Anda di halaman 1dari 135

1 Edisi ke-29 Tahun 2010

001
Teguh Triwiyanto dan Ahmad Yusuf Sobri. 2009. Profil Pelaksanaan Jaringan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Studi Kasus SMA Negeri 7 Kota Malang
Kata-kata kunci: jaringan kurikulum, pengembangan kurikulum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Jaringan


KTSP di SMA Negeri 7 Kota Malang, ditinjau dari (1) mengetahui ruang lingkup jaringan
KTSP; (2) mengetahui pelaksanaan jaringan KTSP; dan (3) mengetahui program kerja
jaringan KTSP. Penelitian ini menerapkan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif
digunakan untuk memaknai secara verbal temuan-temuan penelitian sesuai dengan kualitas
data penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat aktifitas-aktifitas yang tidak jauh dari
ruang lingkup kerja Tim Jaringan Kurikulum, walaupun secara formal di Kota Malang belum
terbentuk. Tim Jaringan Kurikulum di Kota Malang sampai saat ini memang belum ada,
temuan penelitian menunjukkan bahwa secara embrio terdapat pola-pola jaringan kurikulum,
tapi tidak terkoordinasi; (2) Kecuali dinas pendidikan dan dewan kota yang relatif mau
menampung informasi dari sekolah, institusi lain tidak melakukan (Bappeda, PPPG,
perguruan tinggi, MKKS/M, MGMP, KKG, dan organisasi profesi). Komite sekolah relatif baik
dalam kedudukan-nya sebagai mitra sekolah dalam pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, mengidentifikasi kebutuhan lokal, mengidentifikasi keunggulan lokal,
mengakomodasi kebutuhan untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan; dan
mengakomodasi keunggulan lokal untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan; dan (3) Jaringan KTSP yang belum terbentuk tentu saja tidak terdapat program
kerja jaringan. Walaupun sebenarnya aktifitas banyak dilakukan, tetapi bukan dalam konteks
kerja-kerja jaringan, melainkan kerja masing-masing sekolah.
002
Arbin Janu Setiyowati dan Hariyadi Kusuma. 2009. Pengembangan Profil Prodi Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Bentuk Compact Disk Interaktif sebagai Sarana
Evaluasi Diri dan Promisi
Kata-kata kunci: pengembangan, bimbingan dan konseling, compact disk interaktif, evaluasi diri

Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan Profil Prodi Bimbingan dan Konseling (BK) dalam bentuk CD Interaktif, supaya bisa digunakan sebagai sarana evaluasi diri
dan promosi bagi program studi BK Jurusan BKP FIP Universitas Negeri Malang. Program
studi BK berdiri tidak lepas dari sejarah berdirinya jurusan bimbingan konseling dan
psikologi yang berdiri sejak tahun 1964. Prodi BK saat ini mengelola program pendidikan
pada jenjang S1, S2 dan S3.
Metode yang digunakan dalam pengembangan profil ini adalah metode penelitian
pengembangan. Dalam proses pengumpulan bahan untuk mengembangkan profil menggunakan teknik dokumentasi dan observasi.Profil Prodi BK yang dikembangkan dalam bentuk CD interaktif dikembangkan dengan melibatkan uji ahli dan calon pengguna. Uji ahli menilai kesesuaian isi profil dan kemenarikan profil yang dikembangkan, sedangkan calon
pengguna menilai kemenarikan profil dilihat dari sisi pengguna.
Berdasar hasil pengembangan, Profil Prodi BK yang dikembangkan dalam bentuk
CD interaktif sudah sesuai dengan keadaan riil Prodi BK Jurusan BKP FIP UM dan dari segi
tampilan dan isi sudah memenuhi syarat kemenarikan.

2 Abstrak Hasil Penelitian

003
Rosyidah, Sri Prameswari Indriwardhani, dan Iwa Sobara. 2009. Pembelajaran Model
Circuit Training Untuk Meningkatkan Kompetensi Gramatikal-Leksikal Bahasa
Jerman Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman FS UM
Kata-kata kunci: metode pembelajaran kooperatif, model circuit training

Perkuliahan Structure und Wortschatz (SW) bertujuan agar para mahasiswa menguasai tata bahasa dan kosakata bahasa Jerman tingkat dasar dan mampu menggunakannya. Untuk itu mahasiswa dituntut untuk dapat menguasai konsep-konsep/aturan-aturan
bahasa, menguasai sejumlah kosakata, dan mampu menggunakan kedua hal tersebut
dengan benar. Matakuliah ini dianggap sulit oleh mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang tidak
lulus matakuliah ini setiap tahun cukup banyak, dengan angka tertinggi mencapai 34% pada
tahun 2005/2006, Selain itu, sebagian besar mahasiswa dari tahun ke tahun pasif dan cenderung menerima saja apa yang disampaikan oleh dosen. Metode ceramah dan pemberian
tugas kurang bisa mengembangkan potensi, kompetensi, dan critical thinking mahasiswa
dan mahasiswa tidak berusaha mencari tambahan informasi atau pengetahuan dari sumbersumber lain.
Permasalahan perkuliahan SW perlu ditangani secepatnya.dengan melakukan inovasi pembelajaran melalui sebuah penelitian tindakan kelas.. Untuk itu, digunakan metode
kooperatif model circuit training dalam kelas SW1 untuk Off AA tahun 2009 dengan tujuan
untuk mendeskripsikan proses dan hasil tindakan peningkatan kompetensi gramatikal dan
leksikal bahasa Jerman mahasiswa JSJ FS UM. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan kategori penelitian tindakan kelas dengan prosedur tindakan: perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, evaluasi tindakan, dan refleksi tindakan.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Pada siklus 1 mahasiswa belajar empat
materi, yaitu Grundverben, Modalverben, trennbare Verben, dan Tempora, sedangkan pada
siklus 2 mereka belajar Imperativ, reflexive Verben, Passiv, dan Infinitiv mit zu. Proses belajar terdiri dari empat fase utama, yaitu motivasi, berkeliling, presentasi, dan latihan. Pada
tahap motivasi, mahasiswa dibagi dalam empat kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dan
kemudian memilih satu materi untuk dibahas dalam kelompoknya. Pada fase kedua, 3-4
orang anggota kelompok berkeliling, berkunjung ke kelompok lain untuk belajar materi baru.
Setelah selesai, mahasiswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mensosialisasikan hasil belajar di luar kelompok. Pada fase ketiga, setiap kelompok mempresentasikan
hasil belajar tentang keempat materi di depan kelas. Dan fase keempat adalah fase latihan
sebagai upaya pendalaman dan pengayaan materi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% mahasiswa dapat mempresentasikan hasil
belajarnya dengan benar dan mahasiswa berhasil mencapai nilai rata-rata kompetensi
minimal, yaitu nilai 71 (B) setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 2. Berdasarkan hasil
penelitian, disarankan agar perancangan tindakan sejenis dapat dilakukan pada matakuliahmatakuliah lain yang selama ini dianggap membosankan oleh mahasiswa. Selain itu, untuk
mencapai indikator keberhasilan secara utuh dan bahkan melampauinya seyogyanya
penelitian ini dituntaskan.
004
Aning Wida Yanti, Mahmuddin Yunus, dan Dahliatul Hasanah. 2009. Perancangan Multimedia Interaktif Matematika Bilingual untuk Siswa SMP Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional
Kata-kata kunci: multimedia interaktif, Matematika bilingual, sekolah bertaraf internasional

Banyaknya istilah-istilah matematika dalam bahasa Indonesia maupun Inggris dalam


pelajaran matematika, terkadang membuat siswa kesulitan dalam mempelajari matematika.
Untuk membantu siswa dalam mempelajari matematika, maka perlu dibuat suatu perangkat

3 Edisi ke-29 Tahun 2010

lunak komputer (software) melalui pembelajaran berbasis komputer dalam bentuk multimedia interaktif untuk pelajaran matematika. Komputer mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan buku, misalnya menampilkan materi secara multimedia dan interaktif.
005
Mahmuddin Yunus dan Mohamad Yasin. 2009. Perancangan dan Pengembangan Sistem
Informasi Data Base EWMP Dosen Universitas Negeri Malang Berbasis WEB
Kata-kata kunci: EWMP, database, sistem informasi

Beban tugas tenaga pengajar perguruan tinggi negeri dinyatakan dengan Ekivalensi
Waktu Mengajar Penuh (EWMP). Selama ini pengolahan data EWMP Dosen di Universitas
Negeri Malang masih bersifat konvensional. Setiap semester Dosen wajib mengisi form isian
data EWMP untuk diserahkan ke Bagian Admistrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK).
Kendala yang dihadapi selama ini adalah: (1) Data yang diserahkan ke BAAK sering terlambat, karena banyak Dosen yang tidak menyerahkan form isian data EWMP tepat pada
waktunya; (2) Sering terjadi duplikasi data; dan (3) Data belum terintegrasi dengan jurusan
dan fakultas, sehingga masing-masing jurusan dan fakultas membutuhkan waktu yang
cukup lama jika menginginkan data tersebut terutama saat menyusun laporan borang akreditasi program studi. Agar dapat meningkatkan layanan sistem informasi perguruan tinggi
khususnya pengolahan data EWMP, maka diperlukan software sistem informasi berbasis
komputer. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan layanan kepegawaian khususnya
pegawai yang berstatus dosen dengan cara penerapan sistem informasi database EWMP
Dosen. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Merancang sistem informasi database EWMP
Dosen yang bisa diimplementasikan ke komputer; (2) Merancang algoritma sistem informasi
database EWMP Dosen yang optimal; dan (3) Mengimplementasikan algoritma sistem
informasi database EWMP Dosen ke komputer agar bisa untuk meningkatkan layanan
database EWMP Dosen.
Metode penelitian untuk merancang dan mengembangkan sistem informasi database
EWMP Dosen berbasis web adalah sebagai berikut: (1) Peneliti mencari informasi tentang
sistem EWMP Dosen, masalah yang sering dihadapi, dan harapan sistem administrasi; (2)
Peneliti menyusun rencana sistem informasi yang bisa diimplementasikan ke komputer; (3)
Peneliti merancang software sistem informasi database EWMP Dosen yang optimal; (4)
Implementasi software sistem informasi database EWMP Dosen ke komputer; (5) Peneliti
melakukan ujicoba data dan evaluasi; (6) Atas dasar ujicoba dan evaluasi, peneliti
melakukan modifikasi software sebelum dilanjutkan untuk finishing; dan (7) Memasang
software untuk disosialisasikan.
Berdasarkan hasil uji coba sistem informasi pengolahan database EWMP di Jurusan
Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang, diperoleh kesimpulan bahwa sistem
ini dapat membantu lembaga untuk mengelola data Dosen, yang meliputi data: (a)
Pendidikan; (b) Penelitian dan pengembangan ilmu; (c) Pengabdian pada masyarakat; (d)
Pembinaan civitas akademika; dan (e) Administrasi dan manajemen.
006
Hartatiek dan Chusnana Insyaf Yogihati. 2009. Pengembangan Paket Tutorial Termodinamika Berbasis Penyelesaian Eksplisit untuk Meningkatkan Kemampuan
Problem-Solving Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA-UM
Kata-kata kunci: paket tutorial, problem-solving, termodinamika

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan paket tutorial termodinamika sebagai


upaya untuk meningkatkan kemampuan problem-solving mahasiswa. Paket tutorial yang
dikembangkan digunakan sebagai bahan pendamping responsi, diharapkan dapat dipelajari
secara mandiri. Paket tutorial yang dikembangkan memuat: tujuan pembelajaran, uraian
materi singkat, ringkasan, contoh-contoh soal berbasis penyelesaian ekspisit, dan soal-soal
latihan/tugas.

4 Abstrak Hasil Penelitian

Untuk mengembangkan paket tutorial ini digunakan rancangan penelitian dan


pengembangan (R&D) yang terdiri tiga tahap: (1) studi pendahuluan; (2) pengembangan
produk; dan (3) validasi produk. Untuk mengembangkan produk dilakukan tiga tahap:
penulisan draft produk, judgment dengan dua pakar terkait untuk memvalidasi segi isi dan
bahasa serta judgment dengan mahasiswa melalui angket, dan ujicoba. Hasil judgment dan
ujicoba digunakan sebagai acuan untuk revisi dan penyempurnaan.
Untuk memvalidasi produk dilakukan penelitian dengan rancangan pretest-posttest
control group design. Kelompok eksperimen sebanyak 42 mahasiswa sedangkan kelompok
kontrol sebanyak 36 mahasiswa. Hasil pretest kelompok eksperimen memperoleh skor ratarata 37,2 sedangkan kelompok kontrol 37,5. Hasil uji-t (=0,05; db=76) menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan artinya kemampuan awal kedua kelompok sama. Setelah
perlakuan, hasil posttest kelompok eksperimen memperoleh skor rata-rata 79,6 sedangkan
kelompok kontrol 65,9. Hasil uji-t (=0,05; db=76) menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan artinya setelah perlakuan kemampuan problem-solving kedua kelompok berbeda.
Kelompok eksperimen memperoleh peningkatan 42,1% atau gain rata-rata 0,7 artinya
mengalami peningkatan dalam klasifikasi medium. Kelompok kontrol mengalami peningkatan 28,7% atau gain rata-rata 0,5 artinya mengalami peningkatan dalam klasifikasi medium.
Peningkatan yang lebih besar pada kelompok eksperimen disebabkan mahasiswa telah
berlatih untuk menyelesaikan soal-soal pada paket tutorial serta memahami contoh-contoh
soal berbasis penyelesaian eksplisit.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa paket tutorial yang dikembangkan layak digunakan oleh mahasiswa untuk belajar mandiri sebagai pendamping
responsi. Paket tutorial yang dikembangkan berdampak positif pada peningkatan kemampuan problem-solving mahasiswa.
007
Siti Imroatul Maslikah, dan Balqis. 2009. Pengaruh Ekstrak Bawang Lanang (Allium
Sativum L.) Tengger terhadap Penurunan Glukosa Darah Mencit (Mus
Musculus) GALUR Balb/c (Studi Awal Pengobatan Alternatif Diabetes Mellitus)
Kata-kata kunci: ekstrak bawang lanang Tengger, glukosa darah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian ekstrak bawang lanang (Allium
Sativum L.) terhadap penurunan glukosa darah mencit (Mus musculus) galur Balb/c.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah mencit kontrol negatif (tanpa perlakuan), mencit kontrol positif (diabetes tanpa
pemberian ekstrak bawang lanang) dan mencit diabetes yang diberi ekstrak bawang lanang
dengan 3 dosis yang berbeda yaitu 0,88 mg/bb, 1,76 mg/bb, dan 3,52 mg/bb. Kadar glukosa
darah sesudah perlakuan diukur pada hari ke-4, 30, dan 60 setelah perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dosis 3,52 mg/bb mempunyai nilai yang paling optimal dalam
menurunkan kadar glukosa darah sebesar 69,8%.
008
Aripriharta, Slamet Wibawanto, dan Puger Honggowiyono. 2009. Evaluasi Harmonisa pada
Point of Common Coupling (PCC) dengan Metode Pendekatan Toolbox PSIM
Kata-kata kunci: harmonisa, GTT, PSIM toolbox

Harmonisa merupakan salah satu permasalahan dalam bidang kualitas daya (power
quality biasa disingkat PQ) dan penghematan energi (energy saving) pada penyaluran daya
listrik. Harmonisa dapat terjadi pada tegangan listrik maupun arus listrik.Pada penelitian ini
akan dikembangkan metode evaluasi harmonisa menggunakan pendekatan Toolbox. Pada
penelitian ini digunakan perangkat lunak PSIM karena keunggunalnnya terutama pada kecepatan eksekusi dan render jika dibandingkan dengan jenis perangkat lunak yang lainnya.

5 Edisi ke-29 Tahun 2010

Kasus yang dipelajari dalam penelitian ini adalah distribusi tegangan rendah 380/220 V,
seprti yang ada pada GTT 20 kV/ 380/220 V 50 Hz di Universitas Negeri Malang (UM).
Hasil evaluasi model dengan pendekatan PSIM toolbox, mampu menganalisis
harmonic sampai dengan orde 17. Kapabilitas ini termasuk dalam kategori melebihi satandar
minimal dari yang diharuskan, yakni sampai harmonik orde ke-11. Metode ini sangat efektif
digunakan untuk analisis dan simulasi tanpa harus melakukan pengukuran terhadap situs
yang diteliti. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tingkat harmonisa pada gedung G2 adalah
yang cukup tinggi. Ini terjadi akibat banyaknya jumlah beban tak linier yang dioperasikan
selama beban puncak, yakni saat efektif perkuliahan yang menggunakan laborarorium.
Harmonisa ini juga ditunjukkan dengan adanya arus bocor pada kawat netral yang nilainya
cukup tinggi. Meskipun model dengan pendekatan PSIM toolbox bekerja dengan baik, untuk
mendapatkan data hasil simulasi diperlukan waktu render yang lebih panjang. Ini sangat
tergantung dari spesifikasi komputer yang digunakan. Semakin baik spesifikasi komputer
yang digunakan, proses kalkulasi data dalam simulasi dengan toolbox PSIM akan semakin
cepat, demikian sebaliknya. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan memantau seluruh
beban tersambung ke GTT G6 UM agar diperoleh hasil yang lebih akurat sebagai pertimbangan untuk mitigasi harmonisa.
009
Anik Nur Handayani, Dyah Lestari, dan Yuni Rahmawati. 2009. Perancangan dan Simulasi
Digital Down Counter (Penghitung Waktu Mundur Digital) Menggunakan
Teknologi Rangkaian Terpadu Metal Oxyde Semiconductor
Kata-kata kunci: Mikroelektronika, Digital Down Counter, Layout, Simulasi

Kemampuan menguasai teknologi tinggi adalah merupakan syarat mutlak bagi suatu
negara untuk memasuki negara industri baru. Salah satu bidang teknologi tinggi yang
sangat mempengaruhi peradaban manusia diabad ini adalah teknologi semikonduktor dan
mikroelektronika. Dari segi hardware adalah bagaimana membuat transistor sebagai
komponen aktif terkecil menjadi semakin kecil dan berkecepatan tinggi. Dari segi software
adalah bagaimana mendesain rangkaian terpadu (integrated circuit) yang makin kompleks
menjadi semakin ramping dan kompak. Salah satu perkembangan tenologi digital adalah
pewaktu mundur digital (Digital Down Counter). Dari hasil perancangan secara blok diagram
rangkaian Digital Down Counter yang terdiri dari D flip-flop dan full adder, hasil simulasi
dengan tools DSCH yang berbentuk timing diagram menunjukkan presentase keberhasilan
simulasi 100%. Sistem Digital Down Counter bekerja saat clock ON dan reset ON, sistem
mulai mengcounter dari F sampai dengan 0.Dengan menggunakan ukuran MOS Width P
0,720; Length P 0,120; Width N 0,240; Length N 0,120 (mikrometer) sistem dapat bekerja
sesuai dengan yang direncanakan dengan presentase keberhasilan simulasi 100%. Sehingga sistem berdimensi kecil tetapi mempunyai unjuk kerja yang baik. Pengimplmentasian
sistem dalam bentuk layout tingkat keberhasilan simulasi 100%. Hal ini dapat dilihat dari
timing diagram Sistem Digital Down Counter bekerja saat clock ON dan reset ON., sistem
mulai mengcounter dari F sampai dengan 0.
010
Arif Nur Afandi dan Sujito. 2009. Efek Branch Addition Pada Stabilitas Listrik di Malang
Kata-kata kunci: branch addition, beban, stabilitas, tegangan

Injeksi daya sangat berpengaruh pada kondisi rugi daya yang terjadi pada setiap
saluran, sehingga secara operasional peranan dan kontinyuitas pembangkit listrik sangat
penting untuk diperhatikan saat terjadi manuver branch addition. Branch addition akan
mempengaruhi performasi suatu sistem tenaga listrik, dan hal ini sangat berdampak pada
kondisi pembangkit dan beban yang ada. Selanjutnya penyaluran daya listrik harus
memberikan jaminan kwalitas yang baik dan stabilitas yang tinggi. Dengan metode load flow
Newtom Raphson kondisi awal sistem pra Branch Addition dapat diketuhui secara rinci

6 Abstrak Hasil Penelitian

meggunakan EDSA. Selanjutnya manuver branch addition yang disimulasikan pada sistem
interkoneksi di Malang Raya memberikan pengaruh pada kondisi stabilitas tegangan dan
waktu pencapaian posisi stabil yang bervariasi bagi masing-masing pusat beban.
011
Sokhibul Ansor, Setiawan, AA Kosasih. 2009. Kontribusi Jurnal Terbitan Universitas
Negeri Malang sebagai Media Komunikasi Ilmiah dalam Menumbuhkan Penggunaan Literatur Primer di Kalangan Mahasiswa Strata-1 dan Strata-2
Universitas Negeri Malang
Kata-kata kunci: jurnal UM, media komunikasi, literatur primer

Penelitian dengan judul Kontribusi Jurnal Terbitan Universitas Negeri Malang


Sebagai Media Komunikasi Ilmiah Dalam Menumbuhkan Penggunaan Literatur Primer Bagi
Mahasiswa Strata-1 an Strata-2 Universitas Negeri Malang ini membahas tentang kontribusi
jurnal terbitan Universitas Negeri Malang (UM) sebagai media komunikasi ilmiah dalam
menumbuhkan penggunaan literatur primer di kalangan mahasiswa starta1dan strata2
Universitas Negeri Malang.
Teori yang digunakan untuk menggambarkan mekanisme hubungan konsep tersebut
adalah Model Use and Gratification yang menitikberatkan pada bagaimana media dalam hal
ini Jurnal Terbitan Universitas Negeri Malang, memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui inensitas penerbitan jurnal
yang diterbitkan Universitas Negeri Malang dapat menumbuhkan permintaan akan literatur
primer dan untuk mengetahui bentuk penyajian dan tingkat kualitas isi jurnal dapat menarik
minat pengguna perpustakaan untuk menggunakan atau meminta literatur primer.
Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Dalam
penelitian ini, alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah. observasi, wawancara,
dan penyebaran angket. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengunjung
bagian Serial dan Informasi Terseleksi di Perpustakaan Universitas Negeri Malang yang
berjumlah 30 orang dengan rincian 18 orang mahasiswa strata 1 dan 12 orang untuk
mahasiswa strata 2.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pada dasarnya Jurnal Terbitan
Universitas Negeri Malang telah memberikan kontribusinya kepada pemakai terhadap
tingkat permintaan literatur primer walaupun frekuensi penerbitan Jurnal Terbitan Universitas
Negeri Malang belum secara sempurna dan kala terbitnya yang kadang-kadang atau
bahkan tidak teratur. Sedangkan saran yang disampaikan adalah supaya diadakan komunikasi antara pemakai dengan Seksi Dokumentasi dari Jurnal terbitan Universitas Negeri
Malang mengenai jenis-jenis literatur primer (indeks artikel) dan adanya sosialisasi dari
Universitas Negeri Malang tentang jurnal yang diterbitkan serta adanya peningkatan status
akreditasi dari jurnal yang telah diterbitkan, karena dengan sosialisasi dan akreditasi ini
menjamin kualitas dari Jurnal terbitan Universitas Negeri Malang, sehingga kebutuhan
pemakai akan permintaan literatur semakin tinggi.
012
Kariyoto, Zulkarnain, dan Budiharto. 2009. Implementasi Kegiatan Humas Dalam
Mensosialisasikan Kebijakan Perguruan Tinggi Badan Layanan Umum (BLU)
Kata-kata kunci: humas, kebijakan perguruan tinggi, Badan Layanan Umum BLU)

Sebuah perguruan tinggi walaupun telah memiliki citra yang baik harus tetap terus
membangun citra positif agar perguruan tinggi tersebut tetap bertahan dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat. Lebih-lebih adanya kebijakan baru Perguruan Tinggi
Layanan Umum (PT BLU) yang memang relatif belum dikenal oleh masyarakat umum.
Begitu pula Universitas Negeri Malang (UM) yang telah berubah menjadi Perguruan Tinggi

7 Edisi ke-29 Tahun 2010

Badan Layanan Umum dengan kebijakan baru sangat perlu disosialisasikan kepada
masyarakat Indonesia bahkan di dunia internasional agar UM semakin di kenal sebagai
perguruan tinggi Negeri yang berkualitas tinggi dan benar-benar melalayani masyarakat.
Untuk itu sosialisasi kebijakan PT BLU dilakukan oleh Universitas Negeri Malang (UM)
dengan humas sebagai ujung tombaknya. Walaupun humas sebagai ujung tombak, namun
kerjasama dari civitas akademika juga diperlukan dalam mensosialisasikan kebijakan baru
UM. Dalam melaksanakan sosialisasi kebijakan PT BLU, Humas Universitas Negeri menggunakan proses komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai bagaimana peranan Humas Universitas Negeri Malang
(UM) dalam mensosialisasikan kebijakan universitas. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif-kualitatif yang memaparkan tentang kegiatan-kegiatan Humas Universitas Negeri
Malang dalam mensosialisasikan kebijakan dan juga saluran komunikasi yang digunakan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumen. Media
informasi dipilih berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu memilih media informasi yang
dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk dijadikan media penyebaran informasi kebijakan
Universitas Negeri Malang (UM) sesuai dengan topik penelitian. Media informasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Tokoh mahasiswa Majelis Permusyawaratan
Mahasiswa (MPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Media Pers Kota Malang.
Sedangkan teknik analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari tiga tahap,
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa Humas Universitas Negeri Malang (UM) memiliki peran penting dalam
mensosialisasikan kebijakan Universitas karena Humas Universitas Negeri Malang berkedudukan sebagai lembaga fungsional berperan sangat penting dan strategis dalam hal
sosialisasi kebijakan universitas. Peran penting humas terletak pada bagaimana humas
diberdayakan secara maksimal menjadi jembatan penghubung antara Universitas Negeri
Malang dengan publiknya dalam mencapai tujuan organisasi.
013
Sujadi, Titi Mutiara K. 2009. Pengaruh Gambar pada Katalog Peralatan terhadap
Efisiensi Pelayanan di Laboratorium Tata Boga Jurusan Teknologi Industri
Kata-kata kunci: managemen laboratorium, efisiensi layanan, katalog

Manajemen laboratorium adalah usaha untuk mengelola laboratorium berdasar


konsep manajemen baku. Bagaimana laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat
ditentukan oleh beberapa faktor yang berkaitan satu dengan yang lain. Peralatan yang
memadai kalau tidak dapat dikatakan canggih, staf profesional yang terampil belum tentu
dapat beroperasi dengan baik jika tidak didukung oleh manajemen yang baik.
Bagi perguruan tinggi yang bermutu laboratorium menjadi bagian yang dikedepankan, karena laboratoriumlah yang menghasilkan karya-karya ilmiah yang membanggakan,
yang tak dapat dihasilkan oleh institusi lainnya. Di dalam laboratorium terdapat kegiatan
yang melibatkan dosen, mahasiswa, teknisi/laboran, peralatan dan bahan praktikum. Pada
Jurusan Teknologi Industri terdapat mata kuliah yang sebagian besar menggunakan
laboratorium untuk melakukan kegiatan perkuliahan yang bersifat praktikum maupun
kegiatan penelitian bagi mahasiswa dan dosen. Sesuai dengan buku pedoman pendidikan,
laboratoriun mempunyai tugas pokok mengembangkan kegiatan dalam cabang ilmu, teknologi, dan seni sesuai dengan jurusannya. Dalam pelayanan mahasiswa di laboraturium Tata
Boga terdapat kesulitan dalam menentukan spesifikasi yang diinginkan mahasiswa karena
terdapat banyak peralatan dengan nama yang sama tetapi berbeda spesifikasi (bentuk dan
ukuran dari peralatan tersebut). Bentuk dan spesifikasi yang beragam menyebabkan
kesulitan didalam pelayanan peminjaman peralatan, ini menyebabkan pelayanan menjadi
lama, perbedaan persepsi antara kemauan mahasiswa dengan apa yang diberikan laboran
sering tidak sesuai. Untuk itu dibutuhkan sarana yang tepat sebagai media agar kemauan
dan pelayanan menjadi sesuai.

8 Abstrak Hasil Penelitian

Katalog peralatan yang dihasilkan dalam penelitian ini dirasa dapat mengatasi masalah peminjaman peralatan. Dipilihnya katalog karena katalog merupakan daftar informasi
pustaka atau dokumen yang ada di perpustakaan,toko buku, penerbit tertentu maupun
daftar barang dari dalam satu tempat tertentu dimana sebagai pusat informasi. Daftar tersebut bisa berbentuk kartu, lembaran, buku atau bentuk lain, yang memuat informasi
mengenai pustaka atau kepustakaan yang terdapat perpustakaan atau unit informasi.
014
Subandi, Bachtiar Fauzi. 2009. Optimasi Penggunaan Asam Adipat sebagai Catcher
Formaldehida pada Kayu Lapis (Plywood) Sengon
Kata-kata kunci: catcher, formaldehida, plywood, asam adipat

Perekat urea-formaldehida adalah salah satu jenis perekat yang digunakan dalam
industri kayu lapis. Perekat ini memiliki kelebihan karena harganya yang relatif murah,
mempunyai daya rekat yang baik, dan memenuhi standart sebagai perekat kayu lapis untuk
kebutuhan ekspor, akan tetapi penggunaan perekat urea-formaldehida dapat membebaskan
sejumlah formaldehida yang membahayakan lingkungan sekitar terutama manusia. Untuk
mengurangi emisi formaldehida di atas, digunakan senyawa-senyawa kimia yang disebut
catcher. Salah satu catcher yang sering digunakan adalah catcher impor (Darmushu) yang
harganya relatif mahal.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimasi penggunaan
catcher dari asam adipat sebagai pengganti catcher impor.
Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan di laboratorium PT. PAI
Probolinggo. Penambahan catcher dilakukan dengan metode pelapisan setelah masuk hot
press, sedangkan uji emisi formaldehida dilakukan menurut metode JAS (Japan Agriculture
Standart). Untuk optimasi tersebut dilakukan variasi konsentrasi masing-masing komponen,
yaitu 2,5 ; 3,5 ; 4,5 ; 5,5 ; 6,5 % berat untuk asam adipat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja catcher maksimum diperoleh pada
konsentrasi asam adipat 6,5% (w/w). Nilai emisi formaldehida yang dihasilkan dengan
pelapisan asam adipat tersebut adalah 0,26 ppm dengan persen penurunan LFE sebesar
81,43 %. Nilai emisi sebesar itu termasuk kelas F**** yang layak untuk diekspor. Ditinjau
dari efektivitas dan harga, maka asam adipat 6,5 % merupakan catcher terbaik karena
efektivitasnya sama dengan catcher impor, tetapi harganya hanya 31.92 % dibanding
catcher impor.
015
Muntholib dan Aman Santos. 2009. Meningkatkan Durabilitas dan Kekuatan Mekanik
Bambu Lokal dengan Asam Borat-Boraks
Kata-kata kunci: pengawetan bambu, asam borat-boraks, sifat mekanik

Tanaman bambu mempunyai empat kelebihan yang tidak bisa disamai oleh
tanaman-tanaman lain. Kelebihan tersebut adalah (1) kecepatan tumbuhnya 30% lebih
cepat dari pada tumbuhan pohon tercepat lainnya sehinnga bisa dipanen pada umur 2,5
tahun; (2) dapat menyerap air hujan sampai 90% sehinnga bisa mengurangi kekeringan; (3)
dapat menyerap gas CO2 dari udara sebanyak 12 ton/ha; dan (4) batangnya mempunyai
kekuatan mekanik lebih tinggi dari pada baja (Kumar et al., 1994; Widjaja, 1997). Sayangnya, keistimewaan-keistimewaan ini terpaksa dilupakan oleh sebagian manusia karena
durabilitas atau daya tahannya rendah. Bila digunakan tanpa perlakuan, durabilitas (masa
pakai) bambu hanya berkisar antara 1--36 bulan. Sebagai negara penghasil bambu terbesar
ketiga di dunia (Widjaja, 1997), Indonesia sangat miskin akan penelitian-penelitian tentang
bambu. Oleh karena itu, penelitian tentang bambu perlu mendapatkan perhatian. Penggunaan boraks sebagai bahan pengawet bambu telah lama digunakan, utamanya di India.
Dilaporkan bahwa senyawa ini dapat meningkatkan durabilitas bambu sampai 15 tahun,
bahkan ada yang melaporkan sampai 50 tahun. Sayangnya, bagaimana senyawa ini dapat

9 Edisi ke-29 Tahun 2010

meningkatkan durabilitas bambu, masih belum terungkap. Di samping itu, laporan tentang
pengaruh boraks terhadap sifat mekanik bambu juga masih simpang siur. Demikian juga,
apakah tidak ada bahan pengawet bambu yang lebih murah dari pada boraks, perlu
memperoleh jawaban. Bahkan, laporan tentang pengaruh boraks terhadap kekuatan
mekanik bambu saja perlu dikonfirmasi karena masih simpang siur. Oleh karena itu, tujuan
penelitian awal ini adalah mengkonfirmasi pengaruh boraks terhadap kekuatan mekanik
bambu. Penelitian ini merupakan bagian dari cita-cita besar peneliti untuk mempelajari
mekanisme kerja pengawetan bambu cara kimia; mencari bahan pengawet yang mudah,
murah dan efektif; serta menjadikan bambu sebagai primadona perkayuan dan penyelamat
lingkungan.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilakukan di Laboratorium Biokimia
Universitas Negeri Malang dan Laboratorium Pengujian Bahan PT. National Starch &
Chemicals Pasuruan. Sampel bambu diharapkan dapat diperoleh dari petani daerah
Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman bambu dengan larutan boraks 5%
berpengaruh positif terhadap kerapatannya, tegangan kuat tekan seratnya, tegangan kuat
tarik seratnya, dan mortalitas rayap; sebaliknya berpengaruh negatif terhadap kelenturannya.
016
Rina Rifqie Mariana dan Subandi. 2009. Pemetaan Potensi Kota Malang sebagai
Pemasok Minyak Goreng Bekas untuk Produksi Biodesel
Kata-kata kunci: pemetaan potensi, minyak goreng bekas, biodesel

Bahan bakar alternatif, yang saat ini sedang hangat dibicarakan adalah bahan baker
berbahan baku nabati (biodesel) adalah alternative untuk menggantikan solar yang dapat
dibuat dari minyak tanaman atau lemak dengan reaksi transesterifikasi (demirbas, 2007),
dimana produksinya relative sederhana sehingga memungkinkan dikembangkan oleh indutri
kecil menengah. Malang merupakan salah satu kota yang diduga potensial sebagai
penghasil minyak goreng bekas (jelantah), karena saat ini Malang dikenal sebagai kota
Ruko khususnya yang menjual makanan baik restoran atau industri pangan lainnya yang
potensial menghasilkan minyak goreng bekas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis perusahaan sebagai pemasok
minyak goreng bekas di wilayah Malang Raya dan mengetahui kapasitas produksi masing
masing perusahaan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan survey ke
tempat-tempat produsen minyak goreng bekas di wilayah Malang Raya. Instrumen yang
digunakan adalah teknik wawancara.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis perusahaan yang paling potensial
menghasilkan jelantah adalah Restoran Waralaba dengan produk utama ayam (kentacky
dan Mc Donald) dengan rata-rata sisa jelantah perhari 30 liter, selanjutnya industri kripik
buah (rata-rata 5,5 kg/ hari), berikutnya dapur hotel, dan restoran basic produk ayam (ratarata 4 lite/ hari), restoran basic non ayam (rata-rata 3,5 kg/ hari) dan yang terakhir adalah
industri kripik tempe (rata-rata 2,5 liter/ hari). Dari hasil penelitian ini disarankan kepada
peneliti lebih lanjut , dan pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dan
Disperindag, untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan pemantauan tentang pemakaian dan
alur distribusi minyak jelantah.

10 Abstrak Hasil Penelitian

017
Aman Santoso dan Subandi. 2009. Penggunaan Gelombang Mikro dan Ultra Sonik
untuk Meningkatkan Efisiensi Sintesis Biodisel dari Minyak Sawit (CPO) dan
Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas Oil)
Kata-kata kunci: biodiesel, minyak sawit, minyak jarak, efisiensi, ultrasonik

Indonesia sebagai negara berpenduduk besar sudah saatnya mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan bahan bakar alternatif.
Biodiesel adalah salah satu alternatif bahan bakar yang dapat dibuat dari minyak tanaman
melalui reaksi trans-esterifikasi. Proses trans-esterifikasi bertujuan untuk menurunkan
viskositas (kekentalan) minyak, sehingga mendekati nilai viskositas solar. Penelitian terkait
sintesis biodiesel dari bahan baku minyak sawit (CPO) menggunakan gelombang ultrasonik
belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian Penentuan Fraksi Optimum
KOH pada Sintesis Biodiesel dari Minyak Sawit (Crude Palm Oil) dengan Gelombang Ultrasonik. Tujuan Penelitian ini adalah untuk, mengetahui fraksi optimum KOH pada sintesis
biodiesel dari minyak sawit (Crude Palm Oil) dengan gelombang ultrasonik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen di Laboratorium Ultrasonic dari
minyak minyak sawit dan minyak jarak pagar. Secara garis besar penelitian ini terdiri dari:
(1) Menentukan ALB dari minyak sawit; (2) Menentukan ALB dari minyak jarak pagar
sebagai bahan baku biodiesel; (3) Efisiensi/optimasi biodiesel dengan bahan baku minyak
sawit (CPO) dan minyak jarak. dengan Gelombang Ultrasonic; dan (4) Karakterisasi biodiesel yang dihasilkan dari minyak jarak maupun minyak sawit dengan tehnologi Gelom-bang Mikro dan Ultrasonic.
Hasil Penelitian menunjukkan (1) Sintesis Biodiesel secara konvensional dengan
pengaduk mekanis dari minyak sawit pada fraksi mol metanol 1:8,konsentrasi katalis KOH
0,8% dan waktu reaski 1-1,5 jam dengan rendemen 87%; (2) Kondisi optimum sintesis
biodiesel dari minyak sawit dengan gelombang ultrasonik diperoleh pada fraksi mol metanol
1:7, katalis KOH 0,6% dan waktu 5 menit dengan rendemen 90%,. Dengan demikian
disamping rendemennya meningkat, penggunaan ultrasonik mampu memperpendek waktu
Sintesis Biodiesel dari 1 jam menjadi hanya 5 menit saja (terjadi efisiensi waktu hingga
92%); dan (3) Minyak sawit memiliki viskositas sikitar 34 dan 30 poise, sedangkan Biodiesel
hasil sintesis menggunakan microwave dari minyak sawit memiliki viskositas adalah sekitar
6,6, sedangkan yang menggunakan ultrasonik viskositasnya sekitar 6,5, terjadi penurunan
viskositas sekitar 85%. Dengan demikian keduanya sudah atau hampir memenuhi standar
mutu SNI untuk Biodiesel, yaitu maksimum 6.
018
Maftuchin Romlie dan Mardi Wiyono. 2009. Implementasi Reaktor Biogas Model Kantung
Plastik (Polyethylene) pada Sentra Peternak Sapi di Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang sebagai Upaya Pengembangan Energi Alternatif Pedesaan
Kata-kata kunci: biogas, model kantung plastik

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Daya dukung potensi
limbah ternak sapi untuk bahan baku biogas di daerah sentra peternak Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang; (2) Tingkat adopsi teknologi biogas bagi masyarakat di daerah sentra
peternak Kecamatan Pakis Kabupaten Malang; dan (3) Upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan pemanfaatan energi alternatif bagi
masyarakat peternak di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian
ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kecamatan Pakis merupakan salah satu sentra
peternakan sapi. Sampai saat ini jumlah peternak mencapai 95 petani, dengan rata-rata
jumlah sapi yang dipelihara 2-6 ekor; (2) Petani mulai tahun 2007/2008 sejak terjadi krisis
bahan bakar banyak yang tertarik untuk memanfaatkan biogas menjadi bahan bakar.
Sampai saat ini petani yang memiliki pengolah (digester) dari plastik mencapai 27 orang.

11 Edisi ke-29 Tahun 2010

Selebihnya masih belum mampu membeli dengan harga 2,5 juta rupiah; dan (3)
Pemanfaatan biogas sangat membantu warga dalam penyediaan bahan bakar. Secara
teknis masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam pengoperasiannya.
019
Widiyanti dan Mardi Wiyono. 2009. Analisis Difusi Teknologi Tepat Guna (Vacuum
Frying) di Sentra Produksi Buah Nangka Kelurahan Cemorokandang
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang sebagai Upaya Pengembangan Makanan Khas Kota Malang
Kata-kata kunci: difusi teknologi tepat guna, buah nangka

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: (1) Mengidentifikasi karakteristik sosial
budaya petani buah nangka di Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang,
Kota Malang dalam kaitannya dengan difusi teknologi; (2) Tingkat adopsi teknologi vacuum
frying bagi masyarakat pada daerah sentra produksi nangka di Kelurahan Cemorokandang,
Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang melalui action research difusi teknologi; dan (3)
Menggali faktor-faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan petani buah nangka
dalam mengadopsi inovasi teknologi vacuum frying.Untuk melakukan analisis adopsi teknologi pada petani buah nangka, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif. Data yang terkumpul tentang identifikasi dan daya dukung limbah peternak dan
karakteristiknya akan dideskripsikan. Demikian pula untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi vacuum frying dan upaya pemberdayaan masyarakat di sentra produksi buah nangka,
penelitian ini akan dirancang menggunakan action research dan Fokus Group Discussion
(FGD). Dengan demekian adanya penggunaan metode ini diharapkan dapat menjadi model
pengembangan masyarakat, khususnya dalam adopsi teknologi. Buah nangka di Kampung
Baran Tempuran merupakan buah khas di Kota Malang. Saat ini buah nangka dapat
menjadi komoditas yang baik dijadikan makanan camilan yang berharga tinggi. Tanaman
buah nangka di Kampung Baran Tempuran telah berusia 20-30 tahun. Tanaman buah
nangka ini hampir tanpa perawatan, sehingga sangat mudah bagi petani. Buah nangka yang
diproduksi di Kampung Baran Tempuran masih memiliki kelemahan, misalnya kondisi buah
cacat dimakan lalat buah, besarnya sangat bervariasi, rasanya tidak sama, dan sebagainya.
Petani tidak menjadikan perhatian yang serius terhadap produksi buah nangka, hanya
menjadi sampingan pekerjaan lain. Penjualan hasil buah nangka selama ini masih berupa
buah apa adanya. Petani belum mampu mengembangkan menjadi makanan camilan, sirup,
jenang, dodol, dan sebagainya dan belum mengadopsi vacuum frying.
020
Laurent Octaviana dan Sutrisno. 2009. Teknologi Pengomposan Sampah Organik
Sistem Komunal di Gadang Kota Malang
Kata-kata kunci: teknologi pengomposan, sampah organik, sistem komunal

Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan: (1) Pola umum sistem
pengomposan yang dilakukan dalam proses pengomposan di lokasi pengomposan komunal
Gadang Kota Malang; (2) Jenis dan komponen mesin ayang digunakan dalam proses
pengomposan di lokasi pengomposan komunal Gadang Kota Malang; dan (3) Sistem kerja
dari masing-masing komponen dalam proses pengomposan di lokasi pengomposan
komunal Gadang Kota Malang. Keefektifan dan efisiensi dari model pengomposan yang
diterapkan dalam proses pengomposan di lokasi pengomposan komunal Gadang Kota
Malang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Gambaran tentang
komponen permesinan, cara kerja, serta kefektifan dan efisiensi sistem pengomposan
komunal di Gadang Kota Malang akan diobservasi secara langsung ke lapangan disertai
wawancara kepada petugas. Data yang terkumpul akan dideskripsikan disertai dengan
tampilan gambar. Objek penelitian ini adalah sistem pengomposan komunal sampah di
Gadang. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Tempat

12 Abstrak Hasil Penelitian

pengomposan Gadang merupakan sarana yang strategis untuk mengatasi sampah organik
dari Pasar Induk Gadang. Adanya pengomposan ini dapat mengurangi beban TPA Supit
Urang dan menekan biaya pengangkutan. Hasil pengomposan juga dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk dan dapat memiliki nilai ekonomis dan (2) Proses pengomposan di Gadang
dilakukan dengan system anaerobik yang dilakukan di lahan 500 m2 dengan mempekerjakan 7 orang karyawan. Sarana pengomposan di bawah koordinasi Dinas Kebersihan Kota
Malang ini memiliki rumah pengomposan dan kantor. Tiap hari dapat menampung 15 m3
sampah dari Pasar Induk Gadang.
021
Susilowati dan Mardi Wiyono. 2009. Keanekaragaman Jenis Burung di Obyek Wisata
Taman Burung Desa Jeru Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
Kata-kata kunci: obyek wisata, burung Jeru, ragam burung

Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang


memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai
Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil
mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800
10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di
Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.
Penelitian ini dirancang menggunakan metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan
keanekaragaman jenis burung dan upaya konservasinya yang ada di Obyek Wisata Desa
Juru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Obyek penelitian ini difokuskan pada
keanekaragaman burung yang ada di sekitar Obyek Wisata Desa Jeru, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Di wilayah Kecamatan Tumpang,
arah timur Kota Malang, kini dikembangkan sebuah areal untuk penangkaran berbagai jenis
burung. Dari areal penangkaran seluas 1,5 hektare di Desa Jeru, Kecamatan Tumpang,
setengah hektar di antaranya khusus untuk penangkaran Cucak Ijo. Selebihnya untuk jenis
lain, seperti pelatuk, punglor, gelatik, dan pipit; (2) Populasi burung di Taman Burung Jeru
mulai terancam jumlahnya tidak banyak; (3) Ancaman yang terjadi pada populasi burung di
Taman Burung Jeru adalah adanya pemburu yang mengambil burung di tempat tersebut.
Ancaman yang lain berupa sengketa lahan antara pemilik lahan dengan Pemerintah
Kabupaten Malang; dan (4) Upaya yang dilakukan oleh pihak terkait khususnya Pemerintah
Kabupaten Malang dalam mempertahankan status lahan dan melakukan penangkaran
terhadap jenis burung yang menjadi ciri khas di Taman Burung Jeru, yaitu jenis Burung
Cucak Ijo.
022
Munzil, Sutrisno, dan Mardi Wiyono. 2009. Sistem Pengelolaan Sampah dan Sedimentasi
Das Brantas di Bendungan Sengguruh Malang
Kata-kata kunci: pengelolaan sampah, sedimentasi, Bendungan Sengguruh

Kajian ini diharapkan dapat memperoleh deskripsi tentang: (1) Komposisi sampah
yang terakumulasi di Bendungan Sengguruh; (2) Persentase masing-masing jenis sampah
yang masuk setiap hari ke Bendungan Sengguruh; (3) Kondisi sedimentasi yang terjadi di
Bendungan Sengguruh; (4) Faktor-faktor penyebab timbulnya sampah dan sedimentasi di
Bendungan Sengguruh; (5) Dampak terhadap ekosistem perairan di Bendungan Sengguruh;
dan (6) Upaya yang telah dilakukan oleh pihak terkait dalam mengatasi penumpukan
sampah dan sedimentasi di Bendungan Sengguruh. Penelitian ini dirancang menggunakan
metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan sampah yang terakumulasi dan sedimentasi yang
terjadi di Bendungan Sengguruh. Obyek penelitian ini difokuskan pada sampah dan
sedimentasi pada Bendungan Sengguruh. Tingkat sedimentasi di Sengguruh kini sudah

13 Edisi ke-29 Tahun 2010

memprihatinkan dan bila sedimentasi itu memenuhi bendungan, dampaknya lumpur akan
masuk ke Sutami. Padahal sedimentasi di Sutami kini juga serius. Di Kondisi Sengguruh
saat ini seolah seperti lapangan lumpur. Bahkan kapasitas pembangkit turun lebih dari 50%
dari 29 MegaWatt (MW) menjadi 12,5 MW.
023
Sri Wahyuni dan Ellyn Sugeng Desyanty. 2009. Perilaku Anak Jalanan dalam
Penggunaan Narkoba
Kata-kata kunci: perilaku, anak jalanan, narkoba

Kasus penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) sampai saat
ini masih menjadi permasalahan yang senantiasa hangat untuk dibicarakan sekaligus
membutuhkan penanganan yang serius. Masalahnya kasus ini sering kali dilakukan oleh
anak-anak usia remaja, anak-anak usia sekolah, dan anak-anak jalanan yang merupakan
generasi penerus bangsa. Kerugian sosial-ekonomi penyalahgunaan narkoba dalam tahun
2004, misalnya diperkirakan 23,6 triliun, dengan perkiraan jumlah pengguna 2,9 juta sampai
3,6 juta orang atau setara 1,5% penduduk indonesia (BNN & Puslitkes VI, 2005). Apalagi
bagi anak jalanan, narkotika sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari yang harus
dikonsumsi. Dengan lingkungan pergaulan yang bebas hal ini tentu tidak mengherankan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa hampir semua anak jalanan pernah
merasakan dan menggunakan narkotika, dari yang berjenis ringan maupun berat dan
mereka bisa mempengaruhi teman yang ada di sekelilingnya untuk ikut menggunakan
narkoba (Wahyuni, 2009). Dengan demikian jelas sekali bahwa keberadaan anak jalanan
yang dengan bebas menggunakan narkoba ini bisa dengan mudah memberikan pengaruh
yang besar bagi siapapun yang hidup di jalanan. Seiring dengan naiknya jumlah anak
remaja yang turun ke jalan maka juga akan mempengaruhi naiknya pengguna narkotika di
kalangan remaja. Di situlah pentingnya kesatuan langkah dari semua pihak untuk
memeranginya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana
perilaku anak jalanan dalam penggunaan narkoba. Pendekatan penelitian yang dianggap
relevan adalah penelitian kualitatif. Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah daerah
Lawang dan Arjosari, sebagai daerah kantong anak jalanan terbesar di Malang. Partisipan
yang dijadikan sebagai sumber data penelitian ini adalah 9 orang anak jalanan pengguna
narkoba. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, pengamatan
partisipatif, dan studi dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
tiga tahap kegiatan yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) penyajian data (data display);
dan (3) penarikan kesimpulan (verification) (Marshall, 1989: 127). Temuan yang diperoleh
dari penelitian ini adalah (1) Kebiasaan anak jalanan mengenal dan menggunakan narkoba
diawali dari proses coba-coba dan ajakan teman dimulai sejak dirinya turun ke jalan menjadi
anak jalanan; (2) Hampir setiap hari, anak-anak jalanan menggunakan narkoba bersama
teman-temannya. Jenis pil koplo seperti pil DS, Koceng, Dobel L, Trek, Lele, Autan plus
kopi, Palang, Ganja, Elo, SS, Korak, Nipam, Magadon, Trihex, Lesotan, Kasandra, dan
Extasi yang diperoleh dari apotik atau orang yang dikenalnya; (3) Bagi anak-anak jalanan
yang sudah terjerat narkoba atau alkohol, selalu ada cara untuk membuat dirinya menjadi
mabuk, seperti dengan cara meramu sendiri bahan-bahan untuk mabuk; dan (4) Diantara
alasan mengapa anak jalanan memakai narkoba adalah demi menjaga keakraban atau
kekompakan pertemanan, sebagai tempat pelarian atau memperoleh kekuatan ketika
menghadapi masalah atau konflik berat, dan sebagai upaya untuk menghilangkan rasa malu
dan rasa lelah ketika di jalan. Kevalidan temuan ini selanjutnya diuji dengan menggunakan
konsep yang dirumuskan oleh Lincoln dan Guba yaitu uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji
dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Manfaat dari temuan penelitian ini adalah dengan
diketahui bagaimana perilaku anak jalanan dalam menggunakan narkoba, maka akan
memberikan manfaat bagi para perencana program penanganan anak jalanan dalam
merancang sebuah strategi penyembuhan bagi pengguna narkoba khususnya yang berasal
dari anak jalanan.

14 Abstrak Hasil Penelitian

024
Endang Sri Redjeki. 2009. Pemahaman Mahasiswa Aktivis Kampus di Lingkungan
Universitas Negeri Malang terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Kata-kata kunci: perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mahasiswa aktivis

Gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam menyong-song Indonesia
Sehat 2010 perlu mendapatkan dukungan semua pihak termasuk mahasiswa aktivis di
kampus. Penelitian ini difokuskan pada diskripsi tentang hidup bersih dan sehat apa saja
yang dipersepsi dan dipahami mahasiswa aktivis UKM serta bagaimana mahasiswa tersebut
mengaplikasikannya dalam perilaku hidup bersih dan sehat, serta bagaimana kondisi
fasilitas yang ada dalam mendukung perilaku bersih dan sehat tersebut. Melalui kajian
Interaksi Simbolik dan Tindakan Sosial, aktivis mahasiswa memaknai hidup bersih dan
sehat jika berada dalam kondisi yang kondusif dari segala hal yang bersifat mengganggu,
berpikir positif dan terbebas dari berbagai macam penyakit. Ada berbagai cara yang
dilakukan menjaga kebersihan dan kesehatan diantaranya: tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obat terlarang, berolah raga, menjaga kebersihan badan dan lingkung-an meskipun dukungan fasilitas terutama kamar mandi di kampus belum memadai. Mahasiswa
mengusulkan perlunya sosialisasi melalui program PKPT, himbauan tidak merokok di ruangan, penggantian papan hitam dengan white board, revitalisasi peran KSR-PMI dengan klinik
sebagai bagian dari fasilitas kesehatan di kampus. Untuk itu, perlu kebijakan secara tegas
baik dalam hal pemberian penghargaan bagi siapa saja yang berperilaku bersih dan sehat
maupun pemberian sanksi bagi yang tidak berperilaku sehat. Selain itu, juga perlu kebijakan
secara terintegrasi mulai dari tingkat Jurusan, Fakultas sampai tingkat Universitas.
025
A. Supriyanto. 2009. Analisis Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam
Sistem Manajemen Mutu pada BPM, GPM, dan UPM di Universitas Negeri
Malang
Kata-kata kunci: implementasi, TQM, SMM, BPM, UPM, GPM

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Total Quality Management


(TQM) dalam sistem manajemen mutu pada BPM, GPM, DAN UPM di UM. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Melalui rancangan deskriptif ini dapat
dihasilkan informasi implementasi TQM dalam SMM di FIP UM. Populasi dalam penelitian ini
adalah orang yang masuk dalam struktur organisasi BPM (UM), GPM, dan UPM yang ada di
FIP UM. Sampel diambil secara purposive sampling. Data penelitian ini dikumpulkan dengan
teknik-teknik sebagai berikut: (1) angket; (2) wawancara; dan (3) studi dokumentasi.
Datanya dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) implementasi TQM dalam SMM melalui BPM, GPM, dan UPM
yang dilaksanakan di FIP UM sudah dilaksanakan tetapi belum optimal; (2) dukungan
berasal dari pimpinan dan sat-gas unit terkait; (3) hambatan masih ada terutama karena
masih ada tim yang kurang kompak, waktu yang dimiliki satgas untuk kegiatan ini terbatas,
dan biaya pelakasanaan kegiatan penjaminan mutu disediakan UM terbatas; (4) strategi
yang digunakan BPM, GPM, dan UPM dalam mengatasi berbagai hambatan tergantung
situasi dan kondisi; dan (5) hasil-hasil implementasi TQM dalam SMM menunjuk pada dua
(2) hal, yaitu: (1) MONEV pembelajaran dan (2) draft naskah dokumen penjaminan mutu
akademik.

15 Edisi ke-29 Tahun 2010

026
Yuni Pratiwi. 2009. Pemertahanan Tokoh Perempuan terhadap Konflik Dalam Prosa
Fiksi Indonesia
Kata-kata kunci: pemertahanan, tokoh perempuan, konflik, prosa fiksi

Kehadiran perempuan sebagai tokoh dalam fiksi merupakan fenomena yang


menarik. Citra diri, berbagai masalah kehidupan, konflik-konflik yang harus dipecahkan,
usaha-usaha pemecahan konflik, dan obsesi-obsesi perempuan dalam dalam prosa fiksi
merefleksikan berbagai sisi kehidupan perempuan dalam realitas sehari-hari. Selaras
dengan salah satu fungsi karya fiksi yakni sebagai bahan interpretasi dan perenungan,
fenomena ini menarik untuk dikaji. Prosa fiksi dapat menjadi bahan renungan karena prosa
fiksi memancarkan pengalaman jiwa yang bernilai tinggi dan mendalam. Prosa fiksi
mengekspresikan pengalaman-pengalaman kehidupan yang terangkai dalam ide-ide yang
berterima secara sosial dan budaya.
Masalah yang dipecahkan melalui penelitian in yakni bagaimanakah pemertahan
tokoh perempuan terhadap konflik dalam prosa fiksi Indonesia, yang meliputi: (1) konflik
dengan diri sendiri; (2) konflik dengan tokoh lain atau kelompok tokoh (masyarakat); (3)
konflik dengan alam; dan (4) konflik dengan Tuhan.
Penelitian dilaksanakan dengan desain penelitian kualitatif. Data penelitian ini berupa
unit-unit teks verbal tulis yang dihimpun dari prosa fiksi dan mengandung makna pemertahanan tokoh perempuan terhadap konflik dengan diri sendiri, individu atau kelompok
masyarakat, alam, dan Tuhan. Sumber data penelitian ini berupa 7 buah Roman Novel pamuncak yang ditulis oleh sastrawan pada periode 1920-an, 1930-an, 1980-an, 2000-an, dan
mutakhir.
Hasil penelitian ini mencakup empat hal pokok. Pertama, pemertahanan diri tokoh
perempuan terhadap konflik dengan dirinya sendiri dalam prosa fiksi Indonesia dilakukan
dengan tujuan: (a) mempertahankan perasaan cinta pada kekasih; (b) memelihara perasaan
cinta kepada suami dan keluarga; (c) mempertahankan cita-cita; dan (d) mempertahankan
adat istiadat. Kedua, pemertahanan diri tokoh perempuan terhadap konflik dengan tokoh
lain/masyarakat dalam prosa fiksi Indonesia dilakukan dengan tujuan: (a) menjalin hubungan
sosial dan status sosial; (b) menjaga ikatan perkawinan; dan (c) menjaga kehormatan dan
harga diri. Ketiga, pemertahanan diri tokoh perempuan terhadap konflik dengan alam dalam
karya sastra fiksi Indonesia dilakukan dengan tujuan: (a) memelihara rasa menghormati
leluhur dan (b) mempertahankan kehidupan di masa depan. Keempat, pemertahanan diri
tokoh perempuan terhadap konflik dengan Tuhan dalam karya sastra fiksi Indonesia dengan
tujuan (a) mengakui tuhan menghukum manusia karena tindakan dosa dan (b) mengakui
tuhan sebagai pengatur kehidupan manusia.
Pemertahanan diri terhadap konflik dengan diri sendiri dilakukan dengan berpegang
pada tata nilai (adat istiadat) dan pranata sosial yang berlaku. Perempuan merasa ikut
bertanggungjawab untuk memilihara, mengembangkan, dan mengukuhkan nilai-nilai
kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, ia tidak boleh ia akan mengabaikan kepentingan-kepentingan pribadinya sehingga tidak terlibat konflik berkepanjangan dengan diri
sendiri. Langkah-langkah yang dilakukan perempuan untuk melakukan pemertahanan diri
terhadap konflik dengan individu atau kelompok masyarakat yakni dengan mengatur siasat
agar tidak terjadi konflik secara terbuka dengan pihak lain (orang tua, suami, relasi sosial.
Dalam pengaturan siasat ini kaum perempuan berpegang pada norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat atau nilai-nilai bersumber dari agama, hukum, atau filsafat tertentu. Pada
kesempatan yang lain, perempuan juga berbicara secara terbuka untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Pembicaraan pada umumnya dilakukan dengan sangat hati-hati
agar konflik tidak menjadi semakin rumit dan mendapatkan pemecahan bagi semua pihak.
Dalam kondisi ini, perempuan biasanya berada posisi yang sulit karena mendapat tekanan
dari pihak lain. Namun demikian, perempuan akan tetap berbiacara untuk menyampaikan
kebenaran. Pemertahan perempuan terhadap konflik dengan alam dilakukan dengan
bersikap sabar, tabah, dan pasrah pada Sang Penguasa Alam. Perempuan dapat bersikap

16 Abstrak Hasil Penelitian

realitis menerima perubahan-perubahan alam yang seringkali mengancam keselamatan diri


dan keluarganya. Adapun pemertahanan perempuan terhadap konflik dengan Tuhan
dilakukan dengan bersikap memohon ampun atas dosa-dosa pada masa lalu, bersikap
sabar serta pasrah, dan tabah menerima takdir Tuhan. Dalam benak tokoh perempuan
dalam fiksi, Tuhan berkuasa untuk mengatur kehidupan. Oleh karena itu, sikap terbaik
perempuan adalah menerima takdir Tuhan dengan besar hati dan lapang dada.
Beberapa saran yang dapat dikemukan berdasarkan hasil kesimpulan tersebut yakni
(1) penelitian ini merupakan kajian awal terhadap prosa fiksi Indonesia dengan fokus
pemertahanan diri tokoh perempuan terhadap konflik dengan dirinya sendiri, konflik dengan
tokoh lain/masyarakat, konflik dengan alam dan konflik dengan Tuhan. Penelitian dengan
fokus-fokus kajian yang berbeda perlu dilakukan dengan harapan dapat melengkapi
informasi yang telah didapatkan dalam penelitian; (2) naskah prosa fiksi berupa novel yang
dianalisis dalam penelitian ini masih terbatas. Naskah novel yang dianalisis terbatas pada
naskah roman dan novel pamuncak yang dipandang mewakili semangat zaman pada
periode 1920-an 1930-an, 1970-an, 1980-an, dan 2000. Penelitian lanjutan dapat diperluas
jangkauan sumber datanya dengan pertimbangan jumlah dan kurun waktunya; dan (3)
posisi perempuan terus mengalami perubahan seiring dengan perubahan konstelasi sosial,
politik, dan budaya. Oleh karena itu, penelitian lanjutan disarankan mempertimbangkan
aspek ini agar kajian terhadap naskah prosa fiksi Indonesia menjadi lebih utuh dan dapat
merepresentasikan semangat zaman yang terus berubah dan berpengaruh terhadap sikap
pemertahanan tokoh perempuan terhadap berbagai konflik dalam prosa fiksi Indonesia.
027
Suhadi. 2009. Inventarisasi Musa Paradisiaca L (pisang) Kultivar Kepok di Kabupaten
Lumajang, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Magelang
Kata-kata kunci: inventarisasi, pisang kepok

Pisang merupakan buah mengandung gizi cukup tinggi dan menyediakan cadang
energi yang cepat. Tumbuhan tersebut tumbuh secara berkelompok di daerah tropis dengan
hujan merata sepanjang tahun dan produksi pisang tanpa mengenal musim. Indonesia
terkenal sebagai negara pengekspor pisang. Salah satu pisang yang mempunyai nilai jual
tinggi dan mempunyai potensi tinggi untuk bersaing adalah pisang kultivar kapok. Pisang
kepok mempunyai berbagai subkultivar, antar subkultivar mempunyai persamaan morfologi
tetapi mempunyai perbedaan kenampakan tekstur sehingga sulit membedakan antar
subkultivar kepok. Kenampakan tekstur menentukan kualitas pisang maupun harga pisang.
Pembeli sering terjadi kekeliruan dalam menentukan subkultivar kepok yang akan dipilih,
sedangkan penjual memberikan kepada pembeli subkultivar kepok yang paling murah.
Rumusan Masalah (1) Bagaimana sebaran subkultivar pisang kepok di ketiga
kabupaten? dan (2) Bagaimana urutannya kualitas pisang subkultivar kepok? Tujuan Penelitian; (1) Melakukan inventarisasi pisang subkultivar kepok di kabupaten Malang, Lumajang,
dan kabupaten Magelang dan (2) Menentukan urutan kualitas subkultivar kapok. Penelitian
ini merupakan bentuk survei dari inventarisasi pisang maka tidak ada hipotesis. Metode
yang yang digunakan adalah metode eksplorasi dengan teknik jelajah bebas secara
bertahap tanpa alur tertentu. Penelitian ada 2 tahap yaitu tahap pertama di lapang
(kabupaten Magelang, kabupaten Malang, dan kabupaten Lumajang) dan tahap kedua di
laboratorium. Pemilihan kabupaten Magelang: daerah tersebut sentra pisang di Jawa
Tengah dimungkinkan ditemukan variasi subkultivar kepok. Kabupaten Malang: daerah yang
sebaran kultivarnya cukup tinggi hasil penelitian dijumpai 17 kultivar pisang. Kabupaten
Lumajang: daerah sentra produksi pisang di Jawa Timur yang dimungkinkan banyak dijumpai variasi. Dari ketiga kabupaten variasi kultivar tertinggi di kabupaten Malang, kedua kabupaten Lumajang, dan ketiga kabupaten Magelang. Kesimpulan; (1) Subkultivar kepok paling
banyak dijumpai di kabupaten Lumajang yaitu, kepok merah, kepok kuning atau kepok
manurun, kepok putih, dan kepok gede. Kabupaten Malang dijumpai 3 Subkultivar kepok

17 Edisi ke-29 Tahun 2010

yaitu, kepok merah, kepok kuning, dan kepok putih. Kabupaten Magelang dijumpai 4
subkultivar kepok yaitu, kepok merah, kepok kuning, kepok putih, dan kepok gilo/gembrot
dan (2) Urutan kualitas subkultivar kepok adalah kepok merah, kepok kuning, kepok gede/
gilo/gembrot, dan kepok putih. Subkultivar kepok merah dan kuning bisa digunakan pisang
meja dan produk olahan pisang. Subkultivar kepok gede/gilo/gembrot, dan kepok putih tidak
bisa dilakukan dengan pemanasan/penggodogan. Subkultivar kepok gede/gilo/gembrot termasuk pisang meja, tetapi tidak bisa digunakan produk olahan pisang. Subkultivar kepok
putih hanya digunakan untuk makanan burung. Saran; (1) Penanaman pisang perlu
dilakukan pemupukan menggunakan pupuk organik dan (2) Perlu dilakukan konservasi
kepok merah.
028
Anastasia Widjajantin. 2009. Pemetaan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus yang
Mengalami Kegandaan sebagai Dasar Penyusunan Kurikulum Fungsional dan
KTSP pada Program Tunaganda
Kata-kata kunci: tunaganda, karakteristik

Multihandicapped is someone who has handicap more than one kind, the effect will
be felt in everyday life and education. Department of Education began to pay attention with
Multihandicapped and implementation is left up to the institutions that conduct education for
Multihandicapped. There are not many institutions Special Education School who are willing
to open the program for Multihandicapped because they find it hard Multihandicapped in
educating children, because education Multihandicapped require special curriculum, learning
and media design specific learning. DIKNAS tried to make the curriculum but failed. This will
be difficult because the characteristics or behavior Multihandicapped vary widely, the
competence of any child Multihandicapped very different. The curriculum must be made in
accordance with the conditions of children, children's abilities, the needs of children and
child behavior. Child's behavior "bizarre" if managed well in learning it will reduce behavior
and learning can work well, therefore there is need for accurate data about the
characteristics or behavior of children and Multihandicapped data will be mapped. Based on
the above problems, it can be formulated that teachers need accurate data about the
diversity of children's behavior karakterisktik or Multihandicapped and pemetaannya as one
of the basic curriculum for children and KTSP Multihandicapped. In the first stage of this
research aims to find the mapping of characteristics or behaviors of several kinds of
keMultihandicappedan very important or useful for the education of children
Multihandicapped existing in several places in Indonesia. Characteristics will be found is the
characteristic behavior for a double blind children, deaf twin, double and tunagrahita double
quadriplegic. In the second phase of this research will result in a functional curriculum for the
entry in Multihandicapped KTSP. Research design used in this study is to design a
qualitative-naturalistic study using a survey technique. The results of this study are
characteristic of children Multihandicapped or Multihandicapped child's behavior can be
categorized or mapped into four of attention, sensory, escape, and tangible. Attention
behaviors that appear to visually impaired children plus the way like removing clothes,
always pinched elbows friends or people nearby. For children plus tunalaras attention
behaviors such as yelling, banging objects, annoyance and biting friends, broke down and
sat on the floor. Escape behavior, which appears on visually impaired children plus a friend
disrupt, damage items angrily, like at a friend's head, cried, hurt themselves, are appearing
on children's behavior plus a quadriplegic as the knee to the head banging, banging her
head on the floor, the tunalaras child was with his head banging, banging his chin, pounding
the table. This behavior will stop if there are people in the bonding and the child is given a
fun activity. Sensory behaviors that appear on the blind plus like biting the finger, like hold
the genitals, like moving your thumb and forefinger. On the plus deaf children are often held
up as the buttocks and kissing her hair, often covered his ears, like shaking hands, and
stroking the hair, love to see people's faces up close, voiced "cethak-cethok" (playing with

18 Abstrak Hasil Penelitian

the tongue and mouth) as he moved his hand, voiced or play with his teeth so that the
hearing was amused as he watched his fingers, rocking legs. Tangible behavior looks like
screaming, head banging or self menbanting or cry.
029
Ella Faridati Zein. 2009. Perubahan Makna Karir dan Pekerjaan Bagi Masyarakat Santri
di Wilayah Etnik Madura Jawa Timur
Kata-kata kunci: makna karir, santri, etnik Madura, pesantren

Setiap individu memiliki pandangan dan pemaknaan yang berbeda-beda terhadap


sesuatu. Pandangan dan pemaknaan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuannya mengenai sesuatu yang akan dimaknainya. Nilai-nilai, latar belakang budaya dan sosial seseorang juga sangat mempengaruhi pemaknaan seseorang terhadap sesuatu. Pekerjaan adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan setiap manusia. Pekerjaan dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang, karena pekerjaan bermuatan kepentingan ekonomis yaitu
untuk memenuhi kebutuhan finansial dan kebutuhan fisik. Pekerjaan juga bertujuan memenuhi kebutuhan psikologis. Memilih pekerjaan melibatkan nilai-nilai individu. Penentuan
pilihan pekerjaan dapat berawal dari cara seseorang mempersepsi dan memaknai pekerjaan
serta bagaimana kerja dan pekerjaan tersebut berperan dalam hidupnya. Masyarakat santri
dengan sederetan nilai-nilai yang dipegangnya, kemungkinan memiliki pola pikir yang khas
dalam memandang atau memaknai kerja dan pekerjaan. Penelitian ini dirancang dalam
desain studi multi situs dengan menggunakan pendekatan kualitatif-fenomenologis, melalui
penelusuran data secara mendalam di kalangan masyarakat santri di daerah Pasuruan,
Bondowoso dan Probolinggo. Tim peneliti hendak mendiskripsikan adakah kecenderungan
perubahan pandangan masyarakat santri mengenai pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang: (1) pola pikir masyarakat santri berlatar belakang budaya
etnik Madura mengenai pekerjaan; (2) peran pekerjaan dalam kehidupan masyarakat santri;
(3) pekerjaan yang ingin ditekuni oleh masyarakat santri kalangan muda berdasarkan
pengharapan orang tua mereka mengenai pilihan karir dan pekerjaan anaknya; dan (4) latar
belakang pandangan masyarakat santri mengenai karir dan pekerjaan. Penelitian ini
dirancang menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain studi multi situs.
Kehadiran dan keterlibatan peneliti dalam berperan sebagai pengamat nonpartisipasi dan
pengamat partisipasi pasif. Penentuan subyek dilakukan dengan teknik purposive sampling
dengan prinsip funnel design. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis data kasus individu dan analisis data lintas kasus. Pengecekan keabsahan temuan
dilakukan melalui kredibilitas data, dependabilitas, dan konfirmabilitas data. Penelitian ini
menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut. Pertama, Pekerjaan dipahami santri
sebagai sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pemaknaan ini
menunjukkan bahwa pandangan santri mengenai pekerjaan bernilai instrumental. Selain itu
pekerjaan adalah ajang kreatifitas dan pencarian penghargaan dan pengakuan masyarakat.
Kedua, pekerjaan berperan menunjang keberadaan mereka sebagai muslim. Pekerjaan
berperan sebagai alat mencari uang untuk mengubah kondisi ekonomi, identitas diri, dan
penjaga moralitas. Semua peran pekerjaan tersebut diorientasikan sebagai penunjang
ibadah. Ketiga, pilihan pekerjaan santri dan pertimbangan yang menyertainya memperjelas
orietasi hidup mereka. Pilihan pekerjaan para santri dapat dikategorikan sebagai vocational
with spiritual orientation, karena dilandasi oleh orientasi spiritual. Mereka menyebut setiap
pekerjaan sebagai panggilan jiwa, amanah dan media ibadah atau pengkidmatan pada
Tuhannya. Keempat, pandangan dan pemaknaan santri pada pekerjaan dipengaruhi oleh
pemahaman dan nilai-nilai yang dianutnya. Pemaknaan santri pada kerja dan masa depan
dilandasi oleh filosofi hidup; dunia adalah media ibadah. Filosofi itu diwarnai oleh nilai-nilai
hidup yang dianut santri, yaitu: nilai-nilai ibadah, nilai keikhlasan, nilai kejujuran, dan rasa
tanggung jawab. Nilai-nilai ini menjadi frame of reference-nya dalam memaknai dan memilih

19 Edisi ke-29 Tahun 2010

pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan sebagai berikut kepada: (1) Kyai,
sebagai pemegang otoritas pondok pesantren lebih menekankan kepada penyiapan santri
dalam menghadapi kompleksitas kehidupan terutama dalam pekerjaan. Untuk itu perlu
diselenggarakan model pembelajaran berbasis pada pekerjaan yang akan dihadapi oleh
santri dalam kehidupan nyata di lapangan, misalnya menanamkan jiwa wirausaha kepada
setiap santri dan (2) pesantren perlu menyediakan layanan bimbingan karier untuk membekali pemahaman yang mendalam mengenai berbagai jenis pekerjaan sehingga dapat
memperjelas orientasi hidup seseorang khususnya santri terutama pekerjaan.
030
Sugiharto. 2009. Respon Musik dalam Peredam Distres Olahraga Intensitas Berat
Kata-kata kunci: olahraga, stress, kortisol, Endorphin, musik keras, musik lambat

Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental dengan rancangan randomized


control group pre test post test design. Penelitian bertujuan untuk mengungkap respon
fisiologis iringan musik selama olahraga dengan cara mengayuh sepeda ergometer
intensitas maksimal (85% dari kapasitas kerja maksimal/KKM) dalam meredam distress
olahraga. Sampel yang digunakan adalah mahasisiwa jurusan Ilmu Keolahragaan sejumlah
30 orang, yang diseleksi dengan menggunakan kriteria: Umur, indeks masa tubuh (IMT) dan
VO2 Max. Berdasarkan hasil seleksi, sampel yang sesuai dengan kriteria ditetapkan dipilih
secara random. Kemudian sampel terpilih melakukan tes beban bertingkat dengan sepeda
ergometer untuk mengetahui kapasitas kerja maksimal. Setelah itu sampel dibagi menjadi 3
kelompok, yang terdiri dari: Olahraga intensitas maksimal dengan iringan musik keras (hard
music), olahraga intensitas maksimal dengan iringan musik lambat (slow music) dan
olahraga intensitas maksimal tanpa iringan musik. Pengumpulkan data dilakukan dengan
cara sampel mengayuh sepeda ergometer selama 15 menit dengan intensitas maksimal
(85% dari KKM) sambil mendengarkan musik, yang telah dipilih sendiri oleh sampel.
Mendengarkan musik selama olahraga menggunakan multiplayer five (MP5) dan head set.
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan hormon endorphin, kortisol dan Interleukin-6
(IL-6) dilakukan sebelum dan setelah olahraga. Analisis data menggunakan uji beda anava,
dengan tingkat signifikan 5%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan
yang siginifikan pada variabel endorphin (P>0.05), sedangkan pada variabel kortisol dan IL6 tidak terdapat perbedaan yang siginifikan (P>0.05). Dari ratarata hitung tampak ada
kecenderungan perubahan yang searah antara sekresi kortisol dan endorphin pada
olahraga intensitas maksimal dengan musik maupun tanpa musik, sedangkan pada IL-6
tampak perubahan dipengaruhi oleh intensitas olahraga dan musik. Maka dapat disimpulkan
bahwa respon fisiologis iringan musik selama olahraga intensitas maksimal memiliki
pengaruh dalam meredam distress olahraga dari indikator hormonal maupun sel, selain itu
berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tubuh senantiasa menjaga homeostatis,
yang dibuktikan dengan peningkatan kortisol direspon dengan peningkatan endorphin yang
lebih tinggi. Oleh sebab itu disarankan untuk meningkatkan kebermaknaan olahraga dalam
meningkakan kesehatan dan kesegaran jasmani serta meningkatkan mood dapat dilakukan
dengan mendengarkan musik, yang sesuai dengan intensitas olahraganya.
031
Sumanto. 2009. Fenomena Estetika dan Makna Religius Kartu Undangan Perkawinan
dalam Kehidupan Masyarakat di Jawa Timur
Kata-kata kunci: estetika, religius undangan perkawinan, masyarakat Jatim

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan fenomena estetika dan makna religius
kartu undangan perkawinan dalam kehidupan masyarakat di Jawa Timur. Khususnya untuk
mendeskripsikan: (1) keragaman model dan ukuran kartu undangan perkawinan; (2) visualisasi unsur unsur rupa dan teks kartu undangan perkawinan; dan (3) pandangan masyarakat
Jawa Timur berkaitan kartu undangan perkawinan. Rancangan penelitian adalah deskriptif

20 Abstrak Hasil Penelitian

kualitatif. Subyek penelitian dokumen kartu undangan perkawinan di Jawa Timur tahun
2000-2009. Analisis data dilakukan melalui teknik analisis kesenirupaan dengan tahapan:
penelaahan dan reduksi data, penyajihan data dan pemaknaan estetika kartu undangan
perkawinan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) keberadaan kartu undangan perkawinan
dalam kehidupan masyarakat di Jawa Timur merupakan suatu fenomena produk budaya
yang mengalami perkembangan kreasi model, bentuk, ukuran dan keindahan unsur
visualnya, sejalan kemajuan teknologi desain dibidang percetakan; (2) setiap produk kartu
undangan perkawinan akan memiliki kesan estetika dan makna religius sesuai keinginan,
keyakinan atau selera pembuatnya. Estetika kartu undangan perkawinan ditentukan oleh
model kreasi desain undangan, kemasan (amplop), jenis kertas, warna kertas, bentuk
undangan, ukuran undangan, visualisasi gambar, ornamen, foto, teks dan tipografi, serta
pernak-pernik yang ditampilkannya; dan (3) mengundang dengan kartu undangan sudah
merupakan tradisi turun-temurun, dan merupakan kelengkapan yang penting karena
bermakna bagi calon pengantin, keluarga dan yang diundang. Fenomena kartu undangan
perkawinan dapat mencerminkan ungkapan kebahagiaan, keyakinan dan keindahan gaya
pesta sesuai kondisi dan status sosio-budaya masyarakat di Jawa Timur.
032
Ida Siti Herawati. 2009. Pencitraan Karya Lukis Seniman Perempuan di Jawa Timur
Kata-kata kunci: pencitraan, karya lukis, seniman perempuan

Karya-karya yang dibuat oleh seniman perempuan Jawa Timur pada pameran
selama 3 tahun terakhir memiliki kekhasan dengan gaya realis, menggunakan tema
pengungkapan harapan yang disimbolkan dengan perempuan Jawa dalam menghadapi
masa depan di antara bayang-bayang tradisi. Apakah gaya yang dipilih ini merupakan
pengungkapan harapan perempuan atau citra dari seorang perempuan Jawa. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui citra karya lukis seniman perempuan di Jawa Timur, secara
khusus akan dikaji melalui: (1) tema; (2) gaya; (3) makna estetik; (4) makna simbolik; (5)
perwujudan nilai filosofi; dan (6) citra karya lukis cenderung mengukuhkan nilai lama
(intensifying), melapukkan (decomposing), membentuk kembali nilai-nilai lama
(recomposing), atau membentuk nilai-nilai baru (reconstructing). Penelitian ini menggunakan
rancangan kualitatif dengan sasaran perempuan pelukis. Dengan berbagai pertimbangan
subjek penelitian berjumlah 4 orang perempuan pelukis, dan 16 karya lukisnya. Prosedur
pengumpulan data dengan pengamatan, wawancara dan dokumen, instrumen utama adalah
peneliti sendiri dengan pedoman pengamatan dan wawancara, teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan triangulasi sumber dan diskusi rekan sejawat. Analisis data
menggunakan analisis kritik dan pendekatan semiotik yakni: sintaksis, semantik dan
pragmatik. Hasil penelitian ini adalah (1) tema alam tentang kehidupan binatang, tumbuhtumbuhan, dan manusia; (2) gaya naturalism; (3) makna estetik menggunakan garis
struktural dan imajiner yang terbentuk dari perbedaan shape serta gradasi warna, banyak
didominasi warna pastel, bentuk nongeometris, tekstur halus dari sapuan kuas dengan
teknik dusel. Keseimbangan asimetri, proporsi subjek sesuai dengan objek alam, ritme
terjadi karena pengulangan garis dan warna, emphasis diletakkan pada subyek utama; (4)
karyanya mencerminkan simbol kehidupan yang terdiri dari nilai kesetaraan, kesederhanaan, kejujuran, kerjasama, keduniawian, kesuksesan, kesetiaan, pengendalian diri, kemandirian dan pengorbanan; (5) perwujudan nilai filosofi terdapat makna denotasi dina-mika
kehidupan ibu dan anak, interaksi perempuan dan laki-laki, serta interaksi sesama perempuan. Makna konotatif dari kehidupan itu adalah keharmonisan yang terjadi karena
ketulusan, keikhlasan, dan pengorbanan melalui kerjasama dan kesetaraan. Melalui analisis
pragmatik, terdapat nilai-nilai kehidupan yang merefleksikan nilai ajaran Jawa; dan (6) Citra
karya lukis cenderung mengukuhkan dan membentuk kembali nilai-nilai lama (recomposing)
sebagai seorang perempuan yang mandiri yang dapat mempertahankan hidupnya sendiri
dalam menghadapi segala rintangan. Sedangkan nilai baru yang dibentuk masih tetap

21 Edisi ke-29 Tahun 2010

mempertahankan perannya sebagai ibu yang melindungi putranya dan perannya sebagai
bagian dari kehidupan masyarakat. Saran yang diajukan dalam penelitian ini; (1) memfasilitasi aktivitas perempuan pelukis agar lebih eksis; (2) meningkatkan partisipasi perempuan untuk terlibat dalam wacana dan praktik berkesenian; dan (3) menindaklanjuti kajian
serupa pada latar budaya yang berbeda serta melalui analisis yang berbeda.
033
Blasius Suprapta, Haryadi Kusuma, dan Susiati Alwiyah. 2009. Inventarisasi Temuan
Arkeologis dan Pemetaan Terestris Untuk Pembuatan Detail Tata Ruang
Keraton Singhasari Abad ke XIII-XIV
Kata-kata kunci: peta terestris, tata ruang, Keraton Singhasari

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian dengan judul: Penggunaan Citra
Landsat 7 ETM+ Untuk Rekonstruksi Keraton Masa Hindhu-Budha (Studi Kasus Rekonstruksi Keraton Singhasari Abad XIII-XIV dengan Citra Landsat 7 ETM+) oleh Suprapta dan
Wedhanto (2007); penelitian itu menghasilkan peta keruangan (zoning) Keraton Singhasari.
Peta tersebut belum dapat menggambarkan kondisi sebenarnya dari keraton Singhasari
pada abad tersebut; pembuatan peta secara detail harus dilakukan secara terestris, dengan
pesawat ukur elektronik. Selain itu ada indikasi pemusnahan situs peninggalan kerajaan
karena pengembangan wilayah kecamatan menjadi sebuah kota adminsistratif, hal mana
sangat merugikan para peneliti arkeologis di masa-masa mendatang, sebab akan menghilangkan data kuno yang ada di wilayah itu. Pengukuran koordinat lokasi dilakukan secara
in-situ mengunakan pesawat ukur jenis Total station; pengukuran meliputi pengukuranpengukuran sudut, jarak, dan ketinggia areal yang diperkirakan menjadi Keraton Kerajaan
Singhasari. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Surfer 7. Hasil akhir penelitian
berupa (1) Peta Detail Tata Ruang Ibu Kota Kerajaan Singhasari Abad ke XIII--XIV di
Kecamatan Singosari yang sekarang ini; (2) Inventarisasi situs-situs arkeologis yang
terdapat dalam Peta Detail Tata Ruang Ibu Kota Kerajaan Singhasari; dan (3) Deskripsi
secara lengkap seluruh situs arkeolgi terinventarisasi yang terdapat dalam Peta Detail Tata
Ruang Ibu Kota Kerajaan Singhasari.
034
Suyono, Moch. Syahri, dan Imam Suyitno. 2009. Bentuk dan Penyajian Tutur Lagu
Daerah Banyuwangi sebagai Manifestasi Budaya Etnik Using
Kata-kata kunci: lagu daerah, budaya etnik using

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (a) bentuk tuturan lagu daerah Banyuwangi
yang merupakan manifestasi budaya etnik Using dan (b) bentuk penyajian tuturan lagu
daerah Banyuwangi yang merupakan manifestasi budaya etnik Using. Untuk mencapai
tujuan penelitian tersebut digunakan desain penelitian kuialitatif. Subjek penelitian ini adalah
masyarakat tutur etnik Using yang tinggal di wilayah Banyuwangi. Data penelitian ini berupa
teks lagu-lagu daerah Banyuwangi yang berasal dari beragam bentuk seni, yakni lagu untuk
seni gandrung, angklung, kendang kempul, dan patrol orkestra. Untuk kepentingan
penafsiran makna data secara cermat yang berwawasan emik, penelitian ini juga
mengumpulkan data yang berupa tradisi budaya dan kondisi dan perkembangan beragam
bentuk kesenian di Banyuwangi. Data tersebut dikumpulkan melalui studi dokumen,
wawancara, dan observasi.
Temuan penelitian ini berupa deskripsi ragam kosakata dan muatan budayanya.
Ragam kosakata meliputi kata-kata arkhais, serapan (Indonesia, Jawa), khas Using
(tempaan dan ungkapan khas). Muatan budaya yang ditemukan dalam pelilihan kosakata
adalah kosakata berkategori (1) human (nama orang dan kata ganti, tokoh/pahlawan, pekerjaan dan mata pencaharian, tradisi dan kesenian); (2) fauna (binatang darat berkaki empat,
binatang hidup di air, binatang bersayap, dan binatang merayap); (3) flora (tanaman hias,
tanaman keras, dan tanaman pangan); (4) objek (pertanian, transportasi, makanan, sarana

22 Abstrak Hasil Penelitian

berhias diri, dan perkakas rumah tangga); (5) terestrial (hamparan daratan, hamparan
perairan, dan substansi); (6) energy; (7) kosmos; dan (8) keadaan (waktu, budaya, perasaan, dan kehidupan).
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa penyajian tutur lagu-lagu
Banyuwangi terdiri atas penyajian paparan langsung dan tidak langsung. Teknik penyajian
tutur juga ditemukan, yakni perbandingan secara eksplisit (ungkapan, sifat objek, contoh,
dan sosok ideal), perbandingan secara langsung (metafor universal, metafor terikat budaya),
perbandingan terurai, pengisahan/pelukisan, penginsanan objek, dan pertautan hal-atribut.
Selanjutnya, pola pengembangan tuturan dilakukan dengan (1) pola pengulangan yang
dilakukan melalui kata yang sama, penegasan makna, dan sinonim); (2) pola penjelasan
(pasangan tetap, searea makna, dan keterangan tambahan); (3) pola perincian; (4) pola
penegasan; dan (5) pola pertentangan. Terakhir, bentuk retorika lagu-lagu daerah
Banyuwangi diungkapkan dalam bentuk basanan, wangsalan, paribasan, selepan, dan
sungganan.
035
Nur Hadi. 2009. Penetrasi Agama Negara pada Kpomunitas Tengger di Kantong Taman
Nasional Bromo Tengger, Semeru
Kata-kata kunci: penetrasi, agama negara, komunitas Tengger

Pasca kudeta PKI 1965 terdapat upaya masif dari masyarakat luar Tengger untuk
melakukan penetrasi agama Negara (Hindhu, Budha, Kristen dan Islam) ke dalam
komunitas Tengger yang dianggap belum beragama. Hal itu berakibat bahwa komunitas
Tengger yang sudah memiliki agama Budo terpaksa melakukan konversi agama.
Fenomena itu menyebabkan terjadinya sinkretisme antara agama asli mereka dengan
beberapa agama Negara beserta segala konsekuensinya. Kondisi ini untuk beberapa hal
perlu mendapatkan perhatian terkait dengan perubahan ritual tradisional masyarakat
pegunungan dengan segala kearifan lokal di dalamnya.
036
Muntholib dan Subandi. 2009. Konstruksi Ragi Mutan sup45-Y410A untuk Mempelajari
Mekanisme Interaksi Protein eRF1-eRF3
Kata-kata kunci: mutan sup45, kompleks eRF10eRF3, terminasi translasi

Kompleks protein eRF1-eRF3, yang masing-masing dikode oleh gen SUP45 dan
SUP35, berperan penting dalam proses terminasi translasi organisme eukariot, termasuk
ragi S. cerevisiae. Akan tetapi mekanisme interaksi antar kedua protein, termasuk posisi
interaksi rinci antar keduanya masih belum jelas. Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa residu tirosin posisi ke-410 protein eRF1 ragi, terlibat pada interaksinya dengan
protein eRF3, dan mutasi tirosin menjadi serin pada posisi itu, mengurangi kemampuan
interaksi eRF1 terhadap eRF3. Untuk melihat lebih rinci peran residu protein posisi ke-410
eRF1, perlu dibuat mutan lain pada posisi tersebut dari tirosin menjadi alanin (Y410A).
Tujuan penelitian ini adalah mengkonstruksi ragi mutan sup45-Y410A (tahun pertama),
kemudian mengkarakterisasi sifat-sifatnya, untuk mengetahui kinerja protein mutan eRF1Y410A pada proses terminasi translasi di ragi (tahun kedua). Untuk tahun pertama,
penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) kloning gen mutan sup45-Y410A
ke dalam vektor ekspresi; (2) subkloning sup45-Y410A ke dalam vektor ulang alik (shuttle
vector); dan (3) transformasi dan shuffling vektor ulang-alik yang membawa gen mutan ke
dalam ragi, dan uji genotipe serta fenotipe dari ragi mutan yang dihasilkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan genotipe dan fenotipe terhadap ragi mutan hasil
konstruksi, konstruksi ragi mutan sup45-Y410A, yang termutasi pada gen sup45 sehingga
protein eRF1 yang dikodenya termutasi pada kodon ke-410 dari tirosin menjadi alanin, telah

23 Edisi ke-29 Tahun 2010

berhasil dilakukan. Uji genotipe dan fenotipe juga menunjukkan bahwa ragi mutan ini
berbeda dari ragi wild type asalnya.
037
F. Danardana Murwani. 2009. Penolakan Nasabah Bank untuk Menggunakan Fasilitas
Internet Banking di Jawa Timur (Konvergensi Theory of Reasoned Action dan
Theory of Technology Acceptance)
Kata-kata kunci: nasabah bank, internet banking

Penelitian ini berupaya menjelaskan perilaku nasabah bank yang menolak


menggunakan fasilitas internet banking yang disediakan oleh bank berdasarkan Theory of
Reasoned Action (TRA) dan Theory of Technology Acceptance (TTA). Penelitian ini
menggunakan rancangan confirmatory survey. Populasi penelitian ini adalah semua
nasabah yang melek internet namun menolak menggunakan fasilitas internet banking di
Jawa Timur, yang tergolong infinite population. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel sebesar 210 yang ditentukan berdasarkan
formula Davis dan Cosenza. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian, yakni kuesioner Skala Likertfive point untuk mengukur setiap konstruk (A, SN, U, EOU, dan BI). Instrumen penelitian divalidasi dengan berpedoman pada tiga properti psikometrika, yang
mencakup unidimensionalitas (unidimensionality), reliabilitas komposit (composite reliability),
dan validitas konstruk (construct validity). Tes objektif juga digunakan untuk menjaring
nasabah yang melek internet namun menolak menggunakan fasilitas internet banking. Data
yang telah terkumpul dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan
LISREL Release 8 sebagai statistical software. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
unidimensionalitas, reliabilitas komposit, dan validitas konstruk berhasil terkonfirmasi pada
hubungan pengukuran setiap konstruk (model pengukuran). Hubungan kausal antar
konstruk (model struktural) yang dihasilkan oleh penelitian ini berhasil mengkonfirmasi TRA
sebagaimana yang dihipotesiskan. Sedangkan dalam perspektif TTA, hubungan kausal itu
terkonfirmasi dengan pengecualian satu hubungan kausal antara EOU dengan A yang
ditemukan positif, sehingga tidak sebagaimana yang dihipotesiskan.
038
Ludi Wishnu Wardana. 2009. Keterkaitan Antara Anggaran Partisipasi, Budaya
Organisasi, Good Corporate Govermance, Job Relevant Information dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajemen (Studi Empiris Pada
Perusahaan Retail di Jawa Timur)
Kata-kata kunci: anggaran partisipasi, budaya organisasi, Good Corporate Govermance, Job
Relevant Information, komitmen organisasi, kinerja manajemen

Penelitian ini mengkhususkan pada kinerja manajemen di perusahaan retail di Jawa


Timur dan bermaksud untuk mengkaji Keterkaitan Antara Anggaran Partisipasi, Budaya
Organisasi, Good Corporate Govermance, Job Relevant Information dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajemen atau dapat dirinci sebagai berikut: pengaruh anggaran
partisipatif terhadap job-relevant information (JRI); pengaruh job-relevant information (JRI)
terhadap kinerja manajemen; pengaruh anggaran partisipatif terhadap komitmen organisasi;
pengaruh anggaran partisipasi terhadap kinerja manajemen; Budaya organisasi berpengaruh terhadap job-relevant information (JRI); Pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi; pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajemen; pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja manajemen; pengaruh pemahaman manajer atas good
corporate governance (GCG) terhadap job-relevant information (JRI); Pengaruh pemahaman manajer atas good corporate governance (GCG) terhadap komitmen organisasi;
pengaruh pemahaman manajer atas good corporate governance (GCG) terhadap kinerja
manejemen; dan Variabel mana yang dominan berpengaruh terhadap kinerja manajemen.
Populasi (accesible population) penelitian ini adalah seluruh perusahaan perdagangan ritel

24 Abstrak Hasil Penelitian

di Jawa Timur, berdasar data dari Dinas Perdagangan Dalam Negeri Propinsi Jawa Timur
diperoleh data jumlah retail di Jawa Timur pada tahun 2004 sebesar 2910 perusahaan yang
tersebar di 38 kota dan kabupaten di Jawa Timur. Penetapan sampel atas populasi dari
penelitian ini diambil dengan purposive sampling, yang dimaksud dengan perdagangan ritel
di sini meliputi: supermarket, departemen store, mini market dan organisasi bisnis eceran
lainnya yang berupa chains store. Teknik pengambilan sampel daerah dilakukan secara
purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan teknik SEM (Structural Equation
Modelling) melalui program AMOS (Analisis of Moment Structure) Ver 4.01. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Variabel anggaran partisipatif mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap informasi yang terkait dengan pekerjaan/job-relevant information; (2)
variabel informasi yang terkait dengan pekerjaan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kinerja manajemen; (3) anggaran partisipatif mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap komitmen organisasi; (4) Anggaran partisipatif mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja manajemen; (5) Budaya organisasi berpengaruh
positif, tapi tidak signifikan terhadap job-relevant information; (6) variabel berikutnya adalah
pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi; (7) Variabel komitmen
organisasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajemen; (8)
Variabel budaya organisasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja
manajemen; (9) variabel pemahaman manajer atas GCG terhadap informasi yang terkait
dengan tugas menghasilkan kesimpulan bahwa variabel pemahaman manajer atas GCG
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap informasi yang terkait dengan
pekerjaan; (10) Pemahaman manajer atas tata kelola perusahaan yang baik/Good
Corporate Governance mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap komitmen
organisasi; dan (11) adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan variabel pemahaman
manajer atas tata kelola perusahaan yang baik terhadap kinerja manajemen.
039
Syihabudhin. 2009. Analisis Dimensi Servqual sebagai Pembentuk Image Positip
Wisatawan pada Obyek Wisata Pantai di Kabupaten Malang, Jawa Timur
Kata-kata kunci: servqual dimestions, consumer positive image

With have applied regulation of autonomy, government have the authority of resource
and its asset included tourism objects. Result of research of Sudarmiatin (2006) showed that
tourism object attributes have positive impact and significant to make tourist image. That
why tourist image have positive and significant impact to tourist behavior to visit the tourism
object in Malang Raya, East Java. This matter showed that tourist positive image have
urgent position in visit decision making process. General purpose of this research to know
some factors that impact tourist behavior to visit The Beach object tourism in Malang, East
Java. Special purpose are (1) to describe applied of SERVQUAL dimension; (2) to describe
tourist image to applying of SERVQUAL dimension; (3) to know SERVQUAL dimension that
make tourist positive image; and (4) to know SERVQUAL dimension that dominant impact
tourist positive image in Beach object tourism in Malang, East Java. Variable that have seen
in this research are applying of SERVQUAL dimension and tourist positive image in The
Beach Object Tourism in Malang, East Java. This research would be applied in two years.
Population in this research are tourist that visit The Beach Object Tourism in Malang on
June and July 2009, that infinite amount. Sample in this research are 150 people. Results of
this research are that from five SERVQUAL dimensions (tangibles, reliability,
responsiveness, empathy and assurance), each have once factor that have meaning. That
factors have positive loading, that mean more and more high factors score then more good.
SERVQUAL dimensions that have dominant impact are tangibles and reliability.

25 Edisi ke-29 Tahun 2010

040
Karyadi. 2009. Kapasitas Tekan Kolom Laminasi dari Bahan Kayu Sengon dan Bambu
Petung
Kata-kata kunci: kapasitas tekan, kolom laminasi, kayu sengon, bambu petung

Faktor Tekuk untuk kolom kayu dihitung dengan menggunakan Formula Ylinen.
Dalam Formula Ylinen terdapat Parameter buckling and crushing interaction coefisien
(dengan notasi c) atau yang dikenal dengan Parameter Ylinen. Besarnya Parameter Ylinen
untuk kolom laminasi dari bahan Kayu Sengon dan Bambu petung belum pernah ditentukan,
karena sampai saat ini besaran tersebut ditentukan berdasarkan kajian terhadap kayu-kayu
manca negara seperti Douglas Fir dan Kayu Soutern Pine. Untuk itu perlu dilakukan kajian
untuk menentukan besarnya Parameter Ylinen untuk bahan-bahan yang berasal dari
Indonesia seperti Kayu Sengon dan Bambu Petung. Untuk menentukan besarnya Nilai
Parameter Ylinen terlebih dahulu harus ditentukan besarnya kapasitas tekan kolom
berdasarkan angka kelangsinganya (slenderness ratio). Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan hubungan antara besarnya kapasitas tekan kolom dengan angka
kelangsinganya. Untuk kepentingan tersebut di uji tiga jenis kolom laminasi kayu sengon
dan bambu petung berdasarkan rasio bambu petung dalam penampang kolom yaitu rasio
0,25; 0,50; dan 0,75. Untuk setiap jenis kolom laminasi dibuat benda uji dengan berbagai
angka kelangsingan mulai dari 10 sampai 105. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a)
Besarnya kapasitas tekan pada kolom laminasi bervariasi sesuai dengan angka
kelangsingannya. Untuk rasio bambu petung 0,25, kapasitas tekan bervariasi antara
229kg/cm2 untuk angka kelangsingan 6,65 sampai 118kg/cm2 untuk angka kelangsingan
93,97. Untuk rasio bambu petung 0,50, kapasitas tekan bervariasi antara 254kg/cm 2 untuk
angka kelangsingan 6,65 sampai 166kg/cm2 untuk angka kelangsingan 95,91. Untuk rasio
bambu petung 0,75, kapasitas tekan bervariasi antara 332kg/cm2 untuk angka kelangsingan
7,15 sampai 121kg/cm2 untuk angka kelangsingan 103,22 dan (b) Kapasitas tekan kolom
laminasi kayu sengon bambu petung meningkat ketika rasio bambu petung ditingkatkan dari
0,25 menjadi 0,50 dan kekuatannya menurun jika rasio bambu petung ditingkatkan lagi
menjadi 0,75. Jadi kekuatan kolom laminasi tertinggi tercapai pada rasio bambu petung
0,50.
041
Imam Mukhlis, Puji Handayati, Moh. Khusasini, dan Moh. Mudhofar. 2009. Analisis
Kebijakan Desentralisasi Fiskal Jawa Timur Pengaruhnya terhadap Efisiensi
Ekonomi Sektor Publik, Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
Jawa Timur
Kata-kata kunci: desentralisasi fiskal, Dana Alokasi Umum, Structural Equation Model, dan fiscal
federalisme theory

Implementasi kebijakan desentralisasi fiskal pada pembangunan daerah


dimaksudkan untuk mempercepat proses pencapaian target-target dalam pembangunan
daerah. Desain dalam implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari adanya pola
anggaran (APBD) yang tidak berimbang dalam penyusunan APBD daerah. Alokasi dana
perimbangan yang diterimakan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah merupakan salah satu poin penting dalam implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia.
Dalam hal ini efek desentralisasi fiskal tergantung pada responsifitas dari pelaksana
pembangunan di daerah terhadap kebijakan yang ada. Berdasarkan pada penjelasan di
atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari implementasi kebijakan
desentralisasi fiskal pada efisiensi ekonomi sektor publik, pertumbuhan ekonomi daerah dan
kesejahteraan masyarakat Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode analisis
Structural Equation Model (SEM) dan melingkupi obyek penelitian daerah kabupaten/
kotamadya di Jawa Timur. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa kebijakan
desentralisasi fiskal yang dilaksanakan di Jawa Timur dapat memberikan pengaruh yang

26 Abstrak Hasil Penelitian

signifikan terhadap pencapaian efisiensi ekonomi sektor publik, pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan hidup masyarakat. Hasil penelitian ini secara teoritis juga mendukung
Economic Theory of Fiscal Federalism yang mendasari argumentasi bahwa desentralisasi
fiskal akan mampu menciptakan efisiensi dalam penyediaan barang publik berdampak pada
pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat lokal.
042
Sri Pujiningsih dan Sulastri. 2009. Manajemen Laba dan Karakteristik Perusahaan yang
Melakukan Pengungkapan Sosial (Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di
BEI Periode 2003-2006)
Kata-kata kunci: manajemen laba, perusahaan, Bursa Efek Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang
melakukan pengungkapan sosial juga melakukan manajemen laba serta menjelaskan
karakteristik perusahaan yang melakukan pengungkapan sosial. Teknik pengambilan
sampel yang dilakukan secara purposive mendapatkan data sebanyak 46 perusahaan yang
melakukan pengungkapan social sekaligus melakukan manajemen laba. Penagamatan data
dilakukan pada periode 2003-2006 pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Sebanyak 17
perusahaan menaikkan laba dan 29 menurunkan laba. Kedua hasil penelitian ini mendukung
teori keagenan mengenai hipotesis rencana bonus dan hipotesis biaya politis. Selain itu
dalam penelitian ini membuktikan bahwa variable ukuran perusahaan dan leverage yang
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkap pengungkapan social. Penelitian ini tidak
berhasil membuktikan bahwa manajemen laba, kepemilikan saham oleh manajemen,
profitabilitas dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sosial perusahaan.
043
Siti Thoyibatun. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Kasus pada Sebuah Entitas Akuntansi di PTN
Malang)
Kata-kata kunci: akuntansi, PTN

Penelitian ini di latar belakangi oleh teuman BPK (2006) yang menginformasikan
bahwa berdasar Standar Audit Pemerintah (SAuP) tahun 1995 SPI PTN sudah diupayakan
untuk meningkatkan pengendalian atas kegiatan-kegiatan namun belum cukup memadai
untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Hal tersebut terjadi karena pimpinan dan
bendaharawan projek belum efektif melakukan fungsi pengendalian dan pengawasan.
Demikian juga hasil pengujian kepatuhan, BPK mengungkapkan adanya hal material dari
ketidakpatuhan yang berdampak terhadap kewajaran laporan keuangan PTN. BPK juga
memberi catatan berkaitan dengan kepatuhan PTN terhadap pasal-pasal tertentu atas
hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan (BPK, 2005). Untuk studi tentang
kecenderungan kecurangan akuntansi akan difokuskan untuk memperoleh deskripsi
komprehensif yang berkaitan dengan mengapa pada sebuah entitas akuntansi di PTN X
terjadi atau tidak terjadi Kecenderungan Kecurangan Akuntani atau KKA (tahap 1) dan
bagaimanakah model perilaku pimpinan organisasi harus dikembangkan sehingga dapat
membentuk perilaku anggota organisasi yang diharapkan (tahap 2). Penelitian ini
mempunyai beberapa tujuan, di antaranya memperoleh deskripsi tentang faktor-faktor yang
menjadi latar belakang terjadi atau tidak terjadinya KKA khususnya yang berkaitan dengan
bagaimana SPI dikembangkan dan dilaksanakan agar sesuai dengan tujuan SPI, memperoleh deskripsi tentang faktor-faktor yang menjadi latar belakang dan dasar pertimbangan
sistem kompensasi, dan memperoleh deskripsi tentang pengamalan nilai-nilai spiritual.
Berdasar informasi tersebutu penelitian akan dilanjutkan untuk memperoleh informasi
tentang pengaruh KKA terhadap akuntabilitas kinerja. Informasi tersebut dimaksudkan untuk

27 Edisi ke-29 Tahun 2010

memperoleh gambaran tentang bentuk perilaku pimpinan yang perlu dikembangkan sehinga
dapat mengarahkan pada terbentuknya perilaku anggota organisasi yang berbasis nilai-nilai
spiritual yang berguna bagi usaha untuk mempertahankan tidak terjadinya KKA atau
mengurangi tingkat intensitas KKA yang terjadi. Penelitian akan dilaksanakan dengan
pendekatan kritis Hubermasian (Burell and Morgan, 1979: 20--32; Sawarjuwono, 2002),
yaitu mempelajari fenomena sosial berdasar kacamata pelakunya. Hasil yang didapat dari
pelaku tersebut selanjutnya akan dipahami dan dikemas dengan mengikuti cara pandang
Hubermas. Penelitian akan dilakukan di salah satu entitas akuntansi pada suatu PTN di
Kotamadya Malang. Diharapkan dengan studi ini akan diperoleh luaran berupa tercapainya
keseimbangan pemahaman dan pengertian (reaching mutual understanding) antara peneliti
dan pelaku tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap KKA. Informasi tersebut
selanjutnya bisa digunakan untuk mengadakan pembinaan anggota organisasi dalam
memupuk terbentuknya budaya organisasi yang berbasis pengamalan nilai-nilai spiritual.
Dengan budaya yang terbentuk tersebut selanjutnya diharapkan agar KKA dapat
dipertahankan ketidakterjadiannya atau dikurangi intensitas kejadiannya sehingga sumber
daya organisasi dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai visi misi organisasi.
044
A. Rosyid Al Atok, Sri Untari, dan Suparlan Al Hakim. 2009. Pola Pengambilan Keputusan
Moral Kelompok Mahasiswa LPTK dalam Lingkup Moralitas Sosiokultural pada
Era Globalisasi di Jawa Timur
Kata-kata kunci: pola, pengambilan keputusan moral, kelompok ,sosiokultural

Persoalan mengenai konsep dan aplikasi tentang nilai, moral, sikap dan pertimbangan serta keputusan mahasiswa, merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak
meminta perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan para
orang tua. Terlebih tantangan zaman globalisasi dan slogan Global Village menjadikan
para remaja juga mahasiswa mudah terbujuk oleh gemerlapnya dunia hedonis, konsumeris
dan dugem serta segala extasi gaya hidup yang makin menjauhkan mereka dari nilai, moral,
sikap dan perilaku keagamaan. Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan
kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak,remaja dan mahasiswa. Ini menandakan mereka
tidak cukup memiliki daya tahan, pertimbangan moral yang tepat dalam setiap pengambilan
keptusannya, baik keputusan pribadi juga kelompok. Masalah yang hendak dijawab dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana ragam moralitas sosiokultural yang
berkembang dalam kehidupan mahasiswa? Bagaimanakah problematik moral atau dilema
moral yang dihadapi oleh mahasiswa dalam kehidupannya? Bagaimanakah pola proses
pengambilan keputusan moral mahasiswa dengan menggunakan referensi moralitas sosiokultural? Apakah ragam moralitas sosiokulturan yang berkembang dalam kehidupan mahasiswa sesuai dengan teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlbert? Sesuai
dengan tujuan, penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap selama waktu 2 tahun dengan
menggunakan desain penelitian pengembangan (research and development) sebagaimana
disarankan oleh Borg & Gall (1982).
045
In`am Sulaiman dan Ahmad Munjin Nasih. 2009. Pemahaman Makna dan Pola
Aktualisasi Tindakan Pengasuh Pesantren Salafiyah dalam Merespon
Pembangunan Pendidikan (Studi Kasus di Beberapa Pesantrren Salafiyah di
Malang Jawa Timur)
Kata-kata kunci: kiai salaf, pembangunan pendidikan, pola adaptasi

Pengasuh Pesantren salafiyah, yang dalam penelitian ini disebut kiai salaf, adalah
sosok pemuka masyarakat yang ahli di bidang ilmu agama (Islam). Pemikian, sikap, perilaku
dan konsistensi mereka dalam membina dan mengembangkan pesantren di tengah proses
perubahan sosial saat ini mencerminkan simbol-simbol kesalafiyahan (tradisional) yang

28 Abstrak Hasil Penelitian

sangat berpengaruh di masyarakat. Pembangunan pendidikan tidak dapat terlepas dari


pengaruh dan peran kiai salaf. Namun kemampuan mereka merespon pembangunan
pendidikan tidaklah sama antara satu dengan yang lain. Perbedaan itu terjadi karena latar
belakang sosial, ekonomi, dan pengalaman yang mereka miliki berbeda. Sebagian masyarakat ada yang berpandangan pesimistis, namun ada pula yang berpandangan optimistis
terhadap kemampuan mereka dalam merespon pembangunan pendidikan. Penelitian ini
ingin menjawab permasalahan: (1) Bagaimanakah kiai salaf memberi makna pembangunan
pendidikan yang berlangsung saat ini? dan (2) Bagaimanakah kiai salaf mengaktualisasikan
tindakannya dalam merespon pembangunan pendidikan?. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian kualitatif dalam perspektif fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik pengamatan peranserta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
Sedangkan analisis data menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman, dengan
langkah-langkah: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Kiai salaf memaknai pembangunan pendidikan
sebagai: (a) memiliki arti sangat penting untuk mencerdaskan masyarakat dan mengembangkan budi pekerti luhur; (b) kewajiban masyarakat Indonesia, terutama Pemerintah; (c)
lebih mengutamakan pembangunan pendidikan formal dari pada pendidikan nonformal; (d)
pembelajaran keagamaan lebih banyak teori dari pada praktik; (2) Kiai salaf mengaktualisasikan tindakan dalam merespon perkembangan pendidikan dalam bentuk: (a)
pengembangan program-program pendidikan yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat; (b) penekanan pada sistem pembelajaran praktis-aplikatif; dan (c) tranformasi
nilai tradisional pesantren ke dalam kehidupan kini dan masa depan. Saran-saran yang
disampaikan adalah: (1) Dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan perlu pelibatan kiai
salaf senagai tokoh masyarakat; (2) Pembangunan pendidikan hendaknya dilaksanakan
secara adil dan seimbang antara sistem pendidikan formal dan pendidikan nonformal; dan
(3) Penelitian tentang peran kiai salaf dan eksistensi pesantren salafiyah dalam pengembangan sistem pendidikan masih perlu dilakukan secara lebih terfokus dan mendalam; di
samping hasil penelitian akan bermanfaat bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pendidikan, juga dapat memperkaya khasanah keilmuan pendidikan, khususnya pendidikan nonformal berbasis pesantren.
046
Bambang Budi Wiyono dan Burhanudin. 2009. Faktor-Faktor Determinan Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dan Efeknya terhadap Motivasi Kerja,
Budaya, Keefektifan Kerja Tim, serta Pengembangan Organisasi Sekolah Dasar
Kata-kata kunci: kepemimpinan transformasional, pendidikan formal, masa kerja, usia, motivasi
kerja, budaya organisasi, kepala sekolah

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor kepemimpinan transformasional kepala sekolah, dan menguji model struktural pengaruh pendidikan formal, pendidikan
dalam jabatan, masa kerja, usia, kecerdasan intelektual, kematangan emosi, dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap motivasi kerja anggota, budaya
organisasi, keefektifan kerja tim, dan peningkatan organisasi sekolah, baik secara langsung
atau tidak langsung. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Kabupaten Malang.
Desain penelitian menggunakan penelitian eksplanasi, bentuk causal modeling. Sampel
penelitian diambil sebanyak 76 kepala sekolah dan 152 guru, dengan menggunakan teknik
cluster random sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis data
kualitatif, dan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Berdasarkan hasil analisis, dapat
disimpulkan bahwa idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan
individualized consideration merupakan faktor-faktor kepemimpinan transformasional kepala
sekolah. Kepemimpinan transformasional berpengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap motivasi kerja guru, budaya organisasi, keefektifan kerja tim guru, dan usaha
peningkatan sekolah.

29 Edisi ke-29 Tahun 2010

047
Dwi Listyorini, Mohamad Amin, dan Aris Winaya. 2009. Blokade Karsinogenesis Oleh
Ekstrak Gynura procumbens melalui Pengamatan Aktivitas Sitokrom P450 dan
Glutathion S-Transferase pada Tikus Galur Sprague Dawley setelah Induksi
7,12-Dimethylbenz(a)antrasen
Kata-kata kunci: Gynura procumbens , antivitas GST dan Sitokrom P450

Daun sambung nyawa (gynura procumbens) dan telah lama digunakan secara
tradisional sebagai tanaman obat yang berkhasiat antikanker. Sejauh ini para peneliti belum
banyak melakukan kajian tentang efek farmakologi secara molekuler sebagai kemopreventif
kanker. Penelitian ini berupaya menentukan kajian molekuler enzimatis pengamatan tentang
aktivitas Sitokrom P450 dan GST (Glutathion S-Transferase ). Kedua enzim ini berperan
pada proses karsinogenesis awal dan menjadi target pengaruh bagi senyawa kemopreventif
kanker kelenjar mamae. Digunakan sebanyak 25 ekor tikus putih betina galur Sprague
dawley umur 40 hari. Tikus dikelompokkan dalam lima kelompok perlakuan, setiap
perlakuan menggunakan replikasi lima ekor. Kelompok Perlakuan I kontrol positip diberi
DMBA (sebagai inisiator kanker) 20 mg/kg bb. sebanyak lima kali pemberian selama satu
minggu. Pemberian ekstrak gynura procumbens pada Perlakuan II dan III dilakukan setiap
hari selama tiga minggu dengan dosis 300 dan 750 mg/kg bb. Perlakuan IV dan V
merupakan kontrol negatip, yaitu pemberian ekstrak 300 dan 750 mg/kg bb. tanpa
pemberian DMBA. Pengamatan aktivitas CYP1A1 dan GST dilakukan pada akhir minggu
ketiga dengan mengorbankan semua tikus secara dislokasio servikalis, kemudian diisolasi
organ hepar dan dilakukan preparasi jaringan untuk selanjutnya pengamatan dengan
spektrofotometri terhadap fraksi sitosol GST dan fraksi mikrosom Sitokrom P450. Hasil
pengamatan menunjukkan adanya peningkatan aktivitas GST secara signifikan (p<0,05)
dan penurunan aktivitas Sitokrom P450 secara signifikan (p<0,05) pada pemberian ekstrak
gynura procumbens 300 dan 750 mg/kg bb. Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak
etanol daun gynura procumbens memegang peranan penting sebagai kemopreventif kanker,
karena berperan sebagai blocking agent pada tahap inisiasi karsinogenesis, sehingga
menghambat perkembangan lebih lanjut ke arah keganasan.
048
Tjitjik Sriwardhani dan Iriaji. 2009. Kajian Estetis dan Makna Simbolis Ragam Hias Relief
Candi Bajang Ratu
Kata-kata kunci: kajian estetis-simbolis, ragam hias, Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu merupakan salah satu peninggalan kesenian di kompleks


kerajaan Majapahit memiliki karakteristik bentuk dan ragam hias yang menarik. Artinya
Candi Bajang Ratu tersebut memiliki bentuk dan ragam hias relief dengan unsur-unsur yang
dapat diamati nilai estetik dan makna simboliknya sebagai satu fenomena sosial yang
memiliki kaitan dengan struktur sosial masyarakatnya. Hal ini merupakan cermin dari
interaksi relasi fungsional yang bersifat transformatif, yaitu makna-makna kehidupan yang
mengatur pemahaman realitas saling kait mengkait, yakni adanya pengaruh antara tindakan
dalam kehidupan dengan pemahaman simbol-simbol religi. Berbagai fenomena yang
melatarbelakangi keberadaan candi Bajang Ratu merupakan satu bagian sejarah kesenian
Indonesia yang patut diungkap dalam rangka menggali khasanah budaya bangsa. Guna
memperoleh gambaran ragam hias relief candi Bajang Ratu, maka perlu diadakan penelitian
melalui penggalian fenomena nilai-nilai estetis dan makna simbolis ragam hias relief candi
Bajang Ratu. Kajian estetik akan membahas masalah intra estetik yang terdapat pada
ragam hias relief candi Bajang Ratu, sedangkan kajian simbolik akan membahas masalah
tanda pada ragam hias sebagai makna simbolik nilai-nilai filosofi kehidupan masyarakat
yang merupakan ekstra estetiknya. Sehingga dapat digunakan sebagai alternatif penentu
kebijakan untuk mengupayakan sosialisasi hasil kajian tersebut melalui bidang pariwisata,
maupun bidang pendidikan, guna meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat dan anak

30 Abstrak Hasil Penelitian

didik terhadap nilai-nilai estetis dan makna simbolis ragam hias relief candi Bajang Ratu
dalam pelestarian khasanah budaya bangsa.
049
Joko Sayono dan Ahmad Munjin Nasih. 2009. Tradisi Bahtsul Masail di Pondok
Pesantren
Kata-kata kunci: Bahtsul Masail, pondok pesantren

Forum bahtsul masail adalah suatu forum ilmiah yang dilakukan oleh para santri dan
kyai guna membahas berbagai problematika yang terjadi di tengah masyarakat, baik
problem keagamaan atau kemasyarakatan. Sisi menarik dalam forum ilmiah ini adalah
keberadaan referensi klasik (kitab kuning) sebagai rujukan utama dalam setiap pengambilan
keputusan. Para santri selalu mengambil dasar argumentasinya melalui referensi-referensi
klasik tersebut. Tema-tema yang dikaji di dalam referensi klasik tersebut tidak terbatas pada
persoalan thaharah, shalat, dan ibadah keseharian saja, namun juga persoalan kemasyarakatan, ekonomi dan politik. Subtansi bahtsul masail adalah bagaimana komunitas
pesantren (kyai dan para santri), tertarik untuk turut memikirkan persoalan-persoalan yang
secara keilmuan berada "diluar" disiplin ilmu mereka.Hasil Bahtsul masail sangat beragam
dan dinamis, artinya banyak masalah yang berhasil diberikan dasar fikihnya beserta alasan
dan kitab rujukannya. Dinamis artinya bahwa putusan bahtsul masail dapat mengalami
perubahan, misalnya dari Haram ke halal atau sebaliknya. Dasar utama pemikiran dalam
mengambil keputusan adalah mengacu pada ada tidaknya kemaslahatan bagi umat tanpa
harus meninggalkan norma ubudiyah yang sudah baku. Hal ini dianggap sebagai kewajiban
moral Kyai dan santri dengan institusi pondok pesantren untuk selalu menjaga situasi dan
kondisi masyarakat agar dapat menjalankan kehidupan sehari-hari dengan baik dan tidak
melanggar norma-norma agama yang dianut. Pembahasan aspek politik dalam forum
bahtsul masail adalah upaya pesantren untuk masyarakat agar berpikir dan bersikap secara
tepat.
050
Yuni Pratiwi. 2009. Nilai Budaya Perempuan dalam Sastra Peranakan TionghoaIndonesia
Kata-kata kunci: nilai budaya, sastra peranakan Tionghoa-Indonesia, nilai ketuhanan, nilai sosial,
nilai personal

Wacana sastra Indonesia selalu merepresentasikan model dunia-kehidupan manusia


tertentu. Salah satu khazanah sastra di Indonesia yang merepresentasikan model duniakehidupan manusia tertentu ialah wacana sastra Peranakan Tionghoa Indonesia. Nilai
budaya perempuan etnis Tionghoa (mungkin) berbeda dengan nilai perempuan Indonesia
(baca: Jawa). Karena itu, nilai budaya perempuan etnis Tionghoa dalam Sastra Peranakan
Tionghoa Indonesia perlu dikaji lebih komprehensif. Masalah nilai-nilai budaya perempuan
meliputi (1) nilai yang berkenaan dengan kehidupan ketuhanan yang dihayati dan diikuti
perempuan (nilai religius); (2) nilai yang berkenaan dengan kehidupan sosial yang dihayati
dan diikuti perempuan (nilai sosial); dan (3) nilai yang berkenaan dengan kehidupan pribadi
[nilai personal] yang dihayati dan diikuti perempuan yang direpresentasikan di dalam sastra
Peranakan Tionghoa Indonesia. Berdasarkan paradigmanya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang historis-hermeneutis karena secara kualitatif dan interpretatif mendeskripsikan bangunan nilai budaya perempuan di dalam wacana sastra Peranakan Tionghoa
Indonesia. Lebih jauh lagi, sebagaimana lazimnya dalam penelitian hermeneutis, data
penelitian ini merupakan data penghayatan secara langsung dan pengamatan secara
rasional (erleben dan verstehen) bukan penghitungan atau penjelasan matematis
(erklaren) yang diambil secara bolak-balik dan berulang-ulang menurut kebutuhan dan
keperluan. Mengingat luas dan banyaknya wacana sastra Peranakan Tionghoa Indonesia,

31 Edisi ke-29 Tahun 2010

tidak semua sastra Peranakan Tionghoa Indonesia dijadikan sumber data. Sesuai dengan
teknik penyampelan internal, internal sampling, yaitu penyampelan yang menyandarkan diri
pada terwakilinya informasi yang secara kualitatif mendalam, memadai, dan menyeluruh
tentang model dunia-kehidupan perempuan yang direpresentasikan dalam wacana sastra
peranakan Tionghoa Indonesia, sumber data yang dipilih untuk dianalisis berupa novel
karya penulis peranakan Tionghoa-Indonesi periode 1960-an2000-an (mutakhir). Data
penelitian ini meliputi (i) nilai religious; (ii) nilai sosial; dan (iii) nilai personal yang dihayati
dan diikuti perempuan yang direpresentasikan di dalam sastra Peranakan Tionghoa
Indonesia. Pada dasarnya, analisis data penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan
prinsip (a) pemahaman arti secara mendalam (sinverstehen) menurut asas-asas hermeneutika Dilthey, Gadamer, dan Ricour; (b) analisis isi (content analysis) khususnya analisis domain kultural menurut Spradly; dan (c) analisis interaktif-dialektis. Artinya, analisis
data dilakukan secara melingkar, berulang-ulang, timbal-balik, dan bolak-balik (menurut keperluan) dengan fokus wacana novel Indonesia dalam rangka memperoleh penghayatan
dan pemahaman arti yang mendalam terhadap nilai budaya perempuan yang direpresentasikan oleh wacana sastra Peranakan Tionghoa Indonesia tersebut. Temuan pertama dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh perempuan peranakan Tionghoa-Indonesia dalam
prosa modern mengakui: (1) keberadaan Tuhan yang mencakup: (a) pengakuan terhadap
Tuhan sebagai pengatur kehidupan manusia; (b) Tuhan menghukum dan memberi perigatan kepada manusia yang bersalah atau mereka yang melakukan tindakan berdosa; (c)
kepercayaan kepada takdir Tuhan; (2) adanya penghargaan kaum perempuan terhadap
ciptaan Tuhan yang ditunjukkan dengan; (a) pernyataan sebagai perempuan yang mulia dan
bertanggung jawab dalam memelihara anak sebagai keturunannya; (b) serta selalu
berusaha memelihara dan menjaga kehormatan diri; (3) kekuasaan Tuhan yang dinyatakan
dalam diri perempuan yang meningkatkan diri sebagai hamba Tuhan yang iklas, mencakup:
(a) melakukan penyesuaian keyakinan diri terhadap nilai-nilai religi dalam masyarakat; (b)
kemampuan berpindah agama untuk membangun kehidupan baru; dan (4) kepercayaan
terhadap ritual-ritual keagamaan yang mesih tetap dipegang dalam bentuk mempercayai
takdir dalam kehidupannya. Temuan kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh
perempuan dalam novel karya peranakan Tionghoa-Indonesia menghayati nilai-nilai sosial
yang mencakup: (1) pengakuan bahwa perempuan memiliki kedudukan sebagai penjaga
jalinan hubungan kekerabatan, dalam hal ini perempuan berkewajiban untuk menjalin
hubungan sosial dengan keluarga berdasarkan garis keturunan, menjalin hubungan dengan
keluarga lain karena ikatan perkawinan demi menjaga harmoni keluarga besar, menjalin
hubungan dengan keluarga lain untuk memperluas pergaulan dan mendapatkan jodoh, serta
menjalin hubungan dengan orang lain untuk memperluas pergaulan; (2) usaha perempuan
menjaga ikatan perkawinan untuk membangun pribadi yang mulia dan setia; (3) usaha
perempuan peranakan Tionghoa-Indonesia dalam menunjukkan rasa nasionalisme; (4)
keharusan bagi perempuan untuk mendapatkan jodoh yang seimbang demi menyempurnakan hidup; (5) sebagai perempuan modern yang bergaul secara luas untuk membangun
eksistensi diri; (6) peran perempuan dalam mengakrabkan hubungan keluarga melalui
budaya dengan membangun posisi etnik dalam konteks kebangsaan; (7) menjalin hubungan
hubungan antara menantu dan mertua dalam rumah tangga berdasarkan bentuk aturan
yang diterapkan dalam keluarga modern atau tradisional; dan (8) kompleksitas peran
perempuan dalam rumah tangga. Temuan ketiga penelitian ini yakni tokoh perempuan
dalam karya sastra peranakan Tionghoa-Indonesia mengakui nilai pribadi yang dihayatinya
mencakup: (1) usaha membangun citra diri sebagai perempuan yang bermartabat dengan
menjalan beberapa hal yang meliputi menjalankan prinsip-prinsip moral yang berlaku dalam
komunitas masyarakat, menggunakan busana dan tata rias sesui dengan kelas sosial,
perasaan senang mendapat pujian, memanfaatkan kecantikannya untuk memenuhi
keinginannya, menempuh pendidikan dan memperlajari keterampilan yang bisa dibanggakan, memberikan citra sebagai perempuan cerdas dengan mempelajari bahasa asing,
menunjukkan kekayaan untuk mencapai kebahagiaan hidup, serta bersikap jujur dalam
memandang kesalahan diri; (2) membangun citra diri sebagai perempuan pekerja keras
yang ditunjukkan dengan kejelasan status pekerjaan yang jelas, mengembangkan suatu

32 Abstrak Hasil Penelitian

bidang pekerjaan untuk menopang ekonomi keluarga, dan memiliki pekerjaan atau
keterampilan yang dapat mendatangkan penghasilan secara mandiri; (3) membangun citra
diri sebagai perempuan setia dan kuat pendirian, yang meliputi memelihara perasaan cinta
kepada suami dan keluarga, menjalankan kewajiban untuk setia dan membela suami,
berusaha maeredam kemarahan suami, memiliki kekuatan untuk menahan godaan,
mencintai pasangannya dengan mengabaikan kelas sosial, serta menyadari bahwa
perselingkuhan dapat mengakibatkan kehancuran rumah tangga; (4) melakukan peran untuk
melanjutkan garis keturunan dengan beranggapan bahwa ketika melahirkan anak laki-laki
lebih terhormat daripada anak perempuan; serta (5) keharusan menjaga diri dan kehormatan pribadi dengan menjaga aib keluarga dan menjaga harta kekayaan keluarga. Saransaran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, penelitian ini merupakan kajian lanjutan terhadap teks prosa peranakan TionghoaIndonesia dengan fokus nilai budaya perempuan. Penelitian dengan fokus-fokus kajian yang
berbeda terhadap teks-teks mutakhir perlu dilakukan dengan harapan dapat melengkapi
informasi yang telah didapatkan dalam penelitian ini secara sinkronis. Kedua, penelitian
lanjutan perlu memperluas jangkauan sumber data dengan mempertimbangkan jumlah dan
kurun waktu penulisannya. Terakhir, peran perempuan dalam masyarakat mengalami
perkembangan secara terus-menerus dengan konstelasi sosial, politik, dan budaya. Oleh
karena itu, penelitian lanjutan disarankan untuk mempertimbangakn aspek tersebut
ditambang aspek pendidikan sehingga hasil kajian terhadap teks sastra menjadi lebih utuh
dan dapat merepresentasikan fonomena masyarakat peranakan Tionghoa-Indonesia.
051
Kusubakti Andajani dan Dawud. 2009. Kajian Kekritisan Penalaran pada Tuturan Anak
Usia Sekolah Dasar dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Bernalar Anak:
Analisis Karakteristik Cerita, Dialog, dan Lingkungan
Kata-kata kunci: kekritisan penalaran, cerita, dialog, lingkungan, anak usia sekolah dasar

Para ahli psikologi perkembangan menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar
tumbuh dan berkembang pada fase operasional konkret. Menurut Teori Kognitif Piaget,
pada masa ini anak juga mengembangkan pikiran-pikiran logis dan mampu memahami
operasi dalam sejumlah konsep. Anak tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber pada pancaindera, karena mereka mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan antar apa
yang bersifat sementara dengan yang bersifat menetap. Hanya saja, mereka belum mampu
menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada masalah yang
kompleks. Mereka baru dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak jika bertitik tolak dari
sesuatu yang konkret, misalnya, terbukti dari kemampuan mereka dalam mengelompokkan
objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, menghubungan objek satu lawan satu dan
membalikkan hubungan itu, mengurutkan unsur-unsur atau kejadian, serta memahami ruang
dan waktu (Desmita, 2007). Di sisi lain, anak pada masa operasional konkret telah mampu
menyadari adanya konversi, yaitu kemampuan berhubungan dengan sejumlah aspek yang
berbeda secara serempak. Hal ini dikarenakan anak telah mengembangkan operasi berpikir
negasi, resiprokasi, dan identitas. Pada operasi negasi, anak tidak hanya melihat apa yang
terjadi pada suatu kegiatan, melainkan memahami proses terjadinya kegiatan, sekaligus
memahami hubungan antara satu aspek dengan aspek yang lain dalam kegiatan tersebut.
Adapun pada operasi resiprokasi, anak mengetahui lebih jauh adanya hubungan timbal-balik
antara satu aspek dengan aspek lain dalam suatu kegiatan. Pada operasi identitas, anak
mengenal dengan baik satu per satu benda-benda yang ada pada suatu kegiatan, sehingga
meski dilakukan pengubahan posisi pada benda-benda tersebut anak masih dapat
mengenalinya dengan baik (Gunarsa, 1990). Pernyataan tersebut mengimplikasikan
pemahaman bahwa, secara teoretis, anak usia sekolah dasar belum mampu memahami halhal yang bersifat abstrak. Namun, kompleksitas pola piker anak ternyata mampu

33 Edisi ke-29 Tahun 2010

menunjukkan adanya kekritisan dalam proses bernalar mereka. Dalam penelitian yang
terdahulu, telah dikaji faktor-faktor yang berperan terhadap kekritisan penalaran anak usia
sekolah dasar. Dari hasil kajian tersebut ditemukan bahwa cerita, dialog, dan lingkungan
merupakan tiga di antara sejumlah faktor yang berperan terhadap peningkatan kekritisan
penalaran anak usia sekolah dasar. Karenanya, pada penelitian yang dilakukan ini dikaji
karakteristik cerita, dialog, serta lingkungan yang dapat meningkatkan kekritisan penalaran
anak usia sekolah dasar. Kiranya fenomena ini patut dicermati lebih lanjut sehingga
diperoleh dasar pemikiran yang dapat dijadikan landasan untuk meningkatkan kekritisan
penalaran anak, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kemampuan
bernalar anak usia sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan mengaji karakteristik cerita, dialog,
dan lingkungan yang dapat meningkatkan kekritisan penalaran pada anak usia sekolah
dasar. Kajian mengenai karakteristik dongeng, dialog, dan lingkungan ini dilakukan dengan
bertitik tolak pada tuturan yang diujarkan anak usia sekolah dasar yang menjadi subjek
penelitian. Kekritisan penalaran anak diketahui dari tuturan yang mereka ujarkan.
Berdasarkan tuturan yang mengandung kekritisan penalaran anak tersebut selanjutnya
diidentifikasi karakteristik cerita, dialog, dan lingkungan yang dapat meningkatkan kekritisan
penalaran anak usia sekolah dasar. Dalam melakukan seluruh kajian tersebut, peneliti
berperan sebagai instrumen kunci, yang mengumpulkan dan menafsirkan data. Selanjutnya,
berdasarkan hasil tafsiran tersebut, dilakukan pendeskripsian terhadap karakteristik
keduanya. Kajian itu dilakukan pada latar alamiah, tanpa melakukan manipulasi apapun.
Pengondisian hanya dilakukan untuk upaya memancing munculnya kekritisan anak. Dengan
demikian, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa cerita yang dapat meningkatkan kekritisan penalaran anak memiliki
karakteristik cerita yang mampu meningkatkan kekritisian penalaran anak adalah tidak logis,
tidak dijelaskan secara gamblang, banyak memuat kosakata sejajar, membandingkan tokoh
fantasi dalam cerita dengan berbagai aspek kehidupan anak, menampilkan perilaku tokoh
yang tidak lazim, memuat hal berbeda/bertentangan dengan persepsi awal anak, serta
menceritakan masa lalu dan masa depan (futuristik). Karakteristik dialog yang mampu
meningkatkan kekritisian penalaran anak adalah dialog pertanyaan responsif, dialog ilustratif, dialog rangkaian dampak, dialog ironi, serta dialog pergantian peran. Adapun lingkungan yang mampu meningkatkan kekritisian penalaran anak adalah lingkungan yang
memungkinkan anak mendapat pembacaan dongeng berkelompok, membiasakan anak
gemar membaca, memungkinkan anak bermain bersama secara bebas, memungkinkan
terjadinya dialog antaranak atau antara anak dengan orang lain, memungkinkan anak dapat
dengan segera menerima jawaban atas setiap pertanyaan atau rasa ingin tahunya,
memungkinkan anak belajar sambil bermain, memungkinkan anak melakukan konfirmasi
nyata terhadap berbagai hal yang selama ini diketahui tiruannya saja, memungkinkan anak
untuk bisa mengeksplorasi dan menyalurkan bakat/kemampuan yang ada dalam dirinya,
serta memungkinkan anak untuk diperbolehkan mengetahui lingkungan lain yang jauh
berbeda bahkan berkebalikan.
052
Mujianto dan Abdul Syukur Ibrahim. 2009. Konstruksi Identitas Jender dalam
Pertarungan Simbolik di Media Massa
Kata-kata kunci: konstruksi, identitas jender, pertarungan simbolik, media massa

Laki-laki dan perempuan merupakan pelaku dalam permainan konstruksi identitas


jender. Dalam struktur sosial patriarki, laki-laki dikonstruk menjadi kelompok dominan dan
perempuan menjadi kelompok subordinat sehingga menumbuhkan sikap kritis perempuan.
Melalui kode-kode kebahasaan, para feminis menyadarkan kaum perempuan bahwa female
modesty telah memenjarakan mereka dan membuat mereka ditindas laki-laki. Dampak
gerakan perempuan adalah terjadi trajektori sehingga terbentuk habitus dan struktur sosial
baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh eksplanasi tentang konstruksi identitas
jender dalam pertarungan simbolik di media massa yang dirinci menjadi habitus individu,

34 Abstrak Hasil Penelitian

struktur sosial, dan trajektori. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika Gadamer
dan Ricoeur yang mengkaji makna wacana tidak sekedar dari maksud penutur tetapi juga
penerimaan pendengar. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan
metode analisis wacana. Data penelitian ini adalah ujaran wartawan, khalayak media, dan
partisipan publik yang dikumpulkan melalui teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah
(1) habitus pelaku pertarungan identitas jender direpresentasian dalam bentuk sikap dan
pola pikir penutur. Sikap penutur dalam penelitian ini meliputi sikap ekstrem, multifleksitas,
konsisten, relasional, dan ambivalen. Pola pikir penutur dalam penelitian ini meliputi pola
pikir birokratik, optimistik, realistis, taoisme, mandiri, dan perfeksionistik; (2) struktur sosial
merupakan praktik pelestarian dan perluasan kepatuhan aktif dari kelompok heterodoxa
melalui pelestarian ideologi patriarki dan pelestarian kelas sosial kelompok orthodoxa; dan
(3) trajektori merupakan dunia sosial baru yang berupa ideologi pemberdayaan dan
kesadaran bercabang dalam diri penutur.
053
I Wayan Dasna dan Parlan. 2009. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa kompleks dari
ion-ion logam transisi Bivalen (Mn2+, Fe2+, Co2+, Ni2+, dan Cu2+) dengan LiganLigan Karboksilat dan Uji Potensinya sebagai Bahan Aditif Pewarna Nyala Lilin
Kata-kata kunci: senyawa kompleks, ion-ion logam, ligan karboksilat, bahan aditif pewarna

Sintesis senyawa kompleks yang bersifat magnetik telah menghasilkan senyawasenyawa dengan struktur yang menarik (walau masih mempunyai temperatur kritik rendah)
seperti senyawa kompleks antara ion-ion logam transisi bivalen (Mn2+ dan Cu2+) dengan
ligan radikal organik nitronil nitroksida (NITpPy) dan [N(CN)2]- yaitu Mn(NITpPy)4[N(CN)2]2
(Dasna et al., 2000) Mn(NITpPy)2[N(CN)2]2(H2O)2 (Dasna et al., 2001b), Mn(NITpPy)2
[N(CN)2]2. 3CH3CN (Dasna, et al., 2001c) dan senyawa Mn(NITpPy)2[Ag(CN)2]2 (Dasna, et
al., 2001d). Penelitian lanjutan yang telah dilakukan adalah sintesis senyawa kompleks
sebagai prekursor baru menggunakan ion-ion logam transisi bivalen: Mn2+, Fe2+, Co2+, Ni2+,
dan Cu2+ dengan ligan-ligan heterosiklik: quinolina, isoqunilina, dan 8-hidroksiquinolina dan
ligan jembatan [N(CN)2]- atau N3- (Dasna, 2006). Penggunaan ligan [N(CN)2]- atau N3mengalami hambatan karena ligan tersebut sulit diperoleh di Indonesia dan tidak boleh
diimpor dari luar negeri karena alasan keamanan dan berbahaya terhadap lingkungan. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan reorientasi sintesis senyawa kompleks tanpa menggunakan liganligan sianida tetapi menggunakan ligan-ligan yang berasal dari bahan-bahan alami
Indonesia. Pada penelitian ini akan digunakan ion-ion logam transisi dan ligan-ligan karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis minyak kelapa produksi Indonesia. Rancangan penelitian
yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen laboratorium. Tahap-tahap penelitian
meliputi: (1) hidrolisis minyak kelapa untuk memperoleh asam-asam karboksilat; (2)
mereaksikan asam-asam karboksilat dengan basa alkali melalui reaksi safonifikasi; (3)
sintesis kompleks dari ion transisi bivalen dengan garam karboksilat melalui reaksi transsafonifikasi; (4) karakterisasi hasil sintesis yang meliputi; titik lebur, penentuan bilangan
koordinasi dengan metode jobs, penentuan perubahan gugus fungsi dengan IR, penentuan
kelarutan kompleks, penentuan harga 10Dq kompleks dengan UV, dan (5) uji nyala
kompleks sebagai bahan aditif pada lilin. Hasil penelitian tahun I (2008) dan tahun II (2009)
adalah telah diperoleh senyawa kompleks menggunakan ion pusat Cu(II), Co(II), Ni(II), dan
Zn(II) dengan ligan-ligan asetilasetonat, kurkumin, risinoleat, dan karboksilat. Kompleks
yang diperoleh adalah [Cu(acac)Lx]NO3 (L=H2O, CH3OH; x=2 atau 4), [Co(Kur)2(ONO2)2],
[Co(Kur)2(Cl)2], [Ni(kur)2], [Zni(kur)2], [Cu(RCOO)3]-, [Cu(RCOO)2], dan [CNi(RCOO)3]-.
Kompleks yang dihasilkan larut dalam alkohol, metanol, dan oktanol namun sedikit larut
dalam parafin. Kompleks larut dalam parafin-oktanol sehingga dapat memberikan warna
nyala yang berbeda bila dibakar. Warna nyala lilin setelah ditambahkan senyawa kompleks
yang paling baik diperoleh pada penambahan kompleks Cu-acac. Perubahan warna juga
dapat terjadi pada penambahan kompleks pada minyak kepala. Variasi warna nyala lilin

35 Edisi ke-29 Tahun 2010

setelah ditambahkan kompleks Cu-acac menyebabkan warna hijau, penambahan kompleks


Cu-kurkumin menyebabkan warna ungu-kuning, Ni-kurkumin memberikan warna nyala hijau,
Cu-karboksilat memberikan warna nyala hijau. Kompleks-kompleks yang lain tidak
memberikan perubahan warna nyala lilin ketika dibakar.
054
Alif Mudiono, Sri Nuryati, dan Sunarto Hapsoyo. 2009. Pengembangan Model
Pembelajaran Guide Reading dengan Teknik Directed Reading Thinking
Activities di Sekolah Dasar
Kata-kata kunci: model, pembelajaran, guided reading, DRTA

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengetahuan guru SD tentang perlunya


model pembelajaran guide reading dengan teknik DRTA, analisis kebutuhan pembelajaran,
dan persepsi/tanggapan guru tentang model rancangan pembelajaran guide reading dengan
teknik DRTA. Subjek penelitian ini adalah guru yang membelajarkan membaca pemahaman
di kelas V SD. Data diambil dengan menggunakan instrumen angket yang dilengkapi
pedoman wawancara dan observasi. Rancangan deskriptif dilakukan melalui pengecekan
keabsahan data, pengidentfikasian dan pengklasifikasian data, dan analisis data dengan
cara menghitung persentase data ke dalam tabel, serta menentukan hasil dan pembahasannya. Hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran membaca di Wilayah SD Kota dan
kabupaten Blitar dapat dikembangkan melalui Teknik Directed Reading Thinking Activities
(DRTA). Pengembangan model pembelajaran ini bergantung kepada kreativitas guru. Di
pihak guru model pembelajaran ini dapat dikemas untuk meningkatkan daya kritis siswa
terhadap bahan/isi teks yang dibaca.
055
Alwisol, Hartati Eko Wardani, dan Adi Atmoko. 2009. Pengembangan Instrumen
Diagnosis Autisme Anak
Kata-kata kunci: pengembangan instrument, autisme

Pengembangan Instrumen Diagnosa Autisme (IDA) memiliki posisi yang strategis


dalam rangka menangani gangguan spektrum autisme. Kelangkaan instrumen yang standar
membuat para pakar dan praktisi di bidang autisme mengembangkan sendiri-sendiri model
diagnosis berdasarkan ilmu dan pengalaman prakteknya. Tidak ada konsep dan diagnosa
yang standar, sehingga kerjasama antar instansi tersendat-sendat. Kondisi semacam itu
dapat membuat pengembangan proses penanganan menjadi tidak optimal, karena masingmasing institusi berusaha berkembang sendiri-sendiri. Penelitian deskkriptif-eksploratif
dilakukan di lembaga pendidikan anak pengidap autisme. Dari 80 orang sampel, dapat
direkam 1239 tingkahlaku indikator autisme, yang terbagi menjadi lima sub-variabel, yakni
sub-variabel Ketrampilan Komunikasi, Interaksi Sosial, Psikomotorik, Ekspresi Emosi, dan
Kecerdasan. Dari setiap sub-variabel kemudian dipilih 20 tingkahlaku indikator yang paling
baik. Pilihan dilakukan dengan melakukan analisis korelasional, antara tingkahlaku indikator
itu dengan nilai power (kekuatan tingkahlaku itu menjadi indikator autisme menurut penilaian
guru) dan dengan beratringannya terpapar gangguan autisme. Penelitian melibatkan 5
orang mahasiswa yang memanfaatkan data indikator autisme untuk menyusun skripsi.
Masing-masing skripsi meneliti satu sub-variabel IDA. Produk penelitian berupa instrumen
IDA, terdiri dari Buku Soal IDA dan Buku Manual IDA. Pada penelitian tahap kedua
diharapkan dapat dilakukan uji validitas dan reliabilitas, serta pengembangan standar-norma
analisisnya.

36 Abstrak Hasil Penelitian

056
Imanuel Hitipeuw, Sri Weni Utami, Carolina Ligya Radjah, dan Arbin Janu Setiyowati. 2009.
Pengembangan Model Konsultasi Direct Behavioral Consultation (Upaya
Memberdayakan Guru SD Mengatasi Masalah Tingkah-Laku Siswa)
Key word: Behavior Problems, Teacher Perception, elementary school

This study aimed at knowing teacher perception on which behavior problems of their
students were most trouble some, and which of them teacher faced regularly, and difficult to
be solved by the teachers without asking help from other competent person. This was the
survey research. Questionnaires consisted of 4 items were administered to collect data from
18 subjects. The subjects were elementary school teachers at one school in Balikpapan. The
research findings showed that (1) disrespect, disruptive, inattention, aggressive, and
excessive talking were among the most most troublesome behavior in the classroom; (2)
excessive talking, inattention were the behavior problems occurred mostly and regularly in
the classroom; (3) disrespect, aggressive, excessive talking and inattention were difficult for
teachers to solve the problems; and (4) the behavior problems of students promoted
teachers to seek professional helps were disrespect, aggressive, inattention, nervous
behavior and apathy. Based on the findings, teachers in schools need to be prepared for
how to deal with the behavior problems of the students, in order t help the students to grow.
057
Mardianto. 2009. Pengembangan Kurikulum dan Bahan Pembelajaran Pendidikan
Jasmani untuk Anak Penyandang Autis Pada Lembaga Pendidikan dan Pusat
Layanan Terapi
Kata-kata kunci: pengembangan kurikulum, bahan ajar, pendidikan jasmani, autis

Setiap orangtua berharap memperoleh keturunan, anak yang sehat, cerdas, dan
berkembang secara normal. Fakta menunjukan bahwa gangguan perkembangan anak
kurang normal semakin meningkat jumlahnya. Gangguan perkembangan anak yang
menyimpang, antara lain ditandai dengan; kurang merespon terhadap orang lain, termasuk
orangtuanya sendiri sejak usia 30 bulan pertama, akibatnya kegagalan membentuk perilaku
yang melekat terhadap orangtuanya sendiri secara wajar, tidak berminat membentuk
hubungan dengan manusia, akibat lebih lanjut kegagalan anak dalam membina permainan
yang kooperatif dan berkawan, gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa, akibatnya mengalami gangguan membaca, menulis, dan berhitung. Gangguan yang disebutkan di
depan didiagnosis sebagai Autis.
058
Ruminiati dan Anastasia Widjajantin. 2009. Pengembangan Kurikulum Sekolah Anak
Berkebutuhan Khusus (Autis) Tingkat Sekolah Dasar
Kata-kata kunci: pengembangan kurikulum, anak autis

Ada sejumlah sekolah dasar bagi anak berkebutuhan khusus (autis) di Indonesia.
Namun, belum ada kurikulum standar yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran di
sekolah-sekolah tersebut. Selama ini, para guru di sekolah-sekolah autis tersebut
merancang sendiri kurikulum bagi anak didiknya dengan menggabungkan antara kurikulum
sekolah luar biasa (SLB) dengan sekolah dasar (SD). Padahal, kebutuhan pendidikan pada
anak-anak autis sangat berbeda dengan anak-anak luar biasa (yang belajar di SLB) dan
anak-anak pada umumnya (yang belajar di SD), sehingga seharusnya kurikulum untuk
sekolah anak berkebutuhan khusus (autis) pun tidak dapat dilakukan dengan menggabungkan begitu saja isi kedua kurikulum tersebut. Berkaitan dengan alasan tersebut, kurikulum
sekolah anak berkebutuhan khusus (autis) tingkat sekolah dasar, sangat mendesak

37 Edisi ke-29 Tahun 2010

diperlukan. Penelitian ini dirancang untuk menyusun kurikulum seperti tersebut di atas
dengan didasarkan pada analisis kebutuhan di lapangan. Penelitian mengenai analisis
kebutuhan pengetahuan anak autis dilakukan pada tahun pertama. Berdasarkan hasil
analisis kebutuhan tersebut, penelitian tahun kedua diarahkan untuk menyusun kurikulum
dan langsung diujicobakan. Sejalan dengan uraian di atas, rincian tujuan penelitian tahun
pertama dijelaskan sebagai berikut (1) Mendeskripsikan perilaku dan kebiasaan anak autis;
(2) Mendeskripsikan bentuk perlakuan yang dibutuhkan oleh anak autis; (3) Mengidentifikasi
berbagai permasalahan yang dihadapi guru terkait dengan kurikulum dan silabus tentatif
yang digunakan di sekolah-sekolah anak berkebutuhan khusus (autis) tingkat sekolah dasar
selama ini; dan (4) Mengembangkan model kurikulum bagi sekolah anak berkebutuhan
khusus (autis) tingkat sekolah dasar berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Adapun rincian
tujuan penelitian tahun kedua dipaparkan sebagai berikut (1) Melakukan uji validasi ahli
untuk meningkatkan kevalidan model kurikulum bagi sekolah anak berkebutuhan khusus
(autis) tingkat sekolah dasar yang dikembangkan; (2) Merevisi kurikulum bagi sekolah anak
berkebutuhan khusus (autis) tingkat sekolah dasar berdasarkan hasil uji validasi ahli; (3)
Melakukan ujicoba lapangan terhadap model kurikulum bagi sekolah anak berkebutuhan
khusus (autis) tingkat sekolah dasar yang dikembangkan; dan (4) Merumuskan kurikulum
standar bagi sekolah anak berkebutuhan khusus (autis) tingkat sekolah dasar berdasarkan
hasil ujicoba lapangan. Rangkaian penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian
pengembangan yang diawali dengan studi lapangan dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Digunakannya pendekatan deskriptif kualitatif dikarenakan penelitian ini
bermaksud mendes-kripsikan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pengetahuan anak
autis. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut dikembangkan model
kurikulum bagi sekolah anak berkebutuhan khusus (autis). Kegiatan ini dilakukan pada
tahun pertama. Pada tahun kedua, terhadap model kurikulum yang telah dikembangkan ini
dilakukan uji validasi ahli dan uji coba, sehingga pada akhirnya tersusun suatu kurikulum
bagi sekolah anak berkebutuhan khusus (autis) yang siap didistribusikan dan digunakan
secara luas di Indonesia. Hasil yang telah dicapai pada tahap pertama (1) mampu
mendeskripsikan karakteristik anak autis dari lima sekolah autis dan tujuh pusat terapi anak
autis di Malang, Surabaya, Mojokerto, Jombang dan Jember. Dari sepuluh anak yang diteliti
karakter satu sama lain sangat berbeda-beda, sehingga kurikulum yang disusun juga tidak
sama; (2) telah ditemukan berbagai bentuk perlakuan yang dibutuhkan oleh anak-anak
autis; (3) telah diketemukan berbagai permasalahan yang dihadapi guru terkait dengan
keberadaan kurikulum tentatif, yang merupakan dari hasil buatan sendiri. Dari berbagai
kesulitan tersebut ada beberapa sekolah yang memutuskan tidak menggunakan kurikulum
sehingga guru mengajar menyesuaikan kondisi anak saja; dan (4) telah dikembangkan
model kurikulum anak autis, yang disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan anak autis.
Model tersebut masih sebatas contoh dari beberapa anak yang akan dikonsulkan dengan
ahli kurikulum yang paham tentang anak autis.
059
Siti Asmah dan S. Mundzir. 2009. Model Bahan Ajar Life Skills Berbasis Perhutanan
Sosial (Social Forestry) bagi Petani Hutan (Pesanggem) dalam Pelestarisn
Hutan di Desa Sumberagung, Kabupaten Malang
Kata-kata kunci: bahan ajar, life skills, pesanggem, dan perhutanan sosial

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang profil


kelembagaan Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan (LKDPH) Wono Mulyo sebagai
wadah oraganisasi pesanggem, profil pesanggem, meliputi: latar belakang pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, luas lahan wengkon, dan profil kebutuhan belajar pesanggem,
meliputi analisis kebutuhan belajar, potensi sumber belajar, dan analisis jenis ketrampilan
pesanggem terkait dengan program perhutanan sosial. Berdasarkan hasil temuan penelitian
akan disusun bahan ajar (sebagai model) untuk pembelajaran program life skills berbasis
perhutanan sosial yang dilengkapi perangkat pembelajarannya, antara lain: pedoman

38 Abstrak Hasil Penelitian

pelaksanaan dan media pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian dengan rancangan gabungan antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kauntitatif untuk menemukan hubungan antara aktivitas pesanggem
dengan latar belakang sosial ekonomi, dan keanggotaan pesanggem dalam LKDPH,
sedangkan pendekatan kualitatif untuk menemukan gambaran tentang kebutuhan belajar
pesanggem, sumber belajar dan potensi Desa Benjor. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, observasi dan diskusi kelompok terfokus. Data hasil penelitian
dianalisis dengan teknik tes untuk data kuantitaif, sedangkan data kualitatif menggunakan
analisis model Creswell. Temuan penelitian ini antara lain LKDPH sebagai wadah kelembagaan pesanggem, memiliki berpotensi besar sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan pesanggem utamanya untuk mengoptimalkan pemanfaatan hutan dalam rangka
peningkatan ekonomi masyarakat dan sekaligus wadah untuk berpartisipasi secara aktif
dalam upaya pelestarian hutan. Organisasi LKDPH dalam perkembangannya meng-alami
dinamika kelembagaan baik dalam penyelengaraan kegiatan organisasi maupun dalam
penataan struktur organisasi. Dinamika tersebut terlihat dalam reformasi kepengurusan
terkait dengan aktivitas kelembagaan. Disamping itu penelitian ini juga menemukan bahwa
aktivitas pesanggem dalam pelestarian hutan pada umumnya bersifat positif, walaupun ada
beberapa orang yang secara individual aktivitasnya ada yang negatif, atau dapat dikatakan
bahwa secara umum bahwa aktivitas pesanggem memiliki hubungan positif terkait dengan
latar belakang social ekonomi dan keanggotaan ppesanggem dalam LKDPH Wono Mulyo.
Temuan yang lain terkait dengan kebutuhan belajar pesanggem, sumber belajar dan potensi
loka desa Sumberagung, antara lain: (1) kebutuhan pengem-bangan berpikir rasional; (2)
ketrampilan mencari nafkah; (3) ketrampilan berkeluarga; dan (4) ketrampilan berwarga
negara. Keempat kebutuhan dasar tersebut sebagai bahan untuk mengembangkan program
life skills berbasis Perhutanan Sosial. Program life skills berbasis Perhyutanan Sosial yang
akan dikembangkan sebagai model bahan ajar terdiri atas: (1) kecakapan personal; (2)
kecapakan sosial; (3) kecakapan akademik; dan (4) kecakapan vokasional. Berdasarkan
kesimpulan hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, maka akan
dikemukakan bebera saran sebagai berikut: (1) perlu adanya penguatan kelembagaan
organisasi Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan (LKDPH) agar aktivitas pesanggem
tetap berjalan dan tidak terpengaruh arus reformasi dan reorganisasi struktur kepengurusan
lembaga karena adanya kepentingan berbagai pihak. Di samping itu juga perlu dibangun
pola interaksi sosial diantara anggota kelompok sehingga tidak muncul konflik sosial sesama
anggota dan (2) perlu dibangun suatu pola pemikiran rasional tentang pengelolaan hutan
berbasis Perhutanan Sosial (social forestry) dalam rangka kerjasama dengan pihak
Perhutani sebagai pemangku hutan di Jawa. Hal ini diperlukan agar pesanggem tetap
memiliki kekuatan sebagai mitra dalam proses pengelolaan hutan dan tidak diperlakukan
sebagai tenaga kerja upahan oleh pemangku hutan. Saran lain terkait dengan program life
skills, yaitu: (1) diperlu program pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi pesanggem
agar dapat hidup mandiri terlepas dari ketergantungan berbagai pihak dalam upaya
pelestarian hutan dan (2) perlu adanya kelanjutan penelitian sebagai uji coba model bahan
ajar berbasis Perhutanan Sosial untuk mendukung program life skills bagi pesanggem desa
Sumberagung maupun pesanggem lainnya yang terlibat dalam program Perhutanan Sosial.
060
Sjafruddin A.R. dan Yusuf Hanafi. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah
Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Integratif antara Religious
Studies, Natural Sciences, Social Sciences, dan Humanities
Kata-kata kunci: Pendidikan Agama Islam, pendekatan integratif-interkonektif

Pemilahan secara dikotomis antara keilmuan agama dan keilmuan umum


mengakibatkan kajian-kajian keislaman menjadi kaku sehingga kurang responsif terhadap
tantangan dan tuntutan perkembangan zaman. Ironisnya, bangunan epistemologi keilmuan

39 Edisi ke-29 Tahun 2010

dari text book matakuliah PAI yang lama di Universitas Negeri Malang, yakni buku
Reorientasi Pendidikan Islam: Menuju Pengembangan Kepribadian Insan Kamilberdasarkan telaah pendahuluan penelitijustru mencerminkan paradigma dikotomis dengan
model kajian single entity atau setidaknya isolated entities (padahal idealnya: interconected
entities). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun buku ajar matakuliah PAI baru yang dijiwai
oleh etos dan nafas reintegrasi epistemologi keilmuan agama (religious studies) dan
keilmuan umum (natural sciences, social sciences, dan humanities). Buku ajar PAI dengan
karakteristik seperti itu nantinya diharapkan akan mampu mengantarkan lahirnya output
yang kritis, analitis, berhorizon luas, dan berjiwa terbuka, bukan sebaliknya mahasiswa yang
tidak berkarakter, ekslusif dengan bidang ilmu yang ditekuni, serta mudah menjatuhkan
vonis takfir (pengkafiran) terhadap sesamanya yang berbeda pandangan. Oleh karena itu,
pada tahun pertama (dari dua tahun yang direncanakan) akan dilakukan: (1) pengkajian
teori penulisan buku ajar; (2) pendalaman konsep dan operasionalisasi kajian integratifinterkonektif dalam disiplin ilmu-ilmu keislaman; (3) pengembangan silabus dan komposisi
bab (struktur materi) berikut komponen-komponennya, seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, alokasi waktu, dan lembar kerja mahasiswa; (4)
penulisan draft materi pembelajaran berdasarkan silabus; (5) mencari komentar atas draft
tersebut dari para pakar metodologi studi Islam, khususnya yang mendalami kajian keislaman secara interdisipliner; dan (6) menyempurnakan draft berdasarkan masukan para pakar.
Kegiatan pengembangan tahap pertama akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
rancangan studi pustaka. Karenanya kajian pada tahun pertama ini lebih bersifat kepustakaan (library research). Data-data yang akan dihimpun merupakan data-data kepustakaan
yang representatif dan relevan dengan obyek studi ini, yaitu materi-materi studi keislaman
dengan pendekatan integratif-interkonektif yang dituangkan dalam produk buku ajar
matakuliah PAI untuk PTU. Adapun pada tahap kedua, pendekatan penelitian yang digunakan merupakan gabungan antara kualitatif dan kuantitatif, karena kegiatan pengembangan
pada tahun kedua ini lebih didominasi oleh uji coba produk dan perbaikan draft materi yang
telah tersusun pada tahun pertama setelah mendapatkan masukan dari para pakar dan
pengguna bahan ajar PAI (baca: mahasiswa). Untuk menggali masukan dari para pakar dan
pengguna bahan ajar, peneliti akan menggunakan teknik wawancara mendalam dan
kuesioner. Hasil penelitian pengembangan ini meliputi: (1) silabus pengembangan bahan
ajar PAI dengan pendekatan integratif-interkonektif [interdisipliner]; (2) bahan ajar perkuliahan PAI dengan pendekatan integratif-interkonektif [interdisipliner]. Tiap pokok bahasan
mencakup uraian tentang kompetensi dasar, indikator pencapaian, bahasan inti, dan latihan
yang didesain untuk disajikan dalam 16 kali tatap muka (minus 2 pertemuan untuk Ujian
Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester). Rinciannya adalah sebagai berikut: (a)
Prinsip-prinsip akidah Islam [2 x 100 menit]; (b) Konsepsi Islam tentang manusia [1 x 100
menit]; (c) Hukum Islam,, aspek dan dimensinya [2 x 100 menit];; (d) Etika, moral, dan akhlak
dalam perspektif Islam, serta peranannya dalam pembinaan masyarakat [1 x 100 menit]; (e)
Kebudayaan dan peradaban Islam: antara sejarah masa silam dan harapan masa depan [1
x 100 menit]; (f) Masyarakat madani, rekonstruksi kehidupan islami yang ideal [2 x 100
menit]; (g) Respons Islam terhadap politik, demokrasi, dan HAM [2 x 100 menit]; (h)
Reformulasi konsep jihad menuju Islam moderat [2 x 100 menit]; (i) Perempuan dalam
Islam, menafsirkan kembali doktrin agama tentang perempuan [1 x 100 menit]. Hasil uji
pakar menunjukkan bahwa bahan ajar ini cukup efektif untuk dijadikan sebagai salah satu
alternatif materi perkuliahan PAI mengingat terobosan pendekatannya dalam mengkaji topiktopik keislaman secara interdisipliner. Akhirnya, bukan eranya lagi disiplin ilmu agama
(Islam) menyendiri dan steril dari kontak dan intervensi ilmu-ilmu kealaman, ilmu-ilmu sosial,
dan humaniora. Karenanya, kesadaran untuk membenahi dan menyembuhkan luka-luka
dikotomi keilmuan umum dan keilmuan agama yang makin hari kian menyakitkan
merupakan tuntutan yang mendesak. Penyusunan buku ajar PAI dengan pendekatan
integratif-interkonektif ini merupakan bagian dari ikhtiar untuk merespons dan mengatasi
persoalan di atas.

40 Abstrak Hasil Penelitian

061
Abdillah Hanafi, M. Djauzi Mudzakir, dan Imam Hambali. 2009. Pengembangan Model
Pelatihan Transformatif untuk Peningkatan Profesionalitas Pamong Belajar
PLS
Kata-kata kunci: model pelatihan transformative, profesionalitas pamong, pendidikan luar sekolah

Penelitian ini bertujuan untuk (1) memperoleh gambaran tentang profil profesionalitas
Pamong Belajar yang masih aktif bertugas dan (2) mengembangkan prototipe model
pelatihan transformatif untuk peningkatan profesionalitas Pamong Belajar. Selanjutnya
sejalan dengan tujuan ini, keluaran akhir yang ditargetkan dari penelitian ini adalah Model
Pelatihan Transformatif untuk Peningkatan Profesionalitas Pamong Belajar. Yang menjadi
target tahun pertama adalah deskripsi profil profesionalitas para Pamong Belajar dan
prototipe model pelatihan transformatif untuk peningkatan profesionalitas Pamong Belajar.
Berdasarkan ini maka kegiatan untuk tahun berikutnya adalah pengembangan sepenuhnya
perangkat model pelatihan dimaksud beserta validasi ahli dan lapangannya. Populasi
penelitian ini adalah seluruh Pamong Belajar di propinsi Jawa Timur. Mereka bertugas di
Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) Regional IV Surabaya
dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di berbagai Kabupaten dan Kota di Jawa Timur.
Menurut data BPPNFI (Desember 2008) mereka berjumlah 238 orang dan tersebar di
BPPNFI Surabaya dan 18 buah SKB. Sampel penelitian ditetapkan dengan menggunakan
teknik acak klaster, di mana unit kerja Pamong Belajar dipandang sebagai klaster dan dari
18 SKB diambil 13 buah. Dengan demikian terdapat sebanyak 14 klaster yang terdiri atas 1
BPPNF dan 13 SKB. Selanjutnya dari penetapan klaster tersebut, diambil 202 Pamong
Belajar sebagai sampel individu. Selanjutnya kepada mereka disebar kuesener inventori
orientasi filosofi pendidikan orang dewasa (IFPOD). Setelah diklarifikasi, diperoleh 170
kuesener yang terisi dengan benar. Hal ini sebagian karena kenyataan di lapangan telah
terjadi mutasi kepegawaian, sehingga sebagian responden terdaftar sudah tidak lagi berada
di unit (BPPNFI/SKB) terpilih, sebagian lagi sedang tugas belajar, dan sebagian lainnya
tidak mengisi kuesener dengan benar (tidak lengkap). Data yang terkumpul dari lembar
inventori filosofi pribadi dichek kelengkapan jumlahnya dan kebenaran pengisiannya.
Kegiatan yang selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan
pedoman penentuan dan pemaknaan skor sebagai berikut. Skoring didasarkan atas angka
pilihan pada masing-masing kalimat jawaban dari setiap kalimat pernyataan dengan
memperhatikan huruf kecil di dalam kurung yang terdapat di bagian kanan setiap kalimat
jawaban. Matrik Skoring digunakan dengan cara menuliskan angka pilihan dari masingmasing kalimat jawaban.
062
Ahmad Munjin Nasih dan Abdul Ghofur. 2009. Penguatan Hak-hak Reproduksi Perempuan bagi Santri Putri
Kata-kata kunci: hak-hak reproduksi, perempuan, dan santri putri

Pengetahuan akan hak-hak rerproduksi perempuan adalah hal penting yang harus
dimiliki oleh setiap perempuan, termasuk di dalamnya adalah para santri putri di pesantren.
Sebab dengan itu, kaum perempuan dapat mempersiapkan generasi yang berkualitas yang
siap berkompisi di masa yang akan datang. Namun dalam realitasnya, banyak kaum
perempuan tidak membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup tentang hal ini, salah
satu indikatornya adalah masih banyak perempuan yang terjangkit penyakit seputar alat
reproduksinya. Tulisan ini merupakan salah satu dari potret kehidupan sebagian kaum
perempuan yang belum banyak memberikan perhatian akan pentingnya hak-hak reproduksi
perempuan.

41 Edisi ke-29 Tahun 2010

063
Dwi Sulistyorini, Wahyudi Siswanto, dan Moch. Abdul Rahman. 2009. Pembelajaran Sastra
Melalui Media Pembelajaran Visual Cerita Bergambar Cerita Rakyat sebagai
Upaya Penanaman Etika Siswa SD di Kabupaten Tulungagung
Kata-kata kunci: pembelajaran sastra, media visual, cerita bergambar, cerita rakyat, penanaman
etika

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan, antara lain: etika anak-anak sekarang
kurang, sehingga diperlukan adanya penanaman etika dan pemahaman etika untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman etika terhadap siswa SD dapat melalui
media yang menarik supaya mudah dipahami dan mereka merasa senang dalam menerima
pembelajaran tersebut. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru SD untuk mengetahui
kondisi pembelajaran sastra untuk menanamkan etika pada siswa, serta tokoh masyarakat,
sesepuh desa juru kunci, dan masyarakat kecamatan Boyolangu dan Sendang untuk
menjaring cerita-cerita rakyat yang ada di daerahnya. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rancangan penelitian kualitatif. Pengumpulan data, dikumpulkan
dengan tiga cara, yaitu (1) pengamatan langsung ke lapangan penelitian (2) penyebarkan
angket kepada informan untuk memperoleh cerita dan penyebaran angket kepada guru SD;
(3) pendokumentasian. Data penelitian yang telah terhimpun akan dianalisis dengan
prosedur (1) pengecekan keabsahan data; (2) pengklasifikasian data; (3) pengidentifikasian
data; (4) pengolahan data; (5) penentuan hasil; dan (6) penginterpretasian hasil. Hasil
penelitian yang diperoleh adalah cerita rakyat yang ada di wilayah Boyolangu dan wilayah
Kecamatan Sendang kabupaten Tulungagung ada 25 cerita, terdiri dari 12 cerita di wilayah
Boyolangu dan 13 cerita di wilayah Sendang dan sekitarnya. Adapun 25 cerita tersebut
setelah dikaji ada 13 cerita yang bernilai etika. Ada 6 cerita yang bernilai etika yang berada
di wilayah Boyolangu, antara lain: cerita Mbok Rondho Pendhadhapan, Terjadinya Dusun
Glodhogan, Asal Usul Kesenian Tiban, Mbah Semare, Harimau Gembong, dan Terjadinya
atau Lahirnya Angling Darmo. Sedangkan di wilayah Sendang dan sekitarnya ada 7 cerita
yang bernilai etika, antara lain: Joko Bodho, Astono Gedhong, Kera Ngujang, Roro
Kembang Sore, Syeh Basarudin, Candi Omben Jago, Punden Setono Badhong. Adapun
alasan 13 cerita tersebut dipilih karena mengandung ajaran tentang perilaku atau etika,
antara lain sikap ramah, rukun, rotongroyong, persatuan dan kesatuan, keteguhan, dan rela
berkorban. Perilaku para tokoh dalam cerita yang bermuatan etika tersebut dapat
dikomunikasikan kepada anak maupun siswa untuk meniru perilaku yang baik. Kondisi
pembelajaran sastra materi sastra lisan, siswa diminta membaca sendiri cerita yang ada
dalam buku teks, atau guru membacakannya tanpa mengupas nilai-nilai luhur yang ada
dalam cerita. Adapun media pembelajaran sastra yang selama ini digunakan oleh guru SD
dalam pembelajaran sastra terutama cerita rakyat hanya berupa teks cerita dalam buku
paket. Hal ini sebenarnya kurang menarik dalam pembelajaran karena tidak ada media yang
mendukung supaya pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
064
Pranti Sayekti dan Iriaji. 2009. Pengembangan Buku Ajar dan Media Pembelajaran
Tentang Karakter dan Gaya Visual Ragam Hias Adati pada Bagi Siswa Sekolah
Menengah Pertama di Daerah Sentra Kerajinan Tradisional
Kata-kata kunci: karakter dan gaya, ragam hias adati, sentra kerajinan tradisional

Ragam hias adati merupakan salah satu bentuk ungkapan keindahan visual utama
dalam karya kerajinan tradisional. Predikat tradisonal tidak mampu dipertahankan dengan
baik apabila masyarakat pendukung tradisi tersebut tidak mampu memahami kekhasan
budaya dan tradisi yang melingkupinya. Berkaitan dengan hal tersebut proses transfer
pengetahuan dan pemahaman, menyangkut aspek filosofi mutlak diperlukan. Proses
identifikasi dan analisa visual terhadap karakter ragam hias adati merupakan awal yang
dapat ditempuh untuk memahami karakter kerajinan tersebut. Proses tersebut menjadi

42 Abstrak Hasil Penelitian

pijakan untuk menyusun rambu-rambu visual yang pada gilirannya dituangkan dalam bentuk
buku ajar bagi siswa sekolah menengah pertama khususnya pada mata pelajaran seni
budaya. Penyusunan buku ajar tentang karakter dan gaya visual adati tersebut juga merupakan suatu upaya untuk memecahkan permasalahan pendidikan di bidang seni budaya yang
berusaha untuk mengangkat local content ke dalam kurikulum yang memiliki karakteristik
budaya lokal serta dapat dimanfaatkan untuk mendukung industri kerajinan di daerah. Pada
tahap pertama melakukan studi pendahuluan yakni dengan melakukan studi pendahuluan
yakni: (1) Studi Pustaka; (2) Analisis tentang karakter dan gaya visual ragam hias adati;
studi pengembangan dengan melakukan: (1) penyusunan draf; revisi tahap I dan evaluasi;
(2) Revisi tahap II dan evaluasi; (3) Revisi tahap III dan evaluasi; dan (4) Uji lapangan
terbatas; Revisi akhir dan draft buku final. Hasil capaian yang ditargetkan adalah sebagai
berikut: (1) pemetaan terhadap kajian dan klasifikasi kecenderungan terhadap ragam hias
adati; (2) perumusan prototype konsep ragam hias adati; dan (3) model buku ajar tentang
karakter dan gaya visual ragam hias adati bagi siswa SMP di daerah sentra kerajian
tradisional. Pada tahap Rancangan penelitian yang digunakan pada tahun pertama
menggunakan rancangan penelitian pengembangan model prosedural. Model prosedural
yang dipilih mengadaptasi dari model penelitian pengembangan (research and
development) Borg dan Gall dan rancangan model prosedural model Mc Kenny (2001).
Dalam penyusunan model buku ajar menggunakan model pengembangan prosedural yang
diadaptasi dari Borg dan Gall (1983) dan rancangan model prosedural yang dikembangkan
oleh McKenny (2001) untuk menghasilkan draft final buku ajar tentang karakter dan gaya
visual ragam hias. Langkah-langkah pengembangan meliputi: (1) evaluasi oleh tim penilai;
(2) evaluasi oleh tokoh budaya; (3) evaluasi aspek isi oleh ahli isi (ahli kajian budaya dan
ahli bahasa); dan (4) uji coba lapangan yang terbatas.
065
Ali Ma'sum dan Syafaat. 2009. Pengembangan Virtual Library Untuk Kitab Kuning
dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pondok Pesantren di Jawa
Timur
Kata-kata kunci: kitab Kuning, virtual library, metode pembelajaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan judul-judul kitab kuning yang
diajarkan di pesantren, metode pembelajaran kitab kuning dipakai di pesantren dan konsep
pembuatan virtual library kitab kuning di pesantren. Untuk mendapatkan data tentang judul
kitab dan metode pembelajaran digunakan rancangan penelitian survei. Rancangan ini
bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga tidak akan
memunculkan teori yang baru serta memiliki sifat verifikasi atau pengecekan terhadap teori
yang sudah ada (Mantra, 2001). Sedangkan untuk mendeskripsikan konsep pembuatan
virtual library dilakukan metode eksperimental.
066
Diyah

Sulistyorini. 2009. Pengembangan Pembelajaran Tematik Berorientasi


Keragaman Wilayah (Karakteristik Geografis) untuk SD Kelas 3 di Malang

Kata-kata kunci: pembelajaran tematik, ragam wilayah, geografis, sekolah dasar

Pembelajaran tematik atau terpadu merupakan strategi pembelajaran yang


memadukan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa. Penelitian pembelajaran tematik ini dilaksanakan di kelas 3 SD wilayah
Malang yang dibagi menjadi wilayah pusat kota, setengah kota dan setengah desa serta
desa (pinggiran). Adapun yang menjadi subyek penelitian yaitu 50 guru-guru kelas 3 SD di
wilayah Malang. Obyek sasaran penelitian ini adalah pengembangan pembelajaran tematik
untuk kelas 3 SD di wilayah Malang, meliputi: (a) ketrampilan guru dalam membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik di kelas 3 SD; (b) ketrampilan guru dalam melak-

43 Edisi ke-29 Tahun 2010

sanakan pembelajaran tematik di kelas 3 SD; (c) ketrampilan guru dalam mengevaluasi RPP
dan pelaksanaan pembelajaran tematik untuk kelas 3 SD sesuai Skenario pembelajaran.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu angket, pedoman wawancara, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh melalui angket diolah menggunakan kualitatif, yaitu
menggunakan presentase. Berdasarkan angket data guru-guru SD/MI di wilayah Malang
mengalami kesulitan-kesulitan dalam membuat RPP, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
RPP dan pelaksanaan pembelajaran RPP tersebut. Pada pembelajaran tematik ternyata
guru-guru SD/MI kelas 3 wilayah Malang menjumpai kesulitan-kesulitan, meliputi: (1)
Menyusun RPP pembelajaran tematik kelas 3 SD/MI di wilayah Malang antara lain: memetakan KD, merumuskan tema, dan mengembangkan indikator; (2) Pelaksanaan pembelajaran tematik antara lain: kurang diterapkannya di lapangan, guru-guru SD/MI kesulitan
menentukan metode pembelajaran untuk pembelajaran tematik yang mengaktifkan siswa;
(3) Evaluasi pembelajaran tematik antara lain: guru-guru SD/MI hanya memfokuskan pada
keberhasilan kognitif. Guru-guru SD/MI kelas 3 di wilayah Malang masih kurang dapat
mengevaluasi RPP yang dibuatnya sendiri dan pembelajaran tematik yang dilakukannya
(refleksi diri). Disarankan mengacu pada hasil penelitian di atas maka pengembangan
pembelajaran tematik untuk kelas 3 SD adalah sebagai berikut: (1) Perlu adanya model
buku saku (panduan) tentang: (a) ketrampilan guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tematik di kelas 3 SD; (b) ketrampilan guru dalam melaksanakan
pembelajaran tematik di kelas 3 SD; (c) ketrampilan guru dalam mengevaluasi RPP dan
pelaksanaan pembelajaran tematik untuk kelas 3 SD sesuai skenario pembelajaran; (2)
Perlu adanya pelatihan bagi guru-guru SD/MI di wilayah Madang tentang: (a) ketrampilan
guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik di kelas 3 SD; (b)
ketrampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik di kelas 3 SD; (c) ketrampilan
guru dalam mengevaluasi RPP dan pelaksanaan pembelajaran tematik untuk kelas 3 SD
sesuai Skenario pembelajaran.
067
Betty Lukiati, Endang Kartini AM., dan Sri Hidayati Suprihatin. 2009. Eksplorasi Metabolit
Sekunder Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & van Zijp) dan
Karakterisasinya: Upaya Pemanfaatan sebagai Agen Antidiabetik Nefropati
Kata-kata kunci: Curcuma heyneana Val & van Zijp, Media pertumbuhan kalus, Kultur in vitro C.
heyneana, Minyak atsiri Curcuma

Temu giring (Curcuma heyneana) merupakan tanaman asli Indonesia yang


berpotensi sebagai tanaman obat. Temu giring mengandung senyawa metabolit sekunder
yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat dimanfaatkan sebagai penangkap radikal
bebas sehingga dapat digunakan sebagai bahan obat untuk penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan radikal bebas. Penelitian ini bertujuan: menghasilkan media kultur yang sesuai
untuk pertumbuhan kalus temu giring; menghasilkan ekstrak cair dan padat dari kalus dan
rimpang temu giring; mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder ekstrak dari kalus dan
rimpang temu giring serta data karakter kimia dan biokima. Metoda penelitian eksperimental
menggunakan 4 macam variasi media pertumbuhan: 1) Media dasar (MS + sukrosa 30 g/L +
BAP 0.5 mg/L) + NAA 5 mg/L; 2). Media dasar + IAA 5 mg/L; 3). Media dasar + 2,4 D 5
mg/L; 4). Media dasar + IBA 5 mg/L. Ekstrak kalus dan rimpang temu giring diperoleh
dengan cara perkolasi dengan pelarut etanol 96% yang dilanjutkan dengan pengentalan
menggunakan rotari evaporator. Karakterisasi meliputi identifikasi kandungan mineral
dengan X ray, dan identifikasi senyawa metabolit sekunder dengan GCMS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Media dasar dengan penambahan NAA 5mg/L serta media dasar
dengan penambahan 2,4 D 5 mg/L memacu pertumbuhan kalus temu giring. Analisis
mineral menunjukkan kandungan makro mineral serta mikro mineral dalam kalus sama
dengan dalam rimpang temu giring. Identifikasi senyawa metabolit sekunder dengan GCMS
menunjukkan macam senyawa yang terdeteksi dalam ekstrak kalus dan rimpang temu giring
sama tetapi dengan kadar yang berbeda. Kesimpulan: (1) komposisi media yang sesuai

44 Abstrak Hasil Penelitian

untuk pertumbuhan kalus temugiring adalah medium dasar + NAA 5mg/l dan media dasar +
2,4 D 5 mg/L; (2) ekstrak kalus dan rimpang temugiring diperoleh dengan cara perkolasi
dengan pelarut etanol 96%; dan (3) kalus temugiring mempunyai kandungan metabolit
sekunder sama dengan rimpangnya.
068
Lia Yuliati dan Iwayan Dasna. 2009. Pengembangan Bahan Ajar untuk Mengoptimalisasi
Pembelajaran IPA di SMP/MTs
Kata-kata kunci: integrated science teaching material, science learning, SMP/MTs

The objective of this research is to develop integrated science teaching material for
7th grade of junior high school (SMP/MTs). The integrated science teaching materials were
developed to provide science teaching material that approriate with the Curriculum of
Education unit Level (KTSP) which unavailable untill this time. This study used research and
development design involve prior survey and development study. Results of this study are
integrated science teaching materials for 7th grade SMP/MTs consite of 7 themes. Every
theme is packed in three parts, there are (1) introduction; (2) content, and (3) closing. The
description begin with science event (phenomene) in daily life, concept explaination, and
some examples on concept application. In the content part, subject descriptions equiped
with students activity manual, ficture and illustration on cencept application to help student
learn easierly. The content validity of this integrated science teaching materials are valid to
be implemanted on science teaching at SMP/MTs. Every theme in this teaching material
have percentage content validity such as 75,0% (valid enough) for Meterialsform (fase)
theme; 77,5% (valid) for Determination of materials content theme; 79,2% (valid) for Calor
transfer and its effect theme; 78,6% (valid) for domestic waste theme; 76,6% (valid) for River
water polution theme; 79,5% (valid) for Biotic variety theme; and 76,4% (valid enough) for
Human effect on ecosystem conservation theme.
069
Susilowati dan Mimien Henie Irawati. 2009. Pengembangan E-Media Pendidikan Kepada
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Kata-kata kunci: pengembangan E-Media, pengelolaan sampah, rumah tangga

Penelitian dengan judul Pengembangan E-Media Pendidikan kepada Masyarakat


dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga telah dilakukan mulai bulan Juni sampai
dengan Nopember 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan E-Media yaitu
beberapa jenis software dalam bentuk VCD yang dilampiri dengan buku saku. Muatan VCD
berisi pendidikan kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga meliputi
pembudayaan mengurangi, menggunakan kembali, mengganti, memisahkan, mendaurulang, dan mengomposkan. Penelitian ini tergolong penelitian pengembangan. Hasil
penelitian adalah telah tersusun enam buah VCD meliputi VCD Pembudayaan mengurangi,
VCD Pembudayaan menggunakan kembali, VCD Pembudayaan mengganti, VCD Pembudayaan memisahkan, VCD Pembudayaan mendaur-ulang, dan VCD Pembudayaan
mengomposkan. Hasil uji validitas isi terhadap empat orang pakar diperoleh hasil 84,00
tergolong tinggi.

45 Edisi ke-29 Tahun 2010

070
Agung Winarno dan Heny Kusdiyanti. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran
Internalisasi Nilai-nilai Kewirausahaan pada Sekolah Menengah Kejuruan di
Kota Malang
Key words: internalizing teaching model, entrepreneurship value

Entreprenuership training subject related to the performing human attitude, and


cosequenses of this contidion the subject must consist of the aim of competency. The
research outcome has indicated that curikulum, subject resource, and teaching mehtodes
are still conventional implemented by teacher. The teaching is still based on classical model.
The test research has indicated that the effectiveness of students entrepreneurship
behaviour based on five indicators that are self confident, creatifity, performing motivation,
daring to take risk and leadership indicating average score. It means that their attitudes were
not changing even thought they got entrepreneurhip subject at school. Internalizing teaching
model as specific model design is to be suggested trought this entreprenuership research.
The reason is that this model will make student to be fully involved with their better
understanding.
071
Nasikh dan Helianti Utami. 2009. Model Pengembangan Optimasi Alokasi Sumberdaya
Industri Kecil Mebel untuk Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Mebel di
Pasuruan Jawa Timur
Kata-kata kunci: optimalisasi, sumberdaya, industri kecil mebel

Produk mebel Pasuruan tidak hanya dikenal di daerah Pasuruan dan sekitarnya
akan tetapi juga di daerah lainnya yang ada di Jawa Timur. Semenjak adanya krisis
ekonomi, tidak sedikit perusahaan besar yang mengalami kebangkrutan, tetapi krisis
tersebut tidak terlalu berpengaruh pada industri kecil. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
menganalisis penggunaan faktor produksi mebel dan menganalisis kombinasi produk mebel
yang dihasilkan oleh pengrajin. Penelitian ini dilakukan di Pasuruan. Respondennya
sebanyak 49 pengrajin mebel. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan faktor produksi mebel sudah optimal. Kombinasi produk mebel yang dapat
dikembangkan oleh oleh pengrajin supaya mendapatkan nilai optimal secara umum adalah
15 meja kursi, 14 almari 1 pintu, 15 bufet 1 meter, 16 meja rias, 12 almari 2 pintu, 11 bufet 2
meter, 10 tempat tidur, serta 9 almari 3 pintu.
072
Sri Sumartini dan Nur Hadi. 2009. Pengembangan Buku Pedoman Model Toleransi
Kehidupan Beragama dari Pengalaman Sosial Budaya Komunitas Tengger,
Desa Ngadas, Kabupaten Malang
Kata-kata kunci: buku pedoman, model toleransi, beragama, Tengger

Nilai-nilai universal yang dapat dijadikan pedoman bersama antar para pemeluk
agama yang berbeda di komunitas Tengger Desa Ngadas dari kehidupan sosial budaya
adalah nilai toleransi hidup beragama yang sangat kuat. Hal ini juga merupakan imbas dari
latar belakang sejarah kehidupan mereka yang panjang di masa lalu menyangkut hubungan
keagamaan. Di samping nilai toleransi beragama, nilai lain yang menonjol adalah gotong
royong, kesabaran, taat kepada pemimpin, baik pemimpin formal seperti Kepala Desa
dengan perangkatnya, maupun pemimpin informal, seperti Mbah Dukun, Wong Sepuh dan
Pak Legen. Seorang pemimpin adalah segalanya dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat. Segala sesuatu yang sudah diambil sebagai keputusan pemimpin akan mereka
ikuti dengan seksama. Hal lain yang juga menonjol pada komunitas Ngadas terutama
generasi muda Tengger yang secara episode kehidupan berada dalam masa transisi adalah

46 Abstrak Hasil Penelitian

nampak kepedulian mereka terhadap norma-norma adat yang berlaku. Di samping itu
terdapat karakteristik kepemimpinan dan peran pemuka agama dalam menumbuhkan dan
mewujudkan toleransi kehidupan beragama di Desa Ngadas.
073
Sri Umi Mintarti dan Sunaryo. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Mata
Pembelajaran Akuntansi di SMA dengan Pendekatan Kontekstual dan Problem
Based Learning
Kata-kata kunci: model pembelajaran, mata pelajaran akuntansi, pendekatan kontekstual, Problem
Based Learning

Penelitian pengembangan model pembelajaran Akuntansi dengan strategi problem


based learning (PBL) dan pendekatan kontekstual di SMA Negeri di kota Malang (SMAN 5,
SMAN 8 dan SMAN 9) ini bertujuan: (1) mengetahui pelaksanaan pembelajaran Akuntansi di
SMA Negeri di kota Malang; (2) untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru
dalam proses belajar mengajar akuntansi; (3) untuk mengetahui apakah pendekatan
kontekstual mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran akuntansi; (4)
untuk mengetahui apakah strategi PBL mampu meningkatkan ketrampilan siswa dalam
mata pelajaran akuntansi; dan (5) untuk mengetahui apakah buku ajar yang disusun dengan
pendekatan kontekstual dapat memotivasi siswa dalam belajar akuntansi.
Pengembangan pembelajaran yang digunakan mengacu pada model pengem-angan
Borg & Gall. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap satu dilakukan dengan (1)
melakukan penelitian awal lewat observasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran Akuntansi di SMA Negeri di kota Malang, dan masalah-masalah
yang dihadapi guru dalam pembelajaran Akuntansi; (2) melakukan perencanaan pengembangan model pembelajaran Akuntansi dengan pendekatan kontekstual dan strategi PBL.
Selanjutnya dalam tahap dua dilakukan pengembangan model pembelajaran yaitu (1)
menyusun panduan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan strategi PBL; (2)
menyusun model pembelajaran dengan strategi PBL,dan (3) menyusun draf bahan ajar
dengan pendekatan kontekstual. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) masalahmasalah yang dihadapi guru pengajar akuntansi di SMA Negeri kota Malang dalam
pembelajaran Akuntansi adalah kurangnya alokasi waktu yang tersedia dalam kurikulum
sehingga kegiatan mengerjakan latihan soal mengalami hambatan, metode pembelajaran
yang digunakan masih konvensional, dan buku ajar atau buku paket siswa tidak bersinggungan dengan kehidupan dan lingkungan keseharian siswa; (2) perlu dilakukan metode
pembelajaran bervariasi, terutama dengan strategi PBL; (3) Tersusunnya buku panduan
bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan strategi PBL; dan (4) tersusunnya draf
buku ajar mata pelajaran Akuntansi dengan pendekatan kontekstual. Uji ahli dilakukan pada
draf buku ajar dengan hasil buku ajar sesuai dengan prinsip pendekatan kontekstual, dan
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Demikian pula draf buku ajar telah dilakukan uji
lapangan, dan balikan dari siswa menyatakan bahwa buku ajar dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi.Dari hasil angket diperoleh sebanyak
81% dari siswa menyatakan bahwa buku ajar mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Draf buku ajar yang tersusun ini, diharapkan dapat didesiminasikan kepada para guru SMA
yang tergabung dalam MGMP ekonomi dan Akuntansi guna memperoleh masukkan dan
saran-saran demi sempurnanya buku ajar ini. Pada akhirnya buku ajar ini akan dapat
menjadi buku yang dapat digunakan untuk seluruh SMA di Malang pada khususnya dan di
Jawa Timur pada umumnya.

47 Edisi ke-29 Tahun 2010

074
Sri Untari, Suparlan Al Hakim, dan Ktut Diara Astawa. 2009. Pengembangan Model
Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking Melalui Praktik Belajar
Kewarganegaraan Siswa SD Di Jawa Timur
Kata-kata kunci: pengembangan Model pembelajaran, Deep Dialogue/Critical Thingking, praktik
belajar kewarganegaraan

Pembelajaran selama ini, belum mampu memfasilitasi siswa didik dalam mengembangkan aktivitas, kreativitas dan rasa senang. Fenomena yang nampak, pesan
pembelajaran masih bersifat informatif, dan terbatas pada pengembangan pengetahuan
(kognitif) kurang memberi kesempatan praktik kepada siswa, tanpa ada tindak lanjut dalam
bentuk perilaku. Secara programatik, pembelajaran di SD pada dasarnya ditekankan pada
kemampuan untuk membaca, menulis dan berhitung (CALISTUNG) namun juga pembentukan kepribadian manusia, yaitu siswa yang memiliki kesadaran dalam melaksanakan hak
dan kewajiban, terutama kesadaran wawasan kebangsaan dan pertahanan keamanan
nasional masyarakat Indonesia (Dikti, 2000). Untuk mencapai misi tersebut, implementasi
Kurikulum SD yang dilakukan secara terpadu lebih berarti dan bermakna bagi siswa, praktik
pembelajaran seharusnya dikemas dengan menggunakan pendekatan dialog mendalam
dan berpikir kritis (deep dialogue/critical thinking), yang ditampakkan dalam proses
pembelajaran dan penilaiannya. Rumusan maalah dalam penelitian ini (1) Bagaimana daya
dukung sekolah terhadap pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking melalui
pratik belajar kewarganegaraan, meliputi deskripsi tentang karakteristik materi pelajaran
dalam Standar isi mata pelajaran SD yang potensial untuk pembelajaran DD/CT,
karakteristik mengajar guru tentang materi potensial sekarang, karaktersitik belajar siswa
sekarang, dan ketersediaan media serta sarana pembelajaran berbasis DD/CT?; (2)
Bagaimana menyusun prototipe model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical
Thinking melalui praktek belajar kewarganegaraan? (3) Bagaimana menyusun model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking melalui praktek belajar kewarganegaraan
yang efektif? Metode penelitian ini Sesuai dengan tujuan, penelitian ini dilaksanakan dalam
tiga tahap selama waktu 2 tahun dengan menggunakan desain penelitian pengembangan
(research and develoipment) sebagaimana disarankan oleh Borg & Gall (1982). Dalam
jangka panjang, penelitian mampu memperbaiki kualitas pembelajaran di Indonesia, untuk
menyiapkan generasi yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge);
keterampilan kewarganegaraan (civic skills) dan etika kewarganegaraan (civic ethic), yang
mampu menghormati perbedaan budaya, bersikap demokratis dan menyelesaikan konflik
dengan tanpa kekerasan. Secara khusus, penelitian ini akan menghasilkan model
pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) melalui praktik belajar
kewarganegaraan (PBK) bagi Siswa SD sebagai suatu bentuk upaya rasional untuk
meningkatkan aktivitas, kreatifitas dan rasa senang siswa. Penelitian dirancang dalam tiga
tahap selama dua tahun, mentargetkan penelitian lanjutan. Untuk mewujudkan target itu
penelitian lanjutan dilakukan dengan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui efektifitas
model pembelajaran dan pengaruhnya terhadap peningkatan aktivitas, kreatifitas dan rasa
senang siswa SD di Jawa Timur; FGD, revisi dan finalisasi model pembelajaran DD/CT
melalui praktik belajar belajar. Hasil penelitian tahun pertama adalah sebagai berikut: (1)
daya dukung secara umum telah memadai untuk mendukung pembelajaran PKn berbasis
DD/CT, meskipun beberapa sarana kurang lengkap, namun cukup kondusif untuk
mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas dan rasa
senang siswa dan mendukung untuk berdialog dengan teman, dengan guru, dengan orang
tua, dengan masyrakat disekitarnya (2) prototype model pembelajaran berbasis Deep
Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) memiliki lima komponen yang terdapat dalam model
pembelajaran matapelajaran PKn dengan pendekatan DD/CT sekaligus merupakan sintax
pembelajaran yakni (1) hening; (2) membangun komunitas; (3) kegiatan inti dengan strategi
penemuan konsep (Concept Attainment) dan Cooperative Learning; (4) refleksi dan(5)
evaluasi. Disimpulkan (1) Daya dukung sekolah terhadap pembelajaran berbasis Deep

48 Abstrak Hasil Penelitian

Dialogue/Critical Thinking melalui pratik belajar kewarganegaraan, yang ada di sekolah


dasar di Jawa Timur, cukup mendukung untuk melaksanakan praktik belajar
kewarganegaraan melalui model pembelajaran DD/CT; (2). Penataan suasana sekolah baik
fisik rata-rata lengkap, namun kurang memadai. Sedangkan penyelenggaraan pembelajaran
rata-rata guru belum lengkap instrumen pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran masih
terkesan konvensional, belum mampu meningkatkan kreativitas, aktivitas dan rasa senang
siswa.(3). Prototipe Model Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Deep Dialogue/Critical
Thinking (DD/CT) dapat dilihat dari komponen perencanaan dalam pembelajaran meliputi:
(1) merumuskan tujuan; (2) Membangun komunitas;(3) Analisis isi; (4) Analisis latar; (5)
pengorganisasian materi; (6) penetapan strategi dan metode pembelajaran; (7) Pemilihan
dan penetapan media pembelajaran; dan (8) penetapan penilaian.Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan.
075
Subagyo, Afwan Hariri A.P., Lulu Nurul Istanti, dan Kurniawan. 2009. Model
Pengembangan Kelompok Arisan dan Simpan Pinjam Perempuan menjadi
Lembaga Keuangan Mikro dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kota
Mojokerto
Key words: loans and saving groups, micro finance institution

The purpose of this research is to find a model of group development and savings
and loans arisan women as micro finance institutions in poverty reduction efforts in
Mojokerto. This study has identified several problems faced by microfinance institutions and
formal profile of the potential development of savings and loans arisan women. Conclusion
from these findings is as follows: First, the main problem faced by Microfinance Institutions in
this Formal UPK is a high number of delinquent loans from the target group. Second, interest
rates on loans and services focused on the provisions and mechanisms that limit the
programs a maximum of 1.5% to growth in allocations to be rolled out slowly and tends to be
institutional expenses. Third, the existence arisan and savings and loans is inherent in the
activities of the PKK organization, however, institutional groups are still informal and not a
legal entity (this is on one side to make this group received less legitimacy in terms of
accessing funds from government programs, including banking institutions). Fourth, social
cohesion is very high on arisan and savings and loans that have an impact on the creation of
values and norms that bind the members useful in the performance and sustainability of
institutions. Fifth, the existence of arisan board and savings and loans are believed by its
members is one key to success in maintaining the institution's performance in providing
services to members and the management of funds is transparent and accountable. Sixth,
management of loan funds, including the activities undertaken arisan and savings and loans
have one-year rotation cycle. Seventh, the best experience is found in the group and
Savings and Loans Arisan UPPKS (Business Improvement Family Welfare Program)
consisting Kedundung family planning cadres.
076
Boedi Rahardjo, Made Wena, dan Pranoto. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Pelaksanaan dan Pemeliharaan Jalan Raya melalui E-Learning Berbasis WBL Guna
Meningkatkan Fleksibilitas dan Hasil Mahasiswa
Kata-kata kunci: pemeliharaan jalan raya, E-Learning, We Based Learning

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar Pelaksanaan dan


Pemeliharaan Jalan Raya di Jurusan Teknik Sipil dengan pendekatan E-Learning Berbasis
WBL. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan. Adapun komponenkomponen bahan ajar yang dikembangkan adalah: (1) Bahan Ajar Mahasiswa Dalam Bentuk
E-Learning Berbasis WBL pada matakuliah Pelaksanaan dan Pemeliharaan Jalan Raya; (2)

49 Edisi ke-29 Tahun 2010

Panduan pengoperasian WBL, dan (3) Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Penelitian ini menghasilkan produk pembelajaran e-learning berbasis WBL matakuliah Pelaksanaan dan
Pemeliharaan Jalan Raya.
077
Eddy Sutadji dan Amat Nyoto. 2009. Pengembangan Model Evaluasi Mutu Sekolah:
Penerapannya pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Tingkat Pertama (SMP)
Kata-kata kunci: model evaluasi mutu sekolah, komponen mutu, indikator mutu

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh (1) komponen-komponen dan


indikator-indikator mutu sebagai acuan penyusunan pedoman evaluasi mutu sekolah (EMS);
(2) pedoman EMS yang valid dan reliabel, dan (3) model EMS yang dapat diterapkan pada
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) dalam
peningkatan mutu sekolah secara berkelanjutan. Secara konseptual dan prosedural, model
pengembangan yang digunakan adalah research and development dengan tiga ujicoba,
yakni preliminary field testing, main field testing, dan operational field testing. Temuan
penelitian adalah: (1) model EMS terdiri atas 10 komponen dan 42 indikator mutu sebagai
acuan penyusunan pedoman EMS; (2) pedoman evaluasi mutu sekolah yang valid dengan
rpbis 0,3, dan relibel dengan alpha () = 0,953 (di atas 0,7); serta (3) model EMS dapat
digunakan secara efektif untuk menetapkan mutu pada SMA dan SMP.
078
Nunung Nurjanah, Titi Mutiara, dan Sadun Akbar. 2009. Pengembangan Standar
Makanan Jajanan Murahati di Lingkungan Sekolah Dasar Kota Malang
Kata-kata kunci: standar, MURAHATI, SD Kota Malang

Makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak
36%, protein 29% dan zat besi 52%, karena itu makanan jajanan memiliki peran penting
bagi anak di sekolah namun keamanan jajanan dari segi mikrobiologis maupun kimiawi
masih dipertanyakan. Kebanyakan makanan yang dijual belum memenuhi syarat jajanan
sehat, baik aspek pengolahan maupun penggunaan bahan tambahan, ditengarai banyak zat
aditive ditambahkan ke dalam jajanan tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis rancangan
penelitian survey bertujuan untuk memperoleh data informasi tentang karakteristik makanan
jajanan yang dijual di lingkungan Sekolah Dasar wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menginventarisasi jenis dan karakteristik makanan
jajanan; (2) Menganalisis standar bahan utama; (3) Menganalisis standar penggunaan bahan tambahan makanan; (4) Menganalisis standar teknik pengolahan; (5) Menganalisis
standar higiene dan sanitasi makanan jajanan; (6) Menyusun prototipe produk MURAHATI;
dan (7) Menyusun prototipe model pemberdayaan dan pelatihan MURAHATI. Pada umumnya komoditas bahan terdiri dari sumber karbohidrat tepung terigu, tepung kanji/tapioka.
Sumber protein teridiri dari daging, unggas, ikan, telur, tahu dan tempe maupun kacangkacangan, dan susu. Komoditas bahan minuman terdiri dari bahan siap pakai yaitu agaragar, jely dan essen buah-buahan. Komoditas lain adalah aneka rimpang/bumbu akar
sebagai bahan utama jamu tradisional. Penggunaan bahan utama hampir selalu disubstitusi
dengan bahan lain yang memiliki fungsi yang sama, penggunaan gula sebagai bahan utama
pembuat makanan jajanan yang berasa manis sebagian bahkan seluruhnya disubstitusi
pemanis lain yaitu gula batu dan sacharin. Jinggo merupakan pewarna buatan yang lazim
disebut penjual biasanya digunakan untuk pewarna cat dalam dunia industri. Bahan zat
pewarna yang ada pada saus tomat bukan merah dari tomat. Pada umumnya penjual
makanan menggunakan minyak goreng berulang-ulang dan tidak ada proses penggantian
dengan minyak goreng baru yang bersih, sehingga warna minyak goreng berubah menjadi
hitam. Teknik pengolahan dimulai dari persiapan, teknik pengolahan, penyimpanan sebelum

50 Abstrak Hasil Penelitian

dijual dan ketika disajikan kepada pembeli.. Higiene penjual makanan kurang dari setengah
(3.80%) pakaiannya bersih, lebih dari setengah (50.75%) pakaiannya cukup bersih,
sebagian kecil (8.45%) pakaian penjual kotor. Sedangkan higiene penjual makanan kurang
dari setengahnya (28.16%) saja yang bersih badannya, lebih dari setengahnya (61.97%)
badannya cukup bersih, dan sebagian kecil lainnya (9.86%) badan penjual makanan kotor.
Sanitasi tempat berjualan kurang dari setengahnya (33.8%) lokasi bersih; setengahnya
(50.7%) tempat cukup bersih; sebagian kecil (11.2%) dan (4.2%) kurang bersih dan bahkan
kotor. Sanitasi rombong tempat makanan jajanan disimpan dan diolah keadaannya kurang
dari setengah (32.3%) rombong bersih; kurang dari setengah lainnya (47.8%) cukup bersih;
sebagian kecil rombong (15.4%) dan 4.2% kurang bersih dan kotor. Sanitasi peralatan yang
digunakan pada saat berjualan kurang dari setengah (32.3%) peralatan bersih; kurang dari
setengah (49.3%) pealatan cukup bersih; sebagian kecil(14.8%) dan 4.2% peralatan yang
digunakan kurang bersih dan kotor. Kesimpulan penelitian survey penelitian pada tahap I
sebagai need assesment untuk penelitian tahap selanjutnya. Saran (1) instansi terkait untuk
menyusun program pemberdayaan penjual makanan di lingkungan sekolah sebagai aset
pemberdayan masyarakat dari sisi peluang usaha; (2) Penjual makanan untuk lebih bertanggungjawab terhadap pemilihan dan penggunaan bahan utama maupun bahan tambahan
yang tidak sesuai akan merugikan konsumen khususnya anak sekolah dasar; dan (3) Perlu
kerja sama sinergis antara intansi terkait untuk membangun kesehatan anak usia sekolah
melalui pemenuhan kebutuhan makanan jajanan MURAHATI.
079
Tri Kuncoro dan Priyono Bagus Susanto. 2009. Pengembangan Model Uji Sertifikasi
Keahlian Bangunan Berbasis Project Based Learning pada Pendidikan dan
Pelatihan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Kata-kata kunci: uji sertifikasi, keahlian konstruksi, bangunan gedung

Sertifikasi merupakan salah satu persyaratan yang harus dipunyai oleh calon tenaga
kerja jasa konstruksi yang akan bekerja di pasar kerja lokal, nasional dan global secara
profesional. Tujuannya: (1) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan kompetensi dari
dunia jasa konstruksi; (2) merancang dan mengembangkan model uji sertifikasi berdasarkan
kebutuhan jasa konstruksi; dan (3) menerapkan dan mengevaluasi penerapan model uji
sertifikasi di LPJK. Pengembangan model bahan uji sertifikasi menggunakan motode Project
Based Learning (PBL), dan mengacu pada Regional Model of Standard Competency
(RMCS) berdasarkan kebutuhan jasa konstruksi. Kegiatan survey identifikasi dan analisis
kebutuhan kompetensi jasa konstruksi baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor
dilakukan pada penelitian tahap pertama. Kompetensi dikembangkan mengacu pada
taksonomi Bloom, yaitu: (1) pengetahuan; (2) keterampilan (skill); dan (3) affektif: etika dan
sikap (attitude). Hasil kebutuhan: (1) Konstruksi Batu Bata; (2) Konstruksi Bowplank dan
Pondasi batu kali; (3) Konstruksi Pelester; (4) Perencanaan dan Pemasangan Cetakan
Beton dan perancah; (5) Pemasangan dan Pembongkaran Konstruksi Bekisting Non
Konvensional; (6) Konstruksi Beton Bertulang; (7) Konstruksi Jendela dan Kusen Pada
Dinding; dan (8) Konstruksi Baja. Validasi ahli dikaji dari sisi kualitas struktur dan
kedalamannya. Uji coba model dilakukan dengan metode fiel trial. Kesimpulan: (1)
kebutuhan kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan pemasangan konstruksi bangunan
gedung dan (2) model kurikulum bahan uji sertifikasi konstruksi bangunan menggunakan
(RMCS). Pada tahun ke dua hasil pengembangan bahan uji sertifikasi standar kompetensi
dan kurikulum pelatihan yang menggunakan model Regional Model of Standard
Competency (RMCS) akan diimplementasikan dan dievaluasi serta dikaji dari sisi struktur
dan kedalamnya.

51 Edisi ke-29 Tahun 2010

080
Ita Prihatining Wilujeng dan Sopiah. 2009. Pengembangan Model Pelatihan
Kewirausahaan Untuk petani Sayuran Organik di Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang
Kata-kata kunci: pengembangan model, pelatihan kewirausahaan, sayuran organik

Di kota Malang, kebutuhan akan penambahan pendapatan bagi keluarga petani


adalah sesuatu yang mutlak. Hampir setiap saat biaya hidup mengalami kenaikan; seperti
biaya makan dan minum sehari-hari, biaya sekolah anak-anak, dan biaya pengobatan untuk
keluarga, dll. Namun demikian, semakin hari pendapatan para petani semakin menurun.
Dengan demikian perlu ada trasformasi cara bertani yang dapat menambah pendapat
mereka. Cara yang cukup mudah adalah perlu dikembangkan sebuah model pelatihan
kewirausahaan dalam budidaya sayur organik sehingga petani dapat memperoleh kemampuan bertani secara organik, mengemas, menjuanya ke pasar, yang sampai saat ini potensi
pasarnya luar biasa baik di Kota Malang maupun dikota-kota besar di Indonesia, jika
dibandingkan dengan jika mereka bertani secara konvensional dengan sistim nonorganic.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilan sebuah Model Pelatihan
Kewirausahaan bagi petani tanaman sayuran organik. Sedangkan tujuan khusus penelitian
adalah: (1) Untuk mengetahui proses pengembangan model pelatihan kewirausahaan dan
perancangan bisnis bagi petani sayur di kelurahan kedungkandang Malang dan (2) Untuk
mengetahui hasil akhir model pelatihan kewirausahaan dan perancangan bisnis bagi petani
sayur di kelurahan kedungkandang Malang yang meliputi panduan pelaksanaan pelatihan,
silabi pelatihan dan materi pelatihan. Varibel penelitian ini adalah variable tunggal yaitu
Pengembangan Model pelatihan kewirausahaan bagi petani sayur di kecamatan
Kedungkandang kota Malang. Jumlah sample penelitian 50, metode pengumpulan data
melalui kuisioner dan wawancara, sedangkan analisisnya bersifat deskriptif. Dari hasil
penelitian tahap pertama ini maka disimpulkan (1) Hampir semua responden penelitian
adalah petani rata-rata mempunyai lahan, tingkat pendapatan mereka masih rendah dan
mereka merasa sangat membutuhkan pelatihan dalam bidang kewirausahaan untuk budi
daya sayur organik (2) Proses pengembangan model penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (2.1.) Menganalisis situasi dan kebutuhan Setelah
menganalisis siatusi dan kebutuhan maka selanjutnya di desain model pelatihan yang akan
dilaksanakan (2.2) Setelah mendisain model pelatihan maka selanjutnya adalah diadakan
pengembangan model pelatihan (2.3) Setelah mengembangkan model pelatihan maka
dilakukan implementasi atau uji coba model pelatihan (2.4) Langkah kelima adalah
mengevaluasi model pelatihan. Apakah model pelatihan yang dibangun sudah efektif atau
belum dalam meningkatkan kualitas kinerja peserta. Dalam proses ini juga harus selalu ada
umpan balik dari peserta tentang bagimana proses implementasi pelatihan itu dari konsep
pelatihan yang telah dikembangkan dari umpan balik inilah dijadikan dasar untuk menilai
tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau tidak. Selanjutnya merevisi model pelatihan
yang telah dibangun, Begitu seterusnya sampai diperoleh sebuah model yang ideal (3) Hasil
penelitian telah mampu menyusun model penelitian terdiri dari Panduan peneliti, silabi
penelitian dan materi pelatihan. Dari hari penelitian maka disarankan agar supaya (1)
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan uji coba model yang telah disusun; (2) Jika nanti
diadakan uji coba model maka sebaiknya diadakan pelatihan yang bersifat praktis yang
memudahkan para petani agar dapat berpartisipasi secara aktif; dan (3) Pada saat pelatihan
dilaksanakan agar supaya perlu diadakan kunjungan ke pengusaha sukses dalam bidang
budi daya sayur organik agar dapat memotivasi petani sayur untuk mencapai suskes yang
sama.

52 Abstrak Hasil Penelitian

081
Sutatmi, Siti Malikhah Towaf, dan Sri Sumartini. 2009. Pengembangan Program
Pendidikan Wirausaha Berwawasan Gender Berbasis Jasa Boga di Pesantren
Salaf Kabupaten Malang
Kata-kata kunci: wirausaha, gender, jasa boga, Pesantren Salaf

Pesantren bisa menjadi lembaga yang sangat produktif dalam aktivitas pendidikan
dan aktivitas ekonomi. Produktivitas pesantren dalam pendidikan sudah diakui masyarakat,
dengan dihasilkannya tokoh-tokoh masyarakat Islam di Negeri ini. Produktivitasnya dalam
aktivitas ekonomi belum banyak tampak. Dari penelitian awal diketahui bahwa hampir setiap
pesantren ada usaha jasa boga. Namun, pengelolaan dan produknya terkesan seadanya,
belum ada sentuhan ilmu jasa boga. Selain itu, santri memerlukan tambahan pendidikan
wirausaha jasa boga yang bisa menjadi alternatif usaha setelah mereka keluar dari
pesantren. Jasa boga merupakan bentuk usaha yang fleksibel, bisa dilakukan dengan modal
kecil, sedang atau besar, tergantung kemauan dan kemampuan pelakunya. Penelitian tahap
I ini, berfokus pada upaya menggali data tentang: wawasan komunitas pesantren salaf
mengenai gender, nilai-nilai kewirausahaan dan etos kerja; usaha jasa boga yang ada, dan
jenis materi pendidikan yang diperlukan oleh komunitas pesantren sebagai bahan ajar
dalam pendidikan wirausaha berwawasan gender berbasis jasa boga. Data dikumpulkan
dengan metode (1) dokumenter; (2) angket terbuka; (3) observasi; (4) wawancara mendalam, dan (5) focus group discussion. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi komunitas
pesantren, terutama dalam: (1) memberi pengetahuan tentang pengelolaan usaha jasa
boga, cara menghasilkan produk yang baik dan disenangi konsumen serta membangun
keterampilan berusaha; (2) mengingatkan, mengenalkan dan memberikan wawasan kepada
para santri bahwa wirausaha dan jasa boga adalah penting untuk laki-laki dan perempuan;
(3) memotifasi santri mengembangkan jiwa wirausaha yang dimiliki. Hasil yang diperoleh
menunjukkan: (1) Pesantren memiliki peran yang sangat strategis dalam pembinaan watak
dan nilai-nilai kepribadian. Pesantren merupakan katup pengaman pendidikan bagi
masyarakat yang kurang beruntung; (2) Dalam dunia pesantren masih terdapat bias gender
yang bersumber dari santri dan santriwati; (3) Wawasan nilai-nilai kewirausahaan komunitas
pesantren pada umumnya cukup baik, tetapi mereka belum pernah belajar wirausaha
secara khusus, baik teori maupun praktiknya; (4) Wawasan etos kerja para santri dan
santriwati pada umumnya sudah baik, tetapi masih ada yang berpandangan bahwa pada
dasarnya orang hidup tidak perlu terlalu bersemangat kerja, rezeki sudah diatur oleh Tuhan;
(5) Profil usaha jasa boga di pesantren masih sederhana dan tradisional, perlu ada
pembenahan melalui pendidikan jasa boga; (6) Komunitas pesantren salaf sangat perlu dan
berharap dilaksanakan kegiatan pendidikan wirausaha; dan (7) Materi pendidikan yang
dikembangkan sebagai bahan ajar: (a) Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam; (b)
Wirausaha dalam Pandangan Islam; (c) Menumbuhkembangkan Jiwa Wirausaha; (d)
Higiene dan Sanitasi Makanan; (e) Kumpulan resep-resep; (f) Manajemen Usaha; (g)
Pembukuan Keuangan; dan (h) Pengetahuan Pemasaran. Berdasarkan temuan penelitian
disarankan: (1) perlu dilakukan pendidikan berwawasan gender untuk menyebarkan
pemahaman kesetaraan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan di kalangan komunitas
pesantren salaf; (2) Perlu dilakukan pendidikan wirausaha berwawasan gender untuk
komunitas pesantren salaf; (3) Perlu pelatihan jasa boga di pesantren salaf, guna
mengingatkan pengelola usaha jasa boga akan pentingnya higiene dan sanitasi makanan
dan memberi bekal ketrampilan para santri dan santriwati yang mungkin dapat mereka
kembangkan ketika sudah keluar dari pesantren kelak; dan (4) Prototipe paket pendidikan
wirausaha berwawasan gender berbasis jasa boga ini perlu diuji cobakan secara intensif
untuk memperoleh masukan dalam mengembangkannya sebagai paket pembelajaran yang
siap disosialisasikan secara luas.

53 Edisi ke-29 Tahun 2010

082
Sulistyorini, Siti Nurochmah, dan Roesdiyanto. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran
Kesegaran Jasmani di Sekolah Menengah Menggunakan E-Learning
Kata-kata kunci: pembelajaran, kesegaran jasmani, e-Learning

Manfaat e-Learning dapat dilihat dari 2 sudut yang berbeda, yaitu dari sudut peserta
didik dan guru: (1) Dari sudut peserta didik, dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan
berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi, artinya peserta didik dapat mengakses
bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih
memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran dan (2) Dari sudut guru; (a)
Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi; (b) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang
dimiliki relatif lebih banyak; (c) Mengontrol kegiatan belajar peserta didik, bahkan guru juga
dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajaan , topik apa yang dipelajari, berapa lama
sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang; (d) Mengecek
apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu;
(e) Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta. Hasil
penelitian survey (Produk hipotik) menunjukkan bahwa: (1) guru dan siswa memandang
bahwa pengkajian dan pengembangan pembelajaran kesegaran jasmani melalui e-Learning
diperlukan; (2) Pengetahuan tentang metode latihan; (3) Pengetahuan dan cara pengukuran
kesegaran jasmani; (4) Perlunya e-Learning untuk pembelajaran dan peningkatan
kesegaran jasmani; dan (5) Isi dan bahan e-Learning untuk pembelajaran dan peningkatan
kesegaran jasmani.
083
Supriyadi, Lokananta Teguh H.W., dan Hartati Eko W. 2009. Pengembangan Model
Permainan Bolabasket Mini Berbasis Keterampilan Sosial Guna Meningkatkan
Keterampilan Sosial, Motorik, dan Kebugaran Jasmani dalam Rangka Mencapai
Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD
Kata-kata kunci: bola basket mini, olahraga dan kesehatan, keterampilan motorik, pendidikan
jasmani

Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi ditandai oleh banyaknya alat yang diciptakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti alat tranportasi dan komunikasi, juga
alat hiburan seperti TV, video, game, dan play station. Pada satu sisi kehidupan manusia
menjadi lebih nyaman. Pada sisi yang lain, hilangnya kesempatan bergerak alamiah manusia. Hilangnya kesempatan gerak alamiah manusia akan membawa resiko tertentu, seperti:
hipokinetik, gangguan jantung, kegemukan, dan sosialisasi alamiah terhambat, sehingga
perilaku menyimpang meningkat jumlahnya di masyarakat. Penjasorkes mempunyai peluang untuk berperan dalam mengantisipasi dampak yang negatife akibat pesatnya kemajuan
ilmu dan teknologi, terutama yang berhubungan dengan hilangnya kesempatan bergerak,
dan meningkatnya perilaku menyimpang terutama untuk anak-anak usia SD jika dikelola dan
dilaksanakan dengan baik. Penelitian hibah pada tahap pertama ini bertujuan untuk melakukan need assessment dan pengembangan produk hipotetik model permainan bolabasket
mini berbasis keterampilan sosial. Rancangan penelitian pada tahun pertama menggunakan
jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan metode survey. Survey bertujuan untuk
memperoleh data model permainan dan melakukan analisis kebutuhan perlunya
pengembangan model permainan bolabasket mini berbasis keterampilan sosial. Subjek
penelitian pada penelitian survey terdiri atas guru dan siswa di propinsi Jawa Timur. Hasil
yang didapat (produk hipotetik) adalah: (1) Para guru dan siswa memandang bahwa
pengkajian dan pengembangan permainan bola basket mini berbasis keterampilan sosial
diperlukan; (2) komponen sarana prasarana; untuk ukuran lapangan digunakan ukuran

54 Abstrak Hasil Penelitian

dengan lebar 7 m dan panjang 15 m dengan toleransi 2 banding 4m, jenis lapangan bisa
menggunakan paving stone atau plester, tinggi ring 2 2,5 m, bola menggunakan bahan
dari karet, dengan diametr 60 70 cm, berat bola antara 400 500 gr, dan warna bola
adalah oranye; (3) komponen permainan; sebelum permainan dimulai semua pemain
dengan bergandengan tangan memberi hormat pada regu lawan dan kemudian ke penonton
(teman yang tidak main), permainan dimulai dengan bola loncat dari tengah, jumlah pemain
untuk setiap regu 5 6 orang, dribel bola boleh dilakukan dengan satu atau dua tangan dan
hanya boleh dilakukan maksimal 3 langkah, mengoper dapat dilakukan degan cara dilempar, digelindingkan, pada permainan dimana terdapat pemain putra maupun putri dalam
satu regu maka operan harus dilakukan dengan cara silang bergantian (dari pa ke pi atau
sebaliknya), menembak bola dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan, tidak mengikuti
peraturan tentang pelanggaran akan diberikan lemparan samping, peraturan tentang
kesalahan meliputi : mendorng, menabrak, memukul, menendang dan berkata-kata kasar
atau tidak sopan, tidak mematuhi pada aturan ini mendapat hukuman: pemain yang
melakukan kesalahan wajib meminta maaf secara langsung dengan cara memberi hormat
(membungkukan badan) pada pemain yang dilanggar dan kemudian lemparan bola dari
samping, ketentuan mengenai poin dari hasil sebuah serangan 2, dari tembakan hukuman
tergantung dari jarak penembak, akhir pertandingan ditentukan oleh waktu, hukuman dapat
diberikan bagi regu yang kalah berdasarkan kesepakatan dan bersifat mendidik tentunya;
dan (4) Komponen perwasitan; yang memimpin pertandingan adalah kolaborasi antara guru
dan murid, guru menggunakan peluit dan siswa dengan bendera, siswa yang menjadi wasit
berjumlah dua atau empat orang, dengan menggunakan warna bendera merah.
084
Fattah Hanurawan dan Budi Eko Sutjipto. 2009. Pengembangan Buku Panduan Guru
untuk Pembelajaran PKn SD/MI melalui Berbagai Model Cooperative Learning
Kata-kata kunci: buku panduan guru, pembelajaran PKn, model cooperative learning

Pemahaman sebagian besar guru SD dan MI di berbagai tempat di Jawa Timur


dalam mengimplementasikan berbagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada
siswa masih kurang memadai (Hanurawan dan Soetjipto, 2007). Salah satu pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan bersifat aktif yang seharusnya dikuasai oleh
guru adalah metode cooperative learning. Metode pembelajaran ini mengembangkan proses
bekerja sama siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Namun, evaluasi yang dilakukan oleh Hanurawan dan Soetjipto (2008) terhadap peserta diklat PLPG menunjukkan hanya 2%-3% peserta yang menguasai cara-cara mengimplementasikan 3 model saja (Jigsaw, STAD, dan TPS). Selama pelatihan kami melakukan
wawancara dengan peserta diklat dari Madiun, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek,
Kediri, Ponorogo, dan Lumajang. Hasil wawancara ini menunjukkan hasil yang mengejutkan
bahwa sebagian besar (95%) dari guru-guru sejawatnya di wilayah mereka rata-rata belum
mengenal cara-cara mengimplementasikan pendekatan pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Para peserta berargumen bahwa mereka yang berada di daerah
jarang menerima informasi tentang inovasi baru dalam pembelajarannya. Mereka ini
cenderung menggunakan tanya jawab, diskusi dan penugasan saja dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, para peserta pelatihan mengusulkan kepada kami untuk membuat
buku panduan praktis dalam megimplementasikan model pembelajaran kooperatif.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh Soetjipto (2006) pada
guru-guru di Situbondo dan Pajarakan yang lalu juga mengisyaratkan perlunya buku
panduan ringkas mengenai pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Berbagai model
dalam pembelajaran kooperatif sangat mereka butuhkan dalam rangka melengkapi
pemahaman mereka dari buku-buku pembelajaran yang lain. Penelitian Hanurawan dan
Waterworth (2005) menemukan bahwa guru-guru Indonesia, dibanding guru-guru Australia,
kurang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam menerapkan model-

55 Edisi ke-29 Tahun 2010

model pembelajaran aktif, termasuk model-model pembelajaran cooperative learning.


Penelitian Hanurawan (1995) menunjukkan bahwa guru di Australia memiliki pemahaman
yang baik tentang metode pembelajaran kooperatif sebagai instrumen pengembangan life
skills siswa untuk hidup dalam masyarakat multikultural. Kunjungan observasi kelas
Hanurawan & Soetjipto (1996) pada beberapa sekolah dasar di Victoria (seperti Trafalgar
Primary School, Essex Height Primary School, Glendal Primary School), Australia pada
tahun 1995-1996 juga menunjukkan guru-guru di sekolah-sekolah itu sudah memiliki
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam menerapkan model-model pembelajaran aktif, termasuk model-model pembelajaran kooperatif. Hal itu terjadi karena guru-guru di
Australia sudah dibekali buku panduan penerapan model-model pembelajaran kooperatif.
Buku panduan itu dikembangkan oleh Departemen Pendidikan setiap negara bagian di
Australia. Berdasarkan paparan di atas tampak jelas perlunya buku panduan pembelajaran
untuk guru dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai model pembelajaran
cooperative learning. Dalam konteks ini, berbagai model pembelajaran kooperatif itu
diterapkan dalam mata pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Mata pelajaran PKn
memiliki tujuan untuk mengembangkan dalam diri siswa kompetensi-kompetensi kewarganegaraan sebagai calon warga negara Indonesia. Kompetensi-kompetensi kewarganegaraan itu antara lain: memahamai dasar negara Indonesia (Pancasila), memahami
nasionalisme Indonesia, dan memahami sistem ketatanegaraan Indonesia. Pengembangan
tujuan kompetensi itu cukup tepat apabila dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran cooperative learning yang banyak memberikan keterampilan belajar berinteraksi
sosial, berkelompok, dan bekerja sama dengan sesama siswa. Berpijak pada urgensi
pembelajaran PKn melalui berbagai model pembelajaran kooperatif maka diperlukan buku
panduan guru dalam pembelajaran PKn SD/MI melalui berbagai model cooperative learning.
085
I Made Seken, Sumanto, Winihasih, dan Sutrisno. 2009. Pengembangan Model
Pembelajaran Kreatif Seni Rupa melalui Penggunaan Media Gambar di SD
Kelas Tinggi
Kata-kata kunci: model pembelajaran, seni rupa, media gambar

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pembelajaran kreatif seni rupa
dengan menggunakan media gambar di SD kelas tinggi. Tujuan khusus tahap tahun ke I
untuk mendeskripsikan: (1) kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) bidang Seni rupa di SD kelas tinggi; (2) pola interaksi
antara guru dengan siswa, dan metode pengajaran yang digunakan dalam pengajaran seni
rupa; (3) bentuk pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran seni rupa; (4) tingkat
kesulitan siswa dalam pembelajaran seni rupa; (5) rancangan awal model pembelajaran
kreatif seni rupa dengan menggunakan media gambar di SD kelas tinggi. Hasil penelitian:
(1) pengembangan model pembelajaran kreatif seni rupa materi menggambar Ilustrasi dan
Dekoratif di kelas IV, V, dan VI dalam bentuk rancangan Silabus, RPP, media gambar, dan
petunjuk pelaksanaan pembelajaran; (2) hasil validasi dan uji coba adalah: (a) indikator yang
direncanakan sudah jelas, runtut dan dapat memberikan kesempatan berkreasi menggambar kepada siswa; (b) materi menggambar sudah tepat dan dapat ditindaklanjuti untuk
dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas; (c) skenario pembelajaran masih
harus direvisi, disempurnakan agar lebih tampak jelas model pembelajaran kreatifnya.
Revisi skenario pembelajaran kreatif seni rupa mulai kegiatan awal, inti dan akhir, yaitu
adanya kegiatan orientasi, eksplorasi, interpreasi, re-kreasi (berkreasi menggambar), serta
evaluasi proses dan hasil; (d) rancangan media gambar buah-buahan, motif batik, obyek
rumah dan lingkungannya masih harus ditambahkan agar dalam pemanfaatannya lebih
efektif dan mampu mendorong kreativitas menggambar siswa. Media gambar perlu
ditambahkan variasi kreasi obyek/motif gambar, dan contoh benda atau model tiruannya;
dan (e) instrumen penilaian proses kerja perlu ditambahkan aspek keaslian (orisinalitas)
dalam menggambar, dan penilaian hasil ditambahkan aspek kreasi gambar.

56 Abstrak Hasil Penelitian

086
Imam Nawawi, Widayati, Singgih Susilo, dan Siti Mubarokah. 2009. Pengembangan
Metode Pembelajaran Moral Berbasis VCT pada Anak TK
Kata-kata kunci: pembelajaran moral, VCT, anak TK

Penelitian ini dilatarbelakangi tentang pentingnya metode pembelajaran moral pada


anak TK. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh model metode pembelajaran moral yang
dapat meningkatkan kompetensi pembelajaran moral bagi murid TK. Salah satu model
pembelajaran yang di nilai dapat meningkatkan kompetensi moral anak TK adalah
pembelajaran moral berbasis VCT. Metode penelitian ini menggunakan model 4D, yang
diawali dengan define (pendefinisian); design (perancangan); develop (pengembangan); dan
dissemminate (diseminasi). Hasil penelitian ini berupa CD pembelajaran yang memuat
implementasi strategi pembelajaran moral berbasis VCT. Dan penelitian juga menghasilkan
pengembangan model-model strategi pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran
dengan menekankan pada 8 strategi pembelajaran berbasis VCT yang terdiri dari :
pendekatan evocation, pendekatan inculcation, pendekatan awareness, pendekatan moral
reasoning, pendekatan implication, pendekatan value clarification, pendekatan commitment
and pendekatan union. Kesimpulan dari peneilitian ini menunjukkan bahwa seluruh model
strategi pembelajaran yang dikembangkan di TK adalah layak secara teoritik, dan dapat
diterapkan dalam praktek pembelajaran dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Maka disarankan pada guru-guru TK untuk mengimplementasikan model-model strategi
pembelajaran VCT, khususnya pada pembelajaran nilai dan moral.
087
Yuniastuti, Siti Awaliyah, dan Sutoyo. 2009. Pengembangan Buku Ajar Pendidikan
Hukum Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jawa Timur
Kata-kata kunci: buku ajar, pendidikan hukum

Indonesia merupakan negara hukum, segala sesuatu dalam hidup ini harus
berdasarkan pada hukum. Segala sesuatu diatur oleh hukum, tetapi dalam kenyataannya
masih banyak kejahatan dan pelanggaran dalam masyarakat. Terdapat berbagai faktor
penyebabnya, diantaranya karena kurangnya kesadaran dalam masyarakat terhadap hukum
yang berlaku. Permasalahan yang timbul selain dari pelaku kejahatan juga berasal dari para
korban yang tidak tahu cara mempertahankan haknya atau merasa takut jika harus
berhadapan dengan hukum. Selain itu juga karena adanya budaya masyarakat yang
nampak dalam suatu peribahasa Jawa mikul duwur mendem jero yang maksudnya adalah
untuk menutupi jika ada kesalahan tidak perlu dipermasalahkan. Pada intinya adalah
menghindarkan adanya permusuhan dalam hidup bermasyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk: (1) tahun pertama, mendeskripsikan pengetahuan dan persepsi siswa tentang pendidikan hukum, melakukan need assesment perlunya pendidikan hukum pada siswa sekolah
menengah atas (SMA) dan (2) tahun kedua, menghasilkan buku ajar pendidikan hukum,
menguji keefektivan, efisiensi dan kemenarikan buku ajar pendidikan hukum. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Sebagai subyek penelitian adalah siswa SMA
dan guru SMA yang berada di tiga kota, yaitu Ponorogo, Malang, dan Probolinggo. Analisis
data menggunakan analisis statistik deskriptif. Dari hasil penelitian dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pengetahuan guru dan siswa tentang hukum masih kurang, yaitu dengan
skor rata-rata untuk guru 53,75% jawaban benar dan skor rata-rata siswa 53,95% jawaban
benar. Data analisis kebutuhan menunjukkan pendidikan hukum perlu diberikan kepada
siswa SMA, dari 470 siswa sebanyak 96% dan 87 guru (100%) menyatakan perlu. Pendidikan hukum ini terintegrasi dalam pelajaran PKn atau pelatihan tersendiri. Cara penyampaian yang cocok menurut siswa dan guru adalah gabungan di dalam kelas dan di luar kelas.
Alokasi waktu yang diperlukan adalah antara 1 jam sampai dengan 2 jam.

57 Edisi ke-29 Tahun 2010

088
Evi Susanti, Neena Zakia, dan Sumari. 2009. Optimasi Produksi Bioetanol dari Limbah
Ampas Tebu Berbasis Sistem Selulase Bacillus Circulans Strain Lokal
Kata-kata kunci: bioetanol, limbah, ampas tebu

Limbah lignoselulosa seperti ampas tebu merupakan salah satu bahan baku
pembuatan bioetanol yang potensial di masa mendatang. Tahapan umum untuk mengkonversi limbah ampas tebu menjadi bioetanol adalah perlakuan awal, sakarifikasi, fermentasi
dan pemisahan. Perlakuan awal pada ampas tebu diperlukan untuk merusak struktur
lignoselulosa agar limbah ampas tebu mudah dihidrolisis secara enzimatis. Sakarifikasi
untuk menghidrolisis selulosa menjadi glukosa dilakukan secara enzimatis menggunakan
suatu sistem selulase. Kedua tahap tersebut merupakan rate limiting step untuk
memproduksi bioetanol dari limbah ampas tebu. Pada penelitian ini telah diteliti mengenai
optimasi produksi dan karakterisasi sistem selulase dari Bacillus circulans strain lokal,
optimasi perlakuan awal untuk meningkatkan % sakarifikasi ampas tebu secara enzimatis
dengan teknik autoklaf-impregnasi H2SO4 dan autoklaf-impregnasi etanol, dan ujicoba
sakarifikasi ampas tebu tanpa perlakuan, mendapat perlakuan awal autoklaf-H2SO4 dan
mendapat perlakuan awal autoklaf-etanol oleh sistem selulase yang dihasilkan dari Bacillus
circulans strain local. Hasil penelitian menunjukkan: (1) kondisi optimum produksi sistem
selulase dari Bacillus circulans strain lokal yaitu ditumbuhkan dalam media Berg pada pH=
9,0 yang mengandung 0,5% avicel selama 5 hari menghasilkan CMC-ase dengan aktivitas
111,11 Unit/mL dan avicelase sebesar 55,56 Unit/mL; (2) sistem selulase yang dihasilkan
memiliki kondisi reaksi enzimatis yang optimum pada pH = 7,0, suhu 50oC dan waktu
inkubasi selama 2 jam dengan aktivitas CMC-ase 129,97 Unit/mL dan avicelase 87,96
Unit/mL, Vmaks CMC-ase 1000 g glukosa/jam dan Km 5%, Vmaks avicelase 200 g
glukosa/jam dan Km 1,2%; (3) perlakuan awal autoklaf selama 30 menit dilanjutkan
perendaman dengan 0,25 g H2SO4 encer untuk 100 g ampas tebu merupakan perlakuan
awal autoklaf- H2SO4 optimum. Prosentase sakarifikasi meningkat 5,26 kali dibandingkan
dengan ampas tebu yang tidak direndam H2SO4 encer yaitu dari 3,42% menjadi 17,83%; (4)
perlakuan awal autoklaf selama 15 menit dilanjutkan perendaman dengan 100 mL etanol
untuk 100 g ampas tebu merupakan perlakuan awal autoklaf- etanol optimum. Prosentase
sakarifikasi meningkat 4,67 kali dibandingkan dengan ampas tebu yang tidak direndam
etanol yaitu dari 1,76% menjadi 8,22%, dan (5) sistem selulase dari Bacillus circulans strain
lokal mampu menghidrolisis ampas tebu tanpa perlakuan, mendapat perlakuan awal
autoklaf-H2SO4 dan autoklaf-etanol , setelah dihidrolisis 12 jam masing-masing menghasilkan persen sakarifikasi 0,28%, 1,21% dan 0,28%
089
Sri Rahayu Lestari, Nuning Wulandari, dan Wibi Riawan. 2009. Uji Sitotoksisitas Ekstrak
Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum) Sebagai Sumber
Antioksidan Alami
Kata-kata kunci: Sitotoksisitas, esktrak etanol kulit buah rambutan, antioksidan

Kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan antioksidan sintetis meningkatkan


permintaan antioksidan alami yang murah dan punya kapasitas tinggi. Kulit buah rambutan
selama ini dianggap sebagai limbah dan selalu dibuang diduga mengandung bahan
antioksidan yang punya kapasitas tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan
antioksidan alami yang punya kapasitas tinggi dari ekstrak ethanol kulit buah rambutan.
Menguji sitotoksisitas ekstrak kulit buah rambutan sebagai antioksidan alami yang aman
digunakan. Kulit buah rambutan dikeringanginkan selanjutnya akan dihancurkan samapi
menjadi tepung dan dilakukan ekstraksi dengan menggunakan etanol. Hasil ekstraksi akan
diuji kapasitas antioksidannya melalui DPPH, sedangkan uji sitotoksisitas dilakukan dengan
memaparkan sel HeLa pada ekstrak etanol kulit buah rambutan pada konsentrasi 30 g/mL,
15 g/mL, 7,5 g/mL. Selanjutnya viabilitas sel akan diuji dengan MTT. Data kapasitas

58 Abstrak Hasil Penelitian

antioksidan ekstrak kulit buah rambutan akan dianalisis secara kualitatif sedangkan data
viabilitas sel akan dianalisis dengan Anova satu jalar. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak
kulit buah rambutan mempunyai kapasitas antioksidan 67,50% pada kadar 30 g/mL.
Sedangkan uji sitotoksisitas terhadap sel HeLa menunjukkan ada pengaruh terhadap
viabilitas sel ( = 0,05). Perlu dilakukan peneltian lanjutan untuk menguji keamanan ektrak
etanol kulit buah rambutan sebagai sumber antioksidan alami yang mencakup aktivitas yang
berhubungan dengan pemurnian dan uji sitotoksisitas pada sel normal (PBMC dan BHCL).

090
Rini Nurhakiki, Susy Kuspambudi Andaini, dan Mahmuddin Yunus. 2009. Perancangan dan
Pembuatan Kamus Elektronik Matematika dalam Komunitas dan Pembelajaran
Matematika
Kata-kata kunci: kamus elektronik, prototype, pembelajaran matematika

Banyaknya istilah-istilah dan rumus-rumus dalam pelajaran matematika, terkadang


membuat siswa kesulitan dalam mempelajari matematika. Siswa sering lupa dalam
menerapkan sebuah rumus untuk menyelesaikan soal matematika tertentu. Untuk
membantu siswa dalam mempelajari matematika, maka perlu dibuat suatu perangkat lunak
komputer (software) melalui pembelajaran berbasis komputer dalam bentuk kamus
elektronik matematika. Tujuan utama dari penelitian ini adalah membuat prototype kamus
elektronik untuk pelajaran matematik. Kamus elektronik ini berisi tentang teori dan istilah,
contoh soal matematika dan penyelesaian matematika. Teori dan soal berisi informasi teks,
gambar, maupun visualisasi yang dapat memperjelas materi yang disajikan. Prototype
kamus elektronik ini dapat dikembangkan untuk pelajaran matematika tingkat perguruan
tinggi maupun untuk pelajaran lainnya. Disamping itu, penelitian ini bertujuan merancang
dan mengembangkan kamus elektronik matematika untuk membantu siswa dalam
mempelajari materi matematika, serta menguji keefektifan, kemenarikan dan efisiensi kamus
elektronik matematika bagi siswa.
091
Sardjono, Eddy Sutadji, dan Ridwan Joharmawan. 2009. Model Evaluasi Diri Sekolah
Efektif: Analisis Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Kata-kata kunci: model evaluasi diri, manajemen peningkatan mutu, SMK

Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan Model Evaluasi Diri Sekolah Efektif
beserta instrumen dan pedoman pelaksanaannya dalam rangka melakukan penilaian dan
perbaikan sendiri (self-evaluation and self improvement), serta peningkatan efektifitas
fungsi-fungsi pengelolaan sekolah agar setiap lembaga pendidikan mampu menghasilkan
mutu lulusan yang diharapkan. Secara khusus tujuan penelitian adalah menghasilkan: (1)
konstruk dan indikator sekolah efektif; (2) seperangkat instrumen penilaian sekolah efektif;
(3) sistem penilaian sekolah efektif dan pedoman pelaksanaannya (termasuk penafsiran
hasilnya); dan (4) data dan informasi implementasi penilaian sekolah efektif pada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) yang Mengimplementasikan Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (MPMBS). Untuk mencapai target tersebut, dalam kegiatan ini melakukan
survei dan serta melakukan penelitian serta pengembangan (research and development),
melalui lima tahap yaitu survei awal, pelaksanaan pengembangan, validasi, evaluasi, dan
penyusunan laporan. Subjek penelitian terdiri atas dua bagian, yaitu internal sekolah
meliputi: kepala sekolah, guru, siswa, dan tenaga adminitrasi. Sedangkan eksternal sekolah
yaitu komite sekolah berasal dari orang tua siswa dan masyarakat. Subjek penelitian ini
dipilih secara bertujuan. Data penelitian dikumpulkan melalui diskusi panel, angket, penilaian
porto folio, wawancara, dokumentasi, dan observasi. Analisis data yang digunakan yaitu

59 Edisi ke-29 Tahun 2010

teknik terpadu atau serentak antara pendekatan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Target
akhir yang dihasilkan: (1) model evaluasi diri disebut efektif apabila model dapat digunakan
untuk mengevaluasi sekolah efektif pada SMK; (2) indikator sekolah efektif disebut efektif
apabila dapat memberikan informasi secara tepat dan akurat terhadap implementasi
MPMBS; (3) program MPMBS disebut efektif dan berdampak positif, apabila program
tersebut dapat diterapkan atau impelementasikan pada lembaga pendidikan SMK sebagai
kebijakan sekolah, untuk tahap pertama minimal enam lembaga pendidikan SMK se-Malang
Raya yang menggunakan pengembangan ini; dan (4) evaluasi dan dampak dikatakan
efektif; apabila kegiatan tersebut dapat mengungkap kemajuan, kendala, dan memberikan
rekomendasi dalam usaha perbaikan model atau kegiatan berikutnya.
092
Endah Tri Priyatni, Siti Cholisatul Hamidah, dan Asnawi Susilo Wahono. 2009.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Membaca SD Berbasis Pendidikan
Multikultural dan E-Learning
Kata-kata kunci: pengembangan perangkat pembelajaran, membaca, pendidikan multikultural, elearning

Pada tahun I, penelitian ini bertujuan: (1) mengembangkan model materi pembelajaran membaca berbasis pendidikan multikultural dan e-learning yang dapat meningkatkan
kemampuan membaca dan kemampuan menerapkan nilai-nilai multikultural siswa SD dan
(2) mengembangkan model latihan pembelajaran membaca berbasis pendidikan
multikultural dan e-learning yang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan
kemampuan menerapkan nilai-nilai multikultural siswa SD. Penelitian ini pada tahun pertama
menggunakan rancangan pengembangan karena tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan perangkat pembelajaran membaca untuk siswa SD berbasis pendidikan
multikultural dan e-learning. Desain pengembangan yang digunakan diadaptasi dari desain
penelitian pengembangan model Recursive, Reflective Design and Development atau
disingkat R2D2. Ada tiga kegiatan utama dalam penelitian pengembangan ini, yaitu: (1)
persiapan; (2) pengembangan; dan (3) uji coba. Pada kegiatan persiapan ini ada dua
kegiatan utama, yaitu: pemilihan lingkungan dan media pengembangan serta pemilihan straegi pembelajaran. Pada kegiatan pengembangan, kegiatan utama adalah mengembangkan
prototipe produk. Prototipe ini dikembangkan secara kolaboratif antara pengembang dengan
para praktisi dan siswa. Uji coba dilaksanakan di SD yang memiliki keragaman dari segi
etnik, ras, agama, budaya, bahasa, aliran keagamaan dan bahkan strata sosial ekonomi
masyarakat. Di samping itu, uji coba dilakukan di SD yang para siswanya telah dapat
mengoperasikan perangkat komputer dan sekolah memiliki perangkat komputer yang
memadai. Prototipe yang telah dikembangkan diujicobakan kepada kelompok kecil, yaitu: 10
orang siswa SD kelas IV dan 3 orang guru SD yang mengajar kelas IV. Prosedur uji coba
dilakukan sebagai berikut: (1) siswa dan guru diberi kesempatan untuk menggunakan dan
mengoperasikan prototipe produk yang telah dikembangkan; (2) siswa dan guru mengoperasikan software; (3) selanjutnya, siswa mencoba mengerjakan salah satu tugas yang
ada dalam paket materi pembelajaran. Setelah uji coba prototipe dilaksanakan, siswa dan
guru memberikan tanggapan. Tanggapan bisa berupa komentar, kritik, dan saran terkait
dengan kemudahan penggunaan dan kemenarikan produk yang dikembangkan . Komentar,
kritik dan saran dari siswa dan guru ini dijadikan masukan untuk dasar perbaikan produk.
Prototipe yang telah diujicobakan kepada kelompok kecil dan sudah direvisi, diujicobakan
kepada kelompok ahli, yaitu: ahli pembelajaran multikultural dan ahli pembelajaran
membaca. Prosedur uji coba sama dengan uji coba pada kelompok kecil. Tanggapan
terhadap produk dari tim ahli dijadikan dasar untuk perbaikan produk. Revisi dilakukan
secara berulang-ulang sampai dihasilkan produk akhir. Data penelitian pada tahun I berupa
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa tanggapan (komentar, kritik, dan
saran) dari siswa, guru, dan para ahli pada saat uji coba produk Sedangkan data kuantitatif
berupa skor hasil telaah siswa, guru, dan tim ahli terhadap produk. Sumber data penelitian

60 Abstrak Hasil Penelitian

ini adalah: siswa, guru, dan tim ahli. Peneliti berperan sebagai instrumen kunci didukung
dengan instrumen bantu berupa: panduan penelaahan produk untuk guru dan tim ahli;
angket untuk siswa, dan catatan lapangan. Data kuanitatif dianalisis dengan teknik
persentase. Data kuantitatif yang berkategori sangat kurang, kurang, dan cukup harus
direvisi dan yang berkategori baik dan sangat baik tidak direvisi. Penelitian ini menghasilkan
dua produk, yaitu model materi pembelajaran dan model latihan pembelajaran.Hasil telaah
ahli dan praktisi menunjukkan bahwa kedua produk ini dilihat dari kebenaran materi layak
digunakan karena memiliki kesesuaian dengan SK dan KD, akurat dilihat dari ilmu membaca, memuat nilai-nilai multikultural yang dijabarkan dengan benar, dan tidak ada penjelasan
atau materi yang salah konsep atau salah nalar, menarik, mudah digunakan, bahasa mudah
dipahami, sistem koneksi (link) berfungsi dengan baik. Siswa sangat antusias dan menghabiskan banyak waktu untuk berinteraksi dengan produk yang dikemas dalam e-learning/
multimedia ini. Para praktisi, khususnya kelompok guru merasakan banyak belajar dari
program ini. Perangkat pembelajaran membaca berbasis pendidikan multikultural dan elearning ini selain menarik juga kaya informasi yang membuat para guru banyak belajar dari
paket ini. Penelitian ini telah berhasil mengembangkan produk berupa materi dan latihan
untuk pembelajaran membaca SD berbasis pendidikan multikultural dan e-learning. Kedua
produk ini telah diujicobakan pada kelompok kecil, yaitu kelompok siswa dan guru, juga
telah divalidasi oleh tim ahli/validasi pakar dan validasi praktisi. Perangkat pembelajaran
dengan multimedia interaktif ini telah berhasil melibatkan sejumlah keterlibatan siswa dalam
aktivitas dan perilaku dengan penuh gairah dan antusias. Namun, produk ini belum diuji
bagaimana sumbangannya dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SD dan
peningkatan kemampuan siswa dalam menerapkan nilai-nilai multikultural. Uji efektivitas
produk ini akan dilaksanakan pada penelitian tahun kedua/tahap II. Uji efektivitas produk ini
penting dilakukan karena inilah inti atau tujuan akhir dari penelitian pengembangan. Uji
efektivitas produk juga akan meningkatkan daya tranferabilitas produk ke sasaran pengguna
yang lebih luas.
093
Imam Agus Basuki dan Soedjijono. 2009. Pengembangan Materi Pembelajaran Apresiasi
Prosa Berbasis Konvensi Naratif Novel Bertendensi Kenusantaraan untuk
Meningkatkan Kompetensi Literer Mahasiswa sastra Indonesia dan Siswa SMU
Kata-kata kunci: pengembangan materi pembelajaran, apresiasi prosa, novel bertendensi
Kenusantaraan, kompetensi literer

Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan materi pembelajaran apresiasi prosa


berdasarkan konvensi naratif novel-novel bertendensi Kenusantaraan. Materi tersebut dapat
dianggap sebagai materi alternatif pembelajaran apresiasi prosa. Kenyataan hingga kini,
para mahasiswa mempelajari materi pembelajaran apresiasi prosa dari sumber-sumber teori
naratif sastra Barat.
Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model R2D2
(recursive, reflective design and development). Ada 3 (tiga) tahap dalam mengimplementasikan model tersebut, yakni tahap pendefinisian, tahap perancangan dan pengembangan,
serta tahap diseminasi. Tahap pertama dilakukan, pada penelitian fundamental, dengan
meneliti novel Para Priyayi dan Jalan Menikung (Umar Kayam) untuk mengetahui kaidah,
prinsip, atau konvensi estetika naratif Kenusantaraan. Dua novel Umar Kayam tersebut
dipilih dalam penelitian fundamental dengan pertimbangan kedua novel dianggap sebagai
sample dari sejumlah novel sastra Indonesia yang secara sadar menerapkan kaidah,
prinsip, atau konvensi estetika Kenusantaraan berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal. Tahap
kedua dilakukan dengan mengadaptasi hasil penelitian pertama menjadi materi alternatif
pembelajaran apresiasi prosa. Tahap ketiga dilakukan dengan mengujicobakan materi
alternatif pembelajaran apresiasi prosa kepada 20 orang mahasiswa jurusan sastra
Indonesia. Mahasiswa dibagi dalam 4 (empat) kelompok, yakni kelompok A, B, C, D.

61 Edisi ke-29 Tahun 2010

Mahasiswa kelompok A ditugasi mengapresiasi novel Pengakuan Pariyem (Linus Suryadi),


mahasiswa kelompok B ditugasi mengapresiasi novel Pasar (Kuntowijoyo), mahasiswa
kelompok C ditugasi mengapresiasi novel Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari) dan
mahasiswa kelompok D ditugasi mengapresiasi novel Ibu Sinder (Pandir Kelana)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi literer para mahasiswa
meningkat. Dengan acuan materi alternatif, mahasiswa mampu melaksanakan pembelajaran apresiasi prosa dan hasilnya memadai.
094
Dian Ariestadi, Apif Miftahul Hajji, Sutrisno, dan Aisyah Larasati. 2009. Kajian dan
Pengembangan Standar Bangunan dan Sarana Pembelajaran Taman Kanakkanak sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di
Indonesia
Kata-kata kunci: standar bangunan, sarana pembelajaran, Taman Kanak-kanak, PAUD

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan untuk membuat


seperangkat standar sarana dan prasarana pendidikan bagi Taman Kanak-kanak (TK).
Sebagaiman tercantum dalam Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu unsur
dalam keseluruhan sistem pendidikan nasional di Indonesia. Dalam pasal 28 UU tersebut
menyatakan bahwa PAUD formal dilaksanakan dalam bentuk TK. Kebutuhan terhadap
sebuah standar bangunan dan sarana pembelajaran di TK diperkuat dengan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam
PP tersebut, Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan merupakan salah satu dari 8 (delapan) standar nasional pendidikan selain standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik
dan tenaga kependidikan, pengelolaan, pembiayaan, serta penilaian pendidikan. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 sebagai landasan operasional PP tersebut,
ternyata hanya memuat standar sarana dan prasarana pendidikan untuk SD/MI, SMP/MTs,
dan SMA/MA. Penelitian dilaksanakan dengan kajian dan analisis kebutuhan bangunan dan
sarana pembelajaran di TK terhadap sejumlah TK di Indonesia, baik TK Negeri Pembina, TK
Negeri, dan TK Swasta. Kajian dan analisis akan mengacu pada sejumlah kompetensi
dasar, hasil belajar, dan jenis kegiatan TK (kurikulum TK) serta aturan dan persyaratan yang
berlaku untuk perancangan bangunan sekolah secara umum. Konsep dan kriteria perancangan bangunan TK dibuat dengan menggunakan: (1) Site Plan bangunan TK; (2)
Kurikulum dan metoda pembelajaran di TK; (3) Pengaturan ruang kelas TK; (4) Spesifikasi
ruang-ruang utama berikut perabotnya; dan (5) Pola hubungan kedekatan ruang.
095
Bambang Widarta, Made Wena, dan Priyono. 2009. Pengembangan Bahan Ajar
Matadiklat Pengetahuan Dasar Teknik Bangunan (PDTB) pada Sekolah
Menengah Kejuruan dengan Pendekatan Strategi Penyampaian Pemecahan
Masalah
Kata-kata kunci: pengembangan bahan ajar, SMK, Pemecahan Masalah

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan perangkat bahan ajar yang mampu
meningkatkan hasil belajar siswa melalui peningkatan kualitas pembelajaran matadiklat
Pengetahuan Dasar Teknik Bangunan (PDTB) dengan menggunakan strategi pemecahan
masalah. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan mixing
methods melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil pengembangan dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: penelitian ini telah menghasilkan bahan ajar
matadiklat Pengetahuan Dasar Teknik Bangunann (PDTB), untuk siswa SMK kelas XI. Bahan ajar ini terdiri dari bahan ajar untuk pegangan guru, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan bahan ajar pegangan siswa.

62 Abstrak Hasil Penelitian

096
Wasis, Eko Suwarno, dan Sri Agrariani Judawati. 2009. Pengembangan Bahan Ajar
dengan Metode Laboratory Training dalam Matadiklat Praktik Batu dan Beton
Guna Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Psikomotorik Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Teknik Bangunan
Kata-kata kunci: Laboratory Training, praktik, batu dan beton

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar matadiklat Praktik Batu dan
Beton untuk Siswa SMK Jurusan Teknik Bangunan berbasis strategi Laboratory Training.
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Uji coba produk pada tahun I ini hanya
dilakukan melalui dua tahap yaitu (1) uji pakar/expert judgement dan (2) uji perorangan,. Uji
pakar dilakukan dengan melibatkan pakar isi bidang studi (Teknik Bangunan/Teknik Sipil)
dan pakar teknologi pembelajaran. Pakar isi bidang studi adalah dosen perguruan tinggi
dengan kualifikasi minimal S2/S3 spesialisasi Teknik Bangunan/Teknik Sipil, sedangkan
pakar teknologi pembelajaran adalah dosen perguruan tinggi dengan kualifikasi minimal
S2/S3 spesialisasi teknologi pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: penelitian ini telah menghasilkan produk berupa bahan ajar matadiklat Praktik
Batu dan Beton, untuk kelas XI. Bahan ajar ini terdiri dari bahan ajar untuk pegangan guru,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan bahan ajar pegangan siswa berupa lembar
kerja siswa/job sheet.
097
Nindyawati dan B. Sri Umniati. 2009. PORTAL Beton Bertulangan Bambu yang Dikekang
Dijalur Gaya Tekannya, Sebuah Solusi Pembangunan Rumah Sederhana Tahan
Gempa
Kata-kata kunci: Model portal, pengekangan, gaya geser, simpangan

Penelitian ini dalam jangka panjang bertujuan untuk meneliti kemampuan bambu
sebagai bahan tulangan pengganti tulangan baja pada struktur portal beton bertulang tahan
gempa yang dikekang di lokasi sendi plastis potensial dan di jalur gaya tekannya. Pencarian
bahan alternatif ini disebabkan karena harga tulangan baja jauh lebih mahal dari pada
tulangan bambu dan ketersediaannya yang semakin sedikit. Target khusus dari penelitian ini
adalah: (1) terbentuknya model pengekangan portal bertulangan bambu tahan gempa; (2)
terpilihnya model portal bertulangan bambu tahan gempa untuk dibuat sebagai prototipe; (3)
terbentuknya karakteristik prototipe portal bertulangan bambu tahan gempa; dan (4)
terbentuknya model rumah sederhana tahan gempa. Karena penelitian ini menggunakan
metode research and development, maka waktu yang disediakan selama 2 tahun untuk
penelitian ini akan digunakan sepenuhnya dengan rincian: (1) tahun pertama, membuat
model portal bertulangan bambu tahan gempa untuk diuji secara eksperimental dan (2)
tahun kedua, membuat prototipe portal beton bertulangan bambu tahan gempa yang diuji
eksperimental untuk mendapatkan karakteristiknya. Sejumlah enam (6) buah model benda
uji portal beton bertulangan bambu yang dikekang dengan tiga macam model pengekangan,
yaitu pengekangan di lokasi sendi plastis potensial, pengekangan di jalur gaya tekan dengan
pengekang sengkang penuh, dan pengekangan di jalur gaya tekan dengan pengekang
sengkang penuh yang diselingi pengekang setengah sengkang. Rasio tulangan longitudinal
balok 6,4% dan rasio tulangan longitudinal kolom 12%. Model portal dibebani dengan
pembebanan siklis sebagai implementasi dari beban gempa. Hasil studi menunjukkan
bahwa kapasitas gaya geser maksimum yang dicapai oleh kelompok benda uji dengan
pengekangan sendi plastis potensial pada kondisi dorong adalah 483kg dengan simpangan
maksimum 90mm dan pada kondisi tarik adalah 483kg dengan simpangan maksimum
90mm, kelompok benda uji dengan pengekangan jalur gaya tekan dengan sengkang penuh
(kotsovos) pada kondisi dorong adalah 483kg dengan simpangan maksimum 60mm dan
pada kondisi tarik adalah 483 kg dengan simpangan maksimum 40 mm. Sedangkan untuk

63 Edisi ke-29 Tahun 2010

kelompok benda uji dengan pengekangan sengkang penuh yang diselingi pengekang
setengah sengkang pada kondisi dorong adalah 644kg dengan simpangan maksimum
75mm dan pada kondisi tarik adalah 644kg dengan simpangan maksimum 75mm.
098
Andi Mappiare AT, Fachrurrazy, dan Sudjiono. 2009. Kultur Konsumsi Remaja dan Upaya
Bimbingannya (Studi Perspektif Posmodern atas Pelajar Kota Metropolitan
dalam Pengembangan Media Konseling Bergambar untuk Pelatihan
Keterampilan Komunikasi dan Soft-Skills)
Kata-kata kunci: kultur, pengembangan media bergambar, keterampilan komunikasi, soft-skills

Target penelitian Th-III adalah menghasilkan suatu Media Konseling Bergambar


yang teruji menurut pemahaman dan persepsi Konselor/Petugas BK dan siswa-siswi
(pemakai/user) ~ sebagai konsekuensi temuan penelitian Th-II. Temuan Penelitian Th-II menunjukkan bahwa untuk mewujudkan dan mengembangkan kecakapan pembelanjaan dan
kearifan kultural para siswa-siswi adalah melalui keterampilan komunikasi dan Soft-Skills ~
yaitu komunikasi berbudaya dengan orangtua dan guru, soft-skills membuka peluang dan
komunikasi kerjasama dengan sumber-sumber keuangan tersedia. Tujuan penelitian Th-III
ini adalah (1) Diperoleh gambaran penilaian para Konselor atau Guru BK dan siswa
mengenai struktur dan konten draf Media Bergambar Pelatihan Keterampilan Komunikasi
dan Soft-Skills yang disusun; (2) Diperoleh gambaran tingkat kepuasan pemakai (Konselor
atau Guru BK dan para Siswa) atas penerapan Media Bergambar Pelatihan Keterampilan
Komunikasi dan Soft-Skills; dan (3) Diperoleh bentuk akhir Media Bergambar Pelatihan
Keterampilan Komunikasi dan Soft-Skills, dengan keperluan: (a) Pelatihan komunikasi
berbudaya dengan orangtua; (b) Pelatihan komunikasi berbudaya dengan para guru; (c)
Pelatihan soft-skills untuk membuka peluang akses pada sumber-sumber keuang-an
tersedia; dan (d) Pelatihan komunikasi kerjasama dengan agen-agen sumber keuangan.
Target kedua ini dicapai dengan Penelitian Tindakan Kelas. Pengujian dilakukan melalui
penilaian perseptual dari Konselor/Petugas BK; kemudian dilakukan tindakan Konseling
Kelompok dalam mana diperoleh penilaian perseptual siswa-siswi. Pengujian Media
Konseling Bergambar berlangsung dalam 3 putaran, diselingi revisi dan perbaikannya.
Dalam proses penelitian, sejalan dengan tujuan, ditemukan: (a) Baik Guru BK/Konselor
jenjang SMA, jenjang SMP, maupun para siswa-siswi SMA sebagian besar memberikan
dukungan mutlak dan penyerahan total kepada penyusun, dan sedikit sekali yang memberkan dukungan parsial dan saran perbaikan terhadap truktur dan konten draf media yang
sudah disusun; (b) Setelah melalui uji-coba tiga putaran, pelaksanaan media bergambar
dalam konseling kelompok ini secara umum adalah sangat memuaskan pemakai; dan (c)
Sebagai produk penelitian, berhasil disusun sebuah Media Bergambar Pelatihan Keterampilan Komunikasi dan Soft-Skills dalam konseling kelompok untuk siswa SMA.
099
Sucipto dan Hardika. 2009. Model Transfer of Learning untuk Peningkatan Kreativitas
dan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Kata-kata kunci: transfer of learning, kreativitas belajar, fasilitator belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pola interaksi edukatif antara dosen dan
mahasiswa dalam proses perkuliahan. Penelitian difokuskan pada peran dosen sebagai
fasilitator dan mahasiswa sebagai subjek belajar dalam mengembangkan kreativitas dan
kemandirian belajar mahasiswa. Dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan diketahui bahwa kreativitas dan kemandirian belajar mahasiswa belum terinternalisasi dalam kehidupan belajar, sehingga aktivitas mahasiswa masih tergantung pada
instruksi dosen. Demikian juga sebaliknya dosen belum memerankan dirinya sebagai
fasilitator belajar sehingga interaksinya dengan mahasiswa cenderung bersifat instruktif.

64 Abstrak Hasil Penelitian

100
Endang Setyo Winarni, Sri Umi Mintarti, dan Sri Harmini. 2009. Pengembangan Model
Kesehatan Alat Reproduksi Anak Jalanan Perempuan melalui Simulasi
Bermain untuk Menanggulangi Terjangkitnya HIV di Jawa Timur
Kata-kata kunci: pengembangan model, alat reproduksi, simulasi bermain, anak jalanan, HIV

Pada penelitian terdahulu yang dibiayai oleh DP2M telah dihasilkan buku saku untuk
menanggulangi terjangkitnya HIV di Jawa Timur yang belum final. Selanjutnya pada tahun
ke-2 (2009) penelitian ini menyempurnakan buku saku yang belum final dengan cara
validasi ahli dan uji coba serta revisi sampai dengan tersusunnya buku saku untuk
menanggulangi terjangkitnya HIV tahap final. Adapun temuan dalam penelitian ini meliputi
buku saku final dengan judul pengetahuan tentang HIV yang berisi tentang 20 halaman
yaitu: (1) HIV Singkatan dari Human Immunodeficiency Virus; (2) AIDS adalah kumpulan
dari bibit penyakit HIV; (3) HIV adalah penyebab dasar dari aids; (4) adalah nama bibit
penyakit yang menyebabkan kekebalan tubuh menurun; (5) HIV juga HIV sangat
berpengaruh pada kesehatan alat kelamin; (6) Bila seorang sudah tertular bibit penyakit HIV
maka orang tersebut sering menderita penyakit ringan seperti flu dan diare atau murus; (7)
orang yang menderita HIV sering merasa tidak sehat meski dari luar tampak sehat; (8) Jika
orang sering merasakan gejala penyakit ringan sebaiknya segera periksa darah untuk
mengetahui penyakitnya; (9) Karena bibit penyakit HIV itu kumpulan kuman yang sangat
kecil yang bisa menimbulkan berbagai penyakit kepada manusia, maka harus diperiksa
melalui darah; (10) bibit penyakit HIV juga bisa menimbulkan kematian; (11) bibitpenyakit
HIV sampai saat ini juga belum ada obatnya; (12) bila tidak ingin tertular bibit HIV, maka kita
jangan berhubungan kelamin atau sex tanpa alat pelindung (kondom); (13) juga kita jangan
suka berganti-ganti pasangan bila melakukan hubungan kelamin; (14) kita harus hati-hati
bila melakukan tambah darah agar tidak tertular penyakit HIV; (15) Bila seseorang tertular
HIV maka kekebalan tubuhnya menurun; (16) bila menggunakan jarum suntik harus yang
masih baru/steril; (17) bayi yang ibunya menderita HIV beresiko tertular 30%; (18) kita harus
pandai menjaga kebersihan terutama alat kelamin; (19) bila kita kencing sebaiknya mencari
kamar mandi; dan (20) kita bisa tertular HIV karena sering berganti pakaian, minum
menggunakan gelas secara bergantian, dan makan dengan sendok yang sama dengan
orang yang menderita HIV. Dari penelitian ini dapat disimpulkan: (1) anak jalanan
perempuan lebih tertarik membaca buku saku yang bergambar untuk menanggulangi
terjangkitnya HIV; (2) minat bacanya bertambah karena di dalam buku saku untuk
menanggulangi terjangkitnya HIV ada gambarnya; (3) lebih mudah memahami isi buku saku
untuk menanggulangi terjangkitnya HIV apabila buku saku tersebut bergambar. Dari
penelitian disarankan: (1) diharapkan buku saku untuk menanggulangi terjangkitnya HIV
dapat sebagai bahan sosialisasi kepada anak jalanan perempuan baik di Jawa Timur
maupun daerah yang lain; (2) buku saku untuk menanggulangi terjangkitnya HIV tersebut
dapat digunakan Dinas Sosial untuk sosialisasi kepada anak jalanan perempuan; (3)
diadakan penelitian pengem-bangan lanjutan yang dapat menghasilkan buku saku untuk
menanggulangi terjangkitnya HIV yang kualitasnya lebih baik; (4) untuk anak jalanan
sesudah memahami isi buku saku tentang HIV sebaiknya menerapkannya dalam kehidupan
sehati-hari; dan (5) untuk anak jalanan hendaknya menyebarluaskan pengetahuan untuk
menanggulangi HIV dengan cara memimjamkan buku saku kepada sesama anak jalanan
maupun anak-anak lainnya.

65 Edisi ke-29 Tahun 2010

101
Masnur Muslich. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata Berbasis AudioVisual pada Anak Usia Dini: Kata Kekerabatan, Kegiatan, Keadaan, Penunjuk
Rasa, dan Penunjuk Warna
Kata-kata kunci: media pembelajaran, kosa kata, audio-visual

Penelitian tahap II ini bertujuan memperoleh seperangkat media pembelajaran


kosakata berbasis audio-visual yang berfokus pada kata-kata kekerabatan, kata-kata kegiatan sehari-hari, kata-kata keadaan yang dialami anak sehari-hari, kata-kata penunjuk
warna di lingkungan siswa, dan kata-kata penunjuk rasa yang sering dialami siswa sebagai
upaya peningkatan kompetensi berbahasa Indonesia anak usia dini. Untuk memperoleh
tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode pengembangan, melalui langkah:
mengkaji hasil uji coba prototipe yang telah dihasilkan pada penelitian tahap I; mengkaji
teori-teori terkait untuk memperoleh dasar-dasar berpijak dalam mengkaji hasil uji coba
prototipe media dan pengembangan media; menyusun perangkat media pembelajaran yang
diarahkan pada lima sasaran; mengadakan uji pakar untuk memperoleh validitas isi setiap
perangkat media pembelajaran yang telah dibuat atau disusun; melakukan uji kelayakan
dengan cara menerapkan setiap perangkat media pembelajaran yang telah dihasilkan ke
dalam pembelajaran real di kelas yang melibatkan siswa dan guru; dan merevisi perangkat
media pembelajaran berdasarkan hasil uji kelayakan. Berdasarkan langkah tersebut, setiap
perangkat media tersebut berisi (a) CD audio-visual yang siap diputar dalam pembelajaran
kosakata yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi berbahasa Indonesia anak; (b)
Buku Siswa yang dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran; dan (c) Buku Panduan Guru
atau Orang tua yang dapat memberikan wawasan dan tuntunan guru atau Orang tua dalam
pembelajaran kosakata berbasis audio-visual. Media pembelajaran kosakata berbasis audiovisual hasil penelitian ini selain dapat dimanfaatkan setiap guru pada lembaga pendidikan
anak usia dini (PAUD) juga dapat dipakai sebagai dasar pengembangan media pembelajaran lebih lanjut.
102
Sri Rachmajanti, Gunadi H. Sulistyo, dan Utami Widiati. 2009. Pengembangan Model
Pembelajaran MIPA Bilingual Berbasis Pendekatan Kontekstual Berbentuk
Compact Disc (CD)
Key words: bilingual teaching, international standard schools, contextual learning model

This study was intended to evaluate the quality of a previously developed compact
disc (CD) containing a contextual bilingual learning model of Biology, and to use the
feedback obtained from many different sources as a valuable basis to develop an improved
version of similar learning model in the form of compact disc (CD). In an attempt to find out
the strengths and weaknesses of the previously released CD (as the result of the earlier
research), the so-called Focus Group Discussion (FGD) was conducted, utilizing an
observation checklist as well as a questionnaire. This FGD invited teachers involved in RSBI
program from Malang area to discuss the all aspects of the CD and in what ways it might be
improved if similar product was to be developed. The validation process also involved an
expert in educational technology, so that the CD could be better evaluated from both the
teaching and learning process as well as the technical aspects. The results revealed that
there were some aspects from the previously released CD that needed improvement. Those
aspects varied from the pedagogical, professional, and social competence of the model
teacher as well as some technical problems that needed improvement. Based on the results
of the feedback, an improved version of the learning model in the form of CD was further
developed, reflecting a bilingual teaching which contains the elements of contextual
teaching.

66 Abstrak Hasil Penelitian

103
Nurchasanah dan Ida Lestari. 2009. Pengembangan Paket Pendidikan Budi Pekerti
melalui Pembelajaran Baca-Tulis Permulaan Anak Usia Prasekolah
Kata-kata kunci: pendidikan budi pekerti, pembelajaran Baca-Tulis, usia prasekolah

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak perilaku bangsa kita yang tidak sesuai
dengan harapan. Ini diwaspadai karena keroposnya mental bangsa. Banyak orang cerdas
dan pintar, tetapi banyak juga yang memanfaatkan kepintarannya untuk minteri orang.
Kondisi semacam ini ditengarai perlunya penanaman pendidikan moral (budi pekerti) sejak
dini. Dengan dasar itu, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan paket pendidikan budi
pekerti melalui pembelajaran baca-tulis permulaan mengingat pembelajaran baca-tulis
permulaan sekarang ini menjadi fokus perhatian guru TK, lebih-lebih sekolah yang mengejar
predikat unggulan. Secara rinci, tujuan penelitian ini dikemukakan sebagai berikut. Tahun I:
(1) mendeskripsikan (a) hasil telaah kurikulum; (b) pelaksanaan pembelajaran budi pekerti di
TK; (c) saran dan pertimbangan dari guru TK, dan (d) saran dan pertimbangan dari pakar;
(2) mengembangkan prototipe model; (3) uji pakar tentang prototipe model yang dikembangkan; dan (4) revisi prototipe model. Tahun II: (1) menguji prototipe paket pendidikan di
lapangan (kelas); (2) mendeskripsikan saran dan pertimbangan dari guru TK berdasarkan
hasil uji; dan (3) merevisi prototipe model sehingga menjadi model yang efektif dan visibel
bagi anak. Penyebarluasan model yang dikembangkan kepada guru-guru TK Kota Malang
melalui kegiatan seminar (semlok) dengan kegiatan-kegiatan: (1) Pengembangan bahan
pelatihan; (2) presentasi bahan pelatihan dalam forum semlok; (3) pelatihan penulisan
bahan ajar kepada guru TK, dan (4) pemngemasan karya guru TK dalam bentuk Buku Ajar
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Baca-Tulis Permulaan. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian pengembangan dengan prosedur berikut ini. Tahun I (1) pengkajian teori;
(2) survei; (3) pengembangan model berdasarkan hasil pengkajian teori dan hasil survei; (4)
uji model : uji pakar diikuti dengan revisi model jika diperlukan, selanjutnya, pada Tahun II :
dilakukan uji lapangan dengan prosedur praeksperimen berikut : pretes, tindakan di kelas,
dan postes; dan (5) revisi model berdasarkan pertimbangan hasil uji lapangan dan saran
guru TK. Penelitian ini merupakan penelitian tahap II yang memfokuskan kegiatan pada uji
coba model yang telah dikembangkan pada tahap I. Sesuai dengan tujuan penelitian tahap
II, hasil penelitian ini digambarkan sebagai berikut. Pertama, paket yang telah diujicobakan
telah menunjukkan keefektifan dan visibiltasnya yang dapat dibuktikan dari peningkatan
hasil antara pretes dan postes yang dapat dilihat dari tiga aspek berikut: (a) proses
pembelajaran; (b) kemampuan mengerjakan tugas; dan (c) perilaku siswa di kelas, Kedua,
saran dan pertimbangan dari guru TK tentang pengembangan paket pendidikan budi pekerti
terklasifikasi atas 5 kategori: (a) saran berkaitan dengan isi: isi materi sudah bagus, dalam
arti dapat memperkaya kosakata anak; (b) saran berkaitan dengan model pembelajaran:
penyajian materi melalui baca-tulis bisa dilakukan, tetapi dalam paktik pembelajaran, anakanak perlu dituntun dan diterangkan terlebih dahulu karena anak TK B baru dalam proses
belajar baca-tulis; (c) saran berkaitan denan ilustrasi: ilustrasi sudah cukup bagus dan
menarik; dan (d) saran berkaitan dengan model perlatihan: model sudah cukup bagus,
bervariasi, hanya ada sebagian perlatihan yang perlu ditambah dengan gambar. Mempertimbangkan hasil uji dan saran dari guru, model yang dikembangkan sebenarnya tidak perlu
direvisi, hanya saja ada tatatulis yang perlu diperbaiki dan ada penambahan gambar
seperlunya. Ketiga, profil paket yang dikembangkan dan direvisi dapat digambarkan sebagai
berikut: (1) paket berjudul Pendidikan Budi Pekerti Melalui Baca-Tulis Permulaan; (2) terdiri
atas dua jilid; (3) menggunakan pendekatan permainan, integratif, budaya, tematis, global,
kreatif inovatif, dan kecakapan hidup; (4) materi sesuai dengan kurikulum TK: (a)
penanaman perilaku sopan santun; (b) membedakan benar salah; (c) perilaku disiplin; (d)
perilaku saling menghormati; (e) bersikap ramah; (f) kerjasama dan persatuan; (g) percaya
diri; (h) peduli orang lain; (i) menjaga diri, mengubah diri, dan menjaga lingkungan; (j)

67 Edisi ke-29 Tahun 2010

bertanggungjawab; dan (4) menggunakan berbagai variasi pembelaaran dengan materi budi
pekerti melalui baca-tulis dalam bentuk kata, frase, kalimat, dan wacana pendek.
104
Umie Lestari, Aulanniam, dan Amy Tenzer. 2009. Spesifikasi Antibodi Poliklonal Protein
Non Kinase 116 kDa Hasil Induksi Protein 116 kDa Membran Spermatozoa
Manusia
Kata-kata kunci: antibodi poliklonal, protein 116 kDa, induksi

Protein yang memiliki ciri protein non kinase yang terdapat pada membran
spermatozoa, diyakini spesifik hanya terdapat pada spermatozoa, tidak terdapat pada
jaringan lain. Protein tersebut imunogenik, dan terlibat dalam fertilisasi, sehingga dapat
dikembangkan sebagai kandidat bahan imunokontrasepsi. Hasil isolasi protein membran
spermatozoa manusia menghasilkan 11 macam protein, yaitu 201, 163, 116, 97, 72, 56, 48,
32, 27, 20 dan 17kDa. Protein membran yang didapatkan ini perlu dikarakterisasi dan
dispesifikasi untuk diketahui karakter biokimianya terutama aktivitas kinasenya. Penelitian ini
merupakan studi eksplorasi untuk mengkarakterisasi protein 116 kDa yang bersifat imunogenik, ditunjukkan dengan di produksinya antibodi poliklonal protein 116 kDa. Hasil konformasi dengan menggunakan ELISA, Western Blot dan Dot Blot didapatkan bahwa antibodi
poliklonal protein non kinase dengan berat molekul 116 kDa bersifat spesifik yaitu di kenali
oleh protein 116 kDa yang diisolasi dari membran spermatozoa manusia. Kesimpulan
penelitian ini adalah antibody poliklonal protein non kinase dengan berat molekul 116 kDa
dihasilkan dawi induksi protein 116 kda membrane manusia.
105
Supriyono Koes H. 2009. Pengembangan Prototipe Paket IPA Terpadu Berbasis
Konstruktivisme dan Panduan Pelaksanaannya
Kata-kata kunci: IPA Terpadu, konstruktivisme, kompetensi IPA, siswa SMP

Dalam jangka panjang penelitian ini akan memberi sumbangan pada peningkatan
mutu pendidikan IPA di SMP/MTs dengan dihasilkannya (1) paket IPA Terpadu Berbasis
Konstruktivisme untuk menumbuhkan kompetensi IPA siswa SMP dan (2) panduan pelaksanaannya bagi guru IPA. Untuk mencapai hasil tersebut, pada tahun kedua dilakukan
pengembangan prototipe paket IPA Terpadu Berbasis Konstruktivisme dan panduan pelaksanaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam prototipe paket IPA Terpadu dan
panduan pelaksanaannya telah dinilai layak atau sangat layak oleh para ahli dan praktisi.
Walaupun demikian, masih diperlukan eksperimen untuk menguji kehandalan paket dalam
menumbuhkan kompetensi IPA siswa SMP.
106
Ach. Fatchan. 2009. Pengembangan dan Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Pemecahan Masalah di Sekolah Daerah Rawan Bencana pada
Pembelajaran Materi IPS-Geografi di SLTP
Kata-kata kunci: pembelajaran kontekstual, pemecahan masalah, sekolah rawan bencana, IPSGeografi

Pembelajaran yang berlandaskan pada filosofi konstruktivisme berasumsi bahwa


siswa belajar mengkonstruksi konsep melalui pengalaman hidupnya sendiri dan bukan
menghafal konsep. Pembelajaran semacam ini senantiasa dikaitkan dengan koteks kehidupan siswa, agar mereka dapat menerapkan isi matapelajaran berkaitan dengan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pola pembelajaran ini lebih diarahkan
pada memberdayakan peserta didik melalui berfikir aktif serta kreatif. Salah satu aplikasi
pembelajaran kontekstual yang dianggap dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas

68 Abstrak Hasil Penelitian

paling baik bagi anak didik adalah membelajarkannya melalui pengamatan langsung kepada
objek permasalahan yang sesungguhnya yang ada disekitarnya.
Pola pembelajaran semacam itu sejalan dengan objek materi mata pelajaran
geografi di sekolah yang berupa: (1) objek material yang terkait dengan fenomena geosfer
(litosfer, hidrosfer, biosfer, atmosfer, dan antroposfer/humanosfer) dan (2) objek formal
(kajian keruangan dalam konteks kelingkungan). Kedua objek tersebut sama-sama menekankan pada gejala-gejala yang terjadi di muka bumi dan hubungan timbal balik dalam
konteks kelingkungan-keruangan. Selama ini belum dijumpai perancangan pembelajaran
kontekstual dengan menggunakan pendekatan pemecahan permasalahan di bidang
geografi dalam konteks kelingkungan-keruangan yang lengkap.
Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pembelajaran kontekstual melalui metode pemecahan masalah (pada permasalahan yang ada di
lingkungan sekolah sekitar tempat tinggal peserta didik) pada pelajaran IPS-Geografi di
SLTP. Pada tahap pertama (tahun 2008) tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Melakukan pengembangan perangkat pembelajaran kontekstual melalui metode pemecahan
masalah pada pelajaran IPS-Geografi di SLTP dan (2) Melakukan ujicoba terbatas untuk
pengembangan perangkat pembelajaran kontekstual melalui metode pemecahan masalah
pada pelajaran IPS-Geografi di SLTP. Selanjutnya pada tahap kedua (tahun 2009) tujuan
penelitian ini yaitu: (1) Melaksanakan/ mengimplementasikan program aksi (pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga putaran, putaran 1, 2, dan 3) pada
pembelajaran kontekstual melalui metode pemecahan masalah pada pelajaran IPS-Geografi
di SLTP dan (2) Melakukan evaluasi dan perbaikan serta memasyarakat model pembelajaran kontekstual melalui metode pemecahan masalah pada pelajaran IPS-Geografi di
SLTP.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang diharapkan dapat
menemukan atau menyempurnakan model dalam bidang pembelajaran IPS-Geografi di
SLTP dengan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode pembelajaran pemecahan masalah. Dalam pelaksanaannya masing-masing lokasi penelitian dilakukan perancangan pembelajaran berdasarkan atas permasalahan (bencana alam yang sering terjadi) di
daerah/lokasi sekolah yang bersangkutan. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja
berdasarkan kejadian bencana yang sering terjadi sebagai berikut: SMPN-1 Kecamatan
Porong Kabupaten Sidoarjo dengan permasalahan banjir lumpur; SMPN Ngantang Malang
dengan permasalahan banjir dan longsor di Daerah Aliran Sungai Brantas Malang; MTsN
Gandusari Blitar permasalahan bencana letusan gunung api; SMPN-1 Candipuro Kabupaten
Lumajang dengan permasalahan langganan longsor dan banjir lahar dingin gunung Semeru.
Subjek penelitian ini adalah para guru IPS-Geografi di SLTP, para siswa SLTP yang
mengikuti pembelajaran materi IPS-Geografi, dan SLTP yang daerahnya rawan/ menjadi
langganan bencana alam atau bencana akibat ulah manusia yang ada di wilayah Jawa
Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual berbasis
pemecahan masalah pada siswa SMP dapat meningkatkan aktivitas siswa mencapai nilai
tuntas di masing-masing sekolah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
meningkat dari berbagai antar siklus yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual berbasis masalah. Hasil belajar sebelum menerapkan pembelajaran kontekstual
berbasis masalah juga dapat mencapai nilai ketuntasan pada masing-masing sekolah di
lokasi ujiterapan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
meningkat setelah diterapkan pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan masalah. Bagi
guru IPS-Geografi, disarankan untuk mencoba menerapkan kegiatan pembelajaran
kontekstual berbasis pemecahan masalah pada pokok bahasan yang berbeda agar dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMP.

69 Edisi ke-29 Tahun 2010

107
Tuhardjo. 2009. Model Penjabaran Perencanaan Strategik Lembaga Sekolah Berbasis
Balanced Scorecard (BSC)
Kata-kata kunci: perencanaan strategic, lembaga sekolah, balanced scorecard (BSC)

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan sebuah model perencanaan


strategik lembaga sekolah yang komprehensif dan sistematis berbasis pendekatan Balanced
Scorecard. Tujuan dari penelitian ini didasarkan kepada kenyataan di lapangan yang
menunjukkan bahwa program pemerintah untuk menerapkan konsep manajemen berbasis
sekolah sebagai upaya perwujudan dari amanat otonomi bidang pendidikan (UU No. 34/
2004) mengalami kedala pada level lembaga sekolah. Survey pendahuluan menunjukkan
tentang adanya keterbatasan kemampuan perangkat manajemen lembaga sekolah di
bawah kepemimpinan kepala sekolah dalam merancang sendiri perencanaan strategik
komprehensif lembaga yang representatif dan feasible. Penelitian ini dilakukan melalui dua
tahun. Tahun pertama mencakup kegiatan penelitian lapangan dan kajian literatur dengan
tujuan untuk mengkonstruksi model awal. Dari penelitian tahun pertama telah dihasilkan
sebuah prototipe model yang dituangkan dalam bentuk buku panduan tentang
pengembangan dan penjabaran rencana strategik lembaga sekolah berbasis Balanced
Scorecard (BSC). Dengan pendekatan BSC rencana strategik lembaga sekolah dijabarkan
berdasarkan empat perspektif kinerja lembaga secara berkeseimbangan. Keempat
perspektif tersebut mencakup perspektif stakeholder, perspektif proses internal, perspektif
belajar dan pertumbuhan, dan perspektif keuangan. Penggunaan pendekatan balanced
scorecard ini dimaksudkan untuk menjamin agar pencapaian visi dan misi lembaga bisa
dilakukan secara konkrit, terukur, gradual, realistis, dan komprehensif sehingga pencapaiannya akan bersifat langgeng (sustainable). Penelitian tahun kedua mencakup kegiatan uji
coba model, revisi model, dan diseminasi model akhir. Uji coba dilakukan dengan desain
eksperimen di lembaga sekolah untuk menguji relevansi, keterpahaman, dan efektifitas
model dan sekaligus untuk keperluan revisi model menjadi model final. Dari penelitian tahun
kedua ini telah dihasilkan model final dalam bentuk buku panduan penjabaran perencanaan
strategik lembaga sekolah berbasis Balanced Scorecard yang siap digunakan secar luas.
Akhirnya, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat nyata terutama bagi
kelancaran pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang merupakan salah satu program
pemerintah dalam upaya mewujudkan amanat otonomi bidang pendidikan.
108
Wahyu Sakti G. I. 209. Simulasi Informasi Banjir Jalan Raya Kota Malang Berbasis
Decision Support System (DSS)
Kata-kata kunci: simulasi, informasi, SMS, DSS

Banyak daerah sebagai tempat penyerapan air berubah fungsi menjadi perumahan,
ruko, bahkan menjadi mal. Efek samping yang terjadi adalah pada saat hujan turun, kotakota besar seperti Malang tidak luput dari banjir. Penelitian dilakukan dengan mendesain
dan mengujicobakan sistem warning yang memberikan informasi ketinggian level banjir di
suatu jalan melalui media SMS ke komputer server. Komputer server akan memberikan
gambaran visual jalan-jalan yang mengalami banjir. Penelitian ini menghasilkan simulasi
sistem yang dapat menginformasikan lokasi banjir di jalan raya Kota Malang secara visual.
Setiap ada perubahan ketinggian level banjir, maka sistem warning akan mengirimkan
informasi banjir ke server melalui Short Message Service (SMS), dan server merespon dengan menampilkan data pada layar monitor komputer, sehingga user dapat mengetahui
informasi banjir dengan mudah. Berdasar peta digital kota Malang, diperoleh jaringan jalan
sebanyak 9002 jalur jalan. Jalur jalan ini disusun menjadi suatu data base, yang digunakan
untuk membangun sistem Decision Support System (DSS), sehingga dapat membantu
pengguna jalan, untuk memutuskan jalur mana yang akan dia lewati ketika terjadi banjir di
jalan raya Kota Malang.

70 Abstrak Hasil Penelitian

109
Puji Handayati. 2009. Pengembangan Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDES)
Kata-kata kunci: buku panduan, BUMDes

Penelitian ini bertujuan untuk kegiatan pendampingan dalam rangka sosialisasi buku
panduan BUMDesa ini, antara lain: (1) Mensosialisasikan buku panduan sehingga terjadi
peningkatan pemahaman masyarakat tentang Badan Usaha Milik Desa; (2) Melakukan
pembinaan dan pembenahan persyaratan administratif agar BUMDes secara bertahap
dapat menjadi Badan Usaha yang berbadan hukum, sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(3) Mengevaluasi dan membenahi/mengarahkan susunan kepengurusan, permodalan,
pengelolaan keuangan, pembagian keuntungan, pertanggungjawaban yang telah tersusun/
diakomodir dalam Perdes dan AD/ART yang benar; dan (4) Mendorong terbentuknya
BUMDes sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang dapat menjadi contoh bagi desadesa lainnya di bawah binaan/dukungan serta pengawasan dari Pemerintah Kabupaten
setempat dan Pemerintah Propinsi JawaTimur. Logika pembentukan BUMDes didasarkan
atas kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam hal perencanaan dan pembentukannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi)
masyarakat desa, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif dan
emansipatif (user-owned, user-benefit, and user-controlled) dengan mekanisme memberbase dan self-help. Hal yang penting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan
secara profesional, kooperatif, dan mandiri. Dengan demikian, bangun BUMDes dapat
beragam di setiap desa. Sehubungan dengan itu, untuk membangun BUMDes diperlukan
informasi yang akurat dan tepat tentang karakteristik ke-lokal-an, termasuk ciri sosialbudaya masyarakatnya.
110
Mardji dan Mardi Wiyono. 2009. Pengembangan Model Percepatan Pengomposan
Sampah Organik Demham Teknologi Rasio Optimum C/N dan Agitasi untuk
Skala Rumah Tangga
Kata-kata kunci: pengembangan model, pengomposan sampah organik

Penelitian ini secara umum ditujukan untuk mewujudkan teknologi pengomposan


sampah organik pada skala rumah tangga yang praktis (cepat dan mudah). Secara khusus
penelitian ini pada tahun pertama (2008) bertujuan untuk menghasilkan peralatan pencacah
sampah dan bak pengompos model putar untuk skala rumah tangga. Pada tahun kedua
(2009) penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksperimen penggunaan peralatan
pencacah sampah dan bak pengompos model putar (agitasi) dengan variasi C/N bahan
alami. Penelitian ini dengan metode Research and Development (R & D) dirancang
dilakukan secara bertahap, yaitu: Tahap I: Rancang bangun mesin pencacah sampah dan
bak putar pengompos. Tahap II: Eksperimentasi variasi rasio C/N dan waktu agitasi. Tahap
III: Sosialisasi teknologi pengomposan. Untuk menerapkan teknologi pengomposan yang
telah dikembangkan dan diteliti secara mendalam, langkah berikutnya adalah
mensosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi ini dilakukan dengan mengembangkan
model pemberdayaan masyarakat. Penelitian dilakukan di wilayah RW 08, Kelurahan
Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Penelitian dilakuan selama
tiga tahap, mulai bulan Maret 2008 Maret 2010. Objek penelitian ini adalah sampah di kota
Malang dengan skala rumah tangga yang akan dilakukan perlakuan pengomposan dengan
teknologi rasio optimum C/N dan agitasi (putaran). Data tentang kinerja mesin akan
dianalisis menggunakan formula efisiensi kinerja mesin, besar kapasitas, dan analisis biaya.
Data eksperimentasi variasi rasio C/N dan dan agitasi diuji menggunakan analisis statistik
komparatif ANAVA. Sedangkan keefektifan model pemberdayaan masyarakat akan
dianalisis secara deskriptif. Eksperimentasi dirancang dengan membuat model pengom-

71 Edisi ke-29 Tahun 2010

posan yang akan membandingkan rasio<2535:1; rasio 2535:1; rasio>2535:1. Di samping


itu juga ditinjau dari frekuensi agitasi selama 1 minggu, 2 minggu, dan 3 minggu. Selanjutnya akan dilakukan pengamatan pada kelompok mana saja yang paling optimum dalam
proses pengomposan. Dari hasil eksperimen rasio yang optimum adalah rasio 2535:1.
111
Budi Eko Soetjipto. 2009. Penyusunan Video Pembelajaran Inovatif Untuk IPS SD
dengan Model Inkuiri, Jigsaw, Group Investigation, TGT, dan STAD
Key words: video pembelajaran, IPS SD, Inkuiri, Jigsaw, Group Investigation, TGT, STAD

This developmental research is aimed at producing VCD of innovative instruction for


social studies education at grade 3, 4, 5 and 6 elementary school. The VCD includes inquiry,
Jigsaw, Group Investigation, TGT, and STAD models. A teacher of Sambigede Public
Elementary School 01 in Binangun, Blitar Regency acts as a teacher model. Limited try out
of the VCD produced was done on August 23, 2008 and June 6, 7 and 20, 2009 in Blitar
Regency. The Try out revealed that more than half of elementary teachers participated in
Blitar Regency understood about concepts and procedures in applying the Jigsaw, STAD,
TGT, and GI. Models. Two teachers validated the inquiry models.
112
Setyo Budiwanto. 2009. Pengembangan Video Pembelajaran Keterampilan Bulutangkis
Kata-kata kunci: video pembelajaran, bulutangkis

Permainan Bulutangkis merupakan salah satu matakuliah gerak atau praktek pada
Jurusan Ilmu Keolahragaan. Salah satu tujuan pembelajaran dalam Matakuliah Bulutangkis
adalah mahasiswa menguasai keterampilan teknik bulutangkis. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran, diperlukan kegiatan belajar mengajar yang efektif yaitu memanfaatkan sumber belajar yang tepat. Salah satu sumber belajar yang penting dan tepat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar keterampilan teknik bulutangkis adalah media pembelajar-an.
Media pembelajaran yang paling cocok dengan karakteristik pembelajaran keterampilan
teknik bulutangkis adalah video pembelajaran keterampilan teknik bulutangkis. Dengan
menggunakan media berupa video pembelajaran keterampilan teknik bulutangkis ini banyak
manfaat yang diperoleh. Yaitu (1) dapat membantu dosen dalam menerapkan metode
demonstrasi tentang materi keterampilan teknik bulutangkis; (2) tayangan video dapat
diulang-ulang secara konsisten; (3) membantu mahasiswa dalam melakukan proses persepsi dan konsep dengan benar tentang materi keterampilan teknik bulutangkis; (4) digunakan
mahasiswa atau pebelajar dalam kegiatan belanjar mandiri; (5) memberikan pengalaman
dan motivasi belajar mahasiswa secara intergral dan konkrit; dan (6) untuk mengatasi terjadi
kendala-kendala dan keterbatasan dalam proses pembelajaran keterampilan gerak.
Berdasarkan manfaat dan untuk memenuhi kebutuhan media pembelajaran yang tepat dan
efektif maka perlu dikembangkan media pembelajaran berupa video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulutangkis. Produk utama penelitian dan pengembangan ini adalah video
pembelajaran keterampilan bulutangkis. Pada penelitian tahap pertama telah dihasilkan
skenario video pembelajaran keterampilan bulutangkis. Tujuan penelitian tahap kedua
adalah mengembangkan video pembelajaran keterampilan bulutangkis yaitu pengambilan
gambar video dan melakukan uji coba. Dan, Tujuan penelitian tahap ketiga ini adalah
menguji efektifitas video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulutangkis yang telah
dikembangkan dengan melakukan penelitian eksperimen. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimental dengan rancangan penelitian prates pascates dua kelompok
yang dipilah secara acak. Variabel tergantung penelitian eksperimental ini adalah keterampilan teknik dasar bulutangkis. Sebagai variabel bebas adalah program pem-belajaran
menggunakan video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulutangkis. Sampel penelitian
adalah mahasiswa Ilmu Keolahragaan yang memprogram Matakuliah Bulutangkis II pada
semester gasal tahun 2009. Kriteria subyek penelitian adalah mahasiswa yang mempunyai

72 Abstrak Hasil Penelitian

tingkat keterampilan dasar dalam bermain bulutangkis. Subyek penelitian ditentukan secara
random. Jumlah seluruh sampel adalah 60, dipilah secara random menjadi dua kelompok.
Jumlah setiap kelompok adalah 30 yang dipilih secara random. Instrumen penelitian adalah
tes keterampilan lob bulutangkis dari French. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis teknik analisis varian dan taraf signifikansi 5%. Kesimpulan hasil penelitian adalah
(1) Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
berdasarkan perlakuan. Dengan demikian, ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen yang diberi pembelajaran menggunakan video pebelajaran keterampilan
bulutangkis dengan kelompok kontrol yang tidak diberi pembelajaran menggunakan video
pebelajaran keterampilan bulutangkis; (2) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil
tes awal dan tes akhir berdasarkan kelompok perlakuan. Sehingga tes awal antar kelompok
perlakuan dan tes akhir antar kelompok perlakuan tidak ada perbedaan; dan (3) Ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir. Sehingga ada perbedaan yang signifikan antara tes awal
dan tes akhir kelompok yang diberi pembelajaran menggunakan video pebelajaran keterampilan bulutangkis dengan tes awal dan tes akhir kelompok kontrol yang tidak diberi pembelajaran menggunakan video pebelajaran keterampilan bulutangkis.
113
Irawan. 2009. Pengembangan Buku Saku Nilai-Nilai Universal dalam Berbagai Agama
melalui Metode Strukturalisme Levi-Strauss
Kata-kata kunci: buku saku, agama, metode strukturalisme

Penelitian tahun II ini bertujuan untuk menguiji cobakan buku saku yang memuat
nilai-nilai universal atau prinsip-prinsip persamaan ajaran yang terdapat dalam Al Quran dan
Injil. kepada berbagai kelompok keagamaan di Malang, baik Islam maupun Kristen Metode
penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode angket yang di dalamnya memuat
serngkaian pertanyaan terbuka terhadap draf buku saku yang sudah disusun. Berdsaarkan
hasil angket tersebut disusun buku saku final yang siap untuk diedarkan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa buku saku ini lebih tepat untuk disebarluaskan secara terbatas pada
kelompok-kelompok keagamaan yang sudah memiliki pemahaman keagamaan yang relatif
lebih cair. Kelompok tersebut adalah sebagian dari kalangan mahasiswa,yang paham
keagamaannya relatif terbuka, sebagian dari tokoh-tokoh agama, dan paguyuban lintas
agama.
114
Siti Malikhah Towaf, Sri Sumartini, H.M. Zaenuddin Is, dan Isnaeni. 2009. Eksplorasi
Kinerja Undang-Undang RI no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga dan Pengembangan Strategi Sosialisasi dan Edukasinya
di Kota dan Kabupaten Malang
Kata-kata kunci: Undang-undang, KDRT, strategi, sosialisasi, edukasi

Undang-undang Republik Indonesia no 23 th 2004 tentang Penghapusan Kekerasan


Dalam Rumah Tangga (UU KDRT) disahkan dan diundangkan pada 22 September 2004,
diharapkan bisa berperan sebagai usaha preventif maupun kuratif bagi kasus-kasus KDRT.
Namun upaya komunikasi, informasi, edukasi dan sosialisasi undang-undang tersebut masih
minim, bahkan ditingkat aparat penegak hukum belum termotivasi untuk memahami
substansi penting dari UU PKDRT. Apalagi aparat di tingkat grass roosts dan masyarakat
banyak yang belum tahu substansi UU PKDRT.Penelitian 3 tahap dilakukan dengan fokus
peran lembaga dan kasus-kasus KDRT yang muncul dan bagaimana penylesaiannya di tiap
lembaga, faktor pendukung dan penghambatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengadilan agama menangani kasus secara perdata, BP-4 lebih berperan sebagai lembaga
konseling sebelum kasus masuk di PA dan Unit PPA Kepolisian dalah lembaga andalan

73 Edisi ke-29 Tahun 2010

penegak UU PKDRT. Namun hukuman yang diputuskan PN untuk pelaku masih belum
mencerminkan rasa keadilan. Diperlukan sosialisasi untuk aparat terkait maupun edukasi
untuk masyarakat
115
Ibnu Samsul Huda. 2009. Inovasi Model-model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis
KTSP melalui Teknik Bermain untuk MI di Jawa Timur
Kata-kata kunci: teknik permainan, madrasah ibtidaiyah, jawa timur, pembelajaran, bahasa Arab

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model-model pembelajaran Bahasa Arab


Inovatif berbasis Kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan teknik bermain dalam
pembelajaran Bahasa Arab yang berterima, baik secara teoretis maupun praktis bagi guru
dan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Jawa Timur, mengembangkan CD pembelajaran, dan
mengetahui efektivitas penggunaan model-model pembelajaran Bahasa Arab Inovatif
berbasis KTSP dengan teknik bermain. Adapun penelitian yang dilaksanakan pada tahap 2
ini adalah penelitian pengembangan dan eksperimental dengan teknik analisis taksonomi
dan domain. Model pembelajaran yang telah disusun meliputi pelajaran untuk MI kelas
empat, lima, dan enam. Masing-masing kelas terdiri atas 10 judul. Adapun model yang telah
diujicobakan adalah materi pertama kelas 1 yang kemudian dibuat CD pembelajaran.
Berdasarkan FGD, uji ahli, dan uji lapangan diketahui bahwa model ini layak untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab di Jawa Timur. Mayoritas siswa merasa senang
dengan diterapkannya teknik permainan. Seluruh guru bahasa Arab MI mendukung implementasi model ini karena bahasanya mudah dipahami, dan menurut guru, model pembelajaran ini memiliki derajad kevalidan sebesar 95%; 52% menyatakan valid dan 43% cukup
valid. Model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa 26,09%.
116
Singgih Susilo. 2009. Pengembangan Model Pendidikan Keterampilan Hidup (Life Skill)
bagi Remaja Putus Sekolah dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
Kata-kata kunci: remaja putus sekolah, pendikan keterampilan hidup

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia putus
sekolah melalui pendidikan ketrampilan hidup (life skill) yang akhirnya mampu bekerja
secara mandiri dan mampu bersaing dalam pasar tenaga kerja. Untuk mencapai agar
remaja putus sekolah mampu bekerja, maka penelitian ini diawalai mengetahui karakterstik
ramaja putus sekolah. Pada tujuan jangka pendek penelitian tahap I (tahun 2008)
menggunakan pendekatan Chain of Response (COR) dari Cross (1986). Melalui model
tersebut penelitian ini mendapatkan temuan: (1) Identifikasi karakteristik dan sikapnya
terhadap pengembangan ketrampilan diri, identifkasi penyebab putus sekolah, dan harapan
hidup masa depan yang diinginkan; (2) Identifikasi permasalahan yang dihadapi remaja
putus sekolah seperti faktor penyebab putus sekolah, Kegiatan sehari-hari yang dilakukan,
permasalahan ekonomi keluarga, status dan jenis pekerjaan orang tua, keinginan untuk
meneruskan pendidikannya; dan (3) Pemetaan keberadaan remaja putus sekolah. Hasil
penelitian jangka pendek tersebut digunakan sebagai acuan utuk menyususun, Model
pemberdayaan remaja putus sekolah melalui pendidikan ketrampilan hidup (life skill) yang
dapat untuk menggali potensi remaja putus sekolah sendiri untuk pelaksanaan penelitian
tahap dua dengan penerapan pelatiahan dan evaluasi program. Temuannya tahap ini
digunakan sebagai bahan utama menyusun Modul Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah
Melalui Pendidikan Ketrampilan Hidup (life skill). Pendekatan penelitian menggunanakan
Research and Development yang didasarkan pada teori induktif, dan mengandalkan data
alamiah di lapangan. Pengumpilan data dilakukan dengan tehnik observasi, studi dukumentasi, wawancara mendalam, dan uji coba model. Data yang telah terkumpul dianalisa
menggunakan secara kasus per kasus dan antar kasus. Dari penelitian didapatkan temuan
bahwa mereka putus sekolah lebih disebabkan faktor ekonomi orang tua mereka yang

74 Abstrak Hasil Penelitian

terbatas. Temuan pada penelitian tahap dua bahwa remaja putus sekolah menginginkan
sejumlah ketrampilan hidup dan dari temuan ini (tahap II) dilakukan penerapan upaya
pelatihan dan upaya evaluasi program, yang hasilnya digunakan sebagai bahan utama
membuat Modul Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah melalui Pendidikan Ketrampilan
Hidup (life skill).
117
Abdul Gofur, Iwan Sahrial Hamid, dan Edy Maiyanto. 2009. Ekspresi CYP1A1 dan GST
Serta Mutasi Gen p53 dan H-RAS Setelah Induksi 7,12-Dimethyl
Benz()antrasen (DMBA) dan Pemberian Anti Karsinogenesis Gynura
Procumbens pada Tikus Galur Sprague dawley
Kata-kata kunci: Antikarsinogenesis, Gynura procumbens, DMBA, gen p53, gen H-Ras

Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian di negara industri dengan


insidensi sekitar 1-2 % per tahun. Penggunaan tanaman obat sebagai anti kanker menjadi
alternatif dalam mencegah penyakit kanker berkelanjutan. Daun Dewa (Gynura
procumbens) diketahui mengandung senyawa anti kanker. Penelitian ini secara umum
bertujuan untuk mengetahui aktifitas ekstrak etanol tanaman Daun Dewa (Gynura
procumben) sebagai antikarsinogenesis setelah inisiasi kanker payudara pada tikus dengan
DMBA dengan melihat kejadian mutasi pada gen p53 dan ras pada kelenjar mamae tikus
galur Sprague dawley yang diinduksi DMBA dan diberi ekstrak etanol Gynura procumbens.
Disain penelitian ini menggunakan model pre-inisiasi DMBA. Hewan coba berupa 25 ekor
tikus betina galur Sprague dawley umur 40 hari dikelompokkan menjadi lima kelompok
perlakuan. Perlakuan berupa kontrol positif DMBA (tanpa diberi ekstrak); perlakuan dengan
dosis ekstrak 300 mg/kg bb dan dan DMBA 20mg/kg bb; perlakuan dosis ekstrak 750 mg/kg
bb dan DMBA 20mg/kg bb; perlakuan kontrol negatif ekstrak (ekstrak Gynura procumben
300 mg/kg bb); dan kontrol negatif ekstrak Gynura procumben 750 mg/kg bb intragastrik.
Pemberian ekstrak dilakukan pada tikus umur 40 hari, diberikan setiap hari mulai minggu
pertama sampai dengan minggu ketujuh, sedangkan pemberian DMBA dilakukan pada
minggu kedua sampai dengan minggu ketujuh. Pengamatan perkembangan karsinogenesis
dilakukan setelah berakhirnya pemberian DMBA dan ekstrak etanol Gynura procumbens.
Pengamatan terhadap mutasi gen dilakukan pada minggu ke 19 atau minggu ke 12 setelah
pemberian DMBA terakhir. Pengamatan dilakukan terhadap insidensi tumor pada kelenjar
mamae. Pengamatan terhadap mutasi gen p53 dan ras dilakukan pada jaringan kelenjar
mamae yang sebelumnya dilakukan nekropsi jaringan kelenjar mamae. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa inisiasi dengan DMBA 20mg/kg bb yang diberikan setelah dan
bersamaan dengan pemberian ekstrak Gynura procumbens menyebabkan insidensi tumor.
Insidensi tumor ini menurun dengan pemberian ekstrak Gynura. Hal ini menunjukkan bahwa
esktrak Gynura mampu menekan inisiasi tumor. Namun sejauh ini belum bisa disimpulkan
apakah penurunan insidensi tumor ini berkaitan langsung dengan mutasi pada gen Ras
maupun p53.
118
Ratna Trieka Agustina, Lilik Bintartik, dan Siti Yulaikhah. 2009. Pengembangan Buku Ajar
untuk Meningkatkan Keterampilan Bahasa Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar
Kata-kata kunci: pengembangan buku ajar, keterampilan Bahasa Inggris, Siswa Kelas 3 SD

Kelemahan sajian buku ajar ditinjau dari pendekatan pembelajaran bahasa, tujuan
pembelajaran dan area isi pembelajaran menunjukkan bahwa paparan bahasa yang tersaji
belum sepenuhnya mencerminkan keutuhan, keterpaduan, kealamiahan, kebermaknaan,
relevan dan fungsional dalam konteks pemakaian yang sesungguhnya. Materi tidak
menimbulkan rasa senang karena ilustrasi gambar yang tidak menarik dan tidak berwarna
serta tidak sesuai dengan karakter siswa usia sekolah dasar yang menyenangi ilustrasi

75 Edisi ke-29 Tahun 2010

gambar warna-warni dan activitas motorik yang masih sangat mendominasi kehidupan
mereka. Mengacu pada hasil penelitian di taun pertama tersebut, maka diperlukan pengembangan buku ajar bahasa Inggris yang diminati siswa kelas 3 Sekolah Dasar. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan (1) model buku ajar hasil pengembangan yang diminati
siswa kelas 3 SD; (2) hasil validasi ahli terhadap buku ajar hasil pengembang-an yang
diminati siswa kelas 3 SD; dan (3) hasil terhadap validasi praktisi buku ajar hasil pengembangan yang diminati siswa kelas 3 SD. Penelitian ini berhasil (1) mengembangkan sepuluh
tema dalam buku ajar yang dikembangkan; (2) melakukan validasi ahli terhadap pengembangan kesepuluh tema buku ajar bahasa Inggris kelas 3 yang dikembangkan; dan (3)
melakukan validasi praktisi dan sekaligus uji coba terhadap pengembangan kesepuluh tema
buku ajar bahasa Inggris kelas 3 yang dikembangkan. Berdasarkan hasil uji validasi oleh
validator ahli dan validator praktisi kesepuluh tema pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan valid tanpa revisi dan merupakan pembelajaran yang efektif dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang ditentukan. Namun demikian, terdapat saran-saran perbaikan dari
validator ahli dan praktisi. Untuk itu, direkomendasikan, sepuluh tema pembelajaran dalam
buku ajar yang dihasilkan ini perlu diperbaiki lagi, di desiminasikan sekaligus diujicobakan
dalam skala yang lebih luas.
119
Asim. 2009. Pengembangan Video Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olah Raga
Berbasis Life Skill bagi Anak-anak Pesisir Pantai
Kata-kata kunci: video pembelajaran, life skill, pesisir pantai

Pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan


kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional
untuk bekerja atau usaha mandiri. diharapkan melalui pendidikan jasmani dan olahraga
dapat membantu mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut melalui empat ranah
yaitu ranah fisik, motorik, kognitif dan afektif/sosial. Penelitian ini termasuk dalam model
penelitian pendidikan dan pengembangan (educational research and development). Teknik
Pengambilan data dilakukan sebagai berikut: (a) Pengambilan gambar pembelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga berbasis life skill menggunakan handycamp; (b) Pendapat
dan saran guru terhadap Video hasil pengembangan menggunakan angket; dan (c)
Pendapat ahli pembelajaran dan media, menggunakan sistem pembahasan langsung
terhadap Video hasil pengembangan, sedangkan teknik analisa data menggunakan teknis
analisis deskriptif. Untuk mempercepat proses pengembangan hasil penelitian tentang
metode pembelajaran dan materi pendidikan jasmani dan olahraga berbasis life skill,
diperlukan alat bantu (media pembelajaran). Salah satu alat bantu yang praktis adalah Video
pembelajaran berupa teknik mengajar mengapung dan berenang di laut dengan berbagai
pelampung, menggunakan gaya latihan (practice style) dan Simulasi.
120
Ach. Amirudin dan Ach. Fatchan. 2009. Model Pembelajaran Outdoor Study melalui
Cooperative Learning Tipe Stad Disertai Observasi Lapang untuk
Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Dampak Globalisasi di SDN Percobaan
Palangkaraya
Kata-kata kunci: pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar siswa, dan dampak globalisasi

Tujuan penelitian ini adalah berupaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS Topik
Dampak Globalisasi pada siswa SD Percobaan melalui penerapan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan observasi lapang. Penelitian ini dirancang dengan penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan dalam dua siklus yang disesuaikan dengan alokasi waktu dan topiknya.
Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah yaitu: (a) Perencanaan; (b) Tindakan; (c)
Observasi, dan (d) Refleksi. Masing-masing siklus pembelajaran terdiri dari dua pertemuan
pembelajaran yang masing-masing pertemuan terdiri dari empat tahap. Lokasi penelitian ini

76 Abstrak Hasil Penelitian

dilaksanakan di Sekolah Dasar Percobaan Kota Palngkaraya Kalimantan Tengan. Subjek


penelitian ini adalah para siswa SD kelas 5 Percobaan di Palangkaraya. Instrumen dan
teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik: (1) Observasi dilakukan untuk
mengamati aktivitas siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran; (2) Dokumentasi, yaitu
rekaman proses kegiatan penelitian berupa foto selama melaksanakan proses penelitian; (3)
Ceklist adalah daftar cocok yang berkaitan dengan lembar observasi; (4) Catatan lapangan,
digunakan untuk menuliskan segala hal yang dianggap penting selama berlangsungnya
proses pembelajaran; dan (5) Tes berupa soal tertulis pre-tes dan pos-tes. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan tabel persentase dan tabel gain score. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan
observasi lapang dapat meningkatkan hasil belajar IPS Topik Dampak Globalisasi pada
siswa dan aktivitas anak.
121
Mardi Wiyono. 2009. Analisis Biodegradasi Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove di
Pesisir Utara Kota Probolinggo dan Upaya Konservasinya Melalui
Pemberdayaan Masyarakat dan Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup
Kata-kata kunci: hutan mangrove, pemberdayaan masyarakat, mpendidikan lingkungan hidup

Hutan bakau atau mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa jenis pohonpohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam
perairan asin. Bakau adalah tumbuhan daratan berbunga yang mengisi kembali pinggiran
laut. Sebutan bakau ditujukan untuk semua individu tumbuhan, sedangkan mangrove
ditujukan bagi seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini.
Penelitian ini dirancang menggunakan metode Research & Development (R & D), dengan
rincian: identifikasi masalah, pengembangan model, ujicoba model, revisi model, implementtasi model, dan evaluasi model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pantai di kawasan
Probolinggo termasuk pantai yang landai, tingkat kelandaian ini menyebabkan jarak antara
titik pasang tertinggi dan titik pasang terendah cukup lebar, dapat mencapai 1-2 km. Ombak
tergolong tidak besar dibandingkan dengan ombak di pantai selatan Jawa, keadaan
demikian memungkinkan vegetasi mangrove dapat lebih bertahan. Di kawasan ini tidak ada
sungai besar yang bermuara, sehingga proses pengendapan lumpur tidak terjadi. Sementara sebagian besar endapan pantai di lokasi ini tersusun dari endapan kalsium karbonat
dengan lapisan pasir yang tidak tebal dan sedikit lumpur di atasnya. Kondisi pantai yang
demikian ini dapat dicirikan dari penampakan di atasnya. Dari hasil survei di seluruh
kawasan mangrove pantai Kota Probolinggo, dari 10 stasiun pengambilan contoh dengan
luas 100 m2/stasiun yang tersebar di Ketapang, Pilang, Sukabumi, Mayangan dan
Mangunharjo
122
Martutik. 2009. Pengembangan Buku Ajar untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Membaca Intensif Jurusan Sastra Indonesia
Kata-kata kunci: pengermbangan buku ajar, kualitas pembelajaran, membaca intensif

Visi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Sastra
Indonesia Fakultas Sastra adalah menghasilkan lulusan dalam bidang pendidikan bahasa
dan Sastra Indonesia yang berkemampuan daya saing tinggi pada berbagai skala (lokal,
regional, nasional, internasional) melalui proses pendidikan yang memiliki kemandirian dan
kinerja kelembagaan yang sehat. Dalam rangka pencapaian visi tersebut, perlu didukung
oleh berbagai aspek, salah satunya buku ajar Membaca Intensif sebagai panduan dan
pegangan dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan Membaca Intensif. Oleh sebab itu,
penelitian ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Membaca Inten-

77 Edisi ke-29 Tahun 2010

sif, dalam bentuk penyusunan buku ajar. Pada tahun I, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hal-hal yang dipertimbangkan dalam menyusun buku ajar Membaca Intensif. Deskripsi
ini berfungsi sebagai landasan pengembangan model buku ajar yang dikembangkan
sehingga buku ajar yang dikembangkan memiliki fungsi dan visibilitas yang cukup efektif
bagi penggunanya, khususnya mahasiswa. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah (1)
mendeskripsikan hal-hal yang dipertimbangkan dalam menyusun buku ajar Membaca
Intensif, yaitu (a) pengembangan bahan ajar membaca yang ada di lapangan; (b) pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Intensif; (c) tujuan pembelajaran dan
area isi (materi pembelajaran) Membaca Intensif dalam Kurikulum PT edisi 2008 Jurusan
Sastra Indonesia; (2) saran dari mahasiswa dan dosen yang pernah mengampu matakuliah
Membaca Intensif. Informasi (1) dan (2) tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun prototipe buku ajar Membaca Intensif. Pada tahun II penelitian ini
bertujuan menguji coba prototipe buku ajar Membaca Intensif yang disusun pada tahun I. Uji
coba meliputi (1) uji ahli membaca dan pengajarannya serta uji ahli grafika dan (2) uji coba
lapangan yang melibatkan mahasiswa penempuh matakuliah Membaca Intensif.
Berdasarkan hasil uji coba, dilakukan revisi sesuai hasil uji coba. Tahap selanjutnya
memproduksi buku ajar Membaca Intensif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
pengembangan untuk menghasilkan produk yang berupa buku ajar Membaca Intensif.
Langkah-langkahpengembangan penelitian (1) pengkajian teori; (2) diskusi dengan pakar,
dosen, dan mahasiswa,serta pengkajian silabus dan survei; (3) pengembangan model
sajian, dan (4) prototipe buku ajar. Hasil penelitian ini adalah prototipe buku ajar Membaca
Intensif yang berbasis latihan. Buku ajar ini terdiri atas 14 bab yang secara garis besar berisi
(a) landasan teoretis membaca intensif; (b) pengembangan kemampuan membaca untuk
kepentingan studi; (c) pengembangan kemampuan membaca intensif secara diskrit, yang
meliputi kecepatan membaca, menemukan ide pokok, menemukan ide penjelas, memahami
organisasi informasi, menyusun inferensi, mengevaluasi bacaan, mengapresiasi bacaan
serta memahami informasi nonverbal; dan (4) pengembangan kemampuan membaca
intensif secara integratif, meliputi membaca literal, kritis, dan kreatif. Model sajian setiap bab
mengikuti pola bagian awal, meliputi (a) tujuan pembelajaran; (b) peta konsep; (c) kata
kunci; (2) bagian isi, meliputi pengantar isi, landasan teoretis, modeling, latihan, dan (3)
bagian penutup, meliputi (a) rangkuman; (b) evaluasi, dan (c) refleksi.
123
S. Mundzir. 2009. Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Petani Hutan (Pesanggem)
Melalui Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skill) Berbasis Perhutanan Sosial
(Social Forestry)
Kata-kata kunci: pengentasan kemiskinan, pesanggem, life skill, perhutanan sosial

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan karakteristik masyarakat petani hutan
Desa Benjor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, meliputi (a) tingkat pendidikan; (b)
tingkat pendapatan; (c) luas lahan garapan (wengkon); (d) pola konsumsi keseharian; (e)
kondisi perumahan; dan (f) pola kerja sebagai petani hutan. Di samping itu penelitian ini
diharapkan dapat menemukan kebutuhan belajar pesanggem, meliputi (a) kebutuhan belajar
bidang pertanian; dan (b) kebutuhan belajar bidang usaha. Sedangkan untuk sumber
belajar, meliputi: (a) fasilitator yang berasal dari masyarakat petani hutan dan (b) media
pembelajaran yang digali dari sumberdaya hutan. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian dengan rancangan pendekatan kualitatif untuk menemukan gambaran
tentang profil masyarakat pesanggem dan profil kebutuhan belajar pesanggem, sumber
belajar dan potensi desa Benjor. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara
mendalam, dokumenter, observasi dan diskusi kelompok terfokus. Data temuan penelitian
dengan teknik dokumenter dianalisis dengan analisis kecenderungan dengan teknik
prosentase sedangkan hasil wawancara mendalam dianalaisis dengan teknik analisis model
Creswell. Temuan penelitian ini antara lain menjelaskan bahwa LKDPH sebagai wadah
kelembagaan pesanggem, memiliki potensi besar sebagai wadah pembinaan dan pember-

78 Abstrak Hasil Penelitian

dayaan pesanggem utamanya untuk mengoptimalkan pemanfaatan hutan dalam rangka


peningkatan ekonomi masyarakat dan sekaligus wadah untuk berpartisipasi secara aktif
dalam upaya pelestarian hutan. Organisasi LKDPH dalam perkembangannya mengalami
dinamika kelembagaan baik dalam penyelengaraan kegiatan organisasi maupun dalam
penataan struktur organisasi. Dinamika tersebut terlihat dalam reformasi kepengurusan
terkait dengan aktivitas kelembagaan. Disamping itu penelitian ini juga menemukan bahwa
aktivitas pesanggem dalam pelestarian hutan pada umumnya bersifat positif, walaupun ada
beberapa orang yang secara individual aktivitasnya kurang mendukung pelestarian hutan.
Temuan yang lain terkait dengan kebutuhan belajar pesanggem, sumber belajar dan potensi
loka desa Benjor, antara lain: (1) kebutuhan pengembangan berpikir rasional; (2) keterampilan mencari nafkah; (3) keterampilan berkeluarga; dan (4) keterampilan berwarga negara.
Keempat kebutuhan dasar tersebut sebagai bahan untuk mengembangkan program life
skills berbasis Perhutanan Sosial. Program life skills berbasis Perhyutanan Sosial yang akan
dikembangkan sebagai model bahan ajar terdiri atas: (1) kecakapan personal; (2)
kecakapan sosial; (3) kecakapan akademik; dan (4) kecakapan vokasional. Adapun muatan
perhutanan sosial terkait dengan pelestarian hutan, anatara lain: budi daya tanaman durian,
dan budi daya tanaman sengon. Sedangkan kecakapan vokasional untuk penguatan
ekonomi rumah tangga agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap hasil hutan, adalah
ketrampilan budi daya ternak kelinci dan budi daya jamur tiram. Berdasarkan kesimpulan
hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut: (1) perlu adanya penguatan kelembagaan organisasi
Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan (LKDPH) agar aktivitas pesanggem tetap
berjalan dan tidak terpengaruh arus reformasi dan reorganisasi struktur kepengurusan
lembaga karena adanya kepentingan berbagai pihak. Di samping itu juga perlu dibangun
pola interaksi sosial diantara pengurus kelompok dan sesama anggota kelompok sehingga
tidak muncul konflik social diantara pesanggem (2) perlu dibangun suatu pola pemikiran
rasional tentang pengelolaan hutan berbasis Perhutanan Sosial (social forestry) dalam
rangka kerjasama dengan pihak Perhutani sebagai pemangku hutan di Jawa. Hal ini
diperlukan agar pesanggem tetap memiliki kekuatan sebagai mitra dalam proses pengelolaan hutan dan tidak diperlakukan sebagai tenaga kerja upahan oleh pemangku hutan. Saran
lain terkait dengan program life skills, yaitu: (1) diperlu program pendidikan kecakapan hidup
(life skills) bagi pesanggem agar dapat hidup mandiri terlepas dari ketergantungan berbagai
pihak dalam upaya pelestarian hutan dan (2) perlu adanya kelanjutan penelitian sebagai uji
coba model bahan ajar berbasis Perhutanan Sosial untuk mendukung program life skills
bagi pesanggem desa Benjor maupun pesanggem lainnya yang terlibat dalam program
Perhutanan Sosial di wilayah hutan Pulau Jawa.
124
Hadi Sumarsono. 2009. Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Life Skill Bagi Remaja
Drop-Out Di Daerah Buffer Zone
Kata-kata kunci:pengembangan wirausaha, life skill, remaja drop-out

Penelitian Strategi Nasional ini mengkaji kondisi remaja drop out di daerah buffer
zone Kota Malang, khususnya di Kecamatan Singosari dan Pakis pada tahun 2009. Tujuan
dari penelitian ini adalah pemberdayaan remaja drop out dalam rangka memasuki pasar
kerja dan peningkatan kewirausaan menuju kemandirian diri. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas remaja daerah sample berminat untuk berwirausaha, tetapi secara umum
menghadapi kendala pada masalah permodalan. Masalah lain yang mendasar adalah
kurangnya visi bisnis dan pengetahuan kewirausahaannya, hal ini tidak terlepas dari adanya
kondisi termarginalisasinya para remaja drop out tersebut karena latar belakang dari
keluarga kurang mampu. Marginalisasi tersebut menyangkut aspek pendidikan, informasi,
dan akses ekonomi secara umum. Dalam rangka pemberdayaan remaja tersebut perlu
disusun model diklat pengembangan kewirausahaan yang berbasis life skill, yang mencakup

79 Edisi ke-29 Tahun 2010

aspek soft skill maupun hard skill. Penjabaran dari model diklat tersebut akan terwujud
dalam bentuk kurikulum-silabi, serta modul pembelajaran sebagai bagian dari output
penelitian tahun pertama. Dimana akan dilanjutkan dalam implementasi model untuk tahun
kedua, sekaligus evaluasi dan penyempurnaan model yang akan dibakukan.
125
Haris Anwar Syafrudie. 2009. Upaya Antisipasi Bahaya Banjir dan Tanah Longsor
melalui Focus Group Discussion (FGD) pada Pihak (Stakeholder) di Kawasan
Lahan Kritis Kota Batu
Kata-kata kunci: Focus Group Discussion, lahan kritis, tanah longsor

Secara geografis Kota Batu terletak di dataran tinggi, dan memiliki topografi lahan
yang berupa pegunungan, lereng-lereng, dan lembah. Topografi yang demikian rawan lahan
kritis dan tanah longsor. Perkembangan kota dan penduduk di Kota Batu merupakan salah
satu faktor dominan terjadinya banjir dan tanah longsor. Untuk menjawab permasalahan
tersebut diperlukan model yang yang dapat menyatukan visi pengelolaan lingkungan hidup
bersama sesuai dengan tujuan penelitian meliputi identifikasi lahan kritis di kawasan Kota
Batu yang rawan terhadap longsor, mendapatkan formulasi model pengelolaan yang arif
berbasis karakteristik masyarakat dan visi Kota Batu, menerapkan model pemberdayaan
masyarakat Kota Batu melalui Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan formulasi
pengelolaan lingkungan hidup. Pepohonan berperan nyata memasukkan air kedalam tanah,
saat intensitas hujannya rendah (kurang dari 100 mm/hari). Bila intensitas curah hujannya
tinggi, air akan mengalir dipermukaan secara bebas. Persepsi masyarakat yang selama ini
menanam pohon itu adalah " the one and only" sebagai penyelamat lahan dan mencegah
banjir masih kurang. Hasil penelitian ini menyimpulakan kawasan rawan bencana di Kota
Batu merupakan lahan kritis, daerah ini yang perlu dikendalikan secara ketat, hutan ditebang
sehingga hutan gundul untuk tanaman hortikultura jenis sayur-mayur, permukiman dan
industri jamur. Melalui pengembangan didapatkan draft kurikulum model pengelolaan lahan
kritis di masyarakat Jurang Kuali yang arif berbasis karakteristik masyarakat Sumberbrantas.
Melalui model Focus Group Discussion (FGD) diputuskan bersama, kegiatan terasering
yang melibatkan Dinas KLH, Dinas Pendidikan Kota Batu, Dinas Pertanian dan Kehutanan,
Kantor Camat Bumiaji, Tahura Malang Desa Sumberbrantas dan LSM. Dari 7 kegiatan FGD
yang diselenggarakan dengan kerjasama dari berbagai pihak, pemerintah Kota Batu
bersama-sama bertekat melakukan penanaman pohon di desa Sumber Brantas meliputi
wilayah dusun Jurang Kuali, dusun Krajan, dan dusun Lemah Putih. Pada program
penghijauan ini pihak desa melalui kepada desanya menyanggupi menyediakan tanah desa
seluas kurang lebih 15 Ha, setiap dusun menyumbang 5Ha. Terasering dilakukan dengan
menanami lahan kritis dengan tanaman apel. Sebagai saran penelitian, pihak pemerintah
dan dinas terkait perlu melakukan penyadaran terus menerus dan pengendalian hasrat
warga desa Sumberbrantas agar tidak menebangi hutan demi tanaman kentang dan wortel.
Kurikulum pengembangan yang dihasilkan sejumlah penyelenggaraan FGD yang melibatkan sekolah, pengawas, guru masyarakat dan LSM perlu diuji coba manfaat dan daya gunanya. Model FGD yang dikembangkan perlu diimplementasikan lebih lanjut dengan menambah pendalaman untuk mengungkap factor-faktor psikologis, dan aspirasi responden.
Keberhasilan penelitian ini diharapkan akan memotivasi sejumlah Dinas, Sekolah, LSM dan
masyarakat untuk melakukan terasering.
126
Heru Suryanto. 2009. Pengembangan Desain Photobioreaktor yang Efektif Untuk
Kultivasi Mikroalga Laut sebagai Sumber Energi Terbarukan
Kata-kata kunci: photobioreaktor, biodiesel, mikroalga laut

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki biodiversitas perairan yang melimpah


yang potensial untuk di kembangkan sebagai sumber energi terbarukan dari sumber

80 Abstrak Hasil Penelitian

kelautan. Adanya fenomena pemanasan global (global warming) dan sumber energi dari
minyak dan gas bumi mulai menipis sehingga Kebijakan Energi Nasional menggali sumber
energi alternatif, energi terbarukan termasuk energi Kelautan yang berbasis mikroalga.
Keterbatasan sumberdaya minyak di Indonesia mengharuskan untuk menggali potensi energi terbarukan. Besarnya potensi perairan di Indonesia baik tawar apalagi laut dan kondisi
iklim tropis dengan cahaya mataharinya sangat sesuai untuk kehidupan mikroalga. Potensi
perairan yang sangat luas di Indonesia sangat mendukung untuk pengembangan biofuel
dari mikroalga.Walaupun sejumlah jenis mikroalga telah dikembangkan untuk bahan baku
kosmetik dan kebutuhan farmasi, namun aplikasinya untuk dikembangkan sebagai biofuel
masih jarang dilakukan seperti mikroalga laut Nanocloropsis oculata yang merupakan
mikroalga laut yang potensinya tersebar luas diseluruh wilayah pesisir dan lautan kepulauan
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi bahan laut yakni mikroalga laut
jenis Nanocloropsis oculata sebagai sumber bahan biodiesel yang belum dikembangkan
secara optimal dan mengembangkan teknologi tepat guna untuk mengembangkan kultivasi
alga dalam sistem tertutup. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental untuk
mengetahui pengaruh pemaparan pupuk TSP dan Urea terhadap kultur alga untuk optimasi
kultur alga agar menghasilkan minyak yang optimal dan metode eksplorasi untuk mengetahui kandungan minyak yang diperoleh dari ekstraksi mikro alga laut dengan metode
Soxhlet dengan pelarut n-hexana. Penelitian ini mengembangkan alat Photobioreaktor untuk
kultivasi alga dalam sistem tertutup. Hasil penelitian telah berhasil dikembangkan prototype
teknologi tepat guna alat photobioreaktor untuk kultur mikroalga laut. Alat ini terbuat dari
pipa resin 108 dengan diameter luar 200 mm dan ketebalan 5 mm dan panjang tiap tabung
1000 mm. Setelah dilakukan instalasi terhadap alat ini diperoleh dimensi global alat adalah
2867 x 2755 x 2495 mm dengan volume air dalam alat ini adalah 800 liter. Dengan daya
motor 1 pk dan melalui reduksi dengan gear box dihasilkan putaran pompa sebesar 70 rpm
sehingga alat ini mempunyai kapasitas aliran 10 liter/menit, dengan kecepatan aliran tabung
sebesar 0,6 meter/detik dengan stabilitas pertumbuhan alga yang baik. Perlakuan dosis
pupuk Urea dan TSP pada kultivasi mikroalga laut memberikan kandungan minyak dari
mikroalga laut N.oculata hasil kultivasi optimum berkisar 11 - 12%.
127
Amat Nyoto. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif sebagai Upaya
Peningkatan Prestasi Akademik dan Hubungan Sosial Mahasiswa
Kata-kata kunci: pembelajaran kolaboratif, prestasi belajar, hasil sosial, kerjasama

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan paket pembelajaran dengan


pendekatan kolaboratif. Dengan pendekatan tersebut, interaksi dan keakraban siswa
dengan lingkungan sekolahnya akan meningkat. Pembelajaran kolaboratif juga dapat membangun dan meningkatkan harga diri siswa, membantu dan mengembangkan hubungan
antar pribadi. Dalam suasana kolaboratif seperti itu, mahasiswa dapat saling berbagi
informasi, saling mengajari temannya, mendengar dan memahami pendapat/idea mereka,
yang mendukung pencapaian prestasi akademik dan bersosialisasi, mereka akan terbiasa
dengan pendapat yang berbeda (Panitz: 2004). Hal tersebut akan meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam memandang perspektif dari mahasiswa lainnya (pengembangan emphati). Dapat dipastikan, dalam bermasyarakat, mereka akan lebih memiliki
kematangan sosial, dan dapat menyikapi keberagaman dengan lebih bijak.

81 Edisi ke-29 Tahun 2010

128
Hardika. 2009. Involuasi dan Strategi Belajar Masyarakat Petani dalam Mengelola
Perubahan Pola Matapencaharian di Kawasan Transisi
Kata-kata kunci: perilaku belajar, petani, matapencaharian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan strategi dan perilaku
belajar petani dalam mengelola transformasi pola matapencaharian di kawasan transisi.
Dengan menggunakan pendekatan etnometodologi diketahui, bahwa strategi dan perilaku
belajar petani dalam mengelola perubahan matapencaharian dilakukan dengan cara
interaksi adaptif, akomodatif dan konsultatif dengan masyarakat urban yang sekaligus
berperan sebagai change agent. Berkenaan dengan temuan penelitian ini disarankan
diadakan program pemberdayaan masyarakat, pusat konsultasi usaha melalui kelompok
sosial dengan melibatkan masyarakat pendatang sebagai agen pembaharu.
129
Muhammad Ashar. 2009. Membangun Model Administrasi Layanan Masyarakat Melalui
Social Security Card Untuk Perbaikan Gizi Buruk di NTT
Kata-kata kunci: model layanan administrasi, Social Security Card, Social Security Administration,
Gizi buruk, smart ID, Webb

Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta
jiwa mengalami jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi. Kasus Di NTT
menunjukkan, jumlah balita yang mengalami masalah gizi di wilayah kepulauan itu selama
2007 mencapai 81.873 balita dari total balita di NTT sebanyak 497.577 balita. Jumlah tersebut terdiri dari 12.340 balita mengalami gizi buruk tanpa kelainan klinis dan 167 balita
mengalami gizi buruk dengan kelainan klinis sementara 68.873 balita lainnya mengalami gizi
kurang. Semuanya tersebar di 16 kabupaten/kota se provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan atau pengamatan biasa dan seringkali
tidak cepat ditanggulangi, padahal dapat memunculkan masalah besar. Secara perlahan
kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta
rendahnya umur harapan hidup. Selain itu, dampak kekurangan gizi terlihat juga pada
rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan
ekonomi. Setidaknya beberapa masalah mendasar yang teridentifikasi dalam penelitian ini
adalah lemahnya efektivitas penanggulangan gizi buruk,Lemahnya kerjasama dan koordinasi di antara berbagai pihak yang terlibat,Pendekatan yang condong emergensi-kuratif-jangka
pendek tanpa disertai program-program strategis yang berorientasi preventif-jangka
panjang, Diabaikannya potensi dan sumber daya komunitas lokal, serta sistem layanan
administrasi secara manual. Tujuan yang urgensi dilakukannya penelitian startegis adalah
meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan situasi gizi buruk di NTT Agar
mampu menetapkan prioritas penanganan masalah, mampu memilih intervensi yang tepat
dan cost effective sesuai kebutuhan lokal serta mampu membangun dan memfungsikan
lembaga gizi Melalui pemanfaatan teknologi informasi dalam pemberdayaan potensi
masyarakat, kelembagaan, dan pemerintah yang menjamin adanya keterpaduan kebijakan,
program dan kegiatan antar pusat dan daerah khususnya sektor kesehatan dalam perbaikan
gizi buruk, mampu memantau dan mengevaluasi pembangunan pangan dan gizi, meningkatkan koordinasi penanganan masalah pangan dan gizi secara terpadu yg selama ini
belum dibuat secara sistematis dalam model layanan administrasi dengan dukungan pengawasan operasional serta rencana sumber dana non pemerintah seperti zakat, infak, dan
swadaya masyarakat lokal, nasional maupun internasional. Membangun model layanan
administrasi masyarakat gizi buruk di NTT menggunakan Social Security Card (smart ID)
melalui Social Security Administration perlu diterapkan sebagai model administrasi yang
mampu memperbaiki layanan gizi buruk dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi berbasis web secara konprehensif.

82 Abstrak Hasil Penelitian

130
Sukarni. 2009. Disain Model dan Prototip serta Analisis Unjuk Kerja Turbin untuk Free
Fluid Flow
Kata-kata kunci: model dan prototip, kerja turbin, free fluid flow

Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah memperoleh temuan teknologi baru
yang dapat digunakan untuk mengekstrak energi kinetik dari zero head water power
resources dari free fluid flow baik yang terdapat pada aliran sungai tanpa dam maupun
aliran arus air laut, mengingat potensi tersebut sangat melimpah di Indonesia. Adapun target
khusus yang ingin dicapai adalah didapatkan model turbin dan prototipenya yang sesuai dan
efisien sebagai alat untuk konversi energi kinetik dari free fluid flow menjadi energi lain yang
berguna baik sebagai sumber pembangkit listrik maupun sumber energi gerak yang bisa
digunakan untuk keperluan industri. Dalam rangka mencapai tujuan dan target tesebut,
maka pada penelitian tahap I dilakukan karakterisasi aliran arus sungai tanpa dam, meliputi
kecepatan rata-rata aliran dan kedalaman sungai. Data tersebut diperlukan sebagai dasar
untuk disain model turbin yang digunakan pada free fluid flow. Sebelum dibuat model turbin,
terlebih dahulu dilakukan disain model turbin yang sesuai untuk free fluid flow dan
selanjutnya dilakukan analisis unjuk kerja turbin secara teoritik untuk mendapatkan prediksi
awal dari prestasi turbin yang didisain. Selanjutnya model dibuat dan diuji pada sungai tiruan
skala laboratorium. Dari hasil analisis dan pengujian laboratorium selanjutnya dilakukan
karakterisasi model turbin. Hasil penelitian tahap I adalah telah didapatkan data empat
sungai, yaitu sungai Amrong dengan kecepatan aliran 2,01 m/s dan kedalaman 1,3 meter,
sungai Kali Anyar dengan kecepatan aliran 1,3 m/s dan kedalaman 1,15 meter, Anak Sungai
Brantas dengan kecepatan aliran 0,98 m/s dan kedalaman 0,65 meter dan sungai Kebon
Agung dengan kecepatan aliran 0,63 m/s dan kedalaman 0,6 meter. Hasil lainnya adalah
didapatkan tiga disain model turbin dan tiga model turbin yang dibuat dari cor bahan
Aluminium, serta satu model turbin yang dibuat dari bahan plat tipis. Hasil pengujian
terhadap model turbin yang terbuat dari bahan plat tipis menunjukkan nilai unjuk kerja pada
kisaran 0,20 sampai dengan 0,59. Hasil ini menunjukkan bahwa unjuk kerja model turbin
yang dibuat berada pada kisaran unjuk kerja turbin generasi terdahulu, yaitu Darrieus 23,5%
dan Gorlov 35% dan mendekati teori Betz 59%, sehingga model turbin yang dibuat sangat
layak untuk dikembangkan menjadi prototipe turbin pembangkit daya guna mengekstrak
energi kinetik dari free fluid flow. Pada penelitian tahap II, selanjutnya akan dibuat prototipe
turbin untuk free fluid flow berdasarkan model yang telah dibuat pada penelitian tahap I.
Selain itu juga dibuat miniatur sistem pembangkit terapung dimana prototipe turbin akan
dirakit. Prototipe turbin dalam miniatur pembangkit terapung selanjutnya akan diujicobakan
pada sungai (direncanakan pada aliran sungai Amrong dan sungai Kali Anyar). Hasil ujicoba
selanjutnya digunakan untuk menggambarkan karakteristik prototipe turbin pembangkit daya
yang kedepannya menjadi dasar bagi pengembangan sistem pembangkit skala lebih besar.
131
B. Sri Umniati. 2009. Pengembangan Model Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa
Sistem Ganda (Kombinasi Portal dan Dinding Geser) untuk Pembangunan
Rumah Sederhana Tahan Gempa pada Wilayah Gempa Tertinggi (Zona 6) di
Indonesia
Kata-kata kunci: sistem ganda, struktur gempa, tulangan bambu

Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk meneliti bambu sebagai
bahan tulangan alternatif pada struktur portal beton bertulang tahan gempa yang terkekang
menggantikan tulangan baja yang harganya jauh lebih mahal dari pada tulangan bambu.
Adapun target khusus dari penelitian ini yang merupakan kelanjutan dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan peneliti adalah: (1) terbentuknya model struktur beton bertulangan bambu tahan gempa dengan sistem ganda; (2) terpilihnya model struktur beton

83 Edisi ke-29 Tahun 2010

bertulangan bambu tahan gempa sistem ganda untuk dibuat sebagai prototipe; (3) terbentuknya karakteristik prototipe struktur beton bertulangan bambu tahan gempa dengan sistem
ganda; dan (4) terbentuknya model rumah sederhana tahan gempa sistem ganda. Metode
yang digunakan adalah reseach and development. Sehingga batasan waktu pelaksanaan
penelitian yang ditentukan selama 2 tahun akan digunakan sepenuhnya dengan rincian: (1)
tahun pertama, membuat model struktur beton bertulangan bambu tahan gempa sistem
ganda yang diuji secara eksperimental dan membuat analisis numeriknya dan (2) tahun
kedua, membuat prototipe stuktur beton bertulangan bambu tahan gempa sistem ganda
yang diuji eksperimental untuk mendapatkan karakteristiknya. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Struktur dan Bahan Teknik Sipil UM. Model penulangan struktur beton
bertulangan bambu tahan gempa sistem ganda ini akan digunakan sebagai bahan
rekomendasi pembangunan rumah murah sederhana tahan gempa dengan sistem ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas beban lateral yang paling besar terdapat
pada portal sistem ganda yang dikekang di jalur gaya tekannya (pengekangan Kotsovos dan
Kotsovos modifikasi) dengan dinding geser di bentang tengah yaitu sebesar 4,860 ton.
Sedangkan pada portal sistim ganda yang dikekang di lokasi sendi plastis potensial dengan
dinding geser di tengah bentang kapasitas beban lateral maksimumnya adalah 2,835 ton
dan pengekangan di sendi plastis dinding geser tepi sebesar 4,050 ton. Kapasitas beban
lateral terrendah terdapat pada portal sistem ganda Kotsovos modifikasi dinding geser tepi
yaitu sebesar 1,512 ton. Dengan kapasitas beban lateral yang tinggi ini maka disimpulkan
bahwa semua model portal sistim ganda pada penelitian ini dapat digunakan untuk struktur
tahan gempa di zona 6. Dan yang dipilih untuk dijadikan prototipe adalah portal sistem
ganda dengan pengekangan Kotsovos modifikasi dinding geser di bentang tengah.
132
Abdul Syukur Ibrahim dan Lilik Wahyuni. 2009. Interaksi Sosial dalam Ekspresi Bahasa
Jender Kajian Harmoni Sosial dalam Perspektif Hermeneutika
Kata-kata kunci: interaksi sosial, ekspresi, bahasa jender, harmoni sosial, hermeneutika

Pembangunan nasional merupakan rangkaian perubahan yang bersifat menyeluruh,


terarah, dan berencana dalam rangka mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan, yaitu
masyarakat yang memiliki keseimbangan antara kebutuhan lahiriah dan batiniah. Agar
tercapai tujuannya, pembangunan nasional harus melibatkan seluruh masyarakat secara
aktif baik laki-laki maupun perempuan. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
akhir-akhir ini memang menunjukkan frekuensi yang meningkat, namun fakta menunjukkan
bahwa keikutsertaan perempuan dalam pembangunan kelihatannya belum maksimal.
Rendahnya modal sosial, budaya, dan simbolik perempuan menyebabkan perempuan
masih cenderung diberi peran yang lebih rendah daripada laki-laki. Pengalaman ditempatkan dalam posisi subordinat oleh budaya patriarki menyebabkan perempuan menerima
stigma dirinya sebagai subordinat laki-laki dan selanjutnya mematuhinya. Kondisi di atas
menyebabkan perempuan yang diharapkan sebagai elemen penting untuk berperan aktif
dalam pembangunan sulit diwujudkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya
terpadu untuk memberdayakan perempuan dalam perkembangan bangsa. Salah satu
strategi pembentukan kesetaraan dan keadilan jender tersebut dapat dilakukan melalui
interaksi sosial dalam wacana publik sehingga pembangunan nasional dapat: (1) memberkan kemudahan kepada perempuan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan diri dan
keluarganya dan (2) memberikan kemungkinan bagi perempuan untuk mengalirkan tenaga,
keterampilan, pikiran, dan keahlian dalam proses pembangunan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh eksplanasi tentang interaksi sosial dalam ekspresi bahasa jender.
Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh eksplanasi tentang (1)
bentuk verbal interaksi sosial dalam ekspresi bahasa jender; (2) praktik negosiasi diri dalam
ekspresi bahasa jender; (3) hambatan praktik negosiasi diri dalam ekspresi bahasa jender;
dan (4) strategi penciptaan kesantunan ekspresi bahasa jender. Untuk mengkaji proses
konstruksi identias jender tersebut, penelitian ini menggunakan rancangan herme-neutika

84 Abstrak Hasil Penelitian

Gadamer dan rancangan hermeneutika Ricoeur. Digunakannya hermeneutika Gadamer


sejalan dengan karakter penelitian ini yang ekspresi bahasa jender sebagai praktik sosial
yang mengkonstruk harmoni sosial. Ujaran bukan hanya berisi pesan dari penciptanya saja
tetapi berasal dari ruang multidimensi yang ada tersebar dalam tulisan. Karena itu, kata-kata
dalam tuturan tidak hanya memiliki makna tunggal tetapi bergantung pada penafsiran
penafsir. Digunakannya hermeneutika Ricoeur ini sejalan dengan karakter penelitian ini
yang berpandangan bahwa interaksi sosial dalam ekspresi bahasa jender dapat
diaktualisasikan dalam bentuk proposi atau dalam hal ini kalimat. Kalimat yang merupakan
satuan dasar wacana mempunyai unsur struktur subjek-objek. Pada sifat bahasa yang
subjektif, pertarungan simbolik di media massa mengak-tualisasikan kode-kode yang dikenal
dengan language. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif karena
fenomena konstruksi harmoni sosial dalam ekspresi bahasa jender di media massa disajikan
dalam bentuk verbal bukan angka-angka. Dalam melakukan kajian, peneliti ber-peran
sebagai instrumen kunci, baik dalam pengumpulan data maupun dalam menafsirkan data.
Metode analisis wacana digunakan karena bahasa disikapi sebagai mekanisme individu dan
mekanisme struktur sosial dalam konstruksi identitas jender. Penelitian ini menyikapi bahasa
dalam konteks sosial budaya patriarki dan feminis. Data penelitian ini adalah ujaran
wartawan, khalayak media, dan parti-sipan publik yang dikumpulkan melalui teknik
dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis melalui tahap deskripsi untuk menganalisis
ujaran, tahap interpretasi untuk menganalisis proses kognitif, dan tahap eksplanasi untuk
menganalisis fakta sosial. Dari hasil analisis diperoleh temuan penelitian sebagai berikut.
Pertama, bentuk interaksi sosial dalam ekspresi bahasa jender merupakan bentuk interaksi
sosial laki-laki dan perempuan. Bentuk interaksi sosial dalam bahasa jender merupakan
hasil kontak sosial, yang berlangsung dalam diri dan kelompok laki-laki dan perempuan.
Interaksi dalam bahasa jender dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati, dan motivasi. Bentuk interaksi sosial dalam bahasa jender terdiri atas
bentuk kerjasama, asimilasi, dan akomodasi. Kedua, praktik negosiasi jender merupakan
tindak kompromi antara laki-laki dan perempuan. Praktik negosiasi jender merupakan hasil
internalisasi kemampuan sosial dan komunikasi efektif dan kreatif antara laki-laki dan
perempuan agar kedua belah pihak berinteraksi secara positif bagi kepentingan bersama.
Praktik negosiasi jender dalam penelitian ini dibedakan menjadi praktik negosiasi laki-laki
terhadap perempuan dan praktik negosiasi perempuan terhadap laki-laki. Ketiga, hambatan
praktik negosiasi diri dalam ekspresi bahasa jender merupakan bentuk ketidaktepatan
penyampaian dan penafsiran informasi sebagai dampak dari praktik pemapanan wacana
doxa, dalam hal ini wacana patriarki. Dalam ekspresi bahasa jender, praktik pemapanan
wacana doxa dilakukan kelompok orthodoxa melalui pemapanan dominasi laki-laki dan
pembatasan dominasi perempuan. Dalam penelitian ini, hambatan praktik negosiasi diri
dalam ekspresi bahasa jender berbentuk praktik pemapanan ideologi dan kelas sosial
patriarki. Keempat, strategi penciptaan kesantunan ekspresi bahasa jender merupakan
strategi laki-laki dan perempuan untuk menciptakan harmoni sosial. Agar hubungan
sosialnya tidak menimbulkan gejolak sosial, laki-laki dan perempuan menciptakan strategi
kesantunan. Strategi kesantunan dalam penciptaan harmoni sosial laki-laki dan perempuan
direalisasikan dalam bentuk diksi dan gaya ujaran penutur. Dalam penelitian ini, harmoni
sosial diciptakan laki-laki dan perempuan dalam bentuk strategi eufimisasi dan sensorisasi.
Strategi eufimisasi merupakan strategi penciptaan kesan-tunan simbolik dalam bahasa
jender. Strategi sensorisasi merupakan strategi penciptaan kesantunan laki-laki dan
perempuan melalui pelestarian semua bentuk nilai yang dianggap sebagai moral
kehormatan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, peneliti memberi saransaran yang ditujukan kepada para guru dan dosen bahasa Indonesia, para peneliti dan
pemerhati bahasa Indonesia, dan para psikolog sebagai berikut. Kepada guru dan dosen
bahasa Indonesia disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk merancang
pembelajaran multikultural yang menghargai perbedaan peserta didik. Selain itu, guru harus
menciptakan budaya komunikasi multiarah dan dialogis sehingga memperbesar peluang
setiap peserta didik untuk mengaktualkan diri masing-masing. Kepada peneliti selanjutnya

85 Edisi ke-29 Tahun 2010

disarankan agar mengembangkan objek, teori, dan instrumen penelitiannya sehingga dapat
menghasilkan teori yang lebih mapan agar bisa dimanfaatan untuk melakukan kontrol
terhadap media massa. Kepada khalayak media massa disarankan agar mampu memanfaatkan media massa untuk memproduksi ideologi kesetaraan. Kepada para psikolog
disarankan agar mampu meredam pertarungan laki-laki dan perempuan sehingga terjadi
relasi positif antara laki-laki dan perempuan.
133
M. Misbahul Amri, Dwi Wulandari, dan Khoirul Adib. 2009. Pengembangan Model
Pendidikan Cross Culture Understanding sebagai Upaya Meningkatkan
Kualitas Soft Skill Calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri dalam
Rangka Mengentaskan Kemiskinan Masyarakat di Jawa Timur
Kata-kata kunci: pendidikan cross culture understanding, kualitas soft skill, tenaga kerja wanita
pengentasan kemiskinan

Keberpihakan pemerintah dalam bentuk kebijakan perlindungan terhadap para


"pahlawan devisa" di luar negeri selama ini terkesan kurang maksimal dan cenderung
lemah. Tragedi buruh migran ini antara lain terungkap lewat temuan Hartiningsih dan
Pambudy (2007) yang menyatakan bahwa setiap tahun sejak pertengahan tahun 1990-an,
setidaknya 100-153 buruh migran Indonesia tewas di tempat kerja. Kasus yang muncul per
Januari-April 2007, tercatat 45 buruh migran Indonesia tewas di luar negeri, 60 orang
ditahan di penjara di negeri orang, dan 100.000 yang dideportasi. Sebanyak 37 buruh
migran yang meninggal (sekitar 81 persen) adalah perempuan (TKW), sebagian besar
bekerja sebagai pekerja domestik dalam rumah tangga (PRT). Adapun penyebab
munculnya tindak kekerasan bahkan menyebabkan kematian TKW beragam, antara lain;
kondisi psikologis merupakan faktor penting terkait banyaknya kasus kematian karena
kecelakaan maupun kekerasan, hard-skill maupun soft-skill TKW yang kurang memadai
seperti yang dituntut majikan, disamping tingkat pendidikan amat berpengaruh terhadap
penguasaan serta pemahaman lintas budaya dan bahasa (cross-culture understanding)
negara tujuan, serta akses informasi dan teknologi (Amri, 2004). Disamping itu ketidaktahuan mereka tentang hak-haknya menghasilkan sikap pasif saat mengalami pelecehan,
diskriminasi, kekerasan dan penindasan. Atas dasar fakta di atas, upaya meningkatkan softskill calon TKW serta memutus mata rantai kekerasan terhadap TKW di luar negeri menjadi
suatu hal yang sangat penting dan mendesak direalisasikan. Untuk itu perlu adanya
penjelasan dan penyadaran kepada pihak perempuan (TKW) tentang bentuk-bentuk
kekerasan di negara tujuan kerja dan langkah-langkah yang perlu ditempuh jika mereka
mengalaminya. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan. Tujuan
penelitian ini untuk menemukan model pendidikan Cross-Culture Understanding yang efektif
sebagai upaya memutus mata rantai kekerasan terhadap TKW di luar negeri. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pada tahap I akan dilakukan survey dan kajian teoretik tentang (1)
profil eks. TKW di luar negeri; (2) persoalan-persoalan (problematika) yang dialami para eks
TKW di negara tujuan kerja; (3) faktor-faktor yang diduga sebagai pemicu terjadinya tindak
kekerasan terhadap TKW di luar negeri; (4) langkah-langkah (upaya) yang dilakukan TKW
dalam menghindari, menghadapi dan mengatasi persoalan-persoalan tersebut; dan (5)
kebutuhan soft-skill (berupa bekal kompetensi pemahaman lintas budaya) yang seharusnya
dikuasai para calon TKW yang ingin bekerja di luar negeri sebagai upaya mengeliminasi
tindak kekerasan terhadap diri mereka di negara tujuan kerja. Berdasarkan temuan dan
masukan dari hasil penelitian ini akan disusun prototipe model pendidikan Cross-Culture
Understanding sebagai upaya memutus mata rantai kekerasan terhadap TKW di luar negeri.
Pada tahap II, akan diadakan pengembangan model dari prototipe model yang sudah
dihasilkan pada tahap I melalui uji lapangan dan uji efektivitas model. Penelitian pada tahap
II ini dilakukan dengan rancangan pengembangan dan eksperimental.

86 Abstrak Hasil Penelitian

134
Abdulloh Fuad. 2009. Sintesis Partikel Nano Fe3-xMnxO4 Berbasis Pasir Besi untuk
Pembuatan Bahan Magnetik Cair
Kata-kata kunci: sintesis, partikel nano, magnetik cair

Penelitian ini telah berhasil mensintesis partikel nano magnetik Fe3-xMnxO4 berbasis
pasir besi untuk pembuatan bahan magnetik cair (Ferofluida). Partikel magnetit disintesis
dengan metode kopresipitasi. Pada metode ini, pasir besi Jawa timur sebagai bahan dasar
sintesis dilarutkan dalam HCl dan pengendap NH4OH. Ferofluida diperoleh dengan
menambahkan surfaktan Tetrametil Amonium Hidroksida (TMAH) dan Asam Oleic.
Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan XRF, XRD, SEM, TEM, dan VSM. Sampel
pasir diambil dari Jawa Timur antara lain: Malang, Kediri, Lumajang, dan Tulungagung.
Kandungan unsur-unsur di dalam pasir diuji dengan XRF. Hasil uji menunjukkan bahwa
pasir dengan kandungan unsur Fe terbanyak adalah dari Tulungagung. Sehingga pasir
Tulungagung disentesis lebih lanjut untuk membuat magnetik cair. Hasil uji XRD
menunjukkan bahwa Fe3-xMnxO4 terbentuk dalam single phase spinel kubik. Semakin besar
nilai komposisi x maka parameter kisi juga semakin naik. Hasil uji SEM dan TEM
menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam ukuran nm, khusus Fe3O4 memiliki
ukuran sekitar 6,9 nm yang dikonfersi juga dengan analisis Rietveld. Selanjutnya hasil uji
VSM menunjukkan bahwa untuk nilai x yang lebih tinggi nilai parameter kemagnetan juga
semakin naik.
135
Sugeng Utaya. 2009. Optimalisasi Resapan Air dengan Pengelolaan Penggunaan
Lahan di Kota Malang
Key words: optimizing, landuse change, landuse management, soil biophysical characteristic, water
absorption.

Land use management causes the changes of the function of the land in the city. The
change of the function of uncultivated land to be cultivated land has a potential to change
soil biophysical characteristic, and at the same time, it decreases the absorption of soil
water. This research aims: (1) to study the change of the landuse composition in Malang
City; (2) to study the influence of the landuse change towards water absorption; (3) to study
the correlation between the kind of landuse and soil biophysical characteristics, and (4) to
formulated the water absorption model based on landuse composition. The landuse change
is studied by comparing the on going mapping documents. Soil biophysical characteristics
consist of root biomass, number of worms, soil organic matter (SOM), and porosity. The root
biomass is obtained by root density, the number of worms is identified with monolith and
hand sorting method, the SOM is identified with fraction analysis, and the porosity is
identified with cylinder and pignometer method. The water absorption is measured with the
plot experiment. The influence of landuse change towards water absorption is analyzed Ttest. The correlation between the kind landuse and soil biophysical characteristics is
analyzed correlatively. This research gains the results that: (1) the most change of landuse
composition in Malang are the declining of dry fields and rice fields; (2) the landuse change
causes the change water absorption; (3) the kind of landuse correlated to soil biophysical
characteristics; and (4) water absorption in Malang is caused by the width variable of grass
beds, private yards, inner city park, dry fields, rice fields, and arid lands; therefore, optimizing
of ideal water absorption can be done by using landuse and water absorption management
approach.

87 Edisi ke-29 Tahun 2010

136
Ponimin, Pujiyanto, dan Blasius Suprapto. 2009. Pengembangan Desain Produk Keramik
Elemen Estetik Bernuansa Kearifan Budaya Lokal melalui Refitalisasi Ragam
Unsur Budaya Lokal Jawa Timur untuk Meningkatkan Nilai Seni Kriya Keramik
Kata-kata kunci: Budaya lokal, keramik,pengembangan desain

Untuk meningkatkan nilai produk keramik elemen estetik perlu mengembangkan


desain dengan merefitalisasi/mentransformasi ragam unsur budaya lokal sebagai ide
penciptaan desainnya. Maka dilakukan penelitian.Tahun pertama:Merumuskan konsep
pengembangan desain produk keramik dari hasil Mengkaji ragam produk budaya lokal Jawa
Timur bersifat budaya atraktif dan artefak yang potensial .Berupa model pengembangan
desain produk keramik yang dirumuskan secara tertulis dan visual melalui revitalisasi unsur
budaya lokal sebagai ide penciptaan. Melalui tahapan penelitian; metode pengumpulan
data: observasi,dan dokumentasi dari hasil studi pendahuluan. Selanjutnya,unsur budaya
terpilih dikelompokkan/ diklasifikasi berdasarkan karakteristik: keunikannya, bentuknya.
Unsur budaya yang terpilih adalah yang memungkinkan diinovasi/dikreasi/dimodivikasi
berdasarkan bentuknya, ornament-nya, fungsinya,ukurannya,teknik produksinya. Proses ini
dilakukan berdasarkan pada kaidahkaidah penciptaan estetik dan ekonomis. Sehingga
dalam merefitalisasi unsur budaya kedalam desain produk keramik ,apakah unsur-unsur
budaya tersebut dimodifikasi secara keseluruhan, atau sebagaian unsurnya.Dari rumusan
konsep desain tersebut dilanjutkan proses visual gambar desain . Meliputi langkah-langkah
penciptaan gambar sket alternatif/pra-desain, gambar sket terpilih, pembuatan desain
gambar kerja/desain melakukan uji terhadap hasil pengembangan. Dilanjutkan penyempurnaan konsep dan desain visual. Tahun ke dua; Melakukan pengembangan berupa
pembuatan disain roduk keramik secara visual untuk menyempurnakan model pengembangan dari gambar desain produk yang telah dilakukan pada tahun pertama. Berupa
pembuatan prototype produk keramik berdasarkan rumusan konsep tertulis dan disain
gambar kerja yang telah melalui proses uji terbatas. Hasil produk berupa wujud prototype
keramik. Dilanjutkan Uji yang lebih luas melibatkan para pakar desain pakar disain produk
perguruan tinggi yang memiliki program keahlian seni kriya atau desain produk,dari praktisi
desain produk seni kriya ,para pelaku bisnis seni kerajinan, dan perajin .Proses iji ini bersifat
lebih luas karena dilakukan juga dalam bentuk pameran produk prototype keramik dari hasil
pengembangan desain keramik .Pelibatan perajin sebagai sasaran sasaran melakukan uji,
karena mereka yang akan merealisasi produk hasil pengembangan dari konsep dan gambar
desain produk serta hasil dari prototype produk keramik pengembangan . dari proses uji
yang lebih luas tersebut, digunakan mengevaluasi dan menyempurnakan model dan hasil
pengembangan desain produk keramik yang berupa rumusan konsep dan hasil perancangan visual penembangan desain produk keramik bernuansa kearifan budaya lokal yang
diwujudkan dalam bentuk buku desain produk.
137
Siti Sendari Muhammad Ashar, dan Aripriharta. 2009. Sistem Early Warning untuk
Informasi Dini Banjir dan Longsor Kawasan Padat Penduduk di DAS Brantas
Kotamadya Malang
Kata-kata kunci: banjir dan Longsor, DAS Brantas, Informasi Dini (early warning), Manajemen
Bencana, Sistem Informasi

Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas pada khususnya di Kecamatan Klojen


Kotamadya Malang dimanfaatkan sebagai tempat tinggal. Meskipun tidak digusur, tetapi
pemerintah kotamdya malang juga tidak merelokasi dan telah menegaskan bahwa
keselamatan penduduk yang tinggal di sepanjang DAS brantas tidak dijamin oleh pemerintah. Penduduk di sepanjang DAS brantas tidak memiliki daya untuk pindah dari daerah
tersebut. Sementara daerah sepanjang DAS brantas merupakan daerah potensi terjadi
Banjir dan Longsor karena Topografi DAS Brantas, karena sepanjang tahun selalu terjadi

88 Abstrak Hasil Penelitian

banjir dan tanah longsor, yang mengakibatkan kerugian harta dan jiwa. Untuk itu, masyakarat di sepanjang DAS Brantas memerlukan system yang dapat memberitahukan secara
dini informasi tentang kemungkinan terjadinya banjir dan longsor, sehingga mereka dapat
menghindar dan menyelamatkan harta bendanya terlebih dahulu. Metode yang digunakan
adalah: (1) mendesain sistem pengukuran dan perekaman data mengenai ketinggian muka
sungai dan kecepatan aliran sungai melalui stasiun pengukuran; (2) mendesain system
informasi yang disukung jaringan informasi secara bertingkat, sehingga informasi dapat
terkirim secara cepat dan luas; dan (3) membangun manajemen bencana, yang mengkoordinasi bencana, dengan memberdayakan masyarakat untuk saling membantu menghindari
bencana dilengkapi dengan standar prosedur operasi untuk menghindari bencana.
Penelitian ini direncanakan selesai dalam 2 tahap (2 tahun). Tahun pertama adalah
difokuskan untuk membangun stasiun pengukuran tahun kedua adalah membangun system
informasi dan manajemen bencana.

138
Sudarmiatin. 2009. Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Pedagang Sayur Keliling
Ethek dengan Stimulus Kredit Usaha BUMDES di Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung Propinsi Jawa Timur
Key words: the forceful of Ethek, credit of BUMDES

Ethek is around vegetables retail that are needed by house wife at the village in
Tulungagung, East Java. Such another entrepreneur, Ethek also needs professional
business management to achieve their purpose. Utami Makmur BUMDES in Pakel village
has 106 members and Etheks are part of it. To develop their business, Etheks use credit
from Utami Makmur BUMDES. The general purpose of this research is to know the effective
of Etheks forceful with stimulus credit of BUMDES. Results of this research showed that
Etheks problem in develop their business are financial and marketing management subject.
Thats a while the characteristic of Ethek in Pakel village is society who has high desire to
change but they have no power to realize their change. The solution to forceful this societys
type is give them education and training, skills, guidance, modals, etc. The models that
would be implemented forEtheks forceful in Pakel are education, training and guidance
about small business management. The success of this program will be measured by
changing of behavior, developing of creativity, sales and profit. After finishing this program
can be known that the forceful model with education, training and guidance is effective to
solve the Etheks problem. Because over 50% Ethek have changed their behavior and
developed their creativity, also their sales and profit.
139
Arbaiyah Prantiasih, Nur Wahyu Rochmadi, dan Suparman Adi Winoto. 2009.
Pemberdayaan Industri Kecil di Pedesaan Untuk Mengurangi Kemiskinan di
Wilayah Jawa Timur
Kata-kata kunci: pemberdayaan industri kecil, pedesaan, kemiskinan

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan upaya pengrajin industri kecil
memaksimalkan potensi dalam meningkatkan keberdayaan pada modal usaha, bahan baku,
produksi dan pemasaran; (2) mendeskripsikan semangat dalam berusaha yang dimiliki
masyarakat pengrajin; (3) mendeskripsikan keterlibatan pemerintah dalam proses pemberdayaan; (4) mendeskripsikan hambatan yang ditemui masyarakat pengrajin dalam mewujudkan keberhasilan usaha; dan (5) mendeskrispsikan upaya yang dilakukan dalam mengatasi
masalah menuju keberhasilan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilaksanakan 2
tahun dengan menggunakan desain penelitian pengembangan (research and development)
sebagaimana dielaborasi oleh Borg & Gall (1982). Tahap penelitian meliputi: (1) tahap

89 Edisi ke-29 Tahun 2010

eksplorasi, masalah yang hendak dijawab pada tahap ini adalah: (a) upaya pengrajin dalam
memaksimalkan potensi dalam meningkatkan keberdayaan; (b) semangat dalam berusaha;
(c) keterlibatan pemerintah dalam proses pemberdayaan; (d) hambatan yang ditemui
masyarakat pengrajin; dan (e) upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan; (2) tahap
pengembangan, masalah yang hendak dijawab pada tahap ini adalah menyusun model
pemberdayaan bagi pengrajin dalam bentuk panduan penyuluhan dalam meningkatkan
usaha yang berterima secara teoritis maupun praktis. Berdasarkan hasil temuan penelitian
sebagai berikut. Para pengrajin industri kecil baik itu industri kecil emping melinjo, industri
kecil rengginang, industri kecil gula jawa dan industri kecil tape 88 dan suwar suwir DR
dalam memaksimalkan potensinya untuk meningkatkan keberdayaan pada modal usaha
lebih banyak mengandalkan dari para tengkulak, pedagang pengumpul bahkan banyak yang
mengandalkan para rentenir bahkan jasa koperasi dan modal keluarga. Pada pengadaan
bahan baku juga banyak disediakan oleh para tengkulak, pihak koperasi sampai menyewa
pohon di perkebunan. Dalam proses produksi upaya pengrajin dalam memaksimalkan
potensinya masih menggunakan cara-cara yang lama yang sifatnya tradisional dan alat
produksinya dengan menggunakan tenaga manusia secara manual. Dalam hal pemasaran
menghendaki sistem pemasaran diperbaiki dengan adanya bimbingan pihak terkait.
Semangat dalam berusaha yang dimiliki oleh para pengrajin dalam mencapai keberhasilan
usaha dalam menuju keberdayaan ada pada individu pengrajin itu sendiri. Secara personal
tergerak hatinya, pikiran, kemauannya untuk berupaya meningkatkan keberdayaan melalui
kegiatan usaha. Sifat otonom (autonomous self energy) nampak dari sebagian besar
anggota masyarakat pengrajin dapat diketahui derajat keberdayaan seperti kapabiltas kerja
keras, keberanian, perhitungan dan kejelian yang dimiliki pengrajin secara personal dalam
berusaha merupakan faktor utama dalam berlangsungnya proses pemberdayaan pengrajin.
Keterlibatan pemerintah mulai dari Dinas Perindustrian, Dinas Koperasi, Pemerintah Desa
dan Kelurahan secara sinergis menjalankan perannya dan kerjasama meningkatkan
keberdayaan masyarakat pengrajin terutama bidang ekonomi dan dalam hal pemasaran.
Hambatan yang ditemui masyarakat pengrajin dalam upaya mewujudkan keberhasilan
usaha meliputi: (1) hambatan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa
pasar; (2) kendala dalam permodalan; (3) kendala dalam manajemen sumberdaya; (4)
kendala dalam membentuk jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil; (5) kendala
dalam penggunaan alat produksi masih tradisional; (6) iklim usaha kurang kondusif; dan (7)
pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan dan upaya pembinaan usaha kecil
masih tumpang tindih. Upaya yang dilakukan masyarakat pengrajin dalam mengatasi
masalah untuk menuju keberhasilan, yaitu peningkatan kuantitas produksi dan upaya
peningkatan kualitas produk serta perluasan pasar. Untuk itu perlu terus berinisiatif, kerja
keras, tekun, mengubah budayan asal jadi, pengrajin harus terus selalu belajar dengan
membina kompetisi yang sehat, menjaga dan memegang teguh kepercayaan yang telah
diberikan oleh pihak lain, khususnya perbankan dan pihak konsumen serta upaya dilakukan
para pengrajin untuk meningkatkan kualitas produk, pengemasan dan merk disertai ijin
usaha dalam mengatasi persaingan. Berdasarkan temuan penelitian tersebut diperlukan
untuk melakukan riset lanjutan, pengembangan (research and development) dalam
menyusun panduan penyuluhan bagi pengrajin dan eksperimen agar pada akhirnya dapat
ditemukan model yang benar-benar aplikatif dan fungsional sehingga kegunaan dan
manfaatnya benar-benar dapat diterapkan oleh masyarakat.
140
Imam

Machfudz dan Nurchasanah. 2009. Karakteristik Diksi dan Distribusi


Pemakaiannya dalam Percakapan Antaranak Usia Prasekolah (Antisipasi Profil
Bahan Ajar di TK)

Kata-kata kunci: percakapan antaranak, usia prasekolah, profil bahan ajar

Tujuan penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut. Tahun pertama: (1) mendeskripsikan karakteristik kosakata dalam percakapan anak prasekolah dilihat dari segi (a) jenis,

90 Abstrak Hasil Penelitian

bentukan, distribusi, dan makna; (2) mendeskripsikan hasil telaah kurikulum pembelajaran
anak prasekolah (Taman Kanak-kanak); (3) mengembangkan profil bahan ajar untuk
memperkaya kosakata anak; dan (4) mengembangkan prototipe bahan ajar untuk
memperkaya kosakata anak. Tahun kedua: (1) mengujicobakan prototipe bahan ajar: (a) uji
pakar dan (b) uji lapangan serta (2) merevisi prototipe berdasarkan hasil uji coba (jika perlu).
Penelitian ini menggunakan desain pengembangan dengan prosedur berikut ini. Tahun
pertama: (1) tahap perencanaan: (a) menganalisis teori: teori kosakata, pengajaran kosakata anak prasekolah, dan pengembangan bahan ajar; (b) survei terhadap: karakteristik
kosakata anak prasekolah dan kurikulum pembelajaran anak prasekolah; (c) membuat profil
fisik bahan ajar; dan (d) membuat kisi-kisi bahan ajar serta (2) tahap pengembangan:
mengembangkan bahan ajar sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran berdasarkan
kurikulum anak prasekolah (TK). Tahun kedua: (1) tahap evaluasi: mengujicobakan prototipe
bahan ajar: (a) uji pakar dan (b) uji lapangan dengan menggunakan desain pra-eksperimen
yang memiliki prosedur sebagai berikut: pretes, implementasi tindakan, dan postes serta (2)
merevisi prototipe bahan ajar. Untuk menganalisis karakteristik kosakata digunakan analisis
kualitatif (Miles dan Huberman, 1992) dengan sumber data percakapan anak. Data
penelitian ini berupa jenis, bentukan, distribusi, dan makna kata. Data dianalisis dengan
prosedur: (1) pengumpulan data; (2) penyajian data; (3) reduksi data, dan (4) verifikasi data.
Selanjutnya, hasil analisis diidentifikasi untuk menentukan profil bahan ajar untuk memperkaya kosakata anak prasekolah. Analisis ini menggunakan prosedur: (a) mengidentifikasi
jenis, bentukan, distribusi, dan makna diksi; (b) mengidentifikasi setiap variasi jenis, bentukan, distribusi, dan makna diksi; (c) mengidentifikasi produktivitas setiap jenis, bentukan,
distribusi, dan makna diksi; (d) menentukan produktivitas setiap kata yang memiliki frekuensi
tingggi; dan (e) menentukan urutan setiap produktivitas kata yang memiliki frekuensi tinggi.
Selanjutnya, hasil analisis dipakai sebagai pertimbangan untuk mengembangkan model
prototipe bahan ajar. Hasil akhir tahun pertama penelitian ini adalah prototipe bahan ajar
untuk memperkaya kosakata anak prasekolah yang memiliki karakteristik beriku: (1)
prototipe bahan ajar berjudul Kaya Kosakata Kreatif Berbahasa; (2) bahan ajar berbentuk
buku ajar untuk anak atau siswa dan guru TK; (3) buku ajar ini terdiri atas dua jilid, jilid I
dan II; (4) secara fisik, buku ini memiliki struktur: (a) bagian awal: sampul buku, ucapan
salam dari penulis, pengantar, daftar isi, pedoman untuk guru; (b) bagian isi: ada 10
topik/pelajaran yang setiap pelajaran memiliki struktur: bagian awal (tema dan tujuan),
bagian isi (petunjuk tugas, materi ajar, dan perlatihan), dan bagian akhir: evaluasi (kolom
tanda tangan dan kolom deskripsi) dan balikan dari orangtua.
141
Yusuf Hanafi dan Inam Sulaiman. 2009. Perkawinan Anak di Bawah Umur (Child
Marriage): Dari Pengujian Ulang Legalitasnya Menuju Penguatan Perangkat
Undang-undang Pencegahannya
Kata-kata kunci: perkawinan anak di bawah umur, child marriage, hukum perkawinan anak-anak

Perkawinan Syekh Puji dengan Lutviana Ulfa beberapa waktu lalu seperti menampar
wajah pembuat hukum dan aparat hukum di negeri ini. Kasus ini sebenarnya bukan yang
pertama dan bukan pula yang terakhir, tetapi hanyalah satu kasus yang mengemuka dari
ribuan kasus lainnya yang mengendap dan membeku di bawah permukaan laksana gunung
es. Kasus-kasus perkawinan anak di bawah umur juga mengisyaratkan bahwa hukum
perkawinan di Indonesia, yang banyak mengadopsi dan mengadapsi fikih Islam klasik,
nyaris seperti hukum yang tidak bergigi, karena begitu banyak terjadi pelanggaran
terhadapnya tanpa dapat ditindak secara hukum. Hal itu sekaligus mengindikasikan bahwa
perangkat undang-undang perkawinan di Indonesia masih bermasalah, karena terdapat
banyak celah hukum yang potensial membuka peluang bagi terjadinya praktik perkawinan
anak di bawah umur. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
perkawinan anak di bawah umur yang seringkali terjadi karena penafsiran yang kurang tepat

91 Edisi ke-29 Tahun 2010

terhadap ajaran agama, atau didorong oleh kultur tradisi di suatu komunitas yang masih
memposisikan anak perempuan sebagai warga kelas dua. Akibatnya, muncul keinginan
untuk mempercepat perkawinannya dengan berbagai alasan. Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk: (1) memberikan penafsiran dan pemaknaan yang lebih tepat atas ajaran
agama terkait dengan persoalan perkawinan anak di bawah umur, termasuk di dalamnya
menempatkan secara proporsional hadis perkawinan Nabi SAW dengan Aisyah RA yang
lazim dijadikan sebagai referensi legalitasnya; (2) membedah perspektif hukum internasional
tentang perkawinan anak di bawah umur sekaligus menjelaskan akar dan letak ketegangannya dengan fikih Islam dan hukum nasional; (3) membedah perspektif hukum nasional
tentang perkawinan anak di bawah umur untuk menunjukkan perlunya revisi UU Perkawinan
Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI); dan (4) menformulasikan
rekomendasi revisi UU Perkawinan dan kebijakan-kebijakan strategis lainnya sebagai
bagian dari upaya pencegahan perkawinan anak di bawah umur. Penelitian pemecahan
masalah perkawinan anak di bawah umur yang rencananya dilakukan dalam dua tahun ini
merupakan penelitian kepustakaan yang masuk dalam katagori penelitian juridis-normatif,
karena kajiannya mengacu pada asas-asas dan norma-norma hukum yang terdapat dalam
literatur-literatur fikih tradisional dan kontemporer, instrumen HAM internasional, UU
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Di samping itu, penelitian ini juga
bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan perspektif fikih Islam, hukum
internasional, dan undang-undang nasional tentang persoalan perkawinan di bawah umur.
Penelitian ini sesungguhnya merupakan studi komparatif antara beberapa sistem hukum,
yakni: hukum Islam, hukum internasional, dan hukum nasional. Selain untuk mengidentifikasi perbedaan perspektif filosofis-juridis di antara ketiganya, peneliti juga bermaksud untuk
merajut kompatibilitas di antara ketiga sistem hukum tersebut. Hal ini, sekali lagi, dalam
rangka menjawab tantangan legislasi menuju transnasionalisasi hukum di era global dewasa
ini. Temuan yang diperoleh dari penelitian atas literatur-literatur hukum ini adalah: pertama,
dari perspektif hukum Islam, terdapat varian pandangan dalam menyikapi persoalan
perkawinan anak di bawah umur. (1) Fikih klasik pada prinsipnya tidak menetapkan batas
usia minimum bagi laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan perkawinan. Tidak
mengherankan, wacana perkawinan anak-anak (nikah al-saghirah) justru berkonotasi positif,
jika hal itu dilakukan atas pertimbangan kemaslahatan moral dan agama. (2) Dari sudut
pandang yang berbeda, pakar hukum Islam kontemporer melakukan terobosan hukum
(exepressip verbis) terkait dengan legalitas perkawinan anak di bawah umur. Mereka
melihat bahwa agama pada dasarnya tidak melarang secara tegas perkawinan di bawah
umur, namun juga tidak pernah menganjurkannya, terlebih jika dilaksanakan tanpa
mengindahkan dimensi-dimensi fisik, mental, dan hak-hak anak. Adapun perkawinan historis
Nabi SAW dengan Aisyah RA yang masih kanak-kanak itu diposisikan sebagai suatu
eksepsi (pengecualian) dan previlige (kekhususan) yang mengusung tujuan dan hikmah
tertentu dalam agama. Lebih lanjut, di mata para pakar hukum Islam kontemporer,
perkawinan anak di bawah umur itu cacat dari sisi ketiadaan persetujuan dari calon
mempelai perempuan untuk dinikahkan, padahal itu diisyaratkan oleh sejumlah ayat alQuran (antara lain Q.S. al-Nisa: 5-6). Kedua, dari perspektif hukum internasional, perkawinan anak di bawah umur (child marriage) didefinisikan sebagai perkawinan yang dilakukan
oleh individu yang berusia di bawah 18 tahun. Secara massif, PBB mengampanyekannya
sebagai praktik tradisi yang berbahaya (the harmful traditional practice). Di antara upayaupaya strategis yang dilakukannya ialah: (1) memberlakukan instrumen-instrumen HAM
internasional yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi anak dan
perempuan dari tindak-tindak kekerasan fisik, psikis maupun seksual, khususnya dari praktik
perkawinan anak di bawah umur, seperti Convention on Consent to Marriage, Minimum Age
for Marriage, and Registration of Marriages (Konvensi tentang Kesepakatan untuk Menikah,
Umur Minimum Menikah, dan Pencatatan Pernikahan tahun 1964) dan International
Convention on the Rights of the Child (Konvensi Internasional tentang Hak-hak Anak tahun
1989); (2) mendesak pemerintah-pemerintah di seluruh negara agar meratifikasi dan menerapkan secara efektif instrumen-instrumen HAM internasional tersebut, untuk selanjutnya
menuangkannya dalam rancangan perundang-undangan nasional yang mampu melindungi

92 Abstrak Hasil Penelitian

anak dan perempuan dari praktik perkawinan di bawah umur. Ketiga, meski hukum
perkawinan di Indonesia (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum
Islam) telah menetapkan batas usia minimum untuk menikah, yakni 19 tahun bagi laki-laki
dan 16 tahun bagi perempuan, namun masih terdapat celah-celah hukum bagi terjadinya
praktik perkawinan di bawah umur, yaitu: (1) adanya institusi dispensasi nikah bagi mereka
yang hendak menikah, tetapi belum memenuhi ketentuan usia di atas; (2) konsep perwalian
yang sangat menekankan izin wali sebagai syarat sah perkawinan. Dengan adanya
ketentuan ini, kawin paksa (ijbar) atas anak yang masih di bawah umur menjadi hal yang
dimungkinkan, sekalipun melalui institusi dispensasi nikah; (3) usia minimum untuk menikah
bagi perempuan yang masih terlalu rendah, yakni 16 tahun. Berpijak atas temuan-temuan di
atas, rencana kebijakan (plan of policy) dan rencana aksi (plan of action) untuk pencegahan
praktik perkawinan anak di bawah umur perlu dirancang secara sinergis di segala bidang,
baik hukum, politik, pendidikan, sosial-keagamaan maupun ekonomi. Pemerintah
bekerjasama dengan pihak-pihak lain harus mendesain program-program strategis untuk
mencapai tujuan-tujuan di atas, antara lain: (1) penyuluhan hukum perkawinan dan
kesehatan reproduksi dengan dukungan materi-materi audiovisual; (2) penyediaan layanan
pelatihan kejuruan dan program magang bagi gadis-gadis belia dari keluarga miskin untuk
memberdayakan mereka secara ekonomi; (3) perbaikan manajemen dan administrasi
perkawinan untuk mengantisipasi terjadinya pemalsuan umur dan identitas-identitas lainnya;
(4) mobilisasi media massa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya
dan resiko perkawinan di bawah umur demi menuju prakarsa safe motherhood. Adapun
saran dan rekomendasi dari penelitian ini adalah: (1) perlunya reinterpretasi atas teks-teks
agama yang selama ini disalahpahami memberikan justifikasi formal atas keabsahan
perkawinan anak di bawah umur. Harapannya adalah agar diperoleh corak pemahaman
keagamaan baru yang lebih humanis, bijak, dan mencerahkan, di mana teks-teks agama
yang secara harfiah menjustifikasi praktik perkawinan di bawah umur tidak dipahami secara
literal, tetapi secara kontekstual dengan selalu mempertimbangkan historisitas dan
lokalitasnya; (2) perlunya harmonisasi antar berbagai sistem hukum perkawinan yang
berlaku dan/atau berpengaruh di Indonesia, yakni fikih Islam, hukum internasional, dan
undang-undang nasional. Hal ini penting agar tantangan legislasi yang timbul akibat
disparitas ketentuan hukum dalam persoalan perkawinan anak di bawah umur itu dapat
dijembatani lewat transnasionalisasi hukum; (3) perlunya revisi undang-undang
perkawinan di Indonesia, terutama terhadap pasal-pasal yang menjadi celah hukum bagi
terjadinya praktik perkawinan anak di bawah umur. Usul perubahan hukum perkawinan yang
dimaksud adalah penghapusan institusi dispensasi nikah, rekonsepsi perwalian untuk
menghindari kawin paksa (ijbar), serta penetapan usia minimum untuk menikah bagi anak
laki-laki dan perempuan secara sama dan lebih tinggi dari sebelumnya, yakni 18 tahun.
142
Subandi. 2009. Penggunaan Gelombang Mikro dan Ultra Sonik Untuk Meningkatkan
Efisiensi Sintesis Biodiesel dari Minyak Sawit (CPO) dan Minyak Jarak Pagar
(Jatropha Curcas Oil)
Kata-kata kunci: minyak jarak, minyak sawit, efisiensi, biodiesel, microwave, ultrasonic

Energi sudah menjadi kebutuhan pokok bagi suatu masyarakat, eksplorasi minyak
bumi (BBM) terus menerus mengakibatkan cadangan minyak bumi akan habis, maka
ketergantungan pada BBM fosil harus dikurangi (Mursanti, 2007). Sebagai negara agraris
sebenarnya Indonesia kaya akan bahan baku biodiesel maupun bioetanol. Sumber utama
minyak/lemak (trigliserida) yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku
biodiesel adalah minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO), minyak jarak pagar atau Crude
Jatopha Curcas Oil (CJCO). Tehnologi gelombang ultra sonik dan gelombang microwave
dapat meningkatkan laju reaksi kimia. Reaksi transesterifikasi dengan pengaduk mekanis
berlangsung 1-2 jam dengan ultrasonik atau microwave reaksi dapat berlangsung dalam 2-

93 Edisi ke-29 Tahun 2010

20 menit (Bambang, 2008). Penelitian terkait efisiensi sintesis biodiesel dengan kajian aspek
ekonomisnya dari bahan baku minyak sawit, dan minyak jarak pagar belum banyak
dilakukan, baik skala laboratorium maupun skala pilot plant. Tujuan penelitian ini adalah
meningkatkan efisiensi sintesis biodiesel pada skala laboratorium dan skala pilot plan dari
bahan baku minyak sawit, dan minyak jarak dengan gelombang mikro dan ultra sonik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen di laboratorium dan scale up sintesis
biodiesel pada skala pilot plant dengan gelombang mikro dan ultrasonic dari minyak minyak
sawit dan minyak jarak pagar. Secara garis besar penelitian ini terdiri (1) Menentukan ALB
dari minyak sawit; (2) Menentukan ALB dari minyak jarak pagar sebagai bahan baku
biodiesel; (3) Efisiensi/optimasi biodiesel dengan bahan baku minyak sawit (CPO) dan
minyak jarak. dengan gelombang mikro; (4) Efisiensi/optimasi biodiesel dengan bahan baku
minyak sawit (CPO) dan minyak jarak dengan Gelombang Ultrasonic; (5). Karakterisasi
biodiesel yang dihasilkan dari minyak jarak maupun minyak sawit dengan teknologi
gelombang mikro dan ultrasonic. Hasil Penelitian menunjukkan (1). Kadar Asam Lemak
Bebas (ALB) dari minyak sawit CPO dan CJCO berturut-turut antara 1,5-2,5 dengan warna
putih kecoklatan dan 10-12 dengan warna kuning kecoklatan; (2). Dengan bahan baku CPO,
metode konvensional mencapai kondisi optimum pada fraksi mol metanol 1:8, katalis KOH
0,8% dan waktu 1 jam dengan rendemen 87% , sedangkan jika menggunakan metode
ultrasonik mencapai kondisi optimum pada fraksi mol metanol 1:7, katalis KOH 0,6% dan
waktu 5 menit dengan rendemen 91%, dan jika menggunakan metode mikrowave tercapai
kondisi optimum pada fraksi mol metanol 1:8, katalis KOH 0,6% dan waktu 5 menit dengan
rendemen 89%; (3). Dengan bahan baku minyak jarak pagar (CJCO), metode konvensional
mencapai kondisi optimum pada fraksi mol metanol 1:8, katalis KOH 0,5% dan waktu 1 jam
dengan rendemen 90%, sedangkan jika menggunakan metode ultrasonik mencapai kondisi
optimum pada fraksi mol metanol 1:8, katalis KOH 0,6% dan waktu 5 menit dengan
rendemen 92%, dan jika menggunakan metode mikrowave tercapai kondisi optimum pada
fraksi mol metanol 1:7, katalis KOH 0,6% dan waktu 5 menit dengan rendemen 90%,
Dengan demikian disamping rendemennya meningkat, penggunaan ultrasonik dan
microwave masing-masing mampu memperpendek waktu sintesis biodiesel dari 1 jam
menjadi hanya 5 menit saja; dan (4). Jika CPO dan CJCO masih memiliki viskositas sikitar
34 dan 30 poise, maka biodiesel hasil sintesis menggunakan microwave dari minyak sawit
dan minyak jarak memiliki viskositas berturut-turut sekitar 6,6 dan 5,5, sedangkan yang
menggunakan ultrasonik viskositasnya 6,4 dan 5,3. Dengan demikian keduanya sudah atau
hampir memenuhi standar mutu SNI untuk biodisel, yaitu maksimum 6.
143
Sutrisno, Dedek Sukarianingsih, dan Laurent Oktaviana. 2009. Diversifikasi Pemanfaatan
Minyak-minyak Nabati (Minyak jarak pagar. Minyak jarak kepyar, dan minyak
sawit) sebagai Aditif Pelumas dan Upaya Pengembangan Pelumas Nonpetroleum
Kata-kata kunci: manfaat minyak, minyak nabati, pelumas non-petrolium

Aluminum soal (Al-soap) in the formed aluminum stearate and aluminum oleate have
been synthesized. The synthezised was carried out by saponification and transsaponification reactions. The Al-soap was tried its utilization as lubricant additive. Testing
potential of Al-soap was treatmented its influence to lubricant viscosity of gasoline and diesel
motors. Results of the research indicate that Al-soap potentialize as lubricant additive.
Based on the successful result of both aluminum soaps (Al-stearate, Al-oleate) and
commercially synthesized sodium- or potassium soaps, the synthesis of aluminum soap
based-on palm oil was carried out. The research was done since palm oil, castor oil, and
jarak kepyar oil are potentially developed and the diversification products are in the frame
of sustainable chemistry in Indonesia and in the world. The research consists of three steps,
including (1) synthesis of Al-soap, and (2) testing the effect of Al-soap addition to the change
of viscosity petroleum lubricant (raw lubricant). The Al-soap was synthezised by starting

94 Abstrak Hasil Penelitian

material are palm oil, castor oil, and jarak kepyar oil and aluminum sulfate and aluminum
chloride as aluminum sources. Characterization was threated for properties determination
including phase, colour, melting point, IR sectrum, and solubility of Al-soap synthesis
product. The testing effect Al-soap addition to petroleum lubricant viscosity was carried out
to tested potential of Al-soap as lubricant additive and the effort of biolubricants
development. The testing includes solubility in lubricant, density, and viscosity of Al-soap
solution in the lubricant. The result of viscosity measuring was analyzed for lubricant
performance including kinematic viscosity, viscosity temperature coefficient, Walther
equation gradient, and viscosity number.
144
Purwatiningsih. 2009. Pengembangan Model Penanggulangan Krisis Etika dan Krisis
Sikap Estetik Mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia
Kata-kata kunci: krisis etika dan sikap non estetik

Banyak perilaku yang tidak etik dan sikap sikap yang non estetik terjadi di lingkungan
masyarakat dan juga lingkungan kampus. Oleh karena itu penelitian ini akan dikaitkan
dengan produk pengembangan model pemecahan masalah krisis etika dan sikap non
estetik yang mengancam kehidupan bangsa secara nasional tersebut. Masalah dalam riset
ini adalah: (1) Bagaimana bentuk krisis etika dan sikap non-estetik yang terjadi di kalangan
mahasiswa?; (2) Model kegiatan estetik yang bagaimana yang bisa dikembangkan untuk
pencegahan dan penanggulangan, penyimpangan etika dan sikap non estetik yang bisa
terjadi di kalangan mahasiswa?; dan (3) Pedoman etika dan sikap estetik untuk kehidupan
mahasiswa yang bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan untuk pencegahan dan
penanggulangan penyimpangan etika dan sikap non estetik yang terjadi di kalangan
mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia. Dengan demikian Tujuan riset ini adalah
menjawab rumusan masalah tersebut. Dampak positif kegiatan riset ini, adalah untuk
membentuk profil mahasiswa yang diharapkan mempunyai etika yang baik dan peka
terhadap hal hal yang estetik. Bentuk krisis etika dan sikap non estetik mahasiswa dapat
dipetakan melalui penelitian ini terbagi dalam 6 kelompok yaitu: (1) Etika dan sikap non
estetik mahasiswa dalam kegiatan Pembelajaran; (2) Etika dan sikap non estetik mahasiswa
dalam kegiatan ekstra kurikuler; (3) Etika dan sikap non estetik mahasiswa dalam kegiatan
bermasyarakat; (4) Etika dan sikap non estetik mahasiswa dalam berhubungan/berkomunikasi dengan orang lain; (5) Etika dan sikap non estetik dalam berlalu-lalang dan berlalulintas
di dalam kampus; dan (6) Etika dan sikap non estetik dalam mengelola diri dan lingkungan
secara umum. Kesimpulan dari hasil survey menunjukkan banyak hal yang perlu mendapat
perhatian untuk segera ditangani, karena mahasiswa banyak yang terdeteksi melakukan
kegiatan kegiatan yang tidak etik dan tidak estetik. Dari hasil inilah maka draf kedua produk
yang akan digunakan untuk pemecahan masalah dapat terselesaikan.
145
Kholisin. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kalam (Kemahiran Berbicara)
Berbasis Cross Culture Understanding untuk Mahasiswa Program Studi
Bahasa Arab
Kata-kata kunci: model pembelajaran, kemahiran berbicara, cross culture understanding

Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi salah satu kelemahan pembelajaran bahasa
Arab di perguruan tinggi, yaitu belum adanya bahan ajar kalam (kemahiran berbicara) yang
disusun berdasarkan pemahaman budaya bahasa target dan kebutuhan pembelajar. Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran kalam untuk
mahasiswa berbasis kebutuhan pembelajar dan cross-culture understanding. Tujuan khusus
yang hendak dicapai adalah: (1) survey evaluatif bahan ajar kalam yang dipakai di beberapa
perguruan tinggi Program Studi BA selama ini; (2) menjaring pendapat mahasiswa dan

95 Edisi ke-29 Tahun 2010

dosen seputar model ideal pembelajaran kalam; (3) menyusun rancangan bahan ajar kalam
berbasis cross-culture understanding; (4) membuat desain pembelajaran kalam (berupa
silabus,bahan ajar, dan buku petunjuk pengunaan) berbasis kebutuhan pemelajar dan
cross-culture understanding; dan (5) mengevaluasi keefektifan bahan ajar yang telah
disusun. Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap pertama untuk mencapai tujuan 1
sampai 3 dilakukan dengan pendekatan survey menggunakan kuesioner, wawan-cara
mendalam, dan analisis isi buku teks. Hasil penelitian tahap pertama kemudian
ditindaklanjuti dengan penelitian tahap dua yang meliputi dua langkah. Langkah pertama
berupa penelitian pengembangan yang berfokus pada pengembangan silabus dan bahan
ajar kalam, dan kedua evaluasi penggunaan bahan ajar yang telah disusun untuk
selanjutnya dilakukan revisi. Hasil penelitian tahap pertama dipaparkan sebagai berikut.
Pertama, bahan ajar kalam yang dipakai selama ini di perguruan tinggi program studi BA
ada tiga buku, yaitu buku Al-Arabiyyah bain Yadaik (ABY), Al-Arabiyyah li an-Na:syi'in
(ALIN) dan Silsilah Ta'lim al-Lughah al-Arabiyah (SILA). Ketiga buku tersebut cukup baik
dan sesuai untuk dipakai di perguruan tinggi. Hanya saja buku-buku tersebut tidak dirancang
khusus untuk pembelajaran kalam, tetapi untuk berbagai macam keterampilan berbahasa,
sehingga tidak menunjukkan ciri khas buku ajar kalam. Selain itu, buku-buku tersebut tidak
dirancang khusus untuk pemelajar Indonesia, sehingga tidak mengandung unsur budaya
lokal Indonesia dan tidak ada unsur kesepahaman antarbudaya. Pedapat dosen dan
mahasiswa tentang buku ajar yang dipakai cukup beragam, tetapi secara garis besar
mereka mengatakan bahwa buku tersebut cukup baik dan sesuai untuk dipakai diperguruan
tinggi. Tentang kosa-kata dan struktur mereka mengatakan bahwa pengajaran kosa kata
dalam buku-buku tersebut cukup baik, demikian juga pengajaran struktur. Hanya saja
sebagian mahasiswa masih merasakan kesulitan. Tentang muatan budaya, sebagian dosen
dan mahasiswa sudah merasa cukup, hanya perlu ditambah dengan budaya khas Arab
seperti hari-hari besar, adat istiadat, dan makanan, disamping perlu adanya pemuatan
budaya lokal. Secara garis besar para dosen dan mahasiswa berharap agar buku ajar yang
akan disusun dirancang secara sistematis, menarik minat belajar mahasiswa, diberi muatan
budaya lokal, budaya Arab dan Islam secara terpadu. Latihan-latihan yang diberikan
diharapkan mampu membantu mereka belajar mandiri. Dari hasil penelitian survei, kajian
pustaka, dan konsultasi dengan tenaga ahli telah disusun rancangan buku ajar kalam I dan
II yang akan ditindaklanjuti pada penelitian tahap II. Disarankan agar Dikti membiayai
kegiatan penelitian tahap II agar penulisan bahan ajar dapat diselesaikan dengan sempurna.
146
Apif M. Hajji. 2009. Pengembangan Perangkat Analisis Kinerja Teknis Hasil Rehabilitasi
Bangunan Sekolah Rusak melalui Program Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN
Bidang Pendidikan di Indonesia
Kata-kata kunci: kinerja teknis, rehabilitasi, sekolah rusak, dana alokasi khusus

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan untuk membuat


seperangkat instrumen analisis kinerja teknis hasil rehabilitasi sekolah rusak yang didanai
melalui program DAK APBN bidang pendidikan. Dalam konteks pendidikan, DAK digunakan
untuk menunjang pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun,
khususnya program kegiatannya diarahkan untuk membiayai rehabilitasi gedung/ruang
kelas SD/SDLB, MI/Salafiyah termasuk sekolah-sekolah setara SD yang berbasis
keagamaan pelaksana program wajib belajar, baik negeri maupun swasta. Data penelitian
diperoleh melalui teknik observasi lapangan, pedoman wawancara, dan pengisian kuesioner
untuk memperoleh informasi pelaksanaan dan hasil program rehabilitasi gedung sekolah.
Analisa dilakukan melalui teknik statistik untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang
menentukan kinerja teknis bangunan hasil rehabilitasi yang meliputi: (1) struktur dan
konstruksi utama bangunan sekolah; (2) sistem dan jaringan utilitas bangunan; dan (3)
penataan halaman dan lingkungan sekolah. Faktor-faktor yang menentukan kinerja teknis
bangunan terbagi atas tiga kelompok utama, yaitu: (1) proses rehabilitasi bangunan; (2)

96 Abstrak Hasil Penelitian

kondisi pasca konstruksi/rehabilitasi; dan (3) kondisi akhir setelah proses operasional
sekolah. Melalui factor analysis, seluruh faktor tersebut mampu menjelaskan 74% varian
yang ada dengan menggunakan 5 faktor. Melalui analisa regresi, diperoleh bahwa hanya
faktor 1 dan faktor 2 secara signifikan menentukan kinerja teknis hasil rehabilitasi pada
komponen struktur-konstruksi utama dan jaringan utilitas, sementara faktor 3 secara
signifikan menentukan kinerja teknis hasil rehabilitasi pada komponen penataan lingkungan
sekolah. Prioritas utama pada faktor 1 adalah pemahaman semua pihak pada program
rehabilitasi, pada faktor 2 adalah koordinasi teratur yang dilakukan dinas pendidikan
setempat, dan pemanfaatan bangunan sekolah oleh pihak luar pada faktor 3.
147
Umi Dayati. 2009. Manajemen Peningkatan Peranserta Masyarakat dalam Upaya
Mencegah Kambuh (Relapse) Pengguna Narkoba Anak Usia Sekolah
Kata-kata kunci: peranserta masyarakat, pengguna narkoba, anak usia dini

Tujuan penelitian tahun pertama menemukan profil peranserta masyarakat dalam


upaya mencegah kambuh (relapse) pengguna narkoba usia sekolah. Secara terperinci akan:
mendeskripsikan kondisi permasalahan narkoba di Jawa Timur, persepsi masyarakat,
hambatan yang diterima, harapan yang diinginkan, dan tingkat peranserta masyarakat
terhadap upaya mencegah kambuh (relapse) pengguna narkoba anak usia sekolah.
Rancangan peneliti-an menggunakan rancangan penelitian pengembangan model
prosedural (mengadaptasi model R&D Borg dan Gall). Instrumen yang digunakan angket
tertutup dengan skala Likert, wawancara mendalam, pedoman FGD dan format observasi.
Validasi instrumen menngunakan validitas konstruk (constuct validity) dan validasi isi
(content validity). Populasi langsung yakni pengguna narkoba yang sedang dalam masa
rehabilitasi (10 anak) berimbas ke orang tua korban, lingkungan sebaya, dinas/instansi
terkait/LSM peduli narkoba dan tokoh-tokoh organisasi sosial kemasyarakatan di sekitar
lingkungan korban. Populasi tak langsung yakni siswa, guru dan orang tua di tiga kota
(Surabaya, Malang, dan Kediri) sejumlah 450 orang. Data dianalisis secara deskriptif narasi
dan prosentase dengan skala Linkert. Hasil yang didapat penyebaran pengguna narkoba
sudah memprihatinkan dengan penanganan yang belum optimal. Mewaspadai penyebaran
pengguna narkoba di kalangan anak usia sekolah tidak bisa ditangguhkan lagi. Memandang
permasalahan dengan jernih, memecahkan dengan empirik dan rasional serta melibatkan
komponen yang berkompeten nampaknya menjadi ujung tombak yang tidak perlu diragukan
lagi. Stigma negatif perlu dikaji lebih mendalam lagi meskipun tidak berarti kehilangan
kontrol pada pengguna
148
Ely Siswanto. 2009. Pengembangan Model Pembiayaan dan Pembinaan Keuangan
Usaha Kecil oleh Lembaga Keuangan Formal di Sentra-Sentra Industri Kecil di
Jawa Timur
Kata-kata kunci: model pembiayaan, pembinaan keuangan, usaha kecil, sentra industri kecil

Penelitian ini mencoba mengembangkan model penyaluran kredit (pembiayaan) dan


pembinaan keuangan usaha kecil di sentra-sentra industri kecil yang ada di Jawa Timur
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan formal. Dengan adanya gambaran yang
jelas mengenai model-model penyaluran kredit dan pembinaan baik yang efektif maupun
yang tidak efektif oleh lembaga-lembaga yang berbeda, dapat dilakukan kombinasi tertentu
guna menemukan formula terbaik dalam melakukan penyaluran kredit dan pembinaan
keuangan usaha kecil tersebut. Penelitian ini dirancang dalam dua tahap sebagai berikut: (1)
Tahap pertama (tahun 2009) merupakan tahap pengembangan dan uji terbatas model
pembiayaan dan pembinaan keuangan (untuk memperoleh model yang paling efektif) dan
(2) Tahap kedua (tahun 2010) merupakan tahap penerapan model dan melakukan evaluasi

97 Edisi ke-29 Tahun 2010

serta perbaikan untuk menyempurnakan model penyaluran kredit dan pembinaan keuangan
tersebut oleh lembaga keuangan formal pada sentra-sentra industri kecil. Industri kecil di
Indonesia dikembangkan dalam sentra-sentra industri kecil yang salah satunya bertujuan
mempermudah pembinaan . Penelitian ini dilakukan di sentra-sentra industri kecil di Jawa
Timur yang meliputi Sentra Industri Mebel Kayu Pasuruan, Sentra Industri Tempe di Malang,
Sentra Industri Kerajinan Perak di Lumajang serta Sentra Industri Sandal dan Sepatu di
Mojokerto. Dengan metode prosentase dengan narasi bermakna diperoleh gambaran bahwa
perlu adanya model pembiayaan dan pembinaan keuangan yang terpadu dengan
pengembangan non keuangan seperti pemasaran, teknologi, manajemen dan sebagainya.
Dengan melakukan eksploarasi lebih lanjut diperoleh bahwa telah ada model pembiayaan
dan pembinaan keuangan dalam sentra yang disebut dengan Model MAP. Dengan
melakukan observasi dana wawancara lebih lanjut diperoleh adanya beberapa kelemahan
dari sisi pelaksanaan program ini. Dari berbagai kelemahan yang ada direkomendasikan
adanya suatu model pelengkap model yang sudah ada yaitu model pengukuran kinerja
pihak-pihak terkait dalam MAP ini. Harapannya dengan penerapan model penilaian kinerja
pihak terkait, dalam jangka panjang akan bermanfaat dalam penentuan pihak-pihak yang
benar-benar profesional dan layak untuk melaksanakan program tersebut.
149
Djoko Saryono. 2009. Pengembangan Model Kewirausahaan Kreatif Berbasis Bahasa
dan Seni sebagai Manifestasi Industri Kreatif: Fokus Profil Industri Kreatif dan
Industri Kreatif Indonesia
Kata-kata kunci: kreativitas, inovasi, masyarakat kreatif, ekonomi
kewirausahaan kreatif, sektor kreatif, bahasa dan seni

kreatif,

industri

kreatif,

Ekonomi kreatif dan industri kreatif telah tumbuh dan berkembang sebagai salah satu
alternatif kekuatan perekonomian nasional sekaligus dunia di samping sebagai alternatif
strategi pembangunan berkelanjutan dan pemeliharaan keanekaragaman kultural di
berbagai negara termasuk Indonesia, bahkan perawatan nilai-nilai sosial-budaya. Secara
mikro dan teknis, kepesatan dan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif
digerakkan oleh kewirausahaan kreatif di samping anggota kelas kreatif lain. Sebabnya,
berkembangnya kewirausahaan kreatif akan mendorong terciptanya produk-produk kreatif
yang diminati oleh konsumen, terciptanya pasar produk-produk kreatif yang prospektif,
terbukanya lapangan usaha kreatif yang demikian kaya, dan kesempatan kerja yang terbuka
luas. Kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni juga memiliki sumbangan berarti bagi
ekonomi dan industri kreatif Indonesia.
150
Syafaat, Yusuf Hanafi,dan Ahmad Fauzi. 2009. Peningkatan Kualitas Bahan Ajar Pondok
Pesantren di Jawa Timur Melalui Pengembangan E-learning Berbasis Kitab
Kuning
Kata-kata kunci: pondok pesantren, kitab kuning, e-learning, metode pembelajaran

Menurut Fajar (2001) pesantren memiliki empat macam kelemahan, diantaranya


adalah kelemahan metodologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa pesantren memiliki tradisi yang
kuat di bidang transmisi keilmuan klasik. Hanya saja, karena kurang dalam melakukan
improvisasi metodologi, proses transmisi itu hanya melahirkan penumpukan keilmuan.
Hasan (dalam Fajar, 2001), memberikan kritik bahwa tradisi pengajaran yang ada saat ini
memberikan dampak pada lemahnya kreativitas dan apabila pesantren masih memberikan
pada penekanan ilmu fiqh (fiqh oriented), maka penerapan fiqh menjadi teralienasi dengan
realitas sosial keilmuan serta teknologi kontemporer. Sadar akan potensi kelebihan
pesantren sekaligus kelemahannya di atas, pemerintah memberikan perhatian yang tinggi
terhadap inovasi pendidikan di pesantren. Buktinya, di Depag terdapat direktorat khusus
yang menangani masalah kepesantrenan. Departemen-departemen lain juga sering mem-

98 Abstrak Hasil Penelitian

berikan bantuan dan melakukan kerjasama dengan pesantren. Sebagai contoh, Menteri
Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Muhammad Nuh, pada tanggal 16 Juni 2007
meresmikan program Internet Pendidikan untuk Pondok Pesantren se Malang Raya di
Yayasan Pendidikan Al Maarif Singosari Malang, guna mensejajarkan sistem pendidikan
yang berbasis teknologi antara sekolah umum dengan pesantren (Sumber: Antara News,
2007). Pola pembelajaran pesantren memiliki beberapa kekhasan, diantaranya adalah
kurikulum dan buku ajarnya yang hampir sama antara pesantren satu dengan lainnya mulai
dulu sampai sekarang, yakni menggunakan buku ajar yang disebut dengan kitab kuning.
Istilah kitab kuning merujuk pada buku khas pesantren yang biasanya berwarna kuning, dan
merupakan hasil karya para ulama pada abad pertengahan masehi. Bahkan, kitab kuning
ditempatkan pada posisi istimewa, karena keberadaannya yang menjadi unsur utama,
sekaligus unsur pembeda antara lembaga pesantren dengan lembaga-lembaga pendidikan
Islam lainnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian
tahap I (tahun I) ini adalah: (a) Apa saja judul-judul kitab kuning yang diajarkan di pesantren? (b) Apa metode pembelajaran kitab kuning dipakai di pesantren? (c) Apa konsep
pembuatan e-learning bahan ajar kitab kuning di pesantren? Penelitian survei merupakan
upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili
populasi tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah
mapan sehingga tidak akan memunculkan teori yang baru. Penelitian survei memiliki sifat
verifikasi atau pengecekan terhadap teori yang sudah ada (Mantra, 2001). Rancangan
penelitian survei ini dipilih karena data yang akan diambil adalah informasi tentang judul
kitab kuning, metode pembelajaran di pesantren, dan data tentang konsep-konsep elearning kitab kuning untuk pesantren. Hasil penelitian ini menemukan bahwa judul-judul
kitab kuning yang diajarkan di pesantren di tiga wilayah di Jawa Timur berjumlah 167 kitab
kuning yang tersebar dalam sepuluh katagori. Disamping jumlah tersebut, ada juga kitab
pilihan (favorite) yang diajarkan, yaitu berjumlah 25 kitab. Jumlah tersebut akan menjadi
prioritas program e-learning kitab kuning pada penelitian tahap II. Sedangkan metodemetode yang dipakai di pesantren dalam melakukan pembelajaran kitab kuning. Itu terdapat
sepuluh metode, yaitu: metode wetonan, metode sorogan, metode ceramah, metode tanya
jawab, metode diskusi/musyawarah, metode penugasan mengajar/asistensi, metode klasikal/diniyah, metode demontrasi, metode khidmat/pengabdian, dan metode hafalan. Adapun tahapan pembuatan e-learning ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu: (a) merumuskan
konsep e-learning; (b) mengumpulkan bahan dan mendesain grafis interface; (c) mendesain
e-learning dengan flash. Menu-menu yang akan dibuat adalah (1) teks asli; (2) teks syakal;
(3) daftar isi kitab; (4) terjemah; (5) ikhtilaf; (6) konversi ukuran; (7) tatabahasa; dan (8)
mufradat. Untuk membuat e-learning tersebut digunakan software inti yaitu Adobe Flash dan
Corel Draw.
151
Pranti Sayekti. 2009. Pengembangan Buku Ajar tentang Karakter dan Gaya Visual
Ragam Hias Adati pada Matakuliah Kapita Selekta Budaya di Daerah Sentra
Kerajinan Tradisional
Kata-kata kunci: ragam hias adati, kapita selekta budaya, kerajinan tradisional

Ragam hias adati merupakan salah satu bentuk ungkapan keindahan visual utama
dalam karya kerajinan tradisional. Predikat tradisonal tidak mampu dipertahankan dengan
baik apabila masyarakat pendukung tradisi tersebut tidak mampu memahami kekhasan
budaya dan tradisi yang melingkupinya. Berkaitan dengan hal tersebut proses transfer
pengetahuan dan pemahaman, menyangkut aspek filosofi mutlak diperlukan. Proses identifikasi dan analisa visual terhadap karakter ragam hias adati merupakan awal yang dapat
ditempuh untuk memahami karakter kerajinan tersebut. Proses tersebut menjadi pijakan
untuk menyusun rambu-rambu visual yang pada gilirannya dituangkan dalam bentuk buku
ajar bagi mahasiswa di bidang seni dan desain khususnya pada matakuliah Kapita Selekta

99 Edisi ke-29 Tahun 2010

Budaya. Penyusunan buku ajar tentang karakter dan gaya visual adati tersebut juga
merupakan suatu upaya untuk memecahkan permasalahan pendidikan di bidang seni dan
desain yang berusaha untuk mengangkat local content ke dalam kurikulum yang memiliki
karakteristik budaya lokal serta dapat dimanfaatkan untuk mendukung industri kerajinan di
daerah. Dalam hal ini Mahasiswa juga dipahami sebagai individu yang telah memiliki
kesadaran terhadap kolektivitas budaya disekitarnya.
152
Aminnudin dan Heru Suryanto. 2009. Pengembangan Metal Matrik Composite (MMC)
Matrix Kuningan dan Partikel Penguat Abu Terbang (Fly Ash) untuk Turbin Air
Pelton
Kata-kata kunci: MMC, Fly Ash, abrasi

Logam untuk turbin air memerlukan logam dengan sifat tahan karat dan erosi.
Penambahan partikel penguat pada kuningan dengan partikel penguat membuat logam
menjadi lebih tahan terhadap erosi. Logam dengan penambahan partikel penguat dikenal
dengan MMC (Metal Matrix Composite). Partikel penguat yang digunakan adalah fly ash dari
pembakaran batu bara. Kadar fly ash yang digunakan adalah 5, 10, 15 dan 10%. Laju abrasi
paling rendah terjadi pada MMC dengan kadar Fly ash 5% dan perlakukan panas pada
temperatur 350 C. Laju abrasi rendah terjadi karena peningkatan kekerasan, keuletan dan
ketangguhannya paling tinggi.
153
Roesdiyanto, Siti Nurrochmah, dan Sulistyorini. 2009. Model Latihan dan Pembelajaran
Physical Fitness Berbasis E-Learning
Kata-kata kunci: latihan dan pembelajaran, physical fitness, e-learning

Penelitian ini berorientasi pada pengembangan pelatihan kebugaran jasmani


menggunakan e-learning dan pengadaan buku yang dapat digunakan sebagai sumber
belajar tercetak bagi semua lapisan masyarakat dalam meningkatkan status kesehatan
melalui pelatihan kebugaran jasmani. Mengingat betapa pentingnya faktor derajat kesehatan
setiap individu maka perlu dipilih media yang sesuai untuk dipakai masyarakat luas dengan
berbagai macam karakteristik. Melalui pelatihan kebugaran jasmani berbasis pada elearning, semua lapisan masyarakat akan memperoleh pengetahuan dan pema-haman yang
berkaitan dengan pengembangan kesehatan tubuh melalui pelatihan kebu-garan jasmani.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: (1) Memperoleh data
karakteristik E-Learning untuk peningkatan dan pembelajaran physical fitness tentang; (a)
Karakteristik E-Learning pelatihan untuk peningkatan physical fitness bagi semua golongan
masyarakat dan (2) Menemukan karakteristik E-Learning untuk pela-tihan physical fitness,
(a) Mengembangkan buku pedoman pengorganisasian bahan latihan, (b) Mengembangkan
bahan pengetahuan dan pembelajaran physical fitness, (c) Mengem-bangkan bahan dan
pedoman berbagai bentuk latihan olahraga untuk peningkatan physical fitness, (d)
Mengembangkan bahan dan pedoman pengukuran kondisi physical fitness, dan (e)
Mengembangkan bahan dan pedoman pengaturan gizi untuk latihan physical fitness.
Rancangan penelitian yang dilakukan yaitu mengunakan rancangan pengembangan. Penelitian pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk, yaitu pelatihan kebugaran
jasmani berbasis e-learning. Pijakan yang dipakai untuk mengembangkan produk tersebut
berdasarkan karakteristik pengetahuan, persepsi, dan analisis kebutuhan.
Macam latihan olahraga untuk memelihara dan meningkatkan Kebugaran Jasmani
yang terdiri dari cabang (a) olahraga jalan sehat, (b) Lari/ jogging, (c) Bersepeda, (d) Berenang, dan (e) Olahraga permainan, seperti bola basket, bola voli. Dari hasil penilain tingkat
urgensi produk adalah 57,14% ahli menyatakan sangat urgen, sisanya menyatakan urgen.
Berdasarkan tingkat konsensus, produk ini disimpulkan sebagai produk yang sangat urgen
dikembangkan untuk membantu setiap orang untuk dapat mengadakan pelatihan peningkat-

100 Abstrak Hasil Penelitian

an kebugaran jasmani secara mandiri tanpa didampingi oleh seorang instruktur, Tingkat
kebermaknaan produk dinilai oleh 87,10% sangat bermanfaat, 12,90% menyatakan bermanfaat; Sedangkan tingkat representasi produk sebagai E-learning dan buku panduan manual
pelatihan kebugaran jasmani, dinilai oleh 71.4% sebagai sangat representatif, 28.6% ahli
menyatakan representatif; kepraktisannya dinilai 100% menyatakan praktis. Sedangkan
tingkat efisiensinya, 85.71% menyatakan efisien dan 14.29% menyatakan sangat efisien.
Ketepatan produk, 85.71% menyatakan sangat tepat dan 14.29% menyatakan tepat,
sedangkan untuk kalangan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 14,29% siswa SMP
menyatakan sangat tepat sedangkan 85,71% menyatakan tepat. Sehubungan dengan
ketepatan model pelatihan kebugaran jasmani berbasis E-Learning dalam upaya untuk
melatih dan menjaga kebugaran jasmani semua lapisan masyarakat, 71.43% ahli
menyatakan tepat dan 28.57% menyatakan sangat tepat. Sedangkan dalam aspek
ketepatan model pelatihan kebugaran jasmani berbasis E-Learning dalam upaya untuk
melatih dan menjaga kebugaran jasmani hubungannya dengan peningkatan hidup sehat,
85.71% ahli menyatakan sangat tepat dan 14.29% menyatakan sangat tepat. Tingkat
urgensi dan kebermanfaatan produk dinilai sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengembangan produk ini merupakan solusi tepat atas masalah yang dihadapi oleh
masyarakat dalam upaya mengetahui status derajad sehat serta bagaimana latihan yang
tepat untuk memelihara kebugaran dan meningkatkan derajad kebugaran jasmani setiap
individu. Tingkat kepraktisan produk, tingkat efisiensi baik waktu, tenaga dan biaya dinilai
sangat tinggi. Saran-saran yang dikemukakan adalah; (1) Diperlukan adanya pengembangan pedoman pelatihan kebugaran jasmani bagi semua lapisan tingkatan usia masyarakat
dalam menggunakan e-learning dan buku pelatihan kebugaran jasmani; (2) Perlu dilakukan
pengembangan media elektrik berbentuk anjungan yang dapat dipakai sebagai media
pemahaman dan pelatihan kebugaran jasmani; dan (3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan
untuk mengetahui keefektifitas e-learning pelatihan kebugaran jasmani ini dalam mencapai
status kebugaran jasmani masyarakat.
154
Muakibatul Hasanah, Nurchasanah, dan Siti Cholisatul Hamidah. 2009. Pengembangan
Buku Ajar untuk Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Membaca Ekstensif
Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
Kata-kata kunci: buku ajar, membaca ekstensif

Penelitian ini bertujuan, Pertama untuk mendeskripsikan (1) hasil telaah teori
membaca ekstensif dan pembelajarannya; (2) hasil telaah silabus perkuliahan membaca
ekstensif; (3) hasil analisis materi perkuliahan membaca ekstensif dari dosen lain; dan (4)
saran dan pertimbangan dari dosen lain tentang pengembangan buku ajar membaca
ekstensif dari segi: isi, model penyajian, dan evaluasi. Kedua, Mengembangkan prototipe
model buku ajar membaca ekstensif. Sejalan dengan tujuannya, penelitian ini menggunakan
desain penelitian pengembangan. Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk berupa
Buku Ajar Perkuliahan Membaca Ekstensif. Data penelitian pengembangan berupa
kumpulan informasi yang dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan produk buku ajar
perkuliahan membaca ekstensif. Data tersebut berupa (1) hasil telaah teori membaca
ekstensif dan pembelajarannya; (2) hasil telaah kurikulum atau silabus membaca ekstensif;
(3) hasil eksplorasi materi perkuliahan dari dosen lain; dan (3) saran dan pertimbangan dari
dosen lain tentang pengembangan buku ajar membaca ekstensif. Data penelitian di atas
dikumpulkan dari sumber-sumber berikut (1) Kurikulum perkuliahan membaca ekstensif
diperoleh dari perguruan tinggi: Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Negeri
Jember (UJ), Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), dan Universitas Negeri Malang (UM); (2) Materi perkuliahan membaca ekstensif
diperoleh dari dosen lain dari perguruan tinggi tersebut, yaitu: Dr. Mintowati, M.Pd.
(UNESA), Drs. Hari S. (UJ), Drs. Slamet, M.Pd. (UNS), Prof. Dr. Darmiyati Zuhdi (UNY), dan

101 Edisi ke-29 Tahun 2010

Dr. Arwiyati (UM); dan (3) Saran dan petimbangan dosen lain tentang pengembangan buku
ajar membaca ekstensif dari sumber yang sama dengan sumber materi perkuliahan (butir 2).
Instrumen kunci penelitian ini adalah peneliti sendiri dan pengumpul data yang dibantu
dengan instrumen lain berupa (1) angket/pedoman wawancara dengan dosen lain pembina
matakuliah membaca ekstensif; (2) format tabel identifikasi data; dan (3) lembar penilaian
untuk pakar. Sebelum dimanfaatkan, tabel diuji dengan cara mencoba memanfaatkannya
untuk mengidentifikasi data. Jika ada sesuatu yang tidak dapat teridentifikasi dan terklasifikasi sesuai dengan tujuan, tabel direvisi hingga sesuai dengan kebutuhan. Angket juga
diuji dengan cara mencobakan angket yang telah dibuat untuk diisi/dijawab oleh pakar dan
dosen. Data penelitian yang berupa hasil telaah teori dan kurikulum serta bahan ajar dari
dosen lain diambil dengan teknik eksplorasi yang realisasinya dilakukan dengan cara (1)
membaca secara cermat oleh dua orang, peneliti dan pembantu peneliti dan (2)
membandingkan hasil baca dari peneliti. Data saran dan pertimbangan dari dosen serta
pakar diambil dengan menggunakan angket dan atau wawancara.
155
Sadun Akbar. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis
Nilai-nilai Kehidupan di Sekolah Dasar
Kata-kata kunci: pendidikan nilai, pendidikan karakter, Sekolah Dasar, model pembelajaran

Penelitian tahun-1 ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) penyelenggaraan pembelajaran nilai dan karakter di SD di Jawa Timur; (2) masalah-masalah praktik pembelajaran
nilai dan karakter yang terjadi di SD Jawa Timur, dan (3) menghasilkan draf awal Model
Panduan Pendidikan Nilai-nilai Kehidupan di SD. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) SD-SD di
Jawa Timur sudah menjalankan pendidikan nilai dan moral secara terintegrasi pada
berbagai mata pelajaran dan praktik kehidupan di sekolah. Namun, penyelenggaraannya
belum dilakukan secara sistemik, sistematik, terprogram secara khusus, belum sesuai
prinsip-prinsip pendidikan nilai dan karakter, dan belum mengakomodasi nilai-nilai kehidupan yang mendasar. (2) Masalah-masalah praktik pendidikan nilai dan karakter yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: (a) nilai-nilai kehidupan belum seluruhnya terakomo-dasi
dalam visi, misi, tujuan, dan dalam berbagai tata tertib yang berlaku di sekolah; (d) visi-misi
tujuan pendidikan nilai dan karakter kurang tersosialisasikan, komitmen yang rendah, dan
kurang dilaksanakan secara optimal; (e) berbagai tatanan yang diciptakan untuk menunjang
pelaksanaan pendidikan nilai dan karakter di sekolah masih didominasi oleh guru dan
kepala sekolah (f) berbagai tatanan tersebut kurang ditegakkan secara optimal; (g) masih
banyak perilaku siswa, guru, dan kepala sekolah yang kurang sesuai dengan nilai-nilai
kehidupan ideal; (h) di berbagai sekolah belum begitu banyak yang menerapkan hukuman
berdasarkan kesadaran diri dan kesadaran kelompok; dan (i) praktik-praktik pembelajaran
nilai moral di kelas juga belum dilaksanakan secara optimal sesuai prinsip-prinsip pendidikan nilai dan moral.
156
Mimien Henie Irawati Al Muhdhar. 2009. Pengembangan Model Pendidikan kepada
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Terintegrasi pada Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan
Kata-kata kunci: model pendidikan, pengelolaan sampah, pemberdayaan masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pendidikan kepada


masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui pembudayaan 6M berbasis
BKM pada PNPM Mandiri Perkotaan. Target khusus yang ingin dicapai adalah terwujudnya
pedoman teknis dan acuan teknis pengelolaan sampah rumah tangga melalui pembudayaan
6M berbasis BKM pada PNPM Mandiri Perkotaan. Peneltitian ini tergolong penelitian
pengembangan dengan tahap-tahap: (1) Penyusunan model pendidikan kepada masyarakat

102 Abstrak Hasil Penelitian

dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui pembudayaan 6M berbasis BKM pada
PNPM Mandiri Perkotaan; (2) Uji validitas isi; (3) Uji coba lapangan skala kecil, dan (4) Uji
coba lapangan skala luas. Hasil penelitian adalah telah disusunnya tujuh Booklet meliputi
empat Booklet Pedoman Teknis dan tiga Booklet Acuan Teknis. Hasil uji validitas pakar
dijabarkan sebagai berikut. Booklet 1 mendapat nilai 85 tergolong sangat tinggi, Booklet 2
mendapat nilai 98 tergolong sangat tinggi, Booklet 3 mendapat nilai 84 tergolong tinggi,
Booklet 4 mendapat nilai 64 tergolong cukup, Booklet 5 mendapat nilai 90 tergolong sangat
tinggi, Booklet 6 mendapat nilai 74 tergolong tinggi, dan Booklet 7 mendapat nilai 68
tergolong cukup. Hasil uji efektivitas produk menunjukkan gain score ternormalisasi sebesar
satu tergolong tinggi.
157
Dwiyono Hari Utomo. 2009. Zonasi Kenyamanan Hidup Berdasarkan Parameter
Meteorologis di Indonesia
Kata-kata kunci: kenyamanan hidup, parameter meteorologist

Ketidaknyamanan hidup manusia dapat ditandai dengan suhu dan kelembapan yang
tinggi. Suhu dan kelembaan yang tinggi umumnya terjadi di kota-kota berdekatan dengan
laut, seperti DKI Jakarta dan Surabaya, sebagaimana hal ini menjadi ciri wilayah tropis yang
dipengaruhi oleh laut. Penelitian ini dalam jangka panjang bertujuan untuk menghasilkan
model pengelolaan lingkungan berskala mikro yang dapat menciptakan iklim mikro yang
nyaman bagi kehidupan manusia. Target khususnya adalah (1) mendeskripsikan perubahan
suhu dan kelembapan pada setiap wilayah; (2) menentukan indeks kenyamanan hidup
wilayah; (3) menentukan zonasi kenyamanan hidup. Penelitian ini menggunakan survey
pada setiap titik sampel. Sampel ditentukan berdasarkan grid pada peta dengan luas grid 25
km2 dan titik sampel ditentukan pada titik perpotongan diagonal grid. Jumlah sampel di
wilayah Jakarta sebanyak 36 titik dan di wilayah Surabaya sebanyak 19 titik. Pengukuran
suhu dan kelembapan dilakukan secara serentak di setiap titik sampel pada jam yang sama,
dan jumlah jam pengamatan setiap 1 jam dimulai jam 06.00 sampai jam 18.00. Alat pengukur suhu dan kelembapan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Waktu
penelitian dipilih pada saat aphelion (awal Juli) dimana suhu bumi secara global mengalami
penurunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Wilayah Jakarta, variasi suhu udara
rata-rata 30,27oC, kelembapan relatif 74,48% dan indeks kenyamanan hidup 83,73 (sangat
tidak nyaman); (2)Wilayah Surabaya, variasi suhu udara rata-rata 30,02oC, kelembapan
relatif 62,25% dan indeks kenyamanan hidup 81,50 (sangat tidak nyaman); (3) Pulau
bahang terjadi di daerah Daan Mogot-Cengkareng Drain (Jakarta) dan di daerah Rungkut
(Surabaya); (4) Zonasi kenyamanan hidup di wilayah Jakarta secara umum tergolong
ZSTN3 (Zone Sangat Tidak Nyaman 3); dan (5) Zonasi keyamanan hidup di wilayah
Surabaya secara umum tergolong ZSTN1 (Zone Sangat Tidak Nyaman 1) Oleh sebab itu
perlu penataan ruang kota dengan memperhatikan parameter meteorologis.
158
Rudi Irawanto. 2009. Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat dengan
Pendekatan Partisipatif melalui Jejaring Sosial Budaya Mandiri di Wilayah
Sentra Pertanian Tadah Hujan
Kata-kata kunci: pendekatan parsipatif, jejaring sosial

Persoalan utama masyarakat petani di wilayah tadah hujan adalah tingkat


ketersediaan lahan pekerjaan yang terbatas ketika musim kemarau tiba. Pekerjaan yang
terbatas, karena tanah-tanah pertanian tidak dapat berfungsi optimal, menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat mengalami penurunan yang signifikan. Fenomena tersebut
menyebabkan timbulnya kerawanan sosial, yang berimplikasi terhadap keberlangsungan
pergerakan perekonomian serta sektor-sektor sosial budaya yang lain. Penelitian ini ber-

103 Edisi ke-29 Tahun 2010

upaya menemukan metoda yang efektif untuk menanggulangi kondisi tersebut melalui
pembentukan jejaring sosial budaya masyarakat secara mandiri. Jejaring sosial budaya
mandiri merupakan organisasi non formal yang dimotori tokoh-tokoh kunci dan pemuda
yang bergerak dalam bidang sosial, budaya, dan kesenian, yang berperan merumuskan
potensi kewilayahan berdasarkan analisa keunggulan sosial dan budaya setempat . Fungsi
jejering budaya mandiri adalah memberikan bekal kolektif tentang pemanfaatan lingkungan
sosial dan budaya sebagai penghasil sumber ekonomi alternatif menjelang masa tanam di
bawah arahan seorang atau beberapa orang tenaga ahli mitra yang kompeten. Jejaring
sosial budaya mandiri diharapkan mampu berkembang dan membentuk jaringan mulai dari
tingkat desa hingga tingkat kecamatan maupun kabupaten, yang bergerak sesuai kondisi
dan potensi wilayah masing-masing, sehingga keberadaannya secara bertahap mampu
menggerakkan sektor riil yang spesifik di wilayahnya masing-masing. Jejaring sosial budaya
mandiri dimulai dengan program pendampingan untuk analisa potensi kewilayahan, yang
meliputi proses pemetaan potensi sosial, budaya, dan kesenian; analisa manajemen dan
kewirausahaan; serta perumusan konsep jaringan kerja sama lintas sektoral untuk mendukung pertumbuhan sektor riil di masing-masing wilayah. Hasil penelitian ini adalah jejaring
sosial budaya dengan model sayap garuda, yang menempatkan produk unggulan pada
jantung pertahanan utama.
159
Siti Zubaidah. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Proyek pada
Mata Pelajaran Biologi untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Sikap Siswa SMA terhadap Lingkungan Hidup
Kata-kata kunci: pengembangan perangkat pembelajaran, berpikir kritis, lingkungan hidup

Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Proyek pada Mata


Pelajaran Biologi untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Siswa
Terhadap Lingkungan Hidup ini dalam jangka panjang bertujuan meningkatkan kesadaran
akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup sehingga dapat bertindak rasional ikut
berpartisipasi aktif dalam melestarikan lingkungan hidup. Tujuan khusus penelitian ini adalah
(1) mengkaji pengaruh penerapan perangkat pembelajaran berbasis proyek pada mata
pelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap siswa terhadap lingkungan
hidup; (2) mengkaji pengaruh kemampuan akademik terhadap kemampuan berpikir kritis
dan sikap siswa terhadap lingkungan hidup; dan (3) mengkaji pengaruh interaksi antara
strategi pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran biologi dengan kemampuan
akademik terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap siswa pada lingkungan hidup.
Perangkat pembelajaran yang dimaksud ditemukan melalui melalui serangkaian penelitian
yang diawali penelitian pengembangan dengan model pengembangan 4-D dari Thiagarajan,
et al. 1974. Uji coba lapangan perangkat pembelajaran melalui penelitian one shot case
study di SMA Laboratorium Malang. Berdasarkan hasil penilaian oleh kelompok guru Biologi
SMA Kota Malang dan kelompok siswa SMA, menunjukkan bahwa perangkat yang
dikembangkan pada penelitian tahap I layak digunakan dalam penelitian tahap II setelah
diadakan revisi sesuai dengan saran-saran dari para penilai tersebut. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan memiliki keunggulan sebagai berikut. (1) Mengarahkan
siswa dan guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan belajar, yaitu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap siswa terhadap lingkungan hidup dengan
baik; (2) Melatih siswa untuk memecahkan masalah actual yang ada di lingkungan melalui
kegiatan proyek (investigasi) dan menerapkan konsep, prinsip, atau teori dalam memecahkan masalah. Kemampuan ini sangat berguna dalam kehidupan akademis dan kehidupan di
masyarakat; (3) Melatih siswa sebagai ilmuwan muda, yaitu melakukan pemecahan masalah secara ilmiah dan mengkomunikasikannya kepada ilmuwan lainnya, yaitu sesame teman
di kelasnya; (4) Melatih siswa membangun pengetahuannaya sendiri dalam proses pembelajaran; dan (5) Melatih bekerjasama dalam memecahkan masalah dalam kelompok
kooperatif.

104 Abstrak Hasil Penelitian

160
Ipung Yuwono. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SMP mengacu
pada Standar Proses Pendidikan
Kata-kata kunci: model pembelajaran, matematika, KTSP, standar proses

Sampai saat ini hasil dan proses pembelajaran matematika di SMP masih jauh dari
yang diharapkan. Pembelajaran matematika lebih banyak memberikan penekanan pada
keterampilan prosedural, kurang memberikan penekanan pada proses pemerolehan konsep
oleh siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan menghasilkan model pembelajaran matematika di SMP yang valid, praktis dan efektif. Model yang demikian adalah
model pembelajaran yang sejalan dengan Standar Proses Pendidikan (SPP). Model SPP
memberikan penekanan pada proses pemerolehan konsep oleh siswa. Setelah konsep
diperoleh siswa, siswa dilatih untuk menginternalisasi konsep tersebut. Jenis penelitian ini
adalah penelitian pengembangan. Untuk menda-patkan model dan produk yang valid,
praktis dan efektif, dilakukan pengembangan model dengan melewati validasi ahli, simulasi
dan ujicoba lapangan. Penelitian ini menghasilkan model pembelajaran yang dinamai Model
SPP. Model SPP yang dihasilkan telah memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan hal-hal sebagai berikut. (1) perlu
pengembangan selanjutnya, yaitu pengembangan buku siswa dan buku guru yang sejalan
dengan model SPP. Buku siswa dan buku guru diperlukan sebagai panduan implemetasi
Kurikulum 2006 untuk para guru matematika; (2) Kepala Sekolah dan pengurus MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Matematika hendaknya mendukung dan mengusahakan
berbagai kegiatan formal untuk mensosialisasikan model SPP kepada para guru matematika
SMP; (3) para guru matematika hendaknya menggunakan model SPP sebagai salah satu
pilihan dalam mengimplementasikan KTSP; dan (4) pengampu mata kuliah PBM di LPTK
perlu memasukkan model SPP sebagai bagian isi dari kuliah PBM.
161
Bambang Sugeng. 2009. Langkah-langkah Strategik Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)
Key words: school based management, manajemen

This research aims at developing model of implementation strategy of school-based


management to help school effectively implement the school-based management as one of
government policies to realize othonomy of education stipulated through UU No. 34/ 2004.
This aim is based on the fact indicating that the implementasion of school-based
management at school level was proven not effective as expected due to less understanding
and ability of school management team on school-based management itself. The model was
developed using developmental research design proposed by Borg & Gall. This research
was conducted to state-owned secondary schools in Malang Raya. This research was
designed to be completed in two years. The first year part of the research has completed the
construction of preliminary model of implementation strategy of school-based management.
The model was constructed based on High Involvement Management Framework found by
Lawler & & Wohlstetter. Under this framework the strategy inluded in the model consists of
six elements, i.e. distribution of power, staffs knowledge and skills development, information
sharing, reward system, principal role, and school vision for curriculum and instruction

105 Edisi ke-29 Tahun 2010

162
Pujiyanto. 2009. Penyusunan Buku Ajar Matakuliah Bersyarat Desain Komunikasi
Visual I S.D V sebagai Alternatif Percepatan Studi Mahasiswa Program Studi
Desain Komunikasi Visual
Kata-kata kunci: buku ajar, desain komunikasi visual, percepatan studi

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi sebenarnya yang terjadi pada Program
Studi Desain Komunikasi Visual, yaitu mahasiswa lulus S1 dilakukan tercepat 10 semester,
paling lama hingga perpanjangan studi mencapai 18 semester. Lamanya mahasiswa dalam
studi tersebut salah satunya disebabkan oleh pemrograman matakuliah wajib yang sifatnya
persyarat, yaitu Desain Komunikasi Visual I s.d V. Dalam pemrograman tersebut, mahasiswa yang tidak lulus, yang menyebabkan tidak bisa mengambil matakuliah ke jenjang
berikutnya. Tidak lulusnya ini, salah satunya kurang pahamnya mahasiswa terhadap
informasi materi yang disampaikan oleh pengajar (dosen). Bila ini terus berlanjut,
bagaimana program percepatan studi?. Untuk menghindari hal ini tentunya perlu adanya
solusi, agar mahasiswa bisa belajar mandiri sesuai dengan program matakuliah. Pertimbangan ini, peneliti sekaligus salah satu pengajar matakuliah bersyarat Desain Komunikasi
Visual mencoba menyelesaikan permasalahan ini dengan usulan pengadaan/ penyusunan
buku ajar pada matakuliah bersyarat Desain Komunikasi Visual I s.d V. Desain penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dan kajian dilakukan secara kualitatif dengan subjek sample
penelitian adalah dokumen, dosen, dan mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi
Visual Univeritas Negeri Malang, Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan Institut Seni
Indonesia Yogyakarta. Data penelitiannya berupa hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif ini peran peneliti dalam melakukan penelitian
adalah sebagai pengamat bersifat partisipatif untuk menjaring data-data yang bersifat
verbal. Adapun analisis data, menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik triagulasi.
Penggunaan teknik analisis tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1)
penelaahan dan reduksi data; (2) pengidentifikasian dan sajian data; (3) pengkategorian dan
pengolahan data; dan (4) penarikan kesimpulan. Kesemuannya ini diarahkan ke dalam satu
tujuan penyusunan/pengadaan buku ajar matakuliah bersyarat Desain Komunikasi Visual I,
II, III, IV, dan V. Data diperoleh di tiga perguruan tinggi hampir sama yaitu mahasiswa
kurang adanya motivasi, kurang lancar, dan tidak tepat waktu dalam studi di Program Studi
Desain Komunikasi Visual. Agar perkuliahan tersebut berjalan dengan lancar dan tepat
waktu maka diperlukan media pembelajaran berupa buku ajar pada matakuliah Desain
Komunikasi Visual I hingga Desain Komunikasi Visual V. Buku ajar tersebut merupakan
solusi, isi materi dan bobot buku ajar harus sama dengan matakuliah Desain Komunikasi
Visual I hingga V. Adapun materi buku ajar Desain Komunikasi Visual, antara lain; bahasa
gambar, corporatte identity, sign system, media (print material), positioning, redesign, above
the line (ATL), below the line (BTL), through the line (TTL), proyek desain, proses pengerjaan dan aplikasinya, dan sebagainya.
163
Waskito. 2009. Pengembangan Buku Ajar Memahami Paradigma dalam Ilmu Antropologi melalui Konstruksi Model untuk Perguruan Tinggi
Kata-kata kunci: buku ajar, ilmu antropologi, konstruksi model

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun buku ajar yang dapat memberi kontribusi
strategis bagi kehidupan nasional. Tema sentral dalam buku ini yang dapat memberi
manfaat strategis secara naional adalah tentang model yang terdapat dalam paradigma dan
teori antropologi. Tujuan penelitian tahap I ini adalah untuk menyusun draf buku ajar yang
berjudul Model dalam Paradigma dan Teori Antropologi Suatu Pengantar. Pada tahap II
direncanakan buku ajar sudah terbit setelah melalui proses experts judgement, uji coba
pada kelompok terbatas, revisi buku dan pengurusan hak cipta. Metode yang ditempuh
dalam tahap pertama ini adalah studi pustaka. Materi tentang paradigma, teori dan model

106 Abstrak Hasil Penelitian

dalam antrologi dilacak melalui berbagai referensi baik yang berbentuk buku teks, jurnal,
artikel dari internet. Metode yang akan ditempuh dalam tahap kedua adalah experts
judgement, uji coba kelompok terbatas, revisi buku, pengurusan hak cipta dan penerbitan
buku. Penelitian ini telah berhasil menyusun draf buku ajar yang terdiri atas 9 bab. Hasil
eksplorasi pada tahap I ini adalah model yang terdapat dalam paradigma dan teori
antropologi terdiri atas model alam dan bahasa. Model alam terdapat dalam paradigma
positivisme dimana didalamnya tergabung teori evolusi kebudyaan, difusi kebudayaan, dan
fungsonalisme Model bahasa terdapat dalam paradigma antipositivisme dimana didalamnya
terdapat teori strukturalisme Levi-Strauss, antropologi kognitif, antropologi simbolik dan
posmodernisme Pemahaman tentang model merupakan hal penting baik secara akdemis
maupun praktis, baik bagi mahasiswa maupun perumus kebijakan karena kebijakan
strategis nasional tidak pernah lepas dari model yang menjadi acuannya. Konflik antar etnis,
antar umat agama, pro kontra Ujian Nasional dan lain sebagainya dapat dianalisis dengan
menggunakan pemahaman model yang terdapat dibalik paradigma sebagaimana dikaji
dalam buku ini.
164
Hariyono. 2009. Pengembangan Blue Print Demokrasi oleh Pendiri Bangsa
Kata-kata kunci: blue print, demokrasi Indonesia

Tujuan penelitian ini dalam jangka panjang adalah menemukan konstruksi demokrasi
yang disusun dan dikembangkan oleh pendiri bangsa Indonesia dari perspektif sosiohistoris. Target khusus dalam penelitian ini adalah; diketahuinya latar belakang pendiri
bangsa merumuskan demokrasi, perbedaan dan persamaan konsep demokrasi yang dikembangkan di antara mereka serta blue print demokrasi yang dibangun dan diimpikan oleh
para pendiri bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian dengan menggunakan metode sejarah. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan data sekunder yaitu
pelbagai buku dan artikel yang terkait dengan proses pengembangan konsep demokrasi
oleh para pendiri bangsa. Penelitian terhadap peristiwa pengembangan demokrasi yang
terjadi dari rentang waktu tahun 1908 hingga 1945 tersebut kemudian disusul dengan
kegiatan pengumpulan data primer yang berupa arsip dan otobiografi para pendiri bangsa.
Pencarian sumber primer diutamakan di arsip nasional dan perpustakaan nasional. Baik
sumber primer maupun sekunder kemudian dikritisi melalui kritik ekstern dan intern sebelum
dilakukan proses interpretasi yang mendasarkan pada hermenuitika Habermas. Dari hasil
interpretasi terhadap pelbagai sumber yang dikonstruksi dalam proses historiografi ditemukan bahwa perkembangan pemikiran demokrasi dipelopori oleh kalangan intelektual, yaitu
kalangan pemuda yang berkenalan dengan pendidikan modern. Kelompok ini dalam sejarah
Indonesia modern lebih dikenal sebagai tokoh-tokoh pergerakan nasional. Munculnya
pendidikan modern yang membawa pada pengetahuan dan mindset tokoh pergerakan
dilatarbelakangi oleh kebijakan politik etis yang diterapkan oleh pemerintah kolonial
Belanda. Terjadi suatu paradoks. Mereka yang dididik oleh lembaga pendidikan pemerintah
kolonial justru mampu mengkritisi sistem kekuasaan kolonial sekaligus kekuasaan tradisional yang feodal. Solusi untuk mengeluarkan rakyat dari sistem kolonial dan feodal yang
menyengsarakan rakyat tersebut adalah demokrasi. Demokrasi yang dikembangkan oleh
tokoh-tokoh pergerakan, yang notabene merupakan para pendiri bangsa, dapat dibedakan
antara demokrasi kultural dan demokrasi radikal. Demokrasi kultural adalah suatu proses
pengembangan demokrasi yang dilakukan secara evolutif sehingga para pendukung-nya
juga bersedia bekerjasama dengan pemerintah kolonial untuk merealisasi demokrasi yang
diperjuangkan. Sebaliknya yang dimaksud dengan demokrasi radikal adalah suatu demokrasi yang tidak hanya sebatas wilayah politik, melainkan juga terkait dengan aspek sosial
dan ekonomi. Konsekuensi dari pandangan tersebut menyebab-kan para pendukung demokrasi radikal menerapkan politik non kooperasi. Dalam proses perjuangan demokrasi dialog
dan polemik di antara tokoh-tokoh pergerakan cukup intens sehingga mereka tidak terjebak

107 Edisi ke-29 Tahun 2010

pada demokrasi teknis prosedural, melainkan suatu demokrasi yang lebih substantif dan
dapat dikategorikan sebagai demokrasi deliberatif.
165
Utami Widiati. 2009. Pengembangan Paket Bahan Otodidak dalam Menulis Artikel
untuk Meningkatkan Kemampuan Akademisi Indonesia dalam Penerbitan
Internasional
Key words: rhetorical profiles, problems in article writing, self-study materials, international
publication

This article reports on the results of the first-year survey of a two-year research
project on developing self-study materials for international publication. The survey focused
on finding out the rhetorical profiles of Indonesian writers reflecting the problems they had in
writing articles in English. Twenty articles were analyzed qualitatively based on the
researchers educated intuitive judgment which has developed through their experience as
reviewers for national and international journal publication. In conjunction with the activation
of the education intuition, occasional reference to Swaless (1990) CARS Model was also
made along the way of the analysis. The results show that the twenty articles analyzed
reflect the problems faced by the writers in reporting research findings in English:
mechanical, language-related problems as well as substantial, quality-related ones. Based
on these findings, a prototype of self-study materials was developed and then validated and
moderated by two experts.
166
Evi Eliyanah. 2009. Pengembangan Model Suplemen Panduan Menonton Televisi
dengan Manggunakan Black Campaign yang Bertujuan untuk Memberdayakan
Masyarakat
Kata-kata kunci: suplemen, televisi, black campaign, pemberdayaan masyarakat

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk membuat sebuah model panduan


menonton televise dengan menggunakan black campaign. Tujuan akhir dari pembuatan
model panduan menonton televisi ini adalah pemberdayaan masyarakat dalam menonton
televisi. Penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan multi tahun dan pada tahun pertama
fokus penelitian adalah mendapatkan informasi tentang profil pemikiran orangtua tentang hal
anak menonton televisi, persoalan yang dihadapi orangtua terkait anak menonton televisi,
upaya yang dilakukan orangtua dalam menyikapi masalah tersebut dan juga soft skill yang
diperlukan oleh orangtua dalam kaitannya dengan anak menonton televisi. Selain itu, karena
penelitian ini menanyakan tentang keberdayaan orangtua dalam menghadapi masalah yang
mungkin timbul dari aktifitas anak menonton televisi, tim peneliti juga mempertanyakan
tentang sejauh mana peran KPI dalam memberdayakan masyarakat, termasuk orangtua,
dalam menonton televisi. Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian dan
pengembangan. Untuk mendapatkan informasi tentang profil pemikiran orangtua, dilakukan
survey di 6 kota di Indonesia: Jakarta dan Malang (mewakili Indonesia bagian barat),
Denpasar dan Mataram (mewakili Indonesia bagian tengah), Makassar dan Gorontalo
(mewakili Indonesia bagian timur). Sedangkan untuk mendapatkan data tentang peran KPI
dalam memberdayakan masyarakat penonton, dilakukan studi dokumen dan wawancara
mendalam dengan Ketua KPI Pusat. Dari data dan analisis dapat dikatakan bahwa sebagian
besar orangtua mengakui adanya potensi negatif yang dibawa oleh televisi, khususnya oleh
program siar yang bermuatan negatif seperti kekerasan dan pornografi. Cara orangtua
menyikapi adanya potensi pengaruh negatif ini juga cenderung seragam, yaitu jika anak
menonton program siar yang diluar jadwal yang ditetapkan orangtua atau menonton program siar yang dianggap tidak sesuai dengan usia mereka, orangtua cenderung mematikan
televisi atau mengganti saluran. Kecenderungan menghindari konflik ini ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh cara KPI mengelola penyiaran di Indonesia yang masih represif dan

108 Abstrak Hasil Penelitian

kurang memberdayakan masyarakat. Untuk itulah tim peneliti mengembangkan model


panduan menonton televisi dengan menggunakan black campaign agar masyarakat lebih
berdaya dalam memaknai program siar, tidak sekedar mematikan atau mengganti saluran
televisinya.
167
Hakkun Elmunsyah. 2009. Pengembangan Model Perluasan dan Pemerataan Akses
Pendidikan dalam Mensinergikan Kebijakan Depdiknas pada Implementasi
Program BSE
Kata-kata kunci: perluasan dan pemerataan, akses pendidikan, kebijakan Depdiknas program BSE

Untuk menjawab amanah UUD45 dimana sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, maka Depdiknas dengan trobosan visioner
telah meluncurkan Buku Sekolah Elektronik (BSE). Ada dua fasilitas yang disediakan dalam
website tersebut, yakni Download dan Baca Online. Masyarakat luas dapat mengakses
secara gratis buku dalam bentuk elektronik atau ebook yang telah dibeli hak ciptanya oleh
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang telah dinilai kelayakannya oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Namun, bagaimana halnya dengan sekolah-sekolah
pinggiran yang masih jauh dari sentuhan internet? Alih-alih koneksi internet, perangkat
komputer saja masih banyak yang belum memilikinya. Sekolah-sekolah pinggiran semacam
itulah yang perlu mendapatkan perhatian dan subsidi lebih optimal untuk mengatasi
lebarnya kesenjangan desa-kota. Selain itu, website BSE juga belum didukung dengan
software yang praktis dan memudahkan bagi publik dalam mengaksesnya. Proses download
dan membaca online-nya tergolong berat. Menggunakan flash player, akses terhadap BSE
cenderung melelahkan dan memboroskan bandwith. Melalui penelitian ini, akan dilakukan
penelitian deskriptif dengan pendekatan analisa kuantitatif, diharapkan dapat diperoleh
pengembangan model perluasan dan pemerataan akses pendidikan bagi pelajar sekolah
dasar dan menengah serta masyarakat di daerah kabupaten yang jauh dari fasilitas akses
informasi pendidikan. Pengembangan ini berupa model media akses informasi dan modulmodul pembelajaran pengelolaan, pengaksesan dan pengolahan informasi pendidikan. Hasil
penelitian antara lain menunjukkan bahwa (1) Informasi program DEPDIKNAS, khususnya
tentang Buku Sekolah Elektronik bagi 5 kelompok peserta diklat diketahui bahwa 42%
sangat tidak mengenal, 28% tidak mengenal, 20% cukup mengenal, 10% mengenal
dan 0% yang menyatakan sangat mengenal; (2) Diklat Akses Informasi dan Pengolahan
informasi pendidikan secara signifikan memberi kontribusi bagi peningkatan pengetahuan
peserta diklat, hal tersebut nampak pada deskriptif statistik dari posttest memberikan
peningkatan 15% dan 13% dari pretestnya. Pada Uji T diperoleh 0,0005 dan 0,007 yang
lebih besar dari persentase kepercayaan sebesar 0,05.
168
Budi Wibowotomo. 2009. Pengembangan Model Pelatihan Keliling Pendidikan Kejuruan
untuk Melayani Keterampilan Kerja Remaja Usia Produktif di Pinggiran Kota
Malang
Kata-kata kunci: model pelatihan keliling, remaja usia produktif

Tujuan penelitian ini adalah terdeskripsinya kendala dan permasalahan serta


implementasi pelatihan pendidikan kejuruan, kualifikasi dan klasifikasi potensi remaja usia
produktif serta need assessment) yang diperlukan, indikator efektif dan kriteria penyelenggaraan pelatihan pendidikan kejuruan, dan prototipe model pelatihan keliling pendidikan
kejuruan. Jenis penelitiannya adalah Research Development and Diffusion (RD&D), dengan
tahun pertama menghasilkan prototipe produk pengembangan, tahun kedua implementasi
produk pengembangan, dan tahun ketiga evaluasi dan diseminasi. Teknik pengumpulan
data yaitu focus group discussion, observasi, angket, wawancara, dokumentasi, dan

109 Edisi ke-29 Tahun 2010

demonstrasi. Teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif. Temuan penelitian


diperoleh: (1) deskripsi implementasi model penyelenggaraan latihan kejuruan di kota
Malang bersifat konvensional; (2) kendala dan permasalahan spesifik dalam implementasi
model dapat dieliminasi dengan model pelatihan keliling yang fleksibel, akomodatif,
kolaboratif, dan MOBILE; (3) Eksplanasi kualifikasi dan klasifikasi potensi remaja usia
produktif di kota Malang 80% dapat teridentikasi dari sisi jumlah, usia, lokasi tempat tinggal,
dan 90% sangat berminat mengikuti kegiatan Paket Belajar B atau C dengan ditambah diklat
keterampilan kejuruan; (4) 80% need assessment yang dilakukan berhasil memotret dan
mendeskripsikan keberadaan remaja usia produktif untuk ujicoba model di SKB Kota
Malang; (5) indikator efektif keberhasilan program meliputi: variabel manajemen
pengorganisasian model, variabel pengembangan pendanaan, variabel program aksi, serta
varibel evaluasi dan dampak; (6) kriteria penyelenggaraan model penyelenggaraan latihan
kejuruan adalah riil, sesuai kompetensi, keliling ke lokasi, gratis, holistik dan komprehensif
(hard skill dengan soft skill), efektifitas dan efisiensi dalam indikator kinerja; (7) model
prosedural diwujudkan dalam bentuk model pelatihan keliling yang bersifat penguatan,
pengembangan, dan perluasan.
169
M. Alfian Mizar. 2009. Model Implementatif Adopsi Teknologi untuk Pengembangan
Industri Kecil Pengolah Hasil Pertanian
Kata-kata kunci: Model Implementatif Adopsi Teknologi, Industri Kecil Pengolah Hasil Pertanian

Kendala industri kecil (IK) mengadopsi inovasi teknologi, karena berbagai sebab, di
antaranya: (1) keterbatasan kemampuan IK dalam mengadopsi teknologi; (2) kebutuhan
teknologi belum banyak didasarkan atas kebutuhan riil yang diperlukan IK. Terdapat keterkaitan antar variabel agar teknologi dapat di adopsi IK pengolah hasil pertanian (IK-PHP)
dalam meningkatkan kinerjanya, variabel tersebut terdiri dari tiga variabel yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi (TAT) pada (IK-PHP), Pertama, variabel penentu keberhasilan penerapan teknologi (KPT). Kedua, variabel penentu agar teknologi dapat lebih
cepat diadopsi (KAT). Ketiga adalah variabel kemampuan SDM pengguna teknologi di
Industri kecil (KP). Variabel terkait lainnya adalah kemampuan berteknologi (KB) dan
variabel peningkatan kinerja industri kecil (KIK). Responden penelitian adalah IK-PHP di
Jawa Timur, sejumlah 110 IK-PHP sebagai sampel yang ditentukan melalui purposive dan
random sampling. Analisis datanya menggunakan Structural Equation Model. Hasil
penelitian pada tahun pertama ini menghasilkan model hipoteik yang menunjukkan bahwa
terdapat keterkaitan variabel KPT, KAT, dan KP terhadap TAT, KB terhadap TAT, dan TAT
terhadap peningkatan KIK. Model hipoteik ini digunakan sebagai dasar pengembangan
model implementatif pada tahun kedua.
170
Markus Diantoro. 2009. Pengembangan Bahan Nanomaterial ZnCo2O4/Carbon Nanotube
(CNT) untuk Aplikasi Energy Storage dan Sel Baterei Superkapasitor Simetrik
Kata-kata kunci: nanomaterial, energy storage, sel baterei, kapasitor simetrik

Pencarian sumber energi baru dan terbarukan terus dicari dan semakin penting
dengan terbatasnya cadangan energi minyak. Selain itu, masalah keperluan energi dan
penggunaannya yang ramah lingkungan semakin dituntut dimasa kini dan mendatang. Salah
satu isu yang sangat urgen adalah penyimpanan (storage) energi dan penggunaannya pada
waktu yang tepat dan dalam waktu yang cukup lama. Salah satu primodona adalah ZnCo2O4
dalam matriks carbon nano foam (CNF) atau carbon nanotube (CNT). Dalam aplikasi
sebagai penyimpan energi dan sebagai baterei, senyawa ini menjanjikan. Namun masih
perlu peningkatan kapasitas, biaya produksi yang murah dan cepat. Dalam penelitian ini
akan dilakukan sintesis nano material ZnCo2O4 melalui kopresipitasi yang banyak digunakan
orang dan metode baru sonokimia yang murah, dan sederhana. Specific capacitance dan

110 Abstrak Hasil Penelitian

karakteristik elektrokimia nanomaterial ZnCo2O4 akan ditinjau dari perubahan struktur kristal
dan morfologi permukaannya. Peningkatan nilai specific capacitance yang diperoleh dapat
diterapkan dalam aplikasi superkapasitor yang akan banyak diperlukan dalam berbagai
sumber energi alternatif baru dan terbarukan. Karakterisasi struktur kristal menggunakan
data difraksi X-Ray dianalisis dengan program Powder Cell for Windows (PCW). Scanning
Electron Microscope (SEM) dan transmission electron microscopy (TEM) digunakan untuk
mengetahui morfologi permukaan nanomaterial yang dihasilkan. Ukuran partikel
nanomaterial ditentukan dari perhitungan data difraksi X-Ray dengan formula Scherrer dan
analisis data TEM dan SEM. Model struktur kristal awal dibangun berdasarkan analisis data
X-RF dan refinemen data difraksi X-Ray menggunakan metode Rietveld dengan leastsquare fitting. Untuk mengetahui kemampuan atau kapasitas kelistrikan komposit superapasitor simetris SS/ZnCo2O4/CNT dilakukan pengukurankapasitansi kelistrikan, dan
electronic charge-discharge.
171
Anang

Santoso. 2009. Pengembangan Buku Bacaan Sekolah Dasar yang


Multiculturalism Oriented dalam Mempersiapkan Warga Negara Indonesia yang
Peka Keanekaragaman Budaya Menuju Harmoni Sosial

Kata-kata kunci: buku bacaan SD, multikultural(isme), keanekaragaman budaya, harmoni sosial

Pada lima sampai sepuluh tahun terakhir, gesekan-gesekan, konflik-konflik, bahkan


perang yang bernuansakan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di Indonesia
amat menonjol. Penelitian Suparlan (2001b) menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat
kita yang disebut pendatang tidak begitu memahami budaya masyarakat asli. Fakta juga
menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang begitu paham
dengan hakikat keberagaman dan perbedaan. Penelitian Suparlan (2001a) menunjukkan
bahwa masalah agama ini sering mendominasi pertentangan antarkelompok masyarakat di
Indonesia. Apa yang terjadi di negeri yang kita cintai ini? Mengapa orang semakin menipis
rasa toleransi beragamanya? Mengapa kita tidak mau mengakui dan menghayati adanya
perbedaan itu? Mengapa perasaan terlalu menomorsatukan suku secara berlebihan
semakin menonjol? Apakah orang yang dinamakan pendatang tidak boleh hidup di tanah
Indonesia di mana pun berada? Mengapa kita masih cenderung menomorduakan
perempuan? Adakah yang salah dengan perempuan pemimpin apabila ia memang memiliki
kapasitas sebagai pemimpin? Ternyata, di tengah masyarakat kita cara berpikir yang masih
memandang atau memperhitungkan suku, agama, ras, dan antargolongan masih amat
menonjol. Sementara itu, Indonesia terkenal dengan masyarakatnya amat beragam ditinjau
dari suku, agama, ras, dan antargolongan itu. Hal ini berarti masih banyak masyarakat
Indonesia yang belum memahami hakikat Indonesia yang beragam itu. Untuk itulah, harus
ada tindakan terprogram atau terencana yang dilakukan oleh pelbagai pihak yang dapat
mengurangi cara pandang, cara pikir, dan cara tindak yang tidak menghargai dan mengarifi
perbedaan-perbedaan itu, khususnya yang bersifat preventif. Tindakan preventif itu dilakukan sejak awal, terutama kepada anak-anak Indonesia yang masih duduk di sekolah dasar
(SD) agar mereka itu memahami dan mengarifi hakikat perbedaan itu sejak di usia dini.
Dengan memahami hakikat multi-kultural sejak dini diharapkan ketika memasuki usia
dewasa mereka dapat memahami dan menghayati hakikat keindonesiaan. Perilaku yang
masih menyandarkan pada sentimen SARA dapat dieliminasi. Atas dasar itu, anak-anak
Indonesia harus dipersiapkan sejak dini untuk memahami kondisi multikultural itu. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan bahwa berbeda adalah sebuah keniscayaan.
Bahwa multikultural itu adalah sebuah keniscayaan. Yang terpenting adalah bagaimana
menyikapi secara arif terhadap perbedaan itu. Hal ini dapat dilakukan dengan penyediaan
bahan-bahan bacaan yang dapat memahamkan keberadaan multikultur itu. Bacaan-bacaan
itu dapat berupa karya-karya nonfiksi tentang tentang keberagaman dan multikultural
masyarakat Indonesia. Selain itu, bacaan-bacaan itu dapat berupa karya-karya fiksi yang di

111 Edisi ke-29 Tahun 2010

dalamnya mengangkat tema-tema keberagaman dan multikultural. Tujuan penelitian tahun


pertama ini adalah mendeskripsikan kondisi buku-buku bacaan yang digunakan di sekolah
dasar dan digemari oleh siswa ditinjau dari komponen pembentuk kompetensi multiculturalisme, yang meliputi (1) penanaman konsep; (2) pemerolehan nilai; (3) pengembangan keterampilan; dan (4) pertunjukan perilaku personal dan sosial.
172
Nur Hadi. 2009. Pengembangan Buku Pedoman Model Integrasi Bangsa dan Harmoni
Sosial Komunitas Tengger di Kantong Taman Nasional Bromo-TenggerSemeru
Kata-kata kunci: buku pedoman, integrasi bangsa, harmoni sosial, Tengger

Nilai-nilai universal yang dapat dijadikan pedoman bersama antar warga komunitas
Tengger dalam membangun integrasi bangsa dan harmoni sosial adalah nilai toleransi hidup
beragama yang sangat kuat. Hal ini juga merupakan imbas dari latar belakang sejarah
kehidupan mereka yang panjang di masa lalu menyangkut hubungan keagamaan. Di
samping nilai toleransi beragama, nilai lain yang menonjol adalah gotong royong,
kesabaran, taat kepada pemimpin, baik pemimpin formal seperti Kepala Desa dengan perangkatnya, maupun pemimpin informal, seperti Mbah Dukun, Wong Sepuh, dan Pak Legen.
Seorang pemimpin adalah segalanya dalam kehidupan sosial budaya masyarakat. Segala
sesuatu yang sudah diambil sebagai keputusan pemimpin akan mereka ikuti dengan
seksama. Hal lain yang juga menonjol pada komunitas Tengger di kantong Taman Nasional
Bromo-Tengger-Semeru terutama generasi muda Tengger yang secara episode kehidupan
berada dalam masa transisi adalah kepedulian mereka terhadap norma-norma adat yang
berlaku. Di samping itu terdapat karakteristik kepemimpinan dan peran pemuka agama
dalam menumbuhkan dan mewujudkan integrasi harmoni sosial kehidupan bersama di
Tengger.
173
Sunoto dan Indra Suherjanto. 2009. Pengembangan Seni Pertunjukan Teater Kontemporer Berbasis Kearifan Lokal sebagai Model Industri Kreatif untuk Materi
Pembelajaran Muatan Lokal Seni Budaya
Kata-kata kunci: pengembangan seni, teater kontemporer, industri kreatif

Penelitian ini memiliki tujuan jangka panjang, yakni menghasilkan temuan yang
memiliki fungsi dan nilai strategis dalam pemertahanan dan pelestarian seni budaya. Hasil
penelitian ini akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi Pemerintah Daerah Malang
dalam pengambilan putusan dan pengembangan kebijakan tentang penyelamatan aset
budaya daerah dan penanaman nilai-nilai kearifan lokal kepada masyarakat Malang.
Disamping itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan seni dan sastra
sebagai industri kreatif.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan (a) membuat model seni pertunjukan kontemporer berbasis kearifan lokal di SMA/ MA, (b) sosialisasi model pembelajaran seni pertunjukan kontemporer berbasis kearifan lokal, (c) pelatihan guru seni budaya tentang model
pembelajaran seni pertunjukan kontemporer berbasis kearifan lokal, khususnya seni
pertunjukan (teater),
Untuk mencapai target yang diharapkan, penelitian ini didesain dalam bentuk
rancangan deskripsi, pengembangan, dan tindakan. Penelitian ini melibatkan guru pengajar
seni budaya dan pelajar SMA/MA sebagai sumber data dan subjek penelitian, serta dilibatkan dalam pengembangan model seni pertunjukan berbasis kearifan lokal. Pengumpulan
data dilakukan melalui kegiatan studi dokumentasi, wawancara, dan observasi. Peneliti
bersama mitra peneliti mengembangkan model seni pertunjukan teater kontemporer

112 Abstrak Hasil Penelitian

berbasis kearifan lokal dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan guru khususnya seni
budaya dengan metode yang diteorikan oleh Patrice Pavis.
Penelitian ini adalah tahapan implementasi dari penelitian pengembangan seni
pertunjukan teater kontemporer berbasis kearifan lokal sebagai model industri kreatif untuk
materi pembelajaran muatan lokal seni budaya yang dirancang selama dua tahun. Tahun
pertama yang telah dilakukan diperoleh hasil (a) naskah seni pertunjukan yang bermuatan
nilai-nilai budaya Malangan (b) dokumen seni pertunjukan teater kontemporer berbasis
kearifan lokal, dan (c) Pemetaan kompetensi dasar seni pertunjukan teater di sekolah menengah. Sedang tahun kedua atau pada penelitian ini dimaksudkan untuk sosialisasi model
hasil pengembangan kepada guru pengajar seni budaya dan pelatihan model seni pertunjukkan teater kontemporer untuk membuat model seni pertunjukan teater kontemporer
berbasis kearifan lokal di sekolah menengah.
174
Heny Kusdiyanti dan Suparti. 2009. Pengembangan Model Pendampingan dan
Konsultasi Bisnis dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengepul (Wirausaha) Barang Bekas di Kota Malang Jawa Timur
Key words: model pendampingan, konsultasi bisnis, barang bekas

Entrepreneurship training model utilizing waste materials will be built on the theory,
concepts, principles and procedures constructive. Entrepreneurship using junk is a ranch
background behavior attitudes and knowledge, thus can be learned and improved with an
established coaching. Based on the background mentioned problems, this research
generally aims to obtain a model of Assistance or Supervision and Consulting using junk
entrepreneurship in communities around The end disposal place (landfill) waste in Malang.
This study is designed in two phases as follows: (1) The first stage (in 2009) is under
development and limited testing and mentoring model used goods Business Consulting 2)
The second phase (year 2010) is the model validation stage by team of experts and
revisions to the completing model. The first phase of the study, researchers used a model
development Dick W. & Carey L. With a target of the first phase of this research is: Guide of
the Assistance Model and Business Consulting for Entrepreneurial Junk and pilot for smallscale. The results of research activities in Stage One can draw the following conclusions: (2)
Based on the target first phase of research activities (Year I) is arranged the Guide of
Assistance and Consultation Model Used Goods Business. Form guide is a book that
contains about: (1) Assistance and Consultation Procedures for Business; (2) materials for
debriefing include the technical processing of used goods, accounting for small business,
flea marketing techniques and financing coaching by financial institutions. This guide has
been tested on a small scale with two research sites; 2) Results of the analysis or evaluation
of financial performance gatherer (Entrepreneurial) Used Goods showed that: (1) gatherer
(Entrepreneurial) junk improve the slicing business showed increased sales turnover ; (2)
gatherer (Entrepreneurial) goods that develop former mill businesses bottles showed no
increased sales turnover , constraints declining marketing due to the weather. In the
turnover, the first phase of research activities ( 1st Year ), the research team asked a few
suggestions as follows: (1) Government should take to help or facilitate others who want to
try to empower small businesses in their area. As in this research activity, the government
via the Office of Trade and Industry should send energy to participate in providing materials
that small businesses can feel get the attention from the government; (2) Financial
Management of Urban Villages should not be difficult for small businesses to obtain their
rights, that is to receive, assistance soft loans from the government to develop their
businesses.

113 Edisi ke-29 Tahun 2010

175
Marthen Pali. 2009. Pengembangan Model CPD (Continuing Profesional Development)
Dosen Lintas Kawasan Indonesia untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran,
Integrasi Bangsa, dan Harmoni Sosial
Kata-kata kunci: model CPD (Continuing Profesional Development), kualitas pembelajaran, integrasi
bangsa, harmoni sosial

Berbagai kasus mengancam integrasi dan harmoni sosia, misalnya kasus Aceh,
Sampit, Poso, Ambon, dan Papua merupan batu ujian bagi Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Potensi disintegrasi bangsa ke depan akan semakin besar karena berbagai kesenjangan yang diakibatkan kebijakan pembangunan yang belum sensitif terhadap masalahmasalah integrasi bangsa dan harmoni sosial. Untuk memecahkan masalah bangsa tersebut, pendidikan tinggi mempunyai peranan yang besar dalam memecahkan peningkatan
mutu pendidikan.
Namun demikian perguruan tinggi juga masih menghadapi berbgai masalah. Salah
satu masalah adalah kualifikasi dosen yang belum mencapai ideal. Dari 58.664 orang dosen
di PTN yang berpendidikan S2/S3 baru mencapai 54,50%. Pada PTS, dari jumlah 88.865
orang yang berpendidikan S2/S3 hanya 34,50 %. Demikian juga, disparitas mutu lulusan
perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi negeri dengan swasta, serta perguruan tinggi
kawasan Indonesia bagian barat, kawasan bagian tengah, dan kawasan timur Indonesia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan peningkatan kemampuan
profesional dosen berkelanjutan yang disebut dengan CPD (Continuing Profesional
Development). CPD yang dimaksud di luar kegiatan pendidikan formal pada jenjang S2 dan
S3.
Beberapa pokok pikiran rekomendatif hasil penelitian tahun pertama (2009)
pengembangan lebih lanjut dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Perlunya pengembangkan
rancangan Model Rancangan CPD; (2) Perlu dikembangkannya bahan ajar untuk sejumlah
mata latihan dalam bidang pendidikan yang meliputi (a) Jenis Materi Pembelajaran; (b)
Wawasan Pendidikan; (c) Psikologi Pembelajaran; (d) Perancangan Pembelajaran; (e)
Pengembangan bahan ajar cetak; (f) Pengembangan bahan ajar Video; (g) Pengembangan
bahan ajar Komputer; (h) Pengembangan power point utk e-learning; (i) Pengembangan elearning; (j) Pengembangan WEB; (k) Evaluasi Pembelajaran; (l) Mind Manager; (3) Perlu
dikembangkannya bahan ajar untuk sejumlah mata latihan dalam bidang penelitian yang
meliputi: (a) penelitian kuantitatif; (b) penelitian kualitatif; (c) Action Research; (d) penelitian
pengembangan; (e) penelitian evaluasi; (f) analisis SPSS; (g) Analisis LISREL; (4) Perlu
pengembangan keterampilan para dosen dalam hal: (a) Pembuatan buku ajar untuk guruguru bidang studi; (b) Produksi media untuk sekolah; (c) Pengembangan Sumber berlajar
berbasis komputer untuk sekolah; (d) Mengembangan bahan ajar WEB untuk sekolah; (5)
Sumber belajar CPD, yang perlu dikembangkan berupa: Cetak, Audio visual, Berbasis
komputer, Berbasis WEB; (6) Perlu dikembangkan instrumen evaluasi CPD untuk
mengevaluasi: Keefektifan CPD, Efisiensi CPD, dan Kemenarikan CPD
Tujuan penelitian tahun kedua adalah: (1) mengembangkan program program,
kurikulum, dan bahan ajar program CPD (Continuing Profesional Development) bagi dosen
perguruan tinggi di kawasan Indonesia Bagian Barat, Timur, dan Tengah; (2) meningkatkan
pemanfaatan hasil penelitian bagi dosen/peneliti di perguruan tinggi untuk digunakan
sebagai bahan pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat; dan (3) meningkatkan
akses dosen Indonesia terhadap sumber belajar dengan mengembangkan WEB CPD.
Untuk mencapai target tersebut, penelitian dan pengembangan ini dirancang melalui
tiga tahap. Pada tahap kedua (2010) dilakukan dengan penelitian dan pengembangan
program CPD bertujuan untuk mengembangkan mengembangkan jenis-jenis CPD.
Subjek penelitian dan pengembangan adalah dosen PTN dan PTS yang mewakili
kawasan Indonesia Bagian Barat, Tengah, dan Timur. Tersusunnya model CPD ini akan
meningkatkan fasilitasi model pengembangan profesional dosen berkelanjutan serta
meningkatkan akses dosen terhadap peningkatan mutu tri dharma perguruan tinggi.

114 Abstrak Hasil Penelitian

176
Ali Imron dan Iriaji. 2009. Peningkatan Ketahanan Mental Remaja melalui Pengintegrasian Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Soft-Skill dalam Pembelajaran di Sekolah
Menengah
Kata-kata kunci: ketahanan mental remaja, nilai kearifan lokal, soft-skill, sekolah menengah pertama

Tujuan penelitian pada tahun pertama adalah untuk menemukan profil ketahanan
mental remaja dalam menghadapi pengaruh negatif di lingkungannya dan memetakan nilainilai kearifan lokal dan soft skill prioritas yang diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah
menengah. Rancangan penelitian adalah penelitian pengembangan model procedural
dengan mengadaptasi model penelitian dan pengembangan (Research and Development/
R&D) Borg dan Gall (1983) serta McKenny (2001). Populasi penelitian diambil secara
purposive, yang terdiri atas populasi langsung, ialah remaja yang sedang duduk dibangku
SMP baik laki-laki maupun perempuan sejumlah 425 responden, dan populasi tak langsung
yakni guru yang akan melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dan soft skill sejumlah 36 orang. Data yang dijaring melalui angket skala Likert
dianalisis menggunakan teknik analisis kecenderungan memusat, sedangkan data hasil
angket terbuka dan rekaman diskusi terfokus dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan proses berfikir induktif dan deduktif-komparatif (Miles & Huberrman, 1984; Bell, 1992).
Hasil penelitian berupa: profil tingkat ketahanan mental remaja dalam mengha-dapi pengaruh negatif di lingkungannya, nilai-nilai kearifan lokal yang strategis untuk meningkatkan
ketahanan mental remaja, aspek soft skill prioritas untuk meningkatkan ketahanan mental
remaja, dan bentuk-bentuk integrasi nilai-nilai kearifan lokal dan soft skill dalam pembelajaran di sekolah menengah.
177
Suparno. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Praktik Kejuruan Inovatif untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Psikomotorik Siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Jurusan Teknik Bangunan
Kata-kata kunci: bahan ajar, praktik, kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik, inovatif, SMK

Tujuan penelitian ini adalah menyusun bahan ajar praktik yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa baik kognitif maupun psimotorik, dengan menggunakan kombinasi
dua strategi pembelajaran yaitu Training Within Industry (TWI) dan Laboratory Training (LT).
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan. Berda-sarkan
prosedur pengembangan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menghasilkan
produk berupa bahan ajar matadiklat praktik yaitu (a) Teknik Konstruksi Kayu; (b) Teknik
Konstruksi Batu dan Beton; (c) Teknik Gambar Bangunan, dan (d) Teknik Perabot Kayu
pada Jurusan Teknik Bangunan SMK yang berbasis strategi pembelajaran inovatif TWI dan
LT, untuk kelas XI. Bahan ajar ini terdiri dari bahan ajar untuk pegangan guru, ren-cana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan bahan ajar pegangan siswa berupa lembar kerja
siswa/job sheet.
178
Maryaeni. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis
Kultural pada Program Paket B di Daerah Tapal Kuda Jawa Timur
Kata-kata kunci: model pembelajaran, kultural, program paket B, tapal kuda Jawa Timur

Penelitian tahap I ini bertujuan memperoleh deskripsi tentang (1) wawasan dan
persepsi tutor bahasa Indonesia program Paket B yang diterapkan di daerah tapal kuda
Jawa Timur; (2) aspek-aspek kultural yang selama ini terdapat di masyarakat tapal kuda
Jawa Timur yang dipandang cocok untuk dikembangkan menjadi bahan pembelajaran; (3)

115 Edisi ke-29 Tahun 2010

bahan ajar yang selama ini diterapkan pada paket bahasa Indonesia pada program Paket B
yang diterapkan di daerah tapal kuda Jawa Timur; dan (4) menyusun perangkat prototipe
model pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kultural pada program Paket B yang cocok
diterapkan di daerah tapal kuda Jawa Timur. Untuk memperoleh tujuan (1); (2), dan (3)
digunakan desain penelitian kualitatif, dan untuk memperoleh tujuan (4) digunakan desain
penelitian pengembangan. Berdasarkan hasil deskripsi (1); (2); (3); dan kajian teori tentang
pengembangan bahan ajar serta hasil uji coba lapangan dihasilkan prototipe model
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kultural pada program Paket B yang cocok
diterapkan di daerah tapal kuda Jawa Timur. Karakteristik prototipe ini menampak pada (a)
materi pembelajaran yang bersinergi dengan nuansa budaya, norma, dan kearifan kehidupan yang selama ini berada di lingkungan siswa; (b) penyajian bahan ajar dikemas secara
komprehensif sehingga sesuai dengan realitas berbahasa; (c) sasaran materi sepenuhnya
diabdikan pada KD-KD yang tertuang dalam KTSP; (d) kemasan pengembangan-nya berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa; (e) isi bahan
ajarnya mengacu pada empat unsur keterampilan berbahasa: mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis; dan (f) strategi pembelajarannya dapat mengaktifkan dan dapat
membangun peta konsep siswa.
179
Hanik Mahliatussikah. 2009. Improving the Quality of Madrasah Ibtidaiyah in
Tulungagung Regio Through School Based Management
Kata-kata kunci: madrasah ibtidaiyah, komite sekolah, kepala sekolah

Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu pengelolaan organisasi sekolah, mutu


proses belajar mengajar, memberdayakan SDM, dan mutu pengelolaan administrasi di
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kabupaten Tulungagung. Penelitian pada tahap pertama ini
dilakukan secara survey terhadap 7 MI negeri dan 95 MI swasta. Hasil survey tersebut
dijadikan dasar bagi pembuatan rancangan produk model pengelolaan sekolah berbasis
MBS. Adapun tahap II merupakan penelitian pengembangan dan PTK. Penelitian tahap 1
telah menghasilkan profil Manajemen pengelolaan MI kabupaten tulungagung; draft model
pengelolaan MI; bahan/makalah pelatihan tahap 1; dan pelaksanaan pelatihan tahap 1
untuk kepala sekolah dan PPAI. PPAI mengunjungi MI dalam rangka memantau kegiatan
PBM, pemberdayaan SDM, dan pengelolaan organisasi dan administrasi. Selain mengajar,
guru dilibatkan dalam pengelolaan perpustakaan, UKS, koperasi, kurikulum, dan TU. Karena
alasan keterbatasan, masih sedikit guru yang mengembangkan dan menganalisis bahan
ajar dan mereka juga mengajar materi yang tidak sesuai dengan spesifikasi ijazah yang
dimilikinya. Kepala sekolah secara aktif berupaya untuk meningkatkan mutu madrasah
dengan melibatkan sivitas sekolah dengan berbagai tanggung jawab sesuai dengan tugas
masing-masing. Komite sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat telah
menjalankan funsinya, meskipun belum maksimal. Komite belum memiliki AD/ART.
Berdasarkan kondisi di lapangan tersebut, dilaksanakan pelatihan penerapan MBS untuk
kepala sekolah dan PPAI. Kegiatan tahap I ini mendapat respon positif dan memuaskan dari
para peserta dengan mengusulkan untuk diadakan pendampingan.
180
Nurul Murtadho. 2009. Kompetensi Pedagogis Guru Bahasa Arab Sekolah Menengah
(SMA/MA) di Malang Raya sebagai Acuan Pengembangan Model Pembinaan
dan Peningkatan Keprofesionalannya melalui Lesson Study
Kata-kata kunci: kompetensi pedagogis, guru BA, lesson study

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai kondisi empiris kuantitas
dan kompetensi pedagogis guru BA SMA/MA di Malang Raya. Penelitian dilaksanakan
dengan rancangan survei atau sensus yang mencakup semua sekolah menengah atas

116 Abstrak Hasil Penelitian

(SMA/MA) di Malang Raya yang menyelenggarakan program pembelajaran bahasa Arab,


beserta guru-guru bahasa Arab. Dari analisis data yang diperoleh melalui penyebaran
angket, observasi, dan telaah dokumen dirumuskan simpulan sebagai berikut. Di Malang
Raya terdapat 27 MA dan 20 SMA yang mengajarkan bahasa Arab dan 53 orang. Kompetensi pedagogis guru bahasa Arab SMA/MA secara formal memadai, relevan, dan sesuai
standar untuk menjadi guru bahasa Arab. Kemampuan guru bahasa Arab dalam menjabarkan dokumen kurikulum belum optimal. Kemampuan guru bahasa Arab dalam menggunakan strategi inovatif relatif rendah. Di sisi lain, guru bahasa Arab secara umum mempunyai
kemampuan melaksanakan evaluasi sesuai dengan tuntutan kurikulum, meskipun perlu
lebih dioptimalkan.
181
Nurul Ulfatin. 2009. Profil Wajib Belajar 9 Tahun dan Alternatif Penuntasannya pada
Daerah Rawan Drop Out dan Tidak Melanjutkan ke Sekolah Lanjutan di
Kabupaten Kediri
Kata-kata kunci: wajib belajar, alternatif penuntasan, daerah rawan drop out, lulusan tidak melanjutkan sekolah

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) profil wajib belajar 9 tahun di kabupaten
Kediri; (2) profil wajib belajar di kecamatan yang memiliki APK terendah dan tertinggi; (3)
peta masalah wajib belajar; (4) potensi sumber daya penunjang penuntasan wajib belajar;
(5) kebutuhan dan alternatif untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan wajib
belajar 9 tahun. Penelitian dilakukan dengan survei dan Focus Group Discussion (FGD).
Data dikumpulkan dengan analisis dokumen, pengamatan, wawancara, dan FGD dari 90
orang informan, dan dianalisis dengan teknik deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian adalah:
(1) profil wajib belajar 9 tahun dapat terlihat dari sisi kependudukan, pembangunan pendidikan, data pokok, pemerataan, mutu, efisiensi, dan sebaran APK tiap kecamatan; (2) profil
ketidaktuntasan wajib belajar terlihat dari rendahnya APK, jumlah sekolah, siswa, lulusan
dan drop out; (3) peta masalah ketidaktuntasan bersumber dari rendahnya ekonomi orang
tua, geografis-demografis, dan sosial-budaya orang tua; (4) potensi sumber daya yang perlu
diperhatikan dalam penuntasan wajib belajar adalah sumber daya alam dan sosial; dan (5)
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam penuntasan wajib belajar 9 tahun adalah alternatif
model pendidikan yang dikembangkan berdasarkan analisis masalah dan potensi yang ada.
182
Moh. Ainin. 2009. Eksplorasi Program Pembinaan Pelaksana Pendidikan untuk
Meningkatkan Pengelolaan Sekolah dengan Pendekatan School Based Management Secara Berkelanjutan pada Sekolah (MTs) Kawasan Pinggiran, Pedesaan, dan Terpencil di Jawa Timur
Kata-kata kunci: program pembinaan, pelaksana pendidikan, School Based Management, kawasan
pinggiran, desa terpencil

Secara umum, tujuan penelitian ini untuk mengembangkan sistem pembinaan yang
efektif bagi pelaksana pelaksana pendidikan dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MTs pada daerah pinggiran dan pedesaan,
terpencil di Jawa Timur melalui pendekatan MBS. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap
(dua tahun). Luaran penelitian pada tahap I (tahun I) adalah untuk memperoleh gambaran
objektif, sistematis, dan komprehensif tentang program pembinaan dalam meningkatkan
kualitas pengelolaan sekolah dengan pendekatan school based management yang selanjutnya pada tahun kedua dikembangkan model pembinaannya bagi pelaksana pendidikan
secara efektif dan efisien. Komponen yang dieksplor meliputi pembinan di bidang: (a) sistem
organisasi; (b) sistem pengelolaan keuangan; (c) sistem pengelolaan sarana dan prasarana;
(d) sistem pengelolaan pengembangan sumber daya manusia; (e) sistem pengelolaan

117 Edisi ke-29 Tahun 2010

pengembangan kurikulum; (f) sistem pengelolaan pembelajaran; (g) pengembangan kesiswaan; dan (h) sistem pengelolaan dalam melakukan kerjasama dengan stakeholders. Dari
hasil eksplorasi ini disusunlah draf model pembinaan yang efektif untuk membantu
pelaksana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pengelolaan MTs dengan pendekatan
MBS. Penelitian pada tahap I ini menggunakan rancangan deskriptif. Populasi penelitian ini
adalah pelaksana pendidikan pada MTs di Jawa Timur. Karena jumlahnya yang besar maka
diadakan penyampelan dengan menggunakan teknik multistages proporsional area cluster
purposive sampling. Propinsi Jawa Timur dibagi atas lima wilayah, masing-masing wilayah
diambil satu kabupaten, yaitu bagian utara (Gresik), tengah (Kabupaten Malang), selatan
(Kabupaten Tulungagung), barat (Kabupaten Jombang), dan timur (Kabupaten Probolinggo).
Masing-masing kabupaten dibagi menjadi daerah pinggiran, pedesaan, dan terpencil. Data
dalam penelitian pada tahun I ini adalah implementasi program pembinaan pelaksana
pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam tujuan penelitian. Sumber data/informan
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pihak komite sekolah, dan guru. Sumber data
lain adalah dokumen-dokumen sekolah yang terkait dengan pelaksanaan managemen
sekolah, misalnya profil MTs, RPP, daftar nilai siswa. Instrumen yang digunakan adalah
panduan wawancara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara
secara mendalam dengan kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, serta analisis
dokumen. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah: (a) identifikasi masalah; (b)
pengelompokan masalah; (c) penyajian data; (d) penjelasan data; (e) pemaknaan data; (f)
penyimpulan; dan (g) penyusunan draf model pembinaan pelaksana pendidikan untuk
dikembangkan pada tahun kedua beradasarkan temuan pada tahun pertama. Berdasarkan
paparan hasil penelitian dapat dikemukakan, bahwa pembinaan di bidang organisasi di MTs
baik di kawasan pinggiran, pedesaan, maupun terpencil telah dilakukan. Bentuk pembinaannya teraktualisasikan dalam perumusan visi, misi, dan tujuan, penataan struktur organisasinya dan job deskripsi, maupun perumusan target kerja. Akan tetapi, mekanisme pelibatan
stakeholders dalam penyusunan visi dan penyelenggaraan roda organisasi untuk MTs di
kawasan pinggiran lebih luas daripada MTs di kawasan pedesaan, apalagi MTs kawasan
terpencil. Hasil penelitian yang terkait dengan pembinaan dalam pengelolaan keuangan
dapat dikemukakan, bahwa pembinaan di MTs di kawasan pinggiran lebih terencana dan
terprogram daripada MTs pedesaan, terutama MTs terpencil. Pembinaan pengelolaan
keuangan di MTs pedesaan dan terpencil mengikuti pola pengelolaan versi BOS, sehingga
MTs ini tidak atau belum melakukan pembinaan secara khusus. Hasil penelitian yang terkait
dengan pembinaan di bidang pengelolaan sarana dan prasarana dapat dikemukakan,
bahwa MTs kawasan pinggiran lebih intensif apabila dibandingkan dengan MTs kawasan
pedesaan dan terpencil. Pembinaan ini tampak pada peningkatan kemampuan guru dalam
memanfaatkan Laboratorium dan komputer melalui workshop dan TOT operasionalisasi IT.
Dari sisi pembinaan dalam pengembangan kurikulum dapat dikemukakan, bahwa MTs yang
dijadikan sasaran penelitian ini ada yang melakukan pembinaan relatif terprogram (misalnya
MTs kawasan pinggiran) dan ada yang melakukannya secara insidental atau kebetulan.
Bahkan hampir semua MTs baik di kawasan pinggiran maupun pedesaan dan terpencil
belum mengembangkan KTSP yang mekanisme penyusunannya melibatkan berbagai
stakeholders, baik internal maupun eksternal. Hasil penelitian yang berhubungan dengan
pembinaan di bidang pembelajaran dapat dikemukakan, bahwa ada kecenderungan
pembinaan di bidang pengelolaan pembelajaran masih bersifat insidental-konvensional. MTs
belum memiliki program yang terencana dan terukur dalam melakukan pembinaan yang
terkait dengan pengelolaan pembelajaran, khususnya implementasi pembelajaran inovatif.
Dari aspek pola pembinaan kesiswaan dapat dikemukakan, bahwa pembinaan kesiswaan
dikordinasikan oleh wakasek kesiswaan. Jenis pembinaannya sebagian besar didominasi
oleh aktivitas keagamaan, misalnya kaligrafi, tilawah, membaca kitab kuning, dan kesenian
terbang. Dari sisi pembinaan di bidang kerjasama tercermin pada keterlibtan berbagai pihak
dalam mendukung aktivitas pendidikan di MTs, misalnya tokoh masyarakat dan komite
sekolah, Departemen Agama, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan setempat, Kepolisian,
dan wali murid. Akan tetapi, model jalinan kerjasama, cenderung bersifat temporal dan
insidental, belum dibangung secara kontinyu dan sistemik yang sifatnya simbiosis

118 Abstrak Hasil Penelitian

mutualism. Berpijak pada kondisi objektif dan kebutuhan MTs untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan sekolah dengan pendekatan school based management, maka kelemahan
yang paling menonjol dan urgen di bidang pengembangan SDM. Untuk itu, pembinaan
dalam pengembangan SDM, khususnya peningkatan SDM (pendidik) dalam mengembangkan kurikulum dan mengimplementasikan pembelajaran yang inovatif merupakan perioritas
utama yang diusulkan. Oleh karena itu, penelitian pada tahun II diharapkan menghailkan
luaran sebagai berikut: (a) Mengujicobakan draf model pembinaan yang efektif untuk membantu pelaksana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pengelolaan MTs dengan
pendekatan MBS dan (b) mendesiminasikan bahan model strategi pembinaan yang efektif
untuk membantu pelaksana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pengelolaan MTs
dengan pendekatan MBS.
183
Amat Nyoto. 2009. Influence of Collaborative Learning and Achievement Motivation for
Learning Result and Social Relationship
Key words: collaborative learning, achievement motivation, achievement, social relationship

Learning approach used in Automotive Power Transfering System (SPTO) subject at


Technical Engineering Major, Faculty of Engineering in State University of Malang (TM FT
UM), is known as teacher centered. Although this teacher centered tries to deliver the more
subject material but it gets some criticisms because it less considers about the various needs
of students in ability level and make them to be passive learners. Therefore, it needs a
learning approach that centered to students that will direct the students to participate actively
in teaching and learning activity. This research is done to get empirical data about the
influence of collaborative learning approach compared with conventional learning approach
and type of motivation to get best achievement of the learner to the study achievement and
social interaction level of TM FT UM learners. Based on the research result it can be
concluded that the achievement of group learner taught by using collaborative approach is
higher and significant than the conventional group.

119 Edisi ke-29 Tahun 2010

INDEKS NAMA PENELITI


A
A. Rosyid Al Atok
A. Supriyanto
Abdillah Hanafi
Abdul Gofur
Abdul Syukur Ibrahim
Abdulloh Fuad
Ach. Amirudin
Ach. Fatchan
Agung Winarno
Ahmad Munjin Nasih
Ali Imron
Ali Ma'sum
Alif Mudiono
Alwisol
Aman Santoso
Amat Nyoto
Aminnudin
Anang Santoso
Anastasia Widjajantin
Andi Mappiare AT
Anik Nur Handayani
Aning Wida Yanti
Apif M. Hajji.
Arbaiyah Prantiasih
Arbin Janu Setiyowati
Arif Nur Afandi
Aripriharta
Asim

E
27
14
40
74
83
86
75
67
45
40
114
42
35
35
10
80, 118
99
110
17
63
5
2
95
88
1
5
4
75

B
B. Sri Umniati
Bambang Budi Wiyono
Bambang Sugeng
Bambang Widarta
Betty Lukiati
Blasius Suprapta
Boedi Rahardjo
Budi Eko Soetjipto
Budi Wibowotomo

82
28
104
61
43
21
48
71
108

Eddy Sutadji
Ella Faridati Zein
Ely Siswanto
Endah Tri Priyatni
Endang Setyo Winarni
Endang Sri Redjeki
Evi Eliyanah
Evi Susanti

49
18
96
59
64
14
107
57

F
F. Danardana Murwani
Fattah Hanurawan

23
54

H
Hadi
Hadi Sumarsono.
Hakkun Elmunsyah
Hanik Mahliatussikah
Hardika
Haris Anwar Syafrudie
Hariyono
Hartatiek
Heny Kusdiyanti
Heru Suryanto

111
78
108
115
81
79
106
3
112
79

I
I Made Seken
I Wayan Dasna
Ibnu Samsul Huda
Ida Siti Herawati
Imam Agus Basuki
Imam Machfudz
Imam Mukhlis
Imam Nawawi
Imanuel Hitipeuw
In`am Sulaiman
Ipung Yuwono
Irawan
Ita Prihatining Wilujeng

55
34
73
20
60
89
25
56
36
27
104
72
51

120 Abstrak Hasil Penelitian

D
Dian Ariestadi
Diyah Sulistyorini
Djoko Saryono.
Dwi Listyorini
Dwi Sulistyorini
Dwiyono Hari Utomo

J
61
42
97
29
41
102

Joko Sayono

30

K
Kariyoto, Zulkarnain
Karyadi

6
25

R
K
Kholisin
Kusubakti Andajani

94
32

L
Laurent Octaviana
Lia Yuliati
Ludi Wishnu Wardana

11
44
23

Ratna Trieka Agustina


Rina Rifqie Mariana
Rini Nurhakiki
Roesdiyanto
Rosyidah
Rudi Irawanto
Ruminiati

74
9
58
99
2
102
36

S
M
M. Alfian Mizar
M. Misbahul Amri
Maftuchin Romlie
Mahmuddin Yunus
Mardi Wiyono
Mardianto
Mardji
Markus Diantoro
Marthen Pali
Martutik
Maryaeni
Masnur Muslich
Mimien Henie Irawati
Moh. Ainin
Muakibatul Hasanah
Muhammad Ashar
Mujianto
Muntholib
Muntholib
Munzil

109
85
10
3
76
36
70
109
113
76
114
65
101
116
100
81
33
8
22
12

N
Nasikh
Nindyawati
Nunung Nurjanah

45
62
49

Sardjono
Setyo Budiwanto
Singgih Susilo
Siti Asmah
Siti Imroatul Maslikah
Siti Malikhah Towaf
Siti Sendari
Siti Thoyibatun)
Siti Zubaidah
Sjafruddin A.R.
Sokhibul Ansor,
Sri Pujiningsih
Sri Rachmajanti
Sri Rahayu Lestari
Sri Sumartini
Sri Umi Mintarti
Sri Untari
Sri Wahyuni
Subagyo
Subandi
Subandi
Sucipto
Sudarmiatin
Sugeng Utaya
Sugiharto

58
71
73
37
4
72
87
26
103
38
6
26
65
57
45
46
47
13
48
8
92
63
88
86
19

121 Edisi ke-29 Tahun 2010

N
Nur Hadi
Nur Sunoto
Nurchasanah
Nurul Murtadho
Nurul Ulfatin

S
22
111
66
115
116

P
Ponimin
Pranti Sayekti
Pranti Sayekti
Puji Handayati.
Pujiyanto
Purwatiningsih
S. Mundzir
Sadun Akbar

87
98
41
70
105
94
77
101

Suhadi
Sujadi
Sukarni
Sulistyorini
Sumanto
Suparno
Supriyadi
Supriyono Koes H.
Susilowati
Susilowati
Sutatmi
Sutrisno
Suyono
Syafaat
Syihabudhin

16
7
82
53
19
114
53
67
12
44
52
93
21
97
24

122 Abstrak Hasil Penelitian

INDEKS KATA-KATA KUNCI


A
abrasi
achievement
achievement motivation
adati
agama
agama negara
akses pendidikan
akuntansi
alat reproduksi
alternatif penuntasan
ampas tebu
anak autis
anak jalanan
anak jalanan
anak TK
anak usia dini
anak usia sekolah dasar
anggaran partisipasi
antibodi poliklonal
Antikarsinogenesis
antioksidan
antivitas GST dan Sitokrom P450
apresiasi prosa
asam adipat
asam borat-boraks
audio-visual
autis
autisme

99
118
118
41
72
22
108
26
64
116
57
36
64
13
55
96
32
23
67
74
57
29
60
8
9
65
36
35

B
Badan Layanan Umum BLU)
bahan aditif pewarna
bahan ajar
bahasa Arab
bahasa dan seni
bahasa jender
Bahtsul Masail
balanced scorecard (BSC)
bambu petung
bangunan gedung
banjir dan Longsor

6
34
36, 37
73
97
83
30
69
25
50
87

123 Edisi ke-29 Tahun 2010

barang bekas
batu dan beton
beban
Behavior Problems
Bendungan Sengguruh
beragama
berpikir kritis
bilingual teaching
bimbingan dan konseling
biodesel
bioetanol
biogas
black campaign
blue print
bola basket mini
BPM
branch addition
buah nangka
budaya etnik using
Budaya lokal
budaya organisasi
buku ajar
buku bacaan SD
buku panduan
buku panduan guru
buku pedoman
buku saku
bulutangkis
BUMDes
Bursa Efek Indonesia
burung Jeru

112
62
5
36
12
45
103
65
1
10, 79, 92
57
11
107
106
53
14
5
11
21
87
23, 28
56, 100, 105
110
70
54
45, 111
72
71
70
26
12

C
Candi Bajang Ratu
catcher
cerita
cerita bergambar
cerita rakyat
child marriage
collaborative learning
compact disk interaktif
consumer positive image
contextual learning model
credit of BUMDES
cross culture understanding
Curcuma heyneana Val & van Zijp

29
7
32
41
41
90
118
1
24
65
88
94
43

124 Abstrak Hasil Penelitian

D
daerah rawan drop out
dampak globalisasi
dana alokasi khusus
Dana Alokasi Umum
DAS Brantas
database
Deep Dialogue/Critical Thingking
demokrasi Indonesia
desain komunikasi visual
desentralisasi fiskal
dialog
difusi teknologi tepat guna
Digital Down Counter
DSS

116
75
95
25
87
3
47
106
105
25
32
11
5
69

E
efisiensi
ekspresi
ekstrak bawang lanang Tengger
E-Learning
elementary school
Endorphin
energy storage
entrepreneurship value
esktrak etanol kulit buah rambutan
estetika
etnik Madura
evaluasi diri
EWMP

7,10,92
83
4
48, 53, 59, 99
36
19
109
45
57
19
18
1
3

F
fasilitator belajar
fiscal federalisme theory
Fly Ash
Focus Group Discussion
formaldehida
free fluid flow

63
25
99
79
7
82

G
gaya geser
gen H-Ras
gen p53
gender
geografis

62
74
74
52
42

125 Edisi ke-29 Tahun 2010

Gizi buruk
glukosa darah
Good Corporate Govermance
GPM
Group Investigation,
GTT
guided reading
guru BA
Gynura procumbens

81
4
23
14
71
4
35
115
29, 74

H
hak-hak reproduksi
harmoni sosial
harmoni sosial
harmoni sosial
harmoni sosial
harmonisa
hasil belajar siswa
hasil sosial
hermeneutika
HIV
hukum perkawinan anak-anak
humas
hutan mangrove

40
83
111
110
113
4
75
80
83
64
90
6
76

I
identitas jender
ilmu antropologi
implementasi
indikator mutu
induksi
industri kecil mebel
Industri Kecil Pengolah Hasil Pertanian
industri kreatif
informasi
Informasi Dini (early warning)
Inkuiri
inovasi
inovatif
integrasi bangsa
integrated science teaching material
interaksi sosial
internalizing teaching model
international publication
international standard schools
internet banking

33
105
14
49
67
45
109
97, 111
69
87
71
97
114
111, 113
44
83
45
107
65
23

126 Abstrak Hasil Penelitian

inventarisasi
ion-ion logam
IPA Terpadu
IPS SD
IPS-Geografi

16
34
67
71
67

J
jaringan kurikulum
jasa boga
jawa timur
jejaring sosial
Jigsaw,
Job Relevant Information
jurnal UM

1
52
73
102
71
23
6

K
kajian estetis-simbolis
kamus elektronik
kapasitas tekan
kapasitor simetrik
kapita selekta budaya
karakter dan gaya
karakteristik
karya lukis
katalog
kawasan pinggiran
kayu sengon
KDRT
keahlian konstruksi
keanekaragaman budaya
kebijakan Depdiknas program BSE
kebijakan perguruan tinggi
kekritisan penalaran
kelompok
kemahiran berbicara
kemampuan kognitif
kemampuan psikomotorik
kemiskinan
kenyamanan hidup
kepala sekolah
kepemimpinan transformasional
kerajinan tradisional
keramik
Keraton Singhasari
kerja turbin

29
58
25
109
98
41
17
20
7
116
25
72
50
110
108
6
32
27
94
114
114
88
102
28, 115
28
98
87
21
82

127 Edisi ke-29 Tahun 2010

kerjasama
kesegaran jasmani
ketahanan mental remaja
keterampilan Bahasa Inggris
keterampilan komunikasi
keterampilan motorik
kewirausahaan kreatif
kiai salaf
kinerja manajemen
kinerja teknis
kitab Kuning
kitab kuning
kolom laminasi
komite sekolah
komitmen organisasi
kompetensi IPA
kompetensi literer
kompetensi pedagogis
kompleks eRF10eRF3
komponen mutu
komunitas Tengger
konflik
konstruksi
konstruksi model
konstruktivisme
konsultasi bisnis
kortisol
kosa kata
kreativitas
kreativitas belajar
krisis etika
KTSP
kualitas pembelajaran
kualitas pembelajaran
kualitas soft skill
kultur
Kultur in vitro C. heyneana
kultural

80
53
114
74
63
53
97
27
23
95
42
97
25
115
23
67
60
115
22
49
22
15
33
105
67
112
19
65
97
63
94
104
76
113
85
63
43
114

L
Laboratory Training
lagu daerah
Lahan kritis
landuse change
landuse management
latihan dan pembelajaran

62
21
79
86
86
99

128 Abstrak Hasil Penelitian

layanan
Layout
lembaga sekolah
lesson study
life skill
ligan karboksilat
limbah
lingkungan
lingkungan hidup
literatur primer
loans and saving groups
lulusan tidak melanjutkan sekolah

7
5
69
115
37, 75, 77, 78
34
57
32
103
6
48
116

M
madrasah ibtidaiyah
madrasah ibtidaiyah
magnetik cair
mahasiswa aktivis
makna karir
managemen laboratorium
manajemen
Manajemen Bencana
manajemen laba
manajemen peningkatan mutu
manfaat minyak
masa kerja
masyarakat Jatim
masyarakat kreatif
mata pelajaran akuntansi
matapencaharian
matematika
Matematika bilingual
media gambar
media komunikasi
media massa
media pembelajaran
Media pertumbuhan kalus
media visual
membaca
membaca ekstensif
membaca intensif
metode pembelajaran
metode pembelajaran kooperatif
metode strukturalisme
micro finance institution

73
115
86
14
18
7
104
87
26
58
93
28
19
97
46
81
104
2
55
6
33
65
43
41
59
100
76
42, 97
2
72
48

129 Edisi ke-29 Tahun 2010

microwave
mikroalga laut
Mikroelektronika
Minyak atsiri Curcuma
minyak goreng bekas
minyak jarak
minyak nabati
minyak sawit
MMC
model
model circuit training
model cooperative learning
model CPD (Continuing Profesional Development)
model dan prototip
model evaluasi diri
model evaluasi mutu sekolah
Model Implementatif Adopsi Teknologi
model kantung plastik
model layanan administrasi
model pelatihan keliling
model pelatihan transformative
model pembelajaran
model pembiayaan
model pendampingan
model pendidikan
Model portal
model toleransi
motivasi kerja
multikultural(isme)
multimedia interaktif
MURAHATI
musik keras
musik lambat
mutan sup45

92
79
5
43
10
10,92
93
10,92
99
35
2
54
113
82
58
49
109
11
81
108
40
46, 55, 94, 101, 104, 114
96
112
101
62
45
28
110
2
49
19
19
22

N
nanomaterial
narkoba
nasabah bank
nilai budaya
nilai kearifan lokal
nilai ketuhanan
nilai personal
nilai sosial
novel bertendensi Kenusantaraan

109
13
23
30
114
30
30
30
60

130 Abstrak Hasil Penelitian

O
obyek wisata
olahraga
olahraga dan kesehatan
optimalisasi
optimizing.

12
19
53
45
86

P
paket tutorial
parameter meteorologist
partikel nano
PAUD
pedesaan
pelaksana pendidikan
pelatihan kewirausahaan
pelumas non-petrolium
pembangunan pendidikan
pembelajaran
pembelajaran Baca-Tulis
pembelajaran kolaboratif
pembelajaran kontekstual
pembelajaran kooperatif tipe STAD
pembelajaran matematika
pembelajaran moral
pembelajaran PKn
pembelajaran sastra
pembelajaran tematik
pemberdayaan industri kecil
pemberdayaan masyarakat
pembinaan keuangan
Pemecahan Masalah
pemeliharaan jalan raya
pemertahanan
pemetaan potensi
pencitraan
pendekatan integratif-interkonektif
pendekatan kontekstual
pendekatan parsipatif
Pendidikan Agama Islam
pendidikan budi pekerti
pendidikan cross culture understanding
pendidikan formal
pendidikan hukum
pendidikan jasmani
pendidikan karakter

3
102
86
61
88
116
51
93
27
35, 53, 73
66
80
67
75
58
55
54
41
42
88
76, 101, 107
96
61, 67
48
15
9
20
38
46
102
38
66
85
28
56
36, 53
101

131 Edisi ke-29 Tahun 2010

pendidikan lingkungan hidup


pendidikan luar sekolah
pendidikan multikultural
pendidikan nilai
pendikan keterampilan hidup
penetrasi
pengambilan keputusan moral
pengawetan bambu
pengekangan
pengelolaan sampah
pengembangan
pengembangan bahan ajar
pengembangan buku ajar
pengembangan desain
pengembangan E-Media
pengembangan instrument
pengembangan kurikulum
pengembangan materi pembelajaran
pengembangan media bergambar
pengembangan model
pengembangan Model pembelajaran
pengembangan perangkat pembelajaran
pengembangan seni
pengembangan wirausaha
pengentasan kemiskinan
pengermbangan buku ajar
pengguna narkoba
pengomposan sampah organik
peranserta masyarakat
percakapan antaranak
percepatan studi
perempuan
perencanaan strategic
perhutanan sosial
perilaku
perilaku belajar
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
perkawinan anak di bawah umur
perluasan dan pemerataan
pertarungan simbolik
perusahaan
pesanggem
pesantren
Pesantren Salaf
pesisir pantai
peta terestris

76
40
59
101
73
22
27
8
62
12,44
1
61
74
87
44
35
1,36
60
63
51, 64
47
59,103
111
78
77
76
96
70
96
89
105
40
69
37, 77
13
81
14
90
108
33
26
37, 77
18
52
75
21

132 Abstrak Hasil Penelitian

petani
photobioreaktor
physical fitness
pisang kepok
plywood
pola
pola adaptasi
pondok pesantren
praktik
praktik belajar kewarganegaraan
prestasi belajar
Problem Based Learning
problems in article writing
problem-solving
profesionalitas pamong
profil bahan ajar
program paket B
program pembinaan
prosa fiksi
protein 116 kDa
prototype
PSIM toolbox
PTN

81
79
99
16
8
27
27
30, 97
62, 114
47
80
46
107
3
40
89
114
116
15
67
58
4
26

R
ragam burung
ragam hias
ragam hias adati
ragam wilayah
rehabilitasi
religius undangan perkawinan
remaja drop-out
remaja putus sekolah
remaja usia produktif
rhetorical profiles
rumah tangga

12
29,41
98
42
95
19
78
73
108
107
44

S
sampah organik
santri
santri putri
sarana pembelajaran
sastra peranakan Tionghoa-Indonesia
sayuran organik
school based management

12
18
40
61
30
51
104

133 Edisi ke-29 Tahun 2010

School Based Management


science learning
SD Kota Malang
sedimentasi
sekolah bertaraf internasional
sekolah dasar
sekolah menengah pertama
sekolah rawan bencana
sekolah rusak
sektor kreatif
sel baterei
self-study materials
seni rupa
seniman perempuan
sentra industri kecil
sentra kerajinan tradisional
senyawa kompleks
servqual dimestions
sifat mekanik
sikap non estetik
simpangan
Simulasi
simulasi bermain
sintesis
sistem ganda
sistem informasi
sistem komunal
Siswa Kelas 3 SD
siswa SMP
Sitotoksisitas
smart ID
SMK
SMM
SMP/MTs
SMS
social relationship
Social Security Administration
Social Security Card
soft-skills
soil biophysical characteristic
sosialisasi
sosiokultural
stabilitas
STAD
standar
standar bangunan

116
44
49
12
2
42, 101
114
67
95
97
109
107
55
20
96
41
34
24
9
94
62
5,69
64
86
82
3,87
12
74
67
57
81
58,61,114
14
44
69
118
81
81
63,114
86
72
27
5
71
49
61

134 Abstrak Hasil Penelitian

standar proses
strategi
stress
Structural Equation Model
struktur gempa
sumberdaya
suplemen

104
72
19
25
82
45
107

T
Taman Kanak-kanak
tanah longsor
tapal kuda Jawa Timur
tata ruang
Teacher Perception
teater kontemporer
tegangan
teknik permainan
teknologi pengomposan
televisi
tenaga kerja wanita pengentasan kemiskinan
Tengger
terminasi translasi
termodinamika
TGT
the forceful of Ethek
tokoh perempuan
TQM
transfer of learning
tulangan bambu
tunaganda

61
79
114
21
36
111
5
73
11
107
85
45,111
22
3
71
88
15
14
63
82
17

U
uji sertifikasi
ultrasonic
ultrasonik
Undang-undang
UPM
usaha kecil
usia
usia prasekolah

50
92
10
72
14
96
28
66, 89

V
VCT
video pembelajaran
virtual library

55
71, 75
42

135 Edisi ke-29 Tahun 2010

W
wajib belajar
water absorption
We Based Learning
Web
wirausaha

116
86
48
81
52

Anda mungkin juga menyukai