Edema Serebri
Edema Serebri
EDEMA CEREBRI
DISUSUN OLEH:
Caesario Arlingga
Nurul Ekayanti
Ernawati
Imelda Wijayanti
Prajatiya Harwoko
Intan Kataliya D
Kukuh Prakosa
Putik Kusumasari
Muhamad Suryo N
Sugiyarto
Tatik Sugiyanti
Nurhayati
Tri Rahmawati
TINJAUAN KONSEP
1. PENGERTIAN
Edema serebri atau edema otak adalah keadaan patologis terjadinya
akumulasi cairan di dalam jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak.
Dapat terjadi peningkatan volume intraseluler (lebih banyak di daerah
substansia grisea) maupuri ekstraseluler (daerah substansia alba), yang
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial.
Edema serebri ialah pembengkakan otak akibat bertambahnya volume
air dalam jaringannya (Miller, 1976).
Volume air (ml/100 gr otak) pada otak normal dan edema serebri
Otak normal
Edema serebri
Substansi grisea
80
82
Substansi alba
70
76
Total
77
79
2. ETIOLOGI
Edema otak dapat muncul pada kondisi neurologis dan nonneurologis:
a. Kondisi neurologis : Stroke iskemik dan perdarahan intraserebral,
trauma kepala, tumor otak, dan infeksi otak.
b. Kondisi non neurologis : Ketoasidosis diabetikum, koma asidosis laktat,
hipertensi maligna, ensefalopati, hiponatremia, ketergantungan pada
opioid, gigitan reptil tertentu, atau high altitude cerebral edema
(HACE).
3. KLASIFIKASI
Edema serebri dibagi atas dua bagian besar, yaitu :
a. Berdasarkan lokalisasi cairan dalam jaringan otak
1). Edema serebri ekstraseluler, bila kelebihan air terutama dalam
substansia alba
2). Edema serebri intraseluler, bila kelebihan air terutama dalam substansia
grisea
b. Berdasarkan patofisiologi
1). Edema serebri vasogenik
Paling sering dijumpai di klinik. Gangguan utama pada blood
brain barrier (sawar darah-otak). Permeabilitas sel endotel kapiler
meningkat sehingga air dan komponen yang terlarut keluar dari kapiler
lamamakin
membengkak
dan
akhirnya
pecah.
Akibat
Vasogenik
Blood brain
Sitotoksik
Gangguan
+
Bertambah
Osmotik
Obstruksi
Hidrostatik
Sirkulasi
osmotik
+
+
Normal
+
+
Normal
+
+
Hanya kadar
Air + Na
air bertambah
Bahan
Operasi
vaskuler
Ultrastruktur :
Ekstraseluler
Infraseluler
Komposisi cairan
Filtrat plasma
+
Plasma
Terapi
(protein)
Dexametason
+
Normal
osmotik
4. PATOFISIOLOGI DENGAN PATHWAYS
a. Vasogenic edema
Pada vasogenic edema, terdapat peningkatan volume cairan ekstrasel
yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler. Vasogenic
edema
ini
disebabkan
oleh
faktor
tekanan
hidrostatik,
terutama
meningkatnya tekanan darah dan aliran darah dan oleh factor osmotic.
Ketika protein dan makromolekur lain memasuki rongga ekstraseluler otak
karena kerusakan sawar darah otak, kadar air dan natrium pada rongga
ekstraseluler juga meningkat.
intoksikasi
(dimetrofenol,
triethylitin,
hexachlrophenol,
Pathway
Neorologis
Non neorologis
Luka tembus,
luka lecet
Cedera primer/langsung
Laserasi
Gangguan
persepsi-sensori
Reflek batuk
menurun
perubahan pola
pernapasan
Hipoksia
Oedema Jaringan otak
Energi berkurang
Vasodilatasi cerebral
Aliran darah ke otak
bertambah
Penekanan pembuluh darah dan
jaringan cerebral
Cedera sekunder/
tak langsung
Peningkatan
asam laktat
Gangguan
perfusi serebral
Lemah,lesu
Gangguan
mobilitas
Nyeri
kepala
Pola nafas
TIK
meningkat
fisik/intoleran aktivitas
tak efektif
Kurang Perawatan Diri
Depresi sistem pernapasan
Gangguan rasa
Mual,
muntah,
nafsu
nyaman: nyeri
Risiko kurang nutrisi
makan turun
dari kebutuhan
(Doengoes,2000)
(Hudak dan Gallo,1996)
(Brunner dan Suddarth,2001)
5. MANIFESTASI KLINIK
medular.
Hal
ini
merupakan
mekanisme
untuk
Manitol
b.
Efek Ostnotik
c.
Efek Hemodinamik
d.
Manitol
Dosis awal manitol 20% 1-1,5 g/kgBB IV bolus, diikuti dengan 0,250,5 g/kgBB IV bolus tiap 4-6 jam. Efek mak-simum terjadi setelah 20 menit
pemberian dan durasi kerjanya 4 jam.
Pernberian manitol ini harus disertai pemantauan kadar osmolalitas
serum. Osmolalitas darah yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko gagal
cedera kepala berat dengan hemodinamik yang stabil. Terapi ini biasanya
digunakan pada kasus yang refrakter terhadap pengobatan lain maupun
penanganan TIK dengan pembedahan.
Furosemid
Terkadang dikombinasikan dengan manitol. Terapi kombinasi ini telah terbukti
berhasil pada beberapa penelitian. Furosemid dapat meningkatkan efek
manitol, namun harus diberikan dalam dosis tinggi, sehingga risiko terjadinya
kontraksi volume melampaui manfaat yang diharapkan. Peranan asetasolamid,
penghambat karbonik anhidrase yang mengurangi produksi CSS, terbatas pada
pasien
high-altitude
illness
dan
hipertensi
intrakranial
benigna.
serebri,
tekanan
intrakranial
meningkat,
yang
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian pola fungsional menurut Doenges (2001) :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Tanda:
Perubahan
kesadaran,
letargi,
hemiparese,
keseimbangan,
cedera
(tauma)
ortopedi,
c. Integritas Ego
Gejala :
Tanda:
d. Eliminasi
Gejala:
Inkontinensia
kandung
kemih/usus
atau
Tanda:
f. Neurosensori
Gejala:
Perubahan
dalam
penglihatan,
seperti
Perubahan
kesadaran
bisa
sampai
koma,
konsentrasi,
pemecahan
masalah,
pupil
(respon
terhadap
cahaya,
Kehilangan
pengindraan,
seperti:
simetris.
Genggaman
lemah,
tidak
Apraksia,
hemiparase,
quadreplegia.
terhadap
sentuhan
dan
gerakan.
Tanda:
Wajah
menyeringai,
respon
menarik
pada
i.
Keamanan
Gejala:
Tanda:
Kulit:
Laserasi,
abrasi,
perubahan
warna,
seperti
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
rencana
pemulangan:
transportasi,
perawatan,
menyiapkan
pengobatan,
makan,
tugas-tugas
5. Resiko
injuri
berhubungan
dengan
menurunnya
kesadaran
atau
injuri
berhubungan
dengan
menurunnya
kesadaran
atau
Kurangi
Berikan
dengan steril dan hati-hati. Kaji tanda dan gejala adanya meningitis,
termasuk kaku kuduk, iritabel, sakit kepala, demam, muntah dan kenjang.
8. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma
kepala. Tujuan : Anak dan orang tua akan menunjukkan rasa cemas
berkurang yang ditandai dengan tidak gelisah dan orang tua dapat
mengekspresikan perasaan tentang kondisi dan aktif dalam perawatan
anak. Intervensi : Jelaskan pada anak dan orang tua tentang prosedur
yang akan dilakukan, dan tujuannya. Anjurkan orang tua untuk selalu
berada di samping anak.
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Chandra.1979. Diagnostik dan Penanggulangan Penderita dalam Coma
Cermin Kedokteran
Berkow R. Talbott JH. 1977. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy 13th
ed. New York: Merck & Co Rahway
Brunner & Suddart, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Volume 1, Jakarta : EGC
Brunner & Suddart, 2001, Keperawatan Medikel Bedah Volume 2, Jakarta : EGC
Carpenito LJ, 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik, Edisi
6, Jakarata: EGC
Doenges M.E., 2001, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 ,
Jakarta: EGC.
Fisman R. 1984. Steroid in the Treatment of Brain Edema (Abstract) Medical
Currents
Krupp MA, Chatton MJ. 1976. Current Medical Diagnosis and Treatment, 13th
ed., Los Altos, California: Lange Medical Publications..
Lumbantobing SM. 1981. Edema Otak dalam Kedaruratan dan Kegawatan Medik
Editor: Arjatmo Tjokronegoro dan H. Ahmad Husen Markum FK-UI
Jakarta.
Mansjoer A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Jakarta: Media
Aesculapis FKUI
Markam, S.(1999). Cedera tertutup kepala. Jakarta : FKUI
Menkes JH. 1980.Texbook of Child Neurology 2nd ed., Philadelphia: Lea &
Febiger.
Miller JD. 1976.Cerebral Oedema Rassegna Medics, LIII.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika : Jakarta