Pada proyek konstruksi tertentu, pemilik proyek tidak menyerahkan tanggung jawab
kegiatan desain/perancangan kepada konsultan, pengadaan material/peralatan, dan pelaksanaan
konstruksi kepada kontraktor. Namun pemilik proyek menyerahkan tanggung jawab kegiatan
EPC tersebut kepada satu pihak yang disebut konsultan-kontraktor atau kontraktor EPC. Proyek
konstruksi dengan sistem pengaturan/manajemen seperti itu dikenal dengan sebutan proyek EPC
(Engineering, Procurement, and Construction).
Seperti pada proyek konstruksi tradisional, manajemen proyek dengan konsep EPC
bertujuan sama, yaitu tercapainya persyaratan biaya, mutu, dan waktu. Hal tersebut juga menjadi
latar belakang timbulnya proyek EPC dan dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
a. Waktu penyelesaian
Dengan menggabungkan kegiatan desain, pengadaan, dan konstruksi maka akan dihasilkan
waktu penyelesaian proyek yang lebih singkat dengan tujuan agar proyek tersebut dapat lebih
cepat beroperasi. Hal ini berkaitan dengan adanya investasi pada proyek konstruksi. Karena
dengan demikian cepatnya proyek beroperasi maka uang yang diinvestasikan akan lebih
cepat kembali.
b. Pertimbangan anggaran biaya
Pemilik proyek menginginkan untuk mengeluarkan biaya proyek keseluruhan yang serendah
mungkin sesuai dengan pengembalian investasi yang semaksimal mungkin dan dengan
keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan cara memperpendek waktu
penyelenggaraan konstruksi, mengurangi risiko yang mungkin terjadi, melakukan
perencanaan yang cukup lama agar mendapatkan hasil yang matang, dan sebagainya. Dengan
berkurangnya waktu penyelenggaraan konstruksi, berarti biaya overhead proyek dapat lebih
berkurang.
c. Standar mutu
Pemilik proyek EPC yang hendak mempekerjakan kontraktor EPC akan membutuhkan
standar kualitas dan pelaksanaan pada masing-masing pekerjaan pada proyeknya. Pada
proyek EPC, kontrak harus meliputi pokok-pokok tentang spesifikasi di samping waktu dan
biaya. Juga kualifikasi dari kontraktor EPC yang ikut dalam pengadaan sangat menentukan.
Hal ini terutama karena proyek EPC merupakan proyek yang mempunyai tingkat kesulitan
lebih tinggi dibandingkan proyek konstruksi tradisional, sehingga pada waktu konstruksinya
diperlukan juga peran dari engineer-nya paling tidak untuk mengawasi.
Seperti telah dijelaskan, salah satu karakteristik proyek konstruksi adalah rangkaian
kegiatannya memiliki hasil akhir yang secara umum berupa bangunan rumah tinggal, bangunan
gedung, bangunan teknik sipil, dan bangunan industri. Untuk menganalisis jenis proyek yang
menerapkan konsep EPC, dapat ditinjau jenis proyek berdasarkan output proyek atau hasil akhir
kegiatan proyek tersebut.
Proyek EPC tidak pernah diterapkan pada proyek bangunan gedung, tetapi seringkali
ditemui pada pembangunan pabrik. Pada proyek semacam ini biasanya pembangunan ditujukan
untuk menghasilkan suatu produk dengan spesifikasi tertentu misalnya gas dengan tekanan
tertentu, listrik dengan daya tertentu dan minyak dengan jumlah tertentu, berbeda dengan
bangunan gedung yang dibangun untuk digunakan misalnya untuk dihuni, dijadikan perkantoran,
dijadikan pusat perbelanjaan, dan sebagainya.
Ketika proyek semacam ini dibangun, biasanya terdapat pekerjaan instalasi yang lebih
banyak dibandingkan pada proyek bangunan gedung, misalnya pekerjaan instalasi pipa, turbin,
boiler, dan kompresor. Pembangunan konstruksi biasanya ditujukan sebagai struktur penunjang
instalasi tersebut misalnya pembangunan pondasi mesin sebagai tempat dudukan mesin-mesin
pabrik tersebut. Selain itu, beberapa pekerjaan konstruksi lainnya hanya berperan dalam
pekerjaan persiapan proyek seperti pembersihan lahan (land clearing), pembangunan jalan
(access road), fasilitas penyimpanan barang (warehouse), dan kantor direksi (direction kit).
Dalam mewujudkan proyek semacam ini, beberapa masalah yang seringkali timbul
adalah dalam mengkoordinasikan pekerjaan instalasi dan pekerjaan konstruksi. Biasanya
pekerjaan konstruksi harus menyesuaikan kepada jenis instalasinya oleh karena itu dalam
melakukan kegiatan harus didahului dengan perencanaan yang matang, misalnya dalam
pembangunan pondasi mesin terus memperhatikan spesifikasi mesin yaitu dimensinya, beratnya,
getarannya, dan sebagainya. Berdasarkan output ini, proyek yang sesuai untuk menerapkan
konsep EPC adalah proyek yang membangun bangunan industri atau lebih tepatnya adalah
industrial plant. Secara terminologi “industri” memiliki pengertian suatu usaha untuk
menghasilkan/memproduksi suatu barang atau jasa sedangkan pengertian “plant” mengarahkan
pada suatu pabrik. Pabrik yang dimaksud tidak hanya terbatas pada pabrik yang biasa kita lihat
sehari-hari di suatu kawasan industri dimana bangunannya terkumpul dalam suatu area, tetapi
memiliki pengertian yang lebih luas karena bangunan pabrik itu dapat terpencar diberbagai
kawasan, bisa jadi bangunan itu terdiri dari bangunan yang kecil-kecil sebesar gardu listrik tetapi
memiliki frekuensi yang banyak dan dihubungkan dengan instalasi yang cukup panjang, seperti
pada proyek pembangunan instalasi telekomunikasi dan instalasi dan transmisi gas dimana
pembangunan instalasinya menyerupai instalasi pabrik yang dibangun pada suatu kawasan.
Dengan demikian didapat pengertian bahwa industrial plant adalah bangunaan (menyerupai
pabrik) yang dibuat untuk memproduksi suatu barang atau jasa.
Bangunan industri umumnya memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan jenis bangunan
lainnya antara lain :
Setelah dianalisis ciri-ciri proyek industrial plant ini, jenis proyek lain seperti bangunan
gedung dan teknik sipil juga dapat memiliki sebagian ciri-ciri tersebut. Pada proyek semacam
dapat pula diterapkan konsep EPC, contohnya pada proyek jembatan cable-stayed berteknologi
modern ataupun proyek kota super block. Pada proyek jembatan cable stayed misalnya,
dibutuhkan kabel baja mutu tinggi yang harus dipesan (fabrikasi) terlebih dahulu jauh sebelum
proyek dimulai. Pengerjaannya menjadi tidak sederhana karena harus melakukan banyak
pemasangan kabel-kabel dengan mutu berbeda-beda. Setelah itu dibutuhkan metoda kerja mesin
tertentu (kontrol aktif) sebagai antisipasi terhadap gempa sehingga perlu juga melibatkan disiplin
lain selain teknik sipil.
4. Parameter Keberhasilan
a. Kegiatan engineering dianggap berhasil apabila beberapa parameter dibawah ini dipenuhi:
- Safe & Environmental Friendly: kegiatan survey harus dapat dilakukan secara aman dan
tidak menimbulkan gangguan/kerusakan lingkungan, demikian juga fasilitas yang
didisain telah memenuhi persyaratan keamanan dan lingkungan yang ditetapkan
berdasarkan standar internasional dan peraturan pemerintah yang berlaku.
- Availability of Material: fasilitas yang didisain harus mempertimbangkan ketersediaan
material baik secara kualitas maupun kuantitas.
- Constructable: fasilitas yang didisain harus dapat dibangun di lokasi yang dipersiapkan
dengan menggunakan tenaga kerja, peralatan, teknologi dan metodologi yang ada.
- Specification and drawing are defined: disain harus dituangkan dalam bentuk spesifikasi
dan gambar yang lengkap dan jelas.
- Testable: fasilitas yang didisain harus memungkinkan untuk dilakukan pengujian
sehingga dapat diukur kualitasnya pada saat sudah terpasang sebelum dioperasikan.
- Maintainable: fasilitas yang didisain harus memungkinkan untuk dilakukan pemeliharaan
dan perawatan sesuai kebutuhannya sehingga mempunyai umur ekonomi sesuai yang
diharapkan. Beberapa bagian bisa saja tidak memerlukan perawatan (free maintenance)
karena suatu alasan tertentu.
- Expandable: fasilitas yang didisain harus memungkinkan untuk dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan dimasa yang akan dating yang belum dapat ditetapkan sekarang.
- On Schedule: disain harus dikerjakan sesuai jadwal yang ditetapkan sehingga tidak
mempengaruhi target penyelesaian proyek secara keseluruhan.
- On Budget: fasilitas yang didisain harus memenuhi batasan anggaran yang tersedia.
b. Kegiatan procurement dianggap berhasil apabila beberapa parameter dibawah ini dipenuhi:
- Fit to Spec/Drawing: Mesin atau material yang dibeli harus sesuai dengan spesifikasi dan
gambar disain.
- Inspection and Test are defined: harus ada tatacara inspeksi dan pengujian terhadap mesin
atau material yang dibeli.
- Documentation is detailed: dokumentasi mesin atau material harus lengkap dan rinci
mulai dari hasil pengujian sampai sertifikatnya. Untuk mesin, harus dilengkapi juga
dengan tatacara (manual) pengoperasiannya.
- Traceable: semua proses dalam pembuatan mesin atau material sampai terkirim di
lapangan harus dapat dilacak informasinya. Misalnya apakah suatu material tertentu
pernah mengalami perbaikan selama pembuatan atau pengiriman.
- Ease or Safe for delivery: mesin atau material hendaknya dikemas dengan ukuran dan
kemasan yang aman dan mudah untuk pengiriman.
- On schedule: mesin atau material agar dapat dikirim ke lapangan sesuai jadwal yang
ditetapkan.
c. Kegiatan construction dianggap berhasil apabila beberapa parameter dibawah ini dipenuhi:
- Safe & Environmental Friendly: pekerjaan di lapangan harus dilaksanakan dengan aman
tanpa suatu kecelakaan yang fatal sesuai kebijakan keamanan dan keselamatan kerja
perusahaan atau yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang berlaku. Demikian juga
agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengganggu atau merusak lingkungan sesuai ketentuan
pemerintah yang berlaku.
- Fit to Spec/Drawing: Mesin atau material yang dipasang harus sesuai dengan spesifikasi
dan gambar disain.
- Work Plan and Schedule are clear: harus dibuat work plan yang jelas merinci setiap
pekerjaan dan dijadwalkan sesuai target yang ditetapka oleh pemilik proyek.
- Inspection and Test are defined: harus ada tatacara inspeksi dan pengujian terhadap mesin
atau material yang dipasang di lapangan.
- Documentation is detailed: dokumentasi mesin atau material harus lengkap dan rinci
mulai dari hasil pengujian sampai sertifikatnya. Untuk mesin, harus dilengkapi juga
dengan tatacara (manual) pengoperasiannya. Untuk pekerjaan dilapangan harus mencatat
tenaga kerja, peralatan yang dipakai, kondisi cuaca setiap hari, dan segala macam
kejadian yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
- Traceable: semua proses pemasangan mesin atau material di lapangan harus dapat dilacak
informasinya. Misalnya apakah suatu material tertentu pernah mengalami perbaikan
selama.
- On schedule: mesin atau material agar dapat dipasang di lapangan sesuai jadwal yang
ditetapkan.
- Within Budget: pelaksanaan pekerjaan harus dijaga tidak menimbulkan biaya biaya
tambahan yang tidak seharusnya diperlukan.
d. Kegiatan start up and commissioning dianggap berhasil apabila beberapa parameter dibawah
ini dipenuhi:
- Safe & Environmental Friendly: pekerjaan startup and commissioning di lapangan harus
dilaksanakan oleh orang yang berpengalaman dalam mengoperasikannya dengan aman
tanpa suatu kecelakaan yang fatal sesuai kebijakan keamanan dan keselamatan kerja
perusahaan atau yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang berlaku. Demikian juga
agar pelaksanaan pekerjaan startup and commissioning tidak mengganggu atau merusak
lingkungan sesuai ketentuan pemerintah yang berlaku.
- Produce suitable product: start up and commissioning untuk memastikan bahwa fasilitas
yang terpasang sesuai dengan yang diharapkan.
- Operable and Maintainable: startup and commissioning harus memastikan bahwa fasilitas
yang terpasang dapat dioperasikan dengan baik dan memungkinkan untuk melakukan
perawatan atau perbaikan pada saat pengoperasiannya.
- On schedule: startup and commissioning agar dapat dilakukan sesuai jadwal yang
ditetapkan dan dapat diintegrasikan dengan fasilitas lain yang terkait.
- Handover document is defined: dokumen yang diserahterimakan sebelum startup and
commissioning lengkap sehingga memudahkan untuk mengambil tindakan selama proses
commissioning.
5. Siuasi Kritis
a. Dibawah ini merupakan isuisu kritis yang mungkin terjadi selama kegiatan engineering yang
perlu diantisipasi:
- Incomplete Soil Investigation Data: Seringkali data tanah tidak lengkap sehingga
menyulitkan dalam menilai daya dukung tanah untuk penetapan struktur bangunan
(pondasi, rangka bangunan).
- Engineered Equipment: seringkali fasilitas yang akan dibangun memerlukan mesinmesin
atau peralatan yang harus didisain secara khusus karena tidak tersedia di pasaran.
- Deliverables approval: harus ada kesepakatan yang jelas mengenai proses persetujuan
dokumen antara konyraktor dan pemilik proyek, sehingga tidak terjadi keterlambatan
pekerjaan karena terhambatanya persetujuan dokumen.
b. Dibawah ini merupakan isuisu kritis yang mungkin terjadi selama kegiatan procurement yang
perlu diantisipasi:
- Long Lead Items: ada beberapa mesin atau material yang memelukan waktu yang cukup
panjang untuk pembuatannya di pabrik dan proses pengirimannya sampai di lapangan.
Barangbarang ini harus segera dipesan tanpa menunggu semua pekerjaan engineering
selesai.
- Letter of Credit: untuk barangbarang yang perlu pembuatan di pabrik dan/atau perlu
pengiriman melalui laut biasanya meminta pembayaran dalam bentuk letter of credit.
Barang tidak akan dikirim sebelum pabrik menerima letter of credit.
- Inspection/Certification: Barang yang diproduksi di pabrik biasanya memerlukan inspeksi
dari pejabat pemerintah yang terkait atau memerlukan sertifikasi dari lembaga tertentu.
- Import: Perlu penanganan custom clearance di pelabuhan penerima yang terkait dengan
ketentuan bea masuk.
- Material traceability: Untuk barangbarang yang di produksi di pabrik kemudian
memerlukan pengiriman melalui laut dan pengiriman lewat darat memerlukan traceability
untuk memastikan apakah barang yang diterima di lapangan adalah benar barang yang
diproduksi di pabrik.
- Vendor Documents TBA and PO: Seringkali kontraktor harus memilih salah satu vendor
dari beberapa vendor sejenis yang akan memasok suatu barang tertentu. Technical Bid
Analysis dibuat untuk mengevaluasi apakah vendor telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam proyek ini. Keterlambatan pembuatan PO biasanya disebabkan oleh
keterlambatan pengambilan keputusan penetapan vendor terpilih.
c. Dibawah ini merupakan isuisu kritis yang mungkin terjadi selama kegiatan construction yang
perlu diantisipasi:
- Accessibility to Site: Menjadi sangat penting untuk mengetahui dengan baik kemudahan
untuk mencapai lapangan tempat dilakukannya pekerjaan baik terkait dengan lokasi
gudang atau lahan tempat penampungan sementara barang barang atau peralatan kerja
maupun lokasi tempat fasilitas akan dibangun. Apakah tersedia jalan masuk yang
memadai dari jalan umum ke lokasi proyek (penampungan sementara atau tempat
fasilitas), sehingga memungkinkan orang, kendaraan, barangbarang, mesin, alat berat dan
lainlain terkait dengan pembangunan fasilitas dapat dibawa masuk atau keluar dari lokasi
proyek. Jalan masuk sementara biasanya dibangun untuk kebutuhan ini. Kualitas jalan
masuk ini harus disesuaikan dengan beban angkut proyek yang ada.
- Change in Subsurface Condition: Keadaan dibawah permukaan lokasi pembangunan
fasilitas biasanya telah disediakan informasi oleh pemilik proyek dengan kuantitas dan
kualitas yang bervariasi. Pelaksana pekerjaan biasanya menunjuk orang yang sangat
berpengalaman dalam mengenali kondisi bawah permukaan lokasi proyek untuk
memeriksa kehandalan data yang diberikan oleh pemilik proyek dan melakukan
penelitian lebih mendalam mengenai keadaan bawah permukaan tanah tersebut untuk
mengantisipasi kemungkinan masalah yang akan dihadapi pada saat pelaksanaan
pekerjaan tersebut. Informasi ini akan menjadi pertimbangan pada saat penetapan biaya
pelaksanaan proyek sebelum ditandatanganinya kontrak pekerjaan, dan juga akan dipakai
sebagai pertimbangan untuk melakukan klaim pada saat pelaksanaan pekerjaan apabila
dijumpai halhal yang mengganggu pelakasanaan pekerjaan yang mempengaruhi biaya,
waktu dan kualitas pekerjaan.
- Change in Season Condition: Perubahan cuaca dilokasi proyek biasanya sering terjadi
dan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Pelaksana pekerjaan harus selalu mencatat
cuaca harian selama pekerjaan berlangsung. Karena cuaca bisa saja setiap saat berubah
tergantung dari perubahan aktifitas kehidupan manusia disekitarnya, maka pelaksana
proyek harus mempersiapkan berbagai cara untuk mengantisipasi terjadinya perubahan
cuaca dalam batasan kewajaran diwilayah tersebut. Pelaksana harus menyisihkan
cadangan biaya dan bahan untuk kondisikondisi darurat untuk meminimalkan kerugian
yang akan timbul akibat perubahan cuaca ini yang umumnya tidak bisa diklaim ke
pemilik proyek, kecuali halhal yang melebihi kondisi normal yang dapat dikelompokkan
ke tingkat bencana alam (yang diumumkan oleh pemerintah setempat).
- Material traceability: pencatatan barangbarang yang dipakai di lokasi proyek harus
dilakukan dengan tatacara yang baik yang kita kenal dengan traceability System yang
mencatat asalusul barang dibuktikan dengan dokumendokumen barang yang sah seperti
sertifikat atau hasil pengujian, dokumen pengiriman dan penyimpanan barang, dan
dokumendokumenterkait lainnya. Demikian juga harus dipastikan setiap barang yang
dikirim sedapat mungkin diberikan identifikasi (nomer dank ode yang unik) sehingga
memudahkan dalam pelacakannya. Catatan ini masih harus disimpan terus sampai masa
operasi nantinya. Beberapa perusahaan sudah mempunyai tatacara pelacakan barang ini
dengan sistim kmomputer yang baik sehingga pelacakan dapat dilakukan dengan cepat
dan akurat.
- Environmental Impact: Pemilik proyek biasanya sudah memberikan analisa mengenai
dampak lingkungan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Pelaksana proyek harus
melakukan pengelolaan dan pemantauan mengenai dampak lingkungan dan melaporkan
kepada pemilik proyek maupun ke instansi pemerintah yang ditunjuk. Didalam dokumen
Analisa mengenai dampak lingkungan biasanya menjelaskan secara rinci kondisi
lingkungan, ketentuan mengenai kondisi lingkungan, tata cara kerja pelaksanaan proyek
yang diijinkan untuk setiap kondisi lingkungan. Setiap orang yang bekerja didalam
proyek khususnya para pemimpin proyek harus mengetahui dengan baik dan dapat
melaksanakan ketentuan mengenai lingkungan ini dengan sebaikbaiknya dalam
pelaksanaan proyek.
- Interfacing with Other facilities: Fasilitas yang akan dibangun di lokasi proyek ini
seringkali terkait dengan fasilitas lain terutama yang ada didalam dan disekitar lokasi
proyek seperti fasilitas yang sudah ada di lokasi proyek, jalan masuk, sambungan listrik,
sambungan air, sambungan telepon, dan sambungan sambungan lainnya. Posisi fasilitas
yang akan dipasang harus sesuai dengan posisi fasilitas yang sudah ada sehingga dapat
dilakukan penyambungan dengan baik. Waktu pemasangan fasilitas juga harus
disinkronisasikan dengan kesiapan fasilitas lainnya yang akan disambung.
- Field Changes: Waktu pelaksanaan pekerjaan biasanya berbeda terlalu jauh dengan saat
perancangan sehingga kondisi lapangan bisa saja sudah tidak lagi sesuai dengan hasil
survey pada saat perancangan. Sehingga diperlukan penyesuaian barangbarang maupun
pemasangannya untuk menyesuaikan dengan kondisi lapangan pada saat dilaksanakan
pekerjaan tersebut. Perubahanperubahan ini dituangkan dalam nota perubahan yang
disepakati oleh pelaksana pekerjaan dan pemilik proyek. Apabila terdapat implikasi
biaya, waktu dan kualitas pekerjaan atau barang, maka perubahan tersebut harus
dituangkan dalam perjanjian kontrak (amandemen).
- Inspection & Certification: Beberapa fasilitas yang dibangun memerlukan pengawasan
dan sertifikasi dari lembaga pemerintah yang ditunjuk untuk itu, yang menyebabkan
p=fasilitas tersebut baru boleh digunakan setelah dilakukan pemeriksaan dan sertifikasi
oleh instansi yang berwenang.
d. Dibawah ini merupakan isuisu kritis yang mungkin terjadi selama kegiatan Starup &
Commissioning yang perlu diantisipasi:
- Completeness of Documents: Startup dari suatu peralatan biasanya dilakukan oleh calon
pemakai fasilitas tersebut karena merekalah yang tahu apa yang mereka perlukan dan
bagaimana cara menggunakan, melakukan perbaikan dan/atau perawatan. Untuk itu
diperlukan dokumen yang lengkap terkait dengan pengoperasian dan perawatan untuk
memudahkan mengatasi maslah yang akan timbul. Dokumendokumen itu disamping
harus lengkap juga harus mudah didapatkan.
- Availability input material: Untuk melakukan pengoperasian fasilitas yang memerlukan
input material harus dipastikan matrial input tersebut sudah tersedia dan siap dipakai pada
saat startup.
- Readiness of users: Kesiapan pemakai fasilitas harus dipastikan jadwalnya yang meliputi
kelengkapan organisasi, pelatihan, dan prosedur pengoperasian dan perawatan.
- Commisioning: Pada saat pelaksanaan penyerahan pekerjaan dari pelaksana proyek ke
pengguna pfasilitas, maka pimpinan pengoperasian adalah pengguna fasilitas, sementara
itu pelaksana proyek harus ada di lokasi proyek lengkap dengan berbagai peralatan dan
barang yang diperlukan untuk pengoperasian fasilitas dan membantu pengguna fasilitas
dalam pengoperasian fasilitas.
- Certification: Pastikan bahwa sertifikat pengopersian telah diperoleh dari instansi yang
berwenang sebelum pelaksanaan startup dan commissioning. Biasanya akan dikeluarkan
sertifikat pengoperasian sementara sampai waktu yang diperlukan untuk commissioning
dipenuhi sesuai spesifikasi fasilitas.
Referensi:
http://dokumen.tips/download/document/ pengertian-proyek-epc.doc
http://www.caricom.org/jsp/projects/credp/epc_template.doc