TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri Linn.)
1. Tinjauan Umum Family Euphorbiaceae
Famili Euphorbiaceae terdiri dari 300 genus dan 7.500 spesies yang
tersebar terutama di wilayah tropika dan subtropika. Phyllanthus yang merupakan
salah satu genus utama, terdiri dari sekitar 400 spesies dengan pusat
keanekaragaman di India, Indocina, dan Asia Tenggara, 100 spesies diantaranya
terdapat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Achmad et al., 2008).
Tumbuhan famili Euphorbiaceae termasuk herba, semak atau pohon,
sering dengan getah seperti susu beberapa berupa tumbuhan kaktus. Daun
umumnya tersebar, tunggal atau majemuk, tulang daun pinnatus atau palmatus,
sering terduksi bahkan menggugurkan daun (untuk tumbuhan xerofit), ada stipula.
Bunga dalam berbagai tipe pembungaan, monoecious atau dioecious, unisexual
aktinomorf, sepal 5 atau absen; petal 5 atau absen; stamen 1 atau beberapa, bebas
atau bersatu, pistillum dengan 3 carpel, 3 ruang, ovul tunggal atau berpasangan,
placenta axillar, ovarium superior, stylus bebas atau bersatu pada dasar. Buahnya
berbentuk schizocarp atau kapsul (Syamsiah, 2013).
Euphorbiaceae merupakan suku dengan jumlah jenis tumbuhan terbanyak
keempat dari lima suku tumbuhan berpembuluh di kawasan Malaysia yaitu 1.354
jenis dari 91 marga. Sedikitnya 11 spesies dan 7 genus dari famili Euphorbiaceae
yang ada di Cagar Alam Tangkoko dan merupakan suku yang memiliki
keragaman paling tinggi. Dari 11 spesies yang dijumpai, 8 diantaranya tersebar di
ketinggian 500 m di atas permukaan laut, diantaranya Acalypha catutus, Drypetes
neglecta, Drypetes longifolia, Glochidion philipicum, Macaranga mapa,
di
Brazil
dan sebagian besar negara lain selama ribuan tahun untuk pengobatan dari
berbagai penyakit, seperti gangguan ginjal dan kandung kemih, infeksi usus,
diabetes, dan virus hepatitis B (Calixto, et al., 1998).
Khasiat meniran yang beragam ini berkaitan erat dengan zat atau senyawa
yang dikandungnya. Filantin dan hipofilantin dalam meniran merupakan
komponen utama yang berkhasiat melindungi hati dari zat toksik. Kandungan
lainnya berupa senyawa flavonoid rutin dan kuersetin dikenal sebagai
antikarsinogen (penghambat kanker). Nirurin dan kuerstin yang terdapat di dalam
meniran berkhasiat sebagai peluruh air seni (diuretik). Selain itu, meniran
mengandung zat pahit seperti alkaloid. Zat yang memiliki rasa pahit biasanya
bersifat mendinginkan (antidemam), antiradang, antidiare atau antigen, dan
antidiabet (Kardinan et al., 2004).
3. Tinjauan Umum Spesies Phyllanthus niruri Linn.
a. Morfologi
Semua bagian tanaman meniran dapat digunakan sebagai obat dengan
karakteristik sebagai berikut (Sulaksana., 2004):
1) Batang tanaman tidak bergetah, basah, berbentuk bulat, tinggi kurang dari 50
cm, bercabang, dan berwarna hijau muda. Daun bersirip genap dan setiap satu
tangkai terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukuran kecil berbentuk
bulat telur. Panjang 5 mm dan lebar 5 mm, pada bagian bawah daun terdapat
bintik berwarna kemerahan.
2) Bunga melekat pada ketiak daun dan menghadap ke arah bawah. Warna bunga
putih kehijauan. Bunga ini tumbuh subur sekitar bulan April-Juni.
3) Buah berbentuk bulat pipih berdiameter 2-2,5 mm, licin, berbiji seperti bentuk
ginjal, keras, dan berwarna coklat. Buah tumbuh sekitar bulan Juli-November.
4) Akar meniran berbentuk tunggang (tap root), yaitu akar utama yang pada
umumnya merupakan pengembangan radikula lembaga, tumbuh tegak ke
bawah, dan bercabang. Pada tanaman meniran dewasa, panjang akar dapat
mencapai 6 cm. Warna akar putih kekuningan. Akar meniran berfungsi untuk
memperkuat berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara.
(1)
(2)
(3)
(4)
Gambar 2.1 Morfologi Phyllanthus niruri Linn: Batang (1), Daun (2), Bunga
(3), Akar (4)
b. Taksonomi
Tumbuhan Phyllanthus niruri Linn. dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Sulaksana et al., 2004):
Kingdom
: Plantae
: Magnoliophyta (Angiospermae)
Kelas
: Magnoliopsida (Dicotyledoneae)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Phyllanthus
Spesies
10
lahan bekas sawah, tanah telantar diantara rerumputan, hutan atau ladang, atau
tumbuh di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di perkotaan
(Kardinan et al., 2004).
4. Manfaat Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri Linn.)
Meniran adalah salah satu tanaman yang berkhasiat menyembuhkan
berbagai penyakit. Khasiatnya telah terbukti ampuh mengobati penyakit hepatitis.
Selain mengobati lever yang terkena serangan virus hepatitis, meniran juga
terkenal sebagai pembangkit libido. Khasiat lainnya adalah peluruh air seni,
gangguan
saluran
pernafasan, kencing
manis,
diare,
demam,
penyakit
11
O
O
NH 2
CH3
OH
NH
CH3
NH
CH3
CH3
(25)
(26)
(27)
OH
NH
NH
CH3
CH3
NH
OH
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
12
(33)
(34)
13
Senyawa kimia yang telah diekstrak dari Phyllanthus berupa senyawa golo
ngan alkaloid yang terdiri dari fillantin (1), 4-metoksi norsekurinin (2), norsekuri
nin (3), sekurinin (4), nirurin (5), niruridine (6), fillantimide (7) yaitu isobubialin
(35), epibubialin (35), sekurinin (36), dan norsekurinin (37). Flavonoid berupa
kaempferol (39), rutin (40), quercetin (41), dan bergenin (42):R1=OH;R2=H (quer
cetin), R1=OH;R2=Rha-glu (rutin), R1=OH;R2= Rha (quercitrin), R1=H;R2= Glu
(isoquercitrin), R1=H;R2= Glu (astragalin) (8), kaempferol- 4- rhamnopyranosa
(9), eridictyol-7-rhamnopyranosa (10). Terpenoid berupa fillantol (19), friedelin
(20), -amirin (21), lupeol (22), fillantenol (23), fillanteol (24) lupeol (47), amyrin (48), -amyrin (49), betulin (50), -humullene (51), friedelan 3-one (52):
Steroid berupa stigmasterol (43), compesterol (44), Sigmasta 5,22-dien-3-O-Dglucoside (45), dan sitosterol 3-O- -D-glucoside (46) (Calixto, et al., 1998;
Deepak et al., 2014; Houghton et al., 1996; Jamal et al., 2008; Khatun et al.,
2012; Leeya et al., 2010; Xiaoliet al., 2008; Priya et al., 2013; Shukla et al., 2012;
Sonibare et al., 2009; dan Subraya et al., 2013).
Struktur turunan senyawa alkaloid yang pernah ditemukan pada tumbuhan
Phyllanthus:
(1)
(2)
(3)
(4)
14
(5)
(6)
O
(7)
OH
OH
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(8)
(42)
(9)
(10)
15
(47)
(48)
(50)
(49)
(51)
(19)
(20)
(23)
(52)
(21)
(22)
(24)
16
(43)
(45)
(44)
(46)
17
(53)
(54)
(55)
18
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
19
[63]
[64]
[65]
[66]
[67]
(68)
(69)
Senyawa golongan terpenoid kelas triterpen juga telah ditemukan pada
tumbuhan
20
2. Steroid
[9]
Gambar 2.3 Kerangka Dasar Steroid
Senyawa turunan steroid yang pernah ditemukan pada tumbuhan P. niruri
Linn.yaitu -sitosterol (70) (Nguyen, 2003).
(70)
3.
Flavonoid
21
Golongan
flavonoid
dapat
digambarkan
sebagai deretan senyawa C6-C3-C6 [11] seperti pada gambar 2.10. Artinya,
kerangka karbonya terdiri atas dua gugus C 6 (cincin benzena tersubsitusi)
disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson, 1996).
[11]
Gambar 2.10. Kerangka flavonoid
Flavonoid memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan pada
tanaman oleh serangga. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri
dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai
propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Matsjeh, 1994).
Senyawa turunan flavonoid yang telah ditemukan pada tumbuhan P. niruri
Linn.yaitu niruriflavon (71), hipopillantin (72), dan isokuersetin (73) (Than et al,.
2006).
22
(71)
(72)
(73)
4. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Alkaloid mengandung paling sedikit
satu atom nitrogen yang merupakan bagian dari cincin heterosiklik dan biasanya
bersifat basa. Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai
keaktifan biologis tertentu, ada yang bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat
berguna dalam pengobatan (Matsjeh, 1994).
Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk
cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu
bervariasi. Atom nitrogen hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-NR 2)
atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO 2)
atau gugus diazo (Lenny, 2006b).
Senyawa turunan alkaloid yang pernah ditemukan pada tumbuhan P. niruri
Linn. yaitu 4-metoksisekurinin (74), 4-etoksinorsekurinin (75) (Mulchandani,
1984). Selain itu senyawa turunan alkaloid jenis lainnya juga telah ditemukan
yaitu 4-metoksitetrahidrosekurinin (75), dan 4-hidroksisekurinin (76) (Hassarajani
, 1990).
O
O
OCH 3
O
O
H
O
OCH 3
H
H
HO
OCH 3
23
(74)
(75)
(76)
(77)
terhadap
penyerap
dan
cairan
pengelusi.
Salah
satu
usaha
24
25
2. Fraksinasi
Metode fraksinasi digunakan bertujuan untuk mendapatkan senyawa
murni dari ekstrak yang diperoleh. Prinsip metode ini adalah Pemisahan
kandungan tumbuhan didasarkan pada adsorpsi dan partisi senyawa terhadap
penyerap dan cairan pengelusi. Beberapa metode fraksinasi yang digunakan yaitu
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Kolom.
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan komponenkomponen campuran yang melibatkan partisi suatu senyawa diantara padatan
penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca atau plastik kaku
dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati adsorbent (padatan
penyerap). Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses pengembangan oleh
pelarut (elusi). KLT mempunyai peranan penting dalam pemisahan senyawasenyawa yang volatilitasnya relatif rendah (Firdaus, 2011).
Hasil yang diperoleh dari proses ekstraksi berupa ekstrak yang
mengandung senyawa bahan alam yang terlarut dalam pelarut. Penentuan jumlah
komponen senyawa yang terdapat dalam ekstrak dapat dideteksi dengan KLT.
Campuran yang akan dipisah dalam bentuk larutan ditotolkan berupa bercak atau
pita. Setelah pelat atau lapisan diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang
berisi larutan pengembang yang cocok (fasa gerak), pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler (pengembangan). Jika fasa gerak dan fasa diam telah dipilih
dengan tepat, bercak cuplikan awal akan dipisahkan menjadi sederet bercak dan
masing-masing bercak diharapkan merupakan komponen tunggal dari campuran.
26
27
heksana dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau pelarut yang lebih
polar lainnya (Harborne, J,B., 1987).
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih adsorben adalah besar partikel
dan homogenitasnya. Karena partikel yang kasar tidak akan memisah dengan
baik. Adsorben yang biasa digunakan pada KLT adalah silika gel, aluminium, pati
atau selulosa (Firdaus, 2011).
b. Kromatografi Kolom
Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada plat KLT dengan Rf
tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia
tersebut dengan menggunakan kromatografi kolom. Sebagai fasa diam digunakan
silika gel dan eluen yang digunakan disesuaikan dengan hasil yang diperoleh dari
KLT (Lenny, S., 2006a).
Hasil yang diperoleh dari KLT dimungkinkan tidak langsung digunakan
dalam kromatografi kolom. Hal ini karena kromatografi kolom umumnya
memberikan pemisahan yang lebih rendah daripada yang KLT. Semakin polar
pelarut yang digunakan semakin cepat pula semua komponen-komponen dalam
campuran bermigrasi meninggalkan kolom. Rendah atau tidak adanya pemisahan
komponen-komponen polaritas rendah dari suatu campuran dapat terjadi jika
digunakan pelarut polar. Pada sisi lain, pelarut non polar digunakan untuk
mendapatkan pemisahan optimun senyawa-senyawa polaritas rendah maka
komponen-komponen polar dalam campuran tidak akan terelusikan (Zenta, F.,
1999).
28
29
dipisahkan. Pada metode ini digunakan alat penekan udara melalui kolom bagian
atas.
3) Kromatografi kolom gravitasi
Kromatografi kolom gravitasi ini tidak menggunakan kolom yang lebih
kecil dari vakum, sehingga elusinya lebih lambat, oleh karena itu jumlah sampel
yang digunakan pun sedikit. Untuk tahapan perlakuan sama halnya dengan
kromatografi kolom vakum, dimana silika gel sebagai fasa diam dan terlebih
dahulu dilakukan impregnasi pada sampel. Kromatografi kolom gravitasi
(umumnya yang banyak dipakai diameter 1 dan 2 cm) juga tergantung pada
jumlah ekstrak yang ingin difraksinasi. Kelebihan metode ini yakni pelarut yang
digunakan hanya sedikit namun membutuhkan waktu yang lama untuk
mengelusinya karena menggunakan gaya gravitasi, akan tetapi jika sampel yang
tersedia hanya sedikit lebih baik menggunakan metode ini.
4) Kromatografi kolom radial
Kromatografi jenis ini menggunakan rotor yang dimiringkan dan terdapat
dalam ruang tertutup oleh pelat kaca kuarsa, sedangkan lapisan penyerapnya
berupa pelat kaca yang dilapisi oleh silika gel. Kecepatan 800 rpm pelarut
pengelusi dimasukkan ke bagian tengah pelarut melalui pompa torak sehingga
dapat mengalir dan merambat melalui lapis tipis karena gaya sentrifugal. Untuk
mengetahui jalannya proses elusi dimonitor dengan lampu UV.
3. Pemurnian
Teknik pemurnian yang paling umum dilakukan untuk pemurnian padatan
senyawa organik adalah dengan kristalisasi atau rekristalisasi. Senyawa dalam
bentuk kristal lebih mudah ditangani, kemurniannya lebih mudah ditentukan dan
30
lebih mudah diidentifikasi daripada senyawa dalam bentuk cairan atau minyak.
Kristal dapat terbentuk dengan cara penjenuhan larutan yang diikuti dengan
penguapan pelarut perlahan-lahan sampai terbentuk kristal. Selain itu,
pengkristalan dapat pula dilakukan dengan cara mendinginkan larutan jenuh pada
temperatur yang sangat rendah. Rekristalisasi
yang cocok untuk melarutkan kristal. Beberapa pelarut yang biasa digunakan
dalam proses rekristalisasi diberikan dalam Tabel 2.3 (Zenta, 1999).
Tabel 2.3. Pelarut-pelarut untuk rekristalisasi
Kelompok
Senyawa
Hidrokarbon
Eter
Halida
Senyawa karbonil
Alkohol, asam
Garam organik
4. Identifikasi
Senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dapat diidentifikasi dengan
melakukan uji pereaksi, uji titik leleh dan uji spektroskopi.
a. Uji Pereaksi
Senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dapat diidentifikasi dengan
melakukan uji pereaksi seperti pada tabel 2.4 (Zenta, 1999).
Tabel 2.4 Beberapa pereaksi uji senyawa metabolit sekunder
31
N
o
1
Pereaksi
Hasil
Lieberm
anBurchad
FeCl3
3
4
Dragend
orf
Wagner
Mayer
Keteranga
n
+
Terpenoid
+ Steroid
+
Flavonoid
+
Alkaloid
+
Alkaloid
+
Alkaloid
1) Uji Alkaloid
Adanya senyawa golongan alkaloid diidentifikasi dengan pereaksi Mayer
(K2[HgI2]) dan Wagner (KI+I2). Hasil positif pada pereaksi Mayer ditandai dengan
terbentuknya endapan putih. Endapan tersebut diduga adalah kompleks kaliumalkaloid yang merupakan hasil reaksi antara nitrogen pada alkaloid dengan ion
logam K+ pada kalium tetraiodomerkurat (II).
Pereaksi Mayer paling banyak digunakan untuk mendeteksi alkaloid,
karena pereaksi ini memberikan endapan putih hampir pada semua senyawa
golongan alkaloid. Pereaksi lain yang juga sering digunakan adalah pereaksi
Wagner, pereaksi Dragendorff, dan larutan asam pikrat jenuh (Robinson.T, 1995).
32
Uji
Wagner
33
Gambar 2.5 Perkiraan Reaksi Uji FeCl3 dengan Tanin (Marliana et al., 2005)
3) Uji Steroid dan Terpenoid
Adanya senyawa golongan steroid dan terpenoid dilakukan dengan uji
menggunakan peraksi Lieburmann-Buchard. Uji Lieburmann-Buchard merupakan
uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan triterpen (Santos et al, 1978 dalam
Marliana et al., 2005). Uji ini didasarkan pada kemampuan senyawa triterpenoid
dan steroid membentuk warna oleh H 2SO4 pekat dengan pelarut asam asetat
anhidrat membentuk cincin hijau-biru.
34
Fourier
Transform
Infra
Red
(FTIR),
dan
Gas
35
Frekuensi (cm-1)
3580 3650
2500 2700
~ 3500
3310 3500
3140 3320
3300
3010 3095
~ 3030
2853 2962
2700 2900
2190 2260
1630 1600
1650
1050 1260
36
rendah, lalu diionkan dengan energi yang cukup untuk memutus ikatan kimia
(Harborne, J.B., 1987).
Gas Chromatography-Mass Spektroskopi (GC-MS) adalah instrumen
yang dapat menyeleksi molekul-molekul gas bermuatan berdasarkan massa
atau beratnya. Umumnya spektrum massa diperoleh dengan mengubah
senyawa suatu sampel menjadi ion-ion bergerak cepat yang dipisahkan
berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan (m/e) (Hendayana, 1994).
Proses ionisasi menghasilkan partikel-partikel bermuatan positif, dimana
massa yang terdistribusi adalah spesifik terhadap senyawa induk (Khopkar,
2008).
Metode ini berguna untuk menentukan berat molekul senyawa dan
ditunjang adanya fragmentasi ion molekul yang menghasilkan pecahanpecahan spesifik untuk suatu senyawa berdasarkan m/z dari masing-masing
fragmen yang terbentuk. Terbentuknya fragmen-fragmen dengan terjadinya
pemutusan ikatan apabila disusun kembali akan dapat menentukan kerangka
struktur senyawa yang diperiksa (Lenny, S., 2006c).
37