Anda di halaman 1dari 23

Grafik

Grafik adalah gambaran pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada dengan garis atau
gambar. Grafik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu grafik batang, grafik garis, dan grafik
lingkaran.
1. Grafik Batang adalah lukisan naik turunnya data berupa batang atau balok dan dipakai
untuk menekan kan adanya perbedaan tingkatan atau nilai berupa aspek. Contoh Grafik
Batang :

Grafik Batang Pekerjaan Orang Tua Siswa SMK Negeri 2


2. Grafik Garis adalah lukisan naik turunnya data berupa garis yang di hubungkan dari titiktitik data secara berurutan. Grafik ini di gunakan untuk menggambarkan perkembangan atau
perubahan dari waktu ke waktu.
Contoh Grafik Garis :

grafik pengunjung Perpustakaan SMKN 2


3. Grafik Lingkaran adalah gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk
menggambarkan persentase dari nilai total atau seluruhnya.
Contoh Grafik Lingkaran :

Persentase penganut agama di SMK 9


1. Grafik column (Column chart)
Kegunaannya: untuk menunjukkan perubahan data dalam periode waktu tertentu atau
menggambarkan perbandingan antar beberapa item.
2. Grafik Garis (Line Chart)
Diagram garis adalah penyajian data statistik dengan menggunakan diagram berbentuk
garis lurus. Kegunaannya: Diagram ini biasanya digunakan untuk menyajikan data
statistik yang diperoleh berdasarkan pengamatan dari waktu ke waktu secara
berurutan. Grafik ini juga untuk menggambarkan nilai masing-masing deret data dalam
bentuk garis pada sebuah baris. Fungsinya untuk menunjukkan data pada rentang waktu
tertentu. Sumbu X menunjukkan waktu-waktu pengamatan, sedangkan sumbu Y
menunjukkan nilai data pengamatan untuk suatu waktu tertentu.
3. Grafik Batang (Bar Chart)
Kegunaannya: Grafik batang digunakan untuk membandingkan nilai antar deret dalam
bentuk grafik batang dengan beberapa model (silinder, kerucut, dan piramid) dengan
posisi horizontal. Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 Grafik Batang digunakan
pada piramida penduduk indonesia tahun 2008, presentase penduduk miskin,dan lainlain.
4. Grafik Lingkaran (Pie Chart)
Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar yang
berbentuk lingkaran. Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagian-bagian
atau per persen dari keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, telbih dahulu
ditentukan besarnya persentase tiap objek terhadap
keseluruhan
data
dan besarnya sudut pusat sektor lingkaran. Kegunaannya : Grafik ini digunakan apabila
ingin mendapatkan grafik dalam bentuk kue (lingkaran) dari sebuah deret data tunggal.
Fungsinya menunjukkan bagaimana point data berhubungan dengan keseluruhan data.
Dalam Profil Kesehatan tahun 2008 Pie chart dipakai seperti pada presentase penduduk
yang berobat jalan,penduduk umur 10 tahun keatas menurut kebiasaan merokok,dan
lain-lain.

5. Grafik Area (Area Chart)


Kegunaannya: Grafik ini lebih dikenal dengan grafik atau diagram wilayah, grafik ini
dipilih untuk menggambarkan deret data sebagai garis komulatif dengan tampilan gambar
berbentuk garis yang bertumpuk. Fungsinya untuk menunjukkan perubahan nilai relatif
pada suatu periode waktu. Ada dua pilihan model grafik jenis area, yaitu: model 2
dimensi dengan 3 dimensi yang masing-masing memiliki 3 pilihan jenis lagi.
6. Grafik XY (Scatter Chart)
Kegunaan : menggambarkan pasangan titik (kordinat) sehingga bentuk grafiknya berupa
titik-titik yang tertebar. Fungsinya untuk menunjukkan hubungan antarpoint data dengan
memplot titik pada grafik, biasanya digunakan dalam analisis data ilmiah. Ada 5 jenis
pilihan model grafik jenis ini.
7. Grafik Donat (doughnut Chart)
Kegunaan : untuk menggambarkan nilai deret data yang masing-masing diwakili oleh
sebuah segmen berbentuk cincin.
8. Grafik Radar
Grafik ini menggambarkan nilai deret data menggunakan sumber nilai yang ditarik dari
pusat diagram dan terpisah untuk setiap kategori. Fungsinya menunjukkan perubahan
pada titik pusat.
9. Grafik Vektor (vector Chart)
Garis tiga istirahat menampilkan serangkaian kotak vertical (garis) yang didasarkan pada
perubahan harga. Sebuah garis naik baru diambil jika harga penutupan lebih tinggi dari
yang sebelumnya.jika unjuk rasa atau aksi jual cukup kuat untuk membentuk garis
berurutan dengan arah yang sama,maka harga harus membalikkan oleh harga ekstrem
dari beberapa baris terakhir dalam rangka menciptakan baris baru.biasanya tiga baris
berturut-turut digunakan untuk criteria pembalikan,maka nama tiga istirahat line.seperti
kagi,point,dan gambar,dan renko grafik,diagram jalur tiga istirahat mengabaikan
berlalunya waktu.
10. Grafik Kagi (kagi Chart)
Grafkan sebagai peningkatanik tampilan serangkaian garis vertical untuk
menggambarkan tingkat umum bahasa dari penawaran lihat semuanya dan permintaan
untuk asset tertentu.ketebalan dan arah garais tergantung pada aksi harga. Garis tebal di
ambil saat harga istirahat diatas harga sebelumnya tinggi dan ditafsirkan sebagai
penimgkatan permintaan. Tipis yang digunakan untuk mewakili pasokan meningkat saat
harga turun di bawah rendah sebelumnya.grafik kagi mengabaikan berlalunya terbalik.
11. Grafik Renko
Renko grafik tampilan serangkaian putih dan kotak hitam (batu bata) untuk
menggambarkan pergekrakan harga umum dan pembalikan tren.sebuah grafik renko
dibangun dengan menempatkan batu bata dikolom berikutnya setelah harga melampaui
bagian atas atau bawah dari bata sebelumnya dengan jumlah yang telah ditetapkan. Batau
bata putih digunakan ketika arah trend sudah habis,batu bata hitam digunakan ketika

trend aadalah bawah.semua batu bata adalh sama dalam ukuran. Jenis grafik membantu
trader untuk mengidentifikasi dukungan utama / tingkat perlawanan.
12. Bubble charts (Grafik gelembung)
Data
diatur dalam kolom sehingga nilai-nilai
x
(horizontal)
tercantum pada kolom pertama (kiri) dan nilai-nilai y (vertical) yang sesuai dan nilainilai ukuran gelembung tercantum dalam kolom
yang
berdekatan,
dapat diplot dalam grafik gelembung.
13. Surface charts (Grafik permukaan)
Kegunaannya: ketika kita ingin mencari kombinasi yang optimal dari 2 rangkaian data.
Seperti dalampeta topografi,
warna dan pola menunjukkan daerah
yang
berada dalam kisaran nilai yang sama.
14. Stock charts (Grafik stok)
Kegunaannya: untuk menggambarkan fluktuasi harga stok.
Namun grafik ini juga dapat digunakanuntuk
data
ilmiah. Sebagai contoh,
kita dapat menggunakannya untuk menunjukkan fluktuasi suhu harian.
15. Diagram batang daun
Diagram batang daun dapat diajukan sebagai contoh penyebaran data. Dalam diagram
batang daun,
data
yang
terkumpul diurutkan lebih dulu dari
data
ukuran terkecil sampai dengan ukuran yang terbesar. Diagram ini terdiri dari dua bagian,
yaitu batang dan daun.
Bagian batang memuat angka puluhandanbagiandaun memuat angka satuan.
engertian grafik dan contohnya dilengkapi jenis-jenisnya dapat kamu pahami di artikel ini
Grafik adalah suatu visualisasi table, yang dimana table tersebut berupa angkaangka yang dapat
disajikan ataupun dapat ditampilkan ke dalam bentuk gambar. Atau definisi grafik yang lainnya
yaitu sebagai suatu kombinasi antara angka, huruf, simbol, gambar, lambang, perkataan, lukisan,
yang disajikan satu media untuk memberi konsep maupun ide dari pengirim kepada sasarannya
dalam proses menyampaikan maklumat.
Ada juga pengertian Grafik yang kedua yaitu merupakan suatu rangka untuk membentuk Objek
visualisasi table. Table yang terdiri dari angka-angka dapat disajikan atau dapat ditampilkan ke
dalam bentuk gambar, bisa dalam berbentuk garis, lingkaran, batang dll.
Dan definisi yang ketiga yaitu gambaran dari pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada
dengan garis ataupun gambar. Grafik dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, diantaranya yaitu
grafik: batang, garis, dan lingkaran.
Inilah jenis-jenis grafik dan contohnya :
Grafik batang, atau yang dikenal juga dengan sebutan histogram dipakai untuk menekankan
perbedaan tingkat nilai dan beberapa aspek. Grafik jenis ini merupakan grafik yang paling
sederhana, sangat mudah untuk dipahami dan hanya menggambarkan data dalam bentuk batang.
Panjangnya batang menggambarkan presentase dari data, sedangka lebarnya semuanya

berukuran sama. Tetapi umumnya data yang dapat diperbandingkan tidak terlalu banyak,
maksimalnya hanya delapan data. Untuk lebih memperjelas perbandingan antara batang yang
satu dengan yang lainnya diperlukan warna-warna yang berbeda.

contoh grafik batang


Grafik garis, pada umumnya sering digunakan untuk menggambarkan suatu perkembangan atau
perubahan dari waktu ke waktu.

Contoh grafik garis


Grafik lingkaran yaitu penyajian dari data statistik dengan menggunakan gambar yang berbentuk
lingkaran atau gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk menggambarkan persentase
dari nilai total atau nilai keseluruhan.

Contoh grafiklingkaran
Tujuan pembuatan grafik yaitu untuk menunjukkan perbandingan, informasi yang kualitatif
dengan cepat dan sederhana. Data-data dalam bentuk uraian deskriptif yang ruwet dan juga
kompleks bisa disederhanakan dengan menggunakan grafik. Jadi, jika sebuah grafik sulit dibaca
atau dipahami berarti akan kehilangan manfaatnya yang berharga.
Fungsi grafik yaitu untuk menggambarkan data-data dalam bentuk angka (data kuantitatif)
secara teliti dan menerangkan perkembangan serta perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa
yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Jadi dapat disimpulkan fungsi grafik:
1. Menggambarkan data kuantitatif dengan teliti.
2. Menerangkan perkembangan, perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa yang saling
berhubungan secara singkat dan jelas. Grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip
matematika dengan menggunakan data-data yang komparatif.

Jenis-jenis Grafik Ms Excel Jenis grafik pada MS Excel dapat juga ditemui pada program
aplikasi MS Office lainnya yang juga menyediakan fitur pembuatan grafik. Berikut beberapa
jenis grafik yang terdapat dalam Excel:
1. Column Charts Grafik Kolom digunakan untuk menunjukkan perubahan data dalam
periode waktu tertentu atau menggambarkan perbandingan antar beberapa item. Jenis
grafik itu sering juga disebut diagram batang. Umum digunakan dalam dunia statistik
untuk menampilkan data pertambahan dan perbandingan jumlah penduduk dari waktu kt
waktu.
2. Line Charts Grafik garis dapat menunjukkan data secara terus menerus atau berkelanjutan
selama periode waktu tertentu. Grafik ini sangat ideal untuk menampilkan tren data pada
interval/rentang waktu yang sama.
3. Pie Charts Grafik lingkaran menunjukkan ukuran dari suatu item dalam suatu rangkaian
data, secara proporsional terhadap jumlah dari keseluruhan item. Poin atau nilai dari
item-item tersebut ditunjukkan dalam bentuk presentase dari keseluruhan data (dalam
bentuk satu lingkaran). Biasa digunakan dalam menampilkan data persentase jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dan lain sebagainya.
4. Bar Charts Bar Chart atau grafik baris mirip dengan grafik kolom. Grafik batang
menggambarkan perbandingan antar beberapa item dan merupakan penyajian data
alternatif dari grafik kolom. Dengan menggunakan jenis ini kita dapat menyajikan data
yang maknanya sama dengan grafik kolom yaitu dengan menukar letak variabel dari
sumbu
x
menjadi
sumbu
y
dan
sebaliknya.
5. Area Charts Grafik bidang menekankan besarnya perubahan dari waktu ke waktu. Grafik
ini dapat digunakan untuk menggambar grafik hubungan kecepatan dan waktu pada gerak
lurus, area yang terbentuk merupakan besar perpindahan.

6. XY Scatter XY scatter umum digunakan untuk menggambar grafik. Grafik ini


menunjukkan hubungan antara nilai-nilai variabel sumbu x dengan nilai-nilai variabel
sumbu y. Grafik ini dapat kita gunakan untuk menggambar grafik linear misalnya grafik
tegangan versus kuat arus dan lain sebagainya.
7. Stock Charts Grafik stok banyak digunakan untuk menggambarkan fluktuasi harga stok.
Namun grafik ini juga dapat digunakan untuk data ilmiah. Sebagai contoh, kita dapat
menggunakannya untuk menunjukkan fluktuasi suhu harian di suatu daerah.
8. Surface Charts Grafik permukaan sangat berguna ketika kita ingin mencari kombinasi
yang optimal dari 2 rangkaian data. Seperti dalam peta topografi, warna dan pola
menunjukkan daerah yang berada dalam kisaran nilai yang sama.
9. Radar Grafik radar membandingkan nilai keseluruhan dari sejumlah rangkaian data.
10. Combo Combo merupakan grafik kombinasi dari beberapa jenis grafik sekaligus
misalnya mengkombinasikan grafik kolom dengan grafik garis dan lain sebagainya.

Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut
dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks pendekatan deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Contoh Deduktif : jika meneliti konsumsi rumah tangga untuk minyak, maka sebelum turun ke
lapangan yang dipersiapkan adalah teori konsumsi, permintaan dan penawaran barang,
dll. pertanyaan yang akan diajukan sudah jelas dan hampir baku, sampelnya jelas, dll. artinya
sudah disiapkan semua tinggal cari data.
Pendekatan Induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil
pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat
umum. Dalam hal ini pendekatan induktif merupakan kebalikan dari pendekatan deduktif. Untuk
turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi
cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari
suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan
dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat
mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Contoh Induktif : bisa jadi langsung ke lapangan untuk wawancara secara mengalir (contoh
penelitian tentang konflik pilkada di desa X) artinya tidak perlu pakai kuesioner tapi tetapi
menggunakan interview guide dan biasanya jenis pertanyaan terbuka dan di lapangan bisa
berkembang. Kedua pendekatan tersebut di atas (pendekatan deduktif dan induktif), seolah-olah
merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat
dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau
kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka
kita sedang mengandaikan teori (Heru Nugroho; 2001: 69-70). Dengan demikian, untuk
mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua pendekatan tersebut dapat digunakan secara bersamasama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang
menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

Berpikir kritis adalah berfikir refleksi yang beralasan dan di arahkan untuk menentukan apa
yang dapat dipercaya atau diperbuat. Pemikir kritis berusaha untuk menyadari penyimpanganpenyimpangan pemikirannya agar menjadi obyektif dan logis. Berpikir kritis digunakan untuk
memperjelas atau mengklarifikasi fakta atau informasi. Keterampilan-keterampilan berpikir
seperti menganalisis dan mensintesis merupakan keterampilan berpikir kritis (Darliana, 2000).
Berpikir kritis adalah berpikir berdasarkan pengetahuan yang sesuai dan dapat dipercaya, atau
cara berpikir yang beralasan, dapat digambarkan, bertanggung jawab dan mahir. Dalam
pengertian ini seorang dikatakan berpikir kritis bila menanyakan suatu hal dan mencari informasi
dengan tepat. Kemudian informasi tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah dan
mengelolanya secara logis, efisien, dan kreatif, sehingga dapat membuat kesimpulan yang dapat
diterima oleh akal. Selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk memecahkan masalah yang
di hadapi dengan tepat berdasarkan analisis informasi dan pengetahuan yang di milikinya.
Seseorang yang berpikiran kritis memiliki karakter khusus yang dapat di identifikasi dengan
melihat bagaimana seseorang tersebut dalam menyikapi sebuah masalah, informasi atau
argumen. Seorang pemikir kritis memiliki karakteristik berikut:
a.

Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat
terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek
terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang di anggapnya baik.

b.

Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana
maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen
dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi,
keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika
yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c.

Argumen (argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir
kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

d.

Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)


Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan
meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

e.

Sudut pandang (point of view)


Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan
konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena
dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f.

Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)


Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan
meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan
mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
http://re-searchengines.com/1007arief3.html berpikir kritis

Berpikir Kreatif adalah kemampuan untuk membentuk kombinasi gagasan baru untuk
memenuhi suatu keperluan atau untuk memperoleh hasil yang asli dan sesuai dengan pokok
pertanyaan. Berpikir kreatif digunakan untuk membentuk gagasan baru suatu fakta atau
informasi. Keterampilan-keterampilan berpikir seperti menginfer (menduga suatu yang
bersembunyi/tidak teramati), memprediksi dan mengolaborasi (seperti membuat contoh atau
analogi) merupakan keterampilan kreatif (Darliana, 2000).

Berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi yang tersedia,
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya
adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Secara operasional, kreatifitas
dapat di rumuskan dengan kemampuan berpikir atau memberi gagasan secara lancar, lentur dan
orisinil, serta mampu mengolaborasi suatu gagasan. Kelancaran dalam berpikir disini adalah
kemampuan dalam penyampaian gagasan secara cepat. Sedangkan kelenturan (fleksebilitas)
adalah mampu memberikan gagasan yang beragam dan bebas. Orisinalitas dalam berpikir adalah
kemampuan untuk memberikan gagasan yang secara statistik unik dan langka untuk populasi
tertentu dan kemampuan untuk melihat hubungan atau kombinasi-kombinasi baru antara macammacam unsur atau bagian. Sedangkan kemampuan mengolaborasi adalah kemampuan untuk
mengembangkan, merinci dan memperkaya suatu gagasan. Hal yang sering terjadi ketika peserta
didik harus mengambil keputusan adalah menggunakan informasi yang ia miliki, untuk
meramalkan suatu keadaan mendatang yang belum terjadi kecuali pemikiran atau prediksinya
benar. Itu hanya sebatas ada dalam angan-angan dan imajinasi mereka. Hasil akhir dari
mendesain harus di asumsikan sebelum cara-cara mencapainya (pemecahan masalah) di peroleh.
Adapun Ciri-ciri dari berpikir kreatif yaitu:
1.

Dorongan ingin tahu besar

2.

Sering mengajukan pertanyaan yang baik

3.

Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

4.

Bebas dalam menyatakan pendapat

5.

Mempunyai rasa keindahan

6.

Menonjol dalam salah satu bidang seni

7.

Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh
orang lain.

8.

Rasa humor tinggi

9.

Daya imajinasi kuat

10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya;
dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak
lain)
11. Dapat bekerja sendiri

12. Senang mencoba hal-hal baru


13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)

Banyak praktek pembelajaran yang dilakukan guru dewasa ini tidak membiasakan siswa untuk
mendapatkan sendiri pengetahannya, proses komunikasi hanya terjadi satu arah saja yaitu dari
guru ke siswa, guru mengangap bahwa siswa adalah sebuah ember kosong yang harus diisi
dengan sesuatu yang penting yakni materi pembelajaran yang sudah terencana sejak awal, bagi
guru penguasaan materi lebih penting dari pada mengembangkan kemampuan berpikir. Dampak
dari kondisi pembelajaran yang seperti ini menyebabkan siswa tidak memiliki minat dan
motivasi dalam belajar, pembelajaran membosankan, kreativitas mereka terbelenggu, mereka
tidak dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar mereka.
Pada dasarnya pendidikan adalah bagaimana membangun gagasan dan emosi manusia
secara terus-menerus, yang berimplikasi pada perubahan kesadaran manusia yang juga
berlangsung tanpa henti sehingga menyebabkan terciptanya karakter khusus bagi proses
pendidikan. Joyce, Weil, dan Calhoun (2011: 6-7) mengemukakan bahwa pembelajaran yang
baik adalah pembelajaran yang merangkul pengalaman belajar tanpa batas tentang bagaimana
gagasan dan emosi berinteraksi dengan suasana kelas dan bagaimana keduanya dapat berubah
sesuai dengan suasana kelas yang juga terus berubah. Cara guru menerapkan suatu pembelajaran
akan
berpengaruh
besar
terhadap
kemampuan
siswa
dalam
mendapatkan
pengetahuan. Demikian halnya dengan Swennen dan Marcel (2009: 134) mengemukakan bahwa
belajar merupakan proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti sifatsifat individu pembelajar, kemampuan guru, bahan ajar dan kualitas interaksi antara guru dan
siswa. Selanjutnya Suparman (2012: 6) mengemukakan bahwa pembelajaran harus berorientasi
pada siswa, artinya diselenggarakan untuk kebutuhannya, disesuaikan dengan karakteristiknya,
dan diutamakan mengaktifkan dirinya selama proses pembelajaran berlangsung. Pendapat
beberapa pakar di atas mengindikasikan bahwa tujuan dari keseluruhan proses pembelajaran
adalah melibatkan mental siswa ke dalam berbagai pengalaman belajar yang sengaja diciptakan
oleh guru. Pengalaman belajar sebagai sebuah kondisi yang sengaja diciptakan, juga harus dapat
mendukung siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Keberhasilan proses pembelajaran siswa dapat disebabkan oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal antara lain berkaitan dengan kemampuan siswa memahami konsep,
minat, motivasi, sikap terhadap mata pelajaran, gaya belajar, kemampuan awal yang dimiliki
siswa, dan kreativitas. Sedangkan faktor eksternal antara lain kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, kualitas bahan ajar, metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang
digunakan, media pembelajaran, lingkungan belajar, alokasi waktu, dan manajemen. Namun
dari beberapa faktor tersebut di atas menarik untuk dikaji faktor yang disebabkan oleh proses
pembelajaran, khususnya pendekatan pembelajaran, karakteristik individu/siswa, dan
sejauhmana interaksi antara guru dan siswa sebagai suatu kondisi yang sengaja diciptakan.
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara teoritis sekaligus menjawab pertanyaan
tentang bagaimanakah langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik?, sejauhmana
kecenderungan berpikir divergent seorang siswa mempengaruhi hasil belajar? dan bagaimanakah
model interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Belajar
Para psikolog dan peneliti telah mengemukakan banyak teori untuk menjelaskan bagaimana
individu belajar. Namun tidak ada satu definisi belajar yang diterima secara universal. Mereka
memiliki padangan yang berbeda-beda tentang penyebab, proses, dan akibat dari belajar.
Sementara itu, teori belajar telah mengalami perubahan mendasar, berkembang dari
behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Perubahan inilah yang menjadi dasar para
peneliti dalam mengembangkan pembelajaran.
Menurut Gagne (1977: 3) Learning is a change human disposition or capability, which persist
over a period of time, and which is not simply ascribable to processes of growth. Menurutnya
belajar ialah perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang berlangsung selama satu
masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Lebih lanjut Gagne
mengemukakan bahwa perubahan yang terjadi pada belajar adalah berupa perubahan tingkah
laku dengan inferensi sebelum individu ditempatkan dalam situasi belajar, ataupun perubahan
berupa peningkatan kapabilitas, dan juga perubahan pada sikap, minat dan nilai. Perubahan yang
dimaksudkan di atas harus dapat bertahan lama dan akhirnya perubahan itu bukan disebabkan
oleh pertumbuhan fisik seperti tinggi badan atau perkembangan otot melalui latihan.
Driscoll seperti yang dikutip Reiser dan Dempsey (2012: 36); Smaldino, Lowther dan Russel
(2011: 11) mendefinisikan belajar sebagai konsekuensi dari perubahan kemampuan yang berasal
dari pengalaman dan interaksi pemelajar dengan dunia. Sementara menurut Dale (2012: 39),

belajar merupakan perubahan perilaku atau perubahan dalam kapasitas perilaku dengan cara
tertentu yang bertahan lama, perubahan yang dimaksud dihasilkan dari praktek atau bentukbentuk pengalaman lainnya. Definisi ini mengindikasikan tiga kriteria yang harus dipenuhi oleh
belajar yakni: (1) perubahan perilaku, artinya seseorang dikatakan belajar ketika mereka mampu
melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda; (2) perubahan perilaku itu bertahan lama seiring
dengan waktu. Perubahan perilaku yang sifatnya sementara (pengaruh alkohol atau obat-obatan)
bukan merupakan perubahan perilaku yang dimaksud, karena jika pengaruh obat-obatan atau
alkohol hilang, perilakunya akan kembali ke keadaan semula; (3) perubahan perilaku terjadi
melalui pengalaman seperti melakukan kegiatan praktek dari mengamati orang lain, sementara
perubahan perilaku yang disebabkan oleh perubahan sifat fisik tidak termasuk dalam kriteria
belajar.
Richey, Klein dan Tracey (2011: 61) mengemukakan bahwa Learning is the relatively
permanent change in a persons knowledge or behavior due to experience. This definition has
three components: (1) the duration of the change is long-term rather than short-term; (2) the
locus of the change is the content and structure of knowledge in memory or the behavior of the
learner; (3) the cause of the change is the learners experience in the environment rather than
fatigue, motivation, drugs, physical condition, or psychological intervention. Belajar adalah
perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan atau perilaku seseorang karena
pengalaman. Definisi ini memiliki tiga komponen yakni: (a) durasi dari perubahan tersebut
adalah jangka panjang; (b) lokusperubahan adalah isi dan struktur pengetahuan dalam memori
atau perilaku siswa; (c) penyebab perubahan disebabkan oleh pengalaman dan lingkungan siswa.
Snelbecker (1974: 11-15) menyimpulkan bahwa belajar adalah kemampuan suatu organisme
untuk tampil dengan cara yang berbeda dari cara sebelumnya. Menurutnya belajar harus mampu
menjelaskan perubahan perilaku sebagai hasil dari belajar dari yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks dan perilaku tersebut tidak dimodifikasi atau dikendalikan oleh organisme
atau oleh agen eksternal lain.
Pendekatan Pembelajaran
Sanjaya (2006: 127) mengemukakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap pembelajaran. Istilah ini merujuk kepada cara pandang tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Sejalan
dengan itu Sani (2013: 91) berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran adalah sekumpulan
asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
merupakan sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran secara umum berdasarkan teori
tertentu yang kemudian mendasari pemilihan strategi dan metode pembelajaran. Pendapat diatas

menjelaskan bahwa pendekatan dalam pembelajaran merupakan cara pandang tentang


bagaimana terjadinya proses pembelajaran, yang menjadi landasan bagi guru dalam memilih
metode dan strategi penyampaiannya.
Roy Killen (2009: 116-117) mengemukakan dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang
berpusat pada siswa (student-teacher centred). Demikian halnya Edward Anthony (1963: 63-67)
menjelaskan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi korelatif yang berhubungan dengan
sifat pengajaran dan pembelajaran. Sebuah pendekatan aksiomatikyang menggambarkan sifat
materi pelajaran yang akan diajarkan. Selanjutnya Corcoran dan Silander (2009: 165)
mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran ditandai dengan keteraturan tertentu dalam cara
di mana guru dan siswa berinteraksi satu sama lain dan dengan bahan ajar yang dapat
digambarkan, dievaluasi, dan direplikasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pendekatan
pembelajaran yang baik harus mempertimbangkan partisipasi, ketekunan, dan kesuksesan dalam
akademis siswa pada umumnya.
Dilihat dari perspektif teknologi pendidikan, pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan
komponen-komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yakni mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Memandang pembelajaran sebagai sebuah sistem
dikenal dengan istilah pendekatan sistem (system approach). Miarso (2009: 528-529)
mencontohkan pendekatan sistem yang paling sederhana yang dikemukakan oleh Briggs yang
disebut three anchor points dan Kaufman yang disebut system analysis steps. Pendekatan itu
meliputi tiga konsep dasar yakni: (1) adanya arah serta tujuan yang ingin dicapai; (2) dengan
merumuskan strategi, teknik, media; (3) menentukan ukuran/kriteria keberhasilan. Selanjutnya
Reigeluth dan Merril (1983: 18) mengatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran yang didasari teori pembelajaran yang bersifat preskriptif, yaitu teori yang
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah belajar. Mereka mengidentifikasi tiga
variabel yang harus di masukkan dalam kerangka teori instruksional yaitu variabel kondisi,
metode, dan hasil belajar. Kerangka teorinya seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka teori pembelajaran


Berdasarkan kerangka teori tersebut setiap metode pembelajaran harus mengandung
rumusan pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan,
dengan tidak mengesampingkan tujuan belajar, hambatan belajar, karakteristik siswa, agar dapat
diperoleh efektifitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Kata Saintifik berasal dari kata dasar Science dan berasal dari bahasa Latin scientia, yang
berarti pengetahuan. Menurut Webster New Collegiate Dictionary, definisi science adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui studi atau praktek, atau pengetahuan meliputi kebenaran
umum yang dilandasi beberapa aturan umum, yang diperoleh dan diuji melalui metode ilmiah
dan berkaitan dengan alam. Elemen dasar dari ilmu pengetahuan adalah bagaimana mengetahui
dan menjelaskan tentang alam ini. Menurut Bybee (2006: 2-3) bahwa pengetahuan ilmiah harus
didasarkan oleh pengamatan dan data eksperimen, artinya bahwa penjelasan tentang fenomena
yang terjadi harus dibuktikan dengan data empiris. Beberapa literatur menjelaskan bahwa ilmu
pengetahuan dimulai dengan pengamatan, selanjutnya berdasarkan pengamatan mereka
menyatakan hipotesis, biasanya dinyatakan dengan bentuk proposisi jikamaka artinya
hipotesis tersebut memiliki kualitas prediksi yang bisa dikonfirmasi melalui pengamatan lebih
lanjut melalui eksperimentasi. Jika pengamatan atau percobaan mengkonfirmasi prediksi,
hipotesis bertahan dan investigasi terus berlanjut. Lebih lanjut mereka menjelaskan bahwa tidak
ada kesepakatan umum tentang metode atau cara para ilmuwan melakukannya, namun sebuah
metode ilmiah perpegang pada hukum bahwa pemerolehan pengetahuan ilmiah harus logis,
obyektif, dan imparsial. Mereka juga sepakat bahwa dalam menjelaskan dan memahami

fenomena, menggunakan penalaran, data empiris, menghindari prasangka, dan menyajikan


penjelasan sebagai proses ilmiah.
Semiawan (2007: 4) mengemukakan bahwa pengetahuan memiliki tiga ciri yang harus dimiliki
untuk bisa disebut ilmu pengetahuan. Pertama, dasar pembenaran, artinya pemerolehan
pengetahuan tersebut menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan derajat
kepastian sebesar mungkin. Pernyataan harus diarahkan pada dua cara berpikir ilmiah yakni
berpikir deduktif dan induktif; kedua, sistematis artinya susunan pengetahuan didasarkan pada
penyelidikan ilmiah yang terencana, teratur, dan terarah, sistemik menunjuk pada adanya
hubungan yang merupakan suatu kebulatan melalui komparasi dan generalisasi, dan ketiga, sifat
intersubyektif ilmu artinya pengetahuan ilmiah tidak didasarkan atas intuisi dan sifat subyektif
seseorang, namun adanya kesepakatan dan pengakuan akan adanya kebenaran. Dengan kata lain
pendekatan ilmiah adalah proses berpikir dimana kita bergerak secara induktif dari pengamatan
menuju pembentukan hipotesis dan kemudian berbalik secara deduktif membuat verifikasi atas
hipotesis kita tadi pada penerapan logis.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmiah, syarat yang harus dipenuhi pengetahuan agar
dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah.Menurut
Abruscato (1992: 6), Pengetahuan merujuk pada sebuah proses dimana kita memperoleh dan
mengumpulkan informasi secara sistematis tentang alam disekitar kita, ditandai dengan nilainilai dan sikap yang dimiliki oleh orang-orang yang menggunakan proses ilmiah untuk
mengumpulkan pengetahuan. Pendekatan ilmiah merupakan gabungan antara penalaran induktif
dan penalaran deduktif, Kerlinger (1986: 37) memberi definisi pendekatan ilmiah sebagai
penyelidikan yang sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomena-fenomena alami
dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang dikira terdapat antara
fenomena itu.
Dalam pengajaran tradisional guru melibatkan para siswa dalam serangkaian tugas yang tidak
memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang
bagaimana membangun argumentasi ilmiah yang meyakinkan melalui pengumpulan bukti-bukti.
Pemerolehan pengetahuan harus dibangun melalui pengalaman hidup, khususnya melalui
partisipasi dan interaksi dengan orang lain dalam kegiatan yang berarti. Guru perlu melibatkan
siswa dalam kegiatan pembelajaran di mana mereka benar-benar melakukan sendiri dengan
pengalaman-pengalaman yang diciptakan guru.
Berkaitan dengan proses belajar penemuan, Bruner dalam Dale (2012: 372-371) mengemukakan
bahwa belajar menemukan mengacu pada penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa proses belajar penemuan melibatkan perumusan dan pengujian
hipotesis-hipotesis, bukan sekedar membaca dan mendengarkan guru menerangkan. Penemuan

adalah sebuah tipe penalaran induktif karena siswa mengamati dan mempelajari contoh spesifik
kemudian merumuskan aturan-aturan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip umumnya. Belajar
menemukan juga dikenal sebagai pembelajaran berbasis masalah, penelitian, eksperiensial, dan
konstruktivis. Selanjutnya menurut Carin dan Sund (1989: 11), penyelidikan ilmiah
didefinisikan sebagai cara mencari kebenaran dan pengetahuan. Agar pengetahuan tersebut
ilmiah dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, dan melakukan
penyelidikan yang berhubungan dengan permasalahan. Kata kunci dalam melakukan proses
penyelidikan menurut mereka adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang signifikan,
membentuk perilaku yang diarahkan pada sikap ilmiah dengan menggunakan metode-metode
tertentu yang sering disebut scientific processes.
Suchman seperti yang dikutip Joyce, Weil, dan Calhoun (2009: 213-214), mengemukakan bahwa
pembelajaran melalui penyelidikan ilmiah dapat mengantarkan siswa pada kebiasaan melakukan
strategi-strategi, nilai-nilai, sikap dan keterampilan seperti mengobservasi, mengumpulkan dan
mengolah data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis,
serta menarik kesimpulan. Dengan melakukan pembelajaran yang mengacu pada proses ilmiah
juga menjadikan pembelajaran lebih aktif, mandiri, serta membiasakan siswa untuk berpikir
logis.
Berpikir Divergen
Spector (2012: 100) memberikan saran bahwa satu hal yang patut dipertimbangkan bagi seorang
guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran adalah pentingnya mengetahui karakteristik
siswa, tujuannya adalah untuk mengetahui lebih awal dukungan yang paling mungkin dan
relevan untuk diberikan. Salah satu cara mengetahui karakteristik siswa yang memiliki implikasi
terhadap perencanaan pembelajaran adalah gaya berpikir siswa. Demikian halnya dengan Elliott,
et. el. (2000: 294-295), mengemukakan bahwa menyadari pentingnya mengidentifikasi dan
menggunakan pengetahuan tentang gaya berpikir di dalam kelas, seorang guru dapat memperluas
teknik mengajar sekaligus mengakomodasi karakteristik siswa. Sementara itu Santrock (2009: 7)
menjelaskan bahwa berpikir melibatkan kegiatan memanipulasi dan mentransformasi informasi
dalam memori untuk membentuk konsep, menalar, membuat keputusan, dan memecahkan
masalah. Seorang anak misalnya mampu berpikir mengenai hal-hal konkret, memikirkan subyek
yang abstrak, mereka juga dapat berpikir mengenai masa lampau dan membayangkan masa
depan, dan juga berpikir mengenai kenyataan dan fantasi.
Istilah gaya berpikir menurut Witkin dalam Riding dan Rayner (2012: 15) is understood to be
an individuals preferred and habitual approach to organising and representing
information. Menurutnya gaya berpikir adalah pendekatan yang dipilih seseorang dalam

mengatur dan mengolah informasi. Pendapat lain tentang gaya berpikir juga dikemukakan oleh
Miller dalam Zang (2006: 99), menurutnya gaya berpikir adalah perbedaan individu dalam
pemrosesan informasi. Pemrosesan informasi sebagai proses kognitif menurutnya terdiri dari tiga
komponen yiatu persepsi, memori, dan berpikir. Selanjutnya Messick (1996: 9) mengemukakan
bahwa Gaya berpikir biasanya dikonseptualisasikan sebagai karakteristik individu dalam
mempersepsi, mengingat, berpikir, dan penilaian reflektif dari keteraturan pemrosesan informasi.
Gaya berpikir adalah perbedaan individu dalam cara pengorganisasian atau pengolahan informasi
dan pengalaman. Demikian halnya dengan Sternberg (1997: 134) mengemukakan bahwa istilah
gaya berpikir mengacu pada cara individu memproses informasi dalam melakukan pemecahan
masalah.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa gaya berpikir adalah
kecenderungan seseorang dalam merespon dan mengolah informasi untuk menyelesaikan tugastugas yang dibebankan kepadanya. Dalam konteks pembelajaran gaya berpikir adalah cara siswa
dalam menyesuaikan respon informasi kemudian menghubungkan dengan kemampuan yang ada
dalam dirinya untuk untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
Guilford seperti yang dikutip De Cecco (1968: 455) mengemukakan bahwa aspek yang khas
dari kreativitas adalah berpikir divergent dengan kemampuan memberikan beragam respon untuk
satu permasalahan yang diberikan. Selanjutnya Munandar (1999: 91) mengemukakan bahwa
berpikir divergen identik dengan kreativitas yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir
lancar, lentur, orisinal, dan terperinci. Pola berpikir divergen adalah memberikan bermacammacam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada
keragaman kuantitas dan kesesuaian. Guilford menguraikan teori tentang bagaimana berpikir
kreatif bekerja, dan menggunakan pengujian kecerdasan sebagai panduan, kemudian
mengusulkan serangkaian tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif
serta mengidentifikasi individu yang memiliki potensi kreatif. Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa
orang-orang kreatif adalah mereka yang sensitif terhadap masalah, fasih dalam pemikiran dan
ekspresi serta fleksibel (spontan dan mudah beradaptasi) dengan pemecahan masalah baru.
Menurut Kolb dalam Reid (1995: 58), individu dengan gaya berpikir divergen memiliki dua
kecenderungan berpikir yakni mereka lebih suka melibatkan diri sepenuhnya dalam suatu
pengalaman baru (concrete experience), dan mereka lebih suka mengobservasi dan merefleksi
atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi (reflection observation). Kekuatan mereka
terletak pada kemampuan imajinasi. Mereka suka memandang sesuatu dari berbagai segi dan
menjalin berbagai hubungan menjadi satu keseluruhan yang bulat. Mereka mampu melahirkan
berbagai ide baru dan terampil dalam brainstorming. Salah satu komponen penting dari

kreativitas adalah kemampuan untuk melihat permasalahan dilingkungannya. Sebagai contoh,


jika dua orang menggunakan alat yang sama dan salah seorang diantara mereka tidak puas
dengan kinerja alat yang digunakannya, ia mungkin mencoba untuk membuat inovasi yang lebih
baik dari fungsi sebelumnya, dengan demikian orang itu telah menunjukkan kepekaan terhadap
masalah, yang mungkin diperlukan untuk mengatur proses kreatif sehingga Ia melakukan
tindakan. Seseorang yang tidak memiliki kemampuan melihat masalah berkaitan denga alat yang
digunakannya, tidak akan memiliki kesempatan untuk menciptakan sesuatu (Weisberg, 2006: 9597).
Menurut Santrock (2009: 21) berpikir divergent adalah pemikiran dengan tujuan menghasilkan
banyak jawaban terhadap pertanyaan yang sama sebagai karakteristik dari kreatifitas. Wolkflok
(2004: 21) menegaskan bahwa berpikir divergen adalah kemampuan untuk mengusulkan bayak
ide atau jawaban yang berbeda. Selanjutnya Sattler seperti yang dikutip Woolflok bahwa ciri
siswa yang memiliki gaya berpikir divergen adalah mereka memiliki rasa ingin tahu, konsentrasi
tinggi, adaptibilitas, memiliki energy yang tinggi, humoris, independensi, memiliki ketertarikan
pada
hal-hal
kompleks
dan
misterius,
tidak
menoleransi
kebosanan
dan inventiveness. Selanjutnya Nevid (2012: 235) mengemukakan bahwa berpikir divergen
adalah the wellspring of invention; it is the ability to conceive of new ways of viewing situations
and new uses for familiar object. Menurutnya berpikir divergen adalah sumber penemuan,
individu yang berpikir divergen memiliki kemampuan untuk memahami dan melihat situasi
dalam cara yang berbeda pada objek yang dikenal.
Menurut Eggen & Kauchak (2007: 150); Cohean & Swerdlik (2010: 342); Kauffman, Plucker
dan Baer (2008: 18), bahwa berpikir divergen memiliki empat dimensi yakni: kefasihan
(fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide-ide yang relevan dengan masalah,
fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan untuk menghasilkan perspektif baru dari berbagai
sudut pandang, orisinalitas (originality) adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan
berbeda, tidak seperti yang dipikirkan orang lain, elaborasi (elaboration) kemampuan
menambahkan aneka kekayaan atau sebuah detail dalam penjelasan lisan atau tampilan
bergambar. Sebagai contoh, jika seseorang sedang merencanakan acara sosial di sebuah restoran
untuk merayakan acara khusus, dia mungkin membuat banyak daftar lokasi restoran yang
mungkin bisa dijadikan rujukan (kefasihan tinggi), daftar yang mencakup restoran yang tidak
diketahui dan tidak pernah dipikirkan oleh teman-temannya (orisinalitas tinggi), daftar dengan
berbagai jenis restoran (fleksibilitas yang tinggi), daftar restoran tersebut tidak hanya berada
dalam satu wilayah tetapi mungkin berada di daerah (elaborasi tinggi).
METODE
Penelitian ini bertujuan mengkaji keterkaitan antara konsep teoritis pendekatan
pembelajaran saintifik, dan gaya berpikir divergen dihubungkan dengan interaksi guru dan siswa

dalam pembelajaran, sehingga metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka. Dalam
tulisan ini penulis menganalisis sekaligus mengkomparasi kajian tentang pendekatan
saintifik atau metode ilmiah dari beberapa ahli dengan berbagai macam tahapan yang berbeda
untuk disintesis sehingga dihasilkan satu tahapan yang merupakan kolaborasi dari beberapa
pendapat yang nantinya menjadi konsep tersendiri.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Belajar merupakan sebuah proses mental yang kompleks, dimana didalamnya terjadi perubahan
perilaku individu berdasarkan pengalaman dan cenderung bertahan lama. Perubahan perilaku
dapat diartikan sebagai pemerolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan perilaku
dari individu tersebut harus bisa terukur untuk memastikan adanya perubahan perilaku belajar
dan bukan perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan fisik. Perubahan perilaku dalam
disposisi manusia atau kapabilitas yang berlangsung selama satu masa waktu tersebut tidak
semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan yang terjadi adalah berupa
perubahan tingkah laku denganinferensi sebelum individu ditempatkan dalam situasi belajar.
Ada dua kata kunci dari konsep yang telah dikemukakan di atas yakni bahwa belajar
membutuhkan pengalaman langsung oleh individu yang mengalami belajar dan adanya
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses pembelajaran. Oleh karena itu pendekatan
pembelajaran yang harusnya dipilih oleh guru dalam mengajar adalah pendekatan yang
berorientasi pada siswa (student- center).
Pendekatan pembelajaran dipandang sebagai titik awal dalam merencanakan sebuah
proses pembelajaran secara umum yang dilandasi teori pembelajaran dengan melibatkan
seperangkat asumsi serta karakteristik kondisi pembelajaran. Ketepatan dalam memilih
pendekatan yang sesuai dapat memberikan arah yang jelas terhadap proses pengajaran.
Disamping itu, guru dapat merancang dan menetapkan aturan atau prinsip umum sehingga
pembelajaran berjalan sesuai yang diinginkan. Pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi
antara guru, siswa, lingkungan belajar serta konten pembelajaran. Oleh karena itu guru sebagai
fasilitator seyogyanya memiliki upaya yang lebih komprehensif dalam rangka menciptakan
lingkungan belajar yang sebaik-baiknya bagi siswa. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang
tepat tidak sekedar memberikan arah yang jelas terhadap proses pengajaran tetapi juga dapat
menjamin pembelajaran menunjukkan hasil seperti yang diinginkan. Pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran dapat mengantarkan siswa pada kebiasaan melakukan strategi-strategi,
nilai-nilai, sikap dan keterampilan seperti mengobservasi, mengumpulkan dan mengolah data,
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, serta menarik
kesimpulan. Kegiatan pembelajaran yang demikian dapat menciptakan pembelajaran yang lebih

aktif, kolaboratif, serta membiasakan siswa untuk menyelesaikan masalah dengan beragam
solusi.
Berpikir divergen adalah kemampuan seseorang dalam merespon dan mengeksplorasi informasi
dengan menghasilkan berbagai solusi jawaban dalam menyelesaikan suatu masalah, ciri orang
yang memiliki gaya berpikir seperti ini adalah memiliki rasa ingin tahu, konsentrasi tinggi,
mudah beradaptasi, selalu bersemangat, kelihatan ceria, percaya diri, tertarik pada hal yang
kompleks dan misterius, tidak menoleransi kebosanan dan berdaya cipta (kreatif). Dalam
pembelajaran kadang-kadang siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan
mensintesis seperti menunjukkan kemampuan untuk merakit bagian-bagian menjadi satu
kesatuan yang baru, merumuskan hipotesis baru atau rencana aksi, dan membangun solusi untuk
masalah yang tidak diketahui. Banyak proses sintesis melibatkan berpikir divergen yang
memiliki kemampuan melakukan eksplorasi ke berbagai arah. Iindividu dengan gaya berpikir
divergen memiliki dua kecenderungan berpikir yakni mereka lebih suka melibatkan diri
sepenuhnya dalam suatu pengalaman baru (concrete experience), dan mereka lebih suka
mengobservasi dan merefleksi atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi (reflection
observation).
Langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik divisualisasikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik


Sintaks model interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran saintifik diperlihatkan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Model Interaksi Guru dan Siswa dalam pembelajaran Saintifik

KESIMPULAN
Pembejaran dengan pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang mengacu pada proses
pemerolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap berdasarkan metode ilmiah. Dengan kata lain
bahwa siswa diarahkan untuk mengkonstruksi atau menemukan sendiri pengetahuannya.
Pendekatan saintifik dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, dan
melakukan penyelidikan yang berhubungan dengan permasalahan. Kata kunci dalam melakukan
proses penyelidikan adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang signifikan, membentuk
perilaku yang diarahkan pada sikap ilmiah dengan menggunakan metode-metode tertentu, dalam
melakukan penyeledikan terkait permasalahan yang diajukan dibutuhkan kreativitas tinggi dalam
mengeksplorasi lingkungan pembelajaran. Berpikir divergen sebagai kemampuan seseorang
dalam merespon dan memproses informasi untuk mengembangkan ide-ide dengan menemukan
berbagai solusi alternatif untuk menyelesaikan satu permasalahan, identik dengan ciri berpikir
kreatif. Individu yang memiliki gaya berpikir divergen akan cepat menyesuaikan diri dalam
lingkungan pembelajaran saintifik, dengan kreatifitas yang dimilikinya, Ia mampu
mengeksplorasi pembelajarannya untuk menemukan sendiri pengetahuan, namun tentu saja atas
bimbingan, arahan, dan petunjuk dari guru.

Anda mungkin juga menyukai