhi :
(a)
Ruang-ruang tersebut tidak digunakan sebagai ruang-ruang tidur pasien, ruang-ruang perlakuan medis,
atau area-area berbahaya.
(b)
Koridor-koridor kearah mana ruang-ruang terbuka berada dalam kompartemen asap yang sama dan
dilindungi dengan sistem deteksi asap otomatik yang diawasi secara elektrik sesuai dengan ketentuan
18.3.4, atau kompartemen-kompartemen asap tempat ruang tersebut terletak diproteksi seluruhnya
dengan sprinkler jenis respons cepat.
(c)
Ruang terbuka diproteksi dengan sistem deteksi asap otomatis, diawasi secara elektris sesuai ketentuan
18.3.4, atau seluruh ruangan diatur dan diletakkan sehingga memungkinkan dilakukan pengawasan
langsung oleh staf fasilitas dari stasion perawat atau ruangan semacam itu.
(d)
Gambar 18/19.15(b) Ruang tunggu dengan ukuran terbatas yang terbuka ke koridor.
92
Jumlah area tunggu di setiap kompartemen asap tidak melebihi 600 ft2 (55.7 m2).
(b)
Setiap area dilindungi dengan sistem deteksi asap otomatis yang diawasi secara elektris sesuai ketentuan
18.3.4, atau setiap area diatur dan diletakkan untuk memungkinkan dilakukannya supervisi langsung oleh
staf fasilitas dari suatu stasion atau pos perawat atau ruangan semacam itu.
(c)
3*
Toko-toko souvenir yang membuka ke koridor yang diproteksi sesuai ketentuan 18.3.2.5.
Dalam fasilitas perawatan terbatas, ruang-ruang pertemuan kelompok atau penyembuhan multiguna
diperbolehkan membuka ke koridor, dengan syarat kriteria berikut ini dipenuhi :
(a)
(b)
Ruangan diproteksi oleh sistem deteksi asap otomatik yang diawasi secara elektris sesuai ketentuan
18.3.4, atau ruangan diatur dan diletakkan sedemikian sehingga memungkinkan dilakukannya
pengawasan langsung oleh staf fasilitas dari pos perawatan atau lokasi semacam itu.
(c)
93
18.3.6.3.6 Pintu-pintu Belanda diperbolehkan apabila memenuhi 18.3.6.3. Selain dari itu, daun
pintu bagian atas dan bagian bawah harus dilengkapi dengan alat pengunci, dan sisi pertemuan
antara daun pintu bagian atas dan bagian bawah diberi astragal, alur pintu / rabbet, atau lereng /
bevel.
Pintu-pintu Beranda yang melindungi bukaan-bukaan di ruang sekeliling area berbahaya harus
memenuhi standar NFPA 80, Standard for Fire Doors and Fire Windows.
18.3.6.5 Bukaan-bukaan.
Selain di kompartemen-kompartemen asap yang terdapat didalamnya tempat-tempat tidur pasien,
Bukaan-bukaan lainnya seperti lubang surat, jendela layanan farmasi, jendela layanan
laboratorium, jendela layanan kasir diperbolehkan dipasangi panel penglihat atau pintu-pintu tanpa
perlindungan khusus, asalkan jumlah total area bukaan-bukan per ruangan tidak melebihi 80 in.2
(520 cm2), dan bukaan-bukaan dipasang pada atau dibawah setengah jarak dari lantai ke langitlangit ruangan.
Membagi setiap lantai yang digunakan oleh pasien rawat inap untuk tidur atau mendapat
perlakuan medis kedalam tidak kurang dari dua kompartemen asap.
(2)
Membagi setiap lantai yang memiliki beban penghunian 50 orang atau lebih, apapun
peruntukannya, ke dalam tidak kurang dari dua kompartemen asap.
(3)
Membatasi ukuran tiap kompartemen asap yang diperlukan oleh (1) dan (2) ke suatu ukuran
luas tidak melebihi 22,500 ft2 (2100 m2)
Pengecualian:
Area suatu atrium yang dipisahkan sesuai ketentuan 8.2.5.6 tidak dibatasi ukurannya.
(4)
Membatasi jarak tempuh dari setiap titik untuk mencapai pintu di penghalang asap yang
disyaratkan ke suatu jarak tidak melebihi 200 ft (60 m).
Pengecualian
94
Lantai-lantai yang tidak memuat hunian perawatan kesehatan, terletak di atas hunian perawatan
kesehatan.
Area yang tidak memuat hunian perawatan kesehatan dan dipisahkan dari hunian perawatan kesehatan
dengan penghalang api yang memenuhi ketentuan 7.2.4.3.
Lantai-lantai yang tidak perawatan kesehatan dan terletak lebih dari satu lantai di bawah hunian
perawatan kesehatan.
Struktur parkir udara terbuka yang dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang diawasi
dan disetujui sesuai ketentuan Sub.Bab 9.7.
18.3.7.2 Penghalang-penghalang asap harus disediakan pada lantai-lantai yang dapat digunakan
tetapi tidak dihuni.
18.3.7.3 Setiap penghalang asap yang disyaratkan harus dibuat atau dikonstruksi sesuai Sub.Bab
8.3 dan memiliki TKA tidak kurang dari 1-jam.
Pengecualian
1
Apabila ada atrium, maka penghalang asap diperbolehkan sampai ke dinding atrium yang dikonstruksi sesuai
dengan kekecualian no. 2 sampai butir 8.2.5.6(1). Tidak kurang dari dua kompartemen asap harus disediakan
pada tiap lantai.
2*
Damper-damper tidak disyaratkan dipasang di penembusan-penembusan penghalang asap pada sistem HVAC
(pemanasan, ventilasi dan pengkondisian udara)..
18.3.7.4 Tidak kurang dari 30 ft2 bersih (2.8 m2 bersih) per pasien di bangunan rumah sakit atau
rumah perawatan, atau tidak kurang dari 15 ft2 bersih (1.4 m2 bersih) per penghuni di fasilitas
perawatan terbatas, harus diberikan dalam luas total area koridor, ruang-ruang pasien, ruangruang perlakuan medis, area bebas dan makan dan area bahaya rendah lainnya yang terletak
pada tiap sisi penghalang asap. Pada lantai-lantai yang bukan tempat pasien tidur atau
melahirkan, tak kurang dari 6 ft2 bersih (0.56 m2 bersih) per penghuni harus disediakan pada tiap
sisi penghalang asap untuk jumlah total penghuni di kompartemen-komparemen yang berdekatan.
18.3.7.5* Pintu-pintu di penghalang asap harus pintu-pintu yang kokoh, seperti pintu inti kayu
rekat padat setebal 13/4-in. (4.4-cm), atau dari konstruksi yang dapat menahan api tidak kurang
dari 20 menit. Pelat pelindung buatan yang memanjang tidak kurang dari 48 in. (122 cm) di atas
bagian bawah pintu diperbolehkan. Bukaan-bukaan yang melintas di koridor di penghalang asap
harus dilindungi dengan pasangan pintu ayun atau pintu geser horisontal yang memenuhi butir
7.2.1.14. Pintu-pintu ayun harus diatur sedemikian sehingga setiap pintu dapat membuka ke arah
yang berlawanan satu sama lain.
Lebar bersih minimum untuk pintu-pintu berayun harus sebagai berikut :
(1)
(2)
Rumah sakit jiwa dan fasilitas perawatan terbatas 32 in. (81 cm)
Lebar bersih minimum bukaan untuk pintu-pintu geser horisontal adalah sebagai berikut :
(1)
(2)
Rumah sakit jiwa dan fasilitas perawatan terbatas 64 in. (163 cm)
18.3.7.6* Pintu-pintu di penghalang asap harus memenuhi ketentuan 8.3.4 dan harus dilengkapi
dengan alat menutup sendiri atau penutup otomatis sesuai dengan ketentuan 18.2.2.2.6.
18.3.7.7* Panel penglihat terdiri atas kaca tahan api atau panel kaca berkawat diberi rangka yang
disetujui harus disediakan di tiap pintu ayun yang memotong / melintas koridor dan pada tiap pintu
geser yang memotong koridor di penghalang asap.
18.3.7.8 Kelengkapan pintu seperti rabet, bevel atau astragals harus disyaratkan pada sisi-sisi
pertemuan pintu, dan stops disyaratkan pada sisi atas dan samping kerangka pintu di penghalang
asap. Pengunci tidak disyaratkan. Pintu yang membuka lewat poros di tengah tidak diperbolehkan.
95
Gambar 18/19.17 Penghalang asap untuk bangunan hunian perawatan kesehatan baru.
Gambar 18/19.18 Penghalang asap membagi lantai dalam dua kompartemen asap.
96
97
98
Ruang-ruang perawatan bagi pesalinan dan ruang-ruang yang diperuntukan untuk penghunian kurang dari 24
jam, seperti ruang-ruang yang menampung tempat-tempat tidur untuk perawatan kebidanan, penyembuhan dan
pemeriksaan medis di bagian layanan darurat.
Jendela-jendela di dinding-dinding atrium harus dipertimbangkan sebagai jendela-jendela luar untuk tujuan yang
dimaksudkan dalam persyaratan ini..
Ambang jendela di area-area layanan perawatan khusus, seperti area-area yang menampung pasien-pasien
ICU, CCU, pasien hemodialysis, dan pasien baru melahirkan, tidak boleh melebihi 60 in. (152 cm) di atas muka
lantai.
Ambang jendela di fasilitas perawatan terbatas tidak boleh melebihi 44 in. (112 cm) di atas permukaan lantai.
18.5.1 Utilitas.
18.5.1.1 Utilitas harus memenuhi persyaratan Sub.Bab 9.1.
18.5.1.2 Daya listrik untuk sistem-sistem alarm kebakaran, komunikasi darurat dan pencahayaan
di lokasi genset harus sesuai dengan persyaratan sistem kelistrikan pokok sebagaimana diuraikan
dalam standar NFPA 99, Standard for Health Care Facilities (Standar untuk Fasilitas Perawatan
Kesehatan).
99
18.5.1.3 Tiap hunian perawatan kesehatan, sebagaimana ditunjukkan dalam ketentuan 18.1.1.1.2,
yang umumnya menggunakan alat penopang-hidup harus memiliki sistem-sistem kelistrikan yang
dirancang dan dipasang sesuai ketentuan standar NFPA 99, Standard for Health Care Facilities.
Pengecualian :
Persyaratan ini tidak berlaku untuk fasilitas yang menggunakan peralatan penopang-hidup hanya untuk
keadaan darurat saja.
18.5.2 Pemanasan, Ventilasi dan Pengkondisian Udara.
18.5.2.1 Pemanasan, ventilasi dan pengkondisian udara harus memenuhi persyaratan di Sub.Bab
9.2 dan harus dipasang sesuai dengan spesifikasi manufaktur.
Pengecualian :
Unit-unit pemanas gantung yang disetujui diperbolehkan dipasang di lokasi-lokasi bukan sarana jalan ke luar dan
area-area tidur pasien, asalkan pemanas-pemanas tersebut ditempatkan cukup tinggi dari jangkauan orangorang di area tersebut dan dilengkapi dengan sarana pengaman sebagaimana disyaratkan dalam 18.5.2.2.
Tungku perapian diperbolehkan dan dapat digunakan hanya di area-area yang bukan area-area tidur pasien,
asalkan area-area tersebut dipisahkan dari ruang-ruang tidur pasien dengan konstruksi yang memiliki ketahanan
api tidak kurang dari 1-jam dan perapian semacam itu harus memenuhi persyaratan 9.2.2. Tambahan pula,
perapian harus dilengkapi dengan landasan muka perapian yang tingginya tidak kurang dari 4 in. (10.2 cm) dan
ruang pelindung perapian dapat dijamin tahan terhadap keruntuhan sampai temperature 650F (343C) dan
dikonstruksi dari kaca tahan panas atau bahan lain yang disetujui. Apabila menurut pendapat OB, ada bahaya
khusus, maka alat pengunci pada ruang pelindung dan sarana pengaman keselamatan lainnya diperbolehkan
untuk digunakan.
18.5.4.2 Tiap saluran pembuangan sampah atau saluran pembuangan kain linen kotor, termasuk
sistem sampah dan kain linen pneumatic, harus dilengkapi dengan proteksi pemadam kebakaran
otomatis yang memenuhi persyaratan dalam Sub.Bab 9.7. (Lihat Sub.Bab 9.5.)
100
CHAPTER 18/19
18.1.6.1/19.1.6.1 Untuk memenuhi persyaratan 19.1.6, maka jumlah lantai harus dihitung mulai
dari tingkatan terbawah pelepasan eksit hingga tingkatan hunian paling atas. Untuk memenuhi
19.1.6, tingkatan terbawah pelepasan eksit adalah lapis paling bawah yang lantainya sama tinggi
atau lebih tinggi dengan pelataran pada garis dinding luar untuk 50% atau lebih dari kelilingnya.
Tingkatan bangunan dibawah tingkatan terbawah tidak diperhitungkan sebagai satu lapis
bangunan.
18/19.2.2.2.2 Pintu-pintu ruang tidur pasien tidak diperbolehkan dikunci.
Pengecualian :
1.
Diperbolehkan menggunakan peralatan pengunci yang membatasi akses ke ruang dari koridor dan hanya
dioperasikan oleh staf dari sisi koridor. Peralatan semacam itu harus tidak menghalangi jalan ke luar dari
ruangan.
2.
Pengaturan penguncian pintu diperbolehkan di hunian-hunian perawatan kesehatan atau bagian-bagian dari
hunian perawatan kesehatan apabila klinik menampung pasien yang memerlukan upaya pengamanan khusus,
asalkan kunci-kunci dipegang sepanjang waktu oleh staf.
18/19.2.2.2.4. Pintu-pintu dalam sarana jalan ke luar yang disyaratkan tidak harus dilengkapi
dengan alat pengunci yang memerlukan anak kunci atau alat untuk membukanya dari sisi
penyelamatan.
Pengecualian :
1
2*
Kunci-kunci penunda jalan ke luar yang memenuhi ketentuan 7.2.1.6.1 boleh digunakan asalkan tidak lebih dari
satu alat semacam itu terpasang di jalur sarana jalan ke luar.
Pintu-pintu ke luar yang aksesnya terkontrol sesuai dengan ketentuan 7.2.1.6.2 diperbolehkan.
18/19.2.2.2.6 Pintu-pintu yang menuju ruang Boiler baru, ruang pemanas baru, ruang mekanikal
baru yang terletak pada sarana jalan keluar boleh terbuka tanpa bantuan alat pelepas otomatis.
18/19.2.2.2.7 Apabila pintu-pintu di ruang pelindung eksit dalam kondisi terbuka lewat alat
pembuka otomatis sebagaimana diijinkan oleh ketentuan butir 18.2.2.2.6, maka harus ada inisiasi
dari operasi penutup pintu yang berada pada setiap tingkat yang bisa menutup semua pintu yang
terdapat di ruang pelindung eksit.
18/19.2.3.3 Jalan masuk bangunan, koridor, dan ramp yang diperlukan untuk akses eksit di
bangunan rumah sakit atau rumah perawatan harus berukuran lebar tidak kurang dari 8 ft (2.4 m)
serta tidak terhalangi. Apabila ramp digunakan sebagai eksit, harus mengacu ke 18.2.2.6.
Pengecualian :
1*
Lebar jalan-jalan masuk bangunan, koridor, dan ramp yang terletak di area-area tambahan yang tidak digunakan
untuk penampungan, perawatan atau penggunaan bagi pasien rawat inap harus tidak kurang dari 44 in. (112 cm)
dan tidak terhalangi.
2*
Akses eksit yang terletak di dalam ruangan atau ruangan-ruangan besar (suites) harus memenuhi ketentuan
dalam butir 18.2.5.
101
18/19.2.4.1 Pada setiap lantai atau bagian bangunan yang dilindungi terhadap bahaya kebakaran
harus disediakan sekurang-kurangnya 2 (dua) eksit dengan tipe sebagaimana diuraikan pada
ketentuan 18.2.2.2 sampai 18.2.2.10, yang letaknya berjauhan satu sama lain.
18/19.2.5.1 Setiap ruang hunian harus mempunyai pintu akses eksit yang menuju langsung ke
koridor akses eksit.
Pengecualian :
1
Apabila terdapat pintu eksit yang membuka langsung ke arah luar dari ruangan di lantai dasar.
Akses eksit dari ruang tidur pasien dengan tidak lebih dari delapan tempat tidur pasien diperbolehkan lewat
melalui satu ruang antara untuk mencapai koridor akses eksit.
Akses eksit dari ruang utama perawatan khusus diperbolehkan lewat melalui satu ruang antara untuk mencapai
koridor akses eksit yang telah diatur sedemikian sehingga bisa dilakukan pengawasan visual konstan dan
langsung oleh personel perawat..
Akses ke eksit dari ruang utama yang bukan ruang tidur pasien, diperbolehkan untuk lewat melalui tidak lebih
dari dua ruang ruang yang berdekatan untuk mencapai koridor akses eksit yang jarak tempuh di dalam ruang
utama adalah sesuai dengan persyaatan 18.2.5.8.
18/19.2.5.2 Setiap ruang tidur pasien atau setiap ruang utama (suite) yang memiliki ruang-ruang
tidur pasien, dengan ukuran lebih dari 1000 ft2 (93 m2) harus memiliki tidak kurang dari dua pintupintu akses yang lokasinya berjauhan satu sama lain.
18/19.2.5.3 Setiap ruangan atau ruangan utama, di luar ruang-ruang tidur pasien berukuran lebih
dari 2500 ft2 (230 m2) harus memiliki tidak kurang dari dua pintu-pintu akses eksit yang lokasinya
berjauhan satu sama lain..
18/19.2.5.7 Ruang-ruang utama (suite), yang bukan ruang-ruang tidur pasien, tidak boleh
berukuran lebih dari 10,000 ft2 (930 m2).
18/19.2.5.8 Ruang-ruang utama, yang tidak digunakan sebagai ruang-ruang tidur pasien,
diperbolehkan memiliki satu ruang antara, apabila jarak tempuh dari dalam ruang utama tersebut
ke pintu akses eksit tidak melebihi 100 ft (30 m) dan diperbolehkan memiliki dua ruang antara
apabila jarak tempuh dari dalam ruang antara ke pintu akses eksit tidak melampaui 50 ft (15 m).
18/19.2.6.2.3 Jarak tempuh dari setiap titik di ruang tidur perawatan kesehatan ke pintu akses
eksit di ruangan tersebut tidak lebih dari 50 ft (15 m).
18/19.2.6.2.1 Jarak tempuh dari setiap pintu ruang yang diperlukan sebagai akses eksit ke suatu
eksit tidak boleh melebihi 150 ft (45 m).
18/19.2.6.2.2 Jarak tempuh antara tiap titik dalam ruang dengan suatu eksit tidak boleh melebihi
200 ft (60 m).
18/19.2.8 Pencahayaan Sarana Jalan Ke Luar .
Sarana jalan ke luar harus diberi pencahayan yang cukup sesuai persyaratan Sub.Bab 7.8.
102
Terbuka kearah lobi atau koridor apabila luas toko tidak melebihi 500 ft2 (46.5 m2)
(2)
18/19.3.6.3.1 Pintu-pintu yang melindungi bukaan-bukaan koridor harus dibuat untuk mampu
menahan penjalaran asap. Pemenuhan terhadap standar NFPA 80, Standar untuk Pintu-pintu
kebakaran dan jendela kebakaran, tidak disyaratkan.
Celah antara bagian bawah pintu dengan penutup lantai berjarak tidak lebih dari 1 in. (2.5 cm)
diperbolehkan untuk pintu-pintu koridor.
Pengecualian :
Pintu-pintu ke ruang-ruang toilet, kamar mandi, kamar mandi pancuran, bak rendam, dan ruang-ruang tambahan
semacam itu yang tidak mengandung bahan-bahan mudah terbakar atau mudah menyala.
18/19.3.6.3.5 Plat pelindung bukan tahan api, dari pabrik pembuat yang memanjang tidak lebih
dari 48 in. (122 cm) di atas bagian bawah pintu diperbolehkan.
18/19.3.6.5 Bukaan-bukaan
Selain masalah kompartemen asap yang terdapat didalamnya ruang-ruang tidur pasien, bukaanbukaan lainnya seperti lubang surat, jendela penyampaian obat, jendela penyampaian hasil lab,
dan jendela pembayaran untuk kasir diperbolehkan dipasang dalam panel atau pintu penglihat
tanpa dilindungi secara khusus, dengan sayarat luas bukaan total atau secara bersama-sama per
ruangan tidak melebihi 80 in.2 (520 cm2) dan bukaan-bukaan tersebut dipasang pada atau
dibawah setengah jarak dari lantai ke langit-langit ruangan.
18/19.3.7.1 Bangunan-bangunan yang terdapat didalamnya fasilitas perawatan kesehatan harus
dibagi dalam penghalang-penghalang asap sebagai berikut :
(1)
Membagi setiap lantai yang digunakan sebagai tempat tidur pasien rawat inap atau
perawatan medis kedalam tidak kurang dari dua kompartemen asap.
(2)
Membagi tiap lantai yang memiliki beban penghunian 50 orang atau lebih, apapun
penggunaannya, ke dalam tak kurang dari dua kompartemen asap.
(3)
Membatasi tiap kompartemen asap yang disyaratkan menurut butir (1) dan (2) ke suatu area
luasnya yang tidak melebihi 22,500 ft2 (2100 m2)
Pengecualian :
Area atrium yang dipisahkan sesuai ketentuan 8.2.5.6 tidak harus dibatasi ukurannya.
(4)
Membatasi jarak tempuh dari setiap titik untuk mencapai pintu di penghalang api yang
disyaratkan sampai jarak tidak melebihi 200 ft (60 m).
Pengecualian :
1
Lantai-lantai yang bukan hunian perawatan kesehatan, yang lokasinya terletak di atas hunian perawatan
kesehatan.
Area yang bukan hunian perawatan kesehatan yang dipisahkan dari hunian perawatan kesehatan lewat
penghalang api yang memenuhi ketentuan 7.2.4.3.
103
Lantai-lantai yang bukan hunian perawatan kesehatan dan letaknya lebih dari satu lantai di bawah hunian
perawatan kesehatan.
Konstruksi parkir udara terbuka yang dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler yang disetujui sesuai
ketentuan Sub.Bab 9.7.
18/19.3.7.3 Setiap penghalang asap yang disyaratkan harus dikonstruksi sesuai ketentuan
Sub.Bab 8.3 dan harus memiliki TKA tidak kurang dari 1 jam.
Pengecualian :
1
Apabila digunakan atrium, maka penghalang asap diperbolehkan berhenti sampai dinding atrium yang
dikonstruksi sesuai dengan Kekecualian No. 2 sampai ketentuan 8.2.5.6(1). Tidak kurang dari dua kompartemen
asap yang terpisah disediakan pada setiap lantai.
2*
Damper-damper tidak diperlukan di penembusan saluran udara dari penghalang asap pada sistem
pengkondisian udara, ventilasi dan pemanasan secara penuh.
18/19.3.7.4 Tidak kurang dari 30 ft2 bersih (2.8 m2 bersih) untuk setiap pasien di rumah sakit
atau rumah jompo, atau tidak kurang dari 15 ft2 bersih (1.4 m2 bersih) untuk setiap penghuni di
fasilitas perawatan terbatas, harus disediakan di dalam luas penjumlahan koridor, ruang-ruang
pasien, ruang-ruang rawat, area bebas atau makan-makan, dan ruang-ruang potensi bahaya
rendah lainnya pada setiap sisi penghalang asap.
Pada lantai-lantai yang tidak mewadahi tempat tidur atau pasien baru melahirkan, tidak kurang dari
6 ft2 bersih (0.56 m2 bersih) per penghuni harus disediakan pada setiap sisi penghalang asap
untuk jumlah total penghuni di kompartemen-kompartemen yang berdekatan.
18/19.3.7.5 Pintu-pintu di penghalang api harus pintu yang kokoh, seperti pintu inti kayu tumpukan
padat setebal 13/4-in. (4.4-cm), atau dari konstruksi yang dapat menahan api tidak kurang dari 20
menit. Pelat pelindung yang dibuat di lapangan atau di pabrik yang memanjang tidak lebih dari 48
in. (122 cm) diperbolehkan dipasang di atas bagian bawah pintu. Bukaan-bukaan yang memotong
koridor di penghalang api harus diproteksi oleh sepasang pintu ayun atau suatu pintu geser
horisontal yang memenuhi ketentuan 7.2.1.14. Pintu-pintu ayun harus diatur sedemikian sehingga
setiap pintu berayun berlawanan arah satu sama lain.
Lebar bersih minimum pintu-pintu ayun harus sebagai berikut :
(1)
(2)
Rumah sakit jiwa dan fasilitas perawatan terbatas 32 in. (81 cm)
Lebar bersih minimum bukaan untuk pintu-pintu geser horisontal haruslah sebagai berikut :
(1)
(2)
Rumah sakit jiwa dan fasilitas perawatan terbatas 64 in. (163 cm)
18/19.3.7.6 Pintu-pintu di penghalang asap harus memenuhi ketentuan 8.3.4 dan harus dapat
menutup sendiri atau dilengkapi dengan alat penutup otomatis sesuai ketentuan 18.2.2.2.6.
18/19.5.2.2 Setiap peralatan pemanas, yang bukan pusat pemanas sentral harus dirancang dan
dipasang sedemikian sehingga bahan mudah terbakar tidak tersulut oleh alat tersebut atau
peralatan pendukungnya.
104
Apabila digunakan pembakaran bahan bakar, maka peralatan tersebut harus dilengkapi dengan
cerobong yang dihubungkan dengan lubang udara atau ventilasi, harus mengambil udara untuk
pembakaran langsung dari luar, dan harus dirancang dan dipasang untuk menyediakan
pemisahan penuh terhadap system pembakaran dari udara atmosfir di area yang dihuni.
Setiap peralatan pemanas harus mempunyai sarana pengaman untuk menghentikan secara
segera aliran bahan bakar dan mematikan peralatan bila terjadi temperature berlebih atau
kegagalan dalam penyulutan.
Pengecualian
1
Unit-unit pemanas yang tergantung, yang disetujui diperbolehkan dipasang di lokasi-lokasi di luar sarana jalan ke
luar dan area tidur pasien, asalkan pemanas-pemanas tersebut diletakkan cukup tinggi di atas jangkauan orangorang yang menggunakan area tersebut dan dilengkapi dengan sarana keselamatan sebagaimana disyaratkan
oleh ketentuan 18.5.2.2.
Tungku perapian diperbolehkan dan dapat digunakan hanya di area-area yang bukan area-area tidur pasien,
asalkan area-area tersebut dipisahkan dari ruang-ruang tidur pasien dengan konstruksi yang memiliki ketahanan
api tidak kurang dari 1-jam dan perapian semacam itu harus memenuhi persyaratan 9.2.2. Tambahan pula,
perapian harus dilengkapi dengan landasan muka perapian yang tingginya tidak kurang dari 4 in. (10.2 cm) dan
ruang pelindung perapian dapat dijamin tahan terhadap keruntuhan sampai temperature 650F (343C) dan
dikonstruksi dari kaca tahan panas atau bahan lain yang disetujui. Apabila menurut pendapat OB, ada bahaya
khusus, maka alat pengunci pada ruang pelindung dan sarana pengaman keselamatan lainnya diperbolehkan
untuk digunakan.
105
106
CHAPTER 19
19.1.6.2 Hunian perawatan kesehatan harus
diperlihatkan pada Tabel 19.1.6.2 (Lihat 8.2.1)
dibatasi
tipe
konstruksinya
sebagaimana
Pengecualian*:
Tiap bangunan dari konstruksi Tipe I (443), Tipe II (332), Tipe II (222), atau Tipe II (111) diperbolehkan menggunakan
sistem atap yang memiliki penyangga, penopang atau atap dari bahan mudah terbakar asalkan memenuhi kriteria
berikut :
(a)
Penutup atap memenuhi persyaratan Class C sesuai NFPA 256, Standar Metoda Uji Penutup Atap.
(b)
Atap terpisah dari bagian bagian hunian dalam bangunan dengan susunan lantai dari bahan tidak mudah
terbakar yang terdiri atas beton atau lapis gipsum setebal tak kurang dari 21/2 in. (6.4 cm). .
(c)
Ruang di bawah atap atau ruang lain harus tidak dihuni atau harus dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler
yang disetujui.
4 atau lebih
I (443)
I (332)
II (222)
II (111)
X*
X*
NP
II (000)
X*
X*
NP
NP
III (211)
X*
X*
NP
NP
III (200)
X*
NP
NP
NP
IV (2HH)
X*
X*
NP
NP
V (111)
X*
X*
NP
NP
V (000)
X*
NP
NP
NP
Keterangan :
X: Tipe konstruksi yang diperbolehkan.
NP: Tidak diperbolehkan.
*Bangunan perlu dilindungi sprinkler otomatis. (Lihat 19.3.5.1.)
107
(2)
Pusat tempat pencucian berukuran lebih dari 100 ft2 (9.3 m2)
(3)
(4)
Bengkel perawatan
(5)
(6)
(7)
Ruang-ruang berukuran lebih besar dari 50 ft2 (4.6 m2), termasuk bengkel perawatan
including repair shops, yang digunakan untuk penyimpanan barang-barang dan peralatan
mudah terbakar dalam jumlah yang dianggap berbahaya oleh OB;
(8)
Laboratorium yang menggunakan bahan-bahan mudah menyala dan terbakar dalam jumlah
kurang dari yang dipertimbangkan sebagai bahaya tinggi..
Pengecualian :
Pintu-pintu yang berada dalam ruang yang dilindungi boleh memiliki pelat jaminan perlindungan yang tidak ber TKA
yang menonjol tidak lebih dari 48 in. (122 cm) di atas alas pintu.
(2)
Dinding dan plafon yang baru, diperbolehkan dari bahan pelapis interior Klas A atau Klas B di ruang ruang
individu yang kapasitasnya tidak melebihi empat orang.
Bahan pelapis dinding koridor baru yang tingginya tidak melebihi 4 ft (1.2 m) yang dibatasi pada setengah
bagian bawah dinding diperbolehkan dari bahan Klas A atau Klas B.
108
Pengecualian :
Pada kompartemen asap yang dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang diawasi dan disetujui
menurut ketentuan 19.3.5.2, maka tidak ada ketentuan mengenai pelapis lantai interior.
Di dalam kompartemen asap yang dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang diawasi dan
disetujui sesuai dengan ketentuan 19.3.5.2, maka koridor diperbolehkan dipisahkan dari semua area lainnya
dengan partisi yang tidak memiliki tingkat ketahanan api dan diperbolehkan sampai ke langit-langit yang
dikonstruksi untuk membatasi penjalaran asap.
Partisi-partisi koridor eksisting diperbolehkan dipasang sampai ke langit-langit yang bukan merupakan bagian
integral dari konstuksi lantai apabila terdapat ruang atau celah sebesar 5 ft (1.5 m) atau lebih di antara puncak
subsistem langit-langit dan bagian bawah dari lantai atau atap di atasnya, asalkan kriteria dibawah ini dipenuhi :
3*
(a)
Langit-langit harus merupakan bagian dari susunan kontruksi tahan api yang diuji tingkat ketahanan
apinya tidak kurang dari 1 jam memenuhi persyaratan 8.2.3.1.
(b)
Partisi-partisi koridor membentuk sambungan kedap asap dengan langit-langit (pengisi sambungan,
apabila digunakan, harus dari bahan tidak mudah terbakar).
(c)
Setiap kompartemen ruang antara yang membentuk area asap terpisah, saat keadaan darurat asap,
harus dialirkan udaranya ke luar secara mekanis dengan kapasitas yang cukup untuk menghasilkan tidak
kurang dari dua kali pertukaran udara per jam tetapi, harus selalu tidak kurang dari 5000 ft3/min (2.36
m3/s).
(d)
(e)
Ruang tidak boleh digunakan sebagai ruang plenum untuk suplai, pembuangan maupun pengaliran udara
balik, kecuali sebagaimana diuraikan pada 19.3.6.2.1(3).
Partisi koridor eksisting diperbolehkan sampai ke langit-langit monolithic yang membatasi jalur asap karena
terdapat sambungan anti asap di antara bagian atas partisi dan bagian bawah langit-langit.
109
Gambar 18/19.16(a) Dinding koridor pada hunian perawatan kesehatan baru dan eksisting,
hunian perawatan kesehatan berspringkler.
Gambar 18/19.16(b) Dinding koridor eksisting, pada kompartemen asap dari non springkler
perawatan kesehatan
19.3.6.2.2. Dinding-dinding koridor harus membentuk penghalang untuk membatasi penjalaran
asap
19.3.6.3.8 Susunan jendela kebakaran terpasang sesuai ketentuan 8.2.3.2.2 diperbolehkan di
pintu koridor.
110
Pengecualian :
Tidak ada batasan dalam hal luasan dan ketahanan api kaca dan kerangka nya pada kompartemen asap yang
dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang disetujui dan di awasi sesuai ketentuan 19.3.5.2.
19.3.6.3.1 Pintu-pintu yang melindungi bukaan-bukaan koridor yang bukan di ruang pelindung
yang disyaratkan untuk bukaan-bukaan vertikal, eksit, atau area berbahaya harus pintu-pintu yang
kokoh, sebagaimana yang terbuat dari kayu inti lapis padat setebal 13/4-in. (4.4-cm) atau
konstruksi yang mampu menahan api tidak kurang dari 20 measap. Pemenuhan terhadap NFPA
80, Standar untuk Pintu Kebakaran dan jendela Kebakaran, tidak disyaratkan. Celah di antara
bagian bawah pintu dan penutup lantai yang ukurannya tidak melebihi 1 in. (2.5 cm) diperbolehkan
untuk pintu-pintu koridor.
Pengecualian
1
Pintu-pintu menuju ke ruang toilet, kamar mandi, kamar mandi pancuran, WC dan ruang-ruang tambahan
semacam itu yang tidak mengandung bahan-bahan mudah menyala atau mudah terbakar.
Di kompartemen asap yang dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang diawasi dan disetujui,
sesuai dengen ketentuan 19.3.5.2, persyaratan konstruksi pintu sesuai 19.3.6.3.1 bukan merupakan keharusan,
tetapi pintu-pintu harus dikonstruksi sedemikian untuk menahan jalaran asap.
Apabila panjang atau lebar kompartemen asap tidak melampaui 150 ft (45 m), jarak tempuh untuk mencapai
penghalang asap tidak harus dibatasi.
Area atrium yang dipisahkan sesuai ketentuan 8.2.5.6 tidak dibatasi ukurannya.
19.3.7.5. Bukaan-bukaan di penghalang asap harus diproteksi dengan bahan lapis kaca tahan
api, dengan panel kawat kaca dan kerangka baja, dengan pintu-pintu yang kokoh seperti pintupintu bahan inti kayu padat tebal 13/4-in. (4.4-cm) atau dengan konstruksi tahan api tidak kurang
dari 20 menit. Pemasangan pelat pelindung yang dibuat dilapangan atau buatan pabrik yang
memanjang tidak lebih dari 48 in. (122 cm) di atas dasar pintu, diperbolehkan.
Pengecualian:
Pintu-pintu diperbolehkan memiliki susunan atau pasangan jendela kebakaran sesuai ketentuan 8.2.3.2.2.
111
KATA PENGANTAR
Undang-Undang R.I. No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung, mengamanatkan 4 faktor
utama yang perlu diperhatikan, yaitu Keselamatan, Kesehatan, Kenyamanan, dan Kemudahan.
Disamping itu pula, Undang-Undang R.I No. 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit,
mengamanatkan diperlukannya persyaratan teknis yang berkaitan dengan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran merupakan kelengkapan penting di rumah sakit yang berhubungan
dengan keselamatan bangunan. Disamping kebutuhannya untuk pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, sistem proteksi kebakaran mempunyai peranan penting dalam
mencegah jatuhnya korban dan kerugian materiel akibat kebakaran.
Untuk itu diperlukannya pengetahuan yang cukup khususnya bagi para petugas di rumah sakit
untuk memahami tentang sistem proteksi kebakaran, dan juga bagi para perancang, pelaksana
pemasangan, pemeriksa dan pengelola sistem proteksi kebakaran.
Dari pengalaman, banyak rumah sakit yang kurang tepat dalam pengelolaan, dan pemeliharaan
peralatan ini, sehingga sangat merugikan apabila terjadi kebakaran.
Untuk mencegah adanya instalasi sistem proteksi kebakaran yang kurang memenuhi syarat,
misalnya pemilihan pompa kebakaran, perletakan detektor alarm kebakaran, kepala springkler,
dan sistem pemipaannya akan berarti pembuangan biaya yang tidak ada manfaatnya.
Dengan pedoman teknis ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para petugas rumah sakit dalam
menangani pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
iii
v
BAB I :
KETENTUAN UMUM
1.1 Pendahuluan
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1
1
3
3
BAB II :
4
4
4
4
9
BAB III:
10
10
10
10
14
BAB IV:
15
15
15
15
20
20
20
22
23
25
BAB V:
26
26
26
26
32
BAB VI:
33
33
33
33
41
BAB VII:
vi
42
42
42
43
BAB VIII:
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
8.10
45
45
45
45
46
46
47
47
47
47
48
BAB IX:
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
59
59
59
59
60
60
BAB X:
PENUTUP
61
Pendahuluan.
Sistem proteksi kebakaran aktif, adalah salah satu faktor keandalan bangunan gedung terhadap
bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran aktif wajib diadakan untuk bangunan rumah sakit
dimana sebagian besar penghuninya adalah pasien dalam kondisi lemah sehingga tidak dapat
menyelamatkan dirinya dari bahaya kebakaran
1.1.1
(1)
(2)
Peralatan yang rusak dan tidak layak digunakan juga merupakan penyebab kebakaran di
area perawatan kesehatan.
(3)
Bersihkan serat dan lemak dari peralatan memasak dan peralatan cuci pakaian, tudung
ventilator (ventilator hood), filter, dan saluran.
(4)
(5)
1.1.2
Bagian pemeliharaan dan perbaikan memeriksa dan memelihara semua peralatan pada
jadwal rutin. Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang dibawa pasien dari rumah dan
ikuti kebijakan mengenai penggunaannya.
(1)
Jauhkan produk kertas, seprai, pakaian, dan barang mudah terbakar lainnya, dari perangkat
yang memproduksi panas, termasuk lampu baca.
(2)
Jangan gunakan perangkat yang menghasilkan bunga api, termasuk mainan atau peralatan
bermotor, di daerah di mana oksigen digunakan.
(3)
Simpan tabung gas dengan aman dan jauh dari pasien. Beri tanda silinder apabila sedang
tidak digunakan.
(4)
Area perawatan dan penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah antara lain serbuk
gergaji, serutan kayu, kain berminyak, dan lain-lain. Ruangan dan jalur evakuasi dipelihara
tetap bersih.
(5)
Pastikan bahwa tanda-tanda EKSIT (EXIT) selalu diterangi dan pencahayaan darurat
menyala dengan baik.
(6)
Jangan pernah membiarkan pintu EKSIT/Darurat/Kebakaran terbuka. Pintu ini tidak hanya
melarang orang keluar/masuk dalam keadaan normal, pintu ini dimaksudkan untuk menjaga
penyebaran api, bila terjadi kebakaran.
1.1.3
(1)
(2)
(a)
(b)
Lokasi alat pemadam kebakaran ringan (APAR) di area kerja mereka, dan bagaimana
dan kapan digunakannya.
(c)
Lokasi Instalasi gas oksigen dan bagaimana cara menutup aliran gas oksigen pada
sistem pipa gas sesuai prosedur.
(b)
(c)
Padamkan api pada awal kebakaran saat api masih kecil dan lokalisir agar tidak
menyebar, seperti kasus api dalam keranjang sampah, hanya dilakukan oleh petugas
yang telah dilatih untuk mengoperasikan alat pemadam api portabel.
(d)
Apabila penggunaan alat pemadam api ringan kurang berhasil memadamkan api,
dapat digunakan slang kebakaran berukuran kecil (1 atau 1 inci) oleh petugas rumah
sakit yang terlatih.
(e)
pindahkan pasien yang berada dalam bahaya asap atau api ke tempat yang aman
(f)
(g)
1.2
1.2.1
Maksud
Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi penyelenggara bangunan rumah sakit
agar aman terhadap bahaya kebakaran.
2
1.2.2
Tujuan.
Pedoman teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan rumah sakit dan lingkungan
yang aman bagi pasien, petugas medik dan pengunjung, serta segala peralatan yang ada di
dalamnya dari bahaya kebakaran, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kerugian jiwa dan
materi
1.3
Ruang lingkup.
Ketentuan umum.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
B
BAB II : SIS
STE
EM
M D
DE
ETEK
KS
SI
D
DA
AN
N A
LA
AR
RM
M KE
KEB
BA
AKA
AR
RA
AN
N.
2.1
Umu
um
m
(1))
Siiste
em de
etekksi da
an ala
arm
m ke
eba
aka
aran h
haru
us dissed
diakkan di ba
ang
gun
nan ru
uma
ah sak
kit
de
eng
gan
n pe
edo
oma
an ini.
i
(2))
Insta
alassi dan
d n u
uji serah
h te
erim
ma siste
em dete
ekssi dan
d n alar
a rm ke
eba
aka
aran harrus m
men
ngik
kutii
edo
oma
an ini.
pe
(3))
Prrosedu
ur inspekksi//pe
eme
erikksaa
an, pe
eng
gujian da
an pem
meliha
araan be
erka
ala ha
arus
sm
men
ngikkutii BA
AB
B
VIIII Insp
pek
ksi, Te
es Dan
D n Pem
P meliiharaa
an ped
p dom
man
n in
ni.
2.2
2.
s uaii
ses
Pera
atu
uran d
dan
ns
stan
ndar..
Sisste
em d
dettekksi dan
d n alarm kkeb
bakkara
an harus
s dipassan
ng ses
s sua
ai de
eng
gan
n:
(1))
Pe
era
aturran Mentterii P
Peke
erja
aan
n Umu
U um, N
Nom
morr 26/P
PRT
T/M
M/20
008
8, tten
ntan
ng Pe
ersyyara
ata
an tek
t kniss
sisstem pro
p otekksi keb
bakkara
an pada bangu
una
an ged
dun
ng dan
d n lin
ngkkun
nga
an.
(2))
SN
NI 03--39
986
6-20
000
0 attau
u ed
disii te
erakkhirr; T
Tata
a Car
C ra Per
P rencan
naa
an Da
an Pem
P ma
asan
nga
an Insstalasii
Allarm
m Keb
K bakkara
an Oto
O oma
atiss Untu
uk P
Pen
nce
egahan
n Bah
B aya
a Keb
K aka
ara
an Pad
P da B
Ban
ngu
una
an G
Ged
dun
ng.
2.3
3
Sisttem
m dan
d n In
nstala
asi.
2.3
3.1
1
Sisttem
m.
Insstalassi siste
em dettekksi dan
d n allarm
m keb
k baka
ara
an, me
eliputi 2 je
enis :
(1))
Siiste
em ala
arm
m ke
eba
akaran
nm
manuall, te
erdiiri d
dari
Gam
G mbar 2.3
3.1.(1)) - Sist
S tem
m allarm
m keb
k baka
ara
an ma
m nua
al
(2))
4
(a
a)
el Alar
A rm;;
Pane
(b
b)
p ngg
gil man
m nua
al;
tittik pan
(cc)
Sign
nal ala
a arm (allarm
mb
bel//buzze
er/la
am
mpu).
Siiste
em dettekksi d
dan
n allarm
m kkeb
baka
ara
an otom
o ma
atis,, terdirri d
dari :
(a
a)
pa
ane
el alar
a rm;
(b
b)
de
etekto
or p
panas dan a
asap;
(cc)
tittik pan
p ngg
gil man
m nua
al;
(d)
signa
al alar
a rm (alarm
mb
bel/buz
zze
er/la
ampu)).
Gam
mba
ar 2.3.1.(2
2) - Siiste
em ala
arm
m da
an det
d tekssi keb
k baka
ara
an oto
o ma
atik
2.3
3.2
2
(1))
K enttua
Kete
an pe
ene
emp
pattan
n dete
ekttorr pa
ana
as da
an d
dettek
kto
or a
asa
ap.
Se
emua de
etekktorr as
sap
p mem
m mpu
uny
yai persyyara
atan
n ja
ara
ak a
anta
ar det
d tekttor ya
ang sa
ama
a, juga
a sem
s mua
a
de
etekktor pana
p as me
empun
nya
ai pers
p sya
arattan jarakk an
ntar dete
ekto
or yan
y ng sam
s ma me
eskkipu
un berbe
eda
a
de
eng
gan
n de
etekktor as
sap
p.
Arrea yan
ng dica
d akup untu
uk d
dete
ekto
or assap
p
Arrea yan
ng dica
d akup untu
u uk d
dete
ekto
or pana
as
Ga
amb
barr 2.3
3.2.(1)
Se
esu
uai sttandarr untu
uk are
a ea um
u um
m ja
arakk anta
ara se
etiap
p tiitik da
alam
m are
a a yyan
ng d
diprote
ekssi dan
d n
de
etekktor te
erde
eka
at ke
k ttitik
k terse
ebu
ut haru
us ttida
ak me
m leb
bihi 7,5
5 mete
m er u
untuk detek
ktorr as
sap
p da
an 5,3
53
mete
er unt
u uk de
etek
ktorr pana
as. Gam
G mba
ar 2
2.3..2.((1) me
enu
unju
ukkkan
n arrea
a mak
m ksim
mum
m yan
y ng dap
patt
p oleh de
etek
ktorr indivvidu
ual.
diccakkup
(2))
Un
ntu
uk me
m ma
astikkan
n b
bahw
wa prrote
ekssi yang
g dica
d aku
up di
d ssud
dut rua
ang
gan
n dan un
ntukk mem
m masstik
kan
n
tid
dakk ad
da ce
elah
h pada
p a titik
t k ya
ang
g b
berh
hub
bun
ngan dar
d ri b
banyakk dete
d ekto
or, jarrak
k an
ntaran
ny harruss
dikurrangi. Llih
hatt ga
amb
barr 2.3.2
2.(2
2).
G mbar 2
Gam
2.3
3.2.(2) A
Are
ea yan
y ng tida
t ak terc
t cakkup di pojjokk da
an d
di perp
p pottong
gan
n.
(3)
Untuk memastikan cakupan lengkap denah segi empat, jarak antara detektor dan dinding
harus dikurangi sampai 5 meter untuk detektor asap, dan 3,5 meter untuk detektor panas.
Lihat gambar 2.3.2.(3).
Gambar 2.3.2.(3)
(4)
Untuk memastikan cakupan lengkap, jarak antar detektor harus dikurangi sampai 10 meter
antar detektor asap, dan 7 meter antar detektor panas. Lihat gambar 2.3.2.(4).
Untuk koridor kurang dari 2 meter lebarnya, hanya garis pusat membutuhkan pertimbangan
dimana tidak penting untuk mengurangi jarak antara detektor untuk melengkapi seluruh
cakupan yang diberikan.
Dengan demikian, jarak antara detektor untuk detektor asap menjadi 7,5 meter dari dinding
dan 15 meter antar detektor. Untuk detektor panas, jarak antaranya menjadi 5,3 meter ke
dinding dan 10 meter antar detektor. Lihat gambar 2.3.2.(5).
6
Data tersebut di atas berlaku hanya untuk langit-langit datar, untuk langit-langit yang miring
atau langit-langit yang permukaannya tidak rata, jarak antaranya akan berubah. Untuk langitlangit yang miring, detektor harus dipasang sesuai kemiringan langit-langit dan diperlukan
tambahan 1% untuk setiap 10 kemiringannya sampai 25%. Terdekat ditetapkan 600 mm
untuk detektor asap dan 150 mm untuk detektor panas.
2.3.3
(1)
Instalasi.
Lokasi penempatan instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran di rumah sakit, ditentukan
seperti ditunjukkan pada tabel 2.3.3.(1)
Tabel 2.3.3.(1) Lokasi penempatan sistem deteksi dan alarm kebakaran.
Jumlah
lantai
1
2
3
(2)
1
2~4
>4
Jumlah luas
minimum/lantai
2
(m )
Tanpa batas
T.A.B
T.A.B
Lokasi penempatan detektor kebakaran pada ruangan di dalam rumah sakit ditunjukkan
pada tabel 2.3.3.(2).
Tabel 2.3.3.(2) Penempatan detektor kebakaran pada ruangan di dalam rumah sakit
Fungsi Ruang
PERAWATAN BEDAH DAN KRITIS
Ruang Operasi:
x Kamar operasi
x Ruang penunjang
x Ruang Melahirkan
x Delivery Suite
x Labour Suite
x Ruang Pemulihan
x Ruang bayi
d
x
Ruang Trauma
x Gudang anestesi
Detektor
Panas
DETEKTOR
Detektor Laju kenaikan
Detektor
temperatur
Asap
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Detektor
lain
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
PERAWATAN
e
Ruang Pasien
f
Ruang Toilet
Perawatan intensif
g
Isolasi protektif
g
Isolasi Infeksius
Isolasi ruang antara
Kala/melahirkan/pemulihan/post
partum (LDRP)
e
Koridor pasien
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
PENUNJANG
Radiologi :
X-Ray (bedah dan perawatan
kritis)
X-Ray (diagnostik dan tindakan)
Ruang gelap
Laboratorium, Umum
Laboratorium, Bacteriologi
Laboratorium, biochemistry
Laboratorium, Cytology
Laboratorium, pencucian gelas
Laboratorium, histology
Laboratorium,
pengobatan
nuklir.
Laboratorium, pathologi
Laboratorium, serologi.
Laboratorium, sterilisasi
Laboratorium, transfer media.
Autopsy
Ruang tunggu tubuh tidak
j
didinginkan
Farmasi
ADMINISTRASI
Pendaftaran dan ruang tunggu
DIAGNOSA DAN TINDAKAN
Bronchoscopy, sputum
collection, dan administrasi
pentamidine
e
Ruang Pemeriksaam
Ruang Pengobatan
e
Ruang Tindakan
Therapi fisik dan therapi hidro
Ruang kotor atau tempat
sampah
Ruang bersih atau tempat bersih
8
2.4
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem alarm dan deteksi kebakaran yang belum
tercantum pada pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
Umum
3.1.1
Alat pemadam api ringan harus disediakan di bangunan rumah sakit sesuai dengan
pedoman ini.
3.1.2
Jenis alat pemadam api ringan harus sesuai dengan klasifikasi bahaya kebakaran yang
ada : Kelas A, B, C, D atau K.
3.1.3
3.1.4
Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus mengikuti
BAB VIII Inspeksi, Tes Dan Pemeliharaan pedoman ini.
3.2.
(2)
SNI 03-3987-1995 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Alat
Pemadam Api Ringan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan
Gedung.
3.3
3.3.1
Untuk tujuan pemadaman kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR),
bahaya kebakarannya diklasifikasi sesuai tabel 3.3.1.
Kelas A : meliputi benda mudah terbakar biasa: antara lain kayu, kertas
dan kain. Perkembangan awal dan pertumbuhan kebakaran biasanya
lambat, dan karena benda padat, agak lebih mudah dalam
penanggulangannya. Meninggalkan debu setelah terbakar habis.
Kelas B : meliputi cairan dan gas mudah menyala dan terbakar antara
lain bensin, minyak dan LPG.Jenis kebakaran ini biasanya berkembang
dan bertumbuh dengan sangat cepat.
10
Simbol
Kelas
Kelas C: meliputi peralatan listrik yang hidup: antara lain motor listik,
peralatan listrik, dan panel listrik. Benda yang terbakar mungkin masuk
dalam kelas kebakaran lainnya. Bila daya listrik diputus, kebakaran
bukan lagi sebagai kelas C. Tidak penting peralatan listrik dihidupkan
atau dimatikan, tetap peralatan tersebut masuk dalam Kelas C.
Kelas K: meliputi minyak untuk memasak. Ini adalah kelas terbaru dari
kelas-kelas kebakaran.
3.3.2
(1)
Jarak tempuh penempatan alat pemadam api ringan dari setiap tempat atau titik dalam
bangunan rumah sakit harus tidak lebih dari 25 (dua puluh lima) meter.
(2)
Setiap ruangan tertutup dalam bangunan rumah sakit dengan luas tidak lebih dari 250 m2,
harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam api ringan berukuran
minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan,
(3)
Setiap luas tempat parkir yang luasnya tidak melebihi 270 m2 harus ditempatkan minimal dua
buah alat pemadam api ringan kimia berukuran minimal 2 kg, yang ditempatkan antara
tempat parkir kendaraan dan gedung, pada tempat yang mudah dilihat dan dicapai.
Bahaya
Hunian Biasa
(Sedang)
Bahaya
Hunian Ekstra
(Tinggi)
2A*
2A*
4A
279 m2
139 m2
93 m2
1045 m2
1045 m2
1045 m2
22,7 m
22,7 m
22,7 m
Kriteria
Sumber : NFPA 10
11
Tabel 3.3.2.b - Luas Maksimum Yang Akan Diproteksi Per Unit APAR dalam m2
Nominal
Kelas A
Pada
APAR
Ringan
(Rendah)
Bahaya
Hunian
Biasa
(Sedang)
Bahaya
Hunian
Ekstra
(Tinggi)
Bahaya
Hunian
1A
2A
557
278
3A
836
418
4A
1045
557
371
6A
1045
836
557
10A
1045
1045
929
20A
1045
1045
1045
30A
1045
1045
1045
40A
1045
1045
1045
4
5
6
7
Ruangan
Kamar Operasi (OR)
Fasilitas MRI dan Kamar Pasien
Data Processing Centers,
Telecommunications Records Storage,
Collection and Server Rooms
Intensive Care Units (ICU)
Heliports/helipads
Dapur besar/ komersial
Ruangan Diesel generator
Ruangan lain
3.3.3
(1)
12
Jenis
Water mist
Water mist
Kelas
A, B, C
A, B, C
A, B, C
Water mist
FFFP beroda
Kimia basah
CO2
Kimia kering
serbaguna
A, B, C
A, B, C
K
B, C
A, B, C
sehingga mudah
identifikasinya.
terlihat,
termasuk
instruksi
pengoperasiannya
(b)
sehingga mudah dicapai (APAR harus tidak terhalang oleh peralatan atau materialmaterial);
(c)
(d)
dekat dengan area yang berpotensi bahaya kebakaran, akan tetapi tidak terlalu dekat
karena bisa rusak oleh sambaran api.
dan
tanda
(2)
(e)
di mana orang tidak menggunakan APAR untuk risiko yang tidak semestinya, misalnya
menggunakan APAR jenis gas pada area yang tidak berventilasi.
(f)
di mana APAR tidak akan rusak karena terkorosi oleh proses kimia.
(g)
(3)
(4)
(b)
Pada kendaraan atau di area di area dimana APAR ditempatkan di area yang bising
atau bergetar, pasang APAR dengan pengikat yang dirancang untuk tahan terhadap
getaran.
APAR di pasang di
dinding
3.3.4
(a)
dipasang pada dinding dengan pengikat atau dalam lemari kaca dan dapat
dipergunakan dengan mudah pada saat diperlukan;
(b)
dipasang sedemikian rupa sehingga bagian paling atas berada pada ketinggian
maksimum 120 cm dari permukaan lantai, kecuali untuk jenis CO2 dan bubuk kimia
kering (dry powder) penempatannya minimum 15 cm dari permukaan lantai.
(c)
tidak diperbolehkan dipasang di dalam ruangan yang mempunyai temperatur lebih dari
490C dan di bawah 40C.
Untuk membedakan isi tabung APAR, pada tabung dibutuhkan penandaan dengan warna yang
menunjukkan apakah isi APAR tersebut air, busa, bubuk kering, kimia basah atau bubuk klas D.
Penandaan warna tersebut ditunjukkan pada tabel 3.3.3, dan posisi penandaan warna tersebut
seperti ditunjukkan pada gambar 3.3.3.
13
Jenis
Warna tabung
Air
Busa
Bubuk
kering
(A)
Carbon
dioxide
CO2
Kimia
basah
Bubuk
klas D
(B)
3.4
Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem alarm dan deteksi kebakaran yang belum
tercantum pada pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
14
Umum
4.1.1
Sistem pipa tegak harus disediakan di bangunan rumah sakit sesuai dengan pedoman ini.
Lokasi sambungan pemadam kebakaran/ siamese harus diletakkan di lokasi yang mudah diakses
oleh mobil pemadam kebakaran
4.1.2
(1)
(2)
(3)
katup kontrol,
(4)
pipa tegak,
(5)
landing valve,
(6)
kotak slang kebakaran yang berisi katup kebakaran 1 inch plus slang dan nozel atau katup
kebakaran 2 inch,
(7)
sambungan siamese.
(8)
hidran halaman.
4.1.5
Instalasi dan uji serah terima sistem pipa tegak dan slang/ hidran harus mengikuti
pedoman ini.
4.1.6
Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus mengikuti
BAB VIII Inspeksi, Tes Dan Pemeliharaan pedoman ini.
4.2.
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran harus dipasang sesuai dengan :
(1)
(2)
SNI 03-1745-2000 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem
Pipa Tegak Dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
(3)
SNI 03-1735-2000 atau edisi terakhir, Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan Akses
Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
4.3
4.3.1
Sistem.
(1)
(b)
(c)
15
(2)
Sistem pipa tegak kering atau sistem pipa tegak basah dilengkapi dengan katup landing dan
sambungan siamese,
4.3.2
(1)
Pipa tegak kering dipasang dalam bangunan rumah sakit dimana ketinggian yang layak
dihuni lebih dari 10 m, tetapi tidak lebih dari 40 m.
(2)
Pipa tegak kering dipasang dalam bangunan rumah sakit untuk tujuan pemadaman
kebakaran yang dilakukan oleh petugas dinas kebakaran,
Pipa tegak kering, dalam keadaan normal kering (tidak berisi air), tetapi akan diisi dengan air
yang dipompa dari mobil pompa pemadam kebakaran melalui sambungan siamese.
4.3.3
(1)
Sistem pipa tegak basah, dipasang pada bangunan dimana ketinggian bangunan rumah
sakit lebih dari 40 m.
(2)
Pipa tegak basah, dipasang dalam bangunan untuk tujuan pemadaman kebakaran oleh
penghuni atau petugas pemadam kebakaran dan pipa diisi secara tetap dengan air yang
diperoleh dari sumber pasokan air bertekanan.
4.3.4
(1)
16
Katup landing.
Setiap katup landing 65 mm (2) dengan panjang slang 40 m harus dapat melayani luas
ruangan pada setiap lantai tidak lebih dari 930 m2 .
Pipa tegak kering atau pipa tegak basah dilengkapi dengan katup landing 65 mm ( 2) di
setiap lantainya.
4.3.5
(1)
Sambungan Siamese.
Pipa tegak kering dan pipa tegak basah dilengkapi dengan sambungan siamese yang
berguna untuk menyambungkan slang kebakaran berukuran 65 mm (2) dari mobil
pemadam kebakaran yang posisinya berada pada permukaan akses bangunan.
17
Setiap sambungan siamese harus mempunyai sedikitnya dua kopling 65 mm (2) sesuai
ketentuan yang berlaku.
(a)
(b)
(3)
Harus tidak ada katup yang tertutup antara sambungan siamese dan sistem.
(4)
Katup searah (katup penahan balik) harus dipasang pada masing-masing sambungan
siamese dan ditempatkan secara praktis didekat titik penyambungan ke sistem.
(5)
Sambungan siamese harus diletakkan pada sisi bangunan yang menghadap ke jalan,
mudah terlihat dan dikenali dari jalan atau diletakkan pada titik jalan masuk terdekat dengan
peralatan pemadam kebakaran, dan harus diletakkan sehingga sambungan slang dapat
disambungkan ke kopling sambungan siamese tanpa terganggu oleh bangunan, pagar,
tonggak-tonggak dan lain-lain.
(6)
Setiap sambungan siamese harus dirancang dengan penandaan dalam bentuk huruf besar,
tidak kurang 25 mm ( 1 inci) tinggi hurufnya, ditulis pada plat dengan bunyi tulisan :
SAMBUNGAN PIPA TEGAK.
Jika springkler otomatis juga dipasok oleh sambungan siamese, penandaan atau kombinasi
penandaan harus menunjukkan keduanya (contoh : SAMBUNGAN PIPA TEGAK DAN
SPRINGKLER OTOMATIS atau SAMBUNGAN SPRINGKLER OTOMATIS DAN PIPA
TEGAK.
(7)
Apabila sambungan siamese hanya melayani suatu bagian bangunan, suatu penandaan
harus dilekatkan pada posisi yang menunjukkan bagian bangunan yang dilayani.
(8)
Sambungan siamese untuk masing-masing sistem pipa tegak harus diletakkan tidak lebih
dari 30 m (100 ft) dari hidran halaman terdekat yang dihubungkan ke pasokan air dari sistem
pemipaan hidran kota.
(9)
Sambungan siamese harus diletakkan dengan tinggi tidak kurang dari 45 cm (18 inci) dan
tidak lebih dari 120 cm (48 inci) di atas permukaan tanah atau jalan.
18
4.3.6
Lokasi pipa tegak dan katup landing harus ditempatkan terutama pada posisi sebagai berikut
(1)
Gambar 4.3.6.(1) Pipa tegak pada lobi yang dilindungi terhadap asap.
(2)
dalam daerah umum dan di dalam saf yang terlindung, sedekat mungkin dengan tangga
eksit jika tidak ada lobi stop asap;
Gambar 4.3.6.(2) Pipa tegak pada lobi yang diproteksi terhadap asap diluar tangga eksit.
(3)
ditempatkan pada lobi dan di luar tangga eksit yang diproteksi, dan diletakkan di dalam saf
yang terproteksi.
19
(4)
di dalam tangga eksit, bilamana tidak ada lobi stop asap dan daerah umum.
4.4.
Pada bangunan rumah sakit, setiap tangga eksit yang disyaratkan, harus dilengkapi dengan pipa
tegak tersendiri.
Pada bangunan rumah sakit bertingkat tinggi, minimal mempunyai 2 tangga eksit, untuk itu
diperlukan 2 (dua) buah pipa tegak yang dipasang pada setiap tangga eksit..
4.5
4.5.1
Sistem Kelas I.
Sistem pipa tegak kelas I harus disediakan dengan Katup landing 65 mm (2 inci) untuk
memasok air yang digunakan oleh petugas terlatih atau sambungan slang yang digunakan oleh
DPK.
4.5.2
Sistem pipa tegak kelas II harus disediakan dengan katup landing 40 mm (1) yang umumnya
ditempatkan pada kotak slang kebakaran (hidran kebakaran gedung) pada hunian dengan bahaya
kebakaran ringan dan digunakan oleh penghuni.
4.5.3
Sistem kelas III merupakan gabungan dari sistem kelas I dan sistem kelas II, di mana katup
landing 65 mm (2) pada pipa tegak dan katup slang 40 mm (1 ) pada pipa cabang dan
berada pada kotak slang kebakaran serta diletakkan didalam koridor atau ruangan yang
berdekatan dengan saf tangga menuju jalur eksit, keduanya tersambung pada pipa tegak yang
sama.
4.6
TEKANAN SISA DAN LAJU ALIRAN AIR MINIMUM PADA PIPA TEGAK.
4.6.1
Tekanan sisa.
4.6.1.1 Pengertian.
Tekanan sisa (residual pressure), atau kadang-kadang disebut juga sebagai tekanan akhir, adalah
tekanan yang bekerja pada suatu titik dalam sistem dengan suatu aliran yang disalurkan oleh
sistem.
Dalam instalasi pipa tegak, tekanan sisa ini adalah tekanan setelah katup landing atau katup slang
kebakaran pada kotak slang.
20
Tekanan sisa minimum pada katup landing 65 mm (2 inci), adalah sebesar 6,9 bar (100
psi).
(2)
Apabila tekanan sisa pada katup landing melampaui 12,1 bar (175 psi), harus dilengkapi
katup penurun tekanan (Pressure Reducing Valve) untuk membatasai tekanan sisa.
Tekanan sisa minimum pada katup slang kebakaran 40 mm (1 inci), adalah sebesar 4,5
bar (65 psi).
(2)
Apabila tekanan sisa pada katup sambungan slang kebakaran 40 mm melampaui 6,9 bar
(100 psi), katup penurun tekanan (Pressure Reducing Valve) harus disediakan untuk
membatasai tekanan sisa.
4.6.2
Untuk sistem kelas I, laju aliran minimum dari pipa tegak hidrolik terjauh harus sebesar 1.893
liter/menit (550 USGPM).
(2)
Laju aliran minimum untuk pipa tegak tambahan harus sebesar 946 liter/menit (250 USGPM)
untuk setiap pipa tegak, yang jumlahnya tidak melebihi 4.731 liter/menit (1.250 USGPM).
Untuk sistem kelas II, laju aliran minimum untuk pipa tegak terjauh dihitung secara hidrolik
adalah sebesar 379 liter/menit (100 USGPM).
(2)
Aliran tambahan tidak dipersyaratkan bila terdapat lebih dari 1 (satu) pipa tegak.
Yang dimaksudkan dengan sistem kombinasi terpadu adalah pipa tegak untuk
sambungan katup landing dan sambungan untuk springkler kebakaran otomatis berada
pada satu pipa tegak.
(b)
Laju aliran yang disyaratkan untuk pipa tegak sistem kombinasi dalam suatu bangunan
yang seluruhnya diproteksi dengan sistem springkler otomatis secara terpadu tidak
dipersyaratkan melampaui 3.785 liter/menit (1.000 USGPM) kecuali disyaratkan oleh
instansi berwenang setempat.
(2)
Yang dimaksudkan dengan sistem kombinasi parsial adalah pipa tegak untuk
sambungan katup landing dan pipa tegak untuk sistem springkler otomatis dilayani
oleh masing-masing satu pipa tegak.
(b)
Untuk sistem kombinasi pada bangunan rumah sakit yang dilengkapi dengan proteksi
springkler otomatis secara parsial, laju aliran yang dipersyaratkan harus dinaikkan
dengan jumlah yang setara dengan kebutuhan springkler yang dihitung
21
secara hidrolik atau 568 liter/menit (150 USGPM) untuk tingkat hunian bahaya
kebakaran ringan atau 1.893 liter/menit (500 USGPM) untuk tingkat bahaya kebakaran
sedang.
4.7
4.7.1
Gambar 4.7.1 Kotak slang kebakaran dilengkapi dengan katup slang 1 , rak, slang 1 , dan nozel.
Kotak slang kebakaran atau sering juga disebut dengan Indoor hydrant box (hidran kebakaran di
dalam gedung), terdiri dari :
(1)
lemari tertutup;
(2)
slang kebakaran;
(3)
(5)
nozel.
Kotak slang berupa lemari tertutup yang berisi slang kebakaran, harus berukuran cukup
untuk pemasangan peralatan penting dan dirancang tidak saling mengganggu pada waktu
sambungan slang, digunakan secara cepat pada saat terjadi kebakaran.
(2)
Di dalam lemari, sambungan slang dan tuas putar katup harus ditempatkan dengan jarak
tidak kurang 25 mm ( 1 inci) dari bagian lemari, sehingga memudahkan pembukaan dan
penutupan katup sambungan slang kebakaran.
(3)
Lemari hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran, dan setiap lemari di cat
dengan warna yang menyolok mata.
(4)
Apabila jenis kaca mudah pecah (break glass) sebagai tutup pelindung, harus disediakan
alat pembuka, untuk memecahkan panel kaca dan diletakkan dengan aman dan tidak jauh
dari area panel kaca.
22
7.1.2 Sllan
ng keb
k bak
kara
an..
4.7
(1))
Se
etia
ap sam
mbung
gan
n slan
ng yyan
ng disediiakan un
ntukk digu
unakan
n oleh
o h petu
uga
as ban
b ngunan rum
r mah
h
sa
akitt (S
Sistem
m ke
elas
s II), harruss dipassan
ng denga
an panja
ang tid
dak
k le
ebih
h da
ari 30
0 m
m, lu
urus, dap
patt
dilipa
at.
(2))
Ap
pab
bila
a sla
ang
g berd
diam
metter kuran
ng d
darri 40 mm
mm (1 incci) digu
d una
aka
an unt
u uk kottakk sla
ang
g 40 mm
mm
(1 ), ha
aruss diigunakkan
n sllang yan
y g tiidak te
erlip
patt.
G
Ga
amb
bar 4.7
7.1.2.((2) - Slan
S ng yan
y ng ttida
ak terl
t ipa
at
4.7
7.1.3 Rak sla
ang
g.
(1))
etia
ap kot
k ak sla
ang 40
0 mm
m (1
) ya
ang dissed
diakkan
n de
eng
gan
n sla
ang
g 40 mm
m (1) ha
aru
us d
dipa
asa
ang
g
Se
de
eng
gan
n rak atau
a u fa
asiliitas
s pe
enyyim
mpanan
n la
ain yan
ng dis
setu
ujuii.
(2))
Se
etia
ap kottak sla
ang
g 4
40 mm
mm (1
1 ) se
esua
ai unt
u tuk kla
asiffika
asi pip
pa teg
gak
k ke
elas
s I da
an kkela
as III,,
ha
aruss dipa
d asang dn
ngan gulu
g ung
gan aliiran
nm
men
neru
us yan
y ng tterd
dafftar//terruji.
4.7
7.1.4 Nozzzle.
No
oze
el ya
ang
g dise
edia
akan untu
u uk pel
p aya
ana
an p
pipa te
ega
ak kel
k as II, herrus terruji/terrda
aftar.
4.7
7.2
2
Lo
okasi Kota
K ak Slan
ng K
Keba
aka
aran
n4
40 mm
mm (1
( ).
Ko
otak
k slang keb
k baka
ara
an 4
40 mm
mm (1) perle
eta
akan
nnyya dia
d tur se
ebag
gai be
erikkut:
(1))
di ko
oridor ata
au d
di rua
r nga
an yang be
erde
eka
atan
n deng
gan
n saf tan
ngga yyan
ng me
m nujju jalu
ur E
Eksit dan
d n
mbung
gka
an kke pip
pa tega
ak.
dissam
(2))
pe
eng
gatu
uran in
ni m
mem
mungk
kinkan
n untu
uk men
m ngg
gun
nakkan se
ecarra tep
t at sslang bila
a ta
ang
gga
a jalur ek
ksitt
pe
enu
uh den
d nga
an o
orang--ora
ang
g ya
ang
g se
eda
ang
g la
ari kelu
k uar pa
ada sa
aat terjjadiny
ya kkeb
baka
ara
an.
(3))
pa
ada
a seti
s ap bang
gun
nan
n u
umum
m/temp
pat pe
erte
emuan
n, tem
mpat hib
burran, p
perrhottela
an, te
emp
patt
2
pe
eraw
watan
n, perk
p kan
ntorran, dan pe
erto
okoa
an//passarr un
ntuk ssetia
ap lan
ntaii de
eng
gan
n luas 80
00 m harruss
dipassan
ng min
m nim
mum
m 1 (sa
atu)) Kota
ak S
Slan
ng Ke
ebakarran 4
40 mm
m (1
1
).
4.7
7.3
3
Ja
ara
ak Ja
J ngka
aua
an Ka
K tup
p Sla
S ng
g Kebak
kara
an 40
0 mm
m (1).
Sisste
em kelas II har
h rus dileng
gka
api Ka
atus
sp Sla
ang
g Ke
eba
aka
aran
n yyang
g beri
b si : ka
atup
pb
beru
uku
uran
n 40 mm
mm
(
1
inci), slan
s ng den
nga
an panja
ang 40
0m
m, ra
ak dan
n nozz
n zle se
edemikkian
n ru
upa
a sehiingga setiap
p bag
b ian
n
da
ari lanttai ban
ngu
una
an b
berrada
a pad
p a ja
ang
gka
auan 4
40 m (130
0 ftt) dari KS
SSK
K 40 mm
mm (1 ).
4.8
8
HIDR
RA
AN HA
ALA
AM
MAN.
4.8
8.1
Tiiap ba
agia
an d
darri ja
alurr akkse
es mob
m bil pem
ma
adam di
d laha
an bangu
una
an harruss da
alam
m jara
ak beb
b bass
ha
amb
bata
an 50 m da
ari h
hidrran ko
ota (lih
hat gam
mb
bar 4.8
8.1)).
Biila hid
4.8
8.2
dran kkota
a yyan
ng me
eme
enu
uhi pe
ersyyara
ata
an ters
t seb
but pa
ada
a butirr 4.8.1 ttida
ak tterssed
dia,,
ma
aka
a ha
aru
us dise
d edia
aka
an hid
h ran
n ha
alam
ma
an yyang d
disa
amb
bun
ngk
kan
n de
eng
gan jarring
gan
n pipa hid
dran kkota
a..
23
Gam
mba
ar 4.8
4 .1 - Conttoh dim
mana ba
anguna
an tida
ak jau
j uh dar
d i hidra
an kkota
a.
G mb
Gam
bar - 4.8.
4 .2 - Po
osissi Hidr
H ran
n ha
alam
man te
erh
hadap hid
dran kota
k a.
24
Gambar 4.8 3 - Hidran halaman dengan 2 outlet 2 , mampu memasok air 2 x 250 gpm
4.8.3
Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-
hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam sedemikian hingga tiap
bagian dari jalur tersebut berada dalam jarak radius 50 m dari hidran.
Hidran H1 pada gambar 4.8.3 dapat dihilangkan karena tidak mungkin tanah yang disebelah akan
digunakan untuk pemakaian lain, seperti gudang dan sebagainya.
Hidran bersama yang ditempatkan di tetangga tidak diperbolehkan.
4.8.4
Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurang-kurangnya 500 GPM pada tekanan 3,5
bar, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit.
4.9
Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem pipa tegak yang belum tercantum pada pedoman
ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
25
Umum
5.1.1
Sistem sprinkler otomatik harus disediakan pada bangunan sesuai dengan pedoman ini.
5.1.2
5.1.3
(1)
setiap ruangan di mana penerapan air, atau nyala api dan air, merupakan ancaman yang
serius terhadap kehidupan atau bahaya kebakaran.
(2)
setiap kamar atau ruang di mana sprinkler dianggap tidak diinginkan karena sifat dari isi
ruangan.
(3)
ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari bangunan dengan dinding dan lantai
/ langit-langit atau rakitan atap / langit-langit yang memiliki nilai ketahanan api tidak kurang
dari 2 jam.
(4)
di kamar atau daerah yang konstruksinya tidak mudah terbakar dengan isi sepenuhnya
bahan tidak mudah terbakar.
(5)
untuk ruangan-ruangan yang tidak memungkinkan pasien dipindahkan (ruang bedah, ruang
ICU, ruang radiologi, dan lain-lain), sprinkler boleh tidak dipasang asalkan dinding, lantai,
langit-langit dan bukaan, mempunyai tingkat ketahanan api minimal 2 jam.
5.1.4
Sistem ini harus meliputi kepala springkler, katup kontrol alarm, dan sistem pemipaannya.
5.1.5
Instalasi dan uji serah terima sistem springkler otomatik harus mengikuti pedoman ini.
5.1.6
Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus mengikuti
BAB VIII, Inspeksi, Tes Dan Pemeliharaan Pedoman ini.
5.2
(2)
SNI 03-3989-2000 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem
Sprinkler Otomatis Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
5.3
5.3.1
Klasifikasi Sistem
(2)
(3)
26
Jaringan pipa untuk dua sistem bahaya kebakaran atau lebih yang berbeda boleh dihubungkan
dengan satu katup kendali asalkan ketentuan jumlah kepala springkler yang dilayani tidak melebihi
jumlah maksimum.
5.3.2
(1)
(2)
(b)
(c)
Selain berdasarkan luas, jumlah springkler juga menentukan klasifikasi bahaya kebakaran
yang dipilih. Jumlah springkler per satu katup kendali :
(a)
(b)
(c)
5.3.3
Kepadatan pancaran yang direncanakan dan daerah kerja maksimum yang diperkirakan untuk
ketiga klasifikasi tersebut di atas sesuai SNI 3989, tercantum di bawah ini :
(1)
(2)
(3)
(b).
5.3.4
Kepala Sprinkler.
27
10 mm ( inci)
15 mm ( inci)
20 mm ( 1 inci).
No
Aliran air
2,2 kg/cm
1 kg/cm
0,7 kg/cm
1,4 kg/cm
1 kg/cm
1,7 kg/cm
1,4 kg/cm
Penempatan kepala springkler ditentukan berdasarkan luas maksimum tiap kepala springkler
di dalam satu deret dan jarak maksimum deretan yang berdekatan.
(a)
28
springkler dinding
: 17 m2.
b)
springkler lain
: 20 m2.
2)
Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deret dan jarak maksimum
deretan yang berdekatan :
a)
b)
3)
(b)
springkler dinding :
i)
ii)
Dibagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti : ruang langitlangit (attick), besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, gudang, ruang kerja
bengkel dan sebagainya, luas maksimum dibatasi menjadi 9 m2 tiap kepala
springkler dan jarak maksimum antar kepala springkler 3,7 m.
2)
springkler dinding
9 m2 .
b)
springkler lain
12 m2.
Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deret dan jarak maksimum
deretan yang berdekatan :
a)
springkler dinding :
1
sepanjang dinding :
(i)
(ii)
Upright Sprinkler
Pendent Sprinkler
Conventional Sprinkler
Menghadap ke atas
Menghadap ke bawah
Springkler Konvensional
(2)
29
(5)
Springkler Terbuka.
Springkler terbuka boleh digunakan untuk pada sistem banjir untuk memproteksi risiko
bahaya kebakaran khusus atau yang terpapar (exposure), atau dalam lokasi khusus lain.
Springkler terbuka dipasang sesuai seluruh persyaratan penggunaan dari standar untuk
penyeimbang (counterpart) otomatis.
(6)
(7)
Springkler rumah tinggal boleh digunakan unit deret unit rumah dan koridor
bersebelahan yang tersedia dan dipasang memenuhi persyaratan yang berlaku.
(b)
Springkler rumah tinggal digunakan hanya dalam sistem basah. Kecuali springkler
rumah tinggal diijinkan untuk sistem kering atau sistem aksi awal jika secara spesifik
teruji untuk pelayanan tersebut.
(c)
(d)
Springkler rumah tinggal yang dipasang memenuhi standar ini harus tidak terhalang.
Springkler respon cepat pemadaman awal (Early Suppression Fast Response - ESFR).
(a)
30
5.3.5
(b)
Springkler ESFR dipasang hanya dipasang didalam bangunan dimana atap atau langitlangit kemiringannya diatas springkler tidak melebihi 1 : 6 (kenaikan 2 unit untuk
panjang 12 unit, kemiringan atap 16,7%).
(c)
Springkler ESFR diijinkan untuk digunakan hanya di dalam bangunan dengan jenis
konstruksi sebagai berikut :
1)
Langit-langit halus, kaso terdiri dari bagian tiang penunjang dari baja, atau
bagian tiang penunjang dari kayu yang terdiri dari bagian atas atau bagian
bawahnya dihubungkan tidak melebihi 100 mm kedalamannya dengan pipa baja
atau batang jaringan.
2)
Balok kayu 100 mm x 100 mm atau ukuran yang lebih besar, beton, atau balok
baja dengan jarak 1 m sampai 2,3 m dari garis pusatnya dan keduanya ditumpu
pada rangka ke balok penompang.
3)
Konstruksi dengan panel langit-langit yang dibentuk oleh bagian yang mampu
menjadi perangkap panas untuk membantu kerjanya springkler dengan jarak
antar bagiannya lebih besar dari 2,3 m dan dibatasi untuk area maksimum 28 m2.
(d)
Apabila sistem springkler ESFR dipasang berdekatan dengan sistem springkler respon
standar, perlu ada tirai dari konstruksi tahan api dan sekurang-kurangnya 0,6 m
kedalamannya dibolehkan untuk memisahkan dua area.
(e)
Laju temperatur springkler untuk springkler ESFR harus dari risiko bahaya kebakaran
sedang.
5.3.5.1 Umum.
(1)
Tanda bahaya lokal dengan aliran air harus digunakan pada semua sistem springkler yang
mempunyai jumlah kepala springkler lebih dari 20 buah.
(2)
Pada sistem springkler yang mempunyai jumlah kepala springkler kurang dari 20 buah dapat
dipakai alat deteksi aliran air (flow switch)
31
5.4
Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem springkler otomatik yang belum tercantum pada
pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
32
UMUM.
6.1.1
Apabila tidak terdapat pasokan air kebakaran dari jaringan kota sesuai tekanan dan debit
air yang dibutuhkan maka instalasi pompa kebakaran harus disediakan di bangunan rumah sakit
sesuai dengan pedoman ini.
6.1.2. Pompa kebakaran harus terdiri dari pompa kebakaran utama dan pompa kebakaran
siaga. Salah satu dari ke dua pompa kebakaran tersebut harus berpenggerak mesin diesel.
6.1.3
Untuk bangunan dengan ketinggian tertentu, kedua pompa kebakaran dapat
menggunakan pompa dengan penggerak listrik dari sumber yang berbeda (satu PLN dan yang
kedua emergency diesel).
6.1.4
6.1.5
Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus mengikuti
BAB VIII Inspeksi, Tes Dan Pemeliharaan pedoman ini.
6.2
PERATURAN .
(2)
SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran.
6.3
INSTALASI.
Instalasi pompa kebakaran meliputi instalasi dari mulai tangki/reservoir air bawah/atas, sampai ke
awal pipa tegak. Instalasi ini meliputi :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
tangki air;
instalasi pipa isap,
pompa kebakaran,
pompa jockey;
penggerak pompa kebakaran dan pompa jockey; dan
instalasi pipa tekan.
6.3.1
Tangki Air.
(1)
Setiap sistem proteksi kebakaran berbasis air harus dilengkapi sekurang-kurangnya dengan
satu jenis sistem penyediaan air berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap saat.
(2)
Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu
bekerjanya pompa. Pemakaian air asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air
lain pada waktu terjadinya kebakaran dengan syarat harus segera dibilas dengan air bersih.
(3)
Kapasitas tangki air disesuaikan dengan tingkat risiko bahaya kebakarannya, dan harus
mampu melayani beroperasinya pompa kebakaran sebagai berikut :
(a)
30 menit.
(b)
60 menit.
(c)
90 menit.
33
(4)
Apabila kebutuhan air untuk sistem proteksi kebakaran digabung dengan sistem penyediaan
air bersih bangunan gedung, instalasi pemipaannya harus diusahakan agar tidak terjadi air
mati pada dasar tangki air tersebut.
6.3.2
(2)
(3)
(4)
Pompa yang menghisap air dari tangki air bawah, harus dipasang plat anti vortex (pusaran)
pada ujung pipa isap dimana air mulai masuk.
(b)
Plat anti vortex (pusaran) mencegah pembentukan pusaran yang dapat menyebabkan
masuknya udara ke dalam pompa dengan cara memaksa terjadinya vortex mengelilingi
plat dan kemudian selanjutnya masuk kedalam pipa isap. Gerakan berputar-putar pada plat
tidak dapat menghilangkan vortex, sehingga air yang diisap bebas dari vortex (pusaran).
Apabila pasokan air diperoleh dari sumber terbuka seperti kolam, sumur, saluran dan
bahan yang dapat menyumbat pompa, harus dihindari.
(b)
Saringan isap ganda yang mudah dibuka harus disediakan pada pipa isap .
(c)
(d)
Saringan kawat yang digunakan dari bahan brass, tembaga, monel, baja tahan karat
atau bahan metal tahan karat lainnya, ukuran saringan kawatnya mesh 12,7 mm (1/2
inci), harus dilindungi dengan rangka metal geser vertikal pada bagian masuknya. Luas
keseluruhan saringan ini harus 1,6 kali luas bersih bukaan saringan
Katup sorong jenis OS & Y harus dipasang pada pipa isap. Katup kupu-kupu (Butterfly
valve) sebaiknya dipasang pada jarak lebih dari 50 ft (16 m) dari flens isap pompa.
(b)
Apabila pasokan pipa diperoleh dari jaringan kota, katup sorong sebaiknya diletakkan
sejauh mungkin dari flens isap pompa.
(c)
Apabila air berasal dari tangki air bawah, katup sorong sebaiknya diletakkan pada
lubang keluar dari tangki air.
(d)
Katup kupu-kupu pada sisi isap pompa dapat menimbulkan turbulensi yang
pengaruhnya merugikan terhadap kinerja pompa dan dapat meningkatkan hambatan
pada pipa isap.
(e)
Katup sorong penting dipasang pada sisi pipa isap sehingga pompa dapat diisolasi
untuk pemeliharaan dan perbaikan.
(f)
Katup OS&Y disyaratkan. karena pintu sorong dapat terbuka penuh sehingga seluruh
aliran dapat dialirkan tanpa menimbulkan trubulensi.
34
Apabila pipa isap dan flens isap pompa tidak sama ukurannya, maka harus
dihubungkan dengan reducer atau increaser eksentrik. Jenis eksentrik digunakan
untuk mencegah kantong udara.
(b)
(5)
Sambungan Flexible.
Tujuan pemasangan sambungan fleksibel adalah untuk mencegah getaran pompa ke pipa
dan sambungannya.
(6)
Alat pengukur tekanan mempunyai jarum penunjuk dan diameternya tidak kurang dari
90 mm ( 3 ), dipasang dekat dengan lubang masuk atau lubang ke luar pompa
dengan katup alat pengukur 6,25 mm (1/4).
(b)
(c)
Gabungan pengukur tekanan dan vakum mempunyai penunjuk dengan ukuran tidak
kurang dari 90 mm, dipasang ke pipa isap yang dekat dengan lubang masuk pompa
dengan katup alat pengukur 6,25 mm (1/4).
6.3.3
Pompa Kebakaran.
Aliran.
Aliran pompa dinyatakan dalam gpm, seperti 25, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 400, 450, 500,
750, 1000, 1250, 1500, 2000, 2500, 3000, 3500, 4000, 4500, dan 5000.
(2)
Tekanan.
(a)
(b)
NFPA 20 juga menyatakan bahwa pompa harus mampu menyediakan sedikitnya 65%
dari tekanan nominalnya pada saat mengalirkan 150% dari aliran nominalnya.
(c)
Titik tersebut pada butir (1) dan (2) tersebut di atas, menunjukkan daerah kerja aliran
dan tekanan untuk pompa kebakaran yang dibuat di pabrik. Perlu dicatat bahwa titik ini
menunjukkan batas kurva pompa.
(d)
Titik churn (140% dari tekanan nominal) adalah tekanan maksimum pompa yang
dibolehkan, dan titik lain (65% dari tekanan nominal) adalah minimum tekanan pada
aliran 150% dari aliran nominal. Llihat gambar 5.3.3.
35
Gambar 6.3.3. - Kurva aliran yang dapat diterima untuk pompa 1000 gpm
6.3.4
Pompa Jockey.
(1)
Pompa jockey menjaga tekanan dan mempertahankan tekanan dalam sistem serta
mencegah pompa kebakaran utama beroperasi.
(2)
Kapasitas pompa jockey berkisar antara 5 sampai 10 USGPM dan sebaiknya tidak melebihi
kebutuhan air dari satu springkler yaitu 20 USGPM.
(3)
Head pompa jockey biasanya 5 psi sampai 10 psi lebih tinggi dari tekanan kerja (head)
pompa kebakaran utama, sehingga pompa jockey akan beroperasi sebelum pompa
kebakaran utama bekerja. Pemilihan pompa jockey ini tidak memerlukan persetujuan atas
standar tertentu.
6.3.5
Penggerak Pompa.
6.3.5.1
(1)
Sumber daya
Daya harus dipasok ke motor listrik pompa kebakaran dari sumber yang terpercaya atau dua
atau lebih sumber yang tak saling bergantung.
(2)
Pelayanan
Bilamana daya listrik dipasok oleh suatu pelayanan, harus ditempatkan dan diatur
sedemikian sehingga meminimalkan kemungkinan rusak karena kebakaran dari dalam
bangunan dan menghadap bahaya.
(3)
36
(4)
Kombinasi yang disetujui dari dua atau lebih sumber daya pada butir (2)
(b)
Satu dari sumber-sumber daya yang disetujui berupa generator cadangan setempat.
(5)
Konduktor pasok
Konduktor pasok harus secara langsung menyambungkan sumber daya ke kombinasi antara
alat kontrol pompa kebakaran dan sakelar pemindah daya atau ke sarana pemutus dan alat
proteksi arus lebih yang memenuhi persyaratan.
(6)
Konduktor sirkit
Sirkit penyalur pompa kebakaran dan perlengkapannya harus terdedikasi dan
terproteksi tahan terhadap kemungkinan rusak oleh api, kerusakan struktur atau
kecelakaan operasional.
(7)
(8)
Kelangsungan daya
Sirkit yang memasok pompa kebakaran yang digerakkan motor listrik harus disupervisi
terhadap kecerobohan pemutusan sambungan.
(9)
Sambungan langsung
Konduktor pasok harus tersambung langsung ke sumber daya baik ke alat kontrol pompa
kebakaran teruji atau ke kombinasi yang teruji alat kontrol pompa kebakaran dan sakelar
pemindah daya.
37
(b)
(c)
Umum
Peralatan pompa kebakaran dengan penggerak motor diesel untuk setiap situasi harus
didasarkan pada pertimbangan secara teliti faktor berikut:
(2)
(a)
(b)
(c)
Instalasi.
(d)
Motor
(a)
38
(3)
(b)
Nilai nominal daya kuda teruji dari motor yang diuji di laboratorium pengujian dengan
kondisi standar SAE, harus dapat diterima.
(c)
Dalam hal khusus, motor yang berada di luar rentang daya dan tipe motor yang teruji,
harus mempunyai kemampuan daya kuda bila dipakai untuk melayani gerakan pompa
kebakaran, tidak kurang dari 10 persen lebih besar dari daya kuda rem maksimum
dibutuhkan pompa pada setiap kondisi beban pompa. Motor harus memenuhi semua
persyaratan lain dari motor yang teruji.
(d)
Pengurangan sebanyak 3 persen dari daya kuda nominal motor pada kondisi standar
SAE harus dibuat untuk motor diesel yang dipasang pada ketinggian 305 m (1.000 ft)
di atas 91,4 m (300 ft).
(e)
Untuk motor diesel yang berada pada temperatur udara luar di atas 250C, maka untuk
setiap kenaikan 5,60C (100F) menurut koreksi kondisi standar SAE, pengurangan daya
kuda nominalnya sebesar 1 persen harus dibuat.
(f)
Bila penggerak dengan roda gigi siku tegak lurus digunakan antara pompa turbin
vertikal dan penggeraknya, daya kuda yang diperlukan oleh pompa harus diperbesar
untuk mengatasi kehilangan daya di roda gigi penggerak.
(g)
Bila telah memenuhi persyaratan sebagaimana tertera pada butir (a) sampai dengan
butir (f), motor setelah dijalankan minimum 4 jam, harus mempunyai daya kuda
nominal sama atau lebih besar dari daya kuda rem yang dibutuhkan untuk
menggerakkan pompa pada kecepatan nominalnya di bawah setiap kondisi beban
pompa.
(b)
(4)
Governor
Motor harus dilengkapi dengan governor yang mampu mengatur kecepatan motor
dalam rentang 10 persen antara kondisi pompa tak berbeban sampai beban
maksimum pompa. Governor harus dapat diatur di lapangan dan diset serta
diamankan untuk mempertahankan kecepatan nominalnya pada beban maksimum
pompa.
39
(b)
6.3.6
(2)
(b)
(c)
Konstruksi
1)
Katup ini menjaga tekanan pasokan air yang aman di dalam pipa dan mencegah
jalur pipa dan peralatannya rusak yang disebabkan oleh eskalasi yang
mendadak akibat tekanan air.
2)
Apabila pompa dimatikan atau jalur pipa tiba-tiba tertutup, tekanan air di dalam
pipa menjadi tidak normal. Tekanan air dapat menjadi di luar batas aman, katup
relief tekanan dapat membuka secara otomatis dan melepaskan tekanan air
kembali ke batas aman, jadi untuk memastikan keamanan jalur pipa dan
peralatannya.
2)
40
6.4
Pemasangan.
1)
Katup relief tekanan dipasang antara pompa dan katup searah pada sisi
pelepasan pompa dan harus diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan
mudah dibuka untuk perbaikan tanpa mengganggu pipa.
2)
Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem pompa kebakaran yang belum tercantum pada
pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
41
7.1
Umum
7.1.1
(1)
(2)
Sistem pembuangan asap mekanik yang dirancang secara teknik (engineered smoke
system) pada bangunan atau bagian bangunan yang dipersyaratkan dilengkapi dengan
sistem tersebut, misalnya pada atrium.
(3)
7.1.2
Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus mengikuti
butir 7.2. pedoman ini.
7.2.
Presurisasi fan pada setiap tangga kebakaran yang terlindung harus dipasang sesuai dengan
(1)
(2)
SNI 03-6571-2001 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem
Pengendalian Asap Kebakaran Pada Bangunan Gedung. butir 2.3 Sistem dan Instalasi.
42
(3)
SNI 03-7012-2004 atau edisi terakhir; tentang Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan
Sistem Manajemen Asap Di Dalam Mal, Atrium Dan Ruangan Bervolume Besar.
(4)
NFPA 96, Standard for Ventilation Control and Fire Protection of Commercial Cooking
Operations.
7.3
7.3.1.
(1)
Di setiap bangunan di mana tinggi yang dihuni melebihi 24 m, setiap tangga kebakaran
internal harus dipresurisasi sesuai persyaratan di dalam pedoman ini.
(2)
Di setiap bangunan yang mempunyai lebih dari 4 lapis besmen, tangga kebakaran di setiap
lantai besmen harus dipresurisasi sesuai persyaratan di dalam pedoman ini.
(3)
(b)
Bila sistem presurisasi diperpanjang sampai ke lobi bebas asap (smoke-stop lobby),
gradien tekanan harus sedemikian rupa sehingga tekanan pada tangga kebakaran
harus selalu lebih tinggi (tekanan positif).
(c)
Gaya yang diperlukan untuk membuka setiap pintu terhadap tahanan kombinasi udara
presuriasi dan mekanisme penutup pintu otomatik harus tidak melebihi 110 N (lbf)
pada pegangan pintu.
(4)
Pada waktu beroperasi, sistem presurisasi harus mempertahankan sebuah aliran udara
berkecepatan cukup melalui pintu terbuka untuk mencegah asap masuk ke dalam daerah
bertekanan. Kecepatan aliran harus dicapai bila sebuah kombinasi dari setiap dua pintu
berurutan dan pintu eksit pelepasan (exit discharge door) dalam posisi terbuka penuh. Besar
kecepatan dirata-ratakan terhadap luas penuh dari setiap bukaan pintu harus tidak kurang
dari 1,0 m/det.
(5)
Laju suplai udara presurisasi ke daerah bertekanan harus cukup untuk mengganti kerugian
tekanan melalui kebocoran ke daerah sekeliling yang tidak bertekanan.
(6)
Pelepasan (relief) yang cukup dari kebocoran udara keluar dari daerah dihuni harus
disediakan untuk menghindari penumpukan tekanan (pressure build-up) di daerah ini,
berupa kebocoran perimeter atau sistem pelepasan tekanan yang dibuat khusus.
(7)
Jumlah dan distribusi titik injeksi udara untuk memasok udara presurisasi ke tangga
kebakaran harus menjamin suatu profil tekanan yang sama dan rata mengikuti butir
6.3.2.(3).
(8)
Pengaturan dari titik injeksi dan kontrol dari sistem presurisasi harus sedemikian sehingga
bila pembukaan pintu dan faktor lain menyebabkan variasi signifikan pada perbedaan
tekanan, kondisi dalam butir 6.3.2.(3). harus dapat dikembalikan secepat mungkin.
43
7.3.2.
(1)
Untuk mal, atrium dan ruangan yang bervolume besar, serta presurisasi kompartemen atau
pengendalian asap terzona, sebuah sistem manajemen asap yang dirancang secara teknik
harus disediakan.
(2)
Ketentuan teknis sebuah sistem pengendalian asap yang dirancang secara teknik
(engineered smoke control system) dalam bentuk sebuah sistem ventilasi asap baik secara
alami maupun mekanik, harus sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku, antara lain
tentang :
(a)
(b)
Kriteria perancangan.
(c)
Dan persyaratan terkait lainnya, antara lain perhitungan waktu evakuasi aman tersedia
(ASET Available Safe Egress Time), dan waktu evakuasi aman diperlukan (RSET Required Safe Egress Time).
7.3.3.
7.3.3.1. Sistem ini harus disediakan di ruangan dapur, dimana sistem terdiri dari peralatan masak,
tudung (hood), dakting pembuangan (bila ada), fan, peralatan pemadam kebakaran terpasang
tetap, dan peralatan lainnya seperti pengendalian energi dan limbah khusus.
44
Umum
8.1.1
Pedoman ini menetapkan persyaratan minimum pemeliharaan dan perawatan sistem
proteksi kebakaran. Jenis sistem meliputi:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
8.1.2
Tanggung jawab atas pemeliharaan dan perawatan sistem proteksi kebakaran secara
baik dan benar terletak pada pemilik / pengelola bangunan.
8.1.3
Dengan cara inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala, semua
peralatan harus ditunjukkan ada dalam kondisi operasi yang baik, atau setiap kerusakan dan
kelemahan dapat diketahui.
8.2
Tujuan
8.2.1
Tujuan dari inspeksi adalah untuk verifikasi secara visual bahwa sistem proteksi
kebakaran dan perlengkapannya tampak dalam kondisi operasi dan bebas dari kerusakan fisik.
8.2.2
Tujuan dari pengetesan adalah untuk menjamin operasi otomatik atau manual atas
kebutuhan dan pengiriman kontinyu dari output sistem proteksi kebakaran yang dipersyaratkan,
dan untuk mendeteksi ketidaksempurnaan sistem proteksi kebakaran yang tidak tampak pada saat
inspeksi.
8.2.3
Sedangkan tujuan dari pemeliharaan sistem proteksi kebakaran adalah perawatan
pencegahan (preventive maintenance) dan perbaikan (corrective maintenance) untuk
mempertahankan fungsi optimum dari peralatannya.
8.3
Catatan Pemeliharaan
8.3.1
Perlu ditegaskan bahwa dalam pemeliharaan dan perawatan sistem proteksi kebakaran
harus dijamin pemenuhan kepada ketentuan dan standar yang berlaku termasuk persyaratan
sertifikasi personil, frekuensi tes dan pemeliharaan dan juga dokumentasi dan pelaporan termasuk
penyimpanan catatan (record keeping).
8.3.2
(1)
Catatan pemeliharaan:
Catatan dari inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala sistem dan
komponennya harus tersedia bagi instansi yang berwenang atas permintaan, dan digunakan
sebagai salah satu pertimbangan penetapan perpanjangan sertifikat laik fungsi bangunan.
45
(2)
Catatan harus menunjukkan prosedur yang dilakukan (misal inspeksi, pengujian atau
pemeliharaan), organisasi/personil yang melaksanakan, hasilnya, dan tanggal dilaksanakan.
(3)
(4)
Catatan orisinil (dari serah terima pertama atau kedua) harus disimpan selama umur sistem
atau bangunan.
(5)
Catatan selanjutnya harus disimpan selama perioda waktu 1 (satu) tahun setelah
inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berikutnya yang dipersyaratkan.
8.3.3
Adalah penting untuk disadari bahwa semua sistem proteksi kebakaran tersebut di atas
tidak terpisah dan berdiri sendiri dalam operasinya untuk pencegahan dan penanggulangan
kebakaran dan penyelamatan/evakuasi penghuni bangunan. Terdapat pengaruh saling
berhubungan, interlok dan antarmuka (interface) antara sistem. Pemeliharaan dan perawatan yang
buruk dari satu sistem dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keseluruhan
keselamatan kebakaran bangunan.
8.4
8.4.1
Prosedur uji serah terima, inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala
harus mengikuti SNI 03-3986-2000 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan
Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.
8.4.2
Frekwensi inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus
menggunakan Tabel 1-1 Frekwensi inspeksi visual sistem alarm kebakaran dan Tabel 1-2
Frekwensi tes sistem alarm kebakaran.
8.4.3
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan harus disimpan
sebagaimana dijelaskan dalam butir 8.3.2.
8.5
8.5.1
Prosedur uji serah terima, inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala
harus mengikuti SNI 03-3987-1995 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan
Alat Pemadam Api Ringan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan
Gedung.
8.5.2
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
8.5.3
Pengetesan hidrolik tabung harus menggunakan Tabel 2. Jarak Waktu Pengujian
Hidrostatik Alat Pemadam Api Ringan.
46
8.5.4
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan harus disimpan
sebagaimana dijelaskan dalam butir 8.3.2.
8.6
8.6.1
Prosedur uji serah terima, inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala
harus mengikuti SNI 03-6570-2001 atau edisi terakhir; Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap
Untuk Proteksi Kebakaran
8.6.2
Frekwensi inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala
menggunakan Tabel 3. Ikhtisar inspeksi, pengujian dan pemeriksaan pompa kebakaran.
harus
8.6.3
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan harus disimpan
sebagaimana dijelaskan dalam butir 8.3.2.
8.7
8.7.1
Prosedur uji serah terima, inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala
harus mengikuti SNI 03-1745-2000 atau edisi terakhir; Tata cara perencanaan dan pemasangan
sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan
gedung.
8.7.2
Frekwensi inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus
menggunakan Tabel 3. Ikhtisar inspeksi, pengujian dan pemeriksaan pompa kebakaran, Tabel 4.
Ikhtisar inspeksi, pengujian dan pemeriksaan sistem pipa tegak dan slang atau hidran bangunan,
Tabel 5. Hidran halaman, Tabel 6. Sistem pipa tegak dan slang kebakaran, dan Tabel 7. Ikhtisar
inspeksi, tes & pemeliharaan katup.
8.7.3
Frekwensi inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan tangki air / reservoir harus
menggunakan Tabel 9. Ikhtisar inspeksi, pengujian dan pemeliharaan tangki air / reservoir.
8.7.4
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan harus disimpan
sebagaimana dijelaskan dalam butir 8.3.2.
8.8
8.8.1
Prosedur uji serah terima, inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala
harus mengikuti SNI 03-3989- 2000 atau edisi terakhir; Tata cara perencanaan dan pemasangan
sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
8.8.2
Frekwensi inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus
menggunakan Tabel 3. Ikhtisar inspeksi, pengujian dan pemeriksaan pompa kebakaran, Tabel 8.
Ikhtisar inspeksi, tes & perawatan sistem springkler, dan Tabel 7. Ikhtisar inspeksi, tes &
pemeliharaan katup.
8.8.3
Frekwensi inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan tangki air / reservoir harus
menggunakan Tabel 9. Ikhtisar inspeksi, pengujian dan pemeliharaan tangki air / reservoir.
8.8.4
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan harus disimpan
sebagaimana dijelaskan dalam butir 8.3.2.
47
8.9
8.9.1
Sistem ini meliputi tangki air/ reservoir untuk air pemadam kebakaran, pemipaan dan
gantungan, katup, serta peralatan lainnya.
8.9.2
Frekwensi inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan tangki air / reservoir harus
menggunakan Tabel 9. Ikhtisar inspeksi, pengujian dan pemeliharaan tangki air / reservoir.
8.9.3
Frekwensi inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala katup harus
menggunakan Tabel 7. Ikhtisar inspeksi, tes & pemeliharaan katup.
8.9.4
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan harus disimpan
sebagaimana dijelaskan dalam butir 8.3.2.
8.10
Tabel-Tabel
Tabel 1-1 Frekwensi inspeksi visual sistem alarm kebakaran
No.
1.
2.
3.
4.
5.
48
Peralatan
Serah
terima ke
1/ dites
kembali
Bulanan
Kwartal
Setengah
Tahunan
tahunan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
No.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Peralatan
Peralatan komunikasi
suara/alarm darurat
Sambungan kabel fiber optik
Peralatan sekuriti / guard's
tour equipment
Alat memulai sinyal / initiating
devices:
a Pengambilan contoh
udara / air sampling
b Detektor dakting
c Alat pelepas jenis
elektromekanik
d Saklar sistem pemadam
kebakaran
e Kotak alarm
kebakaran/titik panggil
manual
f Detektor panas
g Detektor jenis energi
radiasi
h Detektor asap
i Alat sinyal supervisi
j Alarm aliran air
Peralatan interface
Panel annunciator
Prosedur khusus
Serah
terima ke
1/ dites
kembali
Bulanan
Kwartal
Setengah
Tahunan
tahunan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
49
2.
Peralatan
Peralatan notifikasi alarm
a a. Alat yang berbunyi
(audible)
b b. Speaker
c c. Alat yang tampak
(visible)
Batere sistem Fire Alarm:
a Jenis Lead-Acid
1
3.
4.
5.
50
Serah terima
ke 1/ dites
kembali
Bulanan Kwartal
Setengah
Tahunan
tahunan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Serah terima
No.
Peralatan
ke 1/ dites
kembali
f Transponder
X
Peralatan kontrol sistem FA yang tidak
6.
dimonitor untuk alarm, supervisi, sinyal
kesalahan
a
b
c
d
e
12.
13.
Fungsi
Pengaman lebur
Peralatan interface
Lampu dan LED
Pasokan daya
primer/utama
f Transponder
Sinyal kesalahan unit control
(trouble)
Peralatan komunikasi
suara/alarm darurat
Daya kabel fiber optik
Peralatan sekuriti / guard's tour
equipment
Alat memulai sinyal / initiating
devices:
a Pengambilan contoh udara
/ air sampling
b Detektor dakting
c Alat pelepas jenis
elektromekanik
d Saklar sistem pemadam
kebakaran
e Kotak alarm kebakaran/titik
panggil manual
f Detektor panas
g Detektor jenis energi radiasi
h Detektor asap
i Alat sinyal supervisi
j Alarm aliran air
Peralatan interface
Panel annunciator
14.
Prosedur khusus
7.
8.
9.
10.
11.
Bulanan Kwartal
Setengah
Tahunan
tahunan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
51
Jarak Waktu
Tes (Tahun)
5
5
5
5
5
5
5
12
12
12
12
52
RINCIAN
Rumah pompa, kisi ventilasi
Sistem Pompa Kebakaran
Ruang Pompa, Kisi-kisi Ventilasi
Operasi Pompa:
1) Kondisi Tidak Ada Aliran
2) Kondisi Aliran
Hidrolik
Transmisi Mekanik
Sistem Elektrikal
Panel Kontrol, Komponen-komponennya
Motor Listrik
Sistem Mesin Diesel, Macam-macam
Komponen
AKTIVITAS
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
FREKWENSI
Mingguan
Mingguan
Mingguan
Tes
Tes
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Mingguan
Tahunan
Tahunan
Tahunan
Tergantung Pabrik
Tergantung Pabrik
Tahunan
Pemeliharaan
Tergantung Pabrik
Tabel 4. Ikhtisar inspeksi, tes & perawatan sistem pipa tegak / hidran
KOMPONEN
AKTIVITAS
FREKWENSI
Inspeksi
Mingguan
Inspeksi
Bulanan
Inspeksi
Bulanan
Inspeksi
5 Tahun
Inspeksi
Mingguan
Inspeksi
3 bulan
Pemipaan/Piping
Inspeksi
3 bulan
Inspeksi
3 bulan
Inspeksi
1 tahun
10
Slang/Hose
Inspeksi
1 tahun
11
Inspeksi
1 tahun
12
Inspeksi
Bulanan
13
Tes
3 bulan
14
Nozel/Hose Nozzel
Tes
1 tahun
15
Tes
1 tahun
16
Slang/Hose
Tes
5 tahun
17
Tes
5 tahun
18
Tes
5 tahun
19
Tes
5 tahun
20
Perawatan
1 tahun
21
Perawatan
1 tahun
Sumber: NFPA 25, Inspection, Testing and Maintenance of Water-based Fire Protection
Systems, 2002 Ed.
53
1
2
3
4
5
6
7
TINDAKAN KOREKTIF
Buat supaya dapat diakses
Perbaiki atau ganti gasket, paking, atau
komponen seperlunya
Perbaiki atau ganti
Beri pelumas atau kencangkan seperlunya
Perbaiki atau ganti
Perbaiki atau ganti
Pastikan kunci hidran tersedia
Sumber: NFPA 25, Inspection, Testing and Maintenance of Water-based Fire Protection Systems,
2002 Ed.
54
TINDAKAN KOREKTIF
Ganti
Perbaiki
Ganti
Ganti
Tutup katup dan perbaiki
Pindahkan
Diberi pelumas atau perbaiki
Perbaiki
Perbaiki atau ganti
Perbaiki atau ganti
Perbaiki atau ganti
Lepaskan dan periksa slang, termasuk gasket,
dan pasang kembali pada rak atau penggulung
(reel)
c
d
5
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
Halangan/obstruksi
Pindahkan
Nozel tidak dapat lancar dioperasikan
Perbaiki atau ganti
Alat penyimpan slang (rak dan penggulung)
Sukar dioperasikan
Perbaiki atau ganti
Rusak
Perbaiki atau ganti
Halangan/obstruksi
Pindahkan
Slang disimpan / digulung secara salah
Disimpan / digulung kembali secara benar
Bila ditempatkan dalam kotak, apakah
rak akan berputar keluar sekurangPerbaiki atau pindahkan semua halangan
kurangnya 90 derajat?
Kotak slang
Periksa kondisi umum untuk bagian
Perbaiki atau ganti komponen; bila perlu, ganti
yang rusak atau berkarat
seluruh kotak slang
Pintu kotak tidak dapat dibuka penuh
Perbaiki atau pindahkan halangan
Kaca pintu retak atau pecah
Ganti
Bila jenis break glass, apakah kunci
Perbaiki atau ganti
berfungsi?
Tidak ada tanda identifikasi berisi alat
Pasang tanda identifikasi
pemadam kebakaran
Terhalang benda lain
Pindahkan
Semua katup, selang, nozel, alat
pemadam api ringan dan lain-lain dapat
Pindahkan semua benda yang tidak terkait
diakses dengan mudah
Sumber: NFPA 25, Inspection, Testing and Maintenance of Water-based Fire Protection Systems,
2002 Ed.
Tabel 7. Ikhtisar inspeksi, tes & pemeliharaan katup
ITEM
1
a
b
c
2
a
b
c
3
a
4
a
b
c
5
a
AKTIVITAS
Katup kontrol
Disegel
Digembok/dikunci
Saklar Anti Rusak (Tamper proof switch)
Katup alarm
Eksterior
Interior
Strainer, filter, orifice
Katup penahan balik (Check valve)
Interior
Katup Pra-Aksi/Banjir (Preaction/Deluge valve)
Eksterior
Interior
Strainer, filter, orifice
Katup pipa kering (Dry pipe valve)
Eksterior
FREKWENSI
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Mingguan
Bulanan
Bulanan
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Bulanan
5 Tahun
5 Tahun
Inspeksi
5 Tahun
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Bulanan
1 tahun / 5 Tahun
5 Tahun
Inspeksi
Bulanan
55
ITEM
b
c
6
a
b
c
7
a
b
c
8
a
b
c
9
a
b
c
10
a
b
c
d
11
a
b
c
d
e
f
g
h
AKTIVITAS
FREKWENSI
Interior
Inspeksi
1 tahun
Strainer, filter, orifice
Inspeksi
5 Tahun
Katup pengurang tekanan dan pengaman tekanan (Pressure Reducing and relief
valve)
Sistem sprinkler
Inspeksi
3 bulan
Sambungan slang
Inspeksi
3 bulan
Rak slang
Inspeksi
3 bulan
Pompa kebakaran: relief valve pada rumah (casing) pompa
Pressure relief valve
Inspeksi
Mingguan
Sambungan Pemadam Kebakaran
Inspeksi
3 bulan
Pembuangan utama (main drain)
Tes
1 tahun
Katup kontrol
Posisi
Tes
1 tahun
Operasi
Tes
1 tahun
Supervisi
Tes
6 bulan
Katup Pra-Aksi/Banjir (Preaction/Deluge valve)
Isi air (priming)
Tes
3 bulan
Alarm tekanan udara rendah
Tes
3 bulan
Aliran penuh
Tes
1 tahun
Katup pipa kering (Dry pipe valve)
Isi air (priming)
Tes
3 bulan
Alarm tekanan udara rendah
Tes
3 bulan
Uji aktivasi (trip test)
Tes
1 tahun
Uji aktivasi (trip test) aliran penuh
Tes
3 tahun
Katup pengurang tekanan dan pengaman tekanan (Pressure Reducing and relief
valve)
Sistem sprinkler
Tes
5 tahun
Pengaman tekanan sirkulasi (circulation
Tes
1 tahun
relief)
Katup pengaman tekanan (pressure relief
Tes
1 tahun
valve)
Sambungan slang
Tes
5 tahun
Rak slang
Tes
5 tahun
Katup kontrol
Pemeliharaan
1 tahun
Katup Pra-Aksi/Banjir (Preaction/Deluge
Pemeliharaan
1 tahun
valve)
Katup pipa kering (Dry pipe valve)
Pemeliharaan
1 tahun
Sumber: NFPA 25, Inspection, Testing and Maintenance of Water-based Fire Protection Systems,
2002 Ed.
56
KOMPONEN
Springkler/Sprinklers
Cadangan Springkler/Spare Sprinklers
Pemipaan & Sambungan/Pipe & Fittings
Katup-Katup/Valve Yang Di Segel
Katup-Katup/Valve Yang Di Gembok/Kunci
Saklar Anti Rusak/Tamper Switches Di Katup
Katup Alarm/Alarm Valve
Katup-Katup Penahan Balik/Check Valves
Katup Pembuang/Relief Valves Di Rumah
Pompa
Katup Pengatur Tekanan/Pressure
Regulating Valves
Sambungan Pemadam Kebakaran
Meteran (sistim pipa basah)/Gauges
Pembuangan Air/Main Drains
Katup-Katup Kendali/Control Valves Posisi
Katup-Katup Kendali/Control Valves
Operasi
Pengawasan & Supervisi/Control
Supervisory
Katup Pengatur Tekanan/Pressure
Regulating Valves
Pembuangan Sirkulasi/ Circulation Relief
Katup Pengaman / Pressure Relief Valve
Springkler Temp. Extra Tinggi/Sprinklers
Extra High Temp.
Springkler Fast Response/Sprinklers Fast
Response
22 Springkler
23 Alat Ukur (sistim pipa basah)/Gauges
24 Semua Katup /All Valves
AKTIVITAS
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
FREKWENSI
1 tahun
1 tahun
1 tahun
Mingguan
Bulanan
Bulanan
Bulanan
5 Tahun
Inspeksi
Mingguan
Inspeksi
3 bulan
Inspeksi
Inspeksi
Tes
Tes
Bulanan
Bulanan
3 bulan
3 bulan
Tes
6 bulan
Tes
3 bulan
Tes
1 tahun
Tes
Tes
1 tahun
1 tahun
Tes
5 Tahun
Sumber: NFPA 25, Inspection, Testing and Maintenance of Water-based Fire Protection Systems, 2002 Ed.
57
ITEM
Kondisi air di dalam tangki
Katup kontrol
Tinggi air
Eksterior
Stuktur penopang
Tangga dan platform
Daerah sekeliling
Permukaan yang dicat/dilapisi
Sambungan ekspansi (expantion
joint)
Interior
Katup penahan balik (check valve)
Alarm tinggi air
Indikator tinggi air
Pembuangan endapan
Katup kontrol
Katup penahan balik (check valve)
AKTIVITAS
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
Inspeksi
FREKWENSI
1 bulan
Mingguan/bulanan (Tabel 5)
Bulanan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
1 tahun
Inspeksi
1 tahun
Inspeksi
Inspeksi
Tes
Tes
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Pemeliharaan
3 tahun/5 tahun
5 tahun
6 bulan
5 tahun
6 bulan
Tabel 5
Tabel 5
Sumber: NFPA 25, Inspection, Testing and Maintenance of Water-based Fire Protection Systems, 2002 Ed
58
Umum
9.1.1. Bangunan rumah sakit harus mempunyai Manajemen Pengamanan Kebakaran (MPK)
yang dipimpin oleh seorang manajer keselamatan kebakaran, sesuai dengan UU No 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung, PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dan Perda DKI Jakarta No. 8 Tahun 2008 Tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
9.1.2. Tugas MPK adalah membuat Rencana Keselamatan Kebakaran (Fire Safety Plan),
Rencana Tindak Darurat Kebakaran (Fire Emergency Plan), dan Pelatihan Evakuasi & Relokasi
serta Pelatiham Kebakaran (Fire Drill), serta pembuatan prosedur operasional standar (POS)
terkait.
9.1.3. Administratif setiap hunian layanan kesehatan harus memberlakukan, menyediakan, dan
memberikan salinan tertulis dari rencana pada butir 9.1.2. ke semua personil supervisi, untuk
proteksi semua orang pada saat terjadi kebakaran, untuk evakuasi mereka ke daerah berhimpun
yang aman (areas of refuge), dan evakuasi mereka ke luar bangunan bila diperlukan.
9.1.4. Semua karyawan harus diberi instruksi dan diberi tahu secara berkala terhadap tugastugas di bawah rencana persyaratan pada butir 9.1.2.
9.1.5. Sebuah salinan dari rencana yang dipersyaratkan pada butir 9.1.2. harus tersedia setiap
saat di lokasi operator telepon atau di pusat keamanan/ sekuriti.
9.2
9.2.1. Rencana Keselamatan Kebakaran (Fire Safety Plan) adalah sebuah rencana tertulis yang
meliputi antara lain :
(1)
Penggunaan alarm
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Pemadaman kebakaran
9.3
9.3.1.
Rencana Tindak Darurat Kebakaran (Fire Emergency Plan) meliputi antara lain :
(1)
Proteksi pasien
(a)
59
(2)
(b)
(c)
(d)
Respon Petugas
(a)
Semua petugas rumah sakit harus diberi instruksi dalam penggunaan dan respon
alarm kebakaran.
(b)
Semua petugas rumah sakit harus diberi instruksi dalam penggunaan kata sandi untuk
menjamin transmisi sebuah alam di bawah kondisi berikut :
(c)
9.4
1)
2)
Selama terjadi kerusakan pada sistem alarm kebakaran bangunan rumah sakit.
Personil yang mendengar kata sandi yang diumumkan harus pertama mengaktifkan
alarm kebakaran bangunan rumah sakit dengan menggunakan kotak manual alarm
kebakaran terdekat dan kemudian harus melaksanakan tugas-tugas mereka seperti
yang ditulis di dalam Rencana Keselamatan Kebakaran bangunan rumah sakit.
9.4.1. Pelatihan kebakaran di rumah sakit harus termasuk transmisi sinyal alarm kebakaran dan
simulasi kondisi darurat kebakaran.
9.4.2. Pasien yang tidak dapat bangkit dari tempat tidur tidak dipersyaratkan untuk dipindahkan
selama pelatihan ke lokasi yang aman atau ke luar bangunan.
9.4.3. Pelatihan harus dilakukan setiap kwartal pada setiap giliran/ shift kerja untuk
membiasakan petugas (perawat, intern, teknisi pemeliharaan, dan staf administrasi) dengan sinyal
dan tindakan darurat yang diperlukan di bawah berbagai kondisi.
9.4.4. Apabila pelatihan dilakukan antara jam 9:00 malam dan 6:00 pagi, sebuah pengumuman
yang tersandi harus diperkenankan untuk digunakan daripada alarm bunyi.
9.4.4. Karyawan rumah sakit harus diberi instruksi dalam prosedur dan peralatan keselamatan
kebakaran.
9.5
9.5.1. Sekurang-kurangnya satu kali setiap tahun, atau apabila terdapat renovasi, pengalihan
fungsi ruangan atau lantai, atau konstruksi bangunan baru, MPK harus melakukan evaluasi
keselamatan kebakaran.
9.5.2. Audit/ evaluasi/ asesmen keselamatan kebakaran harus menggunakan FSES (Fire Safety
Evaluation System) sesuai dengan NFPA 101A, Guide on Alternative Approaches to Life Safety,
untuk bangunan rumah sakit
60
BAB X : PENUTUP.
(1)
Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola rumah
sakit, penyedia jasa konstruksi, Dinas Kesehatan Daerah, dan instansi yang terkait dengan
pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan rumah sakit dalam prasarana
sistem proteksi kebakaran aktig, guna menjamin keselamatan dan keamanan rumah sakit
dan lingkungannya.
(2)
Ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik atau yang bersifat alternatif serta penyesuaian
pedoman teknis prasarana sistem proteksi kebakaran aktif oleh masing-masing daerah
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
(3)
61