Paradigma Teori Konsep Pembangunan Yang
Paradigma Teori Konsep Pembangunan Yang
Indonesia
Oleh:
Hery Sopari
PENDAHULUAN
A. Paradigma Pembangunan
Paradigma pembangunan (development paradigm) adalah pandangan
mendasar tentang ontologi dan epistemologi pembangunan. Sebuah pandangan
mendasar tentang suatu disiplin ilmu itu berkembang karena teori-teori yang
mendukungnya dimana teori-teori yang relatif sama pandangannya untuk
menjelaskan sesuatu akan menjadi satu paradigma. Teori-teori pembangunan
berkembang karena perbedaan pandangan dari kumpulan-kumpulan teori.
Paradigma pembangunan merupakan pandangan mendasar tentang apa itu
pembangunan dan bagaimana cara pembangunan itu dilaksanakan. Dibawah setiap
paradigma pembangunan berkembang sejumlah teori-teori. Teori merupakan
pernyataan yang menggambarkan hubungan logis antara dua atau lebih konsep yang
menggambarkan realitas. Oleh karena itu teori lahir karena adanya konsep, yang
dalam bahasa ilmiah konsep merupakan nama dari suatu realitas.
Pembangunan muncul ketika USA dan sekutunya memikirkan apa yang harus
mereka lakukan terhadap negara-negara yang kalah Perang Dunia II (PD II) dan
negara-negara yang baru merdeka setelah PD II. USA membuat desain untuk Jerman
dan Negara Eropa lain yang kalah pada PD II dengan sebuah rencana pembangunan
yang disebut Marshall Plan. Sementara untuk negara-negara berkembang USA dan
sekutunya membuat badan kelembagaan internasional yang ditugasi memberikan
bantuan pada negara-negara berkembang untuk mendorong pembangunan secara
terencana yaitu Bank Dunia dan IMF. Saat itulah muncul pertama kali kata
Develompment sebagai sebuah fraksis dalam peradaban manusia. Walt Rostow
sebagai ilmuwan yang terlibat dalam menentukan langkah USA dan sekutu dalam
bukunya The Stage of Economic Development (non communist manifesto)
mengatakan bahwa ada 5 tahapan yang relatif sama yaitu tahapan primitif, tahapan
pra take off, tahapan take off , Tahapan tumbuh Otomatis, dan tahapan high mass
consumption yang dikenal dengan Teori Rostow yang sebagai fondasi dasar
modernisasi ekonomi (paradigma liberal).
Pembanguan merupakan upaya untuk melakukan perubahan pada berbagai
aspek kehidupan agar tercapai kesejahteraan masyarakat. Semua paradigma maupun
teori pembangunan bertujuan agar terciptanya kesejahteraan masyarakat, akan tetapi
dalam perjalanannya sering kali bertolak belakang dengan tujuan semula dan
terkadang tidak tepat sasaran dalam aplikasinya. Kondisi saat ini tatanan negara
berada dalam kompleksitas, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, oleh
karena itu perlu aplikasi multi paradigma pembangunan dalam menghadapi
Teori dan Paradigma Pembangunan
2
Beberapa kritik Sain Baru terhadap paradigma pembangunan yang lalu yang
berbasis Sains Modern yaitu:
1. Tujuan.
Tidak dikenal adanya tujuan yang dijabarkan /ditiru dari kondisi Negara maju.
Oleh karena itu silahkan tiru teori-teori pembangunan yang lahir dari Negara
maju, namun jangan mentah-mentah, perlu modifikasi agar sesuai dengan
kondisi lokal.
2. Proses:
Tidak dapat direkayasa, tetapi bersifat terberi (given), padahal ada spirit
zaman, hendaknya sebuah proses pembangunan itu sejalan dengan spirit
zaman yang sedang berlangsung. Jadi proses pembangunan itu harus
dikembangkan, serta perlu berfikir secara global dan bertindak secara lokal.
Tidak tumbuh secara mandiri, tetapi berevolusi secara bersama (co-evolution
for co-exist). Pemerintah, masyarakat, tidak tumbuh secara mandiri.
Tidak dapat diulang secara pasti (tidak bersifat homeostatis).
Setiap ilmu pengetahuan selalu berubah, kadang tidak sesuai dengan target
kita
3. Entitas Pembangunan
Dualitas dalam teori pembangunan tidak dapat lagi diperintahkan.
Teori pembangunan sering dianggap ada kelebihan dan kelemahan, mungkin
kelemahan yang dimaksud mungkin tersebut ada di negara kita, fakta-fakta yang ada
yang dijadikan landasan teori mungkin cocok dengan kondisi di negara maju dimana
teori itu diciptakan dan belum tentu benar diterapkan di negeri kita. Jadi bukan
teorinya yang salah, namun karena fakta/kondisi negara yang berbeda, maka teori
teori pembangunan yang ditiru seolah-olah menjadi salah. Teori-teori yang bersifat
holistik dapat diimplementasikan di negara manapun, akan tetapi teori yang
berdasarkan pada kondisi negara tertentu maka akan terdapat kelemahanan terutama
diterapkan di negara kita. Oleh karena itu perlu modifikasi agar sesuai dengan
kondisi Negara Indonesia. Pembangunan harus holistik, ada transfer ilmu
pengetahuan, interaksi antar berbagai ilmu pengetahuan, bukan hanya peningkatan
kapasitas, namun juga harus ada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi Indonesia yang begitu kompleks, berbagai macam kondisi fisik, budaya,
sosial, potensi, perlu berbagai paradigma dalam pembangunannya. Masing-masing
teori pembangunan memiliki kelebihan dan kekurangan. Pembangunan
multiparadigma menurut hemat saya perlu dilakukan dengan mengambil nilai-nilai
positif dari masing-masing teori pembangunan, dan modifikasi sesuai dengan kondisi
Indonesia.
Pada kesempatan ini, akan menyampaikan beberapa paradigma/teori/konsep
pembangunan yang menurut hemat saya sesuai serta dapat diaplikasikan di Indonesia
sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Teori dan Paradigma Pembangunan dibawah
bimbingan Dosen Prof. Dr. Ir. Sitti Bulkis, MS. Dengan demikian, diharapkan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat guna perbaikan pembangunan kedepannya.
PEMBAHASAN
menurun dan pada gilirannya akan diikuti dengan ambruknya bangsa ini (Prof.
Mappadjantji Amien, 2005).
Konsepsi kemandirian lokal memberikan porsi yang sama bagi setiap entitas
pembangunan untuk menentukan sendiri masa depannya, serta meninggalkan
keseragaman (uniformisme) dan mengangkat akan perlunya keberagaman
(diversitas) dalam pembangunan. Sehingga perlu desentralisasi dalam semua tahapan
dan kegiatan pembangunan, dengan tatanan sebagai unit analisis sekaligus sebagai
entitas pembangunan. Konsepsi Kemandirian Lokal merekomendasikan agar
pembangunan dilaksanakan dengan memanfaatkan ketersediaan sumberdaya lokal
dengan mengacu kepada karakteristik spesifik yang dimiliki. Pembangunan
seyogianya diarahkan untuk meningkatkan kualitas tatanan yang indikator
utamanya adalah terjaganya keadilan berpartisipasi bagi semua komponen
tatanan serta meningkatkannya kapasitas swatata tatanan (self-organization).
Masyarakat yang mendiami suatu bentang ruang tertentu dengan
kelembagaan dan sistem kepercayaan yang beragam, serta sumberdaya alam dan
kondisi lingkungan hidup, semuanya mesti dilihat sebagai satu kesatuan, tepatnya
sebagai suatu jejaring interkoneksitas yang kuat, tetapi tetap terbuka, dalam arti
merupakan bagian dari entitas lain yang memiliki dimensi ruang maupun dimensi
fungsional yang lebih luas. Wujud interkoneksitas inilah yang dinamakan tatanan.
Konsep kemandirian lokal menurut hemat saya, sangat tepat dalam
pembangunan saat ini, dimana pembangunan didasarkan pada karakteristik wilayah
masing-masing. Masyarakat bukan dianggap sebagai objek pembangunan, namun
masyarakat diajak berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam konsep kemandirian
lokal yang sangat diperhatikan adalah interkoneksitas yang tercipta antara kelompokkelompok masyarakat yang antara lain diukur apakah ada sumberdaya dan atau fitur
baru yang tercipta sebagai akibat dari interkoneksitas tersebut, sebagai contoh yaitu
dalam pengembangan dan peningkatan kualitas modal sosial (social capital).
Keterhubungan tatanan dengan lingkungannya juga merupakan pokok analisis dalam
konsep kemandirian lokal, yaitu apakah dampak interkoneksitas tersebut baik atau
tidak terhadap tatanan.
Selanjutnya Prof.Mapadjantji Amien (2005) menyatakan bahwa jika kita
ingin memahami kinerja dari suatu daerah, analisis mengenai ketersediaan sumber
daya alam, kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia dan berbagai potensi atau
sumber daya lainnya memang sering memberi kita pada penjelasan yang bersifat
analitik dan dianggap benar, tetapi pada hakikatnya hanyalah berupa kumpulan
informasi yang berkeping-keping, yang umumnya tidak mampu memberikan
gambaran yang memadai mengapa daerah itu mampu berkembang atau mengalami
stagnasi. Sebaliknya melihat sebagai sesuatu jejaring interkoneksitas yang unik akan
memberikan gambaran yang jauh lebih komprehensif.
B. Paradigma Pembebasan
Paradigma ini jargonnya adalah pemanusiaan manusia (human
humanization). Adapun yang menjadi Sarana Pembangunan yaitu Participatory
development untuk berlangsungnya social learning (pembelajaran sosial),
Community empowerment untuk bangkitnya kesadaran kritis dalam masyarakat dan
kapabilitas organisasional dalam masyarakat (self organizing capability), serta
transformasi struktural melalui aksi kolektif dari bawah. Di sinilah muncul istilah
Teori dan Paradigma Pembangunan
6
bottom-up changes (Prof. Darmawan Salman, Bahan Mata Kuliah Teori dan
Paradigma Pembangunan).
Beberapa asumsi dasar paradigma pembebasan yaitu 1) pembangunan
mestinya identik dengan proses pembebasan manusia dari ketertindasan, 2)
ideologinya yaitu : pembebasan, demokratisasi, partisipasi warga dan kemandirian
atau kemampuan menolong diri sendiri 3) Freire (1975) mengemukakan bahwa yang
penting bagi kaum tertindas adalah proses penyadaran: Proses penumbuhan
kesadaran kritis dalam diri individu tentang situasi lingkungannya agar dengan itu
individu dengan kemampuan sendiri dapat mengontrol lingkungannya.
Dalam paradigma pembebasan masyarakat diusahakan mampu memiliki
kesadaran kritis. Kesadaran kritis ini tercapai dengan melihat ke dalam diri sendiri
dan menggunakan apa yang didengar, dilihat dan dialami, untuk memahami apa
yang terjadi pada kehidupannya. Masyarakat harus didampingi untuk menganalisis
sendiri masalahnya, mengidentifikasi masalahnya, memutuskan sendiri apa
kebutuhannya. Masyarakat dapat bertindak baik secara individual maupun
kolektif untuk menentang unsur penindas termasuk memutuskan hubungan dengan
subyek dan obyek untuk membentuk esensi partisipasi. Tercakup pada paradigma
ini pembebasan yaitu Gerakan Gender yang Seimbang.
Paradigma Pembebasan memiliki beberapa pendekatan dalam pembangunan
yang dapat dilaksanakan di berbagai wilayah nusantara. Pendekatan dimaksud yaitu :
1) Pembangunan dari Dalam( Development from Within)
Beberapa hal penting menurut Pendekatan ini yaitu: mengefektifkan pelayanan
pada kelompok desa berarti mengefektifkan bekerjanya basic comunities;
Pendekatan ini berorientasi pada pengembangan untuk masa depan;
penanggulangan masalah golongan ekonomi lemah atau masyarakat miskin hanya
bisa dilakukan melalui diri mereka sendiri atau melalui pembangunan dari dalam.
Beberapa hal mengenai pembangunan dari dalam yaitu :
Bulkis, Sitti, Prof. Dr.Ir. MS. 2012. Bahan Kuliah Teori dan Paradigma
Pembangunan (Paradigma Pembangunan ala Sains Baru, Paradigma
Pembebasan).
Salman, Darmawan, Prof. Dr. Ir. MS. 2012. Bahan Kuliah Teori dan Paradigma
Pembangunan.
Salman, Darmawan, Prof. Dr. Ir. MS. 2012. Sosiologi Desa. Revolusi Senyap dan
Tarian Kompleksitas.