Fatigue
Fatigue
2. Ukuran beach marks adalah makroskopis (> 1000 atau 1mm) dan dapat dilihat
dengan mata telanjang.
3. Striasi mewakili majunya ujung retakan yang bergerak setiapsatu siklus
pembebanan, sedangkan beach marks mewakili posisi dari ujung retakan ketika
beban siklik berhenti untuksatu perioda tertentu. (satu beach mark dapat terdiri
atasratusan bahkan ribuan buah striasi)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FATIGUE LIFE
1. STRESS CONCENTRATION
Pemicu-pemicu terjadinya konsentrasi tegangan seperti fillet, notch, alur pasak,
positas, inklusi dan lain-lain akan menyebabkan menurunnya umur fatigue/fatigue
life. Untuk menentukan hubungan tegangan siklus untuk spesimen dengan notch,
maka diperlukan tegangan nominal. Perbandingan antara fatigue limit dengan notch
dan fatigue limit tanpa notch disebut fatigue norch faktor (Kt).
Atau dari nilai Kt, dapat dihitung notch sensitivitas dengan symbol q
Dimana : Kt = faktor konsentrasi tegangan
Bila kekuatan tarik , radius notch dan ukuran penampang naik, dan bila ukuran butir
turun maka nilai Q akan naik.
2. DIMENSI (SIZE)
Bila ukuran spesimen bertambah maka ketahanan fatigue kadang-kadang menurun.
Hal ini ada beberapa alasan, Kegagalan akibat fatigue biasanya dimulai dari
permukaan. Jadi bila penambahan size dilakukan maka memberikan kemungkinan
menimbulkan keberadaan cacat. Akibatnya retak berawal pada cacat tersebut.
3. EFEK PERMUKAAN
Ketahanan fatigue sangat dipengaruhi oleh kondisi permukaan. Kondisi permukaan
tersebut adalah sifat permukaan seperti perlakuan permukaan sepertisurface
hardening dan tegangan sisa permukaan. Efek dari surface finishing atau kekasaran
permukaan secara qualitatif juga mempengaruhi ketahanan fatigue suatu material
seperti yang ditunjukkan pada Tabel.1.
Perlakuan-perlakuan permukaan yang akan merubah sifat mekanik permukaan juga
akan mempengaruhi ketahanan fatigue bahan.
4. TEGANGAN RATA - RATA (MEAN STRESS)
Tegangan rata-rata (mean stress) juga mempengaruhi ketahanan fatigue. Tegangan
ini ditunjukkan dengan amplitudo tegangan yang dinyatakan dengan ratio tegangan
R = tegangan min/tegangan maks. Untuk R = -1 artinya amplitudo tegangan tarik
sama dengan amplitudo tegangan tekan. Bila nilai R cendrung menjadi positif maka
ketahanan fatiguenya menjadi turun. Pengaruh ratio tegangan ditunjukkan pada
Gambar.6.
5. FAKTOR METALURGI YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN FATIGUE
UKURAN BUTIR
semakin halus ukuran butir maka ketahanan fatiguenya meningkat. Namun tidak
berpengaruh pada baja tanpa notchyang mendapat perlakuan panas
STRUKTUR MIKRO
Perubahan struktur mikro yang mempengaruhi ketahanan fatigue. Karena bila terjadi
perubahan struktur mikro berarti akan terjadi perubahan fasa pada bahan, karena
bervariasinya fasa-fasa pada materi maka akan memberikan perbedaan pengaruh
terhadap ketahanan fatigue
ORIENTASI
Material yang mengalami metal working seperti proses roll akan memiliki orientasi
arah butir yang searah dengan pengerolan, dalam hal ini ketahanan fatigue bersifat
anisotropic. Ketahanan fatigue akan meningkat bila arah pembebanan searah
dengan arah pengerolan,dan akan rendah bila sebaliknya.
Grafik S-N atau Grafik Tegangan Siklus Kegagalan (T S)
Grafik S-N atau grafik tegangan siklus kegagalan (T S) adalah grafik yang
didapat dari hasil pengujian fatik yang merupakan grafik hubungan antara kekuatan
fatik dan jumlah siklus pembebanan. Grafik S-N memberikan banyak informasi sifat
fatik karena pada saat pengujian, dimasukkan faktor geometri, perlakuan
permukaan, kondisi pembebanan, temperatur dan proses perlakuan material.
Kekurangan grafik S-N adalah tidak dapat memprediksi deformasi plastis lokal dan
efek dari tegangan rata-rata. Contoh grafik S-N diperlihatkan pada Gambar.9
Gambar 9. Grafik Hasil Pengujian Fatik (Fatigue Test)
Dari grafik diatas terdapat informasi mengenai karakteristik fatik dari material,
sumbu horizontal menunjukkan data jumlah siklus pembebanan dan sumbu vertikal
menunjukkan kekuatan fatik. Pada rentang siklus 10 7 sampai 108 dapat diamati ada
tiga buah data spesimen yang diberi tanda panah. Arti tanda ini adalah spesimen
belum patah pada saat pengujian dihentikan. Kondisi ini dinamakan batas
ketahanan material dalam menerima beban fatik (endurance limit). Tingkat
tegangannya dinamakan tegangan endurance (e). Untuk merencanakan komponen
yang memiliki umur pakai aman atau bahkan umur tak hingga maka tingkat
tegangan yang diaplikasikan harus dibawah batas teganganendurance nya.
PERAMBATAN RETAK (CRACK PROPAGATION)
Perambatan retak adalah tahap ke2 dari ke3 tahap proses kerusakan , dalam hal ini
retak tumbuh dan menjalar mencapai batas kritis. Dari data perambatan retak dari
prediksi fatigue life dapat dikembangkan dengan rumus:
da/dN = C ( K)m
dimana :
K = range faktor intensitas tegangan
C = konstanta
material
m = material constant,
da/Dn= laju
pertumbuhan retak
Laju perambatan retak merupakan fungsi dari faktor intensitas tegangan.
Retak berawal dari daerah yang paling lemah, kemudian berkembang seiring
dengan berjalannya siklus pembebanan. Didalam suatu percobaan biasanya
perambatan retak dapat diukur secara visual dengan alat teleskop, atau bisa
dilakukan dengan alat ultrasonik.
Laju perambatan retak merupakan fungsi dari faktor intensitas tegangan.
Retak berawal dari daerah yang paling lemah, kemudian berkembang seiring
dengan berjalannya siklus pembebanan. Didalam suatuipercobaan biasanya
perambatan retak dapat diukur secara visual dengan alat teleskop.atau bisa
dilakukan dengan alat ultrasonik ataupun dengan alat pengubah resistivitas listrik.
da/dN dievaluasi pada suatu panjang retak , kemudian untuk panjang retak
tersebut. Dengan mengasumsi bahwa panjang retak a pada suatu panjang konstan
dan hanya tegangan yang bervariasi. Hal ini ditunjujkkan untuk suatu kalibrasi K
sederhana :
K =
=
=
dimana :
= range tegangan
A = penampang
= range beban
a = panjang retak
DAFTAR PUSTAKA
http://knuklebomb.files.wordpress.com/2010/12/fatigue-life-prediction.doc
http://202.91.15.14/upload/files/8502_Bab_08_FATIK.ppt
http://andysembiring.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-fatigue.html
http://www.scribd.com/doc/53921508/Kelelahan-Logam-Fatigue
ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan
elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin
disebabkan oleh kelelahan ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat
penting, tetapi sifat ini juga sulit diukur karena sangat banyak faktor yang
mempengaruhinya. Mekanisme patah lelah terdiri dari tiga tahap yaitu : 1.
Patah akhir atau patah statis akibat dari penampang yang tersisa tidak mampu
lagi menerima beban. Memperkirakan umur lelah suatu komponen adalah sulit.
Kesukaran ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi umur
lelah. Faktor-faktor tersebut adalah : 1.
Beban, yang terdiri dari : - Jenis beban: uniaksial, lentur, punter - Frekuensi siklus
beban - Pola beban: periodik, random - Besar tegangan 2. Kondisi material. 3.
Proses pengerjaan. 4. Bentuk dan ukuran komponen. 5. Temperatur operasi. 6.
Kondisi lingkungan. Umur lelah biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus
tegangan yang dicapai sampai spesimen atau komponen patah. Dengan
demikian umur total tersebut telah mencakup pula tahap awal retakan dan
penjalaran retakan yang bila telah cukup jauh penjalarannya akan menyebabkan
patah menjadi dua. Selain itu data kelelahan lain yang penting adalah laju
penjalaran retakan (crack growth rate). Laju penjalaran retakan inilah yang
datanya dapat dipakai untuk memperkirakan umur lelah. Uji lelah yang
sederhana dilakukan dengan memberikan pembebanan atau tegangan yang
relatif sederhana, yaitu beban uniaksial atau lenturan. Dengan beban tersebut
akan diperoleh tegangan tarik dan tegangan tekan yang berfluktuasi. Baja
memiliki batas kelelahan (fatigue limit) atau batas ketahanan (endurance limit)
yang jelas, sedangkan alumunium tidak mempunyai batas kelelahan yang jelas.
Batas kelelahan adalah batas tegangan yang akan memberikan umur lelah yang
tidak berhingga.
Atau dari nilai Kt, dapat dihitung notch sensitivitas dengan symbol q
Perlakuan-perlakuan permukaan yang akan merubah sifat mekanik permukaan juga akan
mempengaruhi ketahanan fatigue bahan. Seperti perlakuan ; Elektroplating sering akan
menurunkan ketahanan fatigue. Hal ini dapat menimbulkan tegangan tarik sisa pada
permukaan akibat proses tersebut, sehingga dapat memicu rerak pada permukaan.
Perlakuan lain seperti dekarburisasi dapat mengurangi ketahanan fatigue. Namun
sebaliknya proses pengerasan permukaan seperti karburisasi, nitridasi, induksi dan flame
hardening dapat meningkatkan ketahanan fatigue.
Tegangan sisa (residual stress) terutamanya tegangan sisa tekan akan memberikan
peningkatan ketahanan fatigue. Tegangan sisa ini dapat dikembangkan dengan melakukan
deformasi plastis yang tidak seragam pada suatu penampang. Hal ini dapat diterangkan
pada Gambar.5.
Tegangan rata-rata (mean stress) juga mempengaruhi ketahanan fatigue. Tegangan ini
ditunjukkan dengan amplitudo tegangan yang dinyatakan dengan ratio tegangan R =
tegangan min/tegangan maks. Untuk R = -1 artinya amplitudo tegangan tarik sama
dengan amplitudo tegangan tekan. Bila nilai R cendrung menjadi positif maka ketahanan
fatiguenya menjadi turun. Pengaruh ratio tegangan ditunjukkan pada Gambar.6.
contoh perlit yang kasar akan memberikan dampak rendah dibandingkan dengan
karbida
partikel/spheroidal
microstructure.
Bentuk
karbida
yang
bulat
meningkatkan ketahan fatigue, hal ini dikarenakan karbida bulat meiliki efek
konsentrasi tegangan yang rendah. Contoh lain pada baja yang di quench yang
memiliki sturktur mikro martensit temper akan memilki ketahanan fatigue yang
sangat baik dibandingkan strukturmikro campuran seperti martensit- bainit atau
ferit.
Orientasi
Material yang mengalami pengerjaan logam/metal working seperti proses roll
akan memiliki orientasi arah butir yang searah dengan arah pengerolan. Jadi
dalam hal ini ketahanan fatigue bersifat anisotropic. Ketahanan fatigue akan
meningkat bila arah pembebanan searah dengan arah longitudinal atau searah
dengan arah pengerolan. Sebaliknya ketahanan fatigue akan rendah bila
pembebanan diberikan tegak lurus dengan arah pengerolan.