Anda di halaman 1dari 29

L aporan Tugas Akhir

Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

BAB IV
PROYEK EPC
(ENGINEERING, PROCUREMENT,CONSTRUCTION)
4.1

Pengertian Proyek EPC

EPC

adalah

melimpahkan

salah

satu

tanggung

bentuk
jawab

konsep
atas

manajemen

kegiatan

proyek

yang

perancangan/desain

(Engineering), pengadaan material/peralatan (Procurement) dan pelaksanaan


konstruksi (Construction) kepada kontraktor EPC.
Proyek EPC seringkali ditemukan pada proyek skala besar atau biasa
dikenal dengan istilah special proyek,seperti pembangunan industri atau
pabrik seperti kilang minyak, pabrik pupuk, yang membutuhkan dana
besar dan mencapai ribuan item kegiatan. Proyek tersebut membutuhkan
teknologi amat tinggi dalam pengerjaannya sedemikian sehingga untuk
tahap pengadaannya (Procurement) pun membutuhkan dana dan teknologi
tinggi yang sangat berpengaruh pada tahap berikutnya yaitu pelaksanaan
konstruksi (Construction).
4.2

Latar Belakang Timbulnya Proyek EPC

Seperti halnya pada proyek konstruksi tradisional, manajemen proyek


dengan konsep EPC bertujuan sama yaitu tercapainya persyaratan biaya,
mutu dan waktu. Hal tersebut juga menjadi latar belakang timbulnya
proyek EPC dan dapat dilihat pada penjelasan berikut :
a. Waktu penyelesaian
Dengan menggabungkan kegiatan desain, pengadaan dan konstruksi
maka akan dihasilkan waktu penyelesaian proyek yang lebih singkat
dengan tujuan agar proyek tersebut dapat lebih cepat beroperasi. Hal ini
berkaitan dengan adanya investasi pada proyek konstruksi. Karena
dengan

semakin

cepatnya

proyek

beroperasi

maka

uang

yang

diinvestasikan akan lebih cepat kembali.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -1

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
b. Pertimbangan anggaran biaya
Pemilik proyek menginginkan untuk mengeluarkan biaya keseluruhan
yang serendah mungkin sesuai dengan pengembalian investasi yang
semaksimal mungkin dan dengan keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini
dapat dicapai dengan cara memperpendek waktu penyelenggaraan
konstruksi, mengurangi resiko

yang mungkin terjadi, melakukan

perencanaan yang cukup lama agar mendapatkan hasil yang matang


dan

sebagainya.

Dengan

berkurangnya

waktu

penyelenggaraan

konstruksi maka biaya overhead proyek dapat lebih berkurang.


c. Standar mutu
Pemilik proyek EPC yang hendak mempekerjakan kontraktor EPC akan
membutuhkan standar mutu dan pelaksanaan pada masing-masing
pekerjaan pada proyeknya. Pada proyek EPC, kontrak harus meliputi
pokok-pokok tentang spesifikasi disamping waktu dan biaya. Hal ini
terutama karena proyek EPC merupakan proyek yang mempunyai
tingkat kesulitan lebih tinggi dan jumlah kegiatan lebih banyak (dapat
mencapai ribuan item kegiatan) dibanding proyek konstruksi tradisional.
4.3

Jenis Proyek EPC

Proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan proyek dengan hasil akhir


suatu bangunan fisik. Jenis-jenis proyek konstruksi tersebut dapat berupa
bangunan gedung perumahan, perkantoran, pabrik, maupun bangunan
sipil (jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnnya).
Proyek EPC tidak pernah diterapkan pada proyek bangunan gedung, tetapi
seringkali ditemukan pada pembangunan pabrik yang membutuhkan dana
besar dan mencapai ribuan item kegiatan. Proyek semacam ini biasanya
pembangunan ditujukan untuk menghasilkan suatu produk dengan
spesifikasi tertentu misalnya gas dengan tekanan tertentu, listrik dengan
daya tertentu dan minyak dengan jumlah tertentu, berbeda dengan
bangunan gedung yang dibangun untuk digunakan misalnya untuk dihuni,
dijadikan perkantoran, atau pusat pembelanjaan dan sebagainya.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -2

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Ditinjau dari hasil akhir kegiatan proyek konstruksi, jenis proyek EPC
merupakan jenis bangunan industri. Beberapa bidang yang telah ada pada
proyek semacam ini misalnya proses pengolahan suatu zat liquid (refinery)
seperti proyek kilang minyak, pembangkit tenaga (power generation) dan
produksi manufaktur. Karena biasanya bangunan proyek semacam ini
berbentuk pabrik yang melakukan proses dan memproduksi zat tertentu,
proyek semacam ini disebut juga pabrik proses (process plant) atau pabrik
industri (industrial plant).
Ketika proyek semacam ini dibangun, biasanya terdapat pekerjaan instalasi
yang lebih banyak dibandingkan pada proyek bangunan gedung, misalnya
pekerjaan instalasi pipa, turbin, boiler dan kompresor. Pembangunan
konstruksi biasanya ditujukan sebagai struktur penunjang instalasi
tersebut misalnya pembangunan pondasi mesin sebagai tempat dudukan
mesin-mesin pabrik tersebut. Selain itu, beberapa pekerjaan konstruksi
lainnya berperan dalam pekerjaan persiapan proyek seperti pembersihan
lahan

(land

clearing),

pembangunan

jalan

(acces

road),

fasilitas

penyimpanan barang (warehouse), kantor direksi (direction kit) dan fasilitas


lainnya.
Dalam mewujudkan proyek semacam ini beberapa masalah yang seringkali
timbul adalah dalam mengkoordinasikan pekerjaan instalasi dengan
pekerjaan konstruksi. Biasanya pekerjaan konstruksi harus menyesuaikan
kepada jenis instalasinya, oleh karena itu dalam melakukan kegiatan harus
didahului dengan perencanaan yang matang, misalnya dalam membangun
pondasi mesin harus memperhatikan spesifikasi mesin seperti dimensi,
berat, getaran dan sebagainya. Sehingga ketika tahap perencanaan
berlangsung selalu terjadi revisi atau peninjauan ulang kembali antar
pekerjaan instalasi dan konstruksi yang dilakukan terus-menerus sampai
dicapai rancangan akhir.
Kegiatan-kegiatan pembangunan proyek semacam ini merupakan pekerjaan
yang menyatukan peran multi disiplin (multi disciplinary). Kegiatan proyek
tersebut berkaitan dengan kegiatan produksi dalam suatu pabrik yang
biasanya dilakukan untuk memproses suatu zat, untuk itu diperlukan

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -3

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
adanya mesin-mesin berikut dengan instrumentasinya, menjalankan mesin
tersebut dengan suatu sumber listrik, dan mengadakan struktur yang
menunjang mesin-mesin tersebut.
Oleh

karena

itu

diperlukan

integrasi

peran

multi

disiplin

untuk

mewujudkannya seperti disiplin proses, instrument, mekanikal, listrik dan


sipil. Kegiatan mengintergarsikan multi disiplin misalnya dengan adanya
dokumen P & ID yang berisi diagram pipa dan instrumen yang mencakup
posisi, letak dan hubungan antar pipa, instrumen dan peralatan. Dokumen
tersebut selanjutnya menjadi dasar bagi disiplin lain untuk menentukan
denah, kedudukan peralatan dan membuat gambar perencanaan serta
model. Untuk membuat P & ID dibutuhkan gambar aliran utama yang
dibuat displin proses.
4.4 Rangkaian Kegiatan Proyek EPC
Proyek EPC mengalami kegiatan-kegiatan proyek seperti pada proyek
konstruksi tradisional, namun memiliki beberapa modifikasi. Hal ini
disebabkan karena karakteristik proyek EPC merupakan proyek industri.
Secara lengkap tahapan-tahapan kegiatan yang terjadi pada proyek EPC
dapat dilihat pada gambar berikut :

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -4

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.1 Rangkaian kegiatan proyek EPC


Terdapat sedikit perubahan urutan kegiatan antara proyek konstruksi
tradisional

dan

proyek

EPC.

Pada

proyek

EPC

tahapan

pengadaan/pelelangan untuk penentuan kontraktor terpilih terjadi sebelum


desain. Pada proyek konstruksi tradisional kegiatan pengadaan material
dan peralatan tidak dipisahkan dari kegiatan konstruksi. Sedangkan pada
proyek EPC, kegiatan pengadaan barang terpisah dari kegiatan konstruksi,
dilakukan setelah tahapan desain/perancangan selesai. Hal ini disebabkan
pengaruh kegiatan pengadaan pada proyek konstruksi tradisional tidak
sebesar pada proyek EPC.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -5

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

4.5

Data Proyek EPC

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa proyek EPC tergolong ke dalam


proyek yang membangun bangunan industri. Proyek semacam ini terdiri
dari ribuan item pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu misalnya
dalam menangani mesin-mesin berteknologi tinggi dan berasal dari berbagai
multi disiplin ilmu sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja. Sebagai
contoh proyek EPC, di bawah ini terdapat 2 proyek pembangunan
pembangkit listrik bertenaga uap (PLTU) yaitu proyek PLTU 2 SULUT dan
proyek PLTU 1 BANTEN 1 SURALAYA UNIT 8. Pada proyek PLTU ini jenis
kontrak yang digunakan yaitu tipe kontrak lumpsum fixed price ( kontrak
harga

tetap

pekerjaaannya

dengan
hingga

lumpsum)
selesai

perubahan volume pekerjaan.


detail

pekerjaan

yang

dimana

dengan

kontraktor

biaya

tetap

melaksanakan

meskipun

terjadi

Kontrak jenis ini digunakan jika semua

dilaksanakan

diketahui

dan

kemungkinan

perubahan/variasi sangat kecil. Dengan adanya kontrak tersebut, maka


owner dapat memperkirakan biaya total proyek.
4.5.1 Proyek PLTU 2 SULUT
Proyek PLTU 2 SULUT merupakan sebuah pembangkit listrik bertenagakan
uap berkapasitas 2 X 25 MW di daerah Amurang Barat, Desa Moinit, Kab.
Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Tujuan dari pembangkit listrik ini
adalah untuk menyuplai tenaga listrik untuk keperluan industri dan
publik. Pada proyek ini PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan
pemilik proyek (owner) dan PT. Wijaya Karya sebagai kontraktor EPC. Dari
proyek ini didapatkan data berupa struktur organisasi dari kontraktor
utama dan hubungan organisasi yang terjadi pada proyek ini.
Berikut Data umum proyek:
Nama Proyek

: Pembangkit Listrik Tenaga Uap kapasitas 2x25 MW

Lokasi

: Amurang Barat, Desa Moinit, Kab.Minahasa Selatan


Sulawesi Utara

Koordinat Geografis : N 111100 EL dan E 12428883

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -6

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Pemilik Proyek

: PT Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN).

Konsultan Supervisi : PT Prima Layanan Nasional Engineering


Kontraktor EPC

: PT Wijaya Karya (PT. WIKA)

Sub Kontraktor Site Development

: PT Kemilau Nursian

Sub Kontraktor pemancangan

: PT Sanggar Adi Sarana Teknik

Sub Kontraktor Pengadaan Pile

: PT. WIKA-Beton

Sub Kontraktor Pengadaan Besi

: PT. Interwood

Quantity Surveyor

: PT Wijaya Karya (PT. WIKA)

Sumber Dana

: PT PLN (PERSERO)

Jenis Kontrak

: Lumpsum Fix Price

Nilai Kontrak

: USD.35,342,450 + Rp 394.067.500.970,(termasuk PPN 10 %)

Mata Uang

: US Dolar & Rupiah.

Mulai Pekerjaan

: 22 November 2007.

Waktu Pelaksanaan : 791 hari kalender


4.5.1.1 Pihak-pihak yang terlibat dalam Proyek PLTU 2 SULUT
Setiap pelaksanaan proyek konstruksi secara umum selalu melibatkan
pihak-pihak berikut:
 Pemberi tugas/ pemilik proyek (owner)
Pemilik proyek merupakan seseorang atau badan usaha milik swasta atau
pemerintah yang memiliki gagasan dan dana serta menginginkan suatu
pekerjaan

dilaksanakan

oleh

suatu

pihak

sehubungan

dengan

kepentingannya atas hasil pekerjaan. Dalam proyek ini pemiliknya yaitu PT


Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN).
 Pelaksana konstruksi / kontraktor
Kontraktor merupakan perusahaan yang melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar rencana dan spesifikasi. Dalam proyek ini kontraktor
utamanya yaitu PT Wijaya Karya (PT. WIKA)

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -7

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
 Perencana konstruksi/ konsultan
Konsultan perencana merupakan perusahaan yang memenuhi persyaratan
untuk melakukan tugasnya sebagai tempat berkonsultasi dalam bidang
perencanaan lingkungan, perencanaan konstruksi beserta kelengkapannya.
Dalam proyek ini konsultan supervisinya yaitu PT Prima Layanan Nasional
Engineering.
 Supplier/ vendor/pemasok
Pemasok adalah badan usaha yang menyediakan berbagai sumber daya
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Pemasok tidak terlibat
langsung dalam proses pengerjaan proyek, tetapi mempunyai peranan yang
cukup penting dalam proyek EPC karena pada proyek EPC alat dan bahan
yang dibutuhkan jumlahnya ribuan jenis serta mempunyai spesifikasi
khusus.
4.5.1.2 Organisasi Proyek PLTU 2 SULUT
Seperti pada setiap proyek konstruksi untuk memudahkan mengatur
antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, dibutuhkan suatu struktur
organisasi. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, tanggung jawab
dan peran masing-masing pihak yang terlibat menjadi lebih jelas. Pada
proyek EPC bentuk organisasi yang dipakai umumnya yaitu turnkey dimana
pemilik menyerahkan tanggung jawab desain dan pelaksanaannya kepada
satu kontraktor utama dimana pada proyek ini yaitu PT. WIKA. Ciri dari
bentuk organisasi ini yaitu adanya subkontraktor-subkontraktor spesialis
yang berbeda dengan subkontraktor pada proyek konstruksi. Tidak seperti
proyek konstruksi tradisional, pelaksanaan tahapan proyek pada organisasi
seperti

ini

memungkinkan

dilaksanakan

secara

overlapping

karena

tanggung jawab desain dan pelaksanaan konstruksi ada pada satu pihak
yaitu kontraktor utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan
dibawah ini :

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -8

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.2 Skema Hubungan pada proyek PLTU SULUT


4.5.1.3 Organisasi Kontraktor EPC
Pada proyek ini, Perusahaan EPC sebagai kontraktor utama yaitu PT.
Wijaya

Karya

mempunyai

peranan

penting

dalam

proses

peran

perancangan, pengadaan serta pelaksanaan konstruksi, disamping pihakpihak yang lain seperti vendor (penjual barang atau peralatan keperluan
pembangunan

proyek),

fabricator

(perusahaan

pembuat

peralatan

equipment), dan subkontraktor lainnya. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu


pengaturan yang baik agar semua tahapan proyek dapat tercapai sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Untuk menunjang hal tersebut, PT. Wijaya
Karya mempunyai sruktur organisasi tersendiri.
Struktur organisasi di tubuh PT. Wijaya Karya sendiri sebagai kontraktor
EPC dalam menjalankan proyek ini adalah sebagai berikut:

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

IV -9

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.3 Struktur organisasi PT. WIKA

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 10

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Berdasarkan struktur organisasi diatas, berikut ini tugas beserta tanggung
jawab dari tiap bagian :
Project Manager = memimpin dan mengatur pelaksanaan pekerjaan agar
berjalan dengan baik dan sesuai rencana serta perjanjian kontrak
Divisi Engineering
Bagian
a. Project Engineering
b. Engineering Manager EPC

c. Civil Engineering

Tugas
bertanggung jawab atas
pekerjaan basic design.
bertanggung jawab atas kegiatan
desain seluruh disiplin ilmu
(sipil, mekanikal, elektrikal).
Kegiatan dilakukan sampai
menghasilkan
spesifikasi,kriteria, dan gambar
untuk pembelian peralatan atau
material serta gambar untuk
pelaksanaan konstruksi.
bertanggung jawab atas kegiatan
disain struktur penunjang
instalasi seperti pembangunan
pondasi mesin sebagai tempat
dudukan mesin-mesin pabrik.

d. Mechanical Engineering

bertanggung jawab atas kegiatan


disain mekanikal.
e. Electrical Engineering
bertanggung jawab atas kegiatan
disain elektrikal.
f. Document Control
Bertanggung jawab atas
penyimpanan dan
pendistribusian dokumen yang
beredar dari divisi engineering
menuju divisi lainnya.
Tabel 4.1 Tugas dan Bagian dari Divisi Engineering
Pada proyek ini, PT WIKA mempunyai lingkup pekerjaan pada konstruksi
sipil termasuk didalamnya perancangan disain untuk konstruksi sipil.
Perancangan disain untuk mekanikal dan elektrikal diserahkan kepada
pihak lain yang disebut subkonsultan. Subkonsultan yang diberikan
tanggung jawab pekerjaan kemudian memberikan hasil perancangan
kepada PT WIKA.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 11

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.4 Pembagian pekerjaan pada proses perancangan


Output kegiatan perancangan dari tiap bagian (sipil, mekanikal dan
elektrikal) kemudian diperiksa oleh Engineering Manager EPC, bagian
Procurement dan pembuat gambar. Output kegiatan perancangan yang telah
diperiksa selanjutnya diserahkan pada bagian procurement untuk proses
pengadaan.

Gambar 4.5 Proses perancangan dalam proyek PLTU 2 SULUT

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 12

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Divisi Procurement
Tugas
bertanggung jawab atas kegiatan
pengadaan material dan peralatan yang
dilakukan bagian purchasing, expediting
dan traffic.

Bagian
a. Procurement

b. Purchasing

bertanggung jawab atas kegiatan


pembelian material, pemesanan dan
kontrak pembelian/PO (purchasing
order).

c. Expediting

bertanggung jawab atas pemantauan


produksi. Pemantauan produksi
terutama terhadap mutu dan kinerja
peralatan termasuk inspeksi dan testing
ke lokasi pabrik pembuatan.

d. Traffic

bertanggung jawab atas penerimaan dan


penanganan material sampai di lokasi
penyimpanan, pemeriksaan atau
verifikasi, mengurus surat serta
kelengkapan dokumen material dan
peralatan yang telah sampai di tempat
penyimpanan.
Tabel 4.2 Tugas dan Bagian Divisi Procurement

Proses pengadaan pada proyek PLTU 2 SULUT dimulai dari detail design
yang diterima oleh bagian procurement. Kemudian dilakukan proses
pengadaan vendor sebagai pihak yang menyuplai material dan peralatan.
Proses selanjutnya dari pengadaan material dan peralatan menjadi
tanggung jawab bagian purchasing, expediting dan traffic. Dimana bagian
purchasing melakukan kontrak pembelian atau purchasing order (PO)
dengan vendor terpilih. Bagian expediting melakukan pemantauan terhadap
proses

produksi

material

dan

peralatan.

Terakhir,

bagian

traffic

bertanggung jawab terhadap proses pengiriman material dan peralatan dari


tempat

fabrikasi

menuju

lokasi

proyek

pembangunan.

Alur

proses

pengadaan selengkapnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 13

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.6 Proses pengadaan dalam proyek PLTU 2 SULUT


Divisi Construction
Bagian
a. Site Manager

Tugas
bertanggung jawab atas pelaksanaan
konstruksi di lapangan.

b. Field Engineering

bertanggung jawab atas pelaksanaan


konstruksi dari beberapa disain yang
dirancang oleh berbagai disiplin ilmu
di lapangan.

c. Civil Construction

bertanggung jawab atas pelaksanaan


konstruksi sipil di lapangan
berdasarkan desain yang dibuat oleh
civil engineering.

d. Mechanical Construction

bertanggung jawab atas pelaksanaan


konstruksi peralatan mekanik di
lapangan berdasarkan desain yang
dibuat oleh mechanical engineering.

e. Electrical Construction

bertanggung jawab atas pelaksanaan


konstruksi elektrikal di lapangan
berdasarkan desain yang dibuat oleh
electrical engineering.

f. Site Control

Mengatur hal yang menyangkut


teknik, peralatan serta penyediaan
bahan (material) agar sesuai jadwal.
Tabel 4.3 Tugas dan Bagian Divisi Construction

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 14

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Proses pelaksanaan konstruksi dilakukan setelah adanya detail design dan
peralatan serta material yang dibutuhkan. Berikut alur proses pelaksanaan
konstruksi dari proyek PLTU 2 SULUT.

Gambar 4.7 Proses pelaksanaan konstruksi dalam proyek PLTU 2 SULUT


Selain divisi utama diatas, ada beberapa divisi lain yang juga penting yaitu
project control yang mempunyai tugas mengontrol jalannya proyek. Tugas
utamanya adalah dalam hal penjadwalan dan dari sisi keuangan, agar
sesuai dengan kontrak dan budget yang sudah ditanda tangani dan
disetujui oleh Client atau pemilik proyek. Dalam divisi Project Control ini
terdapat dua grup, yaitu Schedulling dan Cost Control. Ada juga divisi
quality control yang berfungsi untuk menjaga agar proses disain, kalkulasi,
dan pembelian barang serta termasuk juga proses konstruksinya sesuai
dengan kaidah mutu dan standar yang berlaku serta telah disetujui
penggunaannya oleh client. Divisi quality assurance berfungsi untuk
meyakinkan bahwa segenap anggota tim proyek telah bekerja dengan benar
dengan menggunakan standard quality yang telah ditetapkan dan diakui
dunia internasional.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 15

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
4.5.2 Proyek PLTU 1 Banten
Proyek PLTU 1 Banten 1 Suralaya Unit 8 merupakan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 600 MW. PLTU 1
Banten 1 Suralaya Unit 8 berlokasi di Suralaya, 7 km dari pelabuhan
Merak, Banten. Pada proyek ini PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) selaku
pemilik proyek dan kontraktor CNTIC Consortium selaku kontraktor utama
yang terdiri atas China National Technical Import & Export Corporation,
China National Machinery Import & Export Corporation, Zhejiang Electric
Power Design Institute (ZEPDI) dan PT Rekayasa Industri.
Berikut data umum proyek :
Nama Proyek

: Pembangkit Listrik Tenaga Uap kapasitas 600 MW

Lokasi

: Suralaya, 7 Km dari pelabuhan Merak, Banten

Koordinat Geografis : 5 4514 LS dan 106 2' 32 BT


Nilai Kontrak

: Rp. 951,677,973,100 dan 367,903,080.6 dolar AS


(termasuk PPN 10%)

Mata Uang

: US Dolar & Rupiah.

Jenis Kontrak

: lumpsum fix price

Waktu Pelaksanaan : 36 bulan


Nomer SPK/Kontrak : No. 048.PJ/041/DIR/2007/12 Maret 2007
Pemilik Proyek

: PT Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN).

Kontraktor EPC

: CNTIC CONSORTIUM

CNTIC CONSORTIUM terdiri atas :


1. China National Technical Import & Export Corporation:
sebagai

kontraktor

utama

yang

bertanggung

jawab

di

bidang

pendanaan, komersial, koordinasi, dan legal affair yang terkait proyek


termasuk commisioning dan manajemen proyek.
2. China National Machinery Import & Export Corporation,
Membantu

pekerjaan

CNTIC,

dan

melakukan

pengadaan

untuk

material;

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 16

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
3. Zhejiang Electric Power Design Institute
Bertanggung jawab menangani keseluruhan desain dan engineering
termasuk investigasi lapangan, koordinasi dengan anggota CNTIC
konsorsium yang lain dan membantu CNTIC dalam manajemen proyek
untuk memperoleh pelaksanaan yang lebih baik
4. PT Rekayasa Industri.
Bertanggung jawab dalam porsi pekerjaan lokal dalam kelangsungan
proyek termasuk pekerjaan sipil, koordinasi dengan pihak lokal yang
berwenang untuk perizinan dan lisensi serta keperluan lokal yang
terkait dengan pelaksanaan konstruksi proyek.
Berikut bagan hubungan organisasi dalam proyek PLTU 1 Banten.

Gambar 4.8 Hubungan organisasi dalam proyek PLTU 1 BANTEN


Terlihat pada proyek ini kontraktor utama (kontraktor EPC) merupakan
gabungan dari beberapa perusahaan asing dan lokal disebut dengan CNTIC
CONSORTIUM. Untuk perusahaan lokal dipegang oleh PT. Rekayasa
Industri. PT Rekayasa Industri berperan sebagai kontraktor di bidang sipil
sedangkan ZEPDI menangani

proses perancangan dari keseluruhan

proyek. Untuk bagian yang lainnya ditangani oleh China National Technical
Import & Export Corporation (CNTIC), China National Machinery Import &
Export Corporation (CNMIC).

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 17

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
4.5.2.1 Rangkaian Kegiatan dalam Proyek PLTU 1 Banten
Proyek EPC mempunyai kegiatan yang sama dengan kegiatan pada proyek
konstruksi yaitu kegiatan perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan
konstruksi. Namun pada proyek EPC kegiatan-kegiatan tersebut ditangani
oleh satu pihak yaitu kontraktor EPC sedangkan pada proyek konstruksi
tradisional kegiatan tersebut ditangani beberapa pihak. Kegiatan pada
proyek EPC pada PLTU 1 Banten akan dijelaskan di bawah ini.
Proses Perancangan
Proses perancangan dimulai dengan pembuatan basic design untuk
bangunan/fasilitas yang akan dibangun. Basic design dapat diperoleh dari
perancang ataupun pihak luar yang bertugas dalam pembuatan basic
design dan ada juga saat dimana basic design harus dibuat sendiri. Untuk
proyek yang belum memiliki basic design diperlukan data-data mengenai
bangunan/fasilitas yang akan dibangun yang biasanya diberikan dalam
bentuk list dan keterangan secara tertulis. Data-data yang diberikan dapat
berupa spesifikasi kasar terhadap bangunan/fasilitas proyek, data-data
survey yang mendukung kelengkapan informasi lokasi dan bangunan yang
akan dibangun. Selain informasi tertulis dalam pembuatan basic design
diperlukan pula layout lokasi rencana didirikannya bangunan/fasilitas
proyek. Setelah diperoleh data-data tersebut selanjutnya dibuat basic
design mengenai bangunan/fasilitas yang memuat sketsa tampak dan detail
gambaran kasar bangunan yang akan di desain.
Proses selanjutnya setelah diperoleh basic design adalah detailing design.
Yang dimaksud detailing design meliputi proses engineering calculation dan
drafting. Engineering calculation dilakukan untuk mendetailkan informasi
dari basic design dalam hal dimensi dan kekuatan struktur. Dalam proses
perhitungan diperlukan suatu standard dan code untuk mengolah data
input yang berupa gambar maupun data hasil survey. Sedangkan drafting
dilakukan untuk mendetailkan bagian-bagian yang terdapat dalam basic
design. Dalam proses drafting diperlukan gambaran aktifitas maupun
kondisi ruang dan struktur untuk memberikan detail fasilitas yang

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 18

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
dibutuhkan terkait pengoperasian bangunan/fasilitas proyek. Selanjutnya
dilakukan peleburan antara kedua proses tersebut dan diolah kembali
hingga pada akhirnya menghasilkan produk perancangan. Contoh dokumen
Basic Design dan Detailed Design ditunjukkan pada gambar di bawah ini

Gambar 4.9 Salah satu Bentuk Basic Design dari ZEPDI

Gambar 4.10 Salah satu Bentuk Detailed Design


Pada proyek pembangunan PLTU 1 BANTEN. Gambar yang akan diajukan
ke PLN (selaku owner) harus diperiksa terlebih dahulu kelengkapannya.
Pemeriksaan dilakukan oleh beberapa pihak yaitu originator (pembuat
gambar/desain), supervisor, dan engineering manager. Proses pemeriksaan
dilakukan menggunakan checklist form yang berisi daftar hal-hal yang
harus diperiksa dalam gambar desain.
Produk perancangan berupa gambar detail yang dilengkapi dengan dimensi
dan keterangan perhitungan terhadap bangunan/fasilitas proyek. Produk
perancangan ini yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
pelaksaanaan proses pengadaan dan konstruksi. Dari gambar detail dan

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 19

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
keterangan perhitungan dapat dibuat Material Take Off (MTO) dan
requisition. Gambar detail, keterangan perhitungan, MTO dan requisition
merupakan keseluruhan produk yang dihasilkan dari proses perancangan.
Bagan Alir kegiatan perancangan ditunjukkan pada gambar dibawah ini

Gambar 4.11 Bagan Alir proses perancangan pada proyek EPC

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 20

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Dalam proyek PLTU 1 BANTEN 1 proses perancangan ditugaskan kepada
Zhejiang Electric Power Design Institute (ZEPDI). ZEPDI melakukan
keseluruhan proses perancangan yang outputnya diserahkan kepada PT
Rekayasa

Industri

untuk

ditindaklanjuti

ke

proses

pengadaan

dan

konstruksi.
Gambar-gambar yang dikirimkan ke PT Rekayasa Industri sudah berupa
gambar detail berdasarkan hasil perhitungan dan desain dari ZEPDI. Dari
gambar ini PT. Rekayasa Industri membuat MTO dan Requisition. MTO
merupakan bentuk list quantity pekerjaan dan material terkait proses
konstruksi bangunan/fasilitas proyek. Setelah MTO dikeluarkan kemudian
dibuatlah Requisition yang berupa surat permintaan untuk memenuhi
kebutuhan pengadaan akan pekerjaan dan material.
Proses

pembuatan

MTO

dan

Requisition

dilakukan

dengan

cara

memodelkan detail design yang ada dengan menggunakan program seperti


SAP atau STAAD. Perhitungan MTO dilakukan dengan cara penggunaan
software tersebut dan manual. Progress pelaksanaan dilakukan oleh dua
pihak yaitu perancang dan MTO-man.
Kedua belah pihak melakukan perhitungan secara terpisah baik dalam
penggunaan program maupun perhitungan manual. Setelah dilakukan
perhitungan selanjutnya dibandingkan hasil dari kedua pihak tersebut
untuk menghasilkan MTO dan Requisition sebenarnya. Penggunaan dua
pihak dalam proses perhitungan bertujuan untuk memberikan correction
check terhadap hasil perhitungan. Flow Chart proses MTO dan requisition
dapat dilihat pada gambar berikut.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 21

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.12 Bagan Alir proses MTO dan Requisition pada proyek EPC

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 22

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Gambar yang dihasilkan dalam proses engineering terbagi menjadi 5 status
yaitu :
1. Approved
Gambar yang telah disetujui oleh PLN dan PT Rekayasa Industri,
sehingga dapat diimplementasikan di konstruksi oleh Rekayasa.
2. Approved as Noted
Gambar telah disetujui untuk diimplementasikan di konstruksi namun
disertai catatan yang melengkapi atau menjelaskan gambar untuk
konstruksi.
3. Not Approved
Gambar yang diajukan tidak diterima oleh PLN atau Konsorsium
sehingga tidak boleh diimplementasikan di konstruksi. Gambar ini harus
direvisi hingga mendapat persetujuan PLN atau konsorsium.
4. For Approval
Gambar hasil desain diajukan pada PLN atau Konsorsium untuk
disetujui.
5. Information
Gambar belum disetujui dan hanya berfungsi sebagai informasi bagi
pihak terkait.
6. Final
Disebut juga As Built Drawing. Gambar ini merupakan gambar akhir
sesuai pelaksanaan konstruksi. Artinya segala penyesuaian yang terjadi
di lapangan digabungkan dengan gambar approved menjadi gambar ini.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 23

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Proses Pengadaan
Berdasarkan requisition yang disediakan dari proses perancangan, tim
pengadaan PT Rekayasa Industri (selaku kontraktor EPC) mengadakan
tender secara terbatas. Proses ini dimulai dengan penilaian awal oleh pihak
vendor manajemen PT Rekayasa Industri.
Tahap pengadaan diadakan melalui proses tender terhadap kebutuhan
pekerjaan dan material yang tertera pada requisition. Tender dilakukan
dengan mengundang minimal tiga bidder. Pemilihan bidder didasarkan atas
vendor

manajemen

perusahaan,

dengan

pertimbangan

terhadap

pengalaman bidder terkait requisition. Selanjutnya requisition diberikan


kepada pihak bidder untuk dipelajari dan dibuat proposal penawaran
requisition dalam tenggat waktu yang sudah ditentukan. Selama proses
penyusunan

proposal

penawaran

bila

dibutuhkan

akan

dilakukan

pertemuan klarifikasi dari pihak engineering untuk memberikan penjelasan


kepada bidder mengenai requisition. Setelah tenggat waktu pengumpulan
proposal penawaran, proposal yang masuk akan dievaluasi dari segi teknis
dan komersial.
Dari segi teknis akan dievaluasi kualitas bahan atau pekerjaan yang
ditawarkan oleh bidder. Segi komersial akan mengevaluasi proposal dari
segi penawaran finansial dan ekonomis harga yang ditawarkan bidder.
Bidder yang lolos harus memenuhi technical bid evaluation (TBE) dan
commercial bid evaluation (CBE). Sesuai dengan kontrak untuk bidder yang
memiliki poin tertinggi harus memperoleh persetujuan dari pihak owner
sebelum memperoleh award. Apabila owner tidak memberikan persetujuan
maka dapat dilakukan pelelangan ulang terkait pendapat dari owner. Jika
memperoleh approval selanjutnya akan diberikan award. Bidder yang
memperoleh award mulai bekerja setelah Surat Perintah Kerja (SPK) keluar.
Untuk proses pengadaan pekerjaan dan material struktur bangunan atas
dilakukan oleh pihak PT Rekayasa Industri dengan menunjuk CMK sebagai
penyedia material baja dan pelaku pendirian struktur. Flow chart kegiatan
pengadaan vendor ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 24

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.13 Bagan Alir proses pengadaan vendor pada proyek EPC

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 25

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Proses Pelaksanaan Konstruksi
Proses konstruksi merupakan tindak lanjut dari proses perancangan dan
pengadaan yang merealisasikan apa yang ada dalam gambar desain
menjadi bentuk nyata. Pada proyek Pembangunan PLTU 1 BANTEN 1
SURALAYA proses konstruksi diawali dengan diterimanya gambar desain
yang telah disetujui oleh PLN sebagai owner proyek. Dari gambar yang telah
disetujui, dibuatlah metode pelaksanaan konstruksi, MTO, dan Requisition.
Sebelum diterapkan di lapangan, metode konstruksi harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan supervisor. Setelah disetujui supervisor, kebutuhan
material tambahan dicantumkan ke dalam MTO pekerjaan. Dari MTO dan
metode

konstruksi,

dibuat

Requisiton

Document

untuk

mengadakan

material atau sub kontraktor pekerjaan. Setelah didapat material atau sub
kontraktor dari procurement, pekerjaan kemudian dieksekusi.
Untuk pekerjaan yang dilakukan oleh sub kontraktor, metode konstruksi
dibuat oleh sub kontraktor pekerjaan tersebut. Metode konstruksi tersebut
kemudian
persetujuan

diajukan

ke

PT

penggunaannya.

Rekayasa

Industri

Pengadaan

untuk

material

memperoleh

pekerjaan

pun

bergantung pada kesepakatan awal PT Rekayasa Industri dengan sub


kontraktor. Untuk material pekerjaan yang disuplai dari PT Rekayasa
Industri, material dikirim ke lapangan dibawah tanggung jawab divisi
logistik PT Rekayasa Industri. Flow chart kegiatan pengadaan ditunjukkan
pada gambar berikut.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 26

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.14 Bagan Alir proses pelaksanaan konstruksi proyek EPC

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 27

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC
Quality Control dan Quality Assurance
Dalam pelaksanaan konstruksi proyek terdapat suatu program yang
bertujuan untuk menjamin kualitas produk konstruksi, program tersebut
dinamakan dengan Quality Assurance dan Quality Control (QA/QC). QA
merupakan pengontrolan kualitas dari material yang digunakan dalam
konstruksi. Pelaksanaannya dilakukan sebelum pendirian bangunan. QA
dilakukan terhadap spesifikasi material yang dipesan.
Selama pelaksanaan konstruksi terkadang terjadi kesalahan akibat faktor
kelalaian manusia maupun sistem. Untuk mengatasi ketidaksesuaian
produk dengan rencana pertema dilakukan pengecekan kondisi eksisting
terhadap spesifikasi yang dibutuhkan. Apabila ketidak sesuaian ini masih
dapat ditolerir maka konstruksi tetap dilanjutkan dengan catatan pada
laporan untuk ketidak sesuaian tersebut. Namun bila ketidaksesuaian
tersebut berbahaya terhadap spesifikasi maka perlu dicari solusinya.
Penyusunan solusi dilakukan bersama antara pihak QC, Kontraktor dan
Engineer. Penentuan solusi harus didasarkan pada data empirik. Namun
apabila terdapat kondisi yang tidak mungkin dicari solusinya maka
terkadang perlu dilakukan pembongkaran dan konstruksi ulang. Hal
tersebut diusahakan tidak terjadi selama pelaksanaan proyek.
Presentasi metode konstruksi dilakukan untuk setiap metode yang akan
dilakukan

oleh

kontraktor.

Hal

ini

bertujuan

untuk

mempelajari

kemungkinan ketidak sesuian metode terhadap spesifikasi gambar.


Dalam melaksanakan quality control dan quality assurance PT Rekayasa
Industri membuat Inspection Test Plan (ITP Field). ITP ini merupakan
rencana inspeksi dan test yang akan dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan
dan hal-hal yang mendukungnya selama proyek berjalan. Pada ITP ini
terdapat informasi mengenai jenis pemeriksaan, metode pemeriksaan,
referensi dan verifikasi dokumen, frekuensi pemeriksaan, dan pihak-pihak
yang bertanggung jawab. Berikut ini flowchart proses QA/QC.

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 28

L aporan Tugas Akhir


Sistem M anajemen M utu pada proyek EPC

Gambar 4.15 Bagan alir proses QC/QA pada proyek EPC

BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction)

I V - 29

Anda mungkin juga menyukai