Minggu, 08 April 2012: Makalah Ginekologi Prolapsus Uteri
Minggu, 08 April 2012: Makalah Ginekologi Prolapsus Uteri
</p>
<p>Your browser does not support iframes.</p>
1.2 Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami definisi prolapse uteri
2. Mengetahui anatomi prolapse uteri
3. Mengetahui langkah kejadian prolapse uteri
4. Memahami etiologi prolapse uteri
5. Mengetahui fistopatologi prolapse uteri
6. Menyebutkan klasifikasi prolapse uteri
7. Menentukan diagnose prolapse uteri
8. Melaksanakan penatalaksanaan prolapse uteri
9. Memahami prognosa prolapse uteri
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi prolapse uteri
2. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi prolapse uteri
3. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah kejadian prolapse uteri
4. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi prolapse uteri
5. Mahasiswa dapat mengetahui fistopatologi prolapse uteri
6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi prolapse uteri
7. Mahasiswa dapat menentukan diagnose prolapse uteri
8. Mahasiswa dapat melaksanakan penatalaksanaan prolapse uteri
9. Memahami prognosa prolapse uteri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Difinisi Prolaps Uteri
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang
disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul
yang menyokong uterus. sehingga dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan
kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan ujung
ureter kebawah dan keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan
penyumbatan dan kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan
sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Faktor penyebab lain yang sering adalah
melahirkan dan menopause, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi
otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut
akan
terjadi
bertingkat-tingkat
2.2 Anatomi
ANATOMI PANGGUL dan STRUKTUR PENYANGGA ORGAN PANGGUL
Secara anatomis, organ panggul seperti vagina uterus kandung kemih dan rektum
dipertahankan pada posisi yang normal dalam panggul oleh sepasang muskulus levator ani
bilateral
yang
kearah
posterior
mengalami
fusi.
Celah muskulus levator ani di bagian anterior disebut sebagai hiatus levator ani.
Kearah
inferior,
hiatus
levator
ani
tertutup
dengan
diafragma
urogenitalis.
Saat masuk kedalam panggul, urethra vagina dan rektum melintas hiatus levator ani dan
diafragma urogenitalis. Fascia endopelvikum adalah fascia organ visera panggul yang
membentuk kondensasi bilateral dalam bentuk ligamentum (yaitu ligamentum pubourethralis
kardinalis dan uterosakralis). Ligamentum tersebut menempelkan organ dengan fascia
dinding
lateral
pelvis
dan
tulang
panggul.
Corpus Perineal adalah titik pusat seluruh otot panggul. Meskipun saat meneran isi cavum
abdomen mendesak organ panggul, organ panggul akan tetap berada pada tempatnya dan
berada diatas levator sling dan corpus perinealis.
2.3 Langkah Kejadian
Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang
membentuk dasar panggul. Prolapsus uteri terjadi ketika ikatan sendi atau otot-otot dasar
panggul meregang atau melemah, membuat sokongan pada uterus tidak adekuat. Faktor
penyabab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan sulit,
meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II,
penatalaksanaan pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah
2.4 Etiologi
Etiologi dari prolapsus uteri terdiri dari : Kelemahan jaringan ikat pada daerah
rongga panggul, terutama jaringan ikat tranversal. Pertolongan persalinan yang tak terampil
sehingga meneran terjadi pada saat pembukaan belum lengkap. Terjadi perlukaan jalan lahir
yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat penyangga vagina. Serta ibu yang banyak
anak sehingga jaringan ikat di bawah panggul kendor. Menopause juga dapat menyebabkan
turunnya rahim karena produksi hormon estrogen berkurang sehingga elastisitas dari jaringan
ikat berkurang dan otot-otot panggul mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan
pada rahim
Dasar panggul yang lemah oleh kerusakan dasar panggul pada partus (rupture perinea
atau regangan) atau karena usia lanjut. Menopause, hormon estrogen telah berkurang
sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Tekanan abdominal yang meninggi
karena ascites, tumor, batuk yang kronis atau mengejan (obstipasi atau strictur dari tractus
urinalis). Partus yang berulang dan terjadi terlampau sering. Partus dengan penyulit. Tarikan
pada janin sedang pembukaan belum lengkap. Ekspresi menurut creede yang berlebihan
untuk mengeluarkan placenta.
Jadi tidaklah mengherankan jika prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau
dalam masa nifas. Ascites dan tumor-tumor didaerah pelvis mempermudah terjadinya hal
tersebut. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, factor penyebabnya adalah kelainan
bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.
Fasia rektovaginalis (antara dinding belakang vagina dan rectum). Kelemahan fasia ini
menyebabkan menonjolnya rektum ke arah lumen vagina.
Kantong Douglas
Dilapisi peritonium yang berupa kantong buntu yang terletak antara ligamentum
sacrouterinum di sebelah kanan dan kiri , vagina bagian atas di depan dan rektum di
belakang. Di daerah ini, oleh karena tidak ada otot atau fasia, tekanan intraabdominal yang
meninggi dapat menyebabkan hernia (enterokel).
Otot-otot dasar panggul, terutama otot levator ani
Dasar panggul terdiri dari :
diafragma pelvis
diafragma urogenital
otot penutup genitalia eksterna
Diafragma pelvis :
otot levator ani : iliokoksigeus, pubokoksigeus dan puborektalis
koksigeus
fasia endopelvik
penggantung vagina. Karena vagina ikut menyangga uterus serta adnexa, vesica urinaria
serta urethra dan rectum, maka otot ini merupakan alat penyangga utama organ-organ dalam
panggul wanita.
Sebagai sphincter vaginae dan apabila otot tersebut mengalami spasme maka keadaan ini
disebut vaginismus
M. puborectalis berfungsi sebagai :
penggantung rectum
Jika fascia didepan dinding vagina kendor oleh suatu sebab, biasanya trauma
obstetric, ia terdorong oleh kandung kencing ke belakang dan menyebabkan menonjolnya
dinding depan vagina ke belakang, hal ini dinamakan sistokel.
Sistokel ini pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar kar\ena persalinan
berikutnya, terutama jika persalinan itu berlangsung kurang lancar, atau harus diselesaikan
dengan menggunakan peralatan. Urethra dapat pula ikut serta dalam penurunan itu den
menyebabkan urethrokel. Uretherokel ini harus dibedakan dari divertikulum urethra. Pada
divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal, hanya dibelakang urethra ada
lubang yang menuju ke kantong antara urethra dan vagina.
Kekendoran fascia dibelakang vagina oleh trauma obstetric atau sebab-sebab lain
dapat menyebabkan turunnya rectum ke depan dan menyebabkan dinding belakang vagina
menonjol ke lumen vagina, ini dinamakan rectokel.
Enterokel adalah suatu hernia dari cavum douglasi. Dinding vagina atas bagian
belakang turun , oleh karena itu menonjol kedepan, isi kantong hernia ini adalah usus halus
atau sigmoid.
2.6 Klasifikasi
Friedman dan Little ( 1961 ) mengemukakan beberapa macam klasifikasi yang
dikenal yaitu:
Prolapsus uteri tingkat I, dimana serviks uteri turun sampai introitus vagina ;
Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus vagina ;
Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina; prolapsus ini juga
disebut prosidensia uteri.
Prolapsus uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari setengah bagian ;
Prolapsus uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari setengah
bagian.
Prolapsus uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosesus spinosus dan introitus
vagina ;
Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus. Klasifikasi ini sama dengan
klasifikasi D
menjadi sistokel karena kendornya fasia dinding depan vagina (misal trauma obstetrik)
sehingga vesika urinaria terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong ke
belakang. Dapat terjadi rektokel, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, oleh
karena trauma obstetrik atau lainnya, sehingga rekrum turun ke depan dan menyebabkan
dinding
vagina
atas
belakang
menonjol
ke
depan
2.7 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan vaginal dengan menggunakan Spekulum
Sim yang berdaun tunggal. Pasien diminta meneran dan pada saat yang bersamaan dokter
menekan dinding posterior vagina. Dengan cara ini dapat terlihat penurunan dinding depan
vagina
pergeseran
muara
urethra.
Selanjutnya mintalah pasien meneran sambil menekan dinding anterior vagina, dengan cara
ini dapat terlihat enterokel dan rektokel. Pemeriksaan rektal sering berguna untuk
menunjukkan adanya rektokel dan membedakannya dengan enterokel.
mudah
Friedman
dan
Little
dapat
(1961)
menegakkan
menganjurkan
diagnosis
cara
prolapsus
pemeriksaan
genitalia.
sebagai
berikut:
2.8 Penatalaksaan
Tindakan pencegahan dilakukan dengan mengatasi masalah:
1.
2.
Konstipasi
3.
4.
Pembedahan :
Tujuan utama pembedahan :
1.
Mengatasi keluhan
2.
Restorasi anatomi
3.
4.
Kolforafi Anterior :
digunakan untuk koreksi sistokel dan pergeseran urethra. Berupa tindakan plikasi fasia
puboservikal untuk menyangga kandung kemih dan urethra.
Kolporafi Anterior
Kolforafi Posterior :
digunakan untuk koreksi rektokel
Perineorafi :
digunakan untuk mengatasi defisiensi corpus perineal.
Kolporafi Posterior
Enterekol :
Prinsip terapi seperti terapi hernia.
Penutupan defek dengan mendekatkan ligamentum uterosakral dengan muskulus levator ani
Operasi Manchester :
merupakan kombinasi dari
Kolforafi anterior
Kolfoperineorafi posterior
Menjahit ligamentum kardinale didepan puntung servik agar terjadi anteversi uterus
Histerektomi Vaginal :
Dapat dikerjakan secara tersendiri atau disertai pula dengan dengan kolforafi anteror dan
posterior.
Kolpokleisis
Suspensi Putung Vagina ( Colpopleksi )
yang dapat dikerjakan transvaginal atau transabdominal. Tindakan ini berupa penggantungan
puntung vagina pada sakrum atau pada ligamentum sakrospinosum atau ligamentum
uterosakral.
A. Konservatif
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan
pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih ingin mendapat anak lagi, atau
penderita menolak untuk operasi atau kondisinya tidak memungkinkan untuk dioperasi.
1. Latihan-latihan otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus enteng, terutama yang terjadi pada pasca
persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul
dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan.
Caranya ialah penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti
biasanya setelah selesai berhajat, atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang
mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih
efektif dengan menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri atas obturator yang
dimasukkan ke dalam vagina, dan yang dengan suatu pipa dihubungkan dengan suatu
manometer. Dengan demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur.
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodenya
dapat dipasang dalam pessarium yang dimasukkan dalam vagina.
3. Pengobatan dengan pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di
tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul prolapsus lagi.
Prinsip pemakaian pessarium adalah bahwa alat tersebut mengadakan tekanan pada dinding
vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan
melewati vagina bagian bawah. Jika pessarium terlalu kecil atau dasar panggul terlalu lemah,
pessarium jatuh dan prolapsus uteri akan timbul lagi. Pessarium yang paling baik untuk
prolapsus genitalis adalah pessarium cincin, terbuat dari plastik. Jika dasar panggul terlalu
lemah, digunakan pessarium Napier yang terdiri atas suatu gagang (stem) dengan ujung atas
suatu mangkok (cup) dengan beberapa lubang, dan diujung bawah 4 tali. Mangkuk
ditempatkan dibawah serviks dan tali-tali dihubungkan dengan sabuk pinggang untuk
memberi sokongan pada pessarium. Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok,
diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vaginae; ukuran
tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk mendapat diameter dari pessarium yang akan dipakai.
Untuk mengetahui setelah dipasang, apakah ukurannya cocok, penderita disuruh batuk atau
mengejan. Jika pessarium tidak keluar, penderita disuruh jalan-jalan, apabila ia tidak merasa
nyeri, pessarium dapat dipakai terus.
Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita diawasi secara
teratur. Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2-3 bulan sekali; vagina diperiksa inspekulo untuk
menentukan ada tidaknya perlukaan; pessarium dibersihkan dan dicucihamakan, dan
kemudian dipasang kembali. Apabila pessarium dibiarkan dalam vagina tanpa pengawasan
yang teratur, dapat timbul komplikasi ulserasi, dan terpendamnya sebagian dari pessarium
dalam vagina, bahkan bisa terjadi fistula vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis.
B. Fisioterapi
Jika prolapsus bersifat ringan sampai sedang, dapat dirujuk kepada pakar fisioterapi untuk
penanganannya. Fisioterapi dapat membantu merencanakan jadwal individual yang
melibatkan senam otot dasar panggul. Senam ini, yang di sebut senam Kegel, dapat
mencegah prolapsus bertambah parah dan dapat mengurangi rasa nyeri punggung, nyeri
panggul dan inkontinensia urin.
C. Hormone replacement therapy (HRT)
Wanita menopaus yang mengalami prolapsus uteri dapat mendapat manfaat dari Terapi
Penggantian Hormon (TPH). TPH dapat membantu menguatkan dinding vagina dan otot
dasar panggul dengan meningkatkan konsentrasi estorgen dan kolagen dalam darah; tetapi
tidak banyak bukti yang menyatakan apakah efektif atau tidak dalam menangani prolapsus
uteri.
D. Operatif
Penanganan bedah mungkin diperlukan apabila prolapsus itu menyebabkan gejala yang
bermakna. Beberapa metode tersedia dan pilihan yang mana akan bergantung kepada
beberapa variabel dan kehadiran keadaan lain yang bisa mengancam. Kebanyakan tujuan dari
penanganan bedah pada prolaps adalah untuk mengangkat keatas organ prolaps itu kembali
ke posisi asalnya. Prosedur ini dijalankan bagi wanita yang masih ingin hamil. Histerektomi
adalah satu-satunya tindakan yang sama sekali membuang organ yang prolaps itu. Bagi
wanita yang telah mempunyai anak, atau yang tidak mau hamil lagi, maka histerektomi
pervaginum adalah pilihan yang sesuai untuk penanganan. Pilihan operasi tergantung kepada
jenis prolaps yang dialami pasien, umur, keinginan mempunyai anak lagi atau tidak, keaktifan
seksual, ketrampilan operator dan juga pendapat pasien.
2.9 Prognosa
Sebagian besar wanita dengan prolapsus uteri ringan tidak mengalami gejala dan tidak
butuh pengobatan. Pessarium vagina dapat sangat efektif untuk banyak wanita dengan
prolapsus uteri.tindakan operasi selalu memberikan hasil yang memuaskan, meskipun
beberapa wanita mungkin membutuhkan pengobatan lagi di masa akan datang untuk
prolapsus dinding vagina yang berulang
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prolapsus uteri, sistokel, urethrokel, enterokel, rektokel dan kolpokel pasca
histerektomia merupakanbagian dari bentuk-bentuk Prolapsus Vagina. Sedangkan Prolapsus
uteri itu sendiri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal
dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa
sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan
kurang ketegangannya. Faktor penyabab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina
bawah pada kala II, penatlaksanaan pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot dasar panggul
menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkattingkat.
Klasifikasi
Tingkat III
Tingkat I
Tingkat II
:Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina (PROSIDENSIA
UTERI)
3.2 Saran
Perlunya pencegah terhadap kemungkinan terjadinya prolaps uteri dengancara
mengosongkan kandung kemih pada kala pengeluaran, penjahitan perineum yang lege artis,
bila perlu lakukan episiotomi, memimpin persalinan dengan baik, hindari paksaan dalam
pengeluaran plasenta (parasat crede).
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Entri Populer
Biodata
flag
Fish
fly
selamat datang,
dengan mengeklin iklan di samping
maka secara tidak langsung
anda membantu kelancaran blog kami
"--------" <p>Your browser does not support iframes.</p> <p>Your browser does not support
iframes.</p> <p>Your browser does not support iframes.</p>
Translate
Diberdayakan oleh
Terjemahan
buku tamu
New
Arsip Blog
2012 (1337)
o Juli (11)
o Juni (45)
o Mei (341)
o April (901)
askep sroke
PNEUMONIA
Ulkus peptikum
TUMOR OTAK
tuberkulosis
OSTEOPOROSIS
OSTEOMIELITIS
LEUKEMIA
ASKEB BBLR
ASKEB KB SUNTIK
KOMUNIKASI
MAKALAH INCEST
al islam UAS
INFLUENZA
THYPOID
ASMA
PUSKESMAS PONED
MAKALAH HIPOGONADISME
ATRAUMATIC CARE
hepatitis
hemofilia
Dysentri amuba
BRONCHITIS
ASMA BRONKHIAL
ANGINA PECTORIS
ASKEP HIPOTERMIA
ASKEP PRESBIAKUSIS
HIPERTENSI
Nekrosis Miokard
TUMOR PARU
TRAUMA ABDOMEN
TRANSPARASI CURIGA
THIPOID.
THYPOID
TETANUS
TERAPI LINGKUNGAN
TERAPI KELUARGA
penyakit TB PARU
striktur urethra
Spondilitis tuberculosa
SIROSIS HATI
SERUM
Sectio cesarea
ekstubasi
ABLASIO RETINA
RADANG
METODE PENELITIAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
POST PARTUM
PNEUMOTORAKS
DECOMPENSASI CORDIS
OEDEMA PARU
CHAPTER I INTRODUCTION
MAKALAH MORTALITAS
MORBUS HANSEN
MENINGITIS
makalah PERICARDITIS
makalah abortus
askep pneumothorax
Diabetes Mellitus ( DM
sifilis
makalah pneumonia
KISTA COLEDOCAL
CIDERA KEPALA
Asthma Bronkiale
pneumonia
karsinoma mamma
EFUSI PLEURA
BRONKITIS ALERGIKA
tetanus
LEUKIMIA
TB PARU
hepatitis
komunikasi terapeutik
Ketoasidosis Diabetikum
KISTA COLEDOCAL
KERACUNAN ECTASY
keperawatan jiwa
PRE EKLAMPSIA
insulin
ILLEOSTOMI
MAKALAH HIPERTENSI
HEMATOMA
HENOSTASIS
HEMATEMESIS MELENA
MAKALAH GASTRITIS
FRAKTUR TERTUTUP
FRAKTUR HUMERUS
FRAKTUR OS.MANDIBULARIS
FISIOLOGI KEHAMILAN
FEBRIS CONVULSIF
FRAKTUR
ENCEPHALITIS
EMPIEMA
ekstubasi
EFUSI PLEURA
DERMATITIS KONTAK
INTODUCTION
CEDERA KEPALA
KARSINOMA MEDIASTINUM
BRONKITIS ALERGIKA
BRONCHOPNEUMONIA
BATUK DARAH
DESTABILITAS KOLOID
METODE PENELITIAN
ASKEP ASMA
STRUKTUR URETRA
ASKPE CURIGA
GANGGUAN PSIKOTIK
appendiks
makalah anemia
makalah alkaloid
EDUCATIONAL ATITUDE
abses paru
AKHLAKUL KARIMAH
MAKALAH AL ISLAM
SPERMATOGENESIS
KOLOID
MACAM-MACAM KONSENTRASI
METABOLISME GALAKTOSA
GOLONGAN SAKARIDA
METABOLISME AIR
RADIASI PENGION
FISIKA KEPERAWATAN
BIOAKUSTIK
lumpuh otak
sindrom asperger
retardasi mental
ASKEB LASERASI
PERAWATAN BAYI
ASKEB BBL/NEONATUS
Hipertensi esensial
KEBRIBADIAN MUHAMMADIYAH.
ANTROPOLOGI
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BELAJAR
LAMBANG MEHAMMADIYAH
PUISI-PUISI
DELUSI
INTELEGENSI
AKOMODASI
TEORI-TEORI BELAJAR
ZINA
POLIGAMI
PERSEPSI
PARANOIA
AQIDAH FILSAFAT
pengertian humanistik
DINAMIKA KELOMPOK
TEORI HUMANISTIK
Terjemah DINKEL
teori-teori motivasi
macam-macam abortus
Abortus Provokatus
syok perdarahan
PERTANYAAN IMUNISASI
INCEST
MAKALAH SARARI
PATOFISIOLOGI KARDIOVASKULER
SEL
PENYAKIT INFEKSI
RADANG
Kelainan Retrogessi
OBSTRUCTION INTESTINAL
AKUT ABDOMINAL
FISTEL UMBILIKALIS
GASTROENTERITIS
HERNIA
HEMATOMA
LAPAROTOMI
HEMATEMESIS MELENA
PERITONITIS
TRAUMA ABDOMEN
ABLATIO RETINA
LAPORAN PRAKTIKUM
Perdagangan Internasional
ujian MSDM
Dystocia
artikel Immunization
KECERDASAN BUATAN
ASKEB DISMINORHOE
ASKEB BRONKOPNEUMONIA
PERDARAHAN POSTPARTUM
SOAL-SOAL ASKEB IV
MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN
o Maret (39)
time is money
----------say hallo
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.