Pemetaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan
Pemetaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat
terselesaikannya penyusunan laporan Kerja Praktik ini mengenai Pemetaan
Suhu
Permukaan
Laut
Menggunakan
Citra
NOAA/AVHRR
Dan
Raissa
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar isi ........................................................................................................... ii
Daftar Gambar ............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 3
1.4 Tujuan dan Manfaat ...................................................................... 3
ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Spektrum Elektromagnetik dan Bagian-Bagiannya ................................12
2. Spesifikasi kanal 1-19 MODIS .............................................................17
3. Spesifikasi teknis satelit Aqua MODIS ...............................................19
4. Spesifikasi teknis satelit Terra MODIS ..............................................21
5. Kanal-kanal sensor AVHRR ................................................................ 22
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Posisi matahari sepanjang tahun ........................................................... 5
2. Contoh sistem penginderaan jauh ............................................................ 8
3. Rentang panjang gelombang spektrum elektromagnetik.......................... 10
4. Interaksi antara energi elektromagnetik dengan atmosfer ............................ 11
5. Tingkat transmisi spektrum elektromagnetik pada atmosfer............................. 11
6. Satelit Aqua MODIS ................................................................................ 19
7. Satelit Terra MODIS ................................................................................ 20
8. Satelit NOAA dengan sensor-sensor yang dibawanya ............................ 21
9. Lokasi penelitian Selatan Jawa Timur ..................................................... 27
10. Alur pengolahan citra NOAA/AVHRRR .......................................................29
11. Tampilan 5 band yang ada pada citra NOAA ........................................... 30
12. Window Georeference AVHRR dan Registration Parameters ................. 30
13. Loading program ER Mapper versi 6.4..................................................... 31
14. Window ER Mapper, membuka file format PCI ...................................... 31
15. Proses import image dari PCI menjadi .ers............................................... 31
16. Window geocording wizard step 3, menggunakan data acuan indopul yang
disediakan LAPAN ........................................................................................................... 32
iv
22. Proses koreksi radiometri menggunakan program NOAA SPL versi 1.6
buatan LAPAN ................................................................................................. 35
23. Citra yang telah terkoreksi radiometri....................................................... 35
24. Pengaturan warna SPL .............................................................................. 36
25. Proses Cropping citra ................................................................................ 36
26. Tampilan layout peta suhu permukaan laut buatan LAPAN .................... 37
27. Alur Pengolahan Data Satelit Aqua/Terra MODIS .................................. 38
28. Data awal citra AQUA dan TERRA MODIS ........................................... 38
29. Ekspor GCP ............................................................................................... 39
30. Window GCP grid Parameter.................................................................... 39
31. Jendela pemilihan proyeksi citra ............................................................... 40
32. Registration Image to Map ........................................................................ 40
33. Window map regristation .......................................................................... 41
34. Windows Input Warp Image & Select File ............................................... 41
35. Window Registration Parameters .......................................................... 42
36. Membuka data ENVI di Er Mapper .......................................................... 43
37. Window Import file PCI dan pemilihan datum serta proyeksi peta. ........ 43
38. Jendela Algorithm 1 RGB (5,3,1) dan 2 ................................................... 44
39. Jendela pengatura Scattergram.................................................................. 45
40. Proses pemisahan laut dari awan dan darat............................................... 45
41. Mengcopy formula hasil proses pemisahan laut dari awan dan daratan. . 46
42. Algorithm hasil pemisahan antara laut dengan daratan dan awan dengan
menggunakan kombinasi rumus scatter. .......................................................... 46
43. Mengatur penyimpana file hasil koreksi awan ......................................... 47
44. Menggabungkan file hasil koreksi awan dengan file sst .......................... 47
45. Citra yang telah diberi formula SPL kemudian diatur warna suhu nya
menggunakan Histogram ................................................................................. 48
46. SPL citra NOAA 19 Tanggal 17 Maret, pukul 13.43 WIB ...................... 49
47. SPL citra NOAA 18 Tanggal 17 Maret, pukul 15.18 WIB ...................... 50
48. SPL citra NOAA 19 Tanggal 18 Maret, pukul 13.32 WIB ...................... 50
49. SPL citra NOAA 18 Tanggal 18 Maret, pukul 15.15 WIB ...................... 51
50. SPL citra NOAA 19 Tanggal 19 Maret, pukul 31.21 WIB ...................... 51
51. SPL citra Terra MODIS Tanggal 1 Maret, pukul 11.19 WIB .................. 52
52. SPL citra Aqua MODIS Tanggal 6 Maret, pukul 14.30 WIB .................. 53
53. SPL citra Terra MODIS Tanggal 7 Maret, pukul 10.39 WIB .................. 53
54. SPL citra Aqua MODIS Tanggal 7 Maret, pukul 13.37 WIB .................. 54
55. SPL citra Terra MODIS Tanggal 8 Maret, pukul 14.17 WIB .................. 54
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara Benua Asia dan
Benua Australia dengan perairan yang menghubungkan Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia yang memiliki kondisi arus dan suhu permukaan laut yang
dipengaruhi oleh variabilitas oseanografi dan meteorologi yang terdapat di kedua
samudera tersebut. Wilayah Indonesia berada pada garis khatulistiwa sehingga
Indonesia beriklim tropis. Penyinaran matahari sepanjang tahun dengan posisi
matahari selalu berubah. Perubahan posisi matahari ini mempengaruhi perubahan
suhu di Perairan Indonesia. Perbedaan tekanan udara di Benua Asia dan Benua
Australia juga mempengaruhi perubahan suhu di Perairan Indonesia yang berada
diantara kedua benua tersebut (Nontji, 2002).
Suhu sebagai suatu parameter yang penting di perairan adalah besaran yang
menyatakan banyaknya energi panas atau bahang (heat) yang terkandung dalam
suatu benda. Suhu perairan merupakan parameter yang penting bagi kehidupan
berbagai organisme laut karena dapat mempengaruhi metabolisme maupun
perkembangbiakan organisme tersebut, juga sebagai indikator fenomena
perubahan iklim (Hutabarat dan Evans, 1986). Suhu perairan juga berpengaruh
besar terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di laut. Akibat pengaruh suhu
perairan yang besar terhadap organisme dan terhadap fenomena-fenomena di laut,
maka penelitian suhu permukaan laut (SPL) ini dilakukan meskipun sudah banyak
dilakukan di wilayah perairan yang berbeda. Disamping itu, fenomena perubahan
iklim secara global telah menjadi perhatian di seluruh dunia akibat adanya
pemanasan global yang menyebabkan perubahan suhu permukaan bumi.
Pemantauan kondisi lautan secara komprehensif seperti suhu permukaan laut
penting dilakukan karena merupakan indikator penting dalam pemantauan kondisi
oseanografis dan pengaruh pemanasan global. Pengetahuan tentang variabilitas
suhu permukaan laut, dapat digunakan untuk mengetahui lokasi front, upwelling,
potensi distribusi ikan, dan perubahan suhu yang terjadi pada lautan.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
terkandung dalam suatu benda. Suhu merupakan salah satu parameter fisik laut
yang penting (Sverdrup et al., 1942). Hal ini disebabkan suhu secara langsung
mempengaruhi proses fisiologi dan siklus reproduksi hewan. Suhu juga
mempengaruhi secara tidak langsung daya larut oksigen yang digunakan dalam
proses respirasi organisme laut.
Suhu permukaan laut sangat dipengaruhi oleh jumlah bahang dari sinar
matahari. Daerah yang paling banyak menerima sinar matahari adalah daerah pada
lintang rendah. Oleh karena itu, suhu air laut yang tertinggi ditemukan pada
daerah ekuator (Weyl, 1967). Menurut Hastenrath (1988), suhu air laut terutama
dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari. Selain itu, suhu air laut juga di
pengaruhi oleh curah hujan, penguapan, suhu udara, kecepatan angin, kelembaban
udara dan keadaan awan.
Suhu air laut mengalami variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi
alam yang mempengaruhi perairan tersebut. Perubahan tersebut terjadi secara
harian, musiman, tahunan maupun jangka panjang (puluhan tahun). Variasi harian
terjadi terutama pada lapisan permukaan (King, 1963).
Suhu permukaan air laut biasanya berkisar antara 27C-29C di daerah tropis
dan 15C-20C di daerah subtropis. Suhu ini menurun secara teratur menurut
kedalaman. Suhu air laut relatif konstan antara 2C-4C di kedalaman lebih dari
1000 m (King, 1963).
Variasi harian suhu permukaan laut untuk daerah tropis tidak terlalu besar
yaitu berkisar 0.2C-0.3C (Gross, 1990). Variasi tahunan suhu air laut pada
perairan Indonesia tergolong kecil yaitu sekitar 2C. Hal ini disebaban oleh posisi
matahari dan massa air dari lintang tinggi. Pada musim barat/barat laut,
pemanasan terjadi di daerah laut Arafura dan perairan pantai barat Sumatera
dengan suhu berkisar antara 29-30C. Sementara itu, suhu permukaan di Laut
Cina Selatan relatif rendah yaitu berkisar 26-27C. Pada musim timur, suhu air
4
laut perairan Indonesia bagian timur memiliki nilai yang lebih rendah (Soegiarto
dan Birowo, 1975). Pada saat musim barat tepatnya bulan desember, posisi
matahari berada pada posisi paling bawah yaitu pada lintang 23.5LS dan pada
saat musim timur (juni), posisi matahari berada pada lintang paling tinggi yaitu
ada lintang 23.5LU. Matahari tepat berada di atas ekuator pada musim peralihan
(maret dan September) (Gambar 1).
Richard dan Davis (1991) menyatakan bahwa suhu di lautan dunia dibagi
menjadi tiga zona berdasarkan kedalaman yaitu suhu lapisan permukaan (suhu
permukaan laut), suhu lapisan termoklin, dan suhu lapisan dalam. Suhu
permukaan laut sangat dipengaruhi oleh intensitas penyinaran matahari. Suhu
permukaan laut akan memiliki nilai tertinggi pada daerah yang menerima sinar
matahari lebih banyak. Daerah yang banyak menerima sinar matahari merupakan
daerah pada wilayah lintang rendah yaitu pada lintang 10LU-10LS.
Suhu permukaan laut dapat dibagi secara horizontal bergantung pada letak
lintangnya (Hutabarat dan Evans, 1986). Pada wilayah yang lebih kecil, suhu
permukaan laut secara horizontal dibagi berdasarkan posisi wilayah terhadap
daratan yaitu muara sungai, estuari, dan laut lepas. Pada daerah estuari, suhu
permukaan lebih bervariasi karena volume air di estuari sangat kecil dan juga
masih mendapat pengaruh dari air sungai. Oleh karena itu, air di estuari lebih
cepat panas dan lebih cepat dingin (Nybakken, 1992).
Suhu permukaan laut memiliki kaitan yang erat dengan keadaan lapisan air
laut yang berada di bawahnya, sehingga data suhu permukaan laut dapat
digunakan untuk menafsirkan fenomena-fenomena yang terjadi dilaut seperti
front, arus, upwelling, sebaran suhu secara horizontal dan aktifitas biologi
(Robinson, 1985).
Suhu air di perairan Nusantara umumnya berkisar antara 28C-38C. Di
lokasi yang sering terjadi penaikan air (upwelling) seperti di laut Banda, suhu air
permukaannya bisa turun sampai 25C, ini disebabkan air yang dingin di lapisan
bawah terangkat keatas permukaan. Suhu dekat pantai biasanya sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu di lepas pantai (Nontji, 1987). Tingginya suhu
permukaan laut di perairan Indonesia disebabkan oleh posisi geografis Indonesia
yang terletak di wilayah ekuator yang menerima panas sinar matahari terbanyak.
Suhu permukaan laut juga di pengaruhi oleh angin muson dan curah hujan
(Wyrtki, 1961).
Suhu permukaan laut (SPL) Indonesia secara umum berkisar antara 26C29C. Karena perairan Indonesia dipengaruhi oleh angin musim, maka sebaran
SPL-nya pun mengikuti perubahan musim. Pada musim barat (Desember-JanuariFebruari), SPL di Kawasan Barat Indonesia (KBI) pada umumnya relatif lebih
rendah daripada musim timur (Juni-Juli-Agustus). SPL di dekat Laut Cina Selatan
pada waktu musim barat berkisar antara 26C-28C sedangkan di Kawasan Timur
Indonesia berkisaran 28C-29C.
Pada musim timur kebalikannya terjadi, yaitu SPL di perairan KTI berkisar
antara 26C-28C, sedangkan di perairan KBI antara 28C- 29C (Ilahude dan
Birowo, 1987 dalam Dahuri et al, 1996). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, rata-rata suhu permukaan laut di Laut Jawa berkisar antara 27.2528.25C dengan suhu permukaan laut lebih tinggi berada pada bagian barat (Gaol
dan Sadhotomo, 2007).
Suhu permukaan laut dapat diamati menggunakan teknologi penginderaan
jauh. Estimasi suhu permukaan laut dengan penginderaan jauh di pengaruhi oleh
faktor sensor, proses kalibrasi, koreksi geometrik, algoritma, dan prosedur
pengolahan data (Robinson, 1991 dalam Sucipto, 2002). Faktor lain yang
mempengaruhi sebaran suhu permukaan laut adalah angin, arus permukaan laut,
pembekuan dan pencairan es di kutub (Lavestu dan Hela, 1970 dalam Paulus,
2006). Kondisi suhu permukaan laut juga di pengaruhi oleh dinamika massa air
laut seperti pola arus permukaan, upwelling, divergensi dan konvergensi,
turbulensi dan sirkulasi global lautan (Sverdrup, 1946).
2.2
Upwealling
Upwelling merupakan proses pergerakan massa air dari lapisan yang lebih
dalam dimana massa air tersebut memiliki suhu yang lebih rendah serta membawa
unsur hara ke permukaan (Nontji, 1993). Menurut Ilahude (1997), massa air yang
naik ke permukaan ini berasal dari lapisan pada kedalaman 100-200 m. Proses
upwelling menyebabkan terjadinya penurunan suhu permukaan laut.
Pada wilayah yang terjadi upwelling, diketahui bahwa suhu lebih rendah dan
salinitas lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitarnya.Pada lokasi
terjadinya upwelling, suhu permukaan laut turun hingga mencapai 25C, hal ini
disebabkan karena air yang bersuhu dingin dari lapisan yang lebih dalam
terangkat ke permukaan. Di perairan Indonesia, upwelling terjadi salah satunya di
perairan selatan Makassar (Nontji, 1993).
2.3
Penginderaan Jauh
kosakata remote sensing dalam bahasa Inggris. Ini dilakukan dengan sense dan
perekaman energi yang dipantulkan dan dilepaskan oleh permukaan bumi dan
kemudian energi tersebut diproses, dianalisa, dan diaplikasikan sebagai informasi
(Lillesand dan Kiefer, 1994 dalam Hardiyanti, 2000; Realino et al., 2005).
Teknologi penginderaan jauh (remote sensing) sering diartikan sebagai
teknologi untuk mengidentifikasi suatu objek di permukaan bumi tanpa melalui
kontak langsung dengan objek tersebut. Saat ini teknologi penginderaan jauh
berbasis satelit menjadi sangat populer dan digunakan untuk berbagai tujuan
Tenaga panas yang dipancarkan dari obyek dapat direkam dengan sensor
yang dipasang jauh dari obyeknya. Penginderaan obyek tersebut menggunakan
spektrum infra merah termal (Paine, 1981 dalam Sutanto, 1994). Menurut Sutanto
(2004), dalam penginderaan jauh terdapat beberapa proses melibatkan interaksi
antara radiasi dan target yang dituju mencakup tujuh elemen penting, yakni:
1. Sumber energi atau illumination (A), merupakan elemen pertama dalam
menyediakan energi elektromagnetik ke target interest;
2. Radiasi dan atmosfer (B), adalah perjalanan energi dari sumber ke targetnya
dan sebaliknya. Energi akan mengalami kontak dengan target dan berinteraksi
dengan atmosfer yang dilewatinya;
10
rangkaian kesatuannya berjajar mulai dari energi tinggi, sinar gamma gelombang
pendek, sampai pada energi rendah, gelombang panjang gelombang radio.
Gambar
dibawah
ini
mengilustrasikan
bagian-bagian
spektrum
11
hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh, itulah
sebabnya atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini
karena sebagian gelombang elektromagnetik mengalami hambatan, yang
disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas.
Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan (absorpsi), pantulan
(refleksi) dan hamburan (scattering) (Gambar 4).
12
Panjang Gelombang
Keterangan
Gamma
0.03 nm
0.03 3 nm
3 nm 0.4 m 0.3 m
UV fotografik
0.3 nm 0.4 m
Tampak
0.4 0.7 m
Biru
0.4 0.5 m
Hijau
0.5 0.6 m
Merah
0.6 0.7 m
Inframerah (IM)
0.7 1.000 m
IM Pantulan
0.7 3 m
IM fotografik
0.7 0.9m
IM Termal
3 5 m
Gelombang Mikro
8 14 m
Radar
0.3 300 cm
Ka
0.3 300 cm
0.8 1.1 cm
Ku
1.1 1.7 cm
1.7 2.4 cm
2.4 3.8 cm
3.8 7.5 cm
7.5 15 cm
15 30 cm
Radio
30 100 cm
13
megnetik untuk diproses menjadi data visual atau digital yang dapat diolah
komputer. Sensor dalam penginderaan jauh dapat menerima informasi dalam
berbagai bentuk antara lain sinar atau cahaya, gelombang bunyi dan Jaya
elektromagnetik. Sensor digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam
suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan
tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk
merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial. Semakin kecil objek yang dapat
direkam oleh sensor semakin baik sensor dan semakin baik resolusi spasial pada
citra. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dapat dibedakan atas:
a)
Sensor Fotografi
Proses perekamannya berlangsung seperti pada kamera foto biasa, atau yang
14
15
Resolusi spektral
Resolusi spektral merupakan interval panjang gelombang khusus pada
16
MODIS kanal 31 mempunyai lebar interval 10.780 - 11.280 gm, sehingga resolusi
spektral MODIS lebih tinggi daripada AVHRR.
b) Resolusi spasial
Resolusi spasial adalah ukuran terkecil dari objek yang dapat dibedakan oleh
sensor atau ukuran daerah yang dapat disajikan oleh setiap piksel. Objek yang
mempunyai ukuran lebih kecil dari ukuran piksel dapat dideteksi apabila
mempunyai nilai kontras dengan sekitarnya, seperti jalan, pola drainase. Contoh:
MODIS mempunyai resolusi spasial yang lebih rendah: 1,1 km, dibanding dengan
Landsat TM: 30 m. Bila sebuah sensor memiliki resolusi spasial 1,1 km citra yang
dihasilkannya ditampilkan dengan resolusi penuh, maka setiap piksel mewakili
luasan area 1,1 x 1,1 km di lapangan. Semakin tinggi resolusinya, maka semakin
kecil area yang dapat dicakupnya.
c)
Resolusi Radiometrik
Resolusi Radiometrik ditunjukan oleh jumlah nilai data yang dimungkinkan
pada setiap kanal. Hal ini ditunjukan dengan jumlah bit perekam. Contoh pada
MODIS mencakup 15 bit, sehingga jumlah nilai data pada spektral untuk setiap
piksel adalah 0 - 32767. Resolusi ini lebih tinggi dibanding dengan AVHRR, yaitu
10 bit (0 - 1024).
Agar dapat dimanfaatkan, maka citra tersebut harus diinterpretasikan atau
diterjemahkan terlebih dahulu. Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji
citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya
objek tersebut.
2.4
Satelit MODIS
MODIS merupakan suatu instrumen berupa sensor multispectral yang
terdapat pada satelit Terra (EOS PM) dan Aqua (EOS AM). Terra mengorbit bumi
dari utara ke selatan melintasi equator di pagi hari. Sementara Aqua melintasi
bumi dari selatan ke utara melintasi equator di sore hari. MODIS memegang
peranan penting dalam validasi data, pengembangan model untuk memprediksi
perubahan global secara akurat untuk membantu para pengambil kebijakan
membuat keputusan menyangkut perlindungan lindungan di wilayah mereka
masing-masing (Rahmannia, 2011).
17
Terra MODIS dan Aqua MODIS melintasi seluruh permukaan bumi setiap 12 hari, mengumpulkan data 36 kanal, dengan kanal 1-19 berada pada kisaran
cahaya tampak dan kanal 20-36 berada pada kisaran inframerah (NASA, 2009).
Data-data tersebut akan meningkatkan pemahaman kita mengenai dinamika global
dan proses-proses yang terjadi didaratan, dilautan dan interaksi antara bumi dan
atmosfer. Spesifikasi dari setiap kanal di tunjukkan pada Tabel 2. Kanal-kanal ini
membuat sensor MODIS mampu mengukur parameter dari permukaan laut hingga
atmosfer. Setiap kanal pada sensor MODIS memiliki resolusi yang berbeda. Kanal
1-2 memiliki resolusi spasial 250 m, kanal 3-7 memiliki resolusi spasial 500 m
dan kanal 8-36 memiliki resolusi spasial 1000 m (NASA, 2009).
Tabel 2. Spesifikasi kanal 1-19 MODIS
Primary Use
Band
Bandwidth'
Spectral
Radiance2
Required
SNR3
Land/Cloud/
Aerosols Boundaries
620 - 670
21.8
128
841 - 876
24.7
201
459 - 479
35.3
243
545 - 565
29.0
228
1230 - 1250
5.4
74
1628 - 1652
7.3
275
2105 - 2155
1.0
110
405 - 420
44.9
880
438 - 448
41.9
838
10
483 - 493
32.1
802
11
526 - 536
27.9
754
12
546 - 556
21.0
750
13
662 - 672
9.5
910
14
673 - 683
8.7
1087
15
743 - 753
10.2
586
16
862 - 877
6.2
516
17
890 - 920
10.0
167
18
931 - 941
3.6
57
19
915 - 965
15.0
250
Land/Cloud/
Aerosols Properties
Ocean Color/
Phytoplankton/
Biogeochemistry
Atmospheric Water
Vapor
18
Band
Bandwidth'
Spectral
Radiance2
Required
NE[delta]T(K)4
20
3.660 - 3.840
0.45 (300K)
0.05
21
3.929 - 3.989
2.38 (335K)
2.00
22
3.929 - 3.989
0.67 (300K)
0.07
23
4.020 - 4.080
0.79 (300K)
0.07
24
4.43 3 - 4.498
0.17 (250K)
0.25
25
4.482 - 4.549
0.59 (275K)
0.25
26
1.360 - 1.390
6.00
150(SNR)
27
6.535 - 6.895
1.16 (240K)
0.25
28
7.175 - 7.475
2.18 (250K)
0.25
Cloud Properties
29
8.400 - 8.700
9.58 (300K)
0.05
Ozone
30
9.580 - 9.880
3.69 (250K)
0.25
Surface/Cloud
Temperature
31
10.780 - 11.280
9.55 (300K)
0.05
32
11.770 - 12.270
8.94 (300K)
0.05
33
13.185 - 13.485
4.52 (260K)
0.25
34
13.485 - 13.785
3.76 (250K)
0.25
35
13.785 - 14.085
3.11 (240K)
0.25
36
14.085 - 14.385
2.08 (220K)
0.35
Primary Use
Surface/Cloud
Temperature
Atmospheric
Temperature
Cirrus Clouds Water
Vapor
Algoritma untuk penentuan nilai suhu permukaan laut pada pengolahan data
citra satelit MODIS adalah algoritma Minnet et al. (1999) yaitu sebagai berikut :
SPL = c1 + c2*T31 + c3*T31-32 + c4* (sec()-1)*T31-32
Keterangan:
19
Satelit Aqua MODIS mengelilingi bumi setiap satu sampai dua hari
dengan arah lintasan orbit dari kutub selatan menuju kutub utara (ascending node)
pada ketinggian 705 km (NASA, 2009). Satelit Aqua MODIS memiliki orbit polar
sun-syncronus. Satelit melintasi equator pada siang hari mendekati pukul 13.30
waktu lokal. Spesifikasi teknis satelit Aqua MODIS ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi teknis satelit Aqua MODIS
Orbit
Scan Rate
Swath Dimensions
705 km, 1:30 p.m. ascending node, sun -syncronous, nearpolar, circular
20.3 rpm, cross track
2330 km (cross track) by 10 km (along track at nadir)
20
Telescope
Size
Weight
Power
Data Rate
Quantization
Spatial resolution
Design Life
21
Scan Rate
Swath Dimensions
Telescope
Size
Weight
228.7 kg
Power
Data Rate
Quantization
12 bits
Spatial resolution
Design Life
6 year
Sumber : NASA, 2009
2.5
Satelit NOAA/AVHRR
Satelit NOAA adalah satelit cuaca yang dioperasikan oleh National Ocean
22
Bandwidth
(m)
0.58 - 0.68
0.725 - 1.10
3.55 - 3.93
10.30 - 11.30
11.4 - 12.4
Penggunaan
Satelit NOAA termasuk kedalam satelit sistem pasif, dimana sumber tenaga
utama untuk mengirim gelombang elektromagnetik berasal dari matahari. Pada
umumnya satelit NOAA merekam suatu wilayah sebanyak 2 kali waktu siang dan
2 kali pada malam hari. Saat ini di atmosfer Indonesia melintas setiap hari lima
seri NOAA yaitu NOAA 12, NOAA 14, NOAA 15, NOAA 16, NOAA 17.
Beberapa stasiun bumi NOAA yang berada di Indonesia terletak di LAPAN
dan SEACORM. Aplikasi dari satelit NOAA adalah pemetaan distribusi hujan
salju, pemantauan terhadap banjir, pemetaan vegetasi, analisis kelembaban tanah
secara regional, pemetaan distribusi bahan bakar yang menyebabkan kebakaran
liar (wildfre fuel mapping), pendeteksian kebakaran, pemantauan badai gurun dan
macam-macam aplikasi yang berkenaan dengan gejala geografis, misalnya
gunung api meletus.
Sensor AVHRR (Advance Very High Resolution Radiometer) adalah sensor
pendeteksi radiasi yang biasa digunakan untuk menentukan tutupan awan dan
suhu (mencakup suhu bumi, suhu permukaan awan, dan suhu permukaan laut).
Sensor ini berupa radiometer yang menggunkan 6 detektor yang merekam radiasi
pada panjang gelombang yang berbeda-beda. Data AVHRR terutama digunakan
untuk peramalan cuaca harian dan dapat diterapkan secara luas pada banyak lahan
dan perairan. Data AVHR digunakan untuk membuat Peta Suhu Permukaan Laut
(Sea Surface Temperatur Maps/SST Maps), yang dapat digunakan untuk prediksi
daerah tangkapan ikan.
23
Stasiun bumi NOAA menerima data AVHRR dari satelit dalam bentuk data
mentah yang dikenal dengan data HRPT (High Resolution Picture Transmission)
secara rutin 2 - 4 kali/hari. Oleh karena itu, siklus harian NOAA cukup baik untuk
mengamati perubahan yang terjadi di laut dengan resolusi spasial yang terbatas
mencapai 1,1 km. Cakupan citranya cukup luas dengan lebar pandang mencapai
2399 km pada setiap citra global yang dihasilkan.
Saluran-saluran radiasi inframerah termal dari NOAA-AVHRR, berfungsi
untuk mendeteksi radiasi termal yang dipancarkan oleh permukaan bumi.
Berdasarkan hubungan antara suhu dengan intensitas emisi maka data AVHRR
dapat dimanfaatkan untuk mengukur suhu permukaan laut. Pengolahan citra
NOAA-AVHRR untuk dapat diekstraksi informasinya sebagai data suhu
permukaan laut melalui berbagai tahapan pengolahan citra digital dengan
memanfaatkan software pengolahan citra digital.
Dalam hal ini software yang digunakan cukup unik, karena memadukan
berbagai software yang ada. Software pengolahan citra digital ER-Mapper 6.4
untuk mempersiapkan citra NOAA-AVHRR hingga menjadi citra yang siap
diolah; ENVI 4.0, untuk mengolah citra NOAA-AVHRR dan Aqua MODIS
hingga menjadi citra yang siap untuk dijadikan peta; ArcGIS 9.0 untuk proses
pengkelasan dan layout sehingga menjadi peta jadi.
Data AVHRR dapat diperoleh dalam 3 format :
High Resolution Picture Transmission (HRPT)
Local Area Coverage (LAC)
Global Area Coverage (GAC)
24
Data suhu permukaan laut-yang dihasilkan memang tidak persis sama, namun
keduanya mempunyai keunggulan masing-masing yang saling mendukung dalam
menganalisa kondisi suatu perairan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi estimasi suhu permukaan laut dengan
menggunakan data satelit penginderaan jauh. Pada saat proses pengolahan data
penginderaan jauh, harus diperhitungkan berbagai faktor koreksi radiometris agar
diperoleh data yang mempunyai perbedaan terkecil dengan data in situ. Brown et
al. (1985) menyatakan bahwa perkiraan suhu permukaan laut yang menggunakan
data satelit dipengaruhi oleh faktor sensor dan proses kalibrasi, algoritma koreksi
atmosfer, prosedur dan pengolahan data, serta interaksi permukaan laut dengan
lapisan atmosfer di atas permukaan laut yang diamati.
Salah satu asumsi yang dapat dipakai dalam penentuan suhu permukaan laut
adalah radiasi benda hitam dengan menganggap bahwa bumi merupakan benda
hitam yang dapat memancarkan panas yang dimiliki atau menyerap energi panas
secara sempurna. Bumi yang diasumsikan sebagai benda hitam ternyata bukanlah
penyerap sempurna, karena radiasi termal yang diserap sebagian lagi dipantulkan
kembali ke atmosfer.
Pengukuran terhadap radiasi infra merah pada panjang gelombang antara 1012 m dilakukan dalam menentukan suhu permukaan laut dengan sensor satelit.
Parameter suhu permukaan laut dalam oseanografi diperoleh melalui data dari
kanal 3, 4, dan 5 yang merupakan hasil pengukuran dari sensor AVHRR satelit
NOAA, untuk data kanal 3 hanya sesuai untuk pengamatan pada malam hari,
sedangkan data kanal 4 dan 5 dapat digunakan baik siang maupun malam hari
(Hasyim, 1986). Kombinasi dari tiga kanal (3, 4, dan 5) disebut "Triple Window",
sedangkan kombinasi dua kanal (4 dan 5) disebut "Split Window" (McClain, 1981
dalam Harsanugraha dan Parwati, 1992).
Penggunaan kombinasi data multi kanal pada gelombang infra merah
memungkinkan analisis multispektral mendapatkan resolusi yang lebih baik dari
pada data satu kanal, khususnya di bidang oseanografi, hidrologi dan parameter
meteorologi Iainnya. Teknik pemanfaatan data multi kanal bertujuan untuk
mengurangi adanya penyimpangan radiometris, yaitu akibat pengaruh kondisi
lapisan atmosfer (Pellegrini dan Penrose, 1986).
25
2.6
mendeteksi dan mengidentifikasi target, dan berbagai aplikasi lain yang penting.
26
ENVI adalah solusi perangkat lunak utama untuk memproses dan menganalisis
citra geospasial dan dirancang untuk digunakan oleh semua orang dari para
profesional
GIS
untuk
analis
gambar
dan
citra
pengetahuan.
ENVI
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret April 2013 dengan lokasi di
Perairan Selatan Jawa Timur, terbentang pada 4 titik dengan dengan batasan
koordinat :
3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
- Perangkat keras (Hardware) Laptop Intel Atom Processor N550 (1.5GHz, 1MB
L2 cache). Dengan Memori 1GB DDR3 dan kapasitas penyimpanan 250 GB
HDD.
- Perangkat Lunak (Software) :
a) Sistem Operasi Windows 7
b) ER Mapper 6.4
c) ENVI 4.4
d) NOAA SPL
e) HRTP Reader
27
28
3.3
Bahan Penelitian
Data yang digunakan adalah data primer yang terdiri dari :
a) Citra penginderaan jauh NOAA/AVHRR tahun pengamatan 2012 - 2013.
1) Tanggal 17 Maret 2013, pkl 13.42 (Satelit NOAA 19)
2) Tanggal 17 Maret 2013, pkl 15.26 (Satelit NOAA 18)
3) Tanggal 18 Maret 2013, pkl 13.32 (Satelit NOAA 19)
4) Tanggal 18 Maret 2013, pkl 15.15 (Satelit NOAA 18)
5) Tanggal 19 Maret 2013, pkl 13.21 (Satelit NOAA 19)
b) Citra penginderaan jauh Aqua/Terra MODIS Level 1B (data sudah
disisipkan beberapa sub-file tersendiri berupadata lokasi geografis, data
kalibrasi sensor untuk konversi perhitungan digital) pada:
1) Tanggal 1 Maret 2013, pkl 11.19 (Satelit Terra MODIS)
2) Tanggal 6 Maret 2013, pkl 14.30 (Satelit Aqua MODIS)
3) Tanggal 7 Maret 2013, pkl 10.39 (Satelit Terra MODIS)
4) Tanggal 7 Maret 2013, pkl 13.37 (Satelit Aqua MODIS)
5) Tanggal 8 Maret 2013, pkl 14.17 (Satelit Aqua MODIS)
Data diperoleh dari pembimbing yang berada di instansi LAPAN sebagai tempat
pelaksanaan Kerja Praktek. Tanggal tersebut mengikuti data yang diberikan oleh
pihak LAPAN dengan waktu pengambilan yang bervariasi.
Ukuran file dari satu scene pada data sensor NOAA/AVHRR hanya berkisar
antara 20MB sampai 30 MB, sedangkan data MODIS jauh lebih besar yaitu
berkisar sekitar 700MB. Hal ini disebabkan karena jumlah kanal sensor panjang
gelombang yang terdapat sistem instrumen NOAA hanya berjumlah 5 kanal,
sedangkan pada sistem instrumen MODIS mempunyai kanal yang jauh lebih
banyak yaitu 36 kanal.
3.4
koreksi citra terlebih dahulu. Dari koreksi geometri dan koreksi radiometri.
Dalam Praktek Kerja Lapang kali ini pengolahan data terdiri dari
beberapa tahap yang akan digambarkan dalam diagram alir berikut:
29
Mulai
Proses Geocording
Wizard
Ekstraksi Informasi untuk
koreksi Radiometri
Koreksi Radiometri
Crooping Citra
Layouting Peta SPL
NOAA
Selesai
Gambar 10. Alur pengolahan citra
NOAA/AVHRRR
a) Koreksi Geometrik
Proses koreksi geometrik citra dilakukan untuk menghilangkan kesalahan
spasial citra yang disebabkan oleh beberapa faktor pada saat perekaman oleh
sensor satelit. Koreksi geometrik dilakukan sesuai dengan jenis atau penyebab
kesalahannya, yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan random. Koreksi
geometrik mempunyai tiga tujuan, yaitu (1) melakukan rektifikasi (pembetulan)
atau restorasi (pemulihan) citra agar koordinat citra sesuai dengan koordinat
geografi;(2) registrasi (mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau
mentransformasikan sistem koordinat citra multispektral atau citra multi-temporal;
30
(3) registrasi citra ke peta atau transformasi sistem koordinat citra ke peta, yang
menghasilkan citra dengan sistem proyeksi tertentu.
Buka program ENVI
Klik File Open eksternal file AVHRR KLMN/level 1b. Kemudian akan
muncul window Available Band List yang menampilkan 5 band yang
tersedia pada citra NOAA.
31
b) Registrasi GCP
Buka program ER Mapper
32
Klik GCP edit, akan tampil window proses penentuan titik GCP.
Tutup window yang tidak diperlukan (overview).
33
34
Atur kombinasi RGB (Band 1, 2, 4), kemudian klik viev telementary data
Buat file wordpad sesuai telementary data save
e) Koreksi Radiometri
Untuk koreksi radiometri pada citra NOAA menggunakan program NOAA
SPL yang dibuat oleh LAPAN.
Buka program NOAA SPL
Buka file data NOAA dengan file name (C)
Buka file header (text document)
Simpan file dengan nama (tahun#bulan#tanggal#jam#menit#satelit.ers)
Klik proses, proses ini memakan waktu cukup lama bergantung pada
kemanpuan PC.
35
Klik edit transform limit, kemudian atur suhu terendah dan maksimumnya.
Klik edit formula, buka file Reclas Awan WEB panas. File tersebut
berisikan formula: IF INREGION(R1) AND i1<30 then 0 else if
INREGION(R2) AND I1<28 THEN 0 ELSE IF i1<=32.9 then i1 ELSE IF
(I1>32.9 AND I1<35) then 32.9 else if (I1>35 AND I1<37) THEN 0 else
IF I1=255 THEN 0 ELSE 100.
36
f) Cropping Citra
Untuk metode pemotongan (cropping) citra dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan cara:
Klik ikon zoom box tool
Kemudian zoom pada lokasi yang kita inginkan
Klik kanan save as dengan format raster data set (.ers)
Atau bisa juga secara manual yaitu dengan klik Geoposition windows
pada windows algorithm - Klik Extents
Kemudian ubah Latitude dan Longitude sesuai kebutuhan kita Ok
Simpan file dengan nama (tahun#bulan#tanggal#jam#menit#satelit_crop.ers)
pilih setting default OK
37
dimensi yaitu peta. Pembuatan layout peta menggunakan algorithma yang telah
disediakan LAPAN. Algoritma tersebut dikonfigurasikan di dalam ER Mapper
dan berikut langkah-langkahnya :
Input data
Klik Open New pada Er Mapper
Buka file : LAYOUT_SPL_PANAS.alg klik ok
Gambar 26. Tampilan layout peta suhu permukaan laut buatan LAPAN
Pada window algorithm, input data pada Pseudo Layer 1, data SPL
Akhir yang telah di save.
Klik Annotation Layer paling bawah klik annotate vektor layer
untuk memunculkan windows tools.
Edit tanggal dan sumber sesuai dengan data pada layout peta,
Gunakan tools panah dan double klik fonts yang ingin diubah.
Close window tools Save As dengan menggunakan print screen
atau save as dengan cara klik File pada bar ErMapper Save As
Dengan nama misal : Peta SPL
File type: JPEG (.jpg) Klik Ok
3.5
koreksi citra terlebih dahulu. Dari koreksi radiometri dan geometri serta
perlakuan koreksi bebas awan.
38
Dalam Praktek Kerja Lapang kali ini pengolahan data terdiri dari
beberapa tahap yang akan digambarkan dalam diagram alir berikut:
Mulai
Data
MODIS SPL
Data
MODIS 1Km
Registrasi, Ekspor
GCP, Map Projection
Geographic lat/lot
dan Datum WGS 84
Registrasi, Ekspor
GCP, Map Projection
Geographic lat/lot
dan Datum WGS 84
Koreksi Radiometrik
dan Geometrik
Koreksi Radiometrik
dan Geometrik
Overlay Bebas
Awan dengan SPL
Croping Citra
Layouting
Peta Suhu
Permukaan Laut
Selesai
39
Setelah muncul window Select GCP file for writing ketik nama file
baru citra yang telah terdapat titik GCP (1303011119MT_gcp.pts).
Catatan: penulisan nama tersebut memberikan informasi citra tahun 2013,
bulan 03, tanggal 11, jam 11, dan menit 19 sehingga memudahkan kita
dalam penggunaan data yang kita butuhkan.
40
Klik Regristation
Pilih file gcp yang telah dibuat tadi (gcp.pts) Klik Open
: Degrees
41
Klik open - new file pilih file 1Km yang mau di koreksi geometri
(t1.13060.0319.1000m.hdf) Open
Pada kolom Enter Output Filename klik chose dan beri nama file
(1303011119MT_B3_B7) OK
42
Lakukan kembali langkah koreksi geometri pada file Seadas yang mau di
koreksi geometri (t1.13060.0319.seadas.hdf)
Perbedaan saat melakukan koreksi geometri pada file 1Km dan Seadas
adalah, pada saat pemilihan spectral subset.
43
Muncul window Import PCI, pada input file (Import File/Device Name)
masukan file yang telah di format PCI (.pix)
Pada Output Dataset masukan nama file output hasil import (.ers)
Lakukan proses import ini untuk Data B3_B7 (1Km) dan SST (Seadas).
Gambar 37. window Import file PCI dan pemilihan datum serta proyeksi peta.
44
45
Klik setup atur X axis Band 1, Y axis Band 3 klik Limit to Actual
Atur Scatter pada posisi 0
46
Gambar 42. Algorithm hasil pemisahan antara laut dengan daratan dan
awan dengan menggunakan kombinasi rumus scatter.
Maka image akan terlihat biru dan putih. Biru adalah daerah bersih dan
putih adalah awan dan darat.
47
Gambar 44. Menggabungkan file hasil koreksi awan dengan file sst
48
Gambar 45. Citra yang telah diberi formula SPL kemudian diatur
warna suhu nya menggunakan Histogram
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Citra NOAA/AVHRR
Dari hasil pengolahan kelima data citra NOAA/AVHRR untuk perairan
Selatan Jawa Timur, diketahui kondisi suhu perrmukaan laut terendah terjadi pada
tanggal 17 Maret 2013 Pukul 13.43 WIB dengan variasi suhu 28C 29.5C
(gambar 46), tetapi pada Pukul 15.18 WIB (gambar 47) variasi suhu tidak dapat
diketahui karena kondisi citra tertutup awan. Tanggal 18 Maret 2013 Pukul 13.32
WIB (gambar 48) kondisi suhu permukaan laut cukup hangat dengan variasi suhu
28C 31C, pada pukul 15.15 WIB kondisi citra juga terlalu banyak awan,
namun masi bisa terlihat sedikit variasi suhu yaitu 27.5C 30C (gambar 49).
Kondisi suhu perrmukaan laut tertinggi terjadi pada tanggal 19 Maret 2013 pukul
13.21 WIB dengan variasi suhu 28.5C 32C (gambar 50).
Gambar 46. SPL citra NOAA 19 Tanggal 17 Maret, pukul 13.43 WIB
49
50
Gambar 47. SPL citra NOAA 18 Tanggal 17 Maret, pukul 15.18 WIB
Gambar 48. SPL citra NOAA 19 Tanggal 18 Maret, pukul 13.32 WIB
51
Gambar 49. SPL citra NOAA 18 Tanggal 18 Maret, pukul 15.15 WIB
Gambar 50. SPL citra NOAA 19 Tanggal 19 Maret, pukul 31.21 WIB
52
Gambar 51. SPL citra Terra MODIS Tanggal 1 Maret, pukul 11.19
53
Gambar 52. SPL citra Aqua MODIS Tanggal 6 Maret, pukul 14.30
Gambar 53. SPL citra Terra MODIS Tanggal 7 Maret, pukul 10.39
54
Gambar 54. SPL citra Aqua MODIS Tanggal 7 Maret, pukul 13.37
Gambar 55. SPL citra Terra MODIS Tanggal 8 Maret, pukul 14.17
BAB 5
Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil Kerja Praktek yang dilakukan di LAPAN
adalah :
1.
2.
55
56
5.2
Saran
Saran yang diberikan penulis kepada pembaca jika ingin melakukan Praktek
2.
Meyakinkan data utama dan semua data pendukung citra satelit ter-copy
secara sempurna agar hasil pengolahan citra dapat dibuka dan diolah lebih
lanjut diperangkat computer lainnya.
3.
DAFTAR PUSTAKA
ENVI.
2011.
ENVI.
Get
the
answers
you
need
from
your
imagery.
57