Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Tujuan
a. Untuk mengetahui klasifikasi resin komposit
b. Untuk mengetahui komposisi pada bahan tumpatan resin komposit
c. Untuk mengetahui syarat dan sifat bahan tumpatan resin komposit.
d. Untuk mengetahui manipulasi bahan resin komposit
e. Untuk pengaplikasikan bahan tumpatan resin komposit
TINJAUAN PUSTAKA
Resin komposit adalah bahan tambal sewarna gigi, dengan bahan dasar polimer dan ditambahkan dengan
partikel anorganik sebagai penguat. Bahan tambal ini umumnya mengalami reaksi pengerasan dengan
bantuan sinar (sinar UV, atau bisa juga dengan visible light)
Kelebihan

Secara estetik sangat memuaskan, terutama resin komposit dengan formulasi terkini di mana hasil
akhirnya sangat menyerupai gigi asli. Namun tentu membutuhkan keterampilan dan keahlian dari
dokter gigi. Karena kelebihannya ini, resin komposit adalah bahan tambal yang paling sering
digunakan dalam cosmetic dentistry.

Aplikasinya cukup luas. Meski dulu ada keraguan bahwa bahan tambal resin komposit tidak
cukup kuat untuk digunakan pada gigi geraham di mana tekanan kunyah di daerah tersebut paling
besar, namun bahan tambal ini terus menerus mengalami perkembangan sehingga kini cukup
dapat diandalkan untuk menambal gigi geraham meskipun kekuatannya masih tetap di bawah
amalgam.

Warna bahan tambal dapat disesuaikan dengan keadaan gigi pasien, karena resin komposit
memiliki pilihan shade/warna.

Kekurangan :

Material ini membutuhkan tahapan-tahapan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan


yang cukup mendalam dari dokter gigi untuk mendapatkan hasil yang benar-benar memuaskan
dan tahan lama. Jika tidak, tambalan dapat mudah lepas/patah, berubah warna, atau terlihat batas
antara tepi tambalan dengan gigi sehingga mengurangi estetika.

Pada saat penambalan diperlukan suasana mulut yang cukup kering karena kontaminasi saliva
dapat mempengaruhi sifat-sifat jangka panjang dari resin komposit, seperti kekuatan dan daya
tahannya. Oleh sebab itu gigi yang akan ditambal resin komposit idealnya harus benar-benar

diisolasi, dan hal ini cukup sulit dilakukan terutama pada gigi belakang dan mungkin
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.

Dapat terjadi karies sekunder di bawah tambalan yang mungkin disebabkan karena kebocoran
tambalan sehingga bakteri dapat berpenetrasi ke jaringan gigi dan kembali menyebabkan karies.

Resin komposit dapat menyerap warna dari zat pewarna dari makanan atau minuman sehingga
dalam jangku waktu lama dapat berubah warna.

Gambar A. Gigi depan seorang anak yang

Gambar

patah akibat olahraga

diperbaiki dengan resin komposit

B. Gigi

tersebut

setelah

Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal dimana merupakan susunan dari paling
tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda
terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama
(matrik - matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan untuk meningkatkan
kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fibre, fiber).
Sekarang, pada umumnya komposit yang dibuat manusia dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama:
1. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites PMC)
2. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites MMC)
3. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites CMC)
Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites PMC) Bahan ini merupakan bahan komposit
yang sering digunakan disebut, Polimer Berpenguatan Serat (FRP Fibre Reinforced Polymers or
Plastics) bahan ini menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat
seperti

kaca,

karbon

dan

aramid

(Kevlar)

sebagai

penguatannya.

Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites MMC) ditemukan berkembang pada industri

otomotif, bahan ini menggunakan suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan
serat seperti silikon karbida. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites CMC)
digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik
dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silikon karbida
atau boron nitrida
Komposit Matrik Polimer
Sistem resin seperti epoksi dan poliester mempunyai batasan penggunaan dalam manufaktur strukturnya,
dikarenakan sifat-sifat mekanik tidak terlalu tinggi dibandingkan sebagai contoh sebagian besar logam.
Bagaimanapun, bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, sebagian besar khususnya
kemampuan

untuk

dibentuk

dengan

mudah

kedalam

bentuk

yang

rumit.

Bahan seperti kaca, aramid dan boron mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang luar biasa
tinggi tetapi dalam bentuk padat sifat-sifat ini tidak muncul. Hal ini berkenaan dengan kenyataan ketika
ditegangkan, serabut retak permukaan setiap bahan menjadi retak dan gagal dibawah titik tegangan patah
teoritisnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, bahan diproduksi dalam bentuk serat, sehingga, meskipun
dengan jumlah serabut retak yang terjadi sama, serabut retak tersebut terbatasi dalam sejumlah kecil serat
dengan memperlihatkan sisa kekuatan teoritis bahan. Oleh karena itu seikat serat akan mencerminkan
lebih akurat kinerja optimum bahan. Bagaimanapun juga satu serat dapat hanya memperlihatkan sifatsifat kekuatan tarik sesuai panjang serat, seperti halnya serat dalam suatu tali.
Jika sistem resin dikombinasikan dengan serat penguat seperti kaca, karbon dan aramid, sifat-sifat yang
luarbiasa dapat diperoleh. Matrik resin menyebarkan beban yang dikenakan terhadap komposit antara
setiap individu serat dan juga melindungi serat dari kerusakan karena abrasi dan benturan. Kekuatan dan
kekakuan yang tinggi, memudahkan pencetakan bentuk yang rumit, ketahanan terhadap lingkungan yang
tinggi dengan berat jenis rendah, membuat kesimpulan komposite lebih superior terhadap logam dalam
banyak aplikasi
3.1 Mapping
RESIN
KOMPOSIT
KLASIFIKASI

KOMPOSISI

SYARAT
DAN
SIFAT

MANIPULAS
I

APLIKASI DI
KEDOKTERAN
GIGI

BAIK

PENCEGAHAN

BURUK

PERAWATAN

3.2 Pembahasan
Bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan 2 atau lebih bahan berbeda dengan sifatsifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.Contoh bahan komposit alamiah adalah email gigi
dan dentin.Pada email, enamelin mewakili mariks organik, sementara dalam dentin, matriks terdiri atas
kolagen. Dalam keduakomposit ini, partikel-partikel bahan pengisi terdiri atas kristal hidroksiapatit.
Perbedaan sifat kedua jaringan ini sebagian dikaitkan dengan perbedaan ratio bahan matriks dan bahan
pengisi.
Resin komposit adalah bahan tumpatan sewarna gigi, dengan bahan dasar polimer dan
ditambahkan partikel anorganik sebagai penguat.
A. Komposisi Resin Komposit
Bahan komposit modern mengandung sejumlah komponen kandungan utama adalah matriks resin dan
partikel pengisi anorganik. Disamping kedua komponen bahan tersebut beberapa komponen lain

diperlukan untuk meningkatkan efektifitas dan ketahann bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan
untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktifator inisiator
diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas warna
(menyerap sinar ultraviolet) dan mencegah polimerisasi dini bahan penghambat seperti hidroquinon.
Komposit harus pula mengandung pigmen untuk memperoleh warna yang cocok dengan struktur gigi.
Matriks Resin
Kebanyakan bahan komposit kedokteran gigi menggunakn monomer yang merupakan diakrilat aromatic
atau alipatik.bis-GMA, urethane dimetakrilat (UEDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA)
adalah dimetakrilat yang umum digunakan dalam komposit gigi.
Monomer dengan berat molekul tinggi khususnya, BIS-GMA amatlah kental pada temperature ruang.
Penggunaan monomer pengental penting untuk memperoleh tingkat pengisi yang tinggi dan
menghasilkan konsistensi pasta yang dapat digunakan secara klinis. Pengenceran dapat berupa monomer
metakrilat tetapi biasanya adalah monomer dimetakrilat seperti TEGDMA. Pengurangan viskositas bila
TEGDMA ditambahkan dengan bis-GMA adalah bermakna. Suatu campuran 75% berat bis-GMA dan
25% berat TEGDMA memiliki viskositas 4300 cP (centiPoise), sedangkan viskositas dengan campuran
50/50 adalah 200 cP. Sayangnya, penambahan TEGDMA atau dimetakrilat dengan berat molekul rendah
meningkatkan pengerutan polimerisasi, sesuatu factor yang membatasi jumlah dimetakrilat berat molekul
rendah yang dapat digunakan dalam komposit. Monomer dimetakrilat memungkinkan ikatan silang
ekstensif terjadi antar-rantai. Ini menghasilkan suatu matriks yang lebih tahan terhadap degradasi oleh
pelarut.
Selain monomer, bahan tambahan lain ditambahkan dalam matriks resin termasuk system activatorinisiator, menghambat, menyerap sinar ultraviolet, pigmen dan pembuat opaque. Komponen-komponen
ini terdapat dalam konsentrasi kecil.
Partikel Bahan Pengisi
Dimasukkannya bahan pengisi ke dalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks bila
partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Bila tidak, partikel bahan pengisi dapat
melemahkan bahan. Karena pentingnya bahan pengisi yang beriaktan kuat, jelas terlihat bahwa
penggunaan bahan pengisi tambahan sangatlah diperlukan, untuk keberhasilan suatu bahan komposit.
Jelasnya, karena resin dalam komposit jumlahnya sedikit, pengerutan polimerisasi menjadi berkurang
dibandingkan dengan resin nirpasi. Meskipun pengerutan bervariasi dari porduk satu ke yang lain,

nilainya sekitar 3 %vol dalam 24 jam. Penyerapan air dan koefisien ekspansi termal dari komposit juga
lebih kecil dibandingkan resin. Tanpa bahan pengisi sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan
tarik, dan modulus elastisitas membaik, begitu juga ketahanan aus. Semua perbaikan ini terjadi dengan
peningkatan volume fraksi bahan pengisi. Partikel pengisi umumnya dihasilkan dari penggilingan atau
pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar dari 0,1-100 m. Partikel silica
dengan ukuran koloidal (kira-kira 0,04 m), secara kolektif disebut bahan pengisi mikro dan diperoleh
dari proses pirolitik atau presipitasi/pengendapan. Selama proses pirolitik atom-atom silicon terdapat
dalam senyawa dengan berat molekul rendah, yang secara topical terpolimerisasi dengan pembakaran
dalam atmosfer oksigen dan H2 selama proses ini molekul makro yang mengandung SiO 2 dibentuk,
karena itu partikel ini disebut partikel silica pirgenik (terbetuk pada pembakaran).
Komposit sering digolongkan berdasarkan ukuran rata-rata komponen pengisi utama. Selain jumlah
volume, ukuran, penyebaran ukuran, dan indeks refraksi, radioopaksitas, dan kekerasan adalah factor
yang juga penting dalam menentukan sifat dan aplikasi klinis dari komposit.
Bahan Coupling
Ikatan antara 2 fase komposit diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat
meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan dengan hidrolitik mencegah air
menembuh sepanjang antar-muka bahan pengisi dan resin. Meskipun titanat dan zirkonat dapat dipakai
sebagai bahan coupling, organosilan seperti -metakriloksipropiltrimetoksi silane lebih sering digunakan.
Pada tahap hidrolisasi ini, silane mengandung gugus silanol yang dapat berikatan dengan silanol pada
permukaan bahan pengisi melalui pembentukan ikatan siloxane. Gugus metakrilat dari gabungan
organosilane membentuk ikatan kovalen dengan resin bila terpolimerisasi, jadi menyempurnakan proses
coupling.
System Aktivator-Inisiator
Monomer metilmetakrilat dan dimetilmetakrilat berpolimerisasi dengan mekanisme polimerisasi
tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat berasal dari aktivasi kimia atau
pengaktifan energi eksternal (panas atau sinar).
Penghambat
Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer bahan penghambat ditambahkan
pada system resin. Penghambat ini mempunyai potensi reaksi yang kuat dengan radikal bebas. Bila
radikal bebas telah terbentuk, seperti dengan suatu pemaparan singkat terhadap sinar ketika bahan

dikeluarkan dari kemasan, bahan penghambat bereaksi dengan radikal bebas, dan kemudian menghambat
perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi.
Bila semua bahan penghambat terpakai, perpanjangan rantai akan terjadi. Bahan penghambat yang umum
dipakai adalah butylated hydrozytoluene dengan konsentrasi 0,01% berat.

Modifier Optik
Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual dan
translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Warna dapat diperoleh dengan menambahkan pigmen
yang berbeda. Bahan pigmen ini seringkali terdiri dari oksida logam berbeda yang ditambahkan dalam
jumlah sedikit.
Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuasikan dengan warna email dan dentin. Namun,
penambahan bahan pembuat opak yang terlalu banyak akan memantulkan sinar terlalu banyak dan
pengamat melihat bahwa restorasi terlalu putih. Untuk meningkatkan opasitas, pabrik pembuat
menambahkan titanium dioksid dan alumunium oksid dalam jumlah kecil (0,001-0.007 % berat) dalam
komposit karena oksida tersebut merupakan bahan pembuat opak yang efektif.
B. Klasifikasi Resin Komposit
Klasifikasi resin komposit berdasarkan bahan activator-inisiator:
1.

Resin yang diatifkan secara kimia


Bahan yang diaktifkan secara kimia dipasok dalam 2 pasta, satu mengandung inisiator benzoil
peroksida dan lainnya activator amin tersier (N,N-dimetil-p-toluidin). Bila kedua pasta diaduk, amin
bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas, dan polimerisasi tambahan
dimulai. Bahan-bahan ini biasanya digunakan untuk restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya
tidak dengan sumber sinar.

2.

resin yang diakifkan dengan sinar


Sinar tampak digunakan untuk mengaktifkan polimerisasi dari resin komposit.

Komposit yang

diaktifkan dengan sinar tampak lebih luas penggunaannya dibandingkan bahan yang diaktifkan secara
kimia. Komposit gigi mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta tunggal dalam suatu semprit.
Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul fotoinisiator dan activator amin, terdapat dalam

pasta ini. Bila kedua komponen dibiarkan tidak terpapar sinar, komponen tersebut tidak berinteraksi.
Namun, pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (468 nm) merangsang
fotoinisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi
tambahan.
Fotoinisiator yang umum digunakan adalah champoroquinone, yang memiliki penyerapan berkisar
400 dan 500 nm yang berada pada region dari spectrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta
sebesar 0,2% berat. Juga ada sejumlah akselerator amin yang cocok untuk berinteraksi dengan
cchamproroquinone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15% berat, yang ada dalam pasta.
Klasifikasi resin berdasarkan ukuran rata-rata bahan pengisi partikel utama.
1.

Komposit Tradisional
Komposit tradisional juga disebut komposit konvensional atau komposit berbahan pengisi makro
karena ukuran partikel bahan pengisi relative besar. Karena bahan-bahan ini bukanlah bahan yang
biasa digunakan lagi, istilah konvensional harus diganti dengan tradisional. Bahan pengisi yang
paling sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling. Meskipun ukuran rata-rat
partikel 8-12 m, partikel sebesar 50 m mungkin juga ada. Banyaknya bahan pengisi umumnya 7080% berat atau 60-65% volume. Partikel pengisi terpapar, beberapa cukup besar, dikelilingin oleh
sejumlah besar matriks resin.

2.

Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil


Komposit berbahan pengisi kecil dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan permukaan dari
komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat
mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk tujuan ini, bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi
ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam komposit tradisional.
Rata-rata ukuran bahan pengisi komposit berukuran 1-5 m, tetapi penyebaran ukuran amat besar.
Distribusi ukuran partikel yang luas ini memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan
komposit berbahan pengisi partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih
banyak (80% berat dan 60-65% volume) dibandingkan dengan komposit tradisional. Ini khususnya
berlaku untuk bahan yang dirancang bagi restorasi posterior.
Beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi
kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat. Matriks resin dari bahan ini serupa
dengan komposit berbahan pengisi mikro dan tradisional. Bahan pengisi utama terdiri atas partikel

tumbuk dilapisi silane. Silica koloidal umumnya ditambahkan dalam jumlah sekitar 5% berat untuk
menyesuaikan kekentalan pasta.
3.

Komposit Berbahan Pengisi Mikro


Dalam usaha mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional, dikembangkan suatu
bahan yang menggunakan partikel silica koloidal sebagai bahan pengisi anorganik. Partikel individu
berukuran 0,04 m. Konsep komposit dengan bahan pengisi mikro mendukung pengikatan resin
dengan bantuan bahan pengisi, sehingga komposit ini menunjukkan suatu permukaan yang halus
serupa denan yang diperoleh dari tambalan resin akrilik langsung tanpa bahan pengisi.
Partikel silica koloidal yang kecil ini cenderung menggumpal. Selama pengadukan,

sebagian

penggumpalan pecah. Secara tidak sengaja, penggumpalan membentuk ukuran sebesar 0,04-0,4 m.
Amatlah ideal bila bahan pengisi silica koloidal ini dapat ditambahkan dalam jumlah besar secara
langsung terhadap matriks resin. Namun, ini adalah tidak mungkin, karena besarnya areas permukaan
yang harus dibasahi oleh matriks resin dapat menyebabkan penebalan yang tidak semestinya
meskipun dengan penambahan bahan pengisi yang amat sedikit. Meskipun beberapa pendekatan
dapat digunakan untuk meningkatkan muatan bahan pengisi, masing-masing mengorbankan konsep
ideal dari suatu resin yang diisi dengan hamburan silica koloidal. Salah satu pendekatan adalah
melelehkan silica koloidal sehingga diperoleh partikel sebesar sepersepuluh micron. Penggumpalan
yang lebih besar ini menyebabkan penurunan area permukaan, memungkinkan lebih banyak bahan
pengisi menyatu dengan tanpa terlalu banyak mempengaruhi daya aliran bahan (reologi).
4.

Komposit Hibrid
Katagori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan yang
lebih baik daripada komposit partikel kecil sementara mempertahankan sifat komposit partikel kecil
tersebut. Komposit hybrid dipandang sebagai bahan yang memiliki estetika setara dengan komposit
berbahan pengisi mikro untuk penggunaan restorasi anterior.
Seperti yang terlihat dari namanya, ada 2 jenis partikel pengisi dalam komposit hybrid. Kebanyakan
bahan pengisi hybrid modern terdiri atas silica koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan, yang
mengandung logam berat, yang mengisi kandungan bahan pengisi sebesar 75-80% berat. Kaca
mempunyai ukuran partikel rata-rata 0,6-1 m. Pada distribusi yang tipikal, 75% dari partikel yang
dihaluskan lebih kecil dari 1,0 m. Silika koloidal membentuk 10-20% berat dari seluruh kandungan
bahan pengisi. Dalam keadaan ini, bahan pengisi mikro juga berpengaruh nyata pada sifat bahan.
Partikel pengisi yang lebih kecil, begitu juga sejumlah besar bahan pengisi mikro, akan meningkatkan

daerah permukaan. Jadi, seluruh muatan pengisi tidak sebanyak muatan pengisi pada beberapa
komposit berbahan pengisi partikel kecil.
C.Syarat Resin Komposit
1. Pertimbangan biologis
- Tidak mengiritasi pulpa dan mukosa
- Toksisitas sitemik rendah
- Kariostatis
2. Pertimbangan mekanis
- Kuat menerima beban kunyah
- Modulus elastisitas tinggi
- Tidak mudah abrasi, atrisi dan erosi
3. Perimbangan termis
- Koefesien ekspansi temis mendekati atau sama dengan enamel dan dentin
- Difusi termi rendah
4. Estetik baik
5. Adhesi baik
6. Perubahan dimensi kecil
7. Radiopaque, agar mudah mendeteksi kedudukan restprasi dan adanya karies.
D. Komposisi Resin Komposit
Bahan komposit modern mengandung sejumlah komponen. Kandungan utama adalah matriks
resin dan partikel pengisi anorganik.Disamping kedua bahan tersebut, beberapa komponen lain diperlukan
untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk
memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivator-aktivator diperlukan
untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap
sinar ultraviolet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan penghambat seperti hidroquinon). Komposit juga
harus mengandung pigmen untuk memperoleh arna yang cocok dengan struktur gigi.
1. Matriks Resin
Kebanyakan bahan komposit kedokteran gigi menggunakan monomer yang merupakan diakrilat
aromatik atau alipatik. Bis-GMA, urethan dimetrakrilat (UEDMA), tri etilen glikol dimetakrilat
(TEGDMA) adalah dimetakrilat yang umum digunakan dalam komposit gigi. Selain monomer, bahan
tambahan lain ditambahkan dalam mtriks resin termasuk sistem aktivator-inisiator,penghambat,
penyerap sinar uv, pigmen dan pembuat opak.
2. Partikel Bahan Pengisi

Dimasukkanya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat bahan
matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Bila tidak, partikel bahan pengisi
dapat melemahkan bahan. Karena pentingnya bahan pengisi yang berikatan kuat , jelas terlihat bahwa
penggunaan bahan pengisi tambahan sangat diperlukan. Partikel pengisi umumnya dihasilkan dari
penggilingan atau pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar dari 0,1100 mikrometer. Partikel silika dengan ukuran koloidal (kira-kira 0,04 mikrometer),secara kolektif
disebut bahan pengisi mikro, dan diperoleh dari proses presipitasi atau pengendapan.
3. Bahan Coupling
Ikatan antara dua fase komposit diperolah dengan baha coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat
dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan keetabilan hidrolitikdengan mencegah
ir menembus sepanjang antar-muka bahan pegisi resin. Meskipun dapat menggunakan titanat dan
zirkonat

dapat

dipakai

sebagai

bahan

coupling,

organosilan

seperti

gamma

metakriloksipropiltrimetoksi lebih sering digunakan.


4. Sistem Aktivator- Inisiator
Monomer metil metakrilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi dengan mekanisme polimerisasi
tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebsdapat berasal dari reaksi kimia atau
pengaktian energi eksternal (panas aau sinar).
Resin yang diaktifkan secara kimia menggunakan benzoil peroksida sebagai inisiator dan amin tersier
sebagai aktivatornya.Sedangkan untuk resin yang diaktivasi oleh sinar, fotoinisiatornya berupa
champhorquinon sedangkan aktivator yang digunakan adalah sinar uv atau sinar tampak.
5. Bahan Penghambat / Inhibitor
Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghambat perlu
ditambahkan pada resin. Penghambat ini memiliki potensi reaksi yang kuat terhadap radikal bebas.
Bila radikal bebas telah terbentuk, bahan penghambat bereaksi dengan radikal bebas, dan kemudin
menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali
proses polimerisasi. Bila semua bahan penghambat telah dipakai, perpanjangan rantai akan terjadi.
Bahan penghambat yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluene dengan konsentrasi 0,01 %
berat.
6. Modifier Optik

Untuk mencocokkan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual
(shading) dan translusensi yang menyerupai unsur gigi.Warna dapat diperoleh dengan menambhakan
pigmen yang berbeda. Bahan pigmen ini seringkali dari oksida logam berbeda yang ditambahkan
dalam jumlah sedikit.
E. Sifat-Sifat Resin Komposit
1. Pertimbangan biologis. Ditinjau dari segi iritasi pulpa komposit kelihatan lebih baik daripada
semen silikat dan akrilik tanpa bahan pengisi. Walaupun demikian harus diingat bahwa plaque
dapat melekat pada permukaan komposit yang kasar.
2. Kelarutan bahan komposit sngat rendah. Komponen komposit mengabsorbsi sedikit air dan
membuatnya kembang, sehingga sedikt mengimbangi kontraksi yang terjadi sewaktu
polimerisasi.
3. Secara umum sifat-sifat mekanis adalah baik meskipun microfine umumnya tidak sekuat dan
sekaku bahan komposit biasa.
4. Sifat-sifat termis
-Komposit biasa mempunyai ekspansi termis lebih kecil daripada unfilled resin. Bahan microfine
dengan kandungan bahan pengisi anorganik lebih besar mempunyai koefisien ekspansi termis
lebih kecil.
-Komposit adalah insulator termis yang baik.
5. Estetis
Meskipun estetis komposit pada mulanya sangat baik, bahan ini dapat berubah warna setelah
pemakaian yang lama. Juga adanya penumpukan plaque dapat menyebabkan terjadinya
perubahan warna.
7. Bonding
Komposit tidak melekat dengan enamel dan dentin, meskipun demikian bonding terhadap enamel
dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik acid etch (pengetsaan dengan asam). Sekarang ini
sedang dikembangkan pemakaian coupling agents untuk mendapatkan adhesi terhadap dentin.
8. Perubahan dimensional selama setting. Ini relative kecil pada polimer yang dibuat dari monomer
bifungsi dan relative mengandung bahan pengisi penuh.
9. Pada kebanyakan komposit sukar mendapatkan hasil permukaan halus dengan memakai teknik
abrasi dan pemolesan. Juga terjadi aberasi pada pemakaian sehingga membuat permukaan
restorasi menjadi kasar. Hal ini disebabkan fase polimer lebih cepat aus dibandingkan bahan

keramik yang lebih keras. Meskipun demikian komposit yang mengandung bahan pengisi
microfine dapat dipoles halus dan sanggup bertahan pada permukaan.
10.Kebanyakan komposit adalah radiopaque.
11.Sifat-sifat rheonologi. Pasta komposit yang belum dicampur biasanya merupakan Bingham
bodies. Komposit yang diaktivasi secar kimia menunjukaan kenaikan viskositas secara kontinu
mulai dari dilakukannya pengadonan.
F. Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit
Resin Komposit
-

Bahan tumpatan sewarna gigi

Memenuhi persyaratan estetik

Daya tahan cukup

Kelebihan Resin Komposit


-

Daya tahan 3,3 16 tahun (Crim, 91)

Pengantar panas yang buruk

Tidak menimbulkan arus galvanis

Biokompatibel. Ditinjau darisegi iriyasi pulpa komposit lebih baik dari semen silikat maupun
akrilik tanpa bahan pengisis

Pembuangan jaringan sehat tidak banyak

Estetik memuaskan

Mempunyai ekspansi termis lebih kecil dari pada unfilled resin

Kebanyakan komposir adalah radiopak

Kekurangan Resin Komposit


1.

Mengkerut (kontraksi) saat reaksi polimerisasi volume menyusut 2,6 7 %


akibatnya :
a. Timbul celah / gap antara tumpatan & jaringan gigi sehingga pada tumpatan terjadi
kebocoran mikro secara klinis terlihat perubahan warna dan timbul rasa sakit (sensitif)
setelah penumpatan
b. Tepi tumpatan akan retak & terlepas dari dinding email sehingga timbul celah mikro dengan
akibat :
mudah menimbulkan kepekaan
perubahan warna
invasi bakteri

karies sekunder
2. Koefisien muai resin komposit 6 kali lebih. besar dari jaringan gigi (Craig 96) pada perubahan
suhu resin komposit akan mengembang atau menyusut dalam proporsi lebih besar daripada
jaringan gigi
3. mekipun memiliki estetis yang sangant nbaik pada mulanya, bahan ini dapat berubah warna
setelah pemakaian yang lama. Juga adanya penumpukan plak dapat menyebabkan terjadinya
perubahan warna.
4. pada kebanyakan komposit sukar mendapatkan hasil permukaan yang halus dengan memakai
teknik aberasi dan pemolesan. Juga terjadi aberasi pada saat pemakaian sehingga membuat
permukaan restorasi menjadi kasar.
G. Manipulasi Resin Komposit
Ada dua jenis resin komposit yang dikembangkan :
a. Sistem dua pasta (aktivasi secara kimia)
Dua pasta dengan kuantitas (jumlah) yang sama ditaruh pada kertas mencampur (mixing pad)
dengan menggunakan disposable spatula (yang digunakan adalah ujung-ujung dari spatulanya, agar
tidak terjadi kontaminasi dan pengerasan pasta pada jar. Kedua pasta dicampur dengan merata dan
cepat, biasanya dalam waktu 20-30 detik. Pengadukan harus merata karena karena polimerisasi yang
merata bergantung pada kehomogenan adukan aktivator dan inisiator. Bila pengadukan sudah
sempurna, resin secepatnya harus dimasukkan kedalam kavitas untuk mencegah adaptasi yang buruk
pada dinding kavitas dan hilangnya sifat plastis karena dimulainya proses polimerisasi. Harus
diperhatikan untuk menghindari masuknya udara selama pengadukan dan peletakan resin, masuknya
udara dapat menimbulkan bercak halus pada restorasi. Instrument yang akan digunakan dibersihkan
menggunakan kapas yang sebelumnya telah dibasahi alkohol untuk menghindari menempelnya sisa
bahan pada instrumen. Kelebihan alkohol harus dibuang sebelum kontak dengan bahan. Penggunaan
strip matrix untuk menekan memberikan adaptasi yang lebih baik terhadap dinding dengan menekan
bahan agar mengalir selama tahap plastis polimerisasi.
b. Sistem satu pasta (aktivasi dengan sinar)
Tidak perlu diaduk, dalam merestorasi pada kavitas harus dibuat dalam beberapa lapisan. Setiap
lapis harus disinar sebelum lapisan berikutnya. Pasta resin tidak boleh dikeluarkan sampai akan
digunakan. Pemaparan terhadap sinar yang ada untuk waktu tertentu dapat mengawali polimerisasi
bahan, karena sinar tersebut mengeluarkan radiasi dalam kisaran 400-500 nm. Metode yang mudah

adalah dengan memasukkan bahan menggunakan suntikan. Waktu pemaparan harus kurang dari 40
detik, dan ketebalan resin tidak lebih tebal dari 2,0- 2,5 mm.
H. Aplikasi Resin Komposit

Restorasi gigi anterior. Dimana komposit sangat banyak dipergunakan untuk restorasi gigi depan.

Komposit yang mempunyai bahan pengisi microfine.


Restorasi gigi posterior. Dimana diusahakan untuk dapat mempergunakan bahan komposit
sebagai pengganti dental amalgam. Karena belum diperoleh data mengenai penggunaan bahan ini

dalam jangka lama, maka belum dapat diberi penilaian mengenai keampuhannya.
Tersedia sistem laminate veneer untuk meningkatkan estetis gigi yang mengalami perubahan
warna atau yang kena stain. Untuk ini suatu lapisan tipis polymer ceramic vencer disemenkan

dengan resin pada enamel yang telah di-etch.


Komposit dapat dipergunakan sebagai bahan untuk membangun pasak, mahkota kemudian

disemenkan pada pasak tersebut.


Komposit dapat dipergunakan pada sistem resin-bonded bridge.
Teknik aplikasi resin komposit dilakukan dengan cara yang biasa dilakukan, yaitu diawali dengan

aplikasi etsa.
Seluruh permukaan GIC yang akan berkontak dengan resin komposit dan dinding-dinding kavitas

(dentin dan email) dietsa selama 15-20 detik atau sesuai dengan petunjuk pabrik.
Kavitas dibilas dengan air, tanpa tekanan, selama 1-2 menit.
Keringkan kavitas dengan sponge-pellet, atau disemprot perlahan dengan chip-blower.
Aplikasikan bonding agent pada seluruh permukaan yang dietsa, diamkan sekitar 10 detik agar
zat pelarutnya menguap, semprot perlahan dengan chip-blower, kemudian dipolimerisasi dengan

penyinaran. Lakukan langkah ini sebanyak dua kali.


Resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis (incremental) dengan ketebalan maksimum 2
mm, atau sesuai dengan petunjuk pabrik. Untuk setiap lapisnya dilakukan polimerisasi dengan

penyinaran.
Penyinaran sebaiknya dilakukan dari tiga arah, yaitu dari arah bukal lingual/palatal, dan terakhir
dari arah oklusal.

Anda mungkin juga menyukai