(1115041002)
(1415041016)
(1415041017)
(1415041043)
Puwala Ardhana
(1415041048)
ABSTRAK
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami sampaikan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Pemanfaatan Pati Sagu sebagai Biokomposit
Edible Film Ant dengan Plastisizer Gliserol dengan baik.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penulis bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan informasi kepada pembaca.
Penulis
i
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................
iii
iv
1. PENDAHULUAN ................................................................................
2.4.1
2.4.2
11
11
11
4. PEMBAHASAN ...................................................................................
15
15
16
17
5. PENUTUP .............................................................................................
19
19
20
21
ii
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.2 Hasil Analisis Kimia Tepung dan Ampas dari Batang Sagu
(genus Metroxxylen, sp) ...................................................................
12
17
iii
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
14
iv
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R
I. PENDAHULUAN
1
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
2
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Fiber (serat)
Resin
Material
komposit
Gambar 2.1. Komposisi Komposit
(Sumber: K. Van Rijswijk, et. al, 2001 dalam Anonim)
Ada komposit yang disebut sebagai biokomposit, yaitu merupakan
material komposit yang terdiri dari polimer alami atau biofiber (serat alami)
yang dapat terdegradasi sebagai matriks.
3
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
2.2. Pati
Pati adalah merupakan polimer alam yang dapat dibentuk menjadi film.
Pati mengandung unit (1-4) -D-glukopiranosil. Pati alam, amilopektin dan
amilosa, mengandung dua macam rantai ini. Polimer rantai lurus, amilosa,
memuat 20% berat granula, dan 80% sisanya dikandung oleh polimer beranting,
amilopektin. Amilosa adalah kristalin yang memiliki rata-rata berat molekul
500.000, sedangkan amilopektin memiliki banyak cabang dan memiliki berat
molekul yang lebih berat dari pada amilosa (Chandra dan Rustgi, 1998 dalam
Budyanto dan Kusnadi, 2015).
Lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, diletakkan di
antara komponen makanan yang berfungsi sebagai barrier terhadap transfer
massa(misal kelembaban, oksigen, lipid dan zat terlarut) dan sebagai carrier
bahan makanan dan aditif untuk meningkatkan penanganan makanan.
Edible film telah banyak dibuat dengan menggunakan komponenkomponen polisakarida, lipid, dan protein. Edible film dari komponen proteinlipid kedelai secara tradisional diproduksi dari susu kedelai yang telah dimasak.
Edible film yang dibuat dari hidrokoloid merupakan barier yang baik
terhadap transfer oksigen, karbohidrat dan lipid. Kebanyakan dari film
hidrokoloid memiliki sifat yang baik sehingga sangat baik untuk dijadikan
4
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
bahan pengemas. Film hidrokoloid umumnya mudah larut dalam air sehingga
sangat menguntungkan dalam penggunaannya. Penggunaan lipid sebagai
bahan pembentuk film secara sendiri sangat terbatas karena film yang
terbentuk umumnya tidak kuat.
Hidrokoloid termasuk ke dalam protein dan polisakarida. Dalam hal ini
selulosa dan turunannya merupakan sumber daya merupakan sumber daya
organik, memiliki sifat mekanik yang baik untuk pembuatan film. Selulosa
sebagai bahan untuk pembuatan film sangat efisien sebagai barrier terhadap
oksigen dan hidrokarbon dan sifatnya sebagai barrier terhadap uap air dapat
dibuktikan dengan penambahan lipid.
2.3.1.
5
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
2. Lilin Lebah
Lilin adalah ester yang terbentuk dari asam lemak dengan
alkohol monohidrat rantai panjang. Lilin lebah atau beeswax
sebagai besar tersusun atas ester seril miristat.
Sarang lebah merupakan malam atau lilin dibentuk oleh
lebah dari lilin sebagai bahan utama dan diperkuat dengan perekat
yang disebut propolis. Lilin lebah dibentuk melalui proses kimia
dengan madu sebagai bahan baku dan untuk membuat kilogram
lilin diperlukan empat kilogram madu.
Beeswax, camauba wax dan parafin ditemukan dapat
meningkatkan resistan transfer uap air pada film. Beeswax
disekresikan oleh lebah madu untuk membangun sisiran
sarangnya. Beeswax diperoleh dengan sentrifugasi madu dari
sisiran sarang tersebut. Kemudian dicairkan dengan air panas dan
uap. Lilin dapat dimurnikan dengan tawas diatomit dan karbon
aktif, di bleach dengan permanganat/bikromat.
3. Plasticizer
Plasticizer didefinisikan sebagai bahan non volatil, bertitik
didih tinggi yang jika ditambahkan pada material lain dapat
merubah sifat fisik dari material tersebut. Penambahan plasticizer
dapat menurunkan kekuatan intermolekuler, meningkatkan
fleksibilitas film dan menurunkan sifat barrier film.
Gliserol dan sorbitol merupakan plasticizer yang efektif
karena memiliki kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen
internal pada ikatan intermolekuler.
Sedang menurut Krotcha (1997) dalam Nugroho, et. al
(2013), edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk
membungkus atau melapisi makanan (coating) atau diletakkan di
antara komponen yang berfungsi sebagai penahan terhadap
transfer massa seperti kadar air, oksigen, lemak, dan cahaya atau
berfungsi sebagai pembawa bahan tambahan pangan.
6
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
2.4. Sagu
Tanaman sagu (Metroxylon spp.) secara taksonomi masuk ke dalam
ordo spadisiflora, famili palmae, genus Metroxylon, spesies Metroxylon spp.
Kata Metroxylon berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metro berarti isi batang dan
xylon yang berarti xylem (Tenda et al., 2009). Menurut Bintoro et al, (2010)
sagu dari genus Metroxylon dapat digolongkan dalam dua golongan besar.
Pertama, sagu yang berbunga atau berbuah dua kali (Pleomanthic) dengan
kandungan pati rendah dan kedua, tanaman sagu yang berbunga atau berbuah
sekali (Hepaxanthic) yang mempunyai kandungan pati tinggi sehingga bernilai
ekonomis untuk diusahakan. Golongan yang pertama terdiri atas spesies
Metroxylon filarae dan Metroxylon elatum, sedang golongan yang kedua terdiri
atas 5 spesies penting yaitu M. rumphii (sagu tuni), M. sagus (sagu molat), M.
siivester (sagu ihur), M. longispinum (sagu makanaru), dan M. microcantum
(sagu rotan). Dari kelima spesies sagu yang memiliki arti ekonomi untuk
diusahakan adalah sagu ihun, tuni dan molat (Karmawati dan Syakir, 2013).
2.4.1. Pati Sagu
Komponen yang paling dominan dalam tanaman sagu adalah pati atau
karbohidrat. Komposisi kimia dalam 100 gram pati sagu dapat dilihat
pada tabel di bawah in
Tabel 2.1 Komposisi Bahan Pati Sagu Setiap 100 g
Komponen
Pati Sagu
Kalori (kal)
353
Protein (g)
0,7
Lemak (g)
0,2
Karbohidrat (g)
84,7
Air (g)
14,0
Fosfor (mg)
13
7
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Komponen
Pati Sagu
Kalsium (mg)
11
Besi (mg)
1,5
Tabel 2.2 Hasil Analisis Kimia Tepung dan Ampas dari Batang Sagu
(genus Metroxxylen, sp)
Bahan
Uji
LIM,
Tepung
1967
Sagu
FAO,
1972
Ampas
dari
Batang
Sagu
LIM,
1967
Kadar
Protein
Air
Kasar
13,2
1,2
0,4
13,1
1,6
13,3
12,2
Lemak
Serat
Abu
BETN
6,2
4,1
88,2
0,5
0,5
97,7
1,9
0,4
6,0
3,0
88,7
3,3
0,3
14,0
5,0
64,6
Kasar
Jalaludin
dkk.,
1970
Sumber: Hasibuan (2009)
tepung sagu mengandung Ca: 11,0 mg; P: 13,0 mg; Fe: 1,5 mg; Vitamin
B: 0,01 mg. Beberapa macam zat gizi yang esensial bagi tubuh manusia
adalah karbohidrat, protein, lemak, beberapa unsur logam dan berbagai
macam vitamin telah tersedia pada sagu (Bambang H. Dan Philipus P
1992, dalam Hasibuan 2009).
2.5. Gliserol
Salah satu alkil trihidrik yang penting adalah gliserol (1, 2, 3
propanatriol) CH2OHCHOHCH2OH. Senyawa ini kebanyakan ditemui hampir
pada semua lemak hewani dan minyak nabati sebagai ester gliserin dari asam
palmitat dan oleat. Gliserol bermanfaat sebagai anti beku dan juga merupakan
suatu senyawa higroskopis sehingga banyak digunakan untuk mencegah
kekeringan pada tembakau, pembuatan parfum, tinta, kosmetik, makanan, dan
minuman lainnya (Austin, 1985 dalam Hasibuan, 2009).
Gliserol merupakan plastisiser yang bersifat hidrofilik, sehingga cocok
untuk bahan pembentukan film yang bersifat hidrofobik seperti pati. Gliserol
dapat meningkatkan penyerapan molekul polar seperti air. Peran gliserol
sebagai platisiser dan konsentrasinya meningkatkan fleksibilitas film. Gliserol
(gliserin) merupakan senyawa poliol sederhana. Tidak berwarna, tidak berbau,
cairan kental yang banyak digunakan dalam formulasi farmasi (Austin, 1985
dalam Sinaga dkk., 2013).
9
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
10
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Alat
Peralatan yang digunakan terdiri atas peralatan pengolahan dan
peralatan untuk analisis. Peralatan yang digunakan pada proses pengolahan
yakni loyang, timbangan, mixer, kompor, wajan, panci stainless steel, pisau
stainless steel, pengaduk kayu, cetakan, gelas plastik, sendok plastik, gelas
ukur plastik dan tapisan. Peralatan yang digunakan untuk analisis yakni
dari gelas ukur, gelas piala, labu ukur, waterbath, thermometer, timbangan,
kaca preparat, plastik mika, sudip, gegep, oven, desikator, kertas saring,
stopwatch, micrometer sekrup dan silica gel.
b. Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah Pati Sagu, Akuades, gliserol,
CMC, Minyak Bunga Matahari, Minyak Sirih/Atsiri
11
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Kisaran Nilai
50-65
20-30
27:73
Bentuk Granula
Elips
20-60
60-72
Proses produksi edible film berbasis pati sagu dengan penambahan anti
mikroba dimulai dengan mendispersikan sebanyak 1 bagian pati sagu dicampur
dengan 10 bagian akuades dan diaduk dengan mixer skala 1 sampai homogen
selama 10 menit, lalu disaring dengan kain saring. Suspensi pati dimasukkan ke
dalam gelas piala 1000 ml dan dipanaskan di atas hot plate sambil diaduk
dengan hand mixer skala 1 sampai mencapai suhu 65oC
, kemudian
13
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Pati Sagu
Ditambahkan
Air
Pengadukan
I dan
Penyaringan
Suspensi Pati
Pemanasan
Ditambahkan
Gliserol dan
CMC
Pengadukan
II
Pendinginan
Ditambahkan
Minyak Bunga
Matahari dan
Sereh
Pencetakan
14
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
IV. PEMBAHASAN
15
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
16
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Tabel 4.1 Aplikasi edible coating anti mikroba untuk memperpanjang masa
simpan produk pangan
Bahan baku
Masa Simpan
Bahan Pagan
Pati Sagu
Paprika
33
Tapioka
Bubuk rempah
Roti Tawar
Tapioka
Kitosan
Kitosan-PVA
Kitosan
Irisan tomat
Melon
21
edible Coating
Alginat
Kitosan
Daging dan
olahan daging
(Hari)
28
17
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
18
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
V. PENUTUP
Dari hasil pembahasan makalah ini tentang pemanfaatan pati sagu sebagai
Biokomposit edible film anti mikroba dengan plastisizer gliserol, maka kesimpulan
dan saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Penambahan minyak atsiri dengan konsentrasi rendah (sampai 0,3%) tidak
memengaruhi permeabilitas uap air (water vapour permeability,WVP),
tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi akan meningkatkan WVP.
2. Kelarutan air dalam film dapat diturunkan dengan menambahkan kitosan ke
dalam komposit edible film.
3. Pengaplikasian edible film dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
pencelupan, pelapisan ataupun penyemprotan yang selanjutnya dikeringkan
dan disimpan.
4. Edible Coating anti mikroba telah banyak diaplikasikan pada buah dan
sayuran seperti, pepaya, apel, melon, stroberi, dan wortel.
5. Edible Coating anti mikroba dapat dimanfaatkan untuk memperpanjang
masa simpan produk pangan.
6. Aplikasi edible coating pada paprika yang dibuat dari pektin, isolat protein
kedelai, dan gliseril monostearat (GMS) dapat memperpanjang masa
simpan paprika selama 2 hari (menjadi 8 hari) pada suhu 28C dan
kelembapan 75-80%.
19
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
7. Pada buah apel aplikasi edible coating yang berbasis polisakarida (alginat
dan gellan) dapat memperpanjang masa simpan irisan segar apel sampai 2
minggu dibanding kontrol, yaitu sampai 23 hari pada 4C.
8. Aplikasi
tawar mampu
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya pengembangan untuk proses pembuatan edible film untuk
menjadi lebih mudah dan efisien, agar dapat diaplikasikan ataupun
digunakan oleh industri rumah berbasis makanan.
2. Pengaplikasian edible coating perlu dikembangkan lagi agar dapat
digunakan pada semua jenis kemasan makanan.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan edible film
berbahan pati sagu dan anti mikroba lainnya agar dapat diketahui proses
dan kualitas produk yang terbaik..
20
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Daftar Pustaka
Anonim. 1992. Dalam Tekno Pagan dan Agroindustri Jurusan Teknologi Pangan
dan Gizi IPB. Vol 1 (12) Halaman: 183-187.
Anonim. Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39812/4/Chapter%20II.pdf
[26 Oktober 2015]
Anonim. Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39194/3/Chapter%20II.pdf
[26 Oktober 2015]
Bintoro, M. H. dkk. 2007. Status Teknologi Sagu. Makalah disampaikan pada
Lokakarya Pengembangan Sagu di Indonesia. Batam, 25-26 Juli 2007.
Budyanto, Ponco dan Joni Kusnadi. 2015. Antibacterial Active Packaging Edible
Film Formulation with Addition Teak (Tectona grandis) Leaf Extract. Dalam
International Journal of Life Sciences Biotechnology and Pharma Research.
Vol 4 (2) Halaman:79-84.
Hasibuan, Machrani. 2009. Pembuatan Film Layak Makan Dari Pati Sagu
Menggunakan Bahan Pengisi Serbuk Batang Sagu, dan Gliserol Sebagai
Plastisiser. Tesis pada Program Studi Ilmu Kimia Universitas Sumatera Utara:
tidak diterbitkan.
Kester, J. and O. Fennema. 1989. Resistance of lipid films to water transmission. J.
Amer. Oil Soc. 66: 1139-1146.
Larotonda, F.D.S., K.N. Matsui, V. Soldi, and J.B. Laurindo. 2004. Biodegradable
films made from raw and acetylated cassava starch. Brazilian Arch. Biol.
Technol. 47: 477-484.
Lin, B., Y. Du, Y. Li, X. Liang, X. Wang, W. Deng, Xi Wang, L. Li, and J.F.
Kennedy. 2010. The effect of moist heat treatment on the characteristic of
starch-based composite materials coating with chitosan. Carbohydrate
Polymers 81: 554559
21
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Lin, D. and Y. Zhao. 2007. Innovations in the development and application of edible
coatings for fresh and minimally processed fruits and vegetables.
Comprehensive Food Sci. Food Safety 6(3): 60-75.
Mali, S., M.V.E. Grossmann, M.A. Garcia, M.N. Martino, and N.E. Zaritzky. 2005.
Micro-structural characterization of yam starch films. J. Carbohydrate
Polymer 50: 379-386.
Nugroho, Agung Adi. dkk. 2013. Kajian Pembuatan Edible Film Tapioka dengan
Pengaruh
Penambahan
Pektin
Beberapa
Kulit
Pisang
Terhadap
22
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.
Sinaga, Loisa Lorensia. dkk. 2013. Karakteristik Edible Film Dari Ekstrak Kacang
Kedelai Dengan Penambahan Tepung Tapioka dan Gliserol Sebagai Bahan
Pengemas Makanan. Dalam Jurnal Teknik Kimia USU. Vol 2 (4) Halaman:
12-16.
Stanescu, V.N., M. Olteanu, M. Florea-Spiroiu E. Pincu, and V. Melzer. 2011
Starch/chitosan film forming hydrogel. Rev. Roum. Chim. 56(8): 827-832.
Syakir, M dan Elna Karmawati. 2013. Potensi Tanaman Sagu (Metroxylon spp.)
Sebagai Bahan Baku Bioenergi. Dalam Perspektif. Vol 12 (2) Halaman: 5764.
Tapia, M.S., M.A. Rojas-Grau, F.J. Rodriguez, J. Ramirez, A. Carmona, and O.
Martin-Belloso. 2007. Alginate- and gellanbased edible films for probiotic
coating on fresh cut fruits. J. Food Sci. 72(4): E 190-196.
Tenda, E. T. dkk. 2009. Sagu Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Halaman: 143-160.
Vsconez, M.B., S.K. Flores, C.A. Campos, J. Alvarado, and L.N. Gerschenson.
2009. Antimicrobial activity and physical properties of chitosan-tapioca
starch based edible films and coatings. Food Res. Intl. 42: 762-769.
Winarti, Christina. dkk. 2012. Teknologi Produksi dan Aplikasi Pengemas Edible
Antimikroba Berbasis Pati. Dalam Jurnal Litbang Pertanian Vol 31 (3)
Halaman: 85-93.
Wirakartakusumah, M.A., A., Apriyantono, M. Maarif, Suliantari, D. Muchtadi,
and Otaka. 1986. Isolation and characterization of sago liquid sugar. Paper
FAO-BPPT, Jakarta.
Yusmarlela. 2009. Studi Pemanfaatan plastisiser Gliserol dalam Film Pati Ubi
dengan Pengisi Serbuk Batang Ubi Kayu. Tesis. Universitas Sumatera Utara,
Medan
23
Oleh Alief Nurtendron, Fadhlan Pratama M., Fajar Riza F., Nurul Izzati H., Puwala Ardhana R.