PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia membutuhkan energi untuk melakukan aktivitas. Energi dapat
diperoleh dari makanan. Di dalam makanan terkandung unsur makro gizi seperti
karbohidrat, protein dan lemak sedangkan unsur minor gizi seperti Vitamin. Salah
satu komponen makro yang terkandung dalam makanan adalah karbohidrat.
Karbohidrat menyediakan energi sebesar 4 kkal. Karbohidrat adalah polimer
aldehid atau polihidroksi keton dan meliputi kondensat polimer-polimer yang
terbentuk. Nama karbohidrat digunakan pada senyawa-senyawa tersebut
mengingat rumus empirisnya CnH2nOn yaitu mendekati Cn(H2O)n yaitu karbon
yang mengalami hidroksi. Sumber karbohidrat dapat ditemukan di padi-padian
atau sereal, umbi-umbian, kacang-kacang kering, gula dan buah-buahan.
Serat merupakan salah satu bentuk karbohidrat kompleks. Serat pangan
dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber merupakan baguan dari bahan
pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim pencernaan (Jansen Silalahi dan
Netty Hutagalung, 2010). Menurut Sulistijani (2001), serat dapat digolongkan
berdasarkan kelarutannya yaitu serat tidak larut dan serat larut. Serat larut terdiri
dari pektin, gum, mucilage sedangkan serat tidak larut air terdiri dari karbohidrat
yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan karbohidrat yang mengandung
lignin. Menurut Sitorus (2009) serat dapat diperoleh pada sayuran dan buahbuahan.
Apel, kacang merah, bayam dan kopi merupakan sumber serat. Menurut
Lestiani dan Aisyah (2011), pada apel mengandung jenis serat yaitu pektin, lalu
pada kacang-kacangan mengandung gum. Menurut Beck (2011) sayuran kaya
akan selulosa. Pada kopi mengandung serat kasar. Perbedaan jenis serat yang
terkandung dalam apel, kacang merah, bayam dan kopi harus dilakukan proses
perhitungan kadar serat pada masing-masing bahan. Maka dari itu dibutuhkan
praktikum ini agar mahasiswa memahami dan mengetahui jumlah serat pada
pangan tersebut dan juga mengetahui metode analisa dari analisis serat.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui metode analisis serat enzimatis gravimetri
serat ini adalah pektin dan gum merupakan bagian dalam dari sel pangan nabati.
Serat ini banyak terdapat pada buah dan sayur, dan serat tidak larut (insoluble
dietary fiber), termasuk dalam serat ini adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin,
yang banyak ditemukan pada seralia, kacang-kacangan dan sayuran.
Sayuran dan buah-buahan adalah merupakan sumber serat pangan yang
paling mudah dijumpai dalam menu masyarakat. Sebagai sumber serat sayuran
dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan.
2.2.1 Kopi
Kopi memiliki nama latin Coffea sp. Buah kopi terdiri atas 4 bagian yaitu
lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), kulit tanduk (parchment),
dan biji (endosperm). Komposisi kimia dari biji kopi bergantung pada spesies dan
varietas dari kopi tersebut serta factor-faktor lain yang berpengaruh antara lain
lingkungan tempat tumbuh, tingkat kematanagan dan kondisi penyimpanan.
Proses pengolahan juga akan mempengaruhi komposisi kimia dari kopi.
Misalnya penyangraian akan mengubah komponen yang labil yang terdapat
pada kopi sehingga membentuk komponen yang kompleks (Clarke dan Macrae,
1985). Kopi seperti halnya tanaman lain mengandung ribuan komponen kimia
dengan karakteristik yang berbeda-beda. Walaupun kopi merupakan salah satu
jenis tanaman yang paling banyak diteliti, tetapi masih banyak komponen dari
kopi yang tidak diketahui dan hanya sedikit diketahui efek dari komponen yang
terdapat pada kopi bagi kepentingan manusia baik dalam bentuk biji maupun
bentuk minuman. Bagian buah yang terletak antara daging buah dengan biji
(endosperm) disebut kulit tanduk. Berikut komposisi kimia kulit tanduk pada biji
kopi robusta dan biji kopi Arabica :
Tabel 1. komposisi kimia kulit tanduk pada biji kopi robusta dan biji kopi Arabica
Komponen
Arabika (%)
Robusta (%)
Protein kasar
Serat kasar
Hemiselulosa
Gula
Pentosan
Abu
Light petroleum extract
1,46
50,20
11,60
21,30
26,00
0,96
0,35
2,20
60,24
7,58
3,30
-
Pada umumnya, biji kopi mengandung air 48%, zat bahan kering 50 52%,
karbohidrat 60%,minyak 13%, protein 13%, asam-asam non volatil 8%, abu 4%,
trigonelin 1%, kafein Arabika 1,0% , Robusta 2,0%. (Najiyati dan Danarti,
1997).
2.2.2 Kacang merah
Kacang merah memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai macam
penyakit, diantaranya mampu mengurangi kerusakan pembuluh darah, dan
menurunkan resiko kanker usus besar dan kanker payudara (Chandra, 2012).
Kacang merah kaya akan asam folat, kalsium, karbohidrat, serat dan protein
yang sangat tinggi. Kandungan protein dalam kacang merah hampir sama
banyaknya dengan daging. Kacang merah mengandung lemak dan natrium yang
rendah, bebas lemak jenuh dan kolesterol, serta berfungsi sebagai sumber serat
yang baik. Seratus gram kacang merah kering dapat menghasilkan empat gram
serat yang terdiri dari serat yang larut air dan serat yang tidak larut air. Serat larut
air mampu menurunkan kadar kolesterol dan kadar gula darah. (Tjitrosoepomo,
G. 1999).
makanan (fiber), vitamin B (terutama asam folat dan vitamin B6), fosfor,
mangaan, besi, thiamin, dan protein. Setiap 100 gram kacang merah kering yang
telah direbus dapat menyediakan 9 gram protein atau 17 persen dari angka
kecukupan protein harian. Kandungan protein dan profil asam amino dalam 100
gram kacang merah (kidney bean) dari yang terbanyak adalah asam lisin (1323
mg), asam aspartat (1049 mg), leucine (693 mg), asam glutamat (595 mg),
arginine (537 mg), serine (472 mg), phenylalanine (469 mg), valine (454 mg),
isoleucine (383 mg), proline (368 mg), threonine (365 mg), alanine (364 mg),
glycine (339 mg), metionin (10.56) dan sistein (8.46). (Kay, 1979).
Kacang merah mampu memberikan protein yang setara daging,
walaupun jenis protein yang terkandung di dalamnya adalah jenis protein yang
tidak lengkap. Namun, setidaknya ada terdapat 1 asam amino essensial pada
kacang merah,sehingga mampu membantu melengkapi kekurangan komponen
protein (asam amino) pada kacang merah. Dalam 100 gr kacang merah kering,
mampu menyumbangkan 4 gr serat, yang terdiri atas campuran serat larut dan
serat tak larut. Serat larut mengalami proses fermentasi dalam usus besar,
kemudian menghasilkan asam-asam lemak rantai pendek,
menghambat sintesis kolesterol hati.
2.2.3 Apel
yang dapat
Buah apel adalah salah satu buah yang mengandung serat dan air. Apel
merupakan jenis tumbuhan buah-buahan sub tropis yang sudah dikembangkan
di Indonesia khususnya wilayah Pasuruan (Kecamatan Tutur Nongkojajar).
Fungsi buah apel bagi kesehatan, sedemikian rupa berhubungan dengan zat -zat
gizi maupun non gizi yang terkandung di dalam buah apel. Apel banyak
mengandung vitamin, mineral, serta unsur lain seperti fitokimian, serat, tanin,
baron, asam tartar, dan lainnya. Zat inilah yang sangat diperlukan tubuh kita
untuk mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. (Wirahadikusumah,
2003)
2.2.4 Bayam
Daun bayam sangat baik bagi kesehatan ginjal dan organ pencernaan
karena bayam kaya akan serat sehingga dapat mengatasi sembelit dan
melancarkan buang air besar.Kandungan gizi bayam yang kaya akan nutrisi juga
dapat menurunkan kolesterol, gula darah, menurunkan tekanan darah dan
melancarkan peredaran darah serta dapat mencegah kanker usus, diabetes dan
gagal ginjal.
tabel 2. Komposisi Kimia Sayuran Bayam
Zat yang terkandung
Kadar (g)
Air
87
Protein
3,5
Lemak
0,5
Karbohidrat
6,5
Kalsium
26710-3
Fospor
6710-3
Vitamin A
689010-3
Vitamin B
0,0810-3
Vitamin C
8010-3
Ada beberapa metode analisis serat makanan, yaitu metode analisis serat
kasar (crude fiber), metode deterjen, metode enzimatis (Joseph, 2002) dan
metode Englyst (Ferguson dan Philip, 1999).
1. Metode Analisis Serat Kasar (Crude Fiber)
Serat kasar dari lignin dan selulosa, merupakan bahan yang tertinggal
setelah bahan makanan mengalami proses pemanasan dengan asam dan basa
kuat selama 30 menit berturut-turut dalam prosedur yang dilakukan di
laboratorium (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).
2. Metode Deterjen
Metode deterjen ini terdiri atas 2 yaitu Acid Detergent Fiber (ADF) dan
Neutral Detergent Fiber (NDF). Kedua metode ini hanya dapat menentukan
kadar total serat yang tak larut dalam larutan deterjen digunakan (Meloan and
Pomeranz, 1987).
a Acid Detergent Fiber (ADF)
ADF hanya dapat untuk menurunkan kadar total selulosa dan lignin.
Metode ini digunakan pada AOAC (Association of Offical Analytical chemist).
Prosedurnya sama dengan NDF, namun larutan yang digunakan adalah CTAB
(Cetyl Trimethyl Amonium Bromida) dan H2SO4 0,5 M (Meloan and Pomeranz,
1987).
b Neutral Detergent Fiber (NDF)
Dengan metode NDF dapat ditentukan kadar total dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Selisih jumlah serat dari analisis NDF dan ADF
dianggap jumlah kandungan hemiselulosa, meski sebenarnya terdapat juga
komponen- komponen lainnya (selain selulosa, hemiselulosa dan lignin) pada
metode deterjen ini (Meloan and Pomeranz, 1987).
3. Metode Enzimatis
Metode enzimatis dirancang berdasarkan kondisi fisiologi tubuh manusia.
Metode yang dikembangkan adalah fraksinasi enzimatis yaitu menggunakan
enzim amilase, diikuti penggunaan enzim pepsin, kemudian pankreatin. Metode
ini dapat mengukur kadar serat makan total, serat larut dan tak larut secara
terpisah (Joseph, 2002). Kekurangan metode ini, enzim yang digunakan mungkin
mempunyai aktivitas lebih yang bisa saja merusak komponen serat dan
kemungkinan protein yang tidak terdegradasi sempurna dan ikut terhitung
sebagai serat (Meloan and Pomeranz, 1987).
4. Metode Englyst
dengan kandungan
tinggi biasanya
mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu
mengurangi terjadinya obesitas.
2. Penanggulangan Penyakit Diabetes
Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga
mengurangi ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan
terjadinya kompleks karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna karbohidrat
berkurang. Keadaan tersebut mampu meredam kenaikan glukosa darah dan
menjadikannya tetap terkontrol.
3. Mencegah Gangguan Gastrointestinal
Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk, meningkatkan
air dalam feses menhasilkan feces yang lembut dan tidak keras sehingga hanya
dengan kontraksi otot yang rendah feces dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal
ini berdampak pada fungsi gastrointestinal lebih baik dan sehat.
4. Mencegah Kanker Kolon (Usus Besar)
Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel
dalam usus besar dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta
dalam waktu yang lebih lama. Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai
mekanisme serat pangan dalam mencegah kanker usus besar yaitu konsumsi
serat pangan tinggi maka akan mengurangi waktu transit makanan dalam usus
3.1.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pipet tetes
Labu ukur
Elmeyer
Corong
Neraca
Oven
Inkubator
Agitator
3.1.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kopi
Bayam
Apel
Etanol
Aquadest
HCL
Enzim pepsin
NaOH
Kertas saring
Aseton
Kurs porselen
Pengaturan pH
Inkubasi & agitasi 40 C, 60
Pengaturan pH (4,5)
Penyaringan
Residu
Filtrate
Oven 24 jam
Tera Aq 100 ml
Penimbangan
Pengendapan
Pengabuan
Penyaringan
Residu
Oven 24 jam
Pengabuan
Filtrate
sampel
dihilangkan
lemaknya
lalu
dilakukan
pelarutan
dengan
enzim
yang
memiliki
kombinasi
amilase,
alfa-amilase
dan
etanol semi polar dan aseton non polar. Pada penyaringan maka akan terpisah
antara residu dan filtrat. Pada residu, dilakukan pengovenan selama 24 jam.
Pengovenan ini bertujuan untuk menghilangkan sisa air pada residu. Setelah
dilakukan proses pengovenan lalu sampel di eksikator untuk menyeimbangkan
kelembaban. Setelah di eksikator lalu dilakukan penimbangan. Penimbangan ini
bertujuan untuk mengetahui berat kertas saring tanpa air. Lalu setelah ditimbang
dilakukan pengabuan selama 5 jam. Lalu setelah dilakukan pengabuan 5 jam lalu
tanur dimatikan untuk menurunkan suhu. Pengabuan berfungsi untuk mengubah
komponen organik menjadi anorganik dan juga mengetahui kadar serat larut dan
tidak larut pada sampel karena hasil dari pengabuan berupa serbuk. Lalu pada
filtrat dilakukan peneraan hingga 100 ml. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi pada filtrat. Lalu dilakukan pengendapan dengan menggunakan
etanol 95% 280 ml dengan suhu 60 C. Penggunaan etanol ini dilakukan untuk
presipitasi. Pengendapan bertujuan untuk mempermudah pemisahan antara
residu dan filtrat. Lalu setelah dilakukan pengendapan dilakukan penyaringan.
Pada penyaringan maka akan memisahkan residu dan filtrat, pada wadah dibilas
dengan aquadest 20 ml, etanol 20 ml dan aseton 20 ml. Pembersihan dengan
ketiga jenis pelarut ini bertujuan untuk melarutkan sisa serat pada wadah
berdasarkan kelarutannya. Pada aquadest bersifat polar, etanol semi polar dan
aseton non polar. Pada penyaringan akan terpisah antara residu dan filtrat. Pada
residu, dilakukan pengovenan selama 24 jam. Pengovenan ini bertujuan untuk
menghilangkan sisa air pada residu. Setelah dilakukan proses pengovenan lalu
sampel di eksikator untuk menyeimbangkan kelembaban. Setelah di eksikator
lalu dilakukan penimbangan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat
kertas saring tanpa air. Lalu setelah ditimbang dilakukan pengabuan selama 5
jam. Lalu setelah dilakukan pengabuan 5 jam lalu tanur dimatikan untuk
menurunkan suhu. Pengabuan berfungsi untuk mengubah komponen organik
menjadi anorganik dan juga mengetahui kadar serat larut dan tidak larut pada
sampel karena hasil dari pengabuan berupa serbuk. Lalu filtrat yang tidak
digunakan.
Blanko
1,5789 gram
1,5336 gram
8,3384 gram
Berat kurs+abu
8,3499 gram
4.1.2
Sampel
Sampel
Berat
Sampel
(gram)
Serat
larut air
Serat tak
larut air
22,9865
13,8876
Berat k. saring +
Residu setelah
dioven (gram)
Serat
Serat
tak
larut
larut
air
air
1,6274
1,6274
2,4518
1,6490
Serat
tak larut
air
19,4983
23,0235
13,9506
13,9088
14,6128
13,2767
14,3690
13,7148
E1
E2
19,4842
13,9386
F1
14,5964
13,2485
1,6991
F2
14,3551
13,6683
1,6565
G1
2,474
0
2,506
1
-
G2
23,2387
8,3870
1,6582
2,2590
23,2486
8,4140
H1
8,1171
13,4011
2,268
2,4185
8,1425
13,4432
H2
8,6912
8,0400
1,7188
2,6760
8,7175
8,1173
E1
E2
3,063%
29,517%
32,58%
F1
4,587%
30,023%
34,61%
F2
3,25%
30,483%
33,733%
G2
3,44%
22,897%
26, 3367%
H1
23,25%
27,71%
H2
4,93%
35,12%
14,081%
15,7075%
Rata-rata H1 dan H2
Keterangan :
E1
E2
F1
F2
G1, G2
H1, H2
Sampel
Total serat
(%)
27,24033%
29,7892%
DAFTAR PUSTAKA
Anik, Herminingsih. 2010. Manfaat Serat dalam Menu Makanan. Jakarta:
Universitas Mercu Buana
Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Andi Ofset
Ferguson, L. R., dan Philip J.H. (1999). Wheat Bran and Cancer: The Role of
Dietary Fiber. Asia Pasific J Clin Nurt.8 (suppl): S42-43.
Inglett, G.E and I. Fakehag. 1979. Dietary Fiber, Chemistry and Nutrition.New
York: Academic Press
Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung. 2010. Komponen-Komponen Bioaktif
dalam Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara
Joseph
Goldlief.2002.manfaat
serat
makanan
bagi
kesehatan
kita.
www.rudyct.com
Meyer, D.J. Harvey. J. W. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation
and Diagnosis. Philadelphia: Saunders.
Piliang, W.G dan S. Djojosoebagio. 1996. Fisiologi Nutrisi. Edisi Kedua. UIPress.
Jakarta.
Pomeranz, Y. and Meloan, C.E. (1987). Food Analysis : Theory and Practice.
Second Edition. New York : Van Nostrand Reinhold Company. p.146-147
Santoso, Agus. 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya Bagi
Kesehatan. Klaten: FTP Unwidha Klaten.
Sulistijani, A. D., 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta: Puspa
Swara.
Sitorus, R. 2009. Makanan Sehat dan Bergizi. Bandung: CV YRAMA WIDYA
Trowell, H., D. Burkitt, dan K. Heaton. 1985. Dietary Fiber, Fiber-Depleted Foods
and Disease. London: Academic Press
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Rumus :
SL/STL
x 100%
abu kertas saring = Kurs + abu kertas saring kurs kosong untuk pengabuan
kertas saring
Rata-Rata SL =
Rata-Rata TSL =
SL =
x 100% = 2,2733%
STL =
x 100% = 24,967%
SL =
x 100%= 3,063%
STL =
x 100% = 29,517%
SL =
x 100% = 4,587%
STL =
x 100% = 30,023%
SL =
x 100% = 3,25%
STL =
x 100% = 30,483%
Serat larut :
Residu = 1,6582 1,5336 = 0,1246 g
Abu total = 23,2486 23,2387 = 0,0099 g
abu kertas saring = 8,3499-8,3384 = 0,0115 g
SL :
x 100% = 3,44%
STL =
x 100% = 22,897%
SL =
x 100% = 23,25%
STL =
x 100% = 27,71%
SL =
x 100% = 4,93%
STL =
x 100% = 35,12%